MODUL PERKULIAHAN ETIKA Membangun Masyarakat Islam Modern Fakultas Program Studi Ilmu Komputer nformatika Tatap Muka Kode MK 12 Dr. Rais Hidayat Abstract Islam dan Globalisasi Disusun Oleh Kompetensi Mengetahui peranan dan fungsi muslim dalam fenomena globalisasi Menguraikan implementasi agama islam sebagai agama universal Menjelaskan peran agama islam dalam perdamaian baik konsepsi maupun implementasinya Memahami konsepsi islam dalam masalah gender, kemanusiaan, kepemimpinan dan demokrasi Pengantar: Muslim Dan Fenomena Globalisasi Dunia sedang berubah. Komunikasi antara manusia menjadi tanpa batas. Kemajuan teknologi, komunikasi, transportasi dan turisme, telah menjadikan dunia sebagai “desa besar”. Ditengah situasi dunia yang berubah itu, dunia islam merancangkan abad ke-15 hijriah ini sebagai abad kebangkitan kembali islam. Walupun pelecehan menerpa, umat islam musti tetap optimis menghadapinya. Banyak tantangan menghadang umat. Tanpa analisa dan perencanaan strategis, umat tidak akan mencapai tujuan bersama untuk renaissance. Umat islam dapat belajar dari sejarah renaissance barat. Mantan presiden amerika, Richard Nixon, dalam buku terakhirnya sebelum meninggal, seize the moment, America challenges in one super power world, mengatakan barat berhutang besar kepada dunia islam untuk renaissancenya. Untuk renaissance, barat terdiri dari pundak dunia islam pada masa lalu. Karena itu, kalau kaum muslimin ingin renaissance pada abad ke-15 hijriah ini, kaum muslimin bisa meniru scenario masa lalu. Tidak mencapai renaissance dapat kaum muslimin dilaksanakan dengan berdiri di atas pundak barat. Islam Agama Universal Secara tekstual sejak 14 abad yang lalu Al-quar’an telah menegaskan bahwa islam adalah ajaran universal, dimana misi serta klaim kebenaran ajarannya melampaui batasbatas suku, etnis, bangsa dan bahasa. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika berbagai seruan Al-Qur’an banyak sekali menggunakan ungkapan yang berciri kosmopolitalisme ataupun globalisme. Faktor-faktor sejarah yang menjadi angenda umat islam untuk dikaji dalam rangka mengangkat kembali citra dan peran islam dalam percaturan global, karena peran sejarah ini oleh Allah telah diamanatkan pada kaum muslim sebagiamana terkandung dalam konsep “khalifah Allah dimuka bumi”. Sekali lagi, sekarang ini disadari atau tidak umat islam telah memasuki arena percaturan dan pertarungan global, baik dalam kontek teknologi, filsafat, ekonomi, politik, maupun budaya. Dalam pada itu semua ajaran agama yang bersifat dokterinal disatu sisi dan kualitas pendukungnya disisi lain semuanya akan di uji oleh sejarah dan oleh standar-standar kemanusiaan. Oleh karenanya tidaklah mengherankan bahwa hal itu merupakan sunatullah, bahwa berbagai filsafah, ideology, budaya dan agama yang ada mengalami pasang surut bahkan kebangkrutan. Contoh yang masih hangat tentunya kebangkrutan ideology komunisme dibekas unisoviet yang telah membawa pengaruh global baik pada iklim politik maupun ekonomi dunia, yang secara langsung juga disarankan oleh dunia islam. memangnya tidak boleh dinafikan bahawa Islam merupakan agama yang bersifat universal ('alamiyyah). Ia diturunkan oleh Allah SWT kepada seluruh umat manusia, ia tidak membeza-bezakan antara lelaki dan wanita, antara yang berkulit putih mahupun hitam. Islam tidak pernah sekali-kali mengajak kepada sifat 'ketaksuban' bahkan Islam mengizinkan bukan Islam untuk bersama-sama tinggal di tanahair yang satu dengan penuh aman dan bahagia. Al-Qur'an al-Karim dengan jelas menyatakan secara berulang kali bahawa Islam merupakan agama yang bersifat 'universal' sehingga mengulang sebanyak lebih 70 kali kalimah al-'alaminyang membawa maksud alam sejagat atau sekalian alam. Menurut Qatadah sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Qurtubi dalam tafsirnya kalimah a 'alamin merupakan perkataan jamak bagi alam yang bermaksud semua yang wujud melainkan Allah SWT. Antara sumber wahyu yang merakamkan kenyataan ini a dalah firman Allah SWT di dalam surah al-Anbiya' ayat 107 yang bermaksud: "Dan tidaklah kami mengutuskan engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat kepada sekalian alam". Menurut Ibnu Kathir dalam tafsirnya di dalam ayat ini Allah SWT mengkhabarkan bahawa Dia menjadikan Muhammad sebagai rahmat bagi mereka (umat) semua, barangsiapa yang menerima rahmat ini lalu beriman dan membenarkannya maka dia beroleh rahmat dan sesiapa yang melakukan sebaliknya maka dia akan kerugian di dunia dan akhirat. Ini jelas menunjukkan bahawa setiap muslim perlu sedar dan insaf bahawa tanggungjawab mereka begitu besar kerana menganuti suatu agama wahyu yang melampaui segala fahaman mahupun doktrin kepercayaan manusia apalagi istilah moden yang sering mengaitkan agama dengan tabiat tertentu sama ada inklusif ataupun eksklusif. Islam Dan Perdamaian Islam adalah negara perdamaian. Konstribusi islam untuk perdamaian dunia dan regional, sedemikian besar dalam sejarah umat islam. Menurut islam, tujuan utama penciptaan manusia adalah saling mengenal dan hidup dalam damai. Kekerasan bukanlah sejarah yang identik dengan umat islam. Meluasnya pengaruh islam kepenjuru dunia dan konversi agama dari non-islam kepada islam tidak mendukung oleh militer sebagai faktor utama melainkan nilai-nilai yang ditawarkan oleh islam, yakni pembebasan (futuhat) dan perdamaian (salam). Islam juga mengajarakan kesetaraan (equality) dikalangan masyarakat. Setiap orang serta dihadapan Allah, kecuali dalam kualitas iman dan ketaatan mereka kepada Allah. Doktrin kesetaraan ini menyerang basis system kasta yang dipraktikan oleh agama lain, yang mempercepat konsveksi damai dan sukarela masyarakat lokal kepada agama islam sepanjang abad ke-13 hingga ke-16 Misi Kemanusiaan Dan Islam Agama apapun didunia ini, lebih-lebih islam, pada prinsipnya membawa misi kemanusiaan dan memberi penghargaan tinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan, namun dalam kenyataan tidak dalam demikian. Berbagai tidak kekerasan, kerusuhan, dan ketidak adilan, seringkali melibatkan sentimen agama. Pada gilirannya menimbulkan persepsi negative pada islam. Tindakan represif dan radikal dalam pemberantasan kejahatan dan kemaksiatan, oleh sebagian kalangan dipandang merupaka bagian dari dakwah (amar makruf nahi mungkar). Walaupun sebagian kaum muslim menganggap tindakan tidak bersahabat tersebut dianggap kurang etis, selain menimbulkan korban jiwa dan harta, akan memperburuk citra islam. Misi damai islam harus ditetapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang majemuk, baik karena berbeda agama maupun suku. Islam bukan hanya menghargai orang seagama, tetapi juga sangat menghargai umat yang berbeda agama (tidak beragama islam). Kajian Kasus Islam dan barat perlu di jembatani Ketua pengurus besar nadhatul ulama (PBNU) kh hayim muzadi, menilai kotonomi antara islam dan barat yang menjadi selama ini tidak produktif, barat maupun islam kata dia di rugikan karena itu dia menilai Islam dan Barat posisi sulit Menurut muzadi barat takmelulu harus dihadapi secara apriori. Sebab Islam sendiri mengajarkan untuk menerima kebenaran dari manapun datangnya gerakan Islam apriori gerakan barat . Tantangan Pendidikan Islam Pendidikan menurut Islam didasarkan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu dengan potensi bawaan seperti potensi ilahiyah, potensi untuk memikul amanah dan tanggung jawab, potensi kecerdasan, potensi fisik. Dengan potensi ini manusia mampu berkembang secara aktif dan interaktif dengan lingkungannya dan dengan bantuan orang lain atau pendidik secara sengaja agar menjadi manusia muslim mampu menjadi khalifah dan Abdullah. Upaya membangun pendidikan Islam berwawasan global bukan persoalan mudah, karena pada waktu bersamaan pendidikan Islam harus memiliki kewajiban untuk melestarikan, menamkan nilai-nilai ajaran Islam dan dipihak lain berusaha untuk menanamkan karakter berbasis lokal. Upaya untuk membangun pendidikan Islam yang berwawasan global dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah yang terencana dan strategis dengan menangkap peluang dan bersiaga mengahadapi tantangan masa depan. Tantangan yang akan dihadapi oleh pendidikan Islam pada masa yang akan datang, menurut Sa’id Ismail Ali, bahwa umat Islam: 1. Kurang mampu menyeleksi informasi dan teori-teori mana yang maslahat untuk diaplikasi dan mana pula yang tidak. 2. Gaya hidup hedonis, konsumtif dan fantatif akibat pengaruh era globaliosasi dan era informasi. 3. Berkiblat dan berbarometer kepada Negara maju secara fisikly padahal terbelakang pada aspek peradaban dan akhlak. Disamping ketiga tantangan tersebut, terdapat tujuh tantangan lainnya yaitu: 1. Mengurangi kesenjangan dalam pemerataan pendidikan, kemiskinan, marginalisasi dan eksklusivitas pendidikan. 2. Mengukuhkan hubungan yang lebih baik antara pendidikan dan ekonomi setempat (lokal), dan antara pendidikan dengan dunia kerja yang mengglobal. 3. Mencegah berkembangnya peran dari riset dan pendidikan yang dikendali-kan oleh pasar dan melebarnya kesenjangan teknologi dan ilmu pengeta-huan di antara Negara industry dan Negara berkembang. 4. Menjamin bahwa persyaratan riset Negara berkembang menerima perhatian dan ditunjukkan oleh ilmuwan dan sarjananya. 5. Mengurangi dampak negatif dari brain drain dari Negara miskin ke Negara kaya, dan dari wilayah tertinggal ke wilayah maju, sebagai pasar untuk siswa yang juga mengglobal. 6. Mengarahkan dampak dari prinsip-prinsip pemasaran dan perubahan peran dari Negara terhadap pendidikan dan membantu perencanaan dan manajemen pendidikan. 7. Menggunakan sistem pendidikan tidak hanya untuk memindahkan batang tubuh keilmuan secara umum, tetapi melestarikan berbagai nwarisan budaya dunia, bahasa seni, gaya hidup di dunia yang semakin menjadi homogen. Tantangan-tantangan tersebut bila disadari merupakan signal peluang yang menuntut para praktisi pendidikan untuk membuat formula, design, konsep, dan strategi pendidikan menjadi bersaing dalam ruang global yang meliputi tiga dimensi, yaitu ekonomi, politik, dan budaya. Ekonomi, terkait dengan produksi, pertukaran distribusi, dan konsumsi barang dan jasa; politik, terkait dengan distribusi, kekuasaan, pusat kebijakan pengembangan dan lembaga kekuasaan berikut pengawasannya; budaya, terkait dengan social produksi, pertukaran, dan ungkapan bahasa isyarat dan simbol, arti, kepercayaan dan kesukaan, rasa dan nilai1. Daftar Pustaka 1. Aning S. 2005. 100 tokoh yang mengubah Indonesia. Agromedia PuSTAKA. Tngerang. 2. Anwar C. 2000. Islam dan tantangan kemanusiaan abad XXI. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta. 3. Azra, A. 2005. Jaringan Ulama: Timjr Tengah dan Keplauan Nusantara. Abad XVII & XVIII (Akar Pembaharuan Di Indonesia). Prenada Media. Jakarta. 4. Departemen Agama. Pendidikan Agama Islam di Perguruan tinggi. Departemen Agama. Jakarta. 5. Kuntowijoto. 1997. Identitas Politik Umat Islam. Mizan. Bandung. 6. Srijanti, Dkk, 2009, Edisi ke dua, “Etika Membangun Masyarakat Islam”, Graha Ilmu.