III.1. Objek Penelitian

advertisement
BAB III
OBJEK PENELITIAN
III.1. Objek Penelitian
Objek penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pada Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto Kav. 31
Jakarta Pusat yang merupakan lembaga tinggi negara yang memiliki wewenang dalam
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
III.1.1. Sejarah Singkat
Pasal 23 ayat (5) UUD tahun 1945 menetapkan bahwa tanggung jawab keuangan
negara dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang peraturannya
ditetapkan oleh Undang-Undang. Kemudian hasil pemeriksaannya disampaikan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
Berdasarkan amanat UUD tahun 1945 tersebut dikeluarkan surat penetapan
pemerintah No.11/OEM mengenai pembentukan BPK pada tanggal 1 Januari 1947 yang
berkedudukan sementara di Magelang. Pada saat itu BPK hanya memiliki 9 orang
pegawai dan R.Soerasno menjabat sebagai ketua BPK yang pertama. Dengan suratnya
tanggal 12 April 1947 No.94-1 BPK telah mengumumkan kepada semua instansi di
wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam memeriksa
tanggung jawab keuangan negara.
Dalam penetapan pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948 tempat
kedudukan BPK dipindahkan dari Magelang ke Yogyakarta. Dengan terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS) maka dibentuk Dewan Pengawas
29
Keuangan (berkedudukan di Bogor) yang merupakan salah satu alat perlengkapan
negara RIS. Dengan kembalinya bentuk negara menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS yang
berada di Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950 digabung dengan Badan Pengawas
Keuangan berdasarkan UUDS 1950.
Pada tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan dekrit Presiden RI yang menyatakan
berlakunya kembali UUD tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas Keuangan
berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan pasal
23 (5) UUD tahun 1945.
Dalam amanat-amanat Presiden yaitu deklarasi ekonomi dan Ambeg Parama
Arta telah dikemukakan keinginan-keinginan untuk menyempurnakan Badan Pemeriksa
Keuangan, sehingga dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu
maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.7
Tahun 1963 (LN No.195 tahun 1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang
(PERPU) No.6 tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan gaya baru.
Untuk mengganti Perpu tersebut, dikeluarkanlah UU No.17 tahun 1965 yang
antara lain menetapkan bahwa Presiden sebagai pemimpin besar revolusi pemegang
kekuasaan pemeriksaan dan penelitian tertinggi atas penyusunan dan pengurusan
keuangan negara. Ketua dan wakil ketua BPK RI berkedudukan masing-masing sebagai
Menteri Koordinator dan Menteri.
Akhirnya oleh MPRS dengan ketetapan No.X/MPRS/1966 kedudukan BPK RI
dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga Tinggi Negara. Sehingga
UU yang mendasari tugas BPK RI perlu diubah dan akhirnya baru direalisasikan pada
tahun 1973 dengan UU No.5 tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
30
Dalam era reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah
mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI yang memperkuat kedudukan BPK
RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang keuangan negara, yaitu dengan
dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang menegaskan kembali kedudukan
Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga tinggi pemeriksa eksternal
keuangan negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang
independen dan profesional.
Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI
dalam UUD tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen BPK RI hanya diatur
dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5) kemudian perubahan dalam perubahan ketiga UUD
1945 dikembangkan menjadi satu sub bab tersendiri (Bab VIIIA) dengan tiga pasal
(23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat UndangUndang dibidang keuangan negara, yaitu :
a.
UU No.17 tahun 2003 tentang keuangan negara
b.
UU No.1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara
c.
UU No.15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
pengelolaan negara.
III.1.2. Bidang Usaha BPK RI
Ada tiga jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK RI yaitu, pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
31
1. Pemeriksaan keuangan
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan, dengan tujuan
memberikan keyakinan yang memadai apakah sebuah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Pemeriksaan kinerja
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang
terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi, efisiensi dan efektivitas ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku dari entitas atas program atau kegiatan
yang diperiksa. Pemeriksaan kinerja mencakup tujuan yang luas dengan
memperhatikan berbagai macam bukti.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
tujuan khusus diluar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk
dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain
yang berkaitan dengan keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas
sistem pengendalian intern pemerintah, serta pemeriksaan berperspektif lingkungan
dan pembangunan berkelanjutan.
Visi dari BPK RI adalah menjadi lembaga pemeriksa keungan negara yang
kredibel dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam
mendorong terwujudnya tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan.
Misi dari BPK RI yaitu :
32
1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
2. Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara; dan
3. Berperan
aktif
dalam
menemukan
dan
mencegah
segala
bentuk
penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan negara. Sesuai dengan SK
BPK RI.
III.1.3. Produk-Produk BPK RI
Hasil laporan pemeriksaan yang dikeluarkan oleh BPK RI setelah melakukan
pemeriksaan yaitu :
1. Hasil laporan pemeriksaan sistem pengendalian intern atas laporan keuangan
2. Hasil laporan pemeriksaan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan atas
laporan keuangan
3. Hasil laporan pemeriksaan atas laporan keuangan.
III.1.4. Struktur Organisasi
Anggota BPK RI dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan
memperhatikan pertimbangan DPR. Berdasarkan Undang-Undang No.15 Tahun 2006,
BPK RI mempunyai sembilan anggota yang keanggotaannya diresmikan oleh Presiden.
Sembilan anggota ini terdiri atas ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua
merangkap anggota dan tujuh anggota.
Ketujuh anggota BPK RI ini masing-masing membawahi auditorat utama yang
melakukan tugas pemeriksaaan terhadap entitas yang berbeda. Pelaksanaan audit pada
33
Pemerintah Daerah (Pemda) P dilaksanakan dibawah AKN VI, sedangkan Pelaksanaan
audit pada BUMN JS dilaksanakan dibawah AKN VII.
Gambar III.1 Susunan Organisasi BPK RI
34
III.1.5. Uraian Tugas AKN
1. Auditorat Utama Keuangan Negara VI (AKN VI)
AKN VI mempunyai tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara atau daerah pada Departemen Kesehatan, Badan Pengawas
Obat dan Makanan, Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Departemen Pendidikan Nasional, serta keuangan daerah dan kekayaan daerah
yang dipisahkan pada Pemerintah Daerah di wilayah Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
AKN VI terdiri dari : Auditorat VI.A, Auditorat VI.B, Perwakilan BPK
RI di Pontianak, Perwakilan BPK RI di Palangkaraya, Perwakilan BPK RI di
Banjarmasin, Perwakilan BPK RI di Samarinda, Perwakilan BPK RI di
Denpasar, Perwakilan BPK RI di Mataram, Perwakilan BPK RI di Kupang,
Perwakilan BPK RI di Makassar, Perwakilan BPK RI di Mamuju, Perwakilan
BPK RI di Palu, Perwakilan BPK RI di Kendari, Perwakilan BPK RI di Manado,
Perwakilan BPK RI di Gorontalo, Perwakilan BPK RI di Ambon, Perwakilan
BPK RI di Ternate, Perwakilan BPK RI di Jayapura, Perwakilan BPK RI di
Manokwari.
2. Auditor Utama Keuangan Negara VII (AKN VII)
AKN VII mempunyai tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara pada bidang kekayaan negara yang dipisahkan BUMN (Badan
Usaha Milik Negara). AKN VII terdiri dari :
a. Auditorat VII.A yang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara pada Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
35
BUMN pertambangan, BUMN energi, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas). Beberapa contoh entitas
pemeriksaan yaitu: PT PERTAMINA, PT PERUSAHAAN LISTRIK
NEGARA, dan Conocophillips.
b. Auditorat VII.B
yang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara pada BUMN kebandarudaraan dan penerbangan,
BUMN Angkutan Darat, dan BUMN Pelabuhan Laut, Pelayaran dan
Pengerukan. Beberapa contoh entitas pemeriksaan yaitu: PT Krakatau
Steel, GARUDA INDONESIA, dan PT Jasa Marga.
c. Auditorat VII.C yang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara pada PT Perkebunan nasional I – XIV, BUMN
kehutanan, BUMN pertanian, BUMN perikanan, PT. Rajawali Nusantara
Indonesia, BUMN pupuk, BUMN kertas, BUMN percetakan, dan BUMN
penerbitan.
Beberapa
contoh
entitas
pemeriksaan
yaitu:
Perum
Percetakan Uang RI, Perum Perhutani, dan PT BALAI PUSTAKA.
d. Auditorat VII.D yang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara pada BUMN jasa perbankan, BUMN jasa keuangan non
bank, perum, bulog, BUMN jasa perdagangan dan jasa logistik lainnya,
BUMN jasa penilai atau sertifikasi. Beberapa contoh entitas pemeriksaan
yaitu: PT Pos Indonesia, PT JAMSOSTEK, PT Bank Mandiri, PT Bank
BNI Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara.
36
III.1.6. Organisasi Pemeriksa BPK RI
Ketika menyelenggarakan tugas pemeriksaan, dibentuklah organisasi pemeriksa.
Organisasi pemeriksa BPK RI merupakan organisasi fungsional yang menjalankan
fungsi pemeriksaan secara mandiri. Organisasi pemeriksa BPK RI terdiri dari Badan,
penanggung jawab, pengendali teknis, ketua tim, dan anggota tim. Apabila diperlukan
tim pemeriksa dapat menambahkan wakil penanggung jawab dan ketua subtim. Tugas
dari masing-masing organisasi pemeriksa antara lain :
1) Badan bertugas untuk memberikan arahan dan penugasan kepada pelaksana
pemeriksaan BPK. Badan memiliki juga peran yang penting dalam memberikan
hasil opini atas laporan keuangan suatu entitas.
2) Penanggung jawab bertugas sebagai pengendali mutu dan menandatangani LHP.
3) Wakil penanggung jawab bertugas untuk membantu penanggung jawab dalam
tim pemeriksaan. Wakil pengendali teknis diperlukan untuk entitas yang besar
atau lingkup pemeriksaan yang luas.
4) Pengendali teknis bertugas untuk mengendalikan tim pemeriksa agar
pemeriksaan dapat dilakukan sesuai dengan program pemeriksaan yang telah
dibuat dan direncanakan.
5) Ketua tim bertugas mengorganisasi, memberikan pengarahan dan mengawasi
pemeriksaan serta bertanggung jawab kepada pengendali teknis.
6) Ketua subtim bertugas untuk membantu ketua tim dalam melakukan
pemeriksaan.
7) Anggota tim bertugas sebagai pelaksana pemeriksaan sesuai dengan tugas yang
diberikan oleh ketua tim atau ketua subtim.
37
III.1.7. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) BPK
Berdasarkan data IHPS I tahun 2011 diperoleh data sebagai berikut :
Tabel III.1
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK semester I tahun 2011
Pemeriksaan
dengan tujuan
Jumlah
tertentu
Pemerintah Pusat
89
8
61
158
Pemerintah Daerah
363
4
92
459
BUMN
2
44
46
BUMD
9
9
Badan lainnya
8
2
10
Jumlah
460
14
208
682
Pada semester ini pemeriksaan BPK diprioritaskan pada pemeriksaan keuangan.
Entitas yang
diperiksa
Pemeriksaan
keuangan
Pemeriksaan
kinerja
Pemeriksaan keuangan yang dilakukan yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan
Pemerintah Pusat (termasuk Kementerian atau Lembaga), Pemerintah Daerah dan badan
lainnya.
Berdasarkan data IHPS I tahun 2010 diperoleh data sebagai berikut :
Tabel III.2
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK semester I tahun 2010
Entitas yang
diperiksa
Pemeriksaan
keuangan
Pemeriksaan
kinerja
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
BUMN
BUMD
Badan lainnya
Jumlah
79
350
3
5
437
4
3
7
Pemeriksaan
dengan tujuan
tertentu
27
27
22
1
7
84
Jumlah
110
377
28
1
12
528
38
Pada semester ini pemeriksaan BPK diprioritaskan pada pemeriksaan keuangan.
pemeriksaan keuangan yang dilakukan yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan
Pemerintah Pusat, Kementerian atau Lembaga, Pemerintah Daerah, dan badan
lainnya (termasuk BUMN).
III.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data untuk
penelitian ini berupa:
1. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder menggunakan studi kepustakaan digunakan oleh penulis
untuk memperoleh data sekunder melalui buku-buku dan literatur lainnya yang
berhubungan dengan pembahasan masalah yang terkait dengan penelitian agar
dapat mendukung dan melengkapi data yang diperlukan dalam melakukan
penelitian ini.
2. Sumber data primer
Melakukan penelitian diluar kepustakaan dengan cara melakukan wawancara dan
menanyakan beberapa pertanyaan kepada staf BPK RI dibagian litbang dan tim
auditor yang berada dibawah AKN VI dan AKN VII yang melaksanakan audit
pada Pemda P dan BUMN JS. Dengan metode ini penulis mendapatkan
informasi mengenai latar belakang objek penelitian dan informasi mengenai
proses pelaksanaan perencanaan audit oleh tim auditor BPK.
39
Download