STRATEGI MENJAGA KESEHATAN JIWA LANSIA Peningkatan usia harapan hidup di Indonesia ditandai dengaan semakin membaiknya pelayanan hidup sehat, sehingga jumlah lansia di Indonesia dari tahun ketahun semakin meningkat. Agar pertambahan usia tidak sekedaar “menjadi tua” dan hidup lebih lama. Maka lansia harus dibina dan diarahkan supaya tetap sehat, bugaar, bahagia, sejahtera, dan produktif. Proses menjadi tua atau lanjut usia adalah suatu peristiwa yang wajar dan berlangsung secara alamiah. Pertambahan usia adalah suatu keadaan dimana kemampuan fungsi organ tubuh seperti Jantung, hati, ginjal mengalami penurunan, sehingga untuk menjalankan aktifitas lansia sering mengalami hambatan. Untuk memperlambat proses penurunan fungsi organ tubuh tersebut dan sekaligus mengantisipasi agar para lansia tidak banyak tergantung dengan orang lain, maka para lansia harus berkemauan untuk memelihara kesehatannya, menumbuhkan sikap optimism dan tetap melakukan kerja sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga tetap produktif. Sehubungan dengan itu, lansia perlu mendapatkan perhatian dan bimbingan secara khusus agar dapat mengabdikan diri untuk kepetingan diri, keluarga, dan masyarakat. Bagi keluarga yang didalam keluargannya terdapat lansia, perlu meningkatkaqn kepediliandan peranya dalam melayani para lansia yang ada daalam perawatannya agar lansia bisa hidup dengan nyaman, bahagia dalam menjalani sisa usiannya. Masalahnya bagaiman keluarga memenuhi kebutuhannya dibidang ekonomi, psikososial dan kesehatan fisik, serta bagaimana mengupayakan agar tetap segar dan bugar sehingga tidak menjadi beban. Untuk itu perlu dipahami oleh masyarakat dan keluarga dalam amembina lansia agar dalam menjalankan perannnya tidak banyak mengalami hambatan. 1 Maslah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Gereatri dan psikogeriatri yang merupakan bagian dari Grontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, social, cultural, ekonomi dan lain-lain.( Depkes RI, 1992:6 ) Geriatri adalah cabang ilmu kedodokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang menyangkut aspek promoter, preventif, kuratif, dan rehabilitif serta psikososial yang menyertahi kehidupan lansia. Sementara Psikogeriatri adalah cababg ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari tentang kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, dan rehabilitative serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia. Ada 4 ciri yang dikatagorikan sebagai pasien Geriatri dan psikogeriatri yaitu : Keterbatasan tubuh yang berhubungan makin meningkatnya usia. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degenerative Lanjut usia secara psokososial yang dinyatakan krisi : a. Ketergantungan pada orang lain ( sangat memerlukan pelayanan orang lain ) b. Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantarnya setelah menjalani masa pension, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lin-lain. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan sehingga membawa lnsia kearah kerusakan/kemerosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panic, depresif, apatis, dsb. Hal itu bersumber dari stressor psikososia; yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian anak keluaga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hokum, atau trauma psikis. 2 Ada beberapa factor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor- factor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa factor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut : a. Penurunan kondisi fisik. b. Penurunan fungsi dan Potensi seksual. c. Penurunan Aspek psikososial. d. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan. e. Perubahan dalam peran social di masyarakat. Secara umum, menjaga kesehatan lansia sangatlah penting. Oleh karena itu, ilmu Geriatri sebagai cabang ilmu yang mempelajari kesehatan lanjut usia selalu berupaya mengembangkan metode-metode dan tindakan-tindakan para lansia dapat hidup selama mungkin dalam keadaan sehat, baik fisik, mental, sosial. Menjaga kesehatan lansia, perhatian khusus perlu ditujukan terutama terhadap kelompok lansia yang mudah terserang penyakit, yaitu lansia yang sangat tua, duda, hidup dalam kesepian, baru keluar dari rawat inap di rumah sakit, mengalami duka cita yang dalam dan depresi. 1. Lansia yang Sangat Tua Lansia yang sangat tua adalah mereka yang berusia 80 tahun atau lebih. Biasanya, semakin tua seseorang maka semakin berlanjut pula proses menjadi tua (proses menua) 3 yang terjadi dan hal ini disertai dengan sangat berkurangnya fungsi organ-organ tubuh seperti jantung, hati, ginjal, kelenjar-kelenjar, yang semuanya akan lebih memudahkan lansia tersebut menderita penyakit. 2. Lansia yang duda Pada kenyataannya, seorang pria biasanya lebih sulit untuk dapat mengurus dirinya sendiri dibandingkan sengan wanita, dan keadaan ini akan lebih nyata terjadi pada lansia pria yang duda. Keadaan ini akan semakin bertambah berat jika lansia yang duda tersebut tidak memiliki aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari yang menyebabkan dapat mengalami kejenuhan dan kebosanan hidup, karena tidak ada istri tempat mencurahkan segala keluh kesah di dalam menjalani sisa hidupnya. 3. Lansia yang kesepian Lansia yang hidupnya sendirian, yang biasanya dialaminya saat meninggalnya pasangan hidup atau teman dekat sering kali mengalami kesepian. Apalagi jika keadaan tersebut disertai sengan menurunnya kondisi kesehatannya, misalnya menderita berbagai penyakit fisik yang berat, gangguan pergerakan, gangguan panca indra terutama pendengaran. Harus dibedakan disini antara kesepian (loneliness) dengan hidup sendri (living alone), karena orang yang hidup sendiri belum tentu harus mengalami kesepian, sebaliknya ada pula lansia yang walaupun hidup ditengah-tengah anggota keluarga yang banyak tetapi mengalami kesepian. Lansia yang mengalami kesepian sering kali merasa jenuh dan bosan dalam hidupnya, sehingga ia berharap agar kematian segera datang menjemputnya karena ia tidak ingin menyusahkan keluarga dan orang-orang sisekitarnya. 4. Lansia yang baru keluar dari perawatan di rumah sakit. Berbeda dengan penyakit pada orang dewasa bahwa salah satu sifat penyakit pada lansia adalah setelah sembuh dari suatu penyakit justru semakin rentan atau peka terhadap penyakit-penyakit akut yang menyebabkan cacat dan kematian. Oleh karena itu, lansia 4 yang baru saja keluar dari perawatan dirumah sakit perlu mendapat perhatian yang lebih serius di dalam perawatannya karena akibat daya tahan tubuh yang menurun memudahkan mereka menderita penyakit. 5. Lansia yang baru mengalami duka cita yang dalam. Dukacita merupakan suatu periode yang sangat rawan untuk menderita penyakit pada lansia. Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat atau bahkan seekor hewan peliharaan yang sangat disayangi dapat menyebabkan putusnya ketahanan jiwa secara mendadak yang selama ini sudah sangat rapuh, dan selanjutnya akan memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Periode 2 tahun pertama setelah ditinggalkan pasangan hidup, teman dekat ataupun bahkan seekor hewan peliharaan yang sangat disayangi dapat merupakan periode yang sangat rawan. Pada periode ini, lansia tersebut harus diawasi dengan ketat dan dibiarkan untuk mengungkapkan dukacita tersebut, yang sering diawali dengan perasaan kosong, kemudian diikuti dengan ingin menangis dan tertekan batin (depresi). 6. Lansia yang mengalami depresi Beberapa gejala depresi pada lansia dapat berupa apatis (tidak peduli diri dan lingkungannya) dan menarik diri dari aktifitas sosial, gangguan ingatan, perhatian, dan konsentrasi yang kurang, memburuknya fungsi berfikir, tidak mampu berdiskusi mengenai suatu topik pembicaraan secara berkesinambungan dan cenderung lari dari pokok pembicaraan. Selain itu, dapat ditemukan tidur yang terganggu, yang sering menyerang lansia saat dini hari sehingga ia bangun terlalu pagi, dan setelah itu tidak dapat/sult tidur sampai pagi, meskipun malamnya tidur agak larut. Lansia juga seakan-akan tidak dapat menikmati hidupnya dan cenderung mengabaikan kegiatan rutinnya sehari-hari serta lebih suka 5 berdiam diri, karena tubuhnya merasa lemah bagaikan kehilangan seluruh energinya, perlu diperhatikan. Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yakni : Perlu diberikan perhatian yang lebh banyak terhadap lansia yang tergolong kelompok yang mudah terserang penyakit. Bagi lansia yang sudah sangat tua dan yang baru keluar dari perawatan di rumah sakit diperlukan untuk sering-sering memeriksakan kesehatannya dan jika perlu didampingi oleh perawat jompo didalam menjalani sisa kehidupannya. Bagi lansia yang mengalami kesepian dan dukacita yang dalam maka peran organisasi/kumpulan sosial sangat berarti karena dapat bertindak menghibur, memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan peran sosial lansia tersebut. Disamping itu, diperlukan pula anggota keluarga yang mendampingi dengan penuh simpati mendengarkan keluhannya dan memberikan hiburan kapan perlu. Jika kondisi kesehatan memungkinkan untuk beraktivitas lebiah baik maka sebaiknya dicari kegemaran atau hobi yang paling disukainya, terutama sekali hobi yang sejak mudanya dulu telah ditekuni agar lansia memiliki kegiatan yang memikat hatinya. Jika lansia mempunyai hobi maka mereka lebih mudah mendapat kawan yang sama kegemarannya yang dapat diajak berdiskusi dan saling kunjung mengunjungi sehingga dapat mengatasi kesepian atau dukacita yang dalam. Biasanya diskusi diantara orangorang yang mempunyai hobi yang sama akan sangat mengasikkan dan tak habis-habisnya karena minat mereka sama, sehingga menggairahkan semangat lansia sebagai pengisi waktu yang menyenangkan. Jika kondisi tubuh membaik, pikiran tenang, senang, punya hobi dan ada teman-teman yang diajak berdiskusi maka dengan sendirinya nafsu makan pun bertambah, berlebih jika 6 didukung oleh olah raga. Sehingga tubuh akan selalu fit dan tidurpun lebih nyenyak. Konsumsi sayur mayur dan buah-buahan segar harus ditingkatkan, sebaliknya rokok dan alkohol dihindari. Tidur siang sebaiknya dilakukan secukupnya saja, kerena jika berlebihan akan menyebabkan pada malam hari tidur tidak nyenyak. Sehingga pada pagi harinya badan terasa loyo dan mudah diserang rasa ngantuk dan penyakit. Oleh karena itu, perlu dibenahi pola tidurnya. Jika hal-hal diatas dilakukan maka mudah-mudahan tidak ada lagi lansia yang merasa bosan hidup dan ingin meninggal saja. Sebaiknya, gairah hidupnya yang harus selalu dipupuk dan disyukuri, karena Tuhan masih menganugerahkan usia yang panjang kepada para lansia dan segala kesenangan hidup yang dapat dinikmati. Lansia bukan berarti hanya dicekam kesepian, kebosanan dan menunggu saat datangnya ajal, tetapi harus selalu diisi dengan kegiatan yang bermakna dan menyenangkan. 7 Daftar Pustaka : - Azwar, Azrul, 1994. Program menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Lansia (Aplikasi prisip Lingkungan pemecahan masalah ) Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia , Jakarta. - Subijarto dkk, 2011. Pembinaan Posyandu Lansia guna Pelayanan Kesehatan Lansia . Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. - Perwakilan BKKBN, 2011, Bina Keluarga Lansia. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - BKKBN , 2008, Modul Bina keluarga Lansia. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 8