PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1 PERTEMUAN 4 KARAKTERISTIK KULTUR 1. Kultur adalah sesuatu yang general dan spesifik sekaligus. General dalam arti setiap negara memiliki kultur Spesifik berati setiap kultur pada kelompok masyarakat bervariasi satu sama lain Lajutan . . . Kultur adalah sesuatu yang dipelajari a. Pembelajaran individu secara situasional b. Pembelajaran situasi secara sosial c. Pembelajaran kultural 2. Lanjutan . . . . 3. Kutur adalah simbol (verbal & non verbal) 4. Kultur dapat membentuk dan melengkapi sesuatu yang alami. Lanjutan . . . Kultur adalah sesatu yang dilakukan secara bersama-sama yang menjadi atribut bagi individu sebagai anggota dari kelompok masyarakat. 5. Lanjutan . . . 6. Kultur adalah sebuah model, artinya sesuatu yang disatukan dan sistem-sistem yang tersusun dengan jelas. 7. Kultur adalah sesuatu yang bersifat adaptif WILAYAH KULTUR a. Kultur nasional adalah kultur yang berbentuk anekamacam pengalaman, sifat, dan nilai yang dipakai oleh semua warga negara yang berada dalam suatu negara. Lanjutan . . . b. Kultur internasional: batas-batas wilayah nasional sebuah negara melalui proses penyebaran (diffusion), yaitu proses pengabungan antara dua kultur atau lebih melalui beberapa cara seperti perkawianan, migrasi, media masa, bahkan film. Lanjutan . . . c. Sub-sub kultural: adalah perbedaan karakteristik kultural dalam suatu kelompok masyarakat. PROSES PEMBELAJARAN KULTUR Inkulturasi: proses mempelajari kultur secara turun temurun dari generasi ke generasi sehingga orang tersebut dapat memahami nilai-nilai yang berlaku dalam kelompoknya. Sosialisasi : proses mempelajari kultur secara sosial dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan seseorang dapat memahami norma kultur yang berlaku didalam kelompoknya. ETNOSENTRIME VS RELATIVITAS KULTUR Etnosentrimse: suatu pandangan yang menganggap bahwa tingkah laku, adat istiadapt dan pendapat mereka paling benar. Paling bermoral paling beradab, sedangkan adat istiadat, tingkah laku dan pendapat orang lain dinilai tidak manusiawi, aneh, dan bahkan menganggap liar atau bahkan “primitif Lanjutan . . . Relatifitas kultural: suatu pandangan yang menganggap bahwa tingkah laku dan adat istiadat yang ada pada kultur orang lain tidak dapat diukur dan dinilai menggunakan standar yang ada pada kultur lainnya. PREJUDIS Prae : sebelum, judicium : penilaian terakhir Sebuah penilaian akhir tanpa dilandasi dengan bukti-bukti terlebih dahulu. Sosiologis: sebuah opini, sikap, kepercayaan, dan perasaan yang negatif dan tidak fair terhadap seseorang atau kelompok masyarkat yang lain (etnis, kewarganegaraan,agama, ras, jenis kelamin, partai politik, keluarga, organisasi tertentu, kelas sosial) Cenderung mengeneralisasi dalam melihat dan menilai seseorang atau kelompok lainya tanpa mempedulikan kenyataan bahwa setiap individu memiliki ciri-ciri dan karakter yang berbeda-beda. STEREOTIP Memberikan penilaian terhadap sifat-sifat sebagai ciri-ciri khusus yang tipikal dan identikal, yang ada pada seseorang atau golongan masyarakat tertentu. PENYEBAB PREJUDIS & STEREOTIP adanya kompetisi ekonomi dan politik Membuat serangan terhadap lawan dalam bentuk yang tidak nyata sehingga penyerang tidak diketahui atau menyerang kelompok lain dengan cara memfitnah Kebutuhan personal Penyesuaian terhadap norma-norma yang ada disekitarnya. DISKRIMINASI Pelakuan yang tidak adil terhadap orang atau kelompok lain. Diskriminasi individual: bersikap tidak adil kepada orang lain haknya karena alasan pribadi belaka Diskriminasi intitusional : diperlakukan tidak adil terhadap seseorang atau sekelompok orang yang berasal dari golongan tertentu, terutama dari kelompok minoritas, didalam istitusi-institusi atau organiasasi-organiasai kepemerintahan maupun swasta MULTIKULTURALISME Sebuah paham yang menekankan pada kesederajatan dan kesetaraan budayabudaya lokal dengan tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi kebudayaan yang ada. MACAM MULTIKULTURALISME Mutikulturalisme isolasionis : kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dala aksi yang hanya minimal satu sama lain Multikulturalime akomodatif: masyarakat prural yang memiliki kultur dominan, yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi bagi kebutuhan kultural kaum minoritas Multikulturalisme otonomis: kelompok masyarakat prural dimana kelompok-kelompok kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan mengangungkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif dapat diterima Lanjutan . . . Multikulturalisme kritikal (interaktif), yakni masyarakat prural dimana kelompok-kelompok tidak terlalu peduli dengan kehidupan kultural otonom lebih menuntut penciptaan kultur kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-prespektif distingtif mereka. Multikulturalisme kosmopolitan paham yang berusaha menghapuskan batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat dimana setiap idividu tidak lagi terikat kepada kebudayaan tertentu. Kasus 1 pada saat pembelajaran PKn, ada seorang murid (sebut saja Bunga) mengacungkan tangan dan kemudian memulai untuk menungkapkan pendapatnya, tiba-tiba temanteman Bunga tertawa ketika mendengarkan Bahasa Indonesia Bunga yang lekat dengan logat, dialek, aksen Batak. Pak guru yang ikut didepan kelas pun ikut tertawa. Bunga menjadi bingung ketika tahu teman-teman mentertawakannya. Akibat dari situasi ini Bunga tidak dapat berkonsentrasi. Kasus 2 Seorang Guru SD meminta murid memberikan penjelasan tentang dampak jika melanggar norma terhadap kehidupan rumah. Disekolah tersebut siswanya sangat hetrogen dilihat dari etnis, asal daerah, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang budaya dan latar belakang agamanya. Setelah mendengarkan penjelasan dari semua siswanya. Guru tersebut marah-marah karena tidak ada satupun pendapat siswa yang benar menurutnya. Kasus 3 Beberapa mahasiswa perempuan di sebuah perguruan tinggi X mengeluhkan setelah berhadapan dengan dosen Laki-Laki (sebut saja A) untuk keperluan pembimbingan. Seorang mahasiswa perempuan (sebut saja bunga), sebagaimana teman-temannya yang lain, mengisahkan pengalaman buruknya ketika menghadap pak dosen A. ketika berada didalam ruangan pak Dosen A, dia mendapatkan perlakuan yang tidak sepantasnya seperti mendengarkan ungkapaan-ungakan pak Dosen A yang tidak senonoh (porno dan ngeseks) yang ditujukan kepadanya. Bahkan disuatu ketika, hampir saja dia mendapatkan perlakuan fisik yang tidak sepantasnya dari pak dosen tersebut.