MINGGU, 6 MARET 2016 Memahami Penderita Skizofrenia K ETIKA melihat ekpresi yang datar dari seseorang yang baru saja melakukan hal buruk, seperti memukul atau bahkan membunuh anggota keluarganya sendiri, kita cenderung berasumsi kalau pelaku adalah seorang psikopat. Padahal, ini belum tanda dari seorang psikopat, bisa jadi salah satu tanda dari skizofrenia. Skizofrenia (schizophrenia) merupakan gangguan pikiran yang signifikan. Menurut WebMD, gejala skizofrenia termasuk disorientasi pemikiran atau gagasan, halusinasi dan ketakutan atau paranoia. Ada empat komponen atau gejala dalam skizofrenia, yakni positif, negatif, kognitif, dan afektif. Dan perlu diketahui, skizofrenia merupakan penyakit kronis, bukan penyakit yang tiba-tiba muncul. ”Masing-masing gejala tersebut memiliki banyak tanda yang berbeda-beda. Penting bagi keluarga untuk lebih peka terhadap perubahan perilaku anak, saudara atau orangtuanya, terutama jika sampai mengganggu fungsi sehari-hari,” papar dr Dr Natalia Dewi Wardani, SpKJ, psikiatri RSUPdr Kariadi Semarang. Gejala positif dari skizofrenia adalah halusinasi atau waham. Halusinasi melihat sesuatu yang tidak nyata, misalnya melihat seseorang atau tokoh yang tidak dilihat orang lain, mendengar suara-suara yang tidak nyata, yang seolah memerintahkan untuk melakukan sesuatu. Gambarannya seperti pada tokoh utama dalam film ABeautiful Mind (2001), The Machinist (2004), The Soloist (2009), Shutter Island (2010), dan banyak lagi. Gejala negatifnya adalah perilaku yang menarik diri. Memiliki interaksi yang buruk dengan lingkungan sekitarnya, baik itu lingkungan di tempat tinggal, pergaulan ataupun lingkungan tempat kerja. Menarik diri dari lingkungan tersebut berkaitan dengan apa yang ia percayai, tidak sama atau bahkan ditolak oleh orang-orang sekitarnya. Ia memiliki waham atau pola pikir yang dianggap aneh, sehingga lebih memilih untuk menarik diri. ”Mereka cenderung berpikir orang lain tidak penting, karena yang paling penting adalah pikirannya sendiri; halusinasi dan wahamnya sendiri,” jelas Dewi. Gejala kognitif dari seseorang yang menderita skizofrenia, akan mengalami degeneratif secara perlahan. Misalnya jika ia seorang akuntan, ia kehilangan kemampuan dalam pekerjaannya, hingga akhirnya diberikan pekerjaan yang lebih sederhana. Atau bisa juga mengalami gangguan memori atau kehilangan memori. Dan gejala afektif, adanya perubahan sikap atau emosi yang tidak teratur. Seperti bicara tidak teratur atau kesulitan bicara, emosi lebih sedikit dibandingkan orang normal, sulit merespons dan disorganized. Emosi yang 'lebih sedikit' tersebut mengalami perjalanan dari mengalami keterbatasan, datar, hingga tumpul. Emosi yang 'tumpul' tersebut, bisa disalahartikan sebagai psikopat. Karena skizofrenia sangat berbeda dengan psikopat. ”Psikopat tidak memiliki masalah dalam kehidupan sosial, meski tidak memiliki empati. Mereka bisa berteman, menjalin relasi, mempersuasi hingga memanipulasi orang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan,” jelas Dewi. Peran keluarga Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengidap skizofrenia. Yakni secara genetik, maupun non genetik karena pengalaman yang traumatik. Misalnya seseorang yang sejak usia belia tidak pernah mengalami masalah, hidup dalam keluarga yang bahagia, lalu setelah dewasa mengalami pengalaman yang sangat buruk, misalnya menyaksikan orangtuanya terbunuh, maka ia bisa menjadi skizofrenia. Meski membutuhkan pengobatan jangka panjang, skizofrenia bisa 'disembuhkan' dalam arti bisa dikendalikan. Terapi atau pengobatannya memakan waktu paling sedi- Transplantasi Sumsum Tulang Penderita Leukemia EUKEMIA adalah suatu keganasan sel darah karena proses pertumbuhan yang berlebihan sehingga menimbulkan beberapa kompiliasi yang serius. Leukemia dibedakan menjadi akut dan kronik. Pengobatan yang kronik tidak seagresif leukemia akut. Untuk pengobatan kronik, obat yang diberikan lebih sederhana dan dapat diberikan dengan cara diminum. Tujuannya untuk mengendalikan pertumbuhan sel kanker. Leukemia kronis dalam perkembangannya dapat kambuh dan menjadi akut. Pada fase kambuh tersebut, pengobatan dilakukan sesuai dengan terapi akut. Pengobatan leukemia akut bertujuan menghancurkan sel-sel kanker sampai tuntas. Pelaksanaanya secara bertahap dan terdiri dari beberapa siklus. Tahap induksi bertujuan memusnahkan sel kanker secara progresif sementara tahap konsolidasi untuk memberantas sisa sel kanker agar tercapai remisi sempurna. Adapun tahap pemeliharaan berguna untuk menjaga agar tidak kambuh. Terapi yang biasa dilakukan antara lain pemberian kemoterapi, radioterapi dan transplantasi sumsum tulang, hal itu dikatakan salah seorang Tim Cangkok Sumsum Tulang RS Telogorejo Semarang. Sumsum tulang sendiri adalah jaringan lunak yang berada pada rongga tulang tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Di dalam susum tulang terdapat sel muda yang merupakan induk untuk pertumbuhan sel darah baru yang disebut dengan sel punca atau dalam bahasa Inggris kita biasa mendengar istilah “stem cell” Transplantasi sumsum tulang dapat menggunakan sumsum tulang pasien sendiri yang masih sehat. Hal ini disebut transplantasi sumsum tulang autologus. Transplantasi sumsum tulang juga dapat diperoleh dari orang lain atau yang biasa disebut transplantasi allogenic. Kenapa transplantasi sumsum tulang diperlukan dalam pengobatan leukemia? Alasan utama dilakukannya adalah untuk meningatkan kesembuhan sesudah pasien menjalani kemoterapi dosis tinggi atau terapi radiasi. Sumsum tulang sehat yang ditransplantasikan L kit enam bulan, atau lebih lama lagi, tergantung dari kondisi pasien. Pengobatannya memang lama, namun dengan dosis yang semakin lama semakin rendah. Sedangkan jika pasien tidak diberikan perawatan atau pengobatan, ia mengalami kemunduran kognitif maupun afektif yang lebih cepat dibandingkan yang mendapatkan perawatan, terutama jika keluarga mengucilkan atau bahkan memasungnya. Fakta yang menyedihkan ini, karena masih banyak masyarakat yang belum paham dengan penyakit skizofrenia. Jika anak mereka mengalami halusinasi atau waham, kerap disalahartikan sebagai 'kemampuan melihat makhluk halus'. Ironis, keluarga biasanya adalah lingkungan yang paling terakhir yang mengetahui jika salah satu anggotanya menderita skizofrenia. Dewi mengatakan, Ini karena keluarga justru hanya mengganggap 'wajar' hal tidak normal yang dialami. Misalnya seorang remaja yang menderita skizofrenia, lingkungan sekolah seperti teman-teman atau guru, biasanya menjadi orang-orang pertama yang merasakan perubahan perilakunya. Ketika guru melaporkan pada orangtua mengenai perubahan perilaku anaknya, misalnya yang jadi tiba-tiba mudah emosi dan menyerang temannya, maka orang tua hanya menganggapnya sebagai kenakalan biasa. Untuk itu, keluarga, sebagai lingkungan yang terdekat, wajib peka, memperhatikan detail terhadap perubahan perilaku anggota keluarganya, terutama jika itu sampai mengganggu fungsi sehari-hari mereka. Lalu segera memeriksakan kondisinya pada psikolog atau psikiater. ”Misalnya ketika anak mulai berbicara sendiri, susah tidur, mengalami kebingungan, sering melakukan kegiatan tanpa tujuan, sampai sesederhana ketika tibatiba dia menjadi anak yang pemarah padahal dulunya tidak sama sekali,” pungkas Dewi (Irma Mutiara Manggia- 11). dapat mengembalikan kemampuan memproduksi sel-sel darah yang pasien perlukan. Apabila berhasil dilakukan transplantasi sumsum tulang, kemungkinan pasien sembuh sebesar 70-80 persen, namun masih ada kemungkinan untuk kambuh lagi. Kalau tidak dilakukan transplantasi sumsum tulang, angka kesembuhan diperkirakan hanya 40-50 persen. Selain untuk leukemia transplantasi, sel punca juga dapat diberikan pada penyakit kelainan darah lain seperti anemia aplastik, thalasemia, beberapa penyakit sistem kekebalan tubuh, myelodisplasia sindrom serta limfoma yang mengalami kekambuhan. Keuntungan dari transplantasi sel induk autologous adalah bahwa pasien mendapat sel darah sendiri sehingga kecil kemungkinan risiko penolakan. Sedangkan transplantasi sel induk alogenik sel induk tidak datang dari pasien, tetapi dari donor yang cocok dengan pasien. Donor bisa berasal dari anggota keluarga, biasanya saudara atau saudari. Untuk menilai kecocokan perlu diperiksa HLA(human leukocyte antigen). Keuntungan dari transplantasi jenis ini adalah bahwa sel punca donor dapat membuat sel kekebalan yang dapat membantu menghancurkan sel-sel kanker di pasien. Keganasan penyakit leukemia telah menjadi masalah serius bagi pelayanan kesehatan di Indonesia. Saat ini banyak pasien di Indonesia terpaksa mencari pengobatan ke luar negeri. Pada 1987 RS Telogorejo mencatat keberhasilan transplantasi sumsum tulang untuk kali pertama. Sempat terhenti lama, pada 2015 RS kembali menorehkan keberhasilan serupa. Transplantasi sumsum tulang adalah prosedur medis dimana sumsum tulang yang rusak diganti dengan sel induk sumsum tulang baru. Prosedur transplantasi banyak digunakan untuk pengobatan kanker dalam konteks membantu pasien agar bisa menerima dosis terapeutik kemoterapi atau terapi radiasi untuk membunuh sel kanker. Untuk informasi selanjutnya dapat menghubungi Call Center kami di (024) 8646 6000 ext. 2514 atau di nomor 08112796096. (Benedicta)