PERBANDINGAN GANGGUAN KOGNITIF DAN KUALITAS HIDUP BERDASARKAN LETAK LESI PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK THE COMPARISON BETWEEN THE COGNITIVE IMPAIRMENT AND THE LIFE QUALITY BASED ON THE LESION LOCATION OF THE POSTISCHEMIC STROKE PATIENT Patmawati P, Sonny T. Lisal, Theodorus Singara Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi: Patmawati P Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar Hp.: 081356274473 Email: [email protected] Abstrak Stroke iskemik merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan kecacatan, baik fisik maupun disfungsi psikososial, diantaranya gangguan fungsi kognitif, yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk Membandingkan gangguan kognitif dan kualitas hidup berdasarkan letak lesi pasien pasca stroke iskemik. Penelitian ini dilakukan di RSUP. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya bulan AgustusNovember 2013. Penelitian ini merupakan penelitian analitik analitik observasional dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah semua pasien pasca stroke iskemik yang menjalani pengobatan di poliklinik saraf di RSUP. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya, yang memenuhi kriteria inklusi. Gangguan kognitif diukur dengan menggunakan Skala MoCA-Ina dan kualitas hidup diukur dengan menggunakan Skala SF-36. Responden penelitian diambil dengan teknik Purpossive Sampling sebanyak 70 orang, yang terbagi dalam dua letak lesi yaitu hemisfer kanan berjumlah 35 orang, hemisfer kiri berjumlah 35 orang. Penelitian ini menemukan bahwa dari 70 sampel yang mengalami VCI sebanyak 31 orang (44,28%) dan yang mengalami demensia sebanyak 31 orang (44,28%). Letak lesi dihemisfer kanan dan kiri pasien pasca stroke iskemik memberikan gangguan kognitif yang kuat, tetapi berdasarkan letak lesi tidak terdapat perbedaan dengan nilai p=0,45. Tidak terdapat perbedaan kualitas hidup aspek fisik berdasarkan letak lesi pasien pasca stroke iskemik dengan nilai p=0,314. Tidak terdapat perbedaan kualitas hidup aspek mental berdasarkan letak lesi pasien pasca stroke iskemik dengan nilai p=0,151. Kata kunci : Gangguan kognitif, kualitas hidup, letak lesi, pasien pasca stroke iskemik. Abstract Ischemic stroke is a disease that can lead to disability, both physical and psychosocial dysfunction, including cognitive impairment, which affects the quality of life. This study to compare cognitive impairment and quality of life based on the location of the lesion in patients after ischemic stroke. This research was conducted in RSUP Wahidin Sudirohusodo in August - November 2013. This study is an analytic observational study with cross-sectional design. Sample of the study are post ischemic stroke patients within certain inclusion criteria. Cognitive impairment was measured by using MoCA-Ina, while the quality of life measured by SF-36 scale. Purposive sampling was used and were participants 70 collected. Which is divided into two right hemisphere lesion is 35 people and 35 people left hemisphere. Data was analysed by chi-square test.The result of this study showed that out of 70 sampels 31 people (44,28%) have VCI and 31 people (44,28%) with dementia. This study found that the lesion dihemisfer right and left post-ischemic stroke patients provide strong cognitive disorder based on the location of the lesion but there was no difference with p = 0.45. This study found that the lesion dihemisfer right and left post-ischemic stroke patients provide strong cognitive disorder based on the location of the lesion but there was no difference with p = 0.45. There are no difference between physical aspect of quality of life according to localization of lesion among patients of post ischaemic stroke (p=0,314). There are no difference in quality of life of mental aspect according to localization of lesion of patients post ischaemic stroke ( p= 0,151). Keyword : cognitive impairment, quality of life, localization of lesion, post stroke ischemic patients. PENDAHULUAN Stroke merupakan salah satu penyakit neurologis yang paling tinggi insidensinya. Setengah dari gangguan neurologis di rumah sakit adalah stroke. Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik dalam hal kejadian, kecacatan maupun kematian. Angka kematian berdasarkan umur adalah 15,9% umur 45 - 55 tahun, 26,8% umur 55 – 64 tahun dan 23,5% umur diatas 65 tahun. Kejadian stroke sebesar 51,6/100.000 penduduk, kecacatan 1,6% tidak berubah dan 4,3% semakin memberat. (PERDOSSI, 2006) Stroke dapat menimbulkan gangguan neurologik yang bergantung pada letak lesi (pembuluh darah yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesoris). Selain menyebabkan kematian, stroke merupakan penyebab utama kecacatan. Stroke tidak hanya menghasilkan kecacatan secara fisik tetapi juga gangguan fungsi kognitif yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. (Smeltzer et al., 2008) Prevalensi gangguan kognitif akibat stroke iskemik untuk tiap – tiap negara berbeda beda. Ini disebabkan karena selain tidak adanya gold standard untuk mendiagnosis gangguan kognitif, ada perbedaan sosiokultural pada tiap-tiap negara yang mengakibatkan perbedaan dari hasil pemeriksaan. Para peneliti melaporkan bahwa gangguan fungsi kognitif banyak muncul pada penderita stroke, laporan dari Florence Italia ditemukan prevalensi 1,6% timbul gangguan fungsi kognitif ringan dan 3,0% timbul gangguan fungsi kognitif berat. Dilaporkan oleh Bokura et al (1997), terjadi penurunan fungsi kognitif pada penderita setelah 1 dan 2 tahun serangan stroke, sedangkan di Finlandia didapatkan prevalensi berdasarkan umur 5564, 65-74 dan 75-85 tahun, yaitu 45,7%, 53,8% dan 74,1% muncul penurunan fungsi kognitif setelah serangan stroke iskemik akut. Niems et al, 1988 melaporkan bahwa penurunan kualitas hidup lebih sering pada stroke yang berlokasi dihemisfer. De Han , 1994 melaporkan bahwa penurunan kualitas hidup lebih nyata pada hemisfer sisi kanan. Patel et al (2007), melaporkan bahwa kualitas hidup pasien stroke dipengaruhi status klinis klinis tersebut diantaranya gangguan kognitif, inkontinensia urine dan lesi pada hemisfer (Patel, 2007) Berdasarkan adanya perbedaan data - data tersebut, dipandang perlu untuk melakukan penelitian untuk melihat perbandingan gangguan kognitif dan kualitas hidup berdasarkan letak lesi pada pasien pasca stroke iskemik. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya bulan Agustus - Nopember 2013. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah semua pasien pasca stroke iskemik yang menjalani pengobatan di poliklinik saraf di RSUP. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya. Sampel diambil secara Purpossive Sampling. Pengumpulan Data Setiap sampel yaitu pasien pasca stroke iskemik yang menjalani pengobatan di poliklinik saraf di RSUP. Wahidin Sudirohusodo yang memenuhi kriteria inklusi pada kelompok penelitian, diberikan kuisoner untuk memperoleh data identitas sampel meliputi nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, penyakit penyerta, Letak lesi berdasarkan CT-Scan kepala. Setelah dijelaskan, kemudian sampel diberikan kuisoner Skala MoCA-Ina dan Skala SF-36. Pengisian kuisoner dilakukan oleh responden (self report). Data dikumpulkan kemudian dicatat dan dianalisis. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data ditabulasi berdasarkan datanya dengan menggunakan program yang sesuai. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan keadaan umum responden peneltian berdasarkan variabel jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, penyakit penyerta, dan fungsi kognitif . Uji Chi-Square Test digunakan untuk mengetahui perbandingan gangguan kognitif dan kualitas hidup berdasarkan letak lesi pasien pasca stroke iskemik. Selain itu, uji Chi-Square Test juga digunakan untuk mengetahui perbandingan gangguan kognitif dengan jenis kelamin, umur pasien pasca stroke iskemik. HASIL PENELITIAN Telah dilakukan penelitian pada bulan Agustus-November 2013 pada 70 orang responden pasien pasca stroke iskemik. Tabel 1 memperlihatkan bahwa 70 orang tersebut, berdasarkan jenis kelamin bahwa dari 35 responden dengan letak lesi dihemisfer kanan bahwa yang berjenis kelamin laki-laki 22 ( 62,9%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (37,1%). Dari 35 responden dengan letak lesi dihemisfer kiri bahwa yang berjenis kelamin laki-laki 22 ( 62,9%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (37,1%). Berdasarkan umur, bahwa dari 35 responden dengan letak lesi dihemisfer kanan yang berada dalam kategori umur 30 – 40 tahun berjumlah 2 orang (5.7%), yang berada dalam kategori umur 41 – 50 tahun berjumlah 6 orang (17.1%), sedangkan yang berada dalam kategori umur 51 – 60 berjumlah 27 ( 77.1% ). Dari 35 responden dengan letak lesi dihemisfer kiri yang berada dalam kategori umur 30 – 40 tahun berjumlah 1 orang (2.9%), yang berada dalam kategori umur 41 – 50 tahun berjumlah 11 orang (31.4%), sedangkan yang berada dalam kategori umur 51 – 60 berjumlah 23 ( 65.7% ). Berdasarkan pekerjaan, dari 35 responden dengan letak lesi di hemisfer kanan yang memiliki pekerjaan sebagai IRT sebanyak 9 orang (25,7%), pegawai swasta 8 orang ( 22,9%), pensiunan 6 orang ( 17,1%) orang, buruh 9 orang (25,7%), supir 3 orang (8,6%). Dari 35 responden dengan letak lesi di hemisfer kiri pekerjaan sebagai IRT sebanyak 11 orang (31,4%), wiraswasta 7 orang (20%), pegawai swasta 4 orang ( 11,5%), PNS 2 orang (5,7%), pensiunan 6 orang ( 17,1%), petani 2 orang (5,7%), buruh 3 orang ( 8,6%). Tabel 2 terlihat dari total 70 responden dari kelompok umur 30 – 40 tahun yang tidak mengalami gangguan kognitif berjumlah 1 orang (2,9%), VCI berjumlah 1 orang ( 2,9%) dan dementia 1 orang ( 2,9%). Responden kelompok umur tidak mengalami gangguan kognitif berjumlah 3 orang 41 – 50 tahun yang (4,3%), VCI berjumlah 7 orang ( 10%), dan dementia berjumlah 7 orang ( 10%). Responden kelompok umur 51 – 60 tahun yang tidak mengalami gangguan kognitif berjumlah 4 orang ( 5,7%), VCI berjumlah 23 orang ( 32,9%), dan dementia berjumlah 23 orang ( 32,9%). Dari uji statistik nilai p adalah 0,618 . Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan gangguan kognitif yang bermakna atau signifikan antara kelompok umur 31 – 40 tahun, 41 – 50 tahun, dan 51 – 60 tahun pasien pasca stroke iskemik. Tabel 3 terlihat bahwa pada 35 orang responden letak lesi di hemisfer kanan yang tidak mengalami gangguan kognitif berjumlah 3 orang (8,6%) dan 35 orang responden yang letak lesi di hemisfer kiri yang tidak mengalami gangguan kognitif berjumlah 5 orang (14,3%). Dari 35 orang responden letak lesi di hemisfer kanan yang mengalami VCI berjumlah 18 orang (51,4%) dan dari 35 orang respoden yang letak lesi di hemisfer kiri yang mengalami VCI berjumlah 13 orang (37,1%). Dari 35 orang responden letak lesi di hemisfer kanan yang mengalami demensia berjumlah 14 orang (40%) dan dari 35 orang responden yang letak lesi di hemisfer kiri yang mengalami demensia berjumlah 17 orang (48,6%). Dari uji statistik didapatkan nilai p adalah 0,45. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan gangguan kognitif yang bermakna atau signifikan antara letak lesi dihemisfer kanan dan kiri pada pasien pasca stroke iskemik. Tabel 4 terlihat, dari 70 orang responden, letak lesi di hemisfer kanan yang memiliki kualitas hidup aspek fisik baik berjumlah 1 (2,9%) dan letak lesi di hemisfer kiri yang memiliki kualitas hidup aspek fisik baik berjumlah 0 orang (0%). Responden letak lesi di hemisfer kanan yang memiliki kualitas aspek fisik kurang berjumlah 34 orang (97,1%) dan letak lesi di hemisfer kiri yang memiliki kualitas hidup aspek fisik kurang berjumlah 35 orang (100%). Dari uji statistik didapatkan nilai p adalah 0,314. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kualitas hidup aspek fisik yang bermakna atau signifikan berdasarkan letak lesi pasien pasca stroke iskemik. Tabel 5 terlihat, dari 70 orang, responden letak lesi di hemisfer kanan yang memiliki kualitas hidup aspek mental baik tidak ada (0%) dan letak lesi di hemisfer kiri yang memiliki kualitas hidup aspek fisik baik berjumlah 2 orang (5,7%). Dari 70 responden letak lesi di hemisfer kanan yang memiliki kualitas hidup aspek mental kurang berjumlah 35 orang (100%) dan letak lesi di hemisfer kiri yang memiliki kualitas hidup aspek mental kurang berjumlah 33 orang (94,3%). Dari uji statistik didapatkan nilai p adalah 0,151. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna kualitas hidup aspek mental berdasarkan letak lesi pasien pasca stroke iskemik. PEMBAHASAN Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan gangguan kognitif yang bermakna berdasarkan letak lesi pasien pasca stroke iskemik, namun dari 35 orang responden letak lesi di hemisfer kanan yang mengalami VCI berjumlah 18 orang (51,4%) dan dari 35 orang respoden yang letak lesi di hemisfer kiri yang mengalami VCI berjumlah 13 orang (37,1%). Dari 35 orang responden letak lesi di hemisfer kanan yang mengalami demensia berjumlah 14 orang (40%) dan dari 35 orang responden yang letak lesi di hemisfer kiri yang mengalami demensia berjumlah 17 orang (48,6%), dengan kata lain bahwa dari 70 sampel yang mengalami gangguan kognitif VCI sebanyak 31 (44,28%) orang dan yang mengalami demensia sebanyak 31(44,28%) orang. Setiap hemisfer mempunyai kapasitas dan fungsi yang unik, tetapi bekerjasama antara satu dengan yang lain pada situasi normal, dan bila terjadi kerusakan maka masing-masing hemisfer menimbulkan pola defisit dan kemampuan sisa yang unik. Kedua hemisfer bekerja secara komplementer. Dikotomi hemisfer terdiri dari hemisferium kiri dengan fungsi proposisi verbal linguistik dan hemisferium kanan dengan fungsi nonverbal-visuospasialemosional. (Kurtzke JF, 1996) Kemampuan berbahasa yang baik merupakan fungsi hemisfer kanan. Kemampuan penggunaan dan penguasaan bahasa yang baik dan benar adalah fungsi kedua hemisfer kiri dan kanan. Hemisfer kanan sebagai hemisfer non dominan ternyata secara anatomi maupun fungsional terikat erat dengan hemisfer kiri yang dihubungkan oleh korpus kalosum sebagai jembatan yang memungkinkan kedua belahan otak tadi saling bekerja sama dan saling menopang. (Snell, 2001) Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna kualitas hidup pada aspek fisik berdasarkan letak lesi pasien pasca stroke iskemik. Namun didapatkan dari 70 responden, letak lesi di hemisfer kanan yang memiliki kualitas hidup aspek fisik kurang berjumlah 34 orang (97,1%) dan letak lesi di hemisfer kiri yang memiliki kualitas hidup aspek fisik kurang berjumlah 35 orang (100%).Terdapat faktor - faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup pasien pasca stroke antara lain dukungan keluarga, penyakit penyerta, psikologis, fisik, dan ekonomi. Stroke terjadi akibatnya adanya oklusi atau perdarahan pada serebral. Hal ini akan menyebabkan terjadinya gangguan neurologis seperti kelemahan pada kaki dan tangan, gangguan bicara, gangguan memori dan lainnya. Gangguan tersebut akan berdampak pada kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan melakukan kebersihan diri dan aktivitas keseharian lainnya. (Black et al., 2005). Perubahan fisik seperti yang dialami oleh pasien seperti kelumpuhan sebagian alat gerak, gangguan kognitif, dan gangguan psikologis hal ini akan berdampak pada kemampuan pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Ketidakmampuan ini dapat dialami oleh pasien pasca stroke mulai tiga bulan sampai satu tahun atau lebih. ( Strum et al., 2004) Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna kualitas hidup pada aspek mental berdasarkan letak lesi pasien pasca stroke iskemik, namun didapatkan dari 70 responden, letak lesi di hemisfer kanan yang memiliki kualitas aspek mental kurang berjumlah 35 orang (100%) dan letak lesi di hemisfer kiri yang memiliki kualitas hidup aspek mental kurang berjumlah 33 orang (94,3%). Pada responden/sampel penelitian ini masih dalam tahap penyesuaian (< 3 bulan mengalami stroke iskemik), dalam keadaan ketergantungan tersebut, pasien mengalami keputus-asaan yang ditandai dengan protes, luapan kemarahan, dan merasakan penderitaan yang mempengaruhi kualitas hidup. ( Kaplan et al., 1997) KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian ini disimpulkan bahwa Dari 70 sampel yang mengalami gangguan kognitif VCI sebanyak 31 orang (44,28%) dan yang mengalami demensia sebanyak 31orang (44,28%). Letak lesi dihemisfer kanan dan kiri pasien pasca stroke iskemik memberikan gangguan kognitif yang kuat tetapi berdasarkan letak lesi tidak terdapat perbedaan. Tidak terdapat perbedaan kualitas hidup berdasarkan letak lesi pada aspek fisik maupun aspek mental pada pasien pasca stroke iskemik. Berdasarkan penelitian ini bahwa perlu dilakukan intervensi psikososial dini pasien pasca stroke. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada : Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ; dr. Theodorus Singara, Sp.KJ (K); Dr. dr. Burhanuddin Bahar, MS; dr. Abd. Muis, Sp.S (K) dan Dr. dr. H. M. Faisal Idrus, Sp.KJ(K) atas bantuan dan bimbingannya serta saran-saran yang diberikan. DAFTAR PUSTAKA Black., et al.(2005). Medical Surgical Nursing. Clinical Management for positive outcome. St. Louis : Elsevier Inc, 10: 113-124. Freitas S., et al. (2012). Montreal Cognitive Assessment in Influence of Sociodemographic and Health Variable. Archives of Clinical Neuropsyshology,12:165-175. Kaplan., et al (1997). Sumbangan Ilmu Pengetahuan Psikososial Terhadap Perilaku Manusia. Sinopsis Psikiatri. Edisi VII. Jakarta. Binarupa Aksara, 8: 232-38. Kurtzke JF. (1996). Epidemiology . Stroke, Pathophisology, Diagnosis and Management. 1st ed. New York . Churchil Livingstone, 4: 3-19 Niems M.L., Laaksonen R. Kotila, M., Waltimo O. (2007) Quality of Life 4 Years After Stroke. Diakses 27 Januari 2013. Available from: Http:// Strokeahajournal.org. Snell RS. (2001). Clinical Neuroanatomy for Medical Students. 5th. Ed. Washington DC: Lipincott Williams & Wilkins Inc. USA. p 67-70. Strum J.W., et al.(2004). Quality of Life After Stroke. diakses 29 Januari 2013. Available from : http://stroke.ahajournals.org, Patel N.D., et al.(2007). Clinical Determinant of Long-Term Quality of Life After Stroke. Diakses 27 Januari 2013. Available from: Http.//Ageing.Oxfordjournal.org PERDOSSI.(2006). Stroke. Jakarta: Dalam Buku Standar Pelayanan Medik (SPM) dan Standar Operasional Medik. Smeltzer SC., & Bare G. (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia. Lipincott Williams & Wilkins. 1. Tabel 1. Karakteristik sampel Hemisfer kanan No. 1. 2. 3. Hemisfer kiri Uraian Jumlah (orang) % Jumlah (orang) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total 22 13 35 62,9 37,1 100 22 13 35 62,9 37,1 100 Umur 30-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun Total 2 6 27 35 5,7 17,1 77,2 100 1 11 23 35 2,9 31,4 65,7 100 Pekerjaan IRT Wiraswasta Pegawai swasta PNS Pensiunan Petani Buruh Sopir Total 9 0 8 0 6 0 9 3 35 25,7 0 22,9 0 17,1 0 25,7 8,6 100 11 7 4 2 6 2 3 0 35 31,4 20 11,5 5,7 17,1 5,7 8,6 0 100 % Data Primer 2013 2. Tabel 2. Perbandingan gangguan kognitif dengan umur pasien pasca stroke iskemik Gangguan kognitif Jumlah Umur 30-40 41-50 51-60 Total Normal VCI 1 (1,4%) 1(1,4%) 1(1,4%) 3 (4,3%) 7(10%) 7(10%) 4 (5,7%) P Dementia 3(4,3%) 17(24,3%) 23(32.9%) 23(32,9%) 50 (71,4%) 8 (11,4%) 31(44,3%) 31(44,3%) 70(100%) Data Primer 2013 Keterangan : p = hasil uji Chi-square Test 0,618 3. Tabel 3. Perbandingan gangguan kognitif berdasarkan letak lesi pada pasien pasca stroke iskemik. Letak Lesi (Hemisfer) Kanan Kiri Total Gangguan kognitif P Jumlah Normal VCI Dementia 3 (8,6%) 18( 51,4%) 14(40%) 35(100%) 0,45 5 (14,3%) 13(37,1%) 17(48,6%) 35(100%) 8 (11,4%) 31(44,3%) 31(44,3%) 70(100%) Data Primer 2013 Keterangan : p = hasil uji Chi-Square Test 4. Tabel 4. Perbandingan kualitas hidup aspek fisik (PCS) berdasarkan letak lesi pasien pasca stroke iskemik. Kualitas Hidup PCS Baik Hemisfer Kanan Kiri 1(2,9%) 0 Total P 1(1,4%) 0,314 Kurang 34(97,1%) 35(100%) 69(98,6%) Data Primer 2013 Keterangan : p = hasil uji Chi-Square Test 5. Tabel 5. Perbandingan kualitas hidup aspek mental (MCS) berdasarkan letak lesi pasien pasca stroke iskemik Kualitas Hidup MCS Baik Hemisfer Kanan Kiri 0 2 (5.7 %) Kurang 35 (100%) 33 (94.3%) Data Primer 2013 Keterangan : p = hasil uji Chi-Square Test Total P 2(2,9%) 0,151 68(97,1%)