penerapan pembelajaran kooperatif tipe make

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATA PELAJARAN PRODUKTIF MULTIMEDIA SISWA
KELAS X SMKN 1 CERME GRESIK
Muhammad Ali Rahmansyah1, Lamijan Hadi Susarno2
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya
Kampus Lidah Wetan
[email protected]
Abstrak: Pembelajaran di SMKN 1 Cerme Gresik yang monoton khususnya
kompetensi keahlian multimedia mata pelajaran produktif multimedia hanya akan
berdampak pada kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran. Model konvensional
yang lama menjamur pada proses pembelajaran tidak pernah diubah oleh guru
mata pelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi merosot.
Dalam mengatasi hal ini diperlukan suatu perubahan dalam kegiatan pembelajaran
salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Rumusan
masalah untuk judul diatas adalah apakah ada perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar siswa dengan menggunakan model konvensional dan model
kooperatif tipe Group Investigation pada mata pelajaran Produktif Multimedia di
kelas X Multimedia SMKN 1 Cerme Gresik. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian true eksperimental jenis control group pre-test post-test. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas X SMKN 1 Cerme dengan kelas eksperimen
adalah kelas X MM 1 dan kelas kontrol adalah kelas X MM 2 dengan sistem acak.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai pre test dan post test yang
digunakan untuk mengetahui normalitas dan homogenitas sampel serta yang
digunakan untuk mengetahui perbedaan sampel setelah diberi perlakuan. Teknik
analisis data menggunakan uji-t atau dengan uji Chi Kuadrat dua sampel.
Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji Chi Kuadrat dua sampel diperoleh
hasil χ2hitung = 6,708 lebih besar χ2tabel = 3,84. Hasil ini menunjukkan perbedaan
yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model kooperatif
tipe Group Investigation dibandingkan dengan model Konvensional pada mata
pelajaran produktif multimedia di SMKN 1 Cerme Gresik. Sehingga disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Group
Investigation lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan menggunakan model
Konvensional pada mata pelajaran produktif multimedia standar kompetensi
merawat peralatan multimedia di SMKN 1 Cerme Gresik.
Kata Kunci : Model Kooperatif tipe Group Investigation, Hasil belajar
1. PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan sangat
penting dalam kehidupan karena pendidikan
merupakan wahana untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas Sumber Daya
Manusia
(SDM).
Seiring
dengan
perkembangan dunia pendidikan yang
semakin pesat menuntut lembaga pendidikan
agar lebih dapat menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan (Isjoni,
2009: 7). Tahun 2006 lalu pemerintah
Indonesia
memberlakukan
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
disusun dan dikembangkan berdasarkan UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. KTSP pada dasarnya merupakan
strategi pengembangan kurikulum untuk
mewujudkan sekolah yang efektif, produktif,
dan berprestasi.
Asumsi
dasar
belajar
dalam
implementasi KTSP adalah belajar sebagai
proses
individual,
proses
sosial,
menyenangkan, tak pernah berhenti, dan
membangun makna (Kontruktivisme). Dalam
konteks pembelajaran, siswa dipandang
sebagai individu yang aktif membangun
pemahamannya sendiri dan pengetahuan
dunia sekitarnya dengan mengalami sendiri
dan merefleksikan pengalaman tersebut.
Seiring dengan pengembangan filsafat
konstruktivisme muncul pemikiran kritis
dalam merenovasi pembelajaran yaitu
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,
kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Perubahan-perubahan dalam aktivitas
pembelajaran dikelas sangat diperlukan
sebagai upaya merenovasi pembelajaran yang
berlandaskan pada pemikiran kritis PAIKEM.
Perubahan-perubahan itu bisa berupa dari isi
model pembelajaran yang dilakukan oleh
guru, yang mana didalam model terdapat
strategi pencapaian kompetensi siswa dengan
pendekatan, metode, dan teknik. Dengan
adanya perubahan perubahan tersebut dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran maka
sudah merupakan upaya untuk melaksanakan
pembelajaran yang efektif.
Tercapainya suatu tujuan pembelajaran
adalah suatu kebutuhan yang wajib dicapai
dalam proses pembelajaran. Ragam tujuan
pembelajaran ada dua yaitu instructional
effects (tujuan belajar yang eksplisit
diusahakan untuk dicapai dengan tindakan
instruksional) dan nurturant effect (tujuan
belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan
belajara istruksional). Keduanya mempunyai
hubungan yang sangat erat, dimana bila salah
satu muncul maka lainnya juga akan muncul.
Maka dari itu setiap proses pembelajaran
haruslah dipertimbangkan tujuan-tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai baik
instructional effects maupun nurturant effect
sehingga dapat dibuat pembelajaran yang
efektif.
Hasil observasi yang dilakukan di
SMKN 1 Cerme Gresik pada jurusan
Multimedia mata pelajaran Produktif
Multimedia kelas X terdapat problema yang
membuat hasil belajar siswa kurang. Hasil
yang didapat siswa merupakan hasil yang
kurang dari rata-rata. Meskipun banyak yang
bisa atau mampu mendeskripsikan materi
yang ada dalam mata pelajaran Produktif
Multimedia, namun siswa hanya menghafal
saja tanpa adanya pemahaman yang
bermakna. Hal ini diketahui setelah
mengobservasi siswa yang mana siswa tidak
mengerti apa yang telah dipelajarinya
sebelumnya. Para siswa hanya mengerti
ketika saat-saat tertentu saja, tetapi setelah
pelajaran usai para siswa seakan-akan lupa
apa yang telah dipelajarinya. Anggapan
peserta didik sudah belajar jika mereka sudah
hafal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya
(Suprijono, 2010: 3) masih melekat pada diri
para siswa dan para guru.
Strategi pembelajaran adalah upaya
merenovasi untuk membuat inovasi dalam
proses pembelajaran menjadi terarah dan
lebih baik. Menurut Seels & Richey (2000),
strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk
menyeleksi serta mengurutkan peristiwa
belajar atau kegiatan pembelajaran dalam
suatu mata pelajaran. (Warsita, 2008: 24).
Dalam mencapai tujuan diperlukan suatu
strategi pembelajaran yang digunakan untuk
merangkai
tahapan
dalam
proses
pembelajaran
agar
dalam
proses
pembelajaran menjadi terarah. Menurut
Suparman (2004), strategi pembelajaran
berkenaan dengan pendekatan pembelajaran
dalam mengelola kegiatan pembelajaran
untuk menyampaikan materi atau isi
pelajaran
secara
sistematis
sehingga
kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai
oleh peserta didik secara efektif dan efisien
(Warsita, 2008: 25). Strategi pembelajaran
meliputi pendekatan, model, metode, dan
teknik secara spesifik.
Proses pembelajaran pada mata pelajaran
Produktif Multimedia kelas X di SMKN 1
Cerme Gresik, pembelajaran yang dilakukan
masih menggunakan model pembelajaran
konvensional. Sebagai contoh metode yang
digunakan
dari
model
pembelajaran
konvensional adalah metode diskusi kelas,
namun pelaksanaan dari diskusi kelas tidak
memperhatikan keadaan siswa. Pelaksanaan
metode diskusi kelas hanya mencakup
sekedar diskusi biasa antar kelompok maupun
individu dengan menggunakan metode lain
yaitu tanya jawab. Hal ini menyebabkan
siswa yang kurang mampu berpartisipasi
akan semakin mundur dalam akademik,
karena siswa tidak bisa mengungkapkan halhal yang tidak dimengerti maupun untuk
mengkonstruksi pengetahuannya.
Pada dasarnya, saat guru berupaya
menggunakan strategi baru terhadap siswa,
siswa akan mengalami ketidaknyamanan
yang cukup mengganggu. Sebagaian besar
guru tidak pernah mencoba strategi yang
tidak biasa digunakan kecuali jika mereka
mendapat dukungan. Sebagaian besar guru
berpendapat dan merasa bahwa penggunaan
strategi baru sangatlah tidak nyaman.
Alasannya adalah ketidaknyamanan muncul
terkadang disebabkan guru harus beradaptasi
dengan hal-hal yang sama sekali baru, dan
harus memiliki kemampuan yang baik untuk
mempengaruhi siswa agar bisa menggunakan
strategi baru. Alasan lain ketidaknyamanan
ini adalah karena siswa yang dijelaskan
strategi baru tersebut mengharuskan guru
untuk mempelajari skill tambahan agar
mereka dapat berhubungan dengan siswanya.
Alasan lainnya adalah karena guru memiliki
rasa percaya diri yang sedikit untuk
menerapkan strategi baru (Model-Model
Pengajaran, 2009: 453).
Berlandaskan pada masalah diatas
berarti pendapat Freire (1986) sangatlah
benar. Menurut Freire (Suyatno, 2009: 3),
tugas pelatihan atau proses pendidikan saat
ini masih menyentuh pada sifat magis dan
naif. Kesadaran magis adalah kesadaran yang
tidak mampu mengetahui antara faktor satu
dengan yang lainnya. Proses pendidikan
dengan metode tersebut tidak memberikan
kemampuan analisa tentang kaitannya antara
sistem yang diciptakan dalam proses
pelatihan
dalam
pendidikan
dengan
permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Peserta didik secara dogmatis menerima
kebenaran dari pendidik tanpa ada
mekanisme pemahaman makna setiap
konsepsi kehidupan masyarakat. Pada sifat
yang kedua yaitu kesadaran naif, bahwa
melihat aspek manusia menjadi penyebab
masalah yang berkembang di masyarakat.
Pendidikan dalam konteks naif tersebut tidak
mempertanyakan sistem dan struktur
pelatihan. Bahkan, sistem dan struktur yang
ada dianggap sudah baik dan benar. Tugas
pelatihan atau proses pendidikan adalah
mengarahkan agar peserta didik dapat masuk
beradaptasi dengan sistem yang sudah benar
tersebut.
Dalam hal ini perlu diketahui bahwa
menurut Miarso (2004) pembelajaran yang
efektif adalah belajar yang bermanfaat dan
bertujuan bagi peserta didik, melalui
pemakaian prosedur yang tepat (Warsita,
2008: 287). Prosedur merupakan skenario
yang didalamnya terdapat metode sebagai
teknik dalam melaksanakan suatu proses
pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Dalam pelaksanaannya strategi
yang diterapkan ditentukan oleh karakter
pembelajaran dan siswa. Namun yang terjadi
guru tidak pernah memperhatikan hal
tersebut, sehingga yang terpenting dalam
pelajaran
adalah
tercapainya
tujuan
pembelajaran
tanpa
memperhatikan
keefektifan pembelajaran dan pengetahuan
siswa.
Inovasi dalam strategi pembelajaran
sangatlah penting agar pembelajaran menjadi
lebih efektif dan terarah pada tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran
Produktif
Multimedia mempunyai karakter agar siswa
dapat langsung mengetahui dan dapat
menerapkan kondisi Produktif Multimedia.
Melihat karakter tersebut maka peneliti
memilih inovasi berupa pembelajaran
koperatif yang mana pembelajaran ini siswa
diberi kesempatan untuk berkomunikasi atau
berinteraksi sosial atau bekerja sama dengan
temannya
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran, sementara guru bertindak
sebagai motivator dan fasilitator aktivitas
siswa.
Artinya
dalam
pembelajaran
kooperatif ini kegiatan aktif dengan
pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa
(Konstruktivisme) dan mereka bertanggung
jawab atas hasil pembelajarannya (Isjoni,
2009: 8).
Melalui inovasi yang dilakukan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif
diharapkan mampu merubah paradigma untuk
memberikan suatu strategi yang berbeda
dalam setiap pelajaran. Berkaitan dengan
kooperatif peneliti memilih satu tipe
kooperatif yang mana tipe ini dipilih karena
cocok dengan karakter mata pelajaran dan
siswa serta mempunyai karakter tipe
kooperatif yang kompleks dari tipe-tipe
lainnya. Dipilihnya tipe pembelajaran Group
Investigation dikarenakan upaya bahwa
pembelajaran dengan tipe ini akan
mendapatkan suatu pengalaman belajar yang
lebih daripada tipe kooperatif lainnya. Karena
pada tipe ini sangat kompleks yang dapat
mewakili tipe-tipe kooperatif lainnya. Group
Investigation berusaha mencampurkan bentuk
strategi pengajaran dengan dinamika proses
demokrasi serta proses akademik yang berupa
penelitian (Model-Model Pengajaran, 315:
2009).
Mengingat pentingnya fenomena yang
terjadi tersebut, peneliti merasa tertarik untuk
mengungkapkan dampak positif kegiatan
pembelajaran
kooperatif
tipe
Group
Investigation yang dapat dijadikan sebagai
strategi pembelajaran untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa, yang nantinya akan
berdampak pada hasil belajar siswa. Maka
peneliti merumuskannya ke dalam sebuah
judul yaitu “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran
Produktif Multimedia Siswa Kelas X SMKN
1 Cerme Gresik”
2. KAJIAN PUSTAKA
Strategi
pembelajaran
didalamnya
mencakup pendekatan, model, metode, dan
teknik secara spesifik. Pendekatan adalah
konsep dasar yang melingkupi metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis
tertentu. Model adalah bentun pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang
diasjikan secara khas oleh guru. Metode
adalah
prosedur
pembelajaran
yang
difokuskan pada pencapaian tujuan. Teknik
adalah cara konkret yang dipakai saat proses
pembelajaran berlangsung.
Ada beberapa macam pengertian istilah
dari strategi pembelajaran. Dibawah ini
pengertian dari strategi pembelajaran menurut
beberapa ahli yang diambil dari buku Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan (2008: 126):
a. Menurut Kemp (1995) menjelaskan
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara efektif
dan efisien.
b. Menurut Dick and Carey (1985)
menyebutkan bahwa strategi pembelajaran
itu adalah suatu set materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara
bersama-sama untuk menimbulkan hasil
belajar pada siswa.
Dari kedua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan perencanaan yang
dilaksanakan secara bersama-sama antara
guru dan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal.
Pembelajaran merupakan terjemahan
dari kata Instruction yang dalam bahasa
Yunani disebut instructus atau Intruere yang
berarti menyampaikan pikiran, dengan
demikian
arti
instruksional
adalah
menyampaikan pikiran atau ide yang telah
diolah
secara
bermakna
melalui
pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah
kepada guru sebagai pelaku perubahan.
Pembelajaran merupakan terjemahan dari
learning, sedangkan apabila dimaknai
berdasarkan makna leksikal berarti proses,
cara, perbuatan mempelajari. Sedangkan
pembelajaran menurut Degeng adalah upaya
untuk membelajarkan siswa (Uno, 2007: 2).
Pembelajaran pada dasarnya merupakan
upaya pendidik untuk membantu peserta
didik melakukan kegiatan belajar. Dari
definisi-definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran merupakan rangkaian
kegiatan (proses) yang dilakukan oleh siswa
agar terjadi proses belajar pada diri siswa
atau peserta didik dalam mencapai suatu
tujuan.
Menurut Isjoni (2009: 7), secara harfiah
model pembelajaran adalah strategi yang
digunakan guru untuk meningkatkan motivasi
belajar, sikap belajar dikalangan siswa,
mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan
sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran
yang lebih optimal. Peningkatan ini
didasarkan pada karakteristik pembelajaran
karena tidak semua pembelajaran dapat
berlangsung hanya dengan satu model saja.
Model pembelajaran merupakan pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial (Suprijono, 2010: 46). Sedangkan
menurut Arends dalam bukunya Suprijono
(2010: 46) menyebutkan bahwa model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang
digunakan, termasuk didalamnya tujuantujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran. Melalui model
pembelajaran guru dapat membantu peserta
didik
mendapatkan
informasi,
ide,
keterampilan,
cara
berpikir,
dan
mengekspresikan ide.
Arends (2001) dalam Skripsi Arroyan
(2008: 17), menyeleksi enam macam model
pengajaran yang sering dan praktis digunakan
oleh guru dalam mengajar, atntara lain yaitu
presentasi, pengajaran langsung (direct
instruction),
pengajaran
konsep,
pembelajaran
kooperatif,
pengajaran
berdasarkan
masalah
(problem
base
instruction), dan diskusi kelas.
Sejalan
dengan
pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran, salah
satu model pembelajaran yang kini banyak
mendapat respon adalah model pembelajaran
kooperatif. Kooperatif berasal dari bahasa
Inggris yaitu Cooperate yang berarti bekerja
bersama-sama.
Pembelajaran
menurut
Degeng adalah upaya untuk membelajarkan
siswa. Pembelajaran kooperatif adalah
strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda (Isjoni, 2009: 14).
Menurut Slavin (1985) dalam bukunya
Isjoni (2010: 12) mengatakan, bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang
dengan struktur kelompok heterogen.
Model pembelajaran koperatif adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Terdapat empat unsur
penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu,
adanya peserta didik yang terbagi dalam
kelompok, adanya aturan kelompok, adanya
upaya belajar setiap anggota kelompok, dan
adanya tujuan yang harus dicapai (Sanjaya,
2008: 241). Pembelajaran kooperatif adalah
miniatur dari bermasyarakat, dan belajar
menyadari kekurangan dan kelebihan masingmasing (Suyatno, 2009: 51).
Beberapa ciri dari pembelajaran
kooperatif adalah setiap anggota memiliki
peran, terjadi hubungan interaksi langsung
diantara siswa, setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman-teman
sekelompoknya,
guru
membantu mengembangkan keterampilanketerampilan interpersonal kelompok, dan
guru hanya berinteraksi dengan kelompok
saat diperlukan.
Tiga konsep sentral yang menjadi
karakteristik pembelajaran sebagaimana
dikemukakan Slavin (1995) dalam bukunya
Isjoni (2009: 33), yaitu Penghargaan
kelompok, pertanggung jawaban individu,
dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
Macam tipe pembelajaran model
pembelajaran kooperatif sangat beragam
seperti yang terdapat dalam buku Suyatno
(2009) tentang Menjelajah Pembelajaran
Inovatif ada 96 variasi model pembelajaran
kooperatif.
Akan tetapi dari banyak macam tipe
pembelajaran koperatif di atas yang banyak
dikembangkan adalah model STAD dan
Jigsaw. Group Investigation sendiri adalah
model pembelajaran yang paling kompleks
dan paling sulit diterapkan, sehingga hal
inilah yang menjadi dasar peneliti
menerapkan model GI dan sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran.
a. Student Team Achievement Division
(STAD)
Tipe STAD adalah model pembelajaran
kooperatif
untuk
pengelompokkan
kemampuan campur yang melibatkan
pengakuan tim dan tanggung jawab
kelompok untuk pembelajaran individu
anggota. Keanggotaan campuran menurut
tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.
b. Jigsaw
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, yaitu setiap anggota tim terdiri
dari 5-6 orang yang disebut kelompok
asal, kelompok asal tersebut dibagi lagi
menjadi kelompok ahli, kelompok ahli
dari masing-masing kelompok asal
berdiskusi sesuai keahliannya, dan
kelompok ahli kembali ke kelompok asal
untuk saling bertukar informasi.
c. Group Investigation
Tipe ini merupakan model pembelajaran
kooperatif
yang
kompleks
karena
memadukan antara prinsip belajar
kooperatif dengan pembelajaran yang
berbasis konstruktivisme dan prinsip
belajar demokrasi. Tipe ini dapat melatih
siswa untuk menumbuhkan kemampuan
berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara
aktif dapat terlihat mulai dari tahap
pertama sampai tahap akhir pembelajaran
akan memberi peluang kepada siswa
untuk lebih mempertajam gagasan dan
guru akan mengetahui kemungkinan
gagasan siswa yang salah sehingga guru
dapat memperbaiki kesalahannya.
Secara ringkas sintak pembelajaran
tipe pembelajaran GI adalah pemilihan
topik,
perencanaan
kooperatif,
implementasi, analisis dan sintesis,
presentasi hasil final, dan evaluasi. Jadi
tipe GI merupakan model pembelajaran
kooperatif yang melibatkan kelompok
kecil dimana siswa bekerja menggunakan
inquiri kooperatif, perencanaan, proyek,
diskusi
kelompok,
dan
kemudian
mempresentasikan penemuan mereka
kepada kelas. Tipe ini paling kompleks
dan sulit diterapkan dibandingkan metode
kooperatif yang lain.
Sharan (1990) mengatakan bahwa
pembelajaran dengan sistem pengelompokan
dapat menyebabkan berpindahnya motivasi
dari tataran eksternal pada tataran internal
(Joyce, 2009: 309). Dengan kata lain, ketika
siswa bekerjasama dalam menyelesaikan
sebuah tugas, mereka akan tertarik pada
materi
pembelajaran
tersebut
karena
menyadari kepentingannya sebagai siswa
terhadap materi tersebut.
Secara rinci keuntungan menggunakan
model pembelajaran kooperatif adalah dapat
memberikan efek yang sangat ampuh pada
waktu
singkat,
baik
dalam
aspek
pembelajaran akademik maupun aspek skill;
memberikan seorang (atau beberapa orang)
pendamping belajar yang menyenangkan dan
bersama-sama
mengembangkan
skill
bersosial serta berempati terhadap orang lain;
dapat meningkatkan perasaan positif terhadap
diri sendiri maupun orang lain.
Menurut
Sanjaya
(2008:
249)
keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran
kooperatif adalah :
a. Keunggulan : siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi
dapat
menambah
kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri; dapat
mengembangkan
kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan; dapat
membantu anak untuk merespon orang
lain; dapat memberdayakan siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar;
dapat meningkatkan prestasi akademik
sekaligus kemampuan social; dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri,
menerima
umpan
balik;
dapat
meningkatkan
kemampuan
siswa
menggunakan informasi dan kemampuan
belajar abstrak menjadi nyata; dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir.
b. Kelemahan:
dengan
leluasanya
pembelajaran maka apabila keleluasaan itu
tidak optimal maka tujuan dari apa yang
dipelajari tidak akan tercapai; penilaian
kelompok dapat membutakan penilaian
secara individu apabila guru tidak jeli
dalam pelaksanaannya; mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan
waktu yang panjang.
Tipe Group Investigation merupakan
model
pembelajaran kooperatif
yang
melibatkan kelompok kecil dimana siswa
bekerja menggunakan inquiri kooperatif,
perencanaan, proyek, diskusi kelompok, dan
kemudian mempresentasikan penemuan
mereka kepada kelas. Tipe ini paling
kompleks dan sulit diterapkan dibandingkan
tipe model kooperatif yang lain.
Tipe ini merupakan model pembelajaran
kooperatif
yang
kompleks
karena
memadukan antara prinsip belajar kooperatif
dengan
pembelajaran
yang
berbasis
konstruktivisme
dan
prinsip
belajar
demokrasi. Tipe ini dapat melatih siswa
untuk menumbuhkan kemampuan berfikir
mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat
terlihat mulai dari tahap pertama sampai
tahap akhir pembelajaran akan memberi
peluang kepada siswa untuk lebih
mempertajam gagasan dan guru akan
mengetahui kemungkinan gagasan siswa
yang salah sehingga guru dapat memperbaiki
kesalahannya.
Sharan (1984) dan rekan-rekannya
sejawatnya mendeskripsikan enam langkah
pendekatan Group Investigation (Arends,
2008: 14):
a. Pemilihan Topik. Siswa memilih subtopic
tertentu dalam bidang permasalahan
umum tertentu, yang biasanya diterangkan
oleh
guru.
Siswa
kemudian
diorganisasikan
kedalam
kelompokkelompok kecil berorientasi tugas yang
beranggotakan dua sampai enam orang.
Komposisi kelompoknya heterogen baik
secara akademis maupun etnis.
b. Cooperative learning. Siswa dan guru
merencanakan prosedur, tugas, dan tujuan
belajar tertentu dengan sub-sub topic yang
dipilih dalam langkah a.
c. Implementasi.
Siswa
melaksanakan
rencana yang diformulasikan dalam
langkah b. Pembelajaran mestinya
melibatkan beragam kegiatan dan
keterampilan
dan
seharusnya
mengarahkan siswa ke berbagai macam
sumber di dalam maupun diluar sekolah.
Guru mengikuti dari dekat perkembangan
masing-masing
kelompok
dan
menawarkan bantuan bila dibutuhkan.
d. Analisis dan sintesis. Siswa menganalisis
dan mengevaluasi informasi yang
diperoleh selama langkah c dan
merencanakan bagaimana informasi itu
dapat dirangkum dengan menarik untuk
dipertontonkan
atau
dipresentasikan
kepada teman-teman sekelas.
e. Presentasi produk akhir. Beberapa atau
semua kelompok dikelas memberikan
presentasi menarik tentang topic-topik
yang dipelajari untuk membuat satu sama
lain saling terlibat dalam pekerjaan
temannya dan mencapai perspektif yang
lebih luas tentang sebuah topic. Presentasi
kelompok dikoordianasikan oleh guru.
f. Evaluasi. Dalam kasus-kasus yang
kelompoknya menindaklanjuti aspekaspek yang berbeda dari topic yang sama,
siswa dan guru mengevaluasi kontribusi
masing-masing kelompok ke hasil
pekerjaan secara keseluruhan. Evaluasi
dapat memasukkan asesmen individual
atau kelompok atau dua-duanya.
3. METODE PENELITIAN
Dalam suatu penelitian, penggunaan
metode penelitian sangat penting bagi
peneliti. Menurut Sugiyono (2009: 2) metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Dengan metode
penelitian yang tepat, maka diharapkan tujuan
penelitian dapat tercapai. Di dalam metode
penelitian terdapat petunjuk-petunjuk tentang
bagaimana seorang peneliti melaksanakan
penelitiannya sehingga dapat menghasilkan
sesuatu yang benar dan kebenarannya dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah cara ilmiah yang
memberikan rambu-rambu agar penelitian
mempunyai patokan atau member panduan
kepada peneliti dengan uraian maupun teknik
yang dapat dipertanggung jawabkan. Pada
bab III ini terdapat aturan atau prosedur
ilmiah
peneliti,
dalam
melakukan
penelitiannya. Berikut akan peneliti bahas
tentang metode penelitian yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan,
secara berturut-turut adalah:
a. Jenis Penelitian
b. Desain Penelitian
c. Tempat dan Waktu Penelitian
d. Subjek Penelitian
e. Variabel Penelitian
f. Prosedur Penelitian
g. Metode Pengumpulan Data
h. Perangkat
Pembelajaran
dan
Instrumen Penelitian
i. Teknik Analisis Data
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan
diteliti dalam penelitian ini, maka penelitian
dengan
judul
“Penerapan
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Mata Pelajaran Produktif Multimedia
Siswa Kelas X SMKN 1 Cerme Gresik”,
menurut pendekatan dalam penelitian, jenis
penelitian yang peneliti gunakan adalah
penelitian eksperimen, Penelitian eksperimen
(Experimental Research) merupakan kegiatan
penelitian yang bertujuan untuk menilai
pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment
pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau
menguji hipotesis tentang ada tidaknya
pengaruh tindakan itu bila dibandingkan
dengan tindakan lain. Penelitian dengan
metode eksperimental adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
lain dalam kondisi yang terkendalikan
(Sugiyono, 2009: 72).
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan
umum penelitian eksperimen adalah untuk
meneliti pengaruh dari suatu perlakuan
tertentu terhadap gejala suatu kelompok
tertentu dibanding dengan kelompok lain
yang menggunakan perlakuan yang berbeda.
Tindakan di dalam eksperimen disebut
treatment, dan diartikan sebagai semua
tindakan, semua variasi atau pemberian
kondisi
yang
akan
dinilai/diketahui
pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud
dengan menilai tidak terbatas adalah
mengukur atau melakukan deskripsi atas
pengaruh treatment yang dicobakan sekaligus
ingin menguji sampai seberapa besar tingkat
signifikansinya (kebermaknaan atau berarti
tidaknya)
pengaruh
tersebut
bila
dibandingkan dengan kelompok yang sama
tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
O1 & O3 = Tes awal untuk melihat
kemampuan
awal
siswa
sebelum treatment dilakukan.
O2 & O4 = Tes akhir untuk melihat
kemampuan
akhir
siswa
setelah treatment dilakukan.
E
= Kelas Eksperimen (kelas yang
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation)
K
= Kelas Kontrol (kelas yang
menggunakan
model
pembelajaran Konvensional)
X
= Treatment (model Kooperatif
tipe Group Investigation pada
Eksperimen
dan
model
Konvensional pada Kontrol)
Dalam desain ini disebut control Group
pre-test post-test design karena dalam desain
ini kedua kelompok O1 dan O3 diberi tes awal
(pre-test) dengan tes yang sama. Setelah
treatment selesai dilakukan maka kedua
kelompok O2 dan O4 diberikan tes yang sama
sebagai tes akhir (Post-test). Penggunaan
model eksperimen ini dikarenakan untuk
memberikan suatu hasil yang mempunyai
tingkat validitas maksimal.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2 Desain Penelitian
Campbell & Stanley membagi jenis
desain
eksperimen
berdasarkan
baik
buruknya
eksperimen
yaitu
Pre
Eksperimental Design (eksperimen yang
belum baik) dan True Eksperimental Design
(eksperimen yang dianggap sudah baik). Dari
kedua jenis desain penelitian Eksperimen
tersebut maka peneliti memilih jenis metode
penelitian True Eksperimental Design.
Pemilihan jenis atau desain penelitian ini
adalah untuk melihat seberapa besar
pengaruh perlakuan dengan menggunakan
tipe Group Investigation terhadap hasil
belajar siswa. Penelitian eksperimen ini
menggunakan jenis Control Group Pre TestPost Test.
Pola :
E
O1 X O2
K
O3 X O4
Sumber: Arikunto (2006: 86)
Keterangan :
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri
1 Cerme selama 2 bulan pada bulan JanuariPebruari semester 2 (Genap) tahun pelajaran
2010/2011.
3.4 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini menggunakan X
Multimedia SMK N 1 Cerme yang berjumlah
dua kelas yaitu X MM 1 dan X MM 2.
Penentuan kelas yang menggunakan model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Group
Investigation dengan model pembelajaran
konvensional adalah dengan cara diundi
sehingga lebih adil. Untuk hasil undian kelas
X MM 1 menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation dan kelas
X MM 2 menggunakan model pembelajaran
konvensional.
3.5 Variabel Penelitian
Agar penulis dapat memusatkan
perhatian pada sasaran yang telah ditetapkan,
maka diberikan batasan tiap-tiap variabelvariabel berikut ini:
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation pada materi Merawat
Peralatan Multimedia di kelas X MM 1;
pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada materi
Merawat Peralatan Multimedia di kelas X
MM 2.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah hasil belajar siswa yang berupa
skor tes akhir pada materi Merawat
Peralatan Multimedia.
1) Hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Produktif Multimedia dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation.
Adapun indikator variabel adalah hasil
belajar siswa yang berupa nilai baik
sebelum maupun setelah adanya
kegiatan pembelajaran sedangkan
variabel penelitian ini didefinisikan
sebagai hasil yang telah dicapai siswa
dalam belajar setelah adanya kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation pada mata
pelajaran Produktif Multimedia.
2) Hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Produktif Multimedia dengan
menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Adapun indikator variabel adalah hasil
belajar siswa yang berupa nilai baik
sebelum maupun setelah adanya
kegiatan pembelajaran sedangkan
variabel penelitian ini didefinisikan
sebagai hasil yang telah dicapai siswa
dalam belajar setelah adanya kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional pada
mata pelajaran Produktif Multimedia.
3.6 Prosedur Penelitian
Untuk mendapatkan data yang dapat
dipertanggung jawabkan, maka diperlukan
persiapan dalam pengumpulan data dan juga
dalam proses pengumpulan data. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menyusun proposal penelitian
Proposal penelitian ini disusun oleh
peneliti dengan pertimbangan dosen
pembimbing. Proposal penelitian ini
memuat tentang semua rencana kegiatan
selama penelitian. Hal ini bertujuan untuk
memberikan arah dan tujuan yang jelas
pada pelaksanaan penelitian.
b. Persiapan
pengumpulan
data:
mempersiapkan surat ijin penelitian;
mengadakan survei ke sekolah dengan
tujuan untuk mengetahui kegiatan belajar
Multimedia yang telah dilakukan;
menentukan kelas yang akan digunakan
sebagai subjek penelitian yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol; menyusun
RPP; menyusun kisi-kisi soal; menyusun
soal pre-tes post-test; mengadakan uji
validitas dan reliabilitas soal dan
menghitungnya;
menyusun
soal
berdasarkan hasil validitas.
c. Pelaksanaan: melaksanakan pengajaran
Multimedia pada kelas eksperimen (X
MM 1) dan kelas kontrol (X MM 2);
dalam proses belajar mengajar, guru
bidang studi bertindak sebagai pengajar.
Selama proses belajar mengajar, guru
mengacu pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), sedangkan peneliti
mengamati proses belajar mengajar;
mengadakan tes awal dan akhir pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan soal
yang sama; menyusun kisi-kisi angket;
menyebarkan angket kepada kelas kontrol
untuk uji validitas dan reliabilitas;
menyebarkan angket kepada kelas
eksperimen; menganalisis hasil penelitian;
membuat laporan hasil penelitian.
3.7 Metode pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan pekerjaan
penting dalam meneliti. Untuk dapat
mengumpulkan data yang relevan, akurat dan
valid sesuai dengan kebutuhan peneliti perlu
digunakan metode pengumpulan data. Data-
data informasi yang diperoleh dalam kegiatan
yang sesuai dengan kenyataan disebut dengan
metode pengumpul data.
Metode pengumpul data adalah cara
yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Metode yang digunakan adalah berupa
metode observasi, angket, dan tes.
Dalam
hal
ini
peneliti
dalam
mengumpulkan
datanya
menggunakan
observasi jenis partisipatif pasif tidak
terstruktur. Peneliti terjun mengamati secara
langsung dan mengumpulkan data sesuai
dengan kondisi lapangan.
a. Teknik Tes adalah suatu alat pengukur
yang berupa serangkaian pertanyaan yang
harus dijawab secara sengaja dalam suatu
situasi yang distandarisasikan, dan yang
dimaksudkan
untuk
mengukur
kemampuan dan hasil belajar individu
atau kelompok.
b. Teknik Non Tes
Jenis-jenis alat pengukur non tes adalah :
1) Observasi
atau
pengamatan
(observation)
Observasi
adalah
suatu
teknik
pengamatan yang dilaksanakan secara
langsung dan secara teliti terhadap
suatu gejala dalam suatu situasi di
suatu tempat.
Beberapa bentuk observasi yang dapat
dilakukan dalam penelitian adalah
observasi partisipasi, observasi terus
terang atau tersamar, observasi tidak
berstruktur.
2) Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan
tertulis
yang
digunakan
untuk
memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya,
atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,
2006: 151).
Angket dapat dibedakan atas beberapa
jenis, tergantung pada sudut pandangan
yaitu dipandang dari cara menjawab,
maka ada angket terbuka dan angket
tertutup; dipandang dari jawaban yang
diberikan ada angket langsung dan
angket tak langsung; dipandang dari
bentuknya maka ada angket pilihan
ganda angket isian check list, RatingScale (Skala Bertingkat)
Prestasi belajar adalah suatu tujuan dari
penerapan model Group Investigation
dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional. Pada penelitian ini digunakan
tes awal sebagai upaya untuk mencari
kemampuan siswa dan tes akhir sebagai
upaya untuk melihat hasil dari proses
eksperimen.
Maka
penelitian
ini
menggunakan tes tulis objektif pilihan ganda
sebagai
tes
acuan
patokan
yang
dikembangkan oleh guru kompetensi dan
peneliti. Dalam penelitian ini, test diberikan
sebanyak dua kali, yaitu pre test dan post test.
Pre test adalah test yang diberikan sebelum
pengajaran dimulai, dan bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh penguasaan siswa
terhadap bahan pengajaran (pengetahuan dan
ketrampilan) yang akan di ajarkan. Post test
adalah test yang diberikan pada setiap akhir
program satuan pengajaran. Tujuan post test
adalah untuk mengetahui seberapa jauh
pencapaian siswa terhadap bahan pengajaran
yang disampaikan oleh guru setelah
mengalami suatu kegiatan belajar mengajar.
Dengan melalui tes tulis ini maka bisa dilihat
perbandingan hasil belajar siswa yang
diperoleh pada standar kompetensi Merawat
Peralatan Multimedia.
Selain menggunakan tes hasil belajar,
peneliti
menggunakan
angket
yang
disebarkan kepada siswa berupa angket
tertutup Rating-Scale dan observasi tidak
terstruktur untuk mengetahui penerapan
model pembelajaran tipe Group Investigation
terhadap efektifnya proses pembelajaran.
3.8 Perangkat
Pembelajaran
Instrumen Penelitian
dan
a. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah
silabus,
Rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP), dan soal untuk pretest dan post-test.
b. Instrumen Penelitian
Pendapat Sugiyono (2009: 102) Instrumen
penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Tanpa
instrumen, kegiatan penelitian tidak akan
dapat berjalan dengan baik, karena datadata yang diperlukan belum disiapkan
secara sistematis sehingga arah penelitian
menjadi tidak jelas. Untuk memperoleh
data dalam penelitian ini, maka instrumen
penelitian yang digunakan adalah lembar
tes hasil belajar siswa, angket, serta
observasi. Tes dalam penelitian ini berupa
tes awal dan tes akhir disusun untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada
standar kompetensi Merawat Peralatan
Multimedia. Sedangkan angket dan
observasi digunakan untuk mengetahui
efektifnya penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation.
Soal tes tersebut harus dilakukan
pengujian terhadap validitas, reliabilitas,
dan taraf kesukaran. Pengujian ini
dilakukan di SMK NU 1 Gresik kelas X
MM dengan 37 siswa. Sedangkan angket
juga harus dilakukan pengujian terhadap
validitas dan reliabilitas, pengujian ini
dilakukan pada siswa kelompok kontrol.
3.9 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif, yang berupa nilai pre
test dan post test. Untuk dapat menganalisis
data dalam penelitian ini, maka digunakan
uji-t. Syarat penggunaan uji-t adalah subjek
harus berdistribusi normal sehingga perlu
dilakukan uji normalitas data. Sedangkan uji
homogenitas varians diperlukan untuk
mengetahui subjek yang diambil homogen
atau tidak.
Langkah-langkah yang digunakan dalam
menganalisis data adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji
normalitas
digunakan
untuk
mengetahui apakah subjek berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau
tidak.
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui apakah kedua subjek
berasal dari populasi yang mempunyai
varians yang homogen atau tidak, maka
peneliti menggunakan uji homogenitas
varians.
c. Uji Hipotesis
Prosedur uji beda hipotesis ini adalah
dengan melihat apakah data merupakan
sebaran normal atau tidak. Apabila
sebaran normal maka menggunakan
statistik parametrik dan apabila sebaran
tidak normal maka harus menggunakan
statistik non parametrik.
Untuk statistik parametrik maka
digunakan rumus uji t yang kemudian
dibandingkan harga t hitung dengan t tabel,
dengan ketentuan apabila thitung > ttabel =
Ho ditolak dan Ha diterima atau apabila
thitung ≤ ttabel = Ho diterima dan Ha ditolak.
Sedangkan
untuk
statistik
non
parametrik digunakan rumus Chi Kuadrat
(χ2)
dua
Subjek
yang
kemudian
2
dibandingkan harga χ hitung dengan χ2 tabel
dengan ketentuan apabila χ2hitung > χ2tabel = Ho
ditolak Ha diterima atau apabila χ2hitung ≤ χ2tabel
= Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan χ2tabel
taraf signifikansi 5%=3,84 dan taraf
signifikansi 1%=6,63
4. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan
analisis
dengan
menggunakan uji Chi Kuadrat Dua Subjek
diperoleh hasil χ2hitung = 3,835 sedangkan
χ2tabel diketahui sebesar 3,84 (untuk taraf
signifikansi 5%) dan 6,635 (untuk taraf
signifikansi 1%) maka kesimpulannya adalah
ada perbedaan terhadap hasil belajar siswa
antara kelas yang menggunakan model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Group
Investigation dan model pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran Produktif
Multimedia kelas X Multimedia SMK N 1
Cerme Gresik. Dalam hal ini hasil belajar
siswa pada kelompok eksperimen lebih baik
dari hasil belajar siswa pada kelompok
kontrol dengan selisih rata-rata kenaikan
antar pre-test dan post test adalah 6,25
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
selisih kenaikan rata-ratanya 4,678. Sehingga
hipotesis yang menyatakan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation lebih baik
dengan model pembelajaran konvensional
diterima.
Hasil belajar yang lebih baik tersebut
juga didukung dengan adanya respon siswa
yang positif dalam penerapan model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Group
Investigation. Hal ini dapat dilihat dari hasil
angket yang disebarkan kepada siswa tentang
respon terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation yang
dilakukan.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil simpulan diatas maka
peneliti ingin memberikan masukan berupa
saran-saran yang bersifat konstruktif demi
peningkatan kualitas pembelajaran dan
peningkatan kreativitas siswa. Saran-saran
tersebut antara lain :
a. Perubahan dalam kegiatan pembelajaran
sangat diperlukan bagi siswa karena siswa
akan lebih bersemangat dalam belajar
sehingga hasil belajar yang didapat
optimal.
b. Perubahan
dalam
pembelajaran
memerlukan suatu teknik yang sangat dan
harus dikuasai oleh seorang guru, jadi
sebelum mengadakan proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran
tertentu maka harus menguasai dan paham
tentang model pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dikemukakan pada bab IV, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar siswa
yang
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation
dengan
model
pembelajaran konvensional pada mata
pelajaran
Produktif
Multimedia
kompetensi dasar Merawat Peralatan
Multimedia di kelas X Multimedia di
SMK Negeri 1 Cerme Gresik, yang
mana hal itu dapat diketahui dari hasil
belajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation lebih baik daripada model
pembelajaran konvensional.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation dimulai dari adanya
pengenalan materi kepada siswa yang
selanjutnya siswa memilih sub toppik yang
diberikan oleh guru kemudian melakukan
investigasi secara berkelompok mengenai
tugas yang diemban masing-masing. Dalam
pengelompokan siswa bisa dilakukan dengan
berbagai cara, baik heterogen maupun
homogen sehingga lebih mudah dalam
melaksanakan model pembelajran kooperatif
tipe Group Investigation. Investigasi yang
dilakukan dilakukan dalam pengawasan guru
agar guru dapat menilai seberapa baik
interaksi antar siswa, sehingga hasil yang
dilakukan
dalam
kelompok
dapat
dikategorikan optimal. Investigasi ini bisa
ditambah diluar kelas pembelajaran asalkan
hasil yang didapat siswa dari investigasi
kelompok secara pengawasan guru dapat
dilihat perkembangannya.
Hasil investigasi akan dilanjutkan
dengan tanggung jawab antar kelompok
tentang hasil yang didapatnya kepada siswa
lain dalam kelompok lainnya didepan kelas,
sehingga hasil dari kelompok investigasi
dapat lebih baik dan dipahami oleh seluruh
siswa dikelas itu. Penghargaan kepada
kelompok yang berprestasi harus dilakukan
agar siswa menjadi bersemangat dalam
pelajaran selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard. I. 2007. Belajar Untuk
Mengajar. Terjemahan oleh Helly
Prajitno
Soetjipto
dan
Sri
Mulyantini
Soetjipto.
2008.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arroyan,
Finne.
2008.
Penerapan
Pembelajaran Tematik Model
Webbed untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pokok Bahasan
Mengenal Lingkungan Sekitar
Pada Siswa Kelas IA SDN
SAWAHAN IX Surabaya. Skripsi
tidak diterbitkan. Surabaya: JTP
FIP Unesa
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian
Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi,
dan Kebijakan Publik Serta IlmuIlmu Sosial Lainnya. Jakarta:
Kencana
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Hamalik,
Oemar. 2007. Dasar-Dasar
Pengembangan
Kurikulum.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Kurnia, Tri Nurhayati. 2003. Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia. Jakarta: Eska
Media
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Isjoni.
2010.
Cooperative
Learning
Evektivitas
pembelajaran
kelompok. Bandung: Alfabeta
Joyce, Bruce. Dkk. 2009. Model-Model
Pengajaran. Terjemahan oleh
Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza.
2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Masidjo, Ign. 2003. Penilaian Pencapaian
Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius
Moedjiono dan Dimyati, Moh. 1992. Strategi
Belajar
Mengajar.
Jakarta:
Depdikbud
Narsoyo, T. Reksoatmodjo. 2009. Statistika
Eksperimen Rekayasa. Bandung:
Refika Aditama
Sagala,
Syaiful.
2010.
Supervisi
Pembelajaran
Dalam
Profesi
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Seels, B. Barbara. 1994. Teknologi
Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta
Sudjana, Nana. 2007. Teknologi Pengajaran.
Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sugiyono.
2009.
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta
Suparlan. Dasim Budimansyah. Danny
Meirawan. 2008.
PAKEM
(Pembelajaran
Aktif,
Kreatif,
Efektif,
dan
Menyenangkan).
Bandung: Genesindo
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning
Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suyatno.
2009.
Menjelajah
Seratus
Pambelajaran Inovatif. Sidoarjo:
Masmedia Buana Pustaka
Uno,
Hamzah. B. 2007. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Warsita,
Bambang.
2008.
Teknologi
Pembelajaran, Landasan dan
Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Download