BAB 2 - Nawasis

advertisement
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
BAB
2
Gambaran Umum Wilayah
2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik
2.1.1 Letak Geografis
Secara geografis Kabupaten Konawe Selatan terletak pada koordinat 3˚.58.56’ - 4˚.31.52’
Lintang Selatan, dan 121˚,58’ - 123˚,16’ Bujur Timur.
Batas daerah Kabupaten Konawe Selatan adalah sebagai berikut :
 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lambuya, Pondidaha dan Sampara
Kabupaten Konawe serta Baruga dan Poasia Kota Kendari.
 Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana dan
Lambandia serta Ladongi Kabupaten Konawe Selatan.
 Sebelah selatan berbatasan dengan Pulau Tobea Besar dan Selat Tiworo Kabupaten
Muna dan Kabupaten Buton
 Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda dan Laut Maluku.
Dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Konawe Selatan, wilayah kecamatan dengan
luas terbesar yaitu Kecamatan Kolono sedangkan wilayah kecamatan dengan luas terkecil yaitu
Kecamatan Ranomeeto Barat. Khusus untuk 6 Kecamatan yang masuk dalam wilayah kajian,
yang memiliki luas terbesar yaitu Kecamatan Tinanggea dengan luas 354,74 Km2 sedangkan
yang memiliki luas terkecil yaitu Kecamatan Ranomeeto dengan luas 95,57 Km2.
2.1.2 Kondisi Fisik
a. Kondisi Air Permukaan
Prasarana sumberdaya air untuk memenuhi berbagai kepentingan, utamanya untuk air bersih
dan air irigasi. Pengembangan prasarana sumberdaya air diarahkan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber air permukaan, sumber air tanah dan sumber mata air. Kabupaten Konawe
Selatan mempunyai beberapa sungai besar yang cukup potensial untuk pengembangan
pertanian, irigasi dan pembangkit tenaga listrik seperti : Sungai Lapoa, Sungai Laeya dan Sungai
Roraya. Bendungan irigasi Aporo mengairi sawah ± 2.602 Ha. Selain sungai-sungai yang telah
disebutkan di atas terdapat pula Rawa Aopa yang sangat potensial untuk pengembangan usaha
perikanan darat.
Tabel 2.1: Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Konawe Selatan
Nama DAS
Luas (Ha)
Abeli DS
Adaka
Alalodanga
Andinete DS
Andrakura DS
Awiu Hilir
Baho
Bakutaru DS
Balubuaja
Balubuaja
Batu-Batu
Batusanga
Beleo
Bulenge
868,776
913,616
1121,289
5241,827
2093,811
201,809
446,544
44655,098
317,448
317,448
279,942
1593,566
7,94
530,13
1
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Nama DAS
Bungin
Cempedak Barat
Cempedak Selatan
Cempedak Utara Darat
DAS Kolaro
DAS Lambo DS
DAS Rumbirumbia
DAS Wanggu DS
Demba
Gala
Hari
Kaindi DS
Kajakssing
Kalo-Kalo DS
Kusumouha DS
Labuan Beropa
Lalonduasi
Lambangi
Langgapulu DS
Laonti DS
Lara
Limbuara
Malaringi
Malaringi
Mali Selatan
Mali Utara
Mambomukula
Marompa
Meretumbo
Moolo DS
Moramo DS
Muara Penanggosi
Namu
Osena DS
P. Kalokato
Panggoasi DS
Pesisir Kolono
Pesoa
Pombaleotubungku
Pulo Moramo Besar
Pulo Moramo Kecil
Puupi
Ramburambu
Rodaroda DS
Roraya
Rumbarumba
Soni DS
Tambolosu DS
Luas (Ha)
6,333
355,237
44,863
451,71
551,076
3618,774
650,235
45234,584
439,957
13,634
22,08
1294,934
538,232
2628,513
473,494
595,87
1042,726
911,443
4772,316
10713,232
3,011
1083,18
422,949
1197,873
429,486
690,795
504,352
348,678
5305,926
3540,814
11902,937
829,035
808,014
15787,51
4,269
2046,602
646,433
693,013
1033,964
4,932
1,341
415,717
286,62
10974,567
144864,756
459,661
2254,771
1863,255
2
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Nama DAS
Tanjung Kolono
Tanjung Lainea
Tanjung Lapadi
Tapuwatu DS
Tawatawaro
Tawulamea
Teo
Tinaggoa
Tinanggea DS
Tolambatu
Towulamea
Tuetua
Tumbutumbu
Uwa Tapa
Watukila DS
Watukila DS
Watukila DS
Watunohu
Wawosunggu
Wiao Hilir
Windonu DS
Banggamopeha
Konaweha
Laeya DS
Laeya DS
Laeya DS
Laeya DS
Matambawe
Matambawe
Mondoe DS
Mondoe DS
Mondoe DS
Mondoe DS
Onembute DS
P. Cempedak Utara
P. Cempedak Utara
Sambuli DS
Sambuli DS
Wadongo DS
Wadongo DS
Watunggeakea DS
Watunggeakea DS
Wiawia
Sumber : RTRW Kabupaten Konawe Selatan
Luas (Ha)
360,241
716,603
472,892
243,535
1579,261
1219,201
613,644
731,796
4543,152
4347,52
946,954
375,047
354,33
671,326
1849,363
1849,363
1849,363
343,593
27,037
461,109
4968,74
542,419
697033,396
0,675
2,263
75320,448
17,55
4100,171
2,021
2,03
6728,175
11,122
11,122
4000,019
49,229
11,055
0
2184,236
0,098
1749,071
0,021
339,675
939,284
3
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Peta 2.1: Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Konawe Selatan
4
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
b. Kondisi Iklim dan Curah Hujan
Dari sisi musim Kabupaten Konawe Selatan memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan
musim penghujan. Pada bulan Nopember sampai dengan Maret, angin banyak mengandung uap
air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah sebelumnya melewati beberapa
lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim penghujan. Sekitar bulan April, arus angin
selalu tidak menentu dengan curah hujan kadang-kadang kurang dan kadang-kadang lebih.
Musim ini oleh para pelaut setempat dikenal dengan Musim Pancaroba. Sedangkan pada bulan
Mei sampai dengan Agustus, angin bertiup dari arah Timur yang berasal dari Benua Australia
kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan minimnya curah hujan di daerah ini. Pada
bulan Agustus sampai dengan Oktober terjadi musim Kemarau sebagai akibat perubahan kondisi
alam yang sering tidak menentu, dan keadaan musim juga sering menyimpang dari kebiasaan.
Suhu udara Kabupaten Konawe Selatan dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian dari
permukaan laut dan posisi Kabupaten Konawe Selatan yang berada di daerah khatulistiwa
sehingga terjadi perbedaaan suhu pada wilayah tertentu. Secara keseluruhan, Kabupaten
Konawe Selatan merupakan daerah bersuhu tropis. Menurut data yang diperoleh dari Pangkalan
Udara Wolter Monginsidi, selama tahun 2008 suhu udara maksimum 32oC dan minimum 21oC.
Tekanan udara rata-rata mencapai 1.008,9 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 79
persen. Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu disekitar 4 M/Sec.
Kondisi Curah Hujan dan jumlah hari hujan di Kabupaten Konawe Selatan setiap tahunnya
berbeda, hal ini dapat ditunjukkan dengan data sebagai berikut :
1. Tahun 2013, hari hujan sebanyak 200 hari dengan curah hujan mencapai 2.726,3 mm
2. Tahun 2012, hari hujan sebanyak 182 hari dengan curah hujan mencapai 2.053,3 mm
3. Tahun 2011, hari hujan sebanyak 204 hari dengan curah hujan mencapai 2.427,0 mm
4. Tahun 2010, hari hujan sebanyak 294 hari dengan curah hujan mencapai 3.649,0 mm
5. Tahun 2009, hari hujan sebanyak 183 hari dengan curah hujan mencapai 1.783,0 mm
Selanjutnya secara geologi wilayah Kabupaten Konawe Selatan dibentuk oleh jenis batuan
aluvium berwarna coklat keputih-putihan bercampur pasir halus dan berbatu serta ditutupi
dengan batuan pratersier terdiri dari bantuan batu lempung bergelimer, batu pasir dan kwarsa.
Di bagian pantai batuan pratesier tersebut ditutupi batuan terumbu gamping. Keadaan batuan
yang demikian umumnya tidak melulus air atau kedap air.
c. Wilayah yang Dipengaruhi Pasang Surut (Rob)
Dari sisi musim Kabupaten Konawe Selatan memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan
musim penghujan. Pada bulan Nopember sampai dengan Maret, angin banyak mengandung uap
air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah sebelumnya melewati beberapa
lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim penghujan. Sekitar bulan April, arus angin
selalu tidak menentu dengan curah hujan kadang-kadang kurang dan kadang-kadang lebih.
Musim ini oleh para pelaut setempat dikenal dengan Musim Pancaroba. Sedangkan pada bulan
Mei sampai dengan Agustus, angin bertiup dari arah Timur yang berasal dari Benua Australia
kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan minimnya curah hujan di daerah ini. Pada
bulan Agustus sampai dengan Oktober terjadi musim Kemarau sebagai akibat perubahan kondisi
alam yang sering tidak menentu, dan keadaan musim juga sering menyimpang dari kebiasaan.
Wilayah pasang surut terdapat pada wilayah-wilayah di pesisir pantai. Desa pesisir/tepi laut
adalah desa/kelurahan termasuk nagari atau lainnya yang memiliki wilayah berbatasan langsung
dengan garis pantai/laut (atau merupakan desa pulau) dengan sumber kehidupan rakyatnya
sebagian besar tergantung pada potensi laut.
Kecamatan yang dipengaruhi pasang surut/rob adalah sebagai berikut :
 Kecamatan Laonti, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa Batu
Jaya, desa Namu, desa Malaringgi, desa Tue-Tue, desa Sangi-Sangi, desa Ulusawa, desa
Cempedak, desa Woru-Woru, desa Tambeanga, desa Labotaone, desa Labuan Beropa, desa
Peo Indah, desa Tambolosu, desa Wandaeha dan desa Rumbia-Rumbia.
 Kecamatan Tinanggea, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa
panggosi, desa Tinanggea, desa Akuni, desa Bungin Permai, desa Torokeku, desa Lapulu,
desa Lasuai, dan desa Wadonggo.
5
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
 Kecamatan Kolono, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa Puupi,
desa Tiraosu, desa Matandahi, desa Mataiwoi, desa Andinete, desa Langgolawa, desa
Sawah, desa Kolono, desa Mondae Jaya, desa Awonio, desa Meletumbo, desa Roda, desa
Lamapu, desa Rambu-Rambu, desa Lambangi, desa Tumbu-Tumbu Jaya, desa Ngapawali,
desa Batu Putih, desa Rumba-Rumba, desa Ampera, desa Amolengu, desa Langgapulu, desa
Silea, desa Alosi, desa Pudongi dan desa Ulunese.
 Kecamatan Moramo Utara, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa
Wawatu, desa Tanjung Tiram, desa Lalowaru dan desa Puasana.
 Kecamatan Moramo, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa
Wawosunggu, desa Penambea Barata, desa Lapuko, desa Landipo, desa Lakomea dan desa
Mario Jaya.
 Kecamatan Palangga Selatan, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu
desa Lakara, desa Ulu Lakara, desa Lalowua, desa Koeono, desa Amondo, desa
Watumbohoti, desa Parasi dan desa Mondoe
 Kecamatan Lainea, wilayah desa/kelurahan yang mengalami pasang surut yaitu desa
Lalonggobu, desa Aoreo, desa Watumeeto, desa Pamandati, desa Kaindi, desa Lainea, desa
Matabubu Jaya, desa Molinese, desa Polewali, desa Bangun Jaya, desa Kalo-Kalo dan desa
Ngapa Jaya.
2.1.3 Administratif
Luas wilayah 5.779,47 Km2, atau 15,15 persen dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara
yaitu 38.140 Km2. Sedangkan luas wilayah perairan (laut) adalah mencapai 9.368 Km2, dengan
panjang garis pantai mencapai ± 200 Km. Dengan demikian luas wilayah daratan dan laut mencapai
15.147,47 Km2. Berdasarkan luas tersebut, Kabupaten Konawe Selatan merupakan wilayah
potensial untuk pengembangan sektor pertanian dan kelautan dengan luas daratan 38,15 % dan laut
61,85 %. Dari luas wilayah tersebut Kabupaten Konawe Selatan dibagi dalam 22 (dua puluh dua)
kecamatan, yaitu: Kecamatan Tinanggea, Kecamatan Lalembuu, Kecamatan Andoolo, Kecamatan
Buke, Kecamatan Palangga, Kecamatan Palangga Selatan, Kecamatan Baito, Kecamatan Lainea,
Kecamatan Laeya, Kecamatan Kolono, Kecamatan Laonti, Kecamatan Moramo, Kecamatan Moramo
Utara, Kecamatan Konda, Kecamatan Wolasi, Kecamatan Ranomeeto, Kecamatan Ranomeeto
Barat, Kecamatan Landono, Kecamatan Mowila, Kecamatan Angata, Kecamatan Benua, Kecamatan
Basala. Dari 22 kecamatan tersebut, Kabupaten Konawe Selatan terbagi menjadi 351 desa dan
kelurahan, masing-masing 336 desa dan 15 kelurahan. Kecamatan yang memiliki desa/kelurahan
yang paling banyak adalah Kecamatan Kolono dengan rincian 30 desa dan 1 kelurahan, sedangkan
kecamatan yang memiliki desa/kelurahan yang paling sedikit adalah Kecamatan Wolasi dengan
rincian 7 desa dan 0 kelurahan.
Tabel 2.2: Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan
Luas Wilayah
Jumlah
Nama Kecamatan
Kelurahan/
Desa
Administrasi
(Ha)
(%) thd total
Tinanggea
25
354.74
7.86
Lalembuu
19
204.80
4.54
Andoolo
20
179.08
3.97
Buke
16
185.61
4.11
Palangga
16
177.83
3.94
Palangga Selatan
10
110.21
2.44
Baito
8
152.71
3.38
Lainea
13
210.11
4.65
Laeya
17
277.96
6.16
(Ha)
Terbangun
(%) thd total
6
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Nama Kecamatan
Jumlah
Kelurahan/
Desa
Luas Wilayah
Administrasi
(Ha)
Terbangun
(%) thd total
Kolono
31
467.38
10.35
Laonti
20
406.63
9.01
Moramo
21
237.89
5.27
Moramo Utara
10
189.05
4.19
Konda
17
132.84
2.94
Wolasi
10
160.28
3.55
Ranomeeto
12
96.57
2.14
Ranomeeto Barat
9
76.07
1.69
Landono
22
193.50
4.29
Mowila
20
127.41
2.82
Angata
25
329.54
7.30
Benua
15
138.31
3.06
Basala
9
105.68
Sumber : Konawe Selatan dalam angka 2013
2.34
(Ha)
(%) thd total
7
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Peta 2.2: Peta Administrasi Kabupaten Konawe Selatan
8
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
2.2 Demografi
2.2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Konawe Selatan di Tingkat Kecamatan
Jumlah penduduk Kabupaten Konawe Selatan tahun 2013 adalah 280.595 jiwa. Kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak yakni di
Kecamatan Tinanggea berjumlah 22.676 jiwa. Dengan distribusi penduduk mencapai 8,08% dari seluruh penduduk di Kabupaten Konawe Selatan.
Tabel 2.3: Jumlah Penududuk dan Kepadatan 5 Tahun Terakhir Kabupaten Konawe Selatan
Sumber : Kabupaten Konawe Selatan Dalam Angka 2013
*Wilayah Kajian Buku Putih Sanitasi Kab. Konawe Selatan
9
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
2.2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Kabupaten Konawe Selatan selama lima tahun relatif
cukup baik, yaitu rata-rata setiap tahunnya mencapai angka 1,09 persen. Dalam perencanaan
wilayah laju pertumbuhan penduduk menjadi sangat penting karena berkaitan dengan pembagian
dana pembangunan serta penyiapan infrastrutur wilayah. Oleh karena itu angka pertumbuhan
penduduk selama lima tahun terus kita jaga dan pertahankan, sehingga mencapai angka yang relatif
ideal.
Untuk menentukan proyeksi jumlah penduduk menggunakan rumus geometric, perhitungan
jumlah penduduk dengan rumus ini menggunakan dasar bunga majemuk pertumbuhan penduduk
(bunga berbunga), dengan rumus sebagai berikut :
Rumus Rasio Pertumbuhan Penduduk:
Pt t
r=
-1
Po
Rumus Pertambahan Penduduk:
PP = r x Pt
Rumus Proyeksi Penduduk:
Proyeksi Penduduk n+1 =Jumlah Penduduk x Pertambahan penduduk
Keterangan :
r = rasio pertumbuhan;
Pt = Jumlah penduduk tahun n;
Po = jumlah penduduk tahun n-1;
PP = Pertumbuhan Penduduk
n = Tahun Berjalan
10
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Tabel 2.4: Jumlah penduduk saat ini dan proyeksi untuk 5 tahun Kabupaten Konawe Selatan
Sumber : Kabupaten Konawe Selatan Dalam Angka 2013
11
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah
Perekonomian Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2005 memperlihatkan pertumbuhan yang terus
meningkat kemudian berfluktuasi sejak tahun 2006 hingga 2013 dengan besaran positif, demikian pula yang
terjadi terhadap perekonomian domestik Sulawesi Tenggara dan juga di Kabupaten Konawe Selatan.
Perekonomian Sulawesi Tenggara selama tahun 2000 dipandang relatif stabil dengan pertumbuhan
PDRB sebesar 5,27 persen dan inflasi sebesar 11,25 persen. Dengan kondisi tersebut dapat dinyatakan
bahwa struktur ekonomi tahun 2000 telah berbeda dengan tahun 1993, demikian halnya yang terjadi di
Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Tenggara.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Selatan ditunjukkan oleh kenaikan nilai Produk Domestik
Ragional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Selatan
menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi Konawe Selatan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 selalu di atas lima
persen dan tahun 2013 pertumbuhannya 7,48 persen.
Hal tersebut diatas dapat dilihat dari rekapitulasi Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Kabupaten Konawe Selatan sebagai berikut :
Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009-2013
No
A
a.1
a.1.1
a.1.2
Realisasi Anggaran
Pendapatan (a.1 + a.2
+ a.3)
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Pajak daerah
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
pertumbuhan
443,962,871,000
490,646,160,000
581,012,861,000
665,029,258,000
792,489,277,000
16%
11,933,848,000
12,848,680,000
12,449,694,000
18,035,017,000
24,762,477,000
22%
1,635,750,000
1,955,750,000
1,774,372,000
3,052,194,000
2,979,986,000
20%
4,763,098,000
5,607,930,000
4,412,579,000
4,604,818,000
8,350,584,000
21%
1,470,000,000
1,360,000,000
2,035,129,000
3,320,176,000
4,519,772,000
35%
4,065,000,000
3,925,000,000
4,227,614,000
7,057,829,000
8,912,135,000
24%
423,857,823,000
437,993,147,000
454,528,385,000
593,033,898,000
695,885,279,000
14%
30,055,283,000
30,235,283,000
35,142,660,000
44,307,811,000
59,251,701,000
19%
a.2.1
Retribusi daerah
Hasil pengolahan
kekayaan daerah yang
dipisahkan
Lain-lain pendapatan
daerah yang sah
Dana Perimbangan
(Transfer)
Dana bagi hasil
a.2.2
Dana alokasi umum
321,258,540,000
355,904,364,000
362,035,225,000
481,737,617,000
538,654,988,000
14%
a.2.3
Dana alokasi khusus
Lain-lain Pendapatan
yang Sah
Hibah
72,544,000,000
51,853,500,000
57,350,500,000
66,988,470,000
97,978,590,000
11%
8,171,200,000
39,804,333,000
114,034,782,000
53,960,343,000
71,841,521,000
139%
1,500,000,000
500,000,000
-
-
105,000,000
0%
Dana darurat
Dana bagi hasil pajak
dari provinsi kepada
kab./kota
Dana penyesuaian dan
dana otonomi khusus
Bantuan keuangan dari
provinsi/pemerintah
daerah lainnya
Pendapatan lainnya
-
-
-
-
0%
a.1.3
a.1.4
a.2
a.3
a.3.1
a.3.2
a.3.3
a.3.4
a.3.5
a.3.6
1,571,200,000
1,571,200,000
4,360,254,000
5,778,875,000
11,264,682,000
76%
3,000,000,000
33,352,405,000
104,469,098,000
44,475,787,000
52,791,604,000
297%
2,100,000,000
4,380,728,000
4,572,564,000
3,411,293,000
7,646,385,000
53%
-
-
632,866,000
294,388,000
33,850,000
0%
12
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
No
B
Realisasi Anggaran
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
pertumbuhan
467,628,556,000
502,651,031,000
575,071,685,000
647,393,220,000
757,065,040,000
13%
227,135,282,000
304,340,350,000
333,265,150,000
346,986,149,000
363,833,869,000
13%
203,420,282,000
241,450,519,000
286,232,643,000
312,669,042,000
327,890,478,000
13%
b.1.1
Belanja (b1 + b.2)
Belanja Tidak
Langsung
Belanja pegawai
b.1.2
Bunga
-
-
-
-
-
0%
b.1.3
Subsidi
-
-
-
-
-
0%
b.1.4
Hibah
800,000,000
28,429,240,000
18,878,040,000
500,000,000
170,000,000
814%
b.1.5
Bantuan sosial
2,920,000,000
1,698,385,000
1,053,102,000
8,327,000,000
4,320,000,000
141%
b.1.6
Belanja bagi hasil
-
-
-
-
-
0%
b.1.7
Bantuan keuangan
14,995,000,000
31,507,928,000
27,101,365,000
25,223,021,000
30,453,391,000
27%
b.1.8
Belanja tidak terduga
5,000,000,000
1,254,278,000
-
267,086,000
1,000,000,000
0%
b.2
Belanja Langsung
240,493,274,000
198,310,681,000
241,806,535,000
300,407,071,000
393,231,171,000
15%
b.2.1
Belanja pegawai
Belanja barang dan
jasa
Belanja modal
22,098,356,000
14,574,611,000
13,030,640,000
21,827,941,000
24,343,303,000
9%
90,745,639,000
71,785,230,000
100,596,295,000
128,154,801,000
164,595,851,000
19%
127,649,279,000
111,950,840,000
128,179,600,000
150,424,329,000
204,292,017,000
14%
23,665,685,000
5,067,381,000
7,662,813
6,075,029,000
21,978,733,000
19816%
27,165,685,000
5,067,381,000
15,662,970,000
7,575,029,000
23,663,733,000
72%
3,500,000,000
-
8,000,157,000
1,500,000,000
1,685,000,000
0%
13,603,989
23,711,049
58,402,971
0%
5,941,176,000
17,636,038,000
35,424,237,000
25%
b.1
b.2.2
b.2.3
C
c.2.1
c.2.2
D
Pembiayaan
Penerimaan
Pembiayaan Daerah
Pengeluaran
Pembiayaan Daerah
Silpa (Sisa Lebih
Pembiayaan Tahun
Berkenaan)
Surplus/Defisit Anggaran (AB)
(23,665,685,000)
(12,004,871,000)
Sumber : Realisasi APBD tahun 2009-2013
13
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Belanja modal sanitasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Konawe Selatan terdapat
pada tabel berikut :
Tabel 2.6: Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009-2013
No
2009
1
1.a
1.b
2
2.a
2.b
4
4.a
4.b
5
5.a
5.b
PU-CK
2010
0
Investasi
operasional/pemeliharaan
(OM)
KLH
Investasi
operasional/pemeliharaan
(OM)
Dinkes
Investasi
operasional/pemeliharaan
(OM)
Bappeda
2011
0
2012
0
8
Belanja Sanitasi
(1+2+3+…n)
9
Pendanaan investasi
sanitasi Total
(1a+2a+3a+…na)
2013
4,102,587,350
0
4,102,587,350
0
0
0
0
195,793,000
0
195,793,000
0
0
0
0
47,029,000
0
47,029,000
0
0
0
0
Investasi
operasional/pemeliharaan
(OM)
0
0
0
0
-
-
-
4,345,409,350
-
-
-
-
4,345,409,350
-
-
-
-
-
-
240,493,274,000
198,310,681,000
241,806,535,000
300,407,071,000
393,231,171,000
0%
0%
0%
1%
0%
10
Pendanaan OM
(1b+2b+3b+…nb)
11
Belanja Langsung
12
Proporsi Belanja
Sanitasi – Belanja
Langsung(8/11)
13
Proporsi Investasi
Sanitasi – Total Belanja
Sanitasi (9/8)
100%
14
Proporsi OM Sanitasi –
Total Belanja Sanitasi
(10/8)
0%
Sumber
Rata2
pertumbuh
an
Tahun
SKPD
: Realisasi APBD tahun 2009-2013, diolah
14
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Pendanaan sanitasi yang di biayai oleh APBD Kabupaten Konawe Selatan telah mencapai 4 Milyar
dengan rincian pendanaan sebagai berikut :
Tabel 2.7: Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009-2013
No
1.1
Belanja Sanitasi ( 1.1 +
1.2 + 1.3 + 1.4 )
Air Limbah Domestik
1.2
Sampah rumah tangga
1.3
Drainase perkotaan
1.4
PHBS
1
2
2.1
2.2
2.3
Belanja Sanitasi (Rp.)
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
0
0
0
4,345,409,350
0
Rata-rata
Pertumbuhan
1,992,605,850
6,043,000
2,299,731,500
47,029,000
Dana Alokasi Khusus (
2.1 + 2.2 + 2.3 )
DAK Sanitasi
72,544,000
51,853,500
57,350,500
66,988,470
97,978,590
72,544,000
51,853,500
57,350,500
66,988,470
97,978,590
DAK Lingkungan Hidup
DAK Perumahan dan
Permukiman
3
Pinjaman/Hibah untuk
Sanitasi
4
Bantuan Keuangan
Provinsi untuk Sanitasi
Belanja APBD murni untuk
Sanitasi (1-2-3)
Total Belanja Langsung
4,278,420,880
240,493,274,000
198,310,681,000
241,806,535,000
300,407,071,000
% APBD murni terhadap
Belanja Langsung
Sumber
393,231,171,000
70.21
: Realisasi APBD tahun 2009-2013, diolah
Tabel 2.7: Belanja Sanitasi per Kapita Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009-2013
No
Deskripsi
1
Total Belanja Sanitasi
Kabupaten/Kota
2
Jumlah Penduduk
Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2)
Sumber
Tahun
n-4
n-3
240,493,274,000
198,310,681,000
244,046
985,442
n-2
Rata-rata
n-1
n
241,806,535,000
300,407,071,000
393,231,171,000
274,849,746,400
264,587
269,853
275,234
280,595
266,863
749,510
896,068
1,091,461
1,401,419
1,024,780
: Realisasi APBD dan BPS tahun 2009-2013, diolah
15
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Di Kabupaten Konawe Selatan hingga saat ini belum ada perda yang mengatur tentang realisasi
retribusi terkait sanitasi tetapi dengan melihat kondisi sanitasi saat ini maka Kabupaten Konawe Selatan
dapat memiliki potensi retribusi terkait sanitasi yang dapat diuraikan pada tabel sebagi berikut :
Tabel 2.9: Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi per kapita
No
Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)
SKPD
2009
2010
2011
2012
2013
Pertumbuhan
(%)
1
Retribusi Air Limbah
1.a
Realisasi retribusi
0
0
0
0
0
0.0%
1.b
Potensi retribusi
87,168,000
95,659,200
97,524,800
99,708,000
101,450,400
3.9%
2
Retribusi Sampah
2.a
Realisasi retribusi
0
0
0
0
0
0.0%
2.b
Potensi retribusi
1,089,600,000
1,195,740,000
1,219,060,000
1,246,350,000
1,268,130,000
3.9%
3
Retribusi Drainase
3.a
Realisasi retribusi
0
0
0
0
0
0.0%
3.b
Potensi retribusi
217,920,000
239,148,000
243,812,000
249,270,000
253,626,000
3.9%
4
Total Realisasi Retribusi
Sanitasi (1a+2a+3a)
0
0
0
0
0
0.0%
5
Total Potensi Retribusi
Sanitasi (1b+2b+3b)
1,394,688,000
1,530,547,200
1,560,396,800
1,595,328,000
1,623,206,400
3.9%
6
Proporsi Total Realisasi –
Potensi Retribusi Sanitasi
(4/5)
-
-
-
-
-
0.0%
Peta perekonomian Kabupaten Konawe Selatan dapat dilihat dari keadaan Produk Domestik Regional
Bruto harga konstan, pendapatan perkapita Kabupaten Konawe Selatan dan juga pertumbuhan ekonominya
yang dapat dirincikan pada tabel berikut :
Tabel 2.10: Peta Perekonomian Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009-2013
No
1
2
3
Deskripsi
PDRB harga konstan (struktur
perekonomian) (Rp.)
Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota
(Rp.)
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Sumber
Tahun
2009
2012
2011
2012
2013
940,558.87
1,031,997.57
1,115,137.90
1,218,053.76
1,309,173.04
8,968,841.36
9,927,159.39
10,962,404.86
12,234,814.04
13,453,912.93
11.68
9.72
8.06
9.23
7.48
: PDRB Kabupaten Konawe Selatan tahun 2009-2013, diolah
16
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
2.4 Tata Ruang Wilayah
Tujuan penataan ruang daerah adalah untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman,
produktif, berkelanjutan, maju, mandiri dan lestari dengan berbasis pada sektor minapolitan dan
agropolitan.
2.4.1
Rencana Kawasan Strategis
(1)
Strategi dalam mewujudkan pengembangan wilayah berbasis konsep minapolitan dan
agropolitan, terdiri atas :
a. mengembangkan kawasan pusat pengembangan minapolitan dan agropolitan;
b. meningkatan infrastruktur penunjang kawasan minapolitan dan agropolitan;
c. meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan minapolitan dan agropolitan; dan
d. menetapkan sentra kawasan minapolitan dan agropolitan.
(2)
Strategi dalam mewujudkan pengendalian kawasan agropolitan dan minapolitan secara ketat,
terdiri atas :
a. menetapkan kawasan pertanian potensial;
b. mengoptimalkan kawasan pertanian lahan basah;
c. mengoptimalkan kawasan pertanian lahan kering;
d. mengembangkan lahan sawah baru pada kawasan potensial;
e. melakukan perlindungan terhadap alih fungsi lahan pertanian potensial;
f. menetapkan kawasan minapolitan;
g. mengembangkan kawasan minapolitan secara terintegrasi;
h. meningkatkan kelestarian sumberdaya laut; dan
i. mengintegrasikan kawasan unggulan agropolitan dan minapolitan.
(3)
Strategi dalam mewujudkan pengembangan kawasan kota terpadu mandiri berbasis potensi
wilayah, terdiri atas :
a. mengembangkan kawasan kota terpadu mandiri;
b. mensinergikan program pembangunan kota terpadu mandiri dengan pihak-pihak terkait
berdasarkan tugas pokok dan fungsi serta berdasarkan kewenangan; dan
c. mengembangkan kawasan kota terpadu mandiri secara terintegrasi.
(4)
Strategi dalam mewujudkan penataan kawasan pertambangan yang berbasis lingkungan,
terdiri atas :
a. melaksanakan penataan dan mengalokasikan kawasan pertambangan;
b. mengembangkan pusat industri pertambangan sebagai suatu kawasan pertambangan dan
pengolahan bahan tambang secara terpadu;
c. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung guna menunjang aksesibilitas pusat
kawasan industri pertambangan dengan usaha ekonomi pada wilayah sekitar;
d. mengintegrasikan usaha-usaha untuk mendukung pengembangan pusat industri
pertambangan dengan usaha-usaha ekonomi masyarakat sekitar;
e. mengembangkan sistem pengelolaan lingkungan secara preventif maupun kuratif sebelum
dan sesudah eksplorasi bahan tambang dan limbah pabrik pengolahan;
f. mengembalikan rona alam melalui pengembangan kawasan hutan, atau kawasan budidaya
seperti tanaman jarak atau tanaman yang berfungsi merehabilitasi lahan pada area bekas
penambangan;
g. meningkatkan nilai ekonomis hasil pertambangan melalui pengolahan hasil tambang;
h. mencegah galian liar terutama pada kawasan yang membahayakan lingkungan;
17
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
i. pada kawasan tambang bernilai ekonomis tinggi yang berada pada kawasan lindung atau
permukiman, kegiatan penambangan yang akan dilakukan harus melakukan kajian
kelayakan ekologis dan lingkungan, ekonomis dan sosial; dan
j. mengelola lingkungan kawasan pertambangan.
(5)
Strategi dalam mewujudkan penataan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan sistem
perkotaan yang menunjang sistem pemasaran hasil pertanian, perikanan dan pelayanan dasar
masyarakat, terdiri atas :
a. menetapkan simpul hierarki pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah;
b. memantapkan fungsi simpul-simpul wilayah; dan
c. memantapkan keterkaitan antar simpul-simpul wilayah dan interaksi antara simpul wilayah
dengan kawasan perdesaan sebagai kawasan pendukung.
(6)
Strategi dalam mewujudkan pengembangan infrastruktur wilayah yang mendukung sistem
minapolitan, agropolitan dan kota terpadu mandiri, terdiri atas :
a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan
transportasi darat, laut dan udara;
b. mengembangkan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi;
c. meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan
secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;
d. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan
sumberdaya air; dan
e. mengembangkan sarana dan prasarana guna mendukung pengembangan dan
aksesibilitas ke pusat-pusat kegiatan agropolitan, minapolitan dan kota terpadu mandiri.
(7)
Strategi dalam mewujudkan pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung lahan,
daya tampung kawasan dan aspek konservasi sumberdaya, terdiri atas :
a. mempertahankan luasan kawasan hutan konservasi dan hutan lindung;
b. mengembangkan ruang terbuka hijau pada kawasan lindung bantaran sungai, ruang
evakuasi bencana alam dan kawasan perlindungan bawahan; dan
c. melestarikan sumber air dan mengembangkan sistem cadangan air untuk musim kemarau.
(8)
Strategi dalam mewujudkan pengembangan kawasan budidaya dengan menumbuhkan
kearifan lokal dan memperhatikan aspek, terdiri atas :
a. mengendalikan pengelolaan kawasan hutan produksi;
b. mengembangkan usaha pertanian dalam arti luas secara terpadu;
c. mengembangkan usaha pertambangan yang berbasis lingkungan;
d. mengembangkan dan memberdayakan industri besar, industri kecil dan industri rumah
tangga;
e. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa; dan
f. mengembangkan kawasan permukiman.
(9)
Strategi dalam peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara, terdiri
atas :
a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar
aset-aset pertahanan dan keamanan;
c. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar aset-aset
pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan
d. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan/TNI.
18
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
(10) Strategi dalam pengendalian dan penataan kawasan lindung secara ketat dengan
memperhatikan aspek, terdiri atas :
a. mengembalikan fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan melalui penanganan
secara teknis dan vegetative;
b. mempertahankan kawasan resapan air;
c. meningkatkan peran serta masyarakat sekitar kawasan untuk ikut serta dalam pelestarian
kawasan lindung;
d. melestarikan kawasan yang termasuk sekitar daerah aliran sungai dengan pengembangan
hutan atau perkebunan tanaman keras; dan
e. meningkatkan kesadaran akan lingkungan melalui pendidikan, pariwisata, penelitian dan
kerjasama pengelolaan kawasan.
(11) Strategi dalam penataan wilayah mitigasi bencana dalam mengurangi resiko bencana, terdiri
atas :
a. mewujudkan lingkungan hidup yang lebih berkualitas bagi masyarakat;
b. membangun sarana dan prasarana sistem peringatan dini serta berbagai fasilitas untuk
perlindungan dan penyelamatan apabila terjadi bencana alam;
c. memulihkan dan meningkatkan kegiatan pertanian dan perikanan;
d. membangun daerah penyangga sesuai dengan karakter pantai;
e. melakukan pembenahan wilayah rawan bencana;
f. merehabilitasi tanah yang rawan longsor;
g. mengamankan fungsi kawasan hutan;
h. rehabilitasi sumber air;
i. membangun sistem peringatan dini secara terintegrasi;
j. meningkatkan kepedulian masyarakat dalam mengatasi bencana; dan
k. melibatkan masyarakat dalam pembangunan bidang sumberdaya alam dan lingkungan
hidup.
(12) Strategi dalam peningkatan sistem jaringan energi dalam rangka peningkatan kesejahteraan
dan kemakmuran, terdiri atas :
a. optimalisasi tingkat pelayanan energi meliputi perluasan jaringan energi, pengembangan
sumberdaya energi, pengembangan jaringan energi baru, peningkatan infrastruktur
pendukung, penambahan dan perbaikan sistem jaringan energi dan peningkatan serta
optimalisasi pelayanan energi;
b. perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa meliputi peningkatan jaringan listrik
pada wilayah pelosok, pengembangan sistem jaringan energi baru melalui mikro hidro; dan
c. peningkatan kapasitas dan pelayanan melalui pengembangan sumber listrik, peningkatan
kapasitas sumber listrik, peningkatan efisiensi pemakaian listrik dan pengembangan
sumber energi terbarukan.
(13) Strategi pengembangan kawasan pariwisata dalam mendukung sistem minapolitan dan, terdiri
atas :
a. mengembangkan infrastruktur kawasan pariwisata berbasis minapolitan dan agropolitan;
b. meningkatkan promosi sektor pariwisata dengan Kabupaten Konawe Selatan menjadi
tujuan pariwisata daerah; dan
c. melibatkan masyarakat lokal dalam mengembangkan sektor pariwisata.
19
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
2.4.2
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Konawe Selatan
Pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Konawe Selatan terdiri atas Pusat Kegiatan Lokal
(PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan, yang tersebar di
beberapa kecamatan yaitu :
a. PKL yaitu Kecamatan Andoolo sebagai ibukota kabupaten.
b. PPK, terdiri atas :
 Tinanggea di Kecamatan Tinanggea;
 Kolono di Kecamatan Kolono;
 Atari Jaya di Kecamatan Lalembuu;
 Punggaluku di Kecamatan Laeya;
 Ranomeeto di Kecamatan Ranomeeto;
 Mowila di Kecamatan Mowila;
 Moramo di Kecamatan Moramo; dan
 Konda di Kecamatan Konda.
c. PPL, terdiri atas :
 Baito di Kecamatan Baito;
 Sangi-Sangi di Kecamatan Laonti;
 Basala di Kecamatan Basala;
 Benua di Kecamatan Benua;
 Motaha di Kecamatan Angata;
 Buke di Kecamatan Buke;
 Wolasi di Kecamatan Wolasi;
 Lakara di Kecamatan Palangga Selatan;
 Palangga di Kecamatan Palangga;
 Lalowaru di Kecamatan Moramo Utara;
 Pamandati di Kecamatan Lainea;
 Lameuru di Kecamatan Ranomeeto Barat; dan
 Landono di Kecamatan Landono.
Selain pusat-pusat kegiatan terdapat sistem jaringan prasarana utama di daerah, terdiri
atas :
 sistem jaringan transportasi darat;
 sistem jaringan transportasi laut; dan
 sistem jaringan transportasi udara.




Adapun system jaringan prasarana lainnya adalah sebagi berikut :
sistem jaringan energi
sistem jaringan telekomunikasi
sistem jaringan sumberdaya air
sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
20
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Peta 2.3: Rencana Struktur Ruang Kabupaten Konawe Selatan
21
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
2.4.3
Rencana Pola Ruang Kabupaten Konawe Selatan
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya.
a. Kawasan lindung terdiri atas :
 Kawasan hutan lindung
 Kawasan perlindungan setempat
 Kawasan suaka alam dan pelestarian alam
 Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
 Kawasan rawan bencana alam
 Kawasan geologi
Kawasan lindung ditetapkan seluas 44.251 (empat puluh empat ribu dua ratus lima
puluh satu) hektar terdapat di Kecamatan Moramo, Moramo Utara, Kolono, Lainea,
Konda, Ranomeeto, Wolasi, Baito, Landono, Mowila, Buke, Palangga Selatan dan
Tinanggea.
b. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas :
 Sempadan pantai
 Sempadan sungai
 Kawasan sekitar waduk
 Ruang terbuka hijau
c. Kawasan suaka alam dan pelestarian alam, terdiri atas :
 Kawasan suaka margasatwa
 Kawasan taman nasional
d. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, terdiri atas :
 situs makam Raja Silondae di Kecamatan Andoolo
 situs makam Pejuang Lamarota di Kecamatan Tinanggea
 situs makam Pejuang Laulewulu di Kecamatan Mowila
 situs makam Pejuang Lapadi di Kecamatan Lainea
 situs makam Pejuang Tongasa di Kecamatan Palangga
 situs makam Pejuang Polingai di Kecamatan Palangga
 situs makam Pejuang Tawulo di Kecamatan Laeya;
 situs makam Pejuang Lababa di Kecamatan Lalembuu
 situs Benteng Lapadi di Kecamatan Lainea
 situs Goa Jepang di Kecamatan Laeya.
e. Kawasan lindung geologi, terdiri atas :
 kawasan rawan bencana alam geologi;
 kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; dan
 kawasan Karst.
f. Kawasan budidaya, terdiri atas :
 kawasan peruntukan hutan produksi;
 kawasan hutan rakyat;
 kawasan peruntukan pertanian;
 kawasan peruntukan perikanan;
 kawasan peruntukan pertambangan;
 kawasan peruntukan industri;
 kawasan peruntukan pariwisata;
 kawasan peruntukan permukiman; dan
 kawasan peruntukan lainnya.
g. Kawasan peruntukkan hutan produksi, terdiri atas :
 kawasan peruntukan hutan produksi terbatas; dan
22
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
 kawasan peruntukan hutan produksi tetap.
Kawasan hutan rakyat direncanakan seluas 4.639,95 (empat ribu enam ratus tiga puluh
Sembilan koma Sembilan puluh lima) hektar terdapat di kecamatan Laeya, Lainea,
Palangga, Palangga Selatan, Baito, Buke, Kolono dan Andoolo
Kawasan peruntukkan pertanian, terdiri atas :
 kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan;
 kawasan peruntukan hortikultura dan perkebunan; dan
 kawasan peruntukan peternakan.
Kawasan peruntukkan perikanan, terdiri atas :
 kawasan peruntukan perikanan tangkap;
 kawasan peruntukan perikanan budidaya;
 kawasan pengolahan hasil perikanan;
 kawasan minapolitan; dan
 kawasan pulau-pulau kecil.
Kawasan peruntukkan pertambangan, terdiri atas :
 Wilayah Usaha Pertambangan (WUP);
 Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR); dan
 Wilayah Pencadangan Negara (WPN).
Kawasan peruntukkan industry mikro, kecil dan menengah, terdiri atas :
 kawasan peruntukan industri besar; dan
 kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah.
Kawasan peruntukkan pariwisata, terdiri atas :
 kawasan peruntukan pariwisata alam laut/bahari;
 kawasan peruntukan pariwisata alam pegunungan/hutan;
 kawasan peruntukan pariwisata budaya dan sejarah; dan
 kawasan peruntukan pariwisata buatan.
Kawasan peruntukkan permukiman, terdiri atas :
 kawasan peruntukan permukiman perkotaan; dan
 kawasan peruntukan permukiman perdesaan.
Kawasan peruntukkan lainnya, terdiri atas :
 kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
 kawasan peruntukan perkantoran; dan
 kawasan ruang evakuasi bencana.
23
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Peta 2.4: Rencana Pola Ruang Kabupaten Konawe Selatan
24
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
2.4.4
Wilayah Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami
bencana alam, terdiri atas :
a. Kawasan rawan longsor, tersebar di :
 Kecamatan Laonti yaitu di Desa Laonti, Labuan Beropa, Batu Jaya, Tambolosu,
Woru-Woru, Baho dan Namu;
 Kecamatan Kolono yaitu di Desa Lamotau, Ulusena dan Tiraosu;
 Kecamatan Lainea yaitu di Desa Lainea dan Bangun Jaya;
 Desa Anduna Kecamatan Laeya;
 Desa Boro-Boro Kecamatan Ranomeeto;
 Desa Mata Wolasi Kecamatan Wolasi;
 Desa Tanea Kecamatan Konda;
 kompleks perkantoran Andoolo di Kecamatan Andoolo;
 Desa Arongo Kecamatan Landono; dan
 Desa Tambosupa Kecamatan Moramo.
b. Kawasan rawan banjir terdapat pada lokasi yang berpotensi terkena dampak luapan
sungai Roraya, Sungai Laeya, Sungai Bakutaru, Sungai Roda, Sungai Awunio, Sungai
Aosole dan Rawa Aopa Watumohai yaitu Kecamatan Tinanggea, Andoolo, Baito, Buke,
Laeya, Kolono, Palangga, Angata, Laonti dan Morami.
c. Kawasan rawan angin putting beliung terdapat di Kecamatan Lainea, Moramo Utara,
Lalembuu, Tinanggea, Landono, Andoolo, Angata, Mowila dan Konda.
2.5 Sosial dan Budaya
2.5.1 Fasilitas Pendidikan
Partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan, tergambarkan dari terdapatnya penduduk
yang bersekolah atau adanya proporsi penduduk yang bersekolah pada setiap jenjang usia
pendidikan serta penduduk yang bersekolah pada setiap jenjang pendidikan tepat pada waktunya
yang terukur dengan angka partisipasi murni (APM).
Selain pendidikan formal pemerintah Konawe Selatan telah menunjang fungsi pendidikan
melalui pendidikan anak usia dini, di wilayah Kabupaten Konawe Selatan berdasarkan basis Dinas
Pendidikan tahun 2009 tersedia sarana pembelajaran di tingkat taman kanak-kanak yang secara total
peran swasta masih dominan. Untuk menunjang terlaksananya operasional kegiatan di taman kanakkanak, Pemerintah Daerah telah memberikan bantuan-bantuan berupa alat bermain.
Dalam penyelenggaraan Pendidikan non formal, maka dukungan pemerintah Kabupaten
Konawe Selatan dilaksanakan melalui penyelenggaraan kursus pendidikan luar sekolah, pembinaan
generasi muda, pembinaan olahraga pelajar dan masyarakat.
Pendidikan Luar Sekolah dilaksanakan melalui penyelenggaraan kejar paket A setara SD,
kejar paket B setara SMP dan kejar paket C setara SMA/ SMK, kursus, Pendidikan Luar Sekolah
dan Masyarakat, Penyelenggaraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, kegiatan sanggar serta
mendorong kegiatan berbagai kursus yang dilaksanakan oleh suatu lembaga/yayasan.
Permasalahan yang masih nampak dalam penyelenggaraan pendidikan Luar Sekolah adalah
masih perlu adanya peningkatan kegiatan kejar paket disemua tingkatan dalam rangka mendorong
meningkatan pengetahuan penduduk.
25
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Untuk mengetahui jumlah fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten Konawe Selatan maka
akan diuraikan melalui tabel berikut :
Tabel 2.11: Jumlah Fasilitas Pendidikan yang Tersedia di Kabupaten Konawe Selatan
Jumlah Fasilitas Pendidikan
Nama Kecamatan
Umum
Agama
SD
SLTP
SMA
Tinanggea
14
6
3
Lalembuu
17
7
2
Andoolo
19
5
5
Buke
18
5
2
Palangga
17
3
1
Palangga Selatan
11
3
3
Baito
10
3
1
Lainea
13
5
2
Laeya
18
4
2
Kolono
21
5
2
Laonti
15
6
2
Moramo
17
6
3
Moramo Utara
11
3
1
Konda
16
5
2
Wolasi
6
2
1
Ranomeeto
11
3
1
Ranomeeto Barat
9
2
1
Landono
16
3
1
Mowila
11
3
1
Angata
21
6
3
Benua
10
2
1
Basala
Sumber
SMK
MI
MTs
MA
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
6
1
1
: Kecamatan Dalam Angka Kab. Konawe Selatan 2013
2.5.1 Penduduk Miskin
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis kemiskinan makanan (GKM) merupakan nilai
pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per
kapita perhari. Garis kemiskinan non-makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya. Sejak Desember
1998 digunakan standar kemiskinan baru yang merupakan penyempurnaan standar yang
lama. Penyempurnaan ini meliputi perluasan cakupan komoditi yang diperhitungkan dalam
kebutuhan dasar. Disamping itu penyempurnaan juga dilakukan dengan mempertimbangkan
keterbandingan antar daerah (provinsi serta perkotaan-perdesaan) dan antar waktu yang
disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat harga antar daerah yaitu dengan cara melakukan
standarisasi harga terhadap harga di DKI Jakarta. Penyempurnaan standar kemiskinan ini
diharapkan dapat mengukur tingkat kemiskinan secara lebih realistis.
26
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit yang menyangkut
tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar, yaitu usia hidup,
pendidikan dan standar hidup layak. IPM juga digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan
pencapaian terhadap sasaran ideal yang disebut reduksi shortfall per tahun. Angka ini
mengukur rasio pencapaian kesenjangan antara jarak yang sudah ditempuh dengan yang
harus ditempuh untuk mencapai kondisi ideal. Reduksi shortfall disebut juga suatu
kepekaan terhadap perlakuan yang diberikan berkaitan dengan pembangunan manusia.
Tabel 2.12: Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan Kabupaten Konawe Selatan
Nama Kecamatan
Jumlah Keluarga Miskin (KK)
Tinanggea
Belum ada data Akurat
Lalembuu
Belum ada data Akurat
Andoolo
Belum ada data Akurat
Buke
Belum ada data Akurat
Palangga
Belum ada data Akurat
Palangga Selatan
Belum ada data Akurat
Baito
Belum ada data Akurat
Lainea
Belum ada data Akurat
Laeya
Belum ada data Akurat
Kolono
Belum ada data Akurat
Laonti
Belum ada data Akurat
Moramo
Belum ada data Akurat
Moramo Utara
Belum ada data Akurat
Konda
Belum ada data Akurat
Wolasi
Belum ada data Akurat
Ranomeeto
Belum ada data Akurat
Ranomeeto Barat
Belum ada data Akurat
Landono
Belum ada data Akurat
Mowila
Belum ada data Akurat
Angata
Belum ada data Akurat
Benua
Belum ada data Akurat
Basala
Belum ada data Akurat
Sumber : BAPPEDA Konawe Selatan
27
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Di Kabupaten Konawe Selatan tiap rumah tangga rata-rata terdiri dari 4 (empat) jumlah
penduduk dan setiap rumah biasanya dihuni lebih dari satu kepala keluarga. Untuk mengetahui
jumlah rumah yang ada di tiap kecamatan maka akan dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 2.12: Jumlah Rumah per Kecamatan Kabupaten Konawe Selatan
Nama Kecamatan
Jumlah Rumah
Tinanggea
Belum ada data Akurat
Lalembuu
Belum ada data Akurat
Andoolo
Belum ada data Akurat
Buke
Belum ada data Akurat
Palangga
Belum ada data Akurat
Palangga Selatan
Belum ada data Akurat
Baito
Belum ada data Akurat
Lainea
Belum ada data Akurat
Laeya
Belum ada data Akurat
Kolono
Belum ada data Akurat
Laonti
Belum ada data Akurat
Moramo
Belum ada data Akurat
Moramo Utara
Belum ada data Akurat
Konda
Belum ada data Akurat
Wolasi
Belum ada data Akurat
Ranomeeto
Belum ada data Akurat
Ranomeeto Barat
Belum ada data Akurat
Landono
Belum ada data Akurat
Mowila
Belum ada data Akurat
Angata
Belum ada data Akurat
Benua
Belum ada data Akurat
Basala
Belum ada data Akurat
Sumber : BAPPEDA Konawe Selatan
2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah sebagai perangkat daerah disesuaikan dengan
cakupan tugas, fungsi, peran dan kewenangan yang dimiliki, karakteristik dan kebutuhan daerah serta
pengembangan pola kerja sama dan koordinasi antar daerah. Untuk menjelaskan lebih rinci tentang struktur
organisasi pemerintaha Kabupaten Konawe Selatan maka akan dirincikan dalam struktur organisasi sebagai
berikut :
28
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Gambar 2.1: Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan
STRUKTUR ORGANISASI
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN
29
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah pemerintah Kabupaten Konawe Selatan yang masuk dalam
Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi adalah sebagai berikut : Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
Selatan, Dinas Pekerjaan Umum (Bidang Cipta Karya) Kabupaten Konawe Selatan, Badan Lingkungan
Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Konawe Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah ( BAPPEDA ) Kabupaten Konawe Selatan, Dinas Perhubungan dan Infokom dan Dinas
Pengelola Aset Daerah Kabupaten Konawe Selatan.
Gambar 2.2: Struktur SKPD Yang Terkait Dalam Pembangunan Sanitasi Kabupaten Konawe Selatan
Keterangan :
Mandat Tupoksi Langsung
(Stakeholder Utama)
Mandat Tupoksi Tidak Langsung
(Stakeholder Mitra)
2.7 Kelembagaan Pemerintah Daerah
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan telah banyak melakukan penyuluhan-penyuluhan dan
promosi terkait sanitasi utamanya tentang bagaimana cara berperilaku bersih dan sehat dimasyarakat,
tetapi untuk media propmosi tersebut hanya mengandalkan media yang dimiliki oleh Kota Kendari sebagai
ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun kegiatan dan media komunikasi terkait sanitasi akan
dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 2.14: Kegiatan Komunikasi Terkait Sanitasi
No
Kegiatan
Tahun
Dinas
Pelaksana
Tujuan
Kegiatan
Khalayak
Sasaran
Pesan
Kunci
Pembelajaran
1
2
3
4
Sumber :
30
BukuPutihSanitasi
KabupatenKonawe Selatan Tahun 2014
Tabel 2.15: Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi
Isu yang
No
Jenis Media
Khalayak
Pendanaan
Diangkat
1
Pesan Kunci
Efektivitas
2
31
Download