Isi - Nur Chanifah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media islam saat ini tengah memperbincangkan masalah transplantasi organ; hal
tersebut dilakukan sebagai pengantar untuk sosialisasi undang-undang khusus yang
mengatur transpalantasi ini baik yang didapatkan dari donor yang masih hidup maupun
yang sudah mati. Tentu, sesuai dengan wasiat si mati atau dengan persetujuan ahli
warisnya. Aparatur negara maupun institusinya mengatur masalah ini berdasarkan asas
manfa'at dan maslahat.
Perkembangan yang terjadi inilah menimbulkan banyak spekulasi, baik dalam
bidang kesehatan itu sendiri ataupun dalam lainnya. Hal ini tidak terlepas dari kritik dari
bidang agama. Karena pada hakekatnya, agama pula yang menunjukkan hukum islam
atas perkembangan tersebut. Bisa juga dijadikan sebagai pembinaan yang membentuk
inovasi positif.
Agama Islam memandang inovasi tersebut sebagai tindakan yang masih
menimbulkan banyak pendapat dari para ahlinya. Sebagian Ulama menganggapnya
sebagai tindakan mulia membantu sesame, tapi sebagian lagi ada yang berpendapat
sebagai tindakan amoral yang merugikan salah satu pihak.
B. Tujuan
Untuk mengetahui kebenaran atas kesimpang-siuran berita mengenai transplantasi
organ. Mana proses yang dianggap haram dan transplantasi halal. Dan sebagai acuan bagi
masyarakat agar tidak menemukan kebingungan atas issue yang berkembang belum pasti.
C.
Rumusan Masalah
Bagaimana transplantasi organ dalam perspektif Islam?
Transplantasi Organ Menurut Agama Islam
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang
sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah
terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menollong pasien dengan
kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan yang lain dan
hingga dewasa ini terus berkembang dalam dunia kedokteran. Namun, tindakan medik ini
tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi nonmedik,
yaitu dari segi agama, hukum budaya, etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia
dewasa ini dalam menetapkan terapi transplantassi adalah terbatasnya jumlah donor keluarga
(Living Related Donor, LRD) dan donasi donor organ jenazah, karena itu diperlukan
kerjasama yang saling mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi,
pemuka agama, pemuka masyarakat, pemerintah dan swasta).
Transplantasi organ adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan
atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam
rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi
dengan baik (pasal 1 butir 5 UUK).
Tranplantasi adalah perpindahan pemindahan suatu jaringan atau organ manusia
tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan
persyaratan dan kondisi tertentu.
Transplantasi Organ Menurut Agama Islam
2
BAB III
ISI
1.
Orang muslim yang masih hidup diperbolehkan mendermakan
atau
mendonorkan
Ada yang mengatakan bahwa orang muslim yang masih hidup diperbolehkan
mendermakan
atau mendonorkan
sesuatu ialah
apabila
itu miliknya. Selain itu,
seseorang tidak boleh memperlakukan tubuhnya dengan semau sendiri pada waktu dia
hidup dengan melenyapkannya dan membunuhnya (bunuh diri), maka dia juga tidak
boleh mempergunakan sebagian tubuhnya jika sekiranya menimbulkan mudarat buat
dirinya.
Tubuh merupakan titipan dari Allah dan manusia diberi wewenang
memanfaatkan
Allah: ‫م كُ تآا‬
dan
mempergunakannya, sebagaimana
untuk
harta. Sebagaimana Firman
ْ ‫ِه يذَّلا‬
‫ن ِم هآل آ‬
‫َآ ْ كُ كه تآا هِ تآ‬
Artinya: dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu ..." (an-Nur: 33)
Sebagaimana seseorang memberikan hartanya kepada oang lain, maka
diperkenankan juga seseorang itu memberikan sebagian tubuhnya untuk orang lain.
Namun manusia tidak boleh memberikan seluruh tubuhnya bahkan mengorbankan
dirinya untuk orang lain dari penderitaan yang sangat atau sengsara.
Didalam
kaidah syar'iyah ditetapkan bahwa mudarat itu harus dihilangkan
sedapat mungkin. Untuk itu kita disyariatkan untuk
menolong
orang yang dalam
keadaan tertekan/terpaksa, menolong orang yang terluka, bahkan menyelamatkan
orang yang menghadapi
bahaya, baik mengenai jiwanya maupun lainnya. Dan tidak
diperkenankan pula seseorang melihat kesengsaraan orang lain padahal ia mampu untuk
menolongnya. Oleh karena itu apabila seseorang menolong seseorang dengan
memberikan sebagaian tubuhnya agar orang itu selamat maka ia akan mendapatkan
pahala bahkan dapat digolongkan sebagai suatu sedekah.
Orang hidup yang mendonorkan sebagian tubuhnya kepada orang lain bersifat
muqayyad (bersyarat). Namun manusia tidak diperbolehkan mendonorkan tubuhnya
yang membuat dirinya menjadi lebih sengsara (mendonorkan organ satu-satunya yang
dimiliki dalam tubuhnya). Maka kaidah syar'iyah yang berbunyi:
Transplantasi Organ Menurut Agama Islam
3
"Dharar (bahaya, kemelaratan, kesengsaraan, nestapa) itu harus dihilangkan,"
dibatasi oleh kaidah lain yang berbunyi:
"Dharar itu tidak boleh dihilangkan dengan menimbulkan dharar pula."
Para ulama ushul menafsirkan kaidah tersebut dengan pengertian: tidak
boleh menghilangkan dharar dengan menimbulkan dharar yang sama atau yang
lebih besar daripadanya.
Hal ini dimaksudkan bahwa seseorang tidak boleh mendonorkan tubuh bagian
luarnya misal mata, hidung dll, yang menjadikan dirinya lebih buruk dari awalnya. Begitu
pula dengan organ tubuh bagian dalam jika salah satu organ tidak berfungsi, dinyatakan
bahwa orang tersebut memiliki satu organ, dan orang tersebut dilarang mendonorkan
tubuhnya.
2.
Hak Suami melarang istrinya untuk donor
Suami punya hak atas istrinya. Secara umum jika istri melakukan donor maka
akan lebih lagi tanggungan yang akan diterima suami, misal biaya rumah sakit, perawatan
khusus untuk istri, bahkan hak atas suami pun tidak akan terpenuhi. Oleh karena itu, ,
suami berhak melarang istri untuk tidak diperbolehkan mendonorkan tubuhnya.
Pendonoran organ hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa dan berakal. Selain
itu, orang gila dan anak kecil dilarang mendermakan tubuhnya meskipun itu atas nama
wali karena mereka tidak mengerti.
3.
Memberikan donor kepada orang non-muslim
Mendonorkan tubuh boleh dilakukan oleh seorang muslim kepada nonmuslim,
tetapi tidak boleh diberikan kepada orang kafir narbi(kafir yang memerangi kaum muslim
lewat perang pikiran dan berusaha merusak Islam) dan kaum murtad.
Apabila ada dua orang yang membutuhkan bantuan donor, yang satu muslim
dan satunya lagi nonmuslim, maka yang muslim itulah yang harus diutamakan. Allah
berfirman: ‫ا‬
‫مْوُ لْ َو‬
ْ ‫َْلوع لض ُع ْبَ مْوَْلوع لض ُعمب‬
ْ ْ‫وُ ل‬
‫ؤملوومَوُمن م‬
‫مت م‬
‫ْل ل‬
ْ ‫م‬
ْ ‫م‬
Artinya: "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain ..." (atTaubah:71)
Jika keduanya sama-sama muslim maka yang lebih saleh yang didahulukan. Hal
ini menunjukkan bahwa si pemberi donor telah membantunya melakukan ketaatan
kepada
Transplantasi Organ Menurut Agama Islam
4
Allah
dan memberikan manfaat kepada sesama makhluk-Nya. Selain itu
kerabat atau tetanngga harus diutamakan daripada yang lain untuk diberi bantuan,
ُُ‫و‬
ُ‫ا‬
ُ ‫ورألو ُ ام‬
َ ْ‫ؤملوومَموْوَُمُ ل‬
‫مل أو‬
‫مَو لَْوَْلْوْي لمف مٍمل م‬
‫ُوُ لْ ْ ْ ل ل‬
sebagaimana firman Allah:
Artinya: "... Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu
sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam
kitab Allah..." (al-Anfal: 75)
Juga diperbolehkan seorang muslim mendonorkan organ tubuhnya kepada orang
tertentu, sebagaimana ia juga boleh mendermakannya kepada suatu yayasan seperti bank
yang khusus menangani masalah ini (seperti bank mata).
4.
Tidak diperbolehkan menjual organ tubuh
Organ tubuh itu tidak boleh diperjualbelikan. Karena jual beli itu sebagaimana
dita'rifkan fuqaha adalah tukar-menukar harta secara suka rela, sedangkan tubuh manusia
itu bukan harta yang dapat dipertukarkan dan ditawar-menawarkan sehingga organ tubuh
manusia menjadi objek
perdagangan dan jual beli. Tetapi,
apabila
orang
yang
memanfaatkan organ itu memberi sejumlah uang kepada donor --tanpa persyaratan dan
tidak ditentukan
sebelumnya,
semata-mata hibah, hadiah, dan pertolongan-- maka
yang demikian itu hukumnya jaiz (boleh), bahkan terpuji dan termasuk akhlak yang
mulia. Hal ini sama dengan pemberian orang yang berutang ketika mengembalikan
pinjaman
dengan
memberikan
tambahan
yang tidak dipersyaratkan sebelumnya.
Hal ini diperkenankan syara' dan terpuji, bahkan Rasulullah saw. pernah melakukannya
ketika beliau mengembalikan pinjaman (utang)
dengan
sesuatu
yang lebih baik
daripada yang dipinjamnya seraya bersabda:
"Sesungguhnya sebaik-baik orang diantara kamu ialah yang lebih baik
pembayaran utangnya." (HR Ahmad, Bukhari, Nasa'i, dan Ibnu Majah dari Abu
Hurairah)
5.
Ada yang memperbolehkan dan tidak memperbolehkan mewasiatkan organ
tubuh setelah meninggal dunia
Seseorang boleh mewasiatkan organ tubuhnya untuk diberikan kepada orang
lain setelah dirinya meninggal. Hal ini akan memberikan manfaat kepada orang lain tanpa
menimbulkan mudharat bagi si pendonor.
Umar r.a. pernah berkata kepada sebagian sahabat mengenai beberapa masalah,
"Itu adalah sesuatu yang bermanfaat bagi saudaramu dan tidak memberikan mudarat
Transplantasi Organ Menurut Agama Islam
5
kepada dirimu, mengapa engkau hendak melarangnya?" Demikianlah kiranya yang dapat
dikatakan kepada orang yang melarang masalah mewasiatkan organ tubuh ini.
Ada yang mengatakan bahwa hal ini menghilangkan kehormatan mayit yang
sangat dipelihara oleh syariat Islam, yang Rasulullah saw. sendiri pernah bersabda:
"Mematahkan tulang mayit itu seperti mematahkan tulang orang yang
hidup."
Maksud dari hadits itu ialah larangan memotong-motong tubuh
mayit,
merusaknya, dan mengabaikannya sebagaimana yang dilakukan kaum jahiliah dalam
peperangan-peperangan bahkan sebagian dari mereka masih terus melakukannya hingga
sekarang.
6.
Hak wali dan ahli waris mendonorkan sebagian organ tubuh mayit
Seseorang yang telah meninggal dunia maka dia tidak dianggap layak memiliki
sesuatu. Sebagaimana kepemilikan hartanya yang juga berpindah kepada ahli warisnya,
maka mungkin dapat dikatakan bahwa tubuh si mayit menjadi hak wali atau ahli
warisnya. Dan boleh jadi syara' melarang mematahkan tulang mayit atau merusak
tubuhnya itu karena hendak memelihara hak orang yang hidup melebihi hak orang yang
telah mati.
Disamping itu, Pembuat Syariat telah memberikan hak kepada wali untuk
menuntut hukum qishash atau memaafkan si pembunuh ketika terjadi pembunuhan
dengan
sengaja,
sebagaimana difirmankan oleh Allah: "... Dan barangsiapa dibunuh
secara zhalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya,
tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia
adalah orang yang mendapat pertolongan."(al-Isra': 33)
Sebagaimana halnya ahli waris mempunyai hak melakukan hukum qishash jika
mereka menghendaki, atau melakukan perdamaian dengan menuntut pembayaran diat,
sedikit atau banyak, atau memaafkannya secara mutlak karena Allah. Pemaafan yang
bersifat menyeluruh atau sebagian, seperti yang disinyalir oleh Allah dalam firmanNya:
"... Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang
memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah(yang diberi maaf)
membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula) ..."(alBaqarah: 178)
Maka tidak menutup kemungkinan bahwa mereka mempunyai
mempergunakan
hak
sebagian organ tubuhnya, yang sekiranya dapat memberi manfaat
kepada orang lain dan tidak memberi mudarat kepada si mayit. Bahkan mungkin dia
Transplantasi Organ Menurut Agama Islam
6
mendapat pahala darinya, sesuai kadar manfaat yang diperoleh orang sakit yang
membutuhkannya meskipun si mayit tidak berniat, sebagaimana seseorang yang hidup
itu mendapat pahala karena tanamannya dimakan oleh orang lain, burung, atau binatang
lain, atau karena ditimpa musibah, kesedihan, atau terkena gangguan, hingga terkena
duri sekalipun seperti juga halnya ia memperoleh manfaat setelah meninggal dunia dari
doa anaknya khususnya dan doa kaum muslim umumnya, serta dengan sedekah mereka
untuknya. Dan telah disebutkan bahwa sedekah dengan sebagian anggota tubuh itu
lebih besar pahalanya daripada sedekah dengan harta.
Dari penjelesan di atas bahwa tidak terlarang bagi ahli waris mendonorkan
sebagian organ tubuh mayit yang dibutuhkan oleh orang-orang sakit untuk mengobati
mereka, seperti ginjal, jantung, dan sebagainya, dengan niat sebagai sedekah dari si
mayit, suatu sedekah yang berkesinambungan pahalanya selama si sakit
masih
memanfaatkan organ yang didonorkan itu.
7.
Mencangkokkan organ tubuh orang kafir kepada orang muslim
Adapun mencangkokkan
organ
tubuh
orang
nonmuslim
kepada orang
muslim tidak terlarang, karena organ tubuh manusia tidak diidentifikasi sebagai Islam
atau kafir, ia hanya merupakan alat bagi manusia yang dipergunakannya sesuai dengan
akidah dan pandangan hidupnya. Apabila suatu organ tubuh dipindahkan dari orang
kafir kepada orang muslim, maka ia menjadi bagian dari wujud si muslim itu dan menjadi
alat baginya untuk menjalankan misi hidupnya, sebagaimana yang diperintahkan Allah
Ta'ala. Hal ini sama dengan orang muslim yang mengambil senjata orang kafir dan
mempergunakannya untuk berperang fisabilillah.
Bahkan dikatakan bahwa organ-organ di dalam tubuh orang kafir itu adalah
muslim (tunduk dan menyerah kepada Allah), selalu bertasbih dan bersujud kepada
Allah SWT, sesuai dengan pemahaman yang ditangkap dari Al-Qur'an bahwa segala
sesuatu yang ada di langit dan di bumi itu bersujud menyucikan Allah Ta'ala, hanya
saja kita tidak mengerti cara mereka bertasbih.
Kalau begitu, maka yang benar adalah bahwa kekafiran atau keislaman
seseorang tidak berpengaruh terhadap organ tubuhnya termasuk terhadap hatinya
(organnya) sendiri yang oleh Al-Qur'an ada yang diklasifikasikan sehat dan sakit, iman
dan ragu, mati dan hidup. Padahal yang dimaksud disini bukanlah organ yang dapat
diraba (ditangkap dengan indra) yang termasuk bidang garap dokter spesialis dan
ahli anatomi, sebab yang demikian itu tidak berbeda antara yang beriman dan yang kafir,
serta antara yang taat dan yang bermaksiat. Tetapi yang dimaksud dengannya adalah
Transplantasi Organ Menurut Agama Islam
7
maknaruhiyahnya yang dengannyalah manusia merasa, berpikir, dan memahami sesuatu,
sebagaimana firman Allah:
"... lalu mereka mempunysi hati yang dengan itu mereka dapat memahami ..."
(al-Hajj: 46)
"... mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) ..." (al-A'raf: 17)
Dan firman Allah: "... sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis ..." (atTaubah: 28)
Kata najis dalam ayat tersebut bukanlah dimaksudkan untuk najis indrawi yang
berhubungan dengan badan, melainkan najis maknawi yang berhubungan dengan hati dan
akal(pikiran). Karena itu tidak terdapat larangan syara' bagi orang
muslim untuk
memanfaatkan organ tubuh orang nonmuslim.
8.
Tidak boleh mendonorkan buah pelir
Mendonorkan buah pelir ke seseorang tidak diperbolehkan. Ini berarti ia telah
memindahkan karakternya kepada keturunannya. Hal ini dianggap semacam percampuran
nasab yang dilarang oleh syara' dengan jalan apa pun. Karena itu diharamkannya
perzinaan, adopsi dan pengakuan kepada orang lain sebagai bapaknya, dan lainnya,
yang menyebabkan terjadinya percampuran keluarga atau kaum yang tidak termasuk
bagian dari mereka.
Demikian pula jika otak seseorang dapat dipindahkan kepada orang lain, maka
hal itu tidak diperbolehkan, karena akan menimbulkan percampuran dan kerusakan yang
besar.
Transplantasi Organ Menurut Agama Islam
8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencangkokan (tranplantasi) ialah pemindahan organ tubuh yang
mempunyai daya h i d u p ya n g s e h a t u n t u k m e n g g a n t i k a n o r g a n t u b u h
y a n g t i d a k s e h a t d a n t i d a k b e r f u n g s i dengan baik, yang apabila diobati
dengan prosedur medis biasa, harapan penderita untuk bertahan hidupnya tidak
ada lagi.
Ada 3 tipe transplantasi organ tubuh, yaitu donor dalam keadaan hidup sehat,
dalam keadaan hidup koma atau diduga kuat akan meninggal segera, dan donor dalam
keadaan mati. T r a n p l a n t a s i o r g a n t u b u h i t u t e r m a s u k m a s a l a h i j t i h a d ,
k a r e n a t i d a k t e r d a p a t h u k u m n ya s e c a r a e k p l i s i t d i d a l a m A l Qur’an
dan as-Sunnah.
Tujuan
dari
pencangkokan
pada
prinsipnya
adalah
untuk
menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik dengan
organ tubuh yang mempunyai daya hidup yang sehat. Jika tidak diganti dengan
cara pencangkokan harapan untuk sehat tidak mungkin kembali atau harapan
penderita untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi.
B. Saran
Jika kita harus melakukan transplantasi organ, maka seharusnya memenuhi
persyaratan-persyaratan yang tidak merugikan pihak-pihak yang berkaitan, baik dari
pendonor maupun resipien. Serta harus memenuhi kaidah atau syarat-syarat islam.
Transplantasi Organ Menurut Agama Islam
9
Download