musik 2015-2019 - Indonesia Kreatif

advertisement
RENCANA
PENGEMBANGAN
INDUSTRI
MUSIK
NA SIONAL
2015-2019
Rencana Pengembangan
Industri Musik Nasional
2015-2019
: 
i
Dina Dellyana
Fikri Hadiansyah
Adib Hidayat
Widhi Asmoro
PT. REPUBLIK SOLUSI
iv
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Rencana Pengembangan
Industri Musik nasional
2015-2019
Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif:
Penasihat
Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Pengarah
Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Ahman Sya, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya
Cokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan
Penanggung Jawab
Mumus Muslim, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya
Juju Masunah, Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik
Julianus Limbeng, Kasubdit Pengembangan Industri Musik
Tim Studi
Dina Dellyana
Fikri Hadiansyah
Adib Hidayat
Widhi Asmoro
ISBN
978-602-72367-7-6
Tim Desain Buku
RURU Corps (www.rurucorps.com)
Rendi Iken Satriyana Dharma
Sari Kusmaranti Subagiyo
Farly Putra Pratama
Penerbit
PT. Republik Solusi
Cetakan Pertama, Maret 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
v
Terima kasih Kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD)
Jabatin Bangun
Andre Sumual
Yuslisar Ningsih
Robin Malau
Azhar Hasyim
Wendi Putranto
Dewi Indriati
Ari Juliano
Dian Nur Farida
Hang Dimas
Marully Panggabean
Ario Tamat
Aris Firdaus
Yonathan Nugroho
Bens Leo
Ventha Lesmana
Haris Wahyudi
David Karto
Indri Sjafri
Totok Soediyantoro
Frangky Raden
Yudi Sukmayadi
Marusya Nainggolan
Aldo Sianturi
Rahayu Kertawiguna
Eki Puradierdja
Singgih Sanjaya
Harun Nurasyid
Tito Loho
Arian Arifin
vi
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Kata Pengantar
Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang
penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif
adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di
Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya
alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya
menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.
Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan
membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya
pengembangan ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber
daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup.
Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga
memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita
dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan
dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi
kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup,
pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial.
Industri musik sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, merupakan segala
jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman,
promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik. Saat ini masih ada masalahmasalah yang menghambat pertumbuhan industri musik di Indonesia, termasuk didalamnya
jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam
yang belum teridentifikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber
daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang
memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang
sesuai dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.
Dalam upaya melakukan pengembangan industri musik di Indonesia, diperlukan pemetaan terhadap
ekosistem industri musik yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar, nurturance environment,
dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak terbatas pada model triple
helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas dan melibatkan komunitas
kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan quad helix model kolaborasi
dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis dan komunitas. Keberhasilan
ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada pendekatan pengembangan yang
menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2025 yang diterbitkan pada tahun 2009. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan
vii
data, informasi, telah dilakukan sejumlah Focus Group Discussion (FGD) dengan semua pemangku
kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif,
dan komunitas musik secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci
pemahaman mengenai industri musik dan strategi-strategi yang perlu diambil dalam percepatan
pengembangan industri musik lima tahun mendatang. Dengan demikian, masalah-masalah yang
masih menghambat pengembangan industri musik selama ini dapat diatasi sehingga dalam kurun
waktu lima tahun mendatang, industri musik dapat menjadi industri yang berbudaya, berdaya
saing, kreatif, dan dinamis secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan
Ekonomi Kreatif Indonesia.
Salam Kreatif,
Mari Elka Pangestu
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
viii
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................... vii
Daftar Isi.............................................................................................................................. ix
Daftar Gambar.................................................................................................................... xii
Daftar Tabel ...................................................................................................................
xiii
Ringkasan Eksekutif.........................................................................................................
xiv
BAB 1 PERKEMBANGAN INDUSTRI MUSIK DI INDONESIA........................................
3
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Industri Musik.....................................................................4
1.1.1 Definisi Industri Musik............................................................................................4
1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Industri Musik........................................................6
1.2 Sejarah dan Perkembangan Industri Musik.......................................................................10
1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Industri Musik Dunia....................................................10
1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Industri Musik Indonesia............................................. 12
BAB 2 EKOSISTEM DAN RUANG LINGKUP INDUSTRI MUSIK INDONESIA...............
23
2.1 Ekosistem Industri Musik.................................................................................................24
2.1.1 Definisi Ekosistem Industri Musik............................................................................24
2.1.2 Peta Ekosistem Industri Musik.................................................................................25
2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Musik...........................................................................44
2.2.1 Peta Industri Musik..................................................................................................44
2.2.2 Ruang Lingkup Industri Musik................................................................................46
2.2.3 Model Bisnis Industri Musik....................................................................................50
BAB 3 KONDISI UMUM INDUSTRI MUSIK INDONESIA................................................
55
3.1 Kontribusi Ekonomi Industri Musik.................................................................................56
3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)..................................................................58
3.1.2 Berbasis Ketenagakerjaan..........................................................................................59
3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan...................................................................................60
3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga...........................................................................61
3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor................................................................................................62
3.2 Kebijakan Pengembangan Industri Musik...........................................................................64
ix
3.3 Struktur Pasar Industri Musik...............................................................................................69
3.4 Daya Saing Industri Musik....................................................................................................72
3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Industri Musik.................................................76
BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI MUSIK INDONESIA....................................
83
4.1 Arah Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015-2019...............................................84
4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Industri Musik........................................................85
4.2.1 Visi Pengembangan Industri Musik............................................................................86
4.2.2 Misi Pengembangan Industri Musik...........................................................................86
4.2.3 Tujuan Pengembangan Industri Musik.......................................................................87
4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Industri Musik............................................87
4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Industri Musik..................................................................90
4.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Daya Manusia Kreatif di Industri Musik yang
Berdaya Saing dan Dinamis.......................................................................................91
4.4.2 Arah Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
serta Budaya Bagi Industri Musik Secara Berkelanjutan.............................................91
4.4.3 Arah Kebijakan Perwujudan Industri Musik yang Berdaya Saing Tumbuh dan
Beragam....................................................................................................................91
4.4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Pembiayaan yang Seusai, Kompetitif, dan Mudah
Diakses..................................................................................................................... 91
4.4.5 Arah kebijakan Perluasan Pasar di Dalam dan Luar Negeri Secara Berkualitas dan
Berkelanjutan........................................................................................................... 92
4.4.6 Arah Kebijakan Penyediaan dan Pengembangan Infrastruktur dan Teknologi yang
Tepat Guna dan Mudah Diakses................................................................................92
4.4.7 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan dan Iklim Usaha yang Mendukung
Pengembangan Industri Musik..................................................................................92
4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Musik..................................................93
4.5.1 Meningkatnya Kuantitas, Keragaman dan Kualitas Lembaga Pendidikan yang
Mendukung Penciptaan Pelaku Industri Musik Secara Berkelanjutan........................93
4.5.2 Meningkatnya Kuantitas dan Kualitas Tenaga Kerja di Industri Musik Indonesia...... 93
4.5.3 Tersedianya Informasi Sumber Daya Budaya Lokal yang Akurat dan Terpercaya dan
Dapat diakses Secara Mudah dan Cepat.................................................................... 94
4.5.4 Meningkatnya Wirausaha Musik Lokal yang Berdaya Saing dan Dinamis..................94
4.5.5 Meningkatnya Usaha Kreatif Lokal di Bidang Musik yang Berdaya Saing Bertumbuh
dan Berkualitas..........................................................................................................95
4.5.6 Meningkatnya Keragaman dan Kualitas Karya Musisi Lokal......................................95
4.5.7 Meningkatnya Ketersediaan Pembiayaan bagi Industri Musik Lokal yang Sesuai,
Mudah diakses dan Kompetitif..................................................................................95
x
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
4.5.8 Meningkatnya Penetrasi dan Diversifikasi Pasar Karya Musik di Dalam dan Luar
Negeri.......................................................................................................................96
4.5.9 Meningkatnya Ketersedian Infrastruktur yang Memadai dan Kompetitif...................96
4.5.10 Meningkatnya Ketersedian Teknologi Tepat Guna, Mudah diakeses, dan
Kompetitif................................................................................................................ 97
4.5.11 Terciptanya Regulasi yang Mendukung Penciptaan iklim yang Kondusif Bagi
Pengembangan Industri Musik..................................................................................97
4.5.12 Terciptanya Lembaga yang Medukung Penciptaan Iklim yang Kondusif Bagi
Pengembangan Industri Musik..................................................................................98
4.5.13 Meningkatnya Partisipasi Aktif Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan
Industri Musik Secara Berkkualitas dan Berkelanjutan.............................................. 98
4.5.14 Meningkatnya Aptesiasi Kepada Orang/Karya/Wirausaha/Usaha Musik Lokal di
Dalam dan Luar Negeri.............................................................................................99
BAB 5 PENUTUP ...................................................................................................................
101
5.1 Kesimpulan........................................................................................................................102
5.2 Saran..................................................................................................................................103
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 105
xi
Daftar Gambar
Gambar 1‑1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembgangan Musik dalam Ekonomi Kreatif
2015-2019...............................................................................................................................9
Gambar 1-2 Perkembangan Musik di Indonesia .................................................................... 20
Gambar 2-1 Peta Ekosistem Industri Musik............................................................................26
Gambar 2-2 Peta Industri Musik.............................................................................................47
Gambar 2-3 Model Bisnis di Industri Musik...........................................................................51
Gambar 3-1 Nilai Tambah Bruto Subsektor Musik.................................................................58
Gambar 3-2 Kontribusi Ekonomi Industri Musik Berbasis Ketenagakerjaan........................... 59
Gambar 3-3 Aktivitas Usaha Industri Musik...........................................................................60
Gambar 3-4 Konsumsi Rumah Tangga Industri Musik...........................................................61
Gambar 3-5 Ekspor Subsektor Industri Musik........................................................................62
Gambar 3-6 Perbandingan Ekspor dan Impor Industri Musik................................................ 63
Gambar 3-7 Daya Saing Industri Musik..................................................................................73
xii
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Daftar Tabel
Tabel 1‑1 Elemen Definisi di 6 Negara.....................................................................................5
Tabel 3‑1 Kontribusi Ekonomi Industri Musik 2010–2013.....................................................56
Tabel 3-2 Peraturan Mengenai Industri Musik Indonesia.........................................................64
Tabel 3-3 Potensi Permasalahan Industri Musik Indonesia........................................................76
Tabel 4‑1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Industri Musik 2015-2019............ 85
xiii
Ringkasan Eksekutif
Industri musik berkaitan erat dengan kegiatan di rantai kreasi, reproduksi, distribusi dan konsumsi
dan memiliki lingkup substansi yang cukup luas. Sebagaimana musik itu sendiri yang ranahnya
masih terus berkembang, industri musik pun demikian. Ruang lingkup industri musik dapat
dilihat berdasarkan genre, yaitu berdasarkan aliran musik yang diusung, contohnya jazz, rock,
metal, pop, dan sebagainya. Tetapi pendekatan ini dirasakan kurang tepat, mengingat genre
musik yang terus berkembang sehingga sulit melihat batas yang tegas antar genre. Untuk itu,
definisi industri musik bisa didapatkan dengan melihat perubahan dan kemajuan yang terjadi
pada industri musik dunia. Berawal dari konsumsi karya musik yang hanya dapat dinikmati
secara langsung, kemudian berubah menjadi karya musik berbentuk cetak (era penerbitan musik),
hingga saat ini di mana industri musik sudah menjadi industri yang besar mencakup berbagai
bentuk konsumsi karya musik dan telah memiliki komponen-komponen layaknya industri pada
umumnya. Dapat dilihat bahwa saat ini industri musik menggunakan jasa promosi atau marketing
dalam proses industrinya.
Namun demikian, perkembangan industri musik dan fokus pengembangannya bisa berbeda-beda
di setiap negara. Untuk itu, jika disesuaikan dengan konteks perkembangan subsektor industri
musik yang terjadi di Indonesia, dan dilihat dari sudut pandang industri kreatif, serta dengan
tidak mengesampingkan sejarah yang ada, maka subsektor industri musik itu sendiri dapat
didefinisikan sebagai: segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan,
kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik.
Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif,
khususnya subsektor industri musik, perlu dilakukan pemetaan terhadap kondisi ideal, yaitu
suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari negara-negara yang
sudah maju industri musiknya. Selain itu juga perlu dipahami kondisi aktual dari industri musik
di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi. Pemahaman antara kondisi ideal dengan
kondisi aktual dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari industri musik nasional
sehingga dapat berkembang dengan baik, dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan
peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi.
Ekosistem industri musik, sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan
(interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dan
antara peran-peran tersebut dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif.
Peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya mampu diukur secara kuantitatif sebagai
indikator yang bersifat nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai
keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk
ikut serta dalam memajukan Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai
ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk industri musik.
xiv
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB),
ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan
perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi
ekonomi industri musik, nilai yang ada pada data BPS tersebut dihitung berdasarkan data
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009 yang hanya memasukkan
klasifikasi usaha kode 56 yaitu usaha penyedia makanan dan minuman, sehingga nilai PDB ini
dapat lebih akurat apabila sudah memasukkan kode KBLI yang sesuai dengan ruang lingkup
usulan (Bab 2.2.2 Ruang Lingkup Industri Musik).
Visi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan industri musik
pada periode 2015-2019 yang menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan
dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah
dan terukur yang dijabarkan pada Bab 4 Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia.
xv
If you fail to plan, you are planning to fail.
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
PERIKLANAN 2015-2019
RENCANA AKSI
JANGK A MENENGAH
17
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
SENI PERTUNJUKAN 2015-2019
SENI RUPA 2015-2019
TEKNOLOGI INFORMASI 2015-2019
TV & RADIO 2015-2019
VIDEO 2015-2019
PENERBITAN 2015-2019
16
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
PENELITIAN & PENGEMBANGAN 2015-2019
15
18
MUSIK 2015-2019
PERFILMAN
2015-2019
14
“
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
KULINER 2015-2019
10
KERAJINAN 2015-2019
ARSITEKTUR 2015-2019
09
12
08
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI
JANGK A MENENGAH
11
ARSITEKTUR
2015-2019
06
05
04
“
KEKUATAN BARU INDONESIA
MENUJU 2025
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
xvi
Sumber: Benjamin Franklin
v
2
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
BAB 1
Perkembangan Industri
Musik di Indonesia
BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia
3
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Industri Musik
Musik merupakan sebuah bentuk ekspresi melalui bunyi, di mana unsur dasarnya berupa melodi,
irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat, dan warna bunyi.1 Untuk
menjadi sesuatu yang lebih bernilai ekonomi, musik harus diolah sedemikian rupa melalui prosesproses yang berkesinambungan. Untuk itu musik membutuhkan sebuah industri yang mapan
sebagai pendukungnya. Namun demikian, industri musik terkadang didefinisikan terlalu luas dan
tidak sesuai dengan kondisi aktual industri yang ada di dalam negeri. Sehingga, kurang mampu
menggambarkan kegiatan yang sebenarnya terjadi di dalamnya. Definisi dan ruang lingkup yang
salah dapat membawa pengembangan industri musik Indonesia ke arah yang kurang tepat di
masa kini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan sebuah definisi yang dapat
memberikan batasan ruang lingkup terhadap subsektor industri musik di Indonesia, dengan
mempertimbangkan perkembangan musik di dunia dan Indonesia, serta studi banding dengan
beberapa negara di dunia.
1.1.1 Definisi Industri Musik
Gambaran sederhana dari definisi industri musik bisa didapatkan dengan melihat perubahan
dan kemajuan yang terjadi pada industri musik dunia. Berawal dari konsumsi karya musik
yang hanya dapat dinikmati secara langsung, kemudian berubah menjadi karya musik
berbentuk cetak (era penerbitan musik), hingga saat ini di mana industri musik sudah
menjadi industri yang besar mencakup berbagai bentuk konsumsi karya musik dan telah
memiliki komponen-komponen layaknya industri pada umumnya. Dapat dilihat bahwa
saat ini industri musik menggunakan jasa promosi atau marketing dalam proses industrinya.
Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi sederhana industri musik adalah:
Suatu proses penggabungan berbagai kegiatan,
mulai dari komposisi musik, rekaman musik,
promosi, penerbitan, hingga pertunjukan musik.
Untuk melengkapi definisi sederhana di atas, maka dilakukan analisis perbandingan definisi
industri musik di enam negara untuk dapat lebih memahami perkembangan industri musik di
dunia, meliputi negara Inggris, Swedia, Jerman, Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan Kanada
(Tabel 1-1). Inggris mendefinisikan industri musik sebagai setiap kegiatan yang terlibat dalam
pementasan, penciptaan, pembuatan, perekaman, promosi, dan penjualan musik.2 Sedangkan
Swedia mendefinisikan industri musik sebagai sebuah jaringan yang kompleks dengan sejumlah
aktor dengan kepentingan yang berbeda, bekerja sama dalam pembuatan produk inti dan kegiatan
dalam industri musik termasuk rekaman suara, pertunjukan, produksi musik, dan administrasi
hak cipta.3 Berbeda dengan Inggris dan Swedia, Jerman mendefinisikan industri musik sebagai
setiap kegiatan yang meliputi rekaman suara dan penerbitan musik.4 Dengan hasil akhir yang
sedikit berbeda, Afrika Selatan mendefinisikan industri musik sebagai sebuah industri yang
(1) Soeharto, M. 1992. Kamus Musik: Gramedia Widiasarana Indonesia
(2) Creative and Cultural Skills. 2011. The Music Blueprint: An Analysis of the Skills Needs of the Music Sector in the UK.
London: Creative and Cultural Industries Ltd.
(3) Tommy. 2003. Mapping the Sweedish Music Industry.
(4) European Center for Creative Economy. Facts, http://www.e-c-c-e.de/en/facts/, (diakses 25 Juli 2014)
4
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
meliputi sektor perekaman, sektor pertunjukan, dan sektor multidisiplin, di mana musik adalah
komponen dari suatu produk atau pertunjukan.5 Sedangkan Amerika Serikat mendefinisikan
industri musik mereka sebagai suatu kegiatan yang meliputi pertunjukan musik, komposisi,
distribusi, promosi, produksi, pelatihan, dan pendidikan di bidang musik.6 Tidak banyak berbeda
dengan yang lain, industri musik di Kanada didefinisikan sebagai aktivitas kewirausahaan terkait
dengan pengembangan, produksi dan distribusi musik, serta pertunjukan musik.7
Tabel 1 - 1 Elemen Definisi di 6 Negara
Negara
Elemen Definisi
Inggris
Swedia
Pertunjukan Musik
v
v
Komposisi Musik
v
v
Perekaman Musik
v
v
Promosi Musik
v
Jerman
v
Amerika
Serikat
Kanada
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Distribusi Musik
Penjualan Musik
Afrika
Selatan
v
v
v
Administrasi Hak Cipta
v
Penerbitan Musik
v
Pendidikan Musik
v
v
v
v
Pengembangan Musik
v
Disesuaikan dengan konteks perkembangan subsektor industri musik yang terjadi di Indonesia,
dan dilihat dari sudut pandang industri kreatif, serta dengan tidak mengesampingkan
sejarah yang ada, maka subsektor industri musik itu sendiri dapat didefinisikan sebagai:
Segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang
berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi,
rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan
pertunjukan karya seni musik.
Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Industri Musik, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (Mei—Juni 2014)
(5) The Cultural Strategy Group. 1998. Creative South Africa: A Strategy for Realising the Potential of the Cultural
Industries. Johannesburg: Department of Arts, Culture, Science and Technology.
(6) Harris, C., Collins, M., Cheek, Dennis. 2013. America’s Creative Economy: A Study of Recent Conceptions, Definitions,
and Approaches to Measurement Across the USA. National Creativity Network.
(7) Hyatt, D. 2008. An Overview of the Financial Impact of the Canadian Music Industry. Ontario: Ontario Media Development Corporation (OMDC)
BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia
5
Berdasarkan definisi di atas, maka terdapat beberapa kata kunci yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari definisi industri musik, yaitu:
1. Jenis Usaha adalah jenis kegiatan atau lembaga usaha yang berhubungan dengan
pemberdayaan karya musik untuk memberikan manfaat kepada pelakunya, baik dari
segi ekonomi maupun dari segi lainnya;
2. Kegiatan Kreatif adalah kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan akal manusia
untuk mencipta atau mengembangkan karya, dalam hal ini adalah karya musik;
3. Pendidikan adalah kegiatan yang bertujuan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
manusia baik itu formal, nonformal, dan informal;
4.Kreasi atau komposisi adalah proses penciptaan karya musik yang berbentuk penuangan
buah pikiran atau kecerdasan, serta realisasi ide dan gagasan, sehingga menjadi sebuah
karya musik yang utuh;
5.Rekaman adalah pemindahan suara dari alat musik atau vokal manusia ke dalam media
perekam seperti pita rekaman, dan menggunakan alat perekam;
6.Promosi adalah upaya memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa dengan tujuan
menarik calon konsumen;
7.Distribusi adalah penyaluran produk musik ke berbagai saluran penjualan produk musik;
8.Penjualan adalah pengalihan kepemilikan produk musik dengan timbal balik tertentu;
9.Pertunjukan Musik adalah kegiatan mempertunjukkan atau menampilkan karya musik
secara langsung ke khalayak ramai;
10. Karya Seni Musik adalah hasil daya cipta yang merupakan buah pikiran atau kecerdasan
manusia, dalam hal ini yang berbentuk kreasi musik, baik itu dalam bentuk suara maupun
cetak.
1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Industri Musik
Industri musik memiliki lingkup substansi yang cukup luas. Sebagaimana musik itu sendiri yang
ranahnya masih terus berkembang, industri musik pun demikian. Ruang lingkup industri musik
dapat dilihat berdasarkan genre, yaitu berdasarkan aliran musik yang diusung, contohnya jazz,
rock, metal, pop, dan sebagainya. Tetapi pendekatan ini dirasakan kurang tepat, mengingat genre
musik yang terus berkembang sehingga sulit melihat batas yang tegas antar genre.
Industri musik beririsan dengan seni pertunjukan yang juga memiliki substansi seni musik. Untuk
menghindari tumpang tindihnya lingkup substansi antar subsektor, maka disepakati bahwa untuk
subsektor industri musik, lingkup substansinya adalah ruang lingkup dari industri musik, yang
esensinya berada pada karya musiknya, sedangkan pertunjukan hanya sebagai medium saja.
Sedangkan seni musik dalam seni pertunjukan berkebalikan dengan industri musik, di mana
yang menjadi fokus adalah pertunjukannya, dan musik dapat dikatakan diperlakukan sebagai
konten yang disajikan dalam pertunjukan.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka lingkup pengembangan industri musik meliputi industri
yang dikenal di dunia sebagai industri rekaman, yang terdiri dari dua aktivitas besar, yaitu
fragmen artistik dan fragmen industrial.
6
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Yang tercakup di dalam fragmen artistik adalah pelaku yang melakukan segala jenis kegiatan
yang berhubungan dengan kreativitas dan seni untuk menghasilkan suatu karya musik. Berikut
ini adalah pelaku yang masuk ke dalam fragmen artistik:
•
Artis, adalah musisi, baik itu penyanyi ataupun pemain alat musik termasuk juga kelompok
musik, yang melakukan kegiatan berkaitan dengan menampilkan karya musik;
•
Penulis Lagu, adalah pencipta atau penulis karya musik lagu atau melodi lagu, yang
biasanya merupakan lagu populer;
•
Penulis Lirik, adalah pencipta atau penulis kata-kata dalam lagu, yang melengkapi
sebuah karya musik;
•
Penata Musik, adalah orang yang mengatur atau mengaransemen sebuah karya musik,
termasuk menyesuasikan komposisi musik dengan suara penyanyi atau instrumen lain
yang didasarkan pada sebuah komposisi yang telah ada (penggubah lagu);
•
Komposer, adalah orang yang menulis komposisi musik instrumental maupun vokal,
sampai dengan orkestra, dan meneruskan kepada orang lain untuk memainkannya;
•
Produser, adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengawasi dan mengelola proses
rekaman dari karya musik seorang musisi atau komposer. Hal ini meliputi pengumpulan
ide untuk proyek rekaman, memilih lagu atau musisi, melatih musisi di studio, mengatur
sesi rekaman, dan juga supervisi keseluruhan proses rekaman melalui mixing dan mastering.
Produser dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: produser musik, yang bertanggung jawab
mengawasi dalam segi kreasi karya musik, dan produser eksekutif yang bertanggung
jawab mengawasi dalam segi keuangan proyek rekaman;
•
Sound Engineer, adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengelola rekayasa
suara pada sebuah proses rekaman atau aspek teknis dari rekaman, mulai dari merekam,
mengedit, mixing dan mastering suara, untuk merealisasikan visi kreatif dari produser
artis atau komposernya, meliputi juga pascaproduksi untuk video dan film, live sound
reinforcement (pengelolaan sistem suara pertunjukan langsung musik), hingga penyiaran;
•
Music Director (Pengarah Musik), adalah orang yang bertanggung jawab dalam
produksi atau pertunjukan musik secara keseluruhan, termasuk memastikan setiap peran
memahami musiknya secara menyeluruh, dan mengawasi interpretasi musik dari setiap
penampil atau musisi;
Session Player, adalah musisi lepas yang digunakan jasanya untuk melakukan proses
rekaman pada bagian tertentu, yang tidak bisa dicakup atau dilakukan oleh musisi, dan
bukan merupakan bagian dari musisi atau kelompok musiknya.
•
Sedangkan pada fragmen industri, para pelaku melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan
suatu keluaran yang berupa layanan atau produk. Fragmen artistik merupakan penyuplai utama
fragmen industrial sehingga dua fragmen ini tidak bisa dipisahkan dari industri musik.
Para pelaku yang masuk ke dalam fragmen industri-layanan, meliputi:
•
Penyewaan Studio Rekaman, adalah penyedia jasa penyewaan studio untuk rekaman
musik, termasuk juga menyediakan alat-alat perekam, dan alat musik untuk rekaman;
•
Manajemen Artis, adalah manajer yang bertugas mewakili seniman, komposer, produser
rekaman dalam hal yang berkaitan dengan perusahaan rekaman, perusahaan penerbitan
BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia
7
musik (music publisher), dan juga dengan lembaga atau badan lain yang penting di industri
musik;
•
Jasa Reservasi (Booking Agent), adalah penyedia jasa yang bertanggung jawab mewakili
musisi untuk berhubungan dengan promotor atau event organizer. Juga bertanggung jawab
mewakili musisi dalam kesepakatan dan reservasi pertunjukan musik;
•
Lembaga Manajemen Kolektif (LMK), adalah lembaga yang pada umumnya bertanggung
jawab untuk pengambilan royalti dari segala bentuk pemanfaatan karya musik yang
telah terlisensi;
•
Konten Agregator, adalah individu atau organisasi yang mengumpulkan konten untuk
web atau aplikasi lain dari sumber yang berbeda-beda, juga mendistribusikan konten
untuk website mereka sendiri ataupun pelanggan yang membutuhkan konten tertentu;
•
Label Rekaman, adalah perusahaan yang mengelola rekaman suara dan penjualannya,
termasuk promosi dan perlindungan hak cipta;
•
Distributor Produk Industri Musik (Digital dan Nondigital), adalah pihak yang
menyalurkan produk akhir karya musik kepada saluran-saluran penjualan produk
subsektor industri musik;
•
Distributor Alat Musik, adalah pihak yang menyalurkan alat-alat (instrumen) musik,
yang digunakan oleh musisi-musisi dalam proses rekaman dan pertunjukan karya musik;
•
Toko Musik Digital, adalah outlet yang umumnya tidak berbentuk fisik, yang menjual
produk musik dalam bentuk file digital (mp3, wav, dan lain sebagainya);
•
Toko Musik Konvensional, adalah outlet berbentuk fisik, yang menjual secara khusus
produk karya musik dalam bentuk fisik seperti kaset, CD (cakram padat), piringan
hitam, dan DVD;
•
Promotor Musik, adalah individu atau organisasi yang bertanggung jawab sebagai
penganjur atau pendorong terselenggaranya acara atau event musik;
•
Penyedia Pendidikan Musik, adalah individu atau organisasi yang memberikan pendidikan
musik baik formal, informal, dan nonformal, dalam segi kemampuan (skill) bermusik,
maupun bisnis dalam subsektor industri musik;
•
Penerbit Musik (Publisher), adalah penanggung jawab lisensi karya musik. Penerbit
musik melisensikan penggunaan copyrights kepada perusahaan rekaman yang memproduksi
rekaman tersebut, termasuk mengusahakan lisensi copyrights mereka untuk pembuat film
dan iklan, atau bentuk lainnya, untuk menghasilkan pendapatan sebanyak mungkin;
•
Publisis (Publicist), adalah pihak yang melakukan strategi publikasi ataupun promosi
terhadap masyarakat umum, khususnya media dan beberapa pihak terkait. Juga bertindak
mewakili artis atau label dalam fungsinya sebagai public relation;
•
Penyewaan Alat Musik dan Sound System, adalah pihak yang menyediakan jasa
penyewaan alat-alat yang berkaitan dengan penyelenggaraan acara pertunjukan musik.
Para pelaku yang masuk ke dalam fragmen industri produk meliputi:
•
8
Pembuat Alat Musik, adalah individu atau organisasi yang berkegiatan memproduksi
atau membuat instrumen musik yang digunakan untuk seluruh kegiatan musik yang
berkaitan dengan menampilkan karya ataupun perekaman;
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
•
Pembuat Piranti Lunak (Software) Musik, adalah individu atau organisasi yang
berkegiatan membuat atau memproduksi piranti lunak yang umumnya digunakan dalam
kegiatan perekaman, penyuntingan dan mastering karya musik;
•
Pembuat Piranti Lunak (Software) untuk Distribusi atau Apresiasi Musik, adalah
individu atau organisasi yang khusus membuat aplikasi mobile, aplikasi komputer, dan
aplikasi web khusus untuk produk industri musik.
Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Musik dalam Ekonomi Kreatif 2015-2019
BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia
9
1.2 Sejarah dan Perkembangan Industri Musik
1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Industri Musik Dunia
Sejarah industri musik dunia bisa dibagi menjadi beberapa era, mulai dari era industri pertunjukan
musik, industri penerbitan musik, industri rekaman musik, dan era industri musik digital. Menurut
sejarah musik dunia, pada era industri pertunjukan musik, sebuah musik mulai menghasilkan
perputaran uang ketika produk pertunjukan musik sangat digemari pada era sebelum tahun
1600-an. Pada era tersebut satu-satunya cara untuk menikmati karya musik adalah dengan
menyaksikan pertunjukan musik secara langsung. Selama ratusan tahun bentuk ini selalu sama,
menjadi musisi dan menyampaikan musik kepada pendengar.
Pada era industri penerbitan musik yang berkisar di tahun 1600-an, mesin cetak sederhana
ditemukan oleh Gutenburg yang digunakan untuk kepentingan gereja di mana nyanyiannyanyian yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan telah diproduksi dalam bentuk kertas.
Hal ini menandai era di mana lembaran musik pun mulai diterbitkan. Revolusi industri menjadi
penyedia jalan bagi pengiriman atau penyampaian musik kepada pendengar yang lebih luas. Di
era ini, musik mulai bisa dimainkan ulang di mana saja dengan mengacu pada kertas musik
yang umumnya berisi catatan nada atau komposisi lagu yang diterbitkan. Industri penerbitan
musik ini berlangsung hingga abad ke-18. Pada pertengahan-ke-akhir abad ke-18, komposer
Wolfgang Amadeus Mozart mulai mencari peluang komersial untuk memasarkan karya musik
dan pertunjukan ke khalayak umum. Setelah kematian Mozart, Constanze Weber, istri Mozart,
melanjutkan proses komersialisasi musiknya dengan melakukan serangkaian kegiatan yang belum
pernah dilakukan sebelumnya, misalnya penjualan naskah musik milik Mozart, pertunjukan
atau konser memorial, juga berkolaborasi dengan Georg Nissen, suami kedua Constanze, dalam
biografi Mozart. Hingga akhirnya pada abad ke-19, industri musik didominasi oleh para penerbit
lembaran musik.
Mozart pada lukisan (posthumous painting)
karya Barbara Krafft di tahun 1819.
Wolfgang Amadeus Mozart yang bernama asli Johannes Chrysostomus Wolfgangus Gottlieb Mozart
(lahir di Salzburg, 27 Januari 1756–meninggal di
Wina, Austria, 5 Desember 1791, pada usia 35 tahun)
adalah seorang komponis. Ia dianggap sebagai salah
satu dari komponis musik klasik Eropa yang terpenting
dan paling terkenal dalam sejarah. Karya-karyanya
(sekitar 700 lagu) termasuk gubahan-gubahan yang
secara luas diakui sebagai puncak karya musik simfoni,
musik piano, musik opera, dan musik paduan suara.
Contoh karyanya adalah opera Don Giovanni dan
Die Zauberflöte. Banyak dari karya Mozart dianggap
sebagai repertoar standar konser klasik dan diakui
sebagai mahakarya musik zaman klasik.
Sumber: Wikipedia.org
10
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Era industri rekaman musik dapat dikatakan dimulai pada tahun 1857, saat mesin perekam suara
pertama ditemukan oleh Leon Scott. Mesin ini bisa merekam suara masukan yang diterimanya
pada selembar kertas. Kemudian Thomas Edison melanjutkan dengan membawa penemuan ini
menjadi selangkah lebih jauh dengan menciptakan phonograph, alat yang bisa merekam sekaligus
memutar suara secara instan, atau langsung dengan menggunakan lembaran logam silinder yang
tipis. Pada tahun 1880 hingga 1900, bentuk atau format media rekaman suara terus menerus
berubah. Kemampuan merekam suatu kelompok atau musisi tertentu memainkan lagu tertentu
menggunakan lembaran musik menjadi tonggak berdirinya industri rekaman. Industri rekaman ini
memberikan perhatian yang lebih condong kepada musisinya dibandingkan kepada komposernya.
Fonograf atau phonograph adalah mesin yang dapat
memainkan dan menyimpan suara. Gelombang
suara dipancarkan melalui suatu membran menuju
jarum yang bergetar dengan cepat. Jarum tersebut
akan membentuk goresan pada pita di silinder yang
berputar. Pada model fonograf yang paling tua, pita
suara yang digunakan dibuat dari lempengan logam
yang tipis. Versi berikutnya menggunakan pita suara
dari bahan lilin dan seluloid. Thomas Edison adalah
orang yang berhasil membuat fonograf, sebuah
bentuk pengembangan dari alat perekam suara
ciptaan Leon Scott.
Thomas Edison dan phonograph
Sumber: Wikipedia.org
kedua buatannya.
Selain dari terciptanya mesin perekam suara, perkembangan dan penyebaran radio serta industri
penyiaran secara luas pada tahun 1920, turut serta mengubah cara musik diperdengarkan. Opera
house, gedung pertunjukan, dan tempat-tempat pertunjukan musik masih tetap melanjutkan
produksi karya musik dan melakukan pertunjukan secara langsung, namun kekuatan radio
memberikan kesempatan kepada kelompok musik untuk dikenal secara luas dalam skala nasional,
bahkan mendunia.
Proses perekaman musik terus mengalami perkembangan hingga pada tahun 1948, disaat Les
Paul melakukan proses rekaman multi-track pertama (sound-on-sound overdubbed) yang mengubah
paradigma bahwa perekaman musik tidak selalu harus dilakukan secara live (langsung), di
mana semua musisi berada di dalam ruangan dan memainkan komposisinya bersama. Hal ini
juga membuka peluang lisensi artistik melalui rekaman. Label rekaman, yang berperan sebagai
penghubung, akan mempekerjakan orang untuk mencari bakat-bakat baru, dan orang tersebut
akan menempatkan musisi yang tepat dengan lagu yang tepat, di studio yang tepat dengan produser
yang tepat, untuk meluncurkan rekamannya pada waktu yang tepat. Orang-orang ini dikenal
sebagai Artist & Repertoire Representatives (atau A&R reps). A&R inilah yang juga bertanggung
jawab atas kesuksesan dengan skala yang mendunia dari musisi-musisi yang pernah kita ketahui.
Pada akhirnya industri rekaman berhasil menggantikan industri penerbit lembaran musik sebagai
kekuatan terbesar di industri musik. Kembali pada peran label sebagai penghubung, label juga
BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia
11
berperan membawa komposer dari industri penerbitan, musisi dari industri pertunjukan, dan
membuat piringan hitam untuk industri rekaman.
Pada era tahun 1950 ke atas, musik mulai menemukan bentuknya menjadi industri dengan
adanya suatu proses penggabungan beberapa kegiatan seperti: komposisi musik, rekaman musik,
promosi, hingga pertunjukan.8 Hal ini dilakukan untuk mendapatkan perputaran uang dari
musik yang diterbitkan.
Sebelum dimulainya era industri musik digital, berbagai format rekaman musik diperkenalkan
seperti kaset dan piringan hitam di pertengahan era 1970-an, dan tentunya cakram padat (CD)
pada era 1990-an, yang menjadi penanda kesuksesan industri musik di dunia. Hal tersebut terjadi
bersamaan dengan industri teknologi yang mengembangkan microcomputers, membuat komputer
pribadi tersedia secara luas bagi khalayak umum. Di tahun 1990, Internet muncul sebagai konsep
baru. Pada awalnya, Internet didesain sebagai pengaman jaringan komunikasi pemerintah
Amerika Serikat pada saat perang dingin. Kemudian menjadi tersedia bagi masyarakat umum,
walaupun penggunaannya belum diperbolehkan untuk komersil, hingga akhirnya Amazon dan
eBay berdiri pada tahun 1995. Hal ini menandai penghapusan batasan geografis dalam distribusi
produk rekaman musik. Pada tahun 2001, penjualan CD mencapai puncaknya sejalan dengan
pecahnya bubble.com.
Era industri musik digital sendiri dapat dikatakan dimulai saat Internet benar-benar terjangkau
oleh masyarakat, hingga akhirnya menjadi hal yang umum. Format musik digital mulai marak
digunakan oleh masyarakat umum. Akan tetapi, keberadaan Internet ini di sisi lain menjadi
kelemahan bagi industri musik itu sendiri, yaitu saat maraknya eksploitasi potensi Internet
sebagai jaringan untuk penyebaran informasi dan file sharing. Akibat mudahnya akses untuk
mendapatkan musik secara gratis, meskipun ilegal, membuat terjadinya penurunan penjualan
CD secara signifikan di seluruh dunia. Pada saat itu industri musik dunia cukup tergoncang.
Akan tetapi industri musik dunia masih bisa bertahan dengan berbagai inovasi dan reformasi
pada model bisnis yang dijalankannya. Sekarang, dengan munculnya berbagai alternatif konsumsi
musik seperti metode konsumsi berlangganan, bisa menjadi salah satu cara industri musik melawan
peliknya isu pembajakan, dengan memberikan masyarakat akses yang mudah dan nyaman untuk
mereka mengonsumsi musik. Akan tetapi, industri musik dunia belum bisa berhenti bekerja dalam
hal reformasi dan inovasi dalam model bisnis maupun industrinya sendiri, karena teknologi
informasi akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman.
1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Industri Musik Indonesia
Pada tahun 1940-an, “Tio Tek Hong” adalah perusahaan rekaman Batavia yang menjadi pelopor
subsektor industri musik rekaman di Indonesia. Perusahaan ini tercatat telah merekam lagu-lagu
para penyanyi tanah air pada masa Perang Dunia ke-2. Setiap piringan hitam yang dikeluarkan
“Tio Tek Hong”, selalu ditemukan watermark yang bertuliskan “terbikin oleh Tio Tek Hong
(8) David Morton. http://www.recording-history.org/HTML/musicbiz1.php, (diakses 10 Juli 2014)
12
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Batavia”. Jenis musik yang beredar pada saat itu kebanyakan berupa keroncong, gambus, dan
juga lagu-lagu yang bernafaskan kebangsaan.
Pada era 1950-an, mulai bermunculan beberapa perusahaan rekaman di Indonesia seperti: Irama,
Dimita, Remaco, Nirwana, TOP, Eterna, dan Contessa. Pada masa ini, lagu pop mulai mendapat
tempat disamping lagu berirama keroncong dan seriosa. Beberapa musisi yang pertama kali hadir
dalam industri rekaman di Indonesia adalah Bing Slamet, Titiek Puspa, Rachmat Kartolo, Nien
Lesmana, Koes Plus, dan Panbers. Selain swasta, pemerintah juga mulai mendirikan industri
rekaman bernama Lokananta di Kota Solo, Jawa Tengah. Saat itu Lokananta hanya merilis
lagu-lagu daerah, sementara Irama banyak melahirkan lagu-lagu hiburan. Sebagai perusahaan
pemerintah, Lokananta memiliki tugas untuk melakukan produksi dan duplikasi piringan hitam.
Pada tahun 1951, Radio Republik Indonesia (RRI) membuat suatu acara yang cukup terkenal
pada masa itu yaitu pemilihan bintang radio.
Gedung Lokananta
Alat Operasional Lokananta lama
Sumber: sejarawanmuda.files.wordpress.com
Sumber: akhmadhanan.com
Ruang Rekaman di Lokantara
Tempat Penyimpanan Piringan Hitam
Sumber: jengajeng.blogspot.com
Sumber: jengajeng.blogspot.com
BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia
13
Lokananta merupakan perusahaan rekaman musik (label) Indonesia yang didirikan pada tahun
1956 di Solo, Jawa Tengah. Tugas besar yang diemban Lokananta ada dua, yaitu: produksi dan
duplikasi piringan hitam, dan kemudian kaset. Mulai tahun 1958, piringan hitam mulai dicoba
untuk dipasarkan kepada umum melalui RRI dan diberi label Lokananta yang kurang lebih
berarti “Gamelan di kahyangan yang berbunyi tanpa penabuh”.
Sumber: Wikipedia.org
Pada era 1960-an, muncul beberapa perusahaan rekaman baru seperti Hins Collection dan
Akurama. Pengaruh Barat makin terasa terhadap musik Indonesia. Selain itu, harga piringan
hitam yang tinggi dan daya beli pasar yang rendah juga ikut memberi pengaruh pada perubahan
industri. Untuk menyikapi hal ini, para pelaku industri rekaman mulai mencari solusi untuk
memproduksi rekaman dalam bentuk yang lebih sederhana dan harga yang lebih terjangkau.
Akhirnya digunakanlah kaset sebagai media yang baru. Walaupun demikian, piringan hitam
tetap direkam dengan bentuk yang sama, yaitu dalam bentuk dua atau empat track. Salah satu
perusahaan yang menggunakan dua track adalah Celebrity Studio yang dimiliki oleh Jack
Lesmana dan Fajar Menyingsing. Pada era ini, proses perekaman sudah mengalami beberapa
kemajuan seperti penggunaan sistem shift dan mixing. Saat itu, proses mixing adalah proses
terakhir sebelum hasil rekaman diperbanyak dan kemudian dipasarkan.
Jack Lesmana adalah seorang tokoh musik jazz Indonesia. Dia
adalah ayah dari Indra dan Mira Lesmana. Seorang pemain
gitar, bass, serta trombone. Salah satu bandnya adalah Jack
Lesmana Quintet yang sering mengisi acara jazz di RRI Surabaya.
Sumber: id.wikipedia.org
Album karya Jack Lesmana dengan
Judul “Merpati Putih”
Era 1970-an merupakan era yang panjang untuk industri permusikan Indonesia. Banyak perubahan
yang terjadi pada era ini. Salah satunya adalah pada tahun 1976 mulai bermunculan perusahaanperusahaan rekaman dengan alat-alat yang lebih modern, yaitu alat yang memungkinkan
penggunaan sistem 8 hingga16 track untuk produksi musik scoring untuk film. Studio yang termasuk
pertama kali menggunakan sistem ini adalah studio Triple M dan adalah Musica Studio yang
sebelumnya dikenal dengan nama Metropolitan Studio. Salah satu perubahan yang signifikan
pada era ini adalah kehadiran tape recorder yang bisa digunakan untuk merekam lagu-lagu dari
14
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
siaran radio, maupun dari piringan hitam. Untuk merespon hal ini, banyak beredar juga penjualan
kaset kosong yang semakin memicu budaya “merekam” di antara masyarakat Indonesia. Selain
dari sisi teknologi, di era ini juga terjadi perubahan di pasar Indonesia. Kebanyakan masyarakat
Indonesia lebih menyukai musik pop. Hal ini menyebabkan banyak musisi yang tidak mengikuti
keinginan pasar, sehingga penghasilan dan karirnya menurun. Di saat perusahaan-perusahaan
rekaman mulai merasa perlu untuk mengikuti selera pasar yang berubah agar tetap selamat di
industri musik, peran seorang produser kemudian muncul. Hal ini menyebabkan banyak musisi
yang mulai merasa kebebasan mereka untuk berkarya menjadi tidak ada. Musisi-musisi tersebut
antara lain adalah Zaenal Arifin, Yopie Item, Wandi Kuswandi hingga Benny Likumahua. Di
akhir era ini, teknologi dan sistem yang lebih maju mulai masuk, yaitu dengan menggunakan
sistem shift dan berkapasitas hingga 32 tracks. Hal yang disayangkan adalah pada tahun 1971
Indonesia tidak hadir dalam penandatangan perlindungan hak cipta “The Berne Convention”.
Gedung Musica Studio dengan Identitasnya Tertulis di Bangunan
Sumber: panoramio.com
Musica Studio juga dikenal sebagai Metropolitan Studio di tahun 1960-an, lalu menjadi Musica Studio di tahun 1970-an. Didirikan oleh Yamin Wijaya, seorang pemilik toko elektronik.
Musica merupakan salah satu perusahaan musik terbesar di Indonesia. Artis-artis yang pernah
atau sedang dinaunginya antara lain Chrisye, Iwan Fals, dan Nidji.
Sumber: Wikipedia.org
BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia
15
Pada era 1980-an, perusahaan rekaman Remaco
mulai mengalami kebangkrutan. Sedangkan,
pada saat itu Musica Studio’s mulai menunjukan
taringnya. Dengan sistem kontrak jangka panjang,
Musica banyak menyelamatkan musisi-musisi
Indonesia seperti Chrisye.9 Pada tahun 1985,
industri rekaman Indonesia mendapat kecaman dari
dunia Internasional akibat maraknya kompilasi lagulagu Barat yang hadir tanpa ijin. Dan ini semakin
diperjelas dengan luapan amarah Bob Geldof, karena
pengopian semena-mena terhadap materi album
“Live Aid”, sebuah konser musik raksasa untuk
membantu korban kelaparan di Ethiopia.
Band Nidji Saat Berlatih di Musica Studio
Sumber: Wikipedia.org
Chrisye adalah penyanyi dan pencipta lagu pop
Indonesia yang tenar sejak dekade 1970-an, yang
memiliki karakter suara halus yang khas. Salah
satu karya terbaiknya yang pasti dikenali oleh
hampir seluruh masyarakat Indonesia adalah
lagu “Lilin-Lilin Kecil” yang kemudian direkrut
oleh Musica Studio. Chrisye termasuk salah satu
penyanyi legendaris Indonesia di mana lima album
karyanya termasuk dalam 150 album terbaik versi
majalah Rolling Stone.
Album “Sabda Alam” Karya Chrisye
Sumber: Wikipedia.org
Sumber: kasetkaset.blogspot.com
Dari periode ini, mengemuka sistem pembayaran berupa flat pay maupun non-flat pay. Flat pay
adalah pembelian master, termasuk segala keuntungan, dimiliki oleh produser atau pemilik
master. Artis hanya menerima honor rekaman saja atau akan mendapatkan bonus jika album
laris. Namun perjanjian-perjanjian ini kerap tanpa bukti hitam di atas putih. Terkadang
menyebabkan silang sengketa kepada ahli waris dari kedua belah pihak. Kasus ini contohnya
menimpa BIMBO dan Koes Plus terhadap pemilik master rekaman mereka. Hal itu terjadi
karena undang-undang hak cipta kala itu masih memakai Auteurswet 1912, sebelum dicabut
dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982. Pada era tahun 80-an, terdapat
beberapa artis yang booming dengan penjualan album yang tinggi. Di antaranya adalah
Gombloh album “Semakin Gila” (Nirwana Records, 1986); Iwan Fals album “Mata Dewa”
(Airo Records, 1988); Rita Sugiarto & Jacky Zimah album “Vol.1” (Insan Record, 1982); Dian
Piesesha album “Tak Ingin Sendiri” (JK Records, 1984); dan Betharia Sonata album “Hati yang
Luka” (Musica, 1987).
(9) Anonim. http://musikologi.com/garis-waktu/. (diakses 5 Juli 2014)
16
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Koes Plus Muda dan Tua, Masih Tetap Sama Walaupun Sudah ditempa Waktu Sekian Lama
Sumber: peperonity.com, indonesiarayanews.com
Koes Plus, band legendaris Indonesia yang sempat membuat sedikit kontroversi saat pemerintahan
presiden Soekarno. Didirikan pada tahun 1969 sebagai kelanjutan dari Koes Bersaudara. Koes
Plus dikenal sebagai pelopor musik beraliran pop dan rock n roll di Indonesia.
Sumber: Wikipedia.org
Di era 1990-an, untuk menghindari kasus pelanggaran hak cipta yang lebih besar, maka muncullah
perwakilan langsung perusahaan rekaman internasional di Indonesia. Kehadiran perusahaan
rekaman di Indonesia dibatasi ruang geraknya oleh Pemerintah, sehingga harus bergabung dengan
perusahaan rekaman lokal, seperti EMI yang bekerjasama dengan Aquarius Musikindo, Warner
Musik dengan Hemagita Tama Records, Universal Music dengan Suara Sentra Sejati, Sony Music
Entertainment dengan Indosemar Sakti, dan BMG dengan Musica Studio. Di era-era berikutnya
perusahaan rekaman internasional ini berdiri sendiri, namun seiring dengan perkembangan industri
musik dunia, BMG bergabung dengan Sony Music sehingga pada akhirnya seluruh sahamnya
dimiliki oleh Sony Music. EMI juga harus menutup kantor perwakilannya di Indonesia, dan
merelakan katalognya tersebar di Warner Music dan Universal Music. Pada era tahun 1990-an,
terdapat beberapa album yang mencapai penjualan lebih dari 1 juta kopi. Beberapa di antaranya
adalah: Nike Ardilla album “Biarkan Cintamu Berlalu” (Music Plus, 1994), Yuni Shara album
“Mengapa Tiada Maaf” (Blackboard, 1995), Junior album “Bujangan” (Billboard, 1996), Stinky
album “Self Titled” (Buletin, 1997) dan grup band dari Jogja Sheila on 7 album “Self Titled”
(Sony Music, 1999).
BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia
17
Pada awal tahun 2000, terdapat fenomena baru di subsektor industri musik Indonesia. Dengan
terbukanya kesempatan usaha berkat teknologi modern dan iklim bisnis yang kondusif, banyak
bermunculan pelaku subsektor industri musik independen, yang umum dikenal sebagai indie,
termasuk di antaranya adalah indie label yang mungkin dikenal di luar Indonesia dengan istilah
minor label. Hal ini diakibatkan oleh keberadaan major label yang belum mampu mengakomodir
pasar musik Indonesia sepenuhnya, di mana banyak pula musisi dengan karyanya yang belum
mendapat perhatian dari major label. Meningkatnya jumlah musisi beserta karya musiknya
dari berbagai genre musik turut mengikuti fenomena kebangkitan pergerakan scene subsektor
industri musik independen. Hal ini pun didukung oleh eksposur dari media massa, terutama TV,
khususnya MTV, yang membuat musisi besar dan musisi indie menjadi populer di masyarakat
luas, yang akhirnya membuahkan kesuksesan dari subsektor industri musik independen. Salah
satu bukti dari kepopuleran musik indie adalah dengan adanya sebuah kompetisi membuat album
kompilasi musik indie yang dikenal dengan nama Indiefest, yang salah satu penggagasnya adalah
sebuah label independent dari Bandung, yaitu FFWD Records. Beberapa label rekaman indie
yang berhasil pada saat itu di antaranya adalah Fast Forward (FFWD), Aksara Records, Sinjitos,
Demajors, dan Ivy Music League.
Fast Forward (FFWD) merupakan salah satu label rekaman independent yang berdiri di Bandung. Didirikan atas inisiatif Helvi S., Marine R., dan Didit. FFWD mencoba untuk membuat
perubahan dengan banyaknya alternatif musik baru. Didirikan pada tahun 1999 di Bandung
Indonesia, FFWD Record menjadi pelopor kehadiran Indie Label di Indonesia. FFWD Record
terkenal sebagai pembawa genre Indie Pop ke Indonesia saat pertama merilis album “This World
is Such a Groovy Place” dari The Cherry Orchad, UK. Saat ini FFWD Records telah merilis
banyak album dari musisi lokal, dan telah merilis lebih dari 5 album dari musisi internasional,
seperti The Cherry Orchad, Ivy, Edson, Club 8, dan Jens Lekman. Dari musisi lokal, MOCCA
dan The SIGIT adalah beberapa contoh artis dari Bandung yang bisa Go Internasional. Beberapa
negara seperti Korea, Jepang, Singapura, dan Malaysia sering mengundang MOCCA untuk
tampil di negara mereka. The SIGIT juga telah sukses menyelesaikan tur mereka di Australia
pada bulan Juni 2007. Polyester Embassy, ​​Homogenic, RNRM, Hollywood Nobody, dan
Teenage Deathstar juga merupakan beberapa artis yang di-release oleh FFWD Records yang
mengembangkan karirnya di scene lokal dan internasional.
Sumber: www.ffwdrecords.com
Di era ini juga, konsumsi musik mengalami pergeseran dari konsumsi produk fisik dengan CD
dan kaset, menjadi konsumsi produk digital. Walaupun demikian, masih ada beberapa musisi
yang berhasil menembus penjualan fisik yang tinggi. Di antaranya adalah Sheila on 7 album
“Kisah Klasik untuk Masa Depan” (Sony Music, 2000); Dewa album “Bintang Lima” (Aquarius
Musikindo, 2000), Slank album “Virus” (Program, 2001); Padi album “Sesuatu yang Tertunda”
(Sony Music, 2001); Peterpan album “Bintang di Surga” (Musica, 2004); Jamrud album “Ningrat”
(Logiss, 2000); dan Ungu album “Melayang” (Trinity, 2005).
Tahun 2006 merupakan titik perkembangan musik digital, yang memberikan dampak signifikan
untuk industri musik di Indonesia. Kehadiran Internet telah mempermudah penikmat musik
mendapatkan musik. Sebutlah Napster atau jaringan peer-to-peer yang hadir untuk berbagi musik.
Kemudahan digital pun menghadirkan tumbuhnya kios-kios download di pusat perbelanjaan.
18
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Teknologi telepon genggam yang semakin maju, memungkinkan sebuah telepon menghadirkan
suara lewat ringtone monophonic, polyphonic hingga truetone. Pada saat itu pula, mulai populer
bentuk lain dari produk dan konten musik, yakni RBT (Ring Back Tone) di mana banyak musisi
yang meraup keuntungan besar darinya. Ini menunjukkan adanya diversifikasi produk dan konten
musik yang beredar tidak lagi terbatas pada produk fisik seperti kaset, CD, atau DVD. Selain
itu, bentuk bundling produk musik (dengan merchandise atau produk lainnya) dan unduh secara
digital produk musik pun mulai marak di Indonesia.10 Format baru ini memunculkan pelaku
industri musik nonperusahaan rekaman seperti perusahaan penyedia konten (content provider).
Pada era 2010-an, munculnya layanan musik berskala global di Indonesia seperti Nokia Comes
with Music. Lalu di tahun-tahun berikutnya hadir YouTube dan juga Apple iTunes di Indonesia
telah mendorong kehadiran usaha baru yaitu pengumpul konten musik atau lazim disebut sebagai
content aggregator. Beberapa nama perusahaan lokal yang menggeluti usaha ini adalah Equinox
DMD, Musikator, Gotong Royong Musik, dan Mistral Musics. Content aggregator dari luar negeri
pun turut masuk untuk membantu musisi Indonesia mendistribusikan karyanya, seperti: Believe
Digital, Tunecore, CD Baby, dan sebagainya. Perusahaan pengumpul konten ini bermitra dengan
berbagai macam layanan musik di dunia sehingga membuat karya musik Indonesia selain dapat
dikenal di negeri sendiri juga dapat didistribusikan ke mancanegara
Musikator adalah salah satu content aggregator Indonesia yang didirikan oleh Robin Malau,
mantan gitaris band hardcore Bandung, Puppen, yang juga merupakan salah satu musisi pionir
label independen di awal 1990-an, dan kemudian menjadi agensi musik sejak tahun 2013.
Perusahaan ini berada di bawah perusahaan Robin lainnya, yaitu Cerahati Digital Media, sebuah Digital Marketing Agency, yang memiliki portofolio klien berskala global seperti Google
dan General Motors. Musikator menjalin kerjasama dengan berbagai penyedia jasa layanan
musik di Indonesia dan dunia, dengan tujuan menyebarkan seluas-luasnya karya musisi Indonesia agar mendapatkan manfaat yang lebih baik. Layanan yang diberikan Musikator adalah
mendistribusikan musik ke toko digital dengan cakupan global seperti Spotify, Deezer, Rdio
dan Nokia Mix Radio (total distribusi ke 60 negara). Hingga saat ini, sudah mendistribusikan
konten musik dan video untuk lebih dari 100 band Indonesia. Musikator juga saat ini berperan
sebagai booking agency yang menghubungkan band Indonesia dengan pengelola festival musik
di Inggris dan Eropa. Layanan lainnya adalah music metrics, yang menganalisa relevansi sebuah
kelompok musik dengan perusahaan sponsor.
Sumber: musikator.com
(10) Didik Yandiawan. 2012. Peranan Pajak Bagi Peningkatan Pertumbuhan Industri Musik di Indonesia. http://www.
pajak.go.id/node/4675?lang=en. (diakses 18 Juli 2014)
BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia
19
Gambar 1 - 2 Sejarah Perkembangan Musik
20
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
v
22
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
BAB 2
Ekosistem dan Ruang
Lingkup Industri Musik
Indonesia
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
23
2.1 Ekosistem Industri Musik
2.1.1 Definisi Ekosistem Industri Musik
Peta ekosistem industri musik adalah peta yang dibuat dengan menggunakan pendekatan kondisi
ideal untuk menggambarkan bentuk ideal subsektor industri musik secara komprehensif. Peta ini
menggambarkan aktivitas yang terjadi di setiap tahapan kreatif, lingkungan binaan, karakteristik
pasar, para pelakunya, serta keterkaitan antar tiap-tiap komponennya sebagai sebuah kesatuan
ekosistem. Untuk mendapatkan suatu industri musik yang sehat, tumbuh, dan berkepanjangan,
maka setiap komponen dalam ekosistem ini harus dapat menjalankankan fungsinya dengan
sebaik-baiknya.
Proses kajian ini dilakukan dengan memetakan ekosistem yang meliputi empat komponen utama
pada subsektor industri musik, yaitu:
1. Proses rantai kreatif (creative chain);
Pada peta ekosistem industri musik terjadi transaksi sosial, ekonomi, dan budaya pada
empat rantai kreatif, yaitu: proses kreasi, reproduksi, distribusi, dan konsumsi.
2. Karakteristik pasar (market);
Karakteristik pasar industri musik terdiri dari dua jenis, yaitu: Business to Business
(B2B) dan Business to Costumer (B2C).
3. Lingkungan binaan (nurturance environment);
Lingkungan binaan pada industri musik terdiri atas pendidikan dan apresiasi.
4. Pengarsipan (archiving);
Kegiatan pengarsipan di industri musik belum memiliki bentuk yang mapan.
Komponen rantai kreatif (creative chain) merupakan proses utama yang terjadi pada industri
musik. Pada bagian ini terjadi proses kreasi yang merupakan awal dari terciptanya output dengan
tujuan ditampilkan atau diserap oleh pasar industri musik.
Komponen pasar (market) ini menggambarkan karakter dari pasar, audiens, dan konsumen di
subsektor industri musik.
Sementara itu, komponen lingkungan binaan (nurturance environment), terdiri atas dua aktivitas
utama, yaitu apresiasi dan pendidikan. Komponen ini memiliki peranan penting dalam
mendukung proses rantai kreatif agar dapat berjalan dengan baik. Kegiatan apresiasi bertujuan
untuk memberikan pengakuan dan pemahaman terhadap industri musik dan pelaku di dalamnya.
Kegiatan ini dapat dimulai melalui proses literasi yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan
dan pemahaman kepada masyarakat terhadap industri musik.
Dengan pemahaman yang baik, maka proses apresiasi akan lebih mudah untuk dilakukan.
Komponen berikutnya adalah pendidikan, yang merupakan salah satu alat utama dalam menciptakan
orang kreatif. Pendidikan dinilai sangat penting sebagai wadah untuk mengasah kemampuan
seseorang agar menjadi kreatif, berkualitas, dan mampu menjalankan rantai proses kreasi dengan
baik. Kegiatan pendidikan ini dapat dilakukan melalui pendidikan formal, nonformal, dan juga
informal. Terakhir adalah kompenen pengarsipan (archiving) yang merupakan pusat data dan
sejarah untuk penelitian dan pengembangan ragam budaya terutama dari industri musik.
24
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
2.1.2 Peta Ekosistem Industri Musik
Peta ekosistem subsektor industri musik adalah peta yang dibuat dengan menggunakan pendekatan
kondisi ideal untuk menggambarkan bentuk ideal subsektor industri musik secara komprehensif.
Peta ini menggambarkan aktivitas yang terjadi di setiap tahapan kreatif, lingkungan binaan,
karakteristik pasar termasuk para pelaku yang terlibat di dalamnya, serta keterkaitan antar
tiap-tiap komponennya sebagai sebuah kesatuan ekosistem. Untuk mendapatkan suatu industri
musik yang sehat, tumbuh dan berkepanjangan, setiap komponen dalam ekosistem ini harus
dapat menjalankankan fungsinya dengan sebaik-baiknya.
A.1 Proses Kreasi
Proses kreasi adalah suatu proses di mana kegiatannya dilakukan atas dasar kreativitas orang-orang
yang terlibat di dalamnya. Pelaku utama pada proses kreasi sebagian besar adalah orang kreatif
dan usaha kreatif yang bergerak pada fragmen artistik, seperti: produser, komposer, penulis lirik,
penulis lagu, penata suara dan music director. Selain itu, terdapat juga orang kreatif dari fragmen
industri servis yaitu: penyedia studio rekaman dan LMK (Lembaga Manajemen Kolektif).
Aktivitas Utama dalam Proses Kreasi
Tahapan dalam rantai kreasi adalah penulisan lagu dan lirik, pengaturan musik (arrangement),
rekaman (recording), audio mixing, audio mastering, dan music licensing. Adapun penjelasan dari
setiap proses ini sebagai berikut:
•
Pengaturan musik (arrangement) adalah proses rekonseptualisasi musik dari karya yang
sudah ada dengan cara reharmonisasi, parafrase melodi, orkestrasi, atau pengembangan
struktur formal;11
•
Audio recording adalah proses untuk menangkap suara dan menjadinya format-format
yang diharapkan seperti MP3, WAV, DAT, atau MIDI;
•
Audio mixing adalah proses menyatukan beberapa track yang sudah direkam menggunakan
peralatan mixing digital atau analog;
•
Audio mastering adalah suatu proses menyeimbangkan, menyamakan, dan meningkatkan
kualitas akhir dari karya musik sehingga lebih bersaing di pasar industri musik;12
Licensing adalah proses pendaftaran karya musik untuk memastikan bahwa pemilik hak
cipta pada karya musik mendapatkan kompensasi untuk penggunaan tertentu dari karya
musik mereka.13
•
Karya musik adalah produk kekayaan intelektual hasil budi daya manusia yang perlu untuk
diatur keseimbangan dalam penggunaannya agar menunjang pertumbuhan ekonomi.14
Keluaran dari rantai kreasi adalah berupa komposisi musik dan seni pertunjukan. Keluaran
(11) Tentang arrangement dari Wikipedia.org. Tautan: http://en.wikipedia.org/wiki/Arrangement. Terakhir diakses
pada 25 September 2014.
(12) Tentang soundlab dari Wikipedia.org. Tautan: http://www.discmakers.com/soundlab/whatismastering.asp Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(13) Tentang Music licensing dari Wikipedia.org. Tautan: http://en.wikipedia.org/wiki/Music_licensing. Terakhir diakses
pada 25 September 2014.
(14) David Stopps, “How To Make a Living from Music,” Creatives Industries – No. 4 (World Intellectual Property Organization/ WIPO Publication). Tautan: http://www.wipo.int/export/sites/www/freepublications/en/copyright/939/
wipo_pub_939.pdf. Terakhir diakses pada 25 September 2014.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
25
Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Industri Musik
26
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
komposisi musik dalam berbagai format seperti MP3, WAV, DAT, MIDI, dan lain sebagainya
akan diteruskan ke proses rantai-rantai kreasi berikutnya agar benar-benar dapat dinikmati oleh
konsumen. Sementara itu, komposisi musik untuk tujuan seni pertunjukan dapat dinikmati
langsung oleh konsumen di panggung-panggung pementasan.
Proses penyusunan karya musik, rekaman, mixing, dan mastering melibatkan musisi atau penampil/
performers dan sound engineer atas arahan penata musik yang bertanggung jawab terhadap music
director. Music director bertanggung jawab terhadap produser dan produser eksekutif untuk menjaga
kualitas karya musik. Produser bertugas untuk mengatur teknis, penjadwalan, dan lisensi kontrak
lagu. Produser eksekutif bertindak sebagai pemodal kegiatan produksi musik. Karya musik yang
telah berhasil di-mastering, didaftarkan pada LMK untuk proses lisensi.
Sebuah proses lisensi mengacu pada peraturan yang mengatur praktik perlindungan kekayaan
intelektual. Organisasi yang mengatur kekayaan intelektual di dunia, World Intellectual Property
Organization (WIPO), yang berada di bawah asuhan Perserikatan Bangsa Bangsa atau United
Nations (UN), dan berkantor pusat di Jenewa, Swiss, membuat sebuah standar untuk praktik
perlindungan kekayaan intelektual tersebut. Standar ini mencakup dua hak mendasar yang
harus dipertimbangkan dalam menggunakan karya musik sebagai kekayaan intelektual untuk
keperluan komersial:
1. Copyright dalam sebuah karya (penulisan lagu, komposisi lagu, aransemen musik, dan
atau lirik);
2. Hak yang berhubungan dengan pertunjukan (performance) dan rekaman (phonograms).
Adapun karya musik memiliki hak-hak yang di antaranya mencakup:
Moral rights adalah hak eksklusif yang tidak dapat dipindahtangankan. Hak ini akan tinggal
pada pemilik konten meskipun telah terjadi perpindahan hak ekonomis. Ada dua yang temaktub
dalam hak moral ini, yaitu: (i) integritas, yang memberi hak pencipta atau penulis dan penampil
karya musik untuk menolak perubahan terhadap hasil karyanya yang dapat merusak reputasi
dan kehormatan pencipta atau penulis dan penampil karya musik tadi; (ii) paternitas, yang
memberi hak pencipta atau penulis dan penampil untuk disebutkan namanya atas karya musik
yang ditampilkan di tempat publik.
Performing rights adalah hak yang didapatkan oleh pemilik hak cipta ketika karya musiknya
ditampilkan atau diperdengarkan di muka umum, seperti konser, kelab malam, restoran, juga
mencakup siaran televisi kabel, radio, dan musik pertunjukan yang dibawakan ulang.
Mechanical rights adalah izin tertulis dari penerbit untuk memproduksi dan mendistribusikan
hasil rekaman dalam bentuk CD, kaset audio, DVD, dan piringan hitam untuk komposisi
hak cipta tertentu. Jumlah royalti yang dibayarkan kepada penulis lagu dari mechanical rights
ditentukan oleh berapa banyak rekaman yang dijual.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
27
Synchronization rights dibayarkan kepada pemilik hak cipta ketika musik mereka digunakan
dalam kombinasi menggunakan gambar visual, seperti musik dalam film, TV, video, atau program
komputer. Produser audio-visual biasanya meminta synchronization rights dari penerbit lagu.15
Making Available adalah hak yang dimiliki oleh pencipta atau penulis, penampil, dan juga
produser karya rekaman musik yang memungkinkan karya tersebut bisa diunduh atau diakses,
baik dengan atau nirkabel dari sebuah tempat di mana pengguna karya musik tersebut dapat
berinteraksi dengan memilih karya musik apa yang ia ingin dengarkan. Ini biasanya digunakan
pada layanan streaming yang dapat memilih lagu yang ingin didengarkan (on-demand).
Dramatic Rights atau Grand Rights merujuk pada penggunaan karya musik untuk keperluan
dramaturgi, baik digunakan dalam komposisi aslinya ataupun digubah ulang sesuai keperluan
drama cerita. Biasanya royalti yang didapat dari eksploitasi hak ini dihitung berdasarkan nilai
kotor dari penjualan tiket mingguan atau perhitungan royalti rata-rata dari tiap pertunjukan.16
Permasalahan yang terjadi adalah karya musik di Indonesia belum dilindungi dengan baik oleh
pemerintah. Dari sisi bisnis pun, terlihat masih banyak pengusaha di Indonesia yang memiliki
pandangan negatif terhadap perlindungan kekayaan intelektual atas karya musik. Pengusaha,
dalam hal ini adalah pemilik kafe, pengusaha karaoke, pemilik tempat-tempat perbelanjaan,
melihat bahwa konsep perlindungan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) hanya akan memberikan
kerugian bagi mereka. Setiap harinya mereka memutar karya musik tanpa batas dan tanpa
memperhitungkan royalti. Menurut Ketua DPP HIPPI Bidang Hukum dan Kelembagaan Dr.
Dhaniswara K. Harjono, S.H., M.H., M.B.A., perlindungan hak cipta melalui lisensi musik hanya
akan menjadi wacana pemerintah, sehingga tidak mungkin dijalankan di masyarakat. Prosedur
pendaftaran dan pembuktian kepemilikan yang ada rumit, sementara konsep perlindungan yang
ada pada Undang-Undang masih abstrak, sehingga menyebabkan penyalahgunaan dan kesalahan
penafsiran. Selain itu, dari sisi penegakan hukum, tidak sedikit pengusaha yang kecewa, karena
sistem pengadilan dan ketidaktahuan hakim yang kurang menguasai wacana HKI di Indonesia.17
Salah satu permasalahan yang penting adalah besarnya ketidaktahuan para penulis lagu atau musisi
mengenai pentingnya pendaftaran lisensi musik. Selain itu, peran penerbit musik (music publisher)
juga masih sedikit dimanfaatkan oleh para musisi. Padahal, penerbit musik berperan penting
sebagai pihak yang bisa membantu penulis lagu atau musisi mendaftarkan karya musiknya kepada
Lembaga Manajemen Kolektif (Collecting Society). Di Indonesia, tercatat tiga manajemen kolektif,
yaitu KCI (Karya Cipta Indonesia), WAMI (Wahana Musik Indonesia), dan RAI (Royalti Anugrah
Indonesia). Walaupun demikian, proses yang ada di lapangan tidak semulus yang diharapkan. Maka,
diperlukan satu LMK nasional yang bertindak sebagai koordinator seluruh LMK yang ada, di mana
tujuan utamanya adalah untuk mempermudah birokrasi bagi pengguna lisensi musik. Sebagai
perbandingan, para musisi di negara lain lebih bisa terjamin kemakmurannya karena di negara
(15) “BMI and Performing Rights” dari situs BMI. Tautan: http://www.bmi.com/licensing/entry/business_using_music_bmi_and_performing_rights. Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(16) “What are Music Publishing Rights,” dari situs web Alter & Kendrick, LLP: Attorneys At Law. Tautan: http://alterandkendrick.com/protecting-your-musical-copyrights/what-are-music-publishing-rights/ Terakhir diakses pada
25 September 2014.
(17) Widi Asmoro, “Adakah Masa Depan untuk Musik Indonesia,” www.widiasmoro.com, 5 Juni 2013. Tautan: http://
www.widiasmoro.com/2013/06/05/masa-depan-untuk-musik-indonesia/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
28
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
mereka para LMK sudah berhasil mengumpulkan royalti dengan nilai yang sangat signifikan.18
Sebagai contohnya adalah PRS for Music dari Inggris.
Contoh Lembaga Manajemen Kolektif dari Inggris
PRS for Music Limited (sebelumnya MCPS-PRS Alliance Limited) adalah lembaga manajemen
kolektif dari Inggris yang melakukan manajemen hak kolektif untuk karya musik. PRS for
Music adalah rumah dari PRS (Performing Right Society) dan MCPS (Mechanical-Copyright
Protection Society), yang mewakili hak-hak dari sekitar 100.000 anggotanya di Inggris. PRS
for Music memberikan lisensi hak cipta musik atas nama anggota pada organisasi yang membutuhkan. PRS for Music juga mendistribusikan royalti kepada para anggota, mempromosikan,
dan melindungi nilai hak cipta. Tanpa PRS for Music, organisasi-organisasi pengguna ini harus
menghubungi ribuan penulis lagu, komposer, dan penerbit musik untuk mendapatkan semua
izin yang mereka butuhkan. Sementara itu, penulis lagu, komposer, dan penerbit musik juga
harus berurusan dengan ribuan permintaan dari pengguna musik. PRS menyediakan beberapa
jenis layanan lisensi musik.
Recorded Media: semua format fisik, termasuk CD dan DVD, dan untuk penggunaan musik
pada barang-barang seperti sampul majalah, karaoke, dan mainan musik.
Online: lisensi layanan musik online dan mobile di Inggris dan di seluruh Eropa.
Broadcasting: ratusan lisensi TV dan stasiun radio di Inggris, dari BBC ke layanan radio
komunitas. PRS for Music juga menawarkan lisensi untuk podcast, produksi perusahaan, situs
web, radio rumah sakit, dan nada dering.
Public Performance: 350.000 pemegang lisensi bisnis di PRS for Music meliputi beberapa
merek dunia yang paling terkenal, perusahaan yang bergerak di bidang hiburan, perusahaan
multinasional, dan usaha kecil seperti penata rambut dan kafe.
Uang didapatkan dengan cara pengumpulan royalti atas musik untuk pertunjukan, baik secara
langsung atau direkam, atau dari siaran radio, televisi, dan online. MCPS menghasilkan uang
melalui biaya lisensi dari rekaman anggotanya pada banyak format yang berbeda, termasuk CD
dan DVD. PRS for Music dan MCPS membayarkan uang yang berhasil mereka kumpulkan
kepada penulis lagu, komposer, dan penerbit musik yang merupakan anggota mereka. Kedua
organisasi ini bekerja “bukan untuk keuntungan” dan hanya mengurangi biaya administrasi
atau mengutip komisi yang kecil dari pendapatan anggotanya demi menutupi biaya operasional.
Sumber: www.prsformusic.com
Ada empat cara pendanaan untuk proses kreasi:
•
Melalui donatur
Saat ini ditemukan banyak musisi yang mendapatkan pendanaan untuk proses
produksi lagu dari donatur. Donatur biasanya merupakan perorangan yang memiliki
latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda dan sektor bisnis yang berbeda-beda pula,
tidak harus dari subsektor industri musik.
(18) http://www.widiasmoro.com/2013/05/31/lembaga-manajemen-kolektif-musik/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
29
•
Melalui label rekaman
Ini merupakan skema umum pembiayaan pada musisi yang dikontrak oleh label
rekaman.
•
Melalui sistem crowd-funding
Merupakan sistem pembiayaan baru yang mulai digunakan oleh musisi di Indonesia.
Ada yang dengan menggunakan website khusus seperti www.kickstarter.com
(internasional) dan www.wujudkan.com (Indonesia). Ada juga yang dilakukan dengan
cara penggalangan dana melalui situs resmi milik musisi tersebut. Contoh di Indonesia
seperti yang pernah dilakukan band Efek Rumah Kaca/Pandai Besi, dan BIP.
•
Menggunakan biaya sendiri
Merupakan sistem yang digunakan untuk musisi yang ingin mengeluarkan album
sendiri tanpa terikat oleh label rekaman. Walaupun merilis sendiri karyanya, musisi
tetap membutuhkan distributor untuk memasarkan hasil karyanya.
Contoh alternatif pembiayaan: Take It Away, Inggris
Take It Away adalah program inisiatif dari Dewan Kesenian Inggris (Arts Council England)
yang dioperasikan oleh Creative Sector Cervice CIC dalam kemitraan dengan Moneyway, sebuah perusahaan penyedia kredit. Take It Away dirancang untuk membantu lebih banyak anak
dan orang muda yang terlibat dalam belajar dan bermain musik. Take It Away mendapatkan
sokongan dana dari publik yang diatur oleh Arts Councils England.
Arts Council England adalah badan pembangunan nasional untuk seni di Inggris. Mereka
bekerja untuk mendapatkan karya seni yang indah untuk semua orang dengan memperjuangkan,
mengembangkan, dan berinvestasi dalam pengalaman artistik yang memperkaya kehidupan
masyarakat. Arts Council England mendukung berbagai kegiatan artistik dari teater musik,
sastra untuk tari, fotografi seni digital, dan karnaval untuk kerajinan. Skema Take It Away
hanyalah salah satu dari ratusan inisiatif berbasis musik dan organisasi yang saat ini didukung
oleh Arts Council England.
Melalui Take It Away, calon musisi bisa mendapatkan pinjaman bebas bunga dengan jumlah
antara 100 hingga 5.000 Poundsterling untuk membeli alat musik dari pengecer yang menjadi
anggota Take It Away. Jika harga alat musik melebihi batas pinjaman, peminjam tetap dapat
menggunakan Take It Away sebagai bagian pembayaran terhadap alat musik. Skema ini ditawarkan melalui jaringan 300 toko musik di Inggris.
Sumber: www.takeitaway.org.uk
Selain yang sudah dijelaskan di atas, ada juga suatu fenomena pergerakan baru yang diusung oleh
musisi-musisi indie di Indonesia, yaitu membebaskan penggunaan lagunya di bawah naungan
lisensi Creative Commons.
Lisensi Creative Commons atau biasa disebut juga lisensi CC merupakan lisensi yang
berisi ketentuan yang memungkinkan suatu ciptaan untuk dibagikan dan digunakan
30
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
kembali di bawah persyaratan yang fleksibel dan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.19
Pada umumnya musisi yang menggunakan lisensi Creative Commons bernaung di bawah Netlabel.
Netlabel adalah platform untuk distribusi online dan promosi di mana karya musik dirilis secara
gratis di bawah lisensi Creative Commons atau yang serupa. Mereka adalah bagian dari scene musik
gratis, yang telah berkembang secara dinamis sejak munculnya internet dan budaya digitalisasi.20
A.2 Proses Reproduksi
Proses reproduksi adalah proses penempatan musik pada media tertentu yaitu fisik atau digital
(Leyshon, 2001) dan juga mencakup penggunaan master lagu untuk penggunaan selanjutnya.
Aktivitas Utama dalam Proses Reproduksi
Proses reproduksi untuk media digital mencakup “pengemasan” lagu dengan metadata sesuai
dengan standar DDEX dan juga mencakup penggunaan master lagu untuk penggunaan selanjutnya.
Metadata adalah informasi yang menyertai file rekaman suara dan dikirim ke toko-toko online
seperti iTunes dan platform streaming seperti Spotify dan Rhapsody. Metadata mencakup hal-hal
seperti pemain, komposer, label rekaman, dan tanggal rilis.21
DDEX (Digital Data Exchange) adalah sebuah konsorsium perusahaan media terkemuka,
organisasi lisensi musik, penyedia layanan musik digital, dan perantara teknis yang berfokus
pada penciptaan standar untuk digunakan oleh bisnis di rantai pasok media digital. Adopsi
standar DDEX meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan menghasilkan pendapatan yang
lebih tinggi untuk semua perusahaan yang beroperasi di pasar ini. DDEX didirikan untuk
mengembangkan satu set pesan standar berbentuk XML (.xml) yang ditujukan untuk business
to business yang beroperasi di rantai pasok media digital.22
Proses Reproduksi untuk Media Fisik Mencakup Replikasi dan Duplikasi
Replikasi CD merupakan proses profesional pencetakan CD yang kualitasnya setara dengan
master CD yang asli. Pada kasus ini, data tidak dapat ditambahkan atau diubah.
Duplikasi CD merupakan proses penggandaan CD dengan cara memasukkan data ke dalam
CD, seperti yang dilakukan pada komputer biasa. Secara kualitas, CD hasil replikasi jauh lebih
unggul daripada CD hasil duplikasi. Setelah CD berhasil diduplikasi, proses selanjutnya adalah
pengemasan CD dan pengepakan CD untuk didistribusikan.23
(19) “Apakah yang Dimaksud dengan Lisensi Creative Commons?” creativecommons.or.id, Oktober 2011. Tautan: http://
creativecommons.or.id/2011/10/apakah-yang-dimaksud-dengan-lisensi-creative-commons/ Terakhir diakses pada
25 September 2014.
(20) Patryk Galuszka, “Netlabels and democratization of the recording industry,” First Monday: Peer-reviewed Journal
on The Internet, Volume 17, No. 7, 2 Juli 2012. Tautan: http://firstmonday.org/ojs/index.php/fm/article/view/3770/3278
Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(21) Jean Cook, “Invisible Genres & Metadata,” situs web Future of Music Coalition. Tautan: http://www.futureofmusic.
org/article/article/invisible-genres-metadata Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(22) Dari “Frequently Asked Questions,” dalam www.ddex.net. Tautan: http://www.ddex.net/frequently-asked-questions
Terakhir diakses pada 25 September 2014.
(23) “Whay is the Difference Between CD Replication and CD Duplication?” dalam situs web WiseGEEK: Clear Answer
for Common Questions. Tautan: http://www.wisegeek.org/what-is-the-difference-between-cd-replication-and-cdduplication.htm. Terakhir diakses pada 25 September 2014.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
31
Pelaku utama dari proses reproduksi adalah label rekaman dan penerbit musik (publisher). Jika
dilihat dari sudut pandang ukuran dan struktur bisnis, terdapat empat jenis label rekaman di dunia:
•
Major Label adalah perusahaan rekaman besar di mana produk mereka didistribusikan
oleh salah satu dari “tiga besar” perusahaan distributor musik. Mereka adalah Universal
Music, Sony Music Entertainment, dan Warner Music Group;
•
Mini Major Label adalah label rekaman yang berafiliasi dengan dan didistribusikan
melalui salah satu dari empat label rekaman besar. Pada umumnya mini major label
dimiliki oleh salah satu major label;
•
Major Distributed-Independent Label adalah label rekaman yang dibuat atas dasar
perjanjian produksi independen dengan musisi yang sudah mapan dan memiliki pengalaman
di dunia rekaman untuk menemukan bakat-bakat baru dan mengarahkan bakat-bakat
baru itu ke label besar;
•
True Independent Label adalah label rekaman yang mendistribusikan produknya sendiri atau
melalui distributor independen. Mereka memiliki sedikit karyawan dan tidak berafiliasi
dengan major label atau mini major label tertentu. Label ini seringkali beroperasi dengan
bujet yang minim dan sering dibiayai dengan anggaran terbatas oleh pemilik dan/atau
investor mereka.24
Namun, jika melihat kondisi industri musik di Indonesia, kategorisasi label rekaman dan definisinya
bisa dibagi sebagai berikut:
•
Major Label adalah label rekaman besar yang memiliki induk perusahaan di luar negeri.
Contoh: Warner Music Indonesia, Sony Music Entertainment Indonesia, dan Universal
Music Indonesia;
•
Major-Independent Label atau Local Label adalah label rekaman asli Indonesia yang
memiliki sumber pembiayaan sendiri dan beroperasi dengan skala yang tidak kalah
bersaing dengan major label. Contoh: Musica Studios, Nagaswara, Trinity Optima
Production, dan Aquarius;
•
Independent label:
• Vanity Label adalah label rekaman yang mendapat pendanaan dari salah satu
label rekaman besar (major label atau major-independent label) untuk menemukan
bakat-bakat dan karya-karya baru. Biasanya dibuat atas dasar perjanjian produksi
independen dengan musisi yang sudah mapan dan memiliki pengalaman di dunia
rekaman. Contoh: Pops, Independen, dan Forte;
• DIY (Do it Yourself) atau bisa juga disebut Self Release adalah suatu usaha
dari musisi untuk bertindak seperti label rekaman dengan memproduksi,
mendistribusikan, dan menjual karya musik mereka sendiri. Walaupun demikian,
pada saat proses pendistribusian kadang kala musisi ini bekerja sama dengan
distributor independen. Contoh: High Octane Records dan Revolt;
• True Independent Label adalah label rekaman yang mendistribusikan produknya
sendiri atau melalui distributor independen. Mereka memiliki sedikit karyawan
dan tidak berafiliasi dengan major label atau mini major label tertentu. Label ini
seringkali beroperasi dengan bujet yang minim sering dibiayai dengan anggaran
(24) “Are there various types of record companies?” dalam situs web Free Advice. Tautan: http://law.freeadvice.com/
intellectual_property/music_law/types_record_companies.htm Terakhir diakses pada 25 September 2014.
32
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
terbatas oleh pemilik dan/atau investor mereka. Contoh: DeMajors, Organic
Records, dan FFWD Records.
Pada umumnya, label membutuhkan produsen CD dan perusahaan servis penggandaan CD
untuk menjalankan proses reproduksi. Keluaran dari proses reproduksi ada dua jenis, yaitu produk
dalam media digital yang sudah sesuai dengan standar DDEX, dan produk dalam media fisik
(CD/Vinyl/kaset) yang siap untuk didistribusikan.
Contoh Perusahaan Penerbit Musik: Imagem
Imagem adalah penerbit musik independen terbesar di dunia. Didirikan pada 2008 oleh perusahaan Belanda, ABP, salah satu perusahaan penghimpun dana pensiun terbesar di dunia) yang
masih terhubung dengan perusahaan penerbit independen Belanda atau media CPMastersBV.
Imagem memulai operasinya dengan memperoleh hak penerbitan musik di sejumlah katalog
yang dijual oleh Universal Publishing, seperti Rondor, Zomba, BBC, dan 19Music. Hal ini
diikuti dengan mengakuisisi perusahaan penerbitan musik klasik terkemuka di dunia, Boosey
& Hawkes yang menerbitkan komponis kontemporer dari Rachmaninoff ke Reich, dan Rodgers
& Hammerstein yang merupakan penerbit teater musikal legendaris termasuk Sound of Music
dan Oklahoma. Selain itu, Imagem juga memiliki beberapa anak perusahaan seperti Imagem
Musiksub (mengelola rights management untuk musik pop, termasuk Vampire Weekend, The
Temper Trap, dan Justin Timberlake), Imagem Layanan Kreatif (ahli dalam mencari musik
untuk memenuhi kebutuhan pembuat film, pengiklan, pengembang game, dan banyak lagi),
dan Imagem Music Production (menyediakan lebih dari 100.000 produksi lagu berkualitas
tinggi yang tersedia untuk dicari dan diunduh secara online).
Sumber: www.imagem.com
Aktivitas pendukung dari rantai ini adalah produksi media fisik (CD/kaset/vinyl), servis penggandaan
media fisik, pencetakan, pengurusan pajak pertambahan nilai untuk poduk fisik, dan pendaftaran
lisensi. Penerbit musik tugasnya adalah mengurus lisensi-lisensi yang diperlukan dan mengatur
penggunaan serta hak dari para pemegang lisensi. Untuk penerbit musik, terdapat beberapa nama
yang ada, yaitu: Aquarius Pustaka Musik, Arga Swara Kencana Musik, Arka Music Publishing,
Jawara Pustaka Musik, Mitra Kreasi Prima, Mobimax Multimedia, Musica Studios, Nagaswara
Publisherindo, PT Penerbit Karya Musik, Trinity Optima Production, dan Warner Music Indonesia.25
Karena perannya saling mendukung, tidak sedikit penerbit musik yang bekerja berdampingan
dengan label rekaman tertentu. Berdasarkan data, masih sedikit penerbit musik yang berdiri
secara independen.
A.3 Proses Distribusi
Proses distribusi di industri musik adalah suatu kegiatan penyampaian produk musik fisik dan
digital ke tangan konsumen melalui jalur distribusi konvensional dan nonkonvensional.
(25) Widi Asmoro, “Direktori Industri Musik Indonesia,” dalam www.widiasmoro.com. Tautan: http://www.widiasmoro.
com/direktori/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
33
Kegiatan utama dari distribusi produk dalam media digital adalah penyebaran produk musik
digital dalam berbagai format ke berbagai macam toko digital tertentu. Proses dari distribusi
itu mencakup:
1. Distributor produk digital menerima lagu yang sudah terstandar DDEX dari label atau
musisi atau publisher;
2. Lagu itu kemudian akan dimasukkan ke dalam suatu sistem pengolahan digital yang
meliputi uji kualitas, klasifikasi lagu, encoding atau decoding, sesuai dengan kebutuhan hasil
akhir lagu. Encoding adalah suatu proses konversi hasil rekaman ke bentuk digital. Proses
selanjutnya adalah menentukan music rights mana yang akan dipakai, yaitu performing
rights dan/atau mechanical rights. Bentuk akhir dari proses pengolahan ada yang berupa
Permanent Digital Download (PDD), Limited Download, Webcasting, Interactive
Streaming, Nada Dering (Ring tone), Peer to Peer, dan Ring Back Tone.
Adapun definisi dari masing-masing format produk musik digital di atas adalah:
•
Permanent Digital Download (PDD) adalah pengantaran hasil rekaman yang sudah
melalui proses transmisi digital untuk tujuan penggunaan permanen. ODD (On-Demand
Download) biasa juga disebut FTD (Full Track Download) atau untethered download;
•
Limited Download adalah pengantaran hasil rekaman yang sudah melalui proses transmisi
digital untuk tujuan penggunaan yang dibatasi—pada umumnya berdasarkan jumlah
hari atau kali penggunaan. Limited download biasa juga disebut tethered download;
•
Webcasting secara umum merujuk pada kegiatan menyalurkan (streaming) sumber audio
atau video dengan cara terkoneksi Internet (online) kepada pengguna secara simultan.
Kegiatan webcasting ini biasanya dilakukan oleh radio internet atau pun televisi internet;
•
Interactive Streaming adalah ketika file digital ditransmisikan secara elektronik ke komputer
atau perangkat lainnya untuk permintaan tertentu dari pengguna. Interactive Streaming
biasa juga disebut dengan on-demand streams;
•
Nada dering (ring tone) adalah bagian kecil dari lagu dalam bentuk digital yang di-render
dalam bentuk audio, baik dalam bentuk monophonic, polyphonic, ataupun true-tone. Nada
dering ini disimpan pada telepon genggam atau alat komunikasi portable lainnya dan bisa
didengarkan kapan saja ketika mendapatkan notifikasi, baik itu telepon, SMS, maupun
notifikasi lainnya;
•
Peer to Peer (P2P) juga lazim disebut sebagai file-sharing antarkomputer. Peer-to-peer
adalah aplikasi populer yang biasa digunakan untuk berbagi file di sebuah jaringan
(common network hub) dengan cara membuka akses hard drive kepada publik untuk
mencari dan mendownload;
•
Ring Back Tone atau biasa disebut answer tone atau caller-ringtone adalah bagian kecil dari
lagu dalam bentuk digital yang di-render dalam bentuk audio yang biasa diperdengarkan
ketika penelepon menunggu jawaban dari orang yang ditelepon untuk menjawab panggilan
tersebut.26
(26) “Frequently Asked Questions,” dalam www.harryfox.com. Tautan: http://www.harryfox.com/public/DigitalDefinitions.jsp#67 Terakhir diakses pada 25 September 2014.
34
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Penyebaran produk digital musik ke toko digital biasanya dilakukan oleh penyedia konten atau
content provider (CP). Kehadiran CP juga berperan sebagai pendistribusi konten ke perusahaan
telekomunikasi. Pada sekitar 2010-an, saat munculnya layanan musik global pertama di Indonesia,
Nokia Comes With Music, dan juga resminya iTunes beroperasi di Indonesia pada 2012, kehadiran
para penyedia konten di luar label rekaman konvensional mulai tumbuh. Beberapa content aggregator
yang ada di Indonesia adalah Musikator, Gotong Royong Music, dan Mistral Musics. Ini juga
diiringi dengan masuknya content aggregator internasional seperti Believe Digital, Tunecore, CD
Baby, dan sebagainya, untuk membantu musisi Indonesia menyebarkan karya musik ke sebanyak
mungkin toko musik digital.
Kegiatan utama dalam distribusi produk dalam media fisik adalah meneruskan hasil keluaran
proses reproduksi ke toko-toko fisik konvensional dan nonkonvensional. Untuk produk fisik,
kebanyakan proses distribusi masih berjalan dengan cara konvensional oleh label rekaman dan
atau oleh penyedia jasa distribusi produk fisik. ​
Belakangan ini penyebaran produk fisik musik terbantu oleh kehadiran distributor nonkonvensional
dengan tidak hanya mendistribusikan produk fisik melalui toko-toko yang khusus berjualan
CD seperti Duta Suara dan Disc Tarra. Distributor ini biasanya berhubungan atau berada satu
payung dengan toko nonkonvensional. Contoh beberapa distributor nonkonvensional yang ada
di Indonesia adalah Swara Sangkar Emas dan Music Factory di bawah bendera KFC. Menyusul
adalah Texas Fried Chicken yang pada 2014 ini sukses merilis Ada Band, Andra & The Backbone,
D’masiv, serta Geisha.
AKTIVITAS PENDUKUNG DALAM PROSES DISTRIBUSI
Aktivitas pendukung dari rantai ini adalah berupa aktivitas pemasaran melalui media cetak dan
elektronik atau pun langsung seperti event musik, tur, atau konser musik. Selain kegiatan distribusi,
aktivitas pemasaran juga dibutuhkan untuk mendapat awareness dan akuisisi karya musik yang
lebih luas lagi. Pada subsektor industri musik, aktivitas pemasaran biasanya ditempuh secara.
Above The Line
Offline: Media elektronik (TV dan radio) dan media cetak (majalah, koran, dan papan reklame).
Kegiatan ini biasa dilakukan oleh label rekaman yang memiliki modal yang besar.
Online: Banyak musisi, manajemen artis, atau label yang menggunakan YouTube sebagai sarana
promosi berupa video promosi atau video klip. Begitu pula lewat Soundcloud, ReverbNation,
LastFM, dan Vimeo yang mulai populer di kalangan musisi.
Below The Line
Offline yaitu aktivitas yang langsung bisa dirasakan oleh masyarakat seperti tur dan konser musik.
Di sini, manajemen artis, booking agency, dan publisis dibutuhkan perannya.
Online yaitu aktivitas pemasaran dua arah melalui internet dan media sosial, interactive website,
fanpage, dan lainnya.
Untuk kegiatan promosi produk musik, dibutuhan juga peran publisis. Publisis akan membantu
artis atau label rekaman untuk berhubungan dengan media. Dalam beberapa model, publisis
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
35
menjadi bagian dari label rekaman, walaupun seyogianya publisis dapat berdiri sendiri. Peran ini
sangat strategis tapi masih jarang pelakunya di industri musik Indonesia.
Saat ini, ada beberapa perusahaan yang khusus bertindak sebagai publisis dengan tugas melakukan
strategi publikasi, termasuk pengiriman materi ke radio, media cetak, dan TV. Beberapa contohnya
seperti Ayo Media (Ayo Records) dan Locker Media. Beberapa PR (Public Relation) Company
di Indonesia juga mulai bergerak di wilayah musik, seperti JavaPR, namun belum menjadi
spesialisasi. Publisis mempunyai hubungan strategis dengan media, sehingga menjadi salah satu
faktor penentu popularitas artis.
A.4 Proses Konsumsi
Produk yang bisa dikonsumsi di industri musik terdiri dari tiga jenis, yaitu produk digital, produk
fisik, dan produk pertunjukan. Walaupun konsumsi produk fisik yang legal semakin menurun
karena adanya pembajakan, konsumen dari produk fisik masih terhitung banyak.
Aktivitas utama dalam proses konsumsi adalah:
•
Penyediaan produk musik fisik dan turunannya;
•
Penyediaan produk musik digital dan turunannya;
•
Penyediaan produk musik pertunjukan dan turunannya.
Pelaku utama pada proses konsumsi musik fisik adalah:
Toko musik konvensional, di mana fungsi utamanya adalah menjual produk musik dan turunannya
seperti merchandise musik. Toko konvensional biasa ditemukan di mal-mal atau pun di tempat
khusus, seperti Duta Suara, Disc Tarra, Musik+, Society, dan Harika;
Toko musik nonkonvensional, di mana fungsi utamanya bukanlah berjualan produk musik
melainkan produk-produk FMCG (Fast Moving Consumer Goods), makanan, dan lain sebagainya.
Contoh dari toko musik nonkonvensional adalah KFC (Kentucky Friend Chicken), Texas Fried
Chicken, Es Teler 77, Carrefour, Alfamart, Cafe, Clothing Distro, SPBU berkode khusus, dan
lain sebagainya. Ada yang bahkan berjualan lewat USB, seperti dilakukan Naif dengan label
Cosmic dan JFLOW. Juga band Kotak yang melakukan bundling album baru mereka dengan
clothing Harmonic milik Cella (Kotak) dan Eross (Sheila On 7). Pendekatan ini dirasa ampuh
dalam mengantarkan produk sedekat mungkin kepada konsumen.
Keberadaan toko konvensional yang semakin berkurang menandakan mulai menurunnya juga
permintaan terhadap produk fisik. Selain itu, produk fisik dalam bentuk CD maupun piringan
hitam kini dirasa semakin bergeser menjadi produk tambahan, di mana banyak konsumennya
adalah para kolektor musik. Kini sudah mulai terlihat adanya perubahan pola konsumsi musik
dari fisik ke digital walaupun masih ada konsumen yang menghargai dan mencari produk fisik.
Untuk produk musik dalam bentuk digital, pelaku utama yang bertindak sebagai toko penyedia
produk digital bisa berbeda-beda tergantung pada platform atau basisnya, yaitu:
Toko digital berbasis web
Layanan musik menggunakan platform situs web sebagai media interaksi bagi konsumen musik.
Biasanya ini dilakukan langsung oleh orang kreatif dalam mengumumkan karyanya. Namun
36
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
ada juga perusahaan yang menggunakan situs web saja untuk menawarkan produk musik seperti
Dotuku.com dan Digilive.co.id.
Toko digital berbasis mobile
Beberapa produk yang biasa dikonsumsi melalui toko digital berbasis mobile adalah Ring Back
Tone dan Ring Tone, serta tak jarang juga pengunduhan lagu utuh atau full track download dan
juga streaming. Biasanya layanan ini ada di perusahaan telekomunikasi atau terintegrasi dengan
perangkat bergerak (mobile). Konsumen dapat menggunakan sistem pemotongan pulsa atau
metode pembayaran lainnya untuk memiliki konten musik yang diinginkan, dengan syarat
dan kondisi tertentu. Beberapa toko digital berbasis mobile yang ada di Indonesia antara lain:
Klikmusik, Indosat Backstage/Arena Musik, Telkomsel Langit Musik, Sony Music Jive, XL
Musikkamu, dan Musiklegal.
Toko digital berbasis web dan mobile
Dengan bertumbuhnya teknologi dan berkembangnya pola konsumsi musik, pengembang
layanan musik mengkombinasikan penawarannya dengan memanfaatkan dua platform: situs
web dan mobile. Beberapa contoh yang memanfaatkan kedua platform ini adalah Apple iTunes,
MixRadio, YouTube, Deezer, Rdio, Guvera, dan Melon.
Walaupun produk digital dirasa sudah mulai mengubah budaya konsumsi musik di Indonesia,
terdapat beberapa hambatan yang menghalangi kesuksesan penjualan produk digital di
Indonesia. Hambatan tersebut antara lain adalah mengenai cara pembayaran. Untuk membeli
produk digital dari toko musik digital berbasis web, konsumen memerlukan sebuah kartu
kredit untuk bisa memulai transaksi. Namun, pengguna kartu kredit di Indonesia belumlah
banyak, karena belum menjadi budaya masyarakat Indonesia untuk memiliki kartu kredit.27
Sedangkan untuk membeli produk digital dari toko musik digital berbasis mobile, pembayaran
melalui sistem pemotongan pulsa terbentur dengan isu regulasi dan transparansi. Selain itu,
ketersediaan Internet yang belum merata hingga ke pelosok Indonesia masih menyulitkan
konsumen di daerah untuk menikmati produk digital ini.
Untuk produk pertunjukan, perbedaan mendasar dari seni pertunjukan murni dan pertunjukan
musik adalah posisi musik untuk pertunjukan di sini lebih sebagai komponen utama. Adanya
pertunjukan berupa tarian maupun koreografi adalah elemen pendukung dari pertunjukan musik.
Pelaku utama untuk konsumsi produk musik pertunjukan adalah:
1. Event Organizer
Bertugas mengatur jalannya konser atau pertunjukan musik, bekerja sama dengan
perusahaan pemberi dana sponsor, venue, booking agency, penyewaan alat musik dan
tata lampu, perusahaan penjual dan pembuat merchandise, dan lain sebagainya;
2. Venue (Gedung Pertunjukan)
Sangat dibutuhkan untuk pertunjukan musik seperti konser musik, pertunjukan musik
(27) “BCA Berjaya Citibank Perlu Berbenah,” www.marketing.co.id., 27 Februari 2013. Tautan: http://www.marketing.
co.id/bca-berjaya-citibank-perlu-berbenah/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
37
bertema, festival musik, bazar, dan lain sebagainya. Selain itu, diskotek, kafe, dan
restoran juga biasa digunakan sebagai venue untuk pertunjukan dalam skala kecil;
3. Booking Agency;
4. Penjual Tiket;
5. Penyewaan alat musik dan tata lampu;
6. Perusahaan penjual dan produsen merchandise;
7. Perusahaan pemberi dana sponsor.
Untuk produk pertunjukan, salah satu dinamika yang ada adalah meningkatnya jumlah konser
musik yang menampilkan musisi dari luar negeri. Walaupun demikian, para penyelenggaranya
selalu memasukkan musisi Indonesia untuk bisa berada satu panggung dengan musisi internasional.
Rata-rata konser musik di Indonesia selalu dipenuhi para konsumen yang biasanya berusia muda.
Hal ini bagus untuk mengembangkan pengetahuan musik dari generasi muda Indonesia, selain
berguna untuk meningkatkan budaya menonton konser berbayar sehingga bisa membantu
pemasukan para musisi. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam membuat suatu
pertunjukan musik adalah kontrak dengan pengisi acara, perizinan, venue, dan pajak tiket.
Fenomena lain
Selain melalui toko digital, konsumsi musik juga bisa dalam bentuk New Media. New Media adalah
cara mengkonsumsi musik dengan cara membeli barang atau jasa tertentu yang menawarkan
sejumlah musik sebagai nilai tambah, baik itu gratis atau pun dengan harga yang sangat rendah.
Contoh beberapa OEM (Original Equipment Manufacturer) yang menawarkan musik sebagai
nilai tambah pembelian produknya adalah Nokia, Nexian, dan Cross. Contoh lainnya adalah
in flight-entertainment, bentuk hiburan yang disediakan di penerbangan.
Salah satu hal baru di industri musik Indonesia adalah kehadiran netlabel. Sampai saat ini
ada 17 netlabel yang berada dalam naungan Indonesia Netlabel Union. Mereka adalah Yes
No Wave Music, Inmyroom Records, Hujan! Rekords, StoneAge Records, MindBlasting,
Pati Rasa Records, Tsefula/Tsefuelha Records, K A NA L 30, dan lain sebagainya. 28
Peran netlabel di sini adalah untuk menyediakan platform digital untuk musisi-musisi yang
membagikan karyanya secara gratis dan “bebas bertanggung jawab” dalam naungan lisensi
CC (Creative Common). Selain menyediakan lagu-lagu dalam lisensi CC, terkadang mereka
juga mencari pemasukan dengan cara menjual merchandise. Salah satu netlabel perdana adalah
Deathrockstar yang dikelola oleh Eric Wiryanata dan Ryan Koesuma.
B. Pasar
Konsumen dari produk musik ada dua jenis yaitu business-to-business dan business-to-consumer.
Konsumen business-to-business pada umumnya menggunakan produk musik untuk keperluan
promosi dari perusahaan atau produknya, sedangkan business-to-consumer adalah pengguna atau
(28) “INF 2012 Zine: Direktori Netlabel Indoensia,” www.indonesiannetlabelunion.net., 22 November 2012. Tautan: http://
indonesiannetlabelunion.net/inf-2012-zine-direktori-netlabel-indonesia/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
38
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
peningkat langsung musik baik dalam bentuk fisik, digital maupun pertunjukan. Konsumen
business-to-business (B to B) dapat dibedakan menjadi:
1. Retail; yaitu pengguna karya musik yang menggunakan musik untuk pertunjukan
sehingga tercipta performance right. Ini contohnya adalah pengusaha konser musik dan
juga pengusaha tempat hiburan karaoke.
2. Middle-man; contohnya adalah agency, production house, atau brand yang menggunakan
musik untuk menambahkan nilai pada produk yang dijualnya. Sebagai contoh adalah
production house yang menggunakan lagu sebagai soundtrack sinetron, film pendek, atau
film layar lebar. Ada juga perusahaan pembuat game interactive atau perusahaan penyedia
jasa video yang menggunakan lagu untuk backsound atau soundtrack. Pada skema ini,
perusahaan pengguna lagu akan membayar synchronization rights kepada penerbit musik
dan/atau label rekaman. Namun, apabila yang digunakan adalah master dari suatu
rekaman, maka pengguna lagu juga harus membayar mechanical rights kepada si pemilik
master, yaitu musisi atau label atau penerbit musik.
Kosumen business-to-consumer (B to C) bisa terdiri dari dua jenis:
1. Konsumen musik murni, yaitu penikmat musik dalam bentuk digital, fisik, dan pertunjukan;
2. Prosumers (Producer-Consumer), yaitu konsumen musik yang juga bertindak sebagai
musisi atau kelak akan menjadi musisi, namun sedang dalam masa pencarian. Prosumers
cenderung lebih kritis dan proaktif terhadap industri musik. Konsumen musik ini juga
ada yang berlaku sebagai fans. Fans yang die-hard terkadang diberdayakan oleh musisi
atau manajemen artis untuk melakukan promosi via komunitas dan media sosial maupun
sebagai penggerak fans yang lain (fans coordinator).
Jumlah pembajakan untuk produk digital dan fisik sangat besar, di mana pembajakan lagu di internet
saat ini mencapai angka 10 juta download per harinya dan menyebabkan kerugian per tahunnya
mencapai angka 14 triliun.29 Setiap tahun penjualan produk musik rekaman di Indonesia mencapai
Rp 5 triliun di mana 90%-nya mengalami pembajakan dan merugikan negara serta musisi.30
Walaupun demikian, menurut data yang didapat dari berbagai sumber, 80% dari pangsa
pasar dalam negeri adalah karya musik Indonesia. Hal ini termasuk konsumsi produk fisik
dan pertunjukan. Ini menandakan bahwa pasar musik dalam negeri sangat menghargai musik
Indonesia dan ini bisa memberikan kesempatan pada perkembangan subsektor industri musik
Indonesia yang berkelanjutan.
(29) “Strategi Penanggulangan Pembajakan Musik di Ranah Dunia Maya,” www.ambadar.com. Tautan: http://www.
ambadar.com/update/strategi-penanggulangan-pembajakan-musik-di-ranah-dunia-maya(30) Azis Kurmala, “Kerugian Akibat Pembajakan Musik Rp4,5 triliun Setahun,” www.antaranews.com, 17 Mei 2013.
Tautan: http://www.antaranews.com/berita/375286/kerugian-akibat-pembajakan-musik-rp45-triliun-setahun.
Terakhir diakses pada 25 September 2014.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
39
Contoh prosumers: Fans dari Nine Inch Nails (Ghost I–IV)
Ghost I–IV adalah rilisan terbaru dari band electro industrial asal Amerika Serikat, Nine Inch
Nails (http://www.nin.com), yang dipimpin oleh penyanyi karismatik Trent Reznor. Band ini
adalah salah satu band Amerika yang banyak didiskusikan oleh dunia musik selama dua dekade
terakhir, terutama dalam beberapa tahun terakhir ini, karena komitmen mereka atas pemasaran yang kreatif atau mencoba untuk agresif memodifikasi beberapa aturan pasar. Ghost I–IV
adalah kumpulan 36 lagu instrumental yang dirilis oleh Nine Inch Nails tanpa dukungan dari
label rekaman mana pun, di bawah lisensi Creative Commons. Mereka menyediakan beberapa
format rilisan produk untuk memenuhi permintaan fans yang berbeda-beda. Di album Ghost
I–IV, band ini berusaha melakukan salah satu usaha untuk memotong rantai nilai produsen
dan distributor, sehingga membuat album ini lebih hemat biaya (Tuomola 2003). Alasan keberhasilan peluncuran album Ghost I–IV adalah bahwa penggemar didorong dalam menggunakan
lagu mereka untuk proyek apa pun selama itu untuk tujuan non-komersial. Keleluasaan yang
diberikan kepada para fans memberikan efek pemasaran yang luar biasa, yang secara langsung
meningkatkan penjualan album Ghost I–IV.
Namun, jika dilihat dari sisi yang lain, selain memberantas maraknya pembajakan, ada peluang
pasar yang harus diambil. Salah satu yang ada adalah potensi dari produk digital, di mana jumlah
pengguna internet di Indonesia pada 2013 berjumlah 28% dari total penduduk Indonesia. Angka
ini sudah mengalami kenaikan sebesar 13% dibanding 2012 yang sekitar 63 juta pengguna (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia-APJII). Nilai ini masih bisa jauh dikembangkan lagi
dengan adanya sosialisasi dan pemerataan penggunaan internet ke daerah-daerah. Para pemain
di musik digital harus menangkap potensi ini dan menguatkan program sosialisasi serta promosi
untuk meningkatkan konsumsi masyarakat akan produk musik digital.
Pada saat ini, pasar untuk produk pertunjukan dinilai besar dan memberikan kontribusi
pemasukan yang paling besar pada musisi. Selain pertunjukan, turunan dari produk fisik dan
pertunjukan, yaitu merchandise, juga terbukti mampu menambah pemasukan para musisi.
Kini para fans yang merupakan konsumen musik sudah mulai didayagunakan sebagai reseller.
Printed rights diberlakukan untuk produksi merchandise yang bukan dilakukan oleh musisi atau
manajemennya. Printed rights merupakan hak pemilik hak cipta atas penggunaan nama atau
lirik yang dicetak di suatu media.
C. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment)
C.1 Apresiasi
Apresiasi musik adalah kesadaran dan/atau penilaian terhadap suatu karya musik. Apresiasi dapat
dilihat dari dua sudut pandang, yaitu:
1. Apresiasi oleh pasar (penonton), yang ditunjukkan dari konsumsi produk musik fisik, digital,
dan musik pertunjukan, serta tanggapan penonton terhadap karya musik, musisi, atau orang
kreatif yang bersangkutan. Kegiatan apresiasi oleh konsumen dapat ditingkatkan melalui
proses peningkatan literasi masyarakat terhadap kreativitas dan hak cipta, sedangkan;
2. Apresiasi terhadap orang, karya, dan proses kreatif seni pertunjukan, dapat berupa
pemberian insentif, apresiasi terhadap hak cipta, dan penghargaan.
Penghargaan musik pada umumnya memilik i k riteria-k riteria k husus yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pengkategorisasian dilakukan oleh suatu dewan yang terdiri dari multi
40
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
stakeholders industri musik, seperti label rekaman, musisi, penulis lagu, dan wartawan. Tugas dari
dewan ini adalah mendengarkan lagu-lagu yang masuk dan mengelompokkannya dalam kategori
yang sudah ditentukan. Penyelenggara suatu penghargaan biasanya adalah asosiasi atau komunitas.
Sampai saat ini ada beberapa penghargaan untuk karya musik antara lain: AMI (Anugerah Musik
Indonesia) yang diberikan oleh Yayasan Anugerah Musik Indonesia (YAMI) dan ICEMA (Indonesia
Cutting Edge Music Award). Walaupun demikian, jumlah ini dirasa masih sangat kurang.
Literasi musik adalah kemampuan memahami suatu karya musik. Proses peningkatan literasi
merupakan kunci dari pembinaan pasar di mana di dalamnya terkandung proses membina
hubungan dengan konsumen yang sudah ada dan calon konsumen.
Proses literasi dapat dilakukan secara:
1. Formal, yaitu melalui lembaga pendidikan secara formal dan nonformal, dengan cara
mengintegrasikan pengetahuan mengenai industri musik pada kurikulum pendidikan
nasional. Sampai saat ini pendidikan musik sudah diterapkan sejak dini walau pengetahuan
yang diberikan masih sangat dasar.
2. Informal, yaitu melalui suatu community hub yang merupakan sebuah bangunan yang
dapat diakses oleh semua kelompok di lingkungan atau subsektor yang dilayaninya.31
Ini adalah sentra komunitas yang menyediakan berbagai servis yang berkualitas dengan
biaya yang efektif. Adanya community hub yang melayani sentra komunitas bisa membuka
peluang-peluang kolaborasi baru sehingga menciptakan inovasi-inovasi produk dan
jasa ke depannya. Aktivitas di dalam community hub bisa berupa forum diskusi, forum
kolaborasi, dan lain-lain, yang dibuka untuk umum dengan harapan dapat memberikan
pengetahuan pada peserta yang datang.
3. Umum, bisa melalui pendidikan formal dengan mengandalkan suatu ekstra kurikuler,
melalui event musik, seminar, atau diskusi mengenai industri musik. Bisa juga melalui
riset mengenai industri musik yang dilakukan oleh individu atau komunitas, media cetak
seperti majalah, surat kabar, dan buku, media elektronik seperti blog dan situs web, dan juga
melalui national music chart. Seminar-seminar dan forum diskusi tentang industri musik,
baik berbentuk pertemuan maupun melalui media sosial, juga mulai banyak ditemukan
meski sebagian besar masih dalam skala kecil dan sporadis di berbagai kota di Indonesia.
Salah satu literasi umum yang berpotensi untuk memberikan dampak signifikan terhadap industri
musik Indonesia adalah pertemuan musik yang bersifat internasional, di antaranya seperti Music
Matters yang diselenggarakan tahunan untuk pasar Asia, di mana Gumilang Ramadan dari
Musica Studios tampil beberapa kali sebagai pembicara panel.
(31) “What is a Community Hub?” www.octopuscommunities.org.uk, Tautan: http://www.octopuscommunities.org.uk/
our-projects/community-hubs/what-is-a-community-hub/ Terakhir diakses pada 25 September 2014.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
41
Contoh literasi musik informal: Tileyard
Tileyard adalah sebuah creative hub yang terdiri dari Tileyard Studio, Tileyard Music, Tileyard
Creative, dan Tileyard Amplify. Tileyard Studio adalah sebuah rumah permanen untuk beberapa
pelaku industri kreatif yang terdepan di bidangnya, dan juga untuk para musisi, komposer,
penulis lagu, produser, dan artis. Bangunan Tileyard Studio berada di atas lahan pribadi seluas
105.000 m 2 dan menawarkan berbagai variasi kantor dan ruang studio kreatif. Tileyard Music
adalah sebuah manajemen artis dan perusahaan penerbit yang menjadi rumah bagi beberapa
artis, baik itu yang sudah dikontrak maupun yang sedang dalam proses. Perusahaan penerbit di
Tileyard Music memiliki katalog musik hingga lebih daripada 1000 karya dari berbagai gaya,
teknik produksi, dan penulisan lagu. Tileyard Amplify menyediakan berbagai pilihan kursus
dan workshop yang ditujukan untuk mereka yang baru akan memasuki atau memajukan karier
di industri musik. Amplify sudah membangun beberapa kerjasama strategis dengan beberapa
bisnis lain dan bekerja secara intensif untuk menyampaikan training yang senyata dan sedekat
mungkin dengan dunia industri
Lalu ada juga SXSW yang diselengarakan di Amerika Serikat dan juga mencakup hingga Eropa—di
mana grup band White Shoes & The Couples Company pernah tampil. The Great Ecape yang
merupakan konferensi terkemuka untuk menemukan musik-musik baru juga sempat dihadiri
delegasi dari Indonesia, yaitu Robin Malau dan Indra Ameng pada 2014.
Sementara itu, MIDEM (Marché International du Disque et de l’Edition Musicale) adalah music
trade show terbesar di dunia sejak 1966. MIDEM selalu memiliki program yang mengikuti
kebutuhan dan perkembangan industri musik masa kini dan selalu diadakan di Cannes, Prancis.
Mulai 1995–1997, MIDEM Asia diselenggarakan di Hong Kong. Seharusnya pada 1998 MIDEM
diadakan di Bali tapi tidak jadi dilaksanakan. Delegasi Indonesia yang terakhir kali hadir di
MIDEM pada 2000 adalah Krakatau, AB Three, Ita Purnamasari, dan Nourma Yunita. Mulai
2015, diharapkan Indonesia selalu hadir pada trade show ini dengan membawa pertunjukan musik
dan pembicara bisnis musik untuk menyampaikan pergerakan dinamis yang terjadi di industri
musik Indonesia. Hubungan dan kolaborasi yang terjadi di MIDEM diharapkan akan membantu
Indonesia memiliki bentuk industri yang lebih terpola dan menguntungkan para pelaku usaha
di indusri musik Indonesia.
C.2 Pendidikan
Pendidikan adalah hal yang penting untuk menunjang kemajuan industri musik Indonesia
dalam hal penciptaan orang-orang kreatif yang andal dan berkualitas. Pendidikan musik yang
dibutuhan untuk keberlangsungan industri ini adalah yang mencakup kegiatan hulu ke hilir,
seperti pendidikan untuk berkreasi (kemampuan bermain alat musik, penyusunan musik, dan
produksi musik), dan kemampuan untuk melakukan manajemen pada reproduksi, distribusi,
dan konsumsi (pendidikan manajemen musik).
Umumnya terdapat tiga jenis pendidikan yang ada di Indonesia:
Pendidikan Formal adalah pendidikan yang berjalan di sekolah dan memiliki jenjang pendidikan
yang jelas. Kegiatan yang dilakukan di pendidikan formal bersifat sistematis, berstruktur,
bertingkat, dan berjenjang. Pendidikan formal yang khusus membahas musik berada di sekolah
42
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
tinggi dan universitas, baik dibiayai oleh swasta maupun pemerintah. Sampai saat ini terdapat
beberapa pendidikan formal yang mengkhususkan pendidikan di bidang musik atau memiliki
program studi musik, yaitu Institut Musik Indonesia, Institut Kesenian Jakarta, Universitas
Pendidikan Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Universitas Pasundan, Institut Seni Indonesia,
Universitas Negeri Semarang, Universitas Pelita Harapan, Universitas Negeri Jakarta, Sekolah
Tinggi Musik Bandung, Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Universitas Negeri Medan, dan Institut
Musik Daya Indonesia. Untuk menjamin kualitas lulusan yang siap menopang kemajuan industri
musik Indonesia, diperlukan suatu skema di mana para siswa mendapatan gambaran riil industri
musik di Indonesia. Untuk itu, program seperti magang atau praktik langsung sangat dibutuhkan
bagi para siswa.
Pendidikan Nonformal adalah pendidikan yang tidak selalu berjenjang dan bertingkat namun
terorganisir dan sistematis meski berada di luar sistem persekolahan yang mapan. Model pendidikan
ini biasanya merupakan bagian kecil dari suatu tujuan dan kegiatan yang lebih luas, dilakukan
secara mandiri, dan memiliki fokus pada peserta didik tertentu. Contoh dari pendidikan nonformal
adalah kursus dan workshop musik seperti Yamaha Music Course, Purwacaraka, ArtSonica, SAE,
dan sebagainya.
Di Indonesia, ditemukan banyak sekali pendidikan nonformal di bidang musik dalam bentuk
kursus-kursus. Selain kursus musik untuk alat musik tertentu, sekarang di Indonesia mulai marak
juga kursus DJ dan produksi musik. Ada pula master class, kursus yang diadakan oleh musisi
yang piawai di bidangnya untuk musisi pemula. Beberapa kursus ini diadakan oleh musisi yang
sudah sukses berkarya di dalam dan luar negeri. Beberapa musisi yang kerap membuka kelas ini
adalah Indra Lesmana dan Indro Hardjodikoro;
Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan melalui keluarga dan lingkungan seperti forum
komunitas, dan biasanya dilakukan secara mandiri atau kolektif atas dasar kesukaan yang sama,32
contohnya adalah Institut Musik Jalanan (http://institutmusikjalanan.org/).
D. Pengarsipan
Pengarsipan (archiving) adalah salah satu bagian penting dari industri. Tujuan dari proses
pengarsipan ini adalah menciptakan media penyedia informasi dan data-data terkait industri musik.
Data-data ini mesti dapat diakses oleh publik untuk dijadikan sumber inspirasi atau juga sebagai
media literasi. Arsip juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran di lembaga pendidikan.
Tugas pengarsipan ini biasanya dilakukan oleh lembaga swasta atau pemerintah. Adapun tahapan
yang ada pada proses pengarsipan pada umumnya melalui pengumpulan–restorasi–penyimpanan–
preservasi. Proses restorasi hanya dilakukan apabila dokumen atau hal yang perlu diarsipkan
sudah mengalami kerusakan atau ketidaksesuaian, sehingga perlu dilakukan proses perbaikan
tanpa mengubah nilai atau makna aslinya sebelum dilakukan proses penyimpanan dan preservasi.
Di Indonesia, belum ada lembaga baik pemerintah maupun nonpemerintah yang serius menangani
pengarsipan musik ini. Sejauh pemantauan, terdapat tiga lembaga yang melakukan pengarsipan
(32) Dari www.duniacipleks.blogspot.com. Tautan: http://duniacipleks.blogspot.com/2011/02/perbedaan-pendidikanformal-informal.html. Terakhir diakses pada 25 September 2014.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
43
musik di Indonesia: Arsip Nasional, Galeri Malang Bernyanyi, dan Museum Musik Indonesia.
Banyak individu yang malah menjadi kolektor musik Indonesia, seperti Ali Gunawan (Jakarta),
Faiz M. (Malang), Roi Hermanto (Jakarta), Denny Sakrie (Tangerang), Denny MR (Bogor),
serta David Tarigan (Jakarta).
Satu yang perlu mendapat perhatian adalah Irama Nusantara yang didirikan David Tarigan,
Alvin Yunata, dan teman-teman penikmat musik Indonesia. Di situs www.iramanusantara.org,
kita bisa menemukan banyak harta karun musik Indonesia yang bisa kita simak dengan cara
streaming. Tujuan situs ini bukan untuk komersial.
2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Musik
2.2.1 Peta Industri Musik
Berdasarkan fokus ruang lingkup substansi yang dijelaskan sebelumnya, maka peta industri yang
akan dibangun adalah peta industri pada ruang lingkup fragmen artistik dan industri.
Peta industri pada gambar di atas mencakup hubungan pelaku industri utama subsektor musik
dalam rantai nilai dengan pelaku industri yang memberikan pasokan (supply) ke pelaku industri
utama (backward linkage) dan pelaku industri yang memberikan permintaan (demand) oleh
pelaku industri utama (forward linkage).
A. PELAKU INDUSTRI DALAM PROSES KREASI
Pada tahap kreasi, pelaku utama di tahap ini adalah musisi, pencipta lagu, produser, komposer,
dan label rekaman. Para pelaku utama inilah yang akan berkreasi untuk menghasilkan produk
musik. Bagian akhir dalam tahap kreasi adalah pendaftaran lisensi karya musik, yang juga menjadi
isu utama dalam hampir setiap kegiatan di industri kreatif. Oleh karena itu, sebelum melanjutkan
ke proses reproduksi, pelaku perlu berhubungan dengan lembaga manajemen kolektif (collecting
society) yang berperan sebagai pengelola penagihan hak dari karya musik. Lembaga manajemen
kolektif adalah pihak yang menjaga, mengatur, dan melindungi pihak-pihak yang berkaitan
dengan hasil kreasi musik agar tidak terjadi penyalahgunaan yang merugikan pihak-pihak
tersebut. Selain untuk diteruskan pada proses reproduksi di rantai utama, terdapat juga beberapa
industri pendukung yang akan memberikan permintaan terhadap kreasi yang dihasilkan, yaitu
industri perfilman, industri periklanan, dan industri permainan (permainan interaktif). Industri
perfilman dan industri permainan pada umumnya akan menjadikan hasil kreasi ke dalam bentuk
scoring (musik latar untuk film), yang juga dapat diproduksi menjadi sebuah album soundtrack.
Pada industri periklanan, hasil kreasi musik ini akan dijadikan lagu tema untuk produk iklan.
B. PELAKU INDUSTRI DALAM PROSES REPRODUKSI
Pada rantai utama, hasil kreasi ini dapat berbentuk produk fisik, produk digital, dan pertunjukan.
Hasil kreasi tersebut akan diteruskan untuk direproduksi (digandakan) yang selanjutnya akan
melalui proses distribusi. Pada tahap ini akan diperlukan beberapa hal yang didapat dari beberapa
industri pendukung, yaitu CD, DVD, piringan hitam, kaset (untuk produk fisik), platform dan
metode pembayaran, penyedia jasa Internet, jasa penghantaran (untuk produk digital), fotografi,
desain artwork, percetakan, dan merchandise. Keberadaan industri yang mampu menyediakan
kebutuhan tersebut sangat penting bagi keberlangsungan proses reproduksi di industri musik ini.
44
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Dua hal utama yang penting dimiliki oleh para pelaku industri pendukung ini adalah akses dan
kualitas. Artinya, kemudahan dalam mendapatkan hal yang dibutuhkan akan sangat mempermudah
proses reproduksi. Namun, tak cukup hanya itu, hal ini juga harus didukung dengan kualitas
barang yang baik. Hasil reproduksi untuk produk digital dan fisik ini selanjutnya diteruskan
pada proses promosi. Sedangkan untuk produk pertunjukan, hasil kreasi berlanjut pada proses
promosi tanpa melalui proses reproduksi.
C. PELAKU DALAM PROSES DISTRIBUSI
Proses distribusi terbagi menjadi dua bagian, yaitu distribusi untuk produk fisik dan produk digital.
Saat ini, pelaku utama dalam proses distribusi produk fisik yang paling berkembang dan dikenal
justru merupakan distributor musik nonkonvensional. Penjualan produk fisik musik seperti CD
di restoran KFC menjadi hal yang lumrah dan terbukti memiliki angka penjualan yang memang
signifikan, meski distributornya sendiri tidak dikenal. Beberapa nama distributor produk fisik
yang bisa dikatakan sebagai pelaku utama di proses distribusi itu sendiri adalah nama-nama
yang sudah disebutkan sebelumnya di bagian penjelasan ekosistem industri musik, yaitu Swara
Sangkar Emas dan Music Factory, yang pada kenyataannya masih bertahan.
Proses distribusi musik tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan promosi atau pemasaran. Sebab,
setelah mendistribusikan produk musiknya, dan sebelum bisa dikonsumsi khalayak, perusahaan atau
pelaku musik perlu melakukan promosi atau pemasaran. Lewat promosi, produk musik biasanya
juga akan mendapatkan permintaan dari industri lainnya, seperti industri TV dan radio, industri
fashion, FMCG, performing art, dan industri pariwisata. Industri-industri tersebut membutuhkan
produk musik demi menunjang proses atau kegiatan yang dilakukan oleh industri-industri itu
sendiri. Misalnya, industri TV dan radio membutuhkannya untuk program musik yang mereka
miliki, fashion dan FMCG untuk promosi produk mereka sendiri, performance art untuk proses
produksi, dan industri pariwisata yang juga membutuhkan hasil reproduksi di industri musik
untuk kepentingan-kepentingan promosinya.
Dalam berpromosi, industri musik memerlukan dukungan dari industri sektor lainnya seperti media
massa, baik cetak, elektronik, digital, maupun media sosial. Pun venue yang berkaitan dengan
tempat pertunjukan yang di dalamnya terdapat event organizer atau booking agent yang dapat
melakukan promosi dalam bentuk tur. Industri-industri tersebut menyediakan infrastruktur yang
berguna untuk menopang industri musik melalui perangkat atau fasilitas untuk mempromosikan
produk musik.
D. Pelaku dalam Proses Konsumsi
Dalam proses selanjutnya, produk musik, baik digital ataupun fisik, akan berlanjut ke saluran
penjualan yang bisa berbentuk toko konvensional dan nonkonvensional untuk produk fisik, atau
toko online dan penyedia jasa telekomunikasi selular untuk produk digital. Sebelum berlanjut
ke pertunjukan, produk musik pun dibutuhkan oleh OEM (Original Equipment Manufacturer)
yang biasanya menyertakan produk musik dalam produk mereka. Setelah itu, proses selanjutnya
adalah pertunjukan musik itu sendiri. Ini merupakan proses yang memberikan pengalaman
langsung bagi para konsumen di mana produk musik ditampilkan oleh musisi secara langsung.
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
45
Selain dibutuhkan oleh konsumen, proses ini juga terkait erat dengan industri video, baik itu
video pertunjukan ataupun dokumenter.
2.2.2 Ruang Lingkup Industri Musik
Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009, sudah ada beberapa
kategori lapangan usaha yang ditujukan khusus untuk kode usaha industri kreatif subsektor
musik. Namun, kategori-kategori tersebut belum cukup mengakomodir industri musik secara
keseluruhan, terlebih yang berdasarkan fragmen artistik dan fragmen industrial.
Sesuai KBLI 2009, ruang lingkup subsektor musik adalah:
18201 REPRODUKSI MEDIA REKAMAN DAN PIRANTI LUNAK
59201 PEREKAMAN SUARA
59202 PENERBITAN MUSIK DAN BUKU MUSIK
79990 JASA RESERVASI LAINNYA YBDI YTDL
90001 KEGIATAN SENI PERTUNJUKAN
90002 KEGIATAN PEKERJA SENI
90003 JASA PENUNJANG HIBURAN
Di bawah ini merupakan penjelasan untuk masing-masing ruang lingkup sesuai KBLI Ekonomi
Kreatif.
Keadaan Sekarang: KBLI 2009
18201 REPRODUKSI MEDIA REKAMAN SUARA DAN PIRANTI LUNAK
Kelompok ini mencakup usaha reproduksi dari kopi master pelat atau piringan gramofon, compact disk
atau CD dan pita yang berisikan musik atau rekaman suara (audio), reproduksi dari kopi master perangkat
lunak atau software, data pada disk dan pita magnetik, pembuatan piringan hitam kosong, pita kaset
kosong, pita komputer dan disket kosong untuk merekam data xdimasukkan dalam kelompok 26800.
Industri rekaman suara di piringan hitam, pita kaset, dan sejenisnya dimasukkan dalam kelompok 59201.
592 PEREKAMAN SUARA DAN PENERBITAN MUSIK
Golongan ini mencakup produksi, merilis, mempromosikan, dan mendistribusikan rekaman
suara, termasuk kegiatan jasa perekaman suara dan penerbitan musik. Penerbitan buku musik
dan lembaran musik dicakup di sini.
5920 PEREKAMAN SUARA DAN PENERBITAN MUSIK
Subgolongan ini mencakup:
46
•
Pembuatan master rekaman suara asli, seperti tape, dan CD.
•
Kegiatan jasa perekaman suara di studio atau tempat lain, termasuk hasil pemrograman
radio yang direkam (tidak langsung), audio untuk film, televisi, dan lain-lain
•
Penerbitan musik, meliputi kegiatan perolehan dan pencatatan hak cipta untuk gubahan
musik; promosi, pengesahan, dan penggunaan gubahan dalam perekaman, radio, televisi,
film, pertunjukan langsung, media cetak, dan lainnya; pendistribusian rekaman suara ke
pedagang besar, eceran, atau langsung ke masyarakat Penerbitan buku musik dan buku
lembaran musik. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh pemilik hak cipta atau pihak lain
yang bertindak sebagai administrator dari hak cipta musik atas nama pemilik hak cipta
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
INDUSTRI PENDUKUNG
(FORWARD LINKAGE)
Gambar 2 - 2 Peta Industri Musik
Industri Pariwisata
Performing Art
Industri Periklanan
Industri Fashion
OEM (original equipment
manufacturer)
Industri Perfilman
Industri FMCG
Industri Video
AKTOR INDUSTRI
MUSIK
Compact Disc
Cassette
INDUSTRI UTAMA
Musisi
Produk Fisik
Vinyl
Produk Digital
DVD
Penulis Lagu
Produser
Conventional Store:
Record Store/CD/Vinyl
store
Distributor Produk Fisik
Unconventional Store:
Distro, toko buku,
restoran cepat saji
PROMOSI /
MARKETING
Komposer
Label Rekaman
PERTUNJUKAN
KONSUMEN
MP 3
Lembaga Manajemen
Kolektif (Collecting
Society Performing
Rights)
INDUSTRI PENDUKUNG
(BACKWARD LINKAGE)
Industri TV dan Radio
Industri Permainan / Permainan Interaktif
Penyedia studio rekaman
Produsen dan
Penyedia alat-alat musik
Industri Computer dan Software
RBT/FDT/Trutone/
Ringtone/Polyphonic
tone
Online and Mobile
Music store
Distributor Musik Digital
Cellular provider
Media Cetak
Penyedia jasa fotografi
Media Elektronik
Penyedia jasa desain
Website & Socmed
Produsen CD/DVD/piringan hitam
Venue (Tour
booking agent / EO)
Penyedia jasa percetakan
Platform dan Payment Service
Provider
Internet Service Provider
Penyedia Jasa Penghantaran
Penyedia jasa produksi
merchandise
KREASI
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
REPRODUKSI
DISTRIBUSI
KONSUMSI
47
59201 PEREKAMAN SUARA
Kelompok ini mencakup usaha pembuatan master rekaman suara asli di piringan hitam, pita
kaset, compact disc (CD), dan sejenisnya, dan kegiatan jasa perekaman suara di studio atau
tempat lain, termasuk hasil pemrograman radio yang direkam (tidak langsung), audio untuk
film, televisi, dan lain-lain.
Penerbitan rekaman film dan video termasuk kelompok 59131 dan 59132.
Penerbitan peranti lunak komputer termasuk kelompok 58200.
59202 PENERBITAN MUSIK DAN BUKU MUSIK
Kelompok ini mencakup usaha penerbitan musik, seperti perolehan dan pencatatan hak cipta
untuk gubahan musik, promosi, pengesahan, dan penggunaan gubahan dalam perekaman, radio,
televisi, film, pertunjukan langsung, media cetak, dan lainnya, dan pendistribusian rekaman
suara ke pedagang besar, eceran, atau langsung ke masyarakat, termasuk penerbitan buku musik
dan buku lembaran musik.
79990 JASA RESERVASI LAINNYA YBDI YTDL
Kelompok ini mencakup usaha jasa perjalanan wisata lainnya yang belum termasuk pada
subgolongan 7991 s.d. 7993, seperti penyediaan jasa pemesanan lainnya yang berkaitan dengan
perjalanan, seperti transportasi, hotel, restoran, sewa mobil, kegiatan hiburan dan olahraga;
peyediaan jasa time share exchange (akomodasi); kegiatan penjualan tiket untuk event tertentu
seperti teater, olahraga, acara hiburan, dan pertunjukan seni budaya, serta kunjungan ke objek
wisata dan kesenangan lainnya dan kegiatan ybdi ytdl.
90001 KEGIATAN SENI PERTUNJUKAN
Kelompok ini mencakup kegiatan atau usaha menyelenggarakan pertunjukan kesenian dan
hiburan panggung, seperti pertunjukan drama, pagelaran musik, opera, sandiwara, perkumpulan
kesenian daerah (wayang orang, lenong), jasa hiburan band, orkestra, dan sejenisnya. Kegiatan
tersebut dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti panggung, televisi, dan radio.
90002 KEGIATAN PEKERJA SENI
Kelompok ini mencakup kegiatan pekerja seni, seperti novelis, penulis cerita dan pengarang lainnya,
aktor, penyanyi, penari sandiwara, penari, dan seniman panggung lainnya yang sejenis, termasuk
pula usaha kegiatan produser radio, televisi, dan film, pelukis, kartunis, dan pemahat patung.
90003 JASA PENUNJANG HIBURAN
Kelompok ini mencakup usaha jasa penunjang hiburan, seperti jasa juru kamera, juru lampu,
juru rias, penata musik, dan jasa peralatan lainnya sebagai penunjang seni panggung.
Usulan KBLI untuk subsektor musik
59202 PENERBITAN MUSIK DAN BUKU MUSIK
Kelompok ini mencakup usaha penerbitan musik, seperti perolehan dan pencatatan hak cipta
untuk gubahan musik, promosi, pengesahan, dan penggunaan gubahan dalam perekaman, radio,
televisi, film, pertunjukan langsung, media cetak, dan lainnya, dan pendistribusian rekaman
48
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
suara ke pedagang besar, eceran, atau langsung ke masyarakat, termasuk penerbitan buku musik
dan buku lembaran musik.
63112 KEGIATAN PENYIMPANAN DATA DI SERVER (HOSTING) DAN KEGIATAN YBDI
Kelompok ini mencakup usaha jasa pelayanan yang berkaitan dengan penyediaan infrastruktur
penyimpanan data di internet (hosting), layanan pemrosesan data dan kegiatan ybdi, dan spesialisasi
dari penyimpanan data di server, seperti web-hosting, jasa streaming, dan aplikasi hosting.
32201 INDUSTRI ALAT MUSIK TRADISIONAL
Kelompok ini mencakup usaha pembuatan alat-alat musik tradisional, baik alat musik senar,
tiup, pukul, dan lainnya, seperti kecapi, seruling bambu, angklung, calung, kulintang, gong,
gambang, gendang, terompet tradisional, rebab, dan tifa, termasuk pembuatan peluit, call horn
(semacam terompet), dan alat sinyal suara yang ditiup lainnya.
32202 INDUSTRI ALAT MUSIK BUKAN TRADISIONAL
Kelompok ini mencakup usaha pembuatan alat-alat musik nontradisional, seperti alat musik
petik (gitar, bass, dan sejenisnya), alat musik tiup (terompet, saksofon, klarinet, harmonika,
dan sejenisnya), alat musik gesek (biola, cello, dan sejenisnya), alat musik perkusi (drum set,
selofon, metalofon, dan sejenisnya), termasuk usaha pembuatan piano/organ, pianika gamitan,
akordeon, dan garpu tala. Usaha pembuatan mikrofon, loudspeaker, headphone, dan komponen
yang sejenisnya dimasukkan dalam kelompok 26420, sedangkan alat-alat musik untuk mainan
dimasukkan dalam kelompok 32402.
47597 PERDAGANGAN ECERAN ALAT MUSIK
Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus alat musik, baik alat musik tradisional
maupun alat musik modern, seperti kecapi, seruling bambu, calung, angklung, kulintang, perangkat
gamelan, rebab, rebana, tifa, sasando, flute, saksofon, harmonika, trombon, gitar, mandolin,
ukulele, harpa, bass, gambus, biola, cello, piano/organ, drum set, dan garpu tala.
18111 INDUSTRI PENCETAKAN UMUM
Kelompok ini mencakup kegiatan industri percetakan surat kabar, majalah, dan penerbitan
periodik lainnya, seperti tabloid, surat kabar, majalah, jurnal, pamflet, buku, dan brosur, juga
naskah musik, peta, atlas, poster, katalog periklanan, prospectus, dan iklan cetak lainnya, serta
prangko pos, prangko perpajakan, dokumen, cek, dan kertas rahasia lainnya, buku harian,
kalender, formulir bisnis.
Barang-barang cetakan komersial lainnya, seperti kertas surat atau alat tulis pribadi dan barangbarang cetakan lainnya yang berasal dari hasil mesin cetak, offset, klise foto, fleksografi, mesin
pengganda, printer komputer, huruf timbul, dan sebagainya, termasuk alat cetak cepat; pencetakan
langsung ke bahan tekstil, plastik, kaca, logam, kayu, dan keramik, kecuali pencetakan tabir sutera
pada kain dan pakaian jadi; dan pencetakan pada label atau tanda pengenal (litografi, pencetakan
tulisan di makam, pencetakan fleksografi, dan sebagainya); termasuk pula mencetak ulang melalui
komputer, mesin stensil, dan sejenisnya, misal kegiatan fotokopi atau thermocopy. Barang cetakan
ini biasanya memiliki hak cipta. Industri label kertas atau karton termasuk kelompok 17099.
74909 JASA PROFESIONAL, ILMIAH, DAN TEKNIS LAINNYA YTDL
Kelompok ini mencakup usaha jasa profesional, ilmiah, dan teknik lainnya yang tidak diklasifikasikan
di tempat lain, seperti jasa konsultasi ilmu pertanian (agronomist), konsultasi lingkungan, konsultasi
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
49
teknik lain, dan kegiatan konsultan selain konsultan arsitek, teknik, dan manajemen. Kelompok
ini juga mencakup kegiatan yang dilakukan oleh agen atau perwakilan atas nama perorangan
yang biasa terlibatkan dalam pembuatan gambar bergerak, produksi teater, atau hiburan lainnya
atau atraksi olahraga dan penempatan buku, permainan (sandiwara, musik dan lain-lain), hasil
seni, fotografi dan lain-lain, dengan publisher, produser dan lain-lain.
46522 PERDAGANGAN BESAR DISKET, PITA AUDIO DAN VIDEO, CD, DAN DVD
KOSONG
Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar disket, pita audio dan pita video kosong, CD,
dan DVD kosong.
90004 JASA IMPRESARIAT BIDANG SENI
Kelompok ini mencakup kegiatan pengurusan dan penyelenggaraan pertunjukan hiburan baik
yang berupa mendatangkan, mengirim maupun mengembalikan serta menentukan tempat, waktu,
dan jenis hiburan. Kegiatan usaha jasa impresariat pada kelompok ini khusus untuk bidang seni
46496 PERDAGANGAN BESAR ALAT MUSIK
Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar berbagai alat musik, baik alat musik tradisional
maupun alat musik modern, seperti kecapi, seruling bambu, calung, angklung, kulintang, perangkat
gamelan, rebab, rebana, tifa, sasando, flute, saksofon, harmonika, trombon, gitar, mandolin,
ukulele, harpa, bass, gambus, biola, cello, piano/organ, drum set, dan garpu tala.
2.2.3 Model Bisnis Industri Musik
Subsektor industri musik adalah salah satu dari ke-15 sektor di industri kreatif di Indonesia yang
memiliki model-model bisnis yang inovatif. Secara umum, ada tiga jenis produk yang dihasilkan
pada industri musik, yaitu produk digital, produk fisik, dan produk pertunjukan.
Model Bisnis di Rantai Kreasi
Agar mencapai rantai konsumsi, proses yang harus dilewati produk ini bermula dari rantai kreasi.
Pada rantai ini, pelaku kreatif membutuhkan dana untuk melakukan produksi sebuah karya
kreatif. Dana ini bisa didapat dari berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan model
bisnis crowd-sourcing. Pada model ini, pelaku kreatif mendapatkan dana sukarela dari komunitas
atau fans mereka melalui platform pengumpul dana atau melalui cara-cara lain yang lebih kreatif.
Model bisnis advertising juga biasanya menjadi salah satu pilihan untuk mendapatkan dana
rekaman atau operasi bisnis dari perusahaan atau usaha kreatif lainnya dengan cara menyediakan
karya kreatif khusus untuk mereka atau juga menyediakan tempat bagi perusahaan atau usaha
kreatif lainnya tersebut untuk membubuhi info mengenai produknya. Salah satu model lainnya
yang sedikit berbeda adalah dengan menggunakan model bisnis open. Di sini pelaku kreatif
membuka peluang bagi fans atau pelaku kreatif lainnya untuk mengunduh bahan mentah karya
mereka untuk dijadikan karya kreatif baru, yang selanjutnya akan dikembangkan lagi oleh
pelaku kreatif pertama.
Model Bisnis di Rantai Reproduksi
Setelah karya kreatif selesai diproduksi dan lisensinya didaftarkan, proses selanjutnya adalah
reproduksi. Usaha kreatif pada rantai ini biasanya dilakukan oleh label rekaman dan penerbit
musik. Label rekaman biasanya menerapkan model bisnis 360 degrees. Maksudnya, label rekaman
bisa memberikan dukungan keuangan bagi pelaku kreatif, yang di dalamnya termasuk uang muka
50
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
dan dana pemasaran, promosi, dan tur. Sebagai gantinya, pelaku kreatif setuju untuk membagikan
sebagian dari hasil pendapatan mereka yang meliputi penjualan produk digital, fisik, pertunjukan,
dan pendapatan lainnya pada label rekaman. Untuk menambah pemasukan, tidak sedikit label
rekaman yang melakukan kerja sama (model bisnis partnership) dengan usaha kreatif lainnya.
Dan jika label rekaman memiliki modal dan sumber daya yang kuat, yang biasanya dijalankan
adalah model bisnis vertical integration.
Gambar 2 - 3 Model Bisnis di Industri Musik
Beberapa label rekaman yang mengkhususkan diri pada produk digital biasanya bekerja sama
dengan pengumpul konten untuk melakukan digitalisasi produk musik. Selain itu, para pengumpul
konten juga bisa sekaligus menyebarkan produk musik kepada beberapa penyedia jasa penjualan
produk digital. Dan bagi label rekaman yang memiliki modal besar, mereka berani melakukan
integrasi vertikal dengan menyediakan servis produksi hingga pengelolaan karya kreatif dari
hulu ke hilir.
Model Bisnis di Rantai Distribusi
Pada rantai distribusi untuk produk digital, terdapat tiga tipe model bisnis yang sering ditemukan:
Super Distribution, Longtail, dan Cross Platform. Model bisnis Longtail banyak dilakukan oleh
pengumpul konten, di mana mereka mencari musisi atau label sebanyak-banyaknya untuk
disalurkan ke toko digital, sehingga ketersediaan lagu pun semakin tidak terbatas. Selain
memastikan ketersediaan lagu, konsumen juga ingin agar lagunya bisa diputar pada perangkat
apa pun, kapan pun, dan di mana pun. Maka disinilah model bisnis Cross Platform dibutuhkan.
Selain produk digital, masih ada juga produk fisik yang diproduksi dan masih digemari pasar.
Untuk mencakup pasar sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya, konsumen harus diberikan
kemudahan untuk mendapatkan produk musik tersebut. Hal ini bisa diwujudkan dengan cara
melakukan model bisnis Super Distribution, yang metodenya menggunakan channel sebanyakbanyaknya dan seluas-luasnya untuk menjual produk musik fisik dan digital. Model bisnis direct
BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia
51
distribution biasanya dilakukan pada produk fisik di mana produk fisik tersebut diantarkan
langsung dari distributor label rekaman atau bahkan manajemen artis kepada konsumen musik.
Namun direct distribution bisa dilakukan oleh musisi yang merilis karyanya sendiri atau oleh
label rekaman true independent atau DIY.
Model Bisnis di Rantai Konsumsi
Terdapat banyak tipe model bisnis di rantai konsumsi. Model bisnis free biasanya diterapkan
oleh penjual di mana mereka memberikan karya kreatif secara gratis dengan harapan konsumen
musik akan melakukan pembelian berikutnya. Model bisnis tipping biasanya merupakan lanjutan
dari model bisnis free, di mana orang kreatif atau label rekaman mendapatkan uang atas tip yang
diberikan oleh pendengar setelah mereka mendengar karya kreatifnya secara gratis.
Model bisnis pay per downloads adalah di mana penikmat lagu diwajibkan membayarkan nominal
tertentu untuk tiap lagu yang dikonsumsinya. Model bisnis berlangganan atau subscription
biasanya terdapat di toko musik digital di mana metodenya bisa beraneka ragam tergantung
kuantitas, kualitas atau periode pemakaian atau keanggotaan. Pada model bisnis ini, konsumen
bisa mengakses musik mereka secara tidak terbatas, namun lagu yang mereka unduh tidak bisa
keluar dari beberapa perangkat yang digunakan. Atau konsumen hanya bisa mengakses musik
untuk periode tertentu. Di sinilah proteksi pada karya kreatif diterapkan.
Model bisnis Ad-Funded adalah di mana biaya yang timbul dari konsumsi lagu ditanggung
oleh pemasang iklan, sehingga konsumen lagu tidak merasa terbebani mengeluarkan uang saat
menikmati lagu. Sebagai contoh di sini adalah YouTube. Model bisnis lain pengembangan dari
sini adalah bundle yang dilakukan dengan menggabungkan beberapa karya kreatif dengan produk
yang serupa atau tidak serupa dengan harga yang lebih rendah untuk menambah nilai dari sebuah
produk dengan menggunakan karya musik tersebut.
Merchandise adalah salah satu cara orang kreatif dan usaha kreatif mendapatkan uang selain
dari produk musik digital, fisik, dan pertunjukan. Terkadang ditemukan merchandise yang juga
dijadikan salah satu penambah nilai bagi produk utama musik agar menarik minat konsumen
untuk membeli produk. Untuk produk pertunjukan, sumber pendanaan biasanya didapatkan
dari sponsor. Walaupun demikian, untuk orang kreatif dan usaha kreatif dan pertunjukan
yang lebih kecil juga tidak sedikit pendanaan yang didapatkan dari kas sendiri. Dampak yang
dihasilkan dari skala yang kecil ini juga tidak sebesar yang didapatkan dari produk pertunjukan
yang dibiayai oleh sponsor.
52
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
v
v
54
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
v
BAB 3
Kondisi Umum Industri
Musik Indonesia
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
55
3.1 Kontribusi Ekonomi Industri Musik
Analisis dan perhitungan kontribusi ekonomi dari industri musik sangat penting diketahui dalam
lingkup ekonomi kreatif. Sebab, dengan mengetahui dan memahami kontribusi ekonomi, rencana
pengembangan industri musik dapat menjadi lebih terarah dan tepat guna.
Perhitungan kontribusi ekonomi ini sendiri didapatkan dari data survei milik Badan Pusat
Statistik (BPS) mengenai pendapatan negara berdasarkan komponen-komponen dengan basis
Produk Domestik Bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga
dari masing-masing subsektor ekonomi kreatif. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan
ini mengacu pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Tahun 2009 untuk
ekonomi kreatif, di mana perhitungan kontribusi ekonomi diambil berdasarkan lingkup yang
dicakup oleh masing-masing subsektor ekonomi kreatif. Bagaimanapun juga, KBLI Tahun 2009
belum mewakili kondisi riil di lapangan sehingga masih memiliki kemungkinan untuk direvisi.
Akhirnya, perbaikan KBLI mesti menjadi salah satu hal utama yang perlu dilakukan sebagai
langkah awal pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia agar perhitungan kontribusi ekonomi
dari tiap subsektor ekonomi kreatif dapat benar-benar menjadi acuannya.
Tabel 3 - 1 Kontribusi Ekonomi Industri Musik 2010-2013
INDIKATOR
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATA-RATA
1. Berbasis Produk Domestik Bruto
a
Nilai Tambah
Subsektor (ADHB)*
Miliar
Rupiah
3,972.74
4,475.44
4,798.88
5,237.08
4,621.04
b
Kontribusi Nilai
Tambah Subsektor
Terhadap Ekonomi
Kreatif (ADHB)*
Persen
0.84
0.85
0.83
0.82
0.83
c
Kontribusi Nilai
Tambah Subsektor
Terhadap Total PDB
(ADHB)*
Persen
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
d
Pertumbuhan Nilai
Tambah Subsektor
(ADHK)**
Persen
-
3.25
2.34
4.37
3.32
2. Berbasis Ketenagakerjaan
a
Jumlah Tenaga
Kerja Subsektor
Orang
50,612
53,127
55,030
55,958
53,681
b
Tingkat Partisipasi
Tenaga Kerja
terhadap
Ketenagakerjaan
Sektor Ekonomi
Kreatif
Persen
0.44
0.46
0.47
0.47
0.46
c
Tingkat Partisipasi
Tenaga Kerja
terhadap
Ketenagakerjaan
Nasional
Persen
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
d
Pertumbuhan
Jumlah Tenaga
Kerja Subsektor
Persen
-
4.97
3.58
1.69
3.41
e
Produktivitas
Tenaga Kerja
Subsektor
Ribu Rupiah/
Pekerja
Pertahun
78,495
84,240
87,205
93,590
85,882.61
56
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
3. Berbasis Aktivitas Perusahaan
a
Jumlah
Perusahaan
Subsektor
Perusahaan
14,954
15,377
15,803
16,182
15,579
b
Kontribusi Jumlah
Perusahaan
terhadap Jumlah
Perusahaan
Ekonomi Kreatif
Persen
0.28
0.29
0.29
0.30
0.29
c
Kontribusi Jumlah
Perusahaan
terhadap Total
Usaha
Persen
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
d
Pertumbuhan
Jumlah
Perusahaan
Persen
-
2.83
2.77
2.40
2.67
e
Nilai Ekspor
Subsektor
Juta Rupiah
899,558.70
909,294.48
913,802.97
934,236.67
914,223.20
f
Kontribusi
Ekspor Subsektor
Terhadap Ekspor
Sektor Ekonomi
Kreatif
Persen
0.93
0.86
0.83
0.79
0.85
g
Kontribusi
Ekspor Subsektor
Terhadap Total
Ekspor
Persen
0.06
0.05
0.05
0.05
0.05
h
Pertumbuhan
Ekspor Subsektor
Persen
-
1.08
0.50
2.24
1.27
4. Berbasis Konsumsi Rumah Tangga
a
Nilai Konsumsi
Rumah Tangga
Subsektor
b
Kontribusi
Konsumsi Rumah
Tangga Subsektor
terhadap Konsumsi
Sektor Ekonomi
Kreatif
Persen
0.44
0.45
0.48
0.50
0.47
c
Kontribusi
Konsumsi Rumah
Tangga terhadap
Total Konsumsi
Rumah Tangga
Persen
0.08
0.08
0.08
0.09
0.08
d
Pertumbuhan
Konsumsi Rumah
Tangga
Persen
-
14.04
16.17
15.63
15.28
Juta Rupiah
2,806,895.00 3,200,967.31
3,718,463.81 4,299,580.26 3,506,476.59
*ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku **ADHK = Atas Dasar Harga Konstan
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
57
3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)
Gambar 3 - 1 Nilai Tambah Bruto Subsektor Industri Musik
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
Pada 2013, industri musik berkontribusi sebesar 5,24 triliun rupiah bagi Nilai Tambah Bruto
(NTB) Indonesia. Jumlah ini terbilang relatif rendah, karena hanya bernilai 1% dari NTB
yang didapat keseluruhan sektor ekonomi kreatif. Namun, laju pertumbuhan industri musik
terhadap NTB Ekonomi Kreatif dan NTB Indonesia sebesar 4.37%, yang relatif lebih rendah
dibandingkan laju pertumbuhan NTB Ekonomi Kreatif (5,76%) dan NTB Indonesia (5,74%),
disebabkan karena masih ada bagian-bagian yang tak terhitung sebagai kontribusi NTB dari
industri musik. Perhitungan di atas kemungkinan berada di bawah nilai NTB subsektor industri
musik Indonesia yang sebenarnya.
58
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
3.1.2 Berbasis KetenagaKerjaan
Gambar 3 - 2 Kontribusi Ekonomi Industri Musik Berbasis Ketenagakerjaan
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
Dari grafik di atas dapat kita lihat jumlah tenaga kerja industri musik yang mencapai 55.968
tenaga kerja pada 2013. Ini menunjukkan penyerapan tenaga kerja di industri musik relatif
masih kecil dibandingkan dengan subsektor lainnya. Sebab, jumlah tersebut hanya memberi
kontribusi sebesar 0,47% dari total keseluruhan tenaga kerja yang ada dalam bidang ekonomi
kreatif. Dari laju pertambahan tenaga kerja industri musik yang mengalami penurunan cenderung
menunjukkan terjadinya pengurangan jumlah tenaga kerja di industri musik sebanyak -0.5%, di
mana untuk laju pertambahan tenaga kerja di ekonomi kreatif dan nasional pun menurun namun
tetap bernilai positif (masih ada pertambahan jumlah tenaga kerja). Hal ini juga menunjukkan
bahwa produktivitas dari industri musik yang meningkat melihat peningkatan laju pertambahan
NTB terhadap PDB saat jumlah tenaga kerja di subsektor industri musik menurun. Namun,
nilai ini masih dirasa under estimate jika dibandingkan kenyataan yang sebenarnya, mengingat
masih adanya jenis pekerjaan di industri musik yang tidak terdefinisikan dalam KBLI Indonesia,
terutama pada ruang lingkup fragmen artistik dan fragmen industri-servis.
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
59
3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan
Gambar 3 - 3 Aktivitas Usaha Industri Musik
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
Jumlah unit usaha industri musik pada 2013 sebanyak 16.182 unit, sehingga rasio jumlah unit
usaha dengan jumlah tenaga kerja hampir berbading 1:4. Nilai tersebut memberi kontribusi sebesar
0,3% dari total unit usaha ekonomi kreatif yang ada. Ini masih termasuk kecil jika dibandingkan
dengan subsektor lainnya. Menurut data yang tersedia, laju pertumbuhan unit usaha dalam industri
musik menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya. Tapi penurunan ini terjadi tidak hanya
pada industri musik, tapi juga keseluruhan kegiatan ekonomi kreatif secara nasional. Meski,
laju pertumbuhan unit usaha dalam industri musik (0,9%) masih lebih rendah dibandingkan
laju pertumbuhan unit usaha ekonomi nasional (2,4%), namun lebih tinggi dibandingkan laju
pertumbuhan unit usaha ekonomi kreatif (0.41%). Hal ini menunjukkan adanya potensi industri
musik yang belum digali secara optimal. Namun, angka ini masih berpotensi untuk berubah
akibat adanya unit usaha yang belum terdefinisi secara detail di dalam KBLI industri musik.
60
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga
Gambar 3 - 4 Konsumsi Rumah Tangga Industri Musik
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
Nilai konsumsi rumah tangga industri musik sebesar 4,3 triliun rupiah telah memberi kontribusi
sebesar 0,5% dari total konsumsi rumah tangga ekonomi kreatif. Grafik di atas menunjukkan
bahwa produk industri musik mengalami peningkatan konsumsi rumah tangga yang dapat
dilihat dari laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga subsektor industri musik sebesar 12,25%.
Angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi kreatif (10,83%), namun
masih lebih rendah dibanding konsumsi rumah tangga ekonomi nasional yang cenderung
menurun (15,63%). Jika melihat data ini dapat dikatakan bahwa nilai yang ditampilkan adalah
underestimated, karena ada potensi pemasukan subsektor industri musik dari performing rights
yang terhitung. Hal ini dikarenakan tidak adanya Undang-Undang Hak Cipta yang diperbaharui
dan mencakup beberapa hal yang bisa menambah nilai konsumsi rumah tangga industri musik.
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
61
3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor
Nilai ekspor industri kreatif pada 2013 sebesar 934 miliar rupiah telah memberi kontribusi
sebesar 0,79% terhadap total nilai ekspor ekonomi kreatif. Nilai ini masih kecil dibandingkan
dengan nilai subsektor lain, di mana kontribusi ekspor masih didominasi oleh subsektor kuliner.
Laju pertumbuhan ekspor subsektor industri musik (2,24%) masih lebih kecil jika dibandingkan
dengan laju pertumbuhan ekspor total ekonomi kreatif dan nasional. Namun, informasi ini
memiliki kemungkinan tidak sesuai dengan kondisi nyata di lapangan karena data-data seperti
kontribusi ekonomi industri musik lainnya masih belum secara detail terdefinisikan dalam KBLI
subsektor industri musik. Cukup sulit untuk menyebutkan apakah data angka tersebut perkiraan
yang berlebihan atau justru terlalu mengecilkan, karena ada beberapa produk industri musik yang
tergabung dengan produk subsektor lainnya atau pun sebaliknya pada sumber referensi data di
atas. Hal ini pun berlaku untuk informasi kontribusi ekonomi lainnya.
Gambar 3 - 5 Ekspor Subsektor Industri Musik
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
62
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Gambar 3 - 6 Perbandingan Ekspor dan Impor Industri Musik
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa perbandingan antara nilai ekspor dan impor tidak
berbeda jauh. Namun secara proporsional, terlihat bahwa laju pertumbuhan impor jauh di atas
laju pertumbuhan ekspor. Hal ini dapat memberikan kesimpulan bahwa daya saing industri
musik masih rendah bila dibandingkan dengan produk dari luar negeri. Meski begitu, ini
bukan berarti industri musik Indonesia tidak berdaya saing.
Meskipun secara nominal ekspor dan impor bertambah, tapi dapat dilihat bahwa distribusi ekspor
cenderung menurun sejak 2010 hingga 2013, diiringi dengan naiknya distribusi impor dari industri
musik Indonesia berkaitan dengan jauhnya perbedaan laju pertumbuhan ekspor dan impor. Tapi,
kondisi ini masih berpeluang untuk tidak sesuai dengan kondisi riilnya (nilainya terlalu kecil,
kemungkinan perkiraan yang terlalu kecil) karena masih adanya pengelompokan produk industri
musik yang tidak pada tempatnya, ataupun sebaliknya, di mana produk nonindustri musik
digolongkan dengan produk industri musik yang dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan
nilai kontribusi ekspor dan impor.
Kemampuan ekspor industri musik Indonesia terbilang cukup tinggi. Selain data-data di atas,
beberapa fakta lain menunjukkan itu, seperti banyaknya musisi Indonesia yang karya musiknya
banyak dikonsumsi di negara-negara lain, baik itu berupa produk fisik, digital, atau pun pertunjukan.
Bahkan ada musisi Indonesia yang karya musiknya digunakan juga oleh industri periklanan dan
industri perfilman negara lain. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas musik Indonesia tidak kalah
bersaing dengan negara-negara lain, bahkan mungkin lebih baik. Besarnya kemampuan dan
sumber daya untuk meningkatkan kualitas dan produksi dari industri musik Indonesia sendiri
membuat kesempatan untuk meningkatkan daya saingnya lebih besar.
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
63
3.2 Kebijakan Pengembangan Industri Musik
Regulasi Terkait Industri Musik
Jika dilihat secara keseluruhan, berikut perjalanan undang-undang dan peraturan yang mencakup
kegiatan yang ada di subsektor industri musik (Tabel 3-2).
Tabel 3 - 2 Peraturan Mengenai Industri Musik Indonesia
TAHUN
PERATURAN DI INDONESIA UNTUK INDUSTRI MUSIK
1990
Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam
1991
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam
1997
Keputusan Presiden RI No. 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention For The
Protection of Literary and Artistic Works
Keputusan Presiden RI No. 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty
2002
Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
2004
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang sarana produksi
berteknologi tinggi untuk cakram optik (optical disc)
2008
Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas
Penyerahan Produk Rekaman Suara
2013
Peraturan Menteri Kominfo No. 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Jasa
Penyediaan Konten Pada Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa
Kabel Dengan Mobilitas Terbatas
2014
Peraturan Menkominfo No. 19 Tahun 2014 tentang Penanganan Situs Internet
Bermuatan Negatif
1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya
Rekam dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Np. 70 Tahun 1991 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 Serah Simpan Karya Cetak dan
Karya Rekam
Analisis:
Karya musik di Indonesia sangat beragam. Maka, karya-karya ini perlu dikelola dengan
baik agar rekam jejak karya anak bangsa tersebut dapat terus ditemukan oleh generasi
selanjutnya. Pengarsipan yang buruk akan menghilangkan informasi penting yang
bisa mendidik anak bangsa. Kalau tidak, dikhawatirkan rekaman peristiwa yang telah
dihasilkan oleh berbagai lembaga tersebut akan sulit ditemukan kembali. Oleh karena itu
pemerintah membuat Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah-Simpan Karya
Cetak dan Karya Rekam dan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1990 dan Peraturan
Pelaksana Undang-undang No. 4 Tahun 1990.
64
Undang-Undang ini menjelaskan bahwa bahwa setiap penerbit yang ada di wilayah Indonesia
wajib menyerahkan 2 (dua) buah cetakan dari setiap judul karya cetak yang dihasilkan
kepada Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dan sebuah lagi kepada kepala Perpustakaan
Daerah (Perpusda) di ibukota provinsi yang bersangkutan, selambat-lambatnya setelah 3
(tiga) bulan diterbitkan. Atas dasar itu, setiap penerbit ”diwajibkan” menyerahkan karyakaryanya ke lembaga yang telah ditunjuk. Undang-Undang ini juga mengatur tentang
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
sanksi yang dikenakan kepada setiap penerbit yang tidak menyerahkan karyanya.33
Namum pada pelaksanaannya, Undang-Undang ini kurang optimal. Sebabnya, para wajib
serah simpan karya rekam suara masih kurang memiliki kesadaran untuk mengantarkan
langsung atau mengirimkan hasil karya rekam suaranya pada Badan Perpustakaan dan
Arsip Daerah. Sehingga terkadang penyerahan karya rekam suara perlu dijemput langsung
oleh Tim Hunting Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah.
Kesimpulan:
Mengingat pentingnya pengarsipan untuk karya musik, maka perlu dilakukan sosialisasi
kepada para wajib serah simpan karya rekam suara mengenai pentingnya pengarsipan,
juga mengenai tata cara pengarsipan. Selain itu, setiap wilayah perlu melakukan
identifikasi dan penyusunan basis data para sasaran wajib serah simpan karya cetak
dan karya rekam. Untuk mengantisipasi ketidaktaatan para penerbit, keberadaan
sebuah tim hunting atau pelacak karya cetak dan karya rekam juga dirasa penting.
2. Hak Cipta: Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Analisis:
Lisensi musik, sebagai salah satu produk hak cipta, merupakan suatu bentuk perjanjian yang
konteksnya tunduk pada kebebasan berkontrak Pasal 1338 KUHPerdata, namun isinya juga
dibatasi pada UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Lisensi musik merupakan suatu
media pengalihan karya cipta, yang biasanya dilakukan oleh pemilik karya cipta kepada
industri musik untuk dapat dialihwujudkan agar dapat didistribusikan kepada konsumen
sasarannya. Pemberian lisensi ini seringkali direpresentasikan dengan perjanjian baku,
dengan form yang dibuat oleh industri rekaman lalu diberikan kepada si pencipta untuk diisi.
Kesimpulan:
Beberapa penamba han yang perlu ada sebagai pemba haruan dari UndangUndang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah:
•
Pembaharuan peraturan mengenai copyright protection, yang mencakup:
Mechanical Rights, Performance Rights, Synchronization Rights, Printed Rights,
dan hak-hak lain yang akan muncul
Dengan adanya peraturan ini, iklim bisnis di industri musik Indonesia akan meningkat.
Pemasukan musisi akan membaik karena setiap penggunaan karyanya di ruang publik
atau untuk keperluan lainnya akan terhitung dengan jelas, sebab ada pembagian
keuntungan serta royalti yang jelas. Selain itu, pelaku usaha juga akan merasakan
adanya transparansi dan dampak jangka panjang yang disebabkan banyaknya generasi
(33) Arwendria, “Efektivitas Pelaksanaan Undang-undang No. 4 Tahun 1990 Tentang Serah Simpan Karya Cetak dan
Karya Rekam pada Badan Perpustakaan dan Arsip Sumatera Barat,” dalam situs web Pusat Kajian Budaya Islam,
1 Desember 2010. Tautan: http://lppbi-fiba.blogspot.com/2010/12/efektifitas-pelaksanaan-undang-undang.html.
Terakhir diakses pada 29 September 2014.
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
65
muda yang mau menentukan jalur karier di industri musik karena industrinya sudah
mapan.
•
•
Peraturan pendukung untuk pelaksanaan teknis copyright protection dan piracy
law enforcement
Dengan adanya peraturan ini, para musisi dan pelaku bisnis di industri musik akan
merasa terlindungi hak-haknya dari aksi-aksi yang tidak bertanggung jawab, seperti
pembajakan dan penggunaan karya yang semena-mena. Selain itu, petugas pelaksana
lapangan yang bertugas untuk menertibkan penggunaan karya musik akan lebih leluasa
bekerja karena memiliki standar prosedur operasional yang jelas dan berkekuatan
hukum.
Peraturan pemerintah yang mewajibkan setiap usaha kreatif di bidang musik harus
transparan mengenai data penjualan dan hal-hal yang menyangkut hal tersebut.
Dengan adanya peraturan ini, akan mudah didapatkan transparansi mengenai data
penjualan untuk setiap produk musik fisik dan digital, sehingga para pelaku bisnisnya bisa
mengetahui secara nyata respons pasar atas produk yang dikeluarkan. Selain itu, dengan
adanya data ini akan mudah dilakukan pengarsipan, termasuk kemudahan membuat
chart musik nasional yang bisa dijadikan basis data bagi suatu ajang penghargaan musik.
Namun demikian, UU No. 19 Tahun 2002 ini sudah mengalami perubahan pada
2014. Dan ketika buku ini sedang ditulis, perubahan UU Hak Cipta ini telah disahkan
oleh DPR namun masih menunggu pengesahan presiden. Adapun sekilas mengenai
UU Hak Cipta yang telah diperbaharui ini adalah:
• Tidak diperbolehkannya sistem jual atau beli putus karya musik;
• Hak pencipta yang akan kembali lagi setelah 25 tahun bagi kasus jual atau beli
putus yang sudah terjadi;
• Penegasan hukuman untuk pelanggaran hak cipta, terutama pembajakan di
internet dan shopping mall;
• Penciptaan dua jenis Lembaga Manajemen Kolektif, yaitu untuk hak cipta dan
hak terkait;
• Penegasan pemilik master rekaman mempunyai hak atas performing rights;
• Pembentukan sistem database musik nasional berbasis IT yang transparan dan netral.
3. Peratura n Pemerinta h Republik Indonesia No. 29 Ta hun 2004 tenta ng
Sarana Produksi Berteknologi Tinggi untuk Cakram Optik (optical disc)
Analisis:
PP No. 29 Tahun 2004 merupakan regulasi yang dibuat sebagai pelaksanaan ketentuan
Pasal 28 Undang-Undang No, 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta serta untuk mencegah
beredarnya cakram optik illegal yang merugikan pemegang hak cipta. Selain itu peraturan
ini dibuat untuk menghindari persaingan yg tidak sehat pada kegiatan perdagangan cakram
optik di Indonesia. Peraturan ini mencakup jenis dan sarana produksi, kode produksi,
66
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
pengadaan sarana produksi, pelaporan dan pengawasan, dan sanksi administrasi untuk
pelangaran dari kegiatan produksi berteknologi tinggi untuk cakram optik.
Kesimpulan:
Pelaksanaan peraturan ini mencakup pengawasan kegiatan industri cakram atas
kelengkapan dokumen laporan berkala dan ketentuan penggunaan kode produksi.
Namun bagaimanapun pembajakan terhadap produk fisik musik tetap terjadi.
Untuk itu perlu ditegaskan lagi aspek penegakan hukum oleh penyidik Polri dan/
atau penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku atas perusahaan yang berindikasi telah melakukan pelanggaran.
4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 tentang Pajak Pertambahan Nilai
atas Penyerahan Produk Rekaman Suara
Analisis:
Peraturan ini merupakan perubahan dari Direktur Jenderal Pajak yang telah menerbitkan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak (Kepdirjen) No. KEP-81/PJ./2004 tentang Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) atas Penyerahan Produk Rekaman Suara. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 ini mengatur mekanisme pemungutan PPN atas media
rekaman suara di Indonesia melalui penebusan dan penempelan “stiker lunas PPN” pada
produk rekaman fisik dalam bentuk kaset, CD, VCD, LD, DVD, dan media fisik lainnya.
Peraturan ini juga mengatur hal-hal teknis sebagai berikut: konten dan jenis media rekaman
suara; harga jual rata-rata berbagai produk rekaman suara; spesifikasi “stiker lunas PPN”;
tata cara penatausahaan dan penebusan “stiker lunas PPN”; dan asosiasi pengusaha rekaman
suara yang ditunjuk sebagai pemberi rekomendasi dalam penebusan “stiker lunas PPN”.
Walaupun peraturan ini telah dirancang menjadi lebih komprehensif, tapi masih ada
beberapa hambatan pada pelaksanaannya. Salah satunya adalah masih adanya perusahaan
rekaman independen dan lokal (label) yang belum terdaftar secara resmi pada asosiasi
yang ada, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam penebusan “stiker lunas PPN”.
Hal ini mengakibatkan banyak ditemuinya produk musik fisik tanpa “stiker lunas PPN”.
Kesimpulan:
Untuk membantu proses pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008
maka perlu dilakukan pertemuan khusus untuk dengar pendapat dan diskusi dengan
para pelaku industri rekaman suara, yang meliputi perusahaan rekaman, asosiasi
pengusaha rekaman, musisi, media massa, dan kolektor musik. Selain itu diperlukan juga
peningkatan pembinaan dan pengawasan untuk meminimalisir penyimpangan maupun
penyalahgunaan penggunaan “stiker lunas PPN” dengan cara memaksimalkan penyuluhan,
dan penegakan hukum. Untuk mendorong para pelaku usaha rekaman suara menebus
“stiker lunas PPN”, diperlukan juga suatu sistem dan penatausahaan yang lebih sederhana.34
(34) Didik Yandiawan, “Record Store Day dan dan Momentum Penyempurnaan Regulasi PPN atas Penyerahan Media
Rekaman Suara,” www.pajak.go.id, 19 april 2013. Tautan: http://www.pajak.go.id/content/article/record-store-daydan-momentum-penyempurnaan-regulasi-ppn-atas-penyerahan-media. Terakhir diakses pada 29 September 2014.
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
67
5. Peraturan Menteri Kominfo No. 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Jasa
Penyediaan Konten pada Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa
Kabel dengan Mobilitas Terbatas.
Analisis:
Peraturan Menteri Kominfo No. 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Jasa Penyediaan
Konten pada Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel dengan
Mobilitas Terbatas ini merupakan perubahan atau revisi terhadap Peraturan Menkominfo
No. 1/PER/M.KOMINFO/1/2009 tentang Penyelenggaraan Jasa Pesan Premium dan
Pengiriman Jasa Pesan Singkat (Short Messaging Service/SMS) ke Banyak Tujuan
(Broadcast). Perubahan ini dilakukan karena Peraturan Menteri Kominfo No. 1
Tahun 2009 tersebut dirasa sudah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi dan
kebutuhan masyarakat. Selain itu, perkembangan teknologi telekomunikasi dan
internet yang semakin terkonsentrasi telah melahirkan beragam jenis jasa layanan baru
di mana salah satunya adalah jasa penyediaan konten pada jaringan bergerak seluler
dan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas. Jasa layanan baru ini
memerlukan pengaturan tersendiri agar dapat tercipta iklim usaha yang kondusif.
Kesimpulan:
Peratuan baru ini dirasa sudah cukup dapat mewakili dan melindungi kepentingan
publik, penyelenggara telekomunikasi, dan kepentingan nasional. Selain itu juga
dapat memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan jasa penyediaan
konten pada jaringan bergerak seluler dan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan
mobilitas terbatas. Hal yang terpenting dan merupakan penambahan dari peraturan
yang sebelumnya adalah memberikan perlindungan kepada pengguna layanan jasa
penyediaan konten yang meliputi hak privasi, akurasi dan transparansi pembebanan
biaya (charging), dan hak lain yang diatur dalam undang-undang perlindungan.35
6. Peraturan Menkominfo No. 19 Tahun 2014 tentang Penanganan Situs Internet
Bermuatan Negatif
Analisis:
Peraturan ini disahkan oleh Menkominfo pada 7 juli 2014 dan diundangkan oleh
menteri hukum dan HAM pada 17 juli 2014. Dengan adanya peraturan ini, pemerintah
sudah mempunyai dasar hukum atas kewenangan memblokir situs-situs yang dianggap
bermuatan negatif. Seperti tercantum pada bab III pasal 4 dari peraturan menteri
tersebut, sebuah situs yang termasuk bermuatan negatif adalah situs yang mengandung
pornografi dan kegiatan ilegal lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Kesimpulan:
Kegiata n pembaja k a n terma su k penyedia a n konten lag u gratis ta npa izin
dari pemilik ha k atas lagu merupa kan suatu kegiatan yang ilega l. Dengan
(35) Siaran Pers No. 65/PIH/KOMINFO/8/2013 tentang Peraturan Menteri No. 21 Tahun 2013 Yang Mengatur Jasa
Penyediaan Konten Sebagai Pengganti Peraturan Menteri No. 1 Tahun 2009. Tautan http://www.postel.go.id/info_
view_c_26_p_2047.htm. Terakhir diakses pada 29 September 2014.
68
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
adanya peraturan ini harapannya kegiatan pembajakan atau penyebaran lagu
bajakan melalui situs peer-to-peer atau situs lainnya bisa ditekan atau dikurangi.
3.3 Struktur Pasar Industri Musik
KEADAAN AKTOR DI KREASI
Berdasarkan data, terdapat 1.760 musisi yang tergabung dalam PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi
Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia), dan sebanyak 1.200 di antaranya adalah musisi
aktif. Tidak ada data terkini mengenai jumlah musisi yang tergabung dalam PAMMI (Persatuan
Artis Musik Melayu-Dangdut Indonesia). Di sisi lain, jumlah musisi muda di Indonesia terus
meningkat. Hal ini dibantu oleh perkembangan teknologi, khususnya digitalisasi produksi
musik dan internet yang membuka kesempatan bagi masuknya pelaku-pelaku industri baru
pada fragmen ini. Mereka mendapat keuntungan dengan biaya produksi yang rendah dan proses
yang lebih mudah dengan adanya digitalisasi. Selain itu, adanya internet membuat para musisi
bisa memotong jalur reproduksi hingga konsumsi, di mana mereka bisa melakukan proses “Do
It Yourself ” dengan melakukan distribusi dan penjualan langsung pada konsumen. Selain itu,
dengan adanya internet, siapapun dapat mengakses informasi sebanyak-banyaknya, termasuk
untuk literasi musik secara informal.
Namun dari sisi lain, jika dilihat dari kacamata industri, hambatan untuk sukses di Industri
musik cukup tinggi. Hambatan yang ada lebih kepada belum terbukanya wawasan para calon
pelaku terhadap potensi pemasukan yang ada dari industri musik. Hal ini juga berkaitan dengan
tidak adanya undang-undang yang detail mengenai hak cipta dan peraturan pelaksanaannya,
belum adanya sosialisasi mengenai hak-hak yang seharusnya didapatkan para pemegang hak
cipta, dan belum adanya suatu pusat informasi yang menyeluruh mengenai dinamika ekosistem
dari industri musik indonesia, termasuk perputaran uang di dalamnya. Tidak sedikit musisi yang
tidak mengetahui hak-hak mereka atas karya yang mereka ciptakan, sehingga potensi kerugian
dari sisi pencipta karya cukup tinggi.
Pada umumnya aliran musik yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
besar:
1. Musik seni
• Musik klasik, contoh musisi: Idris Sardi, Ananda Sukarlan, Jubing Krstianto,
dan lain sebagainya;
• Musik kontemporer dalam idiom tradisi barat, contoh musisi: komponis Amir
Pasaribu, Dua Srikandi Piano: Trisutji Kamal dan Marusya Nainggolan;
• Musik kontemporer yang bersumber dari unsur etnik, contoh musisi: A.W. Sutrisna,
Rahayu Supanggah, Wayan Sadra, Dody Satya Ekagust Diman;
• Musik baru yang berlatar belakang budaya Indonesia dan budaya Barat, contoh
musisi: Slamet Abdul Sjukur, Alm. Ben Pasaribu, Tony Prabowo dan Otto Sidharta.36
(36) Michael Gunadi Widjaja, “Sekilas Musik Kontemporer Indonesia,” dalam www.imajiner07.blogsot.com, 29 Agustus
2013. Tautan: http://imajiner07.blogspot.com/2013/08/sekilas-musik-kontemporer-di-indonesia.html?m=1. Terakhir
diakses pada 29 September 2014.
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
69
2. Musik populer
• Pop, contoh musisi: Koes Plus, Alm. Chrisye, Kla Project, Noah, Agnes Monica,
Mocca, dan lain sebagainya;
• Rock, contoh musisi: The Rollies, Godbless, Gigi, PAS Band, /rif, Netral, dan
sebagainya;
• Metal/hardcore, contoh musisi: Burgerkill, Puppen, Seringai, Deadsquad, Jasad,
dan lainnya;
• Jazz, contoh musisi: Benny Likumahua, Indra Lesmana, Ermy Kulit, Bubi Chen,
Ireng Maulana, Andien, dan sebagainya;
• Dance/elektronik, contoh musisi: Andy Ayunir, Electrofux, Agrikulture, Homogenic,
Rock and Roll Mafia, Bottle Smoker, dan lain sebagainya;
• Ska/reggae/dub, contoh musisi: Shaggy Dog, Tony Q, dan sebagainya;
• Hiphop/rap, contoh musisi: Soul ID, Iwa K, Yacko, dan lain sebagainya.
3. Musik nusantara
•
Musik khas daerah, contoh: gambang kromong, goong renteng, santi swara
dan laras madya, krumpyung, gong luang, karang dodou, huda, senandung
jolo, ganghanggase, tradisi kombi, tabuh salimpat, syair telimaa, panting, dan
sasando gong;
•
Musik keagamaan, contoh: gambus, kasidah, nasyid, musik gereja;
•
Keroncong, contoh: Gesang, Sundari Soekotjo, Mus Mulyadi, Anjar Any, Ki
Manthous, dan lain sebagainya;
•
Dangdut, contoh: Rhoma Irama, Elviy Sukaesih, Mansyur S, Ikke Nurjanah,
Iis Dahlia, Inul Daratista, dan lain sebagainya
Rata-rata setiap musisi memiliki keunikan yang berbeda-beda di tiap genrenya. Keunikan itu
terkadang tertuang dalam subgenre dari satu genre yang besar. Masing-masing subgenre ini
berkembang secara berbeda-beda satu sama lain dan juga memiliki pengikut dan komunitas
penggemar tersendiri. Penerimaan pasar pun berbeda-beda terhadap hasil karya para musisi ini.
Pada umumnya beberapa aliran musik yang paling populer dan menempati tangga lagu teratas
diiringi dengan penjualan tertinggi di Indonesia adalah musik pop dan dangdut.
KEADAAN AKTOR DI REPRODUKSI
Berdasarkan data ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia), sampai saat ini terdapat 66 label
rekaman yang berada di bawah naungan ASIRI dan 15 label rekaman yang berada di bawah
naungan asosiasi GAPERINDO (Gabungan Perusahaan Rekaman Indonesia). Meski di wilayah
reproduksi terdapat beberapa pemain besar, tapi pemain kecil juga tidak kalah banyak dan dapat
mempengaruhi penjualan para pemain yang besar, sehingga jenis pasar untuk rantai ini tidak
bisa dikatakan oligopoli.
Adapun tiga jenis label rekaman yang ada di Indonesia:
1. Major Label: Warner Music Indonesia, Sony Music Entertainment Indonesia, dan
Universal Music Indonesia
70
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
2. Major-Independent Label/Local Label: Musica Studios, Nagaswara, Trinity Optima
Production, dan Aquarius
3. Independent Label:
•
Vanity Label: Pops, Independen, dan Forte.
•
DIY (Do it Yourself) atau bisa juga disebut Self Release: High Octane Records
dan Revolt Music.
•
True Independent Label: DeMajors, Organic Records, dan FFWD Records.
Jumlah pemain di ranah ini terus menurun tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan maraknya produk
bajakan yang memiliki harga jauh lebih murah dari produk yang asli. Perkembangan Internet
pun menjadi pemicu karena konsumen dapat menikmati produk musik secara gratis walaupun
kebanyakan di antaranya bersifat ilegal. Jika ancaman-ancaman pembajakan tidak juga dapat
ditanggulangi dan terus menerus membentuk budaya masyarakat yang tidak menghargai hak cipta,
maka hambatan untuk masuk ke rantai reproduksi di industri musik Indonesia menjadi tinggi.
KEADAAN AKTOR DI DISTRIBUSI
Maraknya perkembangan teknologi di Indonesia pada 2003 membuat konten industri telekomunikasi
tidak hanya berupa telepon dan layanan teks pesan singkat, melainkan juga melibatkan musik.
Selain itu, konsumsi pasar juga sudah mulai beralih dari produk fisik menuju digital. Pada
saat itu muncullah banyak penyedia konten, atau yang akrab disebut sebagai content provider
(CP), yang bertugas untuk mengumpulkan karya musik dalam berbagai format digital dan
mendistribusikannya ke sebanyak mungkin toko digital. Pada 2002 jumlah CP ada sebanyak 50
mitra. Dan data terakhir pada 2011 menunjukkan jumlah CP meningkat mencapai 400 mitra.
Untuk produk fisik, terdapat distributor konvensional dan nonkonvensional. Contoh beberapa
distributor nonkonvensional yang ada di Indonesia adalah Swara Sangkar Emas dan Music Factory.
Sedangkan beberapa distributor konvensional yang ada di Indonesia adalah DeMajors, Royal
Prima Musikindo, Lucky, Harika, Virgo Ramayana (Jakarta), Santi Jaya (Bali), IMC (Semarang),
Seni Hiburan, Welly/CreativeDisc (Surabaya), ET45 (Aceh dan Palembang), dan Nada Records
(Padang). Selain fenomena di atas, ada juga fenomena distribusi langsung yang biasa dilakukan
oleh label rekaman kecil atau musisi yang merilis sendiri karyanya. Hal ini dilakukan selain
untuk menghemat anggaran juga untuk meningkatkan hubungan antara konsumen atau fans
musik dan musisi.
KEADAAN AKTOR DI KONSUMSI
Untuk produk fisik, ratusan toko musik yang biasa digunakan untuk berjualan terus berguguran
sampai kini. Kabar baiknya adalah adanya kehadiran toko non-konvensional seperti Kentucky
Fried Chicken (dengan jumlah gerai mencapai 440 buah di seluruh Indonesia) dan Texas Fried
Chicken (93 gerai di 30 kota). Alhasil, kehadiran mereka membantu penyebaran produk fisik
musik ke berbagai pelosok Indonesia.
Pada kegiatan konsumsi, beberapa jenis produk musik: fisik, digital, dan pertunjukan musik,
bisa memiliki harga akhir yang berbeda-beda karena mereka masing-masing menawarkan produk
yang beragam jenisnya. Contoh dari produk yang terdiferensiasi di industri musik adalah musik
dengan berbagai genre, produk fisik dan digital dengan berbagai format dan nilai tambah (ada
sistem bundle dengan merchandise, kemasan yang eksklusif, dan lain sebagainya), dan kreasi
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
71
produk musik pertunjukan yang inovatif. Produk-produk tersebut memiliki ingredient atau
imaginary yang berbeda dan dikonsumsi oleh individu yang berbeda kebutuhannya. Hal ini
menyebabkan pemain-pemain pada industri musik bisa menentukan harga sendiri, walaupun
tidak akan terlalu drastis berbeda, karena mereka yakin akan positioning dan value proposition
mereka di mata konsumennya.
Namun di sisi lain, ada saatnya daya tawar konsumen terhadap produk musik menjadi rendah.
Hal ini karena adanya fenomena perputaran lagu dan musisi yang sangat cepat dan adanya tren
untuk hanya memproduksi one hit single. Menurut Andre “Opa” Sumual (Trax Magazine), pada
umumnya sebuah lagu one hit single hanya bertahan selama dua hingga empat bulan di pasaran.
Setelah itu, musisi harus bisa memproduksi lagu-lagu hits lainnya tanpa perlu memproduksi
sebuah album. Walau dirasa memberikan keuntungan yang besar pada waktu tertentu—misalnya
tingginya tawaran untuk menggelar pertunjukan—hal ini tidak akan membuat suatu karya musik
atau musisi bertahan lama di kancah perindustrian musik Indonesia. Pasar yang sudah terbiasa
dengan budaya one hit single akan dengan mudah beralih ke karya musik atau musisi yang lain
dan segera melupakan musisi dan karya musik yang sebelumnya. Konsumen juga tidak akan rela
untuk membayar mahal atas produk yang seperti ini. Maka, untuk meningkatkan daya tawar
konsumen perlu ditingkatkan kualitas karya musik dan juga nilai tambah dari setiap produk
musik yang ditawarkan.
KEADAAN ASOSIASI
Beberapa asosiasi yang menaungi orang dan usaha kreatif pada rantai kreasi ini adalah PAMMI
(Persatuan Artis Musik Melayu/Dangdut Indonesia) dan PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi,
Pencipta Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia). Pada ruang lingkup fragmen industri,
khususnya servis, terdapat beberapa organisasi nonpemerintah yang biasa menerima pendaftaran
lisensi musik di mana kemudian membantu manajemen lisensi suatu karya musik di Indonesia.
Organisasi tersebut adalah KCI (Karya Cipta Indonesia) dan WAMI (Wahana Musik Indonesia).
Adapun asosiasi lain yang merupakan perkumpulan dari para LMK adalah ASIRINDO (Asosiasi
Industri Rekaman Indonesia), APMINDO (Asosiasi Penerbit Musik Indonesia), dan PRISINDO
(Performer’s Right Society of Indonesia). Terdapat dua asosiasi yang menaungi usaha kreatif
di rantai reproduksi yaitu ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) dan GAPERINDO
(Gabungan Perusahaan Rekaman Indonesia). Di rantai distribusi, hingga kini tercatat ada tiga
buah asosiasi Content Provider yaitu: IMOCA (Indonesian Mobile & Online Content Provider
Association), IMMA (Indonesian Mobile Multimedia Association), dan AKDI (Asosiasi Konten
Digital Indonesia).
3.4 Daya Saing Industri Musik
Dari pendapat dan penilaian narasumber yang terlibat dalam focus group discussion yang diadakan
oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, didapatkan informasi mengenai kekuatan
atau potensi yang dimiliki industri musik Indonesia, yang mengacu pada tujuh isu strategis, yaitu
Sumber Daya Kreatif, Sumber Daya Pendukung, Kelembagaan, Infrastruktur dan Teknologi,
Industri, Pemasaran, serta Pembiayaan. Informasi-informasi tersebut dirangkum dalam gambar
3-7 di bawah.
72
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Gambar 3 - 7 Daya Saing Industri Musik
Sumber Daya Kreatif
Dengan nilai 4,5, sumber daya kreatif industri musik Indonesia masih terbilang rendah. Padahal
Indonesia kaya akan talenta musik. Cukup banyak musisi yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga
pendidikan musik yang berkemampuan tinggi dalam bidang artistik, yaitu keahlian memainkan
alat musik dalam cakupan genre musik yang luas. Musisi-musisi tersebut tidak jarang mendapatkan
pengakuan ataupun penghargaan dari industri musik dunia.
Terlepas dari banyaknya musisi atau penyanyi yang berprestasi, baik di dalam maupun luar negeri,
namun masih terdapat beberapa hambatan atau kekurangan yang membuat nilai sumber daya
kreatif industri musik Indonesia menjadi rendah. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya perhatian
dari lembaga pendidikan musik, baik dari segi kurikulum maupun pengajar, terhadap fragmen
industri dari industri musik. Lembaga-lembaga pendidikan musik yang ada di Indonesia pada
umumnya masih memusatkan perhatiannya pada fragmen artistik atau keahlian dalam bermusik
(skill) semata, sedangkan di sisi lain tidak. Padahal kebutuhan untuk itu juga banyak dibutuhkan.
Selain itu, kurangnya link and match dengan dunia industri musik juga turut membuat nilai
sumber daya kreatif industri musik menjadi rendah.
Sumber Daya Pendukung
Dalam hal pengembangan karya musisi, budaya nasional atau daerah juga menjadi sebuah
sumberdaya pendukung untuk industri musik Indonesia. Musisi-musisi seperti Vicky Sianipar,
Gus Teja,dan lainnya sering melakukan pengembangan karyanya atas dasar budaya Indonesia.
Selain itu, bahan baku pembuatan alat-alat musik terbilang sangat mudah didapatkan di Indonesia.
Namun, di sisi lain, Indonesia tidak memiliki lembaga yang khusus menangani proses-proses
seperti identifikasi, dokumentasi, rehabilitasi, revitalisasi, dan pengarsipan atas pelaku dan karya
musik. Hal inilah yang membuat nilai sumber daya pendukung industri musik Indonesia cukup
kecil, yaitu 4,3.
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
73
Industri
Dapat dilihat pada gambar 3-1 bahwa komponen industri dengan nilai 7,3 memiliki nilai yang
paling baik dibandingkan dengan komponen lainnya. Hal ini diakibatkan oleh komponenkomponen industri yang selayaknya ada pada industri musik sudah dimiliki oleh industri musik
Indonesia, meskipun masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya.
Jumlah unit usaha di bidang reproduksi musik terbilang cukup banyak. Ada 66 label rekaman
yang bernaung di bawah ASIRI dan 15 label rekaman yang berada di bawah naungan asosiasi
GASPERINDO. Untuk bidang distribusi, terdapat kurang lebih 400 penyedia konten (content
provider), 11 distributor konvensional, dan 4 distributor nonkonvensional yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Dari sisi profesionalisme, kemampuan atau keterampilan, dan pengetahuan, para pelaku kreatif
di industri musik sudah sangat kompeten akibat inisiatif mereka dalam pemutakhiran ilmu
pengetahuannya, khususnya di bidang industri musik, melalui berbagai sumber. Jumlah wirausaha
kreatif di fragmen artistik industri musik sangat banyak dan mereka sudah sering menghadiri
atau terlibat dalam konferensi dan ajang pertemuan industri musik internasional sehingga mampu
memiliki jejaring berskala internasional. Contoh hasil jejaring berskala internasional tersebut adalah
adanya kerjasama antara content aggregator di Indonesia dengan portal musik digital di luar negeri.
Musik Indonesia masih menjadi tuan rumah di negerinya sendiri di mana 70% musik yang
dikonsumsi di Indonesia merupakan karya yang dibawakan dan atau diciptakan oleh musisi
Indonesia. Di Indonesia juga ditemukan berbagai genre musik yang berkembang secara nasional,
yaitu genre yang berbasiskan budaya populer, kontemporer, budaya daerah, dan keagamaan.
Kualitas karya-karya musiknya pun sudah mampu bersaing dan mendapat apresiasi dari dunia
internasional yang ditandai dengan adanya musisi Indonesia yang go international. Selain itu
banyak juga kolaborasi yang dilakukan antar para pelaku industri musik dan juga lintas sektor,
seperti kolaborasi dengan industri fashion, perfilman, dan permainan (permainan interaktif).
Pembiayaan
Memperoleh skor 2,7, “pembiayaan” memiliki nilai yang paling rendah untuk industri musik.
Hal ini diakibatkan oleh belum adanya alternatif pembiayaan yang ideal untuk digunakan dalam
kegiatan industri musik. Selama ini para pelaku industri musik bertahan dengan menggunakan
bantuan investor, sponsor, atau juga dengan sistem crowd-funding yang relatif banyak bergantung
pada keuletan dan usaha dari pelakunya sendiri. Indonesia saat ini belum memiliki lembaga
penyedia pembiayaan yang khusus untuk pelaku industri kreatif. Selain itu, Indonesia juga tidak
memiliki fasilitas atau fasilitator yang dapat merealisasikan proses matchmaking antara pemilik
modal dengan pelaku industri musik.
Pemasaran
Secara umum, keberadaan internet membantu pelaku industri musik Indonesia untuk mendapatkan
dan memanfaatkan informasi mengenai pasar luar negeri. Banyak juga pelaku industri musik yang
melakukan promosi secara mandiri dengan menggunakan berbagai media dan ajang networking
internasional. Keberadaan situs-situs dan platform penyedia musik digital menjadi peluang bagi
para pelaku industri musik untuk memasarkan karya-karyanya.
74
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Terlepas dari segala kondisi positif tersebut, nilai pemasaran industri musik Indonesia masih
rendah di mana hanya mencapai angka 4,3. Hal ini diakibatkan oleh tidak adanya lembaga atau
platform terintegrasi yang menjadi penghubung antara industri musik Indonesia dengan dunia
musik internasional. Begitu juga dengan ketiadaan lembaga yang khusus menangani advokasi
musik Indonesia di dalam dan luar negeri. Padahal, lembaga advokasi tersebut juga bisa berperan
menjadi pihak yang mampu memperluas jejaring promosi dan distribusi di luar negeri, termasuk
juga meningkatkan kualitas branding, promosi, misi dagang, networking B to B karya kreatif di
dalam dan di luar negeri.
Infrastruktur dan Teknologi
Infrastruktur dan teknologi untuk industri musik Indonesia memiliki nilai yang cukup baik, tidak
di bawah rata-rata, yaitu 5,0. Kemudahan akses melalui internet dalam mendapatkan peranti lunak
untuk kegiatan produksi musik menjadi faktor utama yang membantu industri musik Indonesia.
Selain itu, sudah ada juga produsen atau pembuat peranti lunak khusus musik dari dalam negeri
yang sudah lebih dulu mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Akan tetapi, masih
terdapat kendala yang cukup signifikan bagi industri musik Indonesia dalam hal infrastruktur
dan teknologi. Infrastruktur internet Indonesia yang belum memenuhi kebutuhan dalam hal
kecepatan, harga, dan persebaran menjadi batu sandungan tersendiri. Teknologi perangkat keras
untuk reproduksi musik dan penerapan lisensi musik merupakan hal yang penting bagi industri
musik, namun saat ini hanya pemodal besar yang bisa mendapatkan akses kepada teknologi
tersebut. Teknologi berupa sistem IT untuk pengawasan penggunaan lagu terkait berbagai
lisensi juga belum dimiliki oleh Indonesia. Hal ini merupakan hambatan yang cukup besar bagi
keberlangsungan industri musik Indonesia.
Kelembagaan
Kelembagaan merupakan isu yang cukup menentukan dalam pengembangan industri musik
Indonesia. Perolehan nilai 4,6 menunjukkan bahwa isu kelembagaan masih belum cukup baik
di industri musik Indonesia. Meskipun peraturan atau regulasi dalam hal kegiatan pendukung
industri musik sudah ada, masih terdapat kekurangan dalam hal regulasi yang bersifat khusus
bagi industri kreatif khususnya industri musik, terutama dalam hal pembiayaan, perluasan pasar,
dan pengembangan atau penyediaan teknologi serta infrastruktur pendukung. Undang-Undang
Hak Cipta Tahun 2002 yang menjadi acuan bagi industri ini pun kini dirasa sudah tidak sesuai
dengan perkembangan industri musik terkini. Kurangnya penegakan hukum untuk pembajakan
musik dan penggunaan lisensi musik di Indonesia masih terlihat belum tepat sasaran akibat tidak
adanya koordinasi antara pihak-pihak terkait. Kurangnya ketersediaan dan kualitas dari gedung
pertunjukan musik (venue musik) juga menjadi hambatan yang signifikan dalam hal kelembagaan.
Masih banyak hal penting yang belum dimiliki oleh Indonesia berkaitan dengan industri musik.
Jika melihat ke luar, keberadaan wadah seperti creative hub yang bisa mengumpulkan para pelaku
industri kreatif multi sektor untuk berkolaborasi merupakan salah satu aset berharga untuk
pengembangan industri kreatif negaranya. Penghargaan karya kreatif termasuk karya musik
untuk masing-masing genre meski diperlakukan sebagai hal yang bukan sekadar formalitas.
Tangga lagu nasional pun menjadi patokan atau barometer independen industri musik di sana.
Hal-hal tersebutlah tidak dimiliki oleh Indonesia, dan itu yang menyebabkan terhambatnya
pengembangan industri musik Indonesia. Misalnya, lisensi musik dan penggunaannya termasuk
sistem pengawasannya yang merupakan nyawa dari industri musik Indonesia. Sayangnya, ini
belum disosialisasikan dengan baik kepada seluruh komponen atau stakeholder-nya.
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
75
3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Industri Musik
Dari gambaran kondisi industri musik Indonesia yang telah dipaparkan sebelumnya dapat kita
lihat kekuatan serta peluang yang merupakan potensi yang dimiliki oleh industri musik Indonesia.
Seiring hal itu, masih terdapat juga hambatan, tantangan, dan ancaman yang merupakan
permasalahan bagi industri musik Indonesia. Potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh
industri musik Indonesia terangkum dan dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini
Tabel 3 - 3 Potensi dan Permasalahan Industri Musik Indonesia
POTENSI
(Peluang dan kekuatan)
PERMASALAHAN
(tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
SUMBER DAYA KREATIF
1
Sampai saat ini terdapat +/- 13 pendidikan
formal swasta dan pemerintah, dan lebih
dari 100 sekolah musik non formal seperti
kursus musik di seluruh Indonesia.
1
Pengajaran, kurikulum dan tenaga pendidik
masih terlalu fokus kepada fragmen artistik
hingga banyak yang tidak menyentuh fragmen
industri dimana kebutuhan lulusan untuk
fragmen ini adalah tinggi.
2
Pengajaran, kurikulum, sarana prasarana
dan tenaga pendidik untuk ruang lingkup
fragmen artistik sudah sangat baik.
2
Kurang ada link and match dengan dunia
industri, jarang ditemukan program seperti
magang, kuliah tamu, dan kerjasama dengan
pelaku di fragmen industri.
3
Pendidikan yang terspesialisasi, di mana
mencakup berbagai jenis keahlian alat
musik, genre musik, dan teknik sudah
beragam sehingga bisa meningkatkan
kreatifitas penciptaan karya musik.
3
Kurang ada beasiswa yang berasal dari dalam
negeri untuk menempuh pendidikan khusus di
bidang musik.
4
Penguasaan dan akses terhadap iptek sudah
cukup pada pelaku musik generasi muda.
4
Kurangnya pengetahuan musisi dan pelaku
musik akan lisensi musik dan hak cipta.
5
Peningkatan skill-knowledge-attitude sudah
dengan mudah bisa didapatkan melalui
pendidikan nonformal maupun informal
(komunitas dan internet).
1
Tidak ada lembaga yang khusus menangani
identifikasi, dokumentasi, rehabilitasi,
revitalisasi, dan pengarsipan atas pelaku dan
karya musik.
SUMBER DAYA PENDUKUNG
1
Bahan baku untuk pembuatan beberapa
jenis alat musik seperti gitar, angklung, dan
sebagainya sangat mudah didapatkan di
Indonesia.
2
Musisi Indonesia banyak yang melakukan
pengembangan karyanya atas dasar budaya
Indonesia seperti musisi Vicky Sianipar, Gus
Teja, dan lain sebagainya.
INDUSTRI
1
Secara profesional, kemampuan dan
pengetahuan para wirausaha kreatif di
industri musik sudah sangat kompeten
karena kebanyakan dari mereka selalu
berinisiatif memperbaharui ilmunya melalui
berbagai sumber.
1
Wirausaha kreatif di bidang publishing masih
sangat sedikit.
2
Kebanyakan wirausaha di fragmen artistik
adalah self employed dan banyak secara
jumlah.
2
Kebanyakan wirausaha di fragmen artistik
tidak memiliki sertifikasi yang berstandar
internasional, seperti sound engineer, composer,
arranger, dan lain sebagainya.
76
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
POTENSI
(Peluang dan kekuatan)
PERMASALAHAN
(tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
3
Wirausaha kreatif di industri musik
Indonesia sudah sering menghadiri
konferensi dan ajang pertemuan industri
musik internasional sehingga sudah memiliki
jaringan berskala internasional.
3
Jumlah sebaran usaha untuk reproduksi dan
distribusi masih sangat sedikit dan terbatas.
Sebagian besar terfokus di kota-kota besar di
Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Denpasar,
Semarang, Banda Aceh, Palembang, dan
Padang.
4
Jejaring kerjasama di tingkat lokal, nasional,
dan global juga sudah dinilai memadai,
terutama untuk kegiatan di rantai distribusi
untuk produk musik digital, seperti adalah
content aggregator di Indonesia dengan
portal musik digital di luar negeri seperti
iTunes, Guvera, Deezer, dan lain sebagainya.
4
Jumlah kuantitas usaha publishing masih sedikit
sehingga kurang bisa menopang kebutuhan
monitoring penggunaan lisensi musik di
Indonesia.
5
Kuantitas entitas usaha di bidang reproduksi
terbilang cukup, yaitu 66 label rekaman yang
berada di bawah ASIRI dan 15 label rekaman
yang berada di bawah asosiasi GAPERINDO.
Untuk entitas usaha di bidang distribusi
kurang lebih terdiri dari 400 CP (content
provider), 4 unconventional distributor, dan
11 conventional distributor yang tersebar di
seluruh Indonesia.
5
Penciptaan model bisnis baru terutama untuk
produk musik digital tidak bisa terdukung
karena tidak adanya suatu payment gateway
yang terintegrasi, sehingga penetrasi konsumen
Indonesia terhadap produk musik digital
masih rendah karena keterbatasan alat untuk
pembayaran.
6
Kolaborasi yang dilakukan para pelaku
industri musik banyak ditemukan dengan
industri fashion (membuat merchandise),
film (soundtrack film), video (backsound),
fotografi (dokumentasi, promosi, dan
merchandise), software (endorser dan
kolaborasi ide), dan games (sountrack).
7
Industri musik adalah salah satu industri
kreatif dengan penciptaan dan penggunaan
model bisnis yang beragam di setiap rantai
kreatifnya dan untuk setiap produk akhir
yang dihasilkan seperti produk digital,
pertunjukan dan fisik. Sampai saat ini
terdapat kurang lebih 19 tipe model bisnis
berbeda yang terdeteksi ada di industri
musik. Beberapa contoh tipe model bisnis
yang ada: subscribe, ad funded, pay per
download, crowdsourcing, advertising
model, tipping model, open business model,
dan lain sebagainya.
8
Di Indonesia ditemukan berbagai tipe genre
yang berkembang secara nasional: genre
berbasiskan budaya popular, kontemporer,
budaya/daerah, dan keagamaan.
9
Kualitas karya musik Indonesia sudah
bersaing dan mendapatkan apresiasi dari
dunia Internasional. Hal ini ditandai dengan
dengan adanya artis Indonesia yang sudah
Go International seperti Anggun C Sasmi
dan Agnes Monica. Juga beberapa artis indie
label yang karyanya dirilis di luar negeri,
seperti Mocca, The Sigit, dan Gugun Blues
Shelter.
10
Musik Indonesia juga menjadi tuan rumah
di negerinya sendiri di mana 70% konsumsi
lagu adalah lagu yang dibawakan dan
diciptakan oleh musisi Indonesia
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
77
POTENSI
(Peluang dan kekuatan)
PERMASALAHAN
(tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
PEMBIAYAAN
1
Ada beberapa alternatif untuk mendapatkan
modal seperti melalui investor, sponsor, dan
sistem crowd-funding.
1
Tidak adanya lembaga yang menyediakan
pembiayaan khusus untuk pelaku di industri
kreatif
2
Tidak terdapat fasilitas atau fasilitator untuk
merealisasikan proses matchmaking antara
pemilik modal dan pelaku industri musik.
PEMASARAN
1
Secara general, informasi pasar luar negeri
bisa didapatkan dari internet dan berbagai
media cetak luar negeri.
1
Untuk pasar dalam negeri, ketersediaan
informasi pasar bisa didapatkan secara terbatas
melalui media cetak ataupun media sosial.
2
Usaha untuk melakukan branding,
promosi, dan networking B to B dilakukan
secara inisiatif mandiri dari para pelaku
industri melalui berbagai media dan ajang
networking internasional.
2
Tidak ada suatu lembaga atau hub atau platform
yang bisa menyediakan seluruh informasi terkini
secara integral mengenai pasar dalam dan luar
negeri.
3
Banyak peluang untuk membuka jalur
distribusi musik yang lebih luas lagi melalui
jalur yang unconvensional (jejaring restoran
dan minimarket).
3
Tidak ada suatu lembaga advokasi musik yang
bisa memberikan informasi mengenai peluang
pengembangan pasar di luar negeri dan juga
impor bahan baku untuk reproduksi.
4
Tersedianya situs-situs dan platform
penyedia musik digital, baik lokal dan
internasional, yang mampu membawa musik
Indonesia ke kancah internasional.
4
Tidak ada lembaga yang khusus menangani
advokasi musik Indonesia di dalam dan luar
negeri. Salah satu tugas lembaga ini adalah
untuk peningkatan kualitas branding; promosi;
misi dagang, dan B to B networking karya kreatif
di dalam dan luar negeri.
5
Tidak ada lembaga yang khusus menangani
advokasi musik Indonesia di dalam dan luar
negeri. Salah satu tugas lembaga ini adalah
memperluas jejaring distribusi di luar negeri.
INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI
1
Teknologi seperti perangkat lunak untuk
kegiatan produksi musik sangat dibutuhkan.
Akses terhadap peranti lunak tersebut
mudah untuk didapatkan, yaitu melalui
internet.
1
Infrastruktur internet yang belum memenuhi
kebutuhan Indonesia, baik dari segi kecepatan,
harga maupun persebarannya.
2
Sudah ada pembuat peranti lunak untuk
musik dalam negeri yang sudah lebih dulu
mendapatkan pengakuan di luar negeri.
2
Teknologi perangkat keras untuk kegiatan
reproduksi musik dan penerapan lisensi musik
sangat dibutuhkan namun hanya pemodal besar
yang bisa mendapatkan akses terhadap alat-alat
tersebut.
3
Teknologi yang berupa sistem IT untuk
penerapan monitoring penggunaan lagu terkait
berbagai lisensi sangat dibutuhkan namun
belum ditemukan di Indonesia.
78
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
POTENSI
(Peluang dan kekuatan)
PERMASALAHAN
(tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
KELEMBAGAAN
1
Terdapat dua peraturan mengenai
pendidikan yang mencakup apresiasi
terhadap musik:
• Peraturan Mendikbud No. 68 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah Tsanawiyah.
• Peraturan Mendikbud No. 69 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah.
1
Tidak ditemukan regulasi khusus mengenai
pembiayaan bagi industri kreatif, khususnya di
industri musik.
2
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 29 Tahun 2004 tentang Sarana Produksi
Berteknologi Tinggi untuk Cakram Optik
(optical disc).
• Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang
Serah Simpan Karya Cetak dan Karya
Rekam.
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 Serah
Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam.
• Peraturan Menteri Kominfo No. 21 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Jasa
Penyediaan Konten pada Jaringan Bergerak
Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa
Kabel dengan Mobilitas Terbatas.
2
Tidak ditemukan regulasi khusus mengenai
perluasan pasar kreatif, khususnya untuk
industri musik.
3
Banyak seminar-seminar dan forum diskusi
tentang subsektor industri musik dan
dinamikanya, baik berbentuk pertemuan
maupun melalui media sosial.
3
Tidak ditemukan regulasi khusus mengenai
pengembangan dan penyediaan teknologi dan
infrastruktur pendukung industri kreatif.
4
Terdapat penandatanganan perjanjian kerja
sama antara Indonesia dan Inggris mengenai
kerja sama di bidang industri kreatif.
4
Belum diperbaharuinya UU Hak Cipta tahun
2002, yang dirasa sudah tidak sesuai dengan
perkembangan industri musik terkini, berikut
dengan petunjuk teknis pelaksanaannya yang
jelas.
5
Pelaku industri musik dari segala rantai
sudah aktif berpartisipasi pada ajang musik
internasional dalam bentuk festival seperti
SXSW, Music Matters, atau pun konferensi
seperti The Great Escape, MIDEM, dan lain
sebagainya.
5
Kurangnya penegakan hukum untuk pembajakan
musik dan penggunaan lisensi musik yang tidak
pada tempatnya, di mana penyebabnya adalah
tidak adanya koordinasi antara pihak-pihak yang
terkait.
6
Sampai saat ini ada beberapa penghargaan
untuk karya musik antara lain: AMI
(Anugerah Musik Indonesia) yang diberikan
oleh Yayasan Anugerah Musik Indonesia
(YAMI) dan ICEMA (Indonesia Cutting Edge
Music Award). Walaupun demikian, jumlah ini
dirasa masih sangat kurang.
6
Ada beberapa collecting society dengan fungsi
yang serupa sehingga bisa membingungkan dan
menimbulkan keraguan dari pihak pengguna.
BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia
79
POTENSI
(Peluang dan kekuatan)
7
Literasi masyarakat sudah ditemukan
melalui cara-cara berikut:
• event musik yang menampilkan musisi
lokal dan internasional (contoh: Java Jazz,
Java Rockinland, dan masih banyak lagi),
• seminar atau diskusi mengenai subsektor
industri musik (contoh: Unresolved),
• media cetak seperti majalah, surat kabar
dan buku (contoh: Rolling Stone, Trax, Music
Biz)
• media elektronik seperti blog dan website
(contoh: musikologi.com, bandpedia.com,
widiasmoro.com, robinmalau.com, dan lain
sebagainya)
PERMASALAHAN
(tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
7
Tidak ada lembaga collecting society satu pintu
yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melayani
pendaftaran lisensi musik secara nasional.
8
Penyebaran kegiatan seminar dan lain
sebagainya masih sporadis dan tidak luas
secara ketersebaran.
9
Kurangnya kualitas dan ketersediaan tempat
pertunjukan musik (baik kapasitas besar
maupun kecil).
Tidak adanya suatu wadah seperti creative hub
yang bisa mengumpulkan pelaku industri kreatif
multi sektor, yang bisa menciptakan kolaborasi
yang beragam dan inovatif.
Jumlah penghargaan musik dirasa masih
kurang jika dibandingkan dengan keragaman
genre musik dan pelaku musik yang ada di
Indonesia.
Terdapat hal-hal yang penting namun belum
ditemukan di Indonesia, yaitu keberadaan
National Music Chart sebagai barometer
independen industri musik Indonesia dan
rendahnya jumlah riset-riset khusus mengenai
perkembangan industri musik di Indonesia.
Kurangnya sosialisasi lisensi musik kepada user,
sehingga banyak user yang tidak tahu mengenai
tata cara dan tata krama penggunaan lagu untuk
pertunjukan, hiburan di kafe/hotel, lagu latar,
dan sebagainya.
10
11
12
13
14
15
16
80
Tidak ada sistem pemantauan yang efektif untuk
penggunaan lagu-lagu dan lisensinya.
Akses informasi dan sosialisasi mengenai
sumber daya lokal masih minim dan tidak ada
suatu rujukan lembaga untuk mendapatkan
informasi ini secara terpusat.
Kurang ada suatu gerakan yang mendorong
penggunaan budaya lokal dalam penciptaan
karya.
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
82
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
BAB 4
Rencana Pengembangan
Industri Musik
Indonesia
BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia
83
4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015-2019
Arahan RPJPN 2005-2025, pembangunan nasional tahap ketiga (2015-2019) adalah ditujukan
untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan
pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam
dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terus meningkat.
Pembangunan periode 2015-2019 tetap perlu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi
haruslah inklusif dan berkelanjutan, yaitu meminimasi permasalahan sosial dan lingkungan.
Pembangunan inklusif dilakukan terutama untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan antar
penduduk dan ketimpangan kewilayahan antara Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan kawasan
timur, serta antara kota-kota dan kota-desa. Pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk
memberikan jaminan keberlanjutan manfaat yang bisa dirasakan generasi mendatang dengan
memperbaiki kualitas lingkungan (sustainable).
Tema pembangunan dalam RPJMN 2015- 2019 adalah pembangunan yang kuat, inklusif dan
berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam lima tahun mendatang,
maka fokus perhatian pembangunan nasional adalah:
1. Merealisasikan potensi ekonomi Indonesia yang besar menjadi pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, yang menghasilkan lapangan kerja yang layak (decent jobs) dan mengurangi
kemiskinan yang didukung oleh struktur ekonomi dan ketahanan ekonomi yang kuat.
2. Membuat pembangunan dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia di berbagai
wilayah Indonesia secara adil dan merata.
3. Menjadikan Indonesia yang bersih dari korupsi dan memiliki tata kelola pemerintah dan
perusahaan yang benar dan baik.
4. Menjadikan Indonesia indah yang lebih asri, lebih lestari.
Dalam rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 terdapat enam agenda pembangunan, yaitu: (1)
Pembangunan Ekonomi; (2) Pembangunan Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup
dan Pengelolaan Bencana (3) Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan; (4)
Pembangunan Kesejahteraan Rakyat; (5) Pembangunan Wilayah; dan (6) Pembangunan Kelautan.
Pembangunan Ekonomi Kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan
pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Memantapkan pengembangan ekonomi kreatif yang dimaksud adalah memperkuat landasan
kelembagaan untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas
dalam pembangunan dengan melibatkan seluruh pemangku kebijakan. Landasan yang kuat akan
menjadi dasar untuk mewujudkan daya saing nasional dengan memanfaatkan iptek dan kreativitas
serta kedinamisan masyarakat untuk berinovasi, dan menciptakan solusi atas permasalahan dan
tantangan yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan industri
kreatif yang berdaya saing, beragam, dan berkelanjutan.
84
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Secara strategis, pengembangan ekonomi kreatif tahun 2015-2019 bertujuan untuk menciptakan
ekonomi kreatif yang berdaya saing global. Tujuan ini akan dicapai antara lain melalui peningkatan
kuantitas dan kualitas orang kreatif lokal yang didukung oleh lembaga pendidikan yang sesuai
dan berkualitas, peningkatan kualitas pengembangan dan pemanfaatan bahan baku lokal yang
ramah lingkungan dan kompetitif, industri kreatif yang bertumbuh, akses dan skema pembiayaan
yang sesuai bagi wirausaha kreatif lokal, pasar yang makin beragam dan pangsa pasar yang makin
besar, peningkatan akses terhadap teknologi yang sesuai dan kompetitif, penciptaan iklim usaha
yang kondusif dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif lokal.
4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Industri Musik
Visi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan industri musik
pada periode 2015-2019 yang menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan
dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah
dan terukur. Secara umum, kerangka strategis pengembangan industri musik pada periode 20152019 dapat dilihat pada gambar 4-1.
MISI
VISI
Tabel 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Industri Musik 2015-2019
Terciptanya industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis sebagai landasan yang kuat untuk
pengembangan ekonomi kreatif indonesia
Mengembangkan dan
Menumbuhkembangkan usahaMengembangkan lingkungan
mengoptimalkan pemanfaatan
usaha kreatif untuk menunjang
industri musik yang berdaya
sumber daya untuk menciptakan industri musik yang berdaya
saing, kondusif dan dinamis yang
industri musik yang berdaya
saing, kondusif dan dinamis
mengarus utamakan kreativitas
saing, kondusif dan dinamis
dalam pembangunan nasional
dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan
SASARAN STRATEGIS
TUJUAN
1.Penciptaan sumber daya
3. Perwujudan industri musik
manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing, tumbuh dan
yang berdaya saing dan dinamis beragam
4. Pengembangan pembiayaan
yang sesuai, kompetitif, dan
mudah diakses
5. Perluasan pasar di dalam dan
luar negeri secara berkualitas dan
berkelanjutan
2. Pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta budaya
bagi industri musik secara
berkelanjutan
6. penyediaan dan pengembangan
infrastruktur dan teknologi yang
tepat guna dan mudah diakses
1. Meningkatnya kualitas,
4. Meningkatkan wirausaha musik
keragaman dan kualitas lembaga lokal yang berdaya saing dan
pendidikan yang mendukung
dinamis
penciptaan pelaku industri
musik secara berkelanjutan
7.Meningkatnya ketersediaan
pembiayaan bagi industri musik
lokal yang sesuai, mudah diakses,
dan kompetitif
BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia
7. Penciptaan kelembagaan dan
iklim usaha yang mendukung
pengembangan industri musik
8. Meningkatnya penetrasi dan
diversifikasi pasar karya musik di
dalam dan luar negeri
9. Meningkatnya ketersediaan
infrastruktur yang memadai dan
kompetitif
85
ASARAN STRATEGIS
2. Meningkatnya kualitas dan
kualitas tenaga kerja di industri
musik Indonesia
5. Meningkatnya usaha kreatif
lokal di bidang musik yang
berdaya saing, bertumbuh, dan
berkualitas
10. Meningkatnya ketersediaan
teknologi tepat guna, mudah
diakses, dan kompetitif
11. Terciptanya regulasi yang
mendukung penciptaan iklim yang
kondusif bagi pengembangan
industri musik
12. Terciptanya lembaga yang
mendukung penciptaan iklim yang
kondusif bagi pengembangan
industri musik
3. Tersedianya informasi sumber 6. Meningkatnya keragaman dan
daya budaya lokal yang akurat
kualitas karya musik lokal
dan terpecaya dan dapat diakses
secara mudah dan cepat
13. Meningkatnya partisipasi
aktif pemangku kepentingan
dalam pengembangan industri
musik secara berkualitas dan
berkelanjutan
14. Meningkatnya apresiasi kepada
orang/karya/wirausaha/usaha
musik lokal di dalam dan luar
negeri
4.2.1 Visi Pengembangan Industri Musik
Berdasarkan kondisi industri musik di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi,
serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis
pembangunan nasional dan juga pengembangan ekonomi kreatif periode 2015-2019, maka visi
pengembangan industri musik selama periode 2015–2019 adalah:
Terciptanya industri musik yang berdaya saing,
kondusif dan dinamis sebagai landasan yang kuat
untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia
•
•
•
Industri musik yang berdaya saing adalah industri dengan keluaran berupa pangsa pasar
yang optimal baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Industri musik yang kondusif adalah industri dengan lingkungan yang mendukung untuk
para kreator dan pelaku bisnis menjalankan kegiatannya (adanya regulasi yang tepat,
lembaga yang menaungi dan kolaborasi antar pihak yang terkait)
Industri musik yang dinamis adalah industri yang selalu bisa mengikuti perkembangan
yang ada di dunia secara global dan di indonesia secara lokal
4.2.2 Misi Pengembangan Industri Musik
Visi pengembangan industri musik akan diwujudkan melalui tiga misi utama, sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan
industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis. Misi ini memiliki konsep
dasar, meliputi:
a. Mengembangkan SDM industri musik lokal yang berdaya saing dan dinamis artinya:
(1) mengembangkan SDM industri musik secara merata di seluruh wilayah Indonesia
dan melibatkan seluruh pelaku industri musik di seluruh rantai nilai kreatif; (2)
86
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
mengembangkan SDM industri musik sehingga mampu meningkatkan kualitas
karyanya dengan semangat kekinian dan pemanfaatan teknologi juga tidak melupakan
nilai-nilai lokal sehingga dapat bersaing di pasar global.
2. Menumbuhkembangkan usaha-usaha kreatif untuk menunjang industri musik yang
berdaya saing, kondusif dan dinamis, artinya menghidupkan ekosistem industri musik
yang dapat mendorong tumbuhnya wirausaha, usaha serta meningkatnya kualitas karya
musik yang dihasilkan
3. Mengembangkan lingkungan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis
yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan nasional dengan melibatkan
seluruh pemangku kepentingan. Misi ini memiliki beberapa konsep dasar, meliputi:
a. Mengembangkan lingkungan yang kondusif, artinya mengembangkan sebuah
lingkungan yang menjamin ketersediaan akses pasar, akses pembiayaan, sarana dan
prasarana bagi kegiatan industri musik, yang didukung dengan regulasi dan lembaga
yang mampu membantu percepatan serta melindungi hak-hak pelaku industri.
b. Mengembangkan lingkungan yang dinamis, artinya mengembangkan sebuah
lingkungan yang adaptif terhadap perubahan yang ada di dalam dan luar negeri
dalam hal teknologi, regulasi dan pasar.
c. Melibatkan seluruh pemangku kepentingan, artinya adanya upaya-upaya nyata
pemerintah untuk meningkatkan partisipasi aktif para akademisi dan praktisi
dengan kapasitas yang mumpuni di bidang musik dalam rangka pengembangkan
industri musik.
4.2.3 Tujuan Pengembangan Industri Musik
Dalam pengembangan Industri Musik terdapat tujuh tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tiga
misi utama yang diemban untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing dan dinamis
2. Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya bagi
industri musik secara berkelanjutan
3. Perwujudan industri musik yang berdaya saing, tumbuh dan beragam
4. Pengembangan pembiayaan yang sesuai, kompetitif, dan mudah diakses
5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri secara berkualitas dan berkelanjutan
6. Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna dan mudah
diakses
7. Penciptaan kelembagaan dan iklim usaha yang mendukung pengembangan industri musik​
4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Industri Musik
Untuk mencapai tujuan pengembangan industri musik maka terdapat empat belas sasaran strategis
yang dapat diindikasikan oleh 19 indikasi strategis. Sasaran dan indikasi strategis pengembangan
industri musik meliputi:
1. Meningkatnya kuantitas, keragaman dan kualitas lembaga pendidikan yang mendukung
penciptaan pelaku industri musik secara berkelanjutan yang dapat diindikasikan oleh:
• Tersebarnya lembaga pendidikan khusus musik di seluruh daerah Indonesia, terutama
di daerah dengan potensi ekonomi kreatif yang besar
BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia
87
•
•
•
•
Terselenggaranya kerjasama antar lembaga pendidikan dalam negeri dengan luar
negeri dalam peningkatan kualitas dan kapasitas lembaga
Terselenggaranya program pelatihan/upgrading yang diselenggarakan bagi para tenaga
pengajar terkait bidang musik di berbagai lembaga pendidikan musik di Indonesia
Tebentuknya program studi musik yang spesifik dan beragam setiap Perguruan
Tinggi musik di Indonesia.
Terselenggaranya program seminar bersama antara wirausaha, orang kreatif, komunitas
kreatif dengan para lembaga pendidikan di bidang musik
2. Meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja di industri musik Indonesia yang dapat
diindikasikan oleh:
• Terselenggaranya program pengembangan kapasitas diri melalui program hibah
sertifikasi yang bertingkat nasional dan internasional
• Terselenggaranya program pelatihan dengan tema dan kebutuhan spesifik bagi para
pelaku industri musik Indonesia
• Meningkatnya tenaga kerja di bidang musik yang berkualitas
3. Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya dan dapat
diakses secara mudah dan cepat yang dapat diindikasikan oleh:
• Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal yang lengkap, akurat dan mudah
diakses
• Terselenggaranya program hibah penelitian pengembangan sumber budaya lokal
• Terciptanya suatu sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang akurat dan terpercaya,
dikelola secara profesional
4. Meningkatnya wirausaha musik lokal yang berdaya saing dan dinamis yang dapat
diindikasikan oleh:
• Terciptanya suatu program mentoring dengan menghadirkan mentor bisnis
berpengalaman di tingkat nasional dan global
• Terciptanya suatu inkubator bisnis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan
dan dikelola secara profesional
• Meningkatnya wirausaha musik yang berdaya saing dan dinamis
5. Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang musik yang berdaya saing, bertumbuh, dan
berkualitas yang dapat diindikasikan oleh:
• Terciptanya suatu skema fasilitasi pembiayaan untuk wirausaha musik pemula dalam
memulai usahanya
• Terciptanya suatu program meeting/seminar/konferensi reguler antara antar usaha
kreatif di tingkat lokal, nasional, dan global
• Terselenggaranya program magang (internship) tenaga kerja musik
• Terselenggaranya program percepatan pertumbuhan industri penunjang/pendukung
usaha kreatif di dalam negeri, terutama di bidang musik
• Terselenggaranya program advokasi untuk pengembangan standar usaha di bidang
musik nasional yang memenuhi standar global
• Meningkatnya jumlah usaha kreatif yang berdaya saing dan berkualitas
6. Meningkatnya keragaman dan kualitas karya musik lokal yang dapat diindikasikan oleh:
• Terselenggaranya program hibah penciptaan karya atas dasar pengembangan sumber
budaya lokal
• Meningkatnya karya musik yang berkualitas dan beragam
88
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
7. Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri musik lokal yang sesuai,mudah
diakses dan kompetitif yang dapat diindikasikan oleh:
• Terciptanya lembaga pembiayaan non konvensional (venture capital) di daerah-daerah
yang memiliki potensi pengembangan industri kreatif
• Meningkatnya jumlah pengguna fasilitas pembiayaan bagi industri kreatif, khususnya
di bidang musik
• Adanya skema pemberian insentif bagi wirausaha musik berpotensi
• Adanya sistem informasi khusus untuk pembiayaan industri kreatif
8. Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya musik di dalam dan luar negeri
yang dapat diindikasikan oleh:
• Adanya hibah untuk melakukan riset pasar yang dilakukan untuk mengetahui pasar
musik di dalam dan luar negeri
• Adanya suatu portal musik nasional yang berisi informasi pasar karya musik di dalam
dan luar negeri
• Adanya suatu kegiatan aktivasi brand kekayaan musik daerah masing-masing melalui
festival daerah dan berbagai media cetak dan elektronik
• Meningkatnya para pelaku industri musik yang mendapatkan hibah untuk mengikuti
festival, misi dagang, B to B networking orang/karya/usaha musik di dalam dan luar
negeri
• Terciptanya suatu hubungan kerjasama antar negara-negara kreatif sebagai soft power
untuk mempromosikan karya musik dalam negeri di pasar global
• Meningkatnya kemitraan dan kerjasama distribusi karya musik lokal dengan pengusaha
ritel moderen di dalam negeri
• Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar dalam dan luar negeri
9. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif yang dapat
diindikasikan oleh:
• Meningkatnya penetrasi serta performansi jaringan infrastruktur teknologi informasi
dan komunikasi ke seluruh wilayah Indonesia yang dapat diakses dengan mudah
dan kompetitif
• Meningkatnya jumlah ruang publik yang mudah diakses
10. Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses, dan kompetitif
yang dapat diindikasikan oleh:
• Tersedianya software legal dan kompetitif yang terjangkau
• Tersedianya dana hibah untuk pengembangan piranti lunak dan teknologi pendukung
industri musik lokal yang tepat guna, handal, dan kompetitif
11. Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan
industri musik yang dapat diindikasikan oleh:
• Adanya regulasi yang mengatur mengenai penggunaan Hak Cipta
• Adanya regulasi yang memudahkan proses tataniaga karya musik (barang dan jasa)
untuk dapat memperluas pasar karya kreatif di dalam maupun di luar negeri
• Adanya regulasi yang menjamin kebebasan berekpresi bagi masyarakat
• Adanya regulasi yang mengatur pendokumentasian dan archiving seni, budaya dan
karya musik untuk mengarusutamakan kreativitas di masyarakat
• Adanya regulasi yang mendorong apresiasi masyarakat terhadap karya seni musik
• Meningkatnya jumlah ruang publik yang layak digunakan untuk para pelaku seni
berekspresi
BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia
89
•
•
Meningkatnya aktifitas masyarakat dalam hal mengekspresikan seni musik
Menurunnya tingkat pembajakan karya seni musik
12. Terciptanya lembaga yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan
industri musik yang dapat diindikasikan oleh:
• Terciptanya Lembaga Manajemen Kolektif satu pintu di Indonesia
• Terciptanya Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Pengarsipan Musik Indonesia
• Terciptanya Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Advokasi Industri Musik Indonesia
• Meningkatnya jumlah pendaftar dan pengguna karya seni musik melalui LMK satu
pintu
• Lengkapnya jumlah karya musik yang diarsipkan dari tahun ke tahun
• Meningkatnya kualitas dan kuantitas karya dan pelaku industri musik Indonesia
13. Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri
musik secara berkualitas dan berkelanjutan yang dapat diindikasikan oleh:
• Terciptanya kelompok kerja pengembangan ekonomi kreatif nasional yang dapat
mensinergikan seluruh program dan kegiatan lintas sektor dan lintas regional yang
dikelola secara profesional
• Meningkatnya kegiatan forum komunikasi antar aktor (intelektual, bisnis, komunitas,
dan pemerintah) maupun antar pelaku industri musik
• Adanya organisasi non pemerintah (asosiasi usaha, asosiasi profesi) yang berkualitas
sebagai rekan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan daya saing usaha dan
musisi di tingkat nasional dan global
• Meningkatnya jumlah program dan kegiatan pengembangan industri kreatif lintas
sektor dan lintas regional yang dikelola secara profesional
14. Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/ wirausaha/usaha musik lokal di dalam dan
luar negeri yang dapat diindikasikan oleh:
•
•
•
•
•
Meningkatnya kegiatan seleksi dan pemberian penghargaan bagi orang/karya/
wirausaha/usaha di bidang musik di dalam negeri
Meningkatnya kegiatan kompetisi/festival/diskusi/ kegiatan lainnya
Adanya program sosialisasi dan kampanye mengenai penghargaan terhadap hak cipta
Meningkatnya penjualan lagu/album fisik dan digital dalam dan luar negeri
Meningkatnya penerimaan penghargaan di dalam dan luar negeri
4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Industri Musik
Arah pengembangan industri musik dijabarkan berdasarkan tujuan pengembangan industri musik,
meliputi 7 tujuan utama, yaitu: (1) Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri musik yang
berdaya saing dan dinamis, (2) Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta budaya bagi industri musik secara berkelanjutan, (3) Perwujudan industri musik yang berdaya
saing, tumbuh dan beragam, (4) Pengembangan pembiayaan yang sesuai, kompetitif, dan mudah
diakses, (5) Perluasan pasar di dalam dan luar negeri secara berkualitas dan berkelanjutan, (6)
Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna dan mudah diakses,
(7) Penciptaan kelembagaan dan iklim usaha yang mendukung pengembangan industri musik
90
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
4.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Daya Manusia Kreatif di Industri
Musik yang Berdaya Saing dan Dinamis
1. Mendorong munculnya pendidikan musik formal dan nonformal dengan spesialisasi
khusus dan kerjasama dengan berbagai institusi internasional dalam rangka peningkatan
keragaman keahlian dan dan kualitas lulusan.
2. Meningkatkan kualitas pendidikan musik dengan mengarusutamakan kreativitas yang
berbasis budaya dan kekinian dan pemahaman tentang hak cipta dan kedinamisan
industri musik.
3. Menyelaraskan sistem pembelajaran dan kurikulum antar tahapan pendidikan dengan
dunia usaha.
4. Menciptakan pelaku industri musik yang dinamis, profesional dan memahami penggunaan
undang-undang serta mampu mengembangkan dan memanfaatkan iptek.
4.4.2 Arah Kebijakan Pengembangan Dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan
Dan Tenologi Serta Budaya Bagi Industri Musik Secara Berkelanjutan
1. Mengembangkan sistem pelestarian pengetahuan budaya Indonesia yang akurat dan
terpercaya yang dapat diakses dengan mudah dan cepat serta memiliki program distribusi
pengetahuan budaya.
2. Memfasilitasi eksperimentasi dan eksplorasi budaya lokal sebagai inspirasi dalam
menciptakan karya musik.
4.4.3 Arah Kebijakan Perwujudan Industri Musik Yang Berdaya Saing,
Tumbuh Dan Beragam
1. Memfasilitasi penciptaan dan peningkatan profesionalisme (skill-knowledge-attitude)
wirausaha industri musik lokal di seluruh wilayah Indonesia.
2. Memfasilitasi kolaborasi dan penciptaan jejaring antar wirausaha di industri musik dan
industri lainnya di tingkat lokal, nasional, dan global.
3. Memfasilitasi penciptaan usaha di bidang musik yang kreatif dan solutif bagi perkembangan
industri musik di seluruh wilayah Indonesia.
4. Memfasilitasi kolaborasi dan linkage antar usaha di bidang musik dengan industri lainnya
di tingkat lokal, nasional, dan global.
5. Mengembangkan standar usaha industri musik nasional yang sesuai dengan peraturan
dan standar yang berlaku di tingkat nasional dan global.
6. Memfasilitasi pengembangan karya musik lokal dengan arusutama keragaman genre,
budaya lokal dan kekinian.
4.4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Pembiayaan Yang Sesuai, Kompetitif
Dan Mudah Diakses
1. Menciptakan dan mengembangkan lembaga pembiayaan khusus yang mempercepat
perkembangan industri musik.
2. Mengembangkan alternatif pembiayaan yang sesuai, dapat diakses dengan mudah, dan
kompetitif bagi pelaku industri musik Indonesia.
3. Memperkuat hubungan dan akses informasi antara pelaku industri musik, pemerintah
dengan lembaga keuangan.
BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia
91
4.4.5 Arah Kebijakan Perluasan Pasar Di Dalam Dan Luar Negeri Secara
Berkualitas Dan Berkelanjutan
1. Mengembangkan sistem informasi pasar karya kreatif yang dapat diakses dengan mudah
dan informasinya didistribusikan dengan baik.
2. Memperluas jangkauan distribusi karya musik di dalam dan luar negeri melalui diplomasi
budaya sebagai softpower dan kemitraan, peningkatan kualitas branding; promosi; misi
dagang, B to B networking usaha/wirausaha kreatif di dalam dan luar negeri.
4.4.6 Arah Kebijakan Penyediaan Dan Pengembangan Infrastruktur Dan
Teknologi Yang Tepat Guna Dan Mudah Diakses
1. Menjamin ketersediaan,kesesuaian,jangkauan harga/biaya, sebaran/penetrasi, dan
performansi, infrastruktur telematika-jaringan internet.
2. Memfasilitasi akses terhadap teknologi secara mudah dan kompetitif.
3. Meningkatkan pengembangan basis-basis pengembangan teknologi lokal yang bisa
mendukung pengembangan industri musik Indonesia.
4. Meningkatkan kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam melakukan pengembangan
teknologi yang bisa mendukung pengembangan industri musik Indonesia.
4.4.7 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan Dan Iklim Usaha Yang
Mendukung Pengembangan Industri Musik
1. Memastikan terlaksananya regulasi Hak Cipta dengan sebaik-baiknya.
2. Harmonisasi-regulasi (menciptakan, de-regulasi) perluasan pasar karya musik.
3. Harmonisasi-regulasi (menciptakan, de-regulasi) pendidikan dan apresiasi yang
mengarusutamakan kreatifitas dan pemahaman hak cipta.
4. Memfasilitasi diciptakannya lembaga-lembaga pemerintah atau swasta yang mendorong
terjadinya industri musik yang lebih baik.
5. Mengembangkan sistem pengelolaan yang efisien, terintegrasi dan mudah diakses untuk
setiap lembaga agar kehadirannya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para
pelaku industri musik.
6. Memfasilitasi kolaborasi antar pihak-pihak yang terkait untuk dapat berkontribusi dan
bersama-sama mengawasi kinerja di setiap lembaga.
7. Meningkatkan sinergi, koordinasi, dan kolaborasi antar aktor (intelektual, bisnis, komunitas,
dan pemerintah) dan orang kreatif dalam pengembangan industri musik Indonesia.
8. Mengembangkan, memfasilitasi pembentukan dan peningkatan kualitas organisasi atau
wadah yang dapat mempercepat pengembangan industri musik.
9. Memfasilitasi dan memberikan penghargaan bagi orang/karya/ wirausaha/usaha musik
lokal di tingkat nasional dan internasional.
10. Meningkatkan komunikasi keberadaan orang/karya/wirausaha/usaha musik lokal dan
konsumsi karya musik lokal.
11. Meningkatnya apresiasi terhadap Hak Cipta.
92
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Musik
Pada bagian ini, strategi dan rencana aksi industri musik diturunkan berdasarkan sasaran dari
rencana pengembangan. Seperti diketahui bahwa terdapat 14 sasaran pengembangan, maka
keterkaitan antara sasaran, strategi serta rencana aksi akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini:
4.5.1 Meningkatnya Kuantitas, Keragaman Dan Kualitas Lembaga
Pendidikan Yang Mendukung Penciptaan Pelaku Industri Musik Secara
Berkelanjutan
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi:
1. Mengembangkan dan memfasilitasi penguatan dan pengembangan lembaga pendidikan
(formal dan nonformal) musik yang mendukung penciptaan orang kreatif secara berkualitas
di daerah yang memiliki potensi ekonomi kreatif baik oleh pemerintah dan swasta.
2. Mengembangkan dan memfasilitasi kerjasama pendidikan dengan lembaga pendidikan
(formal dan nonformal) musik di luar negeri yang kredibel dan berkualitas.
3. Mengembangkan dan memperkuat standar mutu lembaga pendidikan (formal dan
nonformal) dan pendidik dan tenaga kependidikan dalam bidang musik.
4. Mengembangkan kurikulum, metode pengajaran, sarana dan prasarana, pendidik dan
tenaga kependidikan di bidang musik yang mendukung pengarusutamaan kreativitas
dan kewirausahaan yang beretika, melek hak cipta dan berkembang seiring kedinamisan
industri musik.
5. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas pertukaran informasi dan pengetahuan
antara dunia pendidikan dengan dunia usaha dengan melibatkan wirausaha, orang
kreatif,dan komunitas kreatif dalam pengajaran dan penyusunan kurikulum pendidikan
terkait dengan industri musik.
6. Meningkatkan keterhubungan dan keterpaduan antara lulusan pendidikan formal dan
nonformal dengan pengembangan industri musik.
Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi pemutakhiran kurikulum pendidikan musik formal yang mengarusutamakan
kreativitas yang berbasis budaya dan kekinian dengan memasukan pengetahuan mengenai
hak cipta dan perkembangan industri musik yang dinamis serta terintegrasi dengan dunia
bisnis.
2. Fasilitasi beasiswa atau dana hibah untuk pengajar di Indonesia untuk melakukan
pengembangan kapasitas dan kualitas diri melalui program: penerusan pendidikan ke
jenjang S2 atau S3/sertifikasi/seminar/festival/konferensi/residensi di tingkal lokal maupun
internasional.
3. Fasilitasi pengembangan bidang studi dengan spesialisasi khusus dan kerjasama dengan
berbagai institusi internasional.
4.5.2 Meningkatnya Kuantitas Dan Kualitas Tenaga Kerja Di Industri Musik
Indonesia
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi:
1. Mengidentifikasi profil profesi, mengembangkan standar kompetensi dan memfasilitasi
sertifikasi tenaga kerja bidang industri musik yang diakui secara global.
2. Memfasilitasi pemberdayaan orang kreatif untuk meningkatkan keterampilan (kompetensi),
pengetahuan (kapasitas), dan sikap serta perilaku pelaku industri musik sehingga kompetitif.
BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia
93
Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi identifikasi dan sosialisasi bidang profesi yang ada di industri musik agar membuka
wawasan para pelaku industri musik.
2. Fasilitasi beasiswa atau dana hibah untuk pelaku musik di Indonesia untuk melakukan
pengembangan kapasitas dan kualitas diri melalui program: sertifikasi/seminar/festival/
konferensi/residensi di tingkal lokal maupun internasional.
4.5.3 Tersedianya Informasi Sumber Daya Budaya Lokal Yang Akurat Dan
Terpercaya Dan Dapat Diakses Secara Mudah Dan Cepat
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi :
1. Memfasilitasi penelitian untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sumber daya budaya
lokal mengenai musik yang merupakan inspirasi dalam pengembangan karya musik yang
berwawasan budaya Indonesia.
2. Mengembangkan sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang akurat dan terpercaya,
dikelola secara profesional.
3. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan sumber daya budaya lokal menjadi karya
kreatif yang dikemas dengan semangat kekinian sehingga dapat diterima oleh pasar
dalam dan luar negeri.
Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi pengarsipan budaya dan artefak musik Indonesia.
2. Fasilitasi pengembangan dan pembuatan sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang
akurat dan terpercaya, dikelola secara profesional.
3. Fasilitasi penelitian dan pengembangan sumber daya budaya lokal menjadi karya kreatif yang
dikemas dengan semangat kekinian sehingga dapat diterima oleh pasar dalam dan luar negeri.
4.5.4 Meningkatnya Wirausaha Musik Lokal Yang Berdaya Saing Dan
Dinamis
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi:
1. Memfasilitasi peningkatan keterampilan-pengetahuan-sikap wirausaha musik kreatif
dengan menghadirkan mentor bisnis berpengalaman di tingkat nasional dan global
sehingga dapat menjadi wirausaha kreatif lokal yang berdaya saing dan dinamis.
2. Memfasilitasi dan mengembangkan inkubator bisnis yang melibatkan seluruh pemangku
kepentingan dan dikelola secara profesional.
Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi kolaborasi dan linkage antar wirausaha di bidang musik dengan industri lainnya
di tingkat lokal, nasional, dan global.
2. Fasilitasi pembuatan website interaktif khusus yang berisi segala informasi mengenai
perkembangan industri musik di Indonesia dan dunia.
3. Fasilitasi lokakarya dan seminar berkala yang berkaitan dengan industri musik bagi pelaku
industri musik di Indonesia.
4. Fasilitasi program training dan mentoring untuk para pelaku bisnis di Indonesia yang berpotensi.
94
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
4.5.5 Meningkatnya Usaha Kreatif Lokal Di Bidang Musik Yang Berdaya
Saing, Bertumbuh, Dan Berkualitas
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi :
1. Memfasilitasi wirausaha musik pemula untuk memulai usahanya.
2. Memfasilitasi co-creation dan co-production antar usaha kreatif di tingkat lokal, nasional,
dan global.
3. Memfasilitasi program magang (internship) tenaga kerja musik.
4. Mengembangkan industri musik dan industri penunjang/pendukung usaha kreatif di
dalam negeri, serta keterkaitan industri musik dengan industri lainnya dalam penciptaan
nilai tambah.
5. Mengembangkan standar usaha di bidang musik nasional yang memenuhi standar global.
Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi dana hibah untuk mengikuti dan/atau membuat program pameran dagang skala
nasional dan internasional yang bisa memperluas wawasan, jejaring dan cakupan usaha
para pelaku usaha industri musik lokal.
2. Fasilitasi dana insentif dan matchmaking untuk proposal bisnis baru yang inovatif dan
proposal bisnis untuk peningkatan kualitas dan standar usaha yang sudah berjalan.
3. Fasilitasi kolaborasi dan linkage antar usaha di bidang musik dengan industri lainnya di
tingkat lokal, nasional, dan global.
4.5.6 Meningkatnya Keragaman Dan Kualitas Karya Musik Lokal
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi:
Memfasilitasi lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, komunitas kreatif dan usaha kreatif
untuk penciptaan karya musik kekinian yang menggunakan sumber budaya lokal
Strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi dana hibah untuk pelaku musik di Indonesia untuk melakukan pengembangan
kapasitas dan kualitas diri melalui program residensi dan festival musik di tingkal lokal
maupun internasional.
2. Fasilitasi penyelenggaraan perlombaan karya cipta lagu nasional lintas genre
3. Fasilitasi penghargaan karya musik nasional.
4. Fasilitasi penyelenggaraan festival musik populer di kota-kota di Indonesia dengan
membawa musisi-musisi ternama di dalam dan luar negeri.
4.5.7 Meningkatnya Ketersediaan Pembiayaan Bagi Industri Musik Lokal
Yang Sesuai, Mudah Diakses Dan Kompetitif
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi :
1. Mengembangkan dan memfasilitasi penciptaan lembaga pembiayaan non konvensional
(venture capital) di daerah-daerah yang memiliki potensi pengembangan industri kreatif.
2. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu layanan lembaga pembiayaan bagi industri kreatif.
3. Mengembangkan dan memfasilitasi penciptaan skema/model pembiayaan yang sesuai
untuk industri musik yang dapat diakses dengan mudah dan kompetitif.
BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia
95
4. Memfasilitasi akses pendanaan bagi wirausaha musik berpotensi.
5. Memfasilitasi interaksi wirausaha musik dengan lembaga pembiayaan untuk meningkatkan
tingkat kepercayaan lembaga pembiayaan terhadap wirausaha kreatif.
6. Mengembangkan sistem informasi yang akurat, terpercaya, dan mudah diakses untuk
meningkatkan pemahaman wirausaha musik tentang pembiayaan bagi industri kreatif
dan juga pemahaman lembaga pembiayaan terhadap industri musik.
Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi peningkatan kapasitas lembaga pemerintah (Kementerian dan BUMN) dan
nonpemerintah (contoh: LSM, filantropi, korporasi) dalam mengembangkan mekanisme
skema hibah khusus bagi pelaku industri musik.
2. Pengembangan portal tunggal terintegrasi yang memuat informasi mengenai peluang
pembiayaan untuk pelaku industri musik.
4.5.8 Meningkatnya Penetrasi Dan Diversifikasi Pasar Karya Musik Di
Dalam Dan Luar Negeri
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi:
1. Mengembangkan sistem informasi pasar karya kreatif yang dapat diakses dengan mudah
dan informasinya didistribusikan dengan baik.
2. Memperluas jangkauan distribusi karya musik di dalam dan luar negeri melalui diplomasi
budaya sebagai softpower dan kemitraan, peningkatan kualitas branding; promosi; misi
dagang, B to B networking usaha/wirausaha kreatif di dalam dan luar negeri.
Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi pendataan dan sosialisasi berbagai distributor dan toko musik baik untuk produk
fisik maupun digital di dalam negeri dengan cakupan nasional maupun internasional
secara berkala.
2. Fasilitasi dana hibah untuk mengikuti dan/atau membuat program pameran dagang skala
nasional dan internasional yang bisa memperluas wawasan, jejaring dan cakupan usaha
para pelaku usaha industri musik lokal.
3. Fasilitasi komunikasi dengan KBRI di setiap negara di dunia untuk membuka peluang
musisi Indonesia bisa memasarkan karyanya di negara-negara yang mereka ampu.
4. Fasilitasi pembuatan national music chart setiap bulannya berdasarkan data penjualan produk
musik nasional dengan bekerjasama dengan berbagai asosiasi yang ada di industri musik.
5. Fasilitasi tur musik bagi musisi Indonesia yang berprestasi di beberapa negara di dunia.
4.5.9 Meningkatnya Ketersediaan Infrastruktur Yang Memadai Dan
Kompetitif
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi:
1. Meningkatkan pengembangan, penetrasi, serta performansi jaringan infrastruktur
teknologi informasi dan komunikasi ke seluruh wilayah Indonesia yang dapat diakses
dengan mudah dan kompetitif.
96
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi kerjasama dan kolaborasi antara para produsen alat musik dan piranti lunak lokal
dengan para pelaku industri musik untuk melakukan diversifikasi dan inovasi produk
berdasarkan kebutuhan yang ada.
2. Fasilitasi pemerataan penggunaan internet di seluruh pelosok Indonesia.
3. Fasilitasi pembenahan ruang publik untuk berbagai kegiatan musik di setiap kota di Indonesia.
4.5.10 Meningkatnya Ketersediaan Teknologi Tepat Guna, Mudah Diakses,
Dan Kompetitif
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi:
1. Memfasilitasi penyediaan software legal dan kompetitif.
2. Memfasilitasi dan meningkatkan pengembangan piranti lunak dan teknologi pendukung
industri musik lokal yang tepat guna, handal, dan kompetitif dengan mengoptimal lembaga
penelitian dan inkubator-inkubator teknologi yang ada.
3. Meningkatkan dan memfasilitasi kerja sama riset teknologi secara multidisiplin antar
institusi pendidikan, antar industri, antar lembaga riset pemerintah, serta antar institusi
pendidikan, industri dan lembaga riset pemerintah.
Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi pembiayaan untuk penelitian mengenai pengembangan teknologi untuk industri
musik.
2. Fasilitasi subsidi untuk pembelian piranti musik (lunak maupun keras) bagi pelaku industri
musik yang berprestasi, studio-studio rekaman, ruang publik dan komunitas-komunitas
musik di daerah.
3. Fasilitasi pembiayaan untuk penciptaan piranti lunak musik yang bisa mempermudah
para musisi Indonesia menciptakan karya musik.
4.5.11 Terciptanya Regulasi Yang Mendukung Penciptaan Iklim Yang
Kondusif Bagi Pengembangan Industri Musik
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi:
1. Menjamin perlindungan (pendaftaran yang mudah, penegakan hukum atas pembajakan
dan tindakan pelanggaran) bagi kekayaan intelektual di dalam negeri.
2. Harmonisasi-regulasi tataniaga karya musik (barang dan jasa) untuk dapat memperluas
pasar karya kreatif di dalam maupun di luar negeri.
3. Harmonisasi-regulasi untuk menjamin kebebasan berekpresi bagi masyarakat dan
memberikan insentif pada upaya-upaya yang dapat menumbuhkan kreativitas yang
bertangungjawab dan bermanfaat di masyarakat.
4. Harmonisasi-regulasi pendokumentasian dan archiving seni, budaya dan karya musik
untuk mengarusutamakan kreatifitas di masyarakat.
5. Harmonisasi-regulasi pendidikan untuk mengarusutamakan kreativitas dalam pendidikan.
6. Harmonisasi-regulasi untuk dapat meningkatkan literasi masyarakat tentang industri
musik dan apresiasi terhadap kreativitas.
BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia
97
7. Harmonisasi-regulasi pengembangan dan aktivasi ruang publik untuk memberikan ruang
kreatif seluas-luasnya bagi masyarakat.
Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Mengawasi pelaksanaan regulasi mengenai hak cipta di lapangan bekerjasama dengan
Kemenkumham .
2. Fasilitasi harmonisasi-regulasi pajak pertambahan nilai atas penyerahan produk rekaman
suara.
3. Fasilitasi harmonisasi-regulasi Penyelenggaraan Jasa Penyediaan Konten Pada Jaringan
Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel Dengan Mobilitas Terbatas.
4. Fasilitasi harmonisasi-regulasi penyelenggaraan program kesenian/festival oleh pemerintah.
4.5.12 Terciptanya Lembaga Yang Mendukung Penciptaan Iklim Yang
Kondusif Bagi Pengembangan Industri Musik
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi:
1. Mengembangkan Lembaga Manajemen Kolektif 1 pintu di Indonesia.
2. Mengembangkan Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Pengarsipan Musik Indonesia.
3. Mengembangkan Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Advokasi Industri Musik Indonesia.
4. Meningkatkan dan memfasilitasi kerja sama dan kolaborasi antar pihak-pihak yang terkait
multidisiplin antar institusi pendidikan, antar industri, antar lembaga riset pemerintah, serta
antar institusi pendidikan, industri dan lembaga riset pemerintah untuk meningkatkan
kualitas pengelolaan lembaga-lembaga yang dibuat.
Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi kerjasama antara Kemenparekraf dengan Kemenkumham dalam mengintegrasikan
kegiatan pendaftaran karya musik secara satu pintu melalui lembaga yang ditunjuk.
2. Fasilitasi pembuatan pusat pengarsipan musik Indonesia.
3. Fasilitasi pembuatan suatu badan untuk ruang advokasi industri musik.
4.5.13 Meningkatnya Partisipasi Aktif Pemangku Kepentingan Dalam
Pengembangan Industri Musik Secara Berkualitas Dan Berkelanjutan
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi:
1. Membentuk kelompok kerja pengembangan ekonomi kreatif Nasional yang dapat
mensinergikan seluruh program dan kegiatan lintas sektor dan lintas regional yang
dikelola secara profesional.
2. Mengembangkan dan memfasilitasi terciptanya forum komunikasi dan kemitraan antar
aktor (intelektual, bisnis, komunitas, dan pemerintah) maupun antar pelaku industri musik.
3. Memfasilitasi pembentukan organisasi non pemerintah (asosiasi usaha, asosiasi profesi)
yang berkualitas sebagai rekan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan daya saing
usaha dan musisi di tingkat nasional dan global.
4. Memfasilitasi pengembangan dan penguatan komunitas musik di dalam dan di luar negeri
5. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas pusat/lembaga/badan/balai musik yang
didukung oleh Pemerintah.
98
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi pendataan dan sosialisasi berbagai penghargaan-penghargaan yang ada di dunia
Internasional.
2. Fasilitasi pembiayaan untuk proyek kolaborasi musisi Indonesia dan internasional.
3. Fasilitasi sosialisasi kepada para musisi Indonesia untuk mendistribusikan karyanya ke
dunia Internasional melalui berbagai jalur distribusi digital.
4.4.14 Meningkatnya Apresiasi Kepada Orang/Karya/ Wirausaha/Usaha
Musik Lokal Di Dalam Dan Luar Negeri
Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi:
1. Memfasilitasi keikutsertaan orang/karya/wirausaha/usaha musik yang mendapatkan peran
(mengikuti kompetisi, sebagai pembicara, dsb) atau penghargaan di dunia internasional.
2. Memfasilitasi pengembangan dan penguatan komunitas musik di dalam dan di luar negeri.
3. Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan pemberian penghargaan bagi orang/karya/
wirausaha/usaha di bidang musik di dalam negeri.
4. Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan kompetisi/festival/diskusi/ kegiatan lainnya
yang dapat menggali, mengangkat, mempromosikan orang/karya/wirausaha/usaha di
bidang musik lokal, serta meningkatkan interaksi antara orang dan wirausaha musik
lokal dan dunia.
5. Mengembangkan sistem informasi dan mengintensifkan komunikasi mengenai orang/
karya/wirausaha/usaha di bidang musik yang dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat
Indonesia.
6. Memfasilitasi gerakan dan komunikasi aktif penggunaan produk dalam negeri untuk
meningkatkan konsumsi/penggunaan karya musik dalam negeri.
7. Memperkuat landasan interaksi bisnis antara perusahaan dengan pelaku industri musik
berupa kontrak bisnis standar yang menghargai Hak Cipta.
8. Meningkatkan layanan pendidikan dan layanan informasi Hak Cipta kepada masyarakat
9. Memfasilitasi pendaftaran Hak Cipta yang mudah dan terjangkau.
10. Menjamin terlaksananya perlindungan Hak Cipta dan penegakan hukum terhadap
pelanggaran Hak Cipta.
Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut:
1. Fasilitasi sosialisasi mengenai pentingnya pendaftaran lisensi musik kepada pelaku industri
musik di seluruh kota di Indonesia.
2. Meningkatkan layanan pendidikan dan layanan informasi Hak Cipta kepada masyarakat.
3. Fasilitasi harmonisasi-penertiban para pelanggar Hak Cipta khususnya untuk produk
musik dengan bantuan institusi yang terkait.
4. Fasilitasi untuk membuat standar kontrak bisnis standar yang menghargai Hak Cipta
orang kreatif dan pemberian penghargaan terhadap pelaku bisnis yang taat hukum atas
penggunaan karya musik.
BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia
99
BAB 5
Penutup
5.1 KESIMPULAN
Dalam penyusunan Rencana Aksi Jangka Menengah Industri Musik 2015-2019, industri musik
didefinisikan sebagai: “Segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan,
kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik”.
Definisi tersebut merupakan hasil elaborasi dari proses analisis yang meliputi: kajian pustaka,
wawancara mendalam, dan focus group discussion, yang melibatkan para narasumber yang
mewakili pemangku kepentingan dari unsur pemerintah, pelaku industri, komunitas/asosiasi,
dan kalangan intelektual.
Secara umum ruang lingkup pengembangan industri musik meliputi industri yang dikenal di
dunia sebagai industri rekaman, yang terdiri dari dua aktivitas besar, yaitu fragmen artistik dan
fragmen industrial. Cakupan di dalam fragmen artistik adalah pelaku yang melakukan segala jenis
kegiatan yang berhubungan dengan kreativitas dan seni untuk menghasilkan suatu karya musik.
Sedangkan pada fragmen industri, para pelaku melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan
suatu keluaran yang berupa layanan atau produk. Fragmen artistik merupakan penyuplai utama
fragmen industrial sehingga dua fragmen ini tidak bisa dipisahkan dari industri musik.
Perkembangan industri musik di Indonesia dimulai tahun 1940 dengan berdirinya “Tio Tek
Hong”, perusahaan rekaman Batavia yang menjadi pelopor subsektor industri musik rekaman di
Indonesia. Pada era 1950-an, mulai bermunculan beberapa perusahaan rekaman di Indonesia. Di
era 1990-an, untuk menghindari kasus pelanggaran hak cipta yang lebih besar, maka muncullah
perwakilan langsung perusahaan rekaman internasional di Indonesia. Pada era tahun 1990-an,
terdapat beberapa album yang mencapai penjualan lebih dari 1 juta kopi. Pada awal tahun 2000,
terdapat fenomena baru di industri musik Indonesia. Dengan terbukanya kesempatan usaha
berkat teknologi modern dan iklim bisnis yang kondusif, banyak bermunculan pelaku industri
musik independent. Tahun 2006 merupakan titik perkembangan musik digital, yang memberikan
dampak signifikan untuk industri musik di Indonesia.
Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses
penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar, dikembangkan peta ekosistem industri musik
yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu: rantai nilai kreatif, lingkungan pengembangan,
pasar, dan pengarsipan. Rantai nilai kreatif industri musik adalah proses kreasi, reproduksi,
distribusi, dan konsumsi. Lingkungan pengembangan industri musik adalah pendidikan dan
apresiasi. Karakteristik pasar industri musik terdiri dari dua jenis, yaitu: B2B dan B2C. Pengarsipan
yang dimaksud dalam industri musik merupakan pusat data dan sejarah untuk penelitian dan
pengembangan ragam budaya.
Dampak ekonomi dari pengembangan industri musik dapat dilihat dari peta industri yang
menggambarkan keterkaitan dari suatu proses rantai nilai kreatif ke arah hulu (backward linkage)
dan ke arah hilir (forward linkage). Backward linkage di dalam industri musik diantaranya adalah
penyedia studio rekaman, penyedia alat musik, industri komputer dan piranti lunak, penyedia jasa
desain, penyedia jasa fotografi, dan lainnya . Forward linkage di dalam industri desain diantaranya
adalah industri periklanan, industri perfilman, industri permainan interaktif, industri tv dan
radio, dan lainnya. Selain digunakan dalam melihat dampak ekonomi dari industri kuliner,
rantai nilai kreatif juga digunakan dalam mengidentifikasi model bisnis yang umumnya terjadi
di industri musik, yaitu pada proses kreasi terdapat crowd sourcing, advertising, dan open; pada
proses reproduksi terdapat 360 degrees, partnership, dan vertical integration; pada proses distribusi
102
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019
terdapat super distribution, longtail, cross platform, dan direct distribution; pada proses konsumsi
terdapat free, tipping, subscription, pay per download, ad funded, bundle, merchandise, sponsorhip,
dan do it yourself.
Kontribusi ekonomi industri musik dapat dilihat dari nilai tambah bruto, ketenagakerjaan,
aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan nilai ekspor. Sebagai contoh dapat dilihat
di tahun 2013, industri musik memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar 1% terhadap
total nilai tambah bruto industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013
sebesar 3,32%. Dari sisi ketenagakerjaan, industri musik memberikan kontribusi sebesar 0,47%
terhadap total jumlah tenaga kerja industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan
2010-2013 sebesar 3,41%.
Berdasarkan kondisi industri musik di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi,
serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis
pembangunan nasional serta pengembangan ekonomi kreatif periode 2015—2019, maka visi
pengembangan industri kuliner selama periode 2015—2019 adalah ”Terciptanya industri musik
yang berdaya saing, kondusif dan dinamis sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan
ekonomi kreatif Indonesia.”
5.2 SARAN
Pengembangan industri musik dalam satu tahun kedepan akan difokuskan pada:
•
Fasilitasi penyesuaian kurikulum pendidikan musik formal.
•
Mulai memfasilitasi pembuatan website interaktif khusus yang berisi segala informasi
mengenai perkembangan industri musik di Indonesia dan dunia.
•
Mulai memfasilitasi lokakarya dan seminar berkala yang berkaitan dengan industri musik
bagi pelaku industri musik di Indonesia.
•
Mulai memfasilitasi pembenahan ruang publik untuk berbagai kegiatan musik di setiap
kota di Indonesia.
•
Mulai melakukan harmonisasi-regulasi penyelenggaraan jasa penyediaan konten pada
jaringan bergerak seluler dan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas.
•
Mulai melakukan harmonisasi-regulasi penyelenggaraan program kesenian/festival oleh
pemerintah.
•
Mulai memfasilitasi pendataan dan sosialisasi berbagai penghargaan-penghargaan yang
ada di dunia Internasional.
•
Mulai memfasilitasi sosialisasi kepada para musisi Indonesia untuk mendistribusikan
karyanya ke dunia Internasional melalui berbagai jalur distribusi digital.
Untuk penyempurnaan studi dan penulisan buku rencana aksi periode selanjutnya, perlu
dilakukan beberapa hal seperti: meningkatkan intensitas kolaborasi antar pemangku kepentingan
di industri musik, meningkatkan intensitas komunikasi lintas kementerian, dan memutakhirkan
data kontribusi ekonomi dengan perbaikan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI) Kreatif.
BAB 5: Penutup
103
104
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
LAMPIRAN
Lampiran
105
106
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
Arah Kebijakan
Strategi
1.1
Meningkatnya kuantitas, keragaman dan
kualitas lembaga pendidikan yang mendukung
penciptaan pelaku industri musik secara
berkelanjutanekonomi kreatif
Meningkatkan kualitas pendidikan musik dengan
mengarusutamakan kreativitas yang berbasis
budaya dan kekinian dan pemahaman tentang
hak cipta dan kedinamisan industri musik
Meningkatkan kualitas pendidikan musik dengan
mengarusutamakan kreativitas yang berbasis
budaya dan kekinian dan pemahaman tentang
hak cipta dan kedinamisan industri musik
c
Mendorong munculnya pendidikan musik formal
dan nonformal dengan spesialisasi khusus
dan kerjasama dengan berbagai institusi
internasional dalam rangka peningkatan
keragaman keahlian dan dan kualitas lulusan
b
a
1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing dan dinamis
4
Mengembangkan kurikulum, metode
pengajaran, sarana dan prasarana, pendidik
dan tenaga kependidikan di bidang musik yang
mendukung pengarusutamaan kreativitas dan
kewirausahaan yang beretika, melek hak cipta
dan berkembang seiring kedinamisan industri
musik
Mengembangkan dan memperkuat standar
mutu lembaga pendidikan (formal dan
nonformal) dan pendidik dan tenaga
kependidikan dalam bidang musik
Mengembangkan dan memfasilitasi kerjasama
pendidikan dengan lembaga pendidikan (formal
dan nonformal) musik di luar negeri yang
kredibel dan berkualitas
2
3
Mengembangkan dan memfasilitasi penguatan
dan pengembangan lembaga pendidikan
(formal dan nonformal) musik yang mendukung
penciptaan orang kreatif secara berkualitas di
daerah yang memiliki potensi ekonomi kreatif
baik oleh pemerintah dan swasta
1
MISI 1: Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis
Misi/Tujuan/Sasaran
MATRIKS TUJUAN, SASARAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI MUSIK
Lampiran
107
1.2
Meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga
kerja di industri musik Indonesia
Misi/Tujuan/Sasaran
a
d
Arah Kebijakan
Menciptakan pelaku industri musik yang
dinamis, profesional dan memahami
penggunaan undang-undang serta mampu
mengembangkan dan memanfaatkan iptek
Menyelaraskan sistem pembelajaran dan
kurikulum antar tahapan pendidikan dengan
dunia usaha
Mengidentifikasi profil profesi, mengembangkan
standar kompetensi dan memfasilitasi
sertifikasi tenaga kerja bidang industri musik
yang diakui secara global
Memfasilitasi pemberdayaan orang kreatif
untuk meningkatkan keterampilan (kompetensi),
pengetahuan (kapasitas), dan sikap serta
perilaku pelaku industri musik sehingga
kompetitif
1
2
Meningkatkan keterhubungan dan keterpaduan
antara lulusan pendidikan formal dan
nonformal dengan pengembangan industri
musik
6
Strategi
Mengembangkan dan meningkatkan kualitas
pertukaran informasi dan pengetahuan antara
dunia pendidikan dengan dunia usaha dengan
melibatkan wirausaha, orang kreatif,dan
komunitas kreatif dalam pengajaran dan
penyusunan kurikulum pendidikan terkait
dengan industri musik
5
108
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
Arah Kebijakan
Tersedianya informasi sumber daya budaya
lokal yang akurat dan terpercaya dan dapat
diakses secara mudah dan cepat
b
a
Memfasilitasi eksperimentasi dan eksplorasi
budaya lokal sebagai inspirasi dalam
menciptakan karya musik
Mengembangkan sistem pelestarian
pengetahuan budaya Indonesia yang akurat dan
terpercaya yang dapat diakses dengan mudah
dan cepat serta memiliki program distribusi
pengetahuan budaya
Memfasilitasi penelitian dan pengembangan
sumber daya budaya lokal menjadi karya kreatif
yang dikemas dengan semangat kekinian
sehingga dapat diterima oleh pasar dalam dan
luar negeri
Mengembangkan sistem data pokok kebudayaan
Indonesia yang akurat dan terpercaya, dikelola
secara profesional
2
3
Memfasilitasi penelitian untuk mengidentifikasi
dan mengembangkan sumber daya budaya lokal
mengenai musik yang merupakan inspirasi
dalam pengembangan karya musik yang
berwawasan budaya Indonesia
1
Strategi
3.1
Meningkatnya wirausaha musik lokal yang
berdaya saing dan dinamis
Memfasilitasi penciptaan dan peningkatan
profesionalisme (skill-knowledge-attitude)
wirausaha industri musik lokal di seluruh
wilayah Indonesia
Memfasilitasi kolaborasi dan penciptaan jejaring
antar wirausaha di industri musik dan industri
lainnya di tingkat lokal, nasional, dan global
a
b
3. Perwujudan industri musik yang berdaya saing, tumbuh dan beragam
2
1
Memfasilitasi dan mengembangkan inkubator
bisnis yang melibatkan seluruh pemangku
kepentingan dan dikelola secara profesional
Memfasilitasi peningkatan keterampilanpengetahuan-sikap wirausaha musik
kreatif dengan menghadirkan mentor bisnis
berpengalaman di tingkat nasional dan global
sehingga dapat menjadi wirausaha kreatif lokal
yang berdaya saing dan dinamis
MISI 2: Menumbuhkembangkan usaha-usaha kreatif untuk menunjang industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis
2.3
2. Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya bagi industri musik secara berkelanjutan
Misi/Tujuan/Sasaran
Lampiran
109
Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang
musik yang berdaya saing, bertumbuh, dan
berkualitas
Meningkatnya keragaman dan kualitas karya
musik lokal
3.2
3.3
Misi/Tujuan/Sasaran
Memfasilitasi pengembangan karya musik lokal
dengan arusutama keragaman genre, budaya
lokal dan kekinian
Mengembangkan standar usaha industri musik
nasional yang sesuai dengan peraturan dan
standar yang berlaku di tingkat nasional dan
global
b
a
Memfasilitasi kolaborasi dan linkage antar
usaha di bidang musik dengan industri lainnya
di tingkat lokal, nasional, dan global
Memfasilitasi penciptaan usaha di bidang musik
yang kreatif dan solutif bagi perkembangan
industri musik di seluruh wilayah Indonesia
a
c
Arah Kebijakan
Mengembangkan industri musik dan industri
penunjang/pendukung usaha kreatif di dalam
negeri, serta keterkaitan industri musik dengan
industri lainnya dalam penciptaan nilai tambah
3
1
Memfasilitasi lembaga pendidikan, lembaga
pemerintah, komunitas kreatif dan usaha
kreatif untuk penciptaan karya musik kekinian
yang menggunakan sumber budaya lokal
Mengembangkan standar usaha di bidang musik
nasional yang memenuhi standar global
Memfasilitasi program magang (internship)
tenaga kerja musik
2
4
Memfasilitasi co-creation dan co-production
antar usaha kreatif di tingkat lokal, nasional,
dan global
Memfasilitasi wirausaha musik pemula untuk
memulai usahanya
1
3
Strategi
110
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
Arah Kebijakan
Strategi
4.1
Meningkatnya ketersediaan pembiayaan
bagi industri musik lokal yang sesuai,mudah
diakses dan kompetitif
Mengembangkan alternatif pembiayaan yang
sesuai, dapat diakses dengan mudah, dan
kompetitif bagi pelaku industri musik Indonesia
Memperkuat hubungan dan akses informasi
antara pelaku industri musik, pemerintah
dengan lembaga keuangan
c
Menciptakan dan mengembangkan lembaga
pembiayaan khusus yang mempercepat
perkembangan industri musik
b
a
4. Pengembangan pembiayaan yang sesuai, kompetitif, dan mudah diakses
Memfasilitasi interaksi wirausaha musik
dengan lembaga pembiayaan untuk
meningkatkan tingkat kepercayaan lembaga
pembiayaan terhadap wirausaha kreatif
Mengembangkan sistem informasi yang
akurat, terpercaya, dan mudah diakses untuk
meningkatkan pemahaman wirausaha musik
tentang pembiayaan bagi industri kreatif
dan juga pemahaman lembaga pembiayaan
terhadap industri musik
6
Memfasilitasi akses pendanaan bagi wirausaha
musik berpotensi
4
5
Mengembangkan dan memfasilitasi penciptaan
skema/model pembiayaan yang sesuai untuk
industri musik yang dapat diakses dengan
mudah dan kompetitif
Memfasilitasi dan meningkatkan mutu layanan
lembaga pembiayaan bagi industri kreatif
2
3
Mengembangkan dan memfasilitasi penciptaan
lembaga pembiayaan non konvensional (venture
capital) di daerah-daerah yang memiliki potensi
pengembangan industri kreatif
1
MISI 3: Pengembangkan lingkungan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan nasional
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
Misi/Tujuan/Sasaran
Lampiran
111
Arah Kebijakan
5.1
Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar
karya musik di dalam dan luar negeri
Mengembangkan sistem informasi pasar karya
kreatif yang dapat diakses dengan mudah dan
informasinya didistribusikan dengan baik
Memperluas jangkauan distribusi karya musik
di dalam dan luar negeri melalui diplomasi
budaya sebagai softpower dan kemitraan,
peningkatan kualitas branding; promosi; misi
dagang, B to B networking usaha/wirausaha
kreatif di dalam dan luar negeri
a
b
5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri secara berkualitas dan berkelanjutan
Misi/Tujuan/Sasaran
Mengembangkan konsep dan rencana
aksi branding yang dapat mensinergikan
pelaksanaan branding dan promosi yang
dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah
daerah
Melaksanakan dan memfasilitasi branding,
promosi, pameran, festival, misi dagang, B
to B networking orang/karya/usaha musik di
dalam dan luar negeri secara terintegrasi dan
komprehensif
Melakukan diplomasi budaya (pertukaran
budaya, fasilitasi kegiatan budaya di ruang
publik terbuka) sebagai soft power untuk
mempromosikan karya musik dalam negeri di
pasar global
Memfasilitasi kemitraan dan kerjasama
distribusi karya musik lokal dengan pengusaha
ritel moderen di dalam negeri
4
5
6
Mengembangkan dan memfasilitasi
pengembangan sistem dan pendistribusian
informasi pasar karya musik di dalam dan luar
negeri
2
3
Meningkatkan riset pasar karya musik di dalam
dan luar negeri
1
Strategi
112
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
Arah Kebijakan
Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang
memadai dan kompetitif
Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat
guna, mudah diakses, dan kompetitif
6.1
6.2
Memfasilitasi akses terhadap teknologi secara
mudah dan kompetitif
Meningkatkan pengembangan basis-basis
pengembangan teknologi lokal yang bisa
mendukung pengembangan industri musik
Indonesia
Meningkatkan kolaborasi antar pemangku
kepentingan dalam melakukan pengembangan
teknologi yang bisa mendukung pengembangan
industri musik Indonesia
b
c
Menjamin ketersediaan,kesesuaian,jangk
auan harga/biaya, sebaran/penetrasi, dan
performansi, infrastruktur telematika-jaringan
internet
a
a
6. Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna dan mudah diakses
Misi/Tujuan/Sasaran
3
2
1
1
Meningkatkan dan memfasilitasi kerja sama
riset teknologi secara multidisiplin antar
institusi pendidikan, antar industri, antar
lembaga riset pemerintah, serta antar
institusi pendidikan, industri dan lembaga riset
pemerintah
Memfasilitasi dan meningkatkan pengembangan
piranti lunak dan teknologi pendukung industri
musik lokal yang tepat guna, handal, dan
kompetitif dengan mengoptimal lembaga
penelitian dan inkubator-inkubator teknologi
yang ada
Memfasilitasi penyediaan software legal dan
kompetitif
Meningkatkan pengembangan, penetrasi, serta
performansi jaringan infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi ke seluruh wilayah
Indonesia yang dapat diakses dengan mudah
dan kompetitif
Strategi
Lampiran
113
Arah Kebijakan
7.1
Terciptanya regulasi yang mendukung
penciptaan iklim yang kondusif bagi
pengembangan industri musik
Memastikan terlaksananya regulasi Hak Cipta
dengan sebaik-baiknya
Harmonisasi-regulasi (menciptakan, deregulasi) perluasan pasar karya musik
Harmonisasi-regulasi (menciptakan, deregulasi) pendidikan dan apresiasi yang
mengarusutamakan kreatifitas dan pemahaman
hak cipta
a
b
c
7. Penciptaan kelembagaan dan iklim usaha yang mendukung pengembangan industri musik
Misi/Tujuan/Sasaran
Harmonisasi-regulasi untuk menjamin
kebebasan berekpresi bagi masyarakat dan
memberikan insentif pada upaya-upaya
yang dapat menumbuhkan kreativitas
yang bertangungjawab dan bermanfaat di
masyarakat
Harmonisasi-regulasi pendokumentasian dan
archiving seni, budaya dan karya musik untuk
mengarusutamakan kreatifitas di masyarakat
Harmonisasi-regulasi pendidikan untuk
mengarusutamakan kreatifitas dalam
pendidikan
Harmonisasi-regulasi untuk dapat
meningkatkan literasi masyarakat tentang
industri musik dan apresiasi terhadap
kreativitas
Harmonisasi-regulasi pengembangan dan
aktivasi ruang publik untuk memberikan ruang
kreatif seluas-luasnya bagi masyarakat
4
5
6
7
Harmonisasi-regulasi tataniaga karya musik
(barang dan jasa) untuk dapat memperluas
pasar karya kreatif di dalam maupun di luar
negeri
Menjamin perlindungan (pendaftaran yang
mudah, penegakan hukum atas pembajakan
dan tindakan pelanggaran) bagi kekayaan
intelektual di dalam negeri
3
2
1
Strategi
114
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
7.3
7.2
Misi/Tujuan/Sasaran
Meningkatnya partisipasi aktif pemangku
kepentingan dalam pengembangan industri
musik secara berkualitas dan berkelanjutan
Terciptanya lembaga yang mendukung
penciptaan iklim yang kondusif bagi
pengembangan industri musik
Memfasilitasi kolaborasi antar pihak-pihak yang
terkait untuk dapat berkontribusi dan bersamasama mengawasi kinerja di setiap lembaga
d
Meningkatkan sinergi,koordinasi, dan kolaborasi
antar aktor (intelektual, bisnis, komunitas,
dan pemerintah) dan orang kreatif dalam
pengembangan industri musik Indonesia
Mengembangkan sistem pengelolaan yang
efisien, terintegrasi dan mudah diakses untuk
setiap lembaga agar kehadirannya dapat
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para
pelaku industri musik
c
a
Memfasilitasi diciptakannya lembaga-lembaga
pemerintah atau swasta yang mendorong
terjadinya industri musik yang lebih baik
b
Arah Kebijakan
Memfasilitasi diciptakannya lembaga-lembaga
pemerintah atau swasta yang mendorong
terjadinya industri musik yang lebih baik
a
Strategi
Membentuk kelompok kerja pengembangan
ekonomi kreatif Nasional yang dapat
mensinergikan seluruh program dan kegiatan
lintas sektor dan lintas regional yang dikelola
secara profesional
Mengembangkan dan memfasilitasi terciptanya
forum komunikasi dan kemitraan antar aktor
(intelektual, bisnis, komunitas, dan pemerintah)
maupun antar pelaku industri musik
1
2
Meningkatkan dan memfasilitasi kerja sama
dan kolaborasi antar pihak-pihak yang terkait
multidisiplin antar institusi pendidikan, antar
industri, antar lembaga riset pemerintah, serta
antar institusi pendidikan, industri dan lembaga
riset pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pengelolaan lembaga-lembaga yang dibuat
Mengembangkan Lembaga/pusat/lembaga/
badan/balai Advokasi Industri Musik Indonesia
3
4
Mengembangkan Lembaga/pusat/lembaga/
badan/balai Pengarsipan Musik Indonesia
Mengembangkan Lembaga Manajemen Kolektif
1 pintu di Indonesia
2
1
Lampiran
115
7.4
Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/
wirausaha/usaha musik lokal di dalam dan luar
negeri
Misi/Tujuan/Sasaran
Memfasilitasi dan memberikan penghargaan
bagi orang/karya/ wirausaha/usaha musik lokal
di tingkat nasional dan internasional
Mengembangkan, memfasilitasi pembentukan
dan peningkatan kualitas organisasi atau
wadah yang dapat mempercepat pengembangan
industri musik
c
a
Mengembangkan, memfasilitasi pembentukan
dan peningkatan kualitas organisasi atau
wadah yang dapat mempercepat pengembangan
industri musik
b
Arah Kebijakan
Memfasilitasi keikutsertaan orang/karya/
wirausaha/usaha musik yang mendapatkan
peran (mengikuti kompetisi, sebagai pembicara,
dsb) atau penghargaan di dunia internasional
Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan
pemberian penghargaan bagi orang/karya/
wirausaha/usaha di bidang musik di dalam
negeri
Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan
kompetisi/festival/diskusi/ kegiatan
lainnya yang dapat menggali, mengangkat,
mempromosikan orang/karya/wirausaha/
usaha di bidang musik lokal, serta
meningkatkan interaksi antara orang dan
wirausaha musik lokal dan dunia
1
2
3
Mengembangkan dan meningkatkan kualitas
pusat/lembaga/badan/balai musik yang
didukung oleh Pemerintah
Memfasilitasi pengembangan dan penguatan
komunitas musik di dalam dan di luar negeri
4
5
Memfasilitasi pembentukan organisasi non
pemerintah (asosiasi usaha, asosiasi profesi)
yang berkualitas sebagai rekan pemerintah
dalam meningkatkan kualitas dan daya saing
usaha dan musisi di tingkat nasional dan global
3
Strategi
116
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
Misi/Tujuan/Sasaran
Meningkatnya apresiasi terhadap Hak Cipta
Meningkatnya apresiasi terhadap Hak Cipta
c
d
Arah Kebijakan
Meningkatkan komunikasi keberadaan orang/
karya/wirausaha/usaha musik lokal dan
konsumsi karya musik lokal
b
Menjamin terlaksananya perlindungan
Hak Cipta dan penegakan hukum terhadap
pelanggaran Hak Cipta
10
Meningkatkan layanan pendidikan dan layanan
informasi Hak Cipta kepada masyarakat
8
Memfasilitasi pendaftaran Hak Cipta yang
mudah dan terjangkau
Meningkatkan layanan pendidikan dan layanan
informasi Hak Cipta kepada masyarakat
7
9
Memperkuat landasan interaksi bisnis antara
perusahaan dengan pelaku industri musik
berupa kontrak bisnis standar yang menghargai
Hak Cipta
6
Memfasilitasi gerakan dan komunikasi aktif
penggunaan produk dalam negeri untuk
meningkatkan konsumsi/penggunaan karya
musik dalam negeri
5
Strategi
Mengembangkan sistem informasi dan
mengintensifkan komunikasi mengenai orang/
karya/wirausaha/usaha di bidang musik yang
dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat
Indonesia
4
Lampiran
117
Indikasi Strategis
Meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja di
industri musik Indonesia
1.2
Meningkatnya tenaga kerja di bidang musik yang berkualitas
c
Terselenggaranya program seminar bersama antara wirausaha, orang kreatif,komunitas kreatif
dengan para lembaga pendidikan di bidang musik
e
Terselenggaranya program pelatihan dengan tema dan kebutuhan spesifik bagi para pelaku industri
musik Indonesia
Tebentuknya program studi musik yang spesifik dan beragam setiap PT musik di Indonesia.
d
b
Terselenggaranya program pelatihan/upgrading yang diselenggarakan bagi para tenaga pengajar
terkait bidang musik di berbagai lembaga pendidikan musik di Indonesia
c
Terselenggaranya program pengembangan kapasitas diri melalui program hibah sertifikasi yang
bertingkat nasional dan internasional
Terselenggaranya kerjasama antar lembaga pendidikan dalam negeri dengan luar negeri dalam
peningkatan kualitas dan kapasitas lembaga
b
a
Tersebarnya lembaga pendidikan khusus musik di seluruh daerah Indonesia, terutama di daerah
dengan potensi ekonomi kreatif yang besar
a
2.1
Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal
yang akurat dan terpercaya dan dapat diakses
secara mudah dan cepat
Terselenggaranya program hibah penelitian pengembangan sumber budaya lokal
Tersedianya Informasi sumber daya budaya lokal yang lengkap, akurat dan mudah diakses
Terciptanya suatu sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang akurat dan terpercaya, dikelola
secara profesional
a
b
c
2. Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya bagi industri musik secara berkelanjutan
Meningkatnya kuantitas, keragaman dan kualitas
lembaga pendidikan yang mendukung penciptaan
pelaku industri musik secara berkelanjutan
1.1
1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing dan dinamis
MISI 1: Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis
Misi/Tujuan/Sasaran
MATRIKS INDIKASI STRATEGIS PENGEMBANGAN INDUSTRI MUSIK
118
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
Indikasi Strategis
Meningkatnya wirausaha musik lokal yang berdaya
saing dan dinamis
Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang musik
yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkualitas
Meningkatnya keragaman dan kualitas karya musik
lokal
3.1
3.2
3.3
Meningkatnya jumlah usaha kreatif yang berdaya saing dan berkualitas
f
Meningkatnya karya musik yang berkualitas dan beragam
Terselenggaranya program advokasi untuk pengembangan standar usaha di bidang musik nasional
yang memenuhi standar global
e
b
Terselenggaranya program percepatan pertumbuhan industri penunjang/pendukung usaha kreatif
di dalam negeri, terutama di bidang musik
d
Terselenggaranya program hibah penciptaan karya atas dasar pengembangan sumber budaya lokal
Terselenggaranya program magang (internship) tenaga kerja musik
c
a
Terciptanya suatu program meeting/seminar/konferensi reguler antara antar usaha kreatif di
tingkat lokal, nasional, dan global
b
Meningkatnya wirausaha musik yang berdaya saing dan dinamis
c
Terciptanya suatu skema fasilitasi pembiayaan untuk wirausaha musik pemula dalam memulai
usahanya
Terciptanya suatu inkubator bisnis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan dikelola
secara profesional
b
a
Terciptanya suatu program mentoring dengan menghadirkan mentor bisnis berpengalaman di
tingkat nasional dan global
a
3. Perwujudan industri musik yang berdaya saing, tumbuh dan beragam
MISI 2: Menumbuhkembangkan usaha-usaha kreatif untuk menunjang industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis
Misi/Tujuan/Sasaran
Lampiran
119
Indikasi Strategis
Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi
industri musik lokal yang sesuai,mudah diakses
dan kompetitif
Terciptanya lembaga pembiayaan non konvensional (venture capital) di daerah-daerah yang
memiliki potensi pengembangan industri kreatif
Meningkatnya jumlah pengguna fasilitas pembiayaan bagi industri kreatif, khususnya di bidang
musik
Adanya skema pemberian insentif bagi wirausaha musik berpotensi
Adanya sistem informasi khusus untuk pembiayaan industri kreatif
a
b
c
d
5.1
Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar
karya musik di dalam dan luar negeri
Adanya suatu portal musik nasional yang berisi informasi pasar karya musik di dalam dan luar
negeri
Adanya suatu kegiatan aktivasi brand kekayaan musik daerah masing-masing melalui festival
daerah dan berbagai media cetak dan elektronik
Meningkatnya para pelaku industri musik yang mendapatkan hibah untuk mengikuti festival, misi
dagang, B to B networking orang/karya/usaha musik di dalam dan luar negeri
Terciptanya suatu hubungan kerjasama antar negara-negara kreatif sebagai soft power untuk
mempromosikan karya musik dalam negeri di pasar global
Meningkatnya kemitraan dan kerjasama distribusi karya musik lokal dengan pengusaha ritel
moderen di dalam negeri
Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar dalam dan luar negeri
b
c
d
e
f
g
Adanya hibah untuk melakukan riset pasar yang dilakukan untuk mengetahui pasar musik di dalam
dan luar negeri
a
5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri secara berkualitas dan berkelanjutan
4.1
4. Pengembangan pembiayaan yang sesuai, kompetitif, dan mudah diakses
MISI 3: Pengembangkan lingkungan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan nasional
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
Misi/Tujuan/Sasaran
120
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
Misi/Tujuan/Sasaran
Indikasi Strategis
Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna
yang mudah diakses, dan kompetitif
6.2
Tersedianya software legal dan kompetitif yang terjangkau
Tersedianya dana hibah untuk pengembangan piranti lunak dan teknologi pendukung industri musik
lokal yang tepat guna, handal, dan kompetitif
b
Meningkatnya jumlah ruang publik yang mudah diakses
b
a
Meningkatnya penetrasi serta performansi jaringan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi ke seluruh wilayah Indonesia yang dapat diakses dengan mudah dan kompetitif
a
7.1
Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan
iklim yang kondusif bagi pengembangan industri
musik
Adanya regulasi yang mengatur mengenai penggunaan Hak Cipta
Adanya regulasi yang memudahkan proses tataniaga karya musik (barang dan jasa) untuk dapat
memperluas pasar karya kreatif di dalam maupun di luar negeri
Adanya regulasi yang menjamin kebebasan berekpresi bagi masyarakat
Adanya regulasi yang mengatur pendokumentasian dan archiving seni, budaya dan karya musik
untuk mengarusutamakan kreatifitas di masyarakat
Adanya regulasi yang memastikan pendidikan dapat mengarusutamakan kreatifitas
Adanya regulasi yang mendorong apresiasi masyarakat terhadap karya seni musik
Meningkatnya jumlah ruang publik yang layak digunakan untuk para pelaku seni berekspresi
Meningkatnya aktifitas masyarakat dalam hal mengekspresikan seni musik
Menurunnya tingkat pembajakan karya seni musik
a
b
c
d
e
f
g
h
i
7. Penciptaan kelembagaan dan iklim usaha yang mendukung pengembangan industri musik
Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang
memadai dan kompetitif
6.1
6. Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna dan mudah diakses Lampiran
121
Terciptanya lembaga yang mendukung penciptaan
iklim yang kondusif bagi pengembangan industri
musik
Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/
wirausaha/usaha musik lokal di dalam dan luar
negeri
7.2
7.3
Misi/Tujuan/Sasaran
Adanya program sosialisasi dan kampanye mengenai penghargaan terhadap hak cipta
Meningkatnya penjualan lagu/album fisik dan digital dalam dan luar negeri
Meningkatnya penerimaan penghargaan di dalam dan luar negeri
d
e
Meningkatnya kualitas dan kuantitas karya dan pelaku industri musik Indonesia
f
c
Lengkapnya jumlah karya musik yang diarsipkan dari tahun ke tahun
e
Meningkatnya kegiatan kompetisi/festival/diskusi/ kegiatan lainnya
Meningkatnya jumlah pendaftar dan pengguna karya seni musik melalui LMK 1 pintu
d
b
Terciptanya Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Advokasi Industri Musik Indonesia
c
Meningkatnya kegiatan seleksi dan pemberian penghargaan bagi orang/karya/wirausaha/usaha di
bidang musik di dalam negeri
Terciptanya Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Pengarsipan Musik Indonesia
b
a
Terciptanya Lembaga Manajemen Kolektif 1 pintu di Indonesia
a
Indikasi Strategis
122
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
2
1
Fasilitasi pengembangan bidang
studi dengan spesialisasi khusus
dan kerjasama dengan berbagai
institusi internasional
Fasilitasi penyesuaian kurikulum
pendidikan musik formal
b
a
Mendorong setiap sekolah formal
dalam hal ini adalah universitas dan
sekolah tinggi untuk membuka bidang
studi khusus, seperti contohnya
manajemen dan administrasi industri
musik, yang mencakup setiap kegiatan
di industri musik (kreasi, reproduksi,
distribusi dan konsumsi musik), yang
ditunjang oleh kerjasama dengan
berbagai institusi internasional dalam
rangka peningkatan keragaman
keahlian dan dan kualitas lulusan
manajemen dan administrasi di industri
musik
Mendorong perubahan kurikulum
dimana pendidikan formal
menambahkan pengetahuan mengenai
hak cipta termasuk pendaftaran dan
pengelolaanya serta mewajibkan
adanya link and match dengan industri
musik di Indonesia dalam bentuk yang
beragam (program magang, lokakarya,
festival, forum diskusi)
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian
Perindustrian
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Negara
Perencanaan
Pembangunan Nasional
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian
Perindustrian
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
X
X
X
X
SASARAN 1: Meningkatnya kuantitas, keragaman dan kualitas lembaga pendidikan yang mendukung penciptaan pelaku industri musik secara berkelanjutan
SASARAN/RENCANA AKSI
MATRIKS RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI MUSIK 2015-2019
X
X
2019
Lampiran
123
3
Fasilitasi beasiswa atau dana
hibah untuk pengajar musik di
Indonesia untuk peningkatan
kapasitas dan kualitasnya
melalui pendidikan ke jenjang
S2 atau S3, sertifikasi, seminar,
festival, konferensi, atau
residensi di dalam dan luar
negeri
SASARAN/RENCANA AKSI
c
Menyediakan skema untuk pemberian
beasiswa atau dana hibah (termasuk
sosialisasi melalui berbagai media,
pendaftaran, seleksi oleh forum,
pengumuman, pelaksanaan dan
evaluasi program) dan menyediakan
alokasi dana khusus bagi program
pengembangan kapasitas dan kualitas
diri para pengajar musik melalui
program: penerusan pendidikan ke
jenjang S2 atau S3/sertifikasi/seminar/
festival/konferensi/residensi di tingkal
lokal maupun internasional
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian
Perindustrian
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementrian Keuangan
Kementerian Negara
Perencanaan
Pembangunan Nasional
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
X
2016
X
2017
TAHUN
X
2018
X
2019
124
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
1
Fasilitasi identifikasi dan
sosialisasi bidang profesi yang
ada di industri musik agar
membuka wawasan para pelaku
industri musik
a
Menyediakan alokasi dana dan tim
khusus untuk melakukan sosialisasi
dan membuka kesempatan untuk riset
identifikasi perkembangan bidang
profesi yang ada di industri musik
sehingga bisa didapatkan klasifikasi
baku lapang usaha industri musik yang
detail serta untuk sosialisasi mengenai
profesi-profesi yang di industri musik
agar bisa membuka wawasan para
pelaku industri musik melalui berbagai
media seperti website dan forum
diskusi
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Negara
Riset dan Teknologi
Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
X
X
X
2018
SASARAN 2: Meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja di industri musik Indonesia
SASARAN/RENCANA AKSI
X
2019
Lampiran
125
2
Fasilitasi beasiswa atau dana
hibah untuk pelaku musik di
Indonesia untuk melakukan
pengembangan kapasitas dan
kualitas diri melalui program:
sertifikasi/seminar/festival/
konferensi/residensi di tingkal
lokal maupun internasional
SASARAN/RENCANA AKSI
b
Menyediakan skema untuk pemberian
beasiswa atau dana hibah (termasuk
sosialisasi melalui berbagai media,
pendaftaran, seleksi oleh forum,
pengumuman, pelaksanaan dan
evaluasi program) dan menyediakan
alokasi dana khusus bagi program
pengembangan kapasitas dan kualitas
diri para pelaku musik melalui
program: sertifikasi/seminar/festival/
konferensi/residensi di tingkal lokal
maupun internasional. Contoh beberapa
konferensi/seminar/traning musik
Internasional adalah MIDEM, SXSW,
CMJ Music Conference, New Music
Seminar, Kansai Music Conference,
Berlin Music Week, San Fransisco Music
Tech, Music Matters dan lain sebagainya
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pemuda dan
Olahraga
Kementerian
Perindustrian
Kementrian Luar Negeri
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
X
2016
X
2017
TAHUN
X
2018
X
2019
126
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2
1
Fasilitasi pengembangan dan
pembuatan sistem data pokok
kebudayaan Indonesia yang
akurat dan terpercaya, dikelola
secara profesional
Fasilitasi pengarsipan budaya
dan artefak musik Indonesia
b
a
Menyediakan alokasi dana dan
tim khusus untuk melakukan
pengembangan dan pengelolaan dari
suatu sistem database online untuk
berbagai artefak dan dokumentasi
kegiatan yang berhubungan dengan
musik budaya khas Indonesia
Menyediakan alokasi dana dan tim
khusus untuk melakukan pengumpulan,
pengarsipan, pengelolaan suatu
artefak dan dokumentasi kegiatan yang
berhubungan dengan musik budaya
khas Indonesia
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pekerjaan
Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pekerjaan
Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
X
X
SASARAN 3: Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya dan dapat diakses secara mudah dan cepat
SASARAN/RENCANA AKSI
X
2017
TAHUN
2018
2019
Lampiran
127
Fasilitasi penelitian dan
pengembangan sumber daya
budaya lokal menjadi karya
kreatif yang dikemas dengan
semangat kekinian sehingga
dapat diterima oleh pasar dalam
dan luar negeri
c
Menyediakan alokasi dana dan tim
khusus untuk melakukan penelitian
dan pengembangan terkait sumber
daya budaya lokal agar bisa menjadi
menjadi karya kreatif yang dikemas
dengan semangat kekinian sehingga
dapat diterima oleh pasar dalam dan
luar negeri
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pekerjaan
Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
1
Fasilitasi kolaborasi dan linkage
antar wirausaha di bidang musik
dengan industri lainnya di tingkat
lokal, nasional, dan global
a
Menyediakan alokasi dana khusus untuk
membiayai kegiatan forum komunikasi
dan kolaborasi lintas sektor dibawah
direktorat kementrian atau swasta
yang diasuh oleh praktisi, akademisi,
komunitas dan pemerintahan untuk
wirausaha musik dan wirausaha di
sektor lainnya melakukan kegiatan
bersama seperti seminar dan diskusi
bersama, dalam skala nasional dan
internasional
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
X
X
X
2018
SASARAN 4: Meningkatnya wirausaha musik lokal yang berdaya saing dan dinamis
3
SASARAN/RENCANA AKSI
X
2019
128
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
3
2
Fasilitasi lokakarya dan seminar
berkala yang berkaitan dengan
industri musik bagi pelaku
industri musik di Indonesia
Fasilitasi pembuatan website
interaktif khusus yang berisi
segala informasi mengenai
perkembangan industri musik di
Indonesia dan dunia
SASARAN/RENCANA AKSI
c
b
Menyediakan alokasi dana untuk
kegiatan lokakarya dan seminar seperti
“Dialog Industri Musik” dengan tema
terkini yang rutin, dan terdokumentasi
serta dapat diakses untuk umum dan
tersebar di berbagai wilayah Indonesia
Menyediakan alokasi dana untuk
pembuatan website interaktif khusus
dibawah direktorat industri musik
(contoh: http://www.mca.org.au/)
yang berisi segala informasi mengenai
peluang-peluang pendanaan, kegiatankegiatan, perkembangan terkini
dunia musik, peluang penghargaan
musik nasional dan internasional dan
informasi mengenai perkembangan
industri musik di Indonesia dan dunia
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pekerjaan
Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
X
X
2015
X
X
2016
2017
TAHUN
2018
2019
Lampiran
129
4
Fasilitasi program training
dan mentoring untuk para
pelaku bisnis di Indonesia yang
berpotensi
SASARAN/RENCANA AKSI
d
Menyediakan skema untuk pemberian
fasilitas training dan mentoring
(termasuk penjajakan kerjasama
dengan berbagai negara di dunia yang
terdepan dalam industri musik seperti
Inggris, Korea dan Swedia dan institusi
nasional dan internasional, sosialisasi
melalui berbagai media, pendaftaran,
seleksi oleh forum, pengumuman,
pelaksanaan dan evaluasi program)
dan menyediakan alokasi dana khusus
bagi program pengembangan kapasitas
dan kualitas diri para pengajar musik
melalui program: penerusan pendidikan
ke jenjang S2 atau S3/sertifikasi/
seminar/festival/konferensi/residensi
di tingkal lokal maupun internasional
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pemuda dan
Olahraga
Kementerian
Perindustrian
Kementrian Luar Negeri
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
X
2017
TAHUN
X
2018
X
2019
130
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
1
Fasilitasi dana hibah untuk
mengikuti dan/atau membuat
program pameran dagang skala
nasional dan internasional yang
bisa memperluas wawasan,
jejaring dan cakupan usaha para
pelaku usaha industri musik
lokal
a
Menyediakan alokasi dana khusus untuk
mengikuti pameran dagang yang ada
(contoh: Canadian Music week, SXSW)
dan/atau membuat program pameran
dagang bersama dengan penyelenggara
swasta yang sudah berpengalaman
sebelumnya dimana pameran dagang
tersebut bisa memperluas wawasan,
jejaring dan cakupan usaha para
pelaku usaha industri musik secara
internasional dan nasional
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
X
X
X
2018
SASARAN 5: Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang musik yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkualitas
SASARAN/RENCANA AKSI
X
2019
Lampiran
131
2
Fasilitasi dana insentif dan
matchmaking untuk proposal
bisnis baru yang inovatif
dan proposal bisnis untuk
peningkatan kualitas dan standar
usaha yang sudah berjalan
SASARAN/RENCANA AKSI
b
Menyediakan alokasi dana khusus
dan skema untuk pemberian dana
insentif (termasuk sosialisasi melalui
berbagai media, pendaftaran, seleksi
oleh forum, pengumuman, pelaksanaan
dan evaluasi program) serta membuka
peluang matchmaking dengan investorinvestor dan calon pemberi dana dari
pihak lain (yang sudah didata terlebih
dahulu oleh tim dari badan advokasi)
bagi para calon pelaku usaha musik
yang memiliki proposal bisnis yang
inovatif dan solutif bagi industri
musik Indonesia dan usaha-usaha di
bidang musik yang berencana untuk
meningkatkan kualitas dan standar
usahanya melalui program: sertifikasi
usaha, pendaftaran asosiasi, training,
ataupun pembelian perangkat lunak
maupun keras
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Bank Indonesia
Dewan Komisioner
Otoritas Jasa Keuangan
Badan Penanaman Modal
PENANGGUNGJAWAB
2015
X
2016
X
2017
TAHUN
X
2018
X
2019
132
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
3
Fasilitasi kolaborasi dan linkage
antar usaha di bidang musik
dengan industri lainnya di tingkat
lokal, nasional, dan global
SASARAN/RENCANA AKSI
c
Menyediakan alokasi dana khusus
untuk membiayai kegiatan forum
komunikasi lintas sektor (atau
community hub) dibawah direktorat
kementrian atau swasta yang diasuh
oleh praktisi, akademisi, komunitas
dan pemerintahan untuk pelaku bisnis
musik dan pelaku bisnis di sektor
lainnya melakukan kegiatan bersama
seperti seminar, diskusi bersama,
pameran bersama, dan lain sebagainya,
dalam skala nasional dan internasional
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
X
2016
X
2017
TAHUN
X
2018
X
2019
Lampiran
133
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
Fasilitasi dana hibah untuk
pelaku musik di Indonesia untuk
melakukan pengembangan
kapasitas dan kualitas diri
melalui program residensi dan
festival musik di tingkal lokal
maupun internasional
Fasilitasi penyelenggaraan
perlombaan karya cipta lagu
nasional lintas genre
1
2
b
a
Menyediakan alokasi dana dan tim
khusus untuk menyelenggarakan
lomba karya cipta lagu nasional dengan
melakukan seleksi di seluruh kota di
Indonesia dengan cara pengumpulan
karya melalui suatu portal tunggal dan
seleksi terpusat oleh dewan musisi
(lintas genre dan generasi) dimana
lagu yang terseleksi akan ditampilkan
di depan calon produser dan label
rekaman ternama di Indonesia
Menyediakan skema untuk pemberian
beasiswa atau dana hibah (termasuk
sosialisasi melalui berbagai media,
pendaftaran, seleksi oleh forum,
pengumuman, pelaksanaan dan
evaluasi program) dan menyediakan
alokasi dana khusus bagi program
pengembangan kapasitas dan kualitas
diri para pelaku musik melalui program
residensi dan festival musik di tingkal
lokal maupun internasional seperti The
Great Escape, Coachella, Summerfest,
Lollapalooza, Fuji Rock, Big Day Out,
St. Jerome Lanewat Festival dan lain
sebagainya
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pemuda dan
Olahraga
Kementerian
Perindustrian
Kementrian Luar Negeri
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
X
X
X
X
2017
TAHUN
SASARAN 6: Meningkatnya keragaman dan kualitas karya musik lokal
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
2018
X
X
2019
134
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
4
3
Fasilitasi penyelenggaraan
festival musik populer di
kota-kota di Indonesia dengan
membawa musisi-musisi
ternama di dalam dan luar negeri
Fasilitasi penghargaan karya
musik nasional
SASARAN/RENCANA AKSI
d
c
Menyediakan alokasi dana dan tim
khusus untuk penyelenggaraan festival
musik populer di beberapa kota di
Indonesia dengan membawa musisimusisi ternama di dalam dan luar
negeri dengan harapan generasi muda
di kota-kota tersebut mendapatkan
kesempatan yang sama untuk
mendapatkan literasi musik secara
umum
Menyediakan alokasi dana dan tim
khusus untuk menyelenggarakan
kegiatan penghargaan karya musik
nasional dengan melakukan seleksi di
atas rilisan album setiap 6 bulannya
di Indonesia dengan seleksi terpusat
oleh dewan musisi (lintas genre dan
generasi) serta dengan bekerjasama
dengan berbagai media cetak dan
elektronik untuk membantu proses
sosialisasi dan pengumuman pemenang
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pemuda dan
Olahraga
Kementerian
Perindustrian
Kementrian Luar Negeri
Kementerian
Perdagangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan InformatikaSeluruh
Pemerintah Daerah
Provinsi, Kota, dan
Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
X
X
2016
X
X
2017
TAHUN
X
X
2018
X
X
2019
Lampiran
135
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
Fasilitasi pendataan dan
sosialisasi berbagai distributor
dan toko musik baik untuk
produk fisik maupun digital di
dalam negeri dengan cakupan
nasional maupun internasional
secara berkala
Fasilitasi dana hibah untuk
mengikuti dan/atau membuat
program pameran dagang skala
nasional dan internasional yang
bisa memperluas wawasan,
jejaring dan cakupan usaha para
pelaku usaha industri musik
lokal
1
2
b
a
Menyediakan alokasi dana khusus untuk
mengikuti pameran dagang yang ada
(contoh: Canadian Music week, SXSW)
dan/atau membuat program pameran
dagang bersama dengan penyelenggara
swasta yang sudah berpengalaman
sebelumnya dimana pameran dagang
tersebut bisa memperluas wawasan,
jejaring dan cakupan usaha para
pelaku usaha industri musik secara
internasional dan nasional
Menyediakan tim khusus untuk
melakukan pendataan, sosialisasi dan
pemutakhiran data dan kontak berbagai
distributor dan toko musik baik untuk
produk fisik maupun digital di dalam
negeri dengan cakupan nasional
maupun internasional secara berkala
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
X
X
X
X
X
X
X
SASARAN 8: Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya musik di dalam dan luar negeri
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
2019
136
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
Fasilitasi pembuatan national
music chart setiap bulannya
berdasarkan data penjualan
produk musik nasional dengan
bekerjasama dengan berbagai
asosiasi yang ada di industri
musik
Fasilitasi tur musik bagi musisi
Indonesia yang berprestasi di
beberapa negara di dunia
5
Fasilitasi komunikasi dengan
KBRI di setiap negara di dunia
untuk membuka peluang musisi
Indonesia bisa memasarkan
karyanya di negara-negara yang
mereka ampu
4
3
SASARAN/RENCANA AKSI
e
d
c
Menyediakan alokasi dana dan seleksi
khusus untuk memfasilitasi tur di
beberapa negara bagi musisi Indonesia
yang berprestasi atas dasar seleksi
akan prestasi dan kontribusi terhadap
dunia musik Indonesia
Mendorong badan advokasi musik
bekerjasama dengan berbagai label
rekaman dan media cetak serta
elektronik untuk membuat national
music chart setiap bulannya
Mendorong KBRI di setiap negara untuk
membuka peluang bagi pelaku musik
Indonesia untuk bisa memasarkan
karya dan usahanya di negara-negara
yang mereka ampu dengan cara ikut
aktif menginformasikan, mengundang
dan mempromosikan keberadaan
karya, musisi dan usaha musik yang
ada di Indonesia dengan mengikuti
program seperti festival dan pameran
dagang di negara yang mereka ampu
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Pemuda dan
Olahraga
PENANGGUNGJAWAB
2015
X
X
2016
X
X
2017
TAHUN
X
X
X
2018
X
X
X
2019
Lampiran
137
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
Fasilitasi kerjasama dan
kolaborasi antara para produsen
alat musik dan piranti lunak
lokal dengan para pelaku
industri musik untuk melakukan
diversifikasi dan inovasi produk
berdasarkan kebutuhan yang ada
Fasilitasi pemerataan
penggunaan internet di seluruh
pelosok Indonesia
1
2
b
a
Mendorong pemerataan internet di
seluruh pelosok indonesia dengan
penyediaan DNA-P (Device, Network,
Application dan Platform) dan
penyediaan internet WIFI di tempattempat strategis
Menyediakan alokasi dana khusus
dan skema untuk pemberian dana
insentif (termasuk sosialisasi melalui
berbagai media, pendaftaran, seleksi
oleh forum, pengumuman, pelaksanaan
dan evaluasi program) serta membuka
peluang matchmaking dengan investorinvestor dan calon pemberi dana dari
pihak lain (yang sudah didata terlebih
dahulu oleh tim dari badan advokasi)
bagi inovasi pembuatan alat musik
maupun piranti lunak yang solutif bagi
industri musik
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Bank Indonesia
Dewan Komisioner
Otoritas Jasa Keuangan
Badan Penanaman Modal
X
X
X
X
X
SASARAN 9: Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
2019
138
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
3
Fasilitasi pembenahan ruang
publik untuk berbagai kegiatan
musik di setiap kota di Indonesia
SASARAN/RENCANA AKSI
c
Mendorong pemerintah daerah untuk
mengalokasikan dana dan melakukan
pembenahan ruang publik dengan
internet berkecepatan tinggi dengan
fasilitas yang lengkap untuk diskusi
publik, produksi musik, latihan live
performance dan pentas musik di
beberapa kota di Indonesia
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan
Rakyat
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Dalam
Negeri
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
Kementerian Pemuda dan
Olahraga
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
X
2015
X
2016
X
2017
TAHUN
X
2018
X
2019
Lampiran
139
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
1
Fasilitasi pembiayaan
untuk penelitian mengenai
pengembangan teknologi untuk
industri musik
a
Menyediakan alokasi dana khusus
dan skema untuk pemberian dana
insentif (termasuk sosialisasi melalui
berbagai media, pendaftaran, seleksi
oleh forum, pengumuman, pelaksanaan
dan evaluasi program) untuk program
penelitian pengembangan teknologi
untuk distribusi digital, pengarsipan
dan pendataan produk musik digital dan
model bisnis baru untuk industri musik
Indonesia
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Negara
Riset dan Teknologi
Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi
Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi,
Kota, dan Kabupaten
Badan Penanaman Modal
X
X
X
SASARAN 10: Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif
SASARAN/RENCANA AKSI
X
2019
140
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
3
2
Fasilitasi pembiayaan untuk
penciptaan piranti lunak musik
yang bisa mempermudah para
musisi Indonesia menciptakan
karya musik
Fasilitasi subsidi untuk
pembelian piranti musik (lunak
maupun keras) bagi pelaku
industri musik yang berprestasi,
studio-studio rekaman, ruang
publik dan komunitas-komunitas
musik di daerah
SASARAN/RENCANA AKSI
c
b
Menyediakan alokasi dana khusus
dan skema untuk pemberian dana
insentif (termasuk sosialisasi melalui
berbagai media, pendaftaran, seleksi
oleh forum, pengumuman, pelaksanaan
dan evaluasi program) untuk program
penciptaan piranti lunak musik yang
bisa mempermudah para musisi
Indonesia menciptakan karya musik
Menyediakan alokasi dana khusus
dan skema untuk pemberian subsidi
pembelian piranti musik untuk
produksi musik (termasuk pendataan
kebutuhan dan prioritas, seleksi,
mekanisme pemberian subsidi dan
evaluasi pelaksanaan program) bagi
pelaku industri musik yang berprestasi,
studio-studio rekaman, ruang publik
dan komunitas-komunitas musik di
daerah
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementrian Keuangan
Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan
Rakyat
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Dalam
Negeri
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
Kementerian Pemuda dan
Olahraga
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
X
X
2016
X
X
2017
TAHUN
X
X
2018
X
X
2019
Lampiran
141
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
Mengawasi pelaksanaan
regulasi mengenai hak cipta di
lapangan bekerjasama dengan
Kemenkumham
Harmonisasi-regulasi pajak
pertambahan nilai atas
penyerahan produk rekaman
suara
1
2
b
a
Mendorong dibentuknya suatu
sistem penatausahaan PPN yang
lebih sederhana dan dilakukannya
peningkatan pembinaan dan
pengawasan untuk meminimalisir
penyimpangan dengan cara
memaksimalkan penyuluhan, dan
penegakan hukum
Berperan aktif dalam memastikan
terlaksananya regulasi mengenai
hak cipta bekerjasama dengan
Kemenkumham, selain itu secara
gencar melakukan sosialisasi mengenai
isi dari pembaharuan regulasi terutama
yang memberikan pengaruh besar
terhadap industri musik
Kementerian Keuangan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia
Kementerian Keuangan
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perindustrian
Kementerian Negara
Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kepolisian RI
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
X
X
X
X
X
X
SASARAN 11: Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
2019
142
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
Harmonisasi-regulasi
penyelenggaraan program
kesenian/festival oleh
pemerintah
Harmonisasi-regulasi
penyelenggaraan jasa
penyediaan konten pada jaringan
bergerak seluler dan jaringan
tetap lokal tanpa kabel dengan
mobilitas terbatas
d
c
Mendorong diciptakannya suatu skema
yang memudahkan perijinan untuk
pelaku industri musik melakukan
penyelenggaraan program kesenian/
festival
Berperan aktif memantau berjalannya
Penyelenggaraan Jasa Penyediaan
Konten Pada Jaringan Bergerak Seluler
dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel
Dengan Mobilitas Terbatas dengan
sebaik-baiknya
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perdagangan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian
Perdagangan
Kementerian
Perindustrian
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
X
X
2015
X
X
2016
X
X
2017
TAHUN
X
X
2018
1
Fasilitasi kerjasama antara
Kemenparekraf dengan
Kemenkumham dalam
mengintegrasikan kegiatan
pendaftaran karya musik secara
satu pintu melalui lembaga yang
ditunjuk
a
Melakukan sosialisasi mengenai sistem
pendaftaran karya musik secara satu
pintu melalui lembaga yang ditunjuk
kepada para pelaku industri musik
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
X
X
SASARAN 12: Terciptanya lembaga yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik
4
3
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
X
2019
Lampiran
143
Fasilitasi pembuatan pusat
pengarsipan musik Indonesia
b
Menyediakan tim khusus, alokasi dana
khusus dan skema untuk pengarsipan
musik, sosialisasi sistem pengarsipan,
pengembangan kapasitas pengelola
pengarsipan, pusat penyimpanan data,
dan perpustakaan industri musik (Join
Katalog Online) yang terhubung dan
terintegrasi
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
X
2017
TAHUN
X
2018
Fasilitasi pendataan
dan sosialisasi berbagai
penghargaan-penghargaan yang
ada di dunia Internasional
Fasilitasi pembiayaan untuk
proyek kolaborasi musisi
Indonesia dan internasional
1
2
b
a
Menyediakan alokasi dana khusus dan
skema untuk pemberian dana insentif
(termasuk sosialisasi melalui berbagai
media, pendaftaran, seleksi oleh
forum, pengumuman, pelaksanaan dan
evaluasi program) bagi para pelaku
industri musik yang memiliki proposal
proyek kolaborasi antara musisi
Indonesia dan internasional
Melakukan pendataan berbagai
penghargaan-penghargaan yang
ada di dunia Internasional dan
mensosialisasikannya kepada pelaku
musik di Indonesia melalui berbagai
media, seperti website (badan
advokasi), media sosial dan jejaring
media cetak dan elektronik
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Kementrian Keuangan
Seluruh Kementerian dan
Lembaga
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
X
X
X
X
X
X
X
SASARAN 13: Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/ wirausaha/usaha lokal di dalam dan luar negeri
2
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
X
2019
144
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
Fasilitasi sosialisasi kepada
para musisi Indonesia untuk
mendistribusikan karyanya
ke dunia Internasional melalui
berbagai jalur distribusi digital
c
Menyediakan alokasi dana khusus untuk
program sosialisasi seperti diskusi dan
seminar mengenai beragam alternatif
distribusi digital, bekerjasama dengan
para distributor digital nasional dan
internasional
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementrian Perdagangan
Kementrian Perindustrian
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
X
2015
X
2016
X
2017
TAHUN
X
2018
1
Fasilitasi sosialisasi mengenai
pentingnya pendaftaran lisensi
musik kepada pelaku industri
musik di seluruh kota di
Indonesia
a
Menyediakan alokasi dana khusus untuk
program sosialisasi seperti diskusi
dan seminar dan sosialisasi melalui
berbagai media cetak dan elektronik
spesifik musik mengenai pentingnya
pendaftaran lisensi musik kepada
pelaku industri musik di seluruh kota di
Indonesia
Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan Seluruh
Pemerintah Daerah
Provinsi, Kota, dan
Kabupaten
X
X
X
SASARAN 14: Meningkatnya apresiasi terhadap Hak Cipta
3
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
2019
Lampiran
145
Meningkatkan layanan
pendidikan dan layanan
informasi Hak Cipta kepada
masyarakat
Fasilitasi harmonisasipenertiban para pelanggar Hak
Cipta khususnya untuk produk
musik dengan bantuan institusi
yang terkait
2
3
SASARAN/RENCANA AKSI
c
b
Berperan aktif dalam memantau
pelaksanaan UU Hak Cipta termasuk
terhadap kinerja pemangku
kepentingan yang berkewajiban
melakukan penertiban terhadap
pelanggaran Hak Cipta
Menyediakan alokasi dana khusus
untuk program sosialisasi mengenai
pentingnya penghargaan atas Hak Cipta
melalui berbagai program (festival
musik, bazzar, seminar) dan media
cetak dan elektronik
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi
dan Informatika
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perdagangan Seluruh
Pemerintah Daerah
Provinsi, Kota, dan
Kabupaten
Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia
Seluruh Kementerian dan
Lembaga
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
X
X
2017
TAHUN
X
X
2018
X
X
2019
146
Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019
4
Fasilitasi untuk membuat
standar kontrak bisnis standar
yang menghargai Hak Cipta
orang kreatif dan pemberian
penghargaan terhadap pelaku
bisnis yang taat hukum atas
penggunaan karya musik
SASARAN/RENCANA AKSI
d
Bekerjasama dengan Lembaga
Manajemen Kolektif untuk memperkuat
landasan interaksi bisnis antara
perusahaan dengan insan kreatif
berupa kontrak bisnis standar yang
menghargai Hak Cipta dan pemberikan
penghargaan terhadap pelaku bisnis
yang taat hukum atas penggunaan
karya musik dengan melakukan
pemantauan kegiatan transaksi lisensi
musik yang dilakukan antara para
pengguna (pelaku bisnis) dengan
Lembaga Manajemen Kolektif secara
berkala
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia
Kepolisian Negara
Republik Indonesia
Kementerian
Perdagangan
Kementerian
Perindustrian
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
X
2017
TAHUN
X
2018
X
2019
Lampiran
147
5
Fasilitasi pendaftaran Hak Cipta
yang mudah dan terjangkau
SASARAN/RENCANA AKSI
e
Menyediakan suatu skema pendaftaran
Hak Cipta yang mudah dan terjangkau
melalui sistem yang terintegrasi
(misalkan melalui portal khusus)
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia
Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
Badan Pengkajian
Penerapan Teknologi
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Kementerian
Perindustrian
Kementerian Negara
Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah
Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral
Kementerian Negara
Lingkungan Hidup
Kementerian Kehutanan
Kementerian Kelautan
dan Perikanan
Seluruh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten
PENANGGUNGJAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
X
2018
X
2019
Download