membangun indonesia dari pinggiran: sekolah garis depan

advertisement
MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN:
SEKOLAH GARIS DEPAN
SEBAGAI CONTOH PROSES YANG EFEKTIF
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta, 2016
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A.
Latar Belakang ............................................................................................. 1
B.
Tujuan dari Sekolah Garis Depan............................................................... 2
Prinsip Sekolah Komunitas Garis Depan ............................................................... 4
1.
Adaptasi dan Kontekstualisasi lokal.......................................................... 4
2.
Pembelajaran
Abad
21
dan
Pendidikan
untuk
Pembangunan
Berkelanjutan (ESD) .................................................................................... 7
3.
Manajemen dan Akuntabilitas Hasil yang Meningkat ............................... 8
4.
Mewujudkan Guru yang Andal ................................................................... 9
5.
Sekolah Etika dan Ramah Anak ................................................................. 9
6.
Sekolah sebagai Organisasi Pembelajaran ............................................. 10
7.
Kepemimpinan Sekolah yang Bermutu ................................................... 10
8.
Sarana dan Prasarana yang sesuai.......................................................... 11
Pengembangan Sekolah Frontline........................................................................ 15
1.
Unit pelaksana teknis Kemendikbud dalam bentuk sekolah terpadu; .. 15
2.
Keterlibatan ekosistem pendidikan melalui prinsip kemitraan dan
kolaborasi................................................................................................... 15
3.
Kelembagaan ............................................................................................. 16
4.
Pengadaan dan Peningkatan Kompetensi Guru ..................................... 18
5.
Karakteristik guru ...................................................................................... 19
Model Pendidikan Sekolah Garis Depan .............................................................. 21
A.
Input ............................................................................................................ 21
B.
Proses......................................................................................................... 22
C.
Output Pembelajaran................................................................................. 24
D.
Kurikulum ................................................................................................... 24
KERANGKA KURIKULUM SKGD........................................................................... 25
Lokasi Sekolah Garis Depan ........................................Error! Bookmark not defined.
A.
Daerah terjauh ..................................................Error! Bookmark not defined.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
i i
B.
Daerah perbatasan ...........................................Error! Bookmark not defined.
C.
Daerah Termiskin/Kumuh ................................Error! Bookmark not defined.
D.
Daerah Terpencil / Terluar / Tertinggal ...........Error! Bookmark not defined.
PENJADWALAN ............................................................Error! Bookmark not defined.
Lampiran Komponen Pembelajaran SKGD .................Error! Bookmark not defined.
1.
Kegiatan Pembelajaran ....................................Error! Bookmark not defined.
2.
Guru dan Tenaga Kependidikan......................Error! Bookmark not defined.
3.
Sarana Pembelajaran .......................................Error! Bookmark not defined.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
ii i
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadirnya negara di wilayah terjauh, wilayah perbatasan, wilayah termiskin,
wilayah terpencil/terluar/tertinggal, dan/atau berpihak pada kelompok paling
rentan dalam pembangunan belum begitu dirasakan selama ini. Ketidakhadiran
negara tersebut menjadi
kritik yang berkembang selama ini sehingga
menyebabkan negara dianggap tidak berpihak dan tidak adil pada kelompok
sosial terbawah. Ketidakhadiran negara tersebut diduga menjadi salah satu
penyebab terjadinya ketimpangan layanan pendidikan antar wilayah yang belum
dapat menjamin adanya pendidikan yang layak, adil, merata dan bermutu.
Penyelenggaraan pendidikan yang merata dan bermutu melalui sistem
pendidikan desentralisasi yang ada telah menjadi permasalahan utama dalam
meningkatkan standar hidup di daerah tertinggal. Penyelenggaraan pendidikan
yang ada biasanya berbentuk sekolah dengan karakteristik yang sama dan
standar. Kecenderungan ini menjadikan layanan pendidikan yang ada kurang
sesuai dengan karakteristik masyarakat yang dilayani dan lingkungan alam di
mana tempat satuan pendidikan tersebut berada.
Konsep Sekolah Komunitas Garis Depan (SKGD) dimaksudkan untuk mengubah
paradigma sistem pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan di daerah
tersebut dan di daerah lainnya. Konsep ini tidak menawarkan model satuan
pendidikan standar tapi rintisan proses inovatif adaptif yang dapat berfungsi
sebagai contoh bagi satuan pendidikan di seluruh wilayah negeri. SKGD
merupakan
upaya
untuk
meningkatkan
mutu,
efektivitas
dan
relevansi
pembelajaran melalui fleksibilitas dan adaptasi yang lebih banyak pada muatan
lokal (penekanan tercermin dalam judul sekolah komunitas) untuk mengatasi
permasalahan yang muncul karena keragaman yang luas dari konteks yang
berbeda menurut lokasi satuan pendidikan.
Proses inovatif yang mendasari pendekatan SKGD berhubungan dengan
karakteristik satuan pendidikan yang didapat dari penelitian pendidikan nasional
dan internasional yang dapat membuat sekolah di daerah tersebut lebih efektif.
Selain itu, pengembangan SKGD merupakan bentuk penjabaran Nawacita (9
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
11
Prinsip) di bidang pendidikan yang berkaitan dengan prinsip pembangunan
Indonesia "dari pinggiran". Dalam konteks ini, "pinggiran" ditafsirkan sebagai
wilayah yang kurang mendapatkan layanan pendidikan, sehingga memiliki mutu
yang timpang dan buruk. Oleh karena itu, SKGD diharapkan dapat berkontribusi
pada pemerataan dan mutu penyelenggaraan pendidikan yang lebih baik untuk
berbagai wilayah di Indonesia, khususnya dalam menghadapi karakteristik unik
masyarakat yang dilayani serta karakteristik lingkungan alam mereka.
Selain sebagai sekolah "Garis Depan", sekolah-sekolah ini juga disebut sebagai
"Sekolah Komunitas" yang mengedepankan masyarakat dan keterlibatan
orangtua. Sekolah seperti ini memiliki sejarah panjang dan baik dalam membantu
menurunkan kesenjangan dalam penyelenggaraan pendidikan antara kelompok
dengan sosial ekonomi yang berbeda di negara-negara di seluruh dunia. Aspek
"Komunitas" menunjukan pentingnya pelayanan sosial dan pelayanan kesehatan
di dalam atau di dekat sekolah. Komunitas ini dapat berbentuk SKGD baru yang
menyediakan layanan dengan menggunakan gedung dan fasilitas sekolah
setelah jam sekolah untuk pendidikan dan pelatihan non-formal bagi kepentingan
masyarakat, seperti kelas membaca untuk orang dewasa, pendidikan orang tua,
dll.
Masing-masing wilayah target tersebut memiliki peran strategis yang harus
menjadi perhatian Pemerintah baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah.
Selain memiliki hak dalam hal pengembangan manusia dan hak masyarakat
untuk mendapatkan layanan yang bermutu, karena lokasinya daerah ini
diharapkan dapat menjadi garis depan terhadap setiap gangguan yang mungkin
dan ancaman yang membahayakan kedaulatan negara.
B. Tujuan dari Sekolah Garis Depan
1. SKGD dibuat untuk menjawab kebutuhan pemerintah dalam memberikan
pendidikan bermutu bagi warga negara yang paling rentan dan tidak terlayani
di wilayah tertentu dan secara strategis dikembangkan dan dilakukan melalui
tahapan tertentu hingga mereka mampu menjadi mandiri.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
22
2. Berdasarkan hasil penelitian tentang sekolah yang efektif dan memiliki
prestasi yang baik–di tingkat internasional atau nasional,
"praktik terbaik”
SKGD memperlihatkan proses terbaik dalam pendirian sekolah yang efektif di
berbagai wilayah layanan;
3. Sekolah-sekolah menjadi percontohan input dan proses sekolah dalam
meningkatkan hasil pendidikan; peningkatan mutu pendidikan diperlihatkan
tidak hanya dalam pembelajaran akademik siswa tetapi juga dalam
pengembangan perilaku etis dan karakter siswa tersebut.
4. SKGD dikembangkan sebagai satuan pendidikan percontohan dan pelopor
untuk konsep dan metode pembelajaran serta pengajaran yang inovatif
("berperan sebagai garis depan") sebelum mereka dijadikan sebagai contoh
"praktek yang baik" untuk sekolah yang efektif di seluruh negeri.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
33
Prinsip Sekolah Garis Depan
Tujuan dari Sekolah Garis Depan ini adalah menjadi percontohan dari delapan
prinsip dasar dan proses yang dipilih secara strategis (Lihat Gambar 1):
1. Adaptasi dan Kontekstualisasi lokal;
2. Pembelajaran Abad 21 dan Pendidikan Pembangunan
Berkelanjutan
3. Manajemen dan Akuntabilitas Hasil yang Meningkat;
4. Mewujudkan Guru yang Andal;
5. Sekolah sebagai Etis dan Ramah Anak;
6. Sekolah sebagai Organisasi Pembelajaran;
7. Kepemimpinan Sekolah yang Bermutu; dan
8. Sarana dan Prasarana yang sesuai
1. Adaptasi dan Kontekstualisasi lokal
Proses perencanaan harus didasarkan pada keterlibatan masyarakat
yang bisa dilakukan dengan dialog untuk memastikan agar sekolah dapat
menjawab tuntutan masyarakat/komunitas dimana sekolah tersebut berada
dan memiliki pemahaman yang sama tentang pentingnya pendidikan bagi
pengembangan budaya dan ekonomi lokal. Penyediaan layanan pendidikan
harus menjawab kebutuhan masyarakat dan mengatasi permasalahan sosial,
budaya, realitas dan kebutuhan berbahasa bukan memberikan kurikulum dan
pengajaran yang seragam dan standar.
Oleh karena itu karakteristik pertama dan paling penting dari
pendekatan SGD adalah memulai proses perencanaan dengan berdialog
pada masyarakat setempat di mana sekolah akan berlokasi dan memberikan
pelayanan. Sebagai contoh paradigma proses yang baru, SGD harus dimulai
dengan
terjun
dan
mendengarkan
kebutuhan
masyarakat
untuk
pembangunan daerah. Diskusi yang berlangsung membicarakan tentang
pentingnya pendidikan untuk budaya lokal dan manfaat yang diperoleh
masyarakat setempat. Dialog ini bisa dimulai dari analisis situasi lokal (seperti
Reality Check study, Linguistic Mapping, or a Participatory Rural Appraisal
(PRA),
atau
serangkaian
diskusi
kelompok
terfokus
bersama
wakil
masyarakat sebagai sampel). Tahap ini sangat penting agar SGD sesuai
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
44
dengan tuntutan dan responsif terhadap kebutuhan, keinginan serta manfaat
pengembangannya dirasakan oleh masyarakat setempat.
Desain dan konstruksi sekolah sedapat mungkin menggabungkan
karakteristik budaya, adat istiadat dan penggunaan sumber daya manusia
serta bahan konstruksi lokal. Prasarana sekolah juga harus responsif
terhadap konteks lokal terkait jumlah populasi dan kendala lainnya – misalnya
diadakannya sekolah satu atap yang mengadakan pembelajaran dan
pengajaran multi-kelas, dengan menggabungkan tingkat seperti SD/SMP atau
SMP/SMA/SMK.
Sekolah juga menggabungkan prinsip-prinsip kontekstualisasi dan
adaptasi terkait kurikulum dan pengajaran; keduanya akan disesuaikan
dengan
konteks
lokal:
budaya,
bahasa,
agama,
dan
kebutuhan
pembangunan, sebagai bagian dari proses “inovasi strategi pembelajaran"
untuk menjadikan identitas budaya yang kuat dan menjamin relevansi. Untuk
kelas awal sekolah dasar (SD Kelas 1 dan 2), bahasa pengantar di beberapa
sekolah terpencil di pedesaan dapat menggunakan bahasa ibu dalam belajar
membaca dan berhitung sebelum beralih menggunakan Bahasa Indonesia di
kelas 3. Seperti yang dilakukan saat ini, pendekatan MTB-MLE (MotherTongue Based Multi-Lingual Education) yang diterapkan di Ambon dan
diujicoba di Papua, merupakan hasil dari perencanaan yang dibuat dengan
masyarakat setempat. Untuk tujuan ini, guru lokal yang direkrut akan lebih
efektif karena mereka memahami budaya dan praktek-praktek lokal serta
dapat berbicara bahasa setempat. Menggunakan lembaga pelatihan guru
daerah (FKIP) dalam mengembangkan guru lokal, sebagai agen perubahan
dalam menggabungkan budaya dan bahasa lokal baik pada kurikulum
maupun pengajaran menjadi penting.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
55
Gambar 1.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
66
2. Pembelajaran
Abad
21
dan
Pendidikan
untuk
Pembangunan
Berkelanjutan (ESD)
Melalui
Pembelajaran
Abad
21,
siswa
diharapkan
menguasai
kecakapan, yang meliputi kecakapan hidup dan berkarier, kecakapan dalam
belajar dan berinovasi, serta kecakapan memanfaatkan informasi, media, dan
teknologi. Kecakapan hidup dan karier (life and career skills) memiliki
komponen, yakni (1) fleksibilitas dan adaptabilitas, (2) memiliki inisiatif dan
dapat mengatur diri sendiri, (3) interaksi sosial dan antar-budaya, (4)
produktivitas dan akuntabilitas mengelola proyek dan menghasilkan produk,
dan (5) kepemimpinan dan tanggung jawab. Selanjutnya, kecakapan dalam
belajar dan berinovasi (learning and innovation skills) memiliki komponen (1)
berpikir kritis dan mengatasi masalah, (2) kecakapan berkomunikasi dan
berkolaborasi, dan (3) kreativitas dan inovasi. Sementara kecakapan media
informasi dan teknologi (information media and technology skills) memiliki
komponen (1) literasi informasi, (2) literasi media, dan (3) literasi TIK.
Pendekatan
pembelajaran
dalam
SGD
melibatkan
repertoar
keterampilan pengajaran yang luas serta kegiatan berpusat pada peserta
didik misalnya pendekatan yang mirip dengan "pendekatan saintifik", yang
secara berurutan terdiri dari langkah-langkah mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengkomunikasikan. Mengamati, ditujukan untuk melatih
kesungguhan, ketelitian, mencari informasi. Menanya ditujukan untuk
mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang diperlukan untuk hidup
cerdas
dan
belajar
sepanjang
hayat.
Menalar
ditujukan
untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengumpulkan informasi melalui
berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat. Mencoba ditujukan untuk mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan
berpikir
induktif
serta
deduktif
dalam
menyimpulkan.
Mengkomunikasikan, ditujukan untuk mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
77
singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik
dan benar.
Keseimbangan antara memenuhi kebutuhan pembangunan daerah
dan kebutuhan untuk memperkenalkan Keterampilan Abad 21 harus diatur
dengan baik karena masyarakat lokal memiliki tuntutan selain untuk
pelestarian budaya dan bahasa juga mengharapkan mobilitas sosial dan
geografis pada anak-anaknya.
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan/ESD (Education for
Sustainable Development/ESD) dimaknai sebagai memberikan peserta didik
dua jenis kecakapan, yaitu (1) pengetahuan, kemampuan, dan nilai-nilai untuk
menjawab tantangan-tantangan sosial, lingkungan, dan ekonomi pada abad
21, serta (2) kecakapan untuk membantu merawat dan memulihkan kualitas
lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial.
Selain itu, ESD menumbuhkan pemahaman peserta didik tentang
permasalahan
yang
dihadapi
terkait
keberlangsungan
pembangunan,
perspektif dan kebutuhan masyarakat yang berbeda pada generasi bangsa
Indonesia berikutnya dan di belahan dunia yang lain. ESD dimasukkan ke
dalam proses SGD sebagai sarana untuk pemberdayaan siswa dan
mendorong peserta didik agar belajar dari dalam sekolah dan dari lingkungan
mereka di luar.
3. Manajemen dan Akuntabilitas Hasil yang Meningkat
SGD juga menjadi contoh manajemen dan mekanisme akuntabilitas
yang meningkat dimana sekolah bertanggung jawab kepada masyarakat dan
pemerintah untuk menciptakan prestasi baik guru maupun peserta didik.
"Buku Raport Sekolah" bisa menjadi contoh bagi sistem terbuka yang
melaporkan bagaimana sekolah melaksanakan sejumlah indikator yang
sudah disepakati, akan diterbitkan tiap tahun. Orang tua dan anggota
masyarakat lainnya bersama dengan kepala sekolah dan guru menyepakati
indikator pemantauan kinerja yang jelas dalam Rencana Sekolah. Misalnya,
fokus percepatan pengembangan membaca dan berhitung di kelas awal
sekolah dasar ("Mempercepat Membaca dan Berhitung") dengan pengukuran
keterampilan ini di kelas-kelas awal (seperti penilaian EGRA dan EGMA
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
88
dalam bentuk yang ramah anak). Karena konteks lokal yang sangat berbeda
dalam program ini, harus ada fleksibilitas dalam pemenuhan standar nasional
selama
periode
waktu
yang
disepakati
sesuai
dengan
pendekatan
perencanaan yang baik dalam Rencana Sekolah untuk mencapai standar
nasional (misalnya MSS, standar kualifikasi guru yang formal) dengan
mempertimbangkan konteks lokal, jumlah guru, dll.
4. Mewujudkan Guru yang Andal
Untuk
mewujudkan
guru
yang
andal,
sistem
penguatan
pengembangan kemampuan dan bantuan profesional bagi guru dan kepala
sekolah akan diberikan. Pengembangan ini bisa menggunakan TIK yang
menghubungkan teman sejawat dalam jaringan kelompok guru profesional
(KKG, MPMP, dll). Hal ini dimaksudkan untuk memastikan guru yang baik -PNS ataupun non-PNS, lokal atau direkrut dari luar kabupaten/provinsi -memiliki jalur karir yang jelas dengan insentif yang tepat sesuai dengan
peningkatan kualifikasi akademik serta keterampilan mengajarnya (keduanya
akan dinilai melalui pengembangan berkelanjutan tes kompetensi guru dan
penilaian kinerja guru kelas).
Sejalan dengan temuan penelitian dan studi terkait sekolah berprestasi
terbaik di seluruh dunia, SGD sangat berharap pada keberhasilan semua
peserta didik. Karakteristik lain yang diperkenalkan di sekolah-sekolah ini
adalah untuk pemenuhan pada jumlah jam belajar wajib yang dialokasikan
dalam kurikulum sekolah.
Hal ini
akan diawasi
secara
ketat
dan
kepemimpinan pengajaran memastikan bahwa "waktu bertugas" di dalam
kelas digunakan untuk memaksimalkan pembelajaran siswa.
5. Sekolah Etika dan Ramah Anak
Sekolah-sekolah yang termasuk dalam program ini menjadi contoh
sekolah "etika dan ramah anak". Penyelenggaraan sekolah tersebut
memerlukan proses dalam menciptakan peran etis manajemen dan guru
sekolah, yang berfungsi sebagai model dimana iklim sekolah yang ada
menunjukan hubungan saling mengormati dengan peserta didik, orang tua
dan masyarakat. Sekolah yang efektif adalah sekolah dimana peserta didik
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
99
merasa aman karena peserta didik belajar lebih baik dalam lingkungan seperti
itu.
SGD
bersifat
"inklusif”
dalam
arti
luas
dimana
mereka
yang
berkekurangan dimasukan dalam sekolah. Sekolah harus menyediakan
lingkungan yang aman dan saling menghormati untuk semua anak tanpa
memandang etnis, agama, jenis kelamin, kelas sosial, bahasa dan cacat fisik.
Setiap anak harus memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan
potensi, bakat dan karakteristik yang unik yang diakui dan dihormati oleh
para pemimpin sekolah dan guru yang mendorong pertumbuhan pribadi,
kreativitas, harga diri dan perilaku terhadap orang lain.
6. Sekolah sebagai Organisasi Pembelajaran
Sekolah menjadi contoh sebuah "organisasi pembelajaran". Dalam
organisasi
pembelajaran
Sekolah
tidak
hanya
menyelenggarakan
pembelajaran untuk peserta didik; tapi juga berperan sebagai organisasi yang
terus belajar dari apa yang dikerjakan dan dari masukan untuk menyesuaikan
program agar mutu pengajaran dan pembelajaran lebih meningkat. SGD
merupakan bentuk pengajaran berdasarkan data dan berfokus pada
pembelajaran peserta didik. Misalnya penggunaan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom
Action
Research)
didasarkan
pada
pengalaman
bangsa
Indonesia dalam mengadaptasi pendekatan Lesson Study dimana guru
bekerja sama dengan rekan sejawat untuk meningkatkan praktik kelas dan
merefleksikan umpan balik dari prestasi peserta didik. Praktek profesional ini
dapat dilakukan baik di sekolah itu sendiri atau dalam jaringan klaster guru
(KKG / MGMP). Selain ini, sekolah harus memastikan bahwa selain dari ujian
akhir, umpan balik guru diberikan kepada peserta didik atas dasar penilaian
kelas yang rutin dilakukan dalam bentuk kuis, tes, nilai tugas individu atau
kelompok, pengiriman portofolio, dll. Peran masyarakat dalam hal ini juga
menjadi penting. Orang tua dan anggota lain dari Komite Sekolah dapat
memantau indikator kemajuan belajar peserta didik.
7. Kepemimpinan Sekolah yang Bermutu
Salah satu karakteristik yang paling penting dan menentukan pada
efektifitas sekolah adalah mutu kepemimpinan sekolah yang diperlihatkan
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
101
oleh kepala sekolah. Kepala Sekolah SGD ditunjuk berdasarkan prestasi,
telah menjadi guru yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan dan telah
menjalani pelatihan kepemimpinan sekolah. Kepala sekolah menjadi penting
untuk keberhasilan sekolah, terutama dalam bertindak sebagai pemimpin
pengajaran yang mampu menginspirasi para guru dan staf lainnya - serta
orang tua dan masyarakat - dengan visi dan tujuan yang jelas untuk sekolah.
Keterlibatan dalam konseling dan penilaian guru merupakan fokus peran
kepala sekolah sebagai pemimpin pengajaran sekaligus penanggung jawab
administrasi
yang
efisien.
Untuk
terus
meningkatkan
keterampilan
profesionalnya, kepala sekolah harus aktif dalam jaringan profesional (KKKS)
baik melalui interaksi tatap muka dengan kepala sekolah daerah lainnya
maupun melalui hubunganTIK. Pelatihan secara intensif bagi kepala sekolah
untuk meningkatkan kepemimpinan dan manajemen sekolah juga bisa
diberikan dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah SGD.
8. Sarana dan Prasarana yang sesuai
Sekolah Komunitas Garis Depan (SGD) dapat menjadi contoh dalam
penyediaan dan penggunaan sarana dan prasarana yang sesuai. Dalam hal
ini sekolah tidak akan diberikan sarana dan prasarana standar sebagai
model. Namun pemberian tersebut disesuaikan dengan konteks dan
kebutuhan lokal. Desain dan konstruksi sekolah sedapat mungkin harus
memanfaatkan
desain
dan
bahan
lokal (dengan
mempertimbangkan
keselamatan dan masalah logistik) dalam penyediaan 5-10 hektar tanah
setempat.
Namun, sekolah-sekolah ini juga harus memperhatikan beberapa
prasyarat yang harus dicapai agar sekolah menjadi efektif seperti yang
disebutkan di atas. Misalnya penyediaan sumber energi yang cukup untuk
koneksi jaringan listrik atau jumlah panel surya yang memadai. Prasyarat
lainnya adalah adanya koneksi Internet yang baik agar sekolah dapat
menggunakan telekomunikasi/TIK baik untuk tujuan pengajaran/pembelajaran
maupun untuk administrasi sekolah. Untuk daerah terpencil pedesaan yang
tidak memiliki koneksi internet, solusi teknologi harus diusahakan untuk
mengatasi kekurangan ini - dengan, misalnya penggunaan tablet yang sudah
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
111
berisi unduhan isi pengajaran/pembelajaran dari gugus guru. Penyediaan
komputer desktop, laptop dan tablet disesuaikan dengan rencana sekolah
agar pemanfaatannya optimal. Untuk itu, guru dan staf lainnya harus terlebih
dahulu mengikuti pelatihan mengenai penggunaan TIK dalam pendidikan dan
harus ada anggaran yang disediakan untuk pemeliharaan peralatan tersebut
dan untuk penggantian part dan komputer bila terdapat kerusakan.
Tantangan dalam era global mengharuskan segenap pelaku pendidikan,
khususnya guru, mampu memanfaatkan berbagai teknologi informasi dan
komunikasi dalam rangka meningkatkan mutu proses belajar mengajar. TIK ini
dapat bermanfaat bagi daerah Garis Depan, yang umumnya berada di pedesaan,
terpencil dan miskin, yang memiliki permasalahan mengenai mutu guru yang
tinggal dan mengajar di sekolah-sekolah terebut. TIK menjadi cara untuk berbagi
informasi yang beragam, cepat, efektif, dan efisien, termasuk berbagi bahan
pembelajaran dan berbagai metode pembelajaran terbaru.
Oleh karena itu, guru harus memiliki sarana untuk mencari bahan ajar
yang nantinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan lingkungan
belajar setempat. Siswa juga bisa menggunakan TIK dalam pembelajaran
mandiri untuk memperdalam pengetahuan diluar informasi yang sudah diajarkan
oleh guru. Kelebihan TIK untuk meningkatkan pembelajaran melalui penggunaan
pendekatan inovatif misalnya “flipping the classroom” di Khan Academy telah
digunakan secara luas dan SGD dapat mengambil manfaat dari pengalamanpengalaman inovatif seperti ini.
Penggunaan teknologi TIK dalam pembelajaran harus memperhatikan hal
berikut:
a. Sekolah memiliki sumber daya listrik serta koneksi internet yang memadai
b. Anggaran untuk pemeliharaan peralatan IT dan penggantian dan/atau
pengadaan baru
c. Anggaran dan kesempatan untuk pengembangan kapasitas guru dalam
penggunaan TIK dan peralatan IT untuk meningkatkan pembelajaran di
kelas.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
121
d. Ketersediaan tempat khusus untuk komputer dan peralatan lainnya
e. Integrasi TIK dalam kurikulum, bahan ajar, seperti dalam buku pelajaran
siswa dan buku panduan guru
f. Pembelajaran berbasis IT yang memunculkan kolaborasi siswa dengan
guru sebagai fasilitator, dan mendorong pembelajaran mandiri di luar dan
di dalam kelas.
g. Pembelajaran berdasarkan sumber menggunakan berbagai pendekatan,
seperti, pembelajaran berbasis masalah, berbasis kolaboratif atau berbasis
kegiatan;
h. Experential learning menggunakan TIK sebagai perangsang untuk
mendorong kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan konstruktif;
Desain dan konstruksi SGD harus mengutamakan pemanfaatan bahan
lokal serta pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip seni dan teknologi
yang tepat. Pengunaan bahan lokal mendorong kreatifitas desain pembangunan
menggunakan material yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar. Desain
SGD harus mempertimbangkan aspek identitas budaya lokal serta kebutuhan
pembelajaran abad 21. Implikasinya adalah bahwa desain dan pembangunan
sekolah tersebut menjadi khas sesuai konteks. Belajar dari contoh-contoh di
negara lain (misalnya, India), berbagai cetak biru desain dasar dapat diusulkan,
dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan.
Pemilihan bahan lokal harus mempertimbangkan (1) daya tahan dan
kekuatan bahan, (2) keselamatan penggunaan bahan yang tahan terhadap api,
tahan terhadap kemungkinan bencana alam, dan tahan terhadap perubahan
cuaca yang terjadi mendadak, (3) kemudahan mendapatkan bahan pengganti
apabila
terjadi
kerusakan.
Penggunaan
bahan
lokal
juga
harus
mempertimbangkan kelayakan sesuai standar pelayanan minimal (SPM) yang
telah diberlakukan.
Bangunan SGD didirikan di atas tanah seluas 5 sampai 10 hektar dengan
beberapa pertimbangan, yaitu (1) memungkinkan pendirian sekolah terpadu yang
dapat menampung semua tingkatan (SD, SMP, SMA/SMK); walaupun semuanya
tergantung
pada
kebutuhan
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
masyarakat
setempat
dan
kondisi,
(2)
131
memungkinkan pendirian asrama dan pengadaan lapangan olahraga yang
mudah diakses sehingga anak-anak berkesempatan untuk olah fisik secara
teratur, dan (3) memungkinkan penyediaan lahan untuk menanam tanaman di
kebun dan kolam untuk aquculture dalam rangka memperkenalkan peserta didik
pada
keterampilan pertanian
sederhana, sekaligus
juga dapat menjadi
persediaan makanan untuk menutupi kebutuhan pangan penghuni asrama.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
141
PENGEMBANGAN SGD
1. UPT Kemendikbud dalam Bentuk Sekolah Terintegrasi;
Sekolah Komunitas Garis Depan diharapkan menjadi salah satu Unit Pelaksana
Teknis
(UPT)
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Bentuk
UPT
memungkinkan sekolah ini menjadi:
a. rujukan dalam proses perencanaan, kurikulum dan pedagogi (belajar
mengajar) bagi sekolah lain di seluruh Indonesia;
b. sekolah uji atau laboratorium untuk mengujicobakan konsep dan model baru
pendidikan atau inovasi pembelajaran sebelum konsep, model, dan inovasi
tersebut digunakan di sekolah-sekolah lainnya;
c. sekolah yang dibantu oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dari
berbagai aspek seperti guru, sarana dan prasarana, konektivitas /internet,
dan lain-lain; dan
d. sekolah
yang
dibina
dan
dikelola
secara
berkesinambungan
oleh
Pemerintah melalui Kemendikbud dengan alokasi anggaran yang memadai
dari Kemendikbud dalam unit utama atau salah satu unit teknis terkait yang
bertanggung jawab pada sekolah.
Dengan demikian, diperlukan payung hukum khusus yang menaungi SGD
sebagai UPT Kemendikbud.
2. Pelibatan Ekosistem Pendidikan melalui Prinsip Kemitraan dan Gotong
royong
Kesinambungan dan kepemilikan Sekolah Garis Depan akan ditentukan
oleh partisipasi dan keterlibatan publik, dari mulai tahap perencanaan hingga
pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehari-hari. Agar fasilitas pendidikan yang
ada di SGD dapat benar-benar termanfaatkan, untuk pengembangan masyarakat
setempat, maka sarana sekolah harus dapat digunakan oleh warga sekolah di
luar jam pembelajaran. Misalnya, sarana sekolah dapat digunakan untuk kelas
membaca orang dewasa dan untuk berbagai pendidikan non-formal lainnya.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
151
Pelibatan ekosistem pendidikan akan menentukan kesesuaian bentuk
layanan pendidikan yang tersedia pada SGD, karena SGD harus mencerminkan
karakteristik dan kebutuhan masyarakat lokal serta karakteristik lingkungan
daerah lokasi SGD sendiri.
SGD didirikan dengan semangat gotong royong antara otoritas pendidikan
pusat dan daerah dengan masyarakat setempat agar tidak menimbulkan
eksklusifitas
lembaga
pendidikan
ini.
Melalui
kerjasama
yang
saling
menguntungkan ini, SGD menjadi bagian tidak terpisahkan dari dan penting
untuk masyarakat, yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat
setempat.
Proses
perencanaan
inilah
yang
menjadikan
SGD
sebagai
percontohan dalam proses – perencanaan tersebut bukan produk yang
disediakan Pemerintah saja tapi merupakan penggabungan tuntutan masingmasing masyarakat yang akan mendapatkan pelayanan.
3. Kelembagaan
Secara kelembagaan, pengembangan Sekolah Garis Depan akan menggunakan
dua (2) pendekatan, yaitu:
1. SGD sebagai sekolah baru, dan
2. SGD sebagai revitalitasi sekolah-sekolah yang sudah ada.
(i) SGD sebagai Sekolah Baru
Skema ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Sekolah ini menjadi tanggung jawab UPT (Unit Pelaksana Teknis) dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan dengan demikian
harus
tunduk pada hukum dan peraturan yang berlaku;
b. SGD mendapatkan pembiayaan penuh dan berkesinambungan dari
Kemendikbud;
c. Sekolah dibangun sebagai satuan pendidikan terintegrasi SD-SMPSMA/SMK yang baru dalam satu lokasi yang dipilih;
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
161
d. Sekolah dibentuk secara bertahap atau keseluruhan secara langsung,
tergantung waktu dan operasionalisasi pembelajaran. Jika SGD perlu
dimulai segera, pembangunan bisa dimulai secara bertahap dari tingkat
sekolah dasar. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pembangunan
secara keseluruhan setiap SGD akan memerlukan waktu yang lebih lama
karena banyaknya tahapan yang harus dilalui seperti pencarian lahan,
perencanaan lahan, pelelangan, dan lain-lain;
e. Skema ini memerlukan periode waktu dan proses yang panjang. Penetapan
lahan dan pembangunan fisik dimulai pada tahun anggaran 2016.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran akan dimulai pada awal tahun ajaran
2017/2018.
f. Sebanyak ---- buah SGD akan dibangun dengan skema ini
(ii) SGD sebagai Revitalisasi Sekolah yang Sudah Ada
Skema ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Sebagai UPT Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota);
b. Kemendikbud memberikan bantuan fisik berupa ruang kelas atau unit
sekolah baru, sedangkan Daerah memberikan bantuan untuk biaya
operasionalisasi (guru dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dan
lain-lain);
c. Memanfaatkan sekolah yang sudah ada, sehingga pengembangan SGD
tersebut dapat dilaksanakan segera;
d. Menggunakan sekolah negeri, swasta atau sekolah lainnya (yayasan,
organisasi masyarakat, dan lain-lain) dan dilakukan melalui mekanisme
pendanaan yang berbeda dari sumber yang berbeda;
e. Sekolah yang ada dapat direvitalisasi dengan menambahkan, melengkapi
dan merehabilitasi sekolah-sekolah yang ada yang dapat dikembangkan
sebagai SGD. Bantuan ini dapat berupa penyediaan power supply dan
akses internet serta perlengkapan sekolah yang memadai, seperti
laboratorium, perpustakaan, dan komputer.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
171
Ada beberapa pilihan sekolah untuk skema ini, dengan ketentuan sebagai
berikut.
(i)
Penggunaan sekolah yang ada sebagai tempat mengajar atau sekolah
sasaran pada tahap pertama Program SGD. Sekolah ini dapat berupa
sekolah jenjang pendidikan tunggal atau sekolah satu atap atau sekolah
multijenjang SD-SMP. Untuk sekolah jenjang pendidikan tunggal, misalnya
dimulai dari sekolah SD, diikuti oleh sekolah tingkat pendidikan yang lebih
tinggi, misalnya SMP dan SMA/K yang dibangunkan di sekitarnya.
Sedangkan, jika sekolah SMP sudah ada, maka SD dan SMA/SMK yang
akan dibangun. Untuk sekolah satu atap, pengembangan SGD dilakukan
dengan membangun jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu SMA/SMK;
(ii) Ketika sekolah terintegrasi ada (SD, SMP, SMA dan/atau SMK, yang
memiliki banyak siswa namun belum dapat memberikan mutu layanan dan
menghasilkan output pendidikan yang memadai) maka sekolah tersebut
akan dibantu dengan rehabilitasi dan menambahkan/melengkapi fasilitas
pendidikan, termasuk guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan
lainnya.
Skema SGD ini memerlukan waktu lebih singkat untuk pembangunan. Bantuan
dalam bentuk pembangunan fisik dapat dituntaskan pada tahun anggaran 2016,
sedangkan pelaksanaan pembelajaran baru dimulai pada tahun ajaran
2016/2017.
Sebanyak ---- unit SGD bisa dibangun dengan skema ini.
4. Pengadaan dan Peningkatan Kompetensi Guru
Guru pada SGD yang baru dapat menggunakan skema berikut:
i.
Yang pada saat ini menjadi Guru Garis Depan (GGD) atau guru SM3T
(perhatikan masalah penyebaran guru non-lokal dalam kasus SM3T dan
implikasinya bahasa daerah digunakan sebagai bahasa pengantar di
kelas awal pembelajaran);
ii.
Yang pada saat ini kekurangan jumlah jam mengajar mata pelajaran yang
diampunya;
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
181
iii.
Yang merupakan relawan atau penggiat pendidikan;
iv.
Yang berasal dari perguruan tinggi setempat.
Sedangkan guru SGD pada sekolah revitalisasi masih menggunakan guru yang
sama, kecuali ada guru lain yang diperlukan.
Peningkatan kompetensi guru SGD dilakukan melalui program yang dirancang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau
arahan dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Pembiayaan untuk penyelenggaran program peningkatan kompetensi guru akan
ditanggung dengan menggunakan skema SGD yang ada:
1. Kemendikbud bagi unit SGD baru; dan
2. Pemerintah daerah (provinsi/kabupaten) bekerja sama dengan Pemerintah
bagi SGD yang merupakan revitalisasi sekolah yang sudah ada.
5. Karakteristik guru
Guru untuk Sekolah Garis Depan diharapkan mampu melaksanakan
pembelajaran menggunakan berbagai metode pengajaran yang efektif yang
dipelajari dalam program khusus pelatihan guru. Untuk itu guru Guru Sekolah
Garis Depan harus mampu:
a. Untuk SGD didaerah pedesaan dan terpencil, guru sekolah dasar untuk
kelas awal – SD Kelas 1 dan 2 - harus guru lokal berpengalaman yang
mampu menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar awal (dalam
pendekatan pendidikan multi-bahasa menggunakan bahasa ibu/MTB-MLE).
Seperti halnya di sekolah lain, fokus semua kelas adalah mempercepat
penguasaan membaca dasar dan berhitung dengan cara yang tepat apakah
menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah lainnya yang dipahami
masyarakat, atau Bahasa Indonesia. Jika pendekatan MTB-MLE digunakan,
siswa akan belajar membaca dan berhitung dengan menggunakan bahasa
ibu mereka sebelum menggunakan Bahasa Indonesia di SD kelas 3.
b. Guru SGD harus memiliki kompetensi mengajar siswa sesuai kompetensi
dan keterampilan yang diharapkan seperti yang dinyatakan dalam kurikulum;
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
191
c. Memainkan peran aktif, kreatif, inovatif dan dinamis dalam mengembangkan
pembelajaran dengan mengintegrasikan dan memanfaatkan TIK untuk
peningkatan pembelajaran;
d. Menciptakan pembelajaran yang ramah dan aktif sesuai dengan karakteristik
daerah setempat, yaitu: (a) mengajar masyarakat, yang mungkin memiliki
beragam budaya dan bahasa daerah; (b) mengajar dengan menggunakan
metode berpusat pada peserta didik terbaru dengan cara melibatkan siswa
dalam berbagai kegiatan individu dan kelompok terkait dengan pengetahuan
dan keterampilan yang relevan secara budaya; (c) mengajar dan
menggunakan TIK; (d) mengajar dengan menggunakan perspektif baru
tentang kemampuan individu (multiple intelligences, termasuk kognitif dan
kemampuan non-kognitif; (f) mengajar dengan pilihan metode yang tepat
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran setiap individu siswa; (g) mengajar
dengan tanggung jawab pribadi dan sosial; dan (h) mengajar dengan
penekanan pada pengembangan karakter peserta didik, membangun
komunitas belajar, dan membangkitkan sikap keingintahuan, kreativitas dan
inovasi peserta didik;
e. Memberikan kecakapan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai agar siswa
mampu mengatasi tantangan-tantangan sosial, lingkungan dan ekonomi
dalam rangka mengembangkan masyarakat menuju abad ke-21, misalnya
keterampilan agar siswa mampu melestarikan dan memperbaiki kualitas
lingkungan, meningkatkan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial;
f. Melaksanakan pembelajaran yang mengintegrasikan materi pembelajaran
dengan TIK yang berorientasi pada siswa dan bersifat kolaboratif, di mana
guru bertindak sebagai fasilitator, melaksanakan pembelajaran berbasis
sumber yang beragam (resources-based learning) dengan menggunakan
berbagai pendekatan, seperti pembelajaran berbasis masalah (problembased), berbasis kolaboratif (collaborative-based) atau berbasis kegiatan
(collaborative-based).
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
202
MODEL PENDIDIKAN SGD
Seperti halnya semua sekolah, Sekolah Komunitas Garis Depan (SGD)
mendasarkan
proses
perencanaan,
pembelajaran
serta
pengajaran
pendidikannya pada model produksi-fungsi (production-function model) dari
proses pendidikan, yaitu yang terdiri dari input, proses, dan output.
Uraian masing-masing komponen adalah sebagai berikut:
A. Masukan
1. Masukan utama
Masukan utama SKD adalah siswa, yang kebutuhan pendidikannya saat ini
kurang terlayani karena mereka tinggal di wilayah-wilayah dengan sedikit atau
tanpa adanya layanan seperti di wilayah wilayah terjauh, wilayah terluar,
wilayah perbatasan, serta di wilayah termiskin (suburban, urban dan rural),
wilayah terpencil, dan wilayah yang "perkembangannya tertinggal".
2. Masukan Instrumental
Masukan instrumental meliputi pengelolaan sekolah, pendidik, kurikulum,
sarana-prasarana, anggaran, dan lain-lain.
a. SGD dikelola dengan mengubah sekolah sebagai bagian dari “community
compact”
yang
harus
dibina
melalui
dialog
dan
pemberdayaan
masyarakat, sehingga komite sekolah perlu diperkuat dan orang tua
dilibatkan dalam pengelolaan sekolah serta anak-anak dibantu untuk
menemukan dan mengasah potensinya; sekolah menjadi "lembaga
pembelajaran" yang melibatkan komunitas pembelajar terdiri dari anakanak, guru dan orang tua. Untuk mencapainya, jumlah siswa per kelas
harus diatur sehingga setiap siswa dapat menerima perhatian yang
memadai dari guru;
b. SGD mendorong guru agar mampu menghasilkan peserta didik yang
memiliki kompetensi baik kecakapan yang relevan untuk membantu
pengembangan
masyarakat
setempat
serta
untuk
meningkatkan
kesempatan mereka berpartisipasi dalam pembangunan nasional dengan
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
212
mengembangkan kecakapan hidup abad 21 dan pasar tenaga kerja,
termasuk pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan yang ramah
lingkungan. Untuk mewujudkannya, guru harus berperan aktif, kreatif,
inovatif
dan
dinamis
dalam
mengembangkan
pembelajaran
yang
mengintegrasikan dan memanfaatkan TIK;
SKGD harus mampu menyesuaikan dan mengontekstualisasikan
kurikulum nasional pada kebutuhan lokal. Berikut adalah beberapa aspek
penting seperti “inovasi strategi pembelajaran" untuk memperkuat proses
belajar
mengajar dalam membaca dan berhitung di kelas-kelas awal,
pilihan penggunaan pendekatan pendidikan multi bahasa dalam bahasa
ibu (MTB-MLE) jika sesuai dan diminta oleh masyarakat, penggunaan
metode pengajaran berbahan lokal, adat istiadat, cerita rakyat, lagu, dan
artefak budaya daerah lainnya, dan diperkaya dengan prinsip-prinsip
pembelajaran abad ke-21 serta orientasi pada pendidikan untuk
pembangunan berkelanjutan (ESD);
c. SGD akan ditempatkan di lahan seluas 5-10 hektar dan akan
dibangun/direhabilitasi dengan memprioritaskan penggunaan materi lokal
yang menggabungkan teknologi tradisional, seni dan citarasa budaya
setempat, selain juga memanfaatkan teknologi terbaru yang sesuai. SGD
akan dilengkapi dengan laboratorium sains dan bengkel teknik/ kejuruan
yang sesuai, perangkat keras dengan perangkat lunak yang disesuaikan
untuk penggunaan TIK, anggaran pemeliharaan, penggantian serta
pelatihan penggunaan TIK bagi siswa, guru dan tenaga kependidikan.
3. Masukan lingkungan
Masukan lingkungan (environmental input), antara lain, adalah peran
serta masyarakat, penggunaan bahan-bahan lokal, adat istiadat setempat
yang mendukung penyelenggaraan pendidikan, dan kearifan lokal.
B. Proses
Proses pendidikan adalah interaksi antara komponen input dalam kegiatan
pembelajaran, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil
pembelajaran.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
222
Proses pendidikan SGD memiliki karakteristik berikut:
1. "Pendekatan saintifik", yaitu penggunaan berbagai metode pengajaran untuk
kegiatan individu atau berpasangan atau kelompok yang mendorong siswa
untuk menggunakan prinsip-prinsip induktif penalaran dalam mengamati,
bertanya, membentuk
hipotesis,
menguji,
dan
membuat
kesimpulan.
Pendekatan tersebut dapat diterapkan dengan menggunakan sumber daya
lokal dan juga percobaan laboratorium ilmiah modern.
2. TIK untuk meningkatkan efektivitas pengajaran dan pembelajaran serta untuk
keperluan administrasi sekolah. Penggunaannya yang tepat harus dicari agar
dapat memenuhi kebutuhan lokal. Misalnya, guru daerah terpencil di
pedesaan dapat diberikan tablet yang berisi contoh-contoh perencanaan
pengajaran, dan unduhan catatan dari jaringan kelompok kerja guru (KKG
dan MGMP) yang tidak dapat mereka hadiri. Prasyarat penting penggunaan
TIK adalah pasokan listrik yang memadai di sekolah, anggaran sekolah terkait
TIK, serta pelatihan dalam penggunaannya.
3. Berbagai pendekatan pembelajaran aktif, misalnya pembelajaran berbasis
inquiry dan problem-based, collaborative-based atau project-based learning;
4. Penyediaan layanan bimbingan konseling dan pengembangan pribadi dengan
menyediakan posisi staf khusus konselor pada setiap SGD; dan
5. Pengukuran hasil belajar dengan menggunakan penilaian, mulai dari
penilaian formatif dan sumatif, ujian sekolah dan nasional, yang mengukur
aplikasi pengetahuan/konsep pada situasi dan permasalahan nyata di dunia
ini.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
232
C. Output
Output adalah hasil dari proses pendidikan yang ditunjukkan lulusan dalam
bentuk penguasaan pengetahuan, kecakapan dan perilaku untuk hidup dan
dunia kerja serta kecakapan pembelajaran dan inovasi, termasuk memanfaatkan
teknologi komunikasi informasi. Selain itu, lulusan juga harus menunjukkan
karakter dan sifat perilaku yang baik, terutama hal penting yang harus dimiliki
oleh daerah-daerah garis depan seperti karakter mulia, cinta tanah air, dan
kesadaran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
D. Kurikulum
Kurikulum memberikan arahan bagaimana SGD harus membekali peserta didik
dengan
berbagai
pengetahuan,
keterampilan
dan
perilaku/sikap
untuk
menghadapi tantangan hidup dan bekerja di abad 21 dalam meningkatkan daya
saing di kawasan ASEAN. Berikut adalah kerangka kurikulum SGD.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
242
KERANGKA KURIKULUM SGD
"Setiap anak merupakan individu yang lahir dengan potensi, minat, dan bakatnya masing-masing yang perlu
ditumbuhkembangkan secara optimal"
Profile Outcomes
Variabel
Indikator
Pembelajaran
(Kompetensi Lulusan)
Lulusan;
Kecakapan hidup
dan berkarir




Menguasai 3 jenis
kecakapan: (i)
kecakapan hidup dan
karir, (ii) kecakapan
belajar dan inovasi,
(iii) penguasaan dan
kecakapan,
mengembangkan dan
memanfaatkan TIK.
Berbudi pekerti luhur,
cinta tanah air, dan
kesadaran NKRI.
Aktif dan sehat secara
fisik
Berkontribusi positif
bagi masyarakat.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
 Kemampuan merespon dan
beradaptasi dalam lingkungan
yang dinamis
 Belajar mengatasi tantangan
dan masalah dalam kehidupan
(problem solving)
 Terampil, tekun dan teliti dalam
menghadapi tantangan dan
menyelesaikan masalah
 Belajar melalui berbagai
permainan, simulasi, percobaan
dan menghasilkan produk nyata
yang dapat dimanfaatkan
langsung dalam kehidupan
 Produktif
 pengembangan diri secara terusmenerus
Kecakapan
belajar dan
inovasi
 Memiliki kemauan menjadi
pembelajar seumur hidup
 Berani menggunakan cara-cara
baru untuk mencapai hasil yang
lebih baik
 Belajar untuk terus
menghasilkan karya cipta
bermutu
 Mengintegrasikan berbagai
persoalan nyata sehari-hari
dalam pembelajaran setiap topik
atau bahasan
 Aktif dalam mencari pengayaan
dari berbagai sumber belajar
Learning area
(Konten)
Kompetensi
sains,
teknologi,
engineering,
art, &
matemathics
(STEAM)
ESD
(Ekonomi,
lingkungan,
dan sosialbudaya)
Etika,
peradaban
252
Profile Outcomes
Variabel
Indikator
Pembelajaran
(Kompetensi Lulusan)
Kecakapan
mendayagunakan
dan
mengembangkan
teknologi
 Menguasai berbagai perangkat
teknologi dalam mengolah dan
menyampaikan informasi
 Merancang atau menciptakan
berbagai model pengolahan dan
penyampaian informasi
informasi
Berpikir kritis,
kreatif, kolaboratif,
komunikasi
 Tekun, teliti, kritis, dan berani
dalam menggunakan pendekatan
yang berbeda dari yang sudah
ada
 Mendorong keingintahuan,
pemahaman dan analisis
fenomena yang lebih tajam,
responsif dan komprehensif
 Biasa bekerja dalam tim untuk
menyelesaikan permasalahan
 Mendorong keaktifan dalam
mencari sumber alternatif
belajar
 Penumbuhan nilai-nilai budi
pekerti dan kearifan lokal dalam
perilaku sehari-hari
 Memiliki kepedulian pada
lingkungan alam, sosial, dan
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
 Memanfaatkan TI sebagai
sumber belajar
dan religius.
Olahraga dan
kesehatan
 Memanfaatkan TI sebagai
wahana untuk mengembangkan
kreasi, inovasi dan
menyampaikan gagasan
 Bisa mendengarkan pendapat
orang lain dan menyampaikan /
pemikiran dan pendapatnya
secara lisan dan tertulis.
Budi pekerti luhur
 Membiasakan menggunakan
perangkat teknologi dan media
informasi dalam berbagai
aktifitas pembelajaran
Learning area
(Konten)
 Keterlibatan semua peserta
didik dalam berbagai kegiatan
pembelajaran (partisipatif)
dengan menggunakan
pembelajaran kolaboratif
(collaborative learning)
 Internalisasi dan aktualisasi
nilai-nilai budi pekerti (jujur,
bertanggung jawab, hidup sehat,
disiplin, kerja keras, percaya diri,
berjiwa wirausaha, berpikir logis,
262
Profile Outcomes
Variabel
Indikator
Pembelajaran
(Kompetensi Lulusan)
budaya setempat.
 hormat terhadap diri sendiri,
orang lain dan masyarakat
Learning area
(Konten)
kritis, kreatif, dan inovatif,
mandiri, rasa ingin tahu dan
cinta ilmu pengetahuan) dan
kearifan lokal dalam berbagai
aktifitas sehari-hari di sekolah, di
rumah dan di masyarakat.
 Penanaman dan pembiasaan
yang berorientasi pada
keseimbangan lingkungan alam,
ekonomi, dan budaya secara
berkelanjutan serta penyadaran
bahwa bumi dan seisinya juga
milik generasi mendatang (ESD)
 Menanamkan kesadaran atas
pentingnya penghargaan
terhadap diri dan
pengembangan hubungan
dengan sesama secara
harmonis, bersahabat, dan
saling menghargai satu sama
lain.
Cinta Tanah Air
 Memiliki tanggung jawab sosial
(social responsibility) untuk
menjaga kerukunan hidup
bersama secara damai
 Berperilaku konsisten menjaga
nilai-nilai luhur dalam berbagai
aktifitas kehidupan
 Memiliki jiwa patriotisme dan
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
 Membiasakan aktifitas yang
berangkat dari kearifan lokal
(mis: tolong-menolong, gotongroyong, rasa hormat) di kelas, di
luar kelas, dan di masyarakat
 Menumbuhkan rasa tanggung
jawab terhadap keamanan,
kebersihan, keindahan,
kesehatan, kenyamanan, dan
272
Profile Outcomes
Variabel
Indikator
Pembelajaran
(Kompetensi Lulusan)
nasionalisme
 Cinta terhadap seni dan budaya
serta hasil karya anak bangsa
Learning area
(Konten)
ketertiban lingkungan sekolah
dan tempat tinggal
 menanamkan nilai dan
semangat kemerdekaan dan
kepahlawanan
 memperkenalkan seni, budaya,
dan hasil karya berbagai daerah
di Indonesia
 membiasakan penggunaan
produk dalam negeri
Kesadaran NKRI
 Menghargai keberagaman (Suku,
agama, ras, golongan) dan
kesatuan (diversity & unity)
 mengutamakan keutuhan dan
kebersamaan dalam menghadapi
dan menyelesaikan berbagai
persoalan hidup.
 Kesadaran dan kepedulian
hukum dan ketertiban sosial
 Kesadaran akan hak dan
kewajiban sebagai warga negara
 Penanaman kesadaran tentang
kedaulatan bangsa dan NKRI
 Menginternalisasikan nilai-nilai
kebersamaan dan cinta tanah
air melalui berbagai kegiatan,
baik dalam pembelajaran intra
kurikuler, ko-kurikuler, ekstra
kurikuler, dan pembiasaan
 Penanaman dan aktualisasi
nilai-nilai dan perilaku yang
mencerminkan sadar dan taat
hukum dan ketertiban sosial
termasuk anti-KKN dan
pelaporan terhadap bentuk
pelanggaran hukum dan
ketertiban sosial
 Penanaman pemahaman
terhadap hak dan kewajiban:
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
282
Profile Outcomes
Variabel
Indikator
Pembelajaran
(Kompetensi Lulusan)
Learning area
(Konten)
untuk dipilih dan memilih dalam
Pemilihan umum, hak
menyatakan pendapat, hak
mendapatkan pekerjaan yang
layak, dll
Berperan aktif
dalam kehidupan
masyarakat
setempat
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
 Menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam
menyelesaikan masalah terkait
lingkungan tempat tinggal
 Membuat program, kegiatan,
kampanye, mengadvokasi
masyarakat untuk sadar
lingkungan.
 Menemukan cara baru yang lebih
baik dalam mengatasi berbagai
permasalahan
 Melibatkan diri secara aktif dan
partisipatif dalam kegiatan yang
positif yang diselenggarakan di
lingkungan sekitar
292
Model SGD dapat diadopsi atau diadaptasi sesuai dengan kondisi
lingkungan masyarakat yang ada di lokasi SKGD.
Gambar2. Model pendidikan SGD
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN
INSTRUMENTAL INPUT
Pendidik: GGD yang memenuhi kompetensi
Kurikulum: kurikulum nasional diperkaya dengan materi Pendidikan
Abad 21 dan ESD
Sarana dan prasarana: lahan 5-10 Ha, bangunan menguta-makan
material lokal, memiliki berbagai laboratorium dan bengkel yang
diperlukan, pembelajaran memanfaatkan TIK yang dapat diakses
setiap siswa
Dana: dari Kemdikbud, tidak menutup kemungkinan peran serta dari
ekologi pendidikan setempat
Pengelolaan: sekolah (i) adalah mitra orang tua dalam mendampingi anak menemukan dan mengasah potensinya, (ii)
merupakan komunitas pembelajar bagi anak, pendidik,
dan orang tua. Jumlah siswa/kelas: rendah
PESERTA DIDIK
Anak kurang terlayani
kebutuhan
pendidikannya, tinggal
di daerah terpencil,
tertinggal, terluar,
perbatasan, dan
miskin perkotaan:
jauh dari sekolah
sarana angkutan
minim, tergantung
musim
bekerja membantu
orang tua
berpindah-pindah
lingkungan kurang
mendukung
budaya komunitas
kurang mendukung
PROSES
Menggunakan pendekatan
saintifik.
Memanfaatkan TIK setidak-nya
dalam tahap penginte-grasian
pemanfaatan ke da-lam proses
pembelajaran.
Pembelajaran berbasis sum-ber
yang beragam (resour-cesbased learning) dan
menggunakan berbagai
pendekatan (problem-based,
collaborative-based atau projectbased learning).
Meliputi layanan bimbingan
konseling dan pengembang-an
diri
Pengukuran hasil belajar melalui
aplikasi berbagai pengetahuan/
konsep telah dipelajari
OUTPUT
Lulusan yang
menguasai tiga jenis
kecakapan: (i)
keca-kapan hidup
dan berkarir, (ii)
keca-kapan belajar
dan berinovasi, dan
(iii) kecakapan
meman-faatkan
teknologi dan media
informasi.
2. berkarkater
mulia, cinta tanah
air, dan kesadaran
NKRI.
MASUKAN LINGKUNGAN
Peran serta masyarakat, potensi bahan bangunan lokal, adat
istiadat setempat yang mendukung penyelenggaraan pendidikan,
kearifan lokal, dan potensi peran serta finansial dunia kerja lokal.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
303
LOKASI SGD
SKGD yang akan didirikan di lokasi tertentu harus memenuhi:
1) kebutuhan untuk menyediakan akses yang merata terhadap kualitas
dan relevansi layanan pendidikan di daerah target, 2) kebutuhan negara untuk
menyesuaikan penyediaan pendidikan dengan kebutuhan budaya, bahasa,
agama dan sosial-ekonomi kawasan dan 3) kebutuhan untuk memberikan
keamanan dan keselamatan yang diperlukan dalam pelaksanaan rencana ini.
Dengan mempertimbangkan karakteristik yang ada, Sekolah Garis Depan
(SGD) akan didirikan terutama di: wilayah terjauh, wilayah perbatasan, wilayah
termiskin, wilayah terpencil/terluar/tertinggal.
A. Wilayah Terjauh
Wilayah terjauh merupakan wilayah yang sebenarnya dimaknai sebagai
wilayah kepulauan terdepan, yang secara khusus merupakan pulau-pulau terluar.
Wilayah ini ada yang berpenghuni dan ada yang tidak berpenghuni.
Permasalahan yang dihadapi oleh daerah terjauh dalam hal pendidikan adalah
tidak tersedianya atau kesulitan dalam memperoleh guru yang berkualitas baik
dan
pendukung
pembelajaran
seperti
bahan
ajar.
Perencanaan
dan
pembangunan sekolah di lokasi tersebut memiliki biaya per unit yang tinggi dan
karena itu memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Posisi guru di wilayah ini
umumnya diisi oleh hanya satu sumber daya manusia - dengan kualifikasi
pendidikan formal yang rendah, atau siapa saja yang memiliki komitmen pada
pembelajaran siswa.
B. Wilayah perbatasan
Wilayah perbatasan adalah wilayah negara yang berbatasan langsung
dengan negara-negara tetangga Indonesia. Isu utama yang merupakan ciri
daerah ini adalah adanya kesenjangan yang disebabkan oleh kurangnya sarana
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
313
dan prasarana sekolah dalam masyarakat di lokasi tersebut dibandingkan
dengan daerah lainnya. Di beberapa daerah perbatasan, masalah ini diperparah
oleh kesenjangan dalam pembangunan daerah dibandingkan dengan negaranegara tetangga terdekat yang cenderung jauh lebih maju, baik dalam prasarana
maupun pelayanan publik lainnya. Tidak jarang ditemui pemenuhan kebutuhan
penduduk pada wilayah perbatasan sangat tergantung dengan daerah negara
tetangga tersebut.
Isu utama lain adalah munculnya disintegrasi bangsa di wilayah perbatasan
tersebut.
Rasa
nasionalisme
yang
memudar
dan
disintegrasi
dapat
memunculkan keinginan masyarakat mengubah kewarganegaraan dan bahkan
melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keinginan
masyarakat untuk
mengubah kewarganegaraan terjadi
sebagian karena
kurangnya penyediaan pelayanan publik, dan adanya persepsi bahwa Negara
tidak peduli dalam pemenuhan tanggung jawabnya kepada warganya.
Kehadiran SGD di daerah perbatasan ini memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk memperoleh layanan pendidikan yang sama dengan yang di
daerah lain di negeri ini.
C. Wilayah Termiskin/Kumuh
Masalah penyediaan layanan yang memadai untuk masyarakat miskin, di
daerah pedesaan maupun di daerah kumuh perkotaan menjadi fenomena besar
di negeri ini. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya langsung untuk mengatasi
persoalan ini sebelum permasalahan semakin besar dan mengganggu stabilitas
masyarakat.
Wilayah termiskin/kumuh merupakan sebuah bagian wilayah yang terdapat
pada daerah perdesaan atau perkotaan yang secara umum kondisinya dicirikan
dengan pemukiman yang rapat, tidak tertata, dan kotor. Kondisi sosial ekonomi
masyarakat daerah termiskin/kumuh rendah sehingga kemampuan pemenuhan
kebutuhan hidup juga rendah. Sebagai konsekuensi dari kondisi tersebut kualitas
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
323
kehidupan masyarakatnya menjadi rendah misalnya dari sisi kesehatan dan
pendidikan.
Wilayah kumuh perkotaan lazimnya merupakan wilayah padat penduduk,
tidak sedikit merupakan pemukiman liar yang tidak berizin. Daerah ini sering
menjadi tempat singgah awal para pendatang yang akan mengadu nasib mencari
pekerjaan di kota. Akibatnya, populasi menjadi sangat padat dan kerentanan
sosial yang tinggi dengan konflik sosial dan kejahatan menjadi endemik.
Pada wilayah kumuh perkotaan banyak dijumpai anak-anak yang tidak
mendapatkan hak mereka atas pendidikan. Persoalan pokok yang mereka
hadapi adalah ketidakmampuan orangtua untuk membiayai pendidikan karena
kemampuan ekonominya rendah. Selain itu banyak juga anak-anak yang harus
bekerja membantu orangtua mencari nafkah. Bidang-bidang pekerjaan yang
ditekuni adalah bidang nonformal dengan nilai penghasilan yang rendah,
misalnya pedagang asongan, kernet bis, pengamen, dan sebagainya.
Penyelenggaraan SGD di wilayah ini dimaksudkan tidak hanya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tetapi juga untuk mengurangi
kerentanan sosial yang mungkin terjadi pada anak-anak usia sekolah misalnya
penyalahgunaan narkoba, perilaku remaja tidak bermoral dan prilaku kriminal.
D. Wilayah Terpencil / Terluar / Tertinggal
Wilayah terpencil/terluar merupakan wilayah garis depan yang memiliki
kekhasan permasalahan yang disebabkan karena posisi geografis. Posisi khusus
membuat daerah ini terisolasi dan sulit dijangkau oleh pihak dari luar. Pada
wilayah-wilayah ini akses transportasi sangat terbatas, bahkan tidak sedikit dari
wilayah tersebut yang tidak dapat ditembus oleh akses darat, karena belum ada
infrastruktur jalan tanah.
Wilayah terpencil pada dasarnya diklasifikasikan ke dalam dua macam,
yang pertama adalah wilayah kepulauan dan yang kedua adalah wilayah daratan
yang terisolasi. Di wilayah kepulauan, akses hanya dapat dicapai melalui
perairan dengan sarana transportasi yang terbatas. Sementara di willayah
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
333
daratan terpencil, multi moda transportasi diperlukan seperti pesawat terbang,
kapal, dan atau jalan.
Isu pendidikan yang muncul di wilayah-wilayah ini antara lain: 1) kondisi
sekolah yang seadanya, kadang-kadang tidak ada guru atau siswa harus pergi
ke pulau lain untuk bersekolah, (2) penggunaan bahasa daerah yang sangat
kuat, 3) kehidupan sosial cenderung bersifat kesukuan, 4) masyarakat hidup
nomaden, dan 5) kondisi cuaca sangat mempengaruhi kegiatan masyarakat.
Penyelenggaraan SGD di daerah terpencil/terluar diharapkan mampu
berperan sebagai pemicu kemajuan daerah, dengan menciptakan orang-orang
yang berpikir maju dan komprehensif yang akan memberikan kontribusi untuk
lingkungan, masyarakat, dan wilayah, yang pada gilirannya dapat menjadi
penggerak pada arah perubahan yang lebih baik.
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
343
PENJADWALAN
No
Uraian Kegiatan
1
KAK Pelaksanaan
SGD
PendidikanTerinte
grasi SD sampai
SMA-SMK
Kriteria
LatarBelakang
2
PIC
9 Februari 2016
Balitbang
9 Februari 2016
HTL/ Biro
Hukor
Tujuan
Sasaran
LatarBelakang
Penyusunan
Peraturan Menteri
Tentang
Pelaksanaan dan
Kelembagaan
SGD
Pelaksanaan
(batas waktu)
Tujuan
Sasaran
Ditjen
Dikdasmen
dan Ditjen
GTK
Pembagian tugas
dan tanggungjawab
4 Februari 2016
PKLK
Dikdasmen
25 Lokasi
5 s.d. 20
Februari 2016
Pengelola
Output
Penetapan Lokasi
SK
Mendikbud/Dirjen
27 Februari
2016
Pengelola
Output/ HTL/
Biro Hukor
Perencanaan
Bangunan
Konsultan
Perencana
Mendesain
Bangunan Sekolah
19 April 2016
Konsultan
Perencana
3
Mapping/Pemetaa
n Sasaran
4
Survey lokasi
5
6
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
353
Lampiran Komponen Pembelajaran SGD
Terdapat
tiga
komponen
utama
yang
perlu
diperhatikan
dalam
penyelenggaraan SGD yakni 1) kegiatan pembelajaran, 2) guru dan tenaga
kependidikan, dan 3) fasilitas pembelajaran.
1. Kegiatan Pembelajaran
Prinsip yang dianut dalam kegiatan pembelajaran SGD meliputi a)
pembelajaran abad 21, b) menggunakan teknologi mutakhir, dan c) menerapkan
nilai-nilai
pendidikan
untuk
pembangunan
berkelanjutan
(Education
For
Sustainable Development/ESD). Rincian prinsip-prinsip kegiatan pembelajaran
dicantumkan pada tabel berikut.
No
A
Tipe
Pembelajaran Abad
21


Kriteria
Student-based
learning
Indikator
Pembelajaran yang
memperhatikan karakteristik
siswa: kemampuan,
keaktifan, kebutuhan,
motivasi, bakat dan minat
individu siswa
Problem-based
learning:
Pembelajaran yang
berbasis pada
pemecahan
masalah : model
pembelajaran yang
kontekstual yang
merangsang
peserta didik untuk
belajar, peserta
didik belajar di kelas
menerapkan
pembelajaran
berbasis masalah,
bekerja dalam satu
tim untuk
memecahkan
masalah dunia
nyata (real world).





Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
Pembelajaran
mengintegrasikan seluruh
bidang mapel, bersifat
menyeluruh,
memperhatikan aspekaspek perkembangan
Peserta didik
Peserta didik
membangun pemikiran
melalui pengalaman
langsung, belajar sesuatu
yang nyata, terjadi, dan
dialami dalam kehidupan
serta merasakan
langsung manfaat
belajarnya.
Peserta didik belajar
sambil melakukan
Peserta didik adalah
pembelajar yang aktif
menentukan, melakukan,
dan mengevaluasi
Peserta didik terlibat
363



Resources-based
learning:
Pembelajaran yang
berorientasi pada
pemanfaatan
potensi sumber
daya pembelajaran

Collaborativebased learning:
Pembelajaran yang
berorientasi pada
kerjasama





Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
Project-based

langsung dalam
menentukan masalah,
mencari solusi terhadap
masalah, dan
mengevaluasi solusi
tersebut sehingga
pembelajaran lebih
menarik dan
menyenangkan bagi
Peserta didik.
Guru atau fasilitator
memberikan konsep
dasar, petunjuk, referensi,
atau link, dan skill yang
diperlukan dalam
pembelajaran tersebut
agar peserta didik masuk
dalam atmosfer
pembelajaran dan
memperoleh peta yang
akurat tentang arah dan
tujuan pembelajaran.
Peserta didik belajar
dengan menggali sendiri
dari berbagai sumber
informasi
melibatkan siswa secara
efektif dalam
menggunakan sumber
belajar yang beragam,
yaitu sumber-sumber
tercetak, tidak tercetak,
atau orang.
belajar secara kelompok,
baik dengan tatap muka
atau dialog elektronik
(menggunakan media
TIK) antara peserta didik
dan pakar,
Peserta didik memiliki
tujuan bersama,
bertanggung jawab satu
sama lain untuk
keberhasilannya
Peserta secara aktif
berkolaborasi dan
bernegosiasi makna satu
sama lain dalam keranga
kontekstual, dapat
difasilitasi oleh mentor,
pemimpin kelompok,
pelatih on-line
peserta didik membuat
373
learning:
Pembelajaran
dengan kegiatan
eksplorasi,
penilaian,
interpretasi, sintesis
informasi untuk
memperoleh hasil
belajar mencakup
pengetahuan,
keterampilan, dan
sikap








Menggunakan
pendekatan
saintifik yang
meliputi langkahlagkah: Mengamati,
menanya, menalar,
mencoba, dan
berjejaring




Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
keputusan tentang
kerangka kerja,
adanya permasalahan
atau tantangan yang
diajukan kepada peserta
didik,
peserta didik mendesain
proses untuk menentukan
solusi atas
permasalahan/tantangan
yang diajukan,
peserta didik secara
kolaboratif bertanggung
jawab untuk mengakses
dan mengeloal informasi
untuk memecahkan
permasalahan,
proses evaluasi
dijalankan secara kontinu,
peserta didik secara
berkala melakukan
refleksi atas aktivitas
yang sudah dijalankan,
produk akhir aktivitas
belajar akan dievaluasi
secara kualitatif,
situasi pembelajaran
sangat toleran terhadap
kesalahan dan perubahan
Materi pembelajaran
benar-benar berdasarkan
fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan
logika atau penalaran
tertentu.
Penjelasan guru, respon
peserta didik, dan
interaksi edukatif gurupeserta didik harus
terbebas dari prasangka
apapun, pemikiran
subyektif, atau penalaran
yang menyimpang dari
alur berpikir logis.
Mendorong dan
menginspirasi peserta
didik berpikir kritis,
analitis dan tepat dalam
mengidentifiaksi,
memahami, memecahkan
masalah dan
mengaplikasi materi
pembelajaran.
Mendorong dan
383

B
Pendidikan untuk
pembangunan
berkelanjutan (ESD)
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
Pemanfaatan
semua
laboratorium
“konvensional”
dan “kontekstual”
Pengintegrasian nilainilai ESD dalam
pembelajaran
menginspirasi (i) peserta
didik mampu berfikir
hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan,
dan tautan satu dengan
yang lain dari sudut
pandang materi
pembelajaran, dan (ii)
memahami, menerapkan,
dan mengembangkan
pola pikir rasional dan
objektif dan merespon
materi pembelajaran.
 Berbasis pada konsep,
teori dan fakta empiris
yang dapat
dipertanggung jawabkan.
 Tujuan pembelajaran
dirumuskan secara
sederhana dan jelas serta
menarik sistem
penyajiannya.
Peserta didik melaksanakan
praktikum dengan
memanfaatkan laboratorium
IPA, bahasa, lingkungan
alam (hutan, kelautan,
pegunungan), sosial (pasar,
kekerabatan, kependudukan)
dan budaya (adat istiadat,
seni, peninggalan budaya)
 Peserta didik menghayati
bahwa bumi tidak hanya
milik generasi sekarang
tetapi juga generasi yang
akan datang.
 Peserta didik
memperoleh
pemahaman,
keterampilan, sikap, dan
kebiasaan untuk
memelihara
keharmonisan lingkungan
alam dengan sosial dan
ekonomi.
 Pengintegrasian nilai-nilai
ESD dalam
pembelajaran, baik
melalui kegiatan
intrakurikuler,
ekstrakurikuler, maupun
kokurikuler dilaksanakan
oleh semua guru
393
C
Menggunakan TIK
Pemanfaatan TIK

dalam perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi
hasil pembelajaran, dan
tindak lanjutnya


Komputer ada di semua
ruang kelas, meja GTK,
dan di tempat strategis
lainnya yang semuanya
tersambung ke internet.
Penggunaan TIK dalam
pembelajaran.
Pendidik
mengintegrasikan materi
pembelajaran ke dalam
perangkat lunak TIK.
2. Guru dan Tenaga Kependidikan
A. Latar Belakang
Kriteria
Berkompeten
Berkomitmen
Indikator pendidik yang memiliki kompetensi yang diperlukan
Berpendidikan minimal S1 sesuai dengan mata pelajaran yang
diampu/tugas,
 sudah mengikuti PPG dengan sukses,
Menyelesaikan SM3T dengan sukses

B. Kompetensi Pendidik SKGD
Kriteria
Indikator pendidik yang memiliki kompetensi yang diperlukan
1. Pendidik mampu
mengintegrasika
n nilai-nilai ESD
dalam
pembelajaran
Pendidik mampu:
 menjadikan siswa menghayati bahwa bumi tidak hanya milik generasi
sekarang tetapi juga generasi yang akan datang.
 menjadikan siswa memperoleh pemahaman, keterampilan, sikap,
dan kebiasaan untuk memelihara keharmonisan lingkungan alam
dengan sosial dan ekonomi.
 mengintegrasikan nilai-nilai ESD dalam pembelajaran, baik melalui
kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler
Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran berorientasi pada
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning)
dindikasikan oleh kemampuan pendidik dalam menjadikan:
 siswa merasa jelas tentang apa yang mereka perlukan untuk dicapai,
 siswa memandang belajar sebagai kegiatan yang bermakna,
dan menyediakan:
 bimbingan untuk siswa dalam mencapai hasil yang diinginkan
 kegiatan yang diperlukan siswa untuk membangun pengetahuan
mereka sendiri dari berbagai sumber belajar
2. Pendidik mampu
melaksanakan
Pembelajaran
Abad-21 yaitu
pembelajaran
yang
berorientasi
pada: (i) studentcentered
learning, (ii)
problem-based
learning, (iii)
resourcesbased learning,
Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran berorientasi pada
pembelajaran berbasis pada pemecahaan masalah (problem-based
learning) dindikasikan oleh kemampuan pendidik dalam:
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
404
Kriteria
(iv)
collaborativebased learning,
(v) projectbased learning,
dan (vi)
menggunakan
pendekatan
saintifik dalam
pembelajaran
Indikator pendidik yang memiliki kompetensi yang diperlukan
menyelenggarakan pembelajaran yang mengintegrasikan seluruh
bidang mata-pelajaran, bersifat menyeluruh, dan memperhatikan
aspek-aspek perkembangan siswa;
 memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran agar siswa masuk dalam atmosfer
pembelajaran dan memperoleh peta yang akurat tentang arah dan
tujuan pembelajaran; serta
 menjadikan siswa mampu (i) membangun pemikiran melalui
pengalaman langsung, belajar sesuatu yang nyata, terjadi, dan
dialami dalam kehidupan serta merasakan langsung manfaat
belajarnya; (ii) belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing);
(iii) menjadi pembelajar yang aktif menentukan, melakukan, dan
mengevaluasi; (iv) terlibat langsung dalam menentukan masalah,
mencari solusi terhadap masalah, dan mengevaluasi solusi tersebut
sehingga pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran berorientasi pada
pembelajaran berbasis pada sumber belajar yang beragam (resourcebased learning) dindikasikan oleh kemampuan pendidik:
 dalam menjadikan peserta didik mampu belajar dengan menggali
sendiri dari berbagai sumber informasi
 melibatkan siswa secara efektif dalam menggunakan sumber belajar
yang beragam, yaitu sumber-sumber tercetak, tidak tercetak, atau
orang.
Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran berorientasi pada
pembelajaran brbasis kebersamaan (collaborative-based learning)
dindikasikan oleh kemampuan pendidik dalam:
 mengelola pembelajaran secara kelompok, baik dengan tatap muka
atau dialog elektronik (menggunakan media TIK) antara peserta didik
dan pakar;
 menjadikan siswa memiliki tujuan bersama, bertanggung jawab satu
sama lain untuk keberhasilannya; serta
 mengelola suasana pembelajaran yang menjadikan siswa secara
aktif berkolaborasi dan bernegosiasi makna satu sama lain dalam
keranga kontekstual.
Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran berorientasi pada
pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) dindikasikan oleh
kemampuan pendidik dalam:
 menyusun permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada
siswa;
 mengelola situasi pembelajaran yang sangat toleran terhadap
kesalahan dan perubahan;
 menjadikan siswa mampu (i) membuat keputusan tentang kerangka
kerja, (ii) mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan/tantangan yang diajukan, serta (iii) secara kolaboratif
bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk
memecahkan permasalahan, serta (iv) serta melakukan refleksi atas
aktivitas yang sudah dijalankan secara berkala; serta
 melaksanakan proses evaluasi secara kontinu, dan evaluasi kualitatif
terhadap produk akhir aktivitas belajar.
Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik diindikasikan oleh:
 kemampuan pendidik dalam merumuskan tujuan pembelajaran

Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
414
Kriteria
Indikator pendidik yang memiliki kompetensi yang diperlukan
secara sederhana dan jelas serta disajikan dengan menarik,
materi pembelajaran yang (i) benar-benar berdasarkan fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu, serta (ii) berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang
dapat dipertanggung jawabkan.
 kemampuan pendidik mendorong dan menginspirasi peserta didik
untuk (i) berpikir kritis, analitis dan tepat dalam mengidentifikasi,
memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasi materi
pembelajaran, (ii) berfikir hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari sudut pandang
materi pembelajaran, serta (iii) memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola pikir rasional dan objektif dan merespon materi
pembelajaran,
 adanya penjelasan pendidik, respon siswa, dan interaksi edukatif
pendidik-siswa yang terbebas dari prasangka apapun, pemikiran
subyektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan
TIK dindikasikan oleh kemampuan pendidik dalam:
 menjadikan siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran;
 mengintegrasikan materi pembelajaran ke dalam perangkat lunak TIK
 melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered learning), bersifat kolaboratif (collaborative learning), dan
berbasis sumber yang beragam (resources-based learning)

3. Pendidik mampu
memanfaatan
TIK dalam
perencanaan,
pelaksanaan,
evaluasi hasil
pembelajaran,
dan tindak
lanjutnya
3. Fasilitas Pembelajaran
Sarana pembelajaran SKGD disiapkan sesuai standar sarana dan
prasarana sebagaimana tercantum dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007
dengan
mengembangkan
keunggulan
tambahan
untuk
mengakomodasi
kebutuhan untuk Pembelajaran Abad 21. Keunggulan ini antara lain ditandai
dengan: 1) menerapkan pembelajaran berbasis teknologi informasi terbaru, 2)
Memfasilitasi beragam kebutuhan, modalitas, dan orientasi belajar siswa, dan 3)
sumber daya pembelajaran dan dukungan media terbaru.
Tabel berikut menggambarkan kondisi sarana pembelajaran SKGD:
No
1
Jenis
Karakteristik umum Lingkungan
Sekolah: Pelajaran diberikan di
dalam dan luar kelas, ruang di luar
kelas dirancang dan diprogram
Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
Indikator


Luas, rapi, dan ada area hijau.
Pola bangunan mengakomodasi
pertumbuhan dan perkembangan
anak (anak-anak membutuhkan
ruang untuk bermain, berlari,
aktivitas fisik)
424
No
Jenis
untuk mendukung pembelajaran
Indikator

kapan saja (pembelajaran setiap
saat)

2
Memanfaatkan teknologi informasi
terkini: belajar difasilitasi oleh
penggunaan media teknologi
informasi terbaru untuk memfasilitasi
dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.










3
Kelas





Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
Memiliki ruang terbuka yang
berfungsi seperti taman, play ground,
tempat diskusi kelompok, dan
laboratorium alam.
tersedia ruang dalam gedung yang
dapat digunakan sebagai tempat
untuk diskusi, menunggu, atau
beristirahat.
tersedia display papan interaktif
(setidaknya LCD)
tersedia komputer utama di kelas
tersedia laptop / komputer siswa
untuk belajar 1-1 / kelompok
Tersedia perangkat pendukung:
PDA, tablet, Smartphone
tersedia perangkat lunak atau
aplikasi pendidikan
Memiliki sistem manajemen dan isi
pembelajaran
Tersedia sarana konferensi online,
video dan audio.
tersedia kamera, perekam, mikrofon,
speaker, headphone.
tersedia sarana pembuatan media
Dilengkapi dengan akses internet
cepat dan kuat.
Kelas berukuran luas; peserta didik
memiliki cukup ruang untuk
bergerak.
jumlah siswa dan guru per kelas:
rasio siswa rendah
dilengkapi dengan teknologi instalasi
jaringan: papan layar utama dan
komputer peserta didik sesuai
dengan kebutuhan.
Untuk mendukung pembelajaran
berbasis kegiatan, lingkungan belajar
yang fleksibel diperlukan untuk
memfasilitasi kolaborasi dan
memungkinkan peserta didik dapat
melaporkan temuannya dan
menunjukkan kepada teman
sejawatnya
Cukup fleksibel dan adaptif dalam
memberikan berbagai kesempatan
untuk belajar di kelas, mulai dari
belajar secara individu, belajar dalam
kelompok kecil, dan dalam kelompok
besar dan klasik/pembelajaran
434
No
Jenis
Indikator








4
Perpustakaan / Pusat Sumber Daya







Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
tradisional
Furniture mudah dipindahkan dan
diatur sehingga ruang dapat dengan
mudah diatur ulang untuk
mengakomodir berbagai modalitas.
Kursi nyaman dan ada ruang untuk
pembelajaran dan penyimpanan
Ketersediaan furnitur untuk
mengakomodasi penataan kursi
yang bervariasi sesuai dengan
pilihan pelajar atau guru
Meja dapat dikombinasikan untuk
mendukung pembelajaran kolaboratif
dan praktis dapat diatur untuk
pembelajaran aktif
Peserta didik dapat berdiri dan
bergerak, karena gerakan dapat
mendukung pembelajaran dan gaya
hidup sehat.
Papan tulis, clipboard, dan alat bantu
belajar lainnya tersedia di ruang
kelas untuk memudahkan transisi
lingkungan belajar dari guru-yang
mengarahkan menjadi siswa yang
mengarahkan.
tersedia ruang atau furnitur yang
berfungsi tidak hanya untuk
menyimpan bahan belajar tetapi juga
untuk menampilkan dan
menunjukkan keberhasilan karya
peserta didik.
ketersediaan dan didistribusikannya
listrik yang memadai dan koneksi
yang kuat.
Memiliki ukuran lebar/luas
Memiliki koleksi yang memadai:
buku, ensiklopedi, DVD-VCD,
komputer dan jaringan internet yang
cepat.
desain lingkungan yang nyaman dan
aman
Kamar berwarna-warni untuk
memberikan energi positif
Kursi dan meja mudah dipindahkan
(mobile)
Di beberapa titik tersedia komputer
dengan koneksi internet.
Memiliki koleksi berbagai bidang
yang berbeda seperti: sains,
teknologi, ilmu sosial, seni, budaya,
ekonomi, dll.
444
No
5
Jenis
Ruang tunggu, berkumpul dan
diskusi.
Indikator




Konsep SKGD - Puslitjakdikbud
ruangan yang luas dengan penataan
dan sirkulasi udara yang baik.
Dapt digunakan sebagai ruang
tunggu; menghubungkan antara
kelas, sebagai sarana interaksi
peserta didik dari kelas yang
berbeda.
tersedia kursi dengan berbagai
bentuk/jenis serta karpet untuk
memfasilitasi pembelajaran yang
menyenangkan.
komputer yang tersedia di beberapa
titik akses internet.
454
Download