Farmakologi: Antibiotik

advertisement
Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM 1
Farmakologi: Antibiotik
LAPORAN FARMAKOLOGI
ANTIBIOTIK
Disusun oleh kelompok 3 :
•
Kurnia Ramadhani Aziza
10/299099/KG/8675
•
Bagus Manik Panji Priyatna
10/200189/KG/8679
•
Eri Septiana
10/299219/KG/8682
•
Damairia Hayu Parmasari
10/299227/KG/8685
•
Prima Aretha Sari
10/299274/KG /8687
DEFINISI ANTIBIOTIKA
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat
mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman.
PRINSIP UMUM PENGGUNAAN
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk
prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Kuman-kuman yang merugikan dikurangi jumlah
dan aktivitasnya, sehingga zat-zat gizi dapat dipergunakan dengan baik.
GUIDANCE PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk
prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Kuman-kuman yang merugikan dikurangi jumlah
dan aktivitasnya, sehingga zat-zat gizi dapat dipergunakan dengan baik. Penggunaan antibiotik
ditentukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut :

Gambaran klinik penyakit infeksi, yakni efek yang ditimbulkan oleh adanya mikroba dalam
tubuh hospes.

Efek terapi antibiotik pada penyakit infeksi diperoleh hanya sebagai akibat kerja antibiotik
terhadap biomekanisme mkroba.
Kombinasi antibiotik digunakan untuk memberi manfaat klinik yang besar. Ada 4 indikasi
penggunaan kombinasi tidak tetap :

Pengobatan infeksi campuran  pemberian kombinasi obat antibiotik sesuai dengan
kepekaan kuman-kuman penyebab infeksi campuran tersebut

Pengobatan awal pada infeksi brat yang etiologinya belum jelas

Mendapatkan efek sinergi
Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM 2
Farmakologi: Antibiotik

Memperlambat timbulnya resistensi
Resistensi terhadap obat antibiotik adalah kondisi dimana obat tidak mampu membunuh
kuman atau kumannya menjadi kebal terhadap obatnya. Terdapat beberapa jenis resistensi
yang dikenal, yaitu
a. Resistensi bawaan  primer, alamiah. Pada kuman telah terjadi resistensi secara alamiah
b. Resisitensi yang diperoleh  Sekunder, disebabkan oleh kontak kuman dengan obat
antibiotik. Timbul mutan yang kemudian memperbanyak diri dan menjadi jenis baru yang
resisten atau kebal.
c. Resistensi episomal  Pembawa faktor genetika berada diluar kromosom.
d. Resistensi silang  Kejadian dimana bakteri resisten terhadao suatu antibiotika dan
semua derivatnya. Contoh: Penisilin dengan Ampisilin, Amoksisilin dsb.
ADVERSE DRUG REACTION

Reaksi alergi

Reaksi idiosikrasi  reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik terhadap pemberian
antibiotic tersebut.

Reaksi toksik
MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA
Cara kerja yang terpenting adalah perintagan sintesis protein, sehingga kuman musnah,
misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida, dan linkomisin. Selain itu beberapa
antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosporin). Antibiotika terhadap kebanyakan
virus kecil, mungkin karena virus tidak memiliki proses metabolism sesungguhnya, melainkan
tergantung pada host.
Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM 3
Farmakologi: Antibiotik
KLASIFIKASI ANTIBIOTIK BERDASARKAN MEKANISME KERJANYA
ANTIBIOTIK
Menghambat
sintesis asam
nukleat
Menghambat
sintesis
dinding sel
Menghambat
sintesis
protein
Mengham
bat
metabolis
me sel
Mengganggu
permeabilitas
membran sel
Sulfonamid
Penisilin
Aminoglikos
ida
Sulfonamida
Polimiksin
Trimetoprim
Sefalosporin
Trimetoprin
polien
Kinolon
Vankomisin
Tetrasiklin
Makrolida
Nitroimidazol
Kloramfenik
ol
Asam paminosalisila
t (PAS)
Sulfon
(Goodman and Gillmans,1990)
GOLONGAN DIAMINOPIRIMIDIN

Antibiotik golongan ini bersifat bakteriostatik.

Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat sistesis asam folat dari bakteri.
Bakteri tidak dapat mengabsorbsi asam folat dari makanannya, untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Pada bakteri, asam folat disistesis sendiri menggunakan
paraamino benzoic acid (Batubara, 2010).

Efektif untuk mengatasi serangan bakteri Gram (+) dan Gram (-).

Pemberiannya biasanya dikombinasikan dengan golongan sulfonamida

Aplikasinya dapat dilakukan secara oral maupun suntikan, baik subkutan maupun
injeksi.
GOLONGAN QUINOLON
Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM 4
Farmakologi: Antibiotik

Quinolon merupakan golongan antibiotik yang relatif baru digunakan sebagai
antiinfeksi saluran kemih.

Mekanisme kerja quinolon  menghentikan sintesis DNA bakteri dengan
menghambat enzim DNA girase, enzim ini memiliki peranan penting untuk proses
replikasi DNA bakteri (Batubara, 2010).

Beberapa contoh antibiotik golongan quinolon antara lain:
a. Siprofloksasin  Mempunyai substituen 6-fluoro yang sangat memperkuat
efek antibakteri, terutama golongan gram negatif seperti E. Coli,
Pseudomonas aeruginosa, Salmonella dan Campylobacter.
b. Norfloksasin  tidak mempunyai efek sistemik. Terkonsentrasi dalam urin
dan merupakan obat lini kedua pada infeksi saluran kemih (Neal, 2006).
GOLONGAN BETA LAKTAM
Seluruh anggota golongan antibiotik beta laktam memiliki cincin beta laktam dalam
struktur kimianya. Spektrum kerja dari antibiotik beta laktam mencakup bakteri gram (+) dan
gram (-), namun bervariasi tergantung pada masing-masing senyawa. Cincin beta laktam
merupakan syarat mutlak untuk khasiat antibiotik jenis ini. Jika cincin beta laktam ini dibuka
misalnya oleh enzim beta-laktamase (penisilinase dan sefalosporinase), maka zat ini akan
menjadi inaktif.
Antibiotik beta laktam mempunyai mekanisme kerja yang mampu menyebabkan
kerusakan pada dinding sel bakteri, yakni dengan menghambat secara selektif sintesis dari
dinding sel bakteri. Diawali dengan aksi antibiotik berupa ikatan obat pada reseptor sel yang
disebut protein binding penisilin (PBP). Seteah melakat pada suatu reseptor dari sel, reaksi
transpeptidasi dihambat.
Reaksi transpeptidasi yang dikatalis oleh enzim transpeptidase akan menghasilkan
ikatan silang antara dua rantai peptida-glukan. Walaupun dinding sel tetap terus dibentuk.
Dinding sel yang terbentuk tidak memiliki ikatan silang dan peptidoglikan yang terbentuk
tidak sempurna sehingga lebih lemah dan mudah terdegradasi. Pada kondisi normal,
perbedaan tekanan osmotik di dalam sel bakteri gram negatif dan di lingkungan akan
membuat terjadinya lisis sel. Selain itu, kompleks protein transpeptidase dan antibiotik betalaktam akan menstimulasi senyawa autolisin yang dapat mendigesti dinding sel bakteri
tersebut. Dengan demikian, bakteri yang kehilangan dinding sel maupun mengalami lisis akan
mati.
Terdapat dua golongan besar antibiotik beta laktam, yakni Penisilin dan Sefalosporin.
Penisilin merupakan antiobiotik pertama yang digunakan di klinik pada tahun 1941
yang merupakan antibiotik spektrum sempit. Diperoleh dari jamur Pennicilium notatum dan
Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM 5
Farmakologi: Antibiotik
Pennicilium chrysogenum. Terdapat beberapa jenis penisillin, yakni Penisilin-G (Benzyl
Penicillin), yang umumnya bekerja pada bakteri gram positif (Coccus dan Bacillus). PenisilinG digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti Gonorrhoea,
Syphilis, Diptheria, Tetanus dan gas gangren.
Sedangkan sefalosporin diperoleh dari jamur Pennicilium acremonium. Sefalosporin
termasuk antibiotik spektrum luas dengan cakupan bakteri gram negatif yang lebih banyak
dan bersifat bakteriosid. Efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan penisilin dan
sefalosporin adalah reaksi hipersensitifitas, mual, muntah, gangguan lambung dan pada dosis
tinggi dapat menimbulkan nefrotoksis dan neurotoksis.
Lama kerja dari penisilin diperpanjang oleh obat-obatan seperti probenesid,
sulfinpirazon, asetol, dan indometasin. Efek penisilin dikurangi oleh antibiotika yang bersifat
bakteriostatis.
Farmakokinetik dari sefalosporin diawali dengan resorbsi di usus yang berlangsung
cepat, kemudian didistribusikan ke cairan tubuh dan jaringan yang pada akhirnya
diekskresikan melalui urin.
TETRASIKLIN
Senyawa tetrasiklin diperoleh dari Streptomyces aureofaciens (klortetrasiklin) dan
Streptomyces rimosus (oksite trasikli). Tetrasiklin bersifat bakteriostatis. Rute pemberian
hanya melalui injeksi intra vena dapat dicapai kadar plama yang bakterisid lemah. Spektrum
kerja dari tetraksilin luas, yaitu meliputi banyak cocci Gram positif dan Gram negatif serta
kebanyakan bacili, kecuali Pseudomonas dan Proteus.

Pengunaan : infeksi saluran nafas dan paru-paru, saluran kemih, kulit dan mata.

Kinetik : resorbsi tetrasiklin dari usus pada lambung kurang lebih 75% dan agak lambat baru
setelah 3-4 jam tercapai kadra puncak dalam darah. Pengecualian untuk doksisilin dan
minosiklin yang diserap baik sekali yaitu 90-100%. Ekskresi secara utuh melalui ginjal.
Untuk doksisilin dan minosiklin disekresi melalui empedu dan tinja.

Efek samping : pada penggunaan oral sering terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah,
diare), supra-infeksi oleh jamur Candida albicans (dengan gejala mulut dan tenggorokan
nyeri, gatal sekitar anus, diare, diabetes insipidus, kerusakan ginjal, hati.
Pada gigi berefek pada terdeposisinya perkembangan tulang dan gigi. Pemberian pada
pertengahan kehamilan sampai 5 bulan, akan memberikan efek pada gigi desidui berupa
diskolorisasi kecoklatan pada gigi yang menyerupai karies. Tetrasikilin yang diberikan antara
umur 3 bulan sampai 6 bulan akan mempengaruhi perkembangam dentin dari gigi anterior.
Sedangkan pemberian tetrasikilin yang diberikan di akhir masa kehamilan atau masa kanak-
Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM 6
Farmakologi: Antibiotik
kanak dapat menyebabkan penghambatan secara temporer dari pertumbuhan tulang.Pada
penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kelainan bentuk dan pengurangan tinggi
badan.

Kontra indikasi : tidak boleh diberikan pada wanita hamil setelah bulan keempat dari
kehamilan, dan pada anak-anak sampai usia 8 tahun.

Interaksi : tetrasiklin tidak boleh diminum bersamaan dengan susu atau antisida, Karena
tetrasiklin membentuk senyawa komplek yang tak larut dengan besi, alumunium, magnesium
dan kalsium. Ini akan menyebabkan gagalnya resorbsi dari usus-ginjal.
SULFONAMIDA
Senyawa-senyawa dari sulfenomida dapat digunakan untuk menghadapi berbagai
infeksi. Selain itu, dapat digunakan sebagai diuretika (zat perintang karbonanhidrase) dan
antidiabetika oral. Sulfonamide bersifat amfoter. Artinya dapat membentuk garam dengan
asam maupun basa. Mekanisme kerja dari obat ini berdasarkan pencegahan sintesis
(dihidro)folat dalam kuman dengan cara antagonis. Sulfonamide diresorbsi di lambung dan
usus (terkecuali sulfa-usus).

Kombinasi Sulfonamida
a. Trisulfa adalah kombinasi dari 3 sulfonamida, biasanya sulfadiazine, sulfamerazin, dan
sulfamezathin dalam perbandingan yang sama.
b. Kotrimoksazol adalah kombinasi dari sulfametoksazol = trimetoprin dalam perbandingan
5 : 1 (400=80 mg)

Kombinasi Sulfonamida

Kombinasi trimetropin + sulfa lain dengan sifat-sifat dan penggunaan sama dengan
kortimoksazol adalah:

o
Supristol= sulfomoxol 200mg +trimetoprim 43mg
o
Kelfitin = sulfalen 200mg + trimetiprim 250mg
o
Lidatrim = sulfametrol 400mg + trimetokrim 80mg
Penggunaan Sulfonamida

Infeksi saluran kemih : sulfametizol, sulfavurasol dan kortimoksazol. Ini sering
digunakan sebagai desinfektan saluran kemih atas yang menahun.
Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM 7
Farmakologi: Antibiotik

Infeksi mata: sulfasetamida, sulfaditramida dan sulfametizol. Ini digunakan topikal
terhadap infeksi mata yang disebabkan oleh kuman-kuman yang peka terhadap
sulfonamida dan digunakan untuk trakoma.

Radang usus: sulfasasalazin khusus digunakan pada penyakit radang usus kronis.

Radang otak atau meningitis: sulfadiasin, resistensi dari sulfadiasin sangat pesat
sehingga obat ini diganti dengan ampisilin atau rifampisin.

Efek Samping Sulfonamida

Reaksi alergi seperti urtikaria, fotosensitasi dan sindrom stevens-johnson pada anak.

Gangguan saluran cerna ( mual, diare).

Pada kehamilan dan laktasi penggunaan sulfonamida tidak dinajurakan pada bulanbulan terakhir, karena resiko timbulnya icterus-inti pada neonanti (akibat pembebasan
bilirubin dari ikatan protein plasma)

Dosis
a. Anak-anak : 100-150 mg/kg berat badan atau menurut usia antara 1-3 tahun sepertiga,
antara 4-10 tahun setenagh, dan antara 11-15 tahun tigaperempat dosis dewasa.
b. Pengobatan dengan dosis tepat harus dilanjutkan minimal 5-7 hari untuk menghindari
gagalnya terapi dan cepatnya timbul resistensi.
Penggolongan Sulfonamida
a. Sulfonamida short-acting : sulfametazol, derivat-isokazol (sulfaferasol) dan derivatpirimidin 9sulfadiazin-merazin, metazin, sulfasomidin)
b. Sulfonamida liong-acting : sulfadoksin dan sulfalen
c. Sulfonamida usus: sulfaguanidin dan salazosulfapiridin
d. Sulfonamida lokal: sulfatenamida, sulfadikramida dan silversulfadiasin.
AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida dihasilkan oleh jenis-jenis fungi Streptomyces dan Micromospora.
Semua senyawa dan turunan semi sintesisnya mengandung dua atau tiga gula amino di dalam
molekulnya, yang saling terikat secara glukosidis. Spekturm kerjanya luas meliputi banyak
bacilli Gram-negatif, antara lain E.Colli, Klebsiella, Enterobacter, Salmonella, Shigella.
Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM 8
Farmakologi: Antibiotik
Aminoglikosida juga aktif terhadap gonococci dan sejumlah bakteri gram positif.
Aktivitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri dan
mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu,
sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan.

Efek samping secara umum  pada penggunaan parenteral menyebabkan kerusakan
organ pendengaran da keseimbangan (ototoksis).Pada penggunaan oral bisa terjadi
nausea, muntah, dan diare. Pada kehamilan dan laktasi tidak dianjurkan, karena bisa
menyebabkan ketulian pada bayi.

Macam-macam aminoglikosida :
a. Streptomisin  mengandung satu molekul gula amino dalam molekulnya
Penggunaan  parenteral pada tuberkulosa, dikombinasi dengan rifampisin, INH,
pirazinamida.
Spektrum kerja : Aktif melawan Mycobacterium Tuberculosis. Akan tetapi karena
streptomisin menyebabkan ototoksisitas yang berkaitan dengan dosis, terutama dalam
jangka waktu panjang, streptomisin sering digantikan oleh rifampisin.
Farmakokinetik : Resorpsinya dari usus nihil, distribusinya ke jaringan buruk, dapat
melewati plasenta. Waktu paruhnya 2-3 jam. Ekskresinya melalui ginjal rata-rata 60
% dalam bentuk utuh.
Efek samping : Terhadap ginjal dan organ pendengar. Bisa menyebaban ketulian.
Dosis : tergantung dari usia. 1 dd 0.5-1 g maksimum 2 bulan, selalu dikombinasi
dengan obat-obat lain.
b. Gentamisin  mrngandung 2 molekul gula yang dihubungkan oleh sikloheksan
Penggunaan  parenteral, topikal
Spektrum kerja  melawan Pseudomonas, Proteus, dan stafilokokus yang resisten
untuk penisilin dan metisilin. Tidak aktif terhadap mycobacterium.
Farmakokinetik  Waktu paruh : 2-3 jam, ekskresi melalui kemih secara utuh ratarata 70 %
Efek Samping  Lebih ringan dari pada streptomisin dan kanamisin. Agak jarang
mengganggu pendengaran.
Dosis  3-5 mg/kg/hari dalam 3 dosis (garam sulfat). Krem 0.1 %, salep mata dan
tetes mata 0.3 % : 4-6 dd 1-2 tetes. (Garamycin).
c. Paramomisin
Penggunaan  Oral
Indikasi  infeksi usus dan mensterilkan usus sebelum pembedahan
Dosis  disentri amoeba oral 35 mg/kg/hari dalam 3 dosis selama 5-10 hari,
crystosporidiosis oral 4x sehari 500-750 mg
Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM 9
Farmakologi: Antibiotik
MAKROLIDA
Makrolida digunakan sebagai obat alternatif pada pasien yang sensitif penisilin,
terutama pada infeksi yang disebabkan oleh streptococcus, stafilokokus, pneumococcus, dan
clostridium. Rute pemberian secara oral, tetapi eritromisin dan klaritromisin dapat diberikan
intravena bila perlu. Efek samping dari mekanisme kerja semua makrolida dapat mengganggu
fungsi hati. Penggunaan makrolida tidak efektif pada meningitis. Kondisi resistensi pada
pengguna antibiotic ini bisa terjadi karena adanya perubahan yang dikendalikan oleh plasmid
pada reseptornya dalam subunit 50S ribosom bakteri.

Contoh Makrolida :
a. Eritromisin
Aktivitas  bekerja bakteriostatis. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan
reversible pada ribosom kuman, sehingga menghambat sintesis protein
Indikasi  infeksi paru-paru oleh Mycoplasma pneumonia, infeksi usus dengan
Campilobacter jejuni. Untuk infeksi saluran nafas dijadikan alternatif kedua bilaman
terdapat resistansi atau hipersensitivitas oleh penisilin atau sefalosporin.
Farmakokinetik  Makanan memperburuk absorpsinya, maka sebaiknya diminum
saat perut kosong. 80 % terikat pada protein. Kadar dalam intraseluler tinggi.
Metabolismenya, semua makrolida diuraikan dalam hati, sebagian oleh system
sitokrom-P450. Ekskresinya melalui empedu dan tinja serta kemih, terutama dalam
bentuk inaktif.
Efek samping  gangguan lambung-usus, diare, nyeri perut,nausea,muntah.
Interaksi denga obat lain bisa terjadi. Penghambatan metabolisme teofilin, kumarin,
rifampisin, siklosporin.
Pada kehamilan dan laktasi, dapat diberikan dengan aman, namun derivatnya belum
diketahui secara pasti.
Dosis  Oral 2-4 dd 250-500 mg pada saat perut kosong, untuk anak-anak 20-40
mg/kgBB/hari selama maksimum 7 hari.
b. Spiramisin
Indikasi  Infeksi di jaringan mulut, tenggorokan, dan saluran napas
Farmakokinetik  Resorpsinya tidak konstan, PP-nya hanya 30 %, waktu paruhnya
4-8 jam tergantung dari dosis.
Efek samping  Ringan. Wanita hamil dapat meminum obat ini, tetapi tidak
dianjurkan selama laktasi karena kadarnya dalam ASI tinggi sekali.
Dosis  Oral 4 dd 0,5-1 g, anak-anak 50-100 mg/kg/hari selama 5 hari, pada
toxoplasmaosis selama 3-4 minggu.
Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM 10
Farmakologi: Antibiotik
DERIVAT NITROBENZENA
Contoh obat antibiotik yang merupakan derivate dari nitrobenzena adalah khloramfenikol.
Khloramfenikol:

Khloramfenikol diberikan secara oral atau intravena

Efek samping  aplasia sumsum tulang

Supresi reversible sel darah merah dan putih, ensefalopati, neuritis optic

Indikasi  demam tifoid, meningitis Haemophylus influenza

Dimetabolisme di hati, bisa menghambat metabolism obat lain dan bisa mempotensiasi aksi
fenitoin, warfarin, sulfonylurea

Neonatus tidak dapat memetabolisme dengan cepat, akumulasi menyebabkan sidrom “grey
baby”
ANTIFUNGAL
Antifungal digunakan untuk mengobati infeksi jamur. Secara umum infeksi jamur dibagi
menjadi 2 yaitu infeksi jamur sistemik dan topical. Contoh antifungal untuk infeksi sistemik adalah
amfoterisin B, flusitosin, ketokonazol. Sedangkan contoh antifungal untuk infeksi jamur topical
adalah griseofulvin, mikonazol, dan klotrimazol.
1. Ketokonazol
Ketokonazol merupakan turunan dari imidazol yang mempunyai aktivitas antijamur baik
sistemik maupun nonsistemik. Efektif terhadap Candida, Coccidioides imitis, Crytococcus
Neoformans, H. capsulatum, B. Dermatidis, Aspergillus, dan Sporothrix spp.
Farmakokinetik  Ketokonazol merupakan antijamur sistemik per oral yang diserap baik
melalui saluran cerna dan menghasilkan kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas
berbagai jenis jamur. Penyerapan melalui saluran cerna akn berkurang pada penderita dengan
pH lambung yang tinggi.Sebagian besar dari obat ini mengalami metabolism lintas pertama.
Ekskresinya melalui cairan empedu ke lumen usus dan hanya sebagian kecil saja yang
dikeluarkan melalui urin.
2. Mikonazol
Mikonazol mempunyai spektrum luas baik terhadap jamur sistemik maupun dermatofit. Obat
ini berbentuk kristal putih, tidak berwarna dan berbau, sebagian kecil larut dalam air tetapi
lebih larut dalm pelarut organik.
Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM 11
Farmakologi: Antibiotik
Aktivitas antijamur  menghambat aktivitas jamur Trichophyton, Epidermophyton,
Microsporum, Candida, dan Malassezia furfur. Mikonazol menghambat sintesis ergosterol
yang menyebabkan permeabilitas membrane sel jamur meningkat juga menyebabkan
gangguan sintesis asam nukleat yang akan menyebabkan kerusakan jamur.
Efek samping  iritasi, rasa terbakar.
ANTIVIRUS

Obat yang menghentikan virus untuk memasuki sel pejamu (host)
 Amantadin  mengganggu replikasi influenza A dengan menghambat protein M2
transmembran yang penting untuk pelepasan selubung virus.
 Zanamivir  obat baru yang secara spesifik mengahambat neuraminidase influenza
A dan B, suatu enzim yang penting untuk pelepasan virus dari sel yang terinfeksi.
Obat ini mengurangi durasi gejala bila diberikan dalam 48 jam sejak dimulainya
gejala.Efektif dalam pencegahan influenza pada orang dewasa sehat.
 Imunoglobulin  melawan antigen superficial virus dan dapat mengganggu proses
masuknya virus ke dalam sel pejamu (host). Suntikan immunoglobulin normal
berguna untuk perlindungan sementara elawan hepatitis A, campak, dan rubella.

Obat yang menghambat sintesis asam nukleat
 Asiklovir  Virus herpes simpleks (HSV) dan varisela zoster (VZV), mengandung
timidin kinase yang bisa mengubah asiklovir menjadi bentuk monofosfat.Monofosfat
mengalami fosforilasi oleh enzim host menjadi asikloguanosin trifosfat yang
menghambat polymerase DNA virus dan sintesis DNA virus. Efektif diberikan secara
topical, oral dan parenteral.
 Gansiklovir  harus diberikan secra intravena. Hanya digunakan untuk mengobati
infeksi sitomegalovirus (CMV) berat pada pasien immunocompromised.
 Zidovudin  menghambat transcriptase reverse HIV dan digunakan secara oral pada
terapi AIDS. Efek sampingnya berupa anemia, neutropenia, mialgia, mual, dan sakit
kepala. Inhibitor transkripatase reverse nukleosida lainnya adalah stavudin, didanosin,
dan zalsitabin.

Inhibitor protease
Pada HIV, mRNA ditranslasi menjadi poliprotein inert. Poliprotein diubah menjadi protein
matur yang esensial oleh suatu protease yang spesifik virus. Inhibitor “protease HIV” yang
digunakan dalam kombinasi dengan obat lain, termasuk saquinavir dan ritonavir. Efek
sampingnya mual, muntah, diabetes, dan lipodistropi.
ANTIPROTOZOA
Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM 12
Farmakologi: Antibiotik
Malaria merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh protozoa. Antimalaria atau bisa
disebut sebagai anti protozoa bersifat toksik bagi skizon eritrositik, skizon adalah sporozoit matang di
jaringan dari protozoa yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Obat antiprotozoa atau antimalaria
yang bekerja cepat antara lain:
a. Klorokuin
Skizontisida darah kerja cepat
b. Kuinin
Mengobati serangan klinis dari malaria
c. Meflokuin
Mengobati serangan klinis dari malaria, profilaksis
d. Malaron
dan terapi.
e. Riamet
Aktif untuk P. Vivax dan P. Ovale.
Efek yang ditimbulkan dari dosis tinggi mengakibatkan mual, muntah, diare, ruam pruritis,
dan yang jarang adalah psikosis. Pemberian dosisi tinggi dalam jangka panjang akan merusak retina
secara irreversibel. Pemberian dari kuinin, meflokuin, malaron, dan riamet dilakukan melalui oral.
Skizontisida darah kerja lambat
a. Proguanil + pirimetamin  skizontisida efektif namun kerjanya lambat untuk
mengobati serangan akut.
b. Proguanil + atovakuon  mengobati infeksi P.falcivarum yang resisten dan
semakin banyak digunakan untuk kemoprofilaksis.
Skizontisida jaringan
Primakuin Satu-satunya antimalaria yang membunuh skizon P. vivax dan P. ovale
yang dorman di hati. Tetapi tidak memiliki kemampuan untuk mengobati serangan klinis.
Efek samping yang ditimbulkan meliputi mual, muntah, depresi sumsum tulang, dan anemia
hemolitik.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G. 2008. Farmakologi dasar & Klinik / Bertram G ; alih bahasa, Staf Dosen
Farmakologi Fakultas Kedokteran UNSRI ; editor, H. Azwar Agoes. – Ed.6.- Jakarta : EGC
Neal, M.J. 2005. Farmakologi Medis. Ed 5.Surabaya : Erlangga
Tripathi, KD.2003.Essential of Medical Pharmacology. 5th ed. New Delhi: Jitendar
Rahardja,Kirana.2002 Obat-Obat Penting. Ed 5. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo
Suryawati, Sri. 2005. Efek Samping Obat. Yogyakarta : Pusat Studi Farmakologi Klinik dan
Kebijakan Obat Universitas Gadjah Mada
Anief, M. 2004. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM 13
Farmakologi: Antibiotik
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Ed 5. Bandung: Penerbit ITB
Vervloet C, Durham S. ABC of allergies Adverse reactions to drugs. BMJ 1998;316:1511-4.
Download