UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS EKONOMI TUGAS PEMERIKSAAN AKUNTANSI 2 “AUDIT INTERN” Disusun oleh : 1. 2. 3. 4. 5. Ana Mufidah Annida Nurul Islami Febri Fitri Yani Lola Bella Pertiwi Puput Rahayu (20213809) (21213117) (23213354) (25213025) (26213951) Kelas : 3EB18 ATA 2015/2016 AUDIT INTERN A. Peranan Internal Audit 1. Pengertian Audit Internal Audit internal merupakan suatu penilaian atas keyakinan, independen, obyektif dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola. Menurut the International Standard for the Professional Practice of Internal Auditing, peran yang dimainkan oleh auditor internal dibagi menjadi dua kategori utama; jasa assurance dan jasa konsultansi. Jasa assurance merupakan penilaian obyektif auditor internal atas bukti untuk memberikan pendapat atau kesimpulan independen mengenai proses, sistem atau subyek masalah lain. Jenis dan lingkup penugasan assurance ditentukan oleh auditor internal. Jasa konsultansi merupakan pemberian saran, dan umumnya dilakukan atas permintaan khusus dari klien (para auditi). Dalam melaksanakan jasa konsultansi, auditor internal harus tetap menjaga obyektivitasnya dan tidak memegang tanggung jawab manajemen. Sesuai definisi dari the Institute of Internal Auditors (IIA), jasa assurance dan konsultasi tersebut dimaksudkan untuk membantu organisasi mencapai tujuannya, dilakukan melalui pendekatan sistematis dan teratur terhadap efektivitas “pengelolaan risiko”, “pengendalian” dan “proses tata kelola”. Mengenai ketentuan yang mengatur peran inspektorat pemerintah daerah yang cenderung hanya sebagai auditor dapat dipahami, karena yang menetapkan aturan adalah penguasa yang cenderung membutuhkan umpan balik dalam bentuk hasil pengawasan (assurance). Namun untuk meningkatkan nilai tambah dari inspektorat, kiranya perlu pula dipertimbangkan pengembangan jasa auditor internal pada sisi lain (klien/auditi), yaitu jasa konsultansi. Pengembangan jasa konsultansi ini dimaksudkan agar auditor internal memberi manfaat yang optimal bagi organisasi, sehingga kehadirannya benarbenar dirasakan sebagai kebutuhan, tidak hanya oleh penguasa/pimpinan, tetapi juga oleh para auditi. Nilai tambah ini diperlukan, mengingat posisi auditor internal yang hanya menjalankan fungsi staf, yang tidak menghasilkan output yang memiliki nilai uang, tidak seperti Dirjen Pajak/Dinas Pendapatan yang bertugas menagih pajak dan menghasilkan penerimaan uang bagi kas negara/daerah. Disamping memberikan jasa audit (tepatnya assurance) dan jasa konsultansi, auditor internal juga dapat berperan dalam berbagai hal lain yang memberikan nilai tambah bagi organisasi: Memberikan masukan kepada pimpinan mengenai berbagai hal terkait dengan pelaksanaan fungsi manajemen, mulai dari perencanaan (misal: penyusunan usulan rencana anggaran pendapatan dan belanja) sampai pada penyusunan laporan pertanggung jawaban keuangan pemerintah daerah. Auditor internal dapat memberi masukan yang komprehensif kepada manajemen karena dia memiliki akses dan pengetahuan yang luas terhadap seluruh satuan kerja di lingkungan pemerintahan daerah. Sebagai counterpart (pendamping) auditor eksternal (BPK dan/atau kantor akuntan publik yang ditunjuk) dan pejabat pengawas pemerintah lainnya yang melakukan pengawasan di lingkungan pemerintah daerah tempat dia bekerja. Pejabat Pengawas Pemerintah lainnya tersebut meliputi; BPKP, Inspektorat Jenderal Departemen/Unit Pengawasan LPND. Peran ini dimaksudkan agar pelaksanaan audit oleh pejabat pengawas lainnya tersebut dapat berjalan lancar dan dapat dilaksanakan secara efisien. Disamping itu, jika ada permasalahan yang perlu diperhatikan segera dapat dikomunikasikan dengan pejabat terkait, termasuk dengan kepala daerah. Dalam hal tertentu, bila independensi, kompetensi dan kecermatan profesional inspektorat daerah dalam melaksanakan tugas dipandang memenuhi syarat, dimungkinkan hasil pengawasannya akan dimanfaatkan oleh auditor eksternal, sebagai pendukung terhadap laporan audit yang akan diterbitkannya. Dengan demikian, luas pemeriksaan oleh auditor eksternal dapat dikurangi dan biaya auditnya dapat lebih efisien. 2. Fungsi Internal Audit Pada tulisan sebelumnya dijelaskan bahwa Audit internal mempunyai tujuan untuk memberi nilai tambah serta meningkatkan atau memperbaiki operasional perusahaan melalui aktivitas consulting dan assurance. Sesuai dengan fungsinya Auditor Internal diminta untuk dapat memberi nilai tambah kepada organisasi jika mampu menyediakan assurance yang relevan dan objektif, melalui rekomendasi yang dapat memberi kontribusi kepada efektivitas dan efisiensi proses tata kelola organisasi, manajemen risiko, dan pengendalian. Masingmasing penjelasan dari lima fungsi audit internal tersebut adalah sebagai berikut : a. Fungsi Internal Audit sebagai Assurance Fungsi internal audit pada aktivitas ini didefinisikan sebagai pemberian penilaian yang objektif oleh Auditor Internal atas kecukupan proses tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian dalam suatu organisasi. Kegiatan Assurance yang dilakukan oleh Audit Internal ini biasanya melibatkan dua fungsi atau bagian yaitu pemilik proses (fungsi yang diperiksa), dan Manajemen senior (Board) sebagai pengguna hasil pemeriksaan. Aktivitas assurance (Audit) meliputi area : Keuangan (Finance), Kinerja (Operational), Kepatuhan (Compliance) dan sistem pengendalian(Risk & Control) suatu organisasi. Hasil dari aktivitas Assurance (Pemeriksaan) biasanya diungkapkan oleh Auditor Internal dalam bentuk opini, kesimpulan atau penilaian dari hasil penugasan (referensi: definisi internal audit). b. Fungsi Audit internal atas aktivitas consulting Fungsi internal audit terkait dengan jasa konsultasi ini didefinisikan sebagai aktivitas pemberian saran atau rekomendasi oleh auditor internal tanpa terlibat langsung pada kegiatan operasi organisasi. Dalam kegiatan konsultasi umumnya inisiasi datang dari auditee, yang bertujuan untuk meminta Auditor Internal memberikan penilaian yang independen atas proses tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian pada ruang lingkup yang ditentukan oleh audit client (Auditee) yang disepakati oleh Audit Internal. Hasil konsultasi dengan Audit Internalbisa disajikan dalam bentuk rekomendasi, saran, nasihat dan pelatihan kepada Auditee (referensi: definisi internal audit). c. Fungsi Audit internal terkait Tata Kelola Organisasi Audit internal juga berfungsi untu mengevaluasi proses tata kelola suatu organisasi merupakan kombinasi proses dan struktur yang diimplementasikan oleh Manajemen Senior (Board) untuk menginformasikan, mengarahkan, mengelola serta memantau aktivitas organisasi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu aktivitasAudit Internal wajib menilai dan membuat rekomendasi yang tepat bagi perbaikan proses tata kelola organisasi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Aktivitas penilaian tata kelola organisasi tersebut meliputi: Peningkatan nilai dan etika yang tepat dalamorganisasi; Jaminan akuntabilitas serta kinerja manajemen organisasi yang efektif, proses komunikasi risiko danpengendalian kepada masing-masing fungsi dalam organisasi; dan koordinasi atas aktivitas serta informasi antara Board, shareholder dan pihak ketiga atau eksternal (referensi: Standar Kinerja No. 2110 - Governance). d. Fungsi Audit internal pada manajemen risiko Fungsi internal audit harus melakukan evaluasi terhadap efektivitas manajemen risiko dan berkontribusi terhadap perbaikan proses manajemen risiko. Ruang lingkup aktivitas manajemen risiko yang perlu dievaluasi oleh Internal Auditor adalah yang berhubungan dengan proses tata kelola organisasi, operasi dan sistim informasi. Penilaian yang dilakukan oleh internal auditor adalah untuk menentukan apakah proses manajemen risiko tersebut telah efektif, hasil dari penilaian Audit internal meliputi apakah : tujuan organisasi telah sejalan dengan visi misi organisasi; risiko yang significant telah terdedeksi, tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan risiko telah sesuai dengan tingkatan risiko yang dapat diterima oleh organisasi; informasi risiko yang relevan telah terdeteksi dan dikomunikasikan secara tepat waktu disemua lini organisasi, yang memungkinkan staf, manajemen, dan dewan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka. (referensi : standar kinerja No. 2120 - Risk Manajemen). e. Fungsi Audit internal dalam mengevaluasi pengendalian Fungsi Audit Internal harus membantu organisasi dalam mempertahankan pengendalian yang efektif dengan mengevaluasi efektivitas, efisiensi dan mendorong perbaikan yang berkelanjutan. aktivitas Audit Internal harus mengevaluasi kecukupan dan efektivitas pengendalian untuk mengurangi atau meminimalkan risiko dalam proses tata kelola organisasi / perusahaan, operasi, dan sistem informasi organisasi, yang mempengaruhi : 1. Pencapaian tujuan strategis organisasi 2. Kehandalan dan integritas informasi operasional dan keuangan 3. Efektivitas dan efisiensi operasional dan programnya 4. Pengamanan aset organisasi 5. Kepatuhan terhadap hukum, regulasi, kebijakan, kontrak dan prosedur Audit internal harus mendapatkan bukti yang memadai dalam mengevaluasi efektivitas pengendalian internal, dan berdasarkan bukti yang dimilikinya menyusun pendapat secara keseluruhan mengenai kecukupan dan efektivitas pengendalian internal organisasi (referensi : standar kinerja 2130 - Control). 3. Tantangan Keberhasilan Audit Intern Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi Auditor Internal pada abad 21 antara lain sebagai berikut: Orientasi Berbasis Risiko (Risk Based Orientation) Pola audit yang didasarkan atas pendekatan risiko yang dilakukan oleh auditor internal lebih difokuskan terhadap masalah parameter risk assestment yang diformulasikan pada risk based audit plan. Manfaat yang diperoleh Auditor Internal apabila menggunakan risk based approachantara lain akan lebih efisien dan efektif dalam melakukan audit, sehingga dapat meningkatkan kinerja depatemen Audit Internal. Perspektif Global (Global Perspective) Auditor Internal harus berpandangan luas dan dalam menilai sesuatu secara global bukan secara sempit (mikro). Pada era globalisasi saat ini, sudah tidak ada lagi batasbatas antar negara dalam menjalankan bisnis. Governance Expertise Auditor Internal harus melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik yaitu Good Corporate Governance (GCG) serta tata pemerintahan yang baik yaitu Good Goverment Governance (GGG). Auditor Internal harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang GCG & GGG. B. Manajemen Internal Audit o Posisi Internal Auditor Dalam Struktur Organisasi Secara garis besar ada tiga alternatif posisi atau kedudukan dari Internal Auditor dalam struktur organisasi perusahaan yaitu: 1. Berada dibawah Dewan Komisaris. Dalam hal ini internal auditing bertanggung jawab pada Dewan Komisaris. ini disebabkan karena bentuk perusahaan membutuhkan pertanggung jawaban yang lebih besar, termasuk direktur utama dapat diteliti oleh internal auditor. Dalam cara ini, bagain pemeriksa intern sebenarnya merupakan alat pengendali terhadap performance manajemen yang dimonitor oleh komisiaris perusahaan. Dengan demikian bagian pemeriksa intern mempunyai kedudukan yang kuat dalam organisasi. 2. Berada dibawah Direktur Utama. Menurut sistem ini star internal auditor bertanggung jawab pada direktur utama. Sistem ini biasanya jarang dipakai mengingat direktur utama terlalu sibuk dengan tugas-tugas yang berat.Jadi kemungkinan tidak sempat untuk mempelajari laporan yang dibuat internal auditor. 3. Berada dibawah Kepala Bagian Keuangan. Menurut sistem ini kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi perusahaan berada dibawah koordinasi kepala bagian keuangan. Bagian Internal auditor bertanggung jawab sepenuhnya kepada kepala keuangan atau ada yang menyebutnya sebagai Controller. Tapi perlu juga diketahui bahwa biasanya kepala bagian keuangan tersebut bertanggung jawab juga pada persoalan keuangan dan akuntansi. Apabila posisi atau kedudukan internal auditor itu perlu digambarkan dalam skema maka letak kedudukannya dalam struktur organisasi perusahaan adalah sebagai berikut : Keterangan : Dalam gambar di atas dapat dilihat mengenai posisi atau kedudukan intern auditing. 1. Internal Auditing berada di bawah Dewan Komisaris 2. Internal Auditing berada di bawah Direktur Utama 3. Internal Auditing berada di bawah Kepala Bagian Keuangan Apabila salah satu sistem tersebut dipakai maka bentuk yang lain tidak ada. Mana yang terbaik dari ketiga alternatif tersebut. Hal ini tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Bila perusahaan sangat menekankan pada pengendalian keuangan saja, maka pola penempatan pemeriksaan intern seperti pada alternatif ketiga yang paling cocok. Namun kalau diingat betapa pentingnya peranan bagian pemeriksa intern sebagai alat untuk memonitor performance manajemen dalam mengelola kegiatan serta sumbernya secara efektif dan efisien, maka pola penempatan bagian pemeriksa intern sebagai star komisaris paling tepat. Jadi yang paling indeal bagian pemeriksa intern menerima perintah penugasan dari pimpinan tertinggi yaitu Direktur Utama dan hasil laporan pemeriksaan diserahkan untuk dianalisa direktur keuangan, dan hasil pengamatannya. Kedudukan atau posisi internal auditor dalarn struktur organisasi perusahaan mempengaruhi luasnya aktivitas fungsi yang dapat dijalankan dan dipengaruhi independensi dalam melaksanakan fungsinya. Seperti telah dijelaskan sebelumnya semakin tinggi kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi perusahaan mempengaruhi luasnya aktivitas fungsi yang dapatdijalankan dan mempengaruhi indenpendensi dalam melaksanakan fungsinya. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. o Wewenang Unit Audit Internal Menentukan strategi, ruang lingkup, metode dan frekuensi audit secara independen atas persetujuan Presiden Direktur Mempunyai akses terhadap seluruh dokumen, pencatatan, sistem, fisik asset dan informasi milik Perseroan terkait obyek audit yang dilaksanakannya. Melakukan komunikasi secara langsung dengan Direksi, Dewan Komisaris, dan / atau Komite Audit Menyampaikan hambatan dan tindak lanjutnya kepada Presiden Direktur secara langsung Melakukan pertemuan secara rutin dan tidak rutin dengan Presiden Direktur, Dewan Komisaris, dan/atau Komite Audit Melakukan koordinasi kegiatannya dengan kegiatan Audit Eksternal Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan Komite Audit. o Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Audit Internal Berikut tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab Unit Audit Internal: 1. Menyusun dan melaksanakan rencara dan anggaran Aktivitas Audit Internal Tahunan berdasarkan prioritas risiko sesuai dengan tujuan Perseroan. 2. Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di seluruh bidang kegiatan Perseroan. 3. Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian internal dan sistem manajemen risiko sesuai dengan kebijakan Perseroan. 4. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang diperiksa pada semua tIngkat manajemen, serta membuat laporan tertulis hasil audit setiap bulan dan menyampaikan laporan tersebut kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris dengan tembusan Komite Audit. 5. Memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah disarankan. 6. Bekerja sama dan berkomunikasi langsung dengan Komite Audit. Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal yang dilakukan. 7. Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan. Dalam melaksanakan tugasnya, Unit Audit Internal mengacu kepada Piagam Unit Audit Internal ditetapkan berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris tanggal 15 Agustus 2011. Struktur isi dari Piagam Unit Audit Internal tersebut, sebagai berikut: 1. Maksud dan Tujuan 2. Ruang Lingkup Kegiatan 3. Struktur dan Keanggotaan 4. 5. 6. 7. 8. 9. Persyaratan Auditor Internal Tugas dan Tanggung Jawab Wewenang Kemandirian Fungsional Penetapan dan Pembaharuan Piagam Lain-lain Dalam melakukan aktivitas audit internal, Unit Audit Internal menyusun prioritas objek audit tahunan dalam rencana audit internal dan memfokuskan pada unit usaha yang memiliki pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasi. C. Pengembangan Kualitas Para Pemeriksa Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup berarti pada awal abad 21, sejak munculnya kasus Enron & Worldcom yang menghebohkan kalangan dunia usaha. Meskipun reputasi audit internal sempat terpuruk oleh berbagai kasus kolapsnya beberapa perusahaan tersebut yang melibatkan peran auditor, namun profesi auditor internal ternyata semakin hari semakin dihargai dalam organisasi. Saat ini profesi auditor internal turut berperan dalam implementasi Good Corporate Governance (GCG) di perusahaan maupun Good Government Governance (GGG) di pemerintahan. Kesesuaian dengan standar profesi, Hiro Tugiman (1997:29) berpendapat bahwa: “para pemeriksa internal harus mematuhi standar profesional dalam melakukan pemeriksaan”. Kode etik menetapkan standar profesi dan menetapkan dasar bagi pelaksanaanya. Kode etik menghendaki standar yang tinggi bagi kejujuran, sikap objektif, ketekunan, dan loyalitas, yang harus dipenuhi oleh internal auditor. Pengetahuan dan kecakapan, Hiro tugiman (1977:30) berpendapat bahwa: “para pemeriksa internal harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang penting dalam pelaksanaan pemeriksaan”. Setiap internal auditor harus memiliki pengetahuan dan kecakapan sebagai berikut: Keahlian internal auditor dalam menerapkan berbagai standar, prosedur, dan teknik audit yang diperlukan dalam pelaksanaan audit. Keahlian berarti kemampuan dalam menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumnya dihadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu mempelajari kembali secara luas dan bantuan atau asistensi yang berarti dari pihak lain. Keahlian dalam prinsip-prinsip dan tehnik-tehnik akuntansi yang diperlukan oleh auditor yang pekerjaannya secara luas berhubungan dengan berbagai catatan dan laporan keuangan. Memahami prinsip-prinsip manajemen yang diperlukan untuk mengenal dan mengevaluasi dari penyimpangan atau deviasi dalam praktek usaha yang baik. Pemahaman berarti kemampuan untuk menerapkan pengtahuan yang luas dalam situasi yang umumnya dihadapi dan mampu melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan pemecahan atau solusi yang tepat. Diperlukan pula pemahaman terhadap dasar dari berbagai pengetahuan, seperti akuntansi, ekonomi, hukum, perdagangan, perpajakan, keuangan, metode-metode kuantitatif, dan sistem informasi uang dikomputerisasi. Pemahaman disini berarti kemampuan untuk mengetahui berbagai persoalan yang ada atau mungkin timbul, dan untuk memecahkan lebih lanjut uang akan dilakukan atau bantuan yang akan diperoleh. Hubungan antar manusia dan komunikasi, Hiro Tugiman (1977:31) berpendapat bahwa: “para pemeriksa internal haruslah memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan berkomunikasi secara efektif”. Para internal auditor haruslah memahami hubungan antar manusia dan mengembangkan hubungan baik dengan pihak yang diperiksa. Para internal auditor haruslah memiliki kecakapan dalam komunikasi lisan dan tulisan sehingga mereka dapat secara jelas dan efektif menyampaikan berbagai hal seperti tujuan audit, evaluasi, kesimpulan, dan rekomendasi. Pendidikan berkelanjutan, Hiro Tugiman (1977:31) berpendapat bahwa: “para pemeriksa internal harus meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan”. Para auditor berkewajiban meneruskan pendidikannya dengan tujuan meningkatkan keahliannya. Mereka harus berusaha memperoleh informasi tentang kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur, dan teknik-teknik audit. Pendidikan lebih lanjut dapat diperoleh melalui keanggotaan dan berpartisipasi dalam perkumpulan profesi, kehadiran dalam berbagai konfrensi, seminar, kursus yang diadakan oleh suatu universitas, program pelatihan yang dilaksanakan oleh organisasi (in-house training programs) dan berpartisipasi dalam proyek penelitian. Pendidikan berkelanjutan juga bertujuan untuk memperoleh sertifikat qualified internal auditor (QIA). Ketelitian profesional, Hiro Tugiman (1977:31) berpendapat bahwa”pemeriksa internal harus melaksanakan ketelitian profesional yang sepantasnya dalam melakukan pemeriksaan”. a) Ketelitian profesional sepantasnya menghendaki penerapan ketelitian dan kecakapan yang secara patut diduga akan dilakukan oleh seorang auditor yang bijaksana dan kompeten, dalam keadaan yang sama atau mirip. Karenanya, ketelitian profesional haruslah sesuai dengan tingkat kesulitan audit yang sedang dilaksanakan. Dalam menerapkan ketelitian profesional yang sepantasnya, internal auditor harus mewaspadai berbagai kemungkinan terjadinya pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja, kesalahan atau error, kelalaianm ketidakefektivan, pemborosan, ketidakefisienan, dan konflik kepentingan. Mereka harus mengidentifikasi kontrol yang lemah dan merekomendasikan perbaikan untuk menciptakan kesesuaian dengan berbagai prosedur dan praktek yang sehat. b) Ketelitian yang selayaknya menghendaki suatu ketelitian yang kompoten bukanlah pelaksanaan yang harus sempurna, tanpa ada kesalahan, atau hasilnya luar bisa. Ketelitian yang selayaknya mewajibkan internal auditor melakukan pengujian dan melakukan verifikasi terhadap suatu lingkup yang pantas dan tidak harus melakukan audit secara mendetail atau terperinci terhadap seluruh transaksi. Karenanya, auditor tidaj dapat memberikan jaminan mutlak bahwa didalam organisasi tidak terdapat suatu ketidaksesuaian atau ketidakberesan. Walau demikian, kemungkinan terjadinya ketidakberesan atau ketidaksesuaian secara material haruslah dipertimbangkan atau diperhatikan pada saat internal auditor melaksanakan tugas audit. c) Apabila internal auditor mencurigai atau menduga telah terjadi pelanggaran, pejabat yang berwenang di dalam organisasi haruslah diberitahu. Auditor dapat merekomendasikan apakah perlu melakukan penyelidikan atas keadaan tersebut. Kemudian, auditor harus mereview atau meninjau untuk meyakinkan apakah tanggung jawab bagian internal audit telah dipenuhi. d) Melaksanakan kegiatan profesional yang selayaknya berarti menggunakan kecakapan dan penilaian audit yang pantas pada saat melakukan pemeriksaan. e) Ketelitian profesional yang selayaknya mencakup mengadakan evaluasi atas standar pekerjaan atau operasi yang telah ditetapkan dan menentukan apakah standar tersebut diterima dan dapat dipenuhi. Apabila suatu standar dianggap samar atau tidak jelas, harus segera dilakukan penafsiran oleh pihak yang berwenang. Apabila berwenang menafsirkan atau menentukan standar pekerjaan atau operasi, internal auditor harus membuat kesepakatan dengan pihak yang diperiksa tentang standar yang akan dipergunakan untuk mengukur pelaksanaan operasi atau pekerjaan. Katalog kriteria berikut ini sering digunakan untuk menilai kualitas profesional suatu jabatan: 1) Pelayanan kepada publik. 2) Pelatihan khusus berjangka panjang. 3) Menaati kode etik. 4) Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan. 5) Publikasi Jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik. 6) Menguji pengetahuan para kandidat auditor bersertifikat. 7) Lisensi oleh negara atau sertifikat oleh dewan. D. PENGENDALIAN TUGAS PEMERIKSAAN 1. Sistem Pengendalian Internal Sistem pengendalian intern merupakan suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian intern atau kontrol intern didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang). Adanya sistem akuntansi yang memadai, menjadikan akuntan perusahaan dapat menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau pemegang saham, kreditur dan para pemakai laporan keuangan (stakeholder) lain yang dijadikan dasar pengambilan keputusan ekonomi. Sistem tersebut dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan. Lebih rinci lagi, kebijakan dan prosedur yang digunakan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai sasaran dan menjamin atau menyediakan laporan keuangan yang tepat serta menjamin ditaatinya atau dipatuhinya hukum dan peraturan, hal ini disebut Pengendalian Intern, atau dengan kata lain bahwa pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan informasi keuangan yang handal serta menjamin dipatuhinya hukum dan peraturan yang berlaku. Pada tingkatan organisasi, tujuan pengendalian intern berkaitan dengan keandalan laporan keuangan, umpan balik yang tepat waktu terhadap pencapaian tujuantujuan operasional dan strategis, serta kepatuhan pada hukum dan regulasi. Pada tingkatan transaksi spesifik, pengendalian intern merujuk pada aksi yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (mis. memastikan pembayaran terhadap pihak ketiga dilakukan terhadap suatu layanan yang benar-benar dilakukan). Prosedur pengedalian intern mengurangi variasi proses dan pada gilirannya memberikan hasil yang lebih dapat diperkirakan. Pengendalian intern merupakan unsur kunci pada Foreign Corrupt Practices Act(FCPA) tahun 1977 dan Sarbanes-Oxley tahun 2002 yang mengharuskan peningkatan pengendalian intern pada perusahaan-perusahaan publik Amerika Serikat. 2. Tujuan Pengendalian Intern Tujuan pengendalian intern adalah menjamin manajemen perusahaan/organisasi/entitas agar: Tujuan perusahaan yang ditetapkan akan dapat dicapai. Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya Kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan. 3. Elemen-elemen Pengendalian Intern Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen (manajemen tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan) dan gaya operasi manajemen (manajemen yang progresif atau yang konservatif), struktur organisasi (terpusat atau ter desentralisasi) serta praktik kepersonaliaan. Lingkungan pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian intern yang lain. Pengendalian internal vs pengendalian manajemen : 1. Pengendalian internal pengendalian manajemen terdiri dari pengendalian intern dan ekstern lebih menekankan pada tujuan perusahaan dan menghubungkan pengendalian manajemen untuk mencapai tujuan meliputi produksi, transportasi dan riset perusahaan. 2. Pengendalian manajemen mengendalikan terdiri dari pengendalian administratif dan pengendalian akuntansi menekankan pada pengendalian terhadap mengamankan aktiva perusahaan dengan melakukan pecatatan akuntansi memadai meliputi akuntansi meningkatkan efektifitas dan efisiensi dan taat pd hukum yang berlaku. COSO memperkenalkan lima komponen pengendalian intern sebagai pembaharuan dari pengendalian manajemen, pengendalian manajemen lebih menekankan terhadap prosedur, sementara pengendalian intern lebih menekankan peran manusia/pelaku dibandingkan serangkaian prosedur. Penilaian Risiko (Risk Assesment) Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko pasti ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis (profit dan non profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah di identifikasi dapat di analisis dan evaluasi sehingga dapat di perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya. 4. Prosedur Pengendalian (Control Activities) Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau mendeteksi terjadinya ketidakberesan dan kesalahan. Prosedur pengendalian meliputi hal-hal sebagai berikut: Personil yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib. Pelimpahan tanggung jawab. Pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait. Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan aset dan operasional. 5. Pemantauan (Monitoring) Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian intern dapat di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi. Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan usaha. Pada perusahaan besar, auditor internal adalah pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan sistem pengendalian intern. Auditor independen juga sering melakukan penilaian atas pengendalian intern sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan. 6. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting dari pengendalian intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen Winnebago pedoman operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan. Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat menggunakan informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal. Hukum, peristiwa dan kondisi yang berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal. DAFTAR PUSTAKA Amin Wijaya Tunggal, “Audit Manajemen Kontemporer”, Edisi Revisi, Penerbit Harvarindo, Jakarta, 2003 RuchyatKosasih, Auditing PrinsipdanProsedur, Bukusatu, PenerbitPalapa, Surabaya, 1985, hal 297 Holmes, Arthur W., Burns, David C., Auditing Norma danProsedur, Editor Marianus Sinaga, PenerbitErlangga, Jakarta, 1988, hal 109-110 ©2003 Digitized by USU digital library http://library.usu.ac.id/download/fe/akuntansi-manahan2.pdf http://stptower.com/audit-internal/ http://www.akr.co.id/userfiles/AKR%20-%20Piagam%20Internal%20Audit%20%2013%20Agustus%202015.pdf http://anhyfreedom.blogspot.com/2013/01/kualitas-profesional-suatu-jabatan.html https://id.wikipedia.org/wiki/Pengendalian_intern https://id.wikipedia.org/wiki/Audit_internal http://ourakuntansi.blogspot.co.id/2015/06/peran-dan-kontribusi-auditor-internal.html http://www.auditinfo.org/2015/05/fungsi-internal-audit.html?m=0 http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/5300/Bab%202.pdf?seq uence=9 https://books.google.co.id/books?id=b3Fdd7SzGVYC&pg=PA11&lpg=PA11&dq=pengemb angan+kualitas+para+pemeriksa+audit+internal&source=bl&ots=fKQI0zvWce&sig=PIjmXd w7fKFzbIlY7jjq4yHOXpo&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwirsoeg4MvLAhUN1I4KHQrmAQ Y4FBDoAQgYMAA#v=onepage&q=pengembangan%20kualitas%20para%20pemeriksa%2 0audit%20internal&f=false