Document

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam Era globalisasi menunjukan perkembangan yang pesat dihampir
mencakup semua sektor. Konteks globalisasi dalam hal ini adalah adanya kemajuan
di berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, telekomunikasi, teknologi informasi,
jaringan transportasi, dan sektor-sektor kehidupan lainnya menyebabkan arus
informasi semakin mudah dan lancar mengalir antar individu ataupun kelompok.
Pada era ini seseorang ataupun kelompok secara bebas melakukan aktivitas usahanya,
serta bersaing secara ketat untuk mendapatkan nilai bagi perusahaan atau
organisasinya.
Secara umum, setiap perusahaan mengalami berbagai macam perbedaan antar
beroperasi dalam pasar domestik (home market) dengan pasar luar negeri atau pasar
internasional. Sebagian besar perbedaan tersebut berkaitan dengan faktor ekonomi,
budaya, hukum, teknologi dan persaingan. Apabila karakteristik kunci sebuah pasar
domestik (seperti legilasi, media dan pesaing) dibandingkan dengan karakteristik
pasar internasional diketahui, maka tingkat kompleksitas dan ketidakpastian dapat
dievaluasi dengan jelas. Manajemen perusahaan bisa saja sangat memahami cara
berbisnis di pasar negaranya, namun seiring dengan ekspansi internasional yang
dilakukannya, maka tingkat kendali akan berkurang dan resiko semakin besar.
Konsepsi komunikasi pemasaran ini pada dasarnya berkaitan dengan konsepsi
ekonomi tentang unsur-unsur klasik pemasaran yang lazim disebut dengan formula
Product, Price, Place, and Promotion. Komunikasi pemasaran “P” yang berarti
promosi dalam
bauran pemasaran termasuk periklananan, promosi penjualan,
penjualan pribadi dan hubungan masyarakat. Periklanan membuka peluang untuk
6
perluasan global dan persyaratan untuk adaptasi lokal. Beberapa negara jauh lebih
intensif dalam periklanan daripada yang lain (Keegan, 2000).
Promosi yang dirancang dengan buruk dapat menimbulkan publisitas yang
tidak diinginkan dan hilangnya pelanggan. Pertimbangan yang lebih baru untuk
bauran pemasaran internasional adalah pemasaran langsung, pemasaran database dan
internet. Setiap teknik diterima dengan cepat di seluruh dunia dan dapat mengubah
strategi pemasaran perusahaan untuk mencapai konsumen secara langsung.
Jadi komunikasi perusahaan harus dirancang untuk membantu perkembangan
perbuatan baik dan memberi informasi yang akurat dan tepat waktu, khususnya
situasi krisis.
Saat ini, konsep pemasaran terpadu, khususnya di tingkat global menuntut
setiap korporasi untuk dapat beradaptasi dengan kebutuhan dan keinginan customer.
Bukan hanya dari apa yang mereka berikan kepada customernya, tetapi juga dari apa
yang mereka berikan kepada orang-orang yang bekerja di dalam perusahaan itu.
Dengan cara inilah, suatu perusahaan dapat senantiasa menjaga kinerja dan kualitas
sumber daya, terutama manusianya. Karena itu mau tidak mau harus disadari oleh
perusahaan sebagai hal penting yang tidak bisa disepelekan. Hal ini dikarenakan
bahwa SDM yang unggul yang membuat suatu perusahaan menjadi berkembang dan
semakin besar.
Seperti yang diutarakan diatas global marketing muncul dan berjalan karena terdapat
beberapa faktor penggerak, di antaranya terdapat faktor penggerak teknologi,
kemudian faktor penggerak budaya (culture). Teknologi yang semakin maju
memunculkan banyak media baru yang memungkinkan perkembangan komunikasi
pemasaran seperti interactive television, Internet, E-commerce, interactive telephone,
dan faxing. Hal ini menyebabkan perubahan segmentasi pasar, serta cara
berkomunikasi dengan mereka. Kemudian faktor penggerak budaya lebih membuat
komuniksi pemasaran tersegmen tetapi jangkauannya sangat luas. Budaya tertentu
akan menerima komunikasi yang sesuai dengan budaya mereka.
7
Prinsip komunikasi pemasaran global tidak jauh berbeda dengan komunikasi
pemasaran domestik, namum terdapat sejumlah isu yang perlu dicermati oleh setiap
pemasar global, diantaranya:
a. Perbedaan bahasa. Penerjemahan merek atau slogan kampanye iklan kedalam
bahasa setempat bisa meminimalkan masalah besar jika ternyata makna atau
artinya sama sekali berbeda dari yang dimaksud.
b. Perbedaan bahasa. Ketersediaan media sangat tergantung pada regulasi
pemerintah dan infrastruktur media.
c. Kendali Pemerintah. Regulasi pemerintah bisa menyangkut penggunaan media,
pesan yang disampaikan, anggaran periklanan, dan kepentingan agen periklanan.
Beberapa contoh diantaranya adalah:
1. Iklan makanan hewan dilarang di lthuania, karena makanan termasuk langka
di negara tersebut dan tipe iklan semacam itu dianggap ’melecehkan’ orang.
2. Produk rokok dan minuman kersa dilarang di beberapa negara di kawasan
Eropa Barat. Iklan kedua jenis produk ini juga sangat dibatasi di berbagai
negara, seprti Indonesia, China, Australia, Amerika dan lain-lain.
3. Iklan komperatif tidak dibolehkan di berbagai negara, karena dipandang tidak
etis dan cenderung diizinkan di Inggris, Irlandia, Spanyol dan Portugal.
4. Semua jenis periklanan diperbolehkan apabila tidak secara spesifik dilarang
Inggris. Segala jenis periklanan dilarang, kecuali bila dinyatakan boleh secara
spesifik, di Jerman, sedangkan di Belgia, tidak seorangpun yang tahu apa saja
yang dilarang.
5. Iklan TV dilarang di Noerwigia, Arab Saudi, Belgia, Denmark dan Swedia.
6. Iklan TV hanya boleh ditayangkan antara pukul 18.15 hingga 20.00 kecuali
hari minggu dan hari libur di Jerman. Iklan sebuah produk di TV dibatasi
hanya boleh 10 kali setahun dan tidak boleh ada dua tayangan dalam waktu
kurang dari 10 hari di Italia.
8
7. Iklan di koran dan majalah dibatasi hanya boleh maksimum 10 persen dari
ruang yang tersedia dan 3 menit per jam untuk radio dan TV di Vietnam.
8. Kepemilikan asing terhadap agen periklanan sangat dibatasi di negara Nigeria,
Indonesia, dan Pakistan.
d. Ketersediaan Agen Periklanan. Jumlah kualitas agen periklanan sangat bervariasi
antar negara. Di negara maju seperti Amerika dan Inggris jumlahnya lebih dari
500 agen periklanan. Sedangkan di RRC dan Rusia jumlahnya tidak lebih dari 10
agen pada tahun 1995.
e. Ketentuan Mengenai Promosi Penjualan. Tidak semua aktivitas penjualan bisa
dilakukan di semua negara. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain
peraturan, budaya, dan situasi persaingan lokal. Hukum di beberapa negara
membatasi ukuran, bentuk dan sifat produk sampel, premium dan hadiah.
f. Kemunculan Media-media mutakhir. Perkembangan teknologi komunikasi
memfasilitasi berkembangnya sejumlah media mutakhir yang menunjang direct
marketing dan komunikasi interaktif, diantaranya database marketing, direct
mail, telemarketing, inserts, Multi Level Marketing, interactive TV, dan internet.
Berdasarkan isu diatas maka
empat kesulitan besar dapat muncul dalam usaha
organisasi untuk berkomunikasi secara global adalah
1. Pesan mungkin tidak sampai pada penerima yang dimaksudkan. Kesulitan ini
dapat disebabkan oleh pemasang iklan kurang dalam pengetahuannya mengenai
media yang memadai untuk mencapai tipe sasaran tertentu. Misalnya, efektivitas
televisi sebagai medium untuk mencapai penonton dalam jumlah banyak
bervariasi sebanding dengan sejauh mana kebiasaan menonton televisi di negara
tersebut.
2. Pesan itu mungkin mencapai penonton sasaran, tetapi mungkin tidak dipahami
atau mungkin disalah artikan. Hal mi dapat terjadi akibat pemahaman yang
kurang memadai mengenai tingkat kecanggihan para penonton sasaran.
3. Pesan itu mungkin mencapai penonton sasaran dan dipahami, tetapi masih belum
berhasil menggerakkan mereka untuk mengambil tindakan yang diinginkan oleh
9
pengirim. Hal ini dapat diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai
budaya penonton sasaran.
4. Efektivitas pesan dapat dimasuki oleh gangguan, atau pengaruh dan luar seperti
periklanan pesaing, wiraniaga lain, dan kebingungan yang terjadi pada penerima
pesan, yang dapat mengurangi efektivitas akhir dan komunikasi.
Hal ini rupanya sangat disadari oleh salah satu perusahaan telekomunikasi
ternama di dunia, yaitu Sony Ericsson. Sony Ericsson sangat perlu memperhatikan
komunikasi pemasaran global yang berkontribusi dalam membuat brand Sony
Ericsson berkembang.
Sebagai salah satu perusahaan internasional yang ternama, Sony Ericsson juga
tidak terlepas dari usaha untuk selalu beradaptasi dengan kebudayaan (culture) dari
wilayah di mana produk Sony Ericsson dipasarkan. Berdasarkan pendekatan budaya,
dikenal dua jenis budaya berdasarkan pengaruh komunikasinya, yaitu high-context
dan low-context cultures. Negara-negara yang menganut high-context cultures seperti
Jepang, Indonesia, Korea, dan negara-negara di Asia pada umumnya. Sedangkan
negara-negara yang menganut high-context cultures adalah Amerika Serikat, Jerman,
Inggris, dan lain-lain. Karena adanya perbedaan tersebut maka diperlukan strategi
komunikasi global yang efektif sehingga produk dapat diterima secara global dengan
biaya yang efisien sehingga profitabilitas meningkat.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan Sony Ericsson
secara global?
2. Bagaimana komunikasi pemasaran global pada Sony Ericsson dalam usaha
untuk selalu beradaptasi dengan kebudayaan (culture) ) dari wilayah di mana
produk Sony Ericsson dipasarkan
10
BAB II
KAJIAN USTAKA
2.1 Konsep Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran adalah salah satu dari empat elemen utama bauran
pemasaran perusahaan. Pemasar harus tahu bagaimana menggunakan iklan, promosi
penjualan, publisitas dan penjualan personal untuk mengkomunikasikan suatu
produk beserta nilainya kepada konsumen yang dituju/target. Komunikasi pemasaran
merupakan salah satu kegiatan pemasaran yang berusaha menyebarluaskan
informasi, mempengaruhi, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan
maupun produknya agar bersedia menerima, membeli dan setia kepada produk yang
ditawarkan produsen
Dengan demikian, komunikasi pemasaran adalah aspek penting
dalam
keseluruhan misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran. Proses komunikasi
itu sendiri terdiri dari sembilan elemen : penyampai pesan, penerima pesan,
penyandian, pembaca sandi, pesan, media, tanggapan, umpan balik dan gangguan.
Pemasar harus tahu bagaimana cara untuk mencapai khalayak sasaran, berhadapan
dengan kecenderungan khalayak pada perhatian selektif, distorsi (pemutarbalikan
pesan) dan mengingat pesan.
Komunikasi pemasaran juga merupakan perwujudan dari konsep-konsep
komunikasi (Smith dalam Wina, 2008). Selanjutnya Smith (2005) menyatakan
komunikasi pemasaran adalah fungsi dalam manajemen yang memusatkan perhatian
pada produk atau jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Kotler
et.all (2003) memberikan empat tahap proses dalam komunikasi pemasaran yakni
analisas lingkungan, identifikasi khalayak dan tujuan, pengembangan pendekatan
strategis
dan
mengembangkan
rencana
implementasi.
Smith
dalam
Wina
(2008)memberikan sembilan fase yang dikelompokkan menjadi empat fase dalam
komunikasi strategis untuk public relations yakni formative research, strategy, tactic
dan evaluation research.
11
Pemasaran yang sukses bergantung pada seberapa kuat hal itu bertumpu pada
hal-hal yang fundamental. Tetapi itu bukan berarti semua prinsip marketing adalah
sama. Memang skenario pemasaran yang berbeda membutuhkan strategi yang
berbeda pula. Mengetahui perbedaan ini, sama juga mengetahui perbedaan antara
sukses dan kegagalan. Salah satu dari hal yang menonjol dari pemasaran adalah
"global marketing". Menjual produk ke luar negeri membutuhkan perspektif yang
jauh berbeda daripada yang digunakan untuk bisnis yang dipasarkan untuk pasar
domestik.
Yang paling penting di dalam komunikasi adalah diterimanya pesan kita
secara jelas, yaitu tersampaikan isi pesannya dengan baik. Dalam marketing juga
dikenal istilah push dan pull model dimana pada push model terjadinya komunikasi
diarahkan mulai dari manufacturer kemudian ke wholesaler, retailer, baru ke
customer dan consumer. Yang memegang peranan terpenting adalah retailer yang
dapat memberikan diskon.
Jadi komunikasi pemasaran mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Menyebarluaskan informasi (komunikasi informatif)
2. Mengingatkan audien untuk melakukan pembelian ulang (komunikasi
mengingat-kan kembali)
3. Mempengaruhi audiens untuk melakukan pembelian atau menarik konsumen
pesaing agar beralih merek (komunikasi persuasif)
4. Meningkatkan/melakukan penjualan (Komunikasi penjualan)
2.2 Mengembangkan Komunikasi Pemasaran yang Efektif
Delapan langkah dalam mengembangkan program komunikasi dan promosi
total yang efektif. Komunikator pemasaran harus:
1. Mengidentifikasi audiens yang dituju
2. Menentukan tujuan komunikasi tersebut
12
3. Merancang pesan
4. Memilih saluran komunikasi
5. Menentukan total anggaran promosi
6. Membuat keputusan atas bauran promosi (Marketing Mix)
7. Mengukur hasil promosi tersebut
8. Mengelola dan mengkoordinasikan proses komunikasi pemasaran terintegrasi
a.d.1 Mengidentifikasi Audiens yang Dituju
Audiens dapat diartikan sebagai calon pembeli produk perusahaan, pemakai saat
ini, penentu keputusan, atau pihak yang mempengaruhi. Audiens itu dapat terdiri
dari individu, kelompok, masyarakat tertentu atau masyarakat umum.
a.d.2 Menentukan Tujuan Komunikasi
Setelah pasar sasaran dan karakteristiknya di identifikasi, komunikator pemasaran
harus memutuskan tanggapan yang diharapkan dari audiens. Tanggapan terakhir
yang diharapkan dari audiens adalah pembelian, kepuasan yang tinggi dan cerita
dari mulut ke mulut yang baik.
a.d 3 Merancang Pesan
Setelah menentukan tanggapan yang diinginkan dari audiens komunikator
selanjutnya mengembangkan pesan yang efektif. Idealnya, pesan itu harus
menarik
perhatian
(attention),
mempertahankan
ketertarikan
(interest),
membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakkan tindakan (action).
Memformulasikan pesan memerlukan pemecahan atas 4 masalah.
1. Isi pesan -> apa yang akan dikatakan
2. Struktur pesan -> bagaimana mengatakannya secara logis.
3. Format pesan -> Bagaimana mengatakannya secara simbolis.
4. Sumber pesan -> Siapa seharusnya mengatakannya.
13
a.d.4 Memilih Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi terdiri dari 2 jenis yaitu:
1. Saluran komunikasi personal.
Mencakup dua orang atau lebih yang berkomunikasi secara langsung satu
sama lain.
2. Saluran komunikasi nonpersonal
Menyampaikan pesan tanpa melakukan kontak atau interaksi pribadi, tetapi
dilakukan melalui media, atmosfer dan acara.
a.d.5 Menentukan Total Anggaran Promosi
Anggaran promosi merupakan bagian dan anggaran pemasaran. Namun demikian
tidak ada standar yang pasti mengenai seberapa besar pengeluaran untuk promosi
yang harus dialokasikan. Faktor penyebabnya adalah pengeluaran promosi itu
bervariasi tergantung pada produk atau situasi pasar. Meskipun banyak kesulitan yang
ditemui dalam menentukan besarnya anggaran promosi ini, banyak praktisi yang
membuat rule-of- thumb yang terbukti dapat digunakan dalam penentuan besarnya
pengeluaran untuk promosi.
1. Marginal Approach
Pendekatan ini memberi jalan keluar bahwa pengeluaran optimal untuk masingmasing metode promosi ditentukan dengan kondisi MR=MC (Marginal Revenue
Marginal Cost).
2. Breakdown Method
Metode ini terdiri atas beberapa macam, yaitu:
a. Percentage-of-Sales Approach
Dalam pendekatan ini besarnya anggaran promosi ditentukan berdasarkan persentase
tertentu dan penjualan (tahun lalu atau prediksi penjualan tahun depan) atau dan
harga jual.
14
b. Affordable Method
Dalam metode ini, besarnya anggaran promosi ditetapkan berdasarkan perkiraan
manajemen mengenai kemampuan keuangan perusahaan. Dalam situasi yang benarbenar tidak pasti penerapan metode ini barangkali paling tepat. Metode ini juga
memperhitungkan bahwa pengeluaran promosi mempunyai nilai jangka panjang.
Namun pendekatan ini tidak memperhitungkan pengaruh promosi terhadap penjualan.
Selain itu anggaran promosi setiap tahunnya menjadi tidak menentu sehingga
menyulitkan perencanaan pemasaran jangka panjang.
c. Return-On-Investment Approach
Dalam pendekatan ini pengeluaran promosi dianggap sebagai investasi. Oleh karena
itu besarnya anggaran promosi yang sesuai ditentukan dengan membandingkan
tingkat return yang diharapkan (expected return) dan tingkat return yang diinginkan
(desired return). Expected return dihitung dengan menggunakan present value dan
return masa depan. Validitas dan kebaikan metode ini memang tidak dapat dibantah,
namun metode ini juga mempunyai masalah. Pertama, penentuan hasil metode
promosi dan waktu ke waktu sulit dilakukan. Kedua, seberapa besar porsi expected
return yang layak dan investasi promosi? Keterbatasan ini menimbulkan hambatanhambatan dalam pemakaiannya.
d. Competitive-Parity Approach
Dalam metode ini, anggaran promosi suatu perusahaan harus sesuai atau sama dengan
pengeluaran promosi pesaingnya. Asumsi dalam pendekatan ini adalah:
1) Anggaran promosi berhubungan langsung dengan pangsa pasar. Dengan
demikian agar pangsa pasarnya tidak berubah, maka pengeluaran promosi
perusahaan harus dalam proporsi yang sama dengan pengeluaran promosi
pesaingnya.
2) Pengeluaran pesaing merupakan kebijakan yang kolektif dan suatu industri.
3) Dengan mempertahankan kesamaan, maka perang promosi dapat dihindari.
15
Apabila mempertimbangkan sifat persaingan, rasanya pendekatan ini masuk akal.
Akan tetapi ada sejumlah keterbatasan pada metode ini. Pertama, pendekatan ini
mensyaratkan adanya pemahaman mengenai pandangan pesaing terhadap promosi,
padahal informasi seperti itu jarang bisa diperoleh. Kedua, pesaing sewaktu-waktu
bisa saja menambah anggaran promosinya, sehingga tidak mungkin bagi perusahaan
untuk memantau pesaing tersebut satu per satu mengenai anggaran promosinya.
Ketiga, sumber daya, tujuan, dan peluang setiap perusahaan juga berbeda-beda.
Keempat, tidak ada jaminan bahwa anggaran promosi yang sama bisa mencegah
perang promosi.
3. Build-Up Method (Objective-and-Task Method)
Penentuan anggaran promosi dilakukan dengan cara menentukan tujuan-tujuan iklan,
personal selling, dan sales promotion dan setiap lini produk, menentukan tugas-tugas
yang harus dilakukan dan besarnya biaya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Jumlah biaya total dan tugas-tugas pencapaian tujuan tersebut merupakan biaya
promosi perusahaan. Dengan metode ini manajer dapat menganalisis secara ilmiah
peranan promosinya dan kontribusi promosi tersebut terhadap pencapaian tujuan
pemasaran. Pengeluaran promosi juga dapat dikendalikan. Akan tetapi metode ini
dikritik terlalu ilmiah dan kaku.
a.d.6 Membuat keputusan atas bauran promosi (Marketing Mix)
Perusahaan harus mendistribusikan total anggaran promosi untuk lima alat
promosi yaitu:

Iklan, merupakan model komunikasi yang dapat menjangkau public secara luas.
Iklan dapat digunakan untuk membangun image jangka panjang dan juga
mempercepat quick sales. Selain itu iklan juga bersifat baku dan dapat
ditayangkan berulang-ulang serta dapat memperoleh efek dramatisasi dari iklan
16
yang telah ditayangkan tersebut. Namun iklan hanya dapat membawa pesan
secara monolog (komunikasi satu arah).

Promosi penjualan, komunikasi dimana merupakan sarana untuk menarik
perhatian dan memeberikan informasi yang akhirnya mengarahkan konsumen
kepada produk. Hal tersebut memberikan kontribusi nilai tambah kepada
konsumen dan juga dapat secara aktif mengajak konsumen membeli produk yang
ditawarkan.

Public Relation dan publisitas, alat promosi ini dapat menarik perhatian khalayak
ramai jika memiliki kredibilitas yang tinggi dan tidak memasukkan unsure
penjualan, jadi hanya sebagai pemberi informasi. Public Relation dan publisitas
juga dapat memperoleh efek dramatisasi seperti yang terjadi pada iklan.

Personal Selling, merupakan alat promosi yang paling efektif pada siklus terakhir
dari proses pembelian. Hal ini terjadi karena personal selling dapat membuat
hubungan interaktif secara dekat sehingga dapat mengnenal konsumen secara
lebih dalam dan lebih baik sehingga dapat memberikan respon yang tepat.

Direct Marketing, alat promosi ini hanya dapat menjangkau konsumen yang
spesifik. Namun pesan yang disampaikan melalui direct marketing dapat
disesuaikan dengan karakter dan respon konsumen yang dituju serta dapat
diperbaharui secara cepat pula.Perusahaan selalu mencari cara untuk meperoleh
efisiensi dengan mensubtitusi satu alat promosi dengan yang lainnya.
a.d.7 Mengukur Hasil Promosi
Setelah
menerapkan
rencana
promosi,
komunikator
harus
mengukur
dampaknya pada audiens sasaran. Hal ini mencakup menanyakan audiens
sasaran apakah mereka mengenali atau mengingat pesan yang telah
disampaikan, beberapa kali mereka melihatnya, hal-hal apa saja yang mereka
ingat, bagaimana perasaan mereka tentang pesan tersebut, dan sikap mereka
sebelumnya dan sekarang tentang produk dan perusahaan itu.
17
a.d.8 Mengelola dan mengkoordinasikan Proses Komunikasi Pemasaran
Terintegrasi (Integrated Marketing Communication, IMC)
Banyak perusahaan masih sangat mengandalkan satu atau dua alat komunikasi
untuk mencapai tujuan komunikasinya. Praktik ini terus berlangsung, meski
sekarang ini terjadi disintegrasi dari pasar massal ke banayak pasar kecil, masingmasing memerlukan pendekatan komunikasi tersendiri, berkembangannya
berbagai jenis media baru dan semakin canggihnya konsumen. Alat komunikasi,
pesan, dan audiens yang sangat lebih modern.
Integrated Marketing Communication
Secara operasional IMC dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep perencanaan
marketing komunikasi yang melibatkan semua bentuk tools dalam berkomunikasi
untuk mempengaruhi konsumen sehingga bisa mendapatkan efek komunikasi
yang jauh lebih besar, tentu saja harus dipastikan semua aspek komunikasi
tersebut satu suara, maksudnya memiliki message yang sama.
Bentuk komunikasi dalam komunikasi pemasaran terpadu itu meliputi
iklan, PR, jaringan distribusi, sales promotion, direct marketing, CRM dan bentuk
bentuk marketing komunikasi lainnya yang terus berkembang seiring dengan
semakin berkembangnya ilmu ini, yaitu online marketing yang melibatkan
internet.
Konsep Integrated Marketing Communication(IMC)
Secara umum, IMC bisa dikatakan sebagai suatu aktifitas komunikasi yang paling
lengkap. IMC tidak hanya seputar kegiatan memasarkan produk yang berupa
barang ataupun jasa saja, tetapi juga merupakan suatu bentuk komunikasi antara
perusahaan dengan publik. IMC merupakan bauran komunikasi pemasaran
18
terpadu yang menggabungkan tentang promotional mix, seperti advertising, sales
promotion, direct selling, Public Relations, dan marketing tentunya.
Advertising and Promotional Tools
Disini terlihat bahwa iklan merupakan salah satu elemen yang ikut menentukan
sukses atau tidaknya marketing komunikasi sebuah brand/produk, tetapi sesuai
yang dibicarakan dalam buku "The fall of Advertising, and The Rise of PR",
maka dapat kita simpulkan bahwa iklan tidaklah memegang peranan utama dalam
sebuah komunikasi pemasaran.
Dalam konsep IMC, keberhasilan tidak bisa di klaim sebagai buah kerja
keras salah satu bentuk komunikasi saja melainkan kerja keras dari semua elemen
karena masing-masing elemen memiliki tugas yang berbeda, tetapi pada
hakikatnya saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Pesan yang terintegrasi
tentunya juga membantu untuk mencapai brand building sehingga juga bisa
memaintain hubungan yang baik dengan customers
Peranan Integrated Marketing Communication
IMC memiliki peran yang sangat penting terhadap penentuan dari tujuan
pemasaran, salah satunya adalah menyukseskan kegiatan beriklan karena dari
penjabaran fungsi di atas, terlihat bahwa iklan menjadi tidak mengena ketika tidak
di'support oleh distribusi yang bagus, kerja keras dari direct marketing , sales
promotion dan tim-tim yang lain.Iklan membantu untuk mendorong timbulnya
aksi pembelian untuk mencoba produk XY tersebut, serta juga kemudian untuk
membantu menguatkan keinginan untuk melakukan pembelian berikutnya.
IMC tidak dapat dilihat dari satu aspek komunikasi saja, tetapi dalam
prakteknya kita bisa melakukan analisis untuk dapat mengetahui aspek IMC yang
manakah yang paling dominan dalam mencapai efektifitas dan efisiensi dari
program komunikasi pemasaran perusahaan.
19
Disini terlihat bahwa iklan merupakan salah satu elemen yang ikut
menentukan sukses atau tidaknya marketing komunikasi sebuah brand/produk.
Dalam konsep IMC, keberhasilan tidak bisa di klaim sebagai buah kerja keras
salah satu bentuk komunikasi saja melainkan kerja keras dari semua elemen
karena masing masing elemen memiliki tugas yang berbeda yang saling
berintegrasi.
Konsepsi komunikasi pemasaran ini pada dasarnya berkaitan dengan
konsespsi ekonomi tentang unsur-unsur klasik pemasaran yang lazim disebut
dengan formula 4P yakni Product, Price, Place, and Promotion. Komunikasi
tentang 4p ini kemudian dijabarkan lagi menjadi beberapa konsep sentral yang
meliputi:
1. Segmentasi dan Cakupan Pangsa Sasaran: Niching
Segmentasi dan cakupan pangsa pasar sasaran perlu berubah orientasinya, dari
yang semula berskala domestik/nasional menjadi berskala lintas nasional dan
global. Kotler berpendapat bahwa salah satu strategi yang tepat untuk
menembus situasi persaingan global adalah dengan melakukan niching yakni
dengan memfokuskan perhatian pada suatu daerah tertentu yang potensial dan
aman.Implikasi dari konsep niching ini adalah pertama, segmentasi pasar
sasaran perlu difokuskan pada kelompok-kelompok tertentu (misalnya kelas
social lapisan atas saja, atau lapisan bawah saja). Kedua Cakupan geografis
pangsa pasar perlu diarahkan ke negara-negara atau kawasan tertentu.
2. Uniformitas Global dalam hal positioning, Brand Name, Packaging,
Pricing dan advertising Strategy.
Strategi komunikasi pemasaran yang diarahkan kepada upaya menembus
situasi persaingan dalam era pasar global, menuntut Keegan, adanya pola
uniformitas (keseragaman) yang relatif berskala global atau universal dalam
beberapa aspek. Aspek-aspek komunikasi pemasaran yang perlu mengikuti
20
pola uniformitas global ini terutama meliputi: strategi posisi, penamaan merk,
penentuan harga dan strategi periklanan.
3. Diferensiasi dalam Sales Promotion, Selling approach, distribution dan
Customer Service.
Pola diferensiasi berdasarkan kondisi pangsa pasar dikawasan tertentu.
Menurut Keegan, pendekatan penjualan dan promosi penjualan (termasuk
yang menyangkut tenaga personelnya) akan efektif dan efisien apabila
dirancang dengan menerapkan pola regionalisasi atau diterapkan di daerahdaerah atau kawasan tertentu.Aspek-aspek komunikasi pemasaran yang perlu
mengikuti pola diferensiasi ini terutama meliputi: promosi penjualan,
pendekatan penjualan.
Konsep sentral yang terakhir adalah Customer Service (pelayanan
pelanggan).Tujuannya adalah untuk memelihara dan meningkatkan hubungan
psikologis antara produsen dan pelanggan serta memantau berbagai keluhan
dari para pelanggan. Pemeliharaan loyalitas dari para pelanggan perllu tetap
dijaga agar mereka tidak beralih ke produk pesaing. Bahkan para pelanggan
ini merupakan mediaotr yang efektif dalam komunikasi pemasaran karena
memiliki Safety Credibility (kepercayaan keamanan). Upaya komunikasi
pemasaran dalam menembus pasar global ini juga perlu ditunjang dengan
upaya-upaya pembenahan dalam berbagai aspek yang menyangkut system
organisasi dan manajemen perusahaan, serta didukung oleh kebijakan politik
dan ekonomi pemerintah.
4.
Promosi
Promosi
meliputi
penggunaan saluran komunikasi.
Bauran promosi
(promotion mix) yang lengkap meliputi 6 (enam) saluran: Advertising,
personnal selling, word-of-mouth, sales promotion, publicity dan public
relations. Saluran advertising meliputi iklan-iklan yang dipasang dalam
berbagai bentuk media massa. Personal selling mencakup kegiatan penjualan
21
langsung ke konsumen secara personal oleh para penjual atau melalui sistem
jaringan.
2.3 Variabel-variabel yang Mempengaruhi Komunikasi Pemasaran Global
Ada sejumlah variabel yang bisa mempengaruhi efektivitas komunikasi
pemasaran yang melewati batas-batas negara. Beberapa di antara faktor tersebut bisa
dikendalikan oleh manajemen lokal atau manajemen kantor pusat. Meskipun
demikian, banyak di antaranya yang justru tidak bisa dikendalikan dan harus
dipertimbangkan secara cermat sebelum melakukan komunikasi pemasaran. Dua
faktor yang paling berdampak langsung dan segera pada organisasi dan aktivitas
komunikasinya adalah budaya dan media.
1. Budaya
Nilai, keyakinan, gagasan, kebiasan, tindakan dan simbol yang dipelajari oleh
para anggota masyarakat tertentu dikenal dengan istilah budaya. Budaya berperan
penting dalam memberikan identitas dan pedomen bagi setiap individu mengenai
perilaku yang bisa diterima dan yang tidak bisa diterima. Budaya diperoleh melalui
pembelajaran. Bila budaya bersifat 100% bawaan atau hanya karena insting, maka
setiap orang akan berperilaku sama. Orang di berbagai belahan dunia tidak
berperilaku secara seragam dan perilakunya tidak bisa diprediksi secara akurat. Oleh
sebab itu, terdapat keaneka ragam budaya yang masing-masing memilki batas-batas
tertentu. Batas-batas tersebut tidak brsifat kaku, namun bisa berubah seiring dengan
adaptasi dengan adaptasi dan penyesuaian yang dilakukan para anggota masyarakat
terhadap teknologi baru, kebijakan pemerintah, perubahan nilai, dan demografis.
Budaya diturunkan dari generasi ke generasi. Proses ini berlangsung melalui
keluarga, agama, pendidikan, dan media. Saluran perilaku dan keyakinan sosial ini
berperan besar dalam memberikan konsisitensi, stabilitas dan arah. Selain itu, budaya
memiliki berbagai aspek. Aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan komunikasi
pemasaran antara lain: nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan simbol, seperti
22
bahasa dan estetika; institusi dan kelompok, seperti keluarga, rekan kerja, pendidikan,
media, dan agama; dan nilai-nilai yang menurut Hofstede (1990) mencerminkan inti
budaya.
a. Simbol.
Bahasa, baik dalam bentuk tertulis maupun lisan memungkinkan anggota
masyarakat untuk melakukan dialog dan bertukar pikiran. Estetika, dalam bentuk
desain dan warna, membentuk bagian intergral dari pengemasan, promosi
penjualan, dan periklanan. Setiap orang yang terlibat dalam personal selling harus
mencermati dampak simbolis dari kode etik berbusana secara formal dan
informal, dampak penampilan secara keseluruhan dan dampak bahasa syarat atau
gerak tubuh (misalnya saat menyapa atau meninggalkan orang lain) terhadap
setiap individu dengan berbagai latar belakang budaya. Pengiklan harus berhatihati supaya tidak meyalahi kode estetika budaya tertentu saat merancang
visualisasi iklan atau menerjemahkan copy iklan ke dalam bahasa setempat.
Sebagai ilustrasi, aspek warna kadangkala sensitif dalam budaya-budaya tertentu.
Misalnya, bunga warna ungu melambangkan kematian dan kesedihan di Brazil;
bakung putih berkonotasi sama di Kanada, Inggris, dan Swedia; bunga bakung
putih dan kuning di Taiwan;dan bunga bakung kuning di Meksiko. Bunga warna
kuning melambangkan ketidaksetiaan di Perancis dan sikap tidak sopan terhadap
wanita di mantan Uni Soviet.
b. Institusi dan kelompok. Berbagai institusi yang membantu pembentukan struktur
masyarakat dan budaya tertentu memberikan wahana komunikasi dan pelestarian
budaya. Kelompok-kelompok tersebut memberikan mekanisme berlangsungnya
proses sosialisasi. Di antara kelompok tersebut, keluarga memainkan peranan
penting. Bentuk keluarga berbeda antar budaya. Contohnya, unit keluarga
tradisional di negara Barat semakin berkurang dan jumlah keluarga single-parent
berkembang pesat. Sementara itu, extended family, dengan beberapa generasi
yang tinggal bersama, tetap menjadi bagian sentral dalam masyarakat di berbagai
23
negara berkembang. Pesan-pesan komunikasi pemasaran harus mencerminkan
karakteristik seperti ini. Dampak dan arti penting berbagai pengambil keputusan
harus dipahami dan gagasan kreatif sentral harus up-to-date dan sensitif terhadap
unit keluarga. Sebagai contoh, Johnson & Johnson pernah melakukan kesalahan
sewaktu merancang iklan global untuk memperkenalkan salah satu produk
barunya. Iklan tersebut menggambarkan seorang ibu dengan seorang bayi yang
baru lahir di rumah sakit. Dilihat dari segi konten, tidak ada yang salah dengan
iklan tersebut. Namun, jika dtinjau dari aspek sensitivitas budaya, barulah
kelihatan bahwa iklan tersebut bahwa iklan tersebut ‘bermasalah’ di Eropa
Timur’. Mengapa demikian? Para ibu di Eropa Timur melahirkan di rumah dan
hanya datang ke rumah sakit jika ada masalah serius pada sang ibu atau bayinya.
Oleh karena itu, mengasosiasikan produk baru dengan penyakit serius bukanlah
strategi yang pantas diterapkan. Akhirnya iklan Johnson & Johnson tersebut
ditarik sebelum ditayangkan secara luas di Polandia.
Selain keluarga, beberapa aspek lainnya (seperti institusi kerja, pandidikan
dan agama) juga berbeda antar budaya. Pola kerja, misalnya, berbeda antar
kawasan. Tidak semua budaya melakukan aktivitas kerja dari pukul 9 pagi hingga
5 sore selama 5 hati seminggu. Di beberapa negara di kawasan Asia Pasifik,
bekerja 6 hari seminggu merupakan norma yang berlaku umum.
Tingkat melek huruf sangat berpengaruh terhadap kemampuan target
khalayak untuk memahami pesan komunikasi pemasaran. Keseimbangan antara
komponen visual dan non-visual dalam pesan dan kompleksitas relatif pesan
harus dipertimbangkan sesuai dengan tingkat pendidikan di negara atau kawasan
regional yang dimasuki. Sebaliknya, sebagian audiens di negara maju justru
memiliki tingkat pemahaman iklan yang sangat tinggi. Makna yang diberikan
pada pesan pemasaran merupakan cerminan dari sejauh mana individu memahami
pesan komersial dan apa yang ingin dicapai sumber pesan. Level interaksi yang
tinggi dengan pesan pemasaran ini (disebut pula advertising literacy)
mengindikasikan bahwa pengiklan harus menciptakan dialog dengan para
24
audiensnya yang mencerminkan kemampuan pemrosesan kognitif audiens dan
tidak berusaha menipu atau memberikan informasi yang keliru.
c. Nilai.
Salah satu riset yang paling berpengaruh dalam literatur pemasaran global
menyangkut aspek budaya adalah penelitian yang dilakukan Hofstede (1985,
1990). Penelitian Hofstede berhasil mengidentifikasi beberapa dimensi budaya.
Dimensi pertama berkaitan dengan dimensi individulis/kolektivis. Budaya
individualis menekankan tujuan pribadi dan keinginan untuk diberdayakan,
berkembang dan menjadi pemimpin yang baik, sedangkan budaya kolektivis
mengutamakan
keanggotaan
dan
partisipasi
kelompok
yang
baik.
Konsekuensinya, timbul masalah manakala komunikasi di antara kedua jenis
budaya tersebut memiliki makna yang diartikan sesuai dengan konteks yang
berbeda. Ada baiknya strategi komunikasi adaptasi diterapkan untuk menghindari
kesalahpahaman dan kerancuan makna.
Selain itu, pemahaman atas pesan komunikasi akan semakin kompleks
karena adanya konteks bahasa. Dalam bahasa konteks tinggi, informasi
disampaikan melalui siapa yang berbicara dan juga perilaku individu
bersangkutan. Konten bersifat implisit, tidak perlu dikemukakan semuanya, dan
disimpulkan sendiri oleh penerima pesan. Hal seperi ini tidak terjadi pada bahasa
konteks rendah, di mana informasi harus disampaikan secara rinci agar tidak
terjadi kesalapahaman. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika komunikasi
pemasaran berlangsung di antara kedua konteks bahasa ini, komunikator yang
tidak berpengalaman akan merasa ‘terganggu’ karena pendekatan blak-blakan di
negara berkonteks rendah (seperti Jerman atau Perancis) atau ‘terkecoh’ oleh
minimnya informasi yang diberikan di negara berkonteks tinggi (seperti Jepang
atau negara Asia lainnya).
Dimensi budaya berikutnya berkaitan dengan peranan wewenang dalam
masyarakat. Dalam high-power-distance cultures, wewenang sangat penting dan
25
menentukan sebagian besar keputusan yang dibuat. Sebaliknya, dalam lowpower-distance-cultures, orang lebih suka menggunakan pemrosesan kognitif dan
membuat keputusan beralasan (masuk akal) berdasarkan informasi yang tersedia.
Implikasnya, saran dan rekomendasi yang jelas dan spesifik dari para pakar harus
diberikan pada high-power-distance cultures, sementara penyediaan informasi
harus menjadi sasaran komunikasi pemasaran pada low-power-distance-cultures.
Orang cenderung merasa terancam atau tidak tenang menghadapi situasi
ketidakpastian, oleh sebab itu biasanya mereka menghindari situasi yang tidak
menyenangkan tersebut. Budaya yang lebih tergantung pada aturan formal dinilai
memiliki tingkat uncertainty avoidance yang tinggi. Masyarakat dalam budaya
semacam ini membutuhkan nasehat seorang ahli, sehingga komunikasi pemasaran
yang mencerminkan karakteristik seperti itu, yaitu logis dan jelas, serta
menyediakan informasi secara langsung dan tidak mendua akan memiliki peluang
sukses yang lebih besar.
Ditinjau dari perspektif adaptasi/standarisasi, informasi di atas sangat
bermanfaat dalam menentukan bentuk pesan iklan yang paling efektif. Zandpour
& Harich (1996) malakukan analisis dengan menggunakan dimensi budaya ini
dan penilaian terhadap lingkungan industri periklanan di masing-masing Negara.
Hasil riset mereka menunjukkan bahwa sejumlah negara lebih receptive terhadap
pesan-pesan yang memiliki daya tarik informasi yang bersifat logis dan rasional,
sementara Negara lainnya lebih receptive terhadap daya tarik psikologis dan
dramatis.
2. Media
Perkembangan teknologi berdampak besar pada bentuk dan jenis media yang
bisa diakses audiens. Namun, ketersediaan media tidak sama antar negara dan rentang
serta tipe media juga bervariasi antar negara. Perkembangan media dipengaruhi oleh
perubahan struktural dan regulasi menyangkut industri media di setiap negara.
Banyak organisasi (media dan agen) berusaha tumbuh melalui deversifikasi dan
26
pengembangan jaringan internasional (pertumbuhan organik dan aliansi). Ada
kecenderungan terjadi peningkatan konsentrasi kepemilikan dan pengendalian
terhadap sebagian besar industri media oleh sejumlah kecil organisasi atau individu.
Contohnya, Rupert Murdoch, Ted Turner, Time-Warner, Bertelsmann, dan Silvio
Berlusconi kini memiliki saham yang sangat besar pada media internasional. Salah
satu penyebab terjadinya konsentrasi kepemilikan ini adalah keputusan pemerintah di
berbagai negara untuk menderegulasi media dan menjalin relasi dagang baru.
Implikasinya, jaringan media seperti ini (televisi, koran, majalah, TV kabel, satelit,
film, penerbitan, periklanan, bioskop, ritel dan rekaman) menciptakan peluang bagi
para pemasang iklan untuk memakai jasa satu penyedia media saja yang kemudian
akan menyediakan akses ke jaringan media globalnya. Fasilitas yang di kenal pula
dengan istilah ‘one-stop-shopping’ kini telah berkembang pesat ke seluruh dunia.
Beberapa trend yang dijumpai dalam perkembangan media global antara lain
meliputi:
 Belanja iklan untuk media elektronik berkembang pesat dan bahkan ‘menyedot’
sebagian anggaran belanja media cetak.
 Belanja iklan untuk surat kabar di seluruh dunia mengalami penurunan signifikan.
 Jumlah majalah umum (general interest magazines) berkurang dan sebaliknya,
jumlah majalah spesifik (specialist interest magazines) berkembang pesat.
 Pertumbuhan fasilitas satelit memfasilitasi perkembangan jaringan televisi dan
TV kabel.
 Pemrograman dan distribusi televisi semakin hari semakin penting.
 Media di luar rumah (out-of-home media), khususnya media di luar gedung dan
media alternatif baru, mengalami pertumbuhan signifikan.
 Webvertising (iklan di internet, baik di portal, fasilitas email, chatting, maupun
situs spesifik) mengalami perkembangan dramatis, terutama dalam beberapa
tahun terakhir.
27
2.4 Riset Komunikasi Pemasaran, Analisis Situasi, Taktik dan Strategi
Komunikasi pemasaran
Keberhasilan sebuah strategi komunikasi pemasaran dapat diukur dengan
seberapa besar penjualan sebuah produk atau penghasilan dan pemanfaatan jasa oleh
konsumen. Dalam riset komunikasi pemasaran, tingkat keberhasilan diukur
berdasarkan sejauhmana iklan produk, serta perubahan strategi kompetitor domestik
dan luar negeri menjadi bagian dan analisis strategi dan taktik komunikasi pemasaran
Gambar2.2
Analisis Situasi, Taktik dan Strategi Komunikasi pemasaran Berdasarkan atas
Perubahan Kondisi Persaingan Dalam Pasar
Inti dan analisis situasi, analisis strategi, dan penentuan taktik dalam konteks
komunikasi pemasaran adalah perusahaan diisyaratkan untuk melakukan analisis
peristiwa (event analysis). Dimana analisis tersebut mencakup studi mendalam lagi
menyeluruh tentang sejumlah perubahan variabel yang dapat mempengaruhi pasar,
dan mempengaruhi peta persaingan, seperti: analisis perubahan persepsi dan analisis
perubahan pangsa pasar.
Tujuan lain dan analisis situasi, taktik dan strategi dalam komunikasi
pemasaran adalah untuk memperoleh sejumlah dukungan data yang dapat diperoleh
28
dan konsumen (sebagai sumber utama). Salah satu tujuan utama yang hendak diraih
adalah mendapatkan respon positif atas strategi awal perusahaan. Dimana respon
tersebut merupakan langkah awal yang selanjutnya dapat (bila tidak dikatakan harus)
dikembangkan menjadi hasil yang positif, yaitu pembelian dan pembelian kembali.
Namun bila strategi awal dianggap gagal memenuhi target hasil yang diinginkan,
maka melakukan perubahan strategi dengan memilih alternatif konsep lain yang telah
ditetapkan pada awal strategi, dapat dilakukan.
Dalam melakukan perubahan strategi di tengah jalan, kita tidak harus terpaku
kepada sejumlah alternatif konsep yang telah dirumuskan atau dicadangkan
sebelumnya. Hasil analisis situasi/analis peristiwa mbantu perusahaan dalam
menentukan atau mengembangkan aejumlah konsep baru yang berbeda dan konsepkonsep strategi yang sudah ada sebelumnya. Dengan demikian, perubahan strategi
yang dilakukan perusahaan pada dasarnya ditujukan untuk tetap .mempertahankan
posisi perusahaan, pangsa pasar, di tengah perubahan situasi yang ketat. (Keegan,
2003:144).
2.5
Strategi Komunikasi Pemasaran Global
Sebuah organisasi harus mengadaptasikan pesan eksternalnya agar bisa sesuai
dengan kondisi negara lokal atau regional. Kebijakan standarisasi sukar dituntaskan
karena menyangkut pertimbangan strategik dan kemampuan memahami lingkungan
global secara komprehensip. Di satu sisi kebijakan standarisasi memungkinkan
penghematan biaya yang cukup signifikan, konsistensi pesan dalam pasar global,
efektivitas komunikasi, kohesi dan identitas organsasi. Masing-masing merek
perusahaan harus memiliki kepribadian merek yang kuat sehingga berhasil
menciptakan identifikasi global dan nilai merek superior yang mampu melintasi
berbagai budaya yang berbeda.
Para pendukung standardisasi percaya bahwa era desa global sudah mendekat
dengan cepat, dan bahwa selera dan preferensi semakin menyatu. Menurut argumen
standardisasi, karena orang di mana pun menginginkan produk yang sama dengan
29
alasan yang sama, perusahaan dapat mencapai efisiensi tinggi dengan menyamakan
perikianan di seluruh dunia. Pengiklan yang mengikuti pendekatan terlokasi tidak
percaya akan argumen “desa global”. Sebaliknya, mereka menegaskan bahwa
konsumen masih tetap berbeda dan negara yang satu ke negana yang lain dan hams
dicapai dengan perikianan yang disesuaikan dengan negara yang bersangkutan. Orang
yang mendukung lokalisasi mengatakan bahwa kebanyakan tindakan konyol
diakibatkan pemasang ikian gagal untuk memahami dan menyesuaikan pada budaya
asing.
Pendapat yang mendukung strategi adaptasi pesan agar bisa memenuhi
kebutahan lokal atau regional tertentu didasarkan pada beberapa argumen berikut:

Kebutuhan konsumen berbeda-beda dan bervariasi intensitasnya. Asumsi
bahwa stimulasi iklan tertentu yang memiliki daya tarik universal cenderung
tidak realistis. Hampir tidak mungkin bahwa konsumen di berbagai negara
memiliki pengetahuan dan potensi yang sama sehingga mereka memproses
informasi dengan cara yang baku atau memahami dan mempersepsikan
stimulasi pemasaran dengan makna yang sama. Oleh sebab itu, gagasan
konsep pesan yang dirancang secara terpusat besar kemungkinannya tidak
sesuai dengna pasar lokal.

Infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung penyampaian pesan standar
sangat bervariasi, baik antar negara maupun antar daerah dalam negara yang
sama.

Tingkat pendidikan antar negara berbeda-beda. ini berarti bahwa kemampuan
konsumen untuk memberikan makna pada pesan yang diterima juga berbedabeda. Demikian pula kemampuan untuk memproses informasi juga beraneka
ragam, sehingga kompleksitas isi pesan harus ditekan serendah mungkin agar
penyampaian informasi secara universal bisa sukses.

Tingkat dan cara pengendalian terhadap komunikasi pemasaran di setiap
negara merupakan refleksi dari kondisi ekonomi, budaya, dan politik
30
setempat. Keseimbangan antara voluntary controls melalui self-regulation dan
pengendalian pemerintah melalui peraturan merupakan cerminan dari tingkat
kematangan ekonomi dan politik negara bersangkutan. Ini berarti bahwa apa
yang dianggap sebagai aktivitas komunikasi pemasaran yang bisa diterima di
suatu negara mungkin saja tidak boleh di negara lain.

Manajemen lokal terhadap implementasi pesan standar yang ditentukan secara
terpusat sangat mungkin tidak efektif karena kurangnya rasa kepemilikan atas
pesan bersangkutan. Pesan yang dirancang oleh perancang lokal untuk
memenuhi kebutuhan pasar lokal cenderung mendapatkan dukungan dan
motivasi yang lebih besar.
Sementara itu, altenatif strategi standarisasi pasar juga didukung sejumlah
argumen, diantaranya:

Meskipun secara geografis tersebar, konsumen berbagai kategori produk
memiliki sejumlah karakteristik serupa. Hal ini didukung dengan berbagai
tipologi psikografis yang telah dikembangkan oleh beberapa agen periklanan
untuk para kliennya. Selama citra dan proposisi merek sanggup memberikan
makna universal, tidak perlu dirancang pesan merek dalam jumlah besar.

Banyak kampanye iklan yang dirancang secara lokal rendah kualitasnya,
karena kurangnya sumber daya lokal, pengalaman dan keahlian. Oleh sebab
itu, lebih baik mengendalikan proses total dan menciptakan keunggulan
komperatif.

Karena media, teknologi dan travel internasional berdampak pada banyak
orang, maka pesan standar untuk penawaran tertentu bisa mendukung
terciptanya citra merek yang kuat.

Seperti halnya manajemen lokal yang lebih menyukai kampanye lokal, maka
manajemen
pusat
juga
menyukai
kemudahan
implementasinya
dan
pengendalian kampanye standar. Ini memungkinkan manajer lokal untuk
berkonsentrasi pada manajemen kampanye iklan dan terbebas dari tanggung
31
jawab merancang gagasan kreatif dan hal lain yang terkait dengan agen
periklanan lokal.

Standarisasi pesan pemasaran memungkinkan tercitanya skala prduksi pesan
pengemasan, media buying, dan perancangan serta produksi pesan iklan. Di
samping itu, prospek konsistensi pesan dan kampanye yang terintegrsi secara
horizontal antar negara juga sangat menjanjikan. Pada gilirannya, skala
ekonomis yang tercipta bisa meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Meskipun strategi standarisasi dan adaptasi pesan memiliki argumen yang
masing-masing sama kuatnya, dalam praktik jarang ada perusahaan yang menerapkan
adaptasi total maupun standarisasi total. Sebaliknya mayoritas perusahaan lebih
memilih pendekatan kontingensi.
Organisasi menyusun pesan standar secara terpusat, namun untuk memberikan
kebebasan pada para manajer di negara tujuan pemasaran untuk mengadaptasinya
agar bisa memenuhi kebutuhan budaya setempat dengan cara menyesuaikan bahasa
dan komponen media lainnya. Ini berarti ada unsur standarisasi dan ada pula unsur
adaptasi.
2.6 Periklananan Penetapan Merk Dagang Global
Menurut Keegan (2003:139) periklanan dapat didefenisikan sebagai
komunikasi yang disponsori, yang ditempatkan dalam media massa dengan bayaran
tertentu. Periklanan memainkan peran komunikasi yang lebih penting dalam
pemasaran produk konsumen ketimbang produk industri.
Adapun Periklanan global adalah pengalihan imbauan periklanan, pesan, seni,
naskah, foto, cerita, dan potongan video serta film dan suatu negara ke negara lain.
Kemampuan untuk mengalihkan kampanye dengan berhasil di seluruh dunia
merupakan keunggulan penting bagi perusahaan global.
32
Kegagalan periklanan global tidak selalu disebabkan oleh perbedaan budaya
atau pengalaman pelanggan di antara penduduk di seluruh dunia. Sebaliknya,
kegagalan itu sering kali karena orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
kampanye global secara lokal menunjukkan penolakan terhadap kampanye global,
bahkan sebelum mutu atau efektavitas pasar dipertimbangkan. Potensi periklanan
global yang efektif meningkat dengan munculnya konsep baru seperti budaya
produk. Dewasa ini batasan didasarkan pada demografi global-budaya remaja,
misalnya, bukan lagi pada etnik atau budaya suatu bangsa. Kita tidak lagi memikirkan
budaya etnik, melainkan budaya produk. (Keegan, 203: 140)
Keunggulan dari penetapan merek global termasuk efisiensi dalam periklanan
disamping perbaikan akses ada saluran distribusi. Dalam analisis akhir, keputusan
apakah akan menggunakan kampanye global atau lokal tergantung pada pengenalan
tukar tambah yang terlibat oleh manajer. Sebaliknya, kampanye global akan
memberikan manfaat besar berupa penghematan biaya dan naiknya pengendalian di
samping pengungkitan daya kreatif potensial dari imbauan global. Sebaliknya,
kampanye lokal mempunyai keunggulan imbauan yang ditujukan pada sifat-sifat
paling penting dari produk di setiap budaya. (Keegan, 2003:141).
Dalam survei yang sama, kebanyakan eksekutif mengatakan bahwa mereka
tidak percaya bahwa presentasi kreatif dapat tersebar dengan baik. Penghalangnya
adalah hambatan budaya, hambatan komunikasi, masalah peraturan (misalnya, di
Perancis anak-anak tidak boleh dipergunakan untuk produk barang dagangan), posisi
persaingan (strategi perikianan dan merek atau produk yang menjadi pemimpin pasar
biasanya jauh berbeda dan merek yang kurang terkenal), dari masalah pelaksanaan.
Ini benar-benar merupakan hambatan, tetapi terdapat alasan kuat untuk mencoba
membuat kampanye global yang efektif. Melakukan hal itu berarti perusahaan
dipaksa menemukan pemasar global untuk produknya. Perusahaan pertama yang
menemukan pasar global untuk produk apa pun selalu mempunyai keunggulan
dibandingkan perusahaan yang datang belakangan. Pencarian kampanye periklanan
global dapat menjadi ujung tombak pencarian strategi global yang berkaitan.
33
Pencarian seperti itu haruss menyatukan orang-orang yang terlibat dengan produk
tadi, sehingga mereka dapat berbagi informasi dan pengalaman. Kampanye global
menjadi bukti keyakinan di pihak beberapa pemasang ikian bahwa tema yang
disatukan tidak hanya membangkitkan penjualan jangka pendek tetapi juga
membantu membina identitas produk jangka panjang dan penghematan signifikan
yang lain dalam biaya produksi. (Keegan, 2003:141).
2.7 Periklanan dan Tahap- Tahap Perkembangan Ekonomi
Di beberapa negara, kenaikan dalam PNB (Produk Nasional Bruto) per kapita
dan kenaikan pengeluaran dalam periklanan sebagai persentasi dan PNB berkaitan
langsung; artinya, semakin tinggi PNB per kapita, semakin besar persentase PNB
yang dipakai untuk periklanan. Kalau pendapatan suatu negara naik, muncul kekuatan
dengan arah yang bertentangan. Di satu pihak, naiknya pendapatan menciptakan
pasar potensial yang lebih besar untuk barang dan jasa serta dengan demikian
menciptakan insentif lebih besar untuk terlibat dalam periklanan. Di lain pihak,
tingkat periklanan yang meningkat ini sebagai respons pada potensi pertumbuhan dan
besar pasar mengakibatkan naiknya intensitas pesan komunikasi mi, yang diarahkan
kepada pelanggan dan mengurangi efektivitas pesan yang khusus. (Keegan,
2003:142).
Dari sudut pandang manajer periklanan global yang berusaha untuk
mengoptimalkan alokasi global dan penghasilan lewat periklanan, ini merupakan
pertanyaan yang penting.Manajer periklanan di perusahaan global perlu untuk
menentukan tingkat optimal total pembelanjaan periklanan di seluruh dunia di
samping alokasi optimum pengeluaran di antara negara. Dengan kondisi alokasi
optimum, hasil yang diperoleh manjinal (dampak penjualan/kesadanan) dan
pengeluaran periklanan negara sama besarnya. (Keegan, 2003:142).
34
Hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut.
A = pengaruh periklanan penjualan/kesadaran
C = pasar negara, 1 . . . ke-n
M = pengeluranan periklanan marjinal
Pada titik alokasi optimum,
A =M1 =M2=M3=Mn
2.8 Daya Tarik Periklanan dan Karakteristik Produk
Periklanan harus mengkomunikasikan daya tarik (appeal) yang relevan dan
efektif dalam lingkungan pasar sasaran. Karena produk seringkali berada pada tahap
yang berbeda dalam daur hidupnya di berbagai pasar nasional, dan karena terdapat
perbedaan budaya, sosial, dan ekonomi yang mendasar di pasar, maka daya tarik yang
paling efektif untuk suatu produk mungkin bervariasi dari pasar yang satu ke pasar
yang lain. Sekalipun demikian, pemasar harus berusaha untuk mengenali situasi di
mana (1) terdapat potensi pengurangan biaya karena adanya efisiensi; (2) hambatan
terhadap standardisasi seperti perbedaan budaya tidak signifikan; dan (3) produk
memuaskan kebutuhan fungsional dan emosional yang serupa dalam budaya yang
berbeda
Secara umum semakin sedikit pembeli sutu produk, iklan menjadi semakin
kurang penting sebagai unsur bauran promosi. Jadi bauran industri yang dibeli secara
tidak teratur, mahal dan kompleks secara teknis, dapat dijual hanya oleh tenaga
penjual langsung dan terlatih. Semakin teknis dan rumit suatu produk industri ,
pernyataan itu semakin mendekati kebenaran. Untuk produk seperti itu tidak ada
alasan untuk membiarkan biro iklan nasional melakukan pengulangan usaha masingmasing. Akan tetapi bahkan untuk tipe produk ini iklan mempunyai peranan untuk
membentuk tahapan bagi usaha tenaga penjual. Kampanye iklan yang baik dapat
membuat usaha seorang tenaga penjual menjadi jauh lebih mudah untuk memasuki
pintu dan setelah berada di dalam membuat mereka lebih mudah melakukan
penjualan.
35
2.9 Menciptakan Iklan
Pengarahan Seni
Pengarahan seni memperhatikan presentasi visual- ‘bahasa tubuh’ periklanan cetak
dan disiarkan.
Beberapa bentuk presentasi visual dipahami secara universal. Revlon,
misalnya, menggunakan seorang produsen Perancis untuk mengembangkan iklan
televisi di Inggris dan Spanyol untuk digunakan di pasar internasional Iklan ini yang
difilmkan dengan latar belakang Paris menyampaikan daya tarik dan keunggulan
produk Revlon di pasar internasional. Dengan membuat iklannya di Perancis, Revlon
memperoleh iklan televisi efektif dengan harga yang jauh lebih murah ketimbang
yang harus dibayar untuk iklan buatan Amerika dengan panjang yang sama.
PepsiCo menggunakan empat iklan komersial untuk menyampaikan tema
periklanannya. Pengaturan kaum remaja sedang bergembira dalam sebuah pesta atau
di pantai dipakai untuk mencerminkan lingkungan fisik secara umum dan
karakteristik rasial yang meliputi Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Afrika,
dan Asia. Musik dalam iklan ini juga disesuaikan dengan limawilayah tadi: rock
untuk Amerika Utara, bossa nova untuk Amerika Selatan, bersemangat untuk Afrika,
dan seterusnya.
Pemasang iklan internasional harus memastikan iklannya memang layak
untuk diperluas ke pasar-pasar tadi. Benetton baru-baru ini menghadapi masalah
dengan kampanye “United Colors of Benetton”. Kampanye itu muncul di 77 negara,
terutama dalam cetakan dan papan reklame. Pengarahan seni difokuskan pada,
pendekatan yang menoniol, provokatif antarras—tangan berku it putih dan tangan
berkulit hitam diborgol menjadi satu, misalnya Versi yang lain dari kampanye itu
menggambarkan seorang wanita berkulit hitam mengasuh bayi berkulit putih
memenangkan penghargaan di Perancis dan Italia. Akan tetapi, karena citra itu
membangkitkan kenangan sejarah perbudakan di Amerika, gambar tersebut tidak
dipergunakan di pasar A S
36
Naskah
Menjabarkan naskah atau menulis teks sebuah iklan, menjadi subyek yang banyak
diperdebatkan dalam lingkungan periklanan. Naskah harus relatif pendek dan tidak
berisi bahasa pasaran atau idiom. Hal ini
karena bahasa lain pasti memerlukan
ungkapan yang lebih panjang untuk menyampaikan pesan yang sama yaitu presentasi
visual, gambar, dan ilustrasi yang lebih banyak. Semakin banyak periklanan di Eropa
dan Jepang yang hanya berupa gambar, menyampaikan pesan spesifik dan menaikkan
nama perusahaan .Banyaknya orang yang buta huruf di banyak negara pasti
menghalangi komunikasi dan menuntut kreativitas lebih besar serta penggunaan
media verbal yang lebih banyak.
Perlu disadari tumpang tindih penggunaan bahasa di banyak wilayah dunia
(misalnya, Masyarakat Eropa, Amerika Latin, dan pasar Kanada-Amerika). Untuk
mewujudkan hal ini pemasang iklan global dapat menyadari efisiensi dalam membuat
naskah periklanan dalam bahasa yang sama dan dengan pesan yang sama untuk pasar
homogen ini. Slogan periklanan sering-kaIi menyajikan masalah terjemahan yang
paling sulit dan, oleh karena
itu paling
menjadi subyek kesalahan yang
menggelikan. Banyak cerita mengenai kasus macam itu, seperti “Finger lickin’ good’
semboyan dan Kentucky Fried Chicken diterjemahkan dalam bahasa Cina menjadi
“Makanlah habis jari-jarimu”, betapa naskah “Come alive” dari Pepsi dalam versi
Asia salah dipahami menjadi membangkitkan nenek moyang dari kubur . Sebelum
memutuskan apakah perlu menyiapkan naskah baru untuk pasar asing atau
menerjemahkan
naskah
bahasa
lnggris,
seorang
pemesan
iklan
harus
mempertimbangkan apakah pesan yang diterjemahkan dapat diterima dan dipahami
oleh masyarakat asing yang menjadi sasaran iklan tadi. Siapa pun yang mempunyai
pengetahuan mengenai bahasa asing menyadari bahwa biasanya orang harus mampu
berfikir dalam bahasa tadi agar dapat berkomunikasi dengan akurat. Seseorang harus
memahami konotasi kata, frasa, dan struktur kalimat yang diartikan, agar sepenuhnya
menyadari apakah pesan tadi dapat diterima dan bagaimana pesan itu dipahami.
37
Prinsip yang sama berlaku untuk periklanan—mungkin bahkan dengan tingkat yang
Iebih tinggi. Kesulitan komunikasi dalam periklanan menjadi lebih besar di sini
karena pada dasarnya ini merupakan komunikasi satu arah, tidak menyediakan sarana
umpan balik yang segera. Daya tarik yang paling efektif, penyusunan ide, dan bahasa
spesifik, terutama ungkapan sehari-hari dan idiom, dikembangkan oleh penulis
naskah yang berpikir menggunakan bahasa itu serta memahami konsumen sasaran
iklan tadi. Berpikir dalam bahasa asing termasuk berpikir dalam arti kebiasaan,
selera, kemampuan, dan prasangka masyarakat yang bersangkutan Artinya seseorang
harus menyatukan tidak hanya kata-kata tetapi juga kebiasaan dan keyakinan.
Saat merumuskan periklanan televisi dan cetak untuk dipergunakan di negaranegara industri seperti Amerika Serikat dan Jepang, pemasang iklan harus mengenali
gaya yang berlaku umum dan perbedaan arti. Iklan di Amerika lebih sering
rnenggunakan juru bicara dan membandingkan p secara langsung, dan menggunakan
argumen logis untuk mencoba menarik pola pikir audiens. Iklan
yang tampak
mengganggu bagi pemirsa di Jepang mungkin tidak diterima dengan cara yang sama
oleh orang Amerika, dan sebaliknya. Periklanan Jepang lebih berorientasi pada citra
dan menghimbau sentimen pemirsanya. Di Jepang, apa yang paling penting sering
kali bukan apa dinyatakan cara eksplisit, tetapi apa yang tersirat oleh pembicara atau
penulisnya.
Kishii (1988) dalam Keegan (2008)
mengenali tujuh karakteristik yang
membedakan Jepang dari Amerika dalam strategi kreatif :
1. Bentuk pernyataán tidak langsung lebih disukai dalam pesan. Penghindaran dari
pernyataan langsung ini meluas dalam semua tipe komunikasi di antara orangorang jepang, termasuk periklanan mereka. Banyak iklan televisi tidak
menyebutkan apa yang diinginkan mengenai merek
yang bersangkutan dan
menyerahkan penilaian kepada para pemirsanya.
2. Seringkali hubungan antara isi iklan dan produk yang diiklankan hanya sedikit.
3. Hanya dialog atau narasi pendek yang dipergunakan dalam iklan televisi, dengan
isi penjelasan minimal. Dalam budaya Jepang, semakin banyak seseorang
38
berbicara, orang lain kurang mempercayainya atau mempunyai rasa percaya diri.
Sebuah iklan sepanjang 30 detik untuk pakaian pria remaja menunjukkan lima
model dalam variasi dan pakaian menurut musim, diakhiri dengan pernyataan
pendek dan narator: “Kehidupan kami adalah pertunjukan mode!” (Our life is a
fashion show).
4. Humor digunakan untuk menciptakan ikatan perasaan bersama. Bukannya berupa
tindakan yang kasar, dramatisasi humor diungkapkan di antara anggota keluarga,
tetangga, dan rekan sekerja.
5.
Selebriti terkenal muncul sebagai sahabat akrab atau orang kebanyakan.
6. Prioritas diletakkan pada kepercayaan pada perusahaan bukannya mutu produk.
Orang Jepang cenderung percya bahwa bila perusahaan itu besar dan mempunyai
citra yang baik, mutu produknya menonjol.
7. Nama poduk diberitakan kepada pemirsa dengan iklan pendek selama 15 detik
2.10 Keputusan Media Global
2.10.1 Sarana dan Pembelanjaan Media
Seperti dapat diduga, pengeluaran periklanan per kapita terbesar dijumpai di negaranegara yang lebih maju. Pengeluaran per kapita paling rendah terjadi di negara
berkembang. Pembelanjaan peniklanan per kapita pada tahun 1990 rata-rata adalah $1
10 untuk 53 negara yang terliput, dan sebanyak 19 negara membelanjakan lebib dari
$100 per kapita untuk media periklanan. Sembilan negara di antaranya menghabiskan
lebih dari $200 per kapita.

Swiss berada di puncak daftar dengan pembelanjaan periklanan lebih dari
$600 per kapita.

Spanyol dan Amerika Serikat menghabiskan lebih dari 2 persen produk
nasional bruto masing-masing untuk periklanan pada tahun 1990
39

Yang tertinggi per kapita untuk media cetak terjadi di Swiss, Finlandia, dan
Swedia.

Amerika Senkat dan Jepang terus menjadi dua pemimpin dalam periklanan
televisi dalam tahun 1990. Pembelanjaan keduanya melampaul $39 miliar dan
tercatat sebagai yang terbesar di dunia dalam media ini (lihat Lampiran Tabel
16-7). Dengan dasar per kapita, pemasang iklan di Amerika Serikat
merupakan pengguna televisi paling banyak, dengan pembelanjaan per kapita
Iebih dari $1 13,2. Menarik untuk dicatat bahwa di Jepang, pembelanjaan per
kapita untuk periklanan antara tahun 1984 sampai dengan 1990 meningkat
Iebih dua kali lipat, dan $37,4 menjadi $90,4.
Isu kunci dalam periklanan adalah media massa-cetak, siaran, transit, dan
sebagainya yang digunakan. Periklanan cetak masih terus merupakan sarana
periklanan nomor satu di kebanyakan Negara Penggunaan surat kabar di seluruh
dunia untuk periklanan cetak demikian bervariasi hingga hampir tidak membutuhkan
penjelasan.
Beberapa kondisi periklaanan di beberapa negara :
a) Di Meksiko, pemasang iklan yang dapat membayar iklan satu halaman penuh
akan mendapat tempat di halaman depan, s
b) Di India, kekurangan kertas menyebabkan pemesanan tempat untuk iklan
dilakukan enam bulan sebelum dimuat.
c) Di Arab Saudi, tidak boleh ada iklan di televisi. Di negara-negara seperti itu
porporsi dana periklanan yang dialokasikan untuk media cetak amat tinggi.
Televisi juga penting di pasar Amerika Latin.Dari sepuluh negara yang
mengalokasikan Iebih dari 50 persen pengeluaran periklanan untuk televisi,
sembilan terletak di Amerika Tengah/Selatan atau Karibia.
40
d) Dengan naiknya kepemilikan pesawat televisi di wilayah lain seperti Asia
Tenggara, periklanan televisi menjadi lebih penting sebagai sarana
komunikasi.
e) Jepang merupakan pemimpin pemakai iklan di luar ruangan dan di tempat
transit, menghabiskan lebih dari empat kali lebih banyak dari Amerika
Seriikat untuk periklanan di tempat transit ($ 43 miliar versus $1 miliar) dan
kira-kira dua kali untuk papan reklame ($2,6 miliar versus $1 miliar
Di seluruh dunia, radio terus semakin kurang penting sebagai media
periklanan ketimbang media cetak dan televisi. Menurut proporsi pembelanjaan
periklanan total media yang dihitung, radio jauh tertinggal di belakang media cetak,
televisi, dan perikilnan langsung Akan tetapi, di negara-negara yang anggaran
periklanannya terbatas, daya jangkau radio yang luas dapat berarti komunikasi yang
hemat biaya dengan pasar konsurnen yang besar. Pengeluaran periklanan lewat radio
di atas 20 persen dan total media yang dihitung hanya tercatat di dua negara.
Kalau suatu negara menambah sistem transportasi massal dan membangun
serta memperbaiki infrastruktur jalan raya, pemasang iklan menggunakan poster
untuk dipasang di dalam dan di luar ruangan serta papan reklame untuk menggapai
masyarakat pembeli.). Periklanan di tempat transit baru-baru ini diperkenalkan di
Rusia, mobil penumpang dan bus dihiasi dengan warna-warna cerah mengiklankan
produk dari dunia barat.
2.10.2 Keputusan Media
Ketersediaan televisi, surat kabar, dan bentuk media elektronik dan media
cetak yang lain bervariasi di seluruh dunia. Ketersediaan surat kabar berkisar dari satu
surat kabar untuk setiap dua orang Jepang dan satu untuk setiap empat orang di
Amerika Serikat sampai satu untuk setiap 10-20 orang di Amenika Latin; sampai satu
untuk setiap 200 orang di Nigeria.
41
Walaupun pasar di negara-negara industri semakin mirip, situasi media tetap
bervariasi amat besar. Misalnya, perhatikan kasus periklanan televisi di Eropa: di
Denmark, Swedia, dan Norwegia
tidak ada atau ada dalam jumlah yang amat
terbatas. Waktu untuk periklanan setiap hari bervariasi
dari 12 menit di Finlandia
sampai 80 di Italia, dengan 12 menit setiap jam per saluran diperkenalkan di Perancis,
dan 20 di Swiss, Jerman, dan Austria. Peraturan yang menyangkut isi iklan bervariasi,
dan terdapat periode menunggu sampai dua tahun dalam beberapa negara sebelum
seorang masang iklan dapat memperoleh waktu untuk penyiaran.
42
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Kajian Objek Riset
Integrated Marketing Communication (IMC) merupakan salah satu bidang
komunikasi yang mulai dikembangkan pada akhir abad 20-an. Makin hari,
perusahaan makin menyadari betapa pentingnya komunikasi dalam menjalankan
bisnisnya. Bahkan komunikasi itu dianggap sebagai kunci dari keberhasilan mereka.
Di pihak produsen, mereka menjual produk yang mereka punya. Konsumen
mempunyai suatu persepsi sendiri dalam benaknya terhadap Brand. Inilah yang perlu
kita tanyakan-sebagai produsen- bagaimanakah hubungan konsumen dengan Brand
kita apa yang mereka ketahui tentang Brand kita, apa yang mereka percayai dan yang
mereka harapkan dari Brand kita. Disinilah pentingnya komunikasi pemasaran.
Komunikasi bukan saja dalam bentuk kata-kata, tapi segala macam bentuk
packaging, product design, brand name, pricing strategy, location, and ambience of
accessibility juga merupakan bentuk komunikasi terhadap konsumen.
Terbukti pada pengalaman Ericson yang gagal melakukan bisnis internationalnya dengan komunikasi pemasaran yang tidak menguntungkan. Alhasil, Ericson
mengalami kerugian dan hampir gulung tikar akibat tak mampu bersaing dengan
Nokia dan Motorola. Sebenarnya kancah Ericson sudah bagus, yaitu menduduki 3
besar market share dunia untuk ponsel (IDC,2000). Namun, apa yang didapat Ericson
saat itu disadari oleh pengarapnya sebagai sesuatu yang tidak dapat bertahan lama.
Image Ericson saat itu tidak terlalu baik. Mungkin Ericson sendiri merupakan
perusahaan mobile besar, tetapi itu tidak sesuai dengan perspektif atau pendapat
masyarakat terhadap Ericson-yaitu sebagai merek handphone yang tidak berkelas,
atau tidak laku. Di mana yang salah? Ya, komunikasi pemasarannya. Untuk itu
Ericson menerima lamaran perusahaan Sony untuk merger pada tahun 2001.
43
Sejak saat itu, kedua perusahaan bekerja keras merubah image yang ada.
Pertama-tama tentu membenahi komunikasi pada tahap perusahaan. Kedua
perusahaan merapikan diri dengan bergabung membentuk akusisi yang kokoh, dan
saling melengkapi. Ericson dan Sony mengeluarkan suatu produk ponsel yang
merupakan paduan 2 kekuatan teklonogi dunia yang mereka miliki. Sony dengan
musik(audio), gambar(camera), hiburan komputer, dan bisnis on-line-nya, sedangkan
Ericson dengan mobile and broadband internet communications yang expert.
Kemudian, tentunya perusahaan gabungan ini harus mengkokohkan juga
Brand-nya. Sekarang, mereka mempunyai Brand bernama Sony Ericson. Melalui
pemasaran yang telah dilakukan selama ini, image Ericson dan image Sony yang
terpisah tidak ada lagi, yang ada adalah Sony Ericson adalah Brand produk ponsel
yang memiliki 4 variasi produk: ponsel berkamera (imaging), gaya hidup (lifestyle),
musik (walkman phone), dan ponsel bisnis-dengan kata lain Sony Ericsson unggul di
bidang fitur. Inilah yang disebut dengan hubungan Integrated Coorporate
Communication
pada
(tahap
perusahaan)
dengan
Integrated
Marketing
Communication (pada tahap Brand labeling)- Sony Ericson ,berhasil melakukan hal
tersebut.
3.2 Solusi Pemecahan Masalah terhadap Kasus pada Objek Riset
3.2 .1 Strategi Komunikasi Pemasaran Global Sony Ericson
Beberapa strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan Sony Ericsson
adalah :
1. Driven By Global Forces.
Sony Ericsson merubah komunikasi pemasarannya berdasarkan dorongan global.
Teknologi, budaya, dan lifestyle menjadi pendorong bagi Sony Ericsson untuk
melakukan positioning.
2. Requires Evaluative Measurements Mechanism
44
Sony Ericsson akan meningkatkan investasi untuk bagian research untuk
mencapai perkembangan yang lebih baik. Annual Report dilakukan setiap tahun.
Tiap tahunnya terdapat evaluasi yang dibagi menjadi 4 quarter yaitu tiap 3 bulan
sekali.
3. Represents a Dualistic Formula-Corporate and Brand
Sony Ericsson selalu menyertakan 2 sisi penting dalam setiap kali beriklan atau
berpromosi yaitu corporate dan Brand. Sudah menjadi satu kesatuan Sony
ericsson sebagai corporate dan Brand. SE meyakinkan seluruh stakeholder yang
ada bahwa kinerja SE sebagai perusahaan atau corporate itu kredibel. Di mata
konsumen, SE meyakinkan image dan kemampuan SE sebagai Brand untuk
mengaktifkan lifestyle.
Strategi yang digunakan oleh Sony Ericsson ini seringkali disebut sebagai
konsep trade marketing, di mana segala informasi dari setiap toko yang ada di
database bisa diketahui. Misalnya, lokasi toko, nama pemilik, jenis produk yang
dijual, program yang diikuti, dan segala sesuatu yang perlu diketahui untuk
membina hubungan. Bahkan, seperti halnya fungsi CRM (Customer Relationship
Management), trade marketing bisa memonitor seberapa sering pelanggan
(pedagang) membeli, kapan melakukan transaksi terakhir dan berapa besar
transaksinya.
Tak mengherankan, dari sini bisa diketahui aktivitas mereka
sehingga pihak Sony Ericsson bisa menentukan bagaimana memperlakukan
peritel yang berprestasi. Dengan begitu Sony Ericsson dapat menyentuh sisi
emosional dari peritel itu, sehingga hubungan yang tercipta tidak terbatas pada
rupiah semata. Sebagai contoh, Sony Ericsson selalu memberikan ucapan selamat
ulang tahun kepada pemilik toko, lewat karangan bunga, kue, ataupun hanya
kartu. Walau dari sisi harga tidaklah seberapa, namun perhatian yang diberikan
Sony Ericsson tersebut memiliki nilai lebih bagi mitranya. Para front liner pun
tidak luput dari perhatian Sony Ericsson. Bagi mereka yang bisa menjual
sejumlah ponsel Sony Ericsson akan mendapat reward seperti voucher makan di
45
restoran siap saji. Sebenarnya vendor ponsel lain juga menawarkan hal yang
serupa, namun menurut para peritel tersebut (Artikel dimuat di Majalah SWA
edisi 02/2007, 18 Januari 2007) hadiah yang ditawarkan oleh Sony Ericsson lebih
menarik, seperti alat-alat elektronik dan bahkan liburan keluar negeri.
Hal lain yang juga dilakukan Sony Ericsson untuk memajukan bisnis ritel
yang merupakan bagian dari pemasaran
mereka adalah dengan cara
mem”branding’’ ritel-ritel tersebut dengan identitas Sony Ericsson. Di antaranya
adalah dengan menempelkan brosur, sign board, memberikan seragam, dan
sebagainya. Hal ini dilakukan untuk menekankan keberadaan point-of-purchase
dari ritel-ritel ini di berbagai pusat perbelanjaan. Dengan adanya branding seperti
ini, peritel yang memiliki spesifikasi menjual berbagai produk dari Sony Ericsson
dapat lebih menonjol dibandingkan dengan peritel lainnya.
4. Represents long-term strutural changes
Sony Ericsson sebagai brand dan perusahaan sangat memperhatikan hal yang
bersifat jangka panjang. Segala visi Sony Ericsson ditentukan untuk masa depan,
dalam jangka waktu yang lama. Baik dari sisi management, innovation of
product, marketing communication dimulai dengan visi masa depan ini. SE
mentargetkan masuk 3 besar market leader di pasar mobile communication.
5. Brings below the line activities toward greater, more strategic interactions
Sony Ericsson memunyai implementasi IMC yang bersifat below the line
yaitu website dan sponsorship WTA Tour (turnamen tennis dunia) dan Empire
(pemilihan the best scene).
Secara tahap yang lebih detail Sony Ericsson melakukan apa yang disebut
dengan Stages in IMC Development yaitu (1)Tactical Coordination, (2)Redefining the
Scope of Marketing Communication, (3)Application of Information Technology, dan
(4) Financial and Strategic Integration.
46
Tahap pertama, Sony Ericson fokus dengan ide one sight, one sound, yaitu
pembentukan Brand name yang kuat pada khalayak. Pada tahap ini, Sony ericsson
melakukan elemen promotional (iklan, sales promotion, internet, marketing public
relation) guna membentuk eksplore yang tinggi terhadap Brand.
Tahap kedua, Sony Ericson memakai metode outside-in, yaitu memperhatikan
perilaku konsumen dan memasukkannya sebagai consumer insight dalam pembuatan
produknya. Akhirnya, Sony Ericsson menciptakan 4 varian produk, yang ternyata
mencerminkan 4 klasifikasi pengguna ponsel. Selain itu, model-model Sony Ericson
berbeda dengan Ericson jaman dulu, sekarang Sony Ericson lebih stylish-dibantu oleh
Sony.
Tahap ketiga, di mana Sony Ericson mengunakan data untuk mengidentifikasi
dan menilai bagaimana implikasi dari IMC yang telah dilakukan.
Tahap keempat, Sony Ericson melihat perlunya suatu tindakan investasi yang
mungkin tidak secara langsung akan kembali, tetapi yang pasti akan dituai di masa
depan. Wujudnya, Sony Ericson melakukan sponsorship, yaitu menjadi Women
Tennis Association [WTA] Tour ’s worldwide title sponsor in a landmark dengan
deal sebesar 88 million (6 tahun kontrak, merupakan sponsorship terbesar dalam
sejarah pertandingan tenis wanita). Ini merupakan ajang pertandingan tenis
perempuan yang diikuti oleh1,300 peserta yang mewakili 76 negara (2006). Dengan
melakukan sponsorship ini, tidak hanya dapat dilihat oleh seluruh penonton tenis di
dunia, tetapi juga menambahkan value of prestigious (nilai prestise terhadap Brand).
Hal tersebut mungkin tidak langsung menarik banyak konsumen, tetapi yang pasti
investasi jangka panjangnya lebih bernilai.
47
3.2.2 Komunikasi Pemasaran Global Sony Ericson dengan Pendekatan
Kebudayaan
Sebagai salah satu perusahaan internasional yang ternama, Sony Ericsson
tidak terlepas dari usaha untuk selalu beradaptasi dengan kebudayaan (culture) dari
wilayah di mana produk Sony Ericsson dipasarkan. Berdasarkan pendekatan budaya,
dikenal dua jenis budaya berdasarkan pengaruh komunikasinya, yaitu high-context
dan low-context cultures. Negara-negara yang menganut high-context cultures seperti
Jepang, Indonesia, Korea, dan negara-negara di Asia pada umumnya. Sedangkan
negara-negara yang menganut low-context cultures adalah Amerika Serikat, Jerman,
Inggris, dan lain-lain.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai pendekatan yang dilakukan Sony
Ericsson di negara yang dianggap mewakili dua budaya high dan low-context cultures
tersebut. Seperti yang kita tahu bahwa Sony Ericsson memiliki keterkaitan yang erat
dengan Jepang karena Sony sendiri merupakan brand yang identik dengan negara ini.
Di Jepang, yang termasuk ke dalam high-context cultures, Sony Ericsson
menggunakan pendekatan yang sifatnya lebih polychronic. Hal ini bisa dilihat dalam
cara Sony Ericsson Jepang menyediakan informasi seputar produknya, yang salah
satunya adalah melalui website resmi Sony Ericsson Jepang. Dalam tampilannya,
website resmi Sony Ericsson Jepang dan Amerika Serikat sangatlah berbeda,
terutama dari display atau tampilannya. Dalam website resmi Sony Ericsson Jepang,
yang terlihat sangat menonjol adalah tampilan visual produk dibandingkan dengan
kata-kata. Hal ini karena salah satu bentuk budaya polychronic adalah adanya bentuk
komunikasi yang lebih bersifat indirect.
Berbeda dengan website resmi Jepang, website resmi Sony Ericsson lowcontext cultures misalnya Amerika lebih bersifat langsung (direct), di mana tampilan
visualnya tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan tampilan informasi yang
disusun dalam bentuk pointers. Kedua hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang
jelas dalam melakukan pendekatan budaya. Yang dimaksud dengan komunikasi
48
langsung (direct) dalam monochronic adalah di mana komunikasi yang terjalin
sifatnya tidak bertele-tele karena dalam budaya ini waktu adalah hal yang berharga.
Hal ini mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pendekatan marketing
terhadap customernya. Karena itulah, Sony Ericsson membuat tampilan yang lebih
sederhana dalam visual, namun lengkap dari segi informasi karena bagi masyarakat
dalam budaya monocronic tidaklah penting siapa yang menyampaikan informasi,
tetapi yang lebih penting adalah isi dari informasi itu sendiri. Sedangkan untuk
website resmi Sony Ericsson Jepang, segi visual lebih ditonjolkan karena dalam
budaya polychronic komunikasi yang bersifat tidak langsung merupakan pilihan
utama. Selain itu, bahasa non-verbal juga lebih dipilih. Karena itu tampilan visual
dengan tidak terlalu banyak kata-kata menjadi pilihan dalam website ini. Selain itu,
tampilan dengan visual yang menonjol juga memberikan penekanan yang lebih
kepada gaya hidup dan terkesan tidak terlalu ’menjual’ atau mendorong orang secara
langsung dengan kata-kata yang persuasif.
49
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Beberapa srategi komunikasi pemasaran
yang dilakukan Sony Ericson
adalah driven by global forces, requires evaluative measurements mechanism,
represents a dualistic formula-corporate and brand, represents long-term
strutural changes, dan brings below the line activities toward greater, more
strategic interactions.
Secara tahap yang lebih detail Sony Ericson
melakukan apa yang disebut dengan Stages in IMC Development (Don E.
Schultz, Communicating Globally) yaitu (1) Tactical Coordination, (2)
Redefining the Scope of Marketing Communication, (3)Application of
Information Technology, dan (4)Financial and Strategic Integration.
2. Pada negara yang termasuk ke dalam hight context cultures, Sony Ericson
menggunakan pendekatan yang
sifatnya lebih polychroni yaitu bentuk
komunikasi yang lebih bersifat indirect dengan menonjolkan tampilan visual
produk dibandingkan dengan kata-kata. Sebaliknya pada
negara yang
termasuk ke dalam low context cultures, Sony Ericson menggunakan
pendekatan yang sifatnya lebih monochronic yang bersifat langsung (direct),
di mana tampilan visualnya tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan
tampilan informasi. Yang dimaksud dengan komunikasi langsung (direct)
dalam budaya monochronic adalah di mana komunikasi yang terjalin sifatnya
tidak bertele-tele, karena dalam budaya ini waktu adalah hal yang berharga.
Kedua hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang jelas dalam melakukan
pendekatan budaya
50
4.2 Saran
IMC sebaiknya dilakukan dan dikembangkang sebagai respon kepada, dan
berhubungan dengan perubahan yang secara affective merubah field of marketing
secara global. IMC dapat dilakukan dan dilaksanakan tergantung dari perusahaan
yang memutuskan. Sebaiknya program IMC secara praktiknya disesuaikan dengan
perushaan dan prduk masing-masing dari negara yang dimasuki sebagai pasar.
51
Download