pengembangan model inquiry di dalam pendidikan ilmu

advertisement
Meningkatkan Ketrampilan Baca Al Qur’an dengan
Metode Iqro’
Maskuri
SDN Genteng 7, Banyuwangi
Abstract
Iqro’ is the most important way in Koran write and read learning. Moslem
learning in their holelife close to Koran. Understanding Koran is given to
early Moslem child through parental workship action in both Koran rewrite
and read. Traditional Islam Learning to all of Moslem use that strategy in
detail of how right manner comprehense Koran.
Key words: Iqro’ methode, reading skills
PENDAHULUAN
Dunia Islam dewasa ini tidak bisa mengelak dari sumbangan pemikiran
konsep pembelajaran masyarakat Barat, baik berasal dari daratan Eropa
maupun Amerika. Konsep mereka sudah cukup tua, bahkan jauh sebelum
Islam lahir, seperti dikemukakan oleh para Filpsof Yunani seperti Plato dan
dilanjutkan oleh para pemikir abad pertengahan oleh filosof Islam seperti
Ibnu Sina yang kesemuanya menaruh pentingnya belajar sebagai pekerjaan
utama dalam hidup.
Memasuki abad 20, perkembangan teori pembelajaran mengalami kemajuan
dengan adanya berbagai temuan penlitian bagaimana melakukan
pembelajaran yang efektif bagi seorang guru/dosen. Konsep pembelajaran
yang digunakan dalam dunia pendidikan sekarang umumnya hasil temuan
para ahli Barat. Menurut mereka ada dua pandangan konsep pembelajaran.
Pertama, Pandangan tradisional (lama) bahwa guru menganggap siswa
adalah orang yang tidak tahu sama sekali materi yang akan diajarkan
sehingga guru perlu mengajar (teaching)
atau memberitahu siswa.
Pandangan ini memposisikan guru adalah orang yang memiliki penguasaan
materi yang baik dan luas dan ia paling aktif dalam kelas. Metode
pembelajaran selalu mengutamakan ceramah sebagai sarana transfer of
knowledge kepada siswa sebab guru lebih banyak menuangkan sesuatu
materi ke dalam otak peserta didik (otak sebgai bank data atau penampung
informasi). Pola ini siswa bersifat pasif dan tidak memiliki peluang yang
besar untuk memberi input kepada guru. Bahkan guru atau sekolah kurang
memperhatikan masalah perbedaan individual siswa, dan umumnya
pelaksanaan pembel;ajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai indivisu
dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan dan pengetahuan semua hampir
sama. Implikasi pembelajaran berpusat pada guru melahirkan output siswa
210
Maskuri
pendiam, kurang percaya diri, takut mengungkapkan pendapat dan tidak
memiliki ketrampilan berbicara dengan orang lain secara lancer dan tangkas
Pembelajaran merupakan roh dari pendidikan. Pembelajaran juga menjadi
esensi pendidikan dalam semua kegiatan pendidikan mulai dalam
kandungan sampai liang lahat atau mulai dari pra sekolah sampai
perguruaun tinggi. Pembelajaran menjadi penentu warna pendidikan,
semakin jelas arah, proses dan tujuan pembelajaran maka semakin jelas pula
arah, proses dan tujuan endidikan. Pembelajaran dan pendidikan ibarat dua
sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Keduanya terus
berpadu dalam satu arah, proses dan tujuan yang sama.
Kedua, konsep pembelajaran modern menempatkan guru sebagai fasilitator
(sumber inspirator) dalam membelajarkan siswa. Pandangan ini berasumsi
bahwa yang belajar adalah siswa, atau siswa sebagai “primus motor” (motor
utama) dalam kegiata pembelajaran, maka guru berperan sebagai orang
yang membelajarkan (instructional) siswa melalui materi yang disiapkan
guru sesuai tema yang diprogramkan bersama siswa atau program sekolah,
bahkan bahan belajar pun harus menantang siswa untuk berpikir secara
maksimal dan bebas.
Pandangan ini sejalan dengan pandangan liberal masyarakat Barat dimana
siswa diberi kebebasan yang luas untuk ikut menentukan materi yang
dipelajarinya. Berbagai modul dan strategi pembelajaran memberikan
kebebasan individu siswa untuk ikut menentukan berbagai kegiatan
pembelajaran, seperti; topik yang akan dibahas, mata pelajaran yang
menunjang keahlian dan ketrampilanmereka sesuai kebutuhan untuk
menghadapi
masa depan mereka sendiri.
Inti utama pandangan
pembelajaran modern adalah menjadika diri siswa sebagai pebelajar
(becoming learner) yaitu orang yang memiliki kesadaran belajar dan
memiliki semanat mencari ilmu. Pandangan ini memposisikan guru adalah
orang yang lebih menguasai metodologi daripada materi sehingga guru
lebih banyak pasif dan yang aktif adalah siswa. Metode pembelajaran lebih
variatif sesuai tema dibahas seperti metode Iqro’. Implikasi pembelajaran
ini berpusat pada siswa yang melahirkan output pendidikan siswa yang
kreatif, inovatif, mandiri dan mampu berkomunikasi dengan orang lain.
Berdasar dua pandangan pembelajaran mengemuka dalam teori dan praktek
pendidikan, termasuk pendidikan Islam, para tokoh pendidikan Islam
kurang memiliki konsep berkaitan pembelajaran. Mereka umumnya
berkutat pada konsep pendidikan, seperti Imam al-Gazali, Ibnu Sahnun
Muhhammad Nuqib al-Atas, At-Toumy as-Syaibani dan lain-lain. Meskipun
perbendaharaan ilmu pembelajaran dalam Islam belum dihasilkan para
pemikir Islam, bukan berarti dalam al-Qur’an tidak mengandung konsep
pembelajaranm namun belum menggalinya secara serius. Karena itu,
terhadap dua pandangan pembelajaran di atas, para pemikir Islam belum
mampu memberikan jawaban tegas apakah kedua atau salah satu pandangan
pembelajaran yang sudah ada sekarang, sudah sesuai dengan prinsip-prinsip
Jurnal Progress Vol. 1 No. 2, 2012:209-216
Baca Al Qur’an dengan Metode IQRO’
211
dalam al-Qur’an atau justru sebaliknya. Menurut hemat peneliti bahwa
konsep pembelajaran dalam al-Qur’an cukup banyak ayat-ayat yang
menunjukkan adanya proses pembelajaran yang sangat variatif dan konkrit
baik terkait dengan sumber belajar (seperti; guru dan alam) maupun media
pembelajaran. Ada tiga model pembelajaran yang bisa diambil pelajaran
oleh umat manusia dalam al-Qur’an yaitu; (1) Pembelajaran dilakukan
Allah dengan Nabi Adam ketika mengajarkan nama-nama benda secara
konkrit.. (2) Pembelajaran dilakukan burung gagak kepada Qabil, di mana
burung gagak menggaruk-garuk tanah seraya memasukkan sesuatu dalam
tanah. (3) Pembelajaran dilakukan Nabi Khidir dengan Nabi Musa melalui
proses aksi di lapangan (pembunuhan anak kecil, pelobangan perahu dan
perbaikan dinding rumah. Beberapa ayat berkaitan dengan proses
pembelajaran dalam al-Qur’an dapat ditelusuri melalui penjelasannya
berbagai hadits Rasulullah, pendapat para mufassir berbagai kitab tafsir
klasik dan kontemporer.
Sementara itu dalam lembaga pendidikan, Islam terus mengadopsi dan
memberlakukan konsep pembelajaran tradisional dan modern dari
pemikiran Barat, padahal dalam al-Qur’an banyak ditemukan petunjuk
untuk dijadikan konsep pembelajaran dalam lembaga-lembaga pendidikan
Islam.
Pembelajaran mengandung permasalahan cukup luas, sebab pembelajaran
bisa terkait dengan pembelajaran di kalangan keluarga, masyarakat dan
lembaga pendidikan (sekolah atau perguruan tinggi). Disamping itu,
pembelajaran dapat ditinjau dari sisi filosofis, ekonomi, politik, ideologi,
kesehatan dan sosiologi. Banyaknya permasalahan bidang pembelajaran
menimbulkan berbagai macam yang terjadi dalam bidang pendidikan, baik
menyangkut teoritis maupun praktis. Oleh karena itu, dalam konteks
lembaga pendidikan Islam, muncul persoalan bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan oleh lembaga pendidikan Islam tidak sesuai dengan berbagai
pernyataan dalam al-Qur’an sebagai kitab rujukan umat Islam. Sehubungan
dengan persoalan pembelajaran mengandung penafsiran yang beragam dan
meluas pada hal-hal yang sifatnya furu’iyah menjadi tambah kabur, maka
perlu dibatasi konsep pembelajaran yang hendak dikaji dalam penelitian ini
adalah pembelajaran yang dilakukan oleh berbagai pernyataan berbagai ayat
dalam al-Qur’an. Peneliti akan terfokus pada pembahasan ayat demi ayat
yang berindikasi mengandung proses pembelajaran antara seorang guru
dengan murid dalam konteks yang lebih luas. Artinya proses pebelajaran
tidak terpaku pada term ta’lim (pembelajaran) tetapi juga dalam term lain
yang mengandung proses pembelajaran sekalipun bukan manusia yang
melakukannya (burung). Oleh karena itu, secara khusus, peneliti
menfokuskan masalah yang akan diteliti dalam tulisan ini adalah bentukbentuk konsep pembelajaran dalam berbagai ayat al-Qur’an”. Sehingga,
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana
upaya mempercepat penguasaan baca tulis al-Quran melalui metode Iqro’.
Jurnal Progress Vol. 1 No. 2, 2012:189-208
212
Maskuri
SDN 7 Genteng merupakan sekolah yang berdiri di sekitar banyak
pondok pesantren sebagai basis pendidikan Islam. Oleh karenanya,
pendidikan mata pelajaran Agama Islam dalam materi baca tulis al Qur’an
banyak mengambil model pembelajaran salafi yang dipadu oleh model
pembelajaran kekinian. Iqro’ dipilih sebagai model yang praktis dan banyak
memberikan bantuan kepada siswa untuk mahir baca tulis al Qur’an.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka artikel ini akan membahas
seberapa jauh peranan metode Iqro’ dalam memberikan kemudahan kepada
siswa kelas V SDN 7 Genteng dalam belajar baca tulis al Qur’an.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitan yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
yang dipadu dengan penelitian kepustakaan (library research), karena
sumber data yang dikaji adalah sumber-sumber data tertulis (ayat-ayat alQur’an), baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan
materi yang diteliti. Data dalam penelitian ini dikumpulan dengan metode
observasi, tes, wawancara, dokumentasi dan angket. Observasi digunakan
untuk melihat pelaksanaan PTK apakah sudah berjalan sesuai dengan
langkah yang telah dipersiapkan pada tahap perancanaan atau belum.
Dengan dibantu lembar obsevasi, metode ini juga digunakan untuk melihat
data tentang partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Tes digunakan
untuk mengumpulkan data hasil belajar setelah proses tindakan pada setiap
siklus. Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang tanggapan
siswa tentang penggunaan metode Iqro’ yang diterapkan dalam proses
pembelajaran dan digunakan ketika mendiskusikan dengan guru tentang
pelaksanaan PTK dan refleksi kejadian waktu penelitian. Selanjutnya
dokumentasi digunakan untuk melihat hasil belajar siswa sebelum
diterapkan metode Iqro’. Angket digunakan untuk melihat respon siswa
tentang pelaksanaan PTk yang dilakukan oleh guru.
Data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan angket
dikelompokkan untuk dianalisis dengan teknik persentase. Teknik
persentase ini juga digunakan untuk menganalis perbedaan hasil belajar
sebelum PTK, hasil belajar pada siklus satu dan hasil belajar pada siklus
dua.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dikenakan pada
semua siswa kelas V SDN 7 Genteng. Model PTK yang digunakan dalam
peneltian adalah model dari Kemmis dan Taggat dalam Tantra (1998)
dengan siklus mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiaatan dan observasi,
refleksi dan perbaikan perencanaan. Tahap perencanaan pada dasarnya
merupakan langkah-langkah prosedural yang akan dilaksanakan
sehubungan dengan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan.
Termasuk didalamnya adalah persiapan yang meliputi konsultasi dengan
guru bidang studi, mempersiapkan instrumen, memberikan tes awal dan
koordinasi dengan guru bidang studi. Pada tahap pelaksanaan peneliti
Jurnal Progress Vol. 1 No. 2, 2012:209-216
Baca Al Qur’an dengan Metode IQRO’
213
melakukan proses pembelajaran dengan memberikan latihan sesuai dengan
skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam tahap ini pula
peneliti juga melakukan observasi terhadap beberapa aspek yang relevan,
yakni aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan aktivitas guru saat
melaksanakan pembelajaran dengan metode Iqro’ untuk mengembangkan
kemampuan baca tulis al Qur’an. Tahap refleksi dilakukan dengan
mendiskusikan dengan guru bidang studi tentang jalannya pembelajaran,
dampak yang timbul dari proses pembelajaran baik yang dipredeksi maupun
yang tidak diprediksi sebelumnya, dan rencana untuk perbaikan rencana
pada siklus selanjutnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pokok-pokok pendidikan dan pembelajaran al-Quran baik dalam baca
ataupun tulis memuat; (1) Pengertian pendidikan mengutip tiga istilah yaitu
ta’lim, tarbiyah dan ta’dib. Sebagai hasil kesepakatan
konferensi
pendidikan di Mekkah tahun 1977, Al-Attas lebih condong gunakan istilah
ta’dib untuk makna pendidikan Islam karena bermakna pengenalan dan
pengakuan akan hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur
scara hirarkis sesuai tingkatannya dan tempat seseorang sesuai kapasitas
potensi jasmani, intelektual dan rohaninya ta’lim terlalu sempit karena
hanya menunjukkan makna pengajaran, sedang istilah tarbiyah terlalu luas
sebab mencakup pendidikan untuk hewan.. Karena itu, Al-Attas
mendefinisikan pendidikan Islam sebagai pengenalan dan pengakuan secara
berangsur ditanamkan pada manusia ke tempat yang tepat dalam tatanan
wujud ini sehingga wujudnya akan diarahkan pada pengakuan ke tempat
Tuhan. Sementara Marimba mendefinisikan ;pendidikan Islam lebih
operasional yaitu bimbingan jasmani dan rohani berdasar hukumIslam
menuju terbentuknya kepribadian menurut Islam. Kepribadian yang Islam
adalah orang yang selalu belajar sebagaimana perintah dala al-Qur'an (QS.
Az-Zumar: 9, al-Fathir : 28, al-Mulk:10). (2) Dasar pendidikan dalam alQur’an ada enam ayat dan satu hadits; (a) Surat Azumar ayat 9, surat alFathir ayat 28, surat al An-Kabut ayat 43, surat at-Tahrim ayat 6, surat al
Imran ayat 104 dan surat al Alaq ayat 1-5, serta sebuah hadits berbunyi
Äku tinggal-kan dua perkara, dan tidak akan sesat selama-lamanya jika
kamu berpegang teguh kepada keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah. (3). Peranan Rasulullah dalam pendidikan dalam al-Qur’an,
mencakup; anak dididik untuk mencintai Rasulullah sebab dengan
mencintai Rasul sama dengan mencintai Allah. (4) Ahli pendidikan
berorirntasi al-Qur’an ada lima yaitu; Ibnu Sahnun, Al Qabisi, Ikhwan al
Shafa, Imam Al-Ghazali, Ibnu Khaldun,
Konsep pendidikan baik dalam baca dan tulis al Quran, menguraikan
beberapa hal yakni, (1) pengertian konsep pendidikan, diambil dua kata
yaitu tarbiyah dan kata ta’dib. Secara faktual, al-Qur'an menggunakan
istilah Rabb (Tuhan) dan kata tarbiyah secara teksikografik berasal dari kata
Jurnal Progress Vol. 1 No. 2, 2012:189-208
214
Maskuri
yang sama, yang berarti Tuhan. Dalam kata Rabb, oleh para ahli diyakini
terkandung pengertian pendidikan dan pemeliharaan. Kemudian kata ta’dib
dijumpai dalam hadits yang artinya “ Tuhanku telah mendidikku, maka ia
sempurnakan pendidikanku. Tujuan pendidikan adalah mengabdi kepada
Allah. Materi pendidikan dalam al-Qur’an adalah tauhid, shalat,
kepribadian, akhlak dalam rumah, akhlak bermasyarakat
Sistem
penyampaian materi menggunakan cara keteladanan, nasehat, kisah dan
kebiasaan. Evaluasi pendidikan mengutip Allah bertanya kepada Adam dan
malaikat. (2) Konsep pendidik dalam al-Qur'an meliputi; sifat ikhlas, sifat
taqwa, memiliki ilmu pengetahuan, bersifat hanif, dan berbuat adil kepada
semua peserta didik (3) Konsep pendidikan ibadah dibagi dua ibadah shalat
dan puasa, (4) Konsep pendidikan anak mengutip kisah Lukman kepada
anak anaknya perintah ibu menyusui anak sampai dua tahun serta anjuran
Rasulullah menyuruh anak shalat dan pukullah mereka jika berumur
sepuluh tahun melalaikannya dan pisahkan tempat tidur mereka. (5)
Ketauladanan seorang pendidik dalam al-Qur'an, yaitu menjadi contoh,
berakhlak mulia, dan senantiasa shalat tahajud, berzikir dan berdoa agar
Allah (6) Pendidikan nasehat mengutip kisah Lukman dengan anaknya,
mewaspadai manusia memelihara diri dan keluarga dari api neraka serta
nasehat para nabi kepada anak-anaknya.
Baca tulis al Quran sungguh menjadi hal paling utama bagi umat Islam.
Dewasa ini telah banyak metode baca tulis yang dianggap sesuai dengan
minat dan keinginan masyarakat Islam. Ada metode Iqro, metode Qiro’ati
dan metode drill. Kesemuanya memang secara praktis lahir sebagai respon
atas kebutuhan pendidikan akan al Quran. Baca tulis al Quran bukanlah satu
penggalan dalam pendidikan al Quran, melainkan sebagai titik awal
memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai keislaman pada diri umat
Islam.
Metode Iqro’ telah diberlakukan sejak awal pembelajaran mata pelajaranm
Agama Islam pada pokok bahasan bacxa tulis al Qur’an. Ada sejumlah
siswa yang diberi perlakuan dengan metode ini. Adapun data siswa sebelum
dan sesudah diberi perlakuan adalah sebagai berikut.
Jurnal Progress Vol. 1 No. 2, 2012:209-216
Baca Al Qur’an dengan Metode IQRO’
215
Tabel
Skor kemampuan baca tulis al Qur’an sebelum dan sesudah diberi MetodE
Iqro’
Nama
Baca
Tulis
Baca (ssdh) Tulis (ssdh)
(sblm)
(sblm)
Agus Halim
60
58
75
75
Aizul lail
65
57
75
75
Arinda Putri
64
59
80
75
Agus
Abdul
65
55
85
80
Lathif
Andre Liani
63
54
80
80
Alfin Putra
62
50
80
80
Aminatul
66
50
85
75
Mardiyah
Bagus Setyawan
65
52
75
75
Dedi Risdian
65
55
80
75
Diyah Ayu Arista
61
54
80
80
Desi Dian Pratiwi
60
55
80
80
Dewi Wijiono
60
50
85
80
Dimas maulana
65
50
80
80
Elsa Diah P
65
50
80
75
Epril Yuliana
60
50
80
80
Berdasarkan tabel diatas, dapat dimaknai bahwa sebelum diberi metode
Iqro’, kemampuan baca tulis al Qur’an siswa masih lemah. Kebanyakan
siswa memang sudah mampu membaca namun lemah dalam kemampuan
tulis. Kondisi pasif ini sudah lazim di berbagai tempat bahwa kebanyakan
siswa atau anak baik dalam kemampuan baca namun lemah dalam
kemampuan tulis al Qur’an.
Dari tabel di atas, kemampuan baca siswa dikatagorikan sedang dan
memerlukan peningkatan. Sedangkan kemampuan tulis siswa terbilang
masih kurang. Observasi pada siklus I dalam PTK ini memberikan kesan
bahwa perlu diberikan perlakuan dengan memakai metode Iqro’ pada siklus
II. Setelah diberi perlakuan dengan metode Iqro’, kemampuan baca tulis
siswa mengalami peningkatan dan tidak sampai harus melakukan
penambahan metode pada siklus III. Data di atas sangat menunjukkan
bahwa pemberian metode Iqro’ sangat signifikan dalam meningkatkan
kemampuan baca tulis siswa. Oleh karenanya, metode Iqro’ layak
dikembangkan sebagai metode yang cukup berguna dalam peningkatan
kemampuan baca tulis al Qur’an.
Jurnal Progress Vol. 1 No. 2, 2012:189-208
216
Maskuri
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian terdahulu khususnya hasil dan pembahasan, maka
kemampuan baca tulis al Qur’an siswa kelas V SDN 7 Genteng dapat
meningkat dengan menggunakan metode Iqro’. Hasil ini bukanlah
kebetulan, namun telah teruji di berbagai tempat dan kesempatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu al Qasim al Husai Ibnu Muhammad al Raghib al Ashfany, al-Mufrad
‘fi Gharib al-Qurán dan Mu’jam Mufradat al Fazh al-Qurán
Abu al Hasan Ali Ibnu Ahmad al Wahidy al Naisabury, Asbab al Nuzul
Andul Karim Bakar, Haula at-Tarbiyah wa at-Ta’lim, Damsyiq: Dar alQalam, t.t.
Armen Mukhtar, Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an, (Disertasi Tidak
diterbutkan), Jakarta: Pascasarjana UIN Jalarta, 1997.
Departemen AgamaRI, Tafsir dan Terjemahnya, Jakarta: Penerbit J-Art,
2005
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta, 2006.
Muhammad Fuad Abd Baqy, Mu’jam al Mufahras li al Fazh al-Qurán al
Karim
Jurnal Progress Vol. 1 No. 2, 2012:209-216
Download