KOMUNIKASI POLITIK (Studi Tentang Dakwah Partai Bulan Bintang)

advertisement
KOMUNIKASI POLITIK
(Studi Tentang Dakwah Partai Bulan Bintang)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
ERDIANSYAH
102051025449
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/ 2008 M
KOMUNIKASI POLITIK
( Studi Tentang Dakwah Partai Bulan Bintang)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
ERDIANSYAH
102051025449
Pembimbing,
Dr. Murodi, MA
NIP: 150 254 102
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/ 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KOMUNIKASI POLITIK (STUDI TENTANG DAKWAH
PARTAI BULAN BINTANG) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5
September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) program Strata 1(S1) pada jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 5 September 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Study Rizal LK, M.A.
NIP: 150262876
Umi Musyarafah, M.A.
NIP: 150281980
Anggota,
Penguju I
Penguji II
Dra. Hj. Roudhonah, M.A.
NIP: 150232920
Dra. Armawati Arbi, M.Si.
NIP: 150246288
Pembimbing,
Dr. Murodi, M.A.
NIP: 150254102
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Agustus 2008
Erdiansyah
OUT LINE SEMENTARA
BAB I
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Sistematika Penulisan
BAB II
: TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Dakwah
B. Pengertian politik
C. Hubungan Politik dan Dakwah
BAB III
: GAMBARAN UMUM PARTAI BULAN BINTANG
A. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri
B. Visi dan Misi Partai Bulan Bintang
C. AD/ART Partai Bulan Bintang
D. Struktur Organisasi
E. Program-program Partai Bulan Bintang
BAB IV
: POLITIK DAKWAH PARTAI BULAN BINTANG
A. Ruang Lingkup Dakwah Partai Bulan Bintang
B. Konsep Dakwah Partai Bulan Bintang
C. Sistem Kaderisasi Partai Bulan Bintang
D. Orientasi Politik Dan Dakwah Partai Bulan Bintang
BAB V
: PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
ABSTRAK
Erdiansyah
Komunikasi Politik (Studi Tentang Dakwah Partai Bulan Bintang)
Era Reformasi yang berjalan saat ini memberikan berbagai indikasi yang
baik terhadap dakwah Islam, terutama partai berideologi Islam. Partai Bulan
Bintang merupakan partai berasas Islam yang berperan sebagai oposisi dalam
menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah dan politik tidak bisa
dipisahkan karena memiliki tujuan yang sama, yaitu membawa masyarakat ke
arah yang lebih baik sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Pada prinsipnya, tujuan yang baik seharusnya dicapai dengan cara yang
baik pula. Karena itu politik bagi Partai Bulan Bintang adalah alat untuk
mengembangkan dakwah Islam, namun tujuan politik untuk mencapai kekuasaan
hanya bersifat sementara, karena tujuan utama perjuangan partai dan umat Islam
adalah menjaga dan menegakkan Islam.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik
analisis deskriptif, sedangkan pengumpulan data penulis menggunakan metode
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pesan dakwah dan tujuan dakwah
dan politik Partai Bulan Bintang. Islam bagi Partai Bulan Bintang adalah pedoman
hidup yang sempurna dan menyeluruh, sehingga prinsip ini menjadi landasan
perkataan, sikap, prilaku, pikiran, serta aktivitas politik partai. Tegaknya syariat
islam merupakan tujuan utama didirikannya partai ini, karena itu politik untuk
mencapai kekuasaan merupakan alat untuk mencapai tujuan tersebut. Dakwah
menurut pandangan partai adalah membangun bangsa dengan cara menegakkan
keadilan, melenyapkan kezaliman, menghormati hak asasi manusia, serta
memelihara alam semesta dan mengolahnya dengan baik dan benar.
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR…………………………………………………..…….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………..…....v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.………………………..…….….1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...…………..………6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...……………….…...……7
D. Metodologi Penelitian…..……………...…..………….….8
E. Tinjauan Pustaka……...…………………………………10
F. Sistematika Penulisan……..……………………...……..13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Dakwah……...……………………..……………………14
1. Pengertian Dakwah……...………………….......…….14
2. Unsur-unsur Dakwah……………………....................16
B. Politik……………………………………………………23
C. Komunikasi Politik Menurut Pandangan Islam................24
D. Hubungan Dakwah dan Politik….………………………26
BAB III
PROFILE PARTAI BULAN BINTANG
A. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri……..........................33
B. Visi dan Misi …………………..……...………………...38
C. AD/ART………...…………….……………………...….38
D. Program-program Partai…………..….………..…….…..39
BAB IV
KOMUNIKASI DAKWAH PARTAI BULAN BINTANG
A. Komunikator Dakwah Partai Bulan Bintang……..……..47
B. Pesan Dakwah Partai Bulan Bintang…………..………..50
C. Saluran Dakwah Partai Bulan Bintang……...……….….55
D. Sasaran Dakwah dan Politik Partai Bulan Bintang….…..59
E. Tujuan dakwah dan Politik Partai Bulan Bintang.......…..60
F. Karakteristik Partai Bulan Bintang……………………...69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………...………..…………..71
B. Saran-saran……...……………………...…………..…...72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tahun 1998 merupakan era baru yang berindikasi positif bagi proses
perubahan
sosial
politik,
terutama
dikalangan
Islam
yang
merasa
dimarginalkan oleh rezim Orde Baru. Kehadiran era baru ini menurut
kalangan Islam merupakan sesuatu yang baik dan harus direspon dengan
membangun berbagai kemungkinan bagi terselenggaranya kepentingankepentingan umat Islam. Dalam kaitan ini, lahirnya era reformasi memberikan
berbagai indikasi yang konstruktif bagi penguatan gerakan dakwah Islam,
terutama dakwah melalui media politik dengan berjuang pada struktur politik
negara agar proses penyelenggaraan negara dapat memcerminkan nilai-nilai
profetik Islam.1
Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan peluang bagi umat Islam untuk
mendirikan partai politik yang berasas Islam dan memiliki komitmen terhadap
dakwah Islam,2 di antaranya Partai Bulan Bintang (PBB) yang memberikan
perhatian pada usaha pembinaan umat dengan menyalurkan aspirasi politiknya
dalam lembaga resmi kenegaraan. Kemudian Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
yang memadukan kerja politik dan dakwah. Partai-partai lain yang
mengembangkan kegiatan serupa seperti Partai Kebangkitan Umat (PKU),
1
Syarifuddin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2008), h. 182
2
Asas Islam bagi Partai Bulan Bulan berarti perpedoman seutuhnya pada ajaran Islam,
sebuah panduan hidup yang pokok-pokok ajarannya meliputi akidah, syariah, dan akhlak.
Karena itu seluruh aspek perjuangan dengan sikap, ucapan, dan prilaku segenap fungsionaris
dan kader partai harus berlandaskan dan berpedoman pada Islam yang prinsip-prinsipnya
cukup jelas, baik dari Al-Quran maupun Al-Hadits. Lihat Tafsir Asas Partai Bulan Bintang.
Partai Umat Islam (PUI), Partai Bintang Reformasi, Partai Nahdatul Umat,
PPP dan partai-partai Islam lainnya.3
Aktivitas dakwah di tanah air sebagai lembaga telah menjelma dalam
bentuknya yang modern pada awal abad ke-20. Formasinya sebagai gerakan
dakwah mempunyai arti aktivitas bersama untuk penyebarluasan ajaranajarannya
di tengah kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Menguatnya
pendekatan kelembagaan dalam dakwah termenifestasikan dalam bentukbentuk gerakan organisasi kemasjidan, lembaga pendidikan teristimewa
pesantren, badan-badan sosial politik, organisasi kemasyarakatan (ormas),
majelis taklim dan lain-lain yang keseluruhannya bernilai sosial, budaya,
politik dan ekonomi.4
Dalam etika Islam, politik harus bertujuan untuk amar mar’uf dan nahi
munkar, mengingatkan yang salah dan mendorong sebanyak mungkin
kreatifitas masyarakat dalam berlomba-lomba meraih nilai kebajikan. Karena
itu, produk politik Islam tidak mungkin menjadi sektarian atau untuk
kepentingan umat Islam saja, melainkan meratakan keadilan dan rahmat bagi
orang banyak (rahmatan lil-‘alamin).5
Allah berfirman dalam Quran surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:
َِ َ‫َْن‬#ََْ‫وََُْْ ُِْ
ْ أٌُ َُْنَ إَِ اَِْْ وََُُْونَ "ِ!ْ َُْوفِ و‬
َُِْ ْ‫ا‬
ُ
ُ‫َ ه‬$ِ%َ‫وَأُو‬
‫ن‬
َ ُ'ِ(ْ)ُ ْ‫ا‬.
3
Ibid, h. 362
A.M. Fatwa, Demokrasi Teistis, Upaya Merangkai Integrasi Politik dan Agama di
Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 79-80
5
Ibid, h. 258
4
Artinya:” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Untuk melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar, dakwah memerlukan
media, baik lisan, tulisan bahkan politik karena melalui media ini dakwah
akan dapat disebarkan secara luas, selain dapat menterjemahkan prilaku
kehidupan masyarakat, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Endang
Saifuddin Anshari bahwa dengan cara-cara ini islam dapat diterjemahkan
secara lebih leluasa termasuk soal politik.6
Seperti diketahui, politik merupakan salah satu kegiatan penting, karena
suatu masyarakat hanya bisa hidup secara teratur kalau ia hidup dan tinggal
dalam sebuah Negara dan segala perangkat kekuasaannya. Sedemikian
pentingnya peranan politik dalam masyarakat modern, sehingga banyak orang
berpendapat bahwa politik (dalam arti luas) adalah panglima, artinya politik
sangat menentukan corak sosial, ekonomi, budaya, hukum, dan berbagai aspek
kehidupan lainnya.7
Pemikiran
M.
Natsir
di
masa
muda
memperlihatkan
corak
mempertahankan Islam dari berbagai serangan yang menyudutkannya.
Tampaknya, M. Natsir mengambil bagian dalam aktifitas politik dalam rangka
membela Islam dari upaya-upaya orang yang hendak memojokkannya.
Dengan gerakan politik ini, M. Natsir ingin melaksanakan amar ma’ruf dan
nahi munkar demi tegaknya Islam.
6
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam dan
Umatnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. Ke-4, h. 178
7
Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah Episode Kehidupan M. Natsir
dan Azhar Bashir, (Yogyakarta: Sipress, 1996), Cet. Ke-1, h. 192
M. Natsir menggunakan istilah modernisasi politik Islam
yang
mengandung arti sebagai sikap dan pandangan yang berusaha untuk
menerapkan ajaran dan nilai-nilai kerohaniaan, sosial, dan politik Islam yang
terkandung didalam Quran dan Sunnah Nabi dan menyesuaikannya dengan
perkembangan-perkembangan mutakhir dalam sejarah peradaban umat
manusia. Dalam term politik seperti ini, maka M. Natsir mewajibakan setiap
umat Islam untuk berpolitik sebagai sarana dakwah Islam. Katanya, sebagai
seorang muslim, kita tidak dapat melepaskan diri dari politik. Sebagai orang
politik, kita tidak dapat melepaskan diri dari ideologi kita, yakni ideologi
Islam. Bagi kita, menegakkan Islam itu tidak dapat dilepaskan dari
menegakkan
masyarakat,
menegakkan
Negara,
dan
menegakkan
kemerdekaan.
Menurut Harun Nasution, hubungan kekuasaan dan dakwah cukup jelas.
Pada periode Mekah, Muhammad SAW sulit mengembangkan dakwah,
karena di Mekah terdapat kekuasaan kaum Quraisy yang kuat menentangnya.
Di Madinah, kekuasaan seperti itu tidak ada, bahkan kemudian tampak
kekuasaan di Madinah dipegang oleh Muhammad SAW. Dengan kekuasaan
yang ada ditangannya, ia lebih mudah menyebarluaskan ajaran Islam.8
Keberadaan kelompok politik Islam dalam perpolitikan Indonesia
merupakan kelanjutan dari adanya dikotomi santri-abangan dikalangan umat
Islam, disamping juga berkembang dari adanya kemajemukan dikalangan
kelompok Islam itu sendiri. Adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri
bahwa kelompok politik Islam bukanlah merupakan satu kelompok
8
Thohir Luth, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta : Gema Insani Press, 2005)
h. 85-89
kepentingan tunggal. Hal ini ditandai oleh banyaknya partai-partai di kalangan
kelompok Islam, baik yang mendasarkan diri pada ideologi dan simbol
keislaman maupun yang berbasis dukungan umat Islam.
Pada era reformasi dewasa ini terdapat banyak partai Islam atau partai
yang berbasis dukungan umat Islam. Fenomena tersebut merupakan refleksi
kemajemukan umat Islam dan keberagaman kepentingan kelompok Islam.
Kelahiran partai-partai tersebut merupakan buah euphoria politik yang tak
terelakkan dari proses reformasi. Proses reformasi yang terjadi memang
memberikan angin segar kebebasan bagi warga Negara untuk berserikat dan
berkelompok yang selama 30 tahun lebih terkungkung oleh kekuasaan absolut
sentralistik.9 Partai Bulan Bintang yang lahir dengan seiring gerakan reformasi
dalam sektor kehidupan, khususnya reformasi politik kembali menghidupkan
dan menggunakan ideologi Islam sebagai ideologi partai mereka atau dengan
kata lain Islam dijadikan sebagai asas gerakan partai yang dianut.
Kendati pendirian partai politik merupakan sebagian dari komitmen umat
dalam bidang politik, namun pada kenyataannya dapat menjadi sebuah
alternatif sarana bagi langkah-langkah perjuangan politik bagi kaum muslimin.
Langkah-langkah ini merupakan bagian integral dari tugas dakwah yang
diemban oleh umat Islam. Karenanya pemberian kesempatan bagi munculnya
sebuah partai Islam yang merupakan aspirasi umat untuk mewujudkan citacita politik yang tidak pernah padam mengingat luasnya dakwah. Karena itu
pemberian wadah secara legal formal merupakan bagian dari pemungsian
efektif peran pemberdayaan umat baik secara psikologis, sosiologis, ekonomis
9
Deliar Noer, Mengapa Partai Islam Kalah?, (Jakarta: Alvabet, 1999), h. 30
maupun politik dalam satu sisi dan sisi lain dapat menghindari terjadinya
ekstriminitas akibat penekanan terhadap peran politik umat.10
Atas dasar pemikiran tersebut diatas, maka penulis ingin melakukan
penelitian dengan judul : “Komunikasi Politik (Studi Tentang Dakwah
Partai Bulan Bintang)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Supaya dalam penulisan ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan,
maka penulis memberikan batasan pada komunikator, pesan, saluran, sasaran,
dan tujuan dakwah dan politik Partai Bulan Bintang pada pimpinan pusat yang
merupakan partai berasas Islam.
2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diutarakan di atas, untuk
memudahkan pembahasan penelitian ini serta tidak menyimpang dari judul
yang diangkat, maka penulis merumuskan masalah yaitu:
Bagaimana komunikasi politik Partai Bulan Bintang mengenai unsur-unsur
dakwah?
a. Komunikator dakwah
b. Pesan dakwah
c. Saluran dakwah
d. Sasaran dakwah
e. Tujuan dakwah
10
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UI Press, 1985), h. 9-10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari
permasalahan yang telah dibatasi di atas, namun di samping itu secara khusus
dikemukakan bahwa penelitian bertujuan untuk mengetahui komunikasi
politik Partai Bulan Bintang dilihat dari unsur komunikator dakwah, pesan
dakwah, saluran dakwah, sasaran dakwah, serta tujuan dakwah.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat akademis
Manfaat akademis dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah dan memperkaya bahan kajian dan pustaka bagi
para pembaca atau pemerhati studi tentang komunikasi politik,
terutama bagi para aktivis dakwah dan politik di Fakultas Dakwah
dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Penelitian ini merupakan sumber referensi dan sarana pemikiran bagi
kalangan akademisi dalam menunjang penelitian selanjutnya yang
akan berguna sebagai bahan perbandingan bagi peneliti yang lain.
b. Manfaat praktis
Adapun manfaat praktis yang ingin dicapai oleh penulis adalah:
1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan dakwah
melalui media politik bagi Partai Bulan Bintang.
2. Memberikan informasi kepada berbagai pihak terutama Partai Politik
Islam yang peduli terhadap masalah dakwah.
3. Sebagai rekomendasi untuk pemerintah dan seluruh praktisi politik
Islam agar bisa menjadi pertimbangan dalam politik demi tegaknya
dakwah Islam di Negara ini.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode penelitian
Dalam penelitian penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang konsep komunikasi politik Partai Bulan
Bintang.
2. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian skripsi ini adalah DPP Partai Bulan Bintang yang
beralamat di Jl. Raya Pasar Minggu, No. 1 B Jakarta Selatan. Sedangkan
waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2008 sampai dengan
Agustus 2008.
3. Subyek dan obyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah pengurus, pejabat atau pempinan
pusat Partai Bulan Bintang. Sedangkan obyek penelitian ini adalah konsep
komunikasi politik tentang dakwah Partai Bulan Bintang.
4. Tahapan penelitian
1). Metode pengumpulan data
a. Wawancara, yaitu penulis melakukan wawancara langsung dengan
pengurus pusat Partai Bulan Bintang.
b. Observasi, yaitu penulis mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap tempat yang akan diteliti, yaitu Dewan
Pimpinan Pusat Partai Bulan Bintang.
c. Dokumentasi, yaitu mencari data atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.
2). Sumber data
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang
dimiliki oleh DPP Partai Bulan Bintang, seperti AD/ART PBB, dan
dari interview atau wawancara serta dokumen partai lainnya.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari tulisan berupa artikel,
buletin, jurnal, skripsi, tesis, disertasi dan lain-lain.
5. Teknik analisa data
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis dengan cara melaporkan data dengan menerangkan, memberikan
gambaran, dan mengklasifikasikan, serta menginterpretasikan data yang
terkumpul secara apa adanya dan kemudian menyimpulkannya.
7. Pedoman penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” terbitan CEQDA
(Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Menurut Yusril Ihza Mahendra, politik adalah bagian dari dakwah untuk
mengajak manusia ke arah kebajikan dan menolak kemungkaran karena pada
prinsipnya ini tidak merugikan pihak manapun. Partai Bulan Bintang
memperjuangkan ajaran Islam yang universal, tujuannya adalah agar dapat
menjiwai dan mendorong bangsa dan Negara Indonesia dengan tetap
menjunjung tinggi keberadaan pemeluk-pemeluk agama lainnya, sesuai
dengan jaminan ajaran Islam tentang kemerdekaan memeluk agama dan
menjalankannya, yang semuanya adalah sejalan dengan ketentuan-ketentuan
di dalam undang-undang dasar 1945.11 Partai Bulan Bintang berusaha menjadi
partai Islam yang memberikan inspirasi dan petunjuk-petunjuk untuk
menyelesaikan berbagai persoalan bangsa Indonesia.
Partai Bulan Bintang jelas berasas Islam, dengan visi terwujudnya
kehidupan masyarakat Indonesia yang islami. Visi besar ini kemudian
dielaborasi kedalam tujuan misi, yaitu membangun Indonesia yang maju,
mandiri, cerdas, berkepribadian tinggi, berkeadilan, berdemokrasi, dan turut
mewujudkan perdamaian dunia berdasarkan nilai-nilai Islam.12 Oleh karena itu
partai ini ingin memposisikan diri sebagai partai politik Islam terdepan yang
menegakkan syariat Islam di Indonesia.
Esensi dakwah dan politik menurut Imam Khomeini adalah menyeru
segenap umat manusia untuk dapat melaksanakan syariat Islam di dalam
semua bidang kehidupan, yang mana semua ini dilaksanakan demi
terwujudnya suatu cita-cita luhur yaitu tegaknya tatanan masyarakat islami
11
12
http://yusril.ihzamahendra.com/2008/07/10/hanya-ada-satu-kata-maju/
Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2004), h. 56
yang bersendikan nilai tauhid. Urgensi politik bagi dakwah yaitu terciptanya
situasi konstruktif bagi perkembangan dakwah Islam, umat Islam bebas
melaksanakan dakwah dan mengamalkan tanpa ada larangan dan gagasan.
Adapun urgensi dakwah bagi politik yaitu diterapkannya syariat Islam sebagai
hukum Negara yang mengatur kehidupan masyarakat dalam aspek ibadah,
muamalah, jinayat, dan sebagainya.13
Selanjutnya ada beberapa karya yang memiliki judul hampir sama dengan
apa diteliti oleh penulis. Karena itu penulis perlu memberikan penjelasan dan
pertimbangan selanjutnya agar tidak terkesan menduplikat hasil karya orang
lain.
Skripsi pertama ditulis oleh Ramin dengan judul “Dimensi Dakwah Dalam
Politik (Studi Atas Partai Bintang Reformasi), mahasiswa jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam tahun 2001. Skripsi ini membahas konsepsi dakwah Partai
Bintang Reformasi sebagai partai politik Islam dalam setiap kegiatannya.
Skripsi kedua yang ditulis oleh Harianto Arbi dengan judul “Gerakan
Politik Partai Bulan Bintang Dalam Dinamika Demokrasi Indonesia”,
mahasiswa fakultas Ushuluddin dan Filsafat jurusan Pemikiran Politik Islam
tahun 2006. Judul tersebut memang sama subyeknya, namun obyeknya
berbeda dengan yang diteliti oleh penulis yaitu kajian tentang politik dakwah
Partai Bulan Bintang.
Karya Meyrita Susanti yang berjudul “Dakwah dan Politik (Studi atas
Program Kerja Bidang Dakwah DPW Partai Bulan Bintang Propinsi Banten)”,
mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2007. skripsi ini
13
Fitri Yanti, “Imam Khomeini: Studi Tentang Pemikiran Politik Dan Aktivitas
Dakwah,” (Tesis S2 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2002), h. 132-134
memberikan pembahasan lebih kepada program kerja bidang dakwah yang
telah dilakukan oleh DPW Partai Bulan Bintang propinsi Banten.
Selanjutnya tesis yang ditulis oleh Arsyad pada tahun 2007 tentang:
“Dakwah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Melalui Kaderisasi”, mahasiswa S2
konsentrasi Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tesis ini menjelaskan kaderisasi Partai Keadilan
Sejahtera yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kualitas kader dan
percepatan pertumbuhan kader serta anggota baru. Kaderisasi merupakan
prinsip gerakan amal partai dakwah PKS yang mengunakan istilah kadersasi
sepanjang hidup. Penelitian ini menekankan pada kaderisasi Partai Keadilan
Sejahtera yang merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dakwah partai.
Dari beberapa karya diatas, penulis melihat perbedaan dengan penelitian
yang akan dikaji, meskipun ada persamaan yang mendekati dengan karya
Meyrita Susanti, namun obyek penulis lebih terfokus kepada dakwah Partai
Bulan Bintang yang dilakukan oleh pengurus pusat serta memiliki subyek
yang berbeda dengan penulis yang akan teliti. Oleh karena itu, penulis merasa
tertarik untuk meneliti Komunikasi Dakwah Partai Bulan Bintang.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan sripsi ini disusun dalam lima bab, secara sistematis
penulisannya sebagai berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah,
pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
: TINJAUAN TEORITIS
Bab yang membahas ruang lingkup dakwah dan politik yang
meliputi pengertian dakwah dan politik, hubungan dakwah dan
politik, serta komunikasi politik menurut pandangan Islam.
BAB III
: PROFILE PARTAI BULAN BINTANG
Bab ini meliputi latar belakang dan sejarah berdiri, visi dan misi,
AD/ART Partai Bulan Bintang, serta program partai.
BAB IV
: KOMUNIKASI DAKWAH PARTAI BULAN BINTANG
Bab yang mambahas komunikator dakwah Partai Bulan Bintang,
pesan dakwah, saluran dakwah, sasaran dakwah, tujuan dakwah,
serta karakteristik Partai Bulan Bintang.
BAB V
: PENUTUP
Bab ini memberikan kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Dakwah
1.
Pengertian Dakwah
Secara semantik perkataan dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’a,
yad’u ( -!‫ ) د‬yang artinya mengajak, mengundang atau memanggil.
Kemudian menjadi kata da’watan (‫ )دة‬yang artinya panggilan, undangan
atau ajakan. Istilah lain yang identik dengan kata dakwah adalah; ballagho,
yuballighu (+(,-+("
) yang artinya menyampaikan. Kata itu kemudian menjadi
kata tablighun () yang artinya penyampaian sesuatu pesan. Karena itu
dakwah juga sering disebut tabligh yang maksudnya sebagai suatu kegiatan
penyampain pesan atau ajaran agama Islam. Dengan demikian, secara
etimologis (bahasa), pengertian dakwah dan tabligh itu merupakan suatu
proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau
seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.14
Makna lain kata dakwah secara bahasa adalah:15
a. An-Nida artinya memanggil; da’a fulan ila fulanah, artinya sifulan
mengundang sifulanah.
b. Menyeru; ad-du’a ila syai’i, artinya menyeru dan mendorong pada
sesuatu.
c. Ad-Da’wat ila qadhiyat, artinya menegaskannya atau membelanya,
baik terhadap yang hak ataupun yang batil, yang positif maupun yang
negatif.
d. Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia
ke suatu aliran atau agama tertentu.
14
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1986), cet ke-3,
h.31
15
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah, (Solo: Era Intermedia, 2005) h. 24-25
e. Memohon dan meminta, ini yang disebut dengan istilah berdoa.
Dakwah pada hakikatnya adalah segala aktivitas yang mengajak orang
untuk berubah dari satu situasi yang mengandung nilai kehidupan yang bukan
Islami kepada nilai kehidupan yang Islami. Aktivitas tersebut dilakukan
14
dengan mengajak, mendorong, menyeru, tanpa tekanan, paksaan dan
provokasi, dan bukan pula dengan bujukan dan rayuan pemberian sembako.
Maju mundurnya umat Islam bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan
dakwah yang dilakukan, karena itu dakwah menempati posisi yang tinggi dan
mulia dalam kemajuan agama Islam.16
Abd Rasyad Saleh mengatakan bahwa dakwah merupakan:
“Usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan
seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di
dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf dan nahi munkar, dengan berbagai
macam media dan cara yang diperbolehkan”.17
Selanjutnya dakwah juga dipandang sebagai proses penyampaian ajaran
agama Islam kepada umat manusia. Sebagai suatu proses, dakwah tidak hanya
merupakan usaha penyampaian saja, tetapi merupakan usaha untuk mengubah
pola pikir atau pola kehidupan manusia sebagai sasaran dakwah ke arah
kualitas kehidupan yang lebih baik. Gerakan dakwah dituntut mampu
memberikan paradigma-paradigma baru yang mampu mentransfer pesanpesan ajaran Islam kepada masyarakat.18 Sehingga dakwah diharapkan mampu
memberikan output (hasil) terhadap lingkungan, dalam arti memberi dasar
16
17
18
h. 8
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 5
Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1977) h. 8
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008),
filosofi, arah, dorongan, dan pedoman perubahan masyarakat sampai
terbentuknya realitas sosial baru.
Dari definisi dakwah tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
dakwah merupakan usaha atau proses yang diselenggarakan secara sadar atau
terencana, usaha yang dilakukan adalah mengajak manusia kejalan Allah,
memperbaiki situasi yang lebih baik. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu , yakni hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan
akhirat.
Makna dakwah juga di pandang sebagai salah satu keharusan bagi setiap
muslim untuk mengajak umat Islam ke jalan yang sesuai dengan Islam, serta
menyebarluaskan Islam secara terus menerus kepada seluruh umat manusia di
dunia ini sesuai dengan batas kemampuan kita. Individu merupakan ruang
lingkup dakwah paling kecil untuk dilakukan oleh setiap orang, sehingga akan
tercapai peradaban yang Islami.
2. Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah harus ada dalam proses dakwah, jika dari salah satu
dari unsur-unsur dakwah tersebut tidak terpenuhi maka akan mengalami
hambatan bahkan kegagalan. Adapun unsur-unsur itu antara lain: da’i, mad’u,
materi, media, metode, dan tujuan dakwah. Selanjutnya akan dikelompokkan
menjadi tiga kelompok karena satu sama lain saling berhubungan.
a. Subyek dan obyek dakwah
Subyek dakwah disebut dengan da’i, juru penerang agama, muballigh, dan
lain-lain. Da’i adalah orang yang menyeru, memanggil, mengundang, atau
mengajak. Sedangkan obyek yaitu orang yang diseru, dipanggil atau
diundang.19
Seorang da’i harus memiliki sikap yang dihargai oleh mad’u, seperti
kepandaian, pengetahuan tentang agama Islam, kewibawaan, kharisma, serta
kejujuran. Jika kondisi sosial seorang da’i terpuruk di mata mad’u, maka
kemungkinan besar dakwahnya sulit diterima, sehingga kecil sekali
kemungkinan mad’u dapat merubah sikapnya sebagaimana yang dikehendaki
oleh da’i tersebut.20
Mad’u yang kita sebut juga sebagai sasaran dakwah, dilihat dari aspek
kehidupan terbagi menjadi:21
1. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa
masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat
di daerah marginal dan kota besar.
2. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan
berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.
3. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari sosial kultural berupa
golongan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat
dalam masyarakat di Jawa.
4. Sasaran golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa
golongan anak-anak, remaja, dan orang tua.
5. Sasaran golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial
ekonomi berupa golongan kaya, menengah dan miskin.
5. Sasaran golongan masyarak dilihat dari segi okupasional (profesi dan
pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh,
pegawai negeri, dan sebagainya.
19
Hasanuddin, Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1982), h.33
20
Rafiudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka
Setia, 2001), h.96
21
M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 47
Bentuk dakwah yang efektif adalah dengan memberikan contoh yang baik
atau disebut dengan dakwah bil hal.22 Karena sasaran akan lebih mudah dan
lebih cepat menyerap nilai-nilai Islam melalui contoh-contoh yang kongkret.
Artinya, pelaku dakwah harus mempunyai prilaku dan sikap pribadi yang
Islami sesuai dengan pesan kebajikan yang disampaikannya.23
b. Media dan materi dakwah
Media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat atau
perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan materi adalah isi
pesan yang disampaikan kepada mad’u untuk mengajak kejalan kebenaran.24
Ada beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan sebagai
media dakwah, yaitu:25
1. Media visual, yaitu alat komunikasi yang dapat digunakan dengan
memanfaatkan indera penglihatan dalam menagkap datanya. Media
visual meliputi film slide, overhead proyector, gambar peta dan
komputer.
2. Media auditif, yaitu alat komunikasi yang berbentuk hasil teknologi
canggih dalam bentuk hardware, media auditif dapat ditangkap melalui
indra pendengaran. Alat-alat ini meliputi radio, tape corder, dan
telepon.
3. Media auditif visual, yaitu perangkat komunikasi yang dapat ditangkap
baik melalui indera pendengaran maupun indera penglihatan. Yang
termasuk media ini adalah movie film, dan televisi video.
Materi dakwah pada dasarnya bersumber dari dua sumber, yaitu pertama,
Al-Quran dan Al-Hadits, yang merupakan sumber utama ajaran-ajaran Islam.
22
Dakwah bil haladalah bentuk sikap, prilaku dan kegiatan-kegiatan nyata yang
interaktif mendekatkan masyarakat pada kebutuhannya yang secara langsung atau tidak
langsung yang dapat mempengaruhi peningkatan kualitas keberagamaan.
23
Deddy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi, Meneropong Politik Dan Budaya
Komunikasi Masyarakat Kontemporer, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), Cet Ke-1,
h. 55
24
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
h.163
25
M. Bahri Ghazali, Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta:
CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet ke-1, h.33
Materi dakwah tidak dapat terlepas dari dua sumber tersebut, bahkan bila tidak
bersandar dari keduanya seluruh aktifitas dakwah akan sia-sia dan dilarang
oleh syariat Islam. Kedua, rakyu ulama (opini ulama), pemikiran dan
penelitian para ulama dapat pula dijadikan sumber materi dakwah asalkan
tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadits.26
c. Metode dan tujuan dakwah
Metode dakwah
ialah
ilmu
yang
mempelajari
bagaimana
cara
berkomunikasi secara langsung dan megatasi kendala-kendalanya. Sumbersumber pokok metode dakwah yang dijadikan pegangan antara lain Al-Quran,
Hadits, Sirah (sejarah), Salafus Shalih dari hal sahabat, Tabi’in, dan Atbaat
tabi’in.27
Menurut M. Quraish Shihab menjelaskan tentang pembagian metode
dakwah yang terdapat dalam surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:
َ5ِ‫ ه‬5ِ!ِ" ْ
ُ#ِْ‫َ!د‬4َ‫ََ ِ و‬3َ'ْ‫َِ ا‬2َِْ ْ‫ "ِ!ْ'ِْ َِ وَا‬$
َ 0"َ‫ِ ر‬.ِ,َ/ َِ‫ادْعُ إ‬
ِ8ِ(ِ,َ/ َْ .َ7 َْ ِ" ُ
َ(َْ‫َ ُهَ أ‬$"َ‫َُ إِن ر‬3ْ‫أَﺡ‬
ََِْ#ُ ْ!ِ" ُ
َ(َْ‫وَهَُ أ‬
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu denga hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
.
Pertama, hikmah ialah ucapan yang jelas, lagi diiringi dengan dalil yang
memperjelas bagi kebenaran serta menghilangkan bagi keraguan.
Kedua, walmau’iddzah hasanah ialah melalui dalil-dalil yang zhani
(meyakinkan) yang melegakan bagi orang awam.
26
Syukir, Dasarr-dasar Strategi Dakwah, h. 63-64
Said bin Ali Al-Kohtani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press,
1994), cet ke-1, h.9
27
Ketiga, wajadilhum billati hiya ahsan yaitu percakapan dan bertukar pikiran
untuk memuaskan bagi orang yang menentang.28
Pendapat M. Quraish Shihab dapat kita rinci sebagai berikut :
a. Metode hikmah
Metode ini sasarannya adalah orang-orang yang berpendidikan. Terhadap
mereka harus dengan ucapan yang tepat, logis, diiringi dengan dalil-dalil yang
sifatnya
memperjelas
bagi
kebenaran
yang
disampaikan,
sehingga
menghilangkan keraguan mereka. Jadi tidak dapat kalau dihadapkan kepada
mereka cerita-cerita malin kundang, atau berupa dongeng belaka, ringkasnya
segala hal-hal yang tidak masuk akal. Untuk itu sangat diharapkan bahwa
ucapan di hadapan mereka itu benar-benar sesuai dengan daya pikir mereka,
yakni jelas, tepat, tegas, dan ringkas (tak perlu banyak komentar).
b. Metode mau’idzah hasanah
Mau’idzah hasanah diartikan sebagai uangkapan yang mengandung unsur
bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan,
pesan-pesan positif yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar
mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.29
Sasaran metode ini adalah orang-orang awam, materi yang akan
disampaikan kepada mereka harus sesuai dengan daya tangkap mereka.
Dihadapan mereka tidak sesuai apabila kata-kata yang mempunyai arti logis
mengucapkan istilah-istilah asing.
c.
Metode mujadalah
28
29
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 7, h. 384
Munir, Metode Dakwah, h. 16
Metode mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua
pihak secara sinergis yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar
lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi
dan bukti yang kuat. Kita dituntut untuk menghargai pendapat mereka,
berdialog tersebut harus memberikan kepuasan dan kelegaan terhadap
sipenentang atau lawan dialog.30
Dapat kita pahami bahwa metode dakwah adalah cara bagaimana seorang
da’i bisa menempatkan posisi ketika menyampaikan pesan-pesan dakwah
sesuai dengan pendengar (mad’u) yang sedang dan akan dihadapi. Oleh karena
itu, seorang da’i diharapkan terlebih dahulu mengetahui tentang latar belakang
mad’u sebelum turun menyampaikan dakwah Islam.
Salah satu tujuan dakwah adalah untuk memberikan pemahaman tentang
kebenaran Islam kepada umat manusia, serta mau mengamalkan ajaran Islam
dalam kehidupan. Sebenarnya dakwah bukan kegiatan mencari atau
menambah pengikut , tetapi kegiatan mempertemukan fitrah manusia dengan
Islam atau menyadarkan orang yang didakwahi tentang perlunya bertauhid dan
berprilaku baik. Semakin banyak yang sadar (beriman dan berakhlak alkarimah) masyarakat akan semakin baik.31
Dakwah yang kita inginkan dan yang wajib bagi kaum muslimin untuk
melaksanakannya adalah dakwah yang bertujuan dan berorientasi pada:
1. Membangun masyarakat Islam, sebagaimana Rasul Allah, yang
memulai dakwahnya di kalangan masyarakat Jahiliah. Mereka
mengajak manusia untuk memeluk agama Allah SWT,
menyampaikakn wahyu-Nya kepada kaumnya dan memperingatkan
30
Al-Wisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, (Jakarta:Kalam Mulia, 2002), cet ke-1,
h.73-75
31
Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004), h Xii
mereka dari syirik.
2. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang
terkena musibah seperti penyimpangan dan berbagai kemungkaran,
serta pengabaian masyarakat tersebut terhadap segenap kewajiban.
3. Memelihara kelangsungan dakwah di kalangan masyarakat yang telah
berpegang pada kebenaran melalui pengajaran secara terus-menerus,
pengingatan, penyucian jiwa dan pendidikan.32
Menurut Wardi Bakhtiar, tujuan dakwah adalah:”mencapai masyarakat
yang adil dan makmur serta mendapat ridha Allah SWT”.33 Sedangkan
menurut M. Arifin, tujuan dakwah adalah:”untuk menumbuhkan pengertian,
kesadaran, perhatian, dan pengamalan ajaran agama yang dibawa oleh aparat
dakwah atau penerang agama”.34
Berbeda halnya dengan pendapat Jamaluddin Kafie, yang membagi
beberapa hal dari tujuan dakwah itu:35
1. Tujuan utama dari dakwah itu adalah untuk membangun akhlak
seseorang, akhlak masyarakat, akhlak negara, dan akhlak manusia.
2. Tujuan hakiki dari dakwah adalah untuk mengenal Tuhan dan
mempercayai-Nya sekaligus mengikuti jalan-Nya.
3. Tujuan umum untuk menyeru manusia untuk mengindahkan seruan
Allah serta memenuhi panggilan-Nya di dunia dan di akhirat.
4. Tujuan khusus dari dakwah adalah menginginkan dan berusaha
bagaimana membentuk suatu tatanan masyarakat Islam yang utuh.
5. Tujuan urgen adalah agar tingkah laku manusia yang berakhlak secara
eksis tercermin dalam fakta hidup dan lingkungannya serta dapat
mempengaruhi pikirannya.
6. Tujuan insidental adalah untuk meringankan beban manusia dengan
jalan memberikan pemecahan permasalahan yang sedang berkembang
atau memberikan jawaban atas berbagai persoalan hidup.
7. Tujuan final dari dakwah adalah amar ma’ruf nahi munkar.
Pemahaman tentang tujuan dakwah dapat penulis pahami sebagai usaha
bagaimana membentuk masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera serta
32
Aziz, Fiqih Dakwah, h. 29
Wardi Bakhtiar, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
cet ke-II h.37
34
Arifin, Psikologi Dakwah, h.4
35
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993), h.67
33
toleransi dan saling tolong menolong dalam hal kebajikan, sehingga
memperoleh tatanan masyarakat sabagai prediket umat terbaik yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu perjuangan
yang berkesinambungan, karena Islam tidak akan tegak kalau umatnya sendiri
tidak peduli terhadap perjalanan dakwah di muka bumi ini.
B. Politik
Politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukkan sifat pribadi
(adjective of person) atau sifat perbuatan (adjective of action). Di sini politik
berarti bertindak bijaksana (acting wisly), dan bijak (wise). Kata lainnya
adalah politics (dengan “s”) yang berarti seni atau ilmu tentang pemerintahan
(the art of goverment).36
Dalam bahasa Indonesia kata politik mempunyai beberapa pengertian
yaitu :37
Ilmu atau pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan.
Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai
pemerintahan negara atau terhadap negara lain.
Kebijakan; cara bertindak (dalam mengahadapi atau menangani masalah).
Pada umumnya politik (politics) dapat dikatakan bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Pengambilan keputusan (decisionmaking) mengenai apakah yang menjadi
36
AP. Cowie, Oxford Leaner’s Dictionary, (Oxford: Oxford University Press, 1990), h.
190
37
Moh. Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet ke-8, h.
694
tujuan-tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa
alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih
itu.
Pelaksanaan
tujuan-tujuan
itu
perlu
ditentukan
kebijaksanaan-
kebijaksanaan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan
pembagian (distribution) atau alokasi dari sumber-sumber dan resources yang
ada.38
Untuk melaksanakan kebijasanaan-kebijaksanaan itu, perlu dimiliki
kekuasaan (power) dan kewenangan (authority), yang akan dipakai baik untuk
membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin
timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakainya dapat bersifat persuasi
(meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan
kebijaksanaan ini hanya merupakan perumusan keinginan (statement of intent)
belaka. 39
Politik akan tegak jika terjadi perselisihan atau kapan perselisihan itu
mungkin akan terjadi, sehingga politik lebih dekat kepada “seni mengelola
perselisihan” daripada yang lain. Mengelola atau mengadaptasi di sini bisa
berarti pengelolaan terhadap perselisihan yang tengah terjadi , bisa juga
berupa tindakan membuat perselisihan baru.40
C. Komunikasi Politik Menurut Pandangan Islam
Komunikasi politik bukan hanya sekedar proses penyampaian suatu
pesan mengenai politik oleh seseorang kepada orang lain. Bukan pula
38
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2002), h. 8
39
Ibid, h. 8
40
Muhammad Abid Al-Jabiri, Agama, Negara Dan Penerapan Syariah, (Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2001), cet ke-I, h. 113
merupakan pengertian komunikasi plus ditambah pengertian politik. Menurut
Lord Winldesham, komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan
politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan
dengan tujuan membuat komunikasi berprilaku tertentu.
Suatu pesan politik dapat dikonstruksikan untuk disampaikan kepada
komunikan dengan tujuan mempengaruhi, maka disitu harus terdapat
keputusan politik yang dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan. 41
Komunikasi menurut teori atau perspektif islam hampir tidak buku ilmu
komunikasi atau ilmu sosial yang membahasnya. Kalaupun ada hanya
disinggung sepintas dan hanya satu atau dua aspek saja. Perspektif komunikasi
islam adalah bagian perspektif komunikasi manusia (human communication)
pada umumnya. Teori komunikasi islam dapat digolongkan dalam kelompok
teori komunikasi teokrasi seperti halnya komunikasi religius lainnya. Secara
umum semua macam komunikasi manusia memiliki ciri-ciri yang sama atau
serupa. Misalnya proses, model, dan pengaruh pesannya. Hal yang
membedakan komunikasi islam dengan teori komunikasi umum adalah
terutama latar belakang filosofinya yaitu Al-Quran dan Al-Hadits serta aspek
etika yang juga didasarkan pada landasan filosofi tersebut.42
Jika perspektif komunikasi islam harus dikaitkan dengan ajaran agama
islam, maka salah satu sifat khas komunikasi islam tentulah faktor etika
tersebut. Karena itu, komkunikasi islam memang memiliki perbedaan dengan
yang non- islam, tetapi perbedaan itu lebih pada isi pesan komunikasi yang
harus terikat pada perintah agama, dengan sendirinya pula unsur isi pesan
41
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 158
42
A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 34
mengikat unsur komunikator. Artinya, komunikator harus menjunjung tinggi
etika dalam menyampaikan pesan-pesan politik terhadap khalayak atau
publik.43
Komunikasi politik menurut pandangan islam berkaitan erat dengan etika,
namun etika dan politik adalah dua dunia yang berbeda dan karena itu tidak
mudah menyatukan keduanya. Politik berada pada dunia kekuasaan,
sedangkan etika berada pada dunia moralitas. Politik sebagai alat mengejar
kekuasaan sering perlu menggunakan komunikasi yang “keras” untuk
mempengaruhi opini atau sikap masyarakat. Keras tidak selalu berarti
kekerasan fisik, bisa juga berupa ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah yang
bersifat agitatif.44
D. Hubungan Dakwah dan Politik
Tahun-tahun terakhir ini semakin banyak orang menyadari bahwa politik
merupakan hal yang melekat pada lingkungan hidup manusia. Politik hadir di
mana-mana, di sekitar kita. Sadar atau tidak, mau atau tidak, politik ikut
mempengaruhi kehidupan kita sebagai individu maupun sebagai bagian dari
kelompok masyarakat. Hal itu berlangsung sejak kelahiran sampai dengan
kematian, tidak peduli apakah kita ikut mempengaruhi proses politik atau
tidak? Karena politik mempengaruhi kehidupan semua orang maka Aristoteles
pernah mengatakan, politik merupakan master of science.45 Maksudnya bahwa
politik dalam keberadaan manusia merupakan dimensi terpenting, sebab ia
mempengaruhi lingkungan lain dalam kehidupan manusia. Di sini politik
43
Muis, Komunikasi Islam, h. 72
Muis, Komunikasi Islam, h. 117
45
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Grasindo, 1992) h.1
44
berarti mengatur apa yang seyogyanya kita lakukan dan apa yang tidak
dilakukan.
Dalam melaksanakan tugas dakwah diperlukan suatu strategi untuk
mencapai tujuan dakwah agar dapat tercapai dengan baik dan mudah diterima
oleh sasaran dakwah. Strategi untuk mencapai dakwah tersebut, demikian pula
untuk mencapai kekuasaan dalam melaksanakan tugas dakwah, sering
dikaitkan dengan politik karena antara dakwah dan politik mempunyai
korelasi dan hubungan yang cukup erat.46
Islam merupakan sumber motivasi masyarakat, karena itu Islam berperan
penting
dalam
menumbuhkan
sikap
dan
prilaku
sosial
politik.
Implementasinya diatur dalam syariah, sebagai katalog lengkap dari perintah
dan larangan Allah, pembimbing manusia dan pengatur lalu lintas aspek-aspek
kehidupan manusia yang kompleks. Islam dan politik mempunyai titik
singgung erat bila keduanya dipahami sebagai sarana untuk menata kebutuhan
hidup manusia secara menyeluruh, tidak hanya dijadikan alat untuk mencapai
kepercayaan dan pengaruh dari masyarakat semata. Politik juga tidak
dipahami sekedar sarana menduduki posisi dan otoritas formal dalam struktur
kekuasaan.47
Politik yang hanya dipahami sebagai perjuangan mencapai kekuasaan akan
mengaburkan maknanya secara luas dan menutup konstribusi Islam terhadap
masyarakat secara umum. Sering dilupakan bahwa Islam dapat menjadi
sumber inspirasi kultural dan politik. Pemahaman terhadap term politik secara
luas, akan memperjelas korelasinya dengan Islam.
46
47
Arifin, Rekonstruksi Pemikiran , h. 135
Ibid, h. 136
Hubungan fungsional antara politik dan dakwah sering tidak dimengerti
dengan baik oleh sementara kaum muslimin, sehingga banyak yang
menganggap bahwa kegiatan politik berdiri sendiri, terpisah sama sekali dari
kegiatan dakwah. Bahkan dalam masyarakat kita ada kesan kurang positif
terhadap kegiatan politik, seolah-olah politik selalu mengandung kecurangan,
kotor, licik, hipokrit, ambisi, pengkhianatan, penipuan dan berbagai konotasi
buruk lainnya.48
Pandangan tentang politik itu kotor merupakan paham sekularisme, yaitu
pemahaman yang memisahkan agama atau moral agama dan politik. Agama
dipahami sebagai kegiatan yang dilakukan di masjid, majlis taklim, dan lain
sebaginya, agama tidak boleh ada di arena politik. Politik adalah bidang
kehidupan sekuler, sementara agama adalah urusan manusia sama tuhan.
Politik merupakan permainan yang hanya urusan duniawi, tidak ada kaitannya
dengan agama.49
Anggapan ini tentu sangat berbahaya dan merugikan, terutama jika
ditinjau dari kacamata dakwah, sebab kegiatan dakwah sendiri dalam Islam
sesungguhnya meliputi semua dimensi kehidupan manusia, karena amar
ma’ruf dan nahi munkar juga meliputi segala bidang kehidupan. Dengan
demikian, kegiatan budaya, politik, ekonomi, sosial dan lain-lain dapat
dijadikan sebagai kegiatan dakwah. Dari pemahaman seperti itu mudah kita
mengerti bahwa politik pada hakikatnya merupakan bagian dari dakwah.50
48
M. Amin Rais, Cakrawala Islam, antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan, 1991), cet
ke-3, h. 23
49
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: UI
Press, 1990), h. 30
50
Rais, Cakrawala Islam, h.25
Politik selalu berkaitan dengan kekuasaan (power), politik terdiri dari
hubungan antara superodinasi dan subordinasi, antara dominasi dan submisi,
antar yang memerintah dan yang diperintah. Bagi seorang sekularis,
pragmatis, suatu tindakan politik adalah baik karena dapat memberi “benefit”
atau keuntungan praktis dan manfaat materil, walaupun berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sesaat, sedangkan bagi seorang muslim suatu
tindakan politik adalah baik bila tindakan tersebut berguna bagi seluruh rakyat
sesuai dengan “rahmatan lil ‘alamin”.51
Dengan demikian, dari tinjauan Islam ada dua jenis politik, yaitu politik
kualitas tinggi (high politics) dan politik berkualitas rendah (low politics).
Paling tidak, ada tiga ciri yang harus dimiliki politik berkualitas tinggi atau
oleh mereka yang menginginkan terselenggaranya “high politics”, yakni :52
1. Setiap jabatan politik hakikatnya berupa amanah (trust) dari
masyarakat yang harus dipelihara sebaik-baiknya. Kekuasaan harus
dilihat sebagai nikmat yang dikaruniakan oleh Allah untuk mengayomi
masyarakat, menegakkan keadilan dan memelihara orde atau sosial
yang egalitarian.
2. Pertanggungjawaban (accountability), baik di hadapan masyarakat
maupun dihadapan Tuhan.
3. Prinsip ukhuwah (brotherhood), yakni persaudaraan diantara sesama
umat manusia. Karena itu gaya politik yang diambil adalah yang penuh
dengan ukhuwah, mencari saling pengertian dan membangun kerja
51
M. Amin Rais, Hubungan antara Politik Dan Dakwah, (Bandung: Mujahid), Cet. ke-1,
h. 9
52
Rais, Hubungan antara politik dan Dakwah, h. 10-12
sama dunia seoptimal mungkin dalam menunaikan tugas-tugas
kekhalifahan.
High politics dengan ciri-ciri diatas sangat kondusif bagi pelaksanaan
amar ma’ruf dan nahi munkar. Berbeda halnya politik kualitas rendah yang
pada umumnya justru dimasuki di negara-negara terbelakang bahkan di negara
muslim. Politik rendah disini lebih dikenal dengan istilah “low politics”,
politik ini memiliki ciri-ciri yaitu :53
1. Kekerasan, brutalitas dan kerja sama dapat digunakan kapan saja asal
tujuan yang dikejar dapat dicapai, karena itu terkenal oleh semboyan :
tujuan menghalalkan segala cara.
2. Penaklukkan total atas musuh-musuh politik sebagai sumum bunun atau
kebajikan puncak. Musuh tak boleh diberikan kesempatan untuk
bangkit dan kalau perlu diperlakukan sebagai barang, bukan sebagai
manusia.
3. Dalam menjalankan kehidupan politik, seorang penguasa harus dapat
bermain seperti binatang buas, terutama seperti singa dan sekaligus
anjing pemburu. Orang yang dapat berperan seperti anjing pemburu
akan jadi pemain politik terbaik, tetapi ia harus tahu bagaimana
bersikap seperti musang berbulu ayam. Pada umumnya manusia
berpikir sangat bersahaja dan menyerah pada kebutuhan-kebutuhan
mendesak sehingga seorang penguasa yang suka menipu pasti akan
menemukan orang-orang yang membiarkan dirinya untuk ditipu.
53
Rais, Hubungan antara politik dan Dakwah, h. 13-15
Dengan demikian, dakwah Islam bukan hanya sekedar menyeru manusia
kepada Allah SWT. Banyak hal yang tercakup di dalamnya, termasuk
bagaimana cara menerapkan Islam dalam tatanan kehidupan masyarakat.
Sehingga dakwah dan politik sangat erat kaitannya , karena keduanya
bertujuan memperoleh tatanan masyarakat baik sesuai dengan aturan dan
norma-norma yang berlaku. Maka, dakwah dan politik sebenarnya dua sisi
yang tidak bisa dipisahkan. Aktivitas politik yang juga merupakan aplikasi
dari dakwah itu sendiri, karena dakwah itu merupakan bagian yang terpenting
dalam kebangkitan umat, di mana keduanya mempunyai tujuan yang sama
yaitu tercapainya aturan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.54
Islam sebenarnya meliputi semua dimensi kehidupan manusia, aktivitas
budaya, politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain dapat dijadikan sarana kegiatan
dakwah yang bertujuan menciptakan masyarakat yang sejahtera dan
bermartabat. Dakwah tidak mesti hanya dilaksanakan di wilayah agama,
karena dakwah merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim serta ruang
lingkupnya sangat luas, sehingga dakwah akan selalu ada disetiap aktivitas
kehidupan manusia.
Menurut
penulis,
sebagai
seorang
manusia
sudah
semestinya
menanamkan dirinya sebagai seorang dai dengan memproklamirkan kami
adalah da’i sebelum menjadi apapun. Apabila tertanam dalam diri kita
pernyataan tersebut, maka apapun peran yang kita miliki, baik politisi,
pendidik, birokrat atau pedagang dan lain sebagainya pada hakikatnya kita
adalah da’i, yang selalu menyampaikan amar ma’ruf dan nahi munkar.
54
M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam. Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001) cet ke-1, h. 5
Karena menyampaikan kebaikan adalah hak sekaligus kewajiban bagi kita
semua. Ladang dakwah bukanlah milik sekelompok golongan atau gerakan
dakwah tertentu, namun ladang dakwah adalah milik gerakan dakwah
manapun, tentunya dengan bingkai amar ma’ruf dan nahi munkar.
BAB III
PROFILE PARTAI BULAN BINTANG
A. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri
Sejak awal 1990-an, saat ICMI terbentuk, antara para eks-Masyumi di
DDII dan pemerintah Orde Baru tampak saling mendekati untuk menjalin
kerja sama. Saat itu, pemerintah membutuhkan dukungan umat Islam,
termasuk para mantan tokoh dan aktivis Masyumi di DDII. Keikutsertaan
mereka dalam pentas politik nasional ini diidentikkan dengan kebangkitan
kembali Masyumi, yang biasa disebut neo-Masyumi.
Angin perubahan ini benar-benar menguntungkan tokoh dan aktivis
Masyumi yang bernaung di DDII. Pada 28 April 1998, bersama 15 organisasi
massa lainnya, DDII ikut membidani pembentukan Badan Koordinasi Umat
Islam (BKUI). Sejak berdirinya, badan ini merintis upaya-upaya pendirian
partai politik Islam. Namun, niat pendirian partai politik Islam ini kembali
menemukan jalan buntu karena pemerintah melarangnya berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku saat itu.55
Dalam merespon perkembangan negara yang demikian cepat, BKUI pun
menunjukkan sikap secara nyata, bukan sekedar pernyataan. Karena itu
Komite Umat Islam untuk Reformasi Konstitusional yang dibentuk secara
spontan oleh sejumlah ormas pemuda Islam, bertepatan pada 21 Mei 1998 di
kediaman Anwar Harjono, maka diakomodasikan sebagai Satgas-nya BKUI.
55
John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan, 2001)
Cet. I, h. 8
BKUI diharapkan menjadi wadah seperti Majelis Islam ‘Ala Indonesia
(MIAI) pada masa sebelum kemerdekaan yang sukses menggelar Kongres
Umat Islam Indonesia I. Melalui BKUI diharapkan juga potensi umat Islam
yang terpencar-pencar dapat lebih didayagunakan menghadapi tantangan. Ini
sejalan dengan tujuannya, pertama untuk menggalang kerjasama antara
organisasi atau lembaga Islam tingkat nasional, memperkuat ukhuwah dan
kebersamaan. Kedua, untuk mewakili umat Islam Indonesia secara kaffah
dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial budaya, pendidikan dan
dakwah.56
Menurut Yusril Ihza Mahendra, sejak Badan Koordinasi Umat Islam
(BKUI) berdiri pada 28 april 1998, telah dirintis upaya-upaya pendirian partai
Islam. Organisasi Masyarakat (ormas) atau organisasi dakwah yang tergabung
dalam BKUI itu adalah Ikatan Cendikiawan Muslim se Indonesia (ICMI),
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Muhammadiyah, Persis, SI,
Forum Ukhuwah Islamiyah, Persatuan Umat Islam, Perti, Al-Irsyad, Badan
Kerjasama Pondok Pesantern Indonesia, FSUHTM (Forum Silaturrahmi
Ulama, Habib, dan Tokoh Masyarakat), Komite Indoneia untuk Solidaritas
Dunia Islam, PII, Keluarga Besar PII, Gerakan Pemuda Islam, Keluarga Besar
GPI, Bakomubin, As-Syafiiyah, Pesantern Hidayatullah, Pesantern At-Taqwa,
Badan Koordinasi Pemuda dan Remaja Mesjid se-Indonesia, Persaudaraan
Pekerja Muslim Indonesia, Ittihadul Muballighin, HMI, LPPI, IKMI, CIDES,
Masuka, Wanita Islam, Koordinat Mantan Lembaga Dakwah Kampus, dan
Forum Komunikasi Generasi Muda Islam. Meski sudah ada niat, pendirian
56
Bambang Setyo, Sejarah Kebangkitan Dan Kiprah Partai Bulan Bintang, (Jakarta:
DPP PBB, 2005), h. 24
parpol yang berlandaskan islam itu pun akhirnya mentok oleh adanya larangan
peraturan perundangan yang berlaku saat itu.57
Dalam prosesnya, terjadi diskusi yang panjang tentang visi, misi, dan
anggota-anggota partai. Akhirnya, pada 17 Juli 1998 tercapai kesepakatan oleh
semua anggota BKUI akan berdirinya partai Islam dengan nama Partai Bulan
Bintang (PBB). Kemudian, pada minggu 26 Juli 1998 di halaman mesjid
agung Al-Azhar, PBB secara resmi diumumkan. Teks deklarasi dibacakan
oleh Prof Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH yang juga Ketua Umum terpilih.
Dalam kesempatan itu, Anwar Harjono selaku sesepuh partai menyatakan
bahwa partai ini secara aspiratif mencerminkan visi keislaman, kebangsaan,
dan kegenerasian, partai ini juga berwawasan politik yang demokratis. Partai
Bulan Bintang didirikan dengan dilandasi niat membangun bangsa dan negara
bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia, sesuai dengan cita-cita Proklamasi
17 agustus 1945, serta prinsip bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.58
Penggunaan
Bulan
Bintang
sebagai
simbol
dimaksudkan
untuk
menggambarkan kesinambungan historis perjuangan Islam sejak berabad-abad
lampau, sejak kaum muslimin tumbuh dan berkembang di masyarakat kita,
diteruskan dengan berdirinya kesultanan-kesultanan Muslim, perjuangan
melawan penjajah hingga mencapai kemerdekaan pada 1945, dan dilanjutkan
sebagai simbol perjuangan politik umat Islam sampai sekarang ini. Partai
Masyumi yang dulu diikrarkan sebagai satu-satunya wadah perjuangan politik
umat Islam di Indonesia pun menggunakan simbol Bulan Bintang. 59
57
Musa Kazhim dan Alfian Hamzah, 5 Partai Dalam Timbangan, (Bandung: Pustaka
Hidayah, 1999), Cet. I, h. 106
58
Ibid, h. 106
59
Setyo, Sejarah Kebangkitan Dan Kiprah Partai Bulan Bintang, h. 28
Pada masa lalu sejumlah ormas Islam menjadi pendukung dan anggota
istimewa partai politik Islam Masyumi. Dengan belajar dari pengalaman,
maka duduknya seseorang dalam Partai Bulan Bintang bersifat perorangan dan
bukan organisasi. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri kaitannya
dengan organisai dakwah dan ormas yang menjadi induk masing-masing.
Karena itu tidak mengherankan kalau dalam deretan penandatanganan naskah
deklarasi tercatat tokoh-tokoh dangan berbagai latar belakang organisai
dakwah dan ormas Islam. 60
Sambil terus melakukan konsolidasi, Partai Bulan Bintang menyampaikan
resolusi pada tanggal 1 Oktober 1998 kepada Majelis permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia yang disampaikan kepada badan Pekerja MPR,
yang isinya antara lain tentang asas bagi partai politik dan organisasi
kemasyarakatan (pencabutan asas tunggal). Begitu Sidang Istimewa MPR
1998 mencabut ketetapan tentang asas tunggal, maka pada 16 November 1998
Partai Bulan Bintang mencabut asas Pancasila dari asas partai (pasal 3
Anggaran Dasar) dan merubah pasal 3 Anggaran Dasar menjadi Partai
beraqidah dan berasas Islam.61
Asas Islam bagi Partai Bulan Bintang berarti partai meyakini dengan
sungguh-sungguh kebenaran Islam sebagai agama Allah SWT yang bertujuan
untuk mengeluarkan umat dari zaman jahiliah (kekafiran) kepada zaman yang
terang benderang (iman). Ajaran Islam merupakan sumber inspirasi, motivasi,
hukum, dan pandangan hidup dalam arti sesungguhnya. Bagi warga Bulan
60
61
Ibid, h. 28-29
Ibid, h. 33
Bintang
cahaya
iman
akan memancarkan
ukhuwah
islamiyah
dan
menyuburkan silaturrahim dalam kehidupan bermasyarakat.62
Partai Bulan Bintang berusaha mengembangkan bentuk oposisi Islam dari
konsep amar ma’ruf dan nahi munkar. Atas dasar ini, kebijakan umum oposisi
partai adalah menentang semua yang al-munkar dan mendukung semua yang
al-ma’ruf, dari pihak manapun datangnya, karena kebatilan itu tetap batil dan
kebenaran itu tetap benar,
bagaimana bentuknya, pada masa dan zaman
apapun peristiwanya.63
Umat Islam sebagai komunitas terbesar bangsa memikul beban dan
tanggung jawab yang besar dalam memajukan bangsa Indonesia. Karena
itulah Partai Bulan Bintang bertekad untuk mempertahankan eksistensi bangsa
dan negara terhadap kekuatan mana saja yang bermaksud merusak dan
menghancurkannya. Usaha tersebut adalah bagian dari perjuangan keagamaan,
karena bagi warga Bulan Bintang antara keislaman dan kebangsaan bukanlah
dua hal yang terpisah, tetapi sebuah satu kesatuan yang integral.
Perjalanan Partai Bulan Bintang menunjukkan perkembangan, di
antaranya dari segi kepemimpinan partai yang tidak mencerminkan patronase
atau ketokohan seseorang secara berlebihan, sehingga proses pengkaderan
berjalan secara baik. Selanjutnya penurunan juga terlihat, yaitu dari segi
perolehan kursi di DPR, Partai Bulan Bintang menunjukkan penurunan yaitu
pada Pemilu 2004 hanya bisa mengantarkan 11 orang yang berhak menduduki
kursi di parlemen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu pemilu 1999 yang
memperoleh 13 kursi untuk duduk di parlemen. Namun kegagalan ini
62
Hasil Muktamar II Partai Bulan Bintang, Tafsir Asas Partai Bulan Bintang, (Jakarta:
DPP PBB, 2005), h. 74-75
63
Ibid, h. 96
disebabkan oleh perubahan sistem pemilu serta pembagian daerah pemilihan,
meskipun mengalami penambahan suara.
B. Visi dan Misi64
Visi Partai Bulan Bintang adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang
islami.
Sedangkan misi partai adalah membangun masyarakat dan bangsa
Indonesia yang maju, mandiri, berkepribadian tinggi, cerdas, berkeadilan,
demokratis dan turut menciptakan perdamaian dunia berdasarkan nilai-nilai
Islam.
C. AD/ART Partai Bulan Bintang
Partai Bulan Bintang berasas Islam, artinya Partai
Bulan Bintang
berpedoman seutuhnya pada ajaran Islam, sebuah sistem panduan hidup yang
pokok-pokok ajarannya meliputi akidah, syariah, dan akhlak. Dengan
demikian Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART), dan khittah
perjuangan partai berpedoman pada pokok-pokok ajaran Islam tersebut.
Karena itu seluruh aspek perjuangan dengan sikap, ucapan, dan prilaku
segenap fungsionaris dan kader partai harus berlandaskan dan berpedoman
pada Islam yang prinsip-prinsip ajarannya cukup jelas, baik Al-Quran maupun
Al-Hadits. 65
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Partai Bulan
Bintang merupakan aturan dasar berjalannya suatu organisasi yang terdiri dari
64
Hasil Muktamar II Partai Bulan Bintang, Khittah Perjuangan Partai Bulan Bintang,
(Jakarta: DPP PBB, 2005), h.118
65
Hasil Muktamar II, Tafsir Asas, h. 76
asas, tujuan, lambang, serta aturan lainnya yang mengatur tentang partai
tersebut. AD/ART partai dibuat dan dan disepakati dalam forum tertinggi
yaitu Muktamar yang melibatkan seluruh anggota atau utusan dari jumlah
anggota diseluruh Indonesia.
Anggran Dasar Partai Bulan Bintang pada bab III Tentang sifat dan tujuan
pasal 5 disebut bahwa partai politik bersifat mandiri dan aktif melaksanakan
amar ma’ruf dan nahi munkar, artinya partai ini didirikan bukan hanya hanya
bertujuan memperoleh kekuasaan tetapi juga mempunyai peran dakwah yaitu
mengajak atau membangun masyarakat yang sesuai dengan pokok-pokok
ajaran Islam.
Selanjutnya untuk penjelasan tentang Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran
Rumah Tangga (ART) Partai Bulan Bintang, penulis akan mencantumkan
sebagai lampiran, karena banyaknya bagian yang ada pada AD/ART tersebut.
D. Program-Program Partai66
Program merupakan rencana kerja partai yang menjadi kesepakatan
kepengurusan untuk dilaksanakan dalam satu periode (lima tahun) dari setiap
masa jabatan kepengurusan, sehingga tujuan partai akan tercapai dengan
terencana dan sistematis. Untuk menjadikan partai yang besar bisa diterima
oleh seluruh masyarakat, maka program-program yang disusun harus bisa
menyentuh kepada kepentingan masyarakat Indonesia secara nyata dan jelas.
66
Hasil Muktamar II Partai Bulan Bintang, Khittah Perjuangan Partai Bulan Bintang, h.
119-128
Strategi perjuangan Partai Bulan Bintang:
1. Meningkatkan konsolidasi dan pemberdayaan partai sampai pada
tingkat paling bawah, yaitu Anak Ranting.
2. Melakukan pembinaan dan pengembangan spirit ukhuwah Islamiyah
dengan menghormati pluralitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
3. Membangun citra partai sebagai partai Islam yang dicintai.
4. Melaksanakan aktifitas yang menyentuh kepentingan umat.
5. Persiapan dini PEMILU 2009.
6. Pemberdayaan generasi muda dan perempuan.
Strategi perjuangan ini diharapkan bisa mengakomodir kepentingan
keluarga Bulan Bintang secara menasional dengan menjunjung pluralitas
masyarakat Indonesia, yang tak kalah pentingnya adalah seluruh masyarakat
luas dengan mempertimbangkan kapasitas kemampuan sumber daya manusia
yang ada serta kepentingan misi partai untuk mencapai tujuan keberadaannya
di tengah-tengah masyarakat dan bangsa.
Program Partai Bulan Bintang terdiri dari:
1. Program internal partai
Program internal merupakan rencana kerja kedalam, program-program
tersebut dilaksanakan untuk kemajuan dan keutuhan partai dalam menghadapi
kesiapan partai untuk menjadi kontestan dalam persaingan dengan partai
politik yang ada.
a. Pemberdayaan Organisasi dan Kaderisasi
1) Melakukan reorientasi terhadap visi dan misi partai bagi jajaran
kelurga besar Bulan Bintang secara nasional, melalui Orientasi
Kepengurusan Partai.
2) Melakukan konsolidasi organisasi sampai di tingkat yang paling
bawah.
3) Reformulasi struktur organisasi partai yang efektif dan efisien.
4) Melakukan kajian ulang terhadap konsep sistem dan pelaksanaan
kaderisasi partai secara nasional.
5) Membentuk dan meningkatkan pemberdayaan badan-badan non
struktural partai untuk memperluas basis massa dan dukungan
terhadap partai, antara lain dengan membentuk Lembaga-lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM).
6) Merumuskan dan mewujudkan sistem dan mekanisme komunikasi
dan silaturrahmi yang efektif pada lingkungan partai secara
nasional.
b. Dakwah dan Pembinaan Akhlakul Karimah
1) Melakukan kajian-kajian keislaman di setiap tingkatan
kepengurusan partai.
2) Menyusun konsep dan metode dakwah yang efektif dan
melaksanakannya secara sistematis terprogram.
3) Memelihara dan mengembangkan ukhuwah islamiyah dengan
sebanyak-banyaknya potensi, subyek dan obyek dakwah.
4) Memprakarsai dan melaksanakan pertemuan antar lembagalembaga dakwah sesuai tingkatan untuk menciptakan syiar Islam.
5) Membangun silaturrahmi dengan ormas Islam untuk memperkuat
basis partai, khususnya ormas pendukung berdirinya partai.
6) Membangun dan mengembangkan jaringan dakwah melalui
masjid, mushalla, surau, langgar, institusi pendidikan dan media
dakwah lainnya.
c. Pemberdayaan Ekonomi Anggota
1) Memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua kader
partai untuk mengakses pengembangan usaha.
2) Membangun networking pengusaha bagi kepentingan kader partai
secara nasional.
3) Membangun pusat informasi dan komunikasi usaha bagi pengusaha
kader partai.
4) Mendorong terbentuknya lembaga permodalan bagi pengembangan
usaha kader partai.
5) Menciptakan lapangan kerja dan usaha produktif.
d. Pemberdayaan Generasi Muda
1) Mendukung sepenuhnya usaha-usaha Pemuda Bulan Bintang dan
memberdayakan generasi muda serta memperluas dukungan partai
dari kalangan muda dan pemilih pemula.
2) Memberikan kesempatan lebih luas kepada generasi muda untuk
memimpin partai dan menjadi pejabat publik dari partai.
3) Regenerasi kepemimpinan partai secara konsisten dan terusmenerus.
4) Mengadakan pelatihan ketrampilan berbasis teknologi informasi.
e. Pemberdayaan Perempuan
1) Pembinaan dan pengembangan potensi perempuan secara
maksimal dalam wadah khusus, melalui penugasan dan berbagai
aktifitas partai.
2) Memberikan kesempatan yang luas bagi kader perempuan
(muslimat) untuk berperan lebih besar dalam kiprah partai sesuai
dengan syariat Islam.
3) Melindungi kaum perempuan dari kekerasan dalam rumah tangga
dan masyarakat.
4) Meningkatkan advokasi dan hak-hak kaum perempuan yang
bekerja di dalam maupun luar negeri.
f. Pembinaan dan Pengembangan Profesi
1) Melakukan up-grading dan pelatihan terhadap kader partai yang
mengemban amanah sebagai pejabat publik.
2) Melakukan rekrutmen terhadap para akedimisi dan profesional
untuk berkiprah dalam partai.
3) Menyusun dan mendorong tegaknya kode etik baik bagi anggota
fungsionaris Partai maupun anggota Legislatif dan pejabat publik
yang difasilitasi partai.
4) Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga profesi dalam
bentuk forum kajian, pemberian beasiswa dan penempatan tugas.
2. Program eksternal partai
Program eksternal Partai Bulan Bintang meliputi:
a.
Pertahanan, Luar Negeri dan Informasi
1) Memperjuangkan tersusunnya Undang-undang tentang wilayah
Negara Keasatuan Republik Indonesia serta penyempurnaan
Undang-undang tentang pertahanan dan keamanan.
2) Merumuskan konsep sistem pertahanan dan keamanan.
3) Mendorong peningkatan kualitas profesionalitas Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia.
4) Memperjuangkan peningkatan sarana, prasarana dan teknologi
pertahanan keamanan serta kesejahteraan Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia.
b. Pemerintahan Dalam Negeri, Otonomi Daerah, Aparatur Negara
1) Memperjuangkan terselenggaranya pemerintahan yang berwibawa,
kuat, bersih dan terhindar dari KKN.
2) Memperjuangkan berkembangnya budaya politik yang sehat dan
demokratis dengan melakukan transformasi nilai-nilai Islam.
3) Memperjuang terlaksananya syariat Islam dalam skala lokal yang
diakomodir dalam bentuk Perda.
4) Memperjuangkan kemudahan sertifikasi tanah khususnya tanah
wakaf dan hibah.
c. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, dan perikanan
1) Memperjuangkan program pembangunan pertanian, perkebunan,
kehutanan, kelautan, dan perikanan sebagai basis strategi
pengembangan ekonomi nasional.
2) Mendorong dan memantapkan pola ekonomi nasional yang
berlandaskan nilai-nilai Islam.
3) Memperjuangkan peningkatan standar hidup dan kesejahteraan
petani dan nelayan.
4) Meningkatkan optimalisasi sumber daya alam serta teknologi tepat
guna untuk mengembangkan produktifitas ekonomi nasional.
d. Hukum dan Perundang-undangan, HAM dan Keamanan
1) Memperjuangkan trasformasi nilai-nilai Islam dalam peraturan
perundang-undangan.
2) Meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya
keamanan nasional melalui minat bela negara, semangat
nasionalisme dan wawasan nusantara.
e. Perhubungan, Telekomunikasi, Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat
a) Mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan
prasarana perhubungan sebagai salah satu urat nadi kehidupan
masyarakat.
b) Memperjuangkan fasilitas perumahan bagi rakyat kecil dan menata
pemukiman kumuh dengan pendekatan persuasif.
c) Mendorong peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap
perkembangan teknologi infomasi dan komunikasi global.
f. Pendidikan, Pemuda, Olah Raga, Pariwisata, Seni dan Budaya
1) Mendorong peningkatan kualitas lembaga pendidikan Islam dan
pesantren terutama dalam mengembangkan model pendidikan
terpadu yang berwawasan imtak dan imtek.
2) Ikut serta dalam mengembangkan pariwisata, seni dan budaya yang
bernafaskan Islam.
3) Melakukan pembinaan generasi muda dengan model pendidikan
dan pelatihan di berbagai profesi.
g. Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi, UKM, dan BUMN
1) Mendorong terciptanya kerjasama internasional yang saling
menguntungkan dalam bidang perdagangan.
2) Memperjuangkan iklim investasi yang kondusif.
3) Mendorong pengelolaan BUMN berdasarkan prinsip-prinsip good
corporate governance.
h. Energi, Sumber Daya Mineral, Riset Teknologi dan Lingkungan Hidup
1) Memperjuangkan pengelolaan dan pemanfaatan energi dan sumber
daya mineral dengan basis pelestarian lingkungan hidup.
2) Memacu pertumbuhan lembaga-lembaga riset, khususnya dunia
pendidikan dan umumnya organisasi kemasyarakatan.
3) Menciptakan dan membangun lingkungan hidup yang harmoni,
teratur, tertib, sehat dan bersih.
i. Agama, Sosial, dan Pemberdayaan Perempuan
1) Membendung paham-paham keagamaan yang berkembang di
masyarakat serta bertentangan dengan tuntunan Rasulullah.
2) Memperjuangkan suatu sistem jaminan sosial nasional bagi fakir
miskin, anak-anak terlantar dan jompo.
3) Mendorong penguatan peranan perempuan di bidang politik,
ekonomi, sosial, dan budaya yang dilandasi dengan nilai-nilai
Islam.
j. Kependudukan, Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi
1) Mendorong peningkatan program-program kependudukan yang
yang terencana untuk menciptakan keluarga sakinah, mawaddah
warahmah.
2) Memperjuangkan jaminan nasional perlindungan kesehatan
masyarakat, khususnya fakir miskin.
3) Memberikan kemudahan pelayanan dan proses administrasi serta
perizinan bagi tenaga kerja Indonesia.
4) Penyempurnaan program transmigrasi berabasis ekonomi yang
berkesinambungan.
k. Keuangan, Perbankan, dan lembaga Keuangan Bukan Bank
1) Memperjuangkan penyusunan peraturan perundangan-undangan
perbankan syariah dan lembaga keuangan bukan bank yang
berdasarkan prinsip syariah.
2) Memperjuangkan penggunaan mata uang emas dan perak sebagai
salah satu alat tukar dalam perdagangan dalam negeri.
Partai politik sebagai suatu organisasi harus mampu mengembangkan
kemampuan organisasi agar selalu bisa beradaptasi dengan perubahan
lingkungan dan masyarakat. Kemampuan beradaptasi ini diwujudkan
dalam kemampuan untuk terus-menerus memproduksi isu politik dan
program kerja partai, sejalan dengan perkembangan yang terdapat dalam
masyarakat. Selain itu, kemampuan untuk mengumpulkan dan mengolah
informasi yang didapat dari lingkungan luar menjadi penting supaya dapat
terus-menerus memperbaharui program kerja partai. 67
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa program kerja
dakwah dan politik Partai Bulan Bintang tertuang dalam program internal
dan eksternal partai. Internal partai merupakan lingkup kerja partai yang
menekankan pada peningkatan kinerja kader-kader partai terhadap
pengembangan dakwah Islam. Sedangkan secara eksternal, Partai Bulan
Bintang menuangkan dakwah dan politiknya kepada perbaikan sistem
negara yang berdasarkan nilai-nilai Islam.
Program dakwah Partai Bulan Bintang secara internal adalah
pembinaan moral yang baik di setiap tingkatan kepengurusan partai
dengan melakukan kajian tentang keIslaman serta membanguan tali
persaudaraan yang kuat, sehingga akan terbangun jaringan dakwah dengan
sebanyak-banyaknya sesuai dengan potensi, subyek dan obyek dakwah
Islam.
Sedangkan program dakwah secara eksternal, Partai Bulan Bintang
memperjuangkan penyusunan undang-undang yang mengatur hubungan
antar umat beragama serta pengaturan tentang penyiaran agama demi
kerukunan umat beragama dan stabilitas nasional. Perjuangan partai ini
67
380
Firmanzah, Mengelola Partai Politik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.
juga meliputi upaya pengembangan budaya politik yang sehat dan
demokratis
dengan
melakukakan
transformasi
nilai-nilai
Islam,
memperjuangkan penyusunan peraturan perundang-undangan perbankan
syariah dan lembaga keuangan bukan bank yang berdasarkan prinsip
syariah serta memperjuangkan terlaksananya syariat Islam dalam skala
lokal yang diakomodir dalam bentuk perda, dan pembangunan sektor
lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Program-program yang telah disepakati tidak terlepas dari ideologi
Partai Bulan Bintang yang merupakan cerminan dari visi dan misi partai
sebagaimana tercantum dalam bentuk rencana kerja. Untuk mempermudah
dalam merealisasikan program-program tersebut perlu kerjasama yang
baik dan terarah dengan fungsionaris partai dan organisai kemasyarakatan
lainnya.
BAB IV
KOMUNIKASI DAKWAH
PARTAI BULAN BINTANG
A. Komunikator Dakwah Partai Bulan Bintang
Faktor subjek dakwah sangat menentukan keberhasilan aktivitas dakwah.
Maka subjek dakwah dalam hal ini da’i atau lembaga dakwah hendaklah
mampu menjadi penggerak dakwah yang profesional. Baik dakwah yang
dilakukan
oleh individual maupun kolektif,
profesionalisme
sangat
dibutuhkan, termasuk profesionalisme lembaga-lembaga dakwah. 68
Sumber dalam unsur komunikasi merupakan dasar yang digunakan dalam
penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu
sendiri.69 Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber
bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam satu kelompok, misalnya
partai, organisasi, atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim,
komunikator, atau dalam bahasa inggrisnya disebut source, sender, atau
encoder.70 Dalam penelitian yang penulis lakukan , komunikator disini berarti
pengurus pusat Partai Bulan Bintang yang menyampaikan atau memberi
materi atau pesan dakwah.
68
Drs. Samsul Munir Amin, M. A, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta:
Amzah, 2008), h. 26
69
Lathief Rasyidi, Dasar-Dasar Rethorika, (Medan: 1985), h. 48
70
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), h. 22
Adapun yang menjadi komunikator dakwah Partai Bulan Bintang secara
khusus pada bidangnya masing-masing diantaranya:71
1. Anwar Shaleh, Wakil Ketua DPP Partai Bulan Bintang yang
mempunyai peran dalam bidang pendidikan dan pornografi.
2. H. M. Syarifin Maloko, SH, saat ini menjabat sebagai salah satu Ketua
DPP Partai Bulan Bintang yang mempunyai wewenang masalah
syariat Islam.
3. Drs. Ali Mukhtar Ngabalin, M. Si, menjabat sebagai Ketua DPP partai
Bulan Bintang yang berperan di bidang pemerintahan dalam dan luar
negeri.
4. Ramlan Mardjoned, Ketua Muballigh Bulan Bintang yang berperan di
bidang dakwah dan kemakmuran mesjid.
5. Ir. Endang Rudiatin, M. Si, Ketua Departemen Kebudayaan DPP Partai
Bulan Bintang yang meliki tugas tentang ekonomi syariat dan gender
dalam pandang Islam.
6. H. Yanuar Amnur, S. Sos, Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Bulan
Bintang yang mempunyai tanggung jawab tentang dakwah.
Partai yang mempunyai tujuan jangka panjang harus mempersiapkan
kader-kader yang kuat dan handal karena pada prinsipnya kader juga
merupakan kamunikator dakwah, Partai Bulan Bintang selalu mendorong
berjalannya proses kaderisasi. Kaderisasi harus bisa memberikan pemahaman
71
Wawancara pribadi dengan Ramlan Mardjoned, Ketua Muballigh Bulan Bintang, 21
Agustus 2008
terhadap kader-kader tentang dasar atau asas, tujuan, dan prinsip-prinsip
perjuangan partai. Dengan pengkaderan yang optimal, maka roda organisasi
akan berjalan dengan baik dan mempermudah pencapaian tujuan bersama
partai ini.72
Penyelenggaraan pengkaderan Partai Bulan Bintang diarahkan untuk
mencapai tujuan partai yaitu mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksudkan dalam pembukaan UUD 1945. Dalam rangka
pencapaian tujuan tersebut, maka pengkaderan dilaksanakan bertujuan
terbinanya kader-kader partai yang beriman, bertakwa, berwawasan luas,
melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar, serta berwatak negarawan untuk
mewujudkan masyarakat adil, sejahtera, dan damai yang diridhai Allah
SWT.73
Setiap kader harus aktif untuk memajukan Partai Bulan Bintang, namun
harus mengikuti pembinaan atau pelatihan terlebih dahulu. Kaderisasi adalah
pembinaan dalam mempersiapkan pejuang-pejuang partai atau disebut juga
para mujahid dakwah, dan menjalankan beberapa tahap hingga menghasilkan
para politisi handal dan kuat serta mampu membawa partai ini kepada
kemajuan. Asas Islam harus bisa selalu tertanam pada setiap warga Bulan
Bintang, karena dengan kekuatan ini pula akan memperoleh tatanan
masyarakat kuat.74
Partai ini berlandaskan Islam, maka diharapkan kader-kader yang
dilahirkan dari Partai Bulan Bintang adalah para generasi yang mampu
72
Tumpal Daniel S, Masa Sulit Mengibarkan Panji Bulan Bintang, (Jakarta: Tudiskalam,
2005), h. 141
73
DPP PBB, Pedoman Pengkaderan Partai Bulan Bintang, (Jakarta: DPP PBB,2002) h.
4
74
Wawancara pribadi dengan Syarifin Maloko, Ketua DPP PBB
memahami Islam secara maksimal serta bisa menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari dan bisa memberikan tauladan yang baik pula terhadap para
pembuat kebijakan terutama warga Bulan Bintang. Seorang politisi muslim
seharusnya bisa mencerminkan nilai-nilai Islam dalam kesehariannya, karena
agama pada hakikatnya bagi setiap muslim tidak akan pernah terlepas dari
dirinya dalam setiap kondisi apapun, sekalipun ia seorang politisi.75
Partai Bulan Bintang memandang dakwah sebagai tanggung jawab umat
Islam secara khusus, namun tidak terlepas juga bagi umat manusia secara
universal, karena pada dasarnya manusia adalah khalifah di muka bumi ini
yang mempunyai tanggung jawab untuk mengajak manusia melakukan
kebajikan dalam bingkai amar ma’ruf dan nahi munkar. Kehidupan bahagia,
aman, damai, dan sejahtera akan tercipta ketika proses untuk mencapai tujuan
tersebut dilaksanakan dengan baik dan atas dasar baik pula.76
Menurut Penulis, komunikator dakwah meliputi seluruh komponen Partai
Bulan Bintang, baik dari seluruh jajaran pengurus hingga kader partai. Karena
kader partai ini di bentuk untuk menjadi pejuang atau mujahid dakwah
selanjutnya.
B. Pesan Dakwah Partai Bulan Bintang
Partai Bulan Bintang dalam hal ini sebagai partai politik yang berasas
Islam memandang dakwah dan politik merupakan satu konsep yang bisa
dipadukan untuk pengembangan perjuangan dakwah Islam. Karena itu politik
75
76
Ibid
Wawancara pribadi dengan Syarifin Maloko, Ketua DPP PBB. Jakarta, 26 Mei 2008
bagi Partai Bulan Bintang adalah media untuk menjalankan aktifitas dakwah
sebagai refleksi asas partai.
Asas Islam bagi Partai Bulan Bintang adalah meyakini dengan sungguhsungguh kebenaran Islam sebagai agama Allah yang bertujuan mengantarkan
umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang. Karena itu,
setiap ucapan, tindakan, dan pemikiran senantiasa berlandaskan nilai-nilai
Islam. Atas dasar prinsip-prinsip dan tujuan Islam ini, maka Partai Bulan
Bintang berdiri dan atas dasar ini pula bersama-sama dengan komponen
bangsa berpartisipasi membangun dan memajukan Negara. Prinsip dan tujuan
ini menjadi landasan perkataan, tindakan, gerakan, langkah, dan aktivitas
politik partai.77
Dakwah yang dilakukan Partai Bulan Bintang adalah untuk mengajak,
menyeru, dan menyampaikan Islam ke seluruh umat manusia yang bersifat
tidak memaksa serta membangun ke arah yang lebih baik dengan
berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits. Pelaksanaan dakwah harus sesuai
dengan sasaran atau medan dakwah itu sendiri, karena dakwah dengan
kekerasan dan kelembutan hanya soal metodologis. Dakwah dengan kekerasan
dilaksanakan ketika kondisi memungkinkan, artinya dakwah sangat fleksibel
atau sesuai dengan kondisi mad’u yang akan dihadapi.78
Cara kekerasan dalam dakwah adalah bertindak tegas terhadap orangorang yang menentang agama Islam, atau menghalangi berkembangnya agama
Islam bahkan kalau perlu membunuh orang yang memusuhi Islam. Keras juga
77
78
Hasil Muktamar II, Tafsir Asas Partai Bulan Bintang, (Jakarta: DPP PBB, 2005), h. 74
Wawancara pribadi dengan Syarifin Maloko, Ketua DPP PBB, 26 Mei 2008
berarti tegas dalam menyuruh agar kaum kafir kembali ke jalan Allah yang
ma’ruf dan tegas dalam mencegah dari yang munkar.79
Islam disebarluaskan dan diperkenalkan kepada umat manusia melalui
aktivitas dakwah yang simpatik, dakwah tidak dijalankan melalui kekerasan,
pemaksaan atau kekuatan senjata. Islam tidak membenarkan pemeluknya
melakukan pemaksaan terhadap umat manusia agar mereka mau memeluk
agama Islam, dan sebisa mungkin menghindari konfrontasi yang akan
merugikan dan merusak arti dakwah itu sendiri. Menyampaikan kebenaran
Islam kepada umat manusia merupakan tanggung jawab kita yang telah
menerima dan memeluk Islam, umat Islam mempunyai kewajiban untuk
menyampaikan kebenaran Islam dengan wajah yang menarik lagi mempesona,
sesuai dengan misi rahmatan lil ‘alamin, dengan demikian umat manusia
melihat kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi eksistensi mereka.80
Berdakwah ke jalan Allah sepanjang masa adalah ajakan ke arah kebaikan
dan keselamatan serta kesejahteraan. Dakwah Islam itu berbicara kepada akal
dan pikiran manusia yang menyeru dengan hikmah dan nasihat, bimbingan
yang baik dan dengan perbincangan dan perdebatan yang lebih baik,
menyuruh mereka supaya beriman kepada Allah, bertauhid, mengesakan Allah
serta beribadah kepada Allah tanpa paksaan.81
Dakwah seharusnya juga dipahami sebagai usaha untuk membentuk
masyarakat yang islami, mulai dari lingkungan pribadi, keluarga, hingga
masyarakat negara, ataupun dunia. Karena itu dakwah membutuhkan sistem
79
80
81
M. Munir, Metode dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2008), h. 46
Ibid, h. 64-65
Ibid, h. 75
jaringan dalam upaya membangun dan mewujudkan sistem Islam dalam
semua segi kehidupan. Pada tingkatan ini, Islam dipandang sebagai sistem
hidup yang kaffah, tidak ada pemisahan antara agama dan negara.82
Allah SWT adalah Tuhan manusia, artinya agama Islam yang telah
diturunkan-Nya merupakan ajaran yang harus disampaikan ke seluruh umat
manusia, tidak hanya orang yang beragama Islam tetapi juga umat non Islam
secara keseluruhan. Karena dengan Islam umat manusia akan memperoleh
kebahagian dan keselamatan baik di dunia maupun akhir zaman.83
Partai Bulan Bintang mempunyai pandangan, bahwa politik merupakan
salah satu alat untuk mengembangkan dakwah Islam di Indonesia. Politik
mempunyai tujuan, yaitu kekuasaan, sehingga akan lebih mudah untuk
menyebarkan Islam ketika kekuasaan itu diperoleh. Namun politik hanya
bersifat sebagai alat dan kekuasaan hanya sebagai tujuan sementara, karena
tujuan akhir dari perjuangan Partai Bulan Bintang dan umat Islam adalah
adalah menjaga dan menegakkan Islam seutuhnya.84 Pesan dakwah Partai
Bulan Bintang diantaranya adalah:
1. Pandangan tentang hak asasi manusia
Warga Bulan Bintang menghormati harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang dimuliakan Allah. Karena itu partai ini menjunjung tinggi
hak asasi manusia yang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Kewajiban
menghormati hak asasi manusia (HAM) merupakan kewajiban setiap
orang, lembaga, negara, organisasi, partai atau bahkan internasional. Partai
82
83
84
Ibid, h. 320
Wawancara pribadi dengan Syarifin Maloko, Ketua DPP PBB
Ibid
Bulan Bintang berjuang untuk menegakkan Hak Asasi Manusia agar setiap
orang dapat hidup aman dan sentosa sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai manusia.
2. Penegakan keadilan
Keadilan merupakan norma dasar paling hakiki yang wajib ditegakkan
sepanjang kehidupan. Keadilan wajib ditegakkan terhadap siapa pun juga,
termasuk diri sendiri. Ketidaksukaan, bahkan kebencian terhadap
seseorang atau golongan, tidak boleh menyebabkan tidak adil kepada
mereka.
3. Melenyapkan kezaliman
Setiap kezaliman, baik terang-terangan maupun tersembunyi, wajib
ditentang melalui saluran-saluran yang sah dan demokratis serta
menjunjung
tinggi
norma-norma
akhlak,
hukum
dan
kostitusi.
Melenyapkan kezaliman merupakan bagian integral dari perjuagan untuk
menegakkan dakwah Islam.
4. Lingkungan hidup
Partai Bulan Bintang melihat pemeliharaan terhadap lingkungan hidup dari
sudut konsep khilafah dan pendayagunaan hasil alam sesuai tuntunan
Allah. Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan berdasarkan prinsip
syukur nikmat. Karena itu pemenfaatan segala sumber rezeki yang halal
dan baik tidak boleh merusak kehidupan dan lingkungan hidup alam
semesta.
Para politisi Islam harus secara jujur mengembangkan misi dakwah untuk
memajukan umat Islam dan bukan menjadikan Islam sebagai alat untuk
mencapai tujuan politik sesaat yang hanya berorientasi keduniaan yang pada
gilirannya akan mencemarkan makna suci agama. Kita harus berusaha dengan
segenap daya upaya untuk membawa ajaran moral Islam dalam kerangka
kehidupan politik nasional, agar praktik politik yang kacau balau saat ini
berganti dengan praktik politik yang penuh dengan moralitas. Kerangka kerja
yang demikian akan dapat membantu mengeluarkan krisis kemanusiaan
modern yang melanda umat manusia saat ini.85
Karena itu media yang paling tepat untuk menyuarakan kebajikan dan
memberantas kebathilan adalah melalui partai politik. Partai merupakan sarana
untuk mencapai kekuasaan Negara yang bercirikan demokrasi, karena itu
aktivias dakwah Partai Bulan Bintang sebagai partai politik merupakan upaya
untuk menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar dalam pencaturan politik di
tanah air.
C. Saluran Dakwah Partai Bulan Bintang
1. Media
a. Tabloid Abadi
Partai Bulan Bintang sebagai organisasi massa tentunya memiliki
tantangan dalam mengkomunikasikan kegiatannya, namun bukan berarti
partai ini mengalami kesulitan dalam pelaksanaan aktivitasnya. Maka untuk
menginformasikan setiap kegiatan yang dilaksanakan Dewan Pimpinan Pusat
Partai Bulan Bintang menggunakan sarana media yaitu tabloid Abadi.
85
Syarifuddin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), Cet. I, h. 87
Tabloid tersebut memiliki beberapa rubrik, diantaranya topik utama, profil
tokoh, parlementaria, kesehatan, pendidikan, keluarga, style, galeri nasional,
resensi, dinamika, kronika, serta rubrik tamu. Pada edisi VI Desember 2006,
rubrik topik utama tabloid ini berisi tentang “KPK ingin benahi sistem
birokrasi”, kronika mengangkat masalah “konsep pembanguan hukum harus
terpadu”, adapun rubrik dinamika berisi tentang “Irak korban keganasan
ideologis”.
Tabloid abadi memiliki motto yaitu pengemban cita umat, tabloid ini
merupakan tabloid dwimingguan dan diterbitkan oleh Yayasan Bulan Bintang
Abadi.
b . Suara Kader
Suara kader diterbitkan oleh Badan Pengelola Pengaderan Pusat (BP2P)
sejak Juli 2006 dengan motto “nyata dan benar”. Media ini merupakan sarana
bagi para kader Partai Bulan Bintang untuk menyampaikan berita atau
informasi, tema atau opini merupakan tulisan langsung dari kader partai.
Edisi XVII Juli 2008 pada bagian Iftitah, H. MS. Kaban, selaku Ketua Umum
DPP PBB mengangkat topik tentang “waktu kampanye panjang bisa jadi
peluang juga ancaman”, salah satu tema pada bagian Fokus suara kader berisi
tentang “mengefektifkan peran politik formal perempuan”, rubrik wawasan
membahas tentang “mendorong pelaksanaan syari’at sebagai solusi
perlindungan perempuan dan anak”, dan pada rubrik profil memberikan
inforamasi mengenai “relawan Bulan Sabit Merah, dan pada bagian akhir dari
suara kader memuat album kegitan Muslimat Bulan Bintang bersama Hj.
Nurmala Dewi Kaban.
c. Internet
Dakwah pada dasarnya menyampaikan pesan-pesan Islam kepada
masyarakat luas. Dalam hal ini dakwah bisa dilaksanakan dengan
menggunakan
berbagai
media
yang
ada,
termasuk
dakwah
harus
menggunakan media-media mutakhir untuk bisa dimanfaatkan sebagai media
dakwah.
Kelebihan jaringan komunikasi internet adalah kecepatan mengirim dan
memperoleh informasi, dan sekaligus sebagai penyedia data yang
shopisticated. Komputer yang berbasis internet akan menjadi perpustakaan
dunia yang dapat diakses melalui satu pintu yang disebut dengan istilah world
wide word (www). Internet juga menjadi penyedia media informasi surat
kabar (electronic newspaper), program film, tv, buku baru, serta lagu-lagu
mulai dari yang bernuansa klasik sampai lagu-lagu kontemporer.86
Partai Bulan Bintang menggunakan internet sebagai sarana komunikasi
untuk menyampaikan pesan dakwah dan politik. Website yang digunakan
oleh DPP Partai Bulan Bintang adalah http//www.pbb-info.com, adapun isi
dari website tersebut adalah beranda Partai Bulan Bintang, seruan ketua
majelis syura, obrolan pengunjuang, program perjuangan, profile pengurus,
dan forum serta opini. Adapun salah satu topik pada bagian Forum adalah
“mungkinkah terjadi koalisi sesama partai Islam”, serta tema opininya adalah
“berani hidup dengan syariat Islam”.
2. Non Media
a. Kajian Mingguan
86
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 150
Kajian mingguan merupakan sarana untuk meningkatkan intelektualitas
kader partai yang dilaksanakan pada setiap hari selasa dan berlangsung satu
kali dalam satu minggu. Adapun tema kajiannya adalah tentang syariat islam,
dakwah, ekonomi syariah, gender dalam Islam, dakwah dan kemakmuran
mesjid, pemerintahan dalam dan luar negeri, pendidikan dan pornografi, serta
tema lainnya yang sesuai dengan permasalahan sedang terjadi dan yang akan
dihadapi, seperti menghadapi PEMILU 2009.
b. Rapat
Rapat merupakan sarana untuk mengevaluasi program kerja partai
sebagaimana yang menjadi kepututasan serta kinerja partai kedepan yang
akan dihadapi seperti PEMILU 2009.87 Ada beberapa rapat dalam Partai
Bulan Bintang, diantaranya rapat pleno yaitu rapat pimpinan partai yang
dihadiri oleh pimpinan pusat, majelis syura, utusan fraksi Partai Bulan
Bintang DPR-RI dan badan otonom atau khusus.
Selanjutnya ada rapat harian yaitu rapat pimpinan partai yang dihadiri oleh
Pengurus Harian (Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Ketua-Ketua,
Sekretaris Jenderal, Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, Dan
Bendahara-Bendahara Serta Majelis Syura), dan rapat lainnya yaitu rapat
majelis syura, rapat biasa, serta rapat koordinasi.
c. Safari Dakwah
Perkembangan dakwah Islam harus selalu terjaga, karena itu partai Bulan
Bintang melakukan beberapa rangkaian aktivitas yaitu safari ramadhan dan
87
Wawancara Pribadi dengan Ramlan Mardjoned, Ketua Muballigh Bulan Bintang, 21
Agustus 2008
safari muharram yang merupakan rutinitas partai sebagaimana telah
diputuskan oleh Muballigh Bulan Bintang.88
Membina sosial kemasyarakatan, warga bulan bintang diharuskan untuk
saling tolong menolong menegakkan amar ma’uf dan nahi munkar. Salah satu
kegitan dakwah Partai Bulan Bintang yang dilakukan adalah berdasarkan
permintaan pengurus partai didaerah, seperti tabligh akbar, bakti sosial, dan
membantu orang yang terkena musibah. Jadi Partai Bulan Bintang tidak
hanya melakukan dakwah Islam bil lisan saja, tetapi dakwah Islam bil hal
juga dilakukan.
D. Sasaran Dakwah Partai Bulan Bintang
Penerima dakwah atau mad’u perlu diklasifikasikan oleh komunikator
dalam aktivitas dakwahnya, sehingga dengan klasifikasi tersebut akan
memudahkan komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya.
Klasifikasi objek dakwah ini penting agar pesan-pesan dakwah dapat diterima
dengan baik oleh mad’u sebagai sasaran dakwah.89
Sasaran dakwah Partai Bulan Bintang adalah umat Islam secara
keseluruhan tanpa membedakan aliran atau mazhab, karena Islam harus
diyakini sebagai rahmat bagi alam semesta. Maka Islam selayaknya diterima
oleh seluruh manusia, karena Partai Bulan Bintang berpendapat bahwa Islam
membawa perdamaian. Namun berbeda dakwah terhadap kader partai, disini
88
Wawancara pribadi dengan Ramlan Mardjoned, Ketua Muballigh Bulan Bintang, 21
Agustus 2008
89
Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, h. 28
dakwah lebih ditekankan doktrinisasi karena kader mempunyai peran untuk
memajukan partai.90
Partai Bulan Bintang memandang peta dakwah Islam bersifat menyeluruh,
yang harus terus menerus dilakukan untuk membina umat Islam dan warga
bulan bintang menjadi muslim yang teguh keimanannya, serta menjadi patriot
bangsa pemersatu umat dan rakyat demi kejayaan bangsa indonesia.
E. Tujuan Dakwah dan Politik Partai Bulan Bintang
Ideologi dan cita-cita politik suatu gerakan Islam mestinya tidak
bertentangan dengan tujuan pembangunan suatu bangsa. Cita-cita itu harus
klop dengan program politik bangsa, terutama gerakan yang hendak
menciptakan suatu kehidupan bermasyarakat yang bersih dan aman. Meskipun
sistem politik suatu negara itu tidak mencerminkan doktrin Islam yang utuh,
cita-cita Islam harus bersifat pragmatis untuk menyelesaikan persoalanpersoalan kontemporer, dan sedapat mungkin menghindari orientasi
perjuangan yang bersifat konfrontatif, karena kecendrungan perjuangan
semacam itu justru akan melahirkan kekacauan dan ketidaknyamanan dalam
masyarakat, sehingga menghalangi usaha untuk mewujudkan tatanan
masyarakat yang religius.91
Dakwah dalam politik merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan, politik dalam hubungannya dengan kekuasaan akan mempercepat
tercapainya tujuan dakwah. Kekuatan dakwah dan politik dalam upaya amar
ma’ruf dan nahi munkar hendaknya bisa dipadukan dalam proses kehidupan
90
Wawancara pribadi dengan Ramlan Mardjoned, Ketua Muballigh Bulan Bintang. Jakarta,
21 Agustus 2008.
91
Jurdi, Pemikiran Politik Islam, h. 107
berbangsa dan bernegara di bawah naungan Allah SWT. Hal ini membuktikan
bahwa dakwah tanpa kekuatan dan kemauan politik akan terasa sulit bagi
penyebaran dakwah Islam, karena hal seperti ini sudah pasti berhadapan
dengan kekuatan politik di luar Islam sebagai penentangnya. 92
Politik bagi Partai Bulan Bintang adalah pemahaman yang didasarkan
pada akhlak atau prilaku yang baik dalam mencapai tujuan, karena tujuan
hidup yang mulia harus diperoleh dengan cara sopan dan santun pula. Tananan
masyarakat hendaknya menggambarkan nuansa nilai-nilai Islam, sehingga
akan lahir sistem negara yang kuat dan utuh serta berlandaskan prinsip-prinsip
Islam. Sekiranya prinsip-prinsip Islam dijalankan dalam masyarakat secara
benar dan konsekuen, maka tidak akan terdapat pelecehan terhadap hak-hak
individu sebagai manusia makhluk Tuhan yang paling mulia.
Secara umum, sasaran dakwah dan politik Partai Bulan Bintang adalah:
1.
Penegakan Syariat Islam
Perjuangan politik umat Islam merupakan suatu usaha berkesinambungan
yang terus-menerus dari generasi satu kegenerasi lainnya. Karena itu peran
politik umat Islam harus diwujudkan dalam kebijakan pembangunan serta
mendorong untuk melahirkan kebijakan yang menciptakan sistem politik yang
adil, terselenggara persamaan harkat di mata hukum dan perundang-undangan,
dan lain-lain.93
Partai Bulan Bintang memperjuangkan pelaksanaan syariat Islam yang
utuh dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, namun memerlukan
92
Thohir Luth, M. Natsir, dakwah dan pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani, 2005) Cet
Ke-2, h. 88
93
A.M. Fatwa, Demokrasi Teistis, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 169
posisi dan peran politik yang kuat. Karena itu perjuangan politik umat Islam
seperti yang dilaksanakan partai merupakan kewajiban syar’i dalam upaya
melaksanakan kewajiban mengikuti sunnah Rasulullah. Syariat Islam
merupakan
sumber
hukum
tertinggi
yang
prinsip-prinsipnya
dapat
ditransformasikan menjadi hukum nasional, atas dasar keadilan hukum bagi
setiap orang.94
Penegakan syariat Islam akan bisa tercapai melalui kekuasaan, namun
bagi Partai Bulan Bintang, negara adalah alat untuk mencapai tujuan tersebut.
Tatanan masyarakat yang baik akan bisa terwujud jika kita berpedoman
kepada syariat Islam. Warga Bulan Bintang memandang bahwa Islam adalah
universal dalam memberikan bimbingan tentang cara penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.95
Syariat Islam yang harus ditegakkan dalam kehidupan bernegara adalah
syariat yang mempunyai implikasi hukum. Dalam hal ini, hukum Islam
mempunyai dua ciri, yaitu keagamaan (diyani) dan yuridis (qadha’i). Hukum
Islam seluruhnya bersifat keagamaan, tetapi hanya hukum yang bersifat
yuridis saja yang menghendaki kekuasaan negara untuk penegakannya.
Dengan kata lain, hukum Islam yang bersifat yuridis ditegakkan melalui
lembaga peradilan berdasarkan kompilasi yang disarikan dari ajaran Islam dan
pertimbangan hukum dari hakim yang adil.96
Norma-norma hukum yang berlaku harus ditegakkan di atas landasan
norma keadilan. Demikian pula hubungan pemerintah dengan rakyat, serta
94
95
96
109
Hasil Muktamar II PBB, Tafsir Asas, h. 81
Ibid, h. 102
Rifyal Ka’bah, Politik dan Hukum dalam al-Quran, (Jakarta: Khairul Bayan, 2005), h.
hubungan pusat dengan daerah secara timbal balik. Setiap kezaliman, baik
terang-terangan maupun tersembunyi, wajib ditentang melalui aturan yang sah
dan demokratis serta menjunjung tingggi norma-norma akhlak, hukum dan
konstitusi. Warga Bulan Bintang mempunyai kewajiban untuk menegakkan
keadilan dan melenyapkan kezaliman sebagai bagian integral dari perjuangan
penegakan amar ma’ruf dan nahi munkar yang diperintahkan oleh Islam.97
2. Pembinaan Akhlak
Menyadari tugas sebagai khalifah, manusia bertanggung jawab kepada
Allah dalam kehidupan dunia dan akhirat. Karena itu perbuatan kebajikan
harus ditegakkan dan kejahatan harus dijauhkan dari kehidupan umat. Ini
adalah perjuangan terus menerus yang ditegakkan secara individu dan
kolektif.98
Partai Bulan Bintang berusaha mengembangkan bentuk oposisi Islam dari
konsep amar ma’ruf dan nahi munkar. Atas dasar ini, kebijakan umum oposisi
partai adalah menentang semua kemungkaran dan mendukung semua yang
ma’ruf.
Dakwah dalam pandangan Partai Bulan Bintang adalah menyadari tugas
manusia sebagai khalifah di muka bumi, yaitu setiap orang mempunyai
kewajiban untuk mengajak orang lain ke jalan yang benar yaitu Islam. Maka
setiap individu berkewajiban menegakkan kebajikan serta mencegah
keburukan dengan cara mengajak ke arah jalan yang benar sesuai dengan
97
98
Hasil Muktamar II PBB, Tafsir Asas, h. 84
Ibid, h. 95
tuntunan Al-Quran dan Al-Hadits sebagai perintah ajaran Islam dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia.99
3.
Kepemimpinan
Penciptaan manusia dimaksudkan sebagai khalifah di muka bumi, yang
mempunyai tugas untuk mengelola, memelihara, dan mendayagunakan
seluruh alam bagi kepentingan makhluk Allah. Tugas tersebut harus
dilaksanakan secara adil, berkelanjutan bagi pelestarian keberlangsungan
hidup seluruh makhluk ciptaan-Nya. Perbuatan manusia yang tidak berdasar
pada syariat dapat menimbulkan kerusakan dan berdampak negatif yang
mengancam kelangsungan hidup manusia.100
Dalam rangka menjalankan tugas kepemimpinan, seharusnya diawali
dengan ketaatan pribadi dalan menjalankan syariat Islam sebagai wujud
pengabdian kepada Allah SWT dan masyarakat. Sehingga kepemimpinan
terhadap suatu negara dapat mewujudkan kebijakan yang dikehendaki Allah
SWT dalam rangka amar ma’ruf dan nahi munkar untuk mengelola
kepentingan bersama.101
Penegakan syariat Islam akan bisa tercapai melalui kekuasaan, namun
bagi Partai Bulan Bintang, negara adalah alat untuk mencapai tujuan tersebut.
Tatanan masyarakat yang baik akan bisa terwujud jika kita berpedoman
kepada syariat Islam. Warga Bulan Bintang memandang bahwa Islam adalah
99
Wawancara pribadi dengan Syarifin Maloko, Ketua DPP PBB
Ibid, h. 98
101
Ibid, h. 100
100
universal dalam memberikan bimbingan tentang cara penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.102
Kepemimpinan dalam politik berarti menegakkan negara dan kebijakan
yang sah berdasarkan syariat dan sistem pemerintahan dalam negara hukum.
Nilai-nilai Islam harus bisa ditransformasikan dalam kebijakan yang dibuat
pemerintah, karena Islam mencakup
norma-norma dari seluruh aspek
kehidupan manusia.
Secara garis besar, peran dan fungsi partai politik ada dua yaitu internal
dan eksternal. Peran dan tugas internal organisasi mempunyai tugas untuk
memainkan peran penting dalam pembinaan, edukasi, pembekalan, kaderisasi
dan melanggengkan ideologi politik yang menjadi latar belakang pendirian
partai politik. Selanjutnya partai politik juga mengemban tugas yang lebih
bersifat eksternal organisasi, di sini peran dan fungsi organisasi partai politik
terkait dengan masyarakat luas, bangsa dan negara. Kehadiran partai politik
juga memiliki tanggung jawab konstitusional, moral, dan etika untuk
membawa kondisi dan situasi masyarakat menjadi lebih baik.103
Keberadaan negara adalah sebagai institusi yang perlu diciptakan, karena
tanpa negara tidak akan tercapai tujuan bersama. Dalam membangun
masyarakat, bangsa, dan negara, Partai Bulan Bintang memperjuangkan
tegaknya tatanan masyarakat yang menjadi cita-cita Islam. Sehingga setiap
persoalan yang dihadapi harus dipecahkan dengan jalan musyawarah yang
berlandaskan nilai-nilai yang diajarkan Islam.104
102
103
104
Ibid, h. 102
Firmanzah, Mengelola Partai Politik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 69
Hasil Muktamar II, Tafsir Asas, h.102
Umat Islam menganggap reformasi yang berjalan saat ini telah
memberikan berbagai indikasi yang konstruktif bagi penguatan gerakan
dakwah Islam, terutama dakwah melalui media politik dengan berjuang pada
struktur politik
negara
agar
proses pemyelenggaraan
negara
dapat
mencerminkan nilai-nilai profetik Islam. Dengan kondisi demikian, akan
memunculkan harapan besar bagi upaya untuk membangun Indonesia baru
yang lebih maju, demokratis, dan dapat mensejahterakan rakyat. Bagi umat
Islam, kondisi politik yang terbuka dan bebas merupakan kesempatan untuk
melakukan
berbagai
transformasi
nilai-nilai
Islam
dalam
dimensi
kehidupan.105
Perkembangan
politik
Islam
melalui
pemimpin-pemimpinnya
menegaskan, negara atau kekuatan politik struktural hanya diperlukan sebagai
instrumen untuk menjamin pelaksanaan ajaran-ajarannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Politik tidak ubahnya upaya menata masyarakat.
Melandasi masyarakat dengan akhlak yang baik, menggugah mereka dengan
hikmah yang mulia, mempersatukan dengan sikap persaudaraan dan kasih
sayang, menegakkan kepemimipinan yang mengabdi kepada kepentingan
umat, menyintai dan dicintai umat. Sebab itu politik dalam pandangan Islam
adalah kebutuhan manusia, dan segala kebutuhan manusia telah ditentukan
pola dan normanya oleh Islam.106
Amanat UUD 1945 salah satunya adalah mewujudkan masyarakat yang
sejahtera baik lahir maupun batin, sama halnya dengan visi Partai Bulan
Bintang yang menegaskan bahwa partai ini mempunyai tujuan yang mulia
105
106
Jurdi, Pemikiran Politik Islam, h. 182
Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam, h. 145
yaitu untuk memperoleh kesejahteraan rakyat Indonesia dengan berlandaskan
prinsip-prinsip Islam. Proses dakwah dalam politik yang dijalani adalah untuk
mencapai tujuan yang sebenarnya, yaitu membentuk prilaku, sikap, dan pola
pikir masyarakat Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai Islam. Tujuan
tersebut harus ditempuh dengan jalan yang benar, sehingga cita-cita dan
harapan bangsa bisa tercapai dengan baik pula.107
Sasaran dakwah harus bisa menyentuh semua garis kehidupan dan kelas
sosial yang selalu tampak dalam masyarakat Indonesia, dakwah tidak hanya
sampai kepada garis menengah ke bawah tetapi juga menengah ke atas dengan
harapan bisa memberikan warna keberagamaan di masyarakat kita.108
Sejatinya Islam adalah sebuah sistem yang sempurna dan menyeluruh,
mencakup cara hidup yang total. Umat Islam percaya agamanya sebagai
sebuah totalitas yang padu, sehingga dapat memberikan solusi terhadap semua
persoalan hidup, tidak mengenal pemisahan antara agama dan negara. Bahkan
Islam hendaknya menjadi dasar negara serta menjadi landasan seluruh prilaku
para penyelenggaranya.109
Interaksi terus-menerus dibutuhkan sebagai perwujudan dari prinsip
bahwa partai politik bukanlah kendaraan elite politik untuk mencapai
kekuasaan. Kekuasaan bukanlah tujuan akhir, melainkan dilihat sebagai media
untuk memperjuangkan dan memperbaiki kondisi masyarakat. Seringkali elite
politik melihat bahwa partai hanyalah organisasi yang dapat mengantarkan
mereka masuk dalam lingkaran kekuasaan. Partai politik untuk kemaslahatan
107
Wawancara pribadi dengan Syarifin Maloko, Ketua DPP PBB
Luth, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, h. 136
109
Abu Ridha, Islam dan Politik, mungkinkah bersatu?, (Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2004) h. 57
108
rakyat tidak akan dapat diwujudkan tanpa adanya interaksi dengan rakyat.
Kekuasaan hanyalah instrumen dan kewenangan untuk menciptakan perbaikan
sosial.110
Mendirikan partai politik merupakan aplikasi langsung dari ketentuan
untuk melakukan tugas kebaikan, menegakkan keadilan dan mencegah
kemungkaran. Partai politik yang dibentuk bukan merupakan representasi
partai yang berjuang secara terselubung, melainkan partai yang tampil di arena
publik secara terbuka dan bebas mengembangkan tugas amar ma’ruf dan nahi
munkar, ikut menentukam masa depan bangsanya, serta memberikan koreksi
kepada penguasa yang telah menyimpang dari kepentingan publik. Partai yang
dibentuk sedapat mungkin memberikan manfaat bagi umat, bangsa dan
negara.111
Misi Islam dan juga menjadi misi pergerakan politik berorientasi pada
terwujudnya suatu kehidupan yang teratur, berkeadaban dan damai. Kemajuan
peradaban tidak mungkin tercapai, kalau tidak didukung oleh sumber daya
manusia yang unggul, cerdas, terampil, jujur, tanggung jawab, dan mampu
mengimplementasikan nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat.
Untuk mencapai gagasan ideal tersebut harus juga didukung oleh kesetiaan
rakyat terhadap ketentuan Islam.112
Dalam alam demokrasi saat ini, salah satu dakwah yang paling penting dan
efektif adalah dakwah melalui partai politik. Karena nilai-nilai Islam dapat
diperjuangkan di lembaga-lembaga tinggi negara. Di lembaga legislatif dalam
110
111
112
Firmanzah, Mengelola Partai, h. 382
Jurdi, Pemikiran Politik, h. 196
Ibid, h. 198
bentuk undang-undang, di lembaga eksekutif dalam bentuk pelaksanaan
undang-undang dan di lembaga yudikatif dalam bentuk kontrol terhadap
undang-undang.113
Dari uraian diatas, penulis memberikan pandangan bahwa dakwah bagi
Partai Bulan Bintang harus bisa dilakukan dalam sistem yaitu negara. Dakwah
harus bisa menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, kebijakan yang
dibuat negara sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup dan kehidupan
manusia. Politik merupakan media sementara untuk mencapai cita-cita umat
yang diridhai Allah SWT sebagai tujuan akhir partai, karena itu partai harus
bisa menyentuh kepentingan umat secara maksimal.
F. Karakteristik Partai Bulan Bintang
Simbol Bulan Bintang merupakan gambaran kesinambungan hitoris
perjuangan Islam sejak berabad-abad lampau, simbol ini juga digunakan partai
Masyumi. Karena itu Partai Bulan Bintang mempunyai ikatan dengan partai
Masyumi.114
Asas Islam bagi Partai Bulan Bintang berarti meyakini sedalam-dalamnya
bahwa ajaran islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Al-quran merupakan
petunjuk universal bagi umat manusia, penjelas dan pembeda antara
kebenaran dan kesalahan, karena itu partai meyakini Al-quran dan Al-hadits
terdapat petunjuk-petunjuk yang universal tentang persoalan yang dihadapi
manusia.
113
http://ulwani.tripod.com/partai_politik_dalam_islam.htm
Musa Kazhim dan Alfian Hamzah, 5 Partai Dalam Timbangan, (Bandung: Pustaka
Hidayah, 1999), h. 107
114
Partai juga memegang teguh akidah islamiyah dan berpolitik berdasarkan
prinsip-prinsip akhlak islamiyah. Bagi Partai Bulan Bintang, politik bukanlah
menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan tetapi politik harus
didasarkan pada akhlak yang baik.
Penegakan syariat Islam yang utuh dalam kehidupan masyarakat, bangsa,
dan Negara memerlukan posisi dan peran politik yang kuat. Karena itu
perjuangan politik umat Islam yang dilaksanakan Partai Bulan Bintang
merupakan kewajuban syar’i dalam upaya melaksanakan kewajiban mengikuti
sunnah atau tauladan Rasulullah SAW.115 Partai Bulan Bintang melihat
kemajemukan dan kesatuan hukum dari sudut pandang “Bhineka Tunggal
Ika”, berjuang untuk menegakkan prinsip-prinsip negara hukum yang adil dan
menjunjung tinggi asas peradilan yang bebas di mana semua orang
mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum.
115
Wawancara pribadi dengan Ramlan Mardjoned, Ketua Muballigh Bulan Bintang. Jakarta,
21 Agustus 2008
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dikemukakan penulis, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa politik dakwah yang dilakukan oleh Partai Bulan Bintang
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Berdasarkan penelitian
yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Komunikator dakwah Partai Bulan Bintang meliputi seluruh pengurus atau
pejabat partai hingga kader partai.
2. Dakwah dan politik merupakan suatu konsep yang dipadukan Partai Bulan
Bintang dalam pengembangan dakwah Islam, karena kekuasaan bagi partai
yang
dicapai
melalui
politik
hanya
bersifat
sementara
untuk
mempermudah pengembangan dakwah Islam sebagai tujuan akhir dari
partai. Adapun pesan dakwahnya adalah menghormati hak asasi manusia,
menegakkan keadilan, melenyapkan kezaliman, serta menjaga lingkungan
hidup dan mengolahnya dengan baik.
3. Saluran dakwah yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
dakwah dan politik partai melalui media dan non media, adapun media
meliputi antara lain tabloid abadi, suara kader, dan internet, sedangkan non
media terdiri dari kajian mingguan, rapat partai, serta safari dakwah baik
yang telah menjadi keputusan partai maupun permintaan pengurus daerah.
4. Partai Bulan Bintang memandang Peta dakwah Islam bersifat menyeluruh
dan terbuka, karena itu dakwah harus dilakukan secara terus menerus.
5. Tujuan dakwah dan politik Partai Bulan Bintang adalah membangun
masyarakat Indonesia yang sejahtera, baik lahir maupun batin dengan
berlandaskan prinsip-prinsip Islam. Partai ini memperjuangkan penegakan
syariat Islam, karena pada dasarnya kebahagiaan akan tercapai jika
memperoleh ridha Allah SWT, maka tujuan yang baik seharusnya
ditempuh dengan yang baik pula, yaitu politik yang mencerminkan normanorma Islam. Serta membina akhlak umat dan menegakkan kepemimpinan
yang teguh akan hukum yang berlaku.
B. Saran
Adapun saran untuk pengembangan dakwah yang dilakukan Partai Bulan
Bintang adalah:
1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini Partai Bulan Bintang akan lebih
bisa mengoptimalkan kaderisasi, karena kader merupakan ujung tombak
keberhasilan dan kemajuan partai terutama dalam menyampaikan pesanpesan dakwah sebagai tujuan didirikannya partai ini.
2. Demi kemajuan Partai Bulan Bintang, hendaknya program dan kegiatan
dilaksanakan langsung ke basis-basis pemilih atau basis masa. Sosialisasi
ini dimaksudkan untuk mendekatkan partai ke tengah-tengah masyarakat
serta memberikan pemahaman visi dan misi partai serta asas dasar
perjuangan, agar perjuangan partai bisa dipahami secara jelas oleh
masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1995
Al-Jabiri, Muhammad Abid. Agama, Negara Dan Penerapan Syariah.
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001
A. Machfoeld, Ki Moesa. Filsafat Dakwah. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004
Anshari, Endang Saifuddin. Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam
Dan Umatnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993
AP. Cowie. Oxford Leaner’s Dictionary. Oxford: Oxford University Press, 1990
Arifin, Samsul Munir. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah,
2008
Aziz, Jum’ah Amin Abd. Fiqih Dakwah. Solo: Era Intermedia, 2005
Bakhtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Dakwah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2002
Carter dan Herz. Demokrasi dan Totaliterisme. Jakarta: Gramedia, 1975
Daniel, S. Tumpal. Masa Sulit Mengibarkan Panji Bulan Bintang. Jakarta:
Tudiskalam, 2005
Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya,
2004
Esposito, John. L. Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern. Bandung: Mizan,
2001
Fatwa, A.M. Demokrasi Teistis, Upaya Merangkai Integrasi Politik Dan Agama
di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001
Firmanzah. Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008
Ghazali, Muhammad Bahri. Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi
Dakwah. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997
Hamid, Zulkifli. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2002
Hasanuddin, Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan, Surabaya:
Usaha Nasional, 1982
Hasil Muktamar II Partai Bulan Bintang, Tafsir Asas Partai Bulan Bintang,
Jakarta: DPP PBB, 2005
Jurdi, Syarifuddin. Pemikiran Politik Islam Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008
Ka’bah, Rifyal. Politik dan Hukum dalam al-Quran. Jakarta: Khairul Bayan, 2005
Kafie, Jamaluddin. Psikologi Dakwah. Surabaya: Indah, 1993
Kazhim, Musa dan Hamzah, Alfian. 5 Partai Dalam Timbangan, Bandung:
Pustaka Hidayah, 1999
Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia, Jakarta: Kompas, 2004
Luth, Thohir. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. Jakarta : Gema Insani Press,
2005
Muis, A. Komunikasi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001
Mulkhan, Abdul Munir. Ideologisasi Gerakan Dakwah Episode Kehidupan M.
Natsir dan Azhar Bashir. Yogyakarta: Sipress, 1996
Mulyana, Deddy. Nuansa-Nuansa Komunikasi, Meneropong Politik Dan Budaya
Komunikasi Masyarakat Kontemporer. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1999
Munir, M. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2003
Noer, Deliar. Mengapa Partai Islam Kalah?. Jakarta: Alvabet, 1999
Rafiudin dan Jalil, Maman Abdul. Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung:
Pustaka Setia, 2001
Rais, M. Dhiauddin, Teori Politik Islam. Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk.
Jakarta: Gema Insani Press, 2001
Rais, M. Amin, Cakrawala Islam, antara Cita dan Fakta. Bandung: Mizan, 1991
……………..., Hubungan antara Politik Dan Dakwah. Bandung: Mujahid
Rasyad, Abdul. Manajemen Dakwah Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1997
Ridha, Abu. Islam dan Politik, mungkinkah bersatu?. Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2004
Said bin Ali Al-Kohtani. Dakwah Islam Dakwah Bijak. Jakarta: Gema Insani
Press, 1994
Setyo, Bambang. Sejarah Kebangkitan dan Kiprah Partai Bulan Bintang. Jakarta:
DPP PBB, 2005
Shaleh, Abd Rasyad. Manajeman Dakwah Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1977
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati, 2005
Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara. Jakarta: UI Press, 1985
Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara, Ajaran Sejarah dan Pemikiran.
Jakarta: UI Press, 1990
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 1992
Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1986
Zaidallah, Al-Wisral Imam. Strategi Dakwah, Jakarta: Kalam Mulia, 2002
http://ulwani.tripod.com/partai_politik_dalam_islam.htm
http://yusril.ihzamahendra.com/2008/07/10/hanya-ada-satu-kata-maju/
Download