KPPOD Membangun Indonesia dari Daerah Memasarkan Daerah

advertisement
Edisi Juli-September 2013
KPPOD
Membangun Indonesia dari Daerah
www.kppod.org
Memasarkan Daerah (“Regional Marketing”)
Y
ang ada di benak banyak orang ketika mendengar istilah “Memasarkan Daerah” adalah
kesan seolah-olah daerah (provinsi, kabupaten, kota) sebagaimana barang, komoditi atau
hasil-hasil produksi dapat dipasarkan. Oleh karenanya, masih ada beberapa kalangan
yang mempersoalkan sisi etis memasarkan daerah. Padahal fenomena memasarkan daerah sudah
ada sejak 1850-an, yakni pada era “Wild West” di Amerika Serikat dengan maraknya penawaran
kawasan-kawasan pemukiman baru kepada para pendatang oleh Pemerintah Federal Amerika
saat itu.
Saat ini, aktivitas pemasaran dirasakan penting oleh banyak kalangan pemerintahan. Oleh
karenanya, pemasaran daerah menjadi suatu pendekatan yang populer sebabagi instrumen
penting untuk memperkuat perekonomian daerah dan daya saing global. Pemasaran daerah
dħadikan instrumen dalam bidang pembangunan ekonomi lokal dan regional (Local & Regional
Economic Development/LRED) dalam rangka menghadapi tantangan globalisasi yang menghasilkan
persaingan yang semakin ketat antara wilayah dan masing-masing daerah.
Walaupun sudah populer, konsep pemasaran daerah masih banyak disalahartikan. Dalam banyak
praktik pemasaran daerah diartikan semata sebagai upaya mempromosikan daerah tersebut,
dan dianggap cukup jika daerah tersebut sudah punya brand logo dengan tagline-nya. Padalah,
pemasaran daerah bermakna merancang sebuah daerah sedemikian rupa sehingga daerah
tersebut mampu memenuhi kebutuhan target market-nya. Karena itu, jika promosinya besarbesaran namun kenyataannya daerah tersebut justru mengecewakan target market-nya, upaya
pemasaran daerah tersebut gagal.
Suatu daerah yang dipasarkan secara fokus, sistematik dan menarik akan banyak mendatangkan
manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama akan memacu dan mendorong
masuknya wisatawan, investor serta kalangan bisnis. Pada gilirannya, kesempatan kerja baru
bertambah, pendapatan daerah meningkat, pertumbuhan ekonomi naik, sehingga taraf hidup
penduduk secara umum di daerah tersebut juga akan meningkat. Oleh karena itu keberhasilan
pemasaran daerah dapat diukur dari peningkatan perekonomian daerah yang ditandai dengan
pertumbuhan jumlah dan nilai investasi. Aplikasi lebih jauh adalah tercapainya eęsiensi dalam
pemanfaatan sinergi. Sedari awal ukuran keberhasilan ini perlu disadari dan disepakati bersama
para shareholders, agar tidak terjadi kegagalan dari sebuah tujuan yang mulia ini.
Kemampuan daerah menjual potensi yang dimiliki suatu daerah adalah faktor penting keberhasilan
pemasaran daerah. Kemampuan untuk menjual tersebut juga harus didukung oleh terciptanya
iklim yang kondusif dan mendukung investasi di daerah seperti adanya jaminan keamanan dan
kepastian hukum bagi investasi di daerah. Pemda hendaknya mampu melahirkan regulasi yang
dapat memacu pertumbuhan perekonomian dengan merebut investor PMA dan PMDN sekaligus
memberdayakan investor lokal. Keberhasilan Pemda mengelola faktor-faktor tersebut akan dapat
mendorong peningkatan daya saing daerah dalam merebut investor.
Yang perlu mendapat catatan bahwa, bagaimanapun juga suatu daerah tidak akan mampu berdiri
sendiri tanpa bantuan atau kerjasama dengan daerah lainnya. Oleh sebab itu diharapkan setiap
daerah dapat bekerjasama dan saling mendukung dalam merebut investor dengan menonjolkan
potensi atau produk unggulan masing-masing daerah. Tanpa adanya kerjasama antar daerah,
bukan tidak mungkin terjadi persaingan yang tidak sehat, yang tentu saja mengakibatkan
hilangnya kepercayaan investor terhadap daerah.
Selain dibutuhkan strategi pemasaran yang terencana, juga dibutuhkan perubahan pola pikir
aparat Pemda. Para penyelenggara pemerintah memiliki cara berpikir birokratif harus berubah
menjadi sebuah “Customer-Driven Government”. Maksudnya, aparat pemerintah harus berupaya
untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya (penduduk, investor, wisatawan, pelajar, dan
sebagainya). Prosedur yang bertele-tele harus ditinggalkan. Sistem dan infrastruktur yang ada
dalam pemerintahan harus dibenahi agar bisa lebih eęsien dan efektif.
EDITORIAL
Promosi Daerah, Keniscayaan di Era Persaingan
DAFTAR ISI
Artikel ......................................... 3
Review Regulasi ........................ 10
Dari Daerah .............................. 16
Opini .......................................... 18
Laporan Diskusi Publik ........... 22
Agenda KPPOD........................ 24
Seputar Otonomi ...................... 25
Sekilas KPPOD ......................... 26
Susunan Redaksi
Pemimpin Redaksi:
Robert Endi Jaweng
Redaktur Pelaksana:
Ig. Sigit Murwito
Staě Redaksi:
Sri Mulyati
Boedi Rheza
Elizabeth Karlinda
Illinia Ayudhia Riyadi
Distribusi:
Regina Retno Budiastuti
Kurniawaty Septiani
Agus Salim
Tata Letak:
Rizqiah D
Winantyo
Alamat Redaksi:
Permata Kuningan Building 10th Fl.
Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C
Guntur Setiabudi
Jakarta Selatan 12980
Phone : +62 21 8378 0642/53
Fax : +62 21 8378 0643
www.kppod.org
http://perda.kppod.org
http://pustaka.kppod.org
KPPODBrief edisi ini menghadirkan sejumlah tulisan utama soal prmosi
daerah. Pilihan topic ini kiranya tepat dan relevan. Kita tahu, era persaingan
ekonomi hari ini, khususnya kurun otonomi, tidak lagi semata berada pada
tataran persaingan antar Negara tetapi bergerak ke unit-unit persaiangan
yang lebih kecil, yakni antar daerah. Setiap daerah bersaing dengan tetangga
dan daerah-daerah lain di negeri ini, bahkan bersaing dengan daerah-daerah
di manca Negara lain.
Strategi memenangkan persaingan tentu banyak dan kompleks. Namun,
elemen mendasar yang wajib dilakukan adalah pengenalan daerah tersebut
di khalayak luas, khususnya target pasar tertentu. Media promosi atau
pemasaran daerah menjadi ajang penting.
Dalam konteks promosi, hal-hwal penting merentang dari soal isi (content),
pilihan konteks, strategi dan medium termasuk dalam mengemas citra
dan identitas daerah. Dari sisi content, misalnya, kita mengenal sejumlah
pendekatan.
Pada pendekatan pertama, sesuatu yang konvensional, adalah menjadikan apa
yang kita (daerah) miliki sebagai titik tolak. Potensi apa yang dimiliki Daerah
akan menentukan materi promosi yang akan disampaikan. Pendekatan lain,
melihat peta kebutuhan/permintaan target pasar/konsumen/investor. Apa
yang mereka butuhkan, dan bagaimana kita (daerah) menyesuiakan dengan
demand side yang ada.
Pilihan terbaik adalah meramu berbagai pendekatan. Kita realistis pada apa
yang kita miliki jika itu menyangkut endowment factors (jangan membual
sebagai daerah kaya sumber daya alam jika memang faktanya tidak tersedia),
namun mesti inovatif dalam sisi kebħakan dan tata kelola yang selalu bisa
kita upayakan untuk menyesuiakan diri dengan preferensi pasar/konsumen/
investor.
Selain pilihan content, hal lain adalah konteks prmosi. Membaca arah dan
peluang pasar adalah wajib bagi Daerah untuk mengetahui dinamika
lingkungan yang melahirkan pergeseran permintaan yang sennatiasa
bergerak cepat dan berbeda antar kurun waktu. Maka, peran market inteligence
menjadi perlu diperkuat bagi daerah yang memang serius memasuki kancah
persaingan ekonomi.
Indonesia di era otonomi ini memilik beberapa daerah yang giat dan secara
atraktif memasarkan daerahnya. Umumnya mereka tidak bergerak sendiri,
tetapi bergabung dalam wadah kerja sama, dan promosi dħadikan sebagai
program utama. Bahkan mereka mendirikan badan usaha khusus dan secara
profesional ibekerja untuk prmosi dalam kerangka kerja sama antar daerah.
Penggunaan badan usaha ini bisa kita lihat dalam kasus PT Solo Raya yang
sering disebut sebagai pionir dalam pemasaran daerah. Institusi regional
management diserahkan mandat khusus untuk mempromosi produk dan
potensi Kota Solo dan sejumlah wilayah sekitarnya (Subosukwonstraten),
bahkan juga memfasilitas kerja sama. Inilah model penerapan regionalmarketing yang kian penting dalam arah baru regionalisasi di era otonomi ini.
Satu hal penting: prasyarat untuk bisa bekerja inovatif dan mememangkan
persaingan di atas adalah kepemimpinan inovatif dan munculnya kelompok
birokrat kreatif. Mereka tidak menjalankan roda pmerintahan secara biasa
(business as usual), tetapi selalu cekat bergerak dan dinamis dalam merespon
perubahan lingkungan. Adakah itu di daerah Anda, para pembaca?
Selamat membaca
2
Artikel
Memberdayakan Investasi Daerah
Melalui Regional Marketing
Oleh: Sigit Murwito
Peneliti KPPOD
S
ejalan dengan kewenangan daerah berdasarkan kebħakan desentralisasi, maka Pemerintah Daerah (Pemda)
juga berkewajiban untuk membina dan mengembangkan dunia usaha daerah sebagai pilar pertumbuhan
perekonomian daerah. Untuk itu langkah utama yang harus dilakukan adalah pemberdayaan investasi
daerah. Pemberdayaan investasi daerah adalah suatu upaya harus dilakukan secara sistematis untuk mendorong
peningkatan investasi daerah.
www.bisnis.com
Investasi Daerah
Investasi yang dimaksud adalah investasi yang
dilakukan oleh komponen pemerintah, masyarakat dan
swasta (dunia usaha). Investasi oleh pemerintah dapat
dilihat dari segi (1) investasi ęsik dan (2) investasi non
ęsik. Investasi ęsik yang dilakukan oleh Pemda antara
lain berupa pembangunan infrastruktur yang bertujuan
menyediakan sarana dan prasarana bagi peningkatan
pertumbuhan perekonomian serta peningkatan
pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan investasi
non ęsik adalah pengembangan kapasitas Sumber Daya
Manusia (SDM) di daerah berupa penyediaan layanan
kesehatan dan peningkatan gizi masyarakat, penyediaan
kesempatan pendidikan bagi anak usia sekolah, serta
jaminan sosial lainnya. Investasi ini dikenal juga dengan
human investment . Disamping kedua bentuk investasi
tersebut, bagi daerah yang mampu juga mengadakan
investasi melalui pembentukan BUMD atau penyertaan
modal pada dunia usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan untuk meningkatkan PAD yang akan
digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan masyarakat.
Investasi swasta di daerah sebenarnya diharapkan
dapat memacu pertumbuhan perekonomian daerah
sekaligus pemerataan pendapatan masyarakat. Dengan
banyak investasi swasta di daerah diharapkan semakin
bertambahnya lapangan kerja yang dapat menampung
angkatan kerja. Hal ini juga akan membawa dampak
terhadap penurunan angka urbanisasi. Investasi swasta
di daerah selama ini lebih banyak didominasi oleh
pengusaha kuat, sedangkan pengusaha lemah yang
umumnya pengusaha lokal lebih banyak terpinggirkan.
Kondisi ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya
yaitu; regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah,
keterbatasan kapasitas pengusaha lokal, jaringan yang
kuat dari pengusaha nasional, dan sebagainya.
Iklim Investasi dan Persaingan antar Daerah
Peningkatan investasi daerah akan dapat terwujud jika
di daerah terdapat potensi yang dapat “dħual” kepada
para investor, baik itu berupa potensi sumber daya alam
maupun potensi SDM. Selanjutnya hal yang sangat
penting lagi adalah kemampuan daerah menjual potensi
yang dimilikinya tersebut. Kemampuan daerah untuk
menjual tersebut harus didukung oleh terciptanya iklim
3
Artikel
yang kondusif dan mendukung investasi di daerah
seperti adanya jaminan keamanan dan kepastian hukum
bagi investasi di daerah. Pemda hendaknya juga mampu
melahirkan regulasi yang dapat memacu pertumbuhan
perekonomian yang mampu merebut investor PMA
dan PMDN sekaligus memberdayakan investor lokal.
Keberhasilan Pemda mengelola faktor-faktor tersebut
akan dapat mendorong peningkatan daya saing daerah
dalam merebut investor.
Dalam rangka menghadapi era globalisasi dan pasar
bebas, persaingan antar daerah dalam menjual
potensinya dan merebut investor akan semakin
terbuka tidak hanya terhadap investor nasional tetapi
juga internasional. Kesiapan Daerah terutama SDM
pengelola dan infrastuktur yang tersedia akan sangat
mendukung dalam merebut para investor untuk bersedia
menanamkan investasinya di daerah. Persaingan antar
daerah dalam merebut investor harus dikembangkan
dalam suasana persaingan dan kompetisi yang positif
dan sehat.
Walau bagaimanapun suatu daerah tidak akan mampu
berdiri sendiri tanpa bantuan atau kerjasama dengan
daerah lainnya. Oleh sebab itu diharapkan setiap
daerah dapat bekerjasama dan saling mendukung
dalam merebut investor dengan menonjolkan potensi
atau produk unggulan masing-masing daerah. Sebagai
contoh suatu daerah yang mempunyai potensi SDA
dan SDM tentu saja membutuhkan infrastruktur seperti
pelabuhan, bandar udara atau jalan raya untuk mengirim
produknya keluar. Hal ini akan sangat berhubungan
dengan daerah lain yang memiliki fasilitas tersebut.
Tanpa adanya kerjasama antar daerah maka bukan tidak
mungkin terjadi pengenaan retribusi atau pungutan
yang berlebihan atau pemboikotan dari daerah yang
dilalui. Tentu saja kondisi akan mengakibatkan
hilangnya kepercayaan investor terhadap daerah.
Budaya Corporated di Daerah
Dengan keterbatasan-keterbatasan sumber daya yang
dimiki masing-masing daerah - yang pada akhirnya
dapat menghambat penyelenggaraan pemerintahaan
di daerah - pasti akan menuntut daerah-daerah lebih
proaktif dan melakukan inovasi untuk mengatasi
keterbatasan-keterbatasan tersebut. Daerah-daerah akan
terpicu untuk mengembangkan serta mengoptimalkan
semua potensi yang ada di daerahnya. Jawaban dari
semua itu hanyalah bekerjasama dengan daerah lainnya
sehingga akan lebih optimal dibandingkan bekerja
sendiri-sendiri.
Kita, terutama para penggiat otonomi daerah, tentunya
telah sering mendengar contoh baik mengenai
beberapa daerah yang telah memulai bekerjasama
dalam membangun perekonomian di wilayah yang
saling berdekatan. Paling tidak ada tiga kawasan di
Jawa Tengah yang telah memulai untuk memulai
secara
bersama-sama
memasarkan
daerahnya.
Tujuh daerah ex-karesidenan Surakarta (Sukoharjo,
Boyolali, Surakarta, Wonogiri, Sragen dan Klaten), exKaresidenan Banyumas (Banjarnegara, Purbalingga,
4
Banyumas, Cilacap dan Kebumen), dan tujuh daerah di
Pantai Utara dengan Sapta Mitra Pantura), merupakan
contoh dari bentuk kesadaran daerah untuk bekerjasama
dalam pembangunan ekonomi.
Tujuan dari kerjasama dikawasan-kasan tersebut
diantaranya adalah membentuk kawasan ekonomi
bersama, memasarkan kawasannya kepada investor,
dan membentuk pasar bersama. Kerjasama yang terjalin
kemudian diinstitusikan dalam bentuk institusi privat
(Perseroan terbatas) atau dikelola secara profesional
oleh private sector. Dalam melakukan pemasaran daerah,
masing-masing institusi tersebut membuat merek
dagang (brand image). Kesamaan historis merupakan
salah satu kekuatan dari kerjasama yang dilakukan
daerah-daerah ini. Kesamaan historis dimanfaatkan
bukan untuk melakukan pemekaran dalam bentuk
wilayah administratif baru melainkan untuk bekerja
sama dan mejadi identitas bersama dan dħadikan
merek dagang, tanpa kehilangan identitas lama masingmasing daerah. Lepas dari mana munculnya asalnya,
nampaknya telah muncul budaya corparated diantara
pemda dalam membangun wilayahnya.
Budaya corparated yang ada diantara daerah-daerah di
Indonesia sejalan sesuai dengan perkembangan istilah
tempat (place) yang pengertiannya meluas dari tiap era.
Tempat (place) tidak hanya sekedar kawasan-kawasan
terbatas dalam suatu areal permukiman tertentu,
namun menunjuk pada suatu area administratif, baik
kota, daerah, negara, bahkan kawasan regional yang
terdiri dari beberapa negara. Menurut Rainisto (2003),
place digunakan untuk mengartikan ‘segala sesuatu’ dari
suatu tempat, seperti kota, kabupaten, kawasan, negara
bagian, dan negara, serta telah menjadi kesepakatan
secara luas dapat dipasarkan sebagaimana perusahaan,
barang ataupun jasa (Rainisto, 2003: 10).
Dapat disimpulkan bahwa batas administrasi bukanlah
satu-satunya batasan yang ada. Unsur-unsur lain seperti
lanskap ęsik dan struktur ekonomi juga merupakan
unsur untuk mendeęnisikan wilayah. Dengan demikian,
pemahaman individu dan hati nurani daerah juga harus
dipertimbangkan. Seringkali, perspektif internal dan
perspektif eksternal geograęs daerah juga berbeda.
Akibatnya, konsep-konsep lain telah dikembangkan
yang memberikan deęnisi daerah/wilayah yang lebih
kompleks. Konsep-konsep ini menggarisbawahi
pentingnya sejarah bersama dan identitas historis
tumbuh daerah untuk pemasaran daerah.
Pemasaran Daerah/Wilayah dan Pembangunan
Ekonomi Daerah
Fenomena memasarkan daerah sudah ada sejak
1850-an, dimulai pada era “Wild West” di Amerika
Serikat, yakni dengan maraknya penarawanpenawaran kawasan pemukiman baru kepada para
pendatang oleh Pemerintah Federal Amerika saat itu,
khususnya bagi para migran dari Kepulauan Britania,
Irlandia dan sebagian daratan Eropa. Pada awalnya,
pemasaran daerah lebih condong pada sisi penjualan
atau selling dibandingkan marketing. Oleh karena itu,
Artikel
pendekatan yang menonjol adalah dari sisi promosi.
Kekuatannya terletak pada bentuk-bentuk advertising
yang dieksplorasi untuk menonjolkan pencitraan yang
indah, nyaman dan aman dari suatu kawasan/daerah
baru. Formatnya pun terbatas pada jenis Above The Line
(ATL) dengan pilihan media terbatas pada koran-koran,
pamĚet, dan leaĚet yang ada saat itu, karena media
elektronik belum muncul.
Dewasa ini, pemasaran daerah merupakan instrumen
penting digunakan dalam kerjasama berbagai aktor
untuk memperkuat perekonomian daerah dan daya
saing global. Pendekatan ini telah menjadi instrumen
penting dalam bidang pembangunan ekonomi lokal dan
regional (Local & Regional Economic Development/LRED)
bagi daerah dalam rangka menghadapi tantangan
globalisasi yang sedang berlangsung yang juga
menghasilkan persaingan yang semakin ketat antara
wilayah dan masing-masing daerah. Daerah harus
mengembangkan strategi pemasaran dan citra daerah
dengan mengkomunikasikan keunggulan komparatif
dan faktor daya tarik untuk masing-masing target
pasar. Sebuah proęl yang unik yang mencerminkan
karakteristik dan manfaat yang berbeda diperlukan
untuk membedakan suatu tempat dari tempat lain.
Pemasaran regional, pada gilirannya, membantu
untuk mempromosikan pengembangan umum dan
berkelanjutan ekonomi, citra dan identitas daerah yang
jelas dengan menggunakan berbagai instrumen dan
alat-alat.
Di Indonesia juga telah ada kesadaran beberapa
daerah untuk bersama-sama memasarkan wilayahnya
kepada pihak-pihak luar (investor) demi tercapainya
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Produk yang hendak di jual adalah daerah. Lantas siapa
yang menjadi pasar? Secara konvensional pasar adalah
suatu tempat untuk menstimulasi dan menunjang
proses tukar menukar antara kepentingan permintaan
dan penawaran. Dalam terminologi pasar sendiri terbagi
menjadi dua yaitu pasar komersial yang bertujuan
meningkatkan keuntungan dan pasar non-proęt yang
bertujuan meningkatkan eęsiensi.
Pengertian “Pemasaran Daerah/Regional Marketing”
Pengertian pemasaran daerah/wilayah/daerah berubah
dari masa ke masa. Pada awal 1980an, istilah tersebut
diartikan sebagai promosi semua aspek kesejahteraan
masyarakat daerah atau lebih sempit lagi: pengiklanan
daerah sebagai suatu keseluruhan (van Gent, 1984 dan
Peelen, 1987 dalam Ashworth dan Voogd, 1990:10).
Pengertian lainnya menyebutkan bahwa pemasaran
daerah merupakan aspek yang tidak terpisahkan
dari pengelolaan daerah atau urban management
(Nelissen, 1989 dalam Ashworth dan Voogd, 1990:10).
Perkembangan berikutnya mengartikan pemasaran
daerah sebagai kesadaran untuk menarik investasi
swasta dalam mewujudkan impian rencana daerah
(Pumain, 1989 dalam Ashworth dan Voogd, 1990:11).
Dari aspek lainnya, Hermawan Kartajaya dkk. (2002:177)
secara umum mengartikan pemasaran daerah/kota
sebagai perencanaan dan perancangan suatu daerah/
kota agar mampu memenuhi dan memuaskan keinginan
dan harapan “pasar targetnya”. Pasar target ini meliputi
tiga pihak, yaitu: (1) penduduk dan masyarakat
daerah tersebut, (2) turis, pengusaha, investor dari
dalam dan luar daerah, dan (3) pengembang dan event
organizers serta pihak-pihak lainnya yang membantu
meningkatkan daya saing daerah tersebut.
Penjelasan yang lebih rinci tentang “pemasaran daerah”
diberikan oleh van den Berg dkk. (1990:3-4 yang diacu
dalam Djunaedi, 2001) yaitu: pemasaran daerah/wilayah
dapat dilihat sebagai:
(1) salah satu jenis eksploitasi produk daerah (wilayah)
yang berorientasi pasar oleh pihak Pemda (atau
penguasa wilayah) — (menurut Borchert &
Buursink, 1987 dalam van den Berg dkk., 1990:3);
(2) adopsi (oleh perencana keruangan daerah)
masukan/kebutuhan
pemakai:
penduduk,
pengusaha, wisatawan, dan pengunjung lainnya;
dan
(3) seperangkat kegiatan yang bertujuan untuk
mengoptimalkan penyediaan fungsi kehidupan,
pekerjaan dan rekreasi oleh pihak Pemda, dan
kebutuhan terhadap hal tersebut oleh penduduk,
perusahaan, wisatawan, dan sebagainya (Boerema
& Sondervan, 1988 dalam van der Berg, 1990:4).
Untuk lebih memahami pengertian pemasaran daerah,
van den Berg dkk (1990:4-5) menjelaskan bahwa paling
tidak ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam
pemasaran daerah, yaitu:
1) Pemasaran daerah merupakan bentuk khusus
dari kegiatan pemasaran. Bilamana pemasaran
merupakan salah satu aspek dalam kegiatan
perusahaan, maka pemasaran daerah juga
merupakan salah satu aspek dalam keseluruhan
kebħakan Pemda (bersama dengan, antara lain:
perencanaan daerah).
2) Pemasaran daerah, secara implisit, mencakup
semua fungsi yang padanya dapat diterapkan
pendekatan kewirausahaan.
3) Pemerintahan
daerah
mempunyai
tiga
dimensi ęlosoęs, yaitu: sebagai pemerintah
(administration), sebagai pengendali (control)
dan juga sebagai “perusahaan” (berwirausaha).
4) Bedanya, bila perusahaan mengejar keuntungan
(proęt),
maka
Pemda
memperjuangkan
kepentingan masyarakatnya.
Cara Melakukan Pemasaran Daerah
Karena produknya adalah daerah atau wilayah, maka
cara untuk melakukan pemasaran juga akan berbeda
dengan pasar proęt. Pasar regional pada hakekatnya
merupakan sarana untuk menciptakan konsep inovatif
dalam rangka meningkatkan, mempertahankan dan
mengembangkan kekuatan perekonomian regional
dalam satu wadah kerjasama pembangunan antar
daerah. Pasar regional juga dapat diartikan sebagai
instrumen untuk mengatur dan mengapliksikan proses
penguatan potensi daerah dalam batas-batas otoritas
5
Artikel
tertentu yang dilakukan bersama unsur-unsur lokal
terkait. Upaya penguatan yang dimaksud menyangkut
aspek ekonomi, citra dan identitas daerah.
Di sisi lain, meskipun istilah dan konsep pemasaran
daerah telah populer, namun dalam praktiknya, aktivitas
pemasaran daerah seringkali salah arah, antara lain:
(1)
Beberapa daerah menerapkan konsep pemasaran daerah
hanya sebatas pada penyusunan brand name, logo dan
tagline. Akibatnya, daerah hanya menonjolkan
‘janji-janji’, abai bahwa janji-janji yang dirumuskan
dalam buzzword tagline nya harus ditepati. Dalam
kondisi yang paling parah, target market yang
menjadi sasaran promosi logo dan tagline tersebut
merasa dikecewakan. Beberapa brand image daerah
atau negara, seperti”Enjoy Jakarta”, “Malaysia: Truly
Asia”, “Uniquely Singapore”, “Amazing Thailand”,
dan ”Jogja: Never Ending Asia”, adalah beberapa
contoh bentuk campaign dari berbagai kota atau
negara dalam rangka pemasaran daerah atau
marketing places.
(2)
Aktivitas memasarkan daerah yang fokusnya hanya
menyusun buku-buku ragam dan jenis komoditi
unggulan an-sich. Atau buku-buku spot-spot investasi
yang menurut kalangan pemerintah di daerah
bersangkutan adalah paling prospektif. Banyak
daerah mengadopsi pola pemikiran bahwa bukubuku ditambah leaĚet dan proęl investasi menjadi
bahan yang cukup kuat untuk mendatangkan
investor atau kalangan bisnis. Mereka lupa,
bahwa ada kurang lebih 500 kabupaten/kota
berebut ‘kue’ yang sama dengan ragam dan jenis
komoditas ungggulan yang hampir tidak berbeda.
Hampir semua daerah di Indonesia memiliki sub
sektor holtikultura, perkebunan, kelautan dan
pertambangan dengan jenis-jenis komoditas yang
hampir mirip. Banyak daerah yang memiliki garis
pantai dan banyak pula yang indah untuk samasama menarik wisatawan. Maka, daerah seperti
ini perlu melakukan perubahan orientasi dari
“apa yang dapat saya hasilkan?” ke arah “apa
yang diperlukan pasar yang dapat saya hasilkan?”
Daerah seyogyanya harus mulai memikirkan
“posisi”nya dibandingkan daerah lain dengan
menanyakan terlebih dulu pada potensi daerahnya
sendiri, “apa yang membuat potensi daerah kami
menjadi unique yang tidak dimiliki oleh daerah
lain?”
(3)
6
Aktivitas memasarkan daerah yang dibatasi hanya
sekedar keikutsertaan daerah pada event-event pameran
dan pekan-pekan promosi, baik di bidang pariwisata,
produk unggulan daerah atau pameran-pameran spesięk
sektoral lainnya. Pameran dan pekan-pekan promosi
selama ini cenderung sudah menjadi kegiatan
rutin dari daerah sehingga seringkali kurang
memberikan dampak pada revenue yang dihasilkan
oleh pameran-pameran atau event-event tersebut.
Jarang terjadi, setelah mengikuti pameran terjadi
kontrak-kontrak bisnis antara Pemda dan pelaku
usaha di daerah dengan kalangan bisnis dan
investor dari luar daerah. Event-event dalam bentuk
pameran, pekan raya atau expo-expo memang baik
diikuti oleh daerah, tetapi lebih baik jika memiliki
hasil nyata dengan upaya memasarkan daerah
secara tepat dan benar sesuai dengan target market
yang akan dibidik.
Dalam praktiknya, memasarkan daerah memang bukan
perkara mudah. Persoalan utama yang seringkali
dihadapi adalah perubahan cara berpikir dan cara
pandang dalam penyelenggaraan pemerintahan. Tidak
hanya menyangkut persoalan mindset ramah pasar
(market friendly), tetapi juga menyangkut bagaimana
mengimplementasikan kebħakan-kebħakan ramah
pasar ke dalam desain program dan kegiatan yang
membidik pasar secara tepat, cepat dan terukur melalui
serangkaian aktivitas pemasaran daerah yang fokus,
terpadu dan komprehensif. Sebuah daerah yang
dipasarkan dengan menarik akan memicu dinamika
pertumbuhan industri-industri baru dan kesempatan
kerja. Pada akhirnya, pendapatan daerah pun akan
meningkat, sehingga kualitas hidup penduduk di
daerah tersebut juga bisa semakin meningkat.
Saat ini, dengan berbagai perubahan besar yang terjadi
pada skala makro seperti globalisasi, regionalisasi, dan
otonomi daerah, sebuah daerah tentu perlu mengadopsi
cara pandang dan pendekatan baru tersebut. Hal ini
ditujukan agar sebuah daerah mampu meningkatkan
daya saing dan menarik minat target market-nya,
terutama tiga target market utamanya yaitu wisatawan,
pebisnis, dan investor. Menurut Michael Porter,
membangun keunggulan daya saing daerah merupakan
sebuah upaya meningkatkan produktivitas yang pada
gilirannya akan menaikkan kualitas dan standar hidup
masyarakat dalam jangka panjang. Dasar pemikirannya
adalah untuk menarik sumber daya terbaik dari dalam
maupun luar daerah sebagai landasan untuk memacu
produktivitasnya.
Seperti dħelaskan di atas, pemasaran daerah bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan warga daerahnya.
Berkaitan dengan itu, hubungan antar unsur pemasaran
daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya — terlihat pada Gambar 1 (secara
garis besar) dan Gambar 2 (secara rinci). Gambar
1 menunjukkan bahwa agar daerah/wilayah lebih
menarik bagi investasi maka lingkungan kehidupan dan
lingkungan bisnisnya (antara lain: dukungan saranaprasarana daerah) perlu mempunyai daya tarik tinggi.
Untuk
melakukan
pemasaran
wilayah/daerah,
Hermawan Kartajaya dkk. (2002:178-181) menyarankan
tiga langkah strategis, yaitu: (1) menjadi “tuan
rumah” yang baik bagi kelompok pasar targetnya,
(2) memperlakukan kelompok pasar target secara
semestinya, dan (3) membangun “rumah” (wilayah/
daerah) yang nyaman bagi mereka. Untuk melakukan
langkah strategis ketiga tersebut (membangun wilayah/
daerah), perlu tersedia wahana/ruang, sarana, dan
Artikel
kualitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
bisnis dan publik.
(4) Aspek rekreasi dan hiburan: suatu tempat/wilayah
memerlukan sekumpulan atraksi/daya-tarik untuk
warganya dan untuk pengunjung/turis.
prasarana yang memadai bagi aktiętas kelompok pasar
target tersebut. Pemasaran wilayah ini melibatkan
tiga pelaku utama secara kohesif, yaitu: masyarakat,
kalangan bisnis/usaha, dan Pemerintah. Hermawan
Gambar 1. Langkah-langkah Garis Besar menuju
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (melalui
Pemasaran Daerah)
Menciptakan dan
memelihara LINGKUNGAN
KEHIDUPAN yang berdaya
tarik tinggi
Menciptakan dan memelihara
LINGKUNGAN BISNIS
yang berdaya tarik tinggi
Menjalin KERJASAMA
PEMERINTAH
DAN SWASTA
Untuk
lingkup
daerah,
komponen-komponen
pemasaran daerah tersebut di atas mendorong
dilakukannya langkah-langkah, antara lain: (a)
perancangan daerah, (b) peningkatan prasarana daerah,
(c) penyediaan layanan dasar (antara lain: perlindungan
warga daerah dan propertinya, keselamatan masyarakat
dan keberlangsungan pendidikan), serta (d) penciptaan
dan pengadaan atraksi. Hasil langkah-langkah ini perlu
dipasarkan dan menurut Kotler dkk. (2002: 78), terdapat
empat strategi umum untuk mendorong warga daerah
serta menarik pendatang/turis, pengusaha dan investor
ke tempat/wilayah ini dengan:
1) Pemasaran citra (image marketing): keunikan dan
kebaikan citra; dan seringkali didukung dengan
slogan, misal: “Singapore — Lion City”, “Jogja —
Never Ending Asia”. Pemasaran wilayah (terutama
dalam hal pemasaran citra) juga dapat dilakukan
dengan dukungan internet.
Peningkatan
KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
2) Pemasaran atraksi/daya tarik (aĴraction marketing),
antara lain: atraksi/keindahan alam, bangunan
Kartajaya dkk. menambahkan
bahwa ketiga pelaku ini
haruslah dapat terus menerus
memperbaiki
liveability,
investability, dan visitability
daerahnya.
Untuk
meningkatkan
tiga hal tersebut di atas
(liveability, investability, dan
visitability), Kotler dkk. (2002:
183) menyarankan untuk
menangani empat komponen
yang saling terkait, yaitu:
(1) Karakter tempat/
wilayah: suatu tempat/
wilayah memerlukan
rencana, rancangan dan
upaya pengembangan
yang baik yang dapat
meningkatkan daya
tarik dan kualitas serta
nilai estetika yang
tinggi.
(2) Lingkungan ęsik: suatu
tempat/wilayah
perlu
mengembangkan
dan
memelihara prasarana
dasar yang cocok dengan
lingkungan alamnya.
(3) Ketersediaan layanan:
suatu tempat/wilayah
harus
menyediakan
layanan dasar dengan
Gambar 2. Interaksi Unsur-unsur Pemasaran Daerah
dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Layanan publik yang
berkualitas dan dapat
diakses dengan baik
Lingkungan alami yang
berkualitas dan dapat
diakses dengan baik
Lingkungan kehidupan yang
berkualitas
Lingkungan kehidupan yang mempunyai
daya tarik tinggi
Pasokan tenaga Kerja yang
(Potensional) berkualitas
Prasarana teknis yang
berkualitas
Kemampuan
berorganisasi
Masukin teknis harga/
kualitas estat industri
Struktur
produksi
Lingkungan bisnis yang mempunyai
daya tarik tinggi
Lingkungan Bisnis yang mempunyai
daya tarik tinggi
Kerjasama
pemerintah dan swasta/
masyarakat
Pertumbuhan
kesejahteraan
masyarakat
pertumbuhan pendapatan dan
lapangan kerja
Keterangan gambar:
Tujuan akhir
Sasaran utama
Unsur; dasar pengembangan
(sumber: van den Berg, dkk, 1990: 16, Diagram 1 dalam Djunaedi, 2001, Gambar VI-1)
7
Artikel
dan tempat bersejarah, taman dan lansekap, pusat
konvensi dan pameran, dan mal pedestrian.
3) Pemasaran prasarana (infrastructure marketing)
sebagai pendukung daya tarik lingkungan
kehidupan dan lingkungan bisnis, antara lain
meliputi: jalan raya, kereta api, bandara, serta
jaringan telekomunikasi dan teknologi informasi.
4) Pemasaran penduduk (people marketing), antara lain
mencakup: keramahan, pahlawan/orang terkenal,
tenaga kompeten, kemampuan berwira usaha,
dan komentar (positif) penduduk yang lebih dulu
pindah ke tempat yang dipasarkan tersebut.
Pemasaran Daerah dan Perencanaan Daerah (Regional
Management)
Obyek perencanaan (keruangan) daerah mencakup
antara lain: ruang daerah, prasarana (infrastruktur)
dan fasilitas layanan. Berdasar hal ini, terdapat “titik
singgung”antara perencanaan daerah dan pemasaran
daerah, yaitu:
(1) Pemasaran daerah dapat menjadi salah satu alat
atau instrumen implementasi daerah(antara lain:
membantu mewujudkan rencana daerah dengan
mendorong partisipasi masyarakat dan menarik
investor).
(2) Agar pemasaran daerah dapat berhasil maka
perlu perencanaan daerah (antara lain: rencana
pelestarian karakter wilayah, urban design/
redesign, peningkatan prasarana daerah/wilayah,
dan penyediaan fasilitas umum daerah yang
berkualitas dan memadai).
Selain adanya titik singgung di atas, menurut Asworth
dan Voodg (1990: 23-26) terdapat pula perbedaan proses
berękir, yaitu:
(1)
Perencanaan spatial/ęsik (secara komprehensif
rasional) lebih berorientasi“supply” (menyediakan
dan mengendalikan pembangunan keruangan/
ęsik), dipikirkan oleh perencana dengan
mempertimbangkan potensi dan permasalahan
ęsik lingkungan binaan. Selain itu, rencana yang
dibuat
telah
mempertimbangkan“demand”
atau kebutuhan yang bersifat perkiraan. Sebagai
gambaran, misal: rencana daerah mengalokasikan
lahan untuk kawasan industri (tapi perencanaan
daerah tidak mencakup upaya agar lahan yang
dialokasikan tersebut benar-benar terisi).
(2)
Di lain pihak, pemasaran daerah lebih cenderung
berorientasi “demand”, yaitu pengubahan atau
pengembangan struktur fasilitas daerah dipikirkan
dari persepektif pengguna aktual dan potensial
layanan daerah. Potensi “demand” tersebut
diupayakan untuk menjadi kenyataan (aktual).
Dengan contoh yang sama, misal: terdapat potensi
kebutuhan terhadap kawasan industri, maka
disediakan lahan untuk itu yang dilengkapi dengan
segala daya tarik yang diperlukan (dengan antara
lain: upaya urban design/redesign , peningkatan
layanan prasarana daerah dan fasilitas umum
daerah). Setelah itu dilakukan upaya pemasaran
8
(citra, daya tarik, prasarana dan penduduk) agar
investor betul-betul mau datang dan berinvestasi.
Ukuran Keberhasilan
Pemasaran daerah dilakukan dengan managemen
daerah (regional management). Regional management
lebih mengarah pada perolehan keuntungan jangka
panjang melalui eęsiensi, maka konsep pasar pada
regional management ditujukan pada perbaikan
kondisi perekonomian regional secara menyeluruh.
Dari sini kemudian konsep pasar regional pada regional
management diharapkan dapat memposisikan daerah
dalam perekonomian yang semakin dinamis dalam
perkembangan dunia usaha. Secara khusus pasar
regional menitikberatkan pada perbaikan kemampuan
bersaing dalam menarik investasi (competitive
advantage). Beberapa manfaat pasar regional antara
lain terlihat dalam tabel 1, berikut:
Tabel 1: Manfaat Pemasaran Daerah
• Menciptakan keistimewaan atau keunikan
• Menciptakan transparansi dalam pengambilan keputusan
• Mengarahkan aktivitas berorientasi pasar
• Melembagakan konsensus dalam kesatuan platform;
• Mengarahkan pertimbangan lokasional bagi investasi.
Sumber: Muhammad Munawar, 2007
Karena pemasaran daerah bukanlah pasar komersial,
tentunya ukuran keberhasilannya juga berbeda
dengan pasar komersial. Pemda merupakan share
holder utama dalam pemasaran daerah ini. Sejumlah
dana konon telah dianggarkan setiap tahun untuk
mencapai tujuan dari kerjasama daerah ini. Artinya
pemda telah melakukan investasi dengan sejumlah
uang. Lantas apakah kemudian besarnya uang yang
masuk ke kas daerah dalam periode waktu tertentu
menjadi ukuran keberhasilan pemasaran daerah? Oleh
karena itu keberhasilan pasar regional dapat diukur
dari peningkatan perekonomian daerah yang ditandai
dengan pertumbuhan jumlah dan nilai investasi.
Aplikasi lebih jauh adalah tercapainya eęsiensi dalam
pemanfaatan sinergi. Sedari awal ukuran keberhasilan
ini perlu disadari dan disepakati bersama para
shareholders, agar tidak terjadi kegagalan dari sebuah
tujuan yang mulia ini.
Catatan Akhir
Memberdayakan investasi daerah dalam rangka memacu
pertumbuhan perekonomian daerah sangat diperlukan
kerjasama antar daerah. Iklim investasi yang kondusif,
jaminan keamanan dan kepastian hukum diharapkan
dapat meningkatkan nilai investasi ke daerah.
Aktivitas pemasaran daerah dirasakan penting oleh
banyak kalangan pemerintahan. Suatu daerah yang
dipasarkan secara fokus, sistematik dan menarik akan
banyak mendatangkan manfaat, baik secara langsung
maupun tidak langsung, terutama akan memacu
dan mendorong masuknya wisatawan, investor serta
Artikel
kalangan bisnis. Pada gilirannya, kesempatan kerja
baru bertambah, pendapatan daerah meningkat,
pertumbuhan ekonomi naik, sehingga taraf hidup
penduduk secara umum di daerah tersebut juga
akan meningkat. Memasarkan daerah bukan sekadar
kegiatan promosi. Selain dibutuhkan strategi pemasaran
yang terencana, juga dibutuhkan perubahan pola
pikir aparat Pemda. Para penyelenggara pemerintah
memiliki cara berpikir birokratif harus berbah menjadi
sebuah “Customer-Driven Government”. Maksudnya,
aparat pemerintah harus berupaya untuk memenuhi
kebutuhan
pelanggannya
(penduduk,
investor,
wisatawan, pelajar, dan sebagainya). Prosedur yang
bertele-tele harus ditinggalkan. Sistem dan infrastruktur
yang ada dalam pemerintahan harus dibenahi agar bisa
lebih eęsien dan efektif.
^} ]
DaĞar Pustaka
Asworth, G.J. & H. Voogd. 1990. Selling the City: Marketing Approaches in Public Sector Urban Planning. Belhaven Press, London.
Hermawan Kartajaya, Michael Hermawan, Yuswohady, Tauęk, Sonni, Hartono Anwar, Handito Hadi Joewono, Jacky Mussry, dan Editor: Bembi
Dwi Indrio M. 2002.MarkPlus on Strategy: 12 Tahun Perjalanan MarkPlus&Co Membangun Strategi Perusahaan. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Kotler, Philip; Michael Alan Hamlin; Irving Rein & Donald H. Haider. 2002. Marketing Asian Places: AĴracting Investment, Industry, and Tourism
to Cities, States and Nations. John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd, Singapore.
Scherrer, Walter. 2002. Information deęciencies in place marketing and the scope for Public and Private Sector Partnership: Evidence from the city
of Salzburg.
Van den Berg, L.; L.H. Klaassen & J. van der Meer. 1990. Marketing Metropolitan Regions. European Institute for Comparative Urban Research,
Erasmus University, RoĴerdam, the Netherlands.
9
Review Regulasi
Regulasi sebagai “Selling Point” Daerah
Oleh: Bhoedi Rheza
Peneliti KPPOD
S
ejak Tahun 2001 Indonesia menerapkan desentralisasi yang memberikan otonomi luas kepada daerah. Undangundang yang menjadi payung hukum otonomi daerah pada masa awal pelaksanaannya adalah UU No.22
dan 25 Tahun 1999, yang kini diganti oleh UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.
33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah . Berdasarkan
kerangka legal tersebut, jumlah dan bobot kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota amat besar, termasuk
yang termanifestasi dalam kewenangan menerbitkan peraturan daerah (selanjutnya disingkat: perda).
Namun, sejumlah temuan studi menunjukan,
penerapan kewenangan penerbitan perda tersebut
membawa dampak buruk terhadap iklim investasi
di daerah (Investment Climate and Productivity Study,
2003, Studi TKED-KPPOD, 2007, 2011). Pendelegasian
kewenangan khususnya kewenangan yang mengatur
sektoral menyebabkan terjadinya perubahan regulasi
di daerah dan menyebabkan ketidakpastian dalam
berusaha. Sejak tahun 2001, Kementerian Dalam Negeri
sudah melakukan pembatalan sejumlah perda yang
dinilai bertentangan dengan peraturan pusat mengenai
pajak dan retribusi daerah. Hingga akhir 2010, tidak
kurang dari 13.622 perda dari berbagai daerah yang
dikirimkan kepada pemerintah pusat. Dari total jumlah
tersebut, ada 4.885 perda yang direkomendasikan untuk
dibatalkan, namun baru 1.843 perda yang dibatalkan
Kemendagri.
Yang melatarbelakangi munculnya perda yang
memperburuk iklim investasi adalah demi mengejar
target pendapatan asli daerah (PAD) yang utamanya
berasal dari pajak dan retribusi daerah. Penerapan
perda terkait pajak dan retribusi inilah yang akhirnya
memicu biaya tinggi bagi pelaku usaha, karena terdapat
ketidakpastian di dalam peraturan tersebut. Seharusnya
pemerintah daerah menyadari bahwa pungutan
yang berlebihan atau tidak sesuai ketentuan hukum
sesungguhnya berpotensi mendistorsi iklim usaha dan
investasi di daerah yang pada gilirannya justru akan
merusak pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri.
Rational Expectation
Tampaknya Pemda belum sepenuhnya memiliki
pemahaman akan perilaku rasional investor dalam
pemilihan lokasi investasi mereka. Pertama adalah
perilaku pemegang asset, dimana pemegang asset
akan mempertimbangkan investasi berdasarkan besar
kecilnya selisih keuntungan yang diterima, termasuk
setelah memperhitungkan biaya (termasuk pungutan)
dan keuntungan yang didapat. Kedua adalah perilaku
investasi, yakni yang menjadi perhatian pelaku usaha
adalah pengaruh tambahan pungutan tersebut terhadap
peningkatan biaya produksi, baik pengaruh biaya
untuk faktor produksi utama, maupun bahan baku
produksi. Adanya pajak maupun pungutan tambahan
akan berpengaruh terhadap kebħakan di sisi input
perusahaan. Dalam kondisi yang ekstrim, bisnis tidak
mampu menanggung biaya produksi yang ada, dan
10
akibatnya akan dihadapkan kepada dua pilihan ekstrim,
yaitu menutup usahanya, atau berpindah lokasi ke
daerah lain bahkan ke negara lain.
Untuk itu, kebħakan terkait investasi dapat menjadi
salah satu daya tarik bagi para investor. Dengan adanya
perda yang ramah investasi, dapat mendorong situasi
yang jelas dan terdapat kepastian bagi para investor.
Kepastian yang terjamin melalui penerapan perda
ramah investasi ini, tidak hanya berdampak pada
rencana-rencana investasi dari para investor, namun
juga berpengaruh terhadap daya tarik investasi suatu
daerah. Dengan keterbatasan anggaran, mau tidak mau
daerah harus bersikap proaktif dalam menciptakan
iklim investasi yang kondusif agar investasi dapat
masuk ke daerah.
Kerangka Regulasi Ramah Investasi
Sebelum membentuk sebuah regulasi yang ramah
investasi, Pemda setidaknya harus memperhatikan
beberapa hal yang terkait kerangka regulasi ramah
investasi. Ada dua kerangka regulasi ramah investasi
yaitu: Kreiteria umum dan kriteria khusus. Kriteria
umum adalah kriteria-kriteria yang harus ada
dalam semua perda yang secara langsung atau tidak
langsung terkait dengan aktivitas investasi/usaha di
daerah. Kriteria khusus adalah kriteria-kriteria yang
dimaksudkan atau dikhususkan untuk jenis-jenis perda
yang berhubungan dengan ekonomi seperti perda
pungutan, perda perancanaan daerah, perda APBD dan
perda SOTK. Terdapat beberapa indikator generik di
dalam kriteria ini seperti:
Kesesuaian dengan kebutuhan.
Sebuah perda hanya mengatur sesuai kebutuhan yang
akan diatur (fokus) sehingga perda yang dihasilkan
sesuai dengan tujuan dan tepat sasaran. Selain itu,
perda juga harus memperhitungkan keefektiętasan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan baik
secara ęlosoęs, yuridis maupun sosiologis. Perda yang
dibuat juga bermanfaat dan berdayaguna, karena perda
tersebut dibuat untuk memecahkan masalah-masalah
dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Substansi sebuah perda ramah investasi tidak hanya
menyebutkan hal-hal yang diatur dalam perda, namun
juga beberapa hal lainnya seperti relevansi acuan yuridis,
Review Regulasi
kemutakhiran acuan yuridis, kelengkapan yuridis
formal, kejelasan obyek, kejelasan subyek, konsistensi
pasal perpasal, kejelasan rumusan. Dengan adanya
relevansi acuan yuridis, maka sebuah perda dapat
dikatakan memiliki acuan-acuan hukum yang sesuai
dengan kebutuhan dari perda tersebut. Kemutakhiran
acuan yuridis menjadi salah satu hal yang perlu
diperhatikan agar perda tersebut tidak lagi memakai
acuan-acuan yang sudah usang. Acuan-acuan disini
adalah acuan dari perundang-undangan di atasnya
seperti Undang-undang dan Peraturan Pemerintah. Jika
perda memakai peraturan perundangan yang sudah
usang sebagai acuannya, maka dapat dikatakan perda
tersebut illegal karena tidak memiliki landasan hukum.
Minimal content. Perda juga harus memiliki
kelengkapan secara material mengenai apa saja yang
harus ada dalam sebuah perda, minimal konten.
Kejelasan obyek dan subyek yang diatur di dalam
Perda juga harus disebutkan secara jelas, agar nantinya
tidak menimbulkan multitafsir dan menimbulkan celah
penyimpangan. Kesesuaian antara jenis dan materi
muatan adalah bahwa dalam pembentukan perda harus
benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat
dengan jenis peraturan perundang-undangan atau
jenis perdanya. Dalam hal ini perda harus memenuhi
persyaratan teknis tentang sistematika dan pilihan kata
atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan
mudah dimengerti.
Taat azas dan prinsip (ekonomi, kemanusiaan,
keadilan, keterbukaan, dll).
Sebagai sebuah produk hukum yang mengatur seluruh
masyarakat, perda yang ramah investasi juga harus
dapat menjamin keadilan bagi para investor dan tidak
boleh berisikan hal-hal yang bersifat membedakan
berdasarkan latar belakang seperti mengandung unsur
SARA. Selain itu, perda juga mencantumkan dengan
jelas, hak-hak dan kewajiban subjek perda, sehingga
subjek perda memiliki kepastian hukum. Materi muatan
perda harus berfungsi memberikan perlindungan
dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat.
Dengan keberadaan perda, kesatuan wilayah ekonomi
Indonesia juga diperhatikan, terutama yang terkait
dangan masalah-masalah sensitif dalam kehidupan
bermasyarakat.
Perda harus mencerminkan sifat dan watak bangsa
Indonesia yang pluralistic dengan tetap menjaga
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain
itu, dengan adanya keadilan bagi para investor, perda
ramah investasi juga membuka kesempatan kepada
seluruh lapisan masyarakat untuk terlibat dalam usaha
tertentu dan menutup terjadinya persaingan yang tidak
sehat dari masing-masing pihak. Perda ramah investasi
juga mengandung mekanisme penyelesaian konĚik
yang jelas, cepat, murah, mengikat dan terukur, dalam
artian jika terjadi konĚik terhadap perda
Prinsip keterbukaan.
Pada saat pembuatan perda, partisipasi masyarakat
dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi juga harus diimplementasikan. Selain itu,
perda juga mudah diakses oleh masyarakat atau pihak
yang berkepentingan, karena dengan kemudahan
tersebut, masyarakat atau pihak yang berkepentingan
dapat memperoleh informasi yang penting untuk
pengambilan suatu keputusan. Perda juga harus
dibentuk oleh kelembagaan atau organ yang tepat yang
memiliki kewenangan dan kompetensi terhadap hal-hal
yang diatur dalam perda.
Pelaksanaan perda harus dapat menciptakan eęsiensi,
baik eęsiensi bagi investor maupun pemda. Bagi
investor, perda tidak menimbulkan biaya tambahan
dan bagi pemda sendiri tidak menimbulkan beban yang
harus ditanggung oleh pemda sendiri. Selain segi biaya,
perda dapat memberikan kemudahan prosedur birokrasi
dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh para
investor untuk melakukan investasi di daerah. Kriteria
umum yang terakhir adalah perda ramah investasi dapat
memberikan materi muatan insentif untuk masyarakat
dan dunia usaha dalam mengembangkan usahanya di
daerah. Insentif ini dapat berupa keringanan pajak dan
atau retribusi, kemudahan perħinan atau insentif sarana
dan prasarana.
1. Selain kriteria umum, beberapa kriteria atau acuan
khusus juga harus diikuti dalam penyusunan
suatu perda. Kriteria khusus tersebut tergantung
dari jenis pengaturan dari masing-masing perda.
Beberapa jenis perda berhubungan dengan
ekonomi yang perlu memperhatikan kriteria
khusus diantaranya seperti: Perda Perencanaan
(RTRW, RPJMD): Mengacu pada RPJMN,
memperhatikan potensi daerah, tingkat eksosbud
masyarakat, dan daya dukung lingkungan (Untuk
Perda RTRW harus mengacu pada UU No.
26/2007, tentang Penataan Ruang)
2. Perda APBD: Perda APBD di suatu daerah
harus mengacu pada permendagri No.27/2013,
tentang pedoman penyusunan APBD 2014 dan
PP No.71/2010 (PSAP). Selain itu harus eęsien,
berbasis kinerja dan mendorong pertumbuhan
3. Perda Pungutan (Pajak, retribusi daerah) dan
Perħinan: Untuk Perda pungutan harus mengacu
pada UU No. 28/2009, tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dimana terdapat klasiękasi jenis
pungutan yang boleh dipungut oleh daerah dan
kelengkapan-kelengkapan yang harus ada di
dalam sebuah perda pungutan, seperti nama objek
pungutan, subjek pungutan, dasar pengenaan
tarif, dan tata cara pembayaran. Untuk perda
perħinan, harus mengacu pada UU No. 25/2007,
tentang Penanaman Modal, untuk perda perħinan.
4. Perda SOTK: Perda-perda tentang SOTK harus
memiliki kesesuaian dengan PP 41/2007 tentang
pedoman organisasi perangkat daerah.
Fasilitas investasi dalam perda ramah investasi
Sebelumnya telah disebutkan bahwa dalam kerangka
perda ramah investasi juga terdapat insentif ataupun
kemudahan investasi yang diberikan kepada masyarakat
11
Review Regulasi
ataupun investor untuk mengembangkan usahanya
di daerah. Insentif investasi ini dapat menjadi salah
satu cara Pemda untuk menarik investasi kedaerah.
Berdasarkan UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif
atau kemudahan bagi masyarakat dan penanam modal
untuk meningkatkan perekonomian sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip pemberian insentif dan
kemudahan-kemudahan serta tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan. Ini berarti
bahwa pemerintah daerah diberikan kewenangan
untuk menetapkan kemudahan-kemudahan investasi
atau insentif yang diberikan kepada investor. Klausul
ini kemudian diperkuat dengan penerbitan Peraturan
Pemerintah No.45 tahun 2008, yang menjadi pedoman
bagi Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan
Penanaman Modal di Daerah.
Dalam PP tersebut, pemberian insentif harus dilandasi
pada prinsip kepastian hukum, kesetaraan, Transparansi,
akuntabilitas, dan efektif dan eęsien. Berbagai bentuk
insentif yang diberikan adalah: Pemberian insentif dapat
berbentuk: pengurangan, keringanan, atau pembebasan
pajak daerah dan retribusi; pemberian dana stimulant,
dan atau pemberian bantuan modal. PP tersebut juga
mengatur tentang beberapa kemudahan yang dapat
diberikan kepada investor seperti: penyediaan data
dan informasi peluang penanaman modal; penyediaan
sarana dan prasarana; penyediaan lahan atau lokasi;
pemberian bantuan teknis; dan/atau percepatan
pemberian perizinan.
Namun tidak semua perusahaan atau jenis investasi
yang diberikan insentif maupun kemudahan. Terdapat
beberapa kriteria dari investasi yang diperbolehkan
untuk mendapatkan insentif atau kemudahan investasi.
Kriteria-kriteria tersebut antara lain investasi tersebut
memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan
daerah, menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar,
Pemberian insentif ataupun kemudahan-kemudahan
investasi ini tidak selamanya diberikan. Investasi yang
diberikan kemudahan ini juga perlu di evaluasi oleh
pemerintah daerah. Jika kriteria-kriteria investasi tidak
terpenuhi lagi, maka kemudahan ataupun insentif ini
tidak diberikan lagi kepada investor.
Perda Investasi di Indonesia
Beberapa daerah telah menerapkan perda-perda yang
ramah investasi, yang di dalamnya juga terdapat
fasilitas-fasilitas bagi para investor. Kota Balikpapan,
Kota Yogyakarta, Kota Padang, Barru, Pemalang,
Sumedang dan Pacitan adalah beberapa daerah yang
telah membuat perda insentif insenvestasi. Di level
provinsi paling tidak tercatat ada dua propinsi yang
menerapkan perda investasi yaitu Propinsi Gorontalo
dan DKI Jakarta. Jenis-jenis fasilitas ataupun kemudahan
investasi yang ditawarkan bervariasi. Sebagai contoh
Kota Balikpapan, melalui Perda No. 9 tahun 2004,
tentang Insentif Bagi Investor memberikan insentif
berdasarkan letak dari investasi yang dilakukan.Jika
12
dilakukan di kawasan industri, maka insentif yang di
dapat berupa nonęskal seperti penyediaan infrastruktur
jalan, air dan listrik. Sedangkan insentif ęskal terdiri
dari keringanan pungutan yang dibebankan seperti
pajak daerah dan retribusi daerah. Untuk investasi yang
dilakukan di luar kawasan maka yang di dapat oleh
investor adalah insentif non ęskal.
Sedangkan di Kota Yogyakarta, insentif yang disediakan
oleh Pemda melalui Peraturan Walikota No.3 tahun
2009, tentang Pemberian Insentif Terhadap Investasi
Pada Tahun 2009 di Kota Yogyakarta adalah insentif
ęskal berupa pembebasan beberapa jenis pajak dan
retribusi seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Retribusi IMBB, Retribusi Izin Gangguan, dan
Retribusi Ijin Usaha Kepariwisataan. Pembebasan ini
diberikan selama 1 tahun. Untuk mendapatkan insentif
dan kemudahan ini, beberapa persyaratan seperti
bangunan yang digunakan untuk berusaha adalah yang
berfungsi sebagai tempat usaha industri, perdagangan
dan jasa. Kemudian, pengusaha atau penanggung jawab
perusahaan mengajukan Surat Permohonan untuk
mendapatkan insentif kepada Walikota atau Pejabat
yang ditunjuk. Investor yang mendapatkan insentif
tidak diperkenankan memungut Pajak Hotel, Pajak
Restoran dan pajak hiburan kepada konsumen melebihi
nilai insentifnya.
Di tingkat propinsi, Pemprop Gorontalo memberikan
insentif investasi melalui Perda No.2 tahun 2004,
tentang Pokok-Pokok Kemudahan Penanaman Modal
Di Provinsi Gorontalo. Jenis-insentif yang diberikan
oleh pemprop Gorontalo adalah Daerah memberikan
dan memfasiltasi keringanan pajak dan retribusi
daerah untuk jangka waktu tertentu bagi investor
yang telah melaksanakan realisasi investasinya. Selain
itu, Kepala Daerah dapat memfasiltasi penyedian tenaga
kerja bagi perusahan yang melakukan investasi di
daerah. Persyaratan agar kemudahan investasi tersebut
di dapat adalah Pihak investor dan tenaga kerja yang
dipekerjakan wajib menjalankan hubungan kerja yang
harmonis dan tidak saling merugikan. Selain itu,
Pihak investor tidak melakukan pemutusan hubungan
kerja secara sepihak, memberdayakan tenaga kerja
lokal yang sesuai dan memenuhi syarat kompetensi
yang ditetapkan serta wajib menerapkan Peraturan
Perundang-undangan dibidang ketenaga kerjaan.
Penutup
Pengalaman menunjukkan bahwa perda-perda ramah
investasi masih dibutuhkan oleh para investor. Sebuah
kondisi yang ‘nyaman’ bagi sebuah investasi di daerah
dapat tercipta melalui kebħakan atau regulasi yang dapat
menjamin kepastian berusaha maupun menawarkan
insentif dan kemudahan bagi para investor. Daerah saat
ini tidak dapat lagi mengeluarkan peraturan-peraturan
yang hanya mengejar target penerimaan saja, akan tetapi
juga memperhatikan kebutuhan-kebutuhan investasi.
Investasi saat ini sudah menjadi kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh suatu daerah agar pembangunan dapat
terus berjalan dan perekonomian meningkat.
Review Regulasi
Insentif Investasi di beberapa daerahdi Indonesia
DAERAH / JENIS INSENTIF
PERSYARATAN
1. KOTA BALIKPAPAN
Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 9 Tahun 2004 Tentang
Insentif Bagi Investor, Berlaku Sejak 12 Desember 2004
Insentif Non Fiskal:
Penyediaan fasilitas jaringan air bersih, jaringan listrik, dan jaringan
telepon sampai ke jalan utama. Jenis pajak daerah yang dapat
diberikan keringanan:
Jenis industri dikembangkan di Kawasan Industri Khusus (KIK).
Komoditas : Batubara; Migas; Sawit; Karet; Udang; Kakao; Kopi;
Makanan; Minuman dan Kerajinan dan Rekayasa.
Insentif Fiskal:
(1) Keringanan Pajak Daerah:
a. Pajak Penerangan Jalan non PLN;
b. Pajak Reklame;
c. Pajak Penggalian dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C.
(2) Keringanan Retribusi Daerah:
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
b. Retribusi Izin Gangguan (HO);
c. Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah;
d. Retribusi Izin Usaha Industri.
Besarnya Keringanan:
- 75 persen dari pokok ketetapan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah yang diterbitkan sampai dengan tahun 2008
- 50 persen dari pokok ketetapan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah yang diterbitkan pada tahun 2009 sampai dengan tahun
2019
- 50 persen dari pokok ketetapan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah yang diterbitkan pada tahun 2014 sampai dengan tahun
2019
Insentif Fiskal:
-
-
-
25 persen dari kewajiban Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sejak berlakunya peraturan
Daerah ini.
10 persen dari kewajiban Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sejak berlakunya Peraturan
Daerah ini.
5 persen dari kewajiban Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sejak berlakunya Peraturan
Daerah ini.
2. KOTA YOGYAKARTA
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 03 Tahun 2009 tentang
Pemberian Insentif Terhadap Investasi Pada Tahun 2009 Di Kota
Yogyakarta
Insentif Fiskal:
Insentif pajak/retribusi maksimal 1 tahun kepada investor yang
mendirikan usaha baru pada tahun 2009 meliputi :
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Retribusi IMBB;
e. Retribusi Izin Gangguan;
f. Retribusi Ijin Usaha Kepariwisataan.
No.
1.
Jenis Pungutan
Kriteria
Usaha
Kegiatan usaha di luar wilayah KIK
a. Khusus untuk bangunan yang berfungsi sebagai tempat usaha industri,
perdagangan dan jasa.
b. Pengusaha atau penanggung jawab perusahaan mengajukan Surat
Permohonan untuk mendapatkan insentif kepada Walikota atau Pejabat
yang ditunjuk.
c. Investor yang yang bergerak di bidang hotel/restoran dan atau hiburan
yang mendapatkan
d. Intensif pajak daerah wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah (SPTPD) bidang hotel/restoran dan atau hiburan dengan dilampiri Laporan Hasil Penjualan (LHP) setelah berakhirnya masa pajak.
e. Investor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak diperkenankan
memungut Pajak Hotel, Pajak Restoran dan pajak hiburan kepada
konsumen melebihi nilai insentifnya.
Insentif 1 tahun
Keringanan waktu
& besaran
Keterangan
Pajak Daerah
a. hotel
b. restoran
Mikro/
Kecil
3 bln pertama
(90%), 3 bln
berikutnya
Hasil penjualan
tahunan sampai
dengan 2,5 Milyar
Menengah/
Besar
3 bln pertama
(90%), 4 bln berikutnya (50%) dan
5 bln terakhir
Hasil penjualan
tahunan diatas
2,5 Milyar
Mikro/
Kecil
3 bln pertama
(75%), 3 bln
berikutnya
(50%) dan 6 bln
terakhir (25%)
Hasil penjualan
tahunan sampai
dengan 2,5 Milyar
13
Menengah/
Besar
3 bln pertama
(75%), 4 bln
berikutnya
(50%) dan 5 bln
terakhir (25%)
Hasil penjualan
tahunan diatas 2,5
Milyar
Mikro/
Kecil
3 bln pertama
(75%), 3 bln
berikutnya
(50%) dan 6 bln
terakhir (25%)
Hasil penjualan
tahunan sampai
dengan 2,5 Milyar
Menengah/
Besar
3 bln pertama
(75%), 4 bln
berikutnya
(50%) dan 5 bln
terakhir (25%)
Hasil penjualan
tahunan diatas 2,5
Milyar
Mikro
75%
Kekayaan bersih
sampai dengan
50 Juta
Kecil
50%
Kekayaan bersih
lebih dari 50 Juta
sampai dengan
500 Juta
Menengah/
Besar
25%
Kekayaan bersih
lebih dari 500 Juta
Mikro
75%
Kekayaan bersih
sampai dengan
50 Juta
Kecil
50%
Kekayaan bersih
lebih dari 50 Juta
sampai dengan
500 Juta
Menengah/
Besar
25%
Kekayaan bersih
lebih dari 500 Juta
Mikro
75%
Kekayaan bersih
sampai dengan
50 Juta
Kecil
50%
Kekayaan bersih
lebih dari 50 Juta
sampai dengan
500 Juta
Menengah/
Besar
25%
Kekayaan bersih
lebih dari 500 Juta
c. Hiburan
2.
Retribusi Daerah
a. IMB
b. Ijin
Gangguan
c. Ijin Usaha
3. KOTA PADANG
Peraturan Walikota Padang & Perda Kota Padang Nomor 11 Tahun 2009,
untuk Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal di Kota Padang
Insentif Fiskal:
Pembebasan atau Pengurangan pajak serta retribusi 20% hingga 100%
a. Pembebasan 100% pajak dan retribusi
b. Pembebasan 80% pajak dan retribuís
c. Pembebasan 60 % pajak dan retribusi,
d. Pembebasan 40% pajak dan retribusi
e. Pembebasan 20% pajak dan retribusi
4. DKI JAKARTA
Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 88
Tahun 2002 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan, Pengurangan Atau
Keringanan Pajak Hotel Dan Restoran Berdasarkan atas Timbal Balik Bagi
Perwakilan Negara Asing Di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Insentif Fiskal:
Fasilitas pembebasan, pengurangan atau keringanan pajak hotel dan restoran
bagi perwakilan negara asing yang menggunakan jasa penyewaan atas ruangan/kantor hotel maupun yang membeli makanan dan/atau minuman di
restoran/rumah makan diberikan fasilitas pembebasan, pengurangan atau keringanan Pajak Hotel dan Restoran.
5. PROVINSI GORONTALO
Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 02 Tahun 2004 Tentang PokokPokok Kemudahan Penanaman Modal Di Provinsi Gorontalo
Insentif Fiskal dan Non Fiskal:
(1)Daerah memberikan dan memfasiltasi keringanan pajak dan retribusi
daerah untuk jangka waktu tertentu bagi investor yang telah melaksanakan
realisasi investasinya.
(2)Kepala Daerah dapat memfasiltasi penyedian tenaga kerja bagi perusahan
yang melakukan investasi di daerah
14
a. Menanamkan modal lebih dari Rp1 triliun serta mempekerjakan karyawan
di atas 500 orang.
b.Untuk investasi Rp500 miliar-Rp1 triliun dan tenaga kerja 250-500 orang.
c. menanam Rp25 miliar-Rp100 miliar (pekerja 50--100 orang), p
d. berinvestasi Rp1 miliar- Rp50 miliar (pekerja 50 - 100 orang).
e. investasi Rp1 miliar- Rp50 miliar (pekerja 10-50 orang).
a.Khusus untuk Pajak Hotel pada hotel bintang 4, bintang 5 dan bintang 5
berlian, serta untuk Pajak Restoran pada restoran/rumah makan yang satu
manajemen dengan hotel tersebut.
b.Fasilitas diberikan sepanjang Perwakilan Negara Republik Indonesia di
negara asing yang bersangkutan mendapat perlakuan yang sama, dalam
pemberian fasilitas pembebasan, pengurangan atau keringanan pajak yang
berkaitan dengan jasa penggunaan penyewaan atas ruangan/kamar hotel
serta pembelian makanan dan atau minuman di restoran/rumah makan di
negara asing tersebut.
c.menyampaikan surat permintaan kepada Departemen Luar Negeri.
(1)Pihak investor dan tenaga kerja yang dipekerjakan wajib menjalankan hubungan kerja yang harmonis dan tidak saling merugikan.
(2)Pihak investor tidak melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak.
(3)Pihak investor memberdayakan tenaga kerja lokal yang sesuai dan memadai
serta memenuhi syarat kompetensi yang ditetapkan.
(4)Investor wajib menerapkan Peraturan Perundang-undangan dibidang ketenaga kerjaan.
Pemberian insentif dan kemudahan diberikan kepada penanam modal yang
sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
a. memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat;
b. menyerap tenaga kerja lokal;
c. menggunakan sebagian besar sumber daya daerah;
d. memberikan kontribusi bagi peningkatan pelayanan publik;
e. memberikan kontribusi dalam peningkatan Produk Domestik RegionBruto;
f. berwawasan lingkungan dan berkelanjutan;
g. berwawasan sekolah;
h. termasuk skala prioritas tinggi;
i. termasuk pembangunan infrastruktur;
j. melakukan alih teknologi;
k. melakukan industri pionir;
l. berada di daerah terpencil atau daerah tertinggal;
m. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi;
n. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi atau
industri yang menggunakan barang modal, mesin, atau peralatan yang
diproduksi di dalam negeri;
o. mengembangkan pengetahuan dan menumbuhkan keanekaragaman
budaya daerah;
p. memanfaatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam upaya
menjaga keberlangsungan ekonomi, lingkungan dan sosial secara
keberlanjutan.
6. KABUPATEN SUMEDANG
Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
Penyelenggaraan Penanaman Modal Di Kabupaten Sumedang
Insentif Fiskal dan Non Fiskal:
(1)Pemberian insentif dapat berbentuk:
a. pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah;
b. pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah;
c. pemberian dana stimulan, belanja pemerintah, subsidi bunga;
d. pemberian bantuan modal; dan/atau;
e. pemberian penghargaan kepada masyarakat atau swasta.
(2)Pemberian kemudahan dapat berbentuk:
a. penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;
b. penyediaan dan/atau fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana;
c. penyediaan dan/atau fasilitasi penyediaan lahan atau lokasi;
d. pemberian dan/atau fasilitasi bantuan teknis; dan/atau
e. percepatan tatalaksana pemberian perizinan dan non perizinan.
Mengajukan surat permohonan pemberian insentif kepada Bupati.
7. KAB. BARRU
Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 01 Tahun 2008 Pokok-Pokok
Perlindungan Investasi Di Kabupaten Barru
Insentif Fiskal:
Keringanan pajak dan retribusi daerah untuk jangka waktu tertentu bagi
investor yang telah melaksanakan realisasi investasinya
Insentif Non ęskal:
Pemerintah Daerah memfasilitasi penyediaan tenaga kerja bagi perusahaan
yang melakukan investasi di daerah.
8. KAB. PEMALANG
Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 14 Tahun 2009
Tentang Penanaman Modal
Pemberian insentif dan pemberian kemudahan penanaman modal kepada
penanam modal ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Insentif Fiskal dan Non ęskal:
Pemberian insentif dan kemudahan Penanaman Modal dapat berupa:
a. Insentif dalam bentuk:
1) Pengurangan, keringanan atau pembebasan pajak daerah;
2) Pengurangan, keringanan atau pembebasan retribusi daerah;
3) Pemberian dana stimulan dan/atau ;
4) Pemberian bantuan modal.
b. Pemberian kemudahan dalam bentuk:
1) Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;
2) Penyediaan lahan atau lokasi;
3) Pemberian bantuan teknis dan/atau;
4) Percepatan pemberian perizinan.
(1) Adanya pengajuan permohonan dari penanam modal yang memenuhi
kriteria;
(2) Pemberian insentif dan kemudahan kepada penanam modal sekurangkurangnya memenuhi salah satu dari kriteria:
a. memberikan konstribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat;
b. menyerap banyak tenaga kerja lokal;
c. menggunakan sebagian besar sumber daya lokal;
d. memberikan kontribusi bagi peningkatan pelayanan publik;
f. memberikan kontribusi dalam peningkatan produk domestik regional
bruto;
g. berwawasan lingkungan dan berkelanjutan;
h. termasuk skala prioritas tinggi;
i. termasuk pembangunan infrastruktur;
j. melakukan alih teknologi;
k. melakukan industri pionir;
l. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, atau daerah perbatasan;
m. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;
n. bermitra dengan usaha mikro, kecil, atau koperasi; atau
o. industri yang menggunakan barang modal, mesin, atau peralatan yang
diproduksi di dalam negeri.
9. KAB. PACITAN
Perjanjian Kerja Sama Antara Pemerintah Kabupaten Pacitan Dengan Pt. El
John Tirta Emas Wisata Tentang Pengelolaan Kawasan Wisata Pantai Teleng
Ria Nomor : 181.1/ 14/408.21/2008 Nomor : 044/Pct-Eljohn/Tew/Pks/Viii/2008
Insentif Fiskal:
a. Mendapatkan pembebasan retribusi daerah kecuali retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kawasan Wisata Pantai Teleng Ria.
b. Mendapatkan pembebasan pajak daerah selama 3 tahun sejak beroperasinya sarana dan prasarana penunjang yang dibangun di Kawasan Wisata
Pantai Teleng Ria.
^}]
15
Dari Daerah
Promosi Bersama untuk Meningkatkan Investasi di Pulau Lombok
Oleh: Elizabeth Karlinda
Peneliti KPPOD
S
ebagai salah satu pulau wisata di Indonesia, Lombok merupakan daerah yang ditujukan menjadi tempat
penanaman investasi, khususnya di bidang pariwisata. Tidak hanya itu, sebagai Lumbung Pangan Nasional,
Lombok juga memiliki potensi yang melimpah di sekor pertanian. Hal ini menjadi kesempatan besar bagi
daerah-daerah di Lombok untuk menarik investasi, mengingat investasi di bidang jasa pariwisata dan pertanian ini
akan menciptakan multiplier eěect bagi perekonomian masyarakat.
Dominasi sektor pertanian, perdagangan dan jasa
dalam perekonomian daerah. Keempat daerah di
Pulau Lombok (Lombok Barat, Lombok Tengah,
Lombok Timur, dan Lombok Utara) memiliki struktur
perekonomian yang serupa, yakni didominasi oleh
sektor pertanian, perdagangan dan jasa. Sektor pertanian
merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar
dalam perekonomian yakni lebih dari 26%. Disusul oleh
sektor perdagangan dan jasa dengan kontribusi masingmasing lebih dari 17% dan 11%. Hal ini menujukkan
bahwa ketiga sektor tersebut merupakan sektor
utama penunjang perekonomian di Pulau Lombok,
sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
44,96
Keindahan alam sebagai daya tarik investasi bidang
pariwisata. Empat kabupaten tersebut memiliki potensi
wisata alam yang sangat indah, dan dapat menjadi
potensi investasi untuk menarik investor. Wisata
alam mulai dari keindahan pantai yang dimiliki oleh
Lombok Barat, seperti Pantai Senggigi dan sekitarnya
serta Sekotong. Sementara di Lombok Tengah terdapat
Pantai Kuta, dan Pantai Aan, sedangkan Lombok Timur,
memiliki Pantai Kaliantan dan Tanjung Bloam, Tanjung
Ringgit, Tanjung Perak dan Tanjung Cina. Adapun
di Lombok Utara, kebanyakan potensi wisatanya
pegunungan seperti Gunung Rinjani, dengan segara
danau segara anakan, dan Air Terjun Sendang Gila.
Lombok Barat
Lombok Timur
Lombok Tengah
Lombok Utara
35,24
30,32
26,28
22,36
18,85
18,72
17,88
17,35
16,12
15,18
11,41
Pertanian
Perdagangan,Hotel
dan Restoran
Jasa-jasa
Gambar 1. Kontribusi Sektor Pertanian, Perdagangan
dan Jasa dalam PDRB Lombok Barat, Lombok
Tengah, Lombok Timur dan Lombok Utara tahun
2010 (%)
Keempat daerah memiliki potensi sumberdaya alam
yang sama. Kesamaan potensi sumberdaya alam dimiliki
oleh keempat daerah tersebut adalah pada subsektor
tanaman pangan, yakni jagung yang mampu menjadi
potensi investasi dengan total produksi empat daerah
di tahun 2010 sebanyak 145.461 ton. Pada subsektor
perkebunan, kopi dan tembakau merupakan komoditas
utama. Sementara rumput laut dan sapi merupakan
komoditas unggulan pada subsektor perikanan dan
peternakan. Beberapa komoditas utama tersebut
mampu menjadi potensi investasi di Pulau Lombok.
16
Potensi pariwisata yang sangat besar tersebut
apabila dikembangkan dan dikelola secara
baik akan mendatangkan multiplier eěect bagi
perekonomian masyarakat sekitarnya. Kehadiran
investor yang professional dalam mengelola
potensi yang ada, diperlukan agar potensi yang
ada semakin berkembang. Untuk itu daerahdaerah tersebut sepakat untuk melakukan promosi
pariwisata dan investasi di sektor pariwisata secara
bersama-sama.
Perlunya investasi di Lombok untuk meningkatkan
kesejahteran masyarakat. Di Pulau Lombok,
terdapat empat kabupaten yakni: Lombok Barat,
Lombok Utara, Lombok Tengah dan Lombok
Timur, dan satu Kota (Mataram). Namun,
berbagai kelimpahan yang dimiliki belum mampu
dioptimalkan oleh pemda maupun masyarakat sekitar.
Bahkan, empat kabupaten tersebut termasuk dalam
daerah tertinggal menurut Kementerian Pengembangan
daerah Tertinggal (KPDT). Data BPS KPDT tahun 2011
menujukkan, presentase penduduk miskin di Lombok
Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur masih
tinggi yakni sebesar 19.70%, 18.14% dan 21.71%. Untuk
meningkatkan pembangunan ekonomi, diperlukan
investasi masuk di daerah tersebut. Masuknya investasi
dapat mengurangi pengangguran, meningkatkan
pendapatan masyarakat sekitar, serta mengurangi
kemiskinan. Dengan kata lain, investasi mampu
menciptakan multiplier eěect bagi perekonomian daerah.
Oleh karena itu, dibutukan promosi investasi khususnya
di bidang pariwisata dan pertanian untuk meningkatan
Dari Daerah
perekonomian keempat daerah tersebut.
Promosi investasi bersama melalui Kerjasama Antar
Daerah. Pada awalnya, meskipun memiliki kesamaan
potensi, baik dalam sektor pertanian maupun pariwisata,
namun daerah-daerah kabupaten di Lombok tidak
saling berkoordinasi. Akibatnya muncul persaingan
yang tidak sehat, bahkan bisa saling mematikan. Pada
tahun 2005, muncul kesadaran akan bahaya persaingan
yang tidak sehat dalam pembangunan ekonomi antara
tiga kabupaten yang berdekatan, Lombok Barat,
Lombok Tengah dan Lombok Timur. Alasan lain
yang melatarbelakangi kesadaran untuk bekerjasama
adalah belum memadainya infrastruktur yang ada di
Pulau Lombok. Kendala infrastruktur tersebut sering
menjadi alasan rendahnya investasi khususnya di sektor
unggulan (pertanian dan pariwisata).
Dari kesadaran tersebut, lahir kerjasama antar daerah
(KAD) Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok
Timur dengan nama Regional Management (RM) Jonjok
Batur. Lembaga kerjasama tersebut didirikan pada
tahun 2009, menyusul masuknya Lombok Utara sebagai
daerah anggota pada tahun 2012. Tujuan utamanya
adalah untuk meningkatan komunikasi, koordinasi
dalam pemanfaatan dan pemasaran potensi daerah.
Kerjasama ini berfokus di bidang promosi investasi dan
infrastruktur. Kegiatan utamanya adalah melakukan
promosi bersama produk unggulan daerah (pertanian
dan pariwisata). Beberapa keuntungan yang didapat
dari promosi bersama adalah sebagai berikut:
¾Penghematan biaya promosi
Dengan promosi bersama melalui KAD, biaya
promosi dapat ditanggung bersama daerah-daerah
anggota maupun donor lain yang membiayai KAD.
Dengan demikian, anggaran daerah untuk biaya
promosi berkurang.
¾Akses pasar lebih luas
Melalui gabungan beberapa daerah, semakin
banyak informasi pasar yang diperoleh dalam
upaya promosi produk ungulan daerah. Hal
ini memberikan keuntungan bagi daerah untuk
memperluas akses pasar.
¾Meningkatkan investasi daerah anggota
Selain akses pasar yang lebih luas, volume produk
yang dipromosikan melalui promosi bersama
menjadi semakin banyak, mengingat promosi
produk tersebut tidak hanya berasal dari satu
daerah, melainkan beberapa daerah yang memiliki
produk unggulan sejenis. Hal-hal tersebut menjadi
kunci untuk menarik investasi di daerah.
¾Terhindar dari persaingan tidak sehat antar daerah
Kesamaan potensi investasi daerah-daerah yang
berdekatan dapat menimbulkan persaingan
antardaerah dalam menarik investasi. Namun,
dengan promosi bersama melalui KAD, hal tersebut
dapat dihindari karena terjalinnya komunikasi dan
koordinasi dalam pembangunan investasi daerah.
Sejak berdirinya RM Jonjok Batur di tahun 2009, lembaga
KAD tersebut telah melakukan berbagai promosi
produk unggulan ketiga daerah anggota, khususnya di
sektor pertanian dan pariwisata. Di sektor pertanian,
RM Jonjok Batur melakukan promosi tembakau Virginia
Lombok di beberapa daerah di Indonesia, seperti
Malang dan Sidoarjo. Promosi tembakau tersebut
mampu menghubungkan langsung perusahaan rokok
di Jawa Timur dengan petani Lombok. Perusahaan
rokok tersebut juga berencana untuk membangun
pabrik di Lombok.
Selain itu, RM Jonjok Batur menginisiasi masuknya
investasi pabrik pengolahan jagung senilai Rp 20 M
di Lombok Tengah. Pembangunan pabrik jagung
ini dilakukan mengingat jagung adalah salah satu
komoditas utama ketiga daerah anggota yang masih
mengalami kendala pada proses pengolahannya.
Di sektor pariwisata, RM Jonjok Batur pernah
menggandeng beberapa pelaku usaha di bidang
pariwisata untuk membuat satu paket perjalanan Pulau
Lombok dalam satu hari, dari Lombok barat, Lombok
Tengah hingga Lombok Timur. Tujuannya untuk
mempromosikan wisata di Pulau Lombok, dari ujung
Barat hingga Timur. Tidak hanya itu, lembaga kerjasama
ini menjadi platform komunikasi ditingkat provinsi yang
turut mendorong terbangunnya jalan lingkar selatan
yang melewati 3 (tiga) daerah terkait dengan nilai
investasi Rp 76,3 M.
Catatan Akhir
Hingga saat ini, promosi bersama sudah dilakukan oleh
beberapa daerah melalui kerjasama antar daerah yang
salah satu kegiatannya adalah melakukan pemasaran
daerah secara bersama-sama. Beberapa praktik baik
promosi bersama beberapa daerah di Indonesia terbukti
mampu meningkatkan investasi daerah. Namun,
promosi bersama antardaerah tersebut tidak akan
berhasil jika masing-masing daerah masih memiliki ego
kedaerahan. Oleh karena itu, daerah perlu memahami
pentingnya promosi bersama melalui KAD sehingga ego
kedaerahan dapat berkurang. Selain itu, koordinasi dan
komunikasi yang baik juga menjadi kunci keberhasilan
promosi bersama.
^ }]
17
Opini
Promosi Investasi sebagai Pintu Masuk Utama
Pergerakan Aktivitas Ekonomi Daerah
Oleh: Illinia Ayudhia Riyadi
Peneliti KPPOD
I
nvestasi merupakan salah satu penggerak utama proses pembangunan ekonomi nasional. Kegiatan
investasi mempunyai multiplier efek yang luas dalam perekonomian. Hal ini disebabkan karena kegiatan
investasi dapat menciptakan lapangan kerja baru sehingga menurunkan angka pengangguran. Adanya
lapangan kerja dapat meningkatkan pendapatan sehingga mampu memperbaiki taraf hidup masyarakat.
Lebih lanjut, investasi mampu mendorong roda aktivitas ekonomi sehingga dapat meningkatkan penerimaan
pajak dan devisa negara.
Sumber: sleman.olx.co.id
Investasi merupakan komponen penting kedua setelah
konsumsi domestik dalam menopang pembentukan
produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Berdasarkan
data publikasi Bank Indonesia, pada periode triwulan
pertama tahun 2013, komponen investasi memberikan
kontribusi sebesar 28 persen dalam pembentukan PDB.
Hal ini menunjukkan bahwa investasi merupakan
komponen terbesar kedua setelah konsumsi domestik
yang memberikan sumbangan sebesar 61 persen
terhadap pembentukan PDB. Dengan demikian,
upaya untuk menciptakan investasi baru melalui
pembentukan modal tetap bruto penting dilakukan
dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan nasional. Ironisnya, keuangan negara
memiliki keterbatasan untuk membiayai investasi yang
amat diperlukan dalam upaya pembangunan nasional.
Hal ini direĚeksikan dengan porsi belanja modal yang
hanya mendapat alokasi sebesar 16 persen dari total
anggaran belanja negara tahun 2013. Keterbatasan
18
keuangan negara menyebabkan terbatasnya peran
pemerintah dalam pembangunan nasional. Oleh karena
itu, porsi terbesar investasi diharapkan berasal dari
masyarakat (swasta) baik dalam negeri maupun luar
negeri.
Penciptaan Iklim Investasi yang Kondusif.
Untuk mendorong pertumbuhan investasi diperlukan
iklim usaha yang kondusif dan prospek bisnis yang
menguntungkan. Kondisi ini sangat diperlukan
bukan saja untuk menarik investor (dalam dan luar
negeri), tetapi juga dalam rangka mempertahankan
dan membesarkan usaha yang sudah ada. Namun,
kondusiętas investasi saat ini terganggu terutama sejak
terjadinya krisis ekonomi dan pemberlakuan otonomi
daerah. Berbagai hasil survei menunjukkan bahwa
faktor utama yang mempengaruhi lingkungan usaha/
investasi antara lain adalah ketidakstabilan ekonomi
makro, ketidakpastian kebħakan, korupsi, perizinan
Opini
usaha, regulasi tenaga kerja, kurangnya ketersedian
data dan informasi yang akurat dan lain-lain. Kondisi
ini memperlambat masuknya investasi besar yang
dibutuhkan dalam upaya mewujudkan master plan
percepatan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia
(MP3EI). Padahal, indikasi kebutuhan investasi MP3EI
sampai dengan 2014 menurut perhitungan per 10
Mei 2012 diperkirakan mencapai Rp 4.934,8 triliun
atau meningkat Rp 922,8 triliun dibandingkan saat
peluncuran pertama pada 27 Mei 2011. Oleh karena itu,
reformasi dan restrukturisasi dalam upaya perbaikan
faktor-faktor tersebut penting dilakukan dalam upaya
meningkatkan aliran masuk investasi langsung ke
Indonesia.
Berdasarkan kerangka MP3I, aliran investasi langsung
diarahkan pada pembangunan enam koridor ekonomi
Indonesia yang tersebar di lima pulau utama ditambah
Bali dan Nusa Tenggara. Dengan demikian, kelancaran
kegiatan investasi dalam kerangka MP3EI akan sangat
bergantung pada kebħakan Pemerintah Daerah (Pemda)
yang diberlakukan di masing-masing daerah tujuan
investasi. Kebħakan Pemda yang ramah investasi sangat
dibutuhkan untuk menciptakan iklim usaha yang
kondusif sehingga daerah tersebut dipertimbangkan
oleh para investor sebagai daerah tujuan investasi yang
strategis.
Peran Pemda dalam Menarik Investasi Langsung di
Daerah.
Berdasarkan studi KPPOD-BKPM tahun 2008, komitmen
Pemda merupakan komponen utama yang memberikan
bobot terbesar dalam pembentukan iklim investasi di
daerah. Komitmen Pemda dalam upaya menciptakan
kondusivitas sangat diperlukan untuk memberikan
kepastian kepada investor dalam memperoleh
kemudahan berinvestasi dan ekspansi usaha. Namun,
tidak semua Pemda memiliki komitmen yang kuat
untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk
menarik banyak investasi masuk ke daerahnya. Hanya
sejumlah kepala daerah saja yang berintegritas tinggi
dan memiliki komitmen dalam menciptakan peluang
investasi yang baik bagi para pelaku usaha. Oleh karena
itu, publikasi dan ekspos terhadap sejumlah Pemda
yang memiliki komitmen tinggi penting dilakukan
dalam rangka memperkenalkan daerah-daerah tujuan
ramah investasi tersebut kepada para investor potensial.
Hampir semua daerah di Indonesia saat ini dihadapkan
pada masalah yang sama, yakni jumlah penduduk
miskin dan tingkat pengangguran yang begitu tinggi.
Kedua masalah krusial tersebut hanya dapat dipecahkan
dengan menyediakan lapangan kerja yang memadai
bagi seluruh angkatan kerja yang ada di daerah tersebut.
Penciptaan lapangan kerja baru hanya dapat dilakukan
apabila terdapat kegiatan investasi langsung yang
mengalir ke daerah tersebut. Oleh karena itu, mutlak
bagi Pemda untuk melakukan berbagai upaya dalam
rangka meningkatkan investasi sektor riil di daerahnya.
Serangkaian agenda yang perlu dilakukan sebagai
upaya menarik investasi langsung ke daerah tersebut
di antaranya adalah melakukan perumusan kebħakan
investasi, perbaikan peraturan dan regulasi, perbaikan
dukungan dan pelayanan birokrasi, pengembangan
promosi daerah dan manajemen kewilayahan (regional
management).
Perencanaan Kebħakan Investasi. Pemerintah daerah
perlu merumuskan kebħakan investasi daerah,
khususnya yang terkait dengan peningkatan iklim
investasi. Kebħakan tersebut sebaiknya ditetapkan
dengan standarisasi yang baku, dan selanjutnya
dipublikasikan agar investor dapat mempelajarinya.
Rumusan kebħakan investasi daerah itu penting
agar daya tarik investasi daerah yang bersangkutan
bisa dipelajari oleh investor. Dari segi substansi,
kebħakan investasi yang dimaksud sedikitnya memuat
tentang beberapa hal penting, di antaranya adalah
arah pengembangan investasi daerah; legal aspect
dan kepastian investasi; pengembangan tata ruang
dan kawasan investasi; hak dan kewajiban investor;
pelayanan investasi; insentif perpajakan, dan lain-lain.
Perbaikan Regulasi Daerah. Selain itu, Pemda juga perlu
melakukan perbaikan pada berbagai peraturan dan
regulasi terkait dengan investasi. Dalam banyak kasus,
perkembangan investasi seringkali tidak digerakkan
semata-mata oleh pertimbangan potensi daerah,
dukungan infrastruktur, dan prospek ekonomi, akan
tetapi juga ditentukan oleh peraturan dan regulasi serta
pelayanan birokasi pemerintah. Regulasi yang bersifat
distortif dan pelayanan birokrasi pemerintah yang buruk
sangat potensial menghambat investasi. Oleh karena
itu, penting bagi Pemda untuk melakukan telaah dan
tinjauan regulasi investasi yang berlaku di daerahnya.
Hal ini dilakukan untuk memastikan agar berbagai
regulasi yang berlaku di daerah tersebut memberikan
jaminan kemudahan bagi investor untuk berinvestasi.
Perbaikan Pelayanan Birokrasi. Agenda berikutnya
yang penting untuk dilakukan Pemda dalam upaya
menarik investasi langsung ke daerah tersebut adalah
perbaikan dukungan dan pelayanan birokrasi. Hal ini
didasarkan pada kondisi riil saat ini yakni prosedur
yang panjang dan berbelit dalam pengurusan izin
usaha untuk investasi baru di suatu daerah. Panjangnya
rantai birokrasi tidak hanya mengakibatkan ekonomi
biaya tinggi, tetapi juga menghilangkan peluang usaha
yang seharusnya dapat dimanfaatkan, baik untuk
kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasional
seperti dalam penciptaan lapangan kerja.
Regional Management.
Pengembangan regional
management juga merupakan salah satu kegiatan
penting dalam serangkaian upaya yang perlu dilakukan
Pemda dalam rangka menarik investasi langsung ke
daerahnya. Untuk menciptakan efektiętas, eęsiensi,
dan peningkatan daya saing daerah, konsep regional
management penting untuk dikembangkan. Konsep
ini berbasis pada kebutuhan untuk mewujudkan
kerjasama dan sinergi pembangunan antar daerah
pada suatu kawasan (wilayah). Konsep ini bukan
hanya akan menciptakan skala ekonomi (economic
scale), memberdayakan potensi ekonomi, memperluas
19
Opini
pasar regional, menciptakan eęsiensi pembangunan
dan efektiętas pemanfaatan infrastruktur, tetapi
juga menciptakan lokalisasi investasi dan platform
kebħakan investasi. Pada sisi lain, konsep regional
management juga dapat menurunkan tensi persaingan
antar daerah, karena konsep ini lebih mengedepankan
pada semangat kerjasama yang saling menguntungkan
antar daerah. Melalui konsep ini, berbagai bentuk
kerjasama wilayah akan dapat diwujudkan, misalnya
pengembangan komoditas unggulan, pembangunan
infrastruktur (pembangkit listrik, pelabuhan, jaringan
telekomunikasi, dll).
hayati, dan lingkungan hidup; (ii) data sosio-ekonomi,
seperti demograę, struktur ekonomi, , konsumsi dan
pengeluaran, kemiskinan, dan indikator pembangunan
daerah; (iii) batas administratif wilayah hingga tingkat
desa; (iv) tata pemerintahan, informasi kebħakan dan
perencanaan; (v) peta infrastruktur, termasuk jalan,
pelabuhan, bandara, rel kereta; (vi) peluang investasi
yang ditawarkan (meliputi jenis proyek yang ditawarkan,
pola pengembangan usaha yang diterapkan, lokasi,
prospek usaha dan besarnya kebutuhan investasi)
; (vii) regulasi dan aturan investasi sebagai fasilitas
pendukung.
Promosi Investasi Sebagai Agenda Utama dalam
Rangkaian Kegiatan Pemasaran Daerah Tujuan
Investasi.
Kegiatan terakhir yang penting dalam serangkaian
agenda Pemda untuk menarik investasi langsung
masuk ke daerahnya adalah promosi investasi. Untuk
mendorong investasi, daerah dituntut untuk aktif
menggali potensi daerahnya dan menginformasikannya
kepada publik melalui berbagai media. Keberadaan
informasi yang cepat akses, akurat, dan mutakhir, akan
membantu pihak investor dalam menganalisis potensi
daerah dan melakukan keputusan investasi. Dengan
demikian, promosi daerah amat diperlukan sebagai
strategi pengenalan potensi dan informasi daerah
kepada publik, khususnya kepada para investor.
Keberhasilan promosi investasi dalam menarik minat
investor salah satunya sangat ditentukan oleh kualitas
informasi yang disampaikan tentang daerah yang
dipasarkan sebagai tujuan investasi. Dengan semakin
lengkapnya informasi yang diberikan tentang potensi
suatu daerah sebagai tujuan investasi yang strategis,
maka semakin besar peluang untuk menarik minat
investor dalam menanamkan modal yang dimilikinya
di daerah tersebut. Oleh karena itu, Pemda dituntut
untuk mampu mengeksplorasi dan mengidentiękasi
keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki
oleh daerahnya dengan tetap memperhatikan
lingkungan sosial budaya masyarakat setempat. Hal
ini penting dilakukan agar Pemda dapat menangkap
peluang investasi yang dapat ditawarkan kepada para
pelaku usahanya.
Dalam rangka menarik investasi baru untuk masuk ke
daerah, Pemda dituntut untuk berperan proaktif melalui
serangkaian agenda sebagaimana yang telah disebutkan
pada bagian sebelumnya. Di antara beberapa kegiatan
dalam agenda tersebut, promosi daerah merupakan
satu hal yang perlu diberikan perhatian yang besar.
Tanpa adanya strategi promosi daerah yang tepat, maka
berbagai upaya Pemda yang dilakukan melalui reformasi
dan restrukturisasi regulasi dan aturan investasi tidak
akan memberikan dampak peningkatan investasi secara
signiękan sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena
itu, promosi daerah penting untuk direncanakan dan
dirumuskan dengan baik sebagai upaya publikasi dan
pengenalan potensi dan keunggulan daerah sebagai
tujuan investasi yang kompetitif, baik dari sisi sumber
daya yang dimiliki maupun kualitas regulasi yang
berlaku.
Kualitas Informasi dalam Promosi Investasi.
Kegiatan promosi investasi dilakukan dengan
menyebarluaskan informasi potensi dan peluang
investasi serta berbagai regulasi/kebħakan investasi
kepada masyarakat luas baik di dalam maupun
luar negeri. Agar kegiatan promosi investasi daerah
dapat secara efektif menarik minat investor, maka
tahap kompilasi informasi daerah menjadi hal
penting untuk diperhatikan. Berbagai informasi
potensi daerah dibutuhkan dalam membantu pihak
investor melakukan keputusan investasi. Informasi
yang disampaikan dalam kegiatan promosi investasi
setidaknya perlu memuat beberapa substansi khusus,
di antaranya: (i) data bio ęsik daerah, termasuk daerah
aliran sungai, hutan, sumberdaya air, keanekaragaman
20
Penyampaian informasi promosi daerah tersebut
biasanya dilakukan dalam suatu bentuk acara pertemuan
bisnis antara Pemda dengan calon investor potensial.
Melalui forum tersebut, terjalin interaksi langsung
sehingga para calon investor dapat bertanya lebih detail
tentang peluang investasi yang tersedia di daerah.
Para calon investor pun dapat secara langsung menilai
sejauh mana komitmen Pemda untuk menciptakan
iklim investasi yang kondusif di daerahnya melalui
pemaparan yang disampaikan dalam acara promosi
investasi tersebut.
Kegiatan promosi daerah merupakan pintu utama
masuknya kegiatan investasi oleh pelaku usaha
tertentu. Pengenalan potensi dan peluang investasi
yang dimiliki daerah melalui kegiatan promosi sangat
penting sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku usaha
yang berkeinginan melakukan ekspansi bisnis. Selain
itu, kegiatan promosi daerah juga penting sebagai
sarana bagi Pemda untuk menjalin hubungan yang baik
dengan para investor sebagai mitra penggerak aktivitas
ekonomi daerah.
Forum Dialog Investasi Sebagai Bentuk Promosi
Daerah.
Kegiatan promosi daerah tujuan investasi dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, salah satunya melalui
sarana forum dialog investasi sebagaimana yang telah
diselenggarakan oleh KPPOD atas kerjasama dengan
USAID-SEADI dengan dukungan APINDO. Forum
tersebut mengundang empat daerah, yakni Kabupaten
Kendal, Kota Bitung, Kabupaten Bangka Tengah dan
Opini
Kabupaten Gowa, untuk mempresentasikan peluang
investasi dan memperkenalkan sektor unggulan yang
berpotensi untuk dikembangkan kepada para pelaku
usaha yang turut hadir di acara tersebut. Masingmasing kepala daerah juga berkesempatan melakukan
sosialisasi terkait regulasi investasi yang berlaku di
masing-masing daerah.
Forum dialog investasi yang digelar juga dihadiri
oleh sejumlah pejabat dari kementerian pusat.
Tanggapan dan masukan dari perwakilan pemerintah
pusat menjadi penting untuk menilai kemungkinan
pelaksanaan peluang investasi yang ditawarkan oleh
masing-masing daerah dan menjadi sarana untuk
menyamakan persepsi antara pemerintah pusat dan
daerah dalam kerangka pengembangan investasi sektor
riil. Dari persepsi Pemda, selama ini upaya menarik
investasi diawali dengan penyiapan lahan yang luas
untuk kawasan industri berbagai sektor. Sementara itu,
dari persepsi Pempus, sebenarnya kegiatan investasi
ditujukan untuk diarahkan pada pengembangan rantai
produksi sektor unggulan di masing-masing daerah.
Pempus juga mengarahkan agar sektor industri padat
karya menjadi prioritas utama untuk berinvestasi di
tiap daerah. Dengan demikian, penyelenggaraan forum
dialog investasi ini penting tidak hanya bagi promosi
daerah saja yang mempertemukan Pemda dengan para
pelaku usaha. Lebih lanjut, forum ini diperlukan sebagai
wahana untuk menyamakan persepsi antara Pempus
dan Pemda dalam menentukan arah pengembangan
kegiatan investasi di masa mendatang.
Forum dialog investasi KPPOD ini digelar dengan
mengundang
beberapa
daerah
terpilih
yang
berkesempatan melakukan promosi peluang investasi
di daerahnya masing-masing. Melalui kegiatan promosi
yang diselenggarakan dalam satu forum yang sama,
maka antara satu daerah dengan daerah lain dapat
saling bertukar informasi tentang peluang investasi dan
regulasi yang diberlakukan selama ini. Sebagai contoh,
kepala daerah Kabupaten Kendal berbagi pengalaman
mengenai upaya pendekatan kepada masyarakat agar
menerima suatu kegiatan investasi yang masuk ke
daerah tersebut. Pendekatan kepada masyarakat oleh
Pemda Kendal melalui tokoh masyarakat dan aktivitas
lembaga swadaya masyarakat (LSM) terbukti efektif
melancarkan kegiatan investasi yang dapat diterima
baik oleh masyarakat luas.
Keberhasilan penyelenggaraan ini memang tidak dapat
diukur secara instan. Efektivitas penyelenggaraan forum
ini akan dapat dibuktikan melalui besarnya peningkatan
investasi yang masuk di empat kabupaten/kota tersebut.
Oleh karena itu, upaya penciptaan investasi di masingmasing daerah seyogyanya tidak hanya berhenti
sampai di sini. Forum dialog investasi ini merupakan
bentuk promosi investasi utama sebagai pintu utama
masuknya investasi. Lebih lanjut, keterlibatan berbagai
pihak, baik KPPOD, USAID-SEADI, maupun APINDO
sangat dibutuhkan agar dapat saling bekerjasama dan
berperan sebagai katalisator dalam rangka optimalisasi
realisasi investasi sektor riil di masing-masing daerah.
^}]
Saat ini KPPOD memiliki koleksi sekitar 20.000 Perda dalam versi elektronik
menyangkut topik ekonomi/investasi di daerah (Pajak, Retribusi, Perijinan, dll). Untuk
melihat daftar koleksi tersebut, silahkan akses http://perda.kppod.org.
Bagi individu/korporasi/organisasi yang akan memesan koleksi kami, dapat menelusuri
prosedur dan syarat pemesanan yang tertera pada menu layanan submenu pemesanan
perda.
Terima kasih
Bagian Keperpustakaan
21
Laporan Diskusi Publik
“Forum Dialog Investasi KPPOD”
Oleh: Rizqiah Darmawiasih
Peneliti KPPOD
K
PPOD bekerjasama dengan USAID-SEADI (Support for Economic Analysis Development
in Indonesia) mengadakan kegiatan bertajuk Forum Dialog Investasi pada tanggal 17 Juni
2013 yang bertempat di Apindo Training Center. Forum dialog ini menjadi ajang pertemuan
pemerintah daerah dengan para investor untuk berdialog dan menjajaki kemungkinan berinvestasi.
KPPOD
Kegiatan ini dihadiri kurang lebih 100 Peserta, dari
kalangan bisnis nasional dan asing, Asosiasi Usaha,
Business Chambers dari beberapa Negara, serta
perwakilan Pejabat Pemerintah Pusat. Empat daerah
yang diundang dan hadir untuk melakukan ekspose
dihadapan investor, yakni: Kabupaten Gowa (Sulawesi
Selatan) diwakili oleh wakil Bupati Abbas Allaudin, Kota
Bitung (Sulawesi Utara) oleh Walikota Hanny Sondakh,
Kabupaten Kendal (Jawa Tengah) oleh Bupati Widya
Kandi Susanti dan Bangka tengah (Bangka Belitung)
diwakili oleh Ir. H. Patrianusa Sjahrun. Daerah-daerah
tersebut memang bukan yang berada diperingkat
teratas, tetapi memiliki kinerja tata kelola ekonomi yang
relatif baik dan berhasil memperbaiki iklim investasi.
Acara dibuka dengan pidato Firman B.Aji, Senior
Private Sector Development Advisor Economic Growth
OĜce USAID, yang menyampaikan bahwa USAID
melalui program SEADI memberikan bantuan kepada
pemerintah Indonesia melalui lembaga-lembaga
seperti KPPOD untuk memperbaiki kebħakan ekonomi
yang baik guna mendukung pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan, penciptaan lapangan kerja, dan
pengurangan kemiskinan. Melalui Forum Dialog
Investasi yang diselenggarakan KPPOD ini, diharapkan
dapat mempertemukan kepentingan pemerintah
daerah dan investor dan terealisasi investasi di daerah-
22
daerah sehingga dapat menciptakan lapangan kerja dan
mengurangi kemiskinan.
Ekspose yang dilakukan oleh Bupati/Walikota secara
langsung dħadikan kesempatan untuk mengetahui
dan mengidentiękasi kebutuhan spesięk nyata dari
pelaku usaha. Pada acara ini Investor secara langsung
mendapatkan pemahaman lebih detil perihal potensi
dan peluang berinvestasi di daerah serta mengetahui
kebħakan maupun segala langkah yang relevan
(perizinan, fasilitas investasi dan sistem insentif yang
diberikan kepada investor). Lebih jauh diharapkan,
kesempatan ini digunakan para investor untuk
menjajaki kemungkinan berinvestasi di daerah terkait,
karena bisa berhadapan langsung kepada pengambil
kebħakan tertinggi di daerah yakni Bupati atau
Walikota. Presentasi yang disampaikan Bupati/Walikota
berfokus kepada jawaban atas dua pertanyaan: (1) APA
potensi signiękan yang ditawarkan kepada investor;
(2) BAGAIMANA menyiapkan langkah kongkrit untuk
menarik investor merealisasikan potensi tersebut
(skema insentif, inovasi kebħakan, dll).
Dewan Pengawas KPPOD,
Djisman Simanjuntak
menyatakan betapa pentingnya koordinasi antara
pengusaha sebagai penyelenggaraan bisnis dan
pemerintah sebagai perumus kebħakan. sebagai
Laporan Diskusi Publik
perumus.kata kunci yang digaris bawahi adalah we
need to reorganized our self, democracy it’s not all about
taking diěerent posisition, democracy it’s about coming to
consensus. Menurut Djisman simanjutak, dari musyarah
seperti yang ada di pancasila dan Indonesia masih pada
tahap taking diěerent posisition. Acara ini diharapkan kita
semakin terdorong untuk organize to be beĴer” ujarnya.
Sementara, Deputi Pengembangan Iklim Penanaman
Modal BKPM, Ir. Farah Ratnadewi Indriani. MBA,
menyampaikan roadmap dan fokus pengembangan
investasi di Indonesia kedepan serta rencana-rencana
strategis untuk mendukung roadmap tersebut. Dalam
kesempatan ini juga disampaikan dua hal utama, yakni
mengenai) gambaran situasi investasi di Indoensia
saat ini; dan kebħakan maupun strategi Pusat dalam
memfasilitasi daerah agar mampu menjaga iklim usaha
yang baik.
Dalam Forum ini setiap daerah diberi kesempatan untuk
mempresentasikan potensi yang ada di daerahnya.
Kota Bitung memporomosikan sektor kelautan dan
perikanan, khususnya kebutuhannya sebagai daerah
yang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK). Walikota Bitung, Hanny Sondakh mengatakan
Bitung membuka peluang investasi perikanan tangkap
dan hilirisasi pengolahan hasil tangkap. Pengembangan
pelabuhan menjadi hal mendesak dilakukan guna
mendukung Bitung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK). Sementara Kabupaten Kendal, mencoba
menarik investasi khususnya terkait dengan Kasawasan
Industri, dan Industri padat karya yang menjadi sasaran
investasi di daerahnya. Lebih lanjut, Bupati Kendal
menyatakan bahwa daerahnya berpotensi menjadi
tujuan pengembangan investasi agro, khususnya di
sektor pertanian dan industri. Komoditas pertanian
Kabupaten Kendal diantaranya jambu bħi merah dan
pisang batu. Kemudian untuk perikanan, Kendal
menjadi sentra penghasil bandeng selain Semarang dan
Pati.
Kedua daerah ini mendapatkan tanggapan dari
Sanny Iskandar yang merupakan Ketua umum
Kawasan Industri, yang bahwa pemerintah pusat telah
mengeluarkan PP nomor 24/2009 mengenai kawasan
industri. Di daerah lain masih banyak permohonan
ħin lokasi mendirikan industri manufaktur yang baru
di luar kawasan industry. Bupati Kendal memberikan
tanggapan bahwa Kendal tidak akan mengħinkan
industri berdiri diluar lokasi industri dan demi
medukung PP tersebut. Kendal memiliki zona kawasan
hħau, zona kuning dan sebagainya dan jika kawasan
industri masih cukup maka tidak akan memberikan
izin. Ketika memang kawasan industri tersebut sudah
tidak memadai maka akan dilakukan revisi terhadap
kebħakan tersebut.
Sedangkan Kabupaten Gowa mempromosikan peluang
investasi disektor agribisnis khususnya perkebunan
dan industri hilirnya. Wakil Bupati Gowa Abbas
Alaudin, menyatakan bahwa sejauh ini perbaikan tata
kelola ekonomi dilakukan melalui kebħakan pemda
Gowa yang memberi kepastian berinvestasi. Kepastian
dimaksud terkait dengan perizinan dan biaya-biaya
yang dikeluarkan. Perizinan dan biaya-biaya tersebut
didukung regulasi, seperti Perda tentang Keterbukaan
Informasi, Perda tentang Partisipasi dan Perda tentang
Kantor Pelayanan Terpadu.
Berbeda dengan tiga daerah lainnya, Wakil Bupati
Kabupaten Bangka Tengah, Patria Nusa, mengaku
melaksanakan pelayanan satu pintu secara efektif.
Dari 35 jenis perizinan, Pemda Bangka Tengah hanya
mengenakan distribusi kepada dua perizinan saja.
Selain itu, lanjutnya, Pemda setempat juga memberikan
kemudahan dan insentif hal ini dibuktikan dengan
dipermudahnya proses perħinan dan waktu yang cepat
tidak sampai seminggu.
Ekspose tersebut ditanggapi secara langsung oleh
investor/pelaku usaha di masing-masing sektor yang
menjadi andalan daerah, seperti dari Asosiasi Pakan
Ternak, Pengusaha Perkapalan, Makanan dan Minuman,
dan sebagainya. Franciscus Welirang, Direktur
Utama PT. Indofood, yang mewakili dunia usaha,
menyampaikan sejumlah kendala dalam berinvestasi
di daerah, dan diharapkan ada upaya serius dan terus
menerus untuk perbaikan dalam menarik investasi ke
daerah. Kendala utama dalam berinvestasi di daerah
saat ini menurut Franciscus Welirang terutama tentang
jumlah lembaga swadaya masyarakat di daerahnya
dan jumlah serikat pekerja yang ada. “Berapa jumlah
LSM yang benar, lalu berapa jumlah LSM pelat merah,”
ujarnya. Ia mengisahkan mengenai beberapa usahanya
di berbagai daerah yang terkendala oleh “gangguan
LSM dan Serikat Pekerja. Mulai dari pembebasan lahan
untuk lokasi usaha, uang retribusi daerah mulai dari
kecamatan hingga desa. Ia memberikan tips untuk
pengusaha saat investasi di daerah. Seperti kebutuhan
pengenalan usaha yang akan dibangun kepada
masyarakat.
Forum diskusi ini ditutup oleh pidato dari SoĦan
Wanandi, Ketua Dewan Pembina KPPOD dan juga
Ketua Umum DPN APINDO, beliau menyampaikan
pentingnya pembentukan iklim investasi yang kondusif
di Indonesia. Otonomi daerah yang sudah berjalan lebih
dari 12 tahun dirasakannya masih belum sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Secara umum, Pemerintah/
Pemda belum menyadari pergeseran peran mereka
dalam memfasilitasi bekerjanya modal. Meski demikian,
harapan tetap muncul terutama jika melihat beberapa
daerah yang telah berhasil melakukan perbaikan dalam
tata kelola ekonomi yang business friendly. Daerah yang
ditandai pemerintahan yang bekerja dan memiliki
komitmen perubahan ini perlu dibantu dalam menarik
investasi melalui Forum Dialog Investasi antara Pemda
dengan para investor seperti yang dilakukan oleh
KPPOD
^}]
23
Agenda KPPOD
Kegiatan KPPOD Terkini
D
engan menggunakan pendekatan multi-perspektif (ekonomi, politik, hukum dan administrasi
publik), KPPOD melakukan studi, advokasi, dan asistensi teknis bagi peningkatan mutu tata kelola
ekonomi dan praktik penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis di daerah. Saat ini, KPPOD
bekerjasama dengan lembaga beberapa donor sedang melaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut
1. Penguatan Kapasitas dan Ekspose Publik KPPOD
dalam Meningkatkan Advokasi Perbaikan Tata
Kelola Ekonomi di Indonesia
Program ini merupkan kerjasama KPPOD dengan
SEADI (Support for Economic Analysis Development in
Indonesia)-USAID. Kegiatan berlangsung dari bulan
Juni 2012 hingga Juni 2013 ini terdiri dari beberapa
kegiatan utama, yakni Penelitian Tematik dari untuk
memperdalam temuan hasil penelitian TKED, penguatan
kapasitas pemerintah daerah melalui pelatihan
penyusunan perda, forum bisnis, serta publikasi.
Studi Tematik: Empat topik studi tematik
merupakan pendalaman dari studi Tata Kelola Ekonomi
Daerah yang telah dilakukan KPPOD sebelumnya.
Topik pertama terkait dengan hubungan antara korupsi,
belanja pemerintah daerah di sektor infrastruktur
dan kualitas infrastruktur daerah. Topik kedua terkait
peraturan daerah khusunya di sektor perikanan tangkap.
Topik ketiga terkait dengan isu buruh dan yang ke
empat terkait dengan kerjasama antar daerah dibidang
perdagangan sebagai alternatif kebħakan peningkatan
perekonomian.
Lokalatih untuk Peningkatan Kapasitas Pemda
dalam Pembuatan Peraturan Daerah: Kegiatan ini telah
dilaksanakan pada 29-31 Desember 2013 di Hotel Grand
Cemara, Jakarta Pusat. Lokalatih tersebut mengangkat
tema ‘Penguatan Kapasitas Pemda dan DPRD dalam
Pembuatan Perda’
Forum Dialog Investasi: Kegiatan ini direncanakan
dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2013 Forum
Dialog Investasi merupakan kegiatan yang
mempertemukan antara beberapa Pemda dengan
investor potensial. Pemerintah diberi kesempatan
untuk mempresentasikan potensi investasi daerahnya
dihadapan forum bisnis.
24
2. Pertemuan KPPOD dengan WaGub DKI Jakarta
Dalam rangka program Improving Business Licensing
in Jakarta: A Study on Acceleration the Devolution of
Authority from Technical Agency to The One Shop (OSS)
Agency. Pada tanggal 19 Juni 2013 Wakil Gubernur
Provinsi DKI Jakarta Bpk. Basuki T. Purnama Menerima
Audiensi Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi
Daerah (KPPOD) untuk membicarakan Program
Dukungan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Perħinan di
Prov.insi DKI Jakarta di Ruang Tamu Wagub.
Tahun ini, Wagub merencanakan agar PTSP selesai.
Ke depannya, warga yang hendak mengurus perizinan
tidak perlu repot untuk mengurus berbagai Wagub
dan jajarannya menyambut baik niat KPPOD untuk
berkontribusi dalam proses menuju pelaksanaan PTSP
DKI Jakarta. Momen ini tepat karena pihak DPRD
memang meminta agar Pemprov DKI memiliki partner
dari perwakilan masyarakat untuk menilai substansi
hĴp://www.youtube.com/watch?v=pDriMYPdsWU
raperda tentang PTSP ini. Selama ini, banyak persepsi
dari anggota DPRD yang mempertanyakan bagaimana
tugas SKPD jika nantinya wewenang pemberian
perizinan diberikan pada PTSP. Padahal, jika kelak
nantinya wewenang pemberikan izin dipegang oleh
PTSP, maka peran SKPD masih tetap diperlukan
dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi setelah
izin diberikan. Peran SKPD terkait juga dibutuhkan
dalam menerapkan sangsi bagi para pemegang izin
yang melakukan pelanggaran. Untuk memberikan
pemahaman ini kepada para anggota DPRD, maka
Pemprov perlu menjalin kemitraan dengan perwakilan
masyarakat dalam hal ini KPPOD dipilih sebagai
perwakilan dari unsur masyarakat.
Seputar Otonomi
Ikhtisar Otonomi Juni 2013
Pemekaran Daerah
Akhirnya Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) di
Provinsi Sumatera Selatan resmi menjadi daerah otonom
baru (DOB). Kabupaten Muratara menjadi daerah
otonom ke-539 setelah Undang-Undang pembentukan
kabupaten ini disahkan dalam Rapat Paripurna DPR-RI,
Selasa 11 Juni 2013 di Jakarta. Walaupun telah disahkan,
namun pemilihan kepala daerah akan dilakukan tahun
2015. Dengan bertambahnya Kabupaten Musi Rawas
Utara, maka saat ini Indonesia memiliki 34 provinsi, 93
kota, dan 412 kabupaten.
Selain Muratara yang berinduk di Kabupaten Musi
Rawas, ada 4 (empat) usulan daerah otonom baru lagi
yang dibahas DPR dan pemerintah. Keempat daerah
itu yakni Kabupaten Buton Selatan dan Buton Tengah
yang berinduk di Kabupaten Buton serta Kabupaten
Muna Barat dan Kota Raha yang akan dimekarkan
dari Kabupaten Muna. Keempat calon kabupaten ini
menurut Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam
Negeri belum memenuhi beberapa syarat. Salah satunya
adalah belum ada kesepakatan dalam menentukan ibu
kota kabupaten dan juga adanya masalah-masalah lain.
Transfer ke daerah dalam Postur APBN-P 2013
Rapat Paripurna DPR-RI yang di gelar pada hari Senin,
17 Juni 2013 telah menyutujui RUU APBN-P (Perubahan)
2013 yang telah diajukan oleh pemerintah sejak tanggal
21 Mei lalu dan telah dibahas oleh komisi-komisi dan
Badan Anggaran DPR, untuk disahkan sebagai UndangUndang. Khusus untuk anggaran Transfer ke Daerah
dalam APBNP 2013 mengalami peningkatan dari Rp.
528,6 Triliun menjadi sebesar Rp. 529,4 Triliun; atau
mengalami kenaikan sebesar Rp. 0,7 Triliun.
Kebħakan anggaran Transfer ke Daerah tetap diarahkan
untuk mendukung program atau kegiatan prioritas
nasional dan pelaksanaan desentralisasi ęskal daerah
guna menunjang penyelenggaraan otonomi daerah
yang luas,nyata,dan bertanggung jawab, serta dengan
mengoptimalkan kualitas belanja daerah yang
lebih fokus pada pelayanan publik di daerah,serta
meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di
daerah tertinggal, terluar, dan terdepan.
Peran Pemda dalam Penyaluran BLSM dan
Konverter GAS
Sebagai tindak lanjut dari pengurangan subsidi harga
BBM, pemerintah membuat program kompensasi
yang ditujukan untuk masyarakat miskin. Berdasarkan
informasi dari Kementerian Koordinator Kesejahteraan
Rakyat, pemerintah membagi dua kelompok program
kompensasi itu. Pertama, Program Percepatan dan
Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) dari program
yang sudah berjalan, seperti beras untuk rakyat miskin
(Raskin), Bantuan Siswa Miskin (BSM), dan program
keluarga harapan (PKH). Kedua, program kompensasi
khusus 2013, yakni Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) dan pembangunan infrastruktur
dasar.
Dalam rangka penyaluran BLSM diharapkan peran
aktif dari pemerintah daerah (pemda). Peran pemda
dalam penyaluran BLSM, pertama adalah melakukan
pendataan penduduk yang berhak menerima BLSM.
Dalam hal ini data yang akan digunakan adalah data
hasil survei BPS Pusat dan BPS Daerah yang juga akan
diveriękasi oleh pemda, karena pemda dipandang yang
mengetahui kondisi wilayahnya. Peran kedua adalah
penyaluran kartu elektronik yang akan digunakan
untuk penyerahan BLSM. Penyaluran BLSM rencananya
akan dilakukan dengan menggunakan kartu elektronik
(seperti kartu ATM). Kartu ini dapat diambil dari
pemerintah daerah seperti kecamatan atau kelurahan.
Mesin pembaca kartu juga akan didistribusikan oleh
pemerintah.
Sementara dalam pelaksanaan konversi minyak tanah
ke LPG, peran Pemda sebagai ujung tombak harus
melakukan: pertama, pendataan sasaran program, Pemda
(SKPD terkait) bersama Pertamina, Camat, Lurah,
RT/RW serta tokoh masyarakat melakukan veriękasi
kembali data sasaran penerima program. Kedua,
sosialisasi dan edukasi penggunaan LPG, dengan cara
membentuk Satgas Pengamanan di Kabupaten dan
Kota, dengan melibatkan Pokja pengaduan masyarakat
(S.E Mendagri Nomor.541/3442/SJ 23 Agustus 2010, dan
melatih tenaga penyuluh lapangan dengan melibatkan
berbagai pihak yang terkait seperti UPM.
^}]
25
SEKILAS KPPOD
Sebagai tindak lanjut hasil Seminar Nasional “Menyelamatkan Otonomi Daerah”
yang diselenggarakan KPEN (Komite Pemulihan Ekonomi Nasional), CSIS (Center for
Strategic and International Studies) dan LPEM-FEUI (Lembaga Penyelidikan Ekonomi
dan Masyarakat-Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) pada tanggal 7 Desember
2000, para penyelenggara secara intensif membahas dan menyepakati pembentukan
suatu lembaga independen pemantauan pelaksanaan otonomi daerah yang di
kemudian hari bernama Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD).
Dalam perkembangannya, sejumlah institusi lain ikut bergabung melalui
kesertaan para ęgur pimpinannya sebagai unsur pendiri: Sekolah Tinggi Manajemen
Prasetiya Mulya, The Jakarta Post, Bisnis Indonesia, dan Suara Pembaruan. Melihat
latar belakang institusi pendiri tersebut, dapat dikatakan kelahiran KPPOD
merupakan hasil eksperimentasi kerjasama dunia bisnis, akademik, dan media
massa sebagai tiga pilar penting dalam formasi sosial di Indonesia dewasa ini.
Sebagai dasar pemikiran yang menyemangati kerja-kerja profesionalnya,
KPPOD memaknai desentralisasi dan otonomi daerah sebagai kebħakan yang
bertujuan mengubah struktur tata kelola pemerintahan dari sentralisme menjadi
terdesentralisasi, sekaligus menggeser pola pembangunan yang didominasi negara
menuju kesempatan yang lebih terbuka bagi masyarakat dan dunia usaha. Maka
pada setiap kebħakan pemerintah haruslah tercermin suatu komitmen nyata untuk
mendorong keterlibatan masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan daerah.
Mengalir pada pilihan wilayah isu, KPPOD menaruh fokus sentral pemantauannya
pada segala hal terkait kebħakan dan pelayanan publik di bidang ekonomi dan
kebħakan desentralisasi/otonomi daerah secara umum. Dengan menggunakan
pendekatan multi-perspektif (ekonomi, politik, hukum dan administrasi publik),
KPPOD melakukan studi, advokasi, dan asistensi teknis bagi peningkatan mutu tata
kelola ekonomi dan praktik penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis di daerah.
--o0o--
WILAYAH ISU KPPOD
PEMBANGUNAN
EKONOMI
TATA KELOLA
EKONOMI DAERAH
1.
TATA KELOLA
KEUANGAN DAERAH
Reformasi Regulasi Usaha:
Mendorong deregulasi melalui upaya rasionalisasi jumlah dan atau jenis Perijinan usaha maupun pungutan
(pajak/retribusi) di daerah.
2.
Reformasi Birokrasi Perijinan:
Mendorong debirokratisasi melalui upaya efisiensi business process (pengurusan) perijinan lewat kelembagaan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di daerah.
3.
Desentralisasi dan Manajemen Fiskal:
Studi dan advokasi kebijakan desentralisasi fiskal yang mendukung kemandirian daerah dan perbaikan
kualitas tata kelola keuangan di daerah (APBD) yang pro-prtumbuhan ekonomi dan kesejahteraan publik.
4.
Isu-isu Strategis Otda lainnya:
Pemekaran daerah, kerja sama antar-daerah, rencana pembangunan daerah, pemilihan kepala daerah, dsb.
26
Tarif Pemasangan Iklan
di KPPODBrief
Terbit 1 kali tiap 2 bulan, dengan jumlah 2000 eksemplar dan didistribusikan ke
Gebernur, Bupati, Walikota seluruh Indonesia, Pemerintah Pusat, Asosiasi Bisnis,
Kedutaan Besar, NGO, Perguruan Tinggi dll
Biaya iklan
l
l
l
l
l
Full color cover depan dalam satu halaman Rp. 7.500.000,Full color cover belakang luar satu halaman Rp. 5.500.000,Full color cover belakang dalam satu halaman Rp. 4.000.000,One color cover satu halaman isi Rp. 3.500.000,One color cover setengah halaman isi Rp. 2.000.000,-
Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
Regional Autonomy Watch
Permata Kuningan Building 10th Fl.
Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C
Guntur Setiabudi, Jakarta Selatan 12980
Phone : +62 21 8378 0642/53, Fax : +62 21 8378 0643
http://www.kppod.org, http://perda.kppod.org, http://pustaka.kppod.org
Download