MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN: SEKOLAH GARIS DEPAN SEBAGAI CONTOH PROSES YANG EFEKTIF Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 2016 DAFTAR ISI PENDAHULUAN........................................................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Tujuan dari Sekolah Garis Depan............................................................... 2 Prinsip Sekolah Komunitas Garis Depan ............................................................... 4 1. Adaptasi dan Kontekstualisasi lokal.......................................................... 4 2. Pembelajaran Abad 21 dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD) .................................................................................... 7 3. Manajemen dan Akuntabilitas Hasil yang Meningkat ............................... 8 4. Mewujudkan Guru yang Andal ................................................................... 9 5. Sekolah Etika dan Ramah Anak ................................................................. 9 6. Sekolah sebagai Organisasi Pembelajaran ............................................. 10 7. Kepemimpinan Sekolah yang Bermutu ................................................... 10 8. Sarana dan Prasarana yang sesuai.......................................................... 11 Pengembangan Sekolah Frontline........................................................................ 15 1. Unit pelaksana teknis Kemendikbud dalam bentuk sekolah terpadu; .. 15 2. Keterlibatan ekosistem pendidikan melalui prinsip kemitraan dan kolaborasi................................................................................................... 15 3. Kelembagaan ............................................................................................. 16 4. Pengadaan dan Peningkatan Kompetensi Guru ..................................... 18 5. Karakteristik guru ...................................................................................... 19 Model Pendidikan Sekolah Garis Depan .............................................................. 21 A. Input ............................................................................................................ 21 B. Proses......................................................................................................... 22 C. Output Pembelajaran................................................................................. 24 D. Kurikulum ................................................................................................... 24 KERANGKA KURIKULUM SKGD........................................................................... 25 Lokasi Sekolah Garis Depan ........................................Error! Bookmark not defined. A. Daerah terjauh ..................................................Error! Bookmark not defined. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud i i B. Daerah perbatasan ...........................................Error! Bookmark not defined. C. Daerah Termiskin/Kumuh ................................Error! Bookmark not defined. D. Daerah Terpencil / Terluar / Tertinggal ...........Error! Bookmark not defined. PENJADWALAN ............................................................Error! Bookmark not defined. Lampiran Komponen Pembelajaran SKGD .................Error! Bookmark not defined. 1. Kegiatan Pembelajaran ....................................Error! Bookmark not defined. 2. Guru dan Tenaga Kependidikan......................Error! Bookmark not defined. 3. Sarana Pembelajaran .......................................Error! Bookmark not defined. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud ii i PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hadirnya negara di wilayah terjauh, wilayah perbatasan, wilayah termiskin, wilayah terpencil/terluar/tertinggal, dan/atau berpihak pada kelompok paling rentan dalam pembangunan belum begitu dirasakan selama ini. Ketidakhadiran negara tersebut menjadi kritik yang berkembang selama ini sehingga menyebabkan negara dianggap tidak berpihak dan tidak adil pada kelompok sosial terbawah. Ketidakhadiran negara tersebut diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya ketimpangan layanan pendidikan antar wilayah yang belum dapat menjamin adanya pendidikan yang layak, adil, merata dan bermutu. Penyelenggaraan pendidikan yang merata dan bermutu melalui sistem pendidikan desentralisasi yang ada telah menjadi permasalahan utama dalam meningkatkan standar hidup di daerah tertinggal. Penyelenggaraan pendidikan yang ada biasanya berbentuk sekolah dengan karakteristik yang sama dan standar. Kecenderungan ini menjadikan layanan pendidikan yang ada kurang sesuai dengan karakteristik masyarakat yang dilayani dan lingkungan alam di mana tempat satuan pendidikan tersebut berada. Konsep Sekolah Komunitas Garis Depan (SKGD) dimaksudkan untuk mengubah paradigma sistem pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan di daerah tersebut dan di daerah lainnya. Konsep ini tidak menawarkan model satuan pendidikan standar tapi rintisan proses inovatif adaptif yang dapat berfungsi sebagai contoh bagi satuan pendidikan di seluruh wilayah negeri. SKGD merupakan upaya untuk meningkatkan mutu, efektivitas dan relevansi pembelajaran melalui fleksibilitas dan adaptasi yang lebih banyak pada muatan lokal (penekanan tercermin dalam judul sekolah komunitas) untuk mengatasi permasalahan yang muncul karena keragaman yang luas dari konteks yang berbeda menurut lokasi satuan pendidikan. Proses inovatif yang mendasari pendekatan SKGD berhubungan dengan karakteristik satuan pendidikan yang didapat dari penelitian pendidikan nasional dan internasional yang dapat membuat sekolah di daerah tersebut lebih efektif. Selain itu, pengembangan SKGD merupakan bentuk penjabaran Nawacita (9 Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 11 Prinsip) di bidang pendidikan yang berkaitan dengan prinsip pembangunan Indonesia "dari pinggiran". Dalam konteks ini, "pinggiran" ditafsirkan sebagai wilayah yang kurang mendapatkan layanan pendidikan, sehingga memiliki mutu yang timpang dan buruk. Oleh karena itu, SKGD diharapkan dapat berkontribusi pada pemerataan dan mutu penyelenggaraan pendidikan yang lebih baik untuk berbagai wilayah di Indonesia, khususnya dalam menghadapi karakteristik unik masyarakat yang dilayani serta karakteristik lingkungan alam mereka. Selain sebagai sekolah "Garis Depan", sekolah-sekolah ini juga disebut sebagai "Sekolah Komunitas" yang mengedepankan masyarakat dan keterlibatan orangtua. Sekolah seperti ini memiliki sejarah panjang dan baik dalam membantu menurunkan kesenjangan dalam penyelenggaraan pendidikan antara kelompok dengan sosial ekonomi yang berbeda di negara-negara di seluruh dunia. Aspek "Komunitas" menunjukan pentingnya pelayanan sosial dan pelayanan kesehatan di dalam atau di dekat sekolah. Komunitas ini dapat berbentuk SKGD baru yang menyediakan layanan dengan menggunakan gedung dan fasilitas sekolah setelah jam sekolah untuk pendidikan dan pelatihan non-formal bagi kepentingan masyarakat, seperti kelas membaca untuk orang dewasa, pendidikan orang tua, dll. Masing-masing wilayah target tersebut memiliki peran strategis yang harus menjadi perhatian Pemerintah baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Selain memiliki hak dalam hal pengembangan manusia dan hak masyarakat untuk mendapatkan layanan yang bermutu, karena lokasinya daerah ini diharapkan dapat menjadi garis depan terhadap setiap gangguan yang mungkin dan ancaman yang membahayakan kedaulatan negara. B. Tujuan dari Sekolah Garis Depan 1. SKGD dibuat untuk menjawab kebutuhan pemerintah dalam memberikan pendidikan bermutu bagi warga negara yang paling rentan dan tidak terlayani di wilayah tertentu dan secara strategis dikembangkan dan dilakukan melalui tahapan tertentu hingga mereka mampu menjadi mandiri. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 22 2. Berdasarkan hasil penelitian tentang sekolah yang efektif dan memiliki prestasi yang baik–di tingkat internasional atau nasional, "praktik terbaik” SKGD memperlihatkan proses terbaik dalam pendirian sekolah yang efektif di berbagai wilayah layanan; 3. Sekolah-sekolah menjadi percontohan input dan proses sekolah dalam meningkatkan hasil pendidikan; peningkatan mutu pendidikan diperlihatkan tidak hanya dalam pembelajaran akademik siswa tetapi juga dalam pengembangan perilaku etis dan karakter siswa tersebut. 4. SKGD dikembangkan sebagai satuan pendidikan percontohan dan pelopor untuk konsep dan metode pembelajaran serta pengajaran yang inovatif ("berperan sebagai garis depan") sebelum mereka dijadikan sebagai contoh "praktek yang baik" untuk sekolah yang efektif di seluruh negeri. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 33 Prinsip Sekolah Garis Depan Tujuan dari Sekolah Garis Depan ini adalah menjadi percontohan dari delapan prinsip dasar dan proses yang dipilih secara strategis (Lihat Gambar 1): 1. Adaptasi dan Kontekstualisasi lokal; 2. Pembelajaran Abad 21 dan Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan 3. Manajemen dan Akuntabilitas Hasil yang Meningkat; 4. Mewujudkan Guru yang Andal; 5. Sekolah sebagai Etis dan Ramah Anak; 6. Sekolah sebagai Organisasi Pembelajaran; 7. Kepemimpinan Sekolah yang Bermutu; dan 8. Sarana dan Prasarana yang sesuai 1. Adaptasi dan Kontekstualisasi lokal Proses perencanaan harus didasarkan pada keterlibatan masyarakat yang bisa dilakukan dengan dialog untuk memastikan agar sekolah dapat menjawab tuntutan masyarakat/komunitas dimana sekolah tersebut berada dan memiliki pemahaman yang sama tentang pentingnya pendidikan bagi pengembangan budaya dan ekonomi lokal. Penyediaan layanan pendidikan harus menjawab kebutuhan masyarakat dan mengatasi permasalahan sosial, budaya, realitas dan kebutuhan berbahasa bukan memberikan kurikulum dan pengajaran yang seragam dan standar. Oleh karena itu karakteristik pertama dan paling penting dari pendekatan SGD adalah memulai proses perencanaan dengan berdialog pada masyarakat setempat di mana sekolah akan berlokasi dan memberikan pelayanan. Sebagai contoh paradigma proses yang baru, SGD harus dimulai dengan terjun dan mendengarkan kebutuhan masyarakat untuk pembangunan daerah. Diskusi yang berlangsung membicarakan tentang pentingnya pendidikan untuk budaya lokal dan manfaat yang diperoleh masyarakat setempat. Dialog ini bisa dimulai dari analisis situasi lokal (seperti Reality Check study, Linguistic Mapping, or a Participatory Rural Appraisal (PRA), atau serangkaian diskusi kelompok terfokus bersama wakil masyarakat sebagai sampel). Tahap ini sangat penting agar SGD sesuai Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 44 dengan tuntutan dan responsif terhadap kebutuhan, keinginan serta manfaat pengembangannya dirasakan oleh masyarakat setempat. Desain dan konstruksi sekolah sedapat mungkin menggabungkan karakteristik budaya, adat istiadat dan penggunaan sumber daya manusia serta bahan konstruksi lokal. Prasarana sekolah juga harus responsif terhadap konteks lokal terkait jumlah populasi dan kendala lainnya – misalnya diadakannya sekolah satu atap yang mengadakan pembelajaran dan pengajaran multi-kelas, dengan menggabungkan tingkat seperti SD/SMP atau SMP/SMA/SMK. Sekolah juga menggabungkan prinsip-prinsip kontekstualisasi dan adaptasi terkait kurikulum dan pengajaran; keduanya akan disesuaikan dengan konteks lokal: budaya, bahasa, agama, dan kebutuhan pembangunan, sebagai bagian dari proses “inovasi strategi pembelajaran" untuk menjadikan identitas budaya yang kuat dan menjamin relevansi. Untuk kelas awal sekolah dasar (SD Kelas 1 dan 2), bahasa pengantar di beberapa sekolah terpencil di pedesaan dapat menggunakan bahasa ibu dalam belajar membaca dan berhitung sebelum beralih menggunakan Bahasa Indonesia di kelas 3. Seperti yang dilakukan saat ini, pendekatan MTB-MLE (MotherTongue Based Multi-Lingual Education) yang diterapkan di Ambon dan diujicoba di Papua, merupakan hasil dari perencanaan yang dibuat dengan masyarakat setempat. Untuk tujuan ini, guru lokal yang direkrut akan lebih efektif karena mereka memahami budaya dan praktek-praktek lokal serta dapat berbicara bahasa setempat. Menggunakan lembaga pelatihan guru daerah (FKIP) dalam mengembangkan guru lokal, sebagai agen perubahan dalam menggabungkan budaya dan bahasa lokal baik pada kurikulum maupun pengajaran menjadi penting. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 55 Gambar 1. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 66 2. Pembelajaran Abad 21 dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD) Melalui Pembelajaran Abad 21, siswa diharapkan menguasai kecakapan, yang meliputi kecakapan hidup dan berkarier, kecakapan dalam belajar dan berinovasi, serta kecakapan memanfaatkan informasi, media, dan teknologi. Kecakapan hidup dan karier (life and career skills) memiliki komponen, yakni (1) fleksibilitas dan adaptabilitas, (2) memiliki inisiatif dan dapat mengatur diri sendiri, (3) interaksi sosial dan antar-budaya, (4) produktivitas dan akuntabilitas mengelola proyek dan menghasilkan produk, dan (5) kepemimpinan dan tanggung jawab. Selanjutnya, kecakapan dalam belajar dan berinovasi (learning and innovation skills) memiliki komponen (1) berpikir kritis dan mengatasi masalah, (2) kecakapan berkomunikasi dan berkolaborasi, dan (3) kreativitas dan inovasi. Sementara kecakapan media informasi dan teknologi (information media and technology skills) memiliki komponen (1) literasi informasi, (2) literasi media, dan (3) literasi TIK. Pendekatan pembelajaran dalam SGD melibatkan repertoar keterampilan pengajaran yang luas serta kegiatan berpusat pada peserta didik misalnya pendekatan yang mirip dengan "pendekatan saintifik", yang secara berurutan terdiri dari langkah-langkah mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Mengamati, ditujukan untuk melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi. Menanya ditujukan untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang diperlukan untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Menalar ditujukan untuk mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mencoba ditujukan untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Mengkomunikasikan, ditujukan untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 77 singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Keseimbangan antara memenuhi kebutuhan pembangunan daerah dan kebutuhan untuk memperkenalkan Keterampilan Abad 21 harus diatur dengan baik karena masyarakat lokal memiliki tuntutan selain untuk pelestarian budaya dan bahasa juga mengharapkan mobilitas sosial dan geografis pada anak-anaknya. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan/ESD (Education for Sustainable Development/ESD) dimaknai sebagai memberikan peserta didik dua jenis kecakapan, yaitu (1) pengetahuan, kemampuan, dan nilai-nilai untuk menjawab tantangan-tantangan sosial, lingkungan, dan ekonomi pada abad 21, serta (2) kecakapan untuk membantu merawat dan memulihkan kualitas lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial. Selain itu, ESD menumbuhkan pemahaman peserta didik tentang permasalahan yang dihadapi terkait keberlangsungan pembangunan, perspektif dan kebutuhan masyarakat yang berbeda pada generasi bangsa Indonesia berikutnya dan di belahan dunia yang lain. ESD dimasukkan ke dalam proses SGD sebagai sarana untuk pemberdayaan siswa dan mendorong peserta didik agar belajar dari dalam sekolah dan dari lingkungan mereka di luar. 3. Manajemen dan Akuntabilitas Hasil yang Meningkat SGD juga menjadi contoh manajemen dan mekanisme akuntabilitas yang meningkat dimana sekolah bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah untuk menciptakan prestasi baik guru maupun peserta didik. "Buku Raport Sekolah" bisa menjadi contoh bagi sistem terbuka yang melaporkan bagaimana sekolah melaksanakan sejumlah indikator yang sudah disepakati, akan diterbitkan tiap tahun. Orang tua dan anggota masyarakat lainnya bersama dengan kepala sekolah dan guru menyepakati indikator pemantauan kinerja yang jelas dalam Rencana Sekolah. Misalnya, fokus percepatan pengembangan membaca dan berhitung di kelas awal sekolah dasar ("Mempercepat Membaca dan Berhitung") dengan pengukuran keterampilan ini di kelas-kelas awal (seperti penilaian EGRA dan EGMA Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 88 dalam bentuk yang ramah anak). Karena konteks lokal yang sangat berbeda dalam program ini, harus ada fleksibilitas dalam pemenuhan standar nasional selama periode waktu yang disepakati sesuai dengan pendekatan perencanaan yang baik dalam Rencana Sekolah untuk mencapai standar nasional (misalnya MSS, standar kualifikasi guru yang formal) dengan mempertimbangkan konteks lokal, jumlah guru, dll. 4. Mewujudkan Guru yang Andal Untuk mewujudkan guru yang andal, sistem penguatan pengembangan kemampuan dan bantuan profesional bagi guru dan kepala sekolah akan diberikan. Pengembangan ini bisa menggunakan TIK yang menghubungkan teman sejawat dalam jaringan kelompok guru profesional (KKG, MPMP, dll). Hal ini dimaksudkan untuk memastikan guru yang baik -PNS ataupun non-PNS, lokal atau direkrut dari luar kabupaten/provinsi -memiliki jalur karir yang jelas dengan insentif yang tepat sesuai dengan peningkatan kualifikasi akademik serta keterampilan mengajarnya (keduanya akan dinilai melalui pengembangan berkelanjutan tes kompetensi guru dan penilaian kinerja guru kelas). Sejalan dengan temuan penelitian dan studi terkait sekolah berprestasi terbaik di seluruh dunia, SGD sangat berharap pada keberhasilan semua peserta didik. Karakteristik lain yang diperkenalkan di sekolah-sekolah ini adalah untuk pemenuhan pada jumlah jam belajar wajib yang dialokasikan dalam kurikulum sekolah. Hal ini akan diawasi secara ketat dan kepemimpinan pengajaran memastikan bahwa "waktu bertugas" di dalam kelas digunakan untuk memaksimalkan pembelajaran siswa. 5. Sekolah Etika dan Ramah Anak Sekolah-sekolah yang termasuk dalam program ini menjadi contoh sekolah "etika dan ramah anak". Penyelenggaraan sekolah tersebut memerlukan proses dalam menciptakan peran etis manajemen dan guru sekolah, yang berfungsi sebagai model dimana iklim sekolah yang ada menunjukan hubungan saling mengormati dengan peserta didik, orang tua dan masyarakat. Sekolah yang efektif adalah sekolah dimana peserta didik Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 99 merasa aman karena peserta didik belajar lebih baik dalam lingkungan seperti itu. SGD bersifat "inklusif” dalam arti luas dimana mereka yang berkekurangan dimasukan dalam sekolah. Sekolah harus menyediakan lingkungan yang aman dan saling menghormati untuk semua anak tanpa memandang etnis, agama, jenis kelamin, kelas sosial, bahasa dan cacat fisik. Setiap anak harus memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan potensi, bakat dan karakteristik yang unik yang diakui dan dihormati oleh para pemimpin sekolah dan guru yang mendorong pertumbuhan pribadi, kreativitas, harga diri dan perilaku terhadap orang lain. 6. Sekolah sebagai Organisasi Pembelajaran Sekolah menjadi contoh sebuah "organisasi pembelajaran". Dalam organisasi pembelajaran Sekolah tidak hanya menyelenggarakan pembelajaran untuk peserta didik; tapi juga berperan sebagai organisasi yang terus belajar dari apa yang dikerjakan dan dari masukan untuk menyesuaikan program agar mutu pengajaran dan pembelajaran lebih meningkat. SGD merupakan bentuk pengajaran berdasarkan data dan berfokus pada pembelajaran peserta didik. Misalnya penggunaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) didasarkan pada pengalaman bangsa Indonesia dalam mengadaptasi pendekatan Lesson Study dimana guru bekerja sama dengan rekan sejawat untuk meningkatkan praktik kelas dan merefleksikan umpan balik dari prestasi peserta didik. Praktek profesional ini dapat dilakukan baik di sekolah itu sendiri atau dalam jaringan klaster guru (KKG / MGMP). Selain ini, sekolah harus memastikan bahwa selain dari ujian akhir, umpan balik guru diberikan kepada peserta didik atas dasar penilaian kelas yang rutin dilakukan dalam bentuk kuis, tes, nilai tugas individu atau kelompok, pengiriman portofolio, dll. Peran masyarakat dalam hal ini juga menjadi penting. Orang tua dan anggota lain dari Komite Sekolah dapat memantau indikator kemajuan belajar peserta didik. 7. Kepemimpinan Sekolah yang Bermutu Salah satu karakteristik yang paling penting dan menentukan pada efektifitas sekolah adalah mutu kepemimpinan sekolah yang diperlihatkan Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 101 oleh kepala sekolah. Kepala Sekolah SGD ditunjuk berdasarkan prestasi, telah menjadi guru yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan dan telah menjalani pelatihan kepemimpinan sekolah. Kepala sekolah menjadi penting untuk keberhasilan sekolah, terutama dalam bertindak sebagai pemimpin pengajaran yang mampu menginspirasi para guru dan staf lainnya - serta orang tua dan masyarakat - dengan visi dan tujuan yang jelas untuk sekolah. Keterlibatan dalam konseling dan penilaian guru merupakan fokus peran kepala sekolah sebagai pemimpin pengajaran sekaligus penanggung jawab administrasi yang efisien. Untuk terus meningkatkan keterampilan profesionalnya, kepala sekolah harus aktif dalam jaringan profesional (KKKS) baik melalui interaksi tatap muka dengan kepala sekolah daerah lainnya maupun melalui hubunganTIK. Pelatihan secara intensif bagi kepala sekolah untuk meningkatkan kepemimpinan dan manajemen sekolah juga bisa diberikan dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah SGD. 8. Sarana dan Prasarana yang sesuai Sekolah Komunitas Garis Depan (SGD) dapat menjadi contoh dalam penyediaan dan penggunaan sarana dan prasarana yang sesuai. Dalam hal ini sekolah tidak akan diberikan sarana dan prasarana standar sebagai model. Namun pemberian tersebut disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan lokal. Desain dan konstruksi sekolah sedapat mungkin harus memanfaatkan desain dan bahan lokal (dengan mempertimbangkan keselamatan dan masalah logistik) dalam penyediaan 5-10 hektar tanah setempat. Namun, sekolah-sekolah ini juga harus memperhatikan beberapa prasyarat yang harus dicapai agar sekolah menjadi efektif seperti yang disebutkan di atas. Misalnya penyediaan sumber energi yang cukup untuk koneksi jaringan listrik atau jumlah panel surya yang memadai. Prasyarat lainnya adalah adanya koneksi Internet yang baik agar sekolah dapat menggunakan telekomunikasi/TIK baik untuk tujuan pengajaran/pembelajaran maupun untuk administrasi sekolah. Untuk daerah terpencil pedesaan yang tidak memiliki koneksi internet, solusi teknologi harus diusahakan untuk mengatasi kekurangan ini - dengan, misalnya penggunaan tablet yang sudah Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 111 berisi unduhan isi pengajaran/pembelajaran dari gugus guru. Penyediaan komputer desktop, laptop dan tablet disesuaikan dengan rencana sekolah agar pemanfaatannya optimal. Untuk itu, guru dan staf lainnya harus terlebih dahulu mengikuti pelatihan mengenai penggunaan TIK dalam pendidikan dan harus ada anggaran yang disediakan untuk pemeliharaan peralatan tersebut dan untuk penggantian part dan komputer bila terdapat kerusakan. Tantangan dalam era global mengharuskan segenap pelaku pendidikan, khususnya guru, mampu memanfaatkan berbagai teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka meningkatkan mutu proses belajar mengajar. TIK ini dapat bermanfaat bagi daerah Garis Depan, yang umumnya berada di pedesaan, terpencil dan miskin, yang memiliki permasalahan mengenai mutu guru yang tinggal dan mengajar di sekolah-sekolah terebut. TIK menjadi cara untuk berbagi informasi yang beragam, cepat, efektif, dan efisien, termasuk berbagi bahan pembelajaran dan berbagai metode pembelajaran terbaru. Oleh karena itu, guru harus memiliki sarana untuk mencari bahan ajar yang nantinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan lingkungan belajar setempat. Siswa juga bisa menggunakan TIK dalam pembelajaran mandiri untuk memperdalam pengetahuan diluar informasi yang sudah diajarkan oleh guru. Kelebihan TIK untuk meningkatkan pembelajaran melalui penggunaan pendekatan inovatif misalnya “flipping the classroom” di Khan Academy telah digunakan secara luas dan SGD dapat mengambil manfaat dari pengalamanpengalaman inovatif seperti ini. Penggunaan teknologi TIK dalam pembelajaran harus memperhatikan hal berikut: a. Sekolah memiliki sumber daya listrik serta koneksi internet yang memadai b. Anggaran untuk pemeliharaan peralatan IT dan penggantian dan/atau pengadaan baru c. Anggaran dan kesempatan untuk pengembangan kapasitas guru dalam penggunaan TIK dan peralatan IT untuk meningkatkan pembelajaran di kelas. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 121 d. Ketersediaan tempat khusus untuk komputer dan peralatan lainnya e. Integrasi TIK dalam kurikulum, bahan ajar, seperti dalam buku pelajaran siswa dan buku panduan guru f. Pembelajaran berbasis IT yang memunculkan kolaborasi siswa dengan guru sebagai fasilitator, dan mendorong pembelajaran mandiri di luar dan di dalam kelas. g. Pembelajaran berdasarkan sumber menggunakan berbagai pendekatan, seperti, pembelajaran berbasis masalah, berbasis kolaboratif atau berbasis kegiatan; h. Experential learning menggunakan TIK sebagai perangsang untuk mendorong kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan konstruktif; Desain dan konstruksi SGD harus mengutamakan pemanfaatan bahan lokal serta pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip seni dan teknologi yang tepat. Pengunaan bahan lokal mendorong kreatifitas desain pembangunan menggunakan material yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar. Desain SGD harus mempertimbangkan aspek identitas budaya lokal serta kebutuhan pembelajaran abad 21. Implikasinya adalah bahwa desain dan pembangunan sekolah tersebut menjadi khas sesuai konteks. Belajar dari contoh-contoh di negara lain (misalnya, India), berbagai cetak biru desain dasar dapat diusulkan, dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan. Pemilihan bahan lokal harus mempertimbangkan (1) daya tahan dan kekuatan bahan, (2) keselamatan penggunaan bahan yang tahan terhadap api, tahan terhadap kemungkinan bencana alam, dan tahan terhadap perubahan cuaca yang terjadi mendadak, (3) kemudahan mendapatkan bahan pengganti apabila terjadi kerusakan. Penggunaan bahan lokal juga harus mempertimbangkan kelayakan sesuai standar pelayanan minimal (SPM) yang telah diberlakukan. Bangunan SGD didirikan di atas tanah seluas 5 sampai 10 hektar dengan beberapa pertimbangan, yaitu (1) memungkinkan pendirian sekolah terpadu yang dapat menampung semua tingkatan (SD, SMP, SMA/SMK); walaupun semuanya tergantung pada kebutuhan Konsep SKGD - Puslitjakdikbud masyarakat setempat dan kondisi, (2) 131 memungkinkan pendirian asrama dan pengadaan lapangan olahraga yang mudah diakses sehingga anak-anak berkesempatan untuk olah fisik secara teratur, dan (3) memungkinkan penyediaan lahan untuk menanam tanaman di kebun dan kolam untuk aquculture dalam rangka memperkenalkan peserta didik pada keterampilan pertanian sederhana, sekaligus juga dapat menjadi persediaan makanan untuk menutupi kebutuhan pangan penghuni asrama. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 141 PENGEMBANGAN SGD 1. UPT Kemendikbud dalam Bentuk Sekolah Terintegrasi; Sekolah Komunitas Garis Depan diharapkan menjadi salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bentuk UPT memungkinkan sekolah ini menjadi: a. rujukan dalam proses perencanaan, kurikulum dan pedagogi (belajar mengajar) bagi sekolah lain di seluruh Indonesia; b. sekolah uji atau laboratorium untuk mengujicobakan konsep dan model baru pendidikan atau inovasi pembelajaran sebelum konsep, model, dan inovasi tersebut digunakan di sekolah-sekolah lainnya; c. sekolah yang dibantu oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dari berbagai aspek seperti guru, sarana dan prasarana, konektivitas /internet, dan lain-lain; dan d. sekolah yang dibina dan dikelola secara berkesinambungan oleh Pemerintah melalui Kemendikbud dengan alokasi anggaran yang memadai dari Kemendikbud dalam unit utama atau salah satu unit teknis terkait yang bertanggung jawab pada sekolah. Dengan demikian, diperlukan payung hukum khusus yang menaungi SGD sebagai UPT Kemendikbud. 2. Pelibatan Ekosistem Pendidikan melalui Prinsip Kemitraan dan Gotong royong Kesinambungan dan kepemilikan Sekolah Garis Depan akan ditentukan oleh partisipasi dan keterlibatan publik, dari mulai tahap perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehari-hari. Agar fasilitas pendidikan yang ada di SGD dapat benar-benar termanfaatkan, untuk pengembangan masyarakat setempat, maka sarana sekolah harus dapat digunakan oleh warga sekolah di luar jam pembelajaran. Misalnya, sarana sekolah dapat digunakan untuk kelas membaca orang dewasa dan untuk berbagai pendidikan non-formal lainnya. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 151 Pelibatan ekosistem pendidikan akan menentukan kesesuaian bentuk layanan pendidikan yang tersedia pada SGD, karena SGD harus mencerminkan karakteristik dan kebutuhan masyarakat lokal serta karakteristik lingkungan daerah lokasi SGD sendiri. SGD didirikan dengan semangat gotong royong antara otoritas pendidikan pusat dan daerah dengan masyarakat setempat agar tidak menimbulkan eksklusifitas lembaga pendidikan ini. Melalui kerjasama yang saling menguntungkan ini, SGD menjadi bagian tidak terpisahkan dari dan penting untuk masyarakat, yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat setempat. Proses perencanaan inilah yang menjadikan SGD sebagai percontohan dalam proses – perencanaan tersebut bukan produk yang disediakan Pemerintah saja tapi merupakan penggabungan tuntutan masingmasing masyarakat yang akan mendapatkan pelayanan. 3. Kelembagaan Secara kelembagaan, pengembangan Sekolah Garis Depan akan menggunakan dua (2) pendekatan, yaitu: 1. SGD sebagai sekolah baru, dan 2. SGD sebagai revitalitasi sekolah-sekolah yang sudah ada. (i) SGD sebagai Sekolah Baru Skema ini memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Sekolah ini menjadi tanggung jawab UPT (Unit Pelaksana Teknis) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan dengan demikian harus tunduk pada hukum dan peraturan yang berlaku; b. SGD mendapatkan pembiayaan penuh dan berkesinambungan dari Kemendikbud; c. Sekolah dibangun sebagai satuan pendidikan terintegrasi SD-SMPSMA/SMK yang baru dalam satu lokasi yang dipilih; Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 161 d. Sekolah dibentuk secara bertahap atau keseluruhan secara langsung, tergantung waktu dan operasionalisasi pembelajaran. Jika SGD perlu dimulai segera, pembangunan bisa dimulai secara bertahap dari tingkat sekolah dasar. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pembangunan secara keseluruhan setiap SGD akan memerlukan waktu yang lebih lama karena banyaknya tahapan yang harus dilalui seperti pencarian lahan, perencanaan lahan, pelelangan, dan lain-lain; e. Skema ini memerlukan periode waktu dan proses yang panjang. Penetapan lahan dan pembangunan fisik dimulai pada tahun anggaran 2016. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran akan dimulai pada awal tahun ajaran 2017/2018. f. Sebanyak ---- buah SGD akan dibangun dengan skema ini (ii) SGD sebagai Revitalisasi Sekolah yang Sudah Ada Skema ini memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Sebagai UPT Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota); b. Kemendikbud memberikan bantuan fisik berupa ruang kelas atau unit sekolah baru, sedangkan Daerah memberikan bantuan untuk biaya operasionalisasi (guru dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dan lain-lain); c. Memanfaatkan sekolah yang sudah ada, sehingga pengembangan SGD tersebut dapat dilaksanakan segera; d. Menggunakan sekolah negeri, swasta atau sekolah lainnya (yayasan, organisasi masyarakat, dan lain-lain) dan dilakukan melalui mekanisme pendanaan yang berbeda dari sumber yang berbeda; e. Sekolah yang ada dapat direvitalisasi dengan menambahkan, melengkapi dan merehabilitasi sekolah-sekolah yang ada yang dapat dikembangkan sebagai SGD. Bantuan ini dapat berupa penyediaan power supply dan akses internet serta perlengkapan sekolah yang memadai, seperti laboratorium, perpustakaan, dan komputer. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 171 Ada beberapa pilihan sekolah untuk skema ini, dengan ketentuan sebagai berikut. (i) Penggunaan sekolah yang ada sebagai tempat mengajar atau sekolah sasaran pada tahap pertama Program SGD. Sekolah ini dapat berupa sekolah jenjang pendidikan tunggal atau sekolah satu atap atau sekolah multijenjang SD-SMP. Untuk sekolah jenjang pendidikan tunggal, misalnya dimulai dari sekolah SD, diikuti oleh sekolah tingkat pendidikan yang lebih tinggi, misalnya SMP dan SMA/K yang dibangunkan di sekitarnya. Sedangkan, jika sekolah SMP sudah ada, maka SD dan SMA/SMK yang akan dibangun. Untuk sekolah satu atap, pengembangan SGD dilakukan dengan membangun jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu SMA/SMK; (ii) Ketika sekolah terintegrasi ada (SD, SMP, SMA dan/atau SMK, yang memiliki banyak siswa namun belum dapat memberikan mutu layanan dan menghasilkan output pendidikan yang memadai) maka sekolah tersebut akan dibantu dengan rehabilitasi dan menambahkan/melengkapi fasilitas pendidikan, termasuk guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya. Skema SGD ini memerlukan waktu lebih singkat untuk pembangunan. Bantuan dalam bentuk pembangunan fisik dapat dituntaskan pada tahun anggaran 2016, sedangkan pelaksanaan pembelajaran baru dimulai pada tahun ajaran 2016/2017. Sebanyak ---- unit SGD bisa dibangun dengan skema ini. 4. Pengadaan dan Peningkatan Kompetensi Guru Guru pada SGD yang baru dapat menggunakan skema berikut: i. Yang pada saat ini menjadi Guru Garis Depan (GGD) atau guru SM3T (perhatikan masalah penyebaran guru non-lokal dalam kasus SM3T dan implikasinya bahasa daerah digunakan sebagai bahasa pengantar di kelas awal pembelajaran); ii. Yang pada saat ini kekurangan jumlah jam mengajar mata pelajaran yang diampunya; Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 181 iii. Yang merupakan relawan atau penggiat pendidikan; iv. Yang berasal dari perguruan tinggi setempat. Sedangkan guru SGD pada sekolah revitalisasi masih menggunakan guru yang sama, kecuali ada guru lain yang diperlukan. Peningkatan kompetensi guru SGD dilakukan melalui program yang dirancang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau arahan dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Pembiayaan untuk penyelenggaran program peningkatan kompetensi guru akan ditanggung dengan menggunakan skema SGD yang ada: 1. Kemendikbud bagi unit SGD baru; dan 2. Pemerintah daerah (provinsi/kabupaten) bekerja sama dengan Pemerintah bagi SGD yang merupakan revitalisasi sekolah yang sudah ada. 5. Karakteristik guru Guru untuk Sekolah Garis Depan diharapkan mampu melaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai metode pengajaran yang efektif yang dipelajari dalam program khusus pelatihan guru. Untuk itu guru Guru Sekolah Garis Depan harus mampu: a. Untuk SGD didaerah pedesaan dan terpencil, guru sekolah dasar untuk kelas awal – SD Kelas 1 dan 2 - harus guru lokal berpengalaman yang mampu menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar awal (dalam pendekatan pendidikan multi-bahasa menggunakan bahasa ibu/MTB-MLE). Seperti halnya di sekolah lain, fokus semua kelas adalah mempercepat penguasaan membaca dasar dan berhitung dengan cara yang tepat apakah menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah lainnya yang dipahami masyarakat, atau Bahasa Indonesia. Jika pendekatan MTB-MLE digunakan, siswa akan belajar membaca dan berhitung dengan menggunakan bahasa ibu mereka sebelum menggunakan Bahasa Indonesia di SD kelas 3. b. Guru SGD harus memiliki kompetensi mengajar siswa sesuai kompetensi dan keterampilan yang diharapkan seperti yang dinyatakan dalam kurikulum; Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 191 c. Memainkan peran aktif, kreatif, inovatif dan dinamis dalam mengembangkan pembelajaran dengan mengintegrasikan dan memanfaatkan TIK untuk peningkatan pembelajaran; d. Menciptakan pembelajaran yang ramah dan aktif sesuai dengan karakteristik daerah setempat, yaitu: (a) mengajar masyarakat, yang mungkin memiliki beragam budaya dan bahasa daerah; (b) mengajar dengan menggunakan metode berpusat pada peserta didik terbaru dengan cara melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan individu dan kelompok terkait dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan secara budaya; (c) mengajar dan menggunakan TIK; (d) mengajar dengan menggunakan perspektif baru tentang kemampuan individu (multiple intelligences, termasuk kognitif dan kemampuan non-kognitif; (f) mengajar dengan pilihan metode yang tepat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran setiap individu siswa; (g) mengajar dengan tanggung jawab pribadi dan sosial; dan (h) mengajar dengan penekanan pada pengembangan karakter peserta didik, membangun komunitas belajar, dan membangkitkan sikap keingintahuan, kreativitas dan inovasi peserta didik; e. Memberikan kecakapan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai agar siswa mampu mengatasi tantangan-tantangan sosial, lingkungan dan ekonomi dalam rangka mengembangkan masyarakat menuju abad ke-21, misalnya keterampilan agar siswa mampu melestarikan dan memperbaiki kualitas lingkungan, meningkatkan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial; f. Melaksanakan pembelajaran yang mengintegrasikan materi pembelajaran dengan TIK yang berorientasi pada siswa dan bersifat kolaboratif, di mana guru bertindak sebagai fasilitator, melaksanakan pembelajaran berbasis sumber yang beragam (resources-based learning) dengan menggunakan berbagai pendekatan, seperti pembelajaran berbasis masalah (problembased), berbasis kolaboratif (collaborative-based) atau berbasis kegiatan (collaborative-based). Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 202 MODEL PENDIDIKAN SGD Seperti halnya semua sekolah, Sekolah Komunitas Garis Depan (SGD) mendasarkan proses perencanaan, pembelajaran serta pengajaran pendidikannya pada model produksi-fungsi (production-function model) dari proses pendidikan, yaitu yang terdiri dari input, proses, dan output. Uraian masing-masing komponen adalah sebagai berikut: A. Masukan 1. Masukan utama Masukan utama SKD adalah siswa, yang kebutuhan pendidikannya saat ini kurang terlayani karena mereka tinggal di wilayah-wilayah dengan sedikit atau tanpa adanya layanan seperti di wilayah wilayah terjauh, wilayah terluar, wilayah perbatasan, serta di wilayah termiskin (suburban, urban dan rural), wilayah terpencil, dan wilayah yang "perkembangannya tertinggal". 2. Masukan Instrumental Masukan instrumental meliputi pengelolaan sekolah, pendidik, kurikulum, sarana-prasarana, anggaran, dan lain-lain. a. SGD dikelola dengan mengubah sekolah sebagai bagian dari “community compact” yang harus dibina melalui dialog dan pemberdayaan masyarakat, sehingga komite sekolah perlu diperkuat dan orang tua dilibatkan dalam pengelolaan sekolah serta anak-anak dibantu untuk menemukan dan mengasah potensinya; sekolah menjadi "lembaga pembelajaran" yang melibatkan komunitas pembelajar terdiri dari anakanak, guru dan orang tua. Untuk mencapainya, jumlah siswa per kelas harus diatur sehingga setiap siswa dapat menerima perhatian yang memadai dari guru; b. SGD mendorong guru agar mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi baik kecakapan yang relevan untuk membantu pengembangan masyarakat setempat serta untuk meningkatkan kesempatan mereka berpartisipasi dalam pembangunan nasional dengan Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 212 mengembangkan kecakapan hidup abad 21 dan pasar tenaga kerja, termasuk pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Untuk mewujudkannya, guru harus berperan aktif, kreatif, inovatif dan dinamis dalam mengembangkan pembelajaran yang mengintegrasikan dan memanfaatkan TIK; SKGD harus mampu menyesuaikan dan mengontekstualisasikan kurikulum nasional pada kebutuhan lokal. Berikut adalah beberapa aspek penting seperti “inovasi strategi pembelajaran" untuk memperkuat proses belajar mengajar dalam membaca dan berhitung di kelas-kelas awal, pilihan penggunaan pendekatan pendidikan multi bahasa dalam bahasa ibu (MTB-MLE) jika sesuai dan diminta oleh masyarakat, penggunaan metode pengajaran berbahan lokal, adat istiadat, cerita rakyat, lagu, dan artefak budaya daerah lainnya, dan diperkaya dengan prinsip-prinsip pembelajaran abad ke-21 serta orientasi pada pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD); c. SGD akan ditempatkan di lahan seluas 5-10 hektar dan akan dibangun/direhabilitasi dengan memprioritaskan penggunaan materi lokal yang menggabungkan teknologi tradisional, seni dan citarasa budaya setempat, selain juga memanfaatkan teknologi terbaru yang sesuai. SGD akan dilengkapi dengan laboratorium sains dan bengkel teknik/ kejuruan yang sesuai, perangkat keras dengan perangkat lunak yang disesuaikan untuk penggunaan TIK, anggaran pemeliharaan, penggantian serta pelatihan penggunaan TIK bagi siswa, guru dan tenaga kependidikan. 3. Masukan lingkungan Masukan lingkungan (environmental input), antara lain, adalah peran serta masyarakat, penggunaan bahan-bahan lokal, adat istiadat setempat yang mendukung penyelenggaraan pendidikan, dan kearifan lokal. B. Proses Proses pendidikan adalah interaksi antara komponen input dalam kegiatan pembelajaran, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil pembelajaran. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 222 Proses pendidikan SGD memiliki karakteristik berikut: 1. "Pendekatan saintifik", yaitu penggunaan berbagai metode pengajaran untuk kegiatan individu atau berpasangan atau kelompok yang mendorong siswa untuk menggunakan prinsip-prinsip induktif penalaran dalam mengamati, bertanya, membentuk hipotesis, menguji, dan membuat kesimpulan. Pendekatan tersebut dapat diterapkan dengan menggunakan sumber daya lokal dan juga percobaan laboratorium ilmiah modern. 2. TIK untuk meningkatkan efektivitas pengajaran dan pembelajaran serta untuk keperluan administrasi sekolah. Penggunaannya yang tepat harus dicari agar dapat memenuhi kebutuhan lokal. Misalnya, guru daerah terpencil di pedesaan dapat diberikan tablet yang berisi contoh-contoh perencanaan pengajaran, dan unduhan catatan dari jaringan kelompok kerja guru (KKG dan MGMP) yang tidak dapat mereka hadiri. Prasyarat penting penggunaan TIK adalah pasokan listrik yang memadai di sekolah, anggaran sekolah terkait TIK, serta pelatihan dalam penggunaannya. 3. Berbagai pendekatan pembelajaran aktif, misalnya pembelajaran berbasis inquiry dan problem-based, collaborative-based atau project-based learning; 4. Penyediaan layanan bimbingan konseling dan pengembangan pribadi dengan menyediakan posisi staf khusus konselor pada setiap SGD; dan 5. Pengukuran hasil belajar dengan menggunakan penilaian, mulai dari penilaian formatif dan sumatif, ujian sekolah dan nasional, yang mengukur aplikasi pengetahuan/konsep pada situasi dan permasalahan nyata di dunia ini. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 232 C. Output Output adalah hasil dari proses pendidikan yang ditunjukkan lulusan dalam bentuk penguasaan pengetahuan, kecakapan dan perilaku untuk hidup dan dunia kerja serta kecakapan pembelajaran dan inovasi, termasuk memanfaatkan teknologi komunikasi informasi. Selain itu, lulusan juga harus menunjukkan karakter dan sifat perilaku yang baik, terutama hal penting yang harus dimiliki oleh daerah-daerah garis depan seperti karakter mulia, cinta tanah air, dan kesadaran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). D. Kurikulum Kurikulum memberikan arahan bagaimana SGD harus membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan, keterampilan dan perilaku/sikap untuk menghadapi tantangan hidup dan bekerja di abad 21 dalam meningkatkan daya saing di kawasan ASEAN. Berikut adalah kerangka kurikulum SGD. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 242 KERANGKA KURIKULUM SGD "Setiap anak merupakan individu yang lahir dengan potensi, minat, dan bakatnya masing-masing yang perlu ditumbuhkembangkan secara optimal" Profile Outcomes Variabel Indikator Pembelajaran (Kompetensi Lulusan) Lulusan; Kecakapan hidup dan berkarir Menguasai 3 jenis kecakapan: (i) kecakapan hidup dan karir, (ii) kecakapan belajar dan inovasi, (iii) penguasaan dan kecakapan, mengembangkan dan memanfaatkan TIK. Berbudi pekerti luhur, cinta tanah air, dan kesadaran NKRI. Aktif dan sehat secara fisik Berkontribusi positif bagi masyarakat. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud Kemampuan merespon dan beradaptasi dalam lingkungan yang dinamis Belajar mengatasi tantangan dan masalah dalam kehidupan (problem solving) Terampil, tekun dan teliti dalam menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah Belajar melalui berbagai permainan, simulasi, percobaan dan menghasilkan produk nyata yang dapat dimanfaatkan langsung dalam kehidupan Produktif pengembangan diri secara terusmenerus Kecakapan belajar dan inovasi Memiliki kemauan menjadi pembelajar seumur hidup Berani menggunakan cara-cara baru untuk mencapai hasil yang lebih baik Belajar untuk terus menghasilkan karya cipta bermutu Mengintegrasikan berbagai persoalan nyata sehari-hari dalam pembelajaran setiap topik atau bahasan Aktif dalam mencari pengayaan dari berbagai sumber belajar Learning area (Konten) Kompetensi sains, teknologi, engineering, art, & matemathics (STEAM) ESD (Ekonomi, lingkungan, dan sosialbudaya) Etika, peradaban 252 Profile Outcomes Variabel Indikator Pembelajaran (Kompetensi Lulusan) Kecakapan mendayagunakan dan mengembangkan teknologi Menguasai berbagai perangkat teknologi dalam mengolah dan menyampaikan informasi Merancang atau menciptakan berbagai model pengolahan dan penyampaian informasi informasi Berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, komunikasi Tekun, teliti, kritis, dan berani dalam menggunakan pendekatan yang berbeda dari yang sudah ada Mendorong keingintahuan, pemahaman dan analisis fenomena yang lebih tajam, responsif dan komprehensif Biasa bekerja dalam tim untuk menyelesaikan permasalahan Mendorong keaktifan dalam mencari sumber alternatif belajar Penumbuhan nilai-nilai budi pekerti dan kearifan lokal dalam perilaku sehari-hari Memiliki kepedulian pada lingkungan alam, sosial, dan Konsep SKGD - Puslitjakdikbud Memanfaatkan TI sebagai sumber belajar dan religius. Olahraga dan kesehatan Memanfaatkan TI sebagai wahana untuk mengembangkan kreasi, inovasi dan menyampaikan gagasan Bisa mendengarkan pendapat orang lain dan menyampaikan / pemikiran dan pendapatnya secara lisan dan tertulis. Budi pekerti luhur Membiasakan menggunakan perangkat teknologi dan media informasi dalam berbagai aktifitas pembelajaran Learning area (Konten) Keterlibatan semua peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran (partisipatif) dengan menggunakan pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) Internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai budi pekerti (jujur, bertanggung jawab, hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, 262 Profile Outcomes Variabel Indikator Pembelajaran (Kompetensi Lulusan) budaya setempat. hormat terhadap diri sendiri, orang lain dan masyarakat Learning area (Konten) kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, rasa ingin tahu dan cinta ilmu pengetahuan) dan kearifan lokal dalam berbagai aktifitas sehari-hari di sekolah, di rumah dan di masyarakat. Penanaman dan pembiasaan yang berorientasi pada keseimbangan lingkungan alam, ekonomi, dan budaya secara berkelanjutan serta penyadaran bahwa bumi dan seisinya juga milik generasi mendatang (ESD) Menanamkan kesadaran atas pentingnya penghargaan terhadap diri dan pengembangan hubungan dengan sesama secara harmonis, bersahabat, dan saling menghargai satu sama lain. Cinta Tanah Air Memiliki tanggung jawab sosial (social responsibility) untuk menjaga kerukunan hidup bersama secara damai Berperilaku konsisten menjaga nilai-nilai luhur dalam berbagai aktifitas kehidupan Memiliki jiwa patriotisme dan Konsep SKGD - Puslitjakdikbud Membiasakan aktifitas yang berangkat dari kearifan lokal (mis: tolong-menolong, gotongroyong, rasa hormat) di kelas, di luar kelas, dan di masyarakat Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap keamanan, kebersihan, keindahan, kesehatan, kenyamanan, dan 272 Profile Outcomes Variabel Indikator Pembelajaran (Kompetensi Lulusan) nasionalisme Cinta terhadap seni dan budaya serta hasil karya anak bangsa Learning area (Konten) ketertiban lingkungan sekolah dan tempat tinggal menanamkan nilai dan semangat kemerdekaan dan kepahlawanan memperkenalkan seni, budaya, dan hasil karya berbagai daerah di Indonesia membiasakan penggunaan produk dalam negeri Kesadaran NKRI Menghargai keberagaman (Suku, agama, ras, golongan) dan kesatuan (diversity & unity) mengutamakan keutuhan dan kebersamaan dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Kesadaran dan kepedulian hukum dan ketertiban sosial Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara Penanaman kesadaran tentang kedaulatan bangsa dan NKRI Menginternalisasikan nilai-nilai kebersamaan dan cinta tanah air melalui berbagai kegiatan, baik dalam pembelajaran intra kurikuler, ko-kurikuler, ekstra kurikuler, dan pembiasaan Penanaman dan aktualisasi nilai-nilai dan perilaku yang mencerminkan sadar dan taat hukum dan ketertiban sosial termasuk anti-KKN dan pelaporan terhadap bentuk pelanggaran hukum dan ketertiban sosial Penanaman pemahaman terhadap hak dan kewajiban: Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 282 Profile Outcomes Variabel Indikator Pembelajaran (Kompetensi Lulusan) Learning area (Konten) untuk dipilih dan memilih dalam Pemilihan umum, hak menyatakan pendapat, hak mendapatkan pekerjaan yang layak, dll Berperan aktif dalam kehidupan masyarakat setempat Konsep SKGD - Puslitjakdikbud Menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah terkait lingkungan tempat tinggal Membuat program, kegiatan, kampanye, mengadvokasi masyarakat untuk sadar lingkungan. Menemukan cara baru yang lebih baik dalam mengatasi berbagai permasalahan Melibatkan diri secara aktif dan partisipatif dalam kegiatan yang positif yang diselenggarakan di lingkungan sekitar 292 Model SGD dapat diadopsi atau diadaptasi sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat yang ada di lokasi SKGD. Gambar2. Model pendidikan SGD KARAKTERISTIK LINGKUNGAN INSTRUMENTAL INPUT Pendidik: GGD yang memenuhi kompetensi Kurikulum: kurikulum nasional diperkaya dengan materi Pendidikan Abad 21 dan ESD Sarana dan prasarana: lahan 5-10 Ha, bangunan menguta-makan material lokal, memiliki berbagai laboratorium dan bengkel yang diperlukan, pembelajaran memanfaatkan TIK yang dapat diakses setiap siswa Dana: dari Kemdikbud, tidak menutup kemungkinan peran serta dari ekologi pendidikan setempat Pengelolaan: sekolah (i) adalah mitra orang tua dalam mendampingi anak menemukan dan mengasah potensinya, (ii) merupakan komunitas pembelajar bagi anak, pendidik, dan orang tua. Jumlah siswa/kelas: rendah PESERTA DIDIK Anak kurang terlayani kebutuhan pendidikannya, tinggal di daerah terpencil, tertinggal, terluar, perbatasan, dan miskin perkotaan: jauh dari sekolah sarana angkutan minim, tergantung musim bekerja membantu orang tua berpindah-pindah lingkungan kurang mendukung budaya komunitas kurang mendukung PROSES Menggunakan pendekatan saintifik. Memanfaatkan TIK setidak-nya dalam tahap penginte-grasian pemanfaatan ke da-lam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis sum-ber yang beragam (resour-cesbased learning) dan menggunakan berbagai pendekatan (problem-based, collaborative-based atau projectbased learning). Meliputi layanan bimbingan konseling dan pengembang-an diri Pengukuran hasil belajar melalui aplikasi berbagai pengetahuan/ konsep telah dipelajari OUTPUT Lulusan yang menguasai tiga jenis kecakapan: (i) keca-kapan hidup dan berkarir, (ii) keca-kapan belajar dan berinovasi, dan (iii) kecakapan meman-faatkan teknologi dan media informasi. 2. berkarkater mulia, cinta tanah air, dan kesadaran NKRI. MASUKAN LINGKUNGAN Peran serta masyarakat, potensi bahan bangunan lokal, adat istiadat setempat yang mendukung penyelenggaraan pendidikan, kearifan lokal, dan potensi peran serta finansial dunia kerja lokal. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 303 LOKASI SGD SKGD yang akan didirikan di lokasi tertentu harus memenuhi: 1) kebutuhan untuk menyediakan akses yang merata terhadap kualitas dan relevansi layanan pendidikan di daerah target, 2) kebutuhan negara untuk menyesuaikan penyediaan pendidikan dengan kebutuhan budaya, bahasa, agama dan sosial-ekonomi kawasan dan 3) kebutuhan untuk memberikan keamanan dan keselamatan yang diperlukan dalam pelaksanaan rencana ini. Dengan mempertimbangkan karakteristik yang ada, Sekolah Garis Depan (SGD) akan didirikan terutama di: wilayah terjauh, wilayah perbatasan, wilayah termiskin, wilayah terpencil/terluar/tertinggal. A. Wilayah Terjauh Wilayah terjauh merupakan wilayah yang sebenarnya dimaknai sebagai wilayah kepulauan terdepan, yang secara khusus merupakan pulau-pulau terluar. Wilayah ini ada yang berpenghuni dan ada yang tidak berpenghuni. Permasalahan yang dihadapi oleh daerah terjauh dalam hal pendidikan adalah tidak tersedianya atau kesulitan dalam memperoleh guru yang berkualitas baik dan pendukung pembelajaran seperti bahan ajar. Perencanaan dan pembangunan sekolah di lokasi tersebut memiliki biaya per unit yang tinggi dan karena itu memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Posisi guru di wilayah ini umumnya diisi oleh hanya satu sumber daya manusia - dengan kualifikasi pendidikan formal yang rendah, atau siapa saja yang memiliki komitmen pada pembelajaran siswa. B. Wilayah perbatasan Wilayah perbatasan adalah wilayah negara yang berbatasan langsung dengan negara-negara tetangga Indonesia. Isu utama yang merupakan ciri daerah ini adalah adanya kesenjangan yang disebabkan oleh kurangnya sarana Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 313 dan prasarana sekolah dalam masyarakat di lokasi tersebut dibandingkan dengan daerah lainnya. Di beberapa daerah perbatasan, masalah ini diperparah oleh kesenjangan dalam pembangunan daerah dibandingkan dengan negaranegara tetangga terdekat yang cenderung jauh lebih maju, baik dalam prasarana maupun pelayanan publik lainnya. Tidak jarang ditemui pemenuhan kebutuhan penduduk pada wilayah perbatasan sangat tergantung dengan daerah negara tetangga tersebut. Isu utama lain adalah munculnya disintegrasi bangsa di wilayah perbatasan tersebut. Rasa nasionalisme yang memudar dan disintegrasi dapat memunculkan keinginan masyarakat mengubah kewarganegaraan dan bahkan melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keinginan masyarakat untuk mengubah kewarganegaraan terjadi sebagian karena kurangnya penyediaan pelayanan publik, dan adanya persepsi bahwa Negara tidak peduli dalam pemenuhan tanggung jawabnya kepada warganya. Kehadiran SGD di daerah perbatasan ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memperoleh layanan pendidikan yang sama dengan yang di daerah lain di negeri ini. C. Wilayah Termiskin/Kumuh Masalah penyediaan layanan yang memadai untuk masyarakat miskin, di daerah pedesaan maupun di daerah kumuh perkotaan menjadi fenomena besar di negeri ini. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya langsung untuk mengatasi persoalan ini sebelum permasalahan semakin besar dan mengganggu stabilitas masyarakat. Wilayah termiskin/kumuh merupakan sebuah bagian wilayah yang terdapat pada daerah perdesaan atau perkotaan yang secara umum kondisinya dicirikan dengan pemukiman yang rapat, tidak tertata, dan kotor. Kondisi sosial ekonomi masyarakat daerah termiskin/kumuh rendah sehingga kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup juga rendah. Sebagai konsekuensi dari kondisi tersebut kualitas Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 323 kehidupan masyarakatnya menjadi rendah misalnya dari sisi kesehatan dan pendidikan. Wilayah kumuh perkotaan lazimnya merupakan wilayah padat penduduk, tidak sedikit merupakan pemukiman liar yang tidak berizin. Daerah ini sering menjadi tempat singgah awal para pendatang yang akan mengadu nasib mencari pekerjaan di kota. Akibatnya, populasi menjadi sangat padat dan kerentanan sosial yang tinggi dengan konflik sosial dan kejahatan menjadi endemik. Pada wilayah kumuh perkotaan banyak dijumpai anak-anak yang tidak mendapatkan hak mereka atas pendidikan. Persoalan pokok yang mereka hadapi adalah ketidakmampuan orangtua untuk membiayai pendidikan karena kemampuan ekonominya rendah. Selain itu banyak juga anak-anak yang harus bekerja membantu orangtua mencari nafkah. Bidang-bidang pekerjaan yang ditekuni adalah bidang nonformal dengan nilai penghasilan yang rendah, misalnya pedagang asongan, kernet bis, pengamen, dan sebagainya. Penyelenggaraan SGD di wilayah ini dimaksudkan tidak hanya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tetapi juga untuk mengurangi kerentanan sosial yang mungkin terjadi pada anak-anak usia sekolah misalnya penyalahgunaan narkoba, perilaku remaja tidak bermoral dan prilaku kriminal. D. Wilayah Terpencil / Terluar / Tertinggal Wilayah terpencil/terluar merupakan wilayah garis depan yang memiliki kekhasan permasalahan yang disebabkan karena posisi geografis. Posisi khusus membuat daerah ini terisolasi dan sulit dijangkau oleh pihak dari luar. Pada wilayah-wilayah ini akses transportasi sangat terbatas, bahkan tidak sedikit dari wilayah tersebut yang tidak dapat ditembus oleh akses darat, karena belum ada infrastruktur jalan tanah. Wilayah terpencil pada dasarnya diklasifikasikan ke dalam dua macam, yang pertama adalah wilayah kepulauan dan yang kedua adalah wilayah daratan yang terisolasi. Di wilayah kepulauan, akses hanya dapat dicapai melalui perairan dengan sarana transportasi yang terbatas. Sementara di willayah Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 333 daratan terpencil, multi moda transportasi diperlukan seperti pesawat terbang, kapal, dan atau jalan. Isu pendidikan yang muncul di wilayah-wilayah ini antara lain: 1) kondisi sekolah yang seadanya, kadang-kadang tidak ada guru atau siswa harus pergi ke pulau lain untuk bersekolah, (2) penggunaan bahasa daerah yang sangat kuat, 3) kehidupan sosial cenderung bersifat kesukuan, 4) masyarakat hidup nomaden, dan 5) kondisi cuaca sangat mempengaruhi kegiatan masyarakat. Penyelenggaraan SGD di daerah terpencil/terluar diharapkan mampu berperan sebagai pemicu kemajuan daerah, dengan menciptakan orang-orang yang berpikir maju dan komprehensif yang akan memberikan kontribusi untuk lingkungan, masyarakat, dan wilayah, yang pada gilirannya dapat menjadi penggerak pada arah perubahan yang lebih baik. Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 343 PENJADWALAN No Uraian Kegiatan 1 KAK Pelaksanaan SGD PendidikanTerinte grasi SD sampai SMA-SMK Kriteria LatarBelakang 2 PIC 9 Februari 2016 Balitbang 9 Februari 2016 HTL/ Biro Hukor Tujuan Sasaran LatarBelakang Penyusunan Peraturan Menteri Tentang Pelaksanaan dan Kelembagaan SGD Pelaksanaan (batas waktu) Tujuan Sasaran Ditjen Dikdasmen dan Ditjen GTK Pembagian tugas dan tanggungjawab 4 Februari 2016 PKLK Dikdasmen 25 Lokasi 5 s.d. 20 Februari 2016 Pengelola Output Penetapan Lokasi SK Mendikbud/Dirjen 27 Februari 2016 Pengelola Output/ HTL/ Biro Hukor Perencanaan Bangunan Konsultan Perencana Mendesain Bangunan Sekolah 19 April 2016 Konsultan Perencana 3 Mapping/Pemetaa n Sasaran 4 Survey lokasi 5 6 Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 353 Lampiran Komponen Pembelajaran SGD Terdapat tiga komponen utama yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan SGD yakni 1) kegiatan pembelajaran, 2) guru dan tenaga kependidikan, dan 3) fasilitas pembelajaran. 1. Kegiatan Pembelajaran Prinsip yang dianut dalam kegiatan pembelajaran SGD meliputi a) pembelajaran abad 21, b) menggunakan teknologi mutakhir, dan c) menerapkan nilai-nilai pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (Education For Sustainable Development/ESD). Rincian prinsip-prinsip kegiatan pembelajaran dicantumkan pada tabel berikut. No A Tipe Pembelajaran Abad 21 Kriteria Student-based learning Indikator Pembelajaran yang memperhatikan karakteristik siswa: kemampuan, keaktifan, kebutuhan, motivasi, bakat dan minat individu siswa Problem-based learning: Pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah : model pembelajaran yang kontekstual yang merangsang peserta didik untuk belajar, peserta didik belajar di kelas menerapkan pembelajaran berbasis masalah, bekerja dalam satu tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Konsep SKGD - Puslitjakdikbud Pembelajaran mengintegrasikan seluruh bidang mapel, bersifat menyeluruh, memperhatikan aspekaspek perkembangan Peserta didik Peserta didik membangun pemikiran melalui pengalaman langsung, belajar sesuatu yang nyata, terjadi, dan dialami dalam kehidupan serta merasakan langsung manfaat belajarnya. Peserta didik belajar sambil melakukan Peserta didik adalah pembelajar yang aktif menentukan, melakukan, dan mengevaluasi Peserta didik terlibat 363 Resources-based learning: Pembelajaran yang berorientasi pada pemanfaatan potensi sumber daya pembelajaran Collaborativebased learning: Pembelajaran yang berorientasi pada kerjasama Konsep SKGD - Puslitjakdikbud Project-based langsung dalam menentukan masalah, mencari solusi terhadap masalah, dan mengevaluasi solusi tersebut sehingga pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi Peserta didik. Guru atau fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link, dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut agar peserta didik masuk dalam atmosfer pembelajaran dan memperoleh peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Peserta didik belajar dengan menggali sendiri dari berbagai sumber informasi melibatkan siswa secara efektif dalam menggunakan sumber belajar yang beragam, yaitu sumber-sumber tercetak, tidak tercetak, atau orang. belajar secara kelompok, baik dengan tatap muka atau dialog elektronik (menggunakan media TIK) antara peserta didik dan pakar, Peserta didik memiliki tujuan bersama, bertanggung jawab satu sama lain untuk keberhasilannya Peserta secara aktif berkolaborasi dan bernegosiasi makna satu sama lain dalam keranga kontekstual, dapat difasilitasi oleh mentor, pemimpin kelompok, pelatih on-line peserta didik membuat 373 learning: Pembelajaran dengan kegiatan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis informasi untuk memperoleh hasil belajar mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap Menggunakan pendekatan saintifik yang meliputi langkahlagkah: Mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan berjejaring Konsep SKGD - Puslitjakdikbud keputusan tentang kerangka kerja, adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik, peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan/tantangan yang diajukan, peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengeloal informasi untuk memecahkan permasalahan, proses evaluasi dijalankan secara kontinu, peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan, produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan Materi pembelajaran benar-benar berdasarkan fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif gurupeserta didik harus terbebas dari prasangka apapun, pemikiran subyektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir kritis, analitis dan tepat dalam mengidentifiaksi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasi materi pembelajaran. Mendorong dan 383 B Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD) Konsep SKGD - Puslitjakdikbud Pemanfaatan semua laboratorium “konvensional” dan “kontekstual” Pengintegrasian nilainilai ESD dalam pembelajaran menginspirasi (i) peserta didik mampu berfikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari sudut pandang materi pembelajaran, dan (ii) memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola pikir rasional dan objektif dan merespon materi pembelajaran. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas serta menarik sistem penyajiannya. Peserta didik melaksanakan praktikum dengan memanfaatkan laboratorium IPA, bahasa, lingkungan alam (hutan, kelautan, pegunungan), sosial (pasar, kekerabatan, kependudukan) dan budaya (adat istiadat, seni, peninggalan budaya) Peserta didik menghayati bahwa bumi tidak hanya milik generasi sekarang tetapi juga generasi yang akan datang. Peserta didik memperoleh pemahaman, keterampilan, sikap, dan kebiasaan untuk memelihara keharmonisan lingkungan alam dengan sosial dan ekonomi. Pengintegrasian nilai-nilai ESD dalam pembelajaran, baik melalui kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler dilaksanakan oleh semua guru 393 C Menggunakan TIK Pemanfaatan TIK dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hasil pembelajaran, dan tindak lanjutnya Komputer ada di semua ruang kelas, meja GTK, dan di tempat strategis lainnya yang semuanya tersambung ke internet. Penggunaan TIK dalam pembelajaran. Pendidik mengintegrasikan materi pembelajaran ke dalam perangkat lunak TIK. 2. Guru dan Tenaga Kependidikan A. Latar Belakang Kriteria Berkompeten Berkomitmen Indikator pendidik yang memiliki kompetensi yang diperlukan Berpendidikan minimal S1 sesuai dengan mata pelajaran yang diampu/tugas, sudah mengikuti PPG dengan sukses, Menyelesaikan SM3T dengan sukses B. Kompetensi Pendidik SKGD Kriteria Indikator pendidik yang memiliki kompetensi yang diperlukan 1. Pendidik mampu mengintegrasika n nilai-nilai ESD dalam pembelajaran Pendidik mampu: menjadikan siswa menghayati bahwa bumi tidak hanya milik generasi sekarang tetapi juga generasi yang akan datang. menjadikan siswa memperoleh pemahaman, keterampilan, sikap, dan kebiasaan untuk memelihara keharmonisan lingkungan alam dengan sosial dan ekonomi. mengintegrasikan nilai-nilai ESD dalam pembelajaran, baik melalui kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning) dindikasikan oleh kemampuan pendidik dalam menjadikan: siswa merasa jelas tentang apa yang mereka perlukan untuk dicapai, siswa memandang belajar sebagai kegiatan yang bermakna, dan menyediakan: bimbingan untuk siswa dalam mencapai hasil yang diinginkan kegiatan yang diperlukan siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri dari berbagai sumber belajar 2. Pendidik mampu melaksanakan Pembelajaran Abad-21 yaitu pembelajaran yang berorientasi pada: (i) studentcentered learning, (ii) problem-based learning, (iii) resourcesbased learning, Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran berorientasi pada pembelajaran berbasis pada pemecahaan masalah (problem-based learning) dindikasikan oleh kemampuan pendidik dalam: Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 404 Kriteria (iv) collaborativebased learning, (v) projectbased learning, dan (vi) menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Indikator pendidik yang memiliki kompetensi yang diperlukan menyelenggarakan pembelajaran yang mengintegrasikan seluruh bidang mata-pelajaran, bersifat menyeluruh, dan memperhatikan aspek-aspek perkembangan siswa; memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran agar siswa masuk dalam atmosfer pembelajaran dan memperoleh peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran; serta menjadikan siswa mampu (i) membangun pemikiran melalui pengalaman langsung, belajar sesuatu yang nyata, terjadi, dan dialami dalam kehidupan serta merasakan langsung manfaat belajarnya; (ii) belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing); (iii) menjadi pembelajar yang aktif menentukan, melakukan, dan mengevaluasi; (iv) terlibat langsung dalam menentukan masalah, mencari solusi terhadap masalah, dan mengevaluasi solusi tersebut sehingga pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran berorientasi pada pembelajaran berbasis pada sumber belajar yang beragam (resourcebased learning) dindikasikan oleh kemampuan pendidik: dalam menjadikan peserta didik mampu belajar dengan menggali sendiri dari berbagai sumber informasi melibatkan siswa secara efektif dalam menggunakan sumber belajar yang beragam, yaitu sumber-sumber tercetak, tidak tercetak, atau orang. Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran berorientasi pada pembelajaran brbasis kebersamaan (collaborative-based learning) dindikasikan oleh kemampuan pendidik dalam: mengelola pembelajaran secara kelompok, baik dengan tatap muka atau dialog elektronik (menggunakan media TIK) antara peserta didik dan pakar; menjadikan siswa memiliki tujuan bersama, bertanggung jawab satu sama lain untuk keberhasilannya; serta mengelola suasana pembelajaran yang menjadikan siswa secara aktif berkolaborasi dan bernegosiasi makna satu sama lain dalam keranga kontekstual. Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran berorientasi pada pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) dindikasikan oleh kemampuan pendidik dalam: menyusun permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa; mengelola situasi pembelajaran yang sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan; menjadikan siswa mampu (i) membuat keputusan tentang kerangka kerja, (ii) mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan/tantangan yang diajukan, serta (iii) secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan, serta (iv) serta melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan secara berkala; serta melaksanakan proses evaluasi secara kontinu, dan evaluasi kualitatif terhadap produk akhir aktivitas belajar. Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik diindikasikan oleh: kemampuan pendidik dalam merumuskan tujuan pembelajaran Konsep SKGD - Puslitjakdikbud 414 Kriteria Indikator pendidik yang memiliki kompetensi yang diperlukan secara sederhana dan jelas serta disajikan dengan menarik, materi pembelajaran yang (i) benar-benar berdasarkan fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, serta (ii) berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan. kemampuan pendidik mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk (i) berpikir kritis, analitis dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasi materi pembelajaran, (ii) berfikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari sudut pandang materi pembelajaran, serta (iii) memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola pikir rasional dan objektif dan merespon materi pembelajaran, adanya penjelasan pendidik, respon siswa, dan interaksi edukatif pendidik-siswa yang terbebas dari prasangka apapun, pemikiran subyektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. Pendidik mampu melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan TIK dindikasikan oleh kemampuan pendidik dalam: menjadikan siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran; mengintegrasikan materi pembelajaran ke dalam perangkat lunak TIK melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning), bersifat kolaboratif (collaborative learning), dan berbasis sumber yang beragam (resources-based learning) 3. Pendidik mampu memanfaatan TIK dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hasil pembelajaran, dan tindak lanjutnya 3. Fasilitas Pembelajaran Sarana pembelajaran SKGD disiapkan sesuai standar sarana dan prasarana sebagaimana tercantum dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 dengan mengembangkan keunggulan tambahan untuk mengakomodasi kebutuhan untuk Pembelajaran Abad 21. Keunggulan ini antara lain ditandai dengan: 1) menerapkan pembelajaran berbasis teknologi informasi terbaru, 2) Memfasilitasi beragam kebutuhan, modalitas, dan orientasi belajar siswa, dan 3) sumber daya pembelajaran dan dukungan media terbaru. Tabel berikut menggambarkan kondisi sarana pembelajaran SKGD: No 1 Jenis Karakteristik umum Lingkungan Sekolah: Pelajaran diberikan di dalam dan luar kelas, ruang di luar kelas dirancang dan diprogram Konsep SKGD - Puslitjakdikbud Indikator Luas, rapi, dan ada area hijau. Pola bangunan mengakomodasi pertumbuhan dan perkembangan anak (anak-anak membutuhkan ruang untuk bermain, berlari, aktivitas fisik) 424 No Jenis untuk mendukung pembelajaran Indikator kapan saja (pembelajaran setiap saat) 2 Memanfaatkan teknologi informasi terkini: belajar difasilitasi oleh penggunaan media teknologi informasi terbaru untuk memfasilitasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran. 3 Kelas Konsep SKGD - Puslitjakdikbud Memiliki ruang terbuka yang berfungsi seperti taman, play ground, tempat diskusi kelompok, dan laboratorium alam. tersedia ruang dalam gedung yang dapat digunakan sebagai tempat untuk diskusi, menunggu, atau beristirahat. tersedia display papan interaktif (setidaknya LCD) tersedia komputer utama di kelas tersedia laptop / komputer siswa untuk belajar 1-1 / kelompok Tersedia perangkat pendukung: PDA, tablet, Smartphone tersedia perangkat lunak atau aplikasi pendidikan Memiliki sistem manajemen dan isi pembelajaran Tersedia sarana konferensi online, video dan audio. tersedia kamera, perekam, mikrofon, speaker, headphone. tersedia sarana pembuatan media Dilengkapi dengan akses internet cepat dan kuat. Kelas berukuran luas; peserta didik memiliki cukup ruang untuk bergerak. jumlah siswa dan guru per kelas: rasio siswa rendah dilengkapi dengan teknologi instalasi jaringan: papan layar utama dan komputer peserta didik sesuai dengan kebutuhan. Untuk mendukung pembelajaran berbasis kegiatan, lingkungan belajar yang fleksibel diperlukan untuk memfasilitasi kolaborasi dan memungkinkan peserta didik dapat melaporkan temuannya dan menunjukkan kepada teman sejawatnya Cukup fleksibel dan adaptif dalam memberikan berbagai kesempatan untuk belajar di kelas, mulai dari belajar secara individu, belajar dalam kelompok kecil, dan dalam kelompok besar dan klasik/pembelajaran 434 No Jenis Indikator 4 Perpustakaan / Pusat Sumber Daya Konsep SKGD - Puslitjakdikbud tradisional Furniture mudah dipindahkan dan diatur sehingga ruang dapat dengan mudah diatur ulang untuk mengakomodir berbagai modalitas. Kursi nyaman dan ada ruang untuk pembelajaran dan penyimpanan Ketersediaan furnitur untuk mengakomodasi penataan kursi yang bervariasi sesuai dengan pilihan pelajar atau guru Meja dapat dikombinasikan untuk mendukung pembelajaran kolaboratif dan praktis dapat diatur untuk pembelajaran aktif Peserta didik dapat berdiri dan bergerak, karena gerakan dapat mendukung pembelajaran dan gaya hidup sehat. Papan tulis, clipboard, dan alat bantu belajar lainnya tersedia di ruang kelas untuk memudahkan transisi lingkungan belajar dari guru-yang mengarahkan menjadi siswa yang mengarahkan. tersedia ruang atau furnitur yang berfungsi tidak hanya untuk menyimpan bahan belajar tetapi juga untuk menampilkan dan menunjukkan keberhasilan karya peserta didik. ketersediaan dan didistribusikannya listrik yang memadai dan koneksi yang kuat. Memiliki ukuran lebar/luas Memiliki koleksi yang memadai: buku, ensiklopedi, DVD-VCD, komputer dan jaringan internet yang cepat. desain lingkungan yang nyaman dan aman Kamar berwarna-warni untuk memberikan energi positif Kursi dan meja mudah dipindahkan (mobile) Di beberapa titik tersedia komputer dengan koneksi internet. Memiliki koleksi berbagai bidang yang berbeda seperti: sains, teknologi, ilmu sosial, seni, budaya, ekonomi, dll. 444 No 5 Jenis Ruang tunggu, berkumpul dan diskusi. Indikator Konsep SKGD - Puslitjakdikbud ruangan yang luas dengan penataan dan sirkulasi udara yang baik. Dapt digunakan sebagai ruang tunggu; menghubungkan antara kelas, sebagai sarana interaksi peserta didik dari kelas yang berbeda. tersedia kursi dengan berbagai bentuk/jenis serta karpet untuk memfasilitasi pembelajaran yang menyenangkan. komputer yang tersedia di beberapa titik akses internet. 454