Analisis Determinan Net Foreign Investment Flows pada Pasar Keuangan Indonesia Ade Nurul Safrinaa Fadhel Akbarb Program Studi Manajemen Konsentrasi Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan dari Net Foreign Investment Flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Terdapat dua model, dengan variabel indepeden dari Set Faktor Global dan Set Faktor Domestik. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square Regresi Linear Majemuk. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Faktor Domestik memiliki pengaruh signifikan terhadap Net Foreign Investment Flows pada Pasar Keuangan Indonesia, dan Faktor Global memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Net Foreign Investment Flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Kata Kunci: Capital Flows, Pasar Modal, Pasar Keuangan, Emiten Perbankan, Net Foreign Activity, Net Foreign Investment, Investasi Asing. ABSTRACT This study aims to analyze the determinants on Net Foreign Investment Flows in Indonesia Financial Market. There are two proposed models, with variable independents from Global Drivers Set and Domestic Drivers Set. This study uses Ordinary Least Square Multiple Regression methodology. This study proved that Domestic Drivers has significant impact on Net Foreign Investment Flows on Indonesia’s Financial Market, while Global Drivers has no significant impact on on Net Foreign Investment Flows on Indonesia’s Financial Market. Keywords: Capital Flows, Financial Markets, Capital Markets, Investments, Net Foreign Activity, Net Foreign Investment. 1. Pendahuluan Proses Capital Account Liberalization selama 30 tahun terakhir menyebabkan perkembangan yang pesat terhadap integrasi finansial antara negara negara berkembang (emerging economies) dengan pasar keuangan internasional. Perkembangan dari integrasi finansial ini merupakan pemicu munculnya penelitian empiris yang memberikan fokus bahasan terhadap alokasi modal pada pasar keuangan internasional, terutama pada negara negara berkembang. a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 Perkembangan pesat pada Capital Account Liberalization sendiri merupakan fenomena dunia keuangan internasional yang disebabkan oleh berbagai macam aspek; baik kemajuan sistem dan efisiensi di dunia keuangan, perubahan dan peningkatan dari segi kebijakan, sampai perkembangan agresif pada dunia teknologi (Miller, 1991) Secara umum di pasar keuangan, volatilitas arus modal menggambarkan tingkat risiko yang dihadapi pemodal yang mencerminkan fluktuasi pergerakan harga saham dan arus modal. Dalam berbagai kasus, volatilitas di pasar keuangan dapat mengakibatkan dampak yang signifikan bagi perekonomian. Volatilitas pergerakan arus modal pasar saham di pasar negara-negara berkembang umumnya jauh lebih tinggi daripada pasar negara negara maju (Bekaert dan Harvey, 1997; Wang, 2007). Di negara-negara berkembang, umumnya tingkat volatilitas yang tinggi lebih dilatarbelakangi oleh instabilitas ekonomi (Kaminsky dan Reinhart, 2001). Broner dan Rigobon (2005) pada penelitiannya menyatakan bahwa tingkat volatilitas yang lebih tinggi pada negara berkembang disebabkan oleh sifat natural dari keadaan dari sistem ekonomi yang melahirkan mismatches dalam perekonomian, yang kemudian menyebabkan persistent shock dan damapak internasional. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan volatilitas pada arus modal. Dari sekian faktor, faktor domestik finansial dan makroekonomi memiliki peran yang sangat kuat dalam mengelola tingkat volatilitas arus modal di suatu negara, terutama di negara berkembang. Hal ini dijelaskan oleh Alfaro et Al (2007) yang menegaskan bahwa faktor domestik memiliki peran penting dalam mengatur volatilitas arus modal terhadap suatu negara, dari segi kualitas institusional dan baiknya kebijakan makroekonomi. Di sisi berikutnya, Mishkin (2009) memaparkan pada dunia investasi, terutama pada arus modal terhadap suatu negara, kuatnya peran terhadap meningkatkan regulasi serta supervisi perbankan, dapat berandil kuat dalam mengurangi kemungkinan arus modal dengan mencegah institusi perbankan melakukan berlebihnya besar pinjaman serta berlebihnya keputusan pengambilan risiko yang kerap dilakukan institusi perbankan. Selain itu, beberapa penelitian lainnya juga menyatakan pentingnya integrasi finansial dalam mengatur volatilitas terhadap suatu negara. Neumann et Al (2009) a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 mengatakan bahwa integrasi finansial mengurangi volatilitas FDI pada negara negara berkembang. Pada Global Financial Report 2007 yang dikeluarkan oleh IMF, dikemukakan bahwa keterbukaan finansial dan kualitas institusional memiliki efek positif pada stabilisasi arus modal pada negara negara berkembang maupun negara ekonomi maju. Mengelola arus modal internasional yang volatil bagi para regulator dan pelaku keuangan, menjadi tantangan tersendiri terlebih karena Indonesia merupakan negara berkembang dengan arus modal investasi asing yang sangat pesat dan fluktuatif. Tantangan utama dalam mengatur stabilisasi arus modal antara lain adalah menghadapi krisis (shock) dalam perekonomian. Global Financial Crisis yang terjadi pada tahun 2008 menjadi momentum penting akan dampak global yang ditimbulkannya pada perekonomian dunia. Krisis yang bermulai pada tahun 2007 di Amerika Serikat menyebar luas keseluruh dunia; dengan dampak terkuat antara lain terhadap negara negara ekonomi berkembang. Pencanangan regulasi yang tanggap serta fokus pada sistem ekonomi domestik menyebabkan Indonesia mampu menahan dampak dari pada tahun 2008. Pasca Global Financial Crises di 2009, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4%, di atas semua negara negara dengan ekonomi besar di Asia, kecuali China dan India. Resiliensi dalam ekonomi Indonesia tercerminkan melalui posisi Indonesia dalam menghadapi Global Financial Crises, yang juga menandakan penguatan yang signifikan pada segi fiskal dan akun modal eksternal indonesia. Mengingat salah satu latar belakang yang menentukan volatilitas pasar modal dan keuangan adalah stabilitas ekonomi makro (Panetta et al. 2006), yang termasuk pada aspek riil dari faktor penyebab volatilitas, beberapa studi empiris menyebutkan bahwa volatilitas memiliki keterkaitan yang erat dengan siklus bisnis dan ekonomi. Hal ini juga ditegaskan oleh Schwert (1989), dimana ditemukan secara empiris bahwa volatilitas pasar modal di suatu negara cenderung meningkat selama periode krisis finansial dan menurun pada periode di mana ekonomi tumbuh dengan pesat. Penelitian dalam karya ilmiah ini sendiri akan fokus pada analisis determinan dari arus modal dunia keuangan Indonesia; yaitu Net Foreign Investment Flows pada pasar keuangan Indonesia. Selain itu, hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 membantu para regulator dan pihak yang berkepentingan dengan memberikan saran saran dalam regulasi ekonomi dan keuangan pada area investasi atau arus modal di Indonesia. 2. Tinjauan Teoritis Eun & Resnick (1991) membenarkan bahwa selama tahun 1980an, pasar modal dunia mulai mengalami trend menuju integrasi global yang begitu pesat dan kuat. Beberapa faktor pun dinyatakan untuk menjelaskan penyebab dari pergerakan ini. Pertama, investor mulai menyadari akan besarnya keuntungan dari diversifikasi portofolio internastional. Kedua, perkembangan pasar modal utama internasional yang kian liberal melalui eliminasi dari komisi fixed trading, pengurangan pada regulasi regulasi pemerintah, dan berbagai usaha yang dilakukan Uni Eropa untuk meningkatkan integrasi dari pasar modal mereka. Ketiga, perkembangan pesat dari teknologi komunikasi dan komputer yang memfasilitasi trading sekuritas yang efisien serta adil dan diseminasi informasi. Perkembangan di dunia keuangan internasional ini, bagaimanapun, selama periode 1980an, investasi modalrsecara besar hanya tertuju pada pasar modal di negara negara maju (Resnick, 2000). Keadaan ini berbalik pada periode 1990an, dimana Investor Investor dunia mulai menujukan investasinya terhadap pasar modal di negara negara berkembang, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan propsek dari negara berkembang yang semakin meningkat. Selanjutnya, globalisasi pasar keuangan dunia pada akhir abad kedua puluh telah mendorong pergerakan modal lintas negara, yang antara lain ditandai oleh besarnya arus modal, yang dahulunya tertuju pada negara-negara maju, menjadi semakin luas ke pasar negara-negara berkembang. Arus modal sendiri menurut Hubbard (2005) terjadi ketika seseorang di suatu negara menjual asset (dalam negeri) terhadap investor asing. Dimana transaksi tersebut akan di catat di Neraca Pembayaran Negara sebagai masuknya arus modal. Arus modal masuk dengan jumlah yang besar terjadi di Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang dunia yang memiliki pertumbuhan ekonomi pesat dan seiring diberlakukannya paket kebijakan deregulasi sektor keuangan, yang telah dilakukan a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 sejak akhir tahun 1980- an. Di kawasan Asia-Pasifik, pasar modal Indonesia merupakan salah satu tujuan utama penanaman investasi portofolio asing. Hal ini dibuktikan dari kepemilikan saham serta aktivitas perdagangan pemodal asing juga menempati proporsi yang signifikan di Bursa Efek Indonesia. Pada akhir semester pertama tahun 2011, kepemilikan pemodal asing mencapai 63,43% dari total nilai saham di BEI. Di samping itu, perdagangan saham oleh pemodal asing mencapai 33,76% terhadap total nilai transaksi saham pada Bursa Efek indonesia. Keadaan ini dengan menandakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menjadi tujuan utama para investor dunia dalam menanamkan modalnya pada pasar keuangan domestik Indonesia. Hal ini pun mengakibatkan meningkatnya peran dan kekuatan pasar modal Indonesia dalam pasar modal dan dunia investasi global. Di negara-negara berkembang tersebut, umumnya tingkat volatilitas yang tinggi lebih dilatarbelakangi oleh instabilitas ekonomi (Kaminsky dan Reinhart, 2001). Broner and Rigobon (2005) pada penelitiannya menyatakan bahwa tingkat volatilitas yang lebih tinggi pada negara negara berkembang disebabkan oleh sifat natural dari keadaan dari sistem ekonomi yang melahirkan mismatches pada perekonomian. Berbagai studi menunjukkan bahwa volatilitas di pasar keuangan sangat menghambat partisipasi pemodal, meningkatkan biaya modal, dan menghambat ekspansi bisnis oleh perusahaan. Oleh karena itu, sebagaimana dinyatakan oleh Levine dan Zervos (1998), volatilitas yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan pasar modal yang berperan kuat dalam pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka panjang. Pada penelitiannya, Panetta et al. (2006) mengelompokkan faktor-faktor yang memengaruhi volatilitas pada arus modal dalam empat kategori utama, yaitu: Sektor Riil, Sektor Keuangan, kejadian luar biasa (shock), dan kebijakan moneter. Sehubungan dengan sektor riil, pada masa krisis, kecenderungan fluktuasi yang lebih tinggi pada Produk Domestik Bruto (PDB) dapat memengaruhi keputusan ekonomi investor, yang pada gilirannya turut berkontribusi terhadap meningkatnya volatilitas. Volatilitas pada pasar modal dunia juga dapat terpengaruh secara serentak oleh berbagai kejadian luar biasa. Selain itu, kebijakan moneter seperti suku bunga domestik yang ditetapkan bank a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 sentral serta pengaruhnya terhadap tingkat inflasi, merupakan determinan lain yang terbukti berdampak pada volatilitas pasar modal dan stabilitas makroekonomi (Clarida et al., 2000). Literatur literatur terdahulu tentang investasi internasional dan alokasi modal banyak membahas dan menjelaskan tentang determinan dari arus modal pada negara berkembang. Mengelola arus modal internasional yang volatil, bagi para regulator dan pelaku keuangan, menjadi tantangan tersendiri terlebih pada negara negara berkembang seperti Indonesia dimana arus modal memiliki fluktuasi yang jauh lebih sensitif dibandingkan pada negara maju. Fakta ini menyebabkan peraturan peraturan dan regulasi dalam mengatur stabilisasi arus modal terhadap negara berkembang menjadi sangat penting. Alfaro et Al (2007) menegaskan bahwa faktor domestik memiliki peran penting dalam mengatur volatilitas arus modal terhadap suatu negara dari segi kualitas institusional dan baiknya kebijakan makroekonomi. Mishkin (2009) memaparkan pada dunia investasi, terutama pada hal arus mdoal terhadap suatu negara, kuatnya peran terhadap meningkatkan regulasi serta supervisi perbankan dapat berandil kuat mengurangi kemungkinan arus modal untuk menyebabkan institusi perbankan mengakibatkan keputusan pengambilan risiko berlebihan yang kerap dilakukan institusi perbankan. Solnik (1984) menganalisis pengaruh dari perubahan exchange rate, interest rate differentials, dan perubahan pada ekspektasi inflasi domestik. Solnik menemukan bahwa variabel moneter internasional hanya memiliki influence yang lemah terhadap arus modal di suatu negara dibandingkan dengan variabel domestik di suatu negara (baik faktor makroekonomi maupun faktor finansial). Beberapa penelitian lainnya juga menyatakan pentingnya integrasi finansial terhadap volatilitas pasar modal di suatu negara. Neumann et Al (2009) mengatakan bahwa integrasi finansial memiliki peran yang kuat dalam mengurangi volatilitas modal pada negara berkembang. Pada Global Financial Report 2007 yang dikeluarkan oleh IMF, dikemukakan bahwa keterbukaan finansial dan kualitas institusi keuangan domestik memiliki efek positif pada stabilisasi arus modal pada negara negara berkembang maupun negara maju. a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 Variable Kontrol 1. Variable Independen Dengan mengadaptasi jurnal acuan dari karya penelitian ini, yaitu Journal of Banking and Finance, Measuring and explaining the volatility of capital flows to emerging countries oleh Broto et. Al. (2011), maka set dari variabel independen pada penelitian ini akan terbagi dalam 2 drivers utama, yaitu: Global Drivers Variabel pada Global Drivers yang penelitian gunakan adalah: 1. Rate Growth of World GDP Sebagai proxy atas tingkat dari pertumbuhan ekonomi dan tingkat dinamisme ekonomi dunia (global). 2. Three-months T-Bill Rate Sebagai proxy atas tingkat pengembalian investasi pada sekuritas pemerintah AS. 3. S&P’s 500 Stock Exchange Index Sebagai proxy menggambarkan “kualitas” pasar uang dan modal Amerika Serikat (Global). Domestic Drivers Variabel-variabel Domestic Drivers yang dikonsiderasikan dalam penelitian adalah antara lain: 1. GDP Indonesia - Growth Sebagai proxy atas perkembangan ekonomi dan dinamisme ekonomi di Indonesia. 2. Inflasi di Indonesia a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 Sebagai proxy atas “kualitas” kebijakan makroekonomi di Indonesia. 3. Trade Openness Sebagai proxy atas level integrasi Indonesia pada perdagangan global. 4. Interest Rate Spread. Dengan Proxy selisih antara Lending Rate dengan Deposit Rate perbankan Indonesia. Setelah pembahasan mengenai hubungan di antara variabel independen (global driverdan domestic drivers) dan variable dependen (net foreign investment flows) pada sub-bab sebelumnya, maka penulis menyusun kerangka pemikiran seperti pada gambar di atas ini. 3. Metode Penelitian Penelitian ini akan mengacu pada jurnal acuan Journal of Banking and Finance, Measuring and explaining the volatility of capital flows to emerging countries oleh Broto, et. al.(2011). Pada penelitian jurnal acuan, regresi data panel yang digunakan oleh Broto, et. al. (2011) akan diadaptasi ke dalam regresi time series. Hal ini dilakukan karena pada penelitian Broto, et. al. (2011) menggunakan data panel untuk menganalisis arus modal dari populasi yang mencakup banyak negara berkembang, Pada penelitian ini, analisis dari determinan arus modal akan fokus pada negara Indonesia, dan dalam lingkup spesifik pasar keuangan Indonesia. Penelitian ini akan menggunakan metode OLS linear majemuk dalam menganalisis bagaimana hubungan masing masing drivers terhadap net foreign investment flows pasar keuangan Indonesia selama periode 2010-2011. Model yang diajukan bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh spesifik dari Global Drivers, Domestic Macroeconomic Drivers, serta Domestic Financial Drivers terhadap Net Foreign Investment Flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Maka dari itu, model penelitian yang akan dilakukan adalah: a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 Model 1 (Global Drivers) Net Foreign Investment Flowsi,t = β0 + β1GrowthWorldGDPi,t-1 + β2USInflatoni,t-1 + β3ThreeMonthsT-BillRatei,t-1 + β4S&Pi,t-1 + ei,t Model 2 (Domestic Drivers) Net Foreign Investment Flowsi,t = β0 + β1GDPIndonesiaGrowthi,t-1 + β2Inflationi,t-1 + β3Opennessi,t-1 + β4InterestRateSpreadi,t-1 + ei,t 4. Hasil Penelitian Model Penelitian 1 Output Model Penelitian 1 Variable Dependen: Net Foreign Investment Flows Pasar Keuangan Indonesia Variable Hipotesis Koefisien dan TStat C -56.25654 -1.43 S&P + 0.6016862 0.91 3MonthsT-BillRate - -192.8309 -1.07 GDP World Growth + 21.02777 1.48 R2 0.1112 Prob > F 0.2228 Sumber: Hasil Olahan Stata10 (2013) a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 *Signifikan pada level 10% *** Signifikan pada level 5% ****Signifikan pada level 1% Model Penelitian 1 ini memiliki R-squared sebesar 0.1112. Artinya, variabel-variabel independen dari set Global Driversmampu menjelaskan variabel dependen yaitu net foreign investment flows Pasar Keuangan Indonesia sebesar 11.12%. Nilai Prob > F sebesar 0.2228 menunjukkan bahwa secara bersama-sama (global) variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen dalam model penelitian. Konstanta dengan nilai koefisien -56.25654 menunjukkan bahwa apabila tidak ada pengaruh variabel independen dari set Global Drivers, maka Volatilitas dari Net Foreign Activity cenderung mengalami penurunan over-time. Standard & Poor’s Index memiliki proxy yaitu Standard & Poor’s 500 Closed Index on Last Day of Month. Variabel Independen S&P merupakan Variable Independen yang berasal dari kelompok Global Drivers. Variable ini menunjukkan tingkat indeks bursa saham Standard&Poors sebagai indeks harga saham utama di AS (Global), sebagai tolok ukur dari kualitas pasar modal global (Quality of Capital Market). Mengacu pada jurnal utama Carmen Broto et Al (2011), S&P diketahui merupakan salah satu determinan dari set Global Drivers yang relevan digunakan karena memiliki relasi yang cukup kuat dengan pergerakan arus modal ke suatu negara yang berdasarkan dari faktor Global. Semakin tinggi nilai Index dari S&P, maka investor global cenderung mengarahkan investasinya kepada emiten emiten listed pada pasar saham Wallstreet Amerika Serikat, sesuai dengan Standard&Poor’s Index. Hal ini mengakibatkan investasi dari investor global akan mengalami peralihan tujuan investasi, yang menyebabkan investasi dengan tujuan Pasar Modal Indonesia, yaitu Bursa Efek Indonesia akan mengalami penurunan. Hipotesis yang diajukan pada variable independen ini adalah hubungan negatif antara variabel S&P dengan arus modal. Bagaimanapun, hasil estimasi pada Model 1 menunjukkan bahwa variable S&P memiliki hubungan yang positif terhadap net foreign investment flows dengan koefisien sebesar 0.6016862. Variable independen S&P tidak signifikan mempengaruhi net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Hasil ini contrary dengan hipotesis awal dan dengan penelitian pada jurnal Broto et Al (2011). 3 Months T-Bill Rate merupakan variabel independen yang berasal dari kelompok Global Drivers. Variabel ini memiliki proxy yaitu tingkat dari T-Bill Rate (Surat a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 Berharga Pemerintah) dengan Jangka 3 Bulan di Amerika Serikat yang menunjukkan tingkat bunga tanpa resiko di Negara AS (dalam persentase). Mengacu pada jurnal utama Broto et Al (2011), 3 Months T-Bill Rate merupakan salah satu determinan ajuan dari set Global Drivers yang relevan digunakan karena memiliki relasi yang cukup kuat dengan arus modal ke suatu negara yang berdasarkan dari faktor Global. Suku bunga dari T-Bill Rate ditentukan oleh Supply dan Demand. Semakin tinggi tingkat sunga bunga dari T-Bill Rate diakibatkan oleh sedikitnya permintaan terhadap suku bunga pemerintah tersebut. Dapat disimpulkan bahwa tingginya tingkat suku bunga dari T-Bill Rate mengindikasikan bahwa investor asing cenderung mengarahkan penanaman investasinya ke sektor ataupun negara lain, sehingga penanaman investasi ke negara negara lain cenderung mengalami peningkatan. Kenaikan investasi (yang juga berdampak ke Indonesia) akibat preferensi investor asing tersebut, akan membawa dampak ke meningkatnya pergerakan arus modal. Hipotesis yang diajukan pada variable independen ini adalah adanya hubungan positif antara variabel 3 Months T-Bill Rate dengan variabel dependen. Hasil estimasi pada Model 1 menunjukkan bahwa variable 3 Months T-Bill Rate memiliki hubungan yang negatif terhadap variabel dependen dengan koefisien sebesar -192.8309. Bagaimanapun, Variable independen 3 Months T-Bill Rate tidak signifikan mempengaruhi arus modal net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Variable GDP World Growth merupakan variabel independen yang berasal dari kelompok Global Drivers. Variabel ini memiliki proxy yaitu tingkat pertumbuhan GDP World quarterly YoY. Mengacu pada jurnal utama Carmen Broto et Al (2011), GDP World Growth merupakan salah satu determinan ajuan dari set Domestic Global Drivers yang relevan menggambarkan situasi pertumbuhan ekonomi suatu negara dan digunakan karena memiliki relasi yang cukup kuat dengan pergerakan arus modal ke suatu negara yang berdasarkan dari faktor Global. Secara empiris telah dibuktikan bahwa, tingginya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tercermin pada pertumbuhan GDP akan mempengaruhi peningkatan capital flows pada instrumen investasi portfolio investment, baik pada aliran modal maupun keluar. Hal ini sesuai dengan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya seperti, Dell’ Aricia et al (2008), dan Lane and Milese-Ferreti (2003) yang menyatakan bahwa adanya pertumbuhan serta pengembangan ekonomi yang mengesankan akan meningkatkan aliran modal asing, baik aliran modal asing maupun masuk dan keluar. Peningkatan aliran modal asing a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 selanjutnya berdampak pada meningkatnya volatilitas pada capital flows di Indonesia. Hipotesis yang diajukan pada variable independen ini adalah adanya hubungan positif antara variabel GDP World Growth dengan variabel dependen. Hasil estimasi pada Model 2, menggunakan random effect model, menunjukkan bahwa variable GDP World Growth memiliki hubungan yang positif terhadap volatilitas Capital Flows dengan koefisien sebesar 21.02777. Variable independen GDP World Growth tidak signifikan mempengaruhi variable dependen net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Konklusi yang dapat diambil dari penelitian dan hasil dari Model 1 adalah, pada set spesifik Global Drivers, net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia tidak dipengaruhi oleh faktor faktor pada Global Drivers Model Penelitian 2 Output Model Penelitian 2 Variable Dependen: Net Foreign Investment Flows Pasar Keuangan Indonesia Variable Hipotesis Koefisien dan TStat C -197.8897* -1.96 GDPIndonesiaGrowth - -26.8694** -2.21 CPI Indonesia - -.7681245 -0.29 Trade Openness + 1250.34*** 4.14 a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 InterestRateSpread + 35.0278 *** 3.46 R2 0.6859 Prob > F 0.0049 Sumber: Hasil Olahan Stata10 (2013) *Signifikan pada level 10% ** Signifikan pada level 5% ***Signifikan pada level 1% Model Penelitian 3 ini memiliki R-squared sebesar 0.6859. Artinya, variabel-variabel independen dari set Domestic Drivers mampu menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 68,59%. Nilai Prob > F sebesar 0.049 menunjukkan bahwa secara bersamasama (global) variabel independen signifikan cukup mampu mempengaruhi variabel dependen dalam model penelitian. Konstanta dengan nilai koefisien -197.8897 menunjukkan bahwa apabila tidak ada pengaruh variabel independen dari set Domestic Drivers, maka arus modal net foreign investment flows cenderung mengalami penurunan over-time. Variable GDP merupakan variabel independen yang berasal dari kelompok Domestic Macroeconomic Drivers. Variabel ini memiliki proxy yaitu tingkat pertumbuhan GDP Indonesia quarterly YoY. Mengacu pada jurnal utama Carmen Broto et Al (2011), GDP Growth merupakan salah satu determinan ajuan dari set Domestic Macroeconomics Drivers yang relevan menggambarkan situasi pertumbuhan ekonomi suatu negara dan digunakan karena memiliki relasi yang cukup kuat dengan volatilitas dari total Capital Flows ke suatu negara yang berdasarkan dari faktor Domestik Makroekonomi. Selin itu, Titiheruw & Atje (2008) dalam “Managing capital flows: The case of Indonesia” menetapakan tingkat pertumbuhan GDP Indonesia sebagai determinan dari capital flows di Indonesia. Secara empiris telah dibuktikan bahwa, tingginya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tercermin pada pertumbuhan GDP di suatu negara mencerminkan perkembangan, kemajuan, dan juga stabilitas perekonomian suatu negara. Hal ini sesuai dengan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya seperti, Dell’ Aricia et al (2008), dan Lane and Milese-Ferreti (2003) yang menyatakan bahwa adanya pertumbuhan serta pengembangan ekonomi yang mengesankan akan a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 meningkatkan aliran modal asing, baik aliran modal asing maupun masuk dan keluar. Di satu sisi, peningkatan GDP suatu negara menunjukkan adanya perkembangan perekonomian suatu negara pada tingkat makro, serta stabilisasi arus modal pada suatu negara. Hipotesis yang diajukan pada variable independen ini adalah adanya hubungan negatif antara variabel GDP dengan variabel dependen. Hasil estimasi pada Model 2, menunjukkan bahwa variable GDP memiliki hubungan yang negatif terhadap volatilitas Capital Flows dengan koefisien -26.8694. Variable independen GDP signifikan mempengaruhi variable dependen net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia, dengan interpretasi, semakin tinggi tingkat GDP Indonesia, berdampak ke stabilitas pergerakan arus modal net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Variable independen selanjutnya adalah Trade Openness. Variabel ini digunakan untuk merepresentasikan kondisi makroekonomi suatu ngeara di dalam mempengaruhi pergerakan dalam aliran modal asing yang terjadi, yaitu trade openness atau tingkat keterbukaan dalam transaksi perdagangan barang dan jasa. Trade Openness di proxy kan dengan Ratio dari Total Trade terhadap GDPIndonesia, dimana Total Trade merupakan Sums of goods exports (f.o.b) and goods imports (c.i.f), sesuai dengan Broto et Al (2011). Tingkat keterbukaan perdagangan memiliki pengaruh yang besar terhadap aliran investasi asing langsung. Sedangkan argumentasi yang mendasari hubungan antara trade opennes dengan aliran modal didasari oleh penelitian Binici et al (2009) yang menyatakan bahwa jalur pertama keterkaitan antara tingkat keterbukaan dalam perdagangan serta transaksi aliran modal lintas batas yang terjadi terbentuk melalui asumsi bahwa seluruh proses perdagangan barang dan jasa antar negara tentu saja akan turut pula disertasi dengan transaksi finansial. Hipotesis yang diajukan pada variable independen ini adalah adanya hubungan positif antara variabel trade openness dengan net foreign investment flows Pasar Keuangan Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada model 2, trade opennes memiliki pengaruh positif dengan koefisien 1250.34 . Hal ini sejalan dengan hipotesis awal. Pada model 2, variabel trade openness signifikan dalam mempengaruhi net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Variable CPI Indonesia merupakan variabel independen yang berasal dari kelompok Domestic Macroeconomic Drivers. Variabel ini memiliki proxy yaitu tingkat harga a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 tahunan (annual consumer prices) di Indonesia dalam persentase. Mengacu pada jurnal utama Broto et Al (2011). CPI Indonesia merupakan salah satu determinan ajuan dari set Domestic Macroeconomics Drivers yang relevan menggambarkan keadaan ekonomi suatu negara dan digunakan karena memiliki relasi yang cukup kuat dengan pergerakan arus modal ke suatu negara. Argumen terhadap tingkat inflasi yang tinggi, mencerminkan keadaan kebijakan makroekonomi di suatu negara yang tidak cukup solid Broto et Al (2011). Selanjutnya, inflasi yang tinggi mengakibatkan beralihnya preferensi investasi investor di suatu negara akibat anggapan akan tingkat inflasi yang tinggi mengindikasikan perekonomian serta regulasinya di suatu negara tidak cukup solid. Hipotesis yang diajukan terhadap variable CPI Indonesia adalah adanya hubungan negatif antara variabel CPI Indonesia dengan variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada model 2 CPI Indonesia memiliki pengaruh negatif dengan korelasi -.7681245 . Hal ini sejalan dengan hipotesis awal. Bagaimanapun pada model 3, variabel CPI Indonesia tidak signifikan dalam mempengaruhi variabel dependen net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Proxy yang digunakan sebagai gambaran atas kondisi domestik finansial suatu negara adalah antara lain Interest Rate Differential, yaitu selisih antara lending rate (suku bunga pinjam perbankan) dengan deposit rate (suku bunga tabungan perbankan) dalam persentase. Mengacu pada jurnal utama Broto et Al (2011), Interest Rate Differentials merupakan salah satu determinan ajuan dari set Domestic Financial Drivers yang relevan menggambarkan keadaan finansial suatu negara dan digunakan karena memiliki relasi yang cukup kuat dengan volatilitas dari arus modal ke suatu negara yang berdasarkan dari faktor Domestik Finansial. Semakin besar tingkat dari interest rate spreads, menunjukkan semaking besar tingkat lending rate pada perbankan di suatu negara, yang mengindikasikan meningktanya investasi di suatu negara. Peningkatan investasi di suatu negara, selanjutnya akan menarik interest investor luar negeri dalam menanamkan modalnya di negara Indonesia. Hipotesis yang diajukan terhadap variable independen interest rate spreads adalah hubungan positif antara variabel interest rate spreads dengan variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada model 2, interest rate spreads memiliki pengaruh positif dengan korelasi 35.0278. Hal ini sejalan dengan hipotesis awal. Pada model 2, variabel interest rate spreads signifikan dalam mempengaruhi net foreign investment flows pada Pasar a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 Keuangan Indonesia. Artinya, semakin tinggi Interest Rate Spreads, berdampak positif terhadap perubahan net foreign invesment flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Konklusi yang dapat diambil dari penelitian dan hasil dari Model 2 adalah, pada set spesifik Domestic Drivers, net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia dipengaruhi oleh GDP Growth Indonesia, Trade Openness, dan Interest Rate Spread. 5. Kesimpulan dan Saran Beberapa kesimpulan yang diraih dalam empirical analysis pada karya tulis ini adalah bahwa global drivers tidak memiliki pengaruh yang kuat dalam mempengaruhi arus modal net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Sedangkan, di satu sisi lain domestic drivers yang terdiri dari faktor makroekonomi dan finansial domestik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Analisis pada Domestic Drivers membawa kesimpulan bahwa variabel makroekonomi GDP Growth Indonesia dan derajat keterbukaan perdagangan atau trade openness Indonesia di dalam perdagangan internasional signifikan mempengaruhi arus modal net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Semakin tingginya GDP Growth Indonesia, yang melambangkan stabilitas ekonomi makro secara keseluruhan (berkorelasi negatif dengan delta net foreign investment flows sebagai variable dependen) memiliki pengaruh terhadap peningkatan stabilisasi arus modal net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Lalu, pada variabel trade openness, semakin besar derajat keterbukaan perekonomian indonesia dalam perdanganan internasional membuat perubahan arus modal menjadi semakin tinggi. Variabel ini memiliki signifikansi terkuat dalam pengaruhnya terhadap arus modal net foreign investment flows pada Pasar Keuangan Indonesia. Variabel domestik finansial yaitu interest rate spread juga memiliki korelasi positif terhadap pergerakan arus modal net foreign investment flows, dimana semakin tinggi variabel interest rate spread berasosiasi pada meningkatnya delta atau perubahan arus modal net foreign investment flows pada pasar keuangan Indonesia. Karya tulis ini menemukan bahwa domestic factors secara relevan memiliki a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 signifikansi pada net foreign investment flows di dunia keuangan Indonesia. Hasil ini memperkuat pentingnya pencapaian dalam penguatan domestic sectors yang lebih dalam meningkatkan stabilisasi arus modal. Dalam tujuan mencapai stabilitas finansial dan makroekonomi, selain memperkuat stabilitas dari transaksi modal negara, para policy makers dapat memanfaatkan keuntungan dari penemuan berikut. Saran 1. Bagi Pelaku Industri Keuangan dan Perbankan Hasil dari penelitian pada karya tulis ini membuktikan bahwa sistem keuangan yang solid memiliki pengaruh yang penting pada stabilitas arus modal di Indonesia. Pelaku Industri Keuangan, Perbankan, dan Pasar Modal dapat mempertimbangkan keputusan dalam regulatory ataupun keputusan lainnya dalam menghindari fluktuasi berlebihan pada arus modal di Indonesia. 2. Bagi Investor Investor dapat mempertimbangkan tujuan ataupun preferensi waktu dalam investasi pada sektor perbankan Bursa Efek Indonesia, berdasarkan faktor faktor pada karya tulis ini dalam menghindari kerugian akibat volatilitas dari arus modal. 3. Bagi Regulator (Policy Makers) Penelitian ini menunjukkan bahwa dibutuhkan kuatnya peran terhadap peningkatan regulasi keuangan, perbankan dan makroekonomi dalam mengurangi kemungkinan volatilitas pada arus modal di Indonesia. Drivers domestik memiliki pengaruh utama dalam menentukan volatilitas dari arus modal, regulator sebagai pembuat keputusan dalam tujuan mencapai stabilitas finansial dan makroekonomi dan memperkuat stabilitas dari transaksi modal negara, para policy makers dapat memberikan fokus akan regulasi yang ketat pada makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia.. a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 6. Daftar Pustaka Alfaro, L, S. Kalemli-Ozcan, and V. Volosovych. 2006. “Capital flows in a globalized world: The role of policies and institutions”. Working paper. Baltagi, B.H. and Q, Li, 1990. “A Lagrange multiplier test for the error components model with incomplete panels”. Econometric Reviews 9, 103-107. Bekaert, Geert & Harvey, Campbell R. 1997. “Emerging equity market volatility”. Journal of Financial Economics, Elsevier, vol. 43 (1), pages 29-77, January. Binici, M., M. Hutchison and M. Schindler. 2009. “Controlling Capital? Legal Restrictions and the Asset Composition of International Financial Flows”. Working paper. Broner, Fernando & Rigobon, Roberto. 2005. "Why are Capital Flows so Much More Volatile in Emerging Than in Developed Countries?," Working Papers Central Bank of Chile 328, Central Bank of Chile. Broto, Carmen & Díaz-Cassou, Javier & Erce, Aitor. 2011. "Measuring and explaining the volatility of capital flows to emerging countries," Journal of Banking & Finance, Elsevier, vol. 35(8), pages 1941-1953, August. C, Hsiao. 1986. “Analysis of Panel Data. Cambridge: Cambridge University Press supplemented by the developments since mid 1980s”. Dell Ariccia, Giovanni & Detragiache, Enrica & Rajan, Raghuram G. 2005. “The Real Effect of Banking Crises”. CEPR Discussion Papers 5088, C.E.P.R. Discussion Papers. Eunn, Resnik. 2000. “International Financial Management”. FINANCE 308 Irwin McGraw-Hill. Gujarati, Damodar N. 2003. “Basic Econometrics”. New York: McGraw-Hill. Indonesia Stock Exchange website: http://www.idx.co.id/ IMF. 2007. “Global Financial Stability Report (GFSR) September 2007”. World Bank Economic Review, World Bank Group, vol. 10(2), pages 323-39. Mishkin, Frederic S. 2009. “The Economic of Money, Banking, and Financial Market”. New York : Addison Wesly. Manurung, Mandala & Rahardja, Prathama. 2005. “Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar”. Jakarta. LPFE UI 2004. a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013 Neumann, Rebecca M. & Penl, Ron & Tanku, Altin. 2009. “Volatility of capital flows and financial liberalization: Do specific flows respond differently?” International Review of Economics & Finance, Elsevier. Panetta, Fabio, Angelini, Paolo, Grande, Giuseppe, Levy, Aviram, Perli, Roberto, Yesin, Pinar Ayse, Gerlach, Stefan, Ramaswamy, Srichander and Scatigna, Michela. 2006. “The Recent Behaviour of Financial Market Volatility”. Bank of Italy Occasional Paper No. 2. Philippe Martin & Hélène Rey. 2006. “Globalization and Emerging Markets: With or Without Crash?”. American Economic Review, American Economic Association, vol. 96(5), pages 1631-1651. Philip R. Lane & Gian-Maria Milesi-Ferretti. 2003. “International Financial Integration”. IMF Working Papers 03/86, International Monetary Fund. Pindyck, Robert S & Rubinfeld, Daniel L. 1998. “Econometric Models and Economic Forecasts”, Fourth Edition, Irwin/McGraw-Hill. Reinhart, Carmen & Kaminsky, Graciela. 2001. “Bank Lending and Contagion: Evidence from the Asian Crisis”. MPRA Paper 7580, University Library of Munich, Germany. Reinhart, Carmen & Montiel, Peter. 2001. “The Dynamics of Capital Movements to Emerging Economies During the 1990s”. MPRA Paper 7577, University Library of Munich, Germany. Schwert, G William. 1989. “Why Does Stock Market Volatility Change over Time?”. Journal of Finance, American Finance Association, vol. 44(5), pages 1115-53, December. Siamat, Dahlan. 2005. “Kebijakan Moneter dan Perbankan”. Edisi Kelima, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Titiheruw, Ira S., and Raymond Atje. 2008. “Managing Capital Flows: The Case of Indonesia”. ADBI Discussion Paper 94. Tokyo: Asian Development Bank. a [email protected] b [email protected] Analisis Determinan ..., Ade Nurul Safrina, FE UI, 2013