Anomali Harga Saham Weekend effect di Shanghai Stock Exchange

advertisement
Anomali Harga Saham Weekend effect di Shanghai Stock
Exchange, Bombay Stock Exchange dan Indonesia
Stock Exchange
Nurul Fauzi
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang
Abstract
The purpose of this study is to test the market anomaly phenomenon (i.e. weekend effect) in
emerging Asian stock markets, namely Shanghai Stock Exchange, Bombay Stock Exchange
and Indonesia Stock Exchange under period of 2005-2007. The study used daily closing price of
composite index for each markets, and there are 125 weeks of average stock return for
Indonesia Stock Exchange, 139 weeks of average stock return for Shanghai Stock Exchange
and 123 weeks of average stock return for Bombay Stock Exchange. The study applied t-test to
examine the existence of weekend effect among those markets. The result showed that there
are no weekend effect phenomenon happened in the markets, although there is a significant
difference in average stock return in Indonesia Stock Exchange and Shanghai Stock Exchange.
However, significant average stock return difference did not show that weekend effect anomaly
phenomenon presented.
Keywords; weekend effect, Shanghai Stock Exchange, Bombay Stock Exchange and Indonesia
Stock Exchange.
1.
Pendahuluan
Pasar Modal dewasa ini adalah salah
satu indikator ekonomi yang sangat
penting bagi sebuah negara. Negara
dengan pasar modal yang kuat dan
efisien diyakini akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi investor asing maupun
domestik untuk berinvestasi di negara
yang bersangkutan. Masuknya modal
asing melalui pasar modal diharapkan
akan mampu membantu menggerakkan
sektor riil yang ada di negara tersebut.
Secara teoritis dari berbagai pengertian
yang
ada pasar modal dapat
didefinisikan sebagai suatu pasar yang
memperdagangkan berbagai instrumen
keuangan
atau
sekuritas
jangka
panjang. Baik dalam bentuk modal
sendiri berupa saham maupun dalam
bentuk hutang berupa penerbitan
obligasi, bisa yang diterbitkan oleh
pemerintah (public authoritites) maupun
oleh perusahaan swasta (private
sectors).
Setiap negara tentu menginginkan agar
pasar modalnya menjadi pasar modal
yang efisien termasuk tiga negara di
Asia yaitu China, India dan Indonesia.
Sebuah pasar modal yang efisien akan
memberikan sebuah jaminan kepada
pelaku pasar modal di ketiga negara
tersebut bahwa semua informasi yang
beredar dan relevan akan direfleksikan
dengan baik oleh pergerakan harga
saham di lantai bursa. Dalam sebuah
negara yang pasar modalnya efisien,
akan berlaku pola random walk yaitu
pola di mana perubahan harga saham
mempunyai pola yang tidak menentu.
Para ahli telah memastikan
bahwa
dalam pola yang tidak menentu atau
random walk tidak akan ada suatu
pengembalian investasi saham yang
diharapkan tanpa menanggung risiko
dari harapan itu sendiri, artinya dalam
pasar yang efisien tidak akan ada
pengembalian saham yang terjadi di
luar kewajaran (Fama, 1970).
Dalam konsep tentang pasar modal
yang
efisien
dinyatakan
bahwa
pergerakan harga sekuritas mempunyai
Anomali Harga Saham Weekend effect di Shanghai Stock Exchange, Bombay Stock Exchange dan
Indonesia Stock Exchange
pola yang tidak menentu atau bersifat
random walk. Harga masing-masing
saham tersebut berubah secara acak,
naik atau turun setiap hari tanpa
dipengaruhi oleh harga saham dihari
sebelumnya,
sehingga
tidak
memungkinkan bagi para investor dan
pelaku pasar modal untuk memprediksi
pergerakan saham dan pengembalian
yang akan diperoleh berdasarkan
informasi
yang
tersedia
dan
dipublikasikan tersebut secara tepat.
Dalam pasar yang efisien sangat kecil
kemungkinan bagi investor untuk
memperoleh laba yang tidak normal
(abnormal return) hal ini dikarenakan
pasar akan dengan sangat cepat
bereaksi terhadap informasi baru yang
masuk ke bursa sehingga pasar akan
dengan cepat pula bergerak mencapai
harga
keseimbangan
yang
baru
(Fama,1970).
Pada kenyataannya dari berbagai
penelitian justru ditemukan beberapa
kondisi anomali pasar yang merupakan
pengecualian
dan
penyangkalan
terhadap apa yang seharusnya terjadi
dalam suatu pasar modal yang efisien.
Beberapa macam anomali pasar modal
yang
telah
diketahui
dan
didokumentasikan
oleh
penelitian
sebelumnya
diantaranya
adalah
penelitian yang dilakukan oleh Gultekin
dan Gultekin (1983). Gultekin dan
Gultekin melakukan penelitian terhadap
pasar modal tujuh belas negara industri
utama di dunia termasuk Amerika,
Australia, Jepang dan lain-lain yang
peraturan
pajaknya
dan
periode
pembayaran pajaknya berbeda dan
menemukan hasil bahwa rata-rata
dimayoritas negara yang diteliti terjadi
fenomena January effect. Fama (1991)
juga menemukan bahwa pada periode
1941-1981 di New York Stock Exchange
rata-rata pengembalian di bulan Januari
lebih tinggi dibanding bulan lainnya
dengan perbedaan yang lebih besar
terjadi
pada
saham
yang
nilai
kapitalisasi pasarnya kecil. Salah satu
penelitian yang dilakukan oleh Rozzef
dan Kinney (1976) juga menemukan
adanya seasonal pattern dalam equal
weighted index pada harga saham di
New York Stock Exchange (selanjutnya
12
disingkat NYSE) selama tahun 19041974. Keduanya menemukan bahwa
rata-rata pengembalian saham bulanan
pada bulan Januari berkisar 3,5 persen
sedangkan bulan-bulan lainnya rata-rata
hanya 0,5 persen, akan tetapi
pengembalian yang tinggi ini tidak
ditemukan
pada
indeks
saham
perusahaan
besar.
Sebaliknya
penelitian yang dilakukan oleh Cheung
dan Coutts (1997) terhadap Hang
Sheng Composit Index di Hongkong
Stock
Exchange
justru
tidak
menemukan adanya fenomena January
effect di pasar modal negara tersebut
demikian juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nayoan (2001) yang juga
tidak menemukan fenomena January
effect di pasar modal Indonesia,
Malaysia, Thailand dan Philipina.
Penelitian tentang anomali pasar lainnya
adalah yang dilakukan Banz (1981).
Banz yang melakukan penelitian di New
York Stock Exchange menemukan
bahwa
ukuran kapitalisasi pasar
berpengaruh secara signifikan dalam
menerangkan
pengembalian
dari
saham. Saham-saham dari perusahaan
kecil di NYSE cendrung memperoleh
risk adjusted return yang lebih tinggi
dibandingkan dengan saham-saham
perusahaan yang nilai kapitalisasinya
lebih besar yang tercatat di NYSE.
Penelitian Banz juga menemukan
bahwa perbedaan pengembalian saham
atau return diantara membeli saham
perusahaan sangat kecil dengan
perusahaan besar mencapai 19,8% per
tahun, secara umum Banz menekankan
bahwa ukuran dapat menerangkan
pengembalian saham yang sama
signifikansinya seperti halnya beta.
Selain itu Lakonishok dan Maberly
dalam Tandelilin dan Algifari (1999) juga
melakukan penelitian tentang weekend
effect atau Monday effect. Keduanya
menfokuskan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembalian saham
harian di NYSE. Dalam penelitian
tersebut keduanya menduga bahwa
pengembalian
saham
di
NYSE
dipengaruhi
oleh
pola
aktifitas
perdagangan harian yang dilakukan
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 11-20
Anomali Harga Saham Weekend effect di Shanghai Stock Exchange, Bombay Stock Exchange dan
Indonesia Stock Exchange
oleh investor individual. Hasil penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa hasrat
individual melakukan transaksi pada hari
Senin relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan hari perdagangan lainnya.
Tingginya aktifitas perdagangan pada
hari Senin tersebut disebabkan hasrat
investor individual untuk menjual saham
lebih tinggi dibanding hasrat untuk
membeli saham pada hari tersebut,
akibatnya harga saham cenderung lebih
rendah pada hari Senin dibanding hari
perdagangan lainnya
2.
Bentuk-bentuk anomali pasar
modal
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya dalam sebuah pasar
modal
yang
efisien
ternyata
ditemukan beberapa kondisi yang
tidak normal dimana pergerakan
harga saham tidak selalu mengikuti
pola random walk. Beberapa dari
ketidakwajaran atau disebut juga
dengan anomali pasar itu adalah :
1. January effect
Pengertian January effect adalah
suatu kondisi anomali yang terjadi di
pasar modal dimana pada bulan
Januari terjadi kecenderungan ratarata pengembalian bulanan saham
pada bulan ini lebih tinggi
dibandingkan dengan bulan-bulan
lainnya. Kecenderungan itu biasanya
lebih terlihat pada saham dengan
nilai kapitalisasi yang kecil.
2. Size effect
Pengertian size effect adalah bahwa
saham dengan kapitalisasi pasar kecil
(small firm) cenderung menghasilkan
pengembalian
yang
lebih
tinggi
dibandingkan saham dengan kapitalisasi
pasar yang besar. Dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan dapat
dibuktikan bahwa selama beberapa
periode tingkat pengembalian rata-rata
dan
tingkat
pengembalian
yang
disesuaikan untuk beta saham dari
perusahaan kecil justru lebih baik
dibanding tingkat pengembalian ratarata saham perusahaan besar. Menurut
Banz (1981) hal ini dikarenakan ukuran
juga bisa dipakai untuk menerangkan
pengembalian saham seperti halnya
beta.
3.
Low price earnings ratio effect
Kondisi anomali ini terjadi ketika
perusahaan dengan Price Earnings
Ratio yang rendah justru menghasilkan
pengembalian
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang
Price
Earnings
Rationya
tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Basu
(1983)
menunjukkan
adanya
kecenderungan ini. Hal ini diduga
berhubungan dengan risiko setiap
saham, dimana terjadi trade off antara
risk and return Untuk perusahaan
dengan P/E ratio yang rendah berarti
risiko yang harus ditanggung inverstor
cendrung tinggi dan risiko yang tinggi
tentunya juga harus dibarengi dengan
return yang juga tinggi, kondisi inilah
yang
diperkirakan
menyebabkan
perusahaan dengan P/E ratio rendah
justru
menghasilkan
pengembalian
saham yang lebih tinggi.
4. Week-end effect atau monday effect
Adalah kondisi anomali dimana terjadi
kecenderungan
pada
hari
Senin
pengembalian saham cendrung lebih
rendah dibandingkan dengan hari
lainnya sementara pada hari Jum’at
pengembalian saham cendrung lebih
tinggi dibanding hari lainnya. Hal ini
menurut Lakonishok dan Maberly (1996)
disebabkan karena hasrat investor
individual pada hari senin untuk menjual
saham lebih tinggi dibanding hasrat
untuk membeli sehingga menyebabkan
harga saham cendrung rendah pada
hari tersebut dibanding hari-hari lainnya.
Sebaliknya pada hari Jum’at hasrat
untuk membeli cendrung lebih tinggi
dibanding hasrat untuk menjual dan hal
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 11-20
13
Anomali Harga Saham Weekend effect di Shanghai Stock Exchange, Bombay Stock Exchange dan
Indonesia Stock Exchange
ini mendorong pergerakan harga saham
kearah yang positif
yang tentunya
mengakibatkan pengembalian saham
pada hari ini menjadi lebih tinggi
dibanding hari-hari lainnya
3.
Objek Penelitian
Objek yang diamati pada penelitian ini
adalah perilaku pergerakan saham di
pasar modal tiga negara besar di Asia
yaitu China, India dan Indonesia. Untuk
pasar modal China indeks yang diamati
adalah Shanghai Composite Indexs
yang merupakan indeks kumulatif dari
seluruh saham yang listing di Shanghai
Stock Exchange baik saham class A
maupun saham class B (saham class A
untuk investor domestik dan saham
class B untuk investor asing). Untuk
pasar modal India indeks yang dipakai
adalah BSE Sensex yang merupakan
indeks kumulatif 30 perusahaan paling
likuid di pasar modal India, sedangkan
untuk Indonesia indeks yang dipakai
adalah Jakarta Composite Indexs yang
merupakan indeks kumulatif atau indeks
harga saham gabungan perusahaan
yang listing di bursa efek Jakarta.
3.1. Periode Pengamatan
Periode pengamatan dimulai dari
tanggal 1 Januari tahun 2005 sampai 31
Desember tahun 2007. Data yang
diambil adalah harga penutupan (closing
price) harian IHSG untuk masingmasing pasar modal, sehingga untuk
masing-masing pasar modal tersebut
didapatkan sampel 156 minggu periode
pengamatan. Periode ini dipilih dengan
pertimbangan bahwa pada periode ini
pasar modal ketiga negara tersebut
dianggap
bebas dari efek krisis
ekonomi yang sempat melanda Asia
pada tahun 1997 dan juga belum kena
imbas dari krisis finansial tahun 2008,
selain itu pada periode tersebut pasar
modal ketiga negara yang diuji tersebut
mengalami
pertumbuhan
komposit
indeks yang sangat bagus yang
membuat pasar modal negara-negara
tersebut masuk kedalam kategori pasar
modal terbaik Asia pada tahun 2006.
14
3.2. Data
Sebenarnya di Negara China ada dua
pasar modal yang besar yaitu Shanghai
Stock Exchange dan Shenzhen Stock
Exchange, akan tetapi data yang diambil
sebagai obyek penelitian adalah data
komposit indeks Shanghai Stock
Exchange. Shanghai Stock Exchange
dipilih untuk mewakili pasar modal
China dikarenakan pasar modal ini
adalah yang paling besar dari segi
jumlah perusahaan yang terdaftar,
jumlah saham yang didaftarkan, total
nilai pasar, total nilai pasar yang
diperdagangkan, nilai perputaran surat
berharga dan lain-lain. (Drew, et al,
2003). Di pasar modal China saham
dikelompokan atas saham Class A dan
Class B. Saham Class A hanya
diperuntukan bagi investor domestik
china, dan dibatasi untuk investor asing.
Denominasi mata uang yang dipakai
adalah Renminbi (RMB) yang tidak bisa
dengan bebas dikonversikan kedalam
nilai tukar internasional. Sedangkan
saham Class B diperuntukan bagi
investor asing tetapi tidak tertutup
kemungkinan bagi investor domestik
China yang ingin memilikinya. Dari segi
total nilai pasar yang diperdagangkan
saham Class B jauh dibawah saham
Class A (< 10% nilai pasar Class A).
Selain itu pasar modal China juga
mengenal saham Class H, N, L dan S
yang
menunjukan
saham-saham
perusahaan China yang listing di
Hongkong, New York, London dan
Singapore dan terbuka bagi investor
asing.
Untuk pasar modal India data yang
dikumpulkan adalah data Bombay Stock
Exchange SENSEX yang berasal dari
pasar modal Bombay. Di India ada 23
buah pasar modal tetapi yang terbesar
hanya Bombay Stock Exchange dan
National Stock Exchange. Pemilihan
Bombay Stock Exchange disebabkan
karena BSE merupakan pasar modal
dengan nilai kapitalisasi pasar dan
jumlah perusahaan yang
listed
terbesar di India. Alasan lainnya adalah
BSE SENSEX 30 yang merupakan 30
saham paling likuid di Bombay Stock
Exchange selalu dijadikan barometer
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 11-20
Anomali Harga Saham Weekend effect di Shanghai Stock Exchange, Bombay Stock Exchange dan
Indonesia Stock Exchange
pasar modal India oleh pelaku pasar
modal
di
dunia
(www.bse.com),
disamping itu dari segi usia pasar modal
ini adalah pasar modal tertua di India
(didirikan
tahun
1875)
dengan
infrastruktur
yang
lebih
mapan
dibanding pasar modal lainnya di India.
Khusus untuk India, pasar modalnya
tidak mengenal composite indexs, yang
ada hanya BSE SENSEX 30, BSE 100,
BSE 200, BSE 500, BSE Dollex, BSE
Psu dan BSE TECk. Untuk pengamatan
ini data yang diambil adalah data BSE
Sensex 30 yang merupakan indeks
gabungan 30 saham paling likuid di
pasar modal Bombay.
Untuk Indonesia data yang diambil
adalah data yang bersumber dari indeks
harga saham gabungan untuk sahamsaham yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode tersebut
4.
Model Empiris
Model empiris yang dipakai pada
penelitian ini mengacu pada model yang
dipakai oleh Aggarwal dan Rivoli (1989)
Rt = a1 + a2DSELASAt + a3DRABU t +
a4 DKAMISt + a5DJUMATt + et
Ket :
Rt
a1
= return saham harian
= return senin sebagai
Intersep
DSELASA...DJUMAT = Dummy variabel harian yg
diuji
a2...a5
= Perbedaan antara return
senin dengan return hari-hari
lain
et
= error
4.1. Metode Analisis Data
Untuk menguji ada atau tidaknya
weekend effect di ketiga pasar modal
Asia yang diamati tersebut prosedur
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung pengembalian saham
harian (return saham) untuk setiap
hari
yang
diamati
dengan
menggunakan rumus
Rt = ln(Pt/Pt–1) x 100
Keterangan :
Rt
: Pengembalian saham pada
hari t
Pt
: Harga penutupan (closing
price) pada hari ke t
Pt-1
: Harga penutupan (closing
price) pada hari t - 1
2. Melakukan pengujian terhadap
dugaan adanya fenomena anomali
pasar weekend effect pada ketiga
emerging stock market Asia
tersebut dengan langkah sebagai
berikut :
a. Melakukan uji pengaruh dengan
One
way
analisis
varian
(ANOVA) untuk menentukan
apakah
return
saham
dipengaruhi oleh perbedaan hari
dalam satu minggu
b. Melakukan uji beda tahap
pertama
untuk
mengetahui
apakah
terjadi
perbedaan
distribusi rata-rata return saham
antar hari perdagangan dalam
satu minggu
Ha : terdapat perbedaan ratarata return antar hari
perdagangan
dalam
seminggu
3. Melakukan uji beda tahap kedua
untuk membuktikan terjadi atau
tidaknya gejala
weekend effect
dengan syarat bahwa weekend
effect terjadi jika rata-rata return
saham pada hari Senin akan
menunjukkan
return
signifikan
terendah dan/atau bahkan negatif
dan rata-rata return saham pada
hari Jumat akan signifikan tertinggi
atau
positif
dibanding
hari
perdagangan lainnya.
Ha : terdapat rata-rata return
yang lebih rendah pada
hari Senin dan terdapat
rata-rata return yang lebih
tinggi pada hari Jumat
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 11-20
15
Anomali Harga Saham Weekend effect di Shanghai Stock Exchange, Bombay Stock Exchange dan
Indonesia Stock Exchange
5.
Hasil Dan Pembahasan
5.1.
Indonesia Stock Exchange
Tabel 2
Hasil Analisis Varian (One Way
Anova)
Indonesia Stock Exchange
Sebelum dilakukan pengujian
dengan menggunakan alat uji SPSS
maka data-data yang telah didapat
dikelompokan sesuai dengan nama hari.
Return saham pada hari senin
dikelompokkan dengan return sesama
saham hari
senin, selasa dengan
sesama selasa demikian seterusnya
selama periode pengamatan yaitu 1
Januari 2005 sampai 31 Desember
2007. Untuk minggu yang terdapat hari
libur selain Sabtu dan minggu maka
minggu tersebut dikeluarkan dari
periode pengamatan sehingga hasilnya
didapatkan 125 minggu periode amatan
(n = 125)
ANOVAb
Model
1
N
Min
Stat
Statistic
Max
Mean
Statistic Statistic
Variance
Statistic Statistic
df
Mean
Square
F
Sig.
.000
4
.000
.660
.620a
.099
615
.000
.099
619
Regression
Residual
Total
a. Predictors: (Constant), Djumat, Dkamis, Drabu, Dselasa
b. Dependent Variable: returnjsx
Tabel 3
Model Summary
Model Summaryb
Tabel 1
Statistic deskriptif JKSE
Std.
Dev
Sum of
Squares
Skewness
Std.
Statistic Error
Model
R
R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1
.065a
.004
-.002
.0127
1.998
a. Predictors: (Constant), Djumat, Dkamis, Drabu,
Dselasa
b. Dependent Variable: returnjsx
Senin
125
-.065
.067
.001
.015
.000
-.394
.217
125
-.029
.040
.001
.012
.000
-.055
.217
125
-.040
.040
.001
.013
.000
-.196
125
-.043
.030
.003
.012
.000
-.634
125
-.029
.053
.002
.011
.000
.662
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Valid N
(listwise)
125
Dari tabel diatas bisa dilihat return ratarata untuk hari senin adalah 0,08 persen
sementara untuk hari selasa adalah
0,14 persen, rabu 0,077 persen, kamis
0,28 persen dan jumat 0,25 persen. Hal
ini memperlihatkan bahwa return hari
senin lebih rendah dibanding hari jumat
tetapi return hari rabu justru lebih
rendah lagi dibanding hari senin,
sementara untuk hari jumat returnya
lebih tinggi 0,25 persen tetapi tidak
setinggi return hari kamis 0,28 persen.
16
Dari table diatas bisa dilihat bahwa
ternyata return pada Indonesia Stock
Exchange tidak banyak dipengaruhi
.217
oleh perubahan hari dalam satu
.217
minggu, ini bisa dilihat dari nilai pvalue yang 0,620 jauh diatas level
.217
signifikansi yang dipakai 0.05, hal ini
dijuga dipertegas oleh nilai R square
sebesar 0.004 yang mengandung
arti bahwa hanya 0,4 persen pengaruh
perubahan hari dalam satu minggu
terhadap pergerakan return saham di
Indonesia Stock Exchange
Untuk membuktikan ada tidaknya
weekend effect data ini diuji dengan
menggunakan SPSS dan hasilnya
adalah sebagaimana tabel berikut :
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 11-20
Anomali Harga Saham Weekend effect di Shanghai Stock Exchange, Bombay Stock Exchange dan
Indonesia Stock Exchange
5.2.
Shanghai Stock Exchange
Tabel 4
Hasil Uji Beda JKSE
Tabel 5
Statistik deskriptif SSE
One-Sample Test
Descriptive Statistics
Test Value = 0
90% Confidence Interval
of the Difference
T
Df
Sig. (2tailed)
Mean
Difference
Lower
Upper
N
Min
Max
Mean
Std. Dev
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Skewness
Statistic
Std.
Error
Senin
Senin
139
-.086
.052
.005
.019
-.745
.206
.645 124
.520
.001
-.001
.003
Selasa
139
-.093
.037
.002
.016
-1.879
.206
Selasa
1.364 124
.175
.001
-.000
.003
Rabu
139
-.067
.079
.002
.018
-.068
.206
Kamis
139
-.054
.041
-,001
.017
-.916
.206
Jumat
139
-.041
.045
.001
.015
.259
.206
Valid N
(listwise)
139
Rabu
Kamis
Jumat
.654 124
.514
.001
-.001
.003
2.682 124
.008
.003
.001
.005
2.432 124
.016
.002
.001
.004
Dari hasil uji SPSS untuk Jakarta
composite indeks didapat hasil bahwa
return untuk hari kamis dan jumat
berbeda secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan dengan return hari-hari
lainnya (P value untuk hari kamis adalah
0,008 dan hari jumat 0,016) jauh
dibawah 0,05 atau dengan kata lain Ha
dari pengujian satu diterima yaitu return
saham dalam seminggu berbeda secara
signifikan tetapi jika dilanjutkan ke
pengujian 2 untuk membuktikan bahwa
weekend effect terjadi maka hasilnya
adalah weekend effect tidak terjadi.
Kesimpulan ini bisa ditarik dari kondisi
dimana syarat terjadinya wekend effect
ini adalah return rata-rata saham pada
hari senin signifikan lebih rendah
dibanding hari lainnya dan return ratarata saham pada hari jumat signifikan
lebih tinggi dibanding hari-hari lainnya.
Sementara dari hasil pengujian diatas
kelihatan bahwa return rata-rata saham
pada hari senin tidak berbeda secara
signifikan dengan return rata-rata saham
pada hari lainnya dan juga tidak paling
rendah dibanding return pada hari rabu.
Untuk Shanghai stock exchange setelah
dikeluarkan minggu dimana terdapat
hari libur selain sabtu dan minggu maka
didapat
139
minggu
periode
pengamatan (n = 139). Dari data diatas
juga bisa dilihat bahwa rata-rata return
terendah justru terjadi pada hari kamis
yaitu negatif 0,11 persen sementara
return tertinggi justru terjadi pada hari
senin yaitu 0,54 persen sementara
return rata-rata saham pada hari jumat
hanya sebesar 0,13 persen.
Tabel 6
Hasil Analisis Varian (One Way
Anova)
Shanghai Stock Exchange
ANOVAb
Sum of
Squares
df
Mean
Square
F
Sig.
Regression
.002
4
.001
1.911
.107a
Residual
.163
615
.000
Total
.165
619
Model
1
a.
b.
Predictors: (Constant), Djumat, Dkamis,
Drabu, Dselasa
Dependent Variable: return sse
. Tabel 7
Model Summary
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the Estimate
DW
1
.111a
.012
.006
.0163
1.990
a. Predictors: (Constant), Djumat, Dkamis, Drabu, Dselasa
b. Dependent Variable: returnsse
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 11-20
17
Anomali Harga Saham Weekend effect di Shanghai Stock Exchange, Bombay Stock Exchange dan
Indonesia Stock Exchange
Dari hasil uji SPSS diatas bisa dilihat
bahwa pada pasar modal Shanghai
pengaruh hari terhadap return saham
juga tidak signifikan (p-value = 0,107)
dan nilai R square yang diperoleh hanya
5.3.
Bombay Stock Exchange
Tabel 9
Statistik Deskriptif BSE
N
0,012 artinya hanya 1,2 persen
pengaruh
variabel
hari
terhadap
pergerakan return saham sementara
sisanya 98,8 persen lagi dipengaruhi
oleh variabel selain hari
Tabel 8
Hasil Uji Beda SSE
One-Sample Test
Test Value = 0
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
T
Df
Sig.
(2-tailed)
Lower
Upper
Senin
3.326
138
.001
.005
.002
.009
Selasa
1.270
138
.206
.002
-.001
.004
Rabu
1.567
138
.119
.002
-.001
.005
Kamis
-.753
138
.452
-.001
-.004
.002
Jumat
1.059
138
.292
.001
-.001
.004
Dari hasil pengujian menggunakan
SPSS dengan tingkat signifikansi yang
dipilih 5 persen maka didapat hasil
return pada hari senin memang berbeda
secara signifikan (p value = 0,001) atau
berada dibawah 0,05 dalam hal ini Ha
untuk pengujian pertama diterima
bahwa terdapat perbedaan rata-rata
return antar hari perdagangan dalam
satu minggu, akan tetapi jika dilanjutkan
dengan pengujian kedua Ha yang
dimunculkan ditolak karena rata-rata
return pada hari senin tidak signifikan
lebih rendah tetapi justru signifikan lebih
tinggi dibanding hari-hari lainnya dan
juga rata-rata return pada hari jumat
tidak signifikan lebih tinggi dibanding
rata-rata return hari lainnya.
Min
Max
Mean
statistic statistic statistic statistic
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Valid N
(Listwise)
123
123
123
123
123
123
-.043
-.045
-.041
-.070
-.041
.038
.049
.046
.067
.057
.002
.001
.001
.002
.002
Std
Dev
skewness
statistic statistic
Std
Error
.0150
.0132
.0145
.0155
.0145
.218
.218
.218
.218
.218
-.743
.158
-.265
-.648
.161
Untuk Bombay Stock Exchange data
yang digunakan sebagai periode
amatan setelah dikurangi minggu yang
didalamnya terdapat hari libur selain
sabtu dan minggu adalah berjumlah 123
minggu periode amatan, adapun ratarata return saham untuk hari senin
adalah sebesar 0,18 persen, selasa
0,08 persen, rabu 0,11 persen, kamis
0,20 persen dan hari jumat sebesar 0,22
persen. Return tertinggi pernah terjadi
pada hari kamis sebesar 6, 67 persen
dan return terendah juga terjadi pada
hari kamis sebear minus 7,3 persen.
Tabel 10
Hasil Analisis Varian (One Way
Anova)
Bombay Stock Exchange
ANOVAb
Sum of
Squares
Df
Mean
Square
F
Sig.
Regression
.000
4
.000
.513
.726a
Residual
.117
615
.000
Total
.118
619
Model
1
a. Predictors: (Constant), Djumat, Dkamis, Drabu, Dselasa
b. Dependent Variable: return bse
18
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 11-20
Anomali Harga Saham Weekend effect di Shanghai Stock Exchange, Bombay Stock Exchange dan
Indonesia Stock Exchange
6.
Tabel 10 (lanjutan)
Model Summaryb
Model
R
1
.058a
Std.
Error of
the
Adjusted Estimat
R Square R Square
e
.003
-.003
.0138
DW
1.866
a. Predictors: (Constant), Djumat, Dkamis, Drabu,
Dselasa
b. Dependent Variable: return bse
Dari table diatas juga bisa dilihat hasil uji
pengaruh terhadap Bombay stock
exchange juga menunjukan hasil yang
sama dengan kedua pasar modal
lainnya bahwa pengaruh perbedaan hari
terhadap return tidak siginifikan ini bisa
dilihat dari nilai p-value 0,726 dan nilai r
square 0,003.
Tabel 11
Hasil Uji Beda BSE
One-Sample Test
Test Value = 0
95%
Confidence
Interval of the
Difference
senin
selasa
rabu
kamis
jumat
T
df
Sig. (2tailed)
Mean
Difference
1.306
122
.194
.002
-.001
.005
.692
122
.490
.001
-.002
.003
.855
122
.394
.001
-.002
.004
1.431
122
.155
.002
-.001
.005
1.746
122
.083
.002
-.000
.005
Lower Upper
Dari hasil uji beda diatas bisa dilihat
bahwa return rata-rata saham diantara
lima hari perdagangan tidak berbeda
secara signifikan sehingga Ha ditolak
untuk pengujian pertama dan otomatis
untuk pengujian kedua tidak perlu lagi
dilakukan pengujian karena tidak ada
rata-rata return yang berbeda secara
signifikan, sehingga dalam hal ini bisa
ditarik kesimpulan weekend effect tidak
terjadi pada pasar modal Bombay.
Kesimpulan
Weekend effect adalah suatu
anomali yang terjadi dipasar modal
dimana rata-rata return saham pada hari
senin signifikan lebih rendah dan pada
hari jum’at signifikan lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata return
hari lainnya dalam satu minggu. Dengan
kata lain weekend effect bisa terjadi jika
kedua syarat tersebut terpenuhi. Untuk
pasar modal Jakarta rata-rata return
diantara hari-hari dalam satu minggu
berbeda secara signifikan akan tetapi
perbedaan
itu
tidak
menunjukan
terjadinya gejala weeekend effect
karena kedua syarat terjadinya weekend
effect seperti diatas tidak terpenuhi.
Untuk pasar modal Shanghai rata-rata
return pasar modal tersebut juga
berbeda secara signifikan khususnya
rata-rata return pada hari senin akan
tetapi gejala ini juga tidak menunjukan
terjadinya weekend effect karena ratarata return pada hari senin justru
signifikan lebih tinggi dibandingkan hari
lainnya padahal seharusnya untuk dapat
dikatakan weekend effect terjadi ratarata return pada hari senin adalah
signifikan lebih rendah. Untuk pasar
modal bombay dari hasil pengujian
pertama bisa ditarik kesimpulan bahwa
weekend effect tidak terjadi karena
diantara rata-rata return saham dalam
satu minggu tidak terjadi perbedaan
yang signifikan.
7.
Saran
Untuk penelitian selanjutnya
ada berbagai model yang bisa dipakai
untuk dapat menentukan terjadi atau
tidaknya weekend effect disuatu pasar
modal, atau bisa saja data yang ada
dalam suatu pasar modal dikelompokan
pertahun untuk kemudian diuji satu
persatu, karena bisa saja terjadi pada
satu pasar modal untuk satu tahun
tertentu ditemukan gejala terjadinya
weekend effect sementara untuk tahun
lainnya tidak hal ini dimungkinkan
karena
pada
berbagai
penelitian
terdahulu ditemukan bahwa weekend
effect tersebut bersifat seasonal atau
musiman
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 11-20
19
Anomali Harga Saham Weekend effect di Shanghai Stock Exchange, Bombay Stock Exchange dan
Indonesia Stock Exchange
Daftar Referensi
Aggarwal, Reena. dan Pietra Rivoli,
“Seaseonal and Day of the
Week Effects in Four Emerging
Stock Market”, The Financial
Review Vol. 24, 1989.
Kato, K., and Schallheim, J., “Seasonal
and Size Anomalies in the
Japanese
Stock
Market”,
Journal of Financial Economics,
Desember, 1983.
Banz
, R. W., “The Relationship
beetwen Return and Market
Value of Common Stocks”,
Journal of Financial Economic,
1981
Keim, D., “Size Related Anomalies and
Stock
Return
Seasonality:
Futher Empirical Evidence”,
Journal of Financial Economics,
Desember 1983.
Basu, Sanjay, “ Investment Performance
of Common Stocks in Relation
to Their Price Earnings : A test
of
The
Efficient
Market
Hypothesis”, Journal of Finance
Vol. 38, 1983
Lakonishok, Josef dan Edwin Maberly,
“The Weekend Effect: Trading
Patterns of individual and
Institutional Investors”, Journal
of Finance, Vol. 45, 1990
Brealey, R. and Myers.S, Principle of
Corporate
Finance,
Fourth
Edition, McGraw Hill, 1991
Lee, L., “Stock Market Seasonality:
Some Evidence From The
Pacific
Basin
Countries”,
Journal of Business Finance
and accounting, Vol.19, 1992.
Cheung, K. C and J.A. Coutts, “The
January Effect and Monthly
Seasonality in the Hang Seng
Index : 1985-97”, Journal of
Financial Economic, 1997
Lin C. W. Makalah guest lecture MM
UGM , Yogyakarta, Januari
2007
Fama, E., “Efficient Capital Markets: A
Review of Theory and Empirical
Work”, Journal of Finance Vol.
25, 1970
Fama, E., “ Efficient Capital Markets II”,
Journal of Finance Vol. 46, 1991
Foster, George. Financial Statement
Analysis,
second
edition:
Prentice
Hall
international
Edition, 1986
Gultekin, M. and Gultekin, B., “Stock
Market
Seasonality:
International Evidence”, Journal
of
Financial
Economics,
Desember, 1983.
Rozzef, M. S., and W.R. Kinney, Jr.,
“Capital Market Seasonality:
The Case of Stock Returns”
Journal of Financial Economic
3, 1976
Sharpe W. F., Alexander G.J. and Bailey
J.V, Investment, Fifth Edition,
Prentice Hall New Jersey, 1995
www.wsj.com diakses
september 2009
tanggal
10
www.jsx.com diakses tanggal
September 2009
12
yahoo.finance.com diakses tanggal 15
Oktober 2009
Jones, C.P., Investment: Analysis and
Management, Ninth Edition,
John Wiley & Son
Inc.,
North California, 2004.
20
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.1 Juni 2010 ISSN 1858-3687 hal 11-20
Download