BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga mengalami
perkembangannya di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di bidang kesehatan
yaitu teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis
untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu yang
lain. Sampai sekarang penelitian tentang transplantasi organ masih terus dilakukan.
Transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah pemindahan suatu
jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga menimbulkan
pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu
tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama.
Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada
penerima.
Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No. 23
tahun 1992 tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis
serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.
Transplantasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang profesional dan
berlandaskan kepada kode etik. Kode etik tenaga kesehatan ditetapkan oleh asosiasi tenaga
kesehatan internasional, nasional, dan negera bagian atau provinsi. Tenaga kesehatan harus
mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan
keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Tenaga kesehatan
memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien.
Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang etik dan hukum dalam melakukan
transfusi organ tubuh.
1
1.2 Tujuan
Tujuan utama pembuatan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah
etika dan hukum keperawatan. Selanjutnya pembahasan masalah transplantasi organ tubuh
manusia ini bertujuan untuk mendalami bagaimana etika dan hukum kesehatan di Indonesia
mengatur masalah transplantasi organ tubuh. Selain itu, makalah ini juga di harapkan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat luas bagaimana prosedur transplantasi organ baik
kepada pendonor maupun kepada pihak yang menerima.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Transplantasi organ
Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan suatu
jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya
sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Syarat tersebut
melipui kecocokan organ dari donor dan resipen.
Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik
yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini
adalah terapi pengganti (alternative) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong
pasien dengan kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan
terapi konservatif.
2.2 Klasifikasi Transplantasi Organ
Ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan tubuh, maka
transplantasi dapat dibedakan menjadi :
a. Transplantasi dengan donor hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ
tubuh seseorang ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa
mengancam kesehatan. Donor hidup ini dilakukan pada jaringan atau organ yang
bersifat regeneratif, misalnya kulit, darah dan sumsum tulang, serta organ-organ yang
berpasangan misalnya ginjal.
b. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah
Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ atau
jaringan dari tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis organ yang
biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi
misalnya jantung, kornea, ginjal dan pankreas.
3
2.3 Konsep Etika
2.3.1 Pengertian Etika
Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat,
kebiasaaan, perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah
suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari
pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan
bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut
aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu :
baik dan buruk serta kewajiban dan tanggung jawab (Ismani,2001).
Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada
metode penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku manuia;
yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik adalah
suatu aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu mengenai
perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar
perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat).
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari
martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari
profesi.
Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan.
Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan
“standar perilaku” dan nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi
anggota masyarakat di mana ia tinggal.
Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta
menjadi suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu
bentuk perbuatan yang nyata.
2.3.2 Kode Etik Keperawatan
Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai suatu standar
kesempurnaan dan nilai kelompok. Kode etik adalah prinsip etik yang digunakan
oleh semua anggota kelompok, mencerminkan penilaian moral mereka sepanjang
waktu, dan berfungsi sebagai standar untuk tindakan profesional mereka.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina
profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik keperawatan
di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional
4
Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI di jakarta pada tanggal 29 November
1989.
Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal.
 Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.
 Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap tugasnya.
 Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap
sesama perawat dan profesi kesehatan lain.
 Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap profesi keperawatan.
 Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.
Dengan penjabarannya sebagai berikut:
a. Tanggung jawab Perawat terhadap klein
 Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada
tanggung jawab
yang bersumber
pada
adanya
kebutuhan terhadap
keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat.
 Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.
 Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan
tradisi luhur keperawatan.
 Perawat, menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan
masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya
kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas
dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.
b. Tanggung jawab Perawat terhadap tugas
 Perawat, memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.
5
 Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali diperlukan oleh pihak
yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Perawat, tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
yang dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan.
 Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha
dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama
yang dianut, dan kedudukan sosial.
 Perawat, mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam
melaksanakan tugas keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada
hubungannya dengan keperawatan.
c. Tanggung jawab Perawat terhadap Sejawat
 Perawat, memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga
kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasiaan suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluru.
 Perawat, menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya
kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari
profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
d. Tanggung jawab Perawat terhadap Profesi
 Perawat, berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendirisendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan
dan
pengalaman
yang
bermanfaat
bagi
perkembangan
keperawatan.
 Perawat, menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
menunjukkan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
 Perawat, berperan dalammenentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan
keperawatan, serta menerapkannya dalam kagiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
 Perawat, secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
6
e. Tanggung jawab Perawat terhadap Negara
 Perawat, melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijsanaan yang telah
digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
 Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan
kepada masyarakat.
Kode Etik Keperawatan Menurut ICN (International Council 0f Nurses Code
for Nurses)
ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia yang
didirikan pada tanggal 1 juli 1899 oleh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover Squar,
London dan direvisi pada tahun 1973. Uraian Kode Etik ini diuraikan sebagai berikut:
Tanggung Jawab Utama Perawat
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatnya kesehatan,
mencegah
timbulnya
penyakit,
memelihara
kesehatan,
dan
mengurangi
penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, perawat harus
meyakini bahwa :
o Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah sama.
o Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan terhadap kehidupan yang
bermartabat dan menjungjung tinggi hak asasi manusia.
o Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok, dam masyarakat, perawat mengikut sertakan
kelompok dan institusi terkait.
Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas,
perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai
nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan
inidividu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menjadi pasien atau klien.
Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat
memberikan keterangan bila diperlukan oleh pihak yang berkepentingan atau
pengadilan.
7
Perawat dan Pelaksanaan praktek keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan
standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan
standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan
yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu.
Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai
dengan standar profesi keperawatan.
Perawat dan lingkungan Masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap mempunyai inisiatif,
dan dapat berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan
masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
Perawat dan Sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja, baik
tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di luar keperawatan. Perawat
dapat melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa
terancam.
Perawat dan Profesi Keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan
standar praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat diharapkan
ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan
perawatan secara profesional. Perawat, sebagai anggota organisasi profesi,
berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan
kondisi pelaksanaan praktek keperawatan.
2.3.3 Tujuan Kode Etik Keperawatan
Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat,
dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati
martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
o Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien,
teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan
maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
8
o Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan
tugasnya.
o Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya
diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
o Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar
dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
o Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas
praktek keperawatan.
2.3.4 Fungsi hukum dalam praktek keperawatan :
Hukum mempunyai beberapa fungsi bagi keperawatan:
- Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai
dengan hukum.
- Membedakan tanggungjawab perawat dengan profesi lain.
- Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
- Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum ( Kozier, Erb,
1990 ).
2.3.5 Transplantasi Organ dari Segi Etika Keperawatan
Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi
suatu hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik
keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat dengan
teman sejawat. Pokok etik tersebut berbunyi “ Perawat bertindak melindungi klien
dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak
kompeten, tidak etis dan illegal ”. Seorang perawat dalam menjalankan profesinya
juga diwajibkan untuk tetap mengingat tentang prinsip-prinsip etik, antara lain :
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai
9
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi
merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya. Jika dikaitkan dengan kasus transplantasi
organ maka hal yang menjadi pertimbangan adalah seseoranhg melakukan
transplantasi tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan tentu saja
pasien diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang telah
dipertimbangkan secara matang.
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau
kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam
situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus
diupayakan semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan
untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada
agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman
dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
10
perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab
individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi
penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun
hubungan saling percaya.
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati
janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban
seseorang
untuk
mempertahankan
komitmen
yang
dibuatnya.
Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa
tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar bahwa dalam
memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai pertimbangan yang
matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak pendonor
maupun resipien, tidak meruguikan pihak manapun serta berorientasi pada
kemanusiaan.
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar
nilai-nilai dalam praktek perawat professional. Sebagai contoh nilai tersebut adalah,
keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang perawat
menjunjung tinggi nilai tersebut dalam prakteknya, niscaya seorang perawat tidak
akan begitu mudah membantu melaksanakan praktek transplantasi organ hanya
dengan motivasi komersiil.
2.4 Konsep Profesional
2.4.1 Pengertian Profesi
Profesi menurut Daniell Bell (1973) adalah aktifitas intelektual yang
dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal atau tidak formal
dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok badan yang
bertanggungjawab
pada
masyarakat,menggunakan
keilmuan
etika
dln
11
tersebut
profesi
dalam
dengan
pelayanan
pada
mengimplementasikan
kompetensi mencetuskan ide, kewenangan keterampilan teknis dan moral serta
bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi.
Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan
lainnya. Daftar karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah
diterapkan pada profesi, juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:
 Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan
mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang
berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.
 Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.
Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi
anggotanya.
 Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
 Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada
persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis.
 Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti
pelatihan
istitusional
dimana
calon
profesional
mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan
keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
 Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga
hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
 Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan
teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
 Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya
dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
 Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa
campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior,
praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
12
 Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya
dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan
dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
 Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status
yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut
bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi
masyarakat
Menurut DE GEORGE : PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan
sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan
suatu keahlian. PROFESIONAL, adalah orang yang mempunyai profesi atau
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu
keahlian yang tinggi.
2.4.2 Pengertian Profesionalisme
Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai makna; mutu,
kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional.
Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya sebuah term
yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang
yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya.
Menurut Supriadi, penggunaan istilah profesionalisme menunjuk pada
derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan
sebagai suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah.
Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk
bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.
2.4.3 Ciri-ciri profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,
yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
13
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka
untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
2.5 Peran dan Fungsi Perawat
2.5.1 Peran Perawat
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran
adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial
tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas
perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang
diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan
tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional.
Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.
2.5.2 Elemen Peran
1. Care Giver
Pada peran ini perawat diharapkan mampu
a. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok
atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah
yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
b. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat
harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien.
Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi
diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.
2. Educator
Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru
membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara
guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau
14
keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti
dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan
secara teknis.
Peran ini dilakukan untuk :
a. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien
mengatasi kesehatanya.
b.Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien
3. Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang.
Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Peran perawat :
a. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat
sakitnya.
b.Perubahan pola interaksi merupakan
dasar dalam merencanakan metode
untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
c. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau
keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman
yang lalu.
d.Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan
4. Sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
Peran perawat:
a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan
klien.
b.Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien
15
c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :
- merencanakan
- mengorganisasikan
- mengarahkan
- mengontrol
5. Leader
Suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok
orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
6. Role Model
Perawat berperan sebagai teladan bagi individu, masyarakat dan
komunitas. Serta perawat profesional juga menjadi sosok perawat ideal yang
senantiasa menjadi role model bagi perawat vokasional dalam memberikan
asuhan keperawatan. Hal ini dikarenakan perawat profesional memiliki
pendidikan yang lebih tinggi sehingga ia lebih matang dari segi konsep, teori,
dan aplikasi.
7. Administrator
Perawat berperan dalam mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
sumber-sumber melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan terhadap individu,
keluarga dan komunitas
8. Decisionmaking
Perawat berperan sebagai pengambil keputusan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai standar keperawatan dan masalah yang terdapat pada
klien.
9. Protector
Peran protector lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi
dan menjamin hak dan kewajiban Klien agar terlaksana dengan seimbang dalam
memperoleh pelayanan Kesehatan.
10. Client Advocate (Pembela Klien)
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan
termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan
kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).
16
a. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan
informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi
lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
b.Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien
yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak
petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama
kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela
hak-hak klien.
11. Manager
Dalam hal ini Perawat mempunyai peran dan tanggungjawab dalam
mengelola pelayanan
maupun
Pendidikan
Keparawatan
sesuai
dengan
Manajemen Keperawatan dalam kerangka paradigma Keperawatan.
12. Rehabilitator
Rehabilitator, berhubungan erat dengan tujuan pemberian Asuhan
Keperawatan yakni mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh
dan dapat berfungsi normal.
13. Comforter
Sebagai comforter perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa
aman pada klien
14. Comunicator
Peran sebagai communicator, Perawat bertindak sebagai penghubung
antara klien dengan anggota Kesehatan lainya. Ex: perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
17
2.5.3 Fungsi Perawat
Fungsi adalah seperangkat tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan
posisinya atau statusnya.
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan
dan kenyamanan,.pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan
harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan
atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum,
atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara tim satu dengan lainya fungsi ini dapat terjadi apa bila
bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyakit
kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga
dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan
bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan
18
2.6 Konsep Hak dan Kewajiban Pasien
Dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal
yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (krn telah
ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yg benar atas sesuatu atau untuk
menuntut sesuatu, derajat atau martabat.
Pernyataan hak-hak pasien (Patient;s Bill of Rights) dikeluarkan oleh The
American Hospital Association (AHA) pada tahun 1973 dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemahaman hak-hak pasien yang akan
dirawat di RS, yaitu :
1. Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan
keperawatan/keperawatan yang akan diterimanya.
2. Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang memeriksanya
berkaitan dengan diagnosis, pengobatan dan prognosis dalam arti pasien layak untuk
mengerti masalah yang dihadapinya.
3. Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan suatu persetujuan
tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan, serta resiko penting yang
kemungkinan akan dialaminya, kecuali dalam situasi darurat.
4. Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh hukum dan
diinformasikan tentang konsekuensi tindakan yang akan diterimanya.
5. Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang menyangkut
program asuhan medis, konsultasi dan pengobatan yang dilakukan dengan cermat dan
dirahasiakan.
6. Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang asuhan
kesehatan yang diberikan kepadanya.
7. Pasien berhak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ketempat lain yang lebih
lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan tersebut, dan
RS yang ditunjuk dapat menerimanya.
8. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hubungan RS dengan instansi
lain, seperti instansi pendidikan atau instansi terkait lainnya sehubungan dengan
asuhan yang diterimanya.
19
9. Pasein berhak untuk memberi pendapat atau menolak bila diikutsertakan sebagai suatu
eksperimen yang berhubungan dengan asuhan atau pengobatannya.
10. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang pemberian delegasi dari
dokternya ke dokter lainnya, bila dibutuhkan dalam rangka asuhannya.
11. Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang biaya yang
diperlukan untuk asuhan keehatannya.
12. Pasien berhak untuk mengetahui peraturan atau ketentuan RS yang harus dipatuhinya
sebagai pasien dirawat.
Hak pasien menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UU No. 8/1999) pasal 4 adalah

Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa

Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa

Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan

Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengket
pelindungan
Konsumen secara patut

Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi hak pasien :
1.
Meningkatnya kesadaran para konsumen terhadap asuhan kesehatan dan lebih
besarnya partisipasi mereka dalam perencanaan asuhan
2.
Meningkatnya jumlah malpraktik yang terjadi dimasyarakat
3.
Adanya legislasi (pengesahan) yang diterapkan untuk melindungi hak-hak asasi
pasien
20
4.
Konsumen menyadari tentang peningkatan jumlah pendidikan dalam bidang
kesehatan dan penggunaan pasien sebagai objek atau tujuan pendidikan dan bila
pasien tidak berpartisipai apakah akan mempengaruhi mutu asuhan kesehatan atau
tidak.
Kewajiban Pasien :
Kewajiban adalah seperangkat tanggung jawab seseorang untuk melakukan
sesuatu yang memang harus dilakukan, agar dapat dipertanggungjawabkan sesuai
sesuai dengan haknya.
1. Pasien atau keluarganya wajib menaati segala peraturan dan tata tertib yang ada
diinstitusi kesehatan dan keperawatan yang memberikan pelayanan kepadanya.
2. Pasien wajib mematuhi segala kebijakan yang ada, baik dari dokter ataupun
perawat yang memberikan asuhan.
3. Pasien atau keluarga wajib untuk memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter atau perawat yang merawatnya.
4. Pasien atau keluarga yang bertanggungjawab terhadapnya berkewajiban untuk
menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan pemeriksaan yang diperlukan
selama perawatan.
5. Pasien atau keluarga wajib untuk memenuhi segala sesuatu yang diperlukan sesuai
dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah disetujuinya
21
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisa Kasus
An. A umur 8 tahun, di diagnose Leukemia sejak berumur 2 tahun. Selama ini
keluarga bolak balik ke Rumah Sakit untuk melakukan transfuse darah tiap 2 minggu
sekali. Dokter pernah mengatakan bahwa salah satu therapynya bias dengan transplantasi
sum-sum tulang dari pihak keluarga, sehingga saat itu ibu ingin hamil lagi dan lahir An. B
saat ini sudah berumur 5 tahun. Keluarga menginginkan dokter melakukan tindakan
pengambilan sum-sum tulang An. B.
Diskusikan :
1. Apa hak dan kewajiban masing – masing orang yang terlibat dalam kasus ini?
2. Siapa yang bertanggungjawab, jelaskan alasannya?
3. Bagaimana peran masing – masing jika dikaitkan dengan masalah etik dan hukum?
4. Apa solusi terbaik yang akan dilakukan, jelaskan alasannya?
3.2 Pembahasan Kasus
Pada skenario 2 dengan kasus transplantasi organ tidak terdapat unsur malpraktek
karena transplantasi terhadap An.B belum ada dilakukan, hanya terdapat unsur motivasi dari
seorang ibu untuk mendonorkan sum-sum tulang An.B untuk kesembuhan An.A.
Bagi keluarga harus mempertimbangkan untuk menjadikan An. B sebagai pendonor.
Serta memperhatikan umur dan kesehatan An. B.
Sesuai dengan UU RI nomor 23 tahun 2002 undang-undang tentang perlindungan anak.
Pasal 47 :
a.
Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib melindungi anak dari upaya
transplantasi organ tubuhnya untuk pihak lain.
b.
Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib melindungi anak dari perbuatan
:
 Pengambilan organ tubuh anak dan/atau jaringan tubuh anak tanpa
memperhatikan kesehatan anak.
 Jual beli organ dan/atau jaringan tubuh anak
22
 Penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objek penelitian tanpa
seizin orang tua dan tidak mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak.
Bagi dokter yang akan melakukan transplantasi harus memberikan penjelasan dan
informasi yang jelas tentang tindakan transplantasi kepada keluarga. Dalam memberikan
pelayanan kesehatan dokter harus bertindak profesional dan sesuai etik kedokteran yang telah
diputuskan oleh pengurus besar ikatan dokter indonesia no. 221 /pb/a.4/04/2002 tentang
penerapan kode etik kedokteran indonesia.
Jika ditinjau dari etik kedokteran tindakan transplantasi wajib dilakukan jika ada
indikasi, berlandaskan beberapa pasal yaitu:
Pasal 2 : Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai
dengan standar profesi yang tertinggi.
Pasal 7a : Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai
rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7d : Setiap dokten harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
hidup makhluk insani.
Pasal 10 : Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu
dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien
kepada dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Dalam PP no. 18 tahun 1981 tentang transplantasi tubuh manusia yang terdapat pada
pasal 15 terdiri dari 2 ayat, yang berbunyi sebagai berikut :
Ayat 1 : Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan atau jaringan tubuh
manusia diberikan oleh donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu
diberitahu oleh dokter yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai operasi,
akibat-akibatnya, dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.
Ayat 2 : Dokter sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 harus yakin benar, bahwa
calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
23
Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, Perawat dalam menjalankan profesinya juga
diwajibkan untuk tetap mengingat tentang prinsip-prinsip etik, antara lain :
1. Otonomi
2. Berbuat baik
3. Keadilan
4. Tidak merugikan
5. Kejujuran
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar nilai-nilai
dalam praktek perawat professional.
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemajuan teknologi dibidang kedokteran memungkinkan terjadinya transplantasi
organ tubuh manusia. Hal ini saat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia karena
dengan transplantasi organ-organ tubuh manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi lagi
dengan normal dapat digantikan dengan organ yang masih berfungsi dengan baik. Akan
tetapi tidak dapat dipungkiri banyaknya masalah yang muncul akibat kemajuan teknologi ini
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Transplantasi boleh saja dilakukan dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan berupa
hukum kesehatan dan etika tenaga kesehatan yang berlaku di Indonesia. Dengan
memperhatikan hukum kesehatan dan etika yang berlaku maka usaha mulia untuk menolong
pasien yang memiliki masalah dengan salah satu organ tubuhnya dapat terlaksana.
4.2 Saran
Upaya yang dilakukan oleh manusia untuk dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya dapat dilakukan dengan semaksimal mungkin. Oleh sebab itu, sebaiknya para
dokter tidak menyalahgunakan keahliannya dalam transplantasi. Karena jika dokter tidak
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum maka tidak akan bisa terjadi malpraktek
karena yang mampu mengambil dan memindahkan organ-organ tersebut hanya dokter. Selain
itu harus memperhatikan umut dan kesehatan orang yang akan dijadikan sipendonor.
Bagi keluarga harus memeperhatikan siapa yang akan dijadikan sipendonor.
Janganlah mengorbankan Anak yang masih kecil untuk dijadikan sipendonor karena anak
juga punya hak untuk hidup sehat. Dan pemerintahpun telah menetap kan uu perlindungan
anak tentang transplantasi terhadap anak pada pasal 47.
25
Download