Ismail, Jailani dan Adnan Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol

advertisement
Ismail, Jailani dan Adnan
STUDI HASIL TANGKAPAN IKAN BUBU DASAR DI DAERAH PERAIRAN RAWA
KECAMATAN MARANG KAYU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
(Fish Catch of Bubu Fish Trap Study in the Swamp Waters of Marang Kayu Kutai Kartanegara)
ISMAIL1), JAILANI2), dan ADNAN2)
1)
2)
Mahasiswa Jurusan MSP-FPIK, Unmul
Staf Pengajar Jurusan MSP-FPIK, Unmul
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
Jl. Gunung Tabur No. 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
This research aims to determine kind of fish catches and best bait used on bottom fish trap/pot at
Marang Kayu waters Kutai Kartanegara Regency. Collecting of catch was held for 1 week at two
stations. This research used 4 treatments bottom trap consist of frog, shrimp paste, waste food bait
and bottom trap without bait. The length, weight and number of catches were measured. The
results showed that kind of fish caught were snake head, catfish, climbing pearch. Total catch from
station one and two with frog bait were 39 fishes with 2.825 gr total weight, shrimp paste bait were
52 fishes with 3.421 gr total weight, food waste bait were 53 fishes with 3.086 gr total weight and
fish trap without bait were 14 fishes with total weight 529 gr. The conclusion from this four bait
treatments that using shrimp paste was the best bait due to the weight of total catch.
Keywords: bottom trap, shrimp paste bait, Kutai Kartanegara Regency
PENDAHULUAN
Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan meliputi pengumpulan
hewan atau tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Definisi tersebut
menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan yang dimaksud bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan baik secara finansial, maupun untuk memperoleh nilai tambah lainnya, seperti penyerapan
tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan terhadap protein hewan, devisa serta pendapatan negara (Monintja
dkk, 1999).
Kalimantan Timur adalah provinsi yang memiliki potensi daerah penangkapan, diantaranya adalah
daerah rawa Kecamatan Marang Kayu, Kutai Kartanegara. Daerah tersebut merupakan rawa yang
terbentuk karena curah hujan yang sangat tinggi yang kemudian mengenangi sawah-sawah penduduk. Di
rawa tersebut terdapat berbagai jenis ikan air tawar dan rawa tersebut perairan yang belum termanfaatkan
dengan optimal.
Perairan rawa di daerah Kecamatan Marang Kayu sangat potensial untuk kegiatan usaha
penangkapan. Secara umum, kegiatan sektor perikanan berupa penangkapan ikan dan didaerah tersebut
belum dimanfaatkan secara optimal karena warga sekitar masih menggunakan alat tangkap yang tidak
menggunakan umpan yang sesuai dengan komoditas ikan disekitar rawa. Kegiatan penangkapan
dilakukan oleh warga sekitar, yang sawahnya tergenang air maupun warga sekitar yang tinggal dekat
dengan rawa tersebut. Alat tangkap yang digunakan masih bersifat tradisional seperti, pancing, jala dan
jaring sederhana.
Bubu adalah alat tangkap yang digolongkan dalam klasifikasi perangkap yang memudahkan ikan
memasukinya dan menyulitkan ikan untuk keluar (Brandt, 1984). Bubu dasar merupakan bubu yang
14
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006
Ismail, Jailani dan Adnan
diopersikan di dasar perairan. Ukuran bubu dasar bervariasi, hal ini bertujuan untuk memudahkan
menemukan bubu ketika akan dilakukan hauling (Subani dan Barus, 1989).
Berdasarkan pemikiran tersebut perlu dilakukan penelitian studi jenis ikan hasil tangkapan
menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan, yaitu bubu dasar dengan memakai umpan dan tidak
memakai umpan, agar daerah tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal tetapi tetap menjaga kelestarian
lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil tangkapan dan jenis umpan apa yang baik
digunakan pada alat tangkap bubu dasar di daerah perairan rawa Kecamatan Marang Kayu Kabupaten
Kutai Kartanegara.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Daerah Perairan Rawa Marang Kayu Kecamatan Marang Kayu
Kabupaten Kutai Kartanegara sekitar bulan Juni-September 2013.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 8 buah bubu, alat tulis, kain, thermometer,
timbangan, pH meter, penggaris, tongkat ukur, kalkulator, dan kotak pendingin (cool box). Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi : ikan hasil tangkapan bubu dasar, umpan katak, umpan terasi,
umpan sisa-sisa makanan, dan es batu.
Pengambilan hasil tangkapan dilakukan selama 1 minggu. Hasil tangkapan diambil setiap pagi, jadi
jumlah pengambilan hasil tangkapan adalah sebanyak 7 kali. Jumlah alat tangkap bubu dasar yang
digunakan sebanyak 8 buah (menggunakan umpan katak, terasi, sisa-sisa makanan dan bubu yang tidak
menggunakan umpan). Bubu diletakan pada dua titik dan diletakkan selama 14 jam (diletakkan jam 5 sore
dan diambil jam 7 pagi).
Parameter utama adalah jenis (spesies) ikan hasil tangkapan bubu dasar, jumlah ikan, hasil
tangkapan, kisaran panjang total, panjang standar dan berat. Parameter penunjang adalah kualitas air,
yang terdiri dari suhu, pH air, dan warna air diukur/diamati pada saat mengambilan sampel ikan serta
kedalaman diukur dengan tongkat ukur.
Pada penelitian ini menggunakan 4 perlakuan. Identifikasi ikan yang tertangkap dianalisis secara
deskriptif, sedangkan jumlah ikan yang tertangkap, panjang dan berat ikan dianalisis dengan
menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) program SPSS 16.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Jenis Hasil Tangkapan Bubu Dasar
Jenis hasil tangkapan bubu dasar selama penelitian di daerah perairan rawa Kecamatan Marang
Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat 3 jenis ikan yaitu ikan gabus, ikan lele, dan ikan papuyu.
Ikan gabus (Ophiocephalus sp.) banyak tertangkap menggunakan bubu dasar yang menggunakan umpan
katak, pada titik 1 maupun titik 2 berjumlah 24 ekor. Ikan lele (Clarias sp.) pada titik 1 dan 2 bubu dasar
banyak tertangkap menggunakan umpan terasi dengan jumlah tangkapan 40 ekor dan ikan papuyu
(Anabas testudineus) banyak tertangkap menggunakan bubu dasar yang menggunakan umpan sisa-sisa
makanan yaitu 14 ekor pada titik 1 dan 2.
Dari hasil tangkapan di perairan rawa Marang Kayu menunjukan lele paling banyak tertangkap ini
dikarenakan ikan lele lebih aktif pada malam hari dan lebih menyukai tempat atau daerah perairan yang
gelap. Hal ini di perkuat oleh penyataan Weber de beaufort (1965) bahwa ikan lele adalah ikan yang
hidup di air tawar. la bersifat noktumal, artinya ia aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang
gelap. Pada siang hari yang cerah, ikan lele lebih suka berdiam di dalam lubang-lubang atau tempat yang
tenang dan aliran air tidak terlalu deras.
Hasil tangkapan selama 7 hari pengambilan hasil tangkapan per umpan pada 2 titik dapat dilihat
pada Gambar 3. Hasil tangkapan keseluruhan per umpan pada ke 2 titik bubu dasar yang menggunakan
umpan katak berjumlah 39 ekor, bubu dasar yang menggunakan umpan terasi 52 ekor, bubu dasar yang
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006
15
Ismail, Jailani dan Adnan
Hasil tangkapan keseluruhan per
umpan (ekor)
menggunakan umpan sisa-sisa makanan 53 ekor, dan bubu dasar yang tidak menggunakan umpan hanya
14 ekor.
60
50
40
30
20
10
0
Umpan katak
Umpan terasi
Umpan sisa-sisa
makanan
Tidak menggunakan
umpan
Gambar 1. Hasil tangkapan per umpan pada 2 titik selama 7 hari pengambilan
hasil tangkapan (ekor)
Adapun klasifikasi ke tiga jenis ikan yang tertangkap yaitu:
Klasifikasi ikan lele menurut Saanin (1984) sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Sub-kingdom
: Metazoa
Phyllum
: Chordata
Sub-phyllum
: Vertebrata
Klas
: Pisces
Sub-klas
: Teleostei
Ordo
: Ostariophysi
Sub-ordo
: Siluroidea
Familia
: Clariidae
Genus
: Clarias
Spesies
: Clarias sp
Klasifikasi ikan papuyu, menurut Saanin (1984), Ikan Papuyu diklasifikasikan sebagai berikut:
Phylum
: Chordata
Sub Phylum
: Vertebrata
Kelas
: Pisces
Sub Kelas
: Teleostei
Ordo
: Labyrinthici
Famili
: Anabantidae
Genus
: Anabas
Species
: Anabas testudineus
Klasifikasi Ikan Gabus (Ophiocephalus sp.), menurut Saanim (1986) sebagai berikut:
Kelas
: Pisces
Sub-kelas
: Teleostei
Ordo
: Labyrinthici
Sub-ordo
: Ophiocephaloidae
Famili
: Ophiocephalidae
Genus
: Ophiocephalus
Spesies
: Ophiocephalus sp
16
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006
Ismail, Jailani dan Adnan
b. Kisaran Ukuran Panjang dan Berat Ikan Hasil Tangkapan Bubu Dasar
Hasil penelitian terhadap panjang ikan yang tertangkap dengan bubu dasar diperoleh hasil yang
bervariasi. Selama penelitian kisaran panjang ikan yang tertangkap yaitu ikan gabus 15-24,5 cm, ikan lele
11-23 cm dan ikan papuyu 11-13 cm. Sedangkan kisaran berat ikan hasil penelitian yaitu ikan gabus 40130 gram, ikan lele 31-120 gram dan ikan papuyu 30-56 gram, jadi secara keseluruhan selama penelitian
kisaran panjang 11-24,5 cm dan berat berkisar 30-130 gram.
Berdasarkan pengukuran panjang dan penimbangan berat ikan yang tertangkap selama penelitian
terdapat ikan yang ukuran tubuhnya tidak panjang tetapi beratnya lebih besar dan terdapat juga ikan yang
ukuran tubunya panjang tetapi berat lebih ringan. Hal ini disebabkan ukuran tubuh ikan yang bermacammacam.
Jumlah Hasil Tangkapan (gram)
c. Jumlah Hasil Tangkapan Bubu Dasar
Bubu dasar di pasang pada dua titik, masing-masing titik terdapat 4 bubu yaitu bubu dasar yang
diberi umpan terasi, katak, sisa-sisa makanan dan bubu dasar yang tidak diberi umpan dan di letakan
secara acak. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bubu manakah yang paling banyak menarik ikan agar
masuk dan terperangkap dalam bubu.
Pada titik satu daerah penangkapannya air agak sedikit mengalir, warna air kehijauan dan
kedalaman perairan berkisar 50-100 cm sedangkan pada titik dua daerah penangkapannya air tenang,
warna air kuning kecokelatan dan kedalaman perairan berkisar 30-80 cm.
Bubu dasar yang digunakan terbuat dari bambu, ukuran alat tangkap bubu dasar yang digunakan
pada saat penelitian ialah berukuran panjang 135 cm, diameter 31 cm dan mesh size 0,5 cm. Bubu dasar
dioperasikan pada jam 5 sore sampai dengan jam 7 pagi, jadi sekitar 14 jam bubu diletakan di lokasi
penelitian.
Jumlah keseluruhan hasil tangkapan bubu pada titik 1 dan titik 2 berjumlah 158 ekor dengan
berat total sebanyak 9.861 gram. Pengambilan hasil tangkapan pada titik satu berjumlah 86 ekor dan berat
total 5,901 gram dan pada titik dua berjumlah 72 ekor dan berat total 3,960. Hasil tangkapan daerah titik 1
dan 2 (gram) pada bubu yang menggunakan umpan katak, terasi, sisa-sisa makanan dan bubu yang tidak
menggunakan umpan selama 7 hari pengambilan hasil tangkapan disajikan pada Gambar 2.
800
700
600
500
400
300
200
100
0
1
2
3
4
5
Hari Pengambilan Hasil Tangkapan
Titik 1 umpan katak
Titik 1 umpan sisa-sisa makanan
Titik 2 umpan katak
Titik 2 umpan sisa-sisa makanan
6
7
Titik 1 umpan terasi
Titik 1 tidak menggunakan umpan
Titik 2 umpan terasi
Titik 2 tidak menggunakan umpan
Gambar 2. Hasil tangkapan daerah titik 1 dan 2 (gram) pada bubu dasar yang menggunakan umpan katak,
terasi, sisa-sisa makanan dan bubu yang tidak menggunakan umpan selama 7 hari pengambilan hasil
tangkapan
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006
17
Ismail, Jailani dan Adnan
d. Umpan Bubu Dasar dan Hasil Tangkapan
Umpan Katak
Jumlah Hasil Tangkapan (gram)
Umpan katak di pasang pada bubu dasar, yaitu dengan cara diikat pada bagian dalam badan bubu.
Penggunaan umpan katak bertujuan untuk menarik ikan-ikan pemakan karnivora dan dari gerakan katak
yang masih hidup tersebut dapat menimbulkan gerak-gerakan di air sehingga diharapkan ikan tertarik
untuk masuk dan terperangkap ke dalam bubu dasar. Hasil tangkapan bubu dasar yang menggunakan
umpan katak pada 2 titik (gram) selama 7 hari pengambilan hasil tangkapan disajikan pada Gambar 3.
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
1
2
3
4
Hari Pengambilan Hasil Tangkapan
5
6
7
Gambar 3. Hasil tangkapan bubu dasar yang menggunakan umpan katak pada 2 titik (gram) selama 7 hari
pengambilan hasil tangkapan
Pada bubu dasar yang menggunakan umpan katak selama 7 hari penelitian hasil tangkapan
berjumlah 2.825 gram dan pada hari ke 3 penelitian mendapatkan hasil tangkapan terbanyak yaitu 796
gram. Jenis hasil tangkapan pada bubu dasar yang diberi umpan katak diperoleh bahwa yang lebih
dominan tertangkap adalah ikan gabus. Secara umum kondisi fisiologis ikan gabus memiliki isi usus yang
didominasi oleh sisa daging-dagingan, hal ini menunjukkan bahwa mereka karnivora murni (Litbang,
2010).
Umpan Terasi
Cara pengambilan hasil tangkapan menggunakan bubu dasar dengan diberi umpan terasi yaitu pada
bagian dalam badan bubu di ikat umpan terasi tetapi terasi terlebih dahulu di bungkus dengan kain. Hal
ini bertujuan jika diletakan di daerah penangkapan, terasi tersebut mengeluarkan aroma menyengat seperti
aroma udang karena terasi yang di pakai adalah terasi yang terbuat dari udang dan aroma udang
diharapkan dapat merangsang indra penciuman ikan untuk mendekati dan terperangkap dalam bubu. Hasil
tangkapan bubu dasar yang menggunakan umpan terasi pada 2 titik (gram) selama 7 hari pengambilan
hasil tangkapan disajikan pada Gambar 4.
18
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006
Ismail, Jailani dan Adnan
Jumlah Hasil Tangkapan (gram)
1200
1000
800
600
400
200
0
1
2
3
4
5
Hari Pengambilan Hasil Tangkapan
6
7
Gambar 4. Hasil tangkapan bubu dasar yang menggunakan umpan terasi pada 2 titik (gram) selama 7 hari
pengambilan hasil tangkapan
Pada bubu dasar yang menggunakan umpan terasi selama 7 hari penelitian hasil tangkapan
berjumlah 3.421 gram dan pada hari ke 3 penelitian mendapatkan hasil tangkapan terbanyak yaitu 990
gram. Jika dilihat dari berat (gram) hasil penangkapan menggunakan umpan terasi adalah umpan yang
paling banyak mendapatkan ikan. Terasi adalah umpan yang memiliki bau yang sangat tajam sehingga
ikan-ikan terangsang mau ke dalam bubu dasar. Menurut Subani dan Barus (1989), syarat umpan yang
baik yaitu berwarna cerah, berbau merangsang serta tahan lama terendam dalam air.
Jumlah Hasil Tangkapan (gram)
Umpan Sisa-sisa Makanan
Pada metode ini bubu dasar diberi sisa-sisa makanan, penggunaan umpan sisa-sisa makanan
caranya sama dengan penggunaan umpan terasi yaitu sisa-sisa makanan tersebut dibungkus terlebih
dahulu dengan kain lalu di ikat pada bagian dalam bubu. Sisa-sisa makanan berasal dari warung-warung
makan dan sisa-sisa makanan warga sekitar tempat dilakukannya penelitian agar limbah tersebut dapat
bermanfaat dengan baik. Hasil tangkapan bubu dasar yang menggunakan umpan sisa-sisa makanan pada 2
titik (gram) selama 7 hari pengambilan hasil tangkapan disajikan pada Gambar 5.
1000
800
600
400
200
0
1
2
3
4
Hari Pengambilan Hasil Tangkapan
5
6
7
Gambar 5. Hasil tangkapan bubu dasar yang menggunakan umpan sisa-sisa makanan pada 2 titik (gram)
selama 7 hari pengambilan hasil tangkapan
Pada bubu dasar yang menggunakan umpan sisa-sisa makanan selama 7 hari penelitian hasil
tangkapan berjumlah 3.086 gram dan pada hari ke 3 penelitian mendapatkan hasil tangkapan terbanyak
yaitu 848 gram. Umpan sisa-sisa makanan ini bertujuan merangsang indra penciuman ikan agar dapat
mendekati dan terperangkap dalam bubu dan akhirnya sulit untuk keluar lagi, dengan aroma berbagai
jenis sisa-sisa makanan seperti nasi, ikan goreng, tempe, tahu, sayur-sayuran dan lain-lain.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006
19
Ismail, Jailani dan Adnan
Jumlah Hasil Tangkapan (gram)
Tidak menggunakan umpan
Pada perlakuan ini bubu tidak diberi umpan apapun, jadi bubu dasar langsung saja diletakan pada
daerah penangkapan. Hasil tangkapan pada bubu ini sangat rendah di banding dengan bubu dasar lainnya
yang diberi umpan. Hasil tangkapan bubu dasar yang tidak menggunakan umpan pada 2 titik (gram)
selama 7 hari pengambilan hasil tangkapan disajikan pada Gambar 6.
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1
2
3
4
Hari Pengambilan Hasil Tangkapan
5
6
7
Gambar 6. Hasil tangkapan bubu dasar yang tidak menggunakan umpan pada 2 titik (gram) selama 7 hari
pengambilan hasil tangkapan
Pada bubu dasar yang tidak menggunakan umpan selama 7 hari penelitian hasil tangkapan
berjumlah 529 gram dan pada hari ke 3 penelitian mendapatkan hasil tangkapan terbanyak yaitu 163
gram. Bubu dasar yang tidak menggunakan umpan hasil tangkapannya sangat sedikit dibandingkan
dengan bubu dasar lainnya yaitu yang menggunakan umpan katak, terasi, dan sisa-sisa makanan. Hal ini
diduga karena bubu dasar tidak memakai umpan, sehingga ikan-ikan didaerah perairan rawa tersebut tidak
tertarik masuk kedalam bubu dan terperangkap didalamnya.
Hasil tangkapan per umpan pada 2 titik mengalami perubahan-perubahan dari hari ke hari selama 7
hari penelitian. Jenis umpan yang dipakai dalam penelitian sangat berpengaruh pada hasil tangkapan
setiap harinya. Hasil tangkapan keseluruhan per umpan pada 2 titik selama 7 hari pengambilan hasil
tangkapan dapat dilihat pada Gambar 7.
Jumlah Hasil Tangkapan (gram)
1200
1000
800
600
400
200
0
1
2
3
4
5
Hari Pengambilan Hasil Tangkapan
6
7
Umpan Katak
Umpan Terasi
Umpan Sisa-sisa Makanan
Tidak Menggunakan Umpan
Gambar 7. Hasil tangkapan keseluruhan per umpan pada 2 titik selama 7 hari pengambilan hasil
tangkapan
20
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006
Ismail, Jailani dan Adnan
Pada tabel dan grafik diatas menyebutkan bahwa rata-rata jumlah hasil tangkapan terbanyak yaitu
pada hari ke 3 penelitian, yaitu pada bubu dasar yang menggunakan umpan katak, terasi, sisa-sisa
makanan, dan bubu dasar yang tidak menggunakan umpan. Tetapi pada hari-hari lainnya jumlah hasil
tangkapan mengalami naik turun. Dapat dilihat juga bahwa bubu dasar yang tidak menggunakan umpan
adalah bubu dasar yang paling sedikit mendapatkan hasil tangkapan selama penelitian.
Bubu dasar adalah bubu yang tidak bergerak dan sangat berpengaruh terhadap umpan untuk
menarik ikan agar memasuki bubu dan terperangkap. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Martasuganda
(2003) bahwa alat tangkap bubu sifatnya pasif sehingga dibutuhkan pemikat atau umpan agar ikan yang
akan dijadikan target tangkapan mau memasuki bubu. Jenis umpan yang dipakai beraneka ragam, ada
yang memakai umpan hidup, ikan atau jenis umpan lainnya.
Pada analysis of variance karena nilai sig = 0,006 < α = 0,05 maka Ho ditolak artinya terdapat
perbedaan hasil tangkapan dari keempat perlakuan bubu dasar tersebut, dengan melihat rata-rata
tangkapan dari keempat jenis metode penangkapan bubu dasar maka dapat terlihat bahwa umpan dengan
menggunakan terasi memperoleh hasil tangkapan terberat.
Penggunaan dari keempat jenis metode tersebut yang terbaik adalah dengan menggunakan umpan terasi,
kemudian dengan menggunakan umpan sisa-sisa makanan, dan menggunakan umpankatak, sedangakan
tanpa umpan hasil tanggapannya paling sedikit karena tidak ada yang membuat ikan tertarik untuk masuk
ke dalam bubu dan terperangkap di dalamnya.
e. Kualitas Air
Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika, parameter kimia dan
parameter biologi. Pada penelitian ini di lakukan pengukuran kualitas air di daerah penangkapan sebanyak
dua kali, yaitu pada hari pertama dan hari terakhir penelitian pada daerah titik 1 dan titik 2. Parameter
kualitas air yang diukur adalah suhu, warna air, pH, dan oksigen terlarut (DO).
Suhu air di daerah perairan rawa Kecamatan Marang Kayu pada saat pengukuran berkisar 26 oo
28 C, ini menandakan sudah cukup baik untuk mendukung kehidupan organisme didalamnya. Warna air
juga dipakai untuk menentukan subur tidaknya suatu perairan, warna air di daerah perairan rawa marang
kayu pada saat diamati adalah berwarna kuning kecoklatan dan hijau. Kalsium karbonat yang berasal dari
daerah berkapur menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan organic, misalnya tannin,
lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna
kecoklatan (Effendi, 2003).
Kadar pH di daerah perairan rawa marang kayu pada saat pengukuran 6-7 sedangkan pH perairan
yang baik 6,5-8,5 sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Effendi (2003). Pada pengukuran oksigen
terlarut berkisar 3,108-3,416 mg/l, di perairan tawar kadar oksigen terlarut berkisar antara 15 mg/l pada
suhu 0oC dan 8 mg/l pada suhu 25oC. Kadar oksigen terlarut pada perairan alami biasanya kurang dari 10
mg/l. Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas,
turbulensi air, dan tekanan atmosfer (Effendi, 2003). Hasil pengukuran kualitas air di daerah perairan
rawa marang kayu menunjukan bahwa masih berada dalam kisaran nilai optimum kualitas air untuk
kehidupan organisme didalamnya termasuk hewan-hewan air seperti ikan lele, ikan gabus, dan ikan
papuyu.
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan bubu dasar di daerah perairan rawa Marang
Kayu ialah ikan gabus, ikan lele, ikan papuyu, tetapi yang lebih banyak tertangkap adalah ikan lele.
Jumlah hasil tangkapan bubu dasar pada titik satu dan titik dua secara keseluruhan yang menggunakan
umpan katak sebanyak 39 dengan berat total 2.825 gram, umpan terasi sebanyak 52 ekor dengan berat
total 3.421 gram, umpan sisa-sisa makanan sebanyak 53 dengan berat total 3.086 gram, dan yang tidak
memakai umpan sebanyak 14 dengan berat total 529 gram. Pada analysis of variance (ANOVA) hasil
tangkapan dari keempat perlakuan bubu dasar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa umpan dengan
menggunakan terasi memperoleh hasil tangkapan terberat.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006
21
Ismail, Jailani dan Adnan
b. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai cara penangkapan bubu dasar di perairan rawa
dengan menggunakan berbagai metode dan jenis umpan lainnya. Dibutuhkan keamanan yang baik pada
saat melakukan penelitian ini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
[Badan Litbang Pertanian] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Rencana Strategis
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2010-2014. Jakarta: Badan Litbang Pertanian
Brandt, A.V. 1984. Fish Catching Methods of the world. 3 edition. Printed in Great Britani. By a. Von
Litho, Ltd. London. p. 190
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan
Kelima. Yogjakarta : Kanisius. 258 hal.
Martasuganda, S. 2003. Bubu (Traps). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Monintja, D.R., M.F.A, Sondita, C. Nasution, H.R. Barus, W. Mawardi, Zulkarnain. 1999. Studi Alat
Tangkap Berwawasan Lingkungan. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 61 hal.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bogor. 256 hal.
Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Identifikasi Ikan. Bina Tjipta. Jakarta. 520 hlm.
Subani, W., H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian
Perikanan Laut Vol II No.2. Jakarta : Balai Riset Perikanan Laut, Departemen Pertanian.
Weber M, De Beaufort LF. 1965. The Fishes of the Indo-Australian Archipelago. Leiden: E. J. Brillc
22
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006
Download