plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PENGARUH PEMBERIAN MADU KELENGKENG (Nephelium longata L.)
TERHADAP JUMLAH SEL DARAH PUTIH PADA HEWAN UJI TIKUS
PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Raisa Novitae
NIM : 098114060
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PENGARUH PEMBERIAN MADU KELENGKENG (Nephelium longata L.)
TERHADAP JUMLAH SEL DARAH PUTIH PADA HEWAN UJI TIKUS
PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Raisa Novitae
NIM : 098114060
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Fersctqimn Pcubimbing
PENGARUH PEMBERIAN MADU KELENGKENG (Nqhdiwr topgtul^)
TEREADAP JTIMLAH SEL DARAH PUTIH PADA iTNWAX UJI TIKUS
PUTEil JAT{TAN GALUR YISTAR
Skripsi yang diajukau oleh
:
RaisaNovitae
NIM:098114060
tclahdis€fidui oleh:
Pembimbing Utama
,*-m,M.sc.,Apt.
Tauggal :&hg$sftrs 2013
!
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERSEMBAHAN
"Janganlah hendaknya
kamu kuatir tentang
apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala
hal keinginanmu kepada
Allah dalam doa dan
permohonan dengan
ucapan syukur."
( Filipi 4:6 )
“Percayalah kepada TUHAN
dengan segenap hatimu, dan
janganlah bersandar kepada
pengertianmu sendiri. Akuilah
Dia dalam segala lakumu, maka
Ia akan meluruskan jalanmu
(Amsal 3 : 5-6)”
“Kesempurnaan Hanyalah milik Tuhan… ”
Kesuksesan adalah kumpulan dari doa, keputusan, pilihan
serta tindakan yang tersusun rapi. Jangan pernah menyerah,
fokus, serahkan semua kepada-Nya dan aku tau Tuhan yang
jadikan ku lebih dari pemenang. 
….RN….
Sebuah karya kecil yang kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus untuk segala anugerah dan kebaikan-Nya yang
luar biasa, Papah Emanuel Joko dan Mamah Bawin Lamiang yang
tercinta yang selalu memberikan motivasi, semangat, kasih sayang
dan doa yang luar biasa, Adik ku tersayang Jefri Patriawan, Gerard
Pramudya terkasih yang selalu memberikan cinta dan kebahagiaan di
hidupku, kalianlah orang yang selalu setia tanpa lelah memberikan
dukungan dan motivasi untuk ku, tanpa kalian aku tidak akan bisa
menjadi seperti ini, sahabat-sahabat ku tersayang, teman-teman
Farmasi USD 2009 dan almamater kebanggnaan ku Universitas
Sanata Dharma.
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Sang Maha Kasih
dan Pencipta Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan anugerah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Pengaruh
Pemberian Madu Kelengkeng (Nephelium longata L.) Terhadap Jumlah Sel darah
Putih
Pada Hewan Uji Tikus Jantan galur Wistar” merupakan karya ilmiah
penulis untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu, memberikan dukungan, bimbingan, kritik, dan saran selama proses
penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji
yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, dan masukan dalam
penyusunan skripsi ini sehingga dapat menjadi lebih baik.
3. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan yang berarti terhadap skripsi ini.
4. Ibu Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik
serta saran terhadap skripsi ini.
5. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt selaku Ketua Program Studi
sekaligus Ketua Tim Panitia Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6. Teknisi LPPT UGM : Ibu Istini dan Pak Sutari yang telah mengijinkan penulis
untuk melakukan penelitian serta membantu selama masa penelitian.
7. Ibu Atika selaku Staff Balai Kesehatan Yogyakarta yang telah membantu dalam
penyediaan darah domba untuk antigen.
8. Teman-teman seperjuangan penelitian dan sahabat-sahabat ku tersayang yang
selalu mendukung dan mengingatkan : Chrissa Hygianna, Defi Krishartantri
Inthari Alselusia, Yuningsih, Hertarinda, Ina Juni Natasia, Anak Agung
Yulianti. Adik Kost yang selalu mendengarkan keluh kesah kami Realita
Rosada.
9. Teman-teman satu perguruan yang
banyak mengajar dan memberikan
informasi Herman Gunawan, Katherine Jessica, Christina Yessy, Florentina
Eky, Agustina Erni, Perthy Melati Kasih, Ellen Naomi Nauli Sinaga dan
Kartika Sari Senas.
10. Teman-teman seperjuangan Kost Dewi 2 Yogyakarta.
11. Teman-teman angkatan 2009 khususnya FKK A 2009 USD Yogyakarta.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi
informasi bagi pembaca.
Penulis
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
vi
PRAKATA
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
INTISARI
xvi
ABSTRACT
xvii
BAB I.PENGANTAR
1
A. Latar Belakang
1
1. Permasalahan
3
2. Keaslian penelitian
4
3. Manfaat penelitian
5
a. Manfaat teoretis
5
b. Manfaat praktis
5
B. Tujuan Penelitian
6
1. Tujuan umum
6
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Tujuan khusus
6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA
7
A. Madu
7
1. Jenis madu
7
2. Komposisi madu
8
3. Manfaat madu
9
B. Sistem Imun
10
1. Sistem imun non spesifik
11
2. Sistem imun spesifik
12
C. Imunomodulator
13
D. Sel Darah Putih
14
1. Granulosit
15
2. Agranulosit
18
E. Landasan Teori
20
F. Hipotesis
20
BAB III. METODE PENELITIAN
21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
21
B. Variabel dan Definisi Operasional
22
1. Variabel penelitian
22
2. Definisi operasional
22
C. Bahan Penelitian
22
1. Bahan utama
23
2. Hewan uji
23
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Antigen
23
4. Bahan untuk uji jumlah sel darah putih
23
D. Alat Penelitian
23
E. Tata Cara Penelitian
24
1. Tahap penentuan dosis madu kelengkeng
24
2. Tahap praperlakuan hewan uji
24
3. Tahap pembuatan suspensi darah merah domba 1% (SDMD)
24
4. Tahap orientasi dosis madu kelengkeng
25
5. Tahap percobaan
26
F. Analisis Hasil
28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
29
A. Identifikasi Madu Kelengkeng
29
B. Pembuatan Antigen Suspensi Darah Merah Domba (SDMD) 1%
30
C. Uji Imunostimulan Madu Kelengkeng Terhadap Jumlah Total dan
Hitung Jenis Sel Darah Putih (Leukosit) dengan Metode Flow
Cytometry
32
D. Tahap Orientasi Madu kelengkeng
34
1. Tahap orientasi hitung total leukosit
34
2. Tahap orientasi hitung jenis leukosit
35
E. Uji Imunostimulan Madu Kelengkeng Terhadap Jumlah Total dan Hitung
Jenis Sel Darah Putih (Leukosit) dengan Metode Flow Cytometry
37
1. Hitung total leukosit
37
2. Hitung jenis leukosit
38
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
43
A. Kesimpulan
43
B. Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
44
LAMPIRAN
48
BIOGRAFI PENULIS
68
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I. Purata ± SD Jumlah Total Leukosit setelah Pemberian Madu
Kelengkeng
.
34
Tabel II. Purata ± SD Hitung Jenis Leukosit setelah Pemberian Madu
Kelengkeng
36
Tabel III. Purata ± SD Jumlah Total Leukosit setelah Pemberian Madu
Kelengkeng
37
Tabel IV. Purata ± SD Hitung Jenis Leukosit setelah Pemberian Madu
Kelengkeng
39
Tabel V. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Jumlah Monosit setelah
Pemberian Madu Kelengkeng pada Tahap Percobaan
41
Tabel VI. Peningkatan Jumlah Monosit setelah Pemberian Madu Kelengkeng
Dibanding Kontrol Negativ
41
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambaran Umum Sistem Imun
13
Gambar 2. Neutrofil
15
Gambar 3. Eosinofil
16
Gambar 4. Basofil
17
Gambar 5. Monosit
18
Gambar 6. Limfosit
19
Gambar 7. Grafik Rata-rata Hasil Pengukuran Jumlah Monosit setelah
Pemberian Madu Kelengkeng
xiv
41
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance)
48
Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian
49
Lampiran 3. Surat Ijin Penggunan Laboratorium
50
Lampiran 4. Perhitungan Dosis Madu Kelengkeng
51
Lampiran 5. Madu Kelengkeng yang Digunakan dalam Penelitian
52
Lampiran 6. Pengujian Keaslian Madu Kelengkeng
52
Lampiran 7. Alat-alat yang Digunakan Untuk Menghitung Leukosit
53
Lampiran 8. Alat-alat untuk membuat antigen suspensi darah merah domba
1%(SDMD)
54
Lampiran 9. Pengujian Statistik Hitung Total Leukosit Tahap Orientasi
55
Lampiran 10. Pengujian Statistik Neutrofil Tahap Orientasi
56
Lampiran 11. Pengujian Statistik Monosit Tahap Orientasi
57
Lampiran 12. Pengujian Statistik Limfosit Tahap Orientasi
58
Lampiran 13. Pengujian Statistik Basofil Tahap Orientasi
59
Lampiran 14. Pengujian Statistik Eosinofil Tahap Orientasi
60
Lampiran 15. Pengujian Statistik Hitung Total Leukosit Tahap Percobaan
61
Lampiran 16. Pengujian Statistik Neutrofl Tahap Percobaan
62
Lampiran 17. Pengujian Statistik Monoit Tahap Percobaan
63
Lampiran 18. Pengujian Statistik Limfosit Tahap Percobaan
65
Lampiran 19. Pengujian Statistik Basofil Tahap Percobaan
66
Lampiran 20. Pengujian Statistik Eoinofil Tahap Percobaan
67
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Sistem imun diperlukan tubuh sebagai pertahanan terhadap bahaya yang
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Madu kelengkeng yang
mengandung flavonoid diduga memiliki aktivitas pada sistem pertahanan tubuh.
Tujuan dari penelitian adalah memperoleh informasi mengenai pengaruh
pemberian madu kelengkeng terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji
tikus putih jantan galur Wistar.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Sebanyak 20 ekor tikus dibagi
dalam empat kelompok yaitu satu kelompok kontrol tanpa perlakuan dan tiga
kelompok perlakuan madu kelengkeng dengan dosis masing-masing 0,60
mL/200gBB, 1,20 mL/200gBB dan 2,30 mL/200gBB. Semua kelompok
perlakuan diberikan madu kelengkeng secara peroral selama tujuh hari. Pada hari
ke-0 tikus diinjeksi dengan antigen berupa Suspensi Sel darah Merah Domba
(SDMD) 1% secara peritonial. Pada hari kedelapan darah tikus dikumpulkan
melalui sinus orbitalis. Perhitungan jumlah sel darah putih dilakukan dengan
metode flow cytometry. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan
melakukan uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov yang dilanjutkan
dengan uji one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%, kemudian jika data
terdapat perbedaan yang bermakna dilanjutkan dengan uji Tukey.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian madu kelengkeng tidak
berpengaruh terhadap peningkatan jumlah sel darah putih
Kata kunci : Madu Kelengkeng, Imunomodulator, Jumlah Sel Darah Putih
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
The immune system is required by body as a defense against dangerous
materials in the enviromental. Longan honey containing flavonoid is suspect have
activity to immune system. The aim of this research is to get information about
effect administration of longan honey to total leucocyte count on animals test of
white male rats Wistar.
This research is experimental research study with randomized design. A
total of 20 mice were divided into four groups, one negative control group with no
treatment and three treatment groups longan honey with each dose 0,60
mL/200gBB, 1.20 mL/200gBB and 2.30 mL/200gBB. All treatment groups given
the longan honey orally for seven days. On day-0, rats were injected with SDMD
1% in peritonial. On day-8 rats blood was collected from orbital sinus.
Measurement of the number of white blood cells was conducted using Flow
cytometry. The data obtained were statistically analyzed with KolmogorovSmirnov method for normality test. The data were normally distributed (p> 0.05)
followed by one-way ANOVA test with a level of 95%, then if there is a
significant difference will be followed by Tukey test.
The results showed that administration of longan honey is not
effect increase in the total number of leukocytes in male rats Wistar.
Key words: Longan honey, Immunomodulatory, Total Leukocyte Count
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Sistem imun merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa tipe selsel yang menetap dan melekat pada jaringan atau yang mampu bergerak (mobile)
dan berinteraksi di dalam jaringan getah bening yang tersebar di seluruh tubuh
(Louise, 2011). Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan
keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam
lingkungan hidup (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).
Sistem imun yang bekerja dengan baik dapat melindungi tubuh dengan
baik pula. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan respon
imun adalah dengan memberikan suatu imunomodulator yaitu suatu substansi
yang dapat memperbaiki sistem imun dengan cara stimulasi (imunostimulan) atau
menekan/menormalkan reaksi imun yang abnormal (imunosupresan) (Djauzi,
2003).
Substansi imunomodulator dapat berasal dari bahan alam dan sintetik.
Salah satu bahan alam yang telah diteliti dan dapat digunakan sebagai
imunomodulator adalah madu. Madu merupakan cairan manis alami yang berasal
dari nektar tumbuhan yang diproduksi oleh lebah madu (Suranto, 2007). Menurut
Aden (2010) madu dapat digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
dan mengatasi alergi. Selain itu, fungsi madu lainnya adalah sebagai sumber
energi dan meningkatkan stamina (Suranto, 2004). Madu mengandung beberapa
senyawa organik, yang telah terindentifikasi antara lain seperti polifenol,
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
flavonoid, dan glikosida (Rostinawati, 2009) dan hal ini diperkuat oleh Gheldof,
et al.(2002) yang menyatakan bahwa madu memiliki kandungan antioksidan yang
tinggi yang salah satunya adalah flavonoid.
Salah satu jenis madu monoflora yang diproduksi secara kontinyu di
Indonesia adalah
madu kelengkeng yang berasal dari
satu jenis bunga
kelengkeng (Parwata, Ratnayani, Listya, 2010). Dari hasil survey madu di
pasaran, madu kelengkeng banyak digunakan oleh masyarakat. Madu kelengkeng
ini banyak digunakan karena rasanya yang lebih manis dan legit dibandingkan
dengan jenis madu lainnya sehingga lebih disukai oleh masyarakat. Dari berbagai
manfaat madu kelengkeng yang ada, salah satunya yang diketahui adalah untuk
meningkatkan daya tahan tubuh (Aden, 2010).
Komposisi madu kelengkeng yang diketahui dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sidiqqa (2008) menyatakan bahwa madu kelengkeng memiliki
kandungan berupa flavonoid dan gula. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang
secara struktur kimianya terdiri dari flavonol, flavon, flavanon, iso flavon,
katekin, antosianidin dan kalkon (Arnas, 2009). Flavonoid dilaporkan memiliki
manfaat sebagai imunostimulan (Maratani, 2006) dan didukung penelitian yang
dilakukan oleh Saifulhaq (cit., Senas, 2012) membuktikan bahwa senyawa
antioksidan yaitu flavonoid dapat digunakan sebagai imunomodulator karena
dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Khumairoh, Tjandrakirana, dan
Budijastuti (2013) menyatakan bahwa flavonoid dapat meningkatkan jumlah
leukosit pada tikus putih yang terpapar benzena dan hal ini didukung dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
penelitian yang dilakukan oleh Tonks, dkk.(cit., Manyi-Loh, Clarke dan Roland,
2011) yang menyatakan bahwa madu dapat meningkatkan leukosit pada mencit.
Leukosit merupakan kompenen penting di dalam tubuh yang berperan
dalam sistem kekebalan tubuh. Peningkatan jumlah sel leukosit merupakan respon
dalam bentuk proteksi terhadap adanya sel asing termasuk infeksi bakteri yang
masuk ke tubuh. Leukosit termasuk ke dalam sistem imun nonspesifik yang
merupakan pertahanan terdepan yang siap berfungsi jika ada benda asing atau
mikroba yang masuk ke dalam tubuh dan dapat memberikan respon langsung
(Bratawidjaja, 2010).
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut dan
mengingat sejauh ini masih belum ada publikasi yang menyebutkaan tentang
pengaruh pemberian madu kelengkeng terhadap jumlah sel darah putih terutama
di Indonesia maka penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh dari
pemberian madu kelengkeng terhadap jumlah sel darah putih pada tikus putih
jantan galur Wistar sehingga dapat memberikan tambahan informasi bahwa
penggunaan madu kelengkeng dapat berkhasiat sebagai imunomodulator untuk
meningkatkan kesehatan.
1. Permasalahan
Apakah pemberian madu kelengkeng memberikan pengaruh berupa
peningkatan jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galur
Wistar?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan pengetahuan dan penelusuran pustaka yang dilakukan
oleh penulis mengenai “Pengaruh Pemberian Madu Kelengkeng Terhadap
Jumlah Sel darah Putih Pada Hewan Uji Tikus Putih Jantan Galur Wistar”,
belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian sejenis yang pernah
dilakukan sebelumnya yaitu :
a. Parwata, Ratnayani, dan Listya, 2010, Aktivitas Antiradikal Bebas Serta
Kadar Beta Karoten Pada Madu Randu (Ceiba
pentandra) dan Madu
Kelengkeng (Nephelium longata L.). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
aktivitas antiradikal bebas pada madu kelengkeng lebih besar dibandingkan
pada madu randu tetapi sebaliknya kadar beta karoten pada madu randu
lebih tinggi dibandingkan pada madu kelengkeng. Aktivitas antiradikal
bebas dan kadar beta karoten pada madu kelengkeng adalah 82,10% dan
1,9687 mg/100 g sedangkan untuk madu randu yaitu 69,37% dan 3,6327
mg/100 g.
b. Sari, 2006, Aktivitas Imunomodulator Infusa Daun Rambutan (Nephelium
lappaceum, L.) Terhadap respon Imun Non-spesifik Pada Mencit Secara In
Vivo. Hasil penelitian menunjukkan pada hitung jenis leukosit terdapat
perbedaan yang bermakna antara kelompok ekstrak infus 100 mg/kgBB
terhadap kelompok kontrol negatif baik pada parameter monosit maupun
neutrofil. Pada pengamatan hitung total leukosit terdapat perbedaan yang
bermakna antara kelompok perlakuan ekstrak infusa 200mg/kgBB terhadap
kelompok kontrol negatif.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
c. Gomathi, Prameela, Kumar, and Rajendra, 2012, Evaluation of
Immunomodulatory activity of Anthocyanins from two forms of Brassica
oleracea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Brassica
oleracea dan f.alba athocyanin extract
meningkatkan respon imun
humoral, selular dan sel darah putih dibandingkan dengan kontrol.
d. Mastan, Saraseeruha, Gourishankar, Chaitanya, Raghunandan,Reddy, and
Kumar, 2012, Immunomodulatory Activity of Methanolic
Extract
of
Syzygium Cumini Seeds. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak metanolik Syzygium Cumini Seeds memberikan hasil berupa
peningkatkan jumlah hitung total leukosit, hitung jenis leukosit berupa
neutrofil dan limfosit.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoretis
1) Memberikan informasi ilmiah bagi ilmu pengetahuan mengenai manfaat
madu kelengkeng sebagai imunomodulator.
2) Menjadi dasar dalam pengembangan penelitian di bidang ilmu
kefarmasian khususnya tentang madu kelengkeng dapat meningkatkan
kesehatan masyarakat.
b. Manfaat praktis. Memberikan informasi dan tambahan wawasan bagi
masyarakat dalam memanfaatkan madu kelengkeng sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit
dan meningkatkan kesehatan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Memperoleh
informasi
mengenai
pengaruh
pemberian
madu
kelengkeng pada hewan uji tikus putih jantan galur Wistar sebagai
imunomodulator.
2. Tujuan khusus
Memperoleh
informasi
mengenai
pengaruh
pemberian
madu
kelengkeng berupa peningkatan jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus
putih jantan galur Wistar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Madu
Madu adalah cairan manis yang berasal dari nektar tanaman yang
diproses oleh lebah menjadi madu dan tersimpan dalam sel-sel sarang lebah. Sejak
ribuan tahun yang lalu sampai sekarang ini, madu telah dikenal sebagai salah satu
bahan makanan atau minuman alami yang mempunyai peranan penting dalam
kehidupan (Hariyati, 2010). Manfaat madu di antarannya untuk pengobatan,
pemeliharaan kesehatan, bahan pengawet alami, serta bahan pemanis makanan
dan minuman (Suranto, 2004).
1. Jenis madu
Jenis madu berdasarkan sumber nektarnya ada dua yaitu madu
monoflora yang merupakan jenis madu yang berasal dari satu jenis bunga yang
dominan sebagai sumber madu. Sedangkan madu poliflora adalah jenis madu
yang dihasilkan dari nektar berbagai macam tanaman, dimana terdapat
beberapa jenis bunga sekaligus yang dominan di dalam madu. Madu jenis
inilah yang sering disebut dengan madu campuran (blended honey)
yang
memiliki beberapa cairan bunga sekaligus (Aden, 2010).
Berdasarkan warnanya madu dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
yaitu madu jernih (water white), amber, hitam (dark amber), putih (white).
(Mulu, Tessema and Derby, 2004).
Di Indonesia terdapat beberapa jenis madu berdasarkan jenis flora
yang menjadi sumber nektarnya, yaitu madu monoflora dan polifora. Madu
7
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
monoflora merupakan madu yang diperoleh dari satu tumbuhan utama yang
biasanya dinamakan berdasarkan sumber nektarnya, seperti madu kelengkeng,
madu rambutan, dan madu randu. Madu monoflora umumnya mempunyai
wangi, warna, dan rasa yang spesifik sesuai dengan sumbernya. Madu poliflora
merupakan madu yang berasal dari nektar beberapa jenis tumbuhan bunga dan
biasanya berasal dari hutan yang diproduksi oleh lebah-lebah liar yang
bernama Apis dorsata (Suranto, 2007).
2. Komposisi madu
Madu mengandung: air 20%, karbohidrat sekitar 80%, protein,
sejumlah vitamin B kompleks, vitamin C, sodium, potasium, kalsium,
magnesium, mangan, zat besi, tembaga, fosfor, dan juga belerang. Kadar zat
gula dalam madu mencapai 75% hingga 80%. Selain kandungan gula yang
tinggi, madu juga mengandung berbagai vitamin di dalamnya seperti:
B1,B2,B3,B5,B6 dan vitamin C. Selain itu madu juga mengandung tembaga,
yodium, zat besi, sedikit timah, juga mengandung berbagai hormon (Sulaiman,
2010).
Di dalam madu terdapat beberapa enzim yang penting seperti enzim
diastase, inverstase, glukosa oksidase, peroksidase, dan lipase. Enzim diastase
adalah enzim yang mengubah karbohidart kompleks (polisakarida) menjadi
karbohidrat yang sederhana (monsakarida). Enzim invertase adalah enzim yang
memecah molekul sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Sedangkan enzim
oksidase adalah enzim yang membantu oksidasi glukosa menjadi asam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
peroksida. Semua zat tersebut berguna untuk proses metabolisme dalam tubuh
(Suranto, 2004).
Selain berbagai jenis kandungan tersebut, di dalam madu juga
terkandung asam utama yaitu asam glutamat. Asam organik yang terdapat
dalam madu adalah asam asetat, asam butirat, format, suksinat, glikolat, malat,
proglutamat, sitrat, dan piruvat (Suranto,2004).
Madu juga memiliki kandungan antioksidan yang baik untuk
kesehatan tubuh. Menurut Parwata (2010), kandungan antioksidan di dalam
madu berupa asam organik, enzim, asam fenolat, flavonoid dan beta karoten.
Selain itu di dalam madu juga terkandung vitamin antioksidan esensial yang
utama berupa vitamin A dan vitamin E.
3. Manfaat madu
Madu telah lama dikenal dan digunakan sebagai salah satu obat
tradisional yang memiliki khasiat yang besar untuk kesehatan seperti
menyembuhkan berbagai jenis penyakit (Haviva, 2011). Kandungan mineral
pada madu dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga agar tubuh tetap segar,
vitaminnya berperan dalam metabolisme protein. Kandungan nutrisi seperti
vitamin C, asam organik, enzim, asam fenolik, flavonoid dan beta karoten
bermanfaat sebagai antioksidan yang tinggi (Parwata, 2010). Menurut Suranto
(2004), madu juga bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit
seperti penyakit lambung, radang usus, jantung dan hipertensi. Adanya asetil
kolin dapat memperlancar peredaran darah dan menurunkan tekanan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
Berdasarkan penelitian para ahli madu juga dapat digunakan untuk
mengobati luka yang terkontaminasi karena membantu membersihkan dan
mempercepat penutupan luka-luka yang tekontaminasi (Sulaiaman, 2010).
Antioksidan madu diyakini mampu mencegah terjadinya kanker, penyakit
jantung, dan penyakit lainnya. Selain itu madu juga dapat membunuh dan
mencegah kuman untuk berkembang sehingga madu dipercaya dapat
menyembuhkan berbagai macam luka seperti luka bakar, luka infeksi, luka
setelah operasi dan lain-lain (Hariyati, 2010).
Selain kandungan-kandungan tersebut, madu juga mengandung
flavonoid dan menurut Krell (cit., Jaya, dkk, 2008) kandungan flavonoid dapat
meningkatkan
sistem
kekebalan
tubuh.
Aktivitas
flavonoid
sebagai
imunostimulator berkaitan dengan aktivitas sebagai antimikroba, antiviral,
antioksidan,
antiploriferatif,
sitotoksik
dan
antiinflamasi.
Mekanisme
imunostimulator flavonoid sangat beragam. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Middleton, Kandaswami, dan Theoharides (2010) melaporkan bahwa
flavonoid dapat berefek pada sel T, B, makrofag, NK, basofil, mast, neutrofil,
eosinofil, dan platelet.
B. Sistem Imun
Tubuh manusia dilengkapi dengan sederetan mekanisme pertahanan yang
bekerja sebagai payung protektif untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen
infeksi (Wahab dan Julia, 2002).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi.
Gabungan sel, molekul, jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap mikroba
serta bahan lainnya disebut respon imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan dari
berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).
1) Sistem imun nonspesifik (Innate Immunity)
Sistem imun nonspesifik atau imunitas alamiah merupakan garis awal
terhadap pertahanan terhadap molekul asing yang masuk ke dalam tubuh.
Sistemimun non spesifik merupakan jenis pertahanan tubuh yang ditujukan
tidak hanya untuk satu jenis antigen saja tetapi juga untuk jenis antigen
lainnya. Sistem imun non spesifik diperoleh sejak bayi dan terdiri dari kulit
dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, kelenjar air mata serta
sel-sel fagosit yang meliputi sel makrofag, monosit dan polimorfonuklear
(Akib, Munasir, dan Kurniati, 2008).
Mekanisme pertahanan tubuh yang dilakukan oleh sistem imun non
spesifik adalah dengan melakukan fagositosis atau penghancuran terhadap
molekul asing (antigen) yang masuk ke dalam tubuh tanpa membedakan
molekul-molekul asing tersebut. Proses yang pertama terjadi adalah antigen
harus melekat pada sel fagositosit supaya terjadi proses fagosistosis. Terdapat
mediator tertentu yang disebut faktor leukotaktis atau kemotaktis yang berasal
dari antigen maupun dilepaskan oleh neutrofil atau makrofag yang sebelumnya
berada pada lokasi tersebut. Pelepasan mediator tersebut yang menyebabkan
sel fagosit dapat bergerak ke sel sasaran untuk melakukan pengahncuran
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
terhadap sel-sel asing yang masuk ke dalam tubuh (Benjamini, Coico, dan
Sunshine, 2003).
2) Sistem imun spesifik
Sistem imun spesifik yang disebut dengan komponen adaptif atau
imunitas yang didapat merupakan jenis mekanisme pertahanan tubuh yang
ditujukan untuk menyerang molekul asing (antigen) yang khusus dan pernah
terpejan ke dalam tubuh sehingga tidak dapat berperan untuk jenis antigen
yang lain (Sherwood, 2011). Sistem imun spesifik memiliki kemampuan dalam
“mengingat” dan merespon lebih dahsyat terhadap pemaparan yang berulang
dari mikroba yang sama (Abbas and Litchman, 2005). Sitem imun ini
membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum
memberikan responnya terhadap antigen tersebut sehingga sistem imun
dikatakan berperan di garis belakang setelah non spesifik (the second line of
defense). Jenis pertahan tubuh ini memiliki ciri utama yaitu spesifitas,
disversitas,
memori,
spesialisasi
membatasi
diri
(self
limition)
dan
membedakan self dari (non-self) (Marsetyawan, 2000). Sel yang berperan
dalam imunitas spesifik ini adalah sel yang mempresentasikan antigen
(Antigen Presenting Cell=makrofag), sel limfosit T dan Limfosit B (Akib et
al., 2008). Sistem imun spesifik terdiri dari sistem humoral dan selular dimana
pada sitem imun humoral, sel B akan melepas antibodi untuk menyingkirkan
mikroba ekstraseluler dan pada imunitas seluler adanya sel T akan
mengaktifkan makrofag sebagai efektor yang berfungsi untuk mengahncurkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
mikroba atau mengaktifkan sel CTC/Tc sebagai efektor yang menghancurkan
sel yang terinfeksi (Bratawidjaja dan Rengganis, 2010).
Kedua jenis sistem pertahanan tubuh ini memiliki perbedaan dimana
untuk pertahanan nonspesifik sudah ada sebelum kontak dengan
antigen
sedangkan pertahanan spesifik harus ada kontak terlebih dahulu dengan antigen
Gambar 1. Gambaran Umum Sistem Imun (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010)
C. Imunomodulator
Imunomodulator adalah bahan atau zat-zat yang dapat menyebabkan
respon spesifik maupun respon umum dari sistem imun. Imunomodulator
berfungsi mengatur kerja respon imun dengan menambah atau mengurangi
kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam memproduksi efektor kekebalan
(Budiman, 2008). Berdasarkan efek yang ditimbulkannya, imunomodulator
terbagi menjadi imunostimulan dan imunosupresan (Singleton and Sainsbury,
2011).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
Imunostimulan adalah bahan yang dapat meningkatkan sistem imun dengan cara
menginduksi
atau
meningkatkan
aktivitas
dari
komponen-komponennya.
Imunostimulan dikategorikan dalam dua bagian yaitu imunostimulan spesifik dan
imunostimulan tak spesifik. Imunostimulan spesifik merupakan suatu bahan yang
bersifat antigenik spesifik dalam memberikan respon imun, seperti vaksin dan
beberapa antigen, sedangkan imunostimulan non spesifik adalah zat yang beraksi
tidak hanya pada satu antigenik spesifik untuk menambah respon imun dari
antigen lain atau dapat meningkatkan komponen dari sistem imun tanpa sifat
antigenik spesifik, seperti adjuvan (Singleton and Sainsbury, 2011).
Imunosupresan merupakan senyawa (obat atau nutrisi) yang bekerja
dengan menekan respon imun. Obat imunosupresi digunakan pada pasien yang
akan menjalani transplantasi dan penyakit autoimun karena kemampuannya dalam
menekan respon imun (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).
D. Sel Darah Putih
Sel darah putih atau disebut juga dengan leukosit merupakan sel
heterogen yang memiliki fungsi beragam yang berasal dari satu sel bakal (stem
cell)
(Sacher and McPherson, 2004). Leukosit tidak memiliki hemoglobin
sehigga tidak berwarna (yaitu putih) kecuali jika secara spesifik diwarnai agar
dapat
dilihat
dengan
mikoskop
(Sherwood,
2011).
Leukosit
sendiri
diklasifikasikan ke dalam dua grup yaitu granulosit dan agranulosit (Pearce,
2009).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
1. Granulosit
Menurut Pearce (2009) granulosit terdiri dari
neutrofil, basofil,dan
eosinofil dimana tiap sel tersebut mengandung nukleus yang berbelah banyak
dan sel-sel ini biasanya disebut dengan
polimorfonuklear leukosit (PMN)
(Sacher and McPherson, 2004).
a. Neutrofil
Gambar 2. (Weiss and Wardrop, 2010)
Sel neutrofil merupakan komponen polimorfonuklear yang paling
banyak dijumpai. Neutrofil merupakan fagositosis yang penting dalam
pertahanan tubuh lini pertama untuk melawan bakteri dan fungsi tetapi juga
berperan sebagai efektor inflamasi (Kresno, 2001). Fungsi utama neutrofil
adalah memberikan respon imun non spesifik dengan melakukan fagositosis
serta membunuh atau menyingkirkan mikroorganisme yang masuk. Selain
itu fungsi dari neutrofil adalah sebagai pembersihan debris, partikel, bakteri
dan
memusnahkan
organisme
mikroba,
mencegah
invasi
oleh
mikroorganisme patogen, melokalisasi dan mematikan patogen-patogen
tersebut apabila terjadi invasi (Sacher and McPherson, 2004). Jumlah
neutrofil normal pada tikus jantan usia 2-3 bulan adalah 6,2-26,7 % dari
jumlah leukosit (Giknis and Cliffort, 2008).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
b. Eosinofil
Gambar 3. Eosinofil (Weiss and Wardrop, 2010)
Sel eosinofil merupakan jenis leukosit yang paling sedikit
dijumpai dan memiliki fungsi dalam pertahanan terhadap infeksi parasit
(helmintik) dan berperan dalam respon alergi. Selain itu eosinofil juga
berfungsi sebagai proteksi bagi penjamu dengan mengakhiri respon
peradangan, eosinofil juga memfagositosis sisa-sisa sel dengan tingkat
rendah daripada neutrofil (Corwin, 2009).
Di dalam darah tikus normal usia 2-3 bulan terdapat eosinofil
sekitar 0,2-3,5 % dari jumlah total leukosit (Giknis and Cliffort, 2008).
Eosinofil berkembang di sumsum tulang sebelum bermigrasi ke aliran darah
dan beredar selama 30 menit. Eosinofil kemudian akan bermigrasi ke jaringan
dan tetap berada disana sampai 12 hari. Sel ini dapat dibedakan dari sel lain
karena mempunyai granul yang berwarna jingga berisi protein basa dan
enzim perusak. Eosinofil terutama efektif dalam menyingkirkan antigen
yang merangsang pembentukkan IgE, dimana sel ini punya reseptor yang
dapat melekat erat pada partikel yang dilapisi IgE. Eosinofil juga terdapat
banyak pada tempat-tempat yang mengalami alergi (Kresno, 2001).
Walaupun eosinofil mampu melakukan fagositosis, eosinofil tidak bersifat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
bakterisidal. Selain hal tersebut eosinofil juga mengandung beberapa enzim
yang dapat menginaktifkan mediator-mediator peradangan dan juga
mengandung histamine seperti basofil (Sacher and McPherson, 2011). Di
dalam darah tikus normal usia 2-3 bulan jumlah eosinofil ada sekitar 0,23,5% dari jumlah total leukosit (Giknis and Cliffort, 2008).
c. Basofil
Gambar 4. Basofil (Weiss dan Wardrop, 2010)
Basofil merupakan leukosit granular yang memiliki jumlah paling
sedikit di antara komponen leukosit lainnya. Granul sitoplasmanya
berasosiasi kuat dengan zat warna yang bersifat basofili seperti
hematoksilin. Basofil memiliki fungsi yang serupa dengan sel mast, yaitu
membangkitkan proses peradangan akut pada tempat deposisi antigen.
Basofil memiliki granula di sitoplasma yang besar serta kasar (Sacher and
McPherson, 2011). Basofil akan teraktivasi oleh adanya cedera atau infeksi
mengeluarkan bradikini, histamin dan serotonin yang akan menigkatkan
permeabilitas kapiler dan aliran darah ke tempat yang mengalami cedera
atau infeksi, menuju daerah yang diperlukan mediator lain untuk
mengeliminasi infeksi dan mempercepat penyembuhan (Corwin, 2009). Di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
dalam darah tikus normal usia 2-3 bulan jumlah basofil ada sekitar 0-0,8%
dari jumlah total leukosit (Giknis and Cliffort, 2008).
2. Agranulosit
Merupakan sel darah putih yang terdiri dari sel limfosit dan
monosit, tidak mengandung nukleus yang berbelah banyak dan memiliki
nukleus nonlobular (Fiscbach, 2004).
a. Monosit
Gambar 5. Monosit (Weiss and Wardrop, 2010)
Monosit merupakan fagositosis penting yang akan berdiferensiasi
menjadi makrofag ketika meninggalkan darah. Monosit di produksi di
sum-sum tulang dan setelah matang akan masuk ke aliran darah perifer
Monosit adalah makrofag muda yang terdapat di aliran darah, sedangkan
makrofag dewasa dapat ditemukan dalam jaringan ikat yang disebut
histiosit, di perbatasan sinusoid hati atau biasa disebut sel Kupffer, pada
otak disebut mikroglia, dan pada paru-paru disebut makrofag alveol.
Makrofag sendiri berperan sebagai fagositosit benda asing yang masuk ke
dalam tubuh (Sacher and McPherson, 2011).
Di dalam darah tikus normal usia 2-3 bulan jumlah basofil ada
sekitar 0,8-3,8% dari jumlah total leukosit (Giknis dan Cliffort, 2008).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
b. Limfosit
Gambar 6. Limfosit (Weiss and Wardrop, 2010)
Limfosit merupakan jenis leukosit terbanyak kedua di dalam
darah perifer. Limfosit memiiki ukuran yang lebih kecil dari monosit.
Limfosit bersirkulasi di dalam darah dan berada di jaringan limfatik (nodus
limfe dan limpa) yang besar. Limfosit berfungsu dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap antigen (molekul asing) seperti sel yang
dianggap abnormal (misalnya sel yang diserang virus, sel kanker dan sel
transplan) (Waught and Grant, 2011). Selain itu limfosit juga memiliki
fungsi utama yaitu berinteraksi dengan antigen dan menimbulkan respon
imun seperti humoral dalam bentuk produksi antibodi, diperantarai oleh sel
disertai pengeluaran oleh berbagai limfokin dan sebagai sitotoksik yang
disertai
pembentukan
limfosit
pembunuh
sitotoksik
(Sacher
and
McPherson, 2004). Jumlah limfosit dalam darah tikus normal usia 2-3
bulan adalah 66,9-90,3 % dari jumlah total leukosit (Giknis and Cliffort,
2008).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
E. Landasan Teori
Madu kelengkeng merupakan salah satu jenis madu monoflora yang
diproduksi berasal dari satu nektar saja yaitu bunga kelengkeng. Madu kelengkeng
mengandung banyak senyawa organik dan salah satunnya yang diketahui berperan
dalam sistem imun adalah flavonoid. Saat ini telah banyak dikembangkan
penelitian yang mengemukakan manfaat dari flavonoid. Saifulhaq (cit., Senas,
2012) membuktikan bahwa senyawa antioksidan yaitu flavonoid daapt digunakan
sebagai imunomodulator karena dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Selain hal tersebut, beberapa penelitian terdahulu juga telah membuktikan bahwa
bahwa flavonoid dapat meningkatkan jumlah leukosit pada hewan uji tikus putih
yang terpapar benzena (Khumairoh, Tjandrakirana dan Budijastuti, 2013).
Leukosit merupakan lini pertama dalam pertahan tubuh non spesifik. Leukosit
akan berperang pertama kali jika adanya benda atau mikroorganisme asing yang
masuk ke dalam tubuh. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, maka ada
kemungkinan dengan adanya pemberian madu kelengkeng dapat memberikan
pengaruh terhadap sistem imun non spesifik berupa peningkatan jumlah leukosit
pada tikus jantan galur Wistar.
F. Hipotesis
Pemberian madu kelengkeng memiliki pengaruh berupa peningkatan
terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galur Wistar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni, yaitu
dengan melakukan percobaan terhadap kelompok perlakuan dan hasilnya
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian acak lengkap
pola searah. Rancangan acak
merupakan cara menetapkan sampel yang
digunakan pada penelitian dengan pengacakan sehingga setiap sampel akan
mendapat kesempatan yang sama untuk masuk dalam kelompok kontrol atau
kelompok perlakuan. Pola searah ditunjukkan dengan adanya perlakuan yang
sama pada kelompok perlakuan, yaitu pemberian larutan madu kelengkeng.
Penelitian ini dilakukan pada subjek uji tikus putih jantan galur Wistar yang
dipeoleh dari laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Kriteria inklusi yaitu tikus putih berkelamin jantan, berat badan lebih kurang
antara 200-300 gram, berumur 2-3 bulan, sehat, bergalur Wistar. Kriteria drop out
adalah tikus yang mati selama perlakuan. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan di Unit III
Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
21
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a) Variabel utama
1) Variabel bebas
: dosis madu kelengkeng
2) Variabel tergantung
: jumlah sel darah putih
b) Variabel pengacau
1)
Variabel yang dikendalikan : jenis makanan, variasi
genetik, jenis kelamin, berat
badan, umur tikus, dan
galur tikus.
2)
Variabel yang tidak dikendalikan : patofisiologis dan
kondisi psikologis tikus.
2. Definisi operasional
a. Madu kelengkeng. Madu monoflora yang berasal dari satu bunga yaitu
bunga kelengkeng (Nephelium longata L.) yang diproduksi oleh lebah-lebah
liar. Madu kelengkeng yang digunakan diperoleh dari PT.Madu Pramuka
yang merupakan salah satu distributor madu di Yogyakarta.
b. Sel darah putih. Leukosit atau sel darah putih adalah sel heterogen yang
memiliki fungsi beragam yang berasal dari satu sel bakal (stem cell)
(Sacher & McPherson,2004). Sel darah putih tidak memiliki hemoglobin
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
sehigga tidak berwarna (yaitu putih) kecuali jika secara spesifik diwarnai agar
dapat dilihat dengan mikoskop (Sherwood, 2011). Jumlah sel darah putih
sekitar 6000-10.000 mm3 darah (Fiscbach,2004).
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
Madu kelengkeng
yang diperoleh dari salah PT. Madu Pramuka yang
merupakan salah satu distributor madu di Yogyakarta.
2. Hewan uji
Tikus jantan galur Wistar umur 2-3 bulan dengan berat 200-300 gram
diperoleh dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Antigen
Antigen yang digunakan pada pennelitian kali ini adalah Suspensi Darah
Merah Domba (SDMD) 1%.
4. Bahan untuk uji jumlah sel darah putih
Sampel darah tikus yang sebelumnya telah di injeksi dengan madu kelengkeng
dan diinfeksi antigen berupa Suspensi Darah Merah Domba (SDMD) 1%,
EDTA.
D. Alat Penelitian
Spuit injeksi oral, spuit injeksi intraperitonial, tabung reaksi, gelas beker,
pipa kapiler, tabung EDTA, sentifuge, Sysmex XT 1800i Automated Hematology
Analyzers, mikropipet, laminar air flow (LAF).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
E. Tata Cara Penelitian
1. Tahap penentuan dosis madu kelengkeng
Besarnya dosis madu kelengkeng ditentukan berdasarkan dosis yang
dianjurkan pada manusia adalah 1-2 kali/hari 1 sendok makan (15 mL)
(Suranto, 2007). Konversi dosis pada manusia yang berat badannya 70 kg ke
tikus yang berat badannya 200 g adalah 0,018 (Ngatidjan, 1991). Dosis madu
hutan untuk tikus 200 g adalah :
Faktor konversi x dosis = 0,018 x 30 mL
= 0,54mL/200 g BB
Madu yang disuntikan secara peroral ke hewan uji sebanyak dua kali peringkat
dosis tersebut yaitu 0,6 mL ; 1,2 mL;2,3 mL.
2. Tahap praperlakuan hewan uji
Sebelum penelitian dilaksanakan, semua hewan uji ditimbang beratnya,
kemudian hewan uji diadaptasi selama satu minggu di laboratorium
Farmakologi-Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma untuk
penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
3. Tahap pembuatan suspensi darah merah domba 1 % (SDMD)
Darah Domba yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Balai
Kesehatan dan Penelitian Yogyakarta. Pembutan antigen suspensi darah merah
domba 1% (SDMD) dilakukan di Lembaga Pengembangan Penelitian Terpadu
(LPPT) Unit III Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Darah Domba yang diperoleh kemudian dibagi ke dalam beberapa
tabung disentrifuge kemudian dilanjutkan dengan sentrifuge dengan kecepatan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
3000 rpm selama 10 menit. Pada bagian atas akan tampak lapisan cairan
berwarna bening yaitu supernatan yang merupakan plasma yang kemudian
dibuang. Kemudian tambahkan larutan Phosphat Buffered Saline (PBS) pH 7,2
dalam tabung sebanyak tiga kali volume SDMD yang tersisa. Tabung dibolakbalik agar tersuspensi rata dan disentrifuge kembali dengan kecepatan 3000
rpm. Pencucian dilakukan paling sedikit tiga kali. Setelah disentrifugasi, PBS
24
dibuang kembali sehingga yang tertinggal di dalam tabung adalah SDMD
100%. Kemudian suspensi SDMD 100% diambil sebanyak 0,5 ml lalu
ditambahkan PBS dengan volume sama sehingga didapat suspensi SDMD
50%. Untuk mendapatkan suspensi SDMD 1%, maka dari suspensi SDMD
50% diambil sebanyak 1 mL kemudian ditambahkan PBS sampai 50ml
(Kumala, Dewi, dan Nugroho, 2012).
4. Tahap orientasi dosis madu kelengkeng
Tahap orientasi dosis dilakukan untuk mengetahui dosis madu
kelengkeng yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah sel darah putih pada
hewan uji tikus jantan. Tikus jantan sejumlah 12 ekor dari galur Wistar, umur
2-3 bulan, berat badan 200-300 g. Tikus tersebut dibagi secara random menjadi
4 kelompok, dengan masing-masing kelompok berjumlah
tiga ekor.
Kelompok-kelompok tersebut antara lain :
a. Kelompok kontrol negatif : kelompok tikus tanpa diberi perlakuan madu
kelengkeng.
b. Kelompok perlakuan 1 : kelompok tikus yang diberi larutan madu
kelengkeng dengan dosis 0,6 mL/200 g BB.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
c. Kelompok perlakuan 2 : kelompok tikus yang diberi larutan madu
kelengkeng dengan dosis 1,2 mL/200 g BB.
d. Kelompok perlakuan 3 : kelompok tikus yang diberi larytan madu
kelengkeng dengan dosis 2,3 mL/200 g BB.
Dua belas ekor tikus disuntikkan dengan madu kelengkeng secara
peroral sesuai dengan dosis masing-masing untuk tiap kelompok percobaan
selama 7 hari berturut-turut (Gomathi, Prameela, Pumar, and Rajendra, 2012).
Pada hari ke-0 semua tikus diinjeksi dengan antigen berupa suspensi darah
merah domba (SDMD) 1% sebanyak 2 mL/200 g BB secara peritonial
(Kumala, dkk., 2012). Kemudian pada hari ke-8, darah tikus akan dikumpulkan
melalui sinus orbitalis untuk dilakukan perhitungan jumlah total dan hitung
jenis sel darah putih (leukosit) dengan metode flow cytometry menggunakan
alat Sysmex XT 1800i Automated Hematology Analyzers yang dilakukan di
laboratorium klinik Hi-Lab Yogyakarta. Hasil percobaan pada tahap orientasi
dosis ini akan digunakan pada tahap percobaan.
5. Tahap percobaan
Tikus jantan sejumlah 20 ekor dari galur Wistar, umur 2-3 bulan, berat
badan 200-300 g. Tikus tersebut dibagi secara random menjadi empat
kelompok, dengan masing-masing kelompok berjumlah lima ekor. Kelompokkelompok tersebut antara lain :
a. Kelompok kontrol negatif : kelompok tikus tanpa diberi perlakuan madu
kelengkeng.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
b. Kelompok perlakuan 1 : kelompok tikus yang diberi larutan madu kelengkeng
dengan dosis dan volume pemberian yang didapatkan dari hasil orientasi
yaitu 0,6 ml/200 g BB.
c. Kelompok perlakuan 2 : kelompok tikus yang diberi larutan madu kelengkeng
dengan dosis dan volume pemberian yang didapatkan dari hasil orientasi
yaitu 1,2 ml/200 g BB.
d. Kelompok perlakuan 3 : kelompok tikus yang diberi larutan madu kelengkeng
dengan dosis dan volume pemberian yang didapatkan dari hasil orientasi
yaitu 2,3 ml/200 g BB.
Dua puluh ekor tikus disuntikkan dengan madu kelengkeng secara
peroral sesuai dengan dosis masing-masing untuk tiap kelompok percobaan
selama 7 hari berturut-turut (Gomathi, dkk., 2012). Pada hari ke-0 semua tikus
diinjeksi dengan antigen berupa suspensi darah merah domba (SDMD) 1%
sebanyak 2 mL/200 g BB secara peritonial (Kumala, dkk., 2012). Kemudian
pada hari ke-8, darah tikus akan dikumpulkan melalui sinus orbitalis untuk
dilakukan perhitungan jumlah total dan hitung jenis sel darah putih (leukosit).
Perhitungan jumlah total dan hitung jenis leukosit dilakukan dengan cara
yang sama seperti yang dilakukan pada tahap orientasi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dievaluasi secara statistik dengan melakukan uji
normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov (p>0,05). Data yang
terdistribusi normal (p >0,05) dilanjutkan dengan uji Levene untuk mrngrtahui
homogenitas data. Data selanjutnya dianalisis dengan uji one way ANOVA
dengan taraf kepercayaan 95%, kemudian jika data terdapat perbedaan yang
bermakna dilanjutkan dengan uji Tukey.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian madu
kelengkeng terhadap jumlah total sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan
galur Wistar. Pengukuran jumlah total sel darah putih dilakukan di laboratorium
klinik Hi-Lab Yogayakarta menggunakan metode Flow Cytometry. Data yang
diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui distribusi normal data kemudian dilanjutkan dengan uji Levene untuk
mengetahui homogenitas data dan selanjutnya dilakukan analisis one way
ANOVA dengsan taraf kepercayaan 95%.
A. Identifikasi Madu Kelengkeng
Penelitian ini menggunakan bahan alam berupa madu kelengkeng
sebagai bahan utama yang berasal dari salah satu distributor madu di kota
Yogyakarta. Kebenaran identitas dan kemurnian madu kelengkeng diketahui
dengan melakukan identifikasi pada madu kelengkeng yang digunakan. Proses
identifikasi yang dilakukan pada madu kelengkeng ini dilakukan dengan beberapa
cara-cara sebagai berikut :
a. Ihsan (2011) dengan menuangkan madu ke dalam segelas air dimana
jika madu tersebut mengendap dan tiak bercampur dengan air dan air
tetap jernih maka madu tersebut murni.
b. Menurut cara yang dijelaskan oleh Saqa (2010) yaitu saat
menuangkan cairan madu dari dalam wadah, madu dikatakan murni
jika saat dituang madu tersebut seperti benang dan tidak terputus.
29
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
c. Menurut Sulaiman (2010) cara lain untuk mengetahui kemurnian
madu adalah dengan mencium bau madu dimana jika madu asli akan
tercium aroma madu bercampur dengan aroma tumbuhan yang
madunya dihisap oleh lebah dimana aroma tersebut akan tercium
seperti aroma tumbuhan tersebut. Ikhsan (2011) juga menyatakan
bahwa madu asli memiliki aroma dan rasa yang khas tergantung jenis
nektar yang dihisap oleh lebah.
Hasil identifikasi yang diperoleh dari cara-cara yang dilakukan di atas
menunjukkan bahwa madu kelengkeng yang digunakan adalah madu murni dan
asli karena ketika dituang ke dalam segelas air, madu tersebut langsung
mengendap dan tidak terputus alirannya (Lampiran 6).
Dari hasil uji organoleptis yang dilakukan pada madu kelengkeng melalui
penciuman dan pengecapan didapatkan bahwa aroma dan rasa madu tersebut
sangat khas dan mirip dengan buah kelengkeng sehingga hal ini menunjukkan
bahwa madu kelengkeng yang digunakan pada penelitian ini adalah madu
kelengkeng asli.
B. Pembuatan Antigen Suspensi Darah Merah Domba 1% (SDMD)
Sistem imun akan bekerja atau teraktivasi jika adanya benda asing
(antigen) yang masuk ke dalam tubuh. Pemberian antigen berupa SDMD 1% pada
penelitian ini bertujuan untuk merangsang respon imun terhadap benda asing yang
masuk ke dalam tubuh tikus. Penelitian ini menggunakan SDMD 1% untuk
imunisasi karena mudah diperoleh dalam suspensi yang seragam, dapat diukur dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
memiliki sifat antigenik yang tinggi. Kelebihan dari SDMD1% juga aman dan
mudah dalam penanganannya dibandingkan jika menggunakan bakteri sebagai
antigen. Selain hal tersebut, penggunaan SDMD 1% dalam penelitian ini karena
SDMD merupakan susbtansi asing yang berasal dari luar tubuh tikus yaitu berasal
dari gen spesies lain di mana pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kurniato (2010) yang juga menyatakan bahwa semakin asing
antigen yang digunakan maka respon imun yang ditimbulkan semakin efektif.
Pembuatan antigen suspensi darah merah domba 1% digunakan Phosphat
Buffered Saline (PBS) sebagai larutan pencuci dan pengencer darah. Pencucian
darah bertujuan untuk mendapatkan sel darah merah domba yang murni yang
artinya tidak tercemar oleh protein serum. Larutan PBS yang digunakan
merupakan larutan dapar isotonis dengan pH 7,2 (Kumala, Dewi dan Nugroho,
2012).
Larutan PBS yang dipilih dengan pH 7,2 berfungsi sebagai larutan
dapar isotonis. PBS isotonis memiliki pH kurang lebih sama dengan pH darah
yang berada pada kisaran 7,2 sehingga akan menjaga kestabilan sel darah merah
domba dan tidak terjadi hemolisis karena pH di dalam dan di luar sel darah sama
(Kumala, dkk., 2012).
Sediaan darah yang ada di dalam tabung disentrifuge dengan kecepatan
3000rpm
yang
bertujuan
untuk
mengendapkan
sel
darah
merah
dan
memisahkannya dengan bagian plasma. Pencucian dilakukan dengan PBS secara
berulang minimal tiga kali sampai didapatkan bagian atas yang berwarna bening
yang bertujuan untuk memastikan bahwa semua komponen sel darah merah telah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
mengendap di bagian dasar tabung dan diperoleh SDMD pekat dengan
konsentrasi 100% yang akan digunakan untuk pembuatan suspensi darah merah
domba (SDMD) 1%. SDMD ini dapat disimpan selama 30 hari dalam kulkas atau
es (4oC) (Mulyaningsih, 2007).
C. Uji Imunostimulan Madu Kelengkeng Terhadap Jumlah Total dan Hitung
Jenis Sel Darah Putih (Leukosit) dengan Metode Flow Cytometry
Uji imunostimulan madu kelengkeng dilakukan dengan perhitungan
jumlah total sel darah putih bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
madu kelengkeng terhadap peningkatan jumlah total sel darah putih (leukosit)
pada hewan uji tikus putih jantan galur Wistar dengan metode flow cytometry.
Metode flow cytometry ini dipilih karena metode ini merupakan
metode yang umum digunakan untuk perhitungan sel darah. Perhitungan
dengan metode flow cytometry memiliki keunggulan yaitu cepat dalam proses
pengukuran karena metode ini dapat mengukur sel dengan kecepatan 100.000
sel per detik sehingga waktu yang digunakan lebih efisien dan hasil yang lebih
akurat karena data langsung diperoleh secara digital yang kemudian
ditampilkan dengan komputer. Flow cytometry merupakan tekhnik analisis sel
tunggal. Prinsip kerja dari flow cytomtery adalah menghitung dan menganalisa
sel yang tersuspensi ke dalam aliran fluida yang akan melewati dan menyerap
gelombang cahaya dari sinar laser dengan panjang gelombang tertentu dimana
cahaya tersebut akan dipantulkan kembali dan terbaca oleh detektor (Idowu
and Riley, 2003).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
Tahapan untuk menghitung jumlah total leukosit dilakukan dengan
cara menampung sebanyak 1 mL sampel darah tikus ke dalam wadah berupa
tabung yang sudah diberikan EDTA terlebih dahulu sebagai antikoagulan
untuk mencegah terjadinya pembekuan darah. Sampel darah tersebut kemudian
dilakukan perhitungan untuk jumlah total leukosit degan metode flow
cytometry
menggunakan
Sysmex XT 1800i Automated Hematology
Analyzers. Sel darah akan disedot ke dalam aliran sel yang dikelilingi dengan
aliran fluida yang sempit. Darah akan melewati sinar laser yang terfokus
kemudian darah akan menyerap dan menyebarkan cahaya yang mengenainya.
Cahaya yang diserap pada panjang gelombang yang sesuai akan dipancarkan
kembali dengan panjang gelombang yang berbeda. Cahaya atau fluoresent akan
menyebarkan sinyal yang akan terdeteksi oleh ioda sehingga akan diperoleh
data kuantitatif
secara digital yang akan terbaca dan ditampilkan oleh
komputer (Idowu and Riley, 2003).
Data yang diperoleh dari hasil perhitungan jumlah sel darah putih
dianalisis secara statistik menggunakan program komputer SPSS 17.00 untuk
melihat perbedaan signifikansi antar kelompok yang melibatkan semua
kelompok uji.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
D. Tahap Orientasi Dosis Madu Kelengkeng
Tahap orientasi dosis madu kelengkeng bertujuan untuk mengetahui
mengetahui dosis madu kelengkeng yang memberikan pengaruh terhadap
peningkatan jumlah total dan hitung jenis sel darah putih (leukosit). Data yang
diperoleh dari hasil dianalisis secara statistik menggunakan uji KolmogorovSmirnov untuk mengetahui distribusi normal yang dilanjutkan dengan uji Levene
untuk mengetahui homogenitas data. Kemudian dilakukan analisis one way
ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%..
1.Tahap orientasi hitung total leukosit
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi
normal dengan nilai p=0,632 (p>0,05) (Lampiran 9). Hasil uji Levene
menunjukkan bahwa data memiliki variasi yang homogen dengan nilai
signifikansi p=0,131 (p>0,05) (Lampiran 9). Kemudian data yang terdistribusi
normal dan homogen dilanjutkan dengan uji one way ANOVA.
Tabel I. Purata ± SD Jumlah Total Leukosit setelah Pemberian Madu Kelengkeng
Kelompok
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Ket. Kel. I
Kel. II
Kel. III
Kel. IV
(BTB)
n
3
3
3
3
:
:
:
:
:
Rata-rata
Leukosit±SD
9,520±2,785
11,460±2,240
12,550±2,050
13,430±5,500
Kontrol negatif
Madu kelengkeng dosis 0,6 mL/200 g BB
Madu kelengkeng dosis 1,2 mL/200 g BB
Madu kelengkeng dosis 2,3 mL/200 g BB
Berbeda Tidak Bermakna
P
0,567(BTB)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
Hasil uji statistik one way ANOVA menunjukkan nilai p= 0,567 (p>0,05)
(Lampiran 9). Hal ini kemungkinan disebabkan karena pemberian madu
kelengkeng belum dapat menstimulasi respon imun non spesifik khususnya
peningkatan jumlah total leukosit secara maksimal. Dosis yang digunakan pada
tahap percobaan tetap menggunakan dosis pada tahap orientasi dengan
pertimbangan tidak mungkin untuk menaikkan dosis madu kelengkeng lagi karena
dosis yang digunakan sudah mencapai batas volume maksimal pemberian pada
tikus yang dikhawatirkan jika ditingkatkan akan menyebabkan kematian pada
hewan uji ketika diberikan madu kelengkeng secara peroral. Penurunan dosis
madu kelengkeng juga tidak dilakukan karena pada dosis yang digunakan ini
menunjukkan terdapat perbedaan yang tidak bermakna dan apabila dilakukan
penurunan dosis dikhawatirkan bahwa efek imunostimulan madu kelengkeng
semakin tidak dapat terlihat sehingga tetap tidak menunjukkan hasil yang berbeda
secara signifikan.
2. Tahap orientasi hitung jenis leukosit
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov data hitung jenis leukosit yang terdiri dari
neutrofil, monosit, limfosit, basofil dan eusinofil menunjukkan bahwa data
terdistribusi normal dengan nilai p=0,589; p=0,683; p=0,766; p=0,822; p=1,118
(p>0,05) (Lampiran 10, 11, 12,13, dan 14). Hasil uji Levene menunjukkan bahwa
data homogen dengan nilai p=0,129; p=0,555; p=0,266; p=0,330; p=0,664 (p >
0,05) (Lampiran 10, 11, 12, 13, dan 14). Data yang terdistribusi normal dan
homogen dilanjutkan dengan uji one way ANOVA.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
Tabel II. Purata ± SD Hitung Jenis Leukosit setelah Pemberian Madu Kelengkeng
Kelompok
I
II
III
IV
N
3
3
3
3
Nilai
Signifikansi (P)
Mean Differential Count (%) ± SD
L
N
M
1980,00±701,64
2656,66±1041,84
3690,00±2268,39
4606,66±1310,74
0,209(BTB)
490,00±175,78
663,33±325,63
776,66±208,16
1013,33±485,01
0,315(BTB)
Kel. I
Kel. II
Kel. III
Kel. IV
(BTB)
:
:
:
:
:
6830,00±2029,78
7986,67±1366,98
7800,00±3432,14
7766,67±3669,35
0,956(BTB)
E
118,00±33,46
132,00±16,43
136,00±20,74
134,00±32,09
0,709(BTB)
B
20,00±10,00
26,66±5,77
16,66±5,77
23,33±15,27
0,659(BTB)
Kontrol Negatif
Madu kelengkeng dosis 0,6 mL/200 g BB
Madu kelengkeng dosis 1,2 mL/200 g BB
Madu kelengkeng dosis 2,3 mL/200 g BB
Berbeda Tidak Bermakna
Hasil uji statistik data hitung jenis leukosit pada tahap orientasi
menggunakan one way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
tidak bermakna untuk semua komponen hitung jenis leukosit dimana nilai
p=0,209; p=0,315; p=0,956; p=0,659; p=0,709 (p>0,05) (Lampiran 10, 11, 12, 13,
dan 14).
Dosis hitung jenis leukosit pada tahap orientasi tetap digunakan pada
tahap percobaan. Hal ini disebabkan karena perhitungan jumlah total dan hitung
jenis leukosit selalu dilakukan secara bersamaan dan menggunakan satu sampel
yang sama sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan perubahan dosis atau
menggunakan dosis yang berbeda baik untuk hitung total ataupun hitung jenis
leukosit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
E. Pengaruh Pemberian Madu Kelengkeng Terhadap Jumlah Total
dan Hitung Jenis Leukosit Pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur
Wistar
1. Hitung total leukosit
Hitung total leukosit bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
madu kelengkeng terhadap peningkatan jumlah total leukosit pada tikus jantan
galur wistar. Pengukuran lekosit dilakukan karena leukosit merupakan komponen
dari sistem imun non spesifik yng menjadi lini pertama untuk berperang jika
adanya benda asing atau mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh.
Hasil uji Kolmogorov Smirnov menunujukkan bahwa data terdistribusi
normal dengan nilai p=0,700 (p>0,05) (Lampiran 15). Hasil uji Levene
menunjukkan bahwa data homogen dengan nilai p=0,179 (p>0,05) (Lampiran 15).
Data yang terdistribusi normal dan homogen, kemudian dilanjutkan dengan uji
one way ANOVA.
Tabel III. Purata ± SD Jumlah Total Leukosit setelah Pemberian Madu Kelengkeng
Kelompok
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Ket. Kel. I
Kel. II
Kel. III
Kel. IV
(BTB)
n
5
5
5
5
:
:
:
:
:
Rata-rata
Leukosit±SD
10,106±1,374
10,514±0,344
10,620±0,620
11,098±0,702
P
0,358(BTB)
Kontrol negatif
Madu kelengkeng dosis 0,6 mL/200 g BB
Madu kelengkeng dosis 1,2 mL/200 g BB
Madu kelengkeng dosis 2,3 mL/200 g BB
Berbeda Tidak Bermakna
Hasil uji statistik data hitung total jumlah leukosit dengan one way
ANOVA menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok
kontrol negatif dan kelompok perlakuan dimana p= 0,358 (Lampiran 15).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian madu kelengkeng
memberikan perbedaan yang tidak bermakna berupa peningkatan jumlah sel
darah putih antara kelompok perlakuan terhadap kelompok kontrol negatif.
Peningkatan jumlah total leukosit yang tidak signifikan ini
kemungkinan disebabkan oleh jenis madu yang digunakan. Menurut Martyarini
(2011) kualitas madu yang dapat mempengaruhi manfaatnya di bidang medis
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, jenis bunga, cuaca dan
iklim serta cara pengolahannya. Perbedaan faktor-faktor tersebut dapat
menyebabkan perbedaan kualitas kandungan di dalam madu sehingga dapat
memberikan hasil yang berbeda pula terutama jika digunakan untuk kesehatan.
Penelitian yang terdahulu tidak menyebutkan jenis madu yang digunakan
Tonks, dkk.(cit., Manyi-Loh, dkk., 2011). Namun bila dilihat dari lokasi
penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan sekarang terdapat
perbedaan lokasi penelitian sehingga kemungkinan kualitas senyawa uji yang
digunakan juga berbeda dan menyebabkan perbedaan pada hasil yang
diperoleh.
2. Hitung Jenis Leukosit
Hitung jenis leukosit merupakan salah satu parameter penting dalam
sistem imun non spesifik. Hitung jenis leukosit terdiri neutrofi, monosit,
limfosit, basofil dan eosinofil. Hitung jenis leukosit bertujuan untuk
mengetahui komponen leukosit mana yang akan terstimulan dengan adanya
pemberian senyawa uji berupa madu kelengkeng.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
Hasil uji statistik data hitung jenis leukosit yang terdiri dari
neutrofil, monosit, limfosit, basofil dan eosinofil menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov menunjukkan data terdistribusi normal dengan nilai
p=0,592; p=0,523; p=0,803; p=1,499; p=1,118 (p>0,05) (Lampiran 16, 17, 18,
19, dan 20). Hasil uji Levene menunjukkan bahwa data homogen dengan nilai
p=0,220; p=0,739; p=0,156; p=1,000; p=0,664 (p>0,05) (Lampiran 16, 17, 18,
19, dan 20). Data yang terdistribusi normal dan homogen, kemudian
dilanjutkan dengan uji one way ANOVA.
Tabel IV. Purata ± SD Hitung Jenis Leukosit setelah Pemberian Madu Kelengkeng
Kelompok
N
Mean Differential Count (%) ± SD
M
L
N
I
II
III
IV
5
5
5
5
Nilai
Signifikansi (P)
2032,00±250,14
2160,00±87,75
2184,00±102,61
2302,00±149,23
0,108(BTB)
Ket. Kel. I
Kel. II
Kel. III
Kel. IV
(BTB)
:
:
:
:
:
678,00±64,67
774,00±95,55
802,00±87,58
842,00±60,99
0,028(BB)
7264,00±1098,58
7430,00±201,62
7480,00±489,08
7800,00±536,84
0,645 (TB)
E
B
118,00±33,47
132,00±16,43
136,00±20,74
134,00±32,09
0,709(TB)
14,00±5,48
16,00±5,48
16,00±5,48
14,00±5,48
0,880(TB)
Kontrol negatif
Madu kelengkeng dosis 0,6 mL/200 g BB
Madu kelengkeng dosis 1,2 mL/200 g BB
Madu kelengkeng dosis 2,3 mL/200 g BB
Berbeda Tidak Bermakna
Hasil uji statistik one way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang tidak bermakna untuk semua komponen hitung jenis leukosit
yaitu neutrofil, limfosit, basofil dan eosinofil dimana nilai p=0,108; p=0,645;
p=0,709; p=0,880 (p>0,05) (Lampiran 16, 18, 19 dan 20). Hasil uji statistik one
way ANOVA untuk monosit menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna pada dosis 2,3 mL terhadap kontrol negatif dimana nilai p=0,028
(<0,05) (Lampiran 17).
Dari hasil uji statistik terlihat bahwa terdapat perbedaan yang tidak
bermakna untuk masing-masing komponen penyusun leukosit seperti neutrofil,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
limfosit, basofil dan eosinofil tersebut dimana hal ini dapat disebabkan karena
sifat dari masing-masing komponen penyusun leukosit.
Limfosit adalah sel penyusun leukosit terbanyak kedua yang beredar
di aliran darah perifer. Limfosit berperan aktif pada sistem imun spesifik
(Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Limfosit sendiri akan teraktivasi bila ada
paparan atau infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri (Davey, 2002).
Basofil dan eosinofil merupakan komponen penyusun leukosit dengan jumlah
paling sedikit. Basofil jarang ditemukan di aliran darah yang bila teraktivasi oleh
cedera akan mengeluarkan histamin, bradikinin dan seretonin (Corwin, 2009).
Menurut Tjay dan Rahardja (2007) basofil memiliki peran
dalam proses
peradangan (inflamasi). Eosinofil merupakan sel yang berperan pada proses
terjadinya alergi dan akan teraktivasi bila adanya infeksi yang disebabkan parasit
(helmintik)
(Corwin, 2009). Neutrofil paling banyak dijumpai di dalam darah
dan berperan sebagai fagositosis utama yang bergerak cepat meninggalkan
peredaran darah menuju tempat sasaran jika adanya luka atau antigen yang
masuk ke dalam tubuh tetapi tidak dapat bertahan lama untuk memfagositosis.
Sifat dari neutrofil yang hanya beberapa jam di aliran darah diduga menjadi
salah satu penyebab hasil yang tidak bermakna pada penelitian ini karena saat
pengambilan darah kemungkinan neutrofil sudah bermigrasi ke jaringan
sehingga saat diambil darah jumlah neutrofil di aliran darah sudah sedikit.
Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna untuk
jumlah monosit antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan
dengan dosis 2,3 mL/200gBB (Tabel 5 dan Gambar 7).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
Tabel V. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Jumlah Monosit setelah Pemberian Madu
Kelengkeng pada Tahap Percobaan
Kelompok Perlakuan
I
II
III
IV
I
-
BTB
BTB
BB
II
BTB
-
BTB
BTB
III
BTB
BTB
-
BTB
IV
Ket. Kel. I
:
Kel. II
:
Kel. III :
Kel. IV :
-
BB
BTB
BTB
Kontrol negatif
Madu kelengkeng dosis 0,6 mL/200 g BB
Madu kelengkeng dosis 1,2 mL/200 g BB
Madu kelengkeng dosis 2,3 mL/200 g BB
Tabel VI. Peningkatan Jumlah Monosit setelah Pemberian Madu Kelengkeng Dibanding
Kontrol Negatif
Kelompok perlakuan madu
Peningkatan jumlah monosit (%)
kelengkeng
Kelompok I
14,160
Kelompok II
18,300
Kelompok III
24,200
Ket. Kel. I
:
Kontrol negatif
Kel. II
:
Madu kelengkeng dosis 0,6 mL/200 g BB
Kel. III :
Madu kelengkeng dosis 1,2 mL/200 g BB
Kel. IV :
Madu kelengkeng dosis 2,3 mL/200 g BB
Jumlah Monosit
1000
800
600
400
200
0
Kel.I
Kel. II
Kel.III
Kel.IV
Kelompok Perlakuan
Gambar 7. Grafik Rata-rata Hasil Pengukuran Jumlah Monosit setelah
Pemberian Madu Kelengkeng
Ket. Kel. I
Kel. II
Kel. III
Kel. IV
:
:
:
:
Kontrol negatif
Madu kelengkeng dosis 0,6 mL/200 g BB
Madu kelengkeng dosis 1,2 mL/200 g BB
Madu kelengkeng dosis 2,3 mL/200 g BB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
Perbedaan bermakna pada monosit ini kemungkinan dikarenakan
monosit yang terukur adalah monosit yang baru dilepaskan ke aliran darah
sehingga ketika dilakukan pengkuran menyebabkan peningkatan pada jumlah
monosit. Sherwood (2011) menyatakan bahwa jenis-jenis leukosit diproduksi
dengan kecepatan yang sama sesuai dengan kebutuhan dan monosit sendiri akan
bergerak secara lambat meninggalkan aliran darah sekitar 8-12 jam kemudian
setelah neutrofil bermigrasi terlebih dahulu ke jaringan. Peningkatan monosit ini
masih tidak dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya untuk pengaruh
pemberian madu kelengkeng karena pada penelitian ini tidak dilakukan
pengukuran aktivitas dari makrofag yang merupakan bentuk diferensiasi dari
monosit yang berada di jaringan.
Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak dilakukan pengukuran
aktivitas dari sel-sel fagosit sehingga masih tidak dapat dikatakan apakah
pemberian
madu
kelengkeng
dapat
berpengaruh
atau
tidak
sebagai
imunostimulan pada penelitian ini, meskipun terjadi peningkatan jumlah pada
monosit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pemberian madu kelengkeng tidak memberikan pengaruh berupa
peningkatan terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan
galur Wistar.
B. Saran
1. Perlu dilakukan pengukuran jumlah sel-sel fagosit yang spesifik seperti
neutrofil dengan metode neutrophil adhesion test dan aktivitas kapasitas
makrofag.
2. Perlu dilakukan pengukuran jumlah sel-sel fagosit setiap hari setelah
pemberian antigen selama senyawa uji diberikan untuk penelitian imunologi
dengan parameter leukosit.
43
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Litchman, A.H., 2005, Cellular and Moleular Immunology, 5th ed.,
Elsevier Publisher, Philadelphia.
Aden, 2010, Manfaat dan Khasiat Madu, Hanggar Kreator, Yogyakarta, pp.49-51.
Akib, A.A.P., Munasir, Z., Kurniati,N., 2008, Buku Ajar Alergi. Imunologi Anak,
edisi ke-2, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, pp.11.
Anasiwi, N., 2010, Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanolik Daun Kersen Terhadap
Titer Imunoglobulin M dan Sel Proliferasi Limfosit pada Tikus yang
Diinduksi Vaksin Hepatitis B, Skripsi, 36-37, 44, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Arnas, Y., 2009, Pengaruh Pemberian Seduhan Teh Hitam (Camellia sinensis)
Dengan Dosis Bertingkat Terhadap Proliferasi Limfosit Mencit BALB/c
yang Diinokulasi Salmonella typhimurium, Skripsi, 8-9, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Arsani, R.B, 2010, Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanolik Daun Kersen
(Muntingia calabura L.) terhadap peningkatan Titer Imunoglobulin G
(IgG) dan Fagositosis Makrofag pada Tikus yang diinduksi vaksin
hepatitis B, Skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp.15, 49.
Asih, I.A.R.A., Ratnayani,K., dan Swardana,I.B., 2012, Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Golongan Flavonoid dari Madu Kelengkeng (Nephelium
longata L.), Jurnal Kimia, Fakultas MIPA Universitas Udayana, Bali.
Baratawidjaja, K. G., D.I. Rengganis, 2010, Imunologi Dasar, edisi ke-9, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp.29, 32, 59, 222-228.
Benjamini, E., Coico, R., and Sunshine, G., 2003, Imunology :A Short Course,
Edisi 4., A Jhon Wiley & Sons, USA, pp.17-22.
Budiman, B., 2008, Peranan protektif dan non-protektif Nitric Oxide (NO) pada
Respon Imun, Makalah Imunologi, 43, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang.
Corwin, E.J., 2009, Buku saku Patofisiologi. Edisi ke-3, Penerbit Buku
kedokteran EGC, Jakarta, pp.141.
Davey, P., 2002, At a Glance Medicine, Erlangga, Jakarta, pp.62.
Djauzi, S., 2003, Perkembangan Imu-nomodulator. Simposium Peranan
Echinacea sebagai imunomodulator dalam Infeksi Virus dan Bakteri.
Gheldof N, Wang Xiao-Hong, and Engeseth N J., 2002, Identification and
Quantification of Antioxidant Components of Honeys from Various
Floral Sources, J Agr Food Chem, 50, 5870-5877.
Gomathi, P., Prameela, R., Kumar, A.S., and Rajendra, Y., 2012, Evaluation of
Immunomodulatory activity of Anthocyanins from two forms of Brassica
oleracea, Journal of Pharmacy Research, 1665-1668, India.
Giknis, M.L.A. and Clifford, C.B., Clinical Laboratory Parameters, Seneville,
pp.6.
Gorda, I.W., Soma, I.G., dan Dharmayudha, A.A.G.O., 2011, The Influence of
Honey In the Incision Wound Recovery in Mice (Mus musculus),
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana,
Bali.
Hariyati, L., F., 2010, Aktivitas Antibakteri Berbagai Jenis Madu terhadap
Mikroba Pembusuk (Pseudomonas
fluorescens Fncc 0071 dan
Pseudomonas putid Fncc 0070), Skripsi, 2, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Haviva, A.B., 2011, Dahsyatnya Mukjizat Madu Untuk Kesehatan, Kecantikan
dan Kecerdasan, Diva Press, Yogyakarta, pp.23.
Ikhsan, A.A., 2011, Terapi Madu Hidup Sehat Ala Rasul, Javalitera, Yogyakarta,
pp.90.
Jaya, F., Lilik E. R., Awally, K.U.A., dan Umi, K., 2008, Pengaruh Pemberian
Ekstrak Propolis terhadap Sistem Kekebalan Seluler pada Tikus Putih
(Rattus novergocus) Strain Wistar, Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 9
No.1, 6.
Kasih, P.M., 2012, Pengaruh Pemberian Madu Hutan Terhadap Aktivitas dan
Kapasitas Fagositosis Makrofag Pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur
Wistar, Skripsi,36, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Khumairoh, T., Tjandrakirana Budijastuti.W., 2013, Pengaruh Pemberian Filtrat
Daun Sambiloto terhadap Jumlah Leukosit Darah Tikus Putih yang
Terpapar Benzena, Universitas Begeri Surabaya, Surabaya, pp.3.
Kresno, S.B., 2001, Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, 4th.ed.,
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Jakarta,
pp.341-344.
Kumala, S., Dewi, A.T. dan Nugroho,Y.A., 2012, Efek Imunostimulan Ektrak
Etanol Herba Pegagan ( Centell asiatica (L.) Urban.) Terhadap Ig G
Mencit Jantan Yang Diinduksi Sel Darah Merah Domba, Universitas
Pancasila, Jakarta Selatan.
Louise, H., 2011, Buku Saku Imunologi Berorientasi Pada Kasus Klinik,
Binarupa Aksara Publisher, Tangerang Selatan, pp.9.
Manyi-Loh, C.E., Clarke, A.M., Ndip, R.N., 2011, An overview of honey:
Therapeutic Properties and Contribution in Nutrition and Human
Health, J Microbiol, Department of Biochemistry and Microbiology,
SouthAfrica.
Maratani, A., 2006, Pengaruh Pemberian Rebusan Buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa), Terhadap Produksi Reactive Oxygen Intermediet
Makrofag Pada Mencit Balb/c yang Diinfeksi Samonella thypimurium,
Artikel karya tulis ilmiah, 8, Fakultas Kedokteran
Universitas
Diponegoro, Semarang.
Marsetyawan, HNES., 2000, Konsep Dasar Sistem Imun dan respon Imun dalam
Kumpulan Kuliah Biologi Sel dan Biologi Molekuler, Tim Pengelola
Program Doktor FK UGM, Yogyakarta.
Martyarini, S.A., 2011, Efek Madu Dalam Proses Epitelisasi Luka Bakar Derajat
Dua Dangkal, Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
Mastan, S.K., Saraseeruha, A., Gourishankar, Chaitanya, G., Raghunandan, N.,
Reddy, G.A., et.al., 2012, Immunomodulatory Activity of Methanolic
Extract of Syzygium Cumini Seeds, Depatement of Pharmacology,
India, 3, 895-903.
Middleton, E., Kandaswami, C. and Theoharis, C.T., 2000, The Effects of Plant
Flavonoids on Mammalian Cells Implications for Inflammation, Heart
Disease, and Cancer, Pharmacol Rev, Tufts University School of
Medicine, Boston, pp.667-668.
Mulu, A., Tessema, B., and Derby, F., 2004. In vitro Assesment of The
Antimicrobial Potential of Honey on Common Human Pathogens,
Ethiop. J. Health Dev, pp. 18.
Mulyaningsih, S., 2007, Aktivitas Imunostimulan Ekstrak Etanol Daun Rambutan
(Nephlium Lappaceum L) Pada Mencit, Univeritas Islam Indonesia,
Yogyakarta, pp.2.
Ngatidjan, 1991, Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam
Toksikologi, hal. 94, Pusat Antar Universitas Bioteknologi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, pp.94.
Parwata, A., Ratnayani, K., dan Listya, A. (2010). Aktivitas Antiradikal Bebas
Serta Kadar Beta Karoten Pada Madu Randu (Ceiba pentandra) Dan
Madu Kelengkeng (Nephelium longata L.), Jurnal Kimia, FMIPA
Universitas Udayana, 55.
Pearce, E.C., 2009, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, pp 162-164.
Rahman, A.D., 2011, Aktivitas Antihiperglikemik dari Biomassa dan Polisakarida
Ekstraseluler Porphyridium cruentum Sebagai Inhibitor α-Glukosidase,
Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Riley, R.S., Idowu, M., 2003, Principles and Application of Flow Cytomery,
Medical College of Virginia, Virginia, pp.2-3.
Rostinawati, T., 2009, Aktivitas Antibakteri Madu Amber dan Madu Putih
Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa multiresisten dan
Staphylococcus aureus Resisten Metisilin, Laporan Penelitian, Fakultas
Farmasi, Universitas Padjajaran, Jatinangor.
Sacher, R.A., McPherson, R.A., 2011, Pemeriksaan Laboratorium, edisi ke-11,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp.26,55-58,109.
Saqa, M., 2010, Pengobatan Dengan madu, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur,
pp.18.
Sidiqqa, I.M., 2008, Potensi Madu Kelengkeng Perhutani dan Madu Randu
Perhutani Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri MRSA (MethicillinResistant Staphylococcus aureus) yang Diisolasi Dari Spesimen Apus
Luka Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung, Skripsi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Sambodo, N.W., 2009, Uji Efek Tonik Madu Rambutan pada Mencit Putih Jantan
dengan Metode Natatory Exhaustion, Skripsi,5, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
Sari, Damas, 2006, Aktivitas Imunomodulator Infusa Daun Rambutan (Nephelium
lappaceum, L.) Terhadap respon Imun Non-spesifik Pada Mencit Secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
In Vivo, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Senas, K.S., 2012, Pengaruh Pemberian Madu Hutan Terhadap Proliferasi
Limfosit Pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar, Skripsi, 2, Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sherwood, L., 2011, Fisiologi Manusia, 6th ed., Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, pp.430, 449.
Sidiqqa, I.M., 2008, Potensi Madu Kelengkeng Perhutani dan Madu randu
Perhutani dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri MRSA (Methicillin
Resistant Staphylococcus aureus) yang Diisolasi dari Spesimen Apus
Luka di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung, Skripsi, Fakultas Mikrobiologi, ITB, Bandung.
Singleton, P., Sainsbury, D,. 2001. Dictionary of Microbiology and Molecular
Biology. 3th ed., Canada: John Wiley&Sons, LTD.
Sunarno, 2007, Efek Phyllantus Niruri L Pada Prosentase Neutrofil, Koloni
Bakteri Limpa, dan Histopatologi Hepar mencit Balb/C Yang Diinfeksi
Salmonella Typhimurium, Tesis, 52-53, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Sulaiman, S., 2010, Terapi dengan Madu, Dar Al-Faruq Lin Nasyr wat Tauzi,
Thibbia, pp.31, 43-44.
Suranto, A., 2004, Khasiat dan Manfaat Madu Herbal, PT.AgroMedia Pustaka,
Jakarta, pp.10,25-26.
Suranto, A., 2007, Terapi Madu, Penebar Swadaya, Depok, pp. 15, 26-28.
Stanfield, C.L., Human Physiology, 4th ed., Pearson Education, Inc., San
Francisco.
Suranto, A., 2007,Terapi Madu, Penebar Swadaya, Depok, pp.26.
Syaifuddin, H., 2006, Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp.146.
Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting, Edisi ke-6, Gramedia,
Jakarta, pp, 778.
Wahab, A.S., Julia, M., 2002, Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Umum,Widya
Medika, Jakarta, pp.1-2.
Waugh, A., dan Grant, A., 2011, Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi,
diterjemahkan oleh Nurachmah, E. dan Angriani, R., Penerbit Salemba
Medika, Jakarta, pp.35, 277.
Wahjuningrum, D., Ashry, N., dan Nuryati, S., 2008, Pemanfaatan Ekstrak Daun
Ketapang Terminalia cattapa Untuk pencegahan dan Pengobatan Ikan
Patin Pangasionodon hypophthalmus yang Terinfeksi Aeromonas
Hydrophila, Jurnal Akuakultur Indonesia, Institut Pertanian Bogor,
Bogor, pp.10.
Weiss, D.J., Wardrop, K.J., 2010, Schalm’s Veterinary Hematology, 6th.ed., Iowa:
Blackwell Publishing.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance)
48
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian
49
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 3. Surat Ijin Penggunaan Laboratorium
50
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
Lampiran 4. Perhitungan Dosis Madu kelengkeng
Besarnya dosis madu kelengkeng ditentukan berdasarkan dosis
yang dianjurkan pada manusia adalah 1-2 kali/hari 1 sendok makan (15
mL) (Suranto,2007). Konversi dosis pada manusia yang berat badannya 70
kg ke tikus yang berat badannya 200 g adalah 0,018 (Ngatidjan, 1991).
Dosis madu kelengkeng untuk tikus 200 g adalah :
Faktor konversi x dosis sebanyak 2 sendok per hari :
= 0,018 x 30 mL
= 0,54 mL/200 g BB
Madu kelengkeng yang disuntikan secara peroral ke hewan uji sebanyak
dua kali peringkat dosis tersebut yaitu :
dosis 1 = 0,54 mL/ 200 g BB ≈ 0,6 mL/200g BB
dosis 2 = 1,08 mL/ 200 g BB ≈ 1,2 mL/200g BB
dosis 3 = 2,16 mL/ 200 g BB ≈ 2,3 mL/200g BB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 5. Madu Kelengkeng yang diperoleh dari PT. Madu Pramuka
Yogyakarta
Lampiran 6. Pengujian Keaslian Madu Kelengkeng
(a)
(b)
Ket. (a). Madu Kelengkeng Asli Karena saat dituangkan terlihat seperti benang dan tidak putus
(b). Madu Kelengkeng yang sudah di tuang pada gelas berisi air, terlihat air tetap jernih.
52
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 7. Alat-alat yang Digunakan Untuk Menghitung Leukosit
(a)
(b)
Ket. (a). Satu set komputer untuk mengolah data perhitungan jumlah leukosit
secara digital sehingga dihasilkan dalam bentuk angka dan (b). Sysmex XT 1800i
53
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
Lampiran 8. Alat-alat untuk membuat antigen suspensi darah merah domba
1%(SDMD)
Ket. (a). Alat sentrifuge
(c). Tabung sentrifuge
(b). Laminar air flow (LAF)
(d). Botol sediaan antigen SDMD
(e). Mikropipet
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
Lampiran 9. Pengujian Statistik Hitung Total Leukosit Tahap Orientasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kadar_Leukosit
N
12
Normal Parametersa,,b
Most Extreme Differences
Mean
11.7392
Std. Deviation
3.30275
Absolute
.183
Positive
.183
Negative
-.113
Kolmogorov-Smirnov Z
.632
Asymp. Sig. (2-tailed)
.819
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
Kadar_Leukosit
N
Mean
Std.
Deviation
95% Confidence Interval for
Mean
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
KONTROL
3
9.5200
2.78539
1.60815
2.6007
16.4393
6.64
12.20
DOSIS 1
3
11.4567
2.23755
1.29185
5.8983
17.0151
8.92
13.15
DOSIS 2
3
12.5500
2.04839
1.18264
7.4615
17.6385
10.65
14.72
DOSIS 3
3
13.4300
5.50025
3.17557
-.2334
27.0934
9.65
19.74
12
11.7392
3.30275
.95342
9.6407
13.8376
6.64
19.74
Total
Test of Homogeneity of Variances
Kadar_Leukosit
Levene Statistic
df1
2.530
df2
3
Sig.
8
.131
ANOVA
Kadar_Leukosit
Sum of Squares
Df
Mean Square
Between Groups
25.563
3
8.521
Within Groups
94.427
8
11.803
119.990
11
Total
F
Sig.
.722
.567
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
Lampiran 10. Pengujian Statistik Neutrofil Tahap Orientasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Jumlah_Neutrofil
N
a,,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
12
26.5917
10.46357
.170
.170
-.114
.589
.878
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Descriptives
JUMLAH_NEUTROFIL
95% Confidence Interval
for Mean
N
KONTROL
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
Total
3
3
3
3
12
Mean
1980.0000
2656.6667
3690.0000
4606.6667
3233.3333
Std. Deviation
Std. Error
Upper
Bound
Lower Bound
701.64093
405.09258
1041.84132
601.50737
2268.39150 1309.65644
1310.73771
756.75477
1620.23193
467.72067
237.0273
68.5894
-1944.9969
1350.6137
2203.8871
Minimum
3722.9727
5244.7440
9324.9969
7862.7196
4262.7796
1170.00
1840.00
1930.00
3830.00
1170.00
Test of Homogeneity of Variances
JUMLAH_NEUTROFIL
Levene Statistic
df1
2.548
df2
3
Sig.
8
.129
ANOVA
JUMLAH_NEUTROFIL
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
Within Groups
1.199
1.688
3
8
Total
2.888
11
3997977.778
2110341.667
F
1.894
Sig.
.209
Maximum
2400.00
3830.00
6250.00
6120.00
6250.00
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
Lampiran 11. Pengujian Statistik Monosit Tahap Orientasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
JUMLAH_MONO
SIT
N
a,,b
Normal Parameters
12
735.8333
338.99473
.197
.197
-.115
.683
.740
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Descriptives
JUMLAH_MONOSIT
N
KONTROL
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
Total
3
3
3
3
12
Std.
Deviation
Mean
490.0000
663.3333
776.6667
1013.3333
735.8333
175.78396
325.62760
208.16660
485.00859
338.99473
95% Confidence Interval for
Mean
Std. Error
Lower Bound
101.48892
188.00118
120.18504
280.01984
97.85935
Upper Bound
53.3284
-145.5705
259.5522
-191.4948
520.4464
Minimum
926.6716
1472.2371
1293.7812
2218.1615
951.2203
290.00
350.00
610.00
530.00
290.00
Test of Homogeneity of Variances
JUMLAH_MONOSIT
Levene Statistic
df1
.744
df2
3
Sig.
8
.555
ANOVA
JUMLAH_MONOSIT
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
df
Mean Square
433091.667
831000.000
3
8
1264091.667
11
144363.889
103875.000
F
1.390
Sig.
.315
Maximum
620.00
1000.00
1010.00
1500.00
1500.00
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
Lampiran 12. Pengujian Statistik Limfosit Tahap Orientasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
JUMLAH_LIMFO
SIT
N
a,,b
Normal Parameters
12
7595.8333
2428.89971
.221
.221
-.121
.766
.601
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Descriptives
JUMLAH_LIMFOSIT
N
KONTROL
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
Total
3
3
3
3
12
Std.
Deviation
Mean
6830.0000
7986.6667
7800.0000
7766.6667
7595.8333
2029.77831
1366.97964
3432.14219
3669.35053
2428.89971
95% Confidence Interval for
Mean
Std. Error
Lower Bound
1171.89306
789.22606
1981.54822
2118.50052
701.16295
1787.7511
4590.9010
-725.9138
-1348.5054
6052.5841
Upper Bound
11872.2489
11382.4323
16325.9138
16881.8387
9139.0826
Minimum
5030.00 9030.00
6410.00 8840.00
5240.00 11700.00
4720.00 11840.00
4720.00 11840.00
Test of Homogeneity of Variances
JUMLAH_LIMFOSIT
Levene Statistic
df1
1.593
df2
3
Sig.
8
.266
ANOVA
JUMLAH_LIMFOSIT
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
df
Mean Square
2430358.333
6.246
3
8
6.490
11
810119.444
7808091.667
F
Sig.
.104
Maximum
.956
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
Lampiran 13. Pengujian Statistik Basofil Tahap Orientasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
JUMLAH_BASO
FIL
N
a,,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
12
21.6667
9.37437
.237
.237
-.179
.822
.509
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Descriptives
JUMLAH_BASOFIL
95% Confidence Interval
for Mean
N
KONTROL
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
Total
3
3
3
3
12
Std.
Deviation
Mean
20.0000
26.6667
16.6667
23.3333
21.6667
Upper
Bound
Std. Error Lower Bound
10.00000
5.77350
5.77350
15.27525
9.37437
5.77350
3.33333
3.33333
8.81917
2.70615
-4.8414
12.3245
2.3245
-14.6125
15.7105
44.8414
41.0088
31.0088
61.2792
27.6229
Minimum
10.00
20.00
10.00
10.00
10.00
Test of Homogeneity of Variances
JUMLAH_BASOFIL
Levene Statistic
df1
1.333
df2
3
Sig.
8
.330
ANOVA
JUMLAH_BASOFIL
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
Within Groups
166.667
800.000
3
8
Total
966.667
11
55.556
100.000
F
Sig.
.556
.659
Maximum
30.00
30.00
20.00
40.00
40.00
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Lampiran 14. Pengujian Statistik Eosinofil Tahap Orientasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
JUMLAH_EOSIN
OFIL
N
a,,b
Normal Parameters
20
130.0000
25.54665
.250
.250
-.198
1.118
.164
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Descriptives
JUMLAH_EOSINOFIL
95% Confidence
Interval for Mean
N
KONTROL
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
Total
5
5
5
5
20
Std.
Deviation
Mean
118.0000
132.0000
136.0000
134.0000
130.0000
Std. Error
33.46640
16.43168
20.73644
32.09361
25.54665
14.96663
7.34847
9.27362
14.35270
5.71241
Lower
Bound
Upper
Bound
76.4460
111.5974
110.2523
94.1505
118.0438
159.5540
152.4026
161.7477
173.8495
141.9562
Minimum
Maximum
80.00
120.00
120.00
110.00
80.00
Test of Homogeneity of Variances
JUMLAH_EOSINOFIL
Levene Statistic
df1
.537
df2
3
Sig.
16
.664
ANOVA
JUMLAH_EOSINOFIL
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
Within Groups
1000.000
11400.000
3
16
Total
12400.000
19
333.333
712.500
F
Sig.
.468
.709
170.00
160.00
170.00
190.00
190.00
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
Lampiran 15. Pengujian Statistik Hitung Total Leukosit Tahap Percobaan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KADAR_LEUKOSI
T
N
20
Normal Parametersa
Mean
10.5845
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.85912
Absolute
.157
Positive
.074
Negative
-.157
Kolmogorov-Smirnov Z
.700
Asymp. Sig. (2-tailed)
.711
a. Test distribution is Normal.
ONEWAY
Descriptives
KADAR_LEUKOSIT
95% Confidence Interval
for Mean
N
Std.
Deviation
Mean
Std.
Error
Lower
Bound
Upper
Bound
Minimum
Maximum
KONTROL
5
10.1060
1.37375
.61436
8.4003
11.8117
8.00
11.65
DOSIS 1
5
10.5140
.34450
.15406
10.0862
10.9418
10.15
11.00
DOSIS 2
5
10.6200
.61907
.27686
9.8513
11.3887
9.65
11.10
5
11.0980
.70230
.31408
10.2260
11.9700
10.30
11.93
20
10.5845
.85912
.19211
10.1824
10.9866
8.00
11.93
DOSIS 3
Total
Test of Homogeneity of Variances
KADAR_LEUKOSIT
Levene Statistic
1.848
df1
df2
3
Sig.
16
.179
ANOVA
KADAR_LEUKOSIT
Sum of Squares
Between Groups
Df
Mean Square
2.494
3
.831
Within Groups
11.529
16
.721
Total
14.024
19
F
Sig.
1.154
.358
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
Lampiran 16. Pengujian Statistik Neutrofil Tahap Percobaan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
JUMLAH_NEUT
ROFIL
N
a,,b
Normal Parameters
20
2169.5000
177.12544
.132
.104
-.132
.592
.875
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Descriptives
JUMLAH_NEUTROFIL
95% Confidence Interval for
Mean
N
KONTROL
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
Total
5
5
5
5
20
Std.
Deviation
Mean
2032.0000
2160.0000
2184.0000
2302.0000
2169.5000
Std. Error
250.13996
87.74964
102.61579
149.23136
177.12544
Lower Bound Upper Bound Minimum
111.86599
39.24283
45.89118
66.73829
39.60645
1721.4102
2051.0444
2056.5857
2116.7048
2086.6027
2342.5898
2268.9556
2311.4143
2487.2952
2252.3973
1650.00
2040.00
2050.00
2130.00
1650.00
Test of Homogeneity of Variances
JUMLAH_NEUTROFIL
Levene Statistic
df1
1.639
df2
3
Sig.
16
.220
ANOVA
JUMLAH_NEUTROFIL
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
Within Groups
183815.000
412280.000
3
16
Total
596095.000
19
61271.667
25767.500
F
2.378
Sig.
.108
Maximum
2320.00
2270.00
2310.00
2500.00
2500.00
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
Lampiran 17. Pengujian Statistik Monosit Tahap Percobaan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
JUMLAH_MONO
SIT
N
a,,b
Normal Parameters
20
774.0000
95.11212
.117
.104
-.117
.523
.947
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Descriptives
JUMLAH_MONOSIT
95% Confidence
Interval for Mean
N
KONTROL
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
Total
5
5
5
5
20
Std.
Deviation
Mean
678.0000
774.0000
802.0000
842.0000
774.0000
64.57554
95.55103
87.57854
60.99180
95.11212
Std. Error
28.87906
42.73172
39.16631
27.27636
21.26772
Lower
Bound
Upper
Bound
597.8189
655.3577
693.2569
766.2687
729.4862
758.1811
892.6423
910.7431
917.7313
818.5138
Minimum
Maximum
620.00
640.00
720.00
740.00
620.00
Test of Homogeneity of Variances
JUMLAH_MONOSIT
Levene Statistic
.423
df1
df2
3
Sig.
16
.739
ANOVA
JUMLAH_MONOSIT
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
df
Mean Square
73120.000
98760.000
3
16
171880.000
19
24373.333
6172.500
F
3.949
Sig.
.028
770.00
870.00
950.00
900.00
950.00
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Multiple Comparisons
JUMLAH_MONOSIT
Tukey HSD
95% Confidence Interval
(J)
Mean Difference
(I) KONTROL KONTROL
(I-J)
KONTROL
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
DOSIS 1
Std. Error
Sig.
Lower
Bound
Upper Bound
-96.00000
49.68903
.254 -238.1613
DOSIS 2
-124.00000
49.68903
.099 -266.1613
18.1613
DOSIS 3
-164.00000
*
49.68903
.021 -306.1613
-21.8387
96.00000
49.68903
.254
-46.1613
238.1613
DOSIS 2
-28.00000
49.68903
.941 -170.1613
114.1613
DOSIS 3
-68.00000
49.68903
.536 -210.1613
74.1613
KONTROL
KONTROL
46.1613
124.00000
49.68903
.099
-18.1613
266.1613
DOSIS 1
28.00000
49.68903
.941 -114.1613
170.1613
DOSIS 3
-40.00000
49.68903
.851 -182.1613
102.1613
*
164.00000
49.68903
.021
21.8387
306.1613
DOSIS 1
68.00000
49.68903
.536
-74.1613
210.1613
DOSIS 2
40.00000
49.68903
.851 -102.1613
182.1613
KONTROL
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
64
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
Lampiran 18. Pengujian Statistik Limfosit Tahap Percobaan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
JUMLAH_LIMFO
SIT
N
a,,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
20
7493.5000
642.93140
.180
.109
-.180
.803
.539
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Descriptives
JUMLAH_LIMFOSIT
95% Confidence Interval for
Mean
N
KONTROL
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
Total
5
5
5
5
20
Mean
7264.0000
7430.0000
7480.0000
7800.0000
7493.5000
Std.
Deviation
Std. Error
1098.58090
201.61845
489.08077
536.84262
642.93140
491.30032
90.16651
218.72357
240.08332
143.76383
Lower Bound Upper Bound
5899.9316
7179.6576
6872.7260
7133.4218
7192.5988
Minimum
8628.0684
7680.3424
8087.2740
8466.5782
7794.4012
5610.00
7210.00
6740.00
7230.00
5610.00
Test of Homogeneity of Variances
JUMLAH_LIMFOSIT
Levene Statistic
df1
1.991
df2
3
Sig.
16
.156
ANOVA
JUMLAH_LIMFOSIT
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
Within Groups
754135.000
7099720.000
3
16
Total
7853855.000
19
251378.333
443732.500
F
Sig.
.567
.645
Maximum
8570.00
7730.00
7910.00
8460.00
8570.00
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
Lampiran 19. Pengujian Statistik Basofil Tahap Percobaan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
JUMLAH_BASO
FIL
N
a,,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
20
15.0000
5.12989
.335
.335
-.335
1.499
.022
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Descriptives
JUMLAH_BASOFIL
95% Confidence
Interval for Mean
N
KONTROL
DOSIS 1
DOSIS 2
DOSIS 3
Total
5
5
5
5
20
Mean
Std.
Deviation Std. Error
14.0000
16.0000
16.0000
14.0000
15.0000
5.47723
5.47723
5.47723
5.47723
5.12989
Lower
Bound
2.44949
2.44949
2.44949
2.44949
1.14708
Upper
Bound
7.1991
9.1991
9.1991
7.1991
12.5991
Minimum
20.8009
22.8009
22.8009
20.8009
17.4009
Maximum
10.00
10.00
10.00
10.00
10.00
20.00
20.00
20.00
20.00
20.00
Test of Homogeneity of Variances
JUMLAH_BASOFIL
Levene Statistic
df1
.000
df2
3
Sig.
16
1.000
ANOVA
JUMLAH_BASOFIL
Sum of
Squares
df
Mean Square
Between Groups
Within Groups
20.000
480.000
3
16
Total
500.000
19
6.667
30.000
F
Sig.
.222
.880
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
Lampiran 20. Pengujian Statistik Eosinofil Tahap Percobaan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
JUMLAH_EOSIN
OFIL
N
a,,b
Normal Parameters
20
130.0000
25.54665
.250
.250
-.198
1.118
.164
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Descriptives
JUMLAH_EOSINOFIL
95% Confidence Interval
for Mean
N
KONTROL
5
DOSIS 1
5
DOSIS 2
5
DOSIS 3
5
Total
20
Std.
Deviation
Mean
118.0000
132.0000
136.0000
134.0000
130.0000
Lower
Bound
Std. Error
33.46640
16.43168
20.73644
32.09361
25.54665
14.96663
7.34847
9.27362
14.35270
5.71241
Upper Bound
76.4460
111.5974
110.2523
94.1505
118.0438
Minimum
159.5540
152.4026
161.7477
173.8495
141.9562
80.00
120.00
120.00
110.00
80.00
Test of Homogeneity of Variances
JUMLAH_EOSINOFIL
Levene Statistic
df1
.537
df2
3
Sig.
16
.664
ANOVA
JUMLAH_EOSINOFIL
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
Within Groups
1000.000
11400.000
3
16
Total
12400.000
19
333.333
712.500
F
Sig.
.468
.709
Maximum
170.00
160.00
170.00
190.00
190.00
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Madu
Kelengkeng (Nephelium longata L.) terhadap Jumlah Sel
darah Putih Pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar” ini
ditulis oleh Raisa Novitae. Penulis merupakan pertama dari
Ir.Emanuel Joko dan Bawin Lamiang, yang lahir di
Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pada tahun 1996-1997
penulis menempuh pendidikan di TK Katolik St. Maria,
Muara Teweh, Kalimantan Tengah. Kemudian pada tahun
1997 penulis melanjutkan studi ke SD Katolik St. Don Bosco,
Palngkaraya hingga tahun 2003. Pada tahun 2003-2006
penulis duduk di bangku SMPK St. Paulus, Palangkaraya. Selepas dari pendidikan
SLTP penulis melanjutkan pendidikan di SMA N 2 Pahandut, Palangkaraya pada
tahun 2006 – 2009. Selanjutnya mulai tahun 2009 penulis duduk di bangku kuliah,
yaitu di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis pernah
menjadi Koordinator Seksi Warta pada kepengurusan dan Retret Persekutuan
Mahasiswa Kristen Apostolos Universitas Sanata Dharma pada tahun 2011-2012.
Pada tahun 2012 penulis juga sempat menjadi peserta dan mahasiswa berprestasi
dalam Hibah Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) pada kegiatan Pekan Kreativitas
Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K).
68
Download