PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012 ETIKA BIOMEDIS Oleh : Cemy Nur Fitria, S.Kep., Ns. Dosen AKPER PKU Muhammadiyah Surakarta Abstrak : Transplantasi organ adalah pemindahan organ dari satu tubuh ke tubuh yang lainnya atau pemindahan organ dari donor ke resipien yang organnya mengalami kerusakan. Transplantasi jantung merupakan suatu studi interdisipliner masalah yang timbul sebagai dampak penerapan perkembangan IPTEK-Dok & Biologi pada sistem nilai, psiko-sosial-kultural, politik, hukum dan agama di masyarakat luas. PP No.18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah mayat anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia Transplantasi jantung ini hanya dapat dilakukan dari orang yang mati saja. Karena setiap orang hanya mempunyai satu jantung. Di bidang kedokteran dan kesehatan meyakini bahwa seseorang yang meninggal dunia adalah tidak berfungsinya otak, pernafasan dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti. seseorang dikatakan mati bila fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irrevesible dan telah terbukti kematian batang otak Agama tidak memperbolehkan melakukan transplantasi jantung , karena organ yang disumbangkan bukan merupakan organ vital yang menentukan kelangsungan hidup pihak penyumbang. Kata Kunci : Etika, Biomedis, Transplantasi Jantung A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dewasa ini ilmu pengetahuan di bidang kedokteran berkembang dengan pesat. Dalam dua dekade terakhir, kita mulai mengenal istilah transplantasi yang sering disebut transplantasi organ. Bukan hanya tumbuhan yang dapat dicangkok, manusiapun pada akhirnya disodori pilihan pencangkokan organ tubuh. Apabila organ yang sangat diperlukan tubuh mengalami sakit berkepanjangan dengan kerusakan luas, maka tidak ada pilihan lain selain melakukan ganti organ tubuh yang rusak parah tersebut (end stage) dengan organ sejenis yang sehat. Cangkok hati dan cangkok ginjal paling populer dan dikenal luas, diantara cangkok organ lain seperti : sumsum tulang, jantung, paru, usus, dll. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis untuk pergantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ individu lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan. Transplantasi organ adalah pemindahan organ dari satu tubuh ke tubuh yang lainnya atau pemindahan organ dari donor ke resipien yang organnya mengalami kerusakan. Organ yang sudah dapat ditransplantasi adalah jantung, ginjal, hati, pancreas, intestine dan kulit, sedangkan jaringan, adalah kornea mata, tulang, tendo, katup jantung, dan vena. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi transplantasi organ, di satu sisi banyak membantu orang orang yang mengalami kegagalan fungsi organ, tetapi disisi lain menjadi suatu dilemma etis dikarenakan harus dilakukan ketika jantung masih berdenyut. Transplantasi jantung merupakan suatu studi interdisipliner masalah yang timbul 1 PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012 sebagai dampak penerapan perkembangan IPTEK-Dok & Biologi pada sistem nilai, psikososial-kultural, politik, hukum dan agama di masyarakat luas. Transplantasi organ ada terjadi karena adanya pemicu dari individu berkaitan dengan Perkembangan Hak-Hak Azasi manusia (HAM) meliputi Liberalisme, Otonomi, Emansipasi, Anti kemapanan (Establishment), dan Otoritas (Authority) Transplantasi organ jantung mempunyai dampak positif bagi resipien untuk memperpanjang hidup, tetapi di sisi lain mempunyai dampak negative seperti perubahan kriteria mati. B. KONSEP TEORI 1. Transplantasi organ Transplantasi organ adalah transplantasi atau pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan menggantikan organ yang rusak atau tak befungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat orang yang masih hidup atau meninggal. (Wikipedia, 2011 ,Transplantasi Organ, http://id.wikipedia.org/wiki/Transpla ntasi_organ, diakses pada tanggal 13 Nopember 2011) 2. Bioetik Transplantasi Organ. Bioetik secara umum adalah studi filosofi dari kontroversi etik tentang biologi dan kedokteran, sehinga bioetik lebih memperhatikan permasalahanpermasalahan yang berhubungan dengan life science, bioteknologi, kedokteran, politik, hukum, filosofi, dan agama. Isu-isu bioetik tentang transplantasi organ akan meliputi definisi mati, kapan dan bagaimana transplantasi organ dapat dilaksanakan, juga meliputi pembayaran organ yang ditransplantasikan. Bioetik transplantasi organ manusia diatur dalam medical ethic, yang lebih mengarah pada aturan suatu organisasi profesi, yaitu kode etik kedokteran, yang mengatur hubungan dokter-pasienkeluarga pasien (Rotgers, 2007:2933). Pada transplantasi organ akan terlibat dokter, donor dengan keluarganya dan resepien dengan keluarganya. Ada suatu prosedur yang harus dipahami oleh semua orang yang terlibat dalam transplantasi organ. Prosedur yang harus dijalani adalah, pertama dokter mendiagnosis pasien, yang menyatakan kegagalan fungsi organ tertentu, dan direkomendasi untuk mengikuti program transplantasi organ dan dirujuk pada pusat transplantasi, disini pasien akan dievaluasi kesehatannya, juga status sosial yang mendukung dan kemungkinan adanya donor yang cocok. Ada dua sumber donor organ, yang pertama organ berasal dari donor yang sudah meninggal, atau disebut cadaveric donor. Orang menjadi cadaveric donor, harus ada persetujuan, bersedia menjadi cadaveri donor ketika dia meninggal dan ini harus dengan legalitas. Di beberapa negara, bila persetujuan cadaveric donor tidak ada, maka boleh dari keluarganya untuk memberikan izin mengambilan organ. Kedua, organ berasal dari donor yang masih hidup, biasanya yang masih mempunyai hubungan keluarga, teman atau orang yang tidak dikenal. Beberapa yayasan nonprofit atau charity, seperti National Marrow Donor Program, mempunyai daftar donor bone marrow, bila pendonor tidak ada hubungan kekeluargaan dengan pasien, maka diberi tanda Non Direct Donor (NDD), yang sudah mengetahui kapan pun organnya 2 PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012 akan diambil untuk ditransplantasikan pada resepien yang membutuhkan. Dengan demikian transplant center harus membuat aturan yang ketat, dengan membuat kriteria pemberian organ pada yang pasien yang membutuhkan, antara lain a. Setiap orang mempunyai hak yang sama b. Pada orang yang membutuhkan c. Pada orang yang berusaha d. Pada orang yang memberi kotribusi e. Pada orang berdasarkan freemarket exchanges f. Juga dengan pertimbangan, lamanya waktu menunggu dan usia. Transplant center mencoba meningkatkan jumlah organ yang didonorkan dan lebih mengarahkan pada cadaveric donor, dengan beberapa langkah disiapkan, yaitu a. Education, dengan memberikan kesadaran untuk menyumbangkan organnya saat meninggal, karena banyak orang yang membutuhkan organnya, sehingga dapat menolong jiwa orang lain. Juga pengertian pada keluarga untuk mendukung menyumbangkan organnya saat meninggal. b. Mandated choice police, usaha yang dilakukan pemerintah menghimbau rakyatnya untuk peduli pada orang sakit yang membutuhkan organ, dengan member kemudahan mendaftrakan diri sebagai cadaveric donor c. Presumed consent, adalah kebijakan suatu negara, bahwa pada saat seseorang meninggal maka jasadnya milik negara, sehingga setiap orang dapat menjadi cadaveric donor atas izin negara. d. Pemberian incentive pada keluarga yang memberikan organ dari anggota keluarganya yang meninggal. e. Orang tahanan yang dihukum mati, maka dapat menjadi cadaveric donor. (Rotgers, 2007:29-33). Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Hal ini tentu saja menimbulkan suatu pertanyaan tentang relevansi antara Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang dimana Peraturan Pemerintah diterbitkan jauh sebelum UndangUndang. (Hanafiah M.J dan Amir Amri, 1999: 219) Dari segi hukum ,transplantasi organ, jaringan dan sel tubuh dipandang sebagai suatu hal yang mulia dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan manusia, walaupun ini adalah suatu perbuatan yang melawan hukum pidana yaitu tindak pidana penganiayaan, tetapi mendapat pengecualian hukuman, maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam pidana,dan dapat dibenarkan. Dalam PP No.18 tahun 1981 tentana bedah mayat klinis, beda mayat anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia tercantum pasal tentang transplantasi sebagai berikut: (Hanafiah M.J dan Amir Amri, 1999: 219) 1. Pasal 1 a. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringa tubuh yang dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut. b. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mmempunyai bentuk dan faal (fungsi)yang sama dan tertentu. 3 PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012 2. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat dan atau jaringan tubuh ynag tidak berfungsi dengan baik. 3. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada orang lain untuk keperluan kesehatan. 4. Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak,pernafasan,dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti. 5. Ayat g mengenai definisi meninggal dunia kurang jelas,maka IDI dalam seminar nasionalnya mencetuskan fatwa tentang masalah mati yaitu bahwa seseorang dikatakan mati bila fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible,atau terbukti telah terjadi kematian batang otak. 6. Pasal 10. Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yaitu persetujuan harus tertulis penderita atau keluarga terdekat setelah penderita meninggal dunia. 7. Pasal 11 a. Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh menteri kesehatan. b. Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan 8. Pasal 12 Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang melakukan transplantasi. 9. Pasal 13 Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai dengan 2(dua) orang saksi. 10. Pasal 14 Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia,dilakukan dengan persetujuan tertulis dengan keluarga terdekat. 11. Pasal 15 a. Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh donor hidup,calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang merawatnya,termasuk dokter konsultan mengenai operasi, akibat-akibatya ,dan kemungkinankemungkinan yang terjadi. b. Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar ,bahwa calon donor yang bersangkutan telah meyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut. 12. Pasal 16 Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak dalam kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi. 13. Pasal 17 : Dilarang memperjual belikan alat atau jaringan tubuh manusia. 14. Pasal 18 Dilarang mengirim dan menerima alat dan 4 PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012 jaringan tubuh manusia dan semua bentuk ke dan dari luar negeri C. ANALISIS PENDAPAT TENTANG TRANSPLANTASI JANTUNG 1. Bidang kesehatan Transplantasi Jantung dilihat dari segi hukum Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan pelaksanaannya berdasarkan PP No.18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah mayat anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia 2. Analisis Penulis melakukan analisis dengan berdasarkan hal tersebut di atas transplantasi jantung yang dalam hal ini mengharuskan cangkok dari jantung yang masih berdenyut tidak boleh dilakukan di Indonesia. Transplantasi jantung adalah mengganti jantung seseorang dengan jantung orang lain. Transplantasi jantung ini hanya dapat dilakukan dari orang yang mati saja. Karena setiap orang hanya mempunyai satu jantung. Di bidang kedokteran dan kesehatan meyakini bahwa seseorang yang meninggal dunia adalah tidak berfungsinya otak, pernafasan dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti dan oleh IDI telah dicetuskan bahwa seseorang dikatakan mati bila fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irrevesible dan telah terbukti kematian batang otak 3. Transplantasi (pencangkokan) organ jantung dapat dilihat dari sudut pandang Bioetika Transplantasi dengan donor hidup menimbulkan dilema etik, dimana transplantasi pada satu sisi dapat membahayakan donor namun di satu sisi dapat menyelamatkan hidup pasien (resipien). Bioetik secara umum adalah studi filosofi dari kontroversi etik tentang biologi dan kedokteran, sehinga bioetik lebih memperhatikan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan life science, bioteknologi, kedokteran, politik, hukum, filosofi, dan agama. Isu-isu bioetik tentang transplantasi organ akan meliputi definisi mati, kapan dan bagaimana transplantasi organ dapat dilaksanakan, juga meliputi pembayaran organ yang ditransplantasikan. 4. Bioetik transplantasi organ manusia diatur dalam medical ethic, yang lebih mengarah pada aturan suatu organisasi profesi, yaitu kode etik kedokteran, yang mengatur hubungan dokterpasien-keluarga pasien (Rotgers, 2007). Pada transplantasi organ akan terlibat dokter, donor dengan keluarganya dan resepien dengan keluarganya. 5. Bagaimana bioetik dapat dipahami oleh semua pihak, baik dokter, pendonor atau pun pasien?. Transplantasi organ dilaksanakan dengan alasan kemanusiaan, jadi tidak ada pemanfaatkan organ atas nama keuntungan satu pihak tertentu. Bioetik harus menjadi aturan yang mengikat semua komponen yang terlibat dalam transplantasi organ, diperlukan aturan dan hukum yang mengikat, untuk mencegah terjadi penyalahgunaan transplantasi organ. D. PANDANGAN TRANSPLANTASI ORGAN MENURUT AGAMA DAN HUKUM 1. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup : Syara’ membolehkan seseorang pada saat hidupnya dengan sukarela tanpa ada paksaan siapa pun untuk meny5 PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012 umbangkan sebuah organ tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu, seperti tangan atau ginjal. Ketentuan itu dikarenakan adanya hak bagi seseorang yang tangannya terpotong, atau tercongkel matanya akibat perbuatan orang lain untuk mengambil diyat (tebusan), atau memaafkan orang lain yang telah memotong tangannya atau mencongkel matanya. Memaafkan pemotongan tangan atau pencongkelan mata, hakekatnya adalah tindakan menyumbangkan diyat. Sedangkan penyumbangan diyat itu berarti menetapkan adanya pemilikan diyat, yang berarti pula menetapkan adanya pemilikan organ tubuh yang akan disumbangkan dengan diyatnya itu. Adanya hak milik orang tersebut terhadap organ-organ tubuhnya berarti telah memberinya hak untuk memanfaatkan organ-organ tersebut, yang berarti ada kemubahan menyumbangkan organ tubuhnya kepada orang lain yang membutuhkan organ tersebut. Dan dalam hal ini Allah SWT telah membolehkan memberikan maaf dalam masalah qishash dan berbagai diyat. Allah SWT berfirman : “Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kalian dan suatu rahmat.” (QS. Al Baqarah : 178) Islam memerintahkan agar setiap penyakit diobati. Membiarkan penyakit bersarang dalam tubuh dapat berakibat fatal, yaitu kematian. Membiarkan diri terjerumus pada kematian adalah perbuatan terlarang, َوالَتَـ ْقـتُـلُىْ ا اَ ْنـفُ َسهُ ْم إِ َّن هللاَ َكانَ بِ ُك ْم 92 : ) َر ِح ْي ًما ( النسآء “… dan janganlah kamu membunuh dirimu ! Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa 4: 29). Syarat-Syarat Penyumbangan Organ Tubuh Bagi Donor Hidup: Syarat bagi kemubahan menyumbangkan organ tubuh pada saat seseorang masih hidup, ialah bahwa organ yang disumbangkan bukan merupakan organ vital yang menentukan kelangsungan hidup pihak penyumbang, seperti jantung, hati, dan kedua paru-paru. Hal ini dikarenakan penyumbangan organ-organ tersebut akan mengakibatkan kematian pihak penyumbang, yang berarti dia telah membunuh dirinya sendiri. Padahal seseorang tidak dibolehkan membunuh dirinya sendiri atau meminta dengan sukarela kepada orang lain untuk membunuh dirinya. Allah SWT berfirman : “Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian.” (QS. An Nisaa’ : 29) Allah SWT berfirman pula : “…dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS. Al An’aam : 151) Keharaman membunuh orang yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) ini mencakup membunuh orang lain dan membunuh diri sendiri. Imam Muslim meriwayatkan dari Tsabit bin Adl Dlahaak RA yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “…dan siapa saja yang membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu (alat/sarana), maka Allah akan menyiksa orang tersebut dengan alat/sarana tersebut dalam neraka Jahannam.” 6 PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012 2. Hukum Transplantasi Dari Donor Yang Telah Meninggal : Hukum tranplanstasi organ dari seseorang yang telah mati berbeda dengan hukum transplantasi organ dari seseorang yang masih hidup. Untuk mendapatkan kejelasan hukum trasnplantasi organ dari donor yang sudah meninggal ini, terlebih dahulu harus diketahui hukum pemilikan tubuh mayat, hukum kehormatan mayat, dan hukum keadaan darurat. Mengenai hukum pemilikan tubuh seseorang yang telah meninggal, kami berpendapat bahwa tubuh orang tersebut tidak lagi dimiliki oleh seorang pun. Sebab dengan sekedar meninggalnya seseorang, sebenarnya dia tidak lagi memiliki atau berkuasa terhadap sesuatu apapun, entah itu hartanya, tubuhnya, ataupun isterinya. Oleh karena itu dia tidak lagi berhak memanfaatkan tubuhnya, sehingga dia tidak berhak pula untuk menyumbangkan salah satu organ tubuhnya atau mewasiatkan penyumbangan organ tubuhnya. Berdasarkan hal ini, maka seseorang yang sudah mati tidak dibolehkan menyumbangkan organ tubuhnya dan tidak dibenarkan pula berwasiat untuk menyumbangkannya. Sedangkan mengenai kemubahan mewasiatkan sebagian hartanya, kendatipun harta bendanya sudah di luar kepemilikannya sejak dia meninggal, hal ini karena Asy Syari’ (Allah) telah mengizinkan seseorang untuk mewasiatkan sebagian hartanya hingga sepertiga tanpa seizin ahli warisnya. Jika lebih dari sepertiga, harus seizin ahli warisnya. Adanya izin dari Asy Syari’ hanya khusus untuk masalah harta benda dan tidak mencakup hal-hal lain. Izin ini tidak mencakup pewasiatan tubuhnya. Karena itu dia tidak berhak berwasiat untuk menyumbangkan salah satu organ tubuhnya setelah kematiannya. Mengenai hak ahli waris, maka Allah SWT telah mewariskan kepada mereka harta benda si mayit, bukan tubuhnya. Dengan demikian, para ahli waris tidak berhak menyumbangkan salah satu organ tubuh si mayit, karena mereka tidak memiliki tubuh si mayit, sebagaimana mereka juga tidak berhak memanfaatkan tubuh si mayit tersebut. Padahal syarat sah menyumbangkan sesuatu benda, adalah bahwa pihak penyumbang berstatus sebagai pemilik dari benda yang akan disumbangkan, dan bahwa dia mempunyai hak untuk memanfaatkan benda tersebut. Dan selama hak mewarisi tubuh si mayit tidak dimiliki oleh para ahli waris, maka hak pemanfaatan tubuh si mayit lebih-lebih lagi tidak dimiliki oleh selain ahli waris, bagaimanapun juga posisi atau status mereka. Karena itu, seorang dokter atau seorang penguasa tidak berhak memanfaatkan salah satu organ tubuh seseorang yang sudah meninggal untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang membutuhkannya. Adapun hukum kehormatan mayat dan penganiayaan terhadapnya, maka Allah SWT telah menetapkan bahwa mayat mempunyai kehormatan yang wajib dipelihara sebagaimana kehormatan orang hidup. Dan Allah telah mengharamkan pelanggaran terhadap kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran terhadap kehormatan orang hidup. Allah menetapkan pula bahwa menganiaya mayat sama saja dosanya dengan menganiaya orang hidup. Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Memecahkan tulang mayat itu sama dengan memecahkan tulang orang hidup.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban). 7 PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012 Setelah menjelaskan masalah seputar transplantasi jantung dapat kiranya pemakalah simpulkan bahwa dalam transplantasi jantung ini semua ulama madzhab sepakat bahwa haram hukumnya mentransplantasi jantung baik itu sudah mati apalagi masih hidup sangat jelas sekali karena disini manusia hanya mempunyai satu jantung, untuk mengenai transplantasi ginjal atau mata bersifat debatable. Sebagian ulama memperbolehkan transplantasi selain jantung ada yang tidak, yang membolehkan itu dari kalangan syafiiyah dan malikiyah, disamakan dengan diperbolehkannya menambal dengan tulang manusia asalkan memenuhi syarat: a. Dibutuhkan b. Tidak ditemukan selain dari anggota tubuh manusia c. Mata yang diambil harus dari mayat yang muhaddaraddam d. Antara yang diambil dan yang menerima harus ada persamaan agama selain dari pada itu tetap mengharamkan dengan alasan karena manusia diciptakan untuk dilindungi existensinya( Made , 2010, makalah Dunia modern, Makalah Masa'ilulFiqhiyahTransplantasiJantung http://ahmadefendy.blogspot.co m/2010/02/makalah-masailulfiqhiyah-transplasasi.html, diakses pada tanggal 14 Nopember 2011) 3. Analisis dari segi agama: Penulis mempunyai analisis Bahwa secara agama tidak memperbolehkan melakukan transplantasi jantung , karena organ yang disumbangkan bukan merupakan organ vital yang menentukan kelangsungan hidup pihak penyumbang, seperti jantung, hati, dan kedua paru-paru. Hal ini dikarenakan penyumbangan organ-organ tersebut akan mengakibatkan kematian pihak penyumbang, yang berarti dia telah membunuh dirinya sendiri. Padahal seseorang tidak dibolehkan membunuh dirinya sendiri atau meminta dengan sukarela kepada orang lain untuk membunuh dirinya. Allah SWT berfirman “Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian.” (QS. An Nisaa’ : 29) Allah SWT berfirman pula : “…dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS. Al An’aam : 151) E. Tekhnologi transplantasi jantung dilihat dari sudut pandang budaya Di satu sisi ada argumen yang menyatakan bahwa transplantasi merupakan sesuatu yang netral baik dari segi budaya, moral, maupun politik. Dengan demikian sebagian besar orang menganggap bahwa transplantasi bersifat amoral, sesuatu yang jauh dari nilai-nilai, suatu perangkat yang dapat digunakan untuk tujuan yang baik maupun yang buruk. Jadi transplantasi memang merupakan hasil dari pengembangan sebuah ilmu dan teknik yang dikombinasikan dan membentuk sebuah mesin atau inovasi. Namun ketika transplantasi itu hendak diterapkan di masyarakat, maka penerapannya bukan hanya sekedar memperhatikan aspek teknik yang membentuknya tetapi juga aspek dari manusia yang akan menggunakannya. Aspek ini dilihat dari segi pendidikan, penyuluhan pengoperasian dan budaya dalam masyarakat itu sendiri. Sehingga ketika teknologi itu diterapkan bukan hanya sekedar pelengkap kebutuhan tapi juga menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Daftar Pustaka Hanafiah MJ dan Amir Amri, 1999, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, EGC, Jakarta 8 PROFESI Volume 08 / Februari – September 2012 Rotgers, F. (2007). Bioethics and Addiction Treatment. ProQues Healt and Medical complete (5): 29-33. Made , 2010, makalah Dunia modern, Makalah Masa'ilul FiqhiyahTransplantasi Jantung http://ahmadefendy.blogspot.com/201 0/02/makalah-masailul-fiqhiyahtransplasasi.html, diakses pada tanggal 14 Nopember 2011 Wikipedia, 2011, Transplantasi Organ, http://id.wikipedia.org/wiki/Transplanta si_organ, diakses pada tanggal 13 Nopember 2011) Undang-undang No. 23 tahun 1992 ttentang Kesehatan Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Otopsi Anatomi, Otopsi Klinik dan Transplantasi Alat dan Jaringan Tubuh Manusia 9