parliementary budget office (pbo)

advertisement
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN
Kajian Konsultan World Bank (Program GFMRAP) Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan
APBN Setjen DPR RI.
Sebagai bahan masukan konsorsium UI, ITB, dan
UGM untuk pembentukan BFK DPR RI
Tanggal 19 Agustus 2011
Setyanta Nugraha
Kepala Biro Analisa Anggaran
Dan Pelaksanaan APBN
Sekretariat Jenderal DPR RI
Biro Analisa
Anggaran &
Pelaksanaan
APBN
KARO ANALISA APBN
1
• Amandemen UUD 1945 khususnya Pasal 20 ayat (1) adalah
untuk memperkuat DPR
sebagai Legislatif, terjadi
pergeseran kekuasaan, khususnya dalam membentuk
undang-undang.
• Peran DPR dalam pembahasan dan penetapan RAPBN
semakin strategis, Pasal 23 UUD 1945 dan UU 17/2003
tentang Keuangan negara, Persetujuan anggaran meliputi
Satker, Unit organisasi, program, dan kegiatan.
• Perubahan posisi DPR di era reformasi belum menunjukkan
korelasi yang positif dengan kinerja.
• Unsur pendukung (Setjen dan Tenaga Ahli) belum optimal
• Amanat UU 27/2009, Tata Tertib DPR dan Renstra DPR RI
2010-2014 adalah Momentum untuk membangun sebuah
sistem dukungan fungsional keahlian yang kuat.
KARO ANALISA APBN
2
 Secara kelembagaan, DPR mengehendaki sebuah proses
perubahan yang cepat dalam rangka meningkatkan dan
memperbaiki implementasi fungsi legislasi, fungsi anggaran,
dan fungsi pengawasan.
 Dari sisi SDM dan supporitng sistem, belum ada langkah
perubahan yang signifikan untuk mendukung perubahan
kelembagaan yang dikendaki oleh DPR.
 Konstelasi ini memunculkan kesenjangan (gap) antara
perubahan kelembagaan dengan infrastruktur pendukungnya.
 Mengacu UU 27/2009 dan Renstra DPR RI, realisasi BFK adalah
jawaban untuk menutup kesenjangan (gap) tersebut, sehingga
perubahan struktur dan orientasi lembaga bisa direalisasikan
dengan baik.
 PBO DPR ini nantinya menjadi bagian integral dari BFK bersama
dengan bagian-bagian fungsional lain yang mendukung kerja
DPR secara menyeluruh.
KARO ANALISA APBN
3
(2)
Pokok-pokok
Kebijakan Fiskal dan
Kerangka Ekonomi Makro
(Pertengahan Mei)
(1)
RKP
Pagu Indikatif
(Maret)
(3)
Pagu Sementara
(Pertengahan Juni)
(7)
(6)
Rincian Anggaran
Belanja K/L
(Akhir November)
Perpres
DIPA K/L
(31 Desember)
(5)
APBN
(Akhir Oktober)
(4)
RAPBN
(Agustus)
RUU & NK
UU
KARO ANALISA APBN
4
 UU 17/2003 (Pasal 1, angka 7), Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
 Pembahasan RAPBN di DPR sesuai dengan siklus
dilakukan dalam 5 tahap; Pembicaraan Pendahuluan (t+1),
Pembahasan RAPBN (t+1), Pembahasan Lap.Sm I dan
Prognosis SM II (t-0), Pembahasan RUU Perubahan APBN
(t-0), Pembahasan RUU Pertanggungjawaban Pelaksanaan
APBN (t-1)
 Perspektif Politik Anggaran
 Pembahasan APBN tidak berhenti hanya di angka-angka
yang telah disetujui dalam struktur
baku APBN (Iaccount).
 Dalam konstelasi perekonomian Indonesia saat ini,
Anggaran Negara harus pro-poor, proo-job, pro-growth,
dan proo-envioroument.
KARO ANALISA APBN
5
 Terminologi utama adalah “Budget Offices”, nama mengikuti
sistem parlemen masing-masing negara.
 Organisasi tertua dan terbesar adalah di US dengan nama
Congressional Budget Office (CBO)
 Tren pendirian PBO terus dilakukan di negara-negara yang
belum memiliki lembaga pendukung semacam PBO.
 Pada tahun 2003, the Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD) dan the World Bank melakukan survei
bersama terhadap sejumlah negara OECD dan non-OECD dalam
hal praktek dan prosedur penyusunan Anggaran Negara:
 Didukung oleh 26 staf atau lebih: 3 (Korea, Mexico, US)
 Didukung kurang dari 10 staf: 8 (Cambodia, Canada, Chile,
Indonesia, Japan [more than 10], Jordan, Netherlands, Sweden)
 Tidak ada dukungan staf: 28 (termasuk Argentina, Bolivia, Columbia,
Suriname and Uruguay). Sebagai catatan, beberapa negara negara
Amerika Selatan tidak masuk dalam survei seperti Brazil, Costa Rica,
Ecuador, Paraguay, Peru, Venezuela dll. [Source: OECD/World Bank,
“Survey on Budget Practices and Procedures”, 2003. See http://
oecd.dyndns.org.]
KARO ANALISA APBN
6
Name
Year
Founded
California Legislative Analyst’s Office (LAO)
1941
U.S. Congressional Budget Office (CBO)
1974
Philipines, Congessional Planning and Budget Department (CPBD)
1990
Mexico, Center for Public Finance Studies (CEPP)
1998
Uganda, Legislative Budget Office (PBO)
2001
Korea, National Assembly Budget Office (NABO)
2003
Marocco, Budget Analysis Bureau (BAB)
2007
Jordan, Parliamentary Budget Office (PBO)
2007
Kenya, National Assembly Parliamentary Budget Office (PBO)
2007
Afganistan, Parliamentary Budget Office (PBO)
2007
Sumber: John K. Johnson and Rick Stapenhurst, 2008; Jeffrey D. Straussman and Ari Renoni, 2009
KARO ANALISA APBN
7
 melakukan analisis terhadap rencana kerja pemerintah,
kebijakan dan prioritas anggaran, pokok-pokok kebijakan
fiskal, dan analisis ekonomi makro;
 membantu parlemen melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap implementasi anggaran negara oleh pemerintah;
 melakukan penelitian sesuai dengan proses pembahasan
anggaran;
 menyediakan informasi data yang reliable yang
dibutuhkan oleh parlemen;
 melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk
mendapatkan informasi dan data yang valid dan reliable
KARO ANALISA APBN
8
 Posisi PBO
 Mengacu pada UU 27/2009, posisi PBO DPR dalam struktur kelembagaan
DPR adalah mengikuti posisi BFK, karena tidak disebutkan secara eksplisit.
PBO DPR berada di bawah BFK, sedangkan posisi BFK dinyatankan dalam
Pasal 392:
 “Badan fungsional/keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara fungsional
bertanggung jawab kepada DPR dan secara administratif berada di bawah Sekretariat
Jenderal DPR”
• Terminologi PBO
Nama untuk PBO DPR sangat penting, dalam konsep struktur organisasi
digagas untuk menjelma menjadi sebuah “Deputi Analisa Anggaran dan
Pengawasan Anggaran”. Namun secara konseptual ada dua alternatif:
 Alternatif 1: menjelma menjadi ”Deputi Analisa Anggaran dan Pengawasan
Anggaran” di bawah struktur organisasi BFK seperti diusulkan dalam studi
ini. Konsekuensi dari alternatif ini adalah hilangnya ”label” PBO DPR yang
melekat langsung di unit kerja tersebut, sehingga dalam konteks ini jiwa atau
substansi-nya PBO yang melekat.
• Alternatif 2: tetap dengan mebawa label PBO dengan nama ”Deputi Kantor
Anggaran DPR RI” dan struktur di bawahnya sama seperti tercantum dalam
usulan struktur organisasi terebut. Konsekuensi dari nama ini adalah secara
terminologi baik label maupun jiwa dari PBO masih melekat di unit kerja
KAROini
ANALISA
APBN
9
tersebut. Di sisi lain, alternatif
mempunyai
keunggulan secara “politis”
khususnya dalam perpsektif sistem parlemen modern dan pengalaman
DPR RI
BFK
SETJEN DPR
Unit
Pengawasan
Internal
Deputi
Anggaran dan
Pengawasan
Anggaran
PBO
Mengacu pada UU 27/2009 dan Renstra DPR RI 2010-2014, secara struktural dan
organizational, konsep PBO untuk DPR RI tidak mungkin untuk berdiri sendiri sebagai
lembaga otonom di luar struktur organisasi DPR yang ada saat ini. Lembaga ini akan
berada di bawah Badan Fungsional Keahlian (BFK) yang saat ini sedang di proses dan
diformulasikan bentuknya oleh Setjen DPR RI. Nama lembaga tersebut bisa menjelma
menjadi nama lain disesuaikan dengan struktur BFK. Namun demikian “roh”-nya sama
KARO
APBN
10
denganANALISA
PBO.
BFK
PBO menjelma dalam
Deputi Analisa Anggaran
dan Pengawasan
Anggaran
Sub-direktorat
Asumsi dan Analisis
Makroekonomi
Kasubdit dan
Anggota
Deputi
Analisa Anggaran dan
Pengawasan Anggaran
Kepala Direktorat
Kepala Direktorat
Analisa Anggaran
Pengawasan Anggaran dan
Koordinasi antar-Komisi
Sub-direktorat
Penerimaan dan
Belanja Negara
Sub-direktorat
Pembiayaan
Sub-direktorat
Analisis Laporan
Keuangan
Pemerintah
Tim Penghubung
Kasubdit dan Anggota
Kasubid dan Anggota
Kasubdit dan
Tim dan
Anggota
Anggota
KARO ANALISA APBN
(11 Komisi)
11
Sub-Direktorat Asumsi dan Analisis Makroekonomi (A)
• Membuat prediksi dan menganalisis tingkat pertumbuhan ekonomi yang digunakan
dalam asumsi makroekonomi RAPBN berdasarkan variable-variabel penyumbang
pertumbuhan ekonomi baik menggunakan pendekatan demand side (Y=C+I+G+X-M)
maupun pendekatan sektoral dengan mengidentifikasi sector-sektor yang
memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
• Membuat prediksi dan menganalisis tingkat inflasi berdasarkan variable-variabel
yang mendorong terjadinya kenaikan harga-harga. Pendekatan yang digunakan
misalnya, demand pull inflation, cost push inflation, structural inflation,
administered inflation dan imported inflation. Inflasi musiman yang terjadi berkaitan
dengan siklus kenaikan permintaan karena perayaan hari besar agama, tahun baru
dan tahun ajaran baru juga perlu dianalisis.
• Membuat prediksi dan menganalisis nilai kurs rupiah terhadap dolar AS berdasarkan
kondisi fundamental makroekonomi domestik dan factor-faktor eksternal yang
berpotensi mempengaruhi pergerakan kurs rupiah.
• Menganalisis dan membuat prediksi tingkat suku bunga SBI berdasarkan pada
pergerakan BI rate dan kondisi fundamental ekonomi nasional serta faktor-faktor
eksternal yang berpotensi mempengaruhi pregerakan tingkat suku bunga SBI
misalnya, pergerakan suku bunga acuan utama LIBOR, SIBOR dan juga kebijakan
ekonomi negara-negara utama seperti Amerika Serikat.
• Menganalisis dan membuat prediksi harga minyak mentah dunia berdasarkan
perkembangan perekonomian global seperti trend permintaan energi dunia,
ketersediaan cadangan energy dunia, siklus pergerakan harga periode sebelumnya
dan juga faktor-faktor non-ekonomi yang berpotensi mempengaruhi harga minyak
mentah.
• Menganalisis kemampuan produksi
negeri berdasarkan ketersediaan
KAROminyak
ANALISA dalam
APBN
12
cadangan minyak yang ada dan proses eksplorasi yang dilakukan pemrintah
Sub-Direktorat Asumsi dan Analisis Makroekonomi (A)
• Menganalisis
dan
membuat
proyeksi
perkembangan
perekonomian internasional.
• Menganalisis kebijakan-kebijakan pemerintah yang masuk
dalam scope fungsi pengawasan (oversight function) DPR RI
untuk membantu DPR dalam mengawasi efisiensi dan
efektifitas kebijakan pemerintah khususnya yang terkait
dengan anggaran negara.
• Menganalisis perkembangan indikator sektor informal,
kebijakan terkait dan kontribusi terhadap perekonomian
nasional.
• Menganalisis dan memproyeksikan perkembangan data-data
pengangguran, angkatan kerja, kemiskinan, dan indikator
demografi lain.
• Menganalisis efektivitas alokasi dan penyerapan anggaran
KARO ANALISA APBN
13
negara terhadap pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan
Sub-direktorat Penerimaan dan Belanja Negara (B)
•
•
•
•
•
Menganalisis potensi penerimaan negara berdasarkan struktur IAccount APBN yang terdiri dari penerimaan pajak, dan penerimaan
bukan pajak.
Menganalisis perbandingan antara target dan realisasi penerimaan
negara sehingga dapat diketahui gap antara keduanya dan faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya gap tersebut.
Menganalisis dan memprediksi dampak perubahan variable
makroekonomi khususnya asumsi makroekonomi terhadap
potensi pendapatan negara. Analisis dapat dilakukan dengan
pendekatan kuantitatif dan economic modeling.
Menganalisis efisiensi dan efektifias penerimaan negara dan
membandingkan dengan negara-negara lain yang mempunyai
struktur perekonomian sama dengan Indonesia.
Mengalisis path of revenue berdasarkan data kuartalan, semester
dan tahunan sehingga diketahui dengan pasti pola penerimaan
Negara berdasarkan siklus
waktu.
KARO
ANALISA APBN
14
Sub-direktorat Penerimaan dan Belanja Negara (B)
•
•
•
•
•
•
Mengalisis pola pengeluaran dan efisiensi berdasarkan pos-pos
pengeluaran sesuai dengan I-account APBN.
Mengalisis pola pengeluaran dan efisisensi berdasarkan institusi
atau lembaga pemerintah.
Mengalisis pola pengeluaran dan efisisesi berdasarkan fungsifungsi belanja dalam APBN.
Mengalisis
pola
pengeluaran
pemerintah
dan
efisiensi
berdasarkan siklus waktu baik kuartal, semester dan tahunan.
Menganalisis pengeluaran pemerintah dan efisiensi alokasi
anggaran berdasarkan pos belanja masing-masing lembaga
pemerintah departemen dan non-departemen.
Melakukan
prediksi
pengeluaran
berdasarkan
I-account
berdasarkan scenario-skenario yang mungkin terjadi terhadap
kondisi fundamental makroekonomi. Analisis ini bisa dilakukan
dengan pendekatan kuantitatif dan economic modeling diperkuat
KARO kualitatif.
ANALISA APBN
15
dengan judgment-judgment
Sub-direktorat Pembiayaan (C)
•
•
•
•
•
•
•
Menganalisis dampak dan implikasi deficit anggaran terhadap
keseluruhan APBN.
Menganalisis pos-pos pengeluaran yang menyebabkan deficit dan
bagaimana alokasi anggaran tersebut.
Menganalisis potensi sumber-sumber pembiayaan defisit
anggaran yang tidak membebani anggaran Negara di masa yang
akan datang.
Mengalisis sumber pembiayaan luar negeri yang berkonsekuensi
pada kemungkinan naiknya jumlah utang pemerintah.
Menganalisis dan membuat simulasi berdasarkan skenarioskenario tingkat defisit anggaran.
Menganalisis sumber pembiayaan dalam negeri terkait dengan
trend pergeseran ketergantungan dari utang luar negeri kepada
utang dalam negeri.
Melakukan studi perbandingan dengan Negara-negara lain yang
mempunyai struktur perekonomian se-level dengan Indonesia.
KARO ANALISA APBN
16
Sub-direktorat Analisis LKPP (D)
• Menganalisis hasil temuan BPK yang dilaporkan
kepada DPR.
• Menyampaikan hasil analisis tersebut kepada komisi
terkait.
• Menindaklanjuti hasil pembahasan komisi terhadap
temuan hasil pemeriksaan BPK sesuai permintaan
komisi
• Memberikan rekomendasi kepada BPK terkait
dengan kerja pemeriksaan tahunan, hambatan
pemeriksaan, serta penyajian dan kualitas laporan.
KARO ANALISA APBN
17
No
Posisi
Jumlah
Keterangan
1.
Deputi
1
2.
Kepala direktorat
2
3.
Kepala sub-direktorat
4
Sesuai dengan jumlah divisi
4.
Staff professional
45
Subdir A (10), subdir B (20), subdir C (5)
dan subdir D (10)
5.
Sekretaris
1
6.
Administrasi
2
7.
Liaison Officer
11
Penghubung antara PBO dengan masing-
masing komisi di DPR
(11 Komisi)
8.
IT
1
TOTAL
67
IT dan web maintenance
KARO ANALISA APBN
18
Year Founded
Professional
Staff
California Legislative Analyst’s Office (LAO)
1941
44
U.S. Congressional Budget Office (CBO)
1974
235
Philipines, Congessional Planning and Budget Department
(CPBD)
1990
-
Mexico, Center for Public Finance Studies (CEPP)
1998
27
Uganda, Legislative Budget Office (PBO)
2001
27
Korea, National Assembly Budget Office (NABO)
2003
70
Marocco, Budget Analysis Bureau (BAB)
2007
25
Jordan, Parliamentary Budget Office (PBO)
2007
3
Kenya, National Assembly Parliamentary Budget Office
(PBO)
2007
3
Afganistan, Parliamentary Budget Office (PBO)
2007
4
Name
Sumber: John K. Johnson and Rick Stapenhurst, 2008; Jeffrey D. Straussman and Ari Renoni, 2009
KARO ANALISA APBN
19
KARO ANALISA APBN
20
Download