Unduh file PDF ini - Journal STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

advertisement
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
ETIKA BIOMEDIS
Oleh :
Cemy Nur Fitria, S.Kep., Ns.
Dosen AKPER PKU Muhammadiyah Surakarta
Abstrak :
Transplantasi organ adalah pemindahan organ dari satu tubuh ke tubuh yang
lainnya atau pemindahan organ dari donor ke resipien yang organnya mengalami
kerusakan. Transplantasi jantung merupakan suatu studi interdisipliner masalah yang
timbul sebagai dampak penerapan perkembangan IPTEK-Dok & Biologi pada sistem
nilai, psiko-sosial-kultural, politik, hukum dan agama di masyarakat luas. PP No.18 tahun
1981 tentang bedah mayat klinis, bedah mayat anatomis dan transplantasi alat serta
jaringan tubuh manusia
Transplantasi jantung ini hanya dapat dilakukan dari orang yang mati saja. Karena
setiap orang hanya mempunyai satu jantung. Di bidang kedokteran dan kesehatan
meyakini bahwa seseorang yang meninggal dunia adalah tidak berfungsinya otak,
pernafasan dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti. seseorang dikatakan mati
bila fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irrevesible
dan telah terbukti kematian batang otak
Agama tidak memperbolehkan melakukan transplantasi jantung , karena organ
yang disumbangkan bukan merupakan organ vital yang menentukan kelangsungan hidup
pihak penyumbang.
Kata Kunci : Etika, Biomedis, Transplantasi Jantung
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dewasa ini ilmu pengetahuan
di bidang kedokteran berkembang
dengan pesat. Dalam dua dekade
terakhir, kita mulai mengenal istilah
transplantasi yang sering disebut
transplantasi organ. Bukan hanya
tumbuhan yang dapat dicangkok,
manusiapun
pada
akhirnya
disodori pilihan pencangkokan
organ tubuh. Apabila organ yang
sangat
diperlukan
tubuh
mengalami sakit berkepanjangan
dengan kerusakan luas, maka tidak
ada pilihan lain selain melakukan
ganti
organ
tubuh
yang
rusak parah tersebut (end stage)
dengan organ sejenis yang sehat.
Cangkok
hati
dan
cangkok
ginjal paling populer dan dikenal
luas, diantara cangkok organ lain
seperti : sumsum tulang, jantung,
paru, usus, dll. Transplantasi organ
merupakan suatu teknologi medis
untuk pergantian organ tubuh
pasien yang tidak berfungsi
dengan organ individu lain atau
tubuh sendiri dalam
rangka
pengobatan.
Transplantasi organ adalah
pemindahan organ dari satu tubuh
ke tubuh yang lainnya atau
pemindahan organ dari donor ke
resipien yang organnya mengalami
kerusakan. Organ yang sudah
dapat
ditransplantasi
adalah
jantung, ginjal, hati, pancreas,
intestine dan kulit, sedangkan
jaringan, adalah kornea mata,
tulang, tendo, katup jantung, dan
vena. Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi transplantasi organ,
di satu sisi banyak membantu
orang orang yang mengalami
kegagalan fungsi organ, tetapi
disisi lain menjadi suatu dilemma
etis dikarenakan harus dilakukan
ketika jantung masih berdenyut.
Transplantasi
jantung
merupakan
suatu
studi
interdisipliner masalah yang timbul
1
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
sebagai
dampak
penerapan
perkembangan
IPTEK-Dok
&
Biologi pada sistem nilai, psikososial-kultural, politik, hukum dan
agama
di
masyarakat
luas.
Transplantasi organ ada terjadi
karena adanya pemicu dari individu
berkaitan dengan Perkembangan
Hak-Hak Azasi manusia (HAM)
meliputi Liberalisme, Otonomi,
Emansipasi,
Anti
kemapanan
(Establishment),
dan
Otoritas
(Authority)
Transplantasi organ jantung
mempunyai dampak positif bagi
resipien untuk memperpanjang
hidup, tetapi di sisi lain mempunyai
dampak
negative
seperti
perubahan kriteria mati.
B. KONSEP TEORI
1. Transplantasi organ
Transplantasi organ adalah
transplantasi atau pemindahan
seluruh atau sebagian organ dari
satu tubuh ke tubuh yang lain, atau
dari suatu tempat ke tempat yang
lain pada tubuh yang sama.
Transplantasi
ini
ditujukan
menggantikan organ yang rusak
atau tak befungsi pada penerima
dengan organ lain yang masih
berfungsi dari donor.
Donor organ dapat orang
yang masih hidup atau meninggal.
(Wikipedia, 2011 ,Transplantasi
Organ,
http://id.wikipedia.org/wiki/Transpla
ntasi_organ, diakses pada tanggal
13 Nopember 2011)
2. Bioetik Transplantasi Organ.
Bioetik
secara
umum
adalah studi filosofi dari kontroversi
etik
tentang
biologi
dan
kedokteran, sehinga bioetik lebih
memperhatikan
permasalahanpermasalahan yang berhubungan
dengan life science, bioteknologi,
kedokteran, politik, hukum, filosofi,
dan agama. Isu-isu bioetik tentang
transplantasi organ akan meliputi
definisi mati, kapan dan bagaimana
transplantasi
organ
dapat
dilaksanakan,
juga
meliputi
pembayaran
organ
yang
ditransplantasikan.
Bioetik transplantasi organ
manusia diatur dalam medical
ethic, yang lebih mengarah pada
aturan suatu organisasi profesi,
yaitu kode etik kedokteran, yang
mengatur hubungan dokter-pasienkeluarga pasien (Rotgers, 2007:2933). Pada transplantasi organ akan
terlibat dokter, donor dengan
keluarganya dan resepien dengan
keluarganya. Ada suatu prosedur
yang harus dipahami oleh semua
orang
yang
terlibat
dalam
transplantasi organ. Prosedur yang
harus dijalani adalah, pertama
dokter mendiagnosis pasien, yang
menyatakan kegagalan
fungsi
organ tertentu, dan direkomendasi
untuk
mengikuti
program
transplantasi organ dan dirujuk
pada pusat transplantasi, disini
pasien
akan
dievaluasi
kesehatannya, juga status sosial
yang
mendukung
dan
kemungkinan adanya donor yang
cocok. Ada dua sumber donor
organ, yang pertama organ berasal
dari donor yang sudah meninggal,
atau disebut cadaveric donor.
Orang menjadi cadaveric donor,
harus ada persetujuan, bersedia
menjadi cadaveri donor ketika dia
meninggal dan ini harus dengan
legalitas. Di beberapa negara, bila
persetujuan cadaveric donor tidak
ada, maka boleh dari keluarganya
untuk
memberikan
izin
mengambilan organ. Kedua, organ
berasal dari donor yang masih
hidup, biasanya yang masih
mempunyai hubungan keluarga,
teman atau orang yang tidak
dikenal. Beberapa yayasan nonprofit atau charity, seperti National
Marrow
Donor
Program,
mempunyai daftar donor bone
marrow, bila pendonor tidak ada
hubungan kekeluargaan dengan
pasien, maka diberi tanda Non
Direct Donor (NDD), yang sudah
mengetahui kapan pun organnya
2
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
akan
diambil
untuk
ditransplantasikan pada resepien
yang membutuhkan.
Dengan demikian transplant
center harus membuat aturan yang
ketat, dengan membuat kriteria
pemberian organ pada yang pasien
yang membutuhkan, antara lain
a. Setiap orang mempunyai hak
yang sama
b. Pada
orang
yang
membutuhkan
c. Pada orang yang berusaha
d. Pada orang yang memberi
kotribusi
e. Pada orang berdasarkan freemarket exchanges
f. Juga dengan pertimbangan,
lamanya waktu menunggu dan
usia.
Transplant center mencoba
meningkatkan jumlah organ yang
didonorkan dan lebih mengarahkan
pada cadaveric donor, dengan
beberapa langkah disiapkan, yaitu
a. Education,
dengan
memberikan kesadaran untuk
menyumbangkan
organnya
saat
meninggal,
karena
banyak
orang
yang
membutuhkan
organnya,
sehingga dapat menolong jiwa
orang lain. Juga pengertian
pada
keluarga
untuk
mendukung menyumbangkan
organnya saat meninggal.
b. Mandated choice police, usaha
yang dilakukan pemerintah
menghimbau rakyatnya untuk
peduli pada orang sakit yang
membutuhkan organ, dengan
member
kemudahan
mendaftrakan diri sebagai
cadaveric donor
c. Presumed consent, adalah
kebijakan
suatu
negara,
bahwa pada saat seseorang
meninggal maka jasadnya
milik negara, sehingga setiap
orang dapat menjadi cadaveric
donor atas izin negara.
d. Pemberian incentive pada
keluarga yang memberikan
organ
dari
anggota
keluarganya yang meninggal.
e. Orang tahanan yang dihukum
mati, maka dapat menjadi
cadaveric donor. (Rotgers,
2007:29-33).
Saat ini di Indonesia,
transplantasi
organ
ataupun
jaringan diatur dalam UU No. 23
tahun 1992 tentang Kesehatan.
Hal ini tentu saja menimbulkan
suatu
pertanyaan
tentang
relevansi
antara
Peraturan
Pemerintah dan Undang-Undang
dimana Peraturan Pemerintah
diterbitkan jauh sebelum UndangUndang. (Hanafiah M.J dan Amir
Amri, 1999: 219)
Dari
segi
hukum
,transplantasi organ, jaringan dan
sel tubuh dipandang sebagai
suatu hal yang mulia dalam
upaya
menyehatkan
dan
mensejahterakan
manusia,
walaupun ini adalah suatu
perbuatan yang melawan hukum
pidana yaitu tindak pidana
penganiayaan, tetapi mendapat
pengecualian hukuman, maka
perbuatan tersebut tidak lagi
diancam
pidana,dan
dapat
dibenarkan.
Dalam PP No.18 tahun
1981 tentana bedah mayat klinis,
beda mayat anatomis dan
transplantasi alat serta jaringan
tubuh manusia tercantum pasal
tentang transplantasi sebagai
berikut: (Hanafiah M.J dan Amir
Amri, 1999: 219)
1. Pasal 1
a. Alat tubuh manusia adalah
kumpulan jaringan-jaringa
tubuh yang dibentuk oleh
beberapa jenis sel dan
mempunyai bentuk serta
faal (fungsi) tertentu untuk
tubuh tersebut.
b. Jaringan adalah kumpulan
sel-sel yang mmempunyai
bentuk
dan
faal
(fungsi)yang sama dan
tertentu.
3
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
2. Transplantasi
adalah
rangkaian
tindakan
kedokteran untuk pemindahan
dan atau jaringan tubuh
manusia yang berasal dari
tubuh orang lain dalam
rangka pengobatan untuk
menggantikan alat dan atau
jaringan tubuh ynag tidak
berfungsi dengan baik.
3. Donor adalah orang yang
menyumbangkan alat atau
jaringan tubuhnya kepada
orang lain untuk keperluan
kesehatan.
4. Meninggal
dunia
adalah
keadaan insani yang diyakini
oleh ahli kedokteran yang
berwenang bahwa fungsi
otak,pernafasan,dan
atau
denyut jantung seseorang
telah berhenti.
5. Ayat g mengenai definisi
meninggal
dunia
kurang
jelas,maka IDI dalam seminar
nasionalnya
mencetuskan
fatwa tentang masalah mati
yaitu
bahwa
seseorang
dikatakan mati bila fungsi
spontan
pernafasan
dan
jantung telah berhenti secara
pasti atau irreversible,atau
terbukti telah terjadi kematian
batang otak.
6. Pasal 10.
Transplantasi organ dan
jaringan
tubuh
manusia
dilakukan
dengan
memperhatikan
ketentuan
yaitu
persetujuan
harus
tertulis
penderita
atau
keluarga terdekat setelah
penderita meninggal dunia.
7. Pasal 11
a. Transplantasi organ dan
jaringan tubuh hanya
boleh dilakukan oleh
dokter yang ditunjuk oleh
menteri kesehatan.
b. Transplantasi alat dan
jaringan tubuh manusia
tidak boleh dilakukan oleh
dokter yang merawat
atau mengobati donor
yang bersangkutan
8. Pasal 12 Penentuan saat mati
ditentukan oleh 2 orang
dokter yang tidak ada sangkut
paut medik dengan dokter
yang
melakukan
transplantasi.
9. Pasal 13 Persetujuan tertulis
sebagaimana
dimaksudkan
yaitu dibuat diatas kertas
materai dengan 2(dua) orang
saksi.
10. Pasal 14 Pengambilan alat
atau jaringan tubuh manusia
untuk keperluan transplantasi
atau bank mata dari korban
kecelakaan yang meninggal
dunia,dilakukan
dengan
persetujuan tertulis dengan
keluarga terdekat.
11. Pasal 15
a. Sebelum
persetujuan
tentang transplantasi alat
dan
jaringan
tubuh
manusia diberikan oleh
donor hidup,calon donor
yang bersangkutan terlebih
dahulu diberitahu oleh
dokter
yang
merawatnya,termasuk
dokter konsultan mengenai
operasi,
akibat-akibatya
,dan
kemungkinankemungkinan yang terjadi.
b. Dokter
sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
harus yakin benar ,bahwa
calon
donor
yang
bersangkutan
telah
meyadari sepenuhnya arti
dari
pemberitahuan
tersebut.
12. Pasal 16 Donor atau keluarga
donor yang meninggal dunia
tidak
berhak
dalam
kompensasi material apapun
sebagai
imbalan
transplantasi.
13. Pasal
17
:
Dilarang
memperjual belikan alat atau
jaringan tubuh manusia.
14. Pasal 18 Dilarang mengirim
dan menerima alat dan
4
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
jaringan tubuh manusia dan
semua bentuk ke dan dari luar
negeri
C. ANALISIS PENDAPAT TENTANG
TRANSPLANTASI JANTUNG
1. Bidang kesehatan Transplantasi
Jantung dilihat dari segi hukum
Saat
ini
di
Indonesia,
transplantasi organ ataupun
jaringan diatur dalam UU No. 23
tahun 1992 tentang Kesehatan
dan
pelaksanaannya
berdasarkan PP No.18 tahun
1981 tentang bedah mayat klinis,
bedah mayat anatomis dan
transplantasi alat serta jaringan
tubuh manusia
2. Analisis
Penulis
melakukan
analisis dengan berdasarkan hal
tersebut di atas transplantasi
jantung yang dalam hal ini
mengharuskan cangkok dari
jantung yang masih berdenyut
tidak
boleh
dilakukan
di
Indonesia. Transplantasi jantung
adalah
mengganti
jantung
seseorang dengan jantung orang
lain. Transplantasi jantung ini
hanya dapat dilakukan dari
orang yang mati saja. Karena
setiap orang hanya mempunyai
satu
jantung.
Di
bidang
kedokteran
dan
kesehatan
meyakini bahwa seseorang yang
meninggal dunia adalah tidak
berfungsinya otak, pernafasan
dan
atau
denyut
jantung
seseorang telah berhenti dan
oleh IDI telah dicetuskan bahwa
seseorang dikatakan mati bila
fungsi spontan pernafasan dan
jantung telah berhenti secara
pasti atau irrevesible dan telah
terbukti kematian batang otak
3. Transplantasi
(pencangkokan)
organ jantung dapat dilihat dari
sudut
pandang
Bioetika
Transplantasi dengan donor
hidup menimbulkan dilema etik,
dimana transplantasi pada satu
sisi dapat membahayakan donor
namun di satu sisi dapat
menyelamatkan hidup pasien
(resipien). Bioetik secara umum
adalah
studi
filosofi
dari
kontroversi etik tentang biologi
dan kedokteran, sehinga bioetik
lebih
memperhatikan
permasalahan-permasalahan
yang berhubungan dengan life
science,
bioteknologi,
kedokteran,
politik,
hukum,
filosofi, dan agama. Isu-isu
bioetik tentang transplantasi
organ akan meliputi definisi mati,
kapan
dan
bagaimana
transplantasi
organ
dapat
dilaksanakan,
juga
meliputi
pembayaran
organ
yang
ditransplantasikan.
4. Bioetik
transplantasi
organ
manusia diatur dalam medical
ethic, yang lebih mengarah pada
aturan suatu organisasi profesi,
yaitu kode etik kedokteran, yang
mengatur hubungan dokterpasien-keluarga pasien (Rotgers,
2007). Pada transplantasi organ
akan terlibat dokter, donor
dengan
keluarganya
dan
resepien dengan keluarganya.
5. Bagaimana
bioetik
dapat
dipahami oleh semua pihak, baik
dokter, pendonor atau pun
pasien?. Transplantasi organ
dilaksanakan dengan alasan
kemanusiaan, jadi tidak ada
pemanfaatkan organ atas nama
keuntungan satu pihak tertentu.
Bioetik harus menjadi aturan
yang mengikat semua komponen
yang terlibat dalam transplantasi
organ, diperlukan aturan dan
hukum yang mengikat, untuk
mencegah
terjadi
penyalahgunaan
transplantasi
organ.
D. PANDANGAN
TRANSPLANTASI
ORGAN MENURUT AGAMA DAN
HUKUM
1. Transplantasi Organ Dari Donor
Yang Masih Hidup :
Syara’
membolehkan
seseorang pada saat hidupnya
dengan sukarela tanpa ada
paksaan siapa pun untuk meny5
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
umbangkan
sebuah
organ
tubuhnya atau lebih kepada orang
lain yang membutuhkan organ
yang disumbangkan itu, seperti
tangan atau ginjal. Ketentuan itu
dikarenakan adanya hak bagi
seseorang
yang
tangannya
terpotong, atau tercongkel matanya
akibat perbuatan orang lain untuk
mengambil diyat (tebusan), atau
memaafkan orang lain yang telah
memotong
tangannya
atau
mencongkel matanya. Memaafkan
pemotongan
tangan
atau
pencongkelan mata, hakekatnya
adalah tindakan menyumbangkan
diyat. Sedangkan penyumbangan
diyat itu berarti menetapkan
adanya pemilikan diyat, yang
berarti pula menetapkan adanya
pemilikan organ tubuh yang akan
disumbangkan dengan diyatnya itu.
Adanya hak milik orang tersebut
terhadap organ-organ tubuhnya
berarti telah memberinya hak untuk
memanfaatkan
organ-organ
tersebut,
yang
berarti
ada
kemubahan
menyumbangkan
organ tubuhnya kepada orang lain
yang
membutuhkan
organ
tersebut.
Dan dalam hal ini Allah
SWT telah membolehkan memberikan maaf dalam masalah qishash
dan berbagai diyat. Allah SWT
berfirman :
“Maka barangsiapa yang
mendapat suatu pemaafan dari
saudaranya,
hendaklah
(yang
memaafkan) mengikuti dengan
cara yang baik, dan hendaklah
(yang diberi maaf) membayar
(diyat) kepada yang memberi maaf
dengan cara yang baik (pula).
Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kalian dan
suatu rahmat.” (QS. Al Baqarah :
178)
Islam memerintahkan agar
setiap
penyakit
diobati.
Membiarkan penyakit bersarang
dalam tubuh dapat berakibat fatal,
yaitu kematian. Membiarkan diri
terjerumus pada kematian adalah
perbuatan terlarang,
‫َوالَتَـ ْقـتُـلُىْ ا اَ ْنـفُ َسهُ ْم إِ َّن هللاَ َكانَ بِ ُك ْم‬
92 : ‫) َر ِح ْي ًما ( النسآء‬
“… dan janganlah kamu
membunuh dirimu ! Sesungguhnya
Allah
Maha
Penyayang
kepadamu.” (QS. An-Nisa 4: 29).
Syarat-Syarat
Penyumbangan
Organ Tubuh Bagi Donor Hidup:
Syarat
bagi
kemubahan
menyumbangkan
organ
tubuh
pada saat seseorang masih hidup,
ialah bahwa organ yang disumbangkan bukan merupakan organ
vital yang menentukan kelangsungan hidup pihak penyumbang,
seperti jantung, hati, dan kedua
paru-paru. Hal ini dikarenakan
penyumbangan
organ-organ
tersebut
akan
mengakibatkan
kematian pihak penyumbang, yang
berarti dia telah membunuh dirinya
sendiri. Padahal seseorang tidak
dibolehkan membunuh dirinya
sendiri atau meminta dengan
sukarela kepada orang lain untuk
membunuh dirinya. Allah SWT
berfirman :
“Dan janganlah kalian membunuh
diri-diri kalian.” (QS. An Nisaa’ : 29)
Allah SWT berfirman pula :
“…dan
janganlah
kalian
membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang
benar.” (QS. Al An’aam : 151)
Keharaman membunuh orang yang
diharamkan
Allah
(untuk
membunuhnya)
ini
mencakup
membunuh
orang
lain
dan
membunuh diri sendiri. Imam
Muslim meriwayatkan dari Tsabit
bin Adl Dlahaak RA yang
mengatakan bahwa Rasulullah
SAW bersabda : “…dan siapa saja
yang membunuh dirinya sendiri
dengan sesuatu
(alat/sarana),
maka Allah akan menyiksa orang
tersebut
dengan
alat/sarana
tersebut dalam neraka Jahannam.”
6
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
2. Hukum Transplantasi Dari Donor
Yang Telah Meninggal :
Hukum tranplanstasi organ
dari seseorang yang telah mati
berbeda
dengan
hukum
transplantasi organ dari seseorang
yang
masih
hidup. Untuk
mendapatkan kejelasan hukum
trasnplantasi organ dari donor yang
sudah meninggal ini, terlebih
dahulu harus diketahui hukum
pemilikan tubuh mayat, hukum
kehormatan mayat, dan hukum
keadaan darurat.
Mengenai hukum pemilikan
tubuh seseorang yang telah
meninggal,
kami
berpendapat
bahwa tubuh orang tersebut tidak
lagi dimiliki oleh seorang pun.
Sebab dengan sekedar meninggalnya seseorang, sebenarnya dia
tidak lagi memiliki atau berkuasa
terhadap sesuatu apapun, entah itu
hartanya,
tubuhnya,
ataupun
isterinya. Oleh karena itu dia tidak
lagi
berhak
memanfaatkan
tubuhnya, sehingga dia tidak
berhak
pula
untuk
menyumbangkan salah satu organ
tubuhnya
atau
mewasiatkan
penyumbangan organ tubuhnya.
Berdasarkan
hal
ini,
maka
seseorang yang sudah mati tidak
dibolehkan menyumbangkan organ
tubuhnya dan tidak dibenarkan
pula
berwasiat
untuk
menyumbangkannya. Sedangkan
mengenai
kemubahan
mewasiatkan sebagian hartanya,
kendatipun harta bendanya sudah
di luar kepemilikannya sejak dia
meninggal, hal ini karena Asy
Syari’ (Allah) telah mengizinkan
seseorang untuk mewasiatkan
sebagian
hartanya
hingga
sepertiga
tanpa
seizin
ahli
warisnya. Jika lebih dari sepertiga,
harus seizin ahli warisnya. Adanya
izin dari Asy Syari’ hanya khusus
untuk masalah harta benda dan
tidak mencakup hal-hal lain. Izin ini
tidak
mencakup
pewasiatan
tubuhnya. Karena itu dia tidak
berhak
berwasiat
untuk
menyumbangkan salah satu organ
tubuhnya setelah kematiannya.
Mengenai hak ahli waris,
maka Allah SWT telah mewariskan
kepada mereka harta benda si
mayit, bukan tubuhnya. Dengan
demikian, para ahli waris tidak
berhak menyumbangkan salah
satu organ tubuh si mayit, karena
mereka tidak memiliki tubuh si
mayit, sebagaimana mereka juga
tidak berhak memanfaatkan tubuh
si mayit tersebut. Padahal syarat
sah menyumbangkan sesuatu
benda, adalah bahwa pihak
penyumbang berstatus sebagai
pemilik dari benda yang akan
disumbangkan, dan bahwa dia
mempunyai
hak
untuk
memanfaatkan benda tersebut.
Dan selama hak mewarisi tubuh si
mayit tidak dimiliki oleh para ahli
waris, maka hak pemanfaatan
tubuh si mayit lebih-lebih lagi tidak
dimiliki oleh selain ahli waris,
bagaimanapun juga posisi atau
status mereka. Karena itu, seorang
dokter atau seorang penguasa
tidak berhak memanfaatkan salah
satu organ tubuh seseorang yang
sudah
meninggal
untuk
ditransplantasikan kepada orang
lain
yang
membutuhkannya.
Adapun hukum kehormatan mayat
dan penganiayaan terhadapnya,
maka Allah SWT telah menetapkan
bahwa
mayat
mempunyai
kehormatan yang wajib dipelihara
sebagaimana kehormatan orang
hidup.
Dan
Allah
telah
mengharamkan pelanggaran terhadap
kehormatan
mayat
sebagaimana
pelanggaran
terhadap kehormatan orang hidup.
Allah menetapkan pula bahwa
menganiaya mayat sama saja
dosanya
dengan
menganiaya
orang hidup. Diriwayatkan dari
A’isyah Ummul Mu’minin RA
bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Memecahkan tulang mayat
itu sama dengan memecahkan
tulang orang hidup.” (HR. Ahmad,
Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).
7
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
Setelah
menjelaskan
masalah seputar transplantasi
jantung dapat kiranya pemakalah
simpulkan
bahwa
dalam
transplantasi jantung ini semua
ulama madzhab sepakat bahwa
haram hukumnya mentransplantasi
jantung baik itu sudah mati apalagi
masih hidup sangat jelas sekali
karena disini manusia hanya
mempunyai satu jantung, untuk
mengenai transplantasi ginjal atau
mata bersifat debatable.
Sebagian
ulama
memperbolehkan
transplantasi
selain jantung ada yang tidak, yang
membolehkan itu dari kalangan
syafiiyah dan malikiyah, disamakan
dengan
diperbolehkannya
menambal dengan tulang manusia
asalkan memenuhi syarat:
a. Dibutuhkan
b. Tidak ditemukan selain dari
anggota tubuh manusia
c. Mata yang diambil harus dari
mayat yang muhaddaraddam
d. Antara yang diambil dan yang
menerima
harus
ada
persamaan
agama
selain dari pada itu tetap
mengharamkan dengan alasan
karena manusia diciptakan
untuk dilindungi existensinya(
Made , 2010, makalah Dunia
modern,
Makalah
Masa'ilulFiqhiyahTransplantasiJantung
http://ahmadefendy.blogspot.co
m/2010/02/makalah-masailulfiqhiyah-transplasasi.html,
diakses pada tanggal 14
Nopember 2011)
3. Analisis dari segi agama:
Penulis mempunyai analisis
Bahwa
secara
agama
tidak
memperbolehkan
melakukan
transplantasi jantung , karena
organ yang disumbangkan bukan
merupakan organ vital yang
menentukan kelangsungan hidup
pihak
penyumbang,
seperti
jantung, hati, dan kedua paru-paru.
Hal ini dikarenakan penyumbangan
organ-organ
tersebut
akan
mengakibatkan kematian pihak
penyumbang, yang berarti dia telah
membunuh dirinya sendiri. Padahal
seseorang
tidak
dibolehkan
membunuh dirinya sendiri atau
meminta dengan sukarela kepada
orang lain untuk membunuh
dirinya. Allah SWT berfirman
“Dan
janganlah
kalian
membunuh diri-diri kalian.” (QS. An
Nisaa’ : 29)
Allah SWT berfirman pula :
“…dan
janganlah
kalian
membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang
benar.” (QS. Al An’aam : 151)
E. Tekhnologi transplantasi jantung
dilihat dari sudut pandang budaya
Di satu sisi ada argumen yang
menyatakan
bahwa
transplantasi
merupakan sesuatu yang netral baik
dari segi budaya, moral, maupun
politik. Dengan demikian sebagian
besar orang menganggap bahwa
transplantasi bersifat amoral, sesuatu
yang jauh dari nilai-nilai, suatu
perangkat yang dapat digunakan untuk
tujuan yang baik maupun yang buruk.
Jadi transplantasi memang merupakan
hasil dari pengembangan sebuah ilmu
dan teknik yang dikombinasikan dan
membentuk sebuah mesin atau
inovasi. Namun ketika transplantasi itu
hendak diterapkan di masyarakat,
maka penerapannya bukan hanya
sekedar memperhatikan aspek teknik
yang membentuknya tetapi juga aspek
dari
manusia
yang
akan
menggunakannya. Aspek ini dilihat
dari segi pendidikan, penyuluhan
pengoperasian dan budaya dalam
masyarakat itu sendiri. Sehingga
ketika teknologi itu diterapkan bukan
hanya sekedar pelengkap kebutuhan
tapi juga menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat.
Daftar Pustaka
Hanafiah MJ dan Amir Amri, 1999, Etika
Kedokteran dan Hukum Kesehatan,
EGC, Jakarta
8
PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012
Rotgers, F. (2007). Bioethics and
Addiction Treatment. ProQues Healt
and Medical complete (5): 29-33.
Made , 2010, makalah Dunia modern,
Makalah
Masa'ilul
FiqhiyahTransplantasi
Jantung
http://ahmadefendy.blogspot.com/201
0/02/makalah-masailul-fiqhiyahtransplasasi.html,
diakses
pada
tanggal 14 Nopember 2011
Wikipedia, 2011, Transplantasi Organ,
http://id.wikipedia.org/wiki/Transplanta
si_organ, diakses pada tanggal 13
Nopember 2011)
Undang-undang No. 23 tahun 1992
ttentang Kesehatan
Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981
tentang Otopsi Anatomi, Otopsi Klinik
dan Transplantasi Alat dan Jaringan
Tubuh Manusia
9
Download