RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI MUSIK NA SIONAL 2015-2019 Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 : i Dina Dellyana Fikri Hadiansyah Adib Hidayat Widhi Asmoro PT. REPUBLIK SOLUSI iv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Rencana Pengembangan Industri Musik nasional 2015-2019 Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif: Penasihat Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Pengarah Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ahman Sya, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya Cokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan Penanggung Jawab Mumus Muslim, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya Juju Masunah, Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik Julianus Limbeng, Kasubdit Pengembangan Industri Musik Tim Studi Dina Dellyana Fikri Hadiansyah Adib Hidayat Widhi Asmoro ISBN 978-602-72367-7-6 Tim Desain Buku RURU Corps (www.rurucorps.com) Rendi Iken Satriyana Dharma Sari Kusmaranti Subagiyo Farly Putra Pratama Penerbit PT. Republik Solusi Cetakan Pertama, Maret 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit v Terima kasih Kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD) Jabatin Bangun Andre Sumual Yuslisar Ningsih Robin Malau Azhar Hasyim Wendi Putranto Dewi Indriati Ari Juliano Dian Nur Farida Hang Dimas Marully Panggabean Ario Tamat Aris Firdaus Yonathan Nugroho Bens Leo Ventha Lesmana Haris Wahyudi David Karto Indri Sjafri Totok Soediyantoro Frangky Raden Yudi Sukmayadi Marusya Nainggolan Aldo Sianturi Rahayu Kertawiguna Eki Puradierdja Singgih Sanjaya Harun Nurasyid Tito Loho Arian Arifin vi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Kata Pengantar Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya pengembangan ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup. Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial. Industri musik sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, merupakan segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik. Saat ini masih ada masalahmasalah yang menghambat pertumbuhan industri musik di Indonesia, termasuk didalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam yang belum teridentifikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna. Dalam upaya melakukan pengembangan industri musik di Indonesia, diperlukan pemetaan terhadap ekosistem industri musik yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar, nurturance environment, dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak terbatas pada model triple helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas dan melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan quad helix model kolaborasi dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis dan komunitas. Keberhasilan ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada pendekatan pengembangan yang menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan pada tahun 2009. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan vii data, informasi, telah dilakukan sejumlah Focus Group Discussion (FGD) dengan semua pemangku kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif, dan komunitas musik secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci pemahaman mengenai industri musik dan strategi-strategi yang perlu diambil dalam percepatan pengembangan industri musik lima tahun mendatang. Dengan demikian, masalah-masalah yang masih menghambat pengembangan industri musik selama ini dapat diatasi sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, industri musik dapat menjadi industri yang berbudaya, berdaya saing, kreatif, dan dinamis secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia. Salam Kreatif, Mari Elka Pangestu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif viii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Daftar Isi Kata Pengantar................................................................................................................... vii Daftar Isi.............................................................................................................................. ix Daftar Gambar.................................................................................................................... xii Daftar Tabel ................................................................................................................... xiii Ringkasan Eksekutif......................................................................................................... xiv BAB 1 PERKEMBANGAN INDUSTRI MUSIK DI INDONESIA........................................ 3 1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Industri Musik.....................................................................4 1.1.1 Definisi Industri Musik............................................................................................4 1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Industri Musik........................................................6 1.2 Sejarah dan Perkembangan Industri Musik.......................................................................10 1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Industri Musik Dunia....................................................10 1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Industri Musik Indonesia............................................. 12 BAB 2 EKOSISTEM DAN RUANG LINGKUP INDUSTRI MUSIK INDONESIA............... 23 2.1 Ekosistem Industri Musik.................................................................................................24 2.1.1 Definisi Ekosistem Industri Musik............................................................................24 2.1.2 Peta Ekosistem Industri Musik.................................................................................25 2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Musik...........................................................................44 2.2.1 Peta Industri Musik..................................................................................................44 2.2.2 Ruang Lingkup Industri Musik................................................................................46 2.2.3 Model Bisnis Industri Musik....................................................................................50 BAB 3 KONDISI UMUM INDUSTRI MUSIK INDONESIA................................................ 55 3.1 Kontribusi Ekonomi Industri Musik.................................................................................56 3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)..................................................................58 3.1.2 Berbasis Ketenagakerjaan..........................................................................................59 3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan...................................................................................60 3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga...........................................................................61 3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor................................................................................................62 3.2 Kebijakan Pengembangan Industri Musik...........................................................................64 ix 3.3 Struktur Pasar Industri Musik...............................................................................................69 3.4 Daya Saing Industri Musik....................................................................................................72 3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Industri Musik.................................................76 BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI MUSIK INDONESIA.................................... 83 4.1 Arah Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015-2019...............................................84 4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Industri Musik........................................................85 4.2.1 Visi Pengembangan Industri Musik............................................................................86 4.2.2 Misi Pengembangan Industri Musik...........................................................................86 4.2.3 Tujuan Pengembangan Industri Musik.......................................................................87 4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Industri Musik............................................87 4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Industri Musik..................................................................90 4.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Daya Manusia Kreatif di Industri Musik yang Berdaya Saing dan Dinamis.......................................................................................91 4.4.2 Arah Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Budaya Bagi Industri Musik Secara Berkelanjutan.............................................91 4.4.3 Arah Kebijakan Perwujudan Industri Musik yang Berdaya Saing Tumbuh dan Beragam....................................................................................................................91 4.4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Pembiayaan yang Seusai, Kompetitif, dan Mudah Diakses..................................................................................................................... 91 4.4.5 Arah kebijakan Perluasan Pasar di Dalam dan Luar Negeri Secara Berkualitas dan Berkelanjutan........................................................................................................... 92 4.4.6 Arah Kebijakan Penyediaan dan Pengembangan Infrastruktur dan Teknologi yang Tepat Guna dan Mudah Diakses................................................................................92 4.4.7 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan dan Iklim Usaha yang Mendukung Pengembangan Industri Musik..................................................................................92 4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Musik..................................................93 4.5.1 Meningkatnya Kuantitas, Keragaman dan Kualitas Lembaga Pendidikan yang Mendukung Penciptaan Pelaku Industri Musik Secara Berkelanjutan........................93 4.5.2 Meningkatnya Kuantitas dan Kualitas Tenaga Kerja di Industri Musik Indonesia...... 93 4.5.3 Tersedianya Informasi Sumber Daya Budaya Lokal yang Akurat dan Terpercaya dan Dapat diakses Secara Mudah dan Cepat.................................................................... 94 4.5.4 Meningkatnya Wirausaha Musik Lokal yang Berdaya Saing dan Dinamis..................94 4.5.5 Meningkatnya Usaha Kreatif Lokal di Bidang Musik yang Berdaya Saing Bertumbuh dan Berkualitas..........................................................................................................95 4.5.6 Meningkatnya Keragaman dan Kualitas Karya Musisi Lokal......................................95 4.5.7 Meningkatnya Ketersediaan Pembiayaan bagi Industri Musik Lokal yang Sesuai, Mudah diakses dan Kompetitif..................................................................................95 x Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 4.5.8 Meningkatnya Penetrasi dan Diversifikasi Pasar Karya Musik di Dalam dan Luar Negeri.......................................................................................................................96 4.5.9 Meningkatnya Ketersedian Infrastruktur yang Memadai dan Kompetitif...................96 4.5.10 Meningkatnya Ketersedian Teknologi Tepat Guna, Mudah diakeses, dan Kompetitif................................................................................................................ 97 4.5.11 Terciptanya Regulasi yang Mendukung Penciptaan iklim yang Kondusif Bagi Pengembangan Industri Musik..................................................................................97 4.5.12 Terciptanya Lembaga yang Medukung Penciptaan Iklim yang Kondusif Bagi Pengembangan Industri Musik..................................................................................98 4.5.13 Meningkatnya Partisipasi Aktif Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Industri Musik Secara Berkkualitas dan Berkelanjutan.............................................. 98 4.5.14 Meningkatnya Aptesiasi Kepada Orang/Karya/Wirausaha/Usaha Musik Lokal di Dalam dan Luar Negeri.............................................................................................99 BAB 5 PENUTUP ................................................................................................................... 101 5.1 Kesimpulan........................................................................................................................102 5.2 Saran..................................................................................................................................103 LAMPIRAN ............................................................................................................................. 105 xi Daftar Gambar Gambar 1‑1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembgangan Musik dalam Ekonomi Kreatif 2015-2019...............................................................................................................................9 Gambar 1-2 Perkembangan Musik di Indonesia .................................................................... 20 Gambar 2-1 Peta Ekosistem Industri Musik............................................................................26 Gambar 2-2 Peta Industri Musik.............................................................................................47 Gambar 2-3 Model Bisnis di Industri Musik...........................................................................51 Gambar 3-1 Nilai Tambah Bruto Subsektor Musik.................................................................58 Gambar 3-2 Kontribusi Ekonomi Industri Musik Berbasis Ketenagakerjaan........................... 59 Gambar 3-3 Aktivitas Usaha Industri Musik...........................................................................60 Gambar 3-4 Konsumsi Rumah Tangga Industri Musik...........................................................61 Gambar 3-5 Ekspor Subsektor Industri Musik........................................................................62 Gambar 3-6 Perbandingan Ekspor dan Impor Industri Musik................................................ 63 Gambar 3-7 Daya Saing Industri Musik..................................................................................73 xii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Daftar Tabel Tabel 1‑1 Elemen Definisi di 6 Negara.....................................................................................5 Tabel 3‑1 Kontribusi Ekonomi Industri Musik 2010–2013.....................................................56 Tabel 3-2 Peraturan Mengenai Industri Musik Indonesia.........................................................64 Tabel 3-3 Potensi Permasalahan Industri Musik Indonesia........................................................76 Tabel 4‑1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Industri Musik 2015-2019............ 85 xiii Ringkasan Eksekutif Industri musik berkaitan erat dengan kegiatan di rantai kreasi, reproduksi, distribusi dan konsumsi dan memiliki lingkup substansi yang cukup luas. Sebagaimana musik itu sendiri yang ranahnya masih terus berkembang, industri musik pun demikian. Ruang lingkup industri musik dapat dilihat berdasarkan genre, yaitu berdasarkan aliran musik yang diusung, contohnya jazz, rock, metal, pop, dan sebagainya. Tetapi pendekatan ini dirasakan kurang tepat, mengingat genre musik yang terus berkembang sehingga sulit melihat batas yang tegas antar genre. Untuk itu, definisi industri musik bisa didapatkan dengan melihat perubahan dan kemajuan yang terjadi pada industri musik dunia. Berawal dari konsumsi karya musik yang hanya dapat dinikmati secara langsung, kemudian berubah menjadi karya musik berbentuk cetak (era penerbitan musik), hingga saat ini di mana industri musik sudah menjadi industri yang besar mencakup berbagai bentuk konsumsi karya musik dan telah memiliki komponen-komponen layaknya industri pada umumnya. Dapat dilihat bahwa saat ini industri musik menggunakan jasa promosi atau marketing dalam proses industrinya. Namun demikian, perkembangan industri musik dan fokus pengembangannya bisa berbeda-beda di setiap negara. Untuk itu, jika disesuaikan dengan konteks perkembangan subsektor industri musik yang terjadi di Indonesia, dan dilihat dari sudut pandang industri kreatif, serta dengan tidak mengesampingkan sejarah yang ada, maka subsektor industri musik itu sendiri dapat didefinisikan sebagai: segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik. Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif, khususnya subsektor industri musik, perlu dilakukan pemetaan terhadap kondisi ideal, yaitu suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari negara-negara yang sudah maju industri musiknya. Selain itu juga perlu dipahami kondisi aktual dari industri musik di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi. Pemahaman antara kondisi ideal dengan kondisi aktual dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari industri musik nasional sehingga dapat berkembang dengan baik, dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi. Ekosistem industri musik, sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dan antara peran-peran tersebut dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif. Peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya mampu diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang bersifat nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk ikut serta dalam memajukan Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk industri musik. xiv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi ekonomi industri musik, nilai yang ada pada data BPS tersebut dihitung berdasarkan data Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009 yang hanya memasukkan klasifikasi usaha kode 56 yaitu usaha penyedia makanan dan minuman, sehingga nilai PDB ini dapat lebih akurat apabila sudah memasukkan kode KBLI yang sesuai dengan ruang lingkup usulan (Bab 2.2.2 Ruang Lingkup Industri Musik). Visi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan industri musik pada periode 2015-2019 yang menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah dan terukur yang dijabarkan pada Bab 4 Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia. xv If you fail to plan, you are planning to fail. RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH PERIKLANAN 2015-2019 RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH 17 RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH SENI PERTUNJUKAN 2015-2019 SENI RUPA 2015-2019 TEKNOLOGI INFORMASI 2015-2019 TV & RADIO 2015-2019 VIDEO 2015-2019 PENERBITAN 2015-2019 16 RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH PENELITIAN & PENGEMBANGAN 2015-2019 15 18 MUSIK 2015-2019 PERFILMAN 2015-2019 14 “ RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH KULINER 2015-2019 10 KERAJINAN 2015-2019 ARSITEKTUR 2015-2019 09 12 08 RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH 11 ARSITEKTUR 2015-2019 06 05 04 “ KEKUATAN BARU INDONESIA MENUJU 2025 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 xvi Sumber: Benjamin Franklin v 2 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 BAB 1 Perkembangan Industri Musik di Indonesia BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia 3 1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Industri Musik Musik merupakan sebuah bentuk ekspresi melalui bunyi, di mana unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat, dan warna bunyi.1 Untuk menjadi sesuatu yang lebih bernilai ekonomi, musik harus diolah sedemikian rupa melalui prosesproses yang berkesinambungan. Untuk itu musik membutuhkan sebuah industri yang mapan sebagai pendukungnya. Namun demikian, industri musik terkadang didefinisikan terlalu luas dan tidak sesuai dengan kondisi aktual industri yang ada di dalam negeri. Sehingga, kurang mampu menggambarkan kegiatan yang sebenarnya terjadi di dalamnya. Definisi dan ruang lingkup yang salah dapat membawa pengembangan industri musik Indonesia ke arah yang kurang tepat di masa kini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan sebuah definisi yang dapat memberikan batasan ruang lingkup terhadap subsektor industri musik di Indonesia, dengan mempertimbangkan perkembangan musik di dunia dan Indonesia, serta studi banding dengan beberapa negara di dunia. 1.1.1 Definisi Industri Musik Gambaran sederhana dari definisi industri musik bisa didapatkan dengan melihat perubahan dan kemajuan yang terjadi pada industri musik dunia. Berawal dari konsumsi karya musik yang hanya dapat dinikmati secara langsung, kemudian berubah menjadi karya musik berbentuk cetak (era penerbitan musik), hingga saat ini di mana industri musik sudah menjadi industri yang besar mencakup berbagai bentuk konsumsi karya musik dan telah memiliki komponen-komponen layaknya industri pada umumnya. Dapat dilihat bahwa saat ini industri musik menggunakan jasa promosi atau marketing dalam proses industrinya. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi sederhana industri musik adalah: Suatu proses penggabungan berbagai kegiatan, mulai dari komposisi musik, rekaman musik, promosi, penerbitan, hingga pertunjukan musik. Untuk melengkapi definisi sederhana di atas, maka dilakukan analisis perbandingan definisi industri musik di enam negara untuk dapat lebih memahami perkembangan industri musik di dunia, meliputi negara Inggris, Swedia, Jerman, Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan Kanada (Tabel 1-1). Inggris mendefinisikan industri musik sebagai setiap kegiatan yang terlibat dalam pementasan, penciptaan, pembuatan, perekaman, promosi, dan penjualan musik.2 Sedangkan Swedia mendefinisikan industri musik sebagai sebuah jaringan yang kompleks dengan sejumlah aktor dengan kepentingan yang berbeda, bekerja sama dalam pembuatan produk inti dan kegiatan dalam industri musik termasuk rekaman suara, pertunjukan, produksi musik, dan administrasi hak cipta.3 Berbeda dengan Inggris dan Swedia, Jerman mendefinisikan industri musik sebagai setiap kegiatan yang meliputi rekaman suara dan penerbitan musik.4 Dengan hasil akhir yang sedikit berbeda, Afrika Selatan mendefinisikan industri musik sebagai sebuah industri yang (1) Soeharto, M. 1992. Kamus Musik: Gramedia Widiasarana Indonesia (2) Creative and Cultural Skills. 2011. The Music Blueprint: An Analysis of the Skills Needs of the Music Sector in the UK. London: Creative and Cultural Industries Ltd. (3) Tommy. 2003. Mapping the Sweedish Music Industry. (4) European Center for Creative Economy. Facts, http://www.e-c-c-e.de/en/facts/, (diakses 25 Juli 2014) 4 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 meliputi sektor perekaman, sektor pertunjukan, dan sektor multidisiplin, di mana musik adalah komponen dari suatu produk atau pertunjukan.5 Sedangkan Amerika Serikat mendefinisikan industri musik mereka sebagai suatu kegiatan yang meliputi pertunjukan musik, komposisi, distribusi, promosi, produksi, pelatihan, dan pendidikan di bidang musik.6 Tidak banyak berbeda dengan yang lain, industri musik di Kanada didefinisikan sebagai aktivitas kewirausahaan terkait dengan pengembangan, produksi dan distribusi musik, serta pertunjukan musik.7 Tabel 1 - 1 Elemen Definisi di 6 Negara Negara Elemen Definisi Inggris Swedia Pertunjukan Musik v v Komposisi Musik v v Perekaman Musik v v Promosi Musik v Jerman v Amerika Serikat Kanada v v v v v v v v v Distribusi Musik Penjualan Musik Afrika Selatan v v v Administrasi Hak Cipta v Penerbitan Musik v Pendidikan Musik v v v v Pengembangan Musik v Disesuaikan dengan konteks perkembangan subsektor industri musik yang terjadi di Indonesia, dan dilihat dari sudut pandang industri kreatif, serta dengan tidak mengesampingkan sejarah yang ada, maka subsektor industri musik itu sendiri dapat didefinisikan sebagai: Segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik. Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Industri Musik, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Mei—Juni 2014) (5) The Cultural Strategy Group. 1998. Creative South Africa: A Strategy for Realising the Potential of the Cultural Industries. Johannesburg: Department of Arts, Culture, Science and Technology. (6) Harris, C., Collins, M., Cheek, Dennis. 2013. America’s Creative Economy: A Study of Recent Conceptions, Definitions, and Approaches to Measurement Across the USA. National Creativity Network. (7) Hyatt, D. 2008. An Overview of the Financial Impact of the Canadian Music Industry. Ontario: Ontario Media Development Corporation (OMDC) BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia 5 Berdasarkan definisi di atas, maka terdapat beberapa kata kunci yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari definisi industri musik, yaitu: 1. Jenis Usaha adalah jenis kegiatan atau lembaga usaha yang berhubungan dengan pemberdayaan karya musik untuk memberikan manfaat kepada pelakunya, baik dari segi ekonomi maupun dari segi lainnya; 2. Kegiatan Kreatif adalah kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan akal manusia untuk mencipta atau mengembangkan karya, dalam hal ini adalah karya musik; 3. Pendidikan adalah kegiatan yang bertujuan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan manusia baik itu formal, nonformal, dan informal; 4.Kreasi atau komposisi adalah proses penciptaan karya musik yang berbentuk penuangan buah pikiran atau kecerdasan, serta realisasi ide dan gagasan, sehingga menjadi sebuah karya musik yang utuh; 5.Rekaman adalah pemindahan suara dari alat musik atau vokal manusia ke dalam media perekam seperti pita rekaman, dan menggunakan alat perekam; 6.Promosi adalah upaya memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa dengan tujuan menarik calon konsumen; 7.Distribusi adalah penyaluran produk musik ke berbagai saluran penjualan produk musik; 8.Penjualan adalah pengalihan kepemilikan produk musik dengan timbal balik tertentu; 9.Pertunjukan Musik adalah kegiatan mempertunjukkan atau menampilkan karya musik secara langsung ke khalayak ramai; 10. Karya Seni Musik adalah hasil daya cipta yang merupakan buah pikiran atau kecerdasan manusia, dalam hal ini yang berbentuk kreasi musik, baik itu dalam bentuk suara maupun cetak. 1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Industri Musik Industri musik memiliki lingkup substansi yang cukup luas. Sebagaimana musik itu sendiri yang ranahnya masih terus berkembang, industri musik pun demikian. Ruang lingkup industri musik dapat dilihat berdasarkan genre, yaitu berdasarkan aliran musik yang diusung, contohnya jazz, rock, metal, pop, dan sebagainya. Tetapi pendekatan ini dirasakan kurang tepat, mengingat genre musik yang terus berkembang sehingga sulit melihat batas yang tegas antar genre. Industri musik beririsan dengan seni pertunjukan yang juga memiliki substansi seni musik. Untuk menghindari tumpang tindihnya lingkup substansi antar subsektor, maka disepakati bahwa untuk subsektor industri musik, lingkup substansinya adalah ruang lingkup dari industri musik, yang esensinya berada pada karya musiknya, sedangkan pertunjukan hanya sebagai medium saja. Sedangkan seni musik dalam seni pertunjukan berkebalikan dengan industri musik, di mana yang menjadi fokus adalah pertunjukannya, dan musik dapat dikatakan diperlakukan sebagai konten yang disajikan dalam pertunjukan. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka lingkup pengembangan industri musik meliputi industri yang dikenal di dunia sebagai industri rekaman, yang terdiri dari dua aktivitas besar, yaitu fragmen artistik dan fragmen industrial. 6 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Yang tercakup di dalam fragmen artistik adalah pelaku yang melakukan segala jenis kegiatan yang berhubungan dengan kreativitas dan seni untuk menghasilkan suatu karya musik. Berikut ini adalah pelaku yang masuk ke dalam fragmen artistik: • Artis, adalah musisi, baik itu penyanyi ataupun pemain alat musik termasuk juga kelompok musik, yang melakukan kegiatan berkaitan dengan menampilkan karya musik; • Penulis Lagu, adalah pencipta atau penulis karya musik lagu atau melodi lagu, yang biasanya merupakan lagu populer; • Penulis Lirik, adalah pencipta atau penulis kata-kata dalam lagu, yang melengkapi sebuah karya musik; • Penata Musik, adalah orang yang mengatur atau mengaransemen sebuah karya musik, termasuk menyesuasikan komposisi musik dengan suara penyanyi atau instrumen lain yang didasarkan pada sebuah komposisi yang telah ada (penggubah lagu); • Komposer, adalah orang yang menulis komposisi musik instrumental maupun vokal, sampai dengan orkestra, dan meneruskan kepada orang lain untuk memainkannya; • Produser, adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengawasi dan mengelola proses rekaman dari karya musik seorang musisi atau komposer. Hal ini meliputi pengumpulan ide untuk proyek rekaman, memilih lagu atau musisi, melatih musisi di studio, mengatur sesi rekaman, dan juga supervisi keseluruhan proses rekaman melalui mixing dan mastering. Produser dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: produser musik, yang bertanggung jawab mengawasi dalam segi kreasi karya musik, dan produser eksekutif yang bertanggung jawab mengawasi dalam segi keuangan proyek rekaman; • Sound Engineer, adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengelola rekayasa suara pada sebuah proses rekaman atau aspek teknis dari rekaman, mulai dari merekam, mengedit, mixing dan mastering suara, untuk merealisasikan visi kreatif dari produser artis atau komposernya, meliputi juga pascaproduksi untuk video dan film, live sound reinforcement (pengelolaan sistem suara pertunjukan langsung musik), hingga penyiaran; • Music Director (Pengarah Musik), adalah orang yang bertanggung jawab dalam produksi atau pertunjukan musik secara keseluruhan, termasuk memastikan setiap peran memahami musiknya secara menyeluruh, dan mengawasi interpretasi musik dari setiap penampil atau musisi; Session Player, adalah musisi lepas yang digunakan jasanya untuk melakukan proses rekaman pada bagian tertentu, yang tidak bisa dicakup atau dilakukan oleh musisi, dan bukan merupakan bagian dari musisi atau kelompok musiknya. • Sedangkan pada fragmen industri, para pelaku melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu keluaran yang berupa layanan atau produk. Fragmen artistik merupakan penyuplai utama fragmen industrial sehingga dua fragmen ini tidak bisa dipisahkan dari industri musik. Para pelaku yang masuk ke dalam fragmen industri-layanan, meliputi: • Penyewaan Studio Rekaman, adalah penyedia jasa penyewaan studio untuk rekaman musik, termasuk juga menyediakan alat-alat perekam, dan alat musik untuk rekaman; • Manajemen Artis, adalah manajer yang bertugas mewakili seniman, komposer, produser rekaman dalam hal yang berkaitan dengan perusahaan rekaman, perusahaan penerbitan BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia 7 musik (music publisher), dan juga dengan lembaga atau badan lain yang penting di industri musik; • Jasa Reservasi (Booking Agent), adalah penyedia jasa yang bertanggung jawab mewakili musisi untuk berhubungan dengan promotor atau event organizer. Juga bertanggung jawab mewakili musisi dalam kesepakatan dan reservasi pertunjukan musik; • Lembaga Manajemen Kolektif (LMK), adalah lembaga yang pada umumnya bertanggung jawab untuk pengambilan royalti dari segala bentuk pemanfaatan karya musik yang telah terlisensi; • Konten Agregator, adalah individu atau organisasi yang mengumpulkan konten untuk web atau aplikasi lain dari sumber yang berbeda-beda, juga mendistribusikan konten untuk website mereka sendiri ataupun pelanggan yang membutuhkan konten tertentu; • Label Rekaman, adalah perusahaan yang mengelola rekaman suara dan penjualannya, termasuk promosi dan perlindungan hak cipta; • Distributor Produk Industri Musik (Digital dan Nondigital), adalah pihak yang menyalurkan produk akhir karya musik kepada saluran-saluran penjualan produk subsektor industri musik; • Distributor Alat Musik, adalah pihak yang menyalurkan alat-alat (instrumen) musik, yang digunakan oleh musisi-musisi dalam proses rekaman dan pertunjukan karya musik; • Toko Musik Digital, adalah outlet yang umumnya tidak berbentuk fisik, yang menjual produk musik dalam bentuk file digital (mp3, wav, dan lain sebagainya); • Toko Musik Konvensional, adalah outlet berbentuk fisik, yang menjual secara khusus produk karya musik dalam bentuk fisik seperti kaset, CD (cakram padat), piringan hitam, dan DVD; • Promotor Musik, adalah individu atau organisasi yang bertanggung jawab sebagai penganjur atau pendorong terselenggaranya acara atau event musik; • Penyedia Pendidikan Musik, adalah individu atau organisasi yang memberikan pendidikan musik baik formal, informal, dan nonformal, dalam segi kemampuan (skill) bermusik, maupun bisnis dalam subsektor industri musik; • Penerbit Musik (Publisher), adalah penanggung jawab lisensi karya musik. Penerbit musik melisensikan penggunaan copyrights kepada perusahaan rekaman yang memproduksi rekaman tersebut, termasuk mengusahakan lisensi copyrights mereka untuk pembuat film dan iklan, atau bentuk lainnya, untuk menghasilkan pendapatan sebanyak mungkin; • Publisis (Publicist), adalah pihak yang melakukan strategi publikasi ataupun promosi terhadap masyarakat umum, khususnya media dan beberapa pihak terkait. Juga bertindak mewakili artis atau label dalam fungsinya sebagai public relation; • Penyewaan Alat Musik dan Sound System, adalah pihak yang menyediakan jasa penyewaan alat-alat yang berkaitan dengan penyelenggaraan acara pertunjukan musik. Para pelaku yang masuk ke dalam fragmen industri produk meliputi: • 8 Pembuat Alat Musik, adalah individu atau organisasi yang berkegiatan memproduksi atau membuat instrumen musik yang digunakan untuk seluruh kegiatan musik yang berkaitan dengan menampilkan karya ataupun perekaman; Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 • Pembuat Piranti Lunak (Software) Musik, adalah individu atau organisasi yang berkegiatan membuat atau memproduksi piranti lunak yang umumnya digunakan dalam kegiatan perekaman, penyuntingan dan mastering karya musik; • Pembuat Piranti Lunak (Software) untuk Distribusi atau Apresiasi Musik, adalah individu atau organisasi yang khusus membuat aplikasi mobile, aplikasi komputer, dan aplikasi web khusus untuk produk industri musik. Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Musik dalam Ekonomi Kreatif 2015-2019 BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia 9 1.2 Sejarah dan Perkembangan Industri Musik 1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Industri Musik Dunia Sejarah industri musik dunia bisa dibagi menjadi beberapa era, mulai dari era industri pertunjukan musik, industri penerbitan musik, industri rekaman musik, dan era industri musik digital. Menurut sejarah musik dunia, pada era industri pertunjukan musik, sebuah musik mulai menghasilkan perputaran uang ketika produk pertunjukan musik sangat digemari pada era sebelum tahun 1600-an. Pada era tersebut satu-satunya cara untuk menikmati karya musik adalah dengan menyaksikan pertunjukan musik secara langsung. Selama ratusan tahun bentuk ini selalu sama, menjadi musisi dan menyampaikan musik kepada pendengar. Pada era industri penerbitan musik yang berkisar di tahun 1600-an, mesin cetak sederhana ditemukan oleh Gutenburg yang digunakan untuk kepentingan gereja di mana nyanyiannyanyian yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan telah diproduksi dalam bentuk kertas. Hal ini menandai era di mana lembaran musik pun mulai diterbitkan. Revolusi industri menjadi penyedia jalan bagi pengiriman atau penyampaian musik kepada pendengar yang lebih luas. Di era ini, musik mulai bisa dimainkan ulang di mana saja dengan mengacu pada kertas musik yang umumnya berisi catatan nada atau komposisi lagu yang diterbitkan. Industri penerbitan musik ini berlangsung hingga abad ke-18. Pada pertengahan-ke-akhir abad ke-18, komposer Wolfgang Amadeus Mozart mulai mencari peluang komersial untuk memasarkan karya musik dan pertunjukan ke khalayak umum. Setelah kematian Mozart, Constanze Weber, istri Mozart, melanjutkan proses komersialisasi musiknya dengan melakukan serangkaian kegiatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya, misalnya penjualan naskah musik milik Mozart, pertunjukan atau konser memorial, juga berkolaborasi dengan Georg Nissen, suami kedua Constanze, dalam biografi Mozart. Hingga akhirnya pada abad ke-19, industri musik didominasi oleh para penerbit lembaran musik. Mozart pada lukisan (posthumous painting) karya Barbara Krafft di tahun 1819. Wolfgang Amadeus Mozart yang bernama asli Johannes Chrysostomus Wolfgangus Gottlieb Mozart (lahir di Salzburg, 27 Januari 1756–meninggal di Wina, Austria, 5 Desember 1791, pada usia 35 tahun) adalah seorang komponis. Ia dianggap sebagai salah satu dari komponis musik klasik Eropa yang terpenting dan paling terkenal dalam sejarah. Karya-karyanya (sekitar 700 lagu) termasuk gubahan-gubahan yang secara luas diakui sebagai puncak karya musik simfoni, musik piano, musik opera, dan musik paduan suara. Contoh karyanya adalah opera Don Giovanni dan Die Zauberflöte. Banyak dari karya Mozart dianggap sebagai repertoar standar konser klasik dan diakui sebagai mahakarya musik zaman klasik. Sumber: Wikipedia.org 10 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Era industri rekaman musik dapat dikatakan dimulai pada tahun 1857, saat mesin perekam suara pertama ditemukan oleh Leon Scott. Mesin ini bisa merekam suara masukan yang diterimanya pada selembar kertas. Kemudian Thomas Edison melanjutkan dengan membawa penemuan ini menjadi selangkah lebih jauh dengan menciptakan phonograph, alat yang bisa merekam sekaligus memutar suara secara instan, atau langsung dengan menggunakan lembaran logam silinder yang tipis. Pada tahun 1880 hingga 1900, bentuk atau format media rekaman suara terus menerus berubah. Kemampuan merekam suatu kelompok atau musisi tertentu memainkan lagu tertentu menggunakan lembaran musik menjadi tonggak berdirinya industri rekaman. Industri rekaman ini memberikan perhatian yang lebih condong kepada musisinya dibandingkan kepada komposernya. Fonograf atau phonograph adalah mesin yang dapat memainkan dan menyimpan suara. Gelombang suara dipancarkan melalui suatu membran menuju jarum yang bergetar dengan cepat. Jarum tersebut akan membentuk goresan pada pita di silinder yang berputar. Pada model fonograf yang paling tua, pita suara yang digunakan dibuat dari lempengan logam yang tipis. Versi berikutnya menggunakan pita suara dari bahan lilin dan seluloid. Thomas Edison adalah orang yang berhasil membuat fonograf, sebuah bentuk pengembangan dari alat perekam suara ciptaan Leon Scott. Thomas Edison dan phonograph Sumber: Wikipedia.org kedua buatannya. Selain dari terciptanya mesin perekam suara, perkembangan dan penyebaran radio serta industri penyiaran secara luas pada tahun 1920, turut serta mengubah cara musik diperdengarkan. Opera house, gedung pertunjukan, dan tempat-tempat pertunjukan musik masih tetap melanjutkan produksi karya musik dan melakukan pertunjukan secara langsung, namun kekuatan radio memberikan kesempatan kepada kelompok musik untuk dikenal secara luas dalam skala nasional, bahkan mendunia. Proses perekaman musik terus mengalami perkembangan hingga pada tahun 1948, disaat Les Paul melakukan proses rekaman multi-track pertama (sound-on-sound overdubbed) yang mengubah paradigma bahwa perekaman musik tidak selalu harus dilakukan secara live (langsung), di mana semua musisi berada di dalam ruangan dan memainkan komposisinya bersama. Hal ini juga membuka peluang lisensi artistik melalui rekaman. Label rekaman, yang berperan sebagai penghubung, akan mempekerjakan orang untuk mencari bakat-bakat baru, dan orang tersebut akan menempatkan musisi yang tepat dengan lagu yang tepat, di studio yang tepat dengan produser yang tepat, untuk meluncurkan rekamannya pada waktu yang tepat. Orang-orang ini dikenal sebagai Artist & Repertoire Representatives (atau A&R reps). A&R inilah yang juga bertanggung jawab atas kesuksesan dengan skala yang mendunia dari musisi-musisi yang pernah kita ketahui. Pada akhirnya industri rekaman berhasil menggantikan industri penerbit lembaran musik sebagai kekuatan terbesar di industri musik. Kembali pada peran label sebagai penghubung, label juga BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia 11 berperan membawa komposer dari industri penerbitan, musisi dari industri pertunjukan, dan membuat piringan hitam untuk industri rekaman. Pada era tahun 1950 ke atas, musik mulai menemukan bentuknya menjadi industri dengan adanya suatu proses penggabungan beberapa kegiatan seperti: komposisi musik, rekaman musik, promosi, hingga pertunjukan.8 Hal ini dilakukan untuk mendapatkan perputaran uang dari musik yang diterbitkan. Sebelum dimulainya era industri musik digital, berbagai format rekaman musik diperkenalkan seperti kaset dan piringan hitam di pertengahan era 1970-an, dan tentunya cakram padat (CD) pada era 1990-an, yang menjadi penanda kesuksesan industri musik di dunia. Hal tersebut terjadi bersamaan dengan industri teknologi yang mengembangkan microcomputers, membuat komputer pribadi tersedia secara luas bagi khalayak umum. Di tahun 1990, Internet muncul sebagai konsep baru. Pada awalnya, Internet didesain sebagai pengaman jaringan komunikasi pemerintah Amerika Serikat pada saat perang dingin. Kemudian menjadi tersedia bagi masyarakat umum, walaupun penggunaannya belum diperbolehkan untuk komersil, hingga akhirnya Amazon dan eBay berdiri pada tahun 1995. Hal ini menandai penghapusan batasan geografis dalam distribusi produk rekaman musik. Pada tahun 2001, penjualan CD mencapai puncaknya sejalan dengan pecahnya bubble.com. Era industri musik digital sendiri dapat dikatakan dimulai saat Internet benar-benar terjangkau oleh masyarakat, hingga akhirnya menjadi hal yang umum. Format musik digital mulai marak digunakan oleh masyarakat umum. Akan tetapi, keberadaan Internet ini di sisi lain menjadi kelemahan bagi industri musik itu sendiri, yaitu saat maraknya eksploitasi potensi Internet sebagai jaringan untuk penyebaran informasi dan file sharing. Akibat mudahnya akses untuk mendapatkan musik secara gratis, meskipun ilegal, membuat terjadinya penurunan penjualan CD secara signifikan di seluruh dunia. Pada saat itu industri musik dunia cukup tergoncang. Akan tetapi industri musik dunia masih bisa bertahan dengan berbagai inovasi dan reformasi pada model bisnis yang dijalankannya. Sekarang, dengan munculnya berbagai alternatif konsumsi musik seperti metode konsumsi berlangganan, bisa menjadi salah satu cara industri musik melawan peliknya isu pembajakan, dengan memberikan masyarakat akses yang mudah dan nyaman untuk mereka mengonsumsi musik. Akan tetapi, industri musik dunia belum bisa berhenti bekerja dalam hal reformasi dan inovasi dalam model bisnis maupun industrinya sendiri, karena teknologi informasi akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. 1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Industri Musik Indonesia Pada tahun 1940-an, “Tio Tek Hong” adalah perusahaan rekaman Batavia yang menjadi pelopor subsektor industri musik rekaman di Indonesia. Perusahaan ini tercatat telah merekam lagu-lagu para penyanyi tanah air pada masa Perang Dunia ke-2. Setiap piringan hitam yang dikeluarkan “Tio Tek Hong”, selalu ditemukan watermark yang bertuliskan “terbikin oleh Tio Tek Hong (8) David Morton. http://www.recording-history.org/HTML/musicbiz1.php, (diakses 10 Juli 2014) 12 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Batavia”. Jenis musik yang beredar pada saat itu kebanyakan berupa keroncong, gambus, dan juga lagu-lagu yang bernafaskan kebangsaan. Pada era 1950-an, mulai bermunculan beberapa perusahaan rekaman di Indonesia seperti: Irama, Dimita, Remaco, Nirwana, TOP, Eterna, dan Contessa. Pada masa ini, lagu pop mulai mendapat tempat disamping lagu berirama keroncong dan seriosa. Beberapa musisi yang pertama kali hadir dalam industri rekaman di Indonesia adalah Bing Slamet, Titiek Puspa, Rachmat Kartolo, Nien Lesmana, Koes Plus, dan Panbers. Selain swasta, pemerintah juga mulai mendirikan industri rekaman bernama Lokananta di Kota Solo, Jawa Tengah. Saat itu Lokananta hanya merilis lagu-lagu daerah, sementara Irama banyak melahirkan lagu-lagu hiburan. Sebagai perusahaan pemerintah, Lokananta memiliki tugas untuk melakukan produksi dan duplikasi piringan hitam. Pada tahun 1951, Radio Republik Indonesia (RRI) membuat suatu acara yang cukup terkenal pada masa itu yaitu pemilihan bintang radio. Gedung Lokananta Alat Operasional Lokananta lama Sumber: sejarawanmuda.files.wordpress.com Sumber: akhmadhanan.com Ruang Rekaman di Lokantara Tempat Penyimpanan Piringan Hitam Sumber: jengajeng.blogspot.com Sumber: jengajeng.blogspot.com BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia 13 Lokananta merupakan perusahaan rekaman musik (label) Indonesia yang didirikan pada tahun 1956 di Solo, Jawa Tengah. Tugas besar yang diemban Lokananta ada dua, yaitu: produksi dan duplikasi piringan hitam, dan kemudian kaset. Mulai tahun 1958, piringan hitam mulai dicoba untuk dipasarkan kepada umum melalui RRI dan diberi label Lokananta yang kurang lebih berarti “Gamelan di kahyangan yang berbunyi tanpa penabuh”. Sumber: Wikipedia.org Pada era 1960-an, muncul beberapa perusahaan rekaman baru seperti Hins Collection dan Akurama. Pengaruh Barat makin terasa terhadap musik Indonesia. Selain itu, harga piringan hitam yang tinggi dan daya beli pasar yang rendah juga ikut memberi pengaruh pada perubahan industri. Untuk menyikapi hal ini, para pelaku industri rekaman mulai mencari solusi untuk memproduksi rekaman dalam bentuk yang lebih sederhana dan harga yang lebih terjangkau. Akhirnya digunakanlah kaset sebagai media yang baru. Walaupun demikian, piringan hitam tetap direkam dengan bentuk yang sama, yaitu dalam bentuk dua atau empat track. Salah satu perusahaan yang menggunakan dua track adalah Celebrity Studio yang dimiliki oleh Jack Lesmana dan Fajar Menyingsing. Pada era ini, proses perekaman sudah mengalami beberapa kemajuan seperti penggunaan sistem shift dan mixing. Saat itu, proses mixing adalah proses terakhir sebelum hasil rekaman diperbanyak dan kemudian dipasarkan. Jack Lesmana adalah seorang tokoh musik jazz Indonesia. Dia adalah ayah dari Indra dan Mira Lesmana. Seorang pemain gitar, bass, serta trombone. Salah satu bandnya adalah Jack Lesmana Quintet yang sering mengisi acara jazz di RRI Surabaya. Sumber: id.wikipedia.org Album karya Jack Lesmana dengan Judul “Merpati Putih” Era 1970-an merupakan era yang panjang untuk industri permusikan Indonesia. Banyak perubahan yang terjadi pada era ini. Salah satunya adalah pada tahun 1976 mulai bermunculan perusahaanperusahaan rekaman dengan alat-alat yang lebih modern, yaitu alat yang memungkinkan penggunaan sistem 8 hingga16 track untuk produksi musik scoring untuk film. Studio yang termasuk pertama kali menggunakan sistem ini adalah studio Triple M dan adalah Musica Studio yang sebelumnya dikenal dengan nama Metropolitan Studio. Salah satu perubahan yang signifikan pada era ini adalah kehadiran tape recorder yang bisa digunakan untuk merekam lagu-lagu dari 14 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 siaran radio, maupun dari piringan hitam. Untuk merespon hal ini, banyak beredar juga penjualan kaset kosong yang semakin memicu budaya “merekam” di antara masyarakat Indonesia. Selain dari sisi teknologi, di era ini juga terjadi perubahan di pasar Indonesia. Kebanyakan masyarakat Indonesia lebih menyukai musik pop. Hal ini menyebabkan banyak musisi yang tidak mengikuti keinginan pasar, sehingga penghasilan dan karirnya menurun. Di saat perusahaan-perusahaan rekaman mulai merasa perlu untuk mengikuti selera pasar yang berubah agar tetap selamat di industri musik, peran seorang produser kemudian muncul. Hal ini menyebabkan banyak musisi yang mulai merasa kebebasan mereka untuk berkarya menjadi tidak ada. Musisi-musisi tersebut antara lain adalah Zaenal Arifin, Yopie Item, Wandi Kuswandi hingga Benny Likumahua. Di akhir era ini, teknologi dan sistem yang lebih maju mulai masuk, yaitu dengan menggunakan sistem shift dan berkapasitas hingga 32 tracks. Hal yang disayangkan adalah pada tahun 1971 Indonesia tidak hadir dalam penandatangan perlindungan hak cipta “The Berne Convention”. Gedung Musica Studio dengan Identitasnya Tertulis di Bangunan Sumber: panoramio.com Musica Studio juga dikenal sebagai Metropolitan Studio di tahun 1960-an, lalu menjadi Musica Studio di tahun 1970-an. Didirikan oleh Yamin Wijaya, seorang pemilik toko elektronik. Musica merupakan salah satu perusahaan musik terbesar di Indonesia. Artis-artis yang pernah atau sedang dinaunginya antara lain Chrisye, Iwan Fals, dan Nidji. Sumber: Wikipedia.org BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia 15 Pada era 1980-an, perusahaan rekaman Remaco mulai mengalami kebangkrutan. Sedangkan, pada saat itu Musica Studio’s mulai menunjukan taringnya. Dengan sistem kontrak jangka panjang, Musica banyak menyelamatkan musisi-musisi Indonesia seperti Chrisye.9 Pada tahun 1985, industri rekaman Indonesia mendapat kecaman dari dunia Internasional akibat maraknya kompilasi lagulagu Barat yang hadir tanpa ijin. Dan ini semakin diperjelas dengan luapan amarah Bob Geldof, karena pengopian semena-mena terhadap materi album “Live Aid”, sebuah konser musik raksasa untuk membantu korban kelaparan di Ethiopia. Band Nidji Saat Berlatih di Musica Studio Sumber: Wikipedia.org Chrisye adalah penyanyi dan pencipta lagu pop Indonesia yang tenar sejak dekade 1970-an, yang memiliki karakter suara halus yang khas. Salah satu karya terbaiknya yang pasti dikenali oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia adalah lagu “Lilin-Lilin Kecil” yang kemudian direkrut oleh Musica Studio. Chrisye termasuk salah satu penyanyi legendaris Indonesia di mana lima album karyanya termasuk dalam 150 album terbaik versi majalah Rolling Stone. Album “Sabda Alam” Karya Chrisye Sumber: Wikipedia.org Sumber: kasetkaset.blogspot.com Dari periode ini, mengemuka sistem pembayaran berupa flat pay maupun non-flat pay. Flat pay adalah pembelian master, termasuk segala keuntungan, dimiliki oleh produser atau pemilik master. Artis hanya menerima honor rekaman saja atau akan mendapatkan bonus jika album laris. Namun perjanjian-perjanjian ini kerap tanpa bukti hitam di atas putih. Terkadang menyebabkan silang sengketa kepada ahli waris dari kedua belah pihak. Kasus ini contohnya menimpa BIMBO dan Koes Plus terhadap pemilik master rekaman mereka. Hal itu terjadi karena undang-undang hak cipta kala itu masih memakai Auteurswet 1912, sebelum dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982. Pada era tahun 80-an, terdapat beberapa artis yang booming dengan penjualan album yang tinggi. Di antaranya adalah Gombloh album “Semakin Gila” (Nirwana Records, 1986); Iwan Fals album “Mata Dewa” (Airo Records, 1988); Rita Sugiarto & Jacky Zimah album “Vol.1” (Insan Record, 1982); Dian Piesesha album “Tak Ingin Sendiri” (JK Records, 1984); dan Betharia Sonata album “Hati yang Luka” (Musica, 1987). (9) Anonim. http://musikologi.com/garis-waktu/. (diakses 5 Juli 2014) 16 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Koes Plus Muda dan Tua, Masih Tetap Sama Walaupun Sudah ditempa Waktu Sekian Lama Sumber: peperonity.com, indonesiarayanews.com Koes Plus, band legendaris Indonesia yang sempat membuat sedikit kontroversi saat pemerintahan presiden Soekarno. Didirikan pada tahun 1969 sebagai kelanjutan dari Koes Bersaudara. Koes Plus dikenal sebagai pelopor musik beraliran pop dan rock n roll di Indonesia. Sumber: Wikipedia.org Di era 1990-an, untuk menghindari kasus pelanggaran hak cipta yang lebih besar, maka muncullah perwakilan langsung perusahaan rekaman internasional di Indonesia. Kehadiran perusahaan rekaman di Indonesia dibatasi ruang geraknya oleh Pemerintah, sehingga harus bergabung dengan perusahaan rekaman lokal, seperti EMI yang bekerjasama dengan Aquarius Musikindo, Warner Musik dengan Hemagita Tama Records, Universal Music dengan Suara Sentra Sejati, Sony Music Entertainment dengan Indosemar Sakti, dan BMG dengan Musica Studio. Di era-era berikutnya perusahaan rekaman internasional ini berdiri sendiri, namun seiring dengan perkembangan industri musik dunia, BMG bergabung dengan Sony Music sehingga pada akhirnya seluruh sahamnya dimiliki oleh Sony Music. EMI juga harus menutup kantor perwakilannya di Indonesia, dan merelakan katalognya tersebar di Warner Music dan Universal Music. Pada era tahun 1990-an, terdapat beberapa album yang mencapai penjualan lebih dari 1 juta kopi. Beberapa di antaranya adalah: Nike Ardilla album “Biarkan Cintamu Berlalu” (Music Plus, 1994), Yuni Shara album “Mengapa Tiada Maaf” (Blackboard, 1995), Junior album “Bujangan” (Billboard, 1996), Stinky album “Self Titled” (Buletin, 1997) dan grup band dari Jogja Sheila on 7 album “Self Titled” (Sony Music, 1999). BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia 17 Pada awal tahun 2000, terdapat fenomena baru di subsektor industri musik Indonesia. Dengan terbukanya kesempatan usaha berkat teknologi modern dan iklim bisnis yang kondusif, banyak bermunculan pelaku subsektor industri musik independen, yang umum dikenal sebagai indie, termasuk di antaranya adalah indie label yang mungkin dikenal di luar Indonesia dengan istilah minor label. Hal ini diakibatkan oleh keberadaan major label yang belum mampu mengakomodir pasar musik Indonesia sepenuhnya, di mana banyak pula musisi dengan karyanya yang belum mendapat perhatian dari major label. Meningkatnya jumlah musisi beserta karya musiknya dari berbagai genre musik turut mengikuti fenomena kebangkitan pergerakan scene subsektor industri musik independen. Hal ini pun didukung oleh eksposur dari media massa, terutama TV, khususnya MTV, yang membuat musisi besar dan musisi indie menjadi populer di masyarakat luas, yang akhirnya membuahkan kesuksesan dari subsektor industri musik independen. Salah satu bukti dari kepopuleran musik indie adalah dengan adanya sebuah kompetisi membuat album kompilasi musik indie yang dikenal dengan nama Indiefest, yang salah satu penggagasnya adalah sebuah label independent dari Bandung, yaitu FFWD Records. Beberapa label rekaman indie yang berhasil pada saat itu di antaranya adalah Fast Forward (FFWD), Aksara Records, Sinjitos, Demajors, dan Ivy Music League. Fast Forward (FFWD) merupakan salah satu label rekaman independent yang berdiri di Bandung. Didirikan atas inisiatif Helvi S., Marine R., dan Didit. FFWD mencoba untuk membuat perubahan dengan banyaknya alternatif musik baru. Didirikan pada tahun 1999 di Bandung Indonesia, FFWD Record menjadi pelopor kehadiran Indie Label di Indonesia. FFWD Record terkenal sebagai pembawa genre Indie Pop ke Indonesia saat pertama merilis album “This World is Such a Groovy Place” dari The Cherry Orchad, UK. Saat ini FFWD Records telah merilis banyak album dari musisi lokal, dan telah merilis lebih dari 5 album dari musisi internasional, seperti The Cherry Orchad, Ivy, Edson, Club 8, dan Jens Lekman. Dari musisi lokal, MOCCA dan The SIGIT adalah beberapa contoh artis dari Bandung yang bisa Go Internasional. Beberapa negara seperti Korea, Jepang, Singapura, dan Malaysia sering mengundang MOCCA untuk tampil di negara mereka. The SIGIT juga telah sukses menyelesaikan tur mereka di Australia pada bulan Juni 2007. Polyester Embassy, Homogenic, RNRM, Hollywood Nobody, dan Teenage Deathstar juga merupakan beberapa artis yang di-release oleh FFWD Records yang mengembangkan karirnya di scene lokal dan internasional. Sumber: www.ffwdrecords.com Di era ini juga, konsumsi musik mengalami pergeseran dari konsumsi produk fisik dengan CD dan kaset, menjadi konsumsi produk digital. Walaupun demikian, masih ada beberapa musisi yang berhasil menembus penjualan fisik yang tinggi. Di antaranya adalah Sheila on 7 album “Kisah Klasik untuk Masa Depan” (Sony Music, 2000); Dewa album “Bintang Lima” (Aquarius Musikindo, 2000), Slank album “Virus” (Program, 2001); Padi album “Sesuatu yang Tertunda” (Sony Music, 2001); Peterpan album “Bintang di Surga” (Musica, 2004); Jamrud album “Ningrat” (Logiss, 2000); dan Ungu album “Melayang” (Trinity, 2005). Tahun 2006 merupakan titik perkembangan musik digital, yang memberikan dampak signifikan untuk industri musik di Indonesia. Kehadiran Internet telah mempermudah penikmat musik mendapatkan musik. Sebutlah Napster atau jaringan peer-to-peer yang hadir untuk berbagi musik. Kemudahan digital pun menghadirkan tumbuhnya kios-kios download di pusat perbelanjaan. 18 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Teknologi telepon genggam yang semakin maju, memungkinkan sebuah telepon menghadirkan suara lewat ringtone monophonic, polyphonic hingga truetone. Pada saat itu pula, mulai populer bentuk lain dari produk dan konten musik, yakni RBT (Ring Back Tone) di mana banyak musisi yang meraup keuntungan besar darinya. Ini menunjukkan adanya diversifikasi produk dan konten musik yang beredar tidak lagi terbatas pada produk fisik seperti kaset, CD, atau DVD. Selain itu, bentuk bundling produk musik (dengan merchandise atau produk lainnya) dan unduh secara digital produk musik pun mulai marak di Indonesia.10 Format baru ini memunculkan pelaku industri musik nonperusahaan rekaman seperti perusahaan penyedia konten (content provider). Pada era 2010-an, munculnya layanan musik berskala global di Indonesia seperti Nokia Comes with Music. Lalu di tahun-tahun berikutnya hadir YouTube dan juga Apple iTunes di Indonesia telah mendorong kehadiran usaha baru yaitu pengumpul konten musik atau lazim disebut sebagai content aggregator. Beberapa nama perusahaan lokal yang menggeluti usaha ini adalah Equinox DMD, Musikator, Gotong Royong Musik, dan Mistral Musics. Content aggregator dari luar negeri pun turut masuk untuk membantu musisi Indonesia mendistribusikan karyanya, seperti: Believe Digital, Tunecore, CD Baby, dan sebagainya. Perusahaan pengumpul konten ini bermitra dengan berbagai macam layanan musik di dunia sehingga membuat karya musik Indonesia selain dapat dikenal di negeri sendiri juga dapat didistribusikan ke mancanegara Musikator adalah salah satu content aggregator Indonesia yang didirikan oleh Robin Malau, mantan gitaris band hardcore Bandung, Puppen, yang juga merupakan salah satu musisi pionir label independen di awal 1990-an, dan kemudian menjadi agensi musik sejak tahun 2013. Perusahaan ini berada di bawah perusahaan Robin lainnya, yaitu Cerahati Digital Media, sebuah Digital Marketing Agency, yang memiliki portofolio klien berskala global seperti Google dan General Motors. Musikator menjalin kerjasama dengan berbagai penyedia jasa layanan musik di Indonesia dan dunia, dengan tujuan menyebarkan seluas-luasnya karya musisi Indonesia agar mendapatkan manfaat yang lebih baik. Layanan yang diberikan Musikator adalah mendistribusikan musik ke toko digital dengan cakupan global seperti Spotify, Deezer, Rdio dan Nokia Mix Radio (total distribusi ke 60 negara). Hingga saat ini, sudah mendistribusikan konten musik dan video untuk lebih dari 100 band Indonesia. Musikator juga saat ini berperan sebagai booking agency yang menghubungkan band Indonesia dengan pengelola festival musik di Inggris dan Eropa. Layanan lainnya adalah music metrics, yang menganalisa relevansi sebuah kelompok musik dengan perusahaan sponsor. Sumber: musikator.com (10) Didik Yandiawan. 2012. Peranan Pajak Bagi Peningkatan Pertumbuhan Industri Musik di Indonesia. http://www. pajak.go.id/node/4675?lang=en. (diakses 18 Juli 2014) BAB 1: Perkembangan Industri Musik di Indonesia 19 Gambar 1 - 2 Sejarah Perkembangan Musik 20 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 v 22 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 BAB 2 Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 23 2.1 Ekosistem Industri Musik 2.1.1 Definisi Ekosistem Industri Musik Peta ekosistem industri musik adalah peta yang dibuat dengan menggunakan pendekatan kondisi ideal untuk menggambarkan bentuk ideal subsektor industri musik secara komprehensif. Peta ini menggambarkan aktivitas yang terjadi di setiap tahapan kreatif, lingkungan binaan, karakteristik pasar, para pelakunya, serta keterkaitan antar tiap-tiap komponennya sebagai sebuah kesatuan ekosistem. Untuk mendapatkan suatu industri musik yang sehat, tumbuh, dan berkepanjangan, maka setiap komponen dalam ekosistem ini harus dapat menjalankankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Proses kajian ini dilakukan dengan memetakan ekosistem yang meliputi empat komponen utama pada subsektor industri musik, yaitu: 1. Proses rantai kreatif (creative chain); Pada peta ekosistem industri musik terjadi transaksi sosial, ekonomi, dan budaya pada empat rantai kreatif, yaitu: proses kreasi, reproduksi, distribusi, dan konsumsi. 2. Karakteristik pasar (market); Karakteristik pasar industri musik terdiri dari dua jenis, yaitu: Business to Business (B2B) dan Business to Costumer (B2C). 3. Lingkungan binaan (nurturance environment); Lingkungan binaan pada industri musik terdiri atas pendidikan dan apresiasi. 4. Pengarsipan (archiving); Kegiatan pengarsipan di industri musik belum memiliki bentuk yang mapan. Komponen rantai kreatif (creative chain) merupakan proses utama yang terjadi pada industri musik. Pada bagian ini terjadi proses kreasi yang merupakan awal dari terciptanya output dengan tujuan ditampilkan atau diserap oleh pasar industri musik. Komponen pasar (market) ini menggambarkan karakter dari pasar, audiens, dan konsumen di subsektor industri musik. Sementara itu, komponen lingkungan binaan (nurturance environment), terdiri atas dua aktivitas utama, yaitu apresiasi dan pendidikan. Komponen ini memiliki peranan penting dalam mendukung proses rantai kreatif agar dapat berjalan dengan baik. Kegiatan apresiasi bertujuan untuk memberikan pengakuan dan pemahaman terhadap industri musik dan pelaku di dalamnya. Kegiatan ini dapat dimulai melalui proses literasi yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat terhadap industri musik. Dengan pemahaman yang baik, maka proses apresiasi akan lebih mudah untuk dilakukan. Komponen berikutnya adalah pendidikan, yang merupakan salah satu alat utama dalam menciptakan orang kreatif. Pendidikan dinilai sangat penting sebagai wadah untuk mengasah kemampuan seseorang agar menjadi kreatif, berkualitas, dan mampu menjalankan rantai proses kreasi dengan baik. Kegiatan pendidikan ini dapat dilakukan melalui pendidikan formal, nonformal, dan juga informal. Terakhir adalah kompenen pengarsipan (archiving) yang merupakan pusat data dan sejarah untuk penelitian dan pengembangan ragam budaya terutama dari industri musik. 24 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 2.1.2 Peta Ekosistem Industri Musik Peta ekosistem subsektor industri musik adalah peta yang dibuat dengan menggunakan pendekatan kondisi ideal untuk menggambarkan bentuk ideal subsektor industri musik secara komprehensif. Peta ini menggambarkan aktivitas yang terjadi di setiap tahapan kreatif, lingkungan binaan, karakteristik pasar termasuk para pelaku yang terlibat di dalamnya, serta keterkaitan antar tiap-tiap komponennya sebagai sebuah kesatuan ekosistem. Untuk mendapatkan suatu industri musik yang sehat, tumbuh dan berkepanjangan, setiap komponen dalam ekosistem ini harus dapat menjalankankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. A.1 Proses Kreasi Proses kreasi adalah suatu proses di mana kegiatannya dilakukan atas dasar kreativitas orang-orang yang terlibat di dalamnya. Pelaku utama pada proses kreasi sebagian besar adalah orang kreatif dan usaha kreatif yang bergerak pada fragmen artistik, seperti: produser, komposer, penulis lirik, penulis lagu, penata suara dan music director. Selain itu, terdapat juga orang kreatif dari fragmen industri servis yaitu: penyedia studio rekaman dan LMK (Lembaga Manajemen Kolektif). Aktivitas Utama dalam Proses Kreasi Tahapan dalam rantai kreasi adalah penulisan lagu dan lirik, pengaturan musik (arrangement), rekaman (recording), audio mixing, audio mastering, dan music licensing. Adapun penjelasan dari setiap proses ini sebagai berikut: • Pengaturan musik (arrangement) adalah proses rekonseptualisasi musik dari karya yang sudah ada dengan cara reharmonisasi, parafrase melodi, orkestrasi, atau pengembangan struktur formal;11 • Audio recording adalah proses untuk menangkap suara dan menjadinya format-format yang diharapkan seperti MP3, WAV, DAT, atau MIDI; • Audio mixing adalah proses menyatukan beberapa track yang sudah direkam menggunakan peralatan mixing digital atau analog; • Audio mastering adalah suatu proses menyeimbangkan, menyamakan, dan meningkatkan kualitas akhir dari karya musik sehingga lebih bersaing di pasar industri musik;12 Licensing adalah proses pendaftaran karya musik untuk memastikan bahwa pemilik hak cipta pada karya musik mendapatkan kompensasi untuk penggunaan tertentu dari karya musik mereka.13 • Karya musik adalah produk kekayaan intelektual hasil budi daya manusia yang perlu untuk diatur keseimbangan dalam penggunaannya agar menunjang pertumbuhan ekonomi.14 Keluaran dari rantai kreasi adalah berupa komposisi musik dan seni pertunjukan. Keluaran (11) Tentang arrangement dari Wikipedia.org. Tautan: http://en.wikipedia.org/wiki/Arrangement. Terakhir diakses pada 25 September 2014. (12) Tentang soundlab dari Wikipedia.org. Tautan: http://www.discmakers.com/soundlab/whatismastering.asp Terakhir diakses pada 25 September 2014. (13) Tentang Music licensing dari Wikipedia.org. Tautan: http://en.wikipedia.org/wiki/Music_licensing. Terakhir diakses pada 25 September 2014. (14) David Stopps, “How To Make a Living from Music,” Creatives Industries – No. 4 (World Intellectual Property Organization/ WIPO Publication). Tautan: http://www.wipo.int/export/sites/www/freepublications/en/copyright/939/ wipo_pub_939.pdf. Terakhir diakses pada 25 September 2014. BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 25 Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Industri Musik 26 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 komposisi musik dalam berbagai format seperti MP3, WAV, DAT, MIDI, dan lain sebagainya akan diteruskan ke proses rantai-rantai kreasi berikutnya agar benar-benar dapat dinikmati oleh konsumen. Sementara itu, komposisi musik untuk tujuan seni pertunjukan dapat dinikmati langsung oleh konsumen di panggung-panggung pementasan. Proses penyusunan karya musik, rekaman, mixing, dan mastering melibatkan musisi atau penampil/ performers dan sound engineer atas arahan penata musik yang bertanggung jawab terhadap music director. Music director bertanggung jawab terhadap produser dan produser eksekutif untuk menjaga kualitas karya musik. Produser bertugas untuk mengatur teknis, penjadwalan, dan lisensi kontrak lagu. Produser eksekutif bertindak sebagai pemodal kegiatan produksi musik. Karya musik yang telah berhasil di-mastering, didaftarkan pada LMK untuk proses lisensi. Sebuah proses lisensi mengacu pada peraturan yang mengatur praktik perlindungan kekayaan intelektual. Organisasi yang mengatur kekayaan intelektual di dunia, World Intellectual Property Organization (WIPO), yang berada di bawah asuhan Perserikatan Bangsa Bangsa atau United Nations (UN), dan berkantor pusat di Jenewa, Swiss, membuat sebuah standar untuk praktik perlindungan kekayaan intelektual tersebut. Standar ini mencakup dua hak mendasar yang harus dipertimbangkan dalam menggunakan karya musik sebagai kekayaan intelektual untuk keperluan komersial: 1. Copyright dalam sebuah karya (penulisan lagu, komposisi lagu, aransemen musik, dan atau lirik); 2. Hak yang berhubungan dengan pertunjukan (performance) dan rekaman (phonograms). Adapun karya musik memiliki hak-hak yang di antaranya mencakup: Moral rights adalah hak eksklusif yang tidak dapat dipindahtangankan. Hak ini akan tinggal pada pemilik konten meskipun telah terjadi perpindahan hak ekonomis. Ada dua yang temaktub dalam hak moral ini, yaitu: (i) integritas, yang memberi hak pencipta atau penulis dan penampil karya musik untuk menolak perubahan terhadap hasil karyanya yang dapat merusak reputasi dan kehormatan pencipta atau penulis dan penampil karya musik tadi; (ii) paternitas, yang memberi hak pencipta atau penulis dan penampil untuk disebutkan namanya atas karya musik yang ditampilkan di tempat publik. Performing rights adalah hak yang didapatkan oleh pemilik hak cipta ketika karya musiknya ditampilkan atau diperdengarkan di muka umum, seperti konser, kelab malam, restoran, juga mencakup siaran televisi kabel, radio, dan musik pertunjukan yang dibawakan ulang. Mechanical rights adalah izin tertulis dari penerbit untuk memproduksi dan mendistribusikan hasil rekaman dalam bentuk CD, kaset audio, DVD, dan piringan hitam untuk komposisi hak cipta tertentu. Jumlah royalti yang dibayarkan kepada penulis lagu dari mechanical rights ditentukan oleh berapa banyak rekaman yang dijual. BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 27 Synchronization rights dibayarkan kepada pemilik hak cipta ketika musik mereka digunakan dalam kombinasi menggunakan gambar visual, seperti musik dalam film, TV, video, atau program komputer. Produser audio-visual biasanya meminta synchronization rights dari penerbit lagu.15 Making Available adalah hak yang dimiliki oleh pencipta atau penulis, penampil, dan juga produser karya rekaman musik yang memungkinkan karya tersebut bisa diunduh atau diakses, baik dengan atau nirkabel dari sebuah tempat di mana pengguna karya musik tersebut dapat berinteraksi dengan memilih karya musik apa yang ia ingin dengarkan. Ini biasanya digunakan pada layanan streaming yang dapat memilih lagu yang ingin didengarkan (on-demand). Dramatic Rights atau Grand Rights merujuk pada penggunaan karya musik untuk keperluan dramaturgi, baik digunakan dalam komposisi aslinya ataupun digubah ulang sesuai keperluan drama cerita. Biasanya royalti yang didapat dari eksploitasi hak ini dihitung berdasarkan nilai kotor dari penjualan tiket mingguan atau perhitungan royalti rata-rata dari tiap pertunjukan.16 Permasalahan yang terjadi adalah karya musik di Indonesia belum dilindungi dengan baik oleh pemerintah. Dari sisi bisnis pun, terlihat masih banyak pengusaha di Indonesia yang memiliki pandangan negatif terhadap perlindungan kekayaan intelektual atas karya musik. Pengusaha, dalam hal ini adalah pemilik kafe, pengusaha karaoke, pemilik tempat-tempat perbelanjaan, melihat bahwa konsep perlindungan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) hanya akan memberikan kerugian bagi mereka. Setiap harinya mereka memutar karya musik tanpa batas dan tanpa memperhitungkan royalti. Menurut Ketua DPP HIPPI Bidang Hukum dan Kelembagaan Dr. Dhaniswara K. Harjono, S.H., M.H., M.B.A., perlindungan hak cipta melalui lisensi musik hanya akan menjadi wacana pemerintah, sehingga tidak mungkin dijalankan di masyarakat. Prosedur pendaftaran dan pembuktian kepemilikan yang ada rumit, sementara konsep perlindungan yang ada pada Undang-Undang masih abstrak, sehingga menyebabkan penyalahgunaan dan kesalahan penafsiran. Selain itu, dari sisi penegakan hukum, tidak sedikit pengusaha yang kecewa, karena sistem pengadilan dan ketidaktahuan hakim yang kurang menguasai wacana HKI di Indonesia.17 Salah satu permasalahan yang penting adalah besarnya ketidaktahuan para penulis lagu atau musisi mengenai pentingnya pendaftaran lisensi musik. Selain itu, peran penerbit musik (music publisher) juga masih sedikit dimanfaatkan oleh para musisi. Padahal, penerbit musik berperan penting sebagai pihak yang bisa membantu penulis lagu atau musisi mendaftarkan karya musiknya kepada Lembaga Manajemen Kolektif (Collecting Society). Di Indonesia, tercatat tiga manajemen kolektif, yaitu KCI (Karya Cipta Indonesia), WAMI (Wahana Musik Indonesia), dan RAI (Royalti Anugrah Indonesia). Walaupun demikian, proses yang ada di lapangan tidak semulus yang diharapkan. Maka, diperlukan satu LMK nasional yang bertindak sebagai koordinator seluruh LMK yang ada, di mana tujuan utamanya adalah untuk mempermudah birokrasi bagi pengguna lisensi musik. Sebagai perbandingan, para musisi di negara lain lebih bisa terjamin kemakmurannya karena di negara (15) “BMI and Performing Rights” dari situs BMI. Tautan: http://www.bmi.com/licensing/entry/business_using_music_bmi_and_performing_rights. Terakhir diakses pada 25 September 2014. (16) “What are Music Publishing Rights,” dari situs web Alter & Kendrick, LLP: Attorneys At Law. Tautan: http://alterandkendrick.com/protecting-your-musical-copyrights/what-are-music-publishing-rights/ Terakhir diakses pada 25 September 2014. (17) Widi Asmoro, “Adakah Masa Depan untuk Musik Indonesia,” www.widiasmoro.com, 5 Juni 2013. Tautan: http:// www.widiasmoro.com/2013/06/05/masa-depan-untuk-musik-indonesia/ Terakhir diakses pada 25 September 2014. 28 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 mereka para LMK sudah berhasil mengumpulkan royalti dengan nilai yang sangat signifikan.18 Sebagai contohnya adalah PRS for Music dari Inggris. Contoh Lembaga Manajemen Kolektif dari Inggris PRS for Music Limited (sebelumnya MCPS-PRS Alliance Limited) adalah lembaga manajemen kolektif dari Inggris yang melakukan manajemen hak kolektif untuk karya musik. PRS for Music adalah rumah dari PRS (Performing Right Society) dan MCPS (Mechanical-Copyright Protection Society), yang mewakili hak-hak dari sekitar 100.000 anggotanya di Inggris. PRS for Music memberikan lisensi hak cipta musik atas nama anggota pada organisasi yang membutuhkan. PRS for Music juga mendistribusikan royalti kepada para anggota, mempromosikan, dan melindungi nilai hak cipta. Tanpa PRS for Music, organisasi-organisasi pengguna ini harus menghubungi ribuan penulis lagu, komposer, dan penerbit musik untuk mendapatkan semua izin yang mereka butuhkan. Sementara itu, penulis lagu, komposer, dan penerbit musik juga harus berurusan dengan ribuan permintaan dari pengguna musik. PRS menyediakan beberapa jenis layanan lisensi musik. Recorded Media: semua format fisik, termasuk CD dan DVD, dan untuk penggunaan musik pada barang-barang seperti sampul majalah, karaoke, dan mainan musik. Online: lisensi layanan musik online dan mobile di Inggris dan di seluruh Eropa. Broadcasting: ratusan lisensi TV dan stasiun radio di Inggris, dari BBC ke layanan radio komunitas. PRS for Music juga menawarkan lisensi untuk podcast, produksi perusahaan, situs web, radio rumah sakit, dan nada dering. Public Performance: 350.000 pemegang lisensi bisnis di PRS for Music meliputi beberapa merek dunia yang paling terkenal, perusahaan yang bergerak di bidang hiburan, perusahaan multinasional, dan usaha kecil seperti penata rambut dan kafe. Uang didapatkan dengan cara pengumpulan royalti atas musik untuk pertunjukan, baik secara langsung atau direkam, atau dari siaran radio, televisi, dan online. MCPS menghasilkan uang melalui biaya lisensi dari rekaman anggotanya pada banyak format yang berbeda, termasuk CD dan DVD. PRS for Music dan MCPS membayarkan uang yang berhasil mereka kumpulkan kepada penulis lagu, komposer, dan penerbit musik yang merupakan anggota mereka. Kedua organisasi ini bekerja “bukan untuk keuntungan” dan hanya mengurangi biaya administrasi atau mengutip komisi yang kecil dari pendapatan anggotanya demi menutupi biaya operasional. Sumber: www.prsformusic.com Ada empat cara pendanaan untuk proses kreasi: • Melalui donatur Saat ini ditemukan banyak musisi yang mendapatkan pendanaan untuk proses produksi lagu dari donatur. Donatur biasanya merupakan perorangan yang memiliki latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda dan sektor bisnis yang berbeda-beda pula, tidak harus dari subsektor industri musik. (18) http://www.widiasmoro.com/2013/05/31/lembaga-manajemen-kolektif-musik/ Terakhir diakses pada 25 September 2014. BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 29 • Melalui label rekaman Ini merupakan skema umum pembiayaan pada musisi yang dikontrak oleh label rekaman. • Melalui sistem crowd-funding Merupakan sistem pembiayaan baru yang mulai digunakan oleh musisi di Indonesia. Ada yang dengan menggunakan website khusus seperti www.kickstarter.com (internasional) dan www.wujudkan.com (Indonesia). Ada juga yang dilakukan dengan cara penggalangan dana melalui situs resmi milik musisi tersebut. Contoh di Indonesia seperti yang pernah dilakukan band Efek Rumah Kaca/Pandai Besi, dan BIP. • Menggunakan biaya sendiri Merupakan sistem yang digunakan untuk musisi yang ingin mengeluarkan album sendiri tanpa terikat oleh label rekaman. Walaupun merilis sendiri karyanya, musisi tetap membutuhkan distributor untuk memasarkan hasil karyanya. Contoh alternatif pembiayaan: Take It Away, Inggris Take It Away adalah program inisiatif dari Dewan Kesenian Inggris (Arts Council England) yang dioperasikan oleh Creative Sector Cervice CIC dalam kemitraan dengan Moneyway, sebuah perusahaan penyedia kredit. Take It Away dirancang untuk membantu lebih banyak anak dan orang muda yang terlibat dalam belajar dan bermain musik. Take It Away mendapatkan sokongan dana dari publik yang diatur oleh Arts Councils England. Arts Council England adalah badan pembangunan nasional untuk seni di Inggris. Mereka bekerja untuk mendapatkan karya seni yang indah untuk semua orang dengan memperjuangkan, mengembangkan, dan berinvestasi dalam pengalaman artistik yang memperkaya kehidupan masyarakat. Arts Council England mendukung berbagai kegiatan artistik dari teater musik, sastra untuk tari, fotografi seni digital, dan karnaval untuk kerajinan. Skema Take It Away hanyalah salah satu dari ratusan inisiatif berbasis musik dan organisasi yang saat ini didukung oleh Arts Council England. Melalui Take It Away, calon musisi bisa mendapatkan pinjaman bebas bunga dengan jumlah antara 100 hingga 5.000 Poundsterling untuk membeli alat musik dari pengecer yang menjadi anggota Take It Away. Jika harga alat musik melebihi batas pinjaman, peminjam tetap dapat menggunakan Take It Away sebagai bagian pembayaran terhadap alat musik. Skema ini ditawarkan melalui jaringan 300 toko musik di Inggris. Sumber: www.takeitaway.org.uk Selain yang sudah dijelaskan di atas, ada juga suatu fenomena pergerakan baru yang diusung oleh musisi-musisi indie di Indonesia, yaitu membebaskan penggunaan lagunya di bawah naungan lisensi Creative Commons. Lisensi Creative Commons atau biasa disebut juga lisensi CC merupakan lisensi yang berisi ketentuan yang memungkinkan suatu ciptaan untuk dibagikan dan digunakan 30 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 kembali di bawah persyaratan yang fleksibel dan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.19 Pada umumnya musisi yang menggunakan lisensi Creative Commons bernaung di bawah Netlabel. Netlabel adalah platform untuk distribusi online dan promosi di mana karya musik dirilis secara gratis di bawah lisensi Creative Commons atau yang serupa. Mereka adalah bagian dari scene musik gratis, yang telah berkembang secara dinamis sejak munculnya internet dan budaya digitalisasi.20 A.2 Proses Reproduksi Proses reproduksi adalah proses penempatan musik pada media tertentu yaitu fisik atau digital (Leyshon, 2001) dan juga mencakup penggunaan master lagu untuk penggunaan selanjutnya. Aktivitas Utama dalam Proses Reproduksi Proses reproduksi untuk media digital mencakup “pengemasan” lagu dengan metadata sesuai dengan standar DDEX dan juga mencakup penggunaan master lagu untuk penggunaan selanjutnya. Metadata adalah informasi yang menyertai file rekaman suara dan dikirim ke toko-toko online seperti iTunes dan platform streaming seperti Spotify dan Rhapsody. Metadata mencakup hal-hal seperti pemain, komposer, label rekaman, dan tanggal rilis.21 DDEX (Digital Data Exchange) adalah sebuah konsorsium perusahaan media terkemuka, organisasi lisensi musik, penyedia layanan musik digital, dan perantara teknis yang berfokus pada penciptaan standar untuk digunakan oleh bisnis di rantai pasok media digital. Adopsi standar DDEX meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi untuk semua perusahaan yang beroperasi di pasar ini. DDEX didirikan untuk mengembangkan satu set pesan standar berbentuk XML (.xml) yang ditujukan untuk business to business yang beroperasi di rantai pasok media digital.22 Proses Reproduksi untuk Media Fisik Mencakup Replikasi dan Duplikasi Replikasi CD merupakan proses profesional pencetakan CD yang kualitasnya setara dengan master CD yang asli. Pada kasus ini, data tidak dapat ditambahkan atau diubah. Duplikasi CD merupakan proses penggandaan CD dengan cara memasukkan data ke dalam CD, seperti yang dilakukan pada komputer biasa. Secara kualitas, CD hasil replikasi jauh lebih unggul daripada CD hasil duplikasi. Setelah CD berhasil diduplikasi, proses selanjutnya adalah pengemasan CD dan pengepakan CD untuk didistribusikan.23 (19) “Apakah yang Dimaksud dengan Lisensi Creative Commons?” creativecommons.or.id, Oktober 2011. Tautan: http:// creativecommons.or.id/2011/10/apakah-yang-dimaksud-dengan-lisensi-creative-commons/ Terakhir diakses pada 25 September 2014. (20) Patryk Galuszka, “Netlabels and democratization of the recording industry,” First Monday: Peer-reviewed Journal on The Internet, Volume 17, No. 7, 2 Juli 2012. Tautan: http://firstmonday.org/ojs/index.php/fm/article/view/3770/3278 Terakhir diakses pada 25 September 2014. (21) Jean Cook, “Invisible Genres & Metadata,” situs web Future of Music Coalition. Tautan: http://www.futureofmusic. org/article/article/invisible-genres-metadata Terakhir diakses pada 25 September 2014. (22) Dari “Frequently Asked Questions,” dalam www.ddex.net. Tautan: http://www.ddex.net/frequently-asked-questions Terakhir diakses pada 25 September 2014. (23) “Whay is the Difference Between CD Replication and CD Duplication?” dalam situs web WiseGEEK: Clear Answer for Common Questions. Tautan: http://www.wisegeek.org/what-is-the-difference-between-cd-replication-and-cdduplication.htm. Terakhir diakses pada 25 September 2014. BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 31 Pelaku utama dari proses reproduksi adalah label rekaman dan penerbit musik (publisher). Jika dilihat dari sudut pandang ukuran dan struktur bisnis, terdapat empat jenis label rekaman di dunia: • Major Label adalah perusahaan rekaman besar di mana produk mereka didistribusikan oleh salah satu dari “tiga besar” perusahaan distributor musik. Mereka adalah Universal Music, Sony Music Entertainment, dan Warner Music Group; • Mini Major Label adalah label rekaman yang berafiliasi dengan dan didistribusikan melalui salah satu dari empat label rekaman besar. Pada umumnya mini major label dimiliki oleh salah satu major label; • Major Distributed-Independent Label adalah label rekaman yang dibuat atas dasar perjanjian produksi independen dengan musisi yang sudah mapan dan memiliki pengalaman di dunia rekaman untuk menemukan bakat-bakat baru dan mengarahkan bakat-bakat baru itu ke label besar; • True Independent Label adalah label rekaman yang mendistribusikan produknya sendiri atau melalui distributor independen. Mereka memiliki sedikit karyawan dan tidak berafiliasi dengan major label atau mini major label tertentu. Label ini seringkali beroperasi dengan bujet yang minim dan sering dibiayai dengan anggaran terbatas oleh pemilik dan/atau investor mereka.24 Namun, jika melihat kondisi industri musik di Indonesia, kategorisasi label rekaman dan definisinya bisa dibagi sebagai berikut: • Major Label adalah label rekaman besar yang memiliki induk perusahaan di luar negeri. Contoh: Warner Music Indonesia, Sony Music Entertainment Indonesia, dan Universal Music Indonesia; • Major-Independent Label atau Local Label adalah label rekaman asli Indonesia yang memiliki sumber pembiayaan sendiri dan beroperasi dengan skala yang tidak kalah bersaing dengan major label. Contoh: Musica Studios, Nagaswara, Trinity Optima Production, dan Aquarius; • Independent label: • Vanity Label adalah label rekaman yang mendapat pendanaan dari salah satu label rekaman besar (major label atau major-independent label) untuk menemukan bakat-bakat dan karya-karya baru. Biasanya dibuat atas dasar perjanjian produksi independen dengan musisi yang sudah mapan dan memiliki pengalaman di dunia rekaman. Contoh: Pops, Independen, dan Forte; • DIY (Do it Yourself) atau bisa juga disebut Self Release adalah suatu usaha dari musisi untuk bertindak seperti label rekaman dengan memproduksi, mendistribusikan, dan menjual karya musik mereka sendiri. Walaupun demikian, pada saat proses pendistribusian kadang kala musisi ini bekerja sama dengan distributor independen. Contoh: High Octane Records dan Revolt; • True Independent Label adalah label rekaman yang mendistribusikan produknya sendiri atau melalui distributor independen. Mereka memiliki sedikit karyawan dan tidak berafiliasi dengan major label atau mini major label tertentu. Label ini seringkali beroperasi dengan bujet yang minim sering dibiayai dengan anggaran (24) “Are there various types of record companies?” dalam situs web Free Advice. Tautan: http://law.freeadvice.com/ intellectual_property/music_law/types_record_companies.htm Terakhir diakses pada 25 September 2014. 32 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 terbatas oleh pemilik dan/atau investor mereka. Contoh: DeMajors, Organic Records, dan FFWD Records. Pada umumnya, label membutuhkan produsen CD dan perusahaan servis penggandaan CD untuk menjalankan proses reproduksi. Keluaran dari proses reproduksi ada dua jenis, yaitu produk dalam media digital yang sudah sesuai dengan standar DDEX, dan produk dalam media fisik (CD/Vinyl/kaset) yang siap untuk didistribusikan. Contoh Perusahaan Penerbit Musik: Imagem Imagem adalah penerbit musik independen terbesar di dunia. Didirikan pada 2008 oleh perusahaan Belanda, ABP, salah satu perusahaan penghimpun dana pensiun terbesar di dunia) yang masih terhubung dengan perusahaan penerbit independen Belanda atau media CPMastersBV. Imagem memulai operasinya dengan memperoleh hak penerbitan musik di sejumlah katalog yang dijual oleh Universal Publishing, seperti Rondor, Zomba, BBC, dan 19Music. Hal ini diikuti dengan mengakuisisi perusahaan penerbitan musik klasik terkemuka di dunia, Boosey & Hawkes yang menerbitkan komponis kontemporer dari Rachmaninoff ke Reich, dan Rodgers & Hammerstein yang merupakan penerbit teater musikal legendaris termasuk Sound of Music dan Oklahoma. Selain itu, Imagem juga memiliki beberapa anak perusahaan seperti Imagem Musiksub (mengelola rights management untuk musik pop, termasuk Vampire Weekend, The Temper Trap, dan Justin Timberlake), Imagem Layanan Kreatif (ahli dalam mencari musik untuk memenuhi kebutuhan pembuat film, pengiklan, pengembang game, dan banyak lagi), dan Imagem Music Production (menyediakan lebih dari 100.000 produksi lagu berkualitas tinggi yang tersedia untuk dicari dan diunduh secara online). Sumber: www.imagem.com Aktivitas pendukung dari rantai ini adalah produksi media fisik (CD/kaset/vinyl), servis penggandaan media fisik, pencetakan, pengurusan pajak pertambahan nilai untuk poduk fisik, dan pendaftaran lisensi. Penerbit musik tugasnya adalah mengurus lisensi-lisensi yang diperlukan dan mengatur penggunaan serta hak dari para pemegang lisensi. Untuk penerbit musik, terdapat beberapa nama yang ada, yaitu: Aquarius Pustaka Musik, Arga Swara Kencana Musik, Arka Music Publishing, Jawara Pustaka Musik, Mitra Kreasi Prima, Mobimax Multimedia, Musica Studios, Nagaswara Publisherindo, PT Penerbit Karya Musik, Trinity Optima Production, dan Warner Music Indonesia.25 Karena perannya saling mendukung, tidak sedikit penerbit musik yang bekerja berdampingan dengan label rekaman tertentu. Berdasarkan data, masih sedikit penerbit musik yang berdiri secara independen. A.3 Proses Distribusi Proses distribusi di industri musik adalah suatu kegiatan penyampaian produk musik fisik dan digital ke tangan konsumen melalui jalur distribusi konvensional dan nonkonvensional. (25) Widi Asmoro, “Direktori Industri Musik Indonesia,” dalam www.widiasmoro.com. Tautan: http://www.widiasmoro. com/direktori/ Terakhir diakses pada 25 September 2014. BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 33 Kegiatan utama dari distribusi produk dalam media digital adalah penyebaran produk musik digital dalam berbagai format ke berbagai macam toko digital tertentu. Proses dari distribusi itu mencakup: 1. Distributor produk digital menerima lagu yang sudah terstandar DDEX dari label atau musisi atau publisher; 2. Lagu itu kemudian akan dimasukkan ke dalam suatu sistem pengolahan digital yang meliputi uji kualitas, klasifikasi lagu, encoding atau decoding, sesuai dengan kebutuhan hasil akhir lagu. Encoding adalah suatu proses konversi hasil rekaman ke bentuk digital. Proses selanjutnya adalah menentukan music rights mana yang akan dipakai, yaitu performing rights dan/atau mechanical rights. Bentuk akhir dari proses pengolahan ada yang berupa Permanent Digital Download (PDD), Limited Download, Webcasting, Interactive Streaming, Nada Dering (Ring tone), Peer to Peer, dan Ring Back Tone. Adapun definisi dari masing-masing format produk musik digital di atas adalah: • Permanent Digital Download (PDD) adalah pengantaran hasil rekaman yang sudah melalui proses transmisi digital untuk tujuan penggunaan permanen. ODD (On-Demand Download) biasa juga disebut FTD (Full Track Download) atau untethered download; • Limited Download adalah pengantaran hasil rekaman yang sudah melalui proses transmisi digital untuk tujuan penggunaan yang dibatasi—pada umumnya berdasarkan jumlah hari atau kali penggunaan. Limited download biasa juga disebut tethered download; • Webcasting secara umum merujuk pada kegiatan menyalurkan (streaming) sumber audio atau video dengan cara terkoneksi Internet (online) kepada pengguna secara simultan. Kegiatan webcasting ini biasanya dilakukan oleh radio internet atau pun televisi internet; • Interactive Streaming adalah ketika file digital ditransmisikan secara elektronik ke komputer atau perangkat lainnya untuk permintaan tertentu dari pengguna. Interactive Streaming biasa juga disebut dengan on-demand streams; • Nada dering (ring tone) adalah bagian kecil dari lagu dalam bentuk digital yang di-render dalam bentuk audio, baik dalam bentuk monophonic, polyphonic, ataupun true-tone. Nada dering ini disimpan pada telepon genggam atau alat komunikasi portable lainnya dan bisa didengarkan kapan saja ketika mendapatkan notifikasi, baik itu telepon, SMS, maupun notifikasi lainnya; • Peer to Peer (P2P) juga lazim disebut sebagai file-sharing antarkomputer. Peer-to-peer adalah aplikasi populer yang biasa digunakan untuk berbagi file di sebuah jaringan (common network hub) dengan cara membuka akses hard drive kepada publik untuk mencari dan mendownload; • Ring Back Tone atau biasa disebut answer tone atau caller-ringtone adalah bagian kecil dari lagu dalam bentuk digital yang di-render dalam bentuk audio yang biasa diperdengarkan ketika penelepon menunggu jawaban dari orang yang ditelepon untuk menjawab panggilan tersebut.26 (26) “Frequently Asked Questions,” dalam www.harryfox.com. Tautan: http://www.harryfox.com/public/DigitalDefinitions.jsp#67 Terakhir diakses pada 25 September 2014. 34 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Penyebaran produk digital musik ke toko digital biasanya dilakukan oleh penyedia konten atau content provider (CP). Kehadiran CP juga berperan sebagai pendistribusi konten ke perusahaan telekomunikasi. Pada sekitar 2010-an, saat munculnya layanan musik global pertama di Indonesia, Nokia Comes With Music, dan juga resminya iTunes beroperasi di Indonesia pada 2012, kehadiran para penyedia konten di luar label rekaman konvensional mulai tumbuh. Beberapa content aggregator yang ada di Indonesia adalah Musikator, Gotong Royong Music, dan Mistral Musics. Ini juga diiringi dengan masuknya content aggregator internasional seperti Believe Digital, Tunecore, CD Baby, dan sebagainya, untuk membantu musisi Indonesia menyebarkan karya musik ke sebanyak mungkin toko musik digital. Kegiatan utama dalam distribusi produk dalam media fisik adalah meneruskan hasil keluaran proses reproduksi ke toko-toko fisik konvensional dan nonkonvensional. Untuk produk fisik, kebanyakan proses distribusi masih berjalan dengan cara konvensional oleh label rekaman dan atau oleh penyedia jasa distribusi produk fisik. Belakangan ini penyebaran produk fisik musik terbantu oleh kehadiran distributor nonkonvensional dengan tidak hanya mendistribusikan produk fisik melalui toko-toko yang khusus berjualan CD seperti Duta Suara dan Disc Tarra. Distributor ini biasanya berhubungan atau berada satu payung dengan toko nonkonvensional. Contoh beberapa distributor nonkonvensional yang ada di Indonesia adalah Swara Sangkar Emas dan Music Factory di bawah bendera KFC. Menyusul adalah Texas Fried Chicken yang pada 2014 ini sukses merilis Ada Band, Andra & The Backbone, D’masiv, serta Geisha. AKTIVITAS PENDUKUNG DALAM PROSES DISTRIBUSI Aktivitas pendukung dari rantai ini adalah berupa aktivitas pemasaran melalui media cetak dan elektronik atau pun langsung seperti event musik, tur, atau konser musik. Selain kegiatan distribusi, aktivitas pemasaran juga dibutuhkan untuk mendapat awareness dan akuisisi karya musik yang lebih luas lagi. Pada subsektor industri musik, aktivitas pemasaran biasanya ditempuh secara. Above The Line Offline: Media elektronik (TV dan radio) dan media cetak (majalah, koran, dan papan reklame). Kegiatan ini biasa dilakukan oleh label rekaman yang memiliki modal yang besar. Online: Banyak musisi, manajemen artis, atau label yang menggunakan YouTube sebagai sarana promosi berupa video promosi atau video klip. Begitu pula lewat Soundcloud, ReverbNation, LastFM, dan Vimeo yang mulai populer di kalangan musisi. Below The Line Offline yaitu aktivitas yang langsung bisa dirasakan oleh masyarakat seperti tur dan konser musik. Di sini, manajemen artis, booking agency, dan publisis dibutuhkan perannya. Online yaitu aktivitas pemasaran dua arah melalui internet dan media sosial, interactive website, fanpage, dan lainnya. Untuk kegiatan promosi produk musik, dibutuhan juga peran publisis. Publisis akan membantu artis atau label rekaman untuk berhubungan dengan media. Dalam beberapa model, publisis BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 35 menjadi bagian dari label rekaman, walaupun seyogianya publisis dapat berdiri sendiri. Peran ini sangat strategis tapi masih jarang pelakunya di industri musik Indonesia. Saat ini, ada beberapa perusahaan yang khusus bertindak sebagai publisis dengan tugas melakukan strategi publikasi, termasuk pengiriman materi ke radio, media cetak, dan TV. Beberapa contohnya seperti Ayo Media (Ayo Records) dan Locker Media. Beberapa PR (Public Relation) Company di Indonesia juga mulai bergerak di wilayah musik, seperti JavaPR, namun belum menjadi spesialisasi. Publisis mempunyai hubungan strategis dengan media, sehingga menjadi salah satu faktor penentu popularitas artis. A.4 Proses Konsumsi Produk yang bisa dikonsumsi di industri musik terdiri dari tiga jenis, yaitu produk digital, produk fisik, dan produk pertunjukan. Walaupun konsumsi produk fisik yang legal semakin menurun karena adanya pembajakan, konsumen dari produk fisik masih terhitung banyak. Aktivitas utama dalam proses konsumsi adalah: • Penyediaan produk musik fisik dan turunannya; • Penyediaan produk musik digital dan turunannya; • Penyediaan produk musik pertunjukan dan turunannya. Pelaku utama pada proses konsumsi musik fisik adalah: Toko musik konvensional, di mana fungsi utamanya adalah menjual produk musik dan turunannya seperti merchandise musik. Toko konvensional biasa ditemukan di mal-mal atau pun di tempat khusus, seperti Duta Suara, Disc Tarra, Musik+, Society, dan Harika; Toko musik nonkonvensional, di mana fungsi utamanya bukanlah berjualan produk musik melainkan produk-produk FMCG (Fast Moving Consumer Goods), makanan, dan lain sebagainya. Contoh dari toko musik nonkonvensional adalah KFC (Kentucky Friend Chicken), Texas Fried Chicken, Es Teler 77, Carrefour, Alfamart, Cafe, Clothing Distro, SPBU berkode khusus, dan lain sebagainya. Ada yang bahkan berjualan lewat USB, seperti dilakukan Naif dengan label Cosmic dan JFLOW. Juga band Kotak yang melakukan bundling album baru mereka dengan clothing Harmonic milik Cella (Kotak) dan Eross (Sheila On 7). Pendekatan ini dirasa ampuh dalam mengantarkan produk sedekat mungkin kepada konsumen. Keberadaan toko konvensional yang semakin berkurang menandakan mulai menurunnya juga permintaan terhadap produk fisik. Selain itu, produk fisik dalam bentuk CD maupun piringan hitam kini dirasa semakin bergeser menjadi produk tambahan, di mana banyak konsumennya adalah para kolektor musik. Kini sudah mulai terlihat adanya perubahan pola konsumsi musik dari fisik ke digital walaupun masih ada konsumen yang menghargai dan mencari produk fisik. Untuk produk musik dalam bentuk digital, pelaku utama yang bertindak sebagai toko penyedia produk digital bisa berbeda-beda tergantung pada platform atau basisnya, yaitu: Toko digital berbasis web Layanan musik menggunakan platform situs web sebagai media interaksi bagi konsumen musik. Biasanya ini dilakukan langsung oleh orang kreatif dalam mengumumkan karyanya. Namun 36 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 ada juga perusahaan yang menggunakan situs web saja untuk menawarkan produk musik seperti Dotuku.com dan Digilive.co.id. Toko digital berbasis mobile Beberapa produk yang biasa dikonsumsi melalui toko digital berbasis mobile adalah Ring Back Tone dan Ring Tone, serta tak jarang juga pengunduhan lagu utuh atau full track download dan juga streaming. Biasanya layanan ini ada di perusahaan telekomunikasi atau terintegrasi dengan perangkat bergerak (mobile). Konsumen dapat menggunakan sistem pemotongan pulsa atau metode pembayaran lainnya untuk memiliki konten musik yang diinginkan, dengan syarat dan kondisi tertentu. Beberapa toko digital berbasis mobile yang ada di Indonesia antara lain: Klikmusik, Indosat Backstage/Arena Musik, Telkomsel Langit Musik, Sony Music Jive, XL Musikkamu, dan Musiklegal. Toko digital berbasis web dan mobile Dengan bertumbuhnya teknologi dan berkembangnya pola konsumsi musik, pengembang layanan musik mengkombinasikan penawarannya dengan memanfaatkan dua platform: situs web dan mobile. Beberapa contoh yang memanfaatkan kedua platform ini adalah Apple iTunes, MixRadio, YouTube, Deezer, Rdio, Guvera, dan Melon. Walaupun produk digital dirasa sudah mulai mengubah budaya konsumsi musik di Indonesia, terdapat beberapa hambatan yang menghalangi kesuksesan penjualan produk digital di Indonesia. Hambatan tersebut antara lain adalah mengenai cara pembayaran. Untuk membeli produk digital dari toko musik digital berbasis web, konsumen memerlukan sebuah kartu kredit untuk bisa memulai transaksi. Namun, pengguna kartu kredit di Indonesia belumlah banyak, karena belum menjadi budaya masyarakat Indonesia untuk memiliki kartu kredit.27 Sedangkan untuk membeli produk digital dari toko musik digital berbasis mobile, pembayaran melalui sistem pemotongan pulsa terbentur dengan isu regulasi dan transparansi. Selain itu, ketersediaan Internet yang belum merata hingga ke pelosok Indonesia masih menyulitkan konsumen di daerah untuk menikmati produk digital ini. Untuk produk pertunjukan, perbedaan mendasar dari seni pertunjukan murni dan pertunjukan musik adalah posisi musik untuk pertunjukan di sini lebih sebagai komponen utama. Adanya pertunjukan berupa tarian maupun koreografi adalah elemen pendukung dari pertunjukan musik. Pelaku utama untuk konsumsi produk musik pertunjukan adalah: 1. Event Organizer Bertugas mengatur jalannya konser atau pertunjukan musik, bekerja sama dengan perusahaan pemberi dana sponsor, venue, booking agency, penyewaan alat musik dan tata lampu, perusahaan penjual dan pembuat merchandise, dan lain sebagainya; 2. Venue (Gedung Pertunjukan) Sangat dibutuhkan untuk pertunjukan musik seperti konser musik, pertunjukan musik (27) “BCA Berjaya Citibank Perlu Berbenah,” www.marketing.co.id., 27 Februari 2013. Tautan: http://www.marketing. co.id/bca-berjaya-citibank-perlu-berbenah/ Terakhir diakses pada 25 September 2014. BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 37 bertema, festival musik, bazar, dan lain sebagainya. Selain itu, diskotek, kafe, dan restoran juga biasa digunakan sebagai venue untuk pertunjukan dalam skala kecil; 3. Booking Agency; 4. Penjual Tiket; 5. Penyewaan alat musik dan tata lampu; 6. Perusahaan penjual dan produsen merchandise; 7. Perusahaan pemberi dana sponsor. Untuk produk pertunjukan, salah satu dinamika yang ada adalah meningkatnya jumlah konser musik yang menampilkan musisi dari luar negeri. Walaupun demikian, para penyelenggaranya selalu memasukkan musisi Indonesia untuk bisa berada satu panggung dengan musisi internasional. Rata-rata konser musik di Indonesia selalu dipenuhi para konsumen yang biasanya berusia muda. Hal ini bagus untuk mengembangkan pengetahuan musik dari generasi muda Indonesia, selain berguna untuk meningkatkan budaya menonton konser berbayar sehingga bisa membantu pemasukan para musisi. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam membuat suatu pertunjukan musik adalah kontrak dengan pengisi acara, perizinan, venue, dan pajak tiket. Fenomena lain Selain melalui toko digital, konsumsi musik juga bisa dalam bentuk New Media. New Media adalah cara mengkonsumsi musik dengan cara membeli barang atau jasa tertentu yang menawarkan sejumlah musik sebagai nilai tambah, baik itu gratis atau pun dengan harga yang sangat rendah. Contoh beberapa OEM (Original Equipment Manufacturer) yang menawarkan musik sebagai nilai tambah pembelian produknya adalah Nokia, Nexian, dan Cross. Contoh lainnya adalah in flight-entertainment, bentuk hiburan yang disediakan di penerbangan. Salah satu hal baru di industri musik Indonesia adalah kehadiran netlabel. Sampai saat ini ada 17 netlabel yang berada dalam naungan Indonesia Netlabel Union. Mereka adalah Yes No Wave Music, Inmyroom Records, Hujan! Rekords, StoneAge Records, MindBlasting, Pati Rasa Records, Tsefula/Tsefuelha Records, K A NA L 30, dan lain sebagainya. 28 Peran netlabel di sini adalah untuk menyediakan platform digital untuk musisi-musisi yang membagikan karyanya secara gratis dan “bebas bertanggung jawab” dalam naungan lisensi CC (Creative Common). Selain menyediakan lagu-lagu dalam lisensi CC, terkadang mereka juga mencari pemasukan dengan cara menjual merchandise. Salah satu netlabel perdana adalah Deathrockstar yang dikelola oleh Eric Wiryanata dan Ryan Koesuma. B. Pasar Konsumen dari produk musik ada dua jenis yaitu business-to-business dan business-to-consumer. Konsumen business-to-business pada umumnya menggunakan produk musik untuk keperluan promosi dari perusahaan atau produknya, sedangkan business-to-consumer adalah pengguna atau (28) “INF 2012 Zine: Direktori Netlabel Indoensia,” www.indonesiannetlabelunion.net., 22 November 2012. Tautan: http:// indonesiannetlabelunion.net/inf-2012-zine-direktori-netlabel-indonesia/ Terakhir diakses pada 25 September 2014. 38 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 peningkat langsung musik baik dalam bentuk fisik, digital maupun pertunjukan. Konsumen business-to-business (B to B) dapat dibedakan menjadi: 1. Retail; yaitu pengguna karya musik yang menggunakan musik untuk pertunjukan sehingga tercipta performance right. Ini contohnya adalah pengusaha konser musik dan juga pengusaha tempat hiburan karaoke. 2. Middle-man; contohnya adalah agency, production house, atau brand yang menggunakan musik untuk menambahkan nilai pada produk yang dijualnya. Sebagai contoh adalah production house yang menggunakan lagu sebagai soundtrack sinetron, film pendek, atau film layar lebar. Ada juga perusahaan pembuat game interactive atau perusahaan penyedia jasa video yang menggunakan lagu untuk backsound atau soundtrack. Pada skema ini, perusahaan pengguna lagu akan membayar synchronization rights kepada penerbit musik dan/atau label rekaman. Namun, apabila yang digunakan adalah master dari suatu rekaman, maka pengguna lagu juga harus membayar mechanical rights kepada si pemilik master, yaitu musisi atau label atau penerbit musik. Kosumen business-to-consumer (B to C) bisa terdiri dari dua jenis: 1. Konsumen musik murni, yaitu penikmat musik dalam bentuk digital, fisik, dan pertunjukan; 2. Prosumers (Producer-Consumer), yaitu konsumen musik yang juga bertindak sebagai musisi atau kelak akan menjadi musisi, namun sedang dalam masa pencarian. Prosumers cenderung lebih kritis dan proaktif terhadap industri musik. Konsumen musik ini juga ada yang berlaku sebagai fans. Fans yang die-hard terkadang diberdayakan oleh musisi atau manajemen artis untuk melakukan promosi via komunitas dan media sosial maupun sebagai penggerak fans yang lain (fans coordinator). Jumlah pembajakan untuk produk digital dan fisik sangat besar, di mana pembajakan lagu di internet saat ini mencapai angka 10 juta download per harinya dan menyebabkan kerugian per tahunnya mencapai angka 14 triliun.29 Setiap tahun penjualan produk musik rekaman di Indonesia mencapai Rp 5 triliun di mana 90%-nya mengalami pembajakan dan merugikan negara serta musisi.30 Walaupun demikian, menurut data yang didapat dari berbagai sumber, 80% dari pangsa pasar dalam negeri adalah karya musik Indonesia. Hal ini termasuk konsumsi produk fisik dan pertunjukan. Ini menandakan bahwa pasar musik dalam negeri sangat menghargai musik Indonesia dan ini bisa memberikan kesempatan pada perkembangan subsektor industri musik Indonesia yang berkelanjutan. (29) “Strategi Penanggulangan Pembajakan Musik di Ranah Dunia Maya,” www.ambadar.com. Tautan: http://www. ambadar.com/update/strategi-penanggulangan-pembajakan-musik-di-ranah-dunia-maya(30) Azis Kurmala, “Kerugian Akibat Pembajakan Musik Rp4,5 triliun Setahun,” www.antaranews.com, 17 Mei 2013. Tautan: http://www.antaranews.com/berita/375286/kerugian-akibat-pembajakan-musik-rp45-triliun-setahun. Terakhir diakses pada 25 September 2014. BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 39 Contoh prosumers: Fans dari Nine Inch Nails (Ghost I–IV) Ghost I–IV adalah rilisan terbaru dari band electro industrial asal Amerika Serikat, Nine Inch Nails (http://www.nin.com), yang dipimpin oleh penyanyi karismatik Trent Reznor. Band ini adalah salah satu band Amerika yang banyak didiskusikan oleh dunia musik selama dua dekade terakhir, terutama dalam beberapa tahun terakhir ini, karena komitmen mereka atas pemasaran yang kreatif atau mencoba untuk agresif memodifikasi beberapa aturan pasar. Ghost I–IV adalah kumpulan 36 lagu instrumental yang dirilis oleh Nine Inch Nails tanpa dukungan dari label rekaman mana pun, di bawah lisensi Creative Commons. Mereka menyediakan beberapa format rilisan produk untuk memenuhi permintaan fans yang berbeda-beda. Di album Ghost I–IV, band ini berusaha melakukan salah satu usaha untuk memotong rantai nilai produsen dan distributor, sehingga membuat album ini lebih hemat biaya (Tuomola 2003). Alasan keberhasilan peluncuran album Ghost I–IV adalah bahwa penggemar didorong dalam menggunakan lagu mereka untuk proyek apa pun selama itu untuk tujuan non-komersial. Keleluasaan yang diberikan kepada para fans memberikan efek pemasaran yang luar biasa, yang secara langsung meningkatkan penjualan album Ghost I–IV. Namun, jika dilihat dari sisi yang lain, selain memberantas maraknya pembajakan, ada peluang pasar yang harus diambil. Salah satu yang ada adalah potensi dari produk digital, di mana jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2013 berjumlah 28% dari total penduduk Indonesia. Angka ini sudah mengalami kenaikan sebesar 13% dibanding 2012 yang sekitar 63 juta pengguna (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia-APJII). Nilai ini masih bisa jauh dikembangkan lagi dengan adanya sosialisasi dan pemerataan penggunaan internet ke daerah-daerah. Para pemain di musik digital harus menangkap potensi ini dan menguatkan program sosialisasi serta promosi untuk meningkatkan konsumsi masyarakat akan produk musik digital. Pada saat ini, pasar untuk produk pertunjukan dinilai besar dan memberikan kontribusi pemasukan yang paling besar pada musisi. Selain pertunjukan, turunan dari produk fisik dan pertunjukan, yaitu merchandise, juga terbukti mampu menambah pemasukan para musisi. Kini para fans yang merupakan konsumen musik sudah mulai didayagunakan sebagai reseller. Printed rights diberlakukan untuk produksi merchandise yang bukan dilakukan oleh musisi atau manajemennya. Printed rights merupakan hak pemilik hak cipta atas penggunaan nama atau lirik yang dicetak di suatu media. C. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment) C.1 Apresiasi Apresiasi musik adalah kesadaran dan/atau penilaian terhadap suatu karya musik. Apresiasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu: 1. Apresiasi oleh pasar (penonton), yang ditunjukkan dari konsumsi produk musik fisik, digital, dan musik pertunjukan, serta tanggapan penonton terhadap karya musik, musisi, atau orang kreatif yang bersangkutan. Kegiatan apresiasi oleh konsumen dapat ditingkatkan melalui proses peningkatan literasi masyarakat terhadap kreativitas dan hak cipta, sedangkan; 2. Apresiasi terhadap orang, karya, dan proses kreatif seni pertunjukan, dapat berupa pemberian insentif, apresiasi terhadap hak cipta, dan penghargaan. Penghargaan musik pada umumnya memilik i k riteria-k riteria k husus yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengkategorisasian dilakukan oleh suatu dewan yang terdiri dari multi 40 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 stakeholders industri musik, seperti label rekaman, musisi, penulis lagu, dan wartawan. Tugas dari dewan ini adalah mendengarkan lagu-lagu yang masuk dan mengelompokkannya dalam kategori yang sudah ditentukan. Penyelenggara suatu penghargaan biasanya adalah asosiasi atau komunitas. Sampai saat ini ada beberapa penghargaan untuk karya musik antara lain: AMI (Anugerah Musik Indonesia) yang diberikan oleh Yayasan Anugerah Musik Indonesia (YAMI) dan ICEMA (Indonesia Cutting Edge Music Award). Walaupun demikian, jumlah ini dirasa masih sangat kurang. Literasi musik adalah kemampuan memahami suatu karya musik. Proses peningkatan literasi merupakan kunci dari pembinaan pasar di mana di dalamnya terkandung proses membina hubungan dengan konsumen yang sudah ada dan calon konsumen. Proses literasi dapat dilakukan secara: 1. Formal, yaitu melalui lembaga pendidikan secara formal dan nonformal, dengan cara mengintegrasikan pengetahuan mengenai industri musik pada kurikulum pendidikan nasional. Sampai saat ini pendidikan musik sudah diterapkan sejak dini walau pengetahuan yang diberikan masih sangat dasar. 2. Informal, yaitu melalui suatu community hub yang merupakan sebuah bangunan yang dapat diakses oleh semua kelompok di lingkungan atau subsektor yang dilayaninya.31 Ini adalah sentra komunitas yang menyediakan berbagai servis yang berkualitas dengan biaya yang efektif. Adanya community hub yang melayani sentra komunitas bisa membuka peluang-peluang kolaborasi baru sehingga menciptakan inovasi-inovasi produk dan jasa ke depannya. Aktivitas di dalam community hub bisa berupa forum diskusi, forum kolaborasi, dan lain-lain, yang dibuka untuk umum dengan harapan dapat memberikan pengetahuan pada peserta yang datang. 3. Umum, bisa melalui pendidikan formal dengan mengandalkan suatu ekstra kurikuler, melalui event musik, seminar, atau diskusi mengenai industri musik. Bisa juga melalui riset mengenai industri musik yang dilakukan oleh individu atau komunitas, media cetak seperti majalah, surat kabar, dan buku, media elektronik seperti blog dan situs web, dan juga melalui national music chart. Seminar-seminar dan forum diskusi tentang industri musik, baik berbentuk pertemuan maupun melalui media sosial, juga mulai banyak ditemukan meski sebagian besar masih dalam skala kecil dan sporadis di berbagai kota di Indonesia. Salah satu literasi umum yang berpotensi untuk memberikan dampak signifikan terhadap industri musik Indonesia adalah pertemuan musik yang bersifat internasional, di antaranya seperti Music Matters yang diselenggarakan tahunan untuk pasar Asia, di mana Gumilang Ramadan dari Musica Studios tampil beberapa kali sebagai pembicara panel. (31) “What is a Community Hub?” www.octopuscommunities.org.uk, Tautan: http://www.octopuscommunities.org.uk/ our-projects/community-hubs/what-is-a-community-hub/ Terakhir diakses pada 25 September 2014. BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 41 Contoh literasi musik informal: Tileyard Tileyard adalah sebuah creative hub yang terdiri dari Tileyard Studio, Tileyard Music, Tileyard Creative, dan Tileyard Amplify. Tileyard Studio adalah sebuah rumah permanen untuk beberapa pelaku industri kreatif yang terdepan di bidangnya, dan juga untuk para musisi, komposer, penulis lagu, produser, dan artis. Bangunan Tileyard Studio berada di atas lahan pribadi seluas 105.000 m 2 dan menawarkan berbagai variasi kantor dan ruang studio kreatif. Tileyard Music adalah sebuah manajemen artis dan perusahaan penerbit yang menjadi rumah bagi beberapa artis, baik itu yang sudah dikontrak maupun yang sedang dalam proses. Perusahaan penerbit di Tileyard Music memiliki katalog musik hingga lebih daripada 1000 karya dari berbagai gaya, teknik produksi, dan penulisan lagu. Tileyard Amplify menyediakan berbagai pilihan kursus dan workshop yang ditujukan untuk mereka yang baru akan memasuki atau memajukan karier di industri musik. Amplify sudah membangun beberapa kerjasama strategis dengan beberapa bisnis lain dan bekerja secara intensif untuk menyampaikan training yang senyata dan sedekat mungkin dengan dunia industri Lalu ada juga SXSW yang diselengarakan di Amerika Serikat dan juga mencakup hingga Eropa—di mana grup band White Shoes & The Couples Company pernah tampil. The Great Ecape yang merupakan konferensi terkemuka untuk menemukan musik-musik baru juga sempat dihadiri delegasi dari Indonesia, yaitu Robin Malau dan Indra Ameng pada 2014. Sementara itu, MIDEM (Marché International du Disque et de l’Edition Musicale) adalah music trade show terbesar di dunia sejak 1966. MIDEM selalu memiliki program yang mengikuti kebutuhan dan perkembangan industri musik masa kini dan selalu diadakan di Cannes, Prancis. Mulai 1995–1997, MIDEM Asia diselenggarakan di Hong Kong. Seharusnya pada 1998 MIDEM diadakan di Bali tapi tidak jadi dilaksanakan. Delegasi Indonesia yang terakhir kali hadir di MIDEM pada 2000 adalah Krakatau, AB Three, Ita Purnamasari, dan Nourma Yunita. Mulai 2015, diharapkan Indonesia selalu hadir pada trade show ini dengan membawa pertunjukan musik dan pembicara bisnis musik untuk menyampaikan pergerakan dinamis yang terjadi di industri musik Indonesia. Hubungan dan kolaborasi yang terjadi di MIDEM diharapkan akan membantu Indonesia memiliki bentuk industri yang lebih terpola dan menguntungkan para pelaku usaha di indusri musik Indonesia. C.2 Pendidikan Pendidikan adalah hal yang penting untuk menunjang kemajuan industri musik Indonesia dalam hal penciptaan orang-orang kreatif yang andal dan berkualitas. Pendidikan musik yang dibutuhan untuk keberlangsungan industri ini adalah yang mencakup kegiatan hulu ke hilir, seperti pendidikan untuk berkreasi (kemampuan bermain alat musik, penyusunan musik, dan produksi musik), dan kemampuan untuk melakukan manajemen pada reproduksi, distribusi, dan konsumsi (pendidikan manajemen musik). Umumnya terdapat tiga jenis pendidikan yang ada di Indonesia: Pendidikan Formal adalah pendidikan yang berjalan di sekolah dan memiliki jenjang pendidikan yang jelas. Kegiatan yang dilakukan di pendidikan formal bersifat sistematis, berstruktur, bertingkat, dan berjenjang. Pendidikan formal yang khusus membahas musik berada di sekolah 42 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 tinggi dan universitas, baik dibiayai oleh swasta maupun pemerintah. Sampai saat ini terdapat beberapa pendidikan formal yang mengkhususkan pendidikan di bidang musik atau memiliki program studi musik, yaitu Institut Musik Indonesia, Institut Kesenian Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Universitas Pasundan, Institut Seni Indonesia, Universitas Negeri Semarang, Universitas Pelita Harapan, Universitas Negeri Jakarta, Sekolah Tinggi Musik Bandung, Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Universitas Negeri Medan, dan Institut Musik Daya Indonesia. Untuk menjamin kualitas lulusan yang siap menopang kemajuan industri musik Indonesia, diperlukan suatu skema di mana para siswa mendapatan gambaran riil industri musik di Indonesia. Untuk itu, program seperti magang atau praktik langsung sangat dibutuhkan bagi para siswa. Pendidikan Nonformal adalah pendidikan yang tidak selalu berjenjang dan bertingkat namun terorganisir dan sistematis meski berada di luar sistem persekolahan yang mapan. Model pendidikan ini biasanya merupakan bagian kecil dari suatu tujuan dan kegiatan yang lebih luas, dilakukan secara mandiri, dan memiliki fokus pada peserta didik tertentu. Contoh dari pendidikan nonformal adalah kursus dan workshop musik seperti Yamaha Music Course, Purwacaraka, ArtSonica, SAE, dan sebagainya. Di Indonesia, ditemukan banyak sekali pendidikan nonformal di bidang musik dalam bentuk kursus-kursus. Selain kursus musik untuk alat musik tertentu, sekarang di Indonesia mulai marak juga kursus DJ dan produksi musik. Ada pula master class, kursus yang diadakan oleh musisi yang piawai di bidangnya untuk musisi pemula. Beberapa kursus ini diadakan oleh musisi yang sudah sukses berkarya di dalam dan luar negeri. Beberapa musisi yang kerap membuka kelas ini adalah Indra Lesmana dan Indro Hardjodikoro; Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan melalui keluarga dan lingkungan seperti forum komunitas, dan biasanya dilakukan secara mandiri atau kolektif atas dasar kesukaan yang sama,32 contohnya adalah Institut Musik Jalanan (http://institutmusikjalanan.org/). D. Pengarsipan Pengarsipan (archiving) adalah salah satu bagian penting dari industri. Tujuan dari proses pengarsipan ini adalah menciptakan media penyedia informasi dan data-data terkait industri musik. Data-data ini mesti dapat diakses oleh publik untuk dijadikan sumber inspirasi atau juga sebagai media literasi. Arsip juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran di lembaga pendidikan. Tugas pengarsipan ini biasanya dilakukan oleh lembaga swasta atau pemerintah. Adapun tahapan yang ada pada proses pengarsipan pada umumnya melalui pengumpulan–restorasi–penyimpanan– preservasi. Proses restorasi hanya dilakukan apabila dokumen atau hal yang perlu diarsipkan sudah mengalami kerusakan atau ketidaksesuaian, sehingga perlu dilakukan proses perbaikan tanpa mengubah nilai atau makna aslinya sebelum dilakukan proses penyimpanan dan preservasi. Di Indonesia, belum ada lembaga baik pemerintah maupun nonpemerintah yang serius menangani pengarsipan musik ini. Sejauh pemantauan, terdapat tiga lembaga yang melakukan pengarsipan (32) Dari www.duniacipleks.blogspot.com. Tautan: http://duniacipleks.blogspot.com/2011/02/perbedaan-pendidikanformal-informal.html. Terakhir diakses pada 25 September 2014. BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 43 musik di Indonesia: Arsip Nasional, Galeri Malang Bernyanyi, dan Museum Musik Indonesia. Banyak individu yang malah menjadi kolektor musik Indonesia, seperti Ali Gunawan (Jakarta), Faiz M. (Malang), Roi Hermanto (Jakarta), Denny Sakrie (Tangerang), Denny MR (Bogor), serta David Tarigan (Jakarta). Satu yang perlu mendapat perhatian adalah Irama Nusantara yang didirikan David Tarigan, Alvin Yunata, dan teman-teman penikmat musik Indonesia. Di situs www.iramanusantara.org, kita bisa menemukan banyak harta karun musik Indonesia yang bisa kita simak dengan cara streaming. Tujuan situs ini bukan untuk komersial. 2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Musik 2.2.1 Peta Industri Musik Berdasarkan fokus ruang lingkup substansi yang dijelaskan sebelumnya, maka peta industri yang akan dibangun adalah peta industri pada ruang lingkup fragmen artistik dan industri. Peta industri pada gambar di atas mencakup hubungan pelaku industri utama subsektor musik dalam rantai nilai dengan pelaku industri yang memberikan pasokan (supply) ke pelaku industri utama (backward linkage) dan pelaku industri yang memberikan permintaan (demand) oleh pelaku industri utama (forward linkage). A. PELAKU INDUSTRI DALAM PROSES KREASI Pada tahap kreasi, pelaku utama di tahap ini adalah musisi, pencipta lagu, produser, komposer, dan label rekaman. Para pelaku utama inilah yang akan berkreasi untuk menghasilkan produk musik. Bagian akhir dalam tahap kreasi adalah pendaftaran lisensi karya musik, yang juga menjadi isu utama dalam hampir setiap kegiatan di industri kreatif. Oleh karena itu, sebelum melanjutkan ke proses reproduksi, pelaku perlu berhubungan dengan lembaga manajemen kolektif (collecting society) yang berperan sebagai pengelola penagihan hak dari karya musik. Lembaga manajemen kolektif adalah pihak yang menjaga, mengatur, dan melindungi pihak-pihak yang berkaitan dengan hasil kreasi musik agar tidak terjadi penyalahgunaan yang merugikan pihak-pihak tersebut. Selain untuk diteruskan pada proses reproduksi di rantai utama, terdapat juga beberapa industri pendukung yang akan memberikan permintaan terhadap kreasi yang dihasilkan, yaitu industri perfilman, industri periklanan, dan industri permainan (permainan interaktif). Industri perfilman dan industri permainan pada umumnya akan menjadikan hasil kreasi ke dalam bentuk scoring (musik latar untuk film), yang juga dapat diproduksi menjadi sebuah album soundtrack. Pada industri periklanan, hasil kreasi musik ini akan dijadikan lagu tema untuk produk iklan. B. PELAKU INDUSTRI DALAM PROSES REPRODUKSI Pada rantai utama, hasil kreasi ini dapat berbentuk produk fisik, produk digital, dan pertunjukan. Hasil kreasi tersebut akan diteruskan untuk direproduksi (digandakan) yang selanjutnya akan melalui proses distribusi. Pada tahap ini akan diperlukan beberapa hal yang didapat dari beberapa industri pendukung, yaitu CD, DVD, piringan hitam, kaset (untuk produk fisik), platform dan metode pembayaran, penyedia jasa Internet, jasa penghantaran (untuk produk digital), fotografi, desain artwork, percetakan, dan merchandise. Keberadaan industri yang mampu menyediakan kebutuhan tersebut sangat penting bagi keberlangsungan proses reproduksi di industri musik ini. 44 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Dua hal utama yang penting dimiliki oleh para pelaku industri pendukung ini adalah akses dan kualitas. Artinya, kemudahan dalam mendapatkan hal yang dibutuhkan akan sangat mempermudah proses reproduksi. Namun, tak cukup hanya itu, hal ini juga harus didukung dengan kualitas barang yang baik. Hasil reproduksi untuk produk digital dan fisik ini selanjutnya diteruskan pada proses promosi. Sedangkan untuk produk pertunjukan, hasil kreasi berlanjut pada proses promosi tanpa melalui proses reproduksi. C. PELAKU DALAM PROSES DISTRIBUSI Proses distribusi terbagi menjadi dua bagian, yaitu distribusi untuk produk fisik dan produk digital. Saat ini, pelaku utama dalam proses distribusi produk fisik yang paling berkembang dan dikenal justru merupakan distributor musik nonkonvensional. Penjualan produk fisik musik seperti CD di restoran KFC menjadi hal yang lumrah dan terbukti memiliki angka penjualan yang memang signifikan, meski distributornya sendiri tidak dikenal. Beberapa nama distributor produk fisik yang bisa dikatakan sebagai pelaku utama di proses distribusi itu sendiri adalah nama-nama yang sudah disebutkan sebelumnya di bagian penjelasan ekosistem industri musik, yaitu Swara Sangkar Emas dan Music Factory, yang pada kenyataannya masih bertahan. Proses distribusi musik tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan promosi atau pemasaran. Sebab, setelah mendistribusikan produk musiknya, dan sebelum bisa dikonsumsi khalayak, perusahaan atau pelaku musik perlu melakukan promosi atau pemasaran. Lewat promosi, produk musik biasanya juga akan mendapatkan permintaan dari industri lainnya, seperti industri TV dan radio, industri fashion, FMCG, performing art, dan industri pariwisata. Industri-industri tersebut membutuhkan produk musik demi menunjang proses atau kegiatan yang dilakukan oleh industri-industri itu sendiri. Misalnya, industri TV dan radio membutuhkannya untuk program musik yang mereka miliki, fashion dan FMCG untuk promosi produk mereka sendiri, performance art untuk proses produksi, dan industri pariwisata yang juga membutuhkan hasil reproduksi di industri musik untuk kepentingan-kepentingan promosinya. Dalam berpromosi, industri musik memerlukan dukungan dari industri sektor lainnya seperti media massa, baik cetak, elektronik, digital, maupun media sosial. Pun venue yang berkaitan dengan tempat pertunjukan yang di dalamnya terdapat event organizer atau booking agent yang dapat melakukan promosi dalam bentuk tur. Industri-industri tersebut menyediakan infrastruktur yang berguna untuk menopang industri musik melalui perangkat atau fasilitas untuk mempromosikan produk musik. D. Pelaku dalam Proses Konsumsi Dalam proses selanjutnya, produk musik, baik digital ataupun fisik, akan berlanjut ke saluran penjualan yang bisa berbentuk toko konvensional dan nonkonvensional untuk produk fisik, atau toko online dan penyedia jasa telekomunikasi selular untuk produk digital. Sebelum berlanjut ke pertunjukan, produk musik pun dibutuhkan oleh OEM (Original Equipment Manufacturer) yang biasanya menyertakan produk musik dalam produk mereka. Setelah itu, proses selanjutnya adalah pertunjukan musik itu sendiri. Ini merupakan proses yang memberikan pengalaman langsung bagi para konsumen di mana produk musik ditampilkan oleh musisi secara langsung. BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 45 Selain dibutuhkan oleh konsumen, proses ini juga terkait erat dengan industri video, baik itu video pertunjukan ataupun dokumenter. 2.2.2 Ruang Lingkup Industri Musik Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009, sudah ada beberapa kategori lapangan usaha yang ditujukan khusus untuk kode usaha industri kreatif subsektor musik. Namun, kategori-kategori tersebut belum cukup mengakomodir industri musik secara keseluruhan, terlebih yang berdasarkan fragmen artistik dan fragmen industrial. Sesuai KBLI 2009, ruang lingkup subsektor musik adalah: 18201 REPRODUKSI MEDIA REKAMAN DAN PIRANTI LUNAK 59201 PEREKAMAN SUARA 59202 PENERBITAN MUSIK DAN BUKU MUSIK 79990 JASA RESERVASI LAINNYA YBDI YTDL 90001 KEGIATAN SENI PERTUNJUKAN 90002 KEGIATAN PEKERJA SENI 90003 JASA PENUNJANG HIBURAN Di bawah ini merupakan penjelasan untuk masing-masing ruang lingkup sesuai KBLI Ekonomi Kreatif. Keadaan Sekarang: KBLI 2009 18201 REPRODUKSI MEDIA REKAMAN SUARA DAN PIRANTI LUNAK Kelompok ini mencakup usaha reproduksi dari kopi master pelat atau piringan gramofon, compact disk atau CD dan pita yang berisikan musik atau rekaman suara (audio), reproduksi dari kopi master perangkat lunak atau software, data pada disk dan pita magnetik, pembuatan piringan hitam kosong, pita kaset kosong, pita komputer dan disket kosong untuk merekam data xdimasukkan dalam kelompok 26800. Industri rekaman suara di piringan hitam, pita kaset, dan sejenisnya dimasukkan dalam kelompok 59201. 592 PEREKAMAN SUARA DAN PENERBITAN MUSIK Golongan ini mencakup produksi, merilis, mempromosikan, dan mendistribusikan rekaman suara, termasuk kegiatan jasa perekaman suara dan penerbitan musik. Penerbitan buku musik dan lembaran musik dicakup di sini. 5920 PEREKAMAN SUARA DAN PENERBITAN MUSIK Subgolongan ini mencakup: 46 • Pembuatan master rekaman suara asli, seperti tape, dan CD. • Kegiatan jasa perekaman suara di studio atau tempat lain, termasuk hasil pemrograman radio yang direkam (tidak langsung), audio untuk film, televisi, dan lain-lain • Penerbitan musik, meliputi kegiatan perolehan dan pencatatan hak cipta untuk gubahan musik; promosi, pengesahan, dan penggunaan gubahan dalam perekaman, radio, televisi, film, pertunjukan langsung, media cetak, dan lainnya; pendistribusian rekaman suara ke pedagang besar, eceran, atau langsung ke masyarakat Penerbitan buku musik dan buku lembaran musik. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh pemilik hak cipta atau pihak lain yang bertindak sebagai administrator dari hak cipta musik atas nama pemilik hak cipta Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 INDUSTRI PENDUKUNG (FORWARD LINKAGE) Gambar 2 - 2 Peta Industri Musik Industri Pariwisata Performing Art Industri Periklanan Industri Fashion OEM (original equipment manufacturer) Industri Perfilman Industri FMCG Industri Video AKTOR INDUSTRI MUSIK Compact Disc Cassette INDUSTRI UTAMA Musisi Produk Fisik Vinyl Produk Digital DVD Penulis Lagu Produser Conventional Store: Record Store/CD/Vinyl store Distributor Produk Fisik Unconventional Store: Distro, toko buku, restoran cepat saji PROMOSI / MARKETING Komposer Label Rekaman PERTUNJUKAN KONSUMEN MP 3 Lembaga Manajemen Kolektif (Collecting Society Performing Rights) INDUSTRI PENDUKUNG (BACKWARD LINKAGE) Industri TV dan Radio Industri Permainan / Permainan Interaktif Penyedia studio rekaman Produsen dan Penyedia alat-alat musik Industri Computer dan Software RBT/FDT/Trutone/ Ringtone/Polyphonic tone Online and Mobile Music store Distributor Musik Digital Cellular provider Media Cetak Penyedia jasa fotografi Media Elektronik Penyedia jasa desain Website & Socmed Produsen CD/DVD/piringan hitam Venue (Tour booking agent / EO) Penyedia jasa percetakan Platform dan Payment Service Provider Internet Service Provider Penyedia Jasa Penghantaran Penyedia jasa produksi merchandise KREASI BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia REPRODUKSI DISTRIBUSI KONSUMSI 47 59201 PEREKAMAN SUARA Kelompok ini mencakup usaha pembuatan master rekaman suara asli di piringan hitam, pita kaset, compact disc (CD), dan sejenisnya, dan kegiatan jasa perekaman suara di studio atau tempat lain, termasuk hasil pemrograman radio yang direkam (tidak langsung), audio untuk film, televisi, dan lain-lain. Penerbitan rekaman film dan video termasuk kelompok 59131 dan 59132. Penerbitan peranti lunak komputer termasuk kelompok 58200. 59202 PENERBITAN MUSIK DAN BUKU MUSIK Kelompok ini mencakup usaha penerbitan musik, seperti perolehan dan pencatatan hak cipta untuk gubahan musik, promosi, pengesahan, dan penggunaan gubahan dalam perekaman, radio, televisi, film, pertunjukan langsung, media cetak, dan lainnya, dan pendistribusian rekaman suara ke pedagang besar, eceran, atau langsung ke masyarakat, termasuk penerbitan buku musik dan buku lembaran musik. 79990 JASA RESERVASI LAINNYA YBDI YTDL Kelompok ini mencakup usaha jasa perjalanan wisata lainnya yang belum termasuk pada subgolongan 7991 s.d. 7993, seperti penyediaan jasa pemesanan lainnya yang berkaitan dengan perjalanan, seperti transportasi, hotel, restoran, sewa mobil, kegiatan hiburan dan olahraga; peyediaan jasa time share exchange (akomodasi); kegiatan penjualan tiket untuk event tertentu seperti teater, olahraga, acara hiburan, dan pertunjukan seni budaya, serta kunjungan ke objek wisata dan kesenangan lainnya dan kegiatan ybdi ytdl. 90001 KEGIATAN SENI PERTUNJUKAN Kelompok ini mencakup kegiatan atau usaha menyelenggarakan pertunjukan kesenian dan hiburan panggung, seperti pertunjukan drama, pagelaran musik, opera, sandiwara, perkumpulan kesenian daerah (wayang orang, lenong), jasa hiburan band, orkestra, dan sejenisnya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti panggung, televisi, dan radio. 90002 KEGIATAN PEKERJA SENI Kelompok ini mencakup kegiatan pekerja seni, seperti novelis, penulis cerita dan pengarang lainnya, aktor, penyanyi, penari sandiwara, penari, dan seniman panggung lainnya yang sejenis, termasuk pula usaha kegiatan produser radio, televisi, dan film, pelukis, kartunis, dan pemahat patung. 90003 JASA PENUNJANG HIBURAN Kelompok ini mencakup usaha jasa penunjang hiburan, seperti jasa juru kamera, juru lampu, juru rias, penata musik, dan jasa peralatan lainnya sebagai penunjang seni panggung. Usulan KBLI untuk subsektor musik 59202 PENERBITAN MUSIK DAN BUKU MUSIK Kelompok ini mencakup usaha penerbitan musik, seperti perolehan dan pencatatan hak cipta untuk gubahan musik, promosi, pengesahan, dan penggunaan gubahan dalam perekaman, radio, televisi, film, pertunjukan langsung, media cetak, dan lainnya, dan pendistribusian rekaman 48 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 suara ke pedagang besar, eceran, atau langsung ke masyarakat, termasuk penerbitan buku musik dan buku lembaran musik. 63112 KEGIATAN PENYIMPANAN DATA DI SERVER (HOSTING) DAN KEGIATAN YBDI Kelompok ini mencakup usaha jasa pelayanan yang berkaitan dengan penyediaan infrastruktur penyimpanan data di internet (hosting), layanan pemrosesan data dan kegiatan ybdi, dan spesialisasi dari penyimpanan data di server, seperti web-hosting, jasa streaming, dan aplikasi hosting. 32201 INDUSTRI ALAT MUSIK TRADISIONAL Kelompok ini mencakup usaha pembuatan alat-alat musik tradisional, baik alat musik senar, tiup, pukul, dan lainnya, seperti kecapi, seruling bambu, angklung, calung, kulintang, gong, gambang, gendang, terompet tradisional, rebab, dan tifa, termasuk pembuatan peluit, call horn (semacam terompet), dan alat sinyal suara yang ditiup lainnya. 32202 INDUSTRI ALAT MUSIK BUKAN TRADISIONAL Kelompok ini mencakup usaha pembuatan alat-alat musik nontradisional, seperti alat musik petik (gitar, bass, dan sejenisnya), alat musik tiup (terompet, saksofon, klarinet, harmonika, dan sejenisnya), alat musik gesek (biola, cello, dan sejenisnya), alat musik perkusi (drum set, selofon, metalofon, dan sejenisnya), termasuk usaha pembuatan piano/organ, pianika gamitan, akordeon, dan garpu tala. Usaha pembuatan mikrofon, loudspeaker, headphone, dan komponen yang sejenisnya dimasukkan dalam kelompok 26420, sedangkan alat-alat musik untuk mainan dimasukkan dalam kelompok 32402. 47597 PERDAGANGAN ECERAN ALAT MUSIK Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus alat musik, baik alat musik tradisional maupun alat musik modern, seperti kecapi, seruling bambu, calung, angklung, kulintang, perangkat gamelan, rebab, rebana, tifa, sasando, flute, saksofon, harmonika, trombon, gitar, mandolin, ukulele, harpa, bass, gambus, biola, cello, piano/organ, drum set, dan garpu tala. 18111 INDUSTRI PENCETAKAN UMUM Kelompok ini mencakup kegiatan industri percetakan surat kabar, majalah, dan penerbitan periodik lainnya, seperti tabloid, surat kabar, majalah, jurnal, pamflet, buku, dan brosur, juga naskah musik, peta, atlas, poster, katalog periklanan, prospectus, dan iklan cetak lainnya, serta prangko pos, prangko perpajakan, dokumen, cek, dan kertas rahasia lainnya, buku harian, kalender, formulir bisnis. Barang-barang cetakan komersial lainnya, seperti kertas surat atau alat tulis pribadi dan barangbarang cetakan lainnya yang berasal dari hasil mesin cetak, offset, klise foto, fleksografi, mesin pengganda, printer komputer, huruf timbul, dan sebagainya, termasuk alat cetak cepat; pencetakan langsung ke bahan tekstil, plastik, kaca, logam, kayu, dan keramik, kecuali pencetakan tabir sutera pada kain dan pakaian jadi; dan pencetakan pada label atau tanda pengenal (litografi, pencetakan tulisan di makam, pencetakan fleksografi, dan sebagainya); termasuk pula mencetak ulang melalui komputer, mesin stensil, dan sejenisnya, misal kegiatan fotokopi atau thermocopy. Barang cetakan ini biasanya memiliki hak cipta. Industri label kertas atau karton termasuk kelompok 17099. 74909 JASA PROFESIONAL, ILMIAH, DAN TEKNIS LAINNYA YTDL Kelompok ini mencakup usaha jasa profesional, ilmiah, dan teknik lainnya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, seperti jasa konsultasi ilmu pertanian (agronomist), konsultasi lingkungan, konsultasi BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 49 teknik lain, dan kegiatan konsultan selain konsultan arsitek, teknik, dan manajemen. Kelompok ini juga mencakup kegiatan yang dilakukan oleh agen atau perwakilan atas nama perorangan yang biasa terlibatkan dalam pembuatan gambar bergerak, produksi teater, atau hiburan lainnya atau atraksi olahraga dan penempatan buku, permainan (sandiwara, musik dan lain-lain), hasil seni, fotografi dan lain-lain, dengan publisher, produser dan lain-lain. 46522 PERDAGANGAN BESAR DISKET, PITA AUDIO DAN VIDEO, CD, DAN DVD KOSONG Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar disket, pita audio dan pita video kosong, CD, dan DVD kosong. 90004 JASA IMPRESARIAT BIDANG SENI Kelompok ini mencakup kegiatan pengurusan dan penyelenggaraan pertunjukan hiburan baik yang berupa mendatangkan, mengirim maupun mengembalikan serta menentukan tempat, waktu, dan jenis hiburan. Kegiatan usaha jasa impresariat pada kelompok ini khusus untuk bidang seni 46496 PERDAGANGAN BESAR ALAT MUSIK Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar berbagai alat musik, baik alat musik tradisional maupun alat musik modern, seperti kecapi, seruling bambu, calung, angklung, kulintang, perangkat gamelan, rebab, rebana, tifa, sasando, flute, saksofon, harmonika, trombon, gitar, mandolin, ukulele, harpa, bass, gambus, biola, cello, piano/organ, drum set, dan garpu tala. 2.2.3 Model Bisnis Industri Musik Subsektor industri musik adalah salah satu dari ke-15 sektor di industri kreatif di Indonesia yang memiliki model-model bisnis yang inovatif. Secara umum, ada tiga jenis produk yang dihasilkan pada industri musik, yaitu produk digital, produk fisik, dan produk pertunjukan. Model Bisnis di Rantai Kreasi Agar mencapai rantai konsumsi, proses yang harus dilewati produk ini bermula dari rantai kreasi. Pada rantai ini, pelaku kreatif membutuhkan dana untuk melakukan produksi sebuah karya kreatif. Dana ini bisa didapat dari berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan model bisnis crowd-sourcing. Pada model ini, pelaku kreatif mendapatkan dana sukarela dari komunitas atau fans mereka melalui platform pengumpul dana atau melalui cara-cara lain yang lebih kreatif. Model bisnis advertising juga biasanya menjadi salah satu pilihan untuk mendapatkan dana rekaman atau operasi bisnis dari perusahaan atau usaha kreatif lainnya dengan cara menyediakan karya kreatif khusus untuk mereka atau juga menyediakan tempat bagi perusahaan atau usaha kreatif lainnya tersebut untuk membubuhi info mengenai produknya. Salah satu model lainnya yang sedikit berbeda adalah dengan menggunakan model bisnis open. Di sini pelaku kreatif membuka peluang bagi fans atau pelaku kreatif lainnya untuk mengunduh bahan mentah karya mereka untuk dijadikan karya kreatif baru, yang selanjutnya akan dikembangkan lagi oleh pelaku kreatif pertama. Model Bisnis di Rantai Reproduksi Setelah karya kreatif selesai diproduksi dan lisensinya didaftarkan, proses selanjutnya adalah reproduksi. Usaha kreatif pada rantai ini biasanya dilakukan oleh label rekaman dan penerbit musik. Label rekaman biasanya menerapkan model bisnis 360 degrees. Maksudnya, label rekaman bisa memberikan dukungan keuangan bagi pelaku kreatif, yang di dalamnya termasuk uang muka 50 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 dan dana pemasaran, promosi, dan tur. Sebagai gantinya, pelaku kreatif setuju untuk membagikan sebagian dari hasil pendapatan mereka yang meliputi penjualan produk digital, fisik, pertunjukan, dan pendapatan lainnya pada label rekaman. Untuk menambah pemasukan, tidak sedikit label rekaman yang melakukan kerja sama (model bisnis partnership) dengan usaha kreatif lainnya. Dan jika label rekaman memiliki modal dan sumber daya yang kuat, yang biasanya dijalankan adalah model bisnis vertical integration. Gambar 2 - 3 Model Bisnis di Industri Musik Beberapa label rekaman yang mengkhususkan diri pada produk digital biasanya bekerja sama dengan pengumpul konten untuk melakukan digitalisasi produk musik. Selain itu, para pengumpul konten juga bisa sekaligus menyebarkan produk musik kepada beberapa penyedia jasa penjualan produk digital. Dan bagi label rekaman yang memiliki modal besar, mereka berani melakukan integrasi vertikal dengan menyediakan servis produksi hingga pengelolaan karya kreatif dari hulu ke hilir. Model Bisnis di Rantai Distribusi Pada rantai distribusi untuk produk digital, terdapat tiga tipe model bisnis yang sering ditemukan: Super Distribution, Longtail, dan Cross Platform. Model bisnis Longtail banyak dilakukan oleh pengumpul konten, di mana mereka mencari musisi atau label sebanyak-banyaknya untuk disalurkan ke toko digital, sehingga ketersediaan lagu pun semakin tidak terbatas. Selain memastikan ketersediaan lagu, konsumen juga ingin agar lagunya bisa diputar pada perangkat apa pun, kapan pun, dan di mana pun. Maka disinilah model bisnis Cross Platform dibutuhkan. Selain produk digital, masih ada juga produk fisik yang diproduksi dan masih digemari pasar. Untuk mencakup pasar sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya, konsumen harus diberikan kemudahan untuk mendapatkan produk musik tersebut. Hal ini bisa diwujudkan dengan cara melakukan model bisnis Super Distribution, yang metodenya menggunakan channel sebanyakbanyaknya dan seluas-luasnya untuk menjual produk musik fisik dan digital. Model bisnis direct BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Musik Indonesia 51 distribution biasanya dilakukan pada produk fisik di mana produk fisik tersebut diantarkan langsung dari distributor label rekaman atau bahkan manajemen artis kepada konsumen musik. Namun direct distribution bisa dilakukan oleh musisi yang merilis karyanya sendiri atau oleh label rekaman true independent atau DIY. Model Bisnis di Rantai Konsumsi Terdapat banyak tipe model bisnis di rantai konsumsi. Model bisnis free biasanya diterapkan oleh penjual di mana mereka memberikan karya kreatif secara gratis dengan harapan konsumen musik akan melakukan pembelian berikutnya. Model bisnis tipping biasanya merupakan lanjutan dari model bisnis free, di mana orang kreatif atau label rekaman mendapatkan uang atas tip yang diberikan oleh pendengar setelah mereka mendengar karya kreatifnya secara gratis. Model bisnis pay per downloads adalah di mana penikmat lagu diwajibkan membayarkan nominal tertentu untuk tiap lagu yang dikonsumsinya. Model bisnis berlangganan atau subscription biasanya terdapat di toko musik digital di mana metodenya bisa beraneka ragam tergantung kuantitas, kualitas atau periode pemakaian atau keanggotaan. Pada model bisnis ini, konsumen bisa mengakses musik mereka secara tidak terbatas, namun lagu yang mereka unduh tidak bisa keluar dari beberapa perangkat yang digunakan. Atau konsumen hanya bisa mengakses musik untuk periode tertentu. Di sinilah proteksi pada karya kreatif diterapkan. Model bisnis Ad-Funded adalah di mana biaya yang timbul dari konsumsi lagu ditanggung oleh pemasang iklan, sehingga konsumen lagu tidak merasa terbebani mengeluarkan uang saat menikmati lagu. Sebagai contoh di sini adalah YouTube. Model bisnis lain pengembangan dari sini adalah bundle yang dilakukan dengan menggabungkan beberapa karya kreatif dengan produk yang serupa atau tidak serupa dengan harga yang lebih rendah untuk menambah nilai dari sebuah produk dengan menggunakan karya musik tersebut. Merchandise adalah salah satu cara orang kreatif dan usaha kreatif mendapatkan uang selain dari produk musik digital, fisik, dan pertunjukan. Terkadang ditemukan merchandise yang juga dijadikan salah satu penambah nilai bagi produk utama musik agar menarik minat konsumen untuk membeli produk. Untuk produk pertunjukan, sumber pendanaan biasanya didapatkan dari sponsor. Walaupun demikian, untuk orang kreatif dan usaha kreatif dan pertunjukan yang lebih kecil juga tidak sedikit pendanaan yang didapatkan dari kas sendiri. Dampak yang dihasilkan dari skala yang kecil ini juga tidak sebesar yang didapatkan dari produk pertunjukan yang dibiayai oleh sponsor. 52 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 v v 54 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 v BAB 3 Kondisi Umum Industri Musik Indonesia BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia 55 3.1 Kontribusi Ekonomi Industri Musik Analisis dan perhitungan kontribusi ekonomi dari industri musik sangat penting diketahui dalam lingkup ekonomi kreatif. Sebab, dengan mengetahui dan memahami kontribusi ekonomi, rencana pengembangan industri musik dapat menjadi lebih terarah dan tepat guna. Perhitungan kontribusi ekonomi ini sendiri didapatkan dari data survei milik Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pendapatan negara berdasarkan komponen-komponen dengan basis Produk Domestik Bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga dari masing-masing subsektor ekonomi kreatif. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini mengacu pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Tahun 2009 untuk ekonomi kreatif, di mana perhitungan kontribusi ekonomi diambil berdasarkan lingkup yang dicakup oleh masing-masing subsektor ekonomi kreatif. Bagaimanapun juga, KBLI Tahun 2009 belum mewakili kondisi riil di lapangan sehingga masih memiliki kemungkinan untuk direvisi. Akhirnya, perbaikan KBLI mesti menjadi salah satu hal utama yang perlu dilakukan sebagai langkah awal pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia agar perhitungan kontribusi ekonomi dari tiap subsektor ekonomi kreatif dapat benar-benar menjadi acuannya. Tabel 3 - 1 Kontribusi Ekonomi Industri Musik 2010-2013 INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013 RATA-RATA 1. Berbasis Produk Domestik Bruto a Nilai Tambah Subsektor (ADHB)* Miliar Rupiah 3,972.74 4,475.44 4,798.88 5,237.08 4,621.04 b Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Ekonomi Kreatif (ADHB)* Persen 0.84 0.85 0.83 0.82 0.83 c Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Total PDB (ADHB)* Persen 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 d Pertumbuhan Nilai Tambah Subsektor (ADHK)** Persen - 3.25 2.34 4.37 3.32 2. Berbasis Ketenagakerjaan a Jumlah Tenaga Kerja Subsektor Orang 50,612 53,127 55,030 55,958 53,681 b Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Sektor Ekonomi Kreatif Persen 0.44 0.46 0.47 0.47 0.46 c Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Nasional Persen 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 d Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Subsektor Persen - 4.97 3.58 1.69 3.41 e Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor Ribu Rupiah/ Pekerja Pertahun 78,495 84,240 87,205 93,590 85,882.61 56 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 3. Berbasis Aktivitas Perusahaan a Jumlah Perusahaan Subsektor Perusahaan 14,954 15,377 15,803 16,182 15,579 b Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Jumlah Perusahaan Ekonomi Kreatif Persen 0.28 0.29 0.29 0.30 0.29 c Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Total Usaha Persen 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 d Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Persen - 2.83 2.77 2.40 2.67 e Nilai Ekspor Subsektor Juta Rupiah 899,558.70 909,294.48 913,802.97 934,236.67 914,223.20 f Kontribusi Ekspor Subsektor Terhadap Ekspor Sektor Ekonomi Kreatif Persen 0.93 0.86 0.83 0.79 0.85 g Kontribusi Ekspor Subsektor Terhadap Total Ekspor Persen 0.06 0.05 0.05 0.05 0.05 h Pertumbuhan Ekspor Subsektor Persen - 1.08 0.50 2.24 1.27 4. Berbasis Konsumsi Rumah Tangga a Nilai Konsumsi Rumah Tangga Subsektor b Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Subsektor terhadap Konsumsi Sektor Ekonomi Kreatif Persen 0.44 0.45 0.48 0.50 0.47 c Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga Persen 0.08 0.08 0.08 0.09 0.08 d Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Persen - 14.04 16.17 15.63 15.28 Juta Rupiah 2,806,895.00 3,200,967.31 3,718,463.81 4,299,580.26 3,506,476.59 *ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku **ADHK = Atas Dasar Harga Konstan Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia 57 3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB) Gambar 3 - 1 Nilai Tambah Bruto Subsektor Industri Musik Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah Pada 2013, industri musik berkontribusi sebesar 5,24 triliun rupiah bagi Nilai Tambah Bruto (NTB) Indonesia. Jumlah ini terbilang relatif rendah, karena hanya bernilai 1% dari NTB yang didapat keseluruhan sektor ekonomi kreatif. Namun, laju pertumbuhan industri musik terhadap NTB Ekonomi Kreatif dan NTB Indonesia sebesar 4.37%, yang relatif lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan NTB Ekonomi Kreatif (5,76%) dan NTB Indonesia (5,74%), disebabkan karena masih ada bagian-bagian yang tak terhitung sebagai kontribusi NTB dari industri musik. Perhitungan di atas kemungkinan berada di bawah nilai NTB subsektor industri musik Indonesia yang sebenarnya. 58 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 3.1.2 Berbasis KetenagaKerjaan Gambar 3 - 2 Kontribusi Ekonomi Industri Musik Berbasis Ketenagakerjaan Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah Dari grafik di atas dapat kita lihat jumlah tenaga kerja industri musik yang mencapai 55.968 tenaga kerja pada 2013. Ini menunjukkan penyerapan tenaga kerja di industri musik relatif masih kecil dibandingkan dengan subsektor lainnya. Sebab, jumlah tersebut hanya memberi kontribusi sebesar 0,47% dari total keseluruhan tenaga kerja yang ada dalam bidang ekonomi kreatif. Dari laju pertambahan tenaga kerja industri musik yang mengalami penurunan cenderung menunjukkan terjadinya pengurangan jumlah tenaga kerja di industri musik sebanyak -0.5%, di mana untuk laju pertambahan tenaga kerja di ekonomi kreatif dan nasional pun menurun namun tetap bernilai positif (masih ada pertambahan jumlah tenaga kerja). Hal ini juga menunjukkan bahwa produktivitas dari industri musik yang meningkat melihat peningkatan laju pertambahan NTB terhadap PDB saat jumlah tenaga kerja di subsektor industri musik menurun. Namun, nilai ini masih dirasa under estimate jika dibandingkan kenyataan yang sebenarnya, mengingat masih adanya jenis pekerjaan di industri musik yang tidak terdefinisikan dalam KBLI Indonesia, terutama pada ruang lingkup fragmen artistik dan fragmen industri-servis. BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia 59 3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan Gambar 3 - 3 Aktivitas Usaha Industri Musik Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah Jumlah unit usaha industri musik pada 2013 sebanyak 16.182 unit, sehingga rasio jumlah unit usaha dengan jumlah tenaga kerja hampir berbading 1:4. Nilai tersebut memberi kontribusi sebesar 0,3% dari total unit usaha ekonomi kreatif yang ada. Ini masih termasuk kecil jika dibandingkan dengan subsektor lainnya. Menurut data yang tersedia, laju pertumbuhan unit usaha dalam industri musik menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya. Tapi penurunan ini terjadi tidak hanya pada industri musik, tapi juga keseluruhan kegiatan ekonomi kreatif secara nasional. Meski, laju pertumbuhan unit usaha dalam industri musik (0,9%) masih lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan unit usaha ekonomi nasional (2,4%), namun lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan unit usaha ekonomi kreatif (0.41%). Hal ini menunjukkan adanya potensi industri musik yang belum digali secara optimal. Namun, angka ini masih berpotensi untuk berubah akibat adanya unit usaha yang belum terdefinisi secara detail di dalam KBLI industri musik. 60 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga Gambar 3 - 4 Konsumsi Rumah Tangga Industri Musik Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah Nilai konsumsi rumah tangga industri musik sebesar 4,3 triliun rupiah telah memberi kontribusi sebesar 0,5% dari total konsumsi rumah tangga ekonomi kreatif. Grafik di atas menunjukkan bahwa produk industri musik mengalami peningkatan konsumsi rumah tangga yang dapat dilihat dari laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga subsektor industri musik sebesar 12,25%. Angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi kreatif (10,83%), namun masih lebih rendah dibanding konsumsi rumah tangga ekonomi nasional yang cenderung menurun (15,63%). Jika melihat data ini dapat dikatakan bahwa nilai yang ditampilkan adalah underestimated, karena ada potensi pemasukan subsektor industri musik dari performing rights yang terhitung. Hal ini dikarenakan tidak adanya Undang-Undang Hak Cipta yang diperbaharui dan mencakup beberapa hal yang bisa menambah nilai konsumsi rumah tangga industri musik. BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia 61 3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor Nilai ekspor industri kreatif pada 2013 sebesar 934 miliar rupiah telah memberi kontribusi sebesar 0,79% terhadap total nilai ekspor ekonomi kreatif. Nilai ini masih kecil dibandingkan dengan nilai subsektor lain, di mana kontribusi ekspor masih didominasi oleh subsektor kuliner. Laju pertumbuhan ekspor subsektor industri musik (2,24%) masih lebih kecil jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekspor total ekonomi kreatif dan nasional. Namun, informasi ini memiliki kemungkinan tidak sesuai dengan kondisi nyata di lapangan karena data-data seperti kontribusi ekonomi industri musik lainnya masih belum secara detail terdefinisikan dalam KBLI subsektor industri musik. Cukup sulit untuk menyebutkan apakah data angka tersebut perkiraan yang berlebihan atau justru terlalu mengecilkan, karena ada beberapa produk industri musik yang tergabung dengan produk subsektor lainnya atau pun sebaliknya pada sumber referensi data di atas. Hal ini pun berlaku untuk informasi kontribusi ekonomi lainnya. Gambar 3 - 5 Ekspor Subsektor Industri Musik Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah 62 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Gambar 3 - 6 Perbandingan Ekspor dan Impor Industri Musik Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah Berdasarkan data di atas terlihat bahwa perbandingan antara nilai ekspor dan impor tidak berbeda jauh. Namun secara proporsional, terlihat bahwa laju pertumbuhan impor jauh di atas laju pertumbuhan ekspor. Hal ini dapat memberikan kesimpulan bahwa daya saing industri musik masih rendah bila dibandingkan dengan produk dari luar negeri. Meski begitu, ini bukan berarti industri musik Indonesia tidak berdaya saing. Meskipun secara nominal ekspor dan impor bertambah, tapi dapat dilihat bahwa distribusi ekspor cenderung menurun sejak 2010 hingga 2013, diiringi dengan naiknya distribusi impor dari industri musik Indonesia berkaitan dengan jauhnya perbedaan laju pertumbuhan ekspor dan impor. Tapi, kondisi ini masih berpeluang untuk tidak sesuai dengan kondisi riilnya (nilainya terlalu kecil, kemungkinan perkiraan yang terlalu kecil) karena masih adanya pengelompokan produk industri musik yang tidak pada tempatnya, ataupun sebaliknya, di mana produk nonindustri musik digolongkan dengan produk industri musik yang dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan nilai kontribusi ekspor dan impor. Kemampuan ekspor industri musik Indonesia terbilang cukup tinggi. Selain data-data di atas, beberapa fakta lain menunjukkan itu, seperti banyaknya musisi Indonesia yang karya musiknya banyak dikonsumsi di negara-negara lain, baik itu berupa produk fisik, digital, atau pun pertunjukan. Bahkan ada musisi Indonesia yang karya musiknya digunakan juga oleh industri periklanan dan industri perfilman negara lain. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas musik Indonesia tidak kalah bersaing dengan negara-negara lain, bahkan mungkin lebih baik. Besarnya kemampuan dan sumber daya untuk meningkatkan kualitas dan produksi dari industri musik Indonesia sendiri membuat kesempatan untuk meningkatkan daya saingnya lebih besar. BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia 63 3.2 Kebijakan Pengembangan Industri Musik Regulasi Terkait Industri Musik Jika dilihat secara keseluruhan, berikut perjalanan undang-undang dan peraturan yang mencakup kegiatan yang ada di subsektor industri musik (Tabel 3-2). Tabel 3 - 2 Peraturan Mengenai Industri Musik Indonesia TAHUN PERATURAN DI INDONESIA UNTUK INDUSTRI MUSIK 1990 Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam 1991 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam 1997 Keputusan Presiden RI No. 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention For The Protection of Literary and Artistic Works Keputusan Presiden RI No. 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty 2002 Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 2004 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang sarana produksi berteknologi tinggi untuk cakram optik (optical disc) 2008 Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Produk Rekaman Suara 2013 Peraturan Menteri Kominfo No. 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Jasa Penyediaan Konten Pada Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel Dengan Mobilitas Terbatas 2014 Peraturan Menkominfo No. 19 Tahun 2014 tentang Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif 1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Np. 70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam Analisis: Karya musik di Indonesia sangat beragam. Maka, karya-karya ini perlu dikelola dengan baik agar rekam jejak karya anak bangsa tersebut dapat terus ditemukan oleh generasi selanjutnya. Pengarsipan yang buruk akan menghilangkan informasi penting yang bisa mendidik anak bangsa. Kalau tidak, dikhawatirkan rekaman peristiwa yang telah dihasilkan oleh berbagai lembaga tersebut akan sulit ditemukan kembali. Oleh karena itu pemerintah membuat Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah-Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1990 dan Peraturan Pelaksana Undang-undang No. 4 Tahun 1990. 64 Undang-Undang ini menjelaskan bahwa bahwa setiap penerbit yang ada di wilayah Indonesia wajib menyerahkan 2 (dua) buah cetakan dari setiap judul karya cetak yang dihasilkan kepada Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dan sebuah lagi kepada kepala Perpustakaan Daerah (Perpusda) di ibukota provinsi yang bersangkutan, selambat-lambatnya setelah 3 (tiga) bulan diterbitkan. Atas dasar itu, setiap penerbit ”diwajibkan” menyerahkan karyakaryanya ke lembaga yang telah ditunjuk. Undang-Undang ini juga mengatur tentang Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 sanksi yang dikenakan kepada setiap penerbit yang tidak menyerahkan karyanya.33 Namum pada pelaksanaannya, Undang-Undang ini kurang optimal. Sebabnya, para wajib serah simpan karya rekam suara masih kurang memiliki kesadaran untuk mengantarkan langsung atau mengirimkan hasil karya rekam suaranya pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah. Sehingga terkadang penyerahan karya rekam suara perlu dijemput langsung oleh Tim Hunting Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah. Kesimpulan: Mengingat pentingnya pengarsipan untuk karya musik, maka perlu dilakukan sosialisasi kepada para wajib serah simpan karya rekam suara mengenai pentingnya pengarsipan, juga mengenai tata cara pengarsipan. Selain itu, setiap wilayah perlu melakukan identifikasi dan penyusunan basis data para sasaran wajib serah simpan karya cetak dan karya rekam. Untuk mengantisipasi ketidaktaatan para penerbit, keberadaan sebuah tim hunting atau pelacak karya cetak dan karya rekam juga dirasa penting. 2. Hak Cipta: Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Analisis: Lisensi musik, sebagai salah satu produk hak cipta, merupakan suatu bentuk perjanjian yang konteksnya tunduk pada kebebasan berkontrak Pasal 1338 KUHPerdata, namun isinya juga dibatasi pada UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Lisensi musik merupakan suatu media pengalihan karya cipta, yang biasanya dilakukan oleh pemilik karya cipta kepada industri musik untuk dapat dialihwujudkan agar dapat didistribusikan kepada konsumen sasarannya. Pemberian lisensi ini seringkali direpresentasikan dengan perjanjian baku, dengan form yang dibuat oleh industri rekaman lalu diberikan kepada si pencipta untuk diisi. Kesimpulan: Beberapa penamba han yang perlu ada sebagai pemba haruan dari UndangUndang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah: • Pembaharuan peraturan mengenai copyright protection, yang mencakup: Mechanical Rights, Performance Rights, Synchronization Rights, Printed Rights, dan hak-hak lain yang akan muncul Dengan adanya peraturan ini, iklim bisnis di industri musik Indonesia akan meningkat. Pemasukan musisi akan membaik karena setiap penggunaan karyanya di ruang publik atau untuk keperluan lainnya akan terhitung dengan jelas, sebab ada pembagian keuntungan serta royalti yang jelas. Selain itu, pelaku usaha juga akan merasakan adanya transparansi dan dampak jangka panjang yang disebabkan banyaknya generasi (33) Arwendria, “Efektivitas Pelaksanaan Undang-undang No. 4 Tahun 1990 Tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam pada Badan Perpustakaan dan Arsip Sumatera Barat,” dalam situs web Pusat Kajian Budaya Islam, 1 Desember 2010. Tautan: http://lppbi-fiba.blogspot.com/2010/12/efektifitas-pelaksanaan-undang-undang.html. Terakhir diakses pada 29 September 2014. BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia 65 muda yang mau menentukan jalur karier di industri musik karena industrinya sudah mapan. • • Peraturan pendukung untuk pelaksanaan teknis copyright protection dan piracy law enforcement Dengan adanya peraturan ini, para musisi dan pelaku bisnis di industri musik akan merasa terlindungi hak-haknya dari aksi-aksi yang tidak bertanggung jawab, seperti pembajakan dan penggunaan karya yang semena-mena. Selain itu, petugas pelaksana lapangan yang bertugas untuk menertibkan penggunaan karya musik akan lebih leluasa bekerja karena memiliki standar prosedur operasional yang jelas dan berkekuatan hukum. Peraturan pemerintah yang mewajibkan setiap usaha kreatif di bidang musik harus transparan mengenai data penjualan dan hal-hal yang menyangkut hal tersebut. Dengan adanya peraturan ini, akan mudah didapatkan transparansi mengenai data penjualan untuk setiap produk musik fisik dan digital, sehingga para pelaku bisnisnya bisa mengetahui secara nyata respons pasar atas produk yang dikeluarkan. Selain itu, dengan adanya data ini akan mudah dilakukan pengarsipan, termasuk kemudahan membuat chart musik nasional yang bisa dijadikan basis data bagi suatu ajang penghargaan musik. Namun demikian, UU No. 19 Tahun 2002 ini sudah mengalami perubahan pada 2014. Dan ketika buku ini sedang ditulis, perubahan UU Hak Cipta ini telah disahkan oleh DPR namun masih menunggu pengesahan presiden. Adapun sekilas mengenai UU Hak Cipta yang telah diperbaharui ini adalah: • Tidak diperbolehkannya sistem jual atau beli putus karya musik; • Hak pencipta yang akan kembali lagi setelah 25 tahun bagi kasus jual atau beli putus yang sudah terjadi; • Penegasan hukuman untuk pelanggaran hak cipta, terutama pembajakan di internet dan shopping mall; • Penciptaan dua jenis Lembaga Manajemen Kolektif, yaitu untuk hak cipta dan hak terkait; • Penegasan pemilik master rekaman mempunyai hak atas performing rights; • Pembentukan sistem database musik nasional berbasis IT yang transparan dan netral. 3. Peratura n Pemerinta h Republik Indonesia No. 29 Ta hun 2004 tenta ng Sarana Produksi Berteknologi Tinggi untuk Cakram Optik (optical disc) Analisis: PP No. 29 Tahun 2004 merupakan regulasi yang dibuat sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 28 Undang-Undang No, 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta serta untuk mencegah beredarnya cakram optik illegal yang merugikan pemegang hak cipta. Selain itu peraturan ini dibuat untuk menghindari persaingan yg tidak sehat pada kegiatan perdagangan cakram optik di Indonesia. Peraturan ini mencakup jenis dan sarana produksi, kode produksi, 66 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 pengadaan sarana produksi, pelaporan dan pengawasan, dan sanksi administrasi untuk pelangaran dari kegiatan produksi berteknologi tinggi untuk cakram optik. Kesimpulan: Pelaksanaan peraturan ini mencakup pengawasan kegiatan industri cakram atas kelengkapan dokumen laporan berkala dan ketentuan penggunaan kode produksi. Namun bagaimanapun pembajakan terhadap produk fisik musik tetap terjadi. Untuk itu perlu ditegaskan lagi aspek penegakan hukum oleh penyidik Polri dan/ atau penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atas perusahaan yang berindikasi telah melakukan pelanggaran. 4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Produk Rekaman Suara Analisis: Peraturan ini merupakan perubahan dari Direktur Jenderal Pajak yang telah menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak (Kepdirjen) No. KEP-81/PJ./2004 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Penyerahan Produk Rekaman Suara. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 ini mengatur mekanisme pemungutan PPN atas media rekaman suara di Indonesia melalui penebusan dan penempelan “stiker lunas PPN” pada produk rekaman fisik dalam bentuk kaset, CD, VCD, LD, DVD, dan media fisik lainnya. Peraturan ini juga mengatur hal-hal teknis sebagai berikut: konten dan jenis media rekaman suara; harga jual rata-rata berbagai produk rekaman suara; spesifikasi “stiker lunas PPN”; tata cara penatausahaan dan penebusan “stiker lunas PPN”; dan asosiasi pengusaha rekaman suara yang ditunjuk sebagai pemberi rekomendasi dalam penebusan “stiker lunas PPN”. Walaupun peraturan ini telah dirancang menjadi lebih komprehensif, tapi masih ada beberapa hambatan pada pelaksanaannya. Salah satunya adalah masih adanya perusahaan rekaman independen dan lokal (label) yang belum terdaftar secara resmi pada asosiasi yang ada, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam penebusan “stiker lunas PPN”. Hal ini mengakibatkan banyak ditemuinya produk musik fisik tanpa “stiker lunas PPN”. Kesimpulan: Untuk membantu proses pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 maka perlu dilakukan pertemuan khusus untuk dengar pendapat dan diskusi dengan para pelaku industri rekaman suara, yang meliputi perusahaan rekaman, asosiasi pengusaha rekaman, musisi, media massa, dan kolektor musik. Selain itu diperlukan juga peningkatan pembinaan dan pengawasan untuk meminimalisir penyimpangan maupun penyalahgunaan penggunaan “stiker lunas PPN” dengan cara memaksimalkan penyuluhan, dan penegakan hukum. Untuk mendorong para pelaku usaha rekaman suara menebus “stiker lunas PPN”, diperlukan juga suatu sistem dan penatausahaan yang lebih sederhana.34 (34) Didik Yandiawan, “Record Store Day dan dan Momentum Penyempurnaan Regulasi PPN atas Penyerahan Media Rekaman Suara,” www.pajak.go.id, 19 april 2013. Tautan: http://www.pajak.go.id/content/article/record-store-daydan-momentum-penyempurnaan-regulasi-ppn-atas-penyerahan-media. Terakhir diakses pada 29 September 2014. BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia 67 5. Peraturan Menteri Kominfo No. 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Jasa Penyediaan Konten pada Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel dengan Mobilitas Terbatas. Analisis: Peraturan Menteri Kominfo No. 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Jasa Penyediaan Konten pada Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel dengan Mobilitas Terbatas ini merupakan perubahan atau revisi terhadap Peraturan Menkominfo No. 1/PER/M.KOMINFO/1/2009 tentang Penyelenggaraan Jasa Pesan Premium dan Pengiriman Jasa Pesan Singkat (Short Messaging Service/SMS) ke Banyak Tujuan (Broadcast). Perubahan ini dilakukan karena Peraturan Menteri Kominfo No. 1 Tahun 2009 tersebut dirasa sudah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Selain itu, perkembangan teknologi telekomunikasi dan internet yang semakin terkonsentrasi telah melahirkan beragam jenis jasa layanan baru di mana salah satunya adalah jasa penyediaan konten pada jaringan bergerak seluler dan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas. Jasa layanan baru ini memerlukan pengaturan tersendiri agar dapat tercipta iklim usaha yang kondusif. Kesimpulan: Peratuan baru ini dirasa sudah cukup dapat mewakili dan melindungi kepentingan publik, penyelenggara telekomunikasi, dan kepentingan nasional. Selain itu juga dapat memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan jasa penyediaan konten pada jaringan bergerak seluler dan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas. Hal yang terpenting dan merupakan penambahan dari peraturan yang sebelumnya adalah memberikan perlindungan kepada pengguna layanan jasa penyediaan konten yang meliputi hak privasi, akurasi dan transparansi pembebanan biaya (charging), dan hak lain yang diatur dalam undang-undang perlindungan.35 6. Peraturan Menkominfo No. 19 Tahun 2014 tentang Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif Analisis: Peraturan ini disahkan oleh Menkominfo pada 7 juli 2014 dan diundangkan oleh menteri hukum dan HAM pada 17 juli 2014. Dengan adanya peraturan ini, pemerintah sudah mempunyai dasar hukum atas kewenangan memblokir situs-situs yang dianggap bermuatan negatif. Seperti tercantum pada bab III pasal 4 dari peraturan menteri tersebut, sebuah situs yang termasuk bermuatan negatif adalah situs yang mengandung pornografi dan kegiatan ilegal lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kesimpulan: Kegiata n pembaja k a n terma su k penyedia a n konten lag u gratis ta npa izin dari pemilik ha k atas lagu merupa kan suatu kegiatan yang ilega l. Dengan (35) Siaran Pers No. 65/PIH/KOMINFO/8/2013 tentang Peraturan Menteri No. 21 Tahun 2013 Yang Mengatur Jasa Penyediaan Konten Sebagai Pengganti Peraturan Menteri No. 1 Tahun 2009. Tautan http://www.postel.go.id/info_ view_c_26_p_2047.htm. Terakhir diakses pada 29 September 2014. 68 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 adanya peraturan ini harapannya kegiatan pembajakan atau penyebaran lagu bajakan melalui situs peer-to-peer atau situs lainnya bisa ditekan atau dikurangi. 3.3 Struktur Pasar Industri Musik KEADAAN AKTOR DI KREASI Berdasarkan data, terdapat 1.760 musisi yang tergabung dalam PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia), dan sebanyak 1.200 di antaranya adalah musisi aktif. Tidak ada data terkini mengenai jumlah musisi yang tergabung dalam PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu-Dangdut Indonesia). Di sisi lain, jumlah musisi muda di Indonesia terus meningkat. Hal ini dibantu oleh perkembangan teknologi, khususnya digitalisasi produksi musik dan internet yang membuka kesempatan bagi masuknya pelaku-pelaku industri baru pada fragmen ini. Mereka mendapat keuntungan dengan biaya produksi yang rendah dan proses yang lebih mudah dengan adanya digitalisasi. Selain itu, adanya internet membuat para musisi bisa memotong jalur reproduksi hingga konsumsi, di mana mereka bisa melakukan proses “Do It Yourself ” dengan melakukan distribusi dan penjualan langsung pada konsumen. Selain itu, dengan adanya internet, siapapun dapat mengakses informasi sebanyak-banyaknya, termasuk untuk literasi musik secara informal. Namun dari sisi lain, jika dilihat dari kacamata industri, hambatan untuk sukses di Industri musik cukup tinggi. Hambatan yang ada lebih kepada belum terbukanya wawasan para calon pelaku terhadap potensi pemasukan yang ada dari industri musik. Hal ini juga berkaitan dengan tidak adanya undang-undang yang detail mengenai hak cipta dan peraturan pelaksanaannya, belum adanya sosialisasi mengenai hak-hak yang seharusnya didapatkan para pemegang hak cipta, dan belum adanya suatu pusat informasi yang menyeluruh mengenai dinamika ekosistem dari industri musik indonesia, termasuk perputaran uang di dalamnya. Tidak sedikit musisi yang tidak mengetahui hak-hak mereka atas karya yang mereka ciptakan, sehingga potensi kerugian dari sisi pencipta karya cukup tinggi. Pada umumnya aliran musik yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar: 1. Musik seni • Musik klasik, contoh musisi: Idris Sardi, Ananda Sukarlan, Jubing Krstianto, dan lain sebagainya; • Musik kontemporer dalam idiom tradisi barat, contoh musisi: komponis Amir Pasaribu, Dua Srikandi Piano: Trisutji Kamal dan Marusya Nainggolan; • Musik kontemporer yang bersumber dari unsur etnik, contoh musisi: A.W. Sutrisna, Rahayu Supanggah, Wayan Sadra, Dody Satya Ekagust Diman; • Musik baru yang berlatar belakang budaya Indonesia dan budaya Barat, contoh musisi: Slamet Abdul Sjukur, Alm. Ben Pasaribu, Tony Prabowo dan Otto Sidharta.36 (36) Michael Gunadi Widjaja, “Sekilas Musik Kontemporer Indonesia,” dalam www.imajiner07.blogsot.com, 29 Agustus 2013. Tautan: http://imajiner07.blogspot.com/2013/08/sekilas-musik-kontemporer-di-indonesia.html?m=1. Terakhir diakses pada 29 September 2014. BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia 69 2. Musik populer • Pop, contoh musisi: Koes Plus, Alm. Chrisye, Kla Project, Noah, Agnes Monica, Mocca, dan lain sebagainya; • Rock, contoh musisi: The Rollies, Godbless, Gigi, PAS Band, /rif, Netral, dan sebagainya; • Metal/hardcore, contoh musisi: Burgerkill, Puppen, Seringai, Deadsquad, Jasad, dan lainnya; • Jazz, contoh musisi: Benny Likumahua, Indra Lesmana, Ermy Kulit, Bubi Chen, Ireng Maulana, Andien, dan sebagainya; • Dance/elektronik, contoh musisi: Andy Ayunir, Electrofux, Agrikulture, Homogenic, Rock and Roll Mafia, Bottle Smoker, dan lain sebagainya; • Ska/reggae/dub, contoh musisi: Shaggy Dog, Tony Q, dan sebagainya; • Hiphop/rap, contoh musisi: Soul ID, Iwa K, Yacko, dan lain sebagainya. 3. Musik nusantara • Musik khas daerah, contoh: gambang kromong, goong renteng, santi swara dan laras madya, krumpyung, gong luang, karang dodou, huda, senandung jolo, ganghanggase, tradisi kombi, tabuh salimpat, syair telimaa, panting, dan sasando gong; • Musik keagamaan, contoh: gambus, kasidah, nasyid, musik gereja; • Keroncong, contoh: Gesang, Sundari Soekotjo, Mus Mulyadi, Anjar Any, Ki Manthous, dan lain sebagainya; • Dangdut, contoh: Rhoma Irama, Elviy Sukaesih, Mansyur S, Ikke Nurjanah, Iis Dahlia, Inul Daratista, dan lain sebagainya Rata-rata setiap musisi memiliki keunikan yang berbeda-beda di tiap genrenya. Keunikan itu terkadang tertuang dalam subgenre dari satu genre yang besar. Masing-masing subgenre ini berkembang secara berbeda-beda satu sama lain dan juga memiliki pengikut dan komunitas penggemar tersendiri. Penerimaan pasar pun berbeda-beda terhadap hasil karya para musisi ini. Pada umumnya beberapa aliran musik yang paling populer dan menempati tangga lagu teratas diiringi dengan penjualan tertinggi di Indonesia adalah musik pop dan dangdut. KEADAAN AKTOR DI REPRODUKSI Berdasarkan data ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia), sampai saat ini terdapat 66 label rekaman yang berada di bawah naungan ASIRI dan 15 label rekaman yang berada di bawah naungan asosiasi GAPERINDO (Gabungan Perusahaan Rekaman Indonesia). Meski di wilayah reproduksi terdapat beberapa pemain besar, tapi pemain kecil juga tidak kalah banyak dan dapat mempengaruhi penjualan para pemain yang besar, sehingga jenis pasar untuk rantai ini tidak bisa dikatakan oligopoli. Adapun tiga jenis label rekaman yang ada di Indonesia: 1. Major Label: Warner Music Indonesia, Sony Music Entertainment Indonesia, dan Universal Music Indonesia 70 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 2. Major-Independent Label/Local Label: Musica Studios, Nagaswara, Trinity Optima Production, dan Aquarius 3. Independent Label: • Vanity Label: Pops, Independen, dan Forte. • DIY (Do it Yourself) atau bisa juga disebut Self Release: High Octane Records dan Revolt Music. • True Independent Label: DeMajors, Organic Records, dan FFWD Records. Jumlah pemain di ranah ini terus menurun tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan maraknya produk bajakan yang memiliki harga jauh lebih murah dari produk yang asli. Perkembangan Internet pun menjadi pemicu karena konsumen dapat menikmati produk musik secara gratis walaupun kebanyakan di antaranya bersifat ilegal. Jika ancaman-ancaman pembajakan tidak juga dapat ditanggulangi dan terus menerus membentuk budaya masyarakat yang tidak menghargai hak cipta, maka hambatan untuk masuk ke rantai reproduksi di industri musik Indonesia menjadi tinggi. KEADAAN AKTOR DI DISTRIBUSI Maraknya perkembangan teknologi di Indonesia pada 2003 membuat konten industri telekomunikasi tidak hanya berupa telepon dan layanan teks pesan singkat, melainkan juga melibatkan musik. Selain itu, konsumsi pasar juga sudah mulai beralih dari produk fisik menuju digital. Pada saat itu muncullah banyak penyedia konten, atau yang akrab disebut sebagai content provider (CP), yang bertugas untuk mengumpulkan karya musik dalam berbagai format digital dan mendistribusikannya ke sebanyak mungkin toko digital. Pada 2002 jumlah CP ada sebanyak 50 mitra. Dan data terakhir pada 2011 menunjukkan jumlah CP meningkat mencapai 400 mitra. Untuk produk fisik, terdapat distributor konvensional dan nonkonvensional. Contoh beberapa distributor nonkonvensional yang ada di Indonesia adalah Swara Sangkar Emas dan Music Factory. Sedangkan beberapa distributor konvensional yang ada di Indonesia adalah DeMajors, Royal Prima Musikindo, Lucky, Harika, Virgo Ramayana (Jakarta), Santi Jaya (Bali), IMC (Semarang), Seni Hiburan, Welly/CreativeDisc (Surabaya), ET45 (Aceh dan Palembang), dan Nada Records (Padang). Selain fenomena di atas, ada juga fenomena distribusi langsung yang biasa dilakukan oleh label rekaman kecil atau musisi yang merilis sendiri karyanya. Hal ini dilakukan selain untuk menghemat anggaran juga untuk meningkatkan hubungan antara konsumen atau fans musik dan musisi. KEADAAN AKTOR DI KONSUMSI Untuk produk fisik, ratusan toko musik yang biasa digunakan untuk berjualan terus berguguran sampai kini. Kabar baiknya adalah adanya kehadiran toko non-konvensional seperti Kentucky Fried Chicken (dengan jumlah gerai mencapai 440 buah di seluruh Indonesia) dan Texas Fried Chicken (93 gerai di 30 kota). Alhasil, kehadiran mereka membantu penyebaran produk fisik musik ke berbagai pelosok Indonesia. Pada kegiatan konsumsi, beberapa jenis produk musik: fisik, digital, dan pertunjukan musik, bisa memiliki harga akhir yang berbeda-beda karena mereka masing-masing menawarkan produk yang beragam jenisnya. Contoh dari produk yang terdiferensiasi di industri musik adalah musik dengan berbagai genre, produk fisik dan digital dengan berbagai format dan nilai tambah (ada sistem bundle dengan merchandise, kemasan yang eksklusif, dan lain sebagainya), dan kreasi BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia 71 produk musik pertunjukan yang inovatif. Produk-produk tersebut memiliki ingredient atau imaginary yang berbeda dan dikonsumsi oleh individu yang berbeda kebutuhannya. Hal ini menyebabkan pemain-pemain pada industri musik bisa menentukan harga sendiri, walaupun tidak akan terlalu drastis berbeda, karena mereka yakin akan positioning dan value proposition mereka di mata konsumennya. Namun di sisi lain, ada saatnya daya tawar konsumen terhadap produk musik menjadi rendah. Hal ini karena adanya fenomena perputaran lagu dan musisi yang sangat cepat dan adanya tren untuk hanya memproduksi one hit single. Menurut Andre “Opa” Sumual (Trax Magazine), pada umumnya sebuah lagu one hit single hanya bertahan selama dua hingga empat bulan di pasaran. Setelah itu, musisi harus bisa memproduksi lagu-lagu hits lainnya tanpa perlu memproduksi sebuah album. Walau dirasa memberikan keuntungan yang besar pada waktu tertentu—misalnya tingginya tawaran untuk menggelar pertunjukan—hal ini tidak akan membuat suatu karya musik atau musisi bertahan lama di kancah perindustrian musik Indonesia. Pasar yang sudah terbiasa dengan budaya one hit single akan dengan mudah beralih ke karya musik atau musisi yang lain dan segera melupakan musisi dan karya musik yang sebelumnya. Konsumen juga tidak akan rela untuk membayar mahal atas produk yang seperti ini. Maka, untuk meningkatkan daya tawar konsumen perlu ditingkatkan kualitas karya musik dan juga nilai tambah dari setiap produk musik yang ditawarkan. KEADAAN ASOSIASI Beberapa asosiasi yang menaungi orang dan usaha kreatif pada rantai kreasi ini adalah PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu/Dangdut Indonesia) dan PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia). Pada ruang lingkup fragmen industri, khususnya servis, terdapat beberapa organisasi nonpemerintah yang biasa menerima pendaftaran lisensi musik di mana kemudian membantu manajemen lisensi suatu karya musik di Indonesia. Organisasi tersebut adalah KCI (Karya Cipta Indonesia) dan WAMI (Wahana Musik Indonesia). Adapun asosiasi lain yang merupakan perkumpulan dari para LMK adalah ASIRINDO (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia), APMINDO (Asosiasi Penerbit Musik Indonesia), dan PRISINDO (Performer’s Right Society of Indonesia). Terdapat dua asosiasi yang menaungi usaha kreatif di rantai reproduksi yaitu ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) dan GAPERINDO (Gabungan Perusahaan Rekaman Indonesia). Di rantai distribusi, hingga kini tercatat ada tiga buah asosiasi Content Provider yaitu: IMOCA (Indonesian Mobile & Online Content Provider Association), IMMA (Indonesian Mobile Multimedia Association), dan AKDI (Asosiasi Konten Digital Indonesia). 3.4 Daya Saing Industri Musik Dari pendapat dan penilaian narasumber yang terlibat dalam focus group discussion yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, didapatkan informasi mengenai kekuatan atau potensi yang dimiliki industri musik Indonesia, yang mengacu pada tujuh isu strategis, yaitu Sumber Daya Kreatif, Sumber Daya Pendukung, Kelembagaan, Infrastruktur dan Teknologi, Industri, Pemasaran, serta Pembiayaan. Informasi-informasi tersebut dirangkum dalam gambar 3-7 di bawah. 72 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Gambar 3 - 7 Daya Saing Industri Musik Sumber Daya Kreatif Dengan nilai 4,5, sumber daya kreatif industri musik Indonesia masih terbilang rendah. Padahal Indonesia kaya akan talenta musik. Cukup banyak musisi yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga pendidikan musik yang berkemampuan tinggi dalam bidang artistik, yaitu keahlian memainkan alat musik dalam cakupan genre musik yang luas. Musisi-musisi tersebut tidak jarang mendapatkan pengakuan ataupun penghargaan dari industri musik dunia. Terlepas dari banyaknya musisi atau penyanyi yang berprestasi, baik di dalam maupun luar negeri, namun masih terdapat beberapa hambatan atau kekurangan yang membuat nilai sumber daya kreatif industri musik Indonesia menjadi rendah. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya perhatian dari lembaga pendidikan musik, baik dari segi kurikulum maupun pengajar, terhadap fragmen industri dari industri musik. Lembaga-lembaga pendidikan musik yang ada di Indonesia pada umumnya masih memusatkan perhatiannya pada fragmen artistik atau keahlian dalam bermusik (skill) semata, sedangkan di sisi lain tidak. Padahal kebutuhan untuk itu juga banyak dibutuhkan. Selain itu, kurangnya link and match dengan dunia industri musik juga turut membuat nilai sumber daya kreatif industri musik menjadi rendah. Sumber Daya Pendukung Dalam hal pengembangan karya musisi, budaya nasional atau daerah juga menjadi sebuah sumberdaya pendukung untuk industri musik Indonesia. Musisi-musisi seperti Vicky Sianipar, Gus Teja,dan lainnya sering melakukan pengembangan karyanya atas dasar budaya Indonesia. Selain itu, bahan baku pembuatan alat-alat musik terbilang sangat mudah didapatkan di Indonesia. Namun, di sisi lain, Indonesia tidak memiliki lembaga yang khusus menangani proses-proses seperti identifikasi, dokumentasi, rehabilitasi, revitalisasi, dan pengarsipan atas pelaku dan karya musik. Hal inilah yang membuat nilai sumber daya pendukung industri musik Indonesia cukup kecil, yaitu 4,3. BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia 73 Industri Dapat dilihat pada gambar 3-1 bahwa komponen industri dengan nilai 7,3 memiliki nilai yang paling baik dibandingkan dengan komponen lainnya. Hal ini diakibatkan oleh komponenkomponen industri yang selayaknya ada pada industri musik sudah dimiliki oleh industri musik Indonesia, meskipun masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Jumlah unit usaha di bidang reproduksi musik terbilang cukup banyak. Ada 66 label rekaman yang bernaung di bawah ASIRI dan 15 label rekaman yang berada di bawah naungan asosiasi GASPERINDO. Untuk bidang distribusi, terdapat kurang lebih 400 penyedia konten (content provider), 11 distributor konvensional, dan 4 distributor nonkonvensional yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari sisi profesionalisme, kemampuan atau keterampilan, dan pengetahuan, para pelaku kreatif di industri musik sudah sangat kompeten akibat inisiatif mereka dalam pemutakhiran ilmu pengetahuannya, khususnya di bidang industri musik, melalui berbagai sumber. Jumlah wirausaha kreatif di fragmen artistik industri musik sangat banyak dan mereka sudah sering menghadiri atau terlibat dalam konferensi dan ajang pertemuan industri musik internasional sehingga mampu memiliki jejaring berskala internasional. Contoh hasil jejaring berskala internasional tersebut adalah adanya kerjasama antara content aggregator di Indonesia dengan portal musik digital di luar negeri. Musik Indonesia masih menjadi tuan rumah di negerinya sendiri di mana 70% musik yang dikonsumsi di Indonesia merupakan karya yang dibawakan dan atau diciptakan oleh musisi Indonesia. Di Indonesia juga ditemukan berbagai genre musik yang berkembang secara nasional, yaitu genre yang berbasiskan budaya populer, kontemporer, budaya daerah, dan keagamaan. Kualitas karya-karya musiknya pun sudah mampu bersaing dan mendapat apresiasi dari dunia internasional yang ditandai dengan adanya musisi Indonesia yang go international. Selain itu banyak juga kolaborasi yang dilakukan antar para pelaku industri musik dan juga lintas sektor, seperti kolaborasi dengan industri fashion, perfilman, dan permainan (permainan interaktif). Pembiayaan Memperoleh skor 2,7, “pembiayaan” memiliki nilai yang paling rendah untuk industri musik. Hal ini diakibatkan oleh belum adanya alternatif pembiayaan yang ideal untuk digunakan dalam kegiatan industri musik. Selama ini para pelaku industri musik bertahan dengan menggunakan bantuan investor, sponsor, atau juga dengan sistem crowd-funding yang relatif banyak bergantung pada keuletan dan usaha dari pelakunya sendiri. Indonesia saat ini belum memiliki lembaga penyedia pembiayaan yang khusus untuk pelaku industri kreatif. Selain itu, Indonesia juga tidak memiliki fasilitas atau fasilitator yang dapat merealisasikan proses matchmaking antara pemilik modal dengan pelaku industri musik. Pemasaran Secara umum, keberadaan internet membantu pelaku industri musik Indonesia untuk mendapatkan dan memanfaatkan informasi mengenai pasar luar negeri. Banyak juga pelaku industri musik yang melakukan promosi secara mandiri dengan menggunakan berbagai media dan ajang networking internasional. Keberadaan situs-situs dan platform penyedia musik digital menjadi peluang bagi para pelaku industri musik untuk memasarkan karya-karyanya. 74 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Terlepas dari segala kondisi positif tersebut, nilai pemasaran industri musik Indonesia masih rendah di mana hanya mencapai angka 4,3. Hal ini diakibatkan oleh tidak adanya lembaga atau platform terintegrasi yang menjadi penghubung antara industri musik Indonesia dengan dunia musik internasional. Begitu juga dengan ketiadaan lembaga yang khusus menangani advokasi musik Indonesia di dalam dan luar negeri. Padahal, lembaga advokasi tersebut juga bisa berperan menjadi pihak yang mampu memperluas jejaring promosi dan distribusi di luar negeri, termasuk juga meningkatkan kualitas branding, promosi, misi dagang, networking B to B karya kreatif di dalam dan di luar negeri. Infrastruktur dan Teknologi Infrastruktur dan teknologi untuk industri musik Indonesia memiliki nilai yang cukup baik, tidak di bawah rata-rata, yaitu 5,0. Kemudahan akses melalui internet dalam mendapatkan peranti lunak untuk kegiatan produksi musik menjadi faktor utama yang membantu industri musik Indonesia. Selain itu, sudah ada juga produsen atau pembuat peranti lunak khusus musik dari dalam negeri yang sudah lebih dulu mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Akan tetapi, masih terdapat kendala yang cukup signifikan bagi industri musik Indonesia dalam hal infrastruktur dan teknologi. Infrastruktur internet Indonesia yang belum memenuhi kebutuhan dalam hal kecepatan, harga, dan persebaran menjadi batu sandungan tersendiri. Teknologi perangkat keras untuk reproduksi musik dan penerapan lisensi musik merupakan hal yang penting bagi industri musik, namun saat ini hanya pemodal besar yang bisa mendapatkan akses kepada teknologi tersebut. Teknologi berupa sistem IT untuk pengawasan penggunaan lagu terkait berbagai lisensi juga belum dimiliki oleh Indonesia. Hal ini merupakan hambatan yang cukup besar bagi keberlangsungan industri musik Indonesia. Kelembagaan Kelembagaan merupakan isu yang cukup menentukan dalam pengembangan industri musik Indonesia. Perolehan nilai 4,6 menunjukkan bahwa isu kelembagaan masih belum cukup baik di industri musik Indonesia. Meskipun peraturan atau regulasi dalam hal kegiatan pendukung industri musik sudah ada, masih terdapat kekurangan dalam hal regulasi yang bersifat khusus bagi industri kreatif khususnya industri musik, terutama dalam hal pembiayaan, perluasan pasar, dan pengembangan atau penyediaan teknologi serta infrastruktur pendukung. Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2002 yang menjadi acuan bagi industri ini pun kini dirasa sudah tidak sesuai dengan perkembangan industri musik terkini. Kurangnya penegakan hukum untuk pembajakan musik dan penggunaan lisensi musik di Indonesia masih terlihat belum tepat sasaran akibat tidak adanya koordinasi antara pihak-pihak terkait. Kurangnya ketersediaan dan kualitas dari gedung pertunjukan musik (venue musik) juga menjadi hambatan yang signifikan dalam hal kelembagaan. Masih banyak hal penting yang belum dimiliki oleh Indonesia berkaitan dengan industri musik. Jika melihat ke luar, keberadaan wadah seperti creative hub yang bisa mengumpulkan para pelaku industri kreatif multi sektor untuk berkolaborasi merupakan salah satu aset berharga untuk pengembangan industri kreatif negaranya. Penghargaan karya kreatif termasuk karya musik untuk masing-masing genre meski diperlakukan sebagai hal yang bukan sekadar formalitas. Tangga lagu nasional pun menjadi patokan atau barometer independen industri musik di sana. Hal-hal tersebutlah tidak dimiliki oleh Indonesia, dan itu yang menyebabkan terhambatnya pengembangan industri musik Indonesia. Misalnya, lisensi musik dan penggunaannya termasuk sistem pengawasannya yang merupakan nyawa dari industri musik Indonesia. Sayangnya, ini belum disosialisasikan dengan baik kepada seluruh komponen atau stakeholder-nya. BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia 75 3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Industri Musik Dari gambaran kondisi industri musik Indonesia yang telah dipaparkan sebelumnya dapat kita lihat kekuatan serta peluang yang merupakan potensi yang dimiliki oleh industri musik Indonesia. Seiring hal itu, masih terdapat juga hambatan, tantangan, dan ancaman yang merupakan permasalahan bagi industri musik Indonesia. Potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh industri musik Indonesia terangkum dan dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini Tabel 3 - 3 Potensi dan Permasalahan Industri Musik Indonesia POTENSI (Peluang dan kekuatan) PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman) SUMBER DAYA KREATIF 1 Sampai saat ini terdapat +/- 13 pendidikan formal swasta dan pemerintah, dan lebih dari 100 sekolah musik non formal seperti kursus musik di seluruh Indonesia. 1 Pengajaran, kurikulum dan tenaga pendidik masih terlalu fokus kepada fragmen artistik hingga banyak yang tidak menyentuh fragmen industri dimana kebutuhan lulusan untuk fragmen ini adalah tinggi. 2 Pengajaran, kurikulum, sarana prasarana dan tenaga pendidik untuk ruang lingkup fragmen artistik sudah sangat baik. 2 Kurang ada link and match dengan dunia industri, jarang ditemukan program seperti magang, kuliah tamu, dan kerjasama dengan pelaku di fragmen industri. 3 Pendidikan yang terspesialisasi, di mana mencakup berbagai jenis keahlian alat musik, genre musik, dan teknik sudah beragam sehingga bisa meningkatkan kreatifitas penciptaan karya musik. 3 Kurang ada beasiswa yang berasal dari dalam negeri untuk menempuh pendidikan khusus di bidang musik. 4 Penguasaan dan akses terhadap iptek sudah cukup pada pelaku musik generasi muda. 4 Kurangnya pengetahuan musisi dan pelaku musik akan lisensi musik dan hak cipta. 5 Peningkatan skill-knowledge-attitude sudah dengan mudah bisa didapatkan melalui pendidikan nonformal maupun informal (komunitas dan internet). 1 Tidak ada lembaga yang khusus menangani identifikasi, dokumentasi, rehabilitasi, revitalisasi, dan pengarsipan atas pelaku dan karya musik. SUMBER DAYA PENDUKUNG 1 Bahan baku untuk pembuatan beberapa jenis alat musik seperti gitar, angklung, dan sebagainya sangat mudah didapatkan di Indonesia. 2 Musisi Indonesia banyak yang melakukan pengembangan karyanya atas dasar budaya Indonesia seperti musisi Vicky Sianipar, Gus Teja, dan lain sebagainya. INDUSTRI 1 Secara profesional, kemampuan dan pengetahuan para wirausaha kreatif di industri musik sudah sangat kompeten karena kebanyakan dari mereka selalu berinisiatif memperbaharui ilmunya melalui berbagai sumber. 1 Wirausaha kreatif di bidang publishing masih sangat sedikit. 2 Kebanyakan wirausaha di fragmen artistik adalah self employed dan banyak secara jumlah. 2 Kebanyakan wirausaha di fragmen artistik tidak memiliki sertifikasi yang berstandar internasional, seperti sound engineer, composer, arranger, dan lain sebagainya. 76 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 POTENSI (Peluang dan kekuatan) PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman) 3 Wirausaha kreatif di industri musik Indonesia sudah sering menghadiri konferensi dan ajang pertemuan industri musik internasional sehingga sudah memiliki jaringan berskala internasional. 3 Jumlah sebaran usaha untuk reproduksi dan distribusi masih sangat sedikit dan terbatas. Sebagian besar terfokus di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Denpasar, Semarang, Banda Aceh, Palembang, dan Padang. 4 Jejaring kerjasama di tingkat lokal, nasional, dan global juga sudah dinilai memadai, terutama untuk kegiatan di rantai distribusi untuk produk musik digital, seperti adalah content aggregator di Indonesia dengan portal musik digital di luar negeri seperti iTunes, Guvera, Deezer, dan lain sebagainya. 4 Jumlah kuantitas usaha publishing masih sedikit sehingga kurang bisa menopang kebutuhan monitoring penggunaan lisensi musik di Indonesia. 5 Kuantitas entitas usaha di bidang reproduksi terbilang cukup, yaitu 66 label rekaman yang berada di bawah ASIRI dan 15 label rekaman yang berada di bawah asosiasi GAPERINDO. Untuk entitas usaha di bidang distribusi kurang lebih terdiri dari 400 CP (content provider), 4 unconventional distributor, dan 11 conventional distributor yang tersebar di seluruh Indonesia. 5 Penciptaan model bisnis baru terutama untuk produk musik digital tidak bisa terdukung karena tidak adanya suatu payment gateway yang terintegrasi, sehingga penetrasi konsumen Indonesia terhadap produk musik digital masih rendah karena keterbatasan alat untuk pembayaran. 6 Kolaborasi yang dilakukan para pelaku industri musik banyak ditemukan dengan industri fashion (membuat merchandise), film (soundtrack film), video (backsound), fotografi (dokumentasi, promosi, dan merchandise), software (endorser dan kolaborasi ide), dan games (sountrack). 7 Industri musik adalah salah satu industri kreatif dengan penciptaan dan penggunaan model bisnis yang beragam di setiap rantai kreatifnya dan untuk setiap produk akhir yang dihasilkan seperti produk digital, pertunjukan dan fisik. Sampai saat ini terdapat kurang lebih 19 tipe model bisnis berbeda yang terdeteksi ada di industri musik. Beberapa contoh tipe model bisnis yang ada: subscribe, ad funded, pay per download, crowdsourcing, advertising model, tipping model, open business model, dan lain sebagainya. 8 Di Indonesia ditemukan berbagai tipe genre yang berkembang secara nasional: genre berbasiskan budaya popular, kontemporer, budaya/daerah, dan keagamaan. 9 Kualitas karya musik Indonesia sudah bersaing dan mendapatkan apresiasi dari dunia Internasional. Hal ini ditandai dengan dengan adanya artis Indonesia yang sudah Go International seperti Anggun C Sasmi dan Agnes Monica. Juga beberapa artis indie label yang karyanya dirilis di luar negeri, seperti Mocca, The Sigit, dan Gugun Blues Shelter. 10 Musik Indonesia juga menjadi tuan rumah di negerinya sendiri di mana 70% konsumsi lagu adalah lagu yang dibawakan dan diciptakan oleh musisi Indonesia BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia 77 POTENSI (Peluang dan kekuatan) PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman) PEMBIAYAAN 1 Ada beberapa alternatif untuk mendapatkan modal seperti melalui investor, sponsor, dan sistem crowd-funding. 1 Tidak adanya lembaga yang menyediakan pembiayaan khusus untuk pelaku di industri kreatif 2 Tidak terdapat fasilitas atau fasilitator untuk merealisasikan proses matchmaking antara pemilik modal dan pelaku industri musik. PEMASARAN 1 Secara general, informasi pasar luar negeri bisa didapatkan dari internet dan berbagai media cetak luar negeri. 1 Untuk pasar dalam negeri, ketersediaan informasi pasar bisa didapatkan secara terbatas melalui media cetak ataupun media sosial. 2 Usaha untuk melakukan branding, promosi, dan networking B to B dilakukan secara inisiatif mandiri dari para pelaku industri melalui berbagai media dan ajang networking internasional. 2 Tidak ada suatu lembaga atau hub atau platform yang bisa menyediakan seluruh informasi terkini secara integral mengenai pasar dalam dan luar negeri. 3 Banyak peluang untuk membuka jalur distribusi musik yang lebih luas lagi melalui jalur yang unconvensional (jejaring restoran dan minimarket). 3 Tidak ada suatu lembaga advokasi musik yang bisa memberikan informasi mengenai peluang pengembangan pasar di luar negeri dan juga impor bahan baku untuk reproduksi. 4 Tersedianya situs-situs dan platform penyedia musik digital, baik lokal dan internasional, yang mampu membawa musik Indonesia ke kancah internasional. 4 Tidak ada lembaga yang khusus menangani advokasi musik Indonesia di dalam dan luar negeri. Salah satu tugas lembaga ini adalah untuk peningkatan kualitas branding; promosi; misi dagang, dan B to B networking karya kreatif di dalam dan luar negeri. 5 Tidak ada lembaga yang khusus menangani advokasi musik Indonesia di dalam dan luar negeri. Salah satu tugas lembaga ini adalah memperluas jejaring distribusi di luar negeri. INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI 1 Teknologi seperti perangkat lunak untuk kegiatan produksi musik sangat dibutuhkan. Akses terhadap peranti lunak tersebut mudah untuk didapatkan, yaitu melalui internet. 1 Infrastruktur internet yang belum memenuhi kebutuhan Indonesia, baik dari segi kecepatan, harga maupun persebarannya. 2 Sudah ada pembuat peranti lunak untuk musik dalam negeri yang sudah lebih dulu mendapatkan pengakuan di luar negeri. 2 Teknologi perangkat keras untuk kegiatan reproduksi musik dan penerapan lisensi musik sangat dibutuhkan namun hanya pemodal besar yang bisa mendapatkan akses terhadap alat-alat tersebut. 3 Teknologi yang berupa sistem IT untuk penerapan monitoring penggunaan lagu terkait berbagai lisensi sangat dibutuhkan namun belum ditemukan di Indonesia. 78 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 POTENSI (Peluang dan kekuatan) PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman) KELEMBAGAAN 1 Terdapat dua peraturan mengenai pendidikan yang mencakup apresiasi terhadap musik: • Peraturan Mendikbud No. 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. • Peraturan Mendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. 1 Tidak ditemukan regulasi khusus mengenai pembiayaan bagi industri kreatif, khususnya di industri musik. 2 • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang Sarana Produksi Berteknologi Tinggi untuk Cakram Optik (optical disc). • Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. • Peraturan Menteri Kominfo No. 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Jasa Penyediaan Konten pada Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel dengan Mobilitas Terbatas. 2 Tidak ditemukan regulasi khusus mengenai perluasan pasar kreatif, khususnya untuk industri musik. 3 Banyak seminar-seminar dan forum diskusi tentang subsektor industri musik dan dinamikanya, baik berbentuk pertemuan maupun melalui media sosial. 3 Tidak ditemukan regulasi khusus mengenai pengembangan dan penyediaan teknologi dan infrastruktur pendukung industri kreatif. 4 Terdapat penandatanganan perjanjian kerja sama antara Indonesia dan Inggris mengenai kerja sama di bidang industri kreatif. 4 Belum diperbaharuinya UU Hak Cipta tahun 2002, yang dirasa sudah tidak sesuai dengan perkembangan industri musik terkini, berikut dengan petunjuk teknis pelaksanaannya yang jelas. 5 Pelaku industri musik dari segala rantai sudah aktif berpartisipasi pada ajang musik internasional dalam bentuk festival seperti SXSW, Music Matters, atau pun konferensi seperti The Great Escape, MIDEM, dan lain sebagainya. 5 Kurangnya penegakan hukum untuk pembajakan musik dan penggunaan lisensi musik yang tidak pada tempatnya, di mana penyebabnya adalah tidak adanya koordinasi antara pihak-pihak yang terkait. 6 Sampai saat ini ada beberapa penghargaan untuk karya musik antara lain: AMI (Anugerah Musik Indonesia) yang diberikan oleh Yayasan Anugerah Musik Indonesia (YAMI) dan ICEMA (Indonesia Cutting Edge Music Award). Walaupun demikian, jumlah ini dirasa masih sangat kurang. 6 Ada beberapa collecting society dengan fungsi yang serupa sehingga bisa membingungkan dan menimbulkan keraguan dari pihak pengguna. BAB 3: Kondisi Umum Industri Musik Indonesia 79 POTENSI (Peluang dan kekuatan) 7 Literasi masyarakat sudah ditemukan melalui cara-cara berikut: • event musik yang menampilkan musisi lokal dan internasional (contoh: Java Jazz, Java Rockinland, dan masih banyak lagi), • seminar atau diskusi mengenai subsektor industri musik (contoh: Unresolved), • media cetak seperti majalah, surat kabar dan buku (contoh: Rolling Stone, Trax, Music Biz) • media elektronik seperti blog dan website (contoh: musikologi.com, bandpedia.com, widiasmoro.com, robinmalau.com, dan lain sebagainya) PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman) 7 Tidak ada lembaga collecting society satu pintu yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melayani pendaftaran lisensi musik secara nasional. 8 Penyebaran kegiatan seminar dan lain sebagainya masih sporadis dan tidak luas secara ketersebaran. 9 Kurangnya kualitas dan ketersediaan tempat pertunjukan musik (baik kapasitas besar maupun kecil). Tidak adanya suatu wadah seperti creative hub yang bisa mengumpulkan pelaku industri kreatif multi sektor, yang bisa menciptakan kolaborasi yang beragam dan inovatif. Jumlah penghargaan musik dirasa masih kurang jika dibandingkan dengan keragaman genre musik dan pelaku musik yang ada di Indonesia. Terdapat hal-hal yang penting namun belum ditemukan di Indonesia, yaitu keberadaan National Music Chart sebagai barometer independen industri musik Indonesia dan rendahnya jumlah riset-riset khusus mengenai perkembangan industri musik di Indonesia. Kurangnya sosialisasi lisensi musik kepada user, sehingga banyak user yang tidak tahu mengenai tata cara dan tata krama penggunaan lagu untuk pertunjukan, hiburan di kafe/hotel, lagu latar, dan sebagainya. 10 11 12 13 14 15 16 80 Tidak ada sistem pemantauan yang efektif untuk penggunaan lagu-lagu dan lisensinya. Akses informasi dan sosialisasi mengenai sumber daya lokal masih minim dan tidak ada suatu rujukan lembaga untuk mendapatkan informasi ini secara terpusat. Kurang ada suatu gerakan yang mendorong penggunaan budaya lokal dalam penciptaan karya. Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 82 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 BAB 4 Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia 83 4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015-2019 Arahan RPJPN 2005-2025, pembangunan nasional tahap ketiga (2015-2019) adalah ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat. Pembangunan periode 2015-2019 tetap perlu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi haruslah inklusif dan berkelanjutan, yaitu meminimasi permasalahan sosial dan lingkungan. Pembangunan inklusif dilakukan terutama untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan antar penduduk dan ketimpangan kewilayahan antara Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan kawasan timur, serta antara kota-kota dan kota-desa. Pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk memberikan jaminan keberlanjutan manfaat yang bisa dirasakan generasi mendatang dengan memperbaiki kualitas lingkungan (sustainable). Tema pembangunan dalam RPJMN 2015- 2019 adalah pembangunan yang kuat, inklusif dan berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam lima tahun mendatang, maka fokus perhatian pembangunan nasional adalah: 1. Merealisasikan potensi ekonomi Indonesia yang besar menjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang menghasilkan lapangan kerja yang layak (decent jobs) dan mengurangi kemiskinan yang didukung oleh struktur ekonomi dan ketahanan ekonomi yang kuat. 2. Membuat pembangunan dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia di berbagai wilayah Indonesia secara adil dan merata. 3. Menjadikan Indonesia yang bersih dari korupsi dan memiliki tata kelola pemerintah dan perusahaan yang benar dan baik. 4. Menjadikan Indonesia indah yang lebih asri, lebih lestari. Dalam rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 terdapat enam agenda pembangunan, yaitu: (1) Pembangunan Ekonomi; (2) Pembangunan Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana (3) Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan; (4) Pembangunan Kesejahteraan Rakyat; (5) Pembangunan Wilayah; dan (6) Pembangunan Kelautan. Pembangunan Ekonomi Kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat. Memantapkan pengembangan ekonomi kreatif yang dimaksud adalah memperkuat landasan kelembagaan untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan dengan melibatkan seluruh pemangku kebijakan. Landasan yang kuat akan menjadi dasar untuk mewujudkan daya saing nasional dengan memanfaatkan iptek dan kreativitas serta kedinamisan masyarakat untuk berinovasi, dan menciptakan solusi atas permasalahan dan tantangan yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan industri kreatif yang berdaya saing, beragam, dan berkelanjutan. 84 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Secara strategis, pengembangan ekonomi kreatif tahun 2015-2019 bertujuan untuk menciptakan ekonomi kreatif yang berdaya saing global. Tujuan ini akan dicapai antara lain melalui peningkatan kuantitas dan kualitas orang kreatif lokal yang didukung oleh lembaga pendidikan yang sesuai dan berkualitas, peningkatan kualitas pengembangan dan pemanfaatan bahan baku lokal yang ramah lingkungan dan kompetitif, industri kreatif yang bertumbuh, akses dan skema pembiayaan yang sesuai bagi wirausaha kreatif lokal, pasar yang makin beragam dan pangsa pasar yang makin besar, peningkatan akses terhadap teknologi yang sesuai dan kompetitif, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif lokal. 4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Industri Musik Visi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan industri musik pada periode 2015-2019 yang menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah dan terukur. Secara umum, kerangka strategis pengembangan industri musik pada periode 20152019 dapat dilihat pada gambar 4-1. MISI VISI Tabel 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Industri Musik 2015-2019 Terciptanya industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif indonesia Mengembangkan dan Menumbuhkembangkan usahaMengembangkan lingkungan mengoptimalkan pemanfaatan usaha kreatif untuk menunjang industri musik yang berdaya sumber daya untuk menciptakan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis yang industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis mengarus utamakan kreativitas saing, kondusif dan dinamis dalam pembangunan nasional dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan SASARAN STRATEGIS TUJUAN 1.Penciptaan sumber daya 3. Perwujudan industri musik manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing, tumbuh dan yang berdaya saing dan dinamis beragam 4. Pengembangan pembiayaan yang sesuai, kompetitif, dan mudah diakses 5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri secara berkualitas dan berkelanjutan 2. Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya bagi industri musik secara berkelanjutan 6. penyediaan dan pengembangan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna dan mudah diakses 1. Meningkatnya kualitas, 4. Meningkatkan wirausaha musik keragaman dan kualitas lembaga lokal yang berdaya saing dan pendidikan yang mendukung dinamis penciptaan pelaku industri musik secara berkelanjutan 7.Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri musik lokal yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia 7. Penciptaan kelembagaan dan iklim usaha yang mendukung pengembangan industri musik 8. Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya musik di dalam dan luar negeri 9. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif 85 ASARAN STRATEGIS 2. Meningkatnya kualitas dan kualitas tenaga kerja di industri musik Indonesia 5. Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang musik yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkualitas 10. Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif 11. Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik 12. Terciptanya lembaga yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik 3. Tersedianya informasi sumber 6. Meningkatnya keragaman dan daya budaya lokal yang akurat kualitas karya musik lokal dan terpecaya dan dapat diakses secara mudah dan cepat 13. Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri musik secara berkualitas dan berkelanjutan 14. Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha musik lokal di dalam dan luar negeri 4.2.1 Visi Pengembangan Industri Musik Berdasarkan kondisi industri musik di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi, serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis pembangunan nasional dan juga pengembangan ekonomi kreatif periode 2015-2019, maka visi pengembangan industri musik selama periode 2015–2019 adalah: Terciptanya industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia • • • Industri musik yang berdaya saing adalah industri dengan keluaran berupa pangsa pasar yang optimal baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Industri musik yang kondusif adalah industri dengan lingkungan yang mendukung untuk para kreator dan pelaku bisnis menjalankan kegiatannya (adanya regulasi yang tepat, lembaga yang menaungi dan kolaborasi antar pihak yang terkait) Industri musik yang dinamis adalah industri yang selalu bisa mengikuti perkembangan yang ada di dunia secara global dan di indonesia secara lokal 4.2.2 Misi Pengembangan Industri Musik Visi pengembangan industri musik akan diwujudkan melalui tiga misi utama, sebagai berikut: 1. Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis. Misi ini memiliki konsep dasar, meliputi: a. Mengembangkan SDM industri musik lokal yang berdaya saing dan dinamis artinya: (1) mengembangkan SDM industri musik secara merata di seluruh wilayah Indonesia dan melibatkan seluruh pelaku industri musik di seluruh rantai nilai kreatif; (2) 86 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 mengembangkan SDM industri musik sehingga mampu meningkatkan kualitas karyanya dengan semangat kekinian dan pemanfaatan teknologi juga tidak melupakan nilai-nilai lokal sehingga dapat bersaing di pasar global. 2. Menumbuhkembangkan usaha-usaha kreatif untuk menunjang industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis, artinya menghidupkan ekosistem industri musik yang dapat mendorong tumbuhnya wirausaha, usaha serta meningkatnya kualitas karya musik yang dihasilkan 3. Mengembangkan lingkungan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan nasional dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Misi ini memiliki beberapa konsep dasar, meliputi: a. Mengembangkan lingkungan yang kondusif, artinya mengembangkan sebuah lingkungan yang menjamin ketersediaan akses pasar, akses pembiayaan, sarana dan prasarana bagi kegiatan industri musik, yang didukung dengan regulasi dan lembaga yang mampu membantu percepatan serta melindungi hak-hak pelaku industri. b. Mengembangkan lingkungan yang dinamis, artinya mengembangkan sebuah lingkungan yang adaptif terhadap perubahan yang ada di dalam dan luar negeri dalam hal teknologi, regulasi dan pasar. c. Melibatkan seluruh pemangku kepentingan, artinya adanya upaya-upaya nyata pemerintah untuk meningkatkan partisipasi aktif para akademisi dan praktisi dengan kapasitas yang mumpuni di bidang musik dalam rangka pengembangkan industri musik. 4.2.3 Tujuan Pengembangan Industri Musik Dalam pengembangan Industri Musik terdapat tujuh tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tiga misi utama yang diemban untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing dan dinamis 2. Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya bagi industri musik secara berkelanjutan 3. Perwujudan industri musik yang berdaya saing, tumbuh dan beragam 4. Pengembangan pembiayaan yang sesuai, kompetitif, dan mudah diakses 5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri secara berkualitas dan berkelanjutan 6. Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna dan mudah diakses 7. Penciptaan kelembagaan dan iklim usaha yang mendukung pengembangan industri musik 4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Industri Musik Untuk mencapai tujuan pengembangan industri musik maka terdapat empat belas sasaran strategis yang dapat diindikasikan oleh 19 indikasi strategis. Sasaran dan indikasi strategis pengembangan industri musik meliputi: 1. Meningkatnya kuantitas, keragaman dan kualitas lembaga pendidikan yang mendukung penciptaan pelaku industri musik secara berkelanjutan yang dapat diindikasikan oleh: • Tersebarnya lembaga pendidikan khusus musik di seluruh daerah Indonesia, terutama di daerah dengan potensi ekonomi kreatif yang besar BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia 87 • • • • Terselenggaranya kerjasama antar lembaga pendidikan dalam negeri dengan luar negeri dalam peningkatan kualitas dan kapasitas lembaga Terselenggaranya program pelatihan/upgrading yang diselenggarakan bagi para tenaga pengajar terkait bidang musik di berbagai lembaga pendidikan musik di Indonesia Tebentuknya program studi musik yang spesifik dan beragam setiap Perguruan Tinggi musik di Indonesia. Terselenggaranya program seminar bersama antara wirausaha, orang kreatif, komunitas kreatif dengan para lembaga pendidikan di bidang musik 2. Meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja di industri musik Indonesia yang dapat diindikasikan oleh: • Terselenggaranya program pengembangan kapasitas diri melalui program hibah sertifikasi yang bertingkat nasional dan internasional • Terselenggaranya program pelatihan dengan tema dan kebutuhan spesifik bagi para pelaku industri musik Indonesia • Meningkatnya tenaga kerja di bidang musik yang berkualitas 3. Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya dan dapat diakses secara mudah dan cepat yang dapat diindikasikan oleh: • Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal yang lengkap, akurat dan mudah diakses • Terselenggaranya program hibah penelitian pengembangan sumber budaya lokal • Terciptanya suatu sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang akurat dan terpercaya, dikelola secara profesional 4. Meningkatnya wirausaha musik lokal yang berdaya saing dan dinamis yang dapat diindikasikan oleh: • Terciptanya suatu program mentoring dengan menghadirkan mentor bisnis berpengalaman di tingkat nasional dan global • Terciptanya suatu inkubator bisnis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan dikelola secara profesional • Meningkatnya wirausaha musik yang berdaya saing dan dinamis 5. Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang musik yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkualitas yang dapat diindikasikan oleh: • Terciptanya suatu skema fasilitasi pembiayaan untuk wirausaha musik pemula dalam memulai usahanya • Terciptanya suatu program meeting/seminar/konferensi reguler antara antar usaha kreatif di tingkat lokal, nasional, dan global • Terselenggaranya program magang (internship) tenaga kerja musik • Terselenggaranya program percepatan pertumbuhan industri penunjang/pendukung usaha kreatif di dalam negeri, terutama di bidang musik • Terselenggaranya program advokasi untuk pengembangan standar usaha di bidang musik nasional yang memenuhi standar global • Meningkatnya jumlah usaha kreatif yang berdaya saing dan berkualitas 6. Meningkatnya keragaman dan kualitas karya musik lokal yang dapat diindikasikan oleh: • Terselenggaranya program hibah penciptaan karya atas dasar pengembangan sumber budaya lokal • Meningkatnya karya musik yang berkualitas dan beragam 88 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 7. Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri musik lokal yang sesuai,mudah diakses dan kompetitif yang dapat diindikasikan oleh: • Terciptanya lembaga pembiayaan non konvensional (venture capital) di daerah-daerah yang memiliki potensi pengembangan industri kreatif • Meningkatnya jumlah pengguna fasilitas pembiayaan bagi industri kreatif, khususnya di bidang musik • Adanya skema pemberian insentif bagi wirausaha musik berpotensi • Adanya sistem informasi khusus untuk pembiayaan industri kreatif 8. Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya musik di dalam dan luar negeri yang dapat diindikasikan oleh: • Adanya hibah untuk melakukan riset pasar yang dilakukan untuk mengetahui pasar musik di dalam dan luar negeri • Adanya suatu portal musik nasional yang berisi informasi pasar karya musik di dalam dan luar negeri • Adanya suatu kegiatan aktivasi brand kekayaan musik daerah masing-masing melalui festival daerah dan berbagai media cetak dan elektronik • Meningkatnya para pelaku industri musik yang mendapatkan hibah untuk mengikuti festival, misi dagang, B to B networking orang/karya/usaha musik di dalam dan luar negeri • Terciptanya suatu hubungan kerjasama antar negara-negara kreatif sebagai soft power untuk mempromosikan karya musik dalam negeri di pasar global • Meningkatnya kemitraan dan kerjasama distribusi karya musik lokal dengan pengusaha ritel moderen di dalam negeri • Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar dalam dan luar negeri 9. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif yang dapat diindikasikan oleh: • Meningkatnya penetrasi serta performansi jaringan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi ke seluruh wilayah Indonesia yang dapat diakses dengan mudah dan kompetitif • Meningkatnya jumlah ruang publik yang mudah diakses 10. Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses, dan kompetitif yang dapat diindikasikan oleh: • Tersedianya software legal dan kompetitif yang terjangkau • Tersedianya dana hibah untuk pengembangan piranti lunak dan teknologi pendukung industri musik lokal yang tepat guna, handal, dan kompetitif 11. Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik yang dapat diindikasikan oleh: • Adanya regulasi yang mengatur mengenai penggunaan Hak Cipta • Adanya regulasi yang memudahkan proses tataniaga karya musik (barang dan jasa) untuk dapat memperluas pasar karya kreatif di dalam maupun di luar negeri • Adanya regulasi yang menjamin kebebasan berekpresi bagi masyarakat • Adanya regulasi yang mengatur pendokumentasian dan archiving seni, budaya dan karya musik untuk mengarusutamakan kreativitas di masyarakat • Adanya regulasi yang mendorong apresiasi masyarakat terhadap karya seni musik • Meningkatnya jumlah ruang publik yang layak digunakan untuk para pelaku seni berekspresi BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia 89 • • Meningkatnya aktifitas masyarakat dalam hal mengekspresikan seni musik Menurunnya tingkat pembajakan karya seni musik 12. Terciptanya lembaga yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik yang dapat diindikasikan oleh: • Terciptanya Lembaga Manajemen Kolektif satu pintu di Indonesia • Terciptanya Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Pengarsipan Musik Indonesia • Terciptanya Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Advokasi Industri Musik Indonesia • Meningkatnya jumlah pendaftar dan pengguna karya seni musik melalui LMK satu pintu • Lengkapnya jumlah karya musik yang diarsipkan dari tahun ke tahun • Meningkatnya kualitas dan kuantitas karya dan pelaku industri musik Indonesia 13. Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri musik secara berkualitas dan berkelanjutan yang dapat diindikasikan oleh: • Terciptanya kelompok kerja pengembangan ekonomi kreatif nasional yang dapat mensinergikan seluruh program dan kegiatan lintas sektor dan lintas regional yang dikelola secara profesional • Meningkatnya kegiatan forum komunikasi antar aktor (intelektual, bisnis, komunitas, dan pemerintah) maupun antar pelaku industri musik • Adanya organisasi non pemerintah (asosiasi usaha, asosiasi profesi) yang berkualitas sebagai rekan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan daya saing usaha dan musisi di tingkat nasional dan global • Meningkatnya jumlah program dan kegiatan pengembangan industri kreatif lintas sektor dan lintas regional yang dikelola secara profesional 14. Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/ wirausaha/usaha musik lokal di dalam dan luar negeri yang dapat diindikasikan oleh: • • • • • Meningkatnya kegiatan seleksi dan pemberian penghargaan bagi orang/karya/ wirausaha/usaha di bidang musik di dalam negeri Meningkatnya kegiatan kompetisi/festival/diskusi/ kegiatan lainnya Adanya program sosialisasi dan kampanye mengenai penghargaan terhadap hak cipta Meningkatnya penjualan lagu/album fisik dan digital dalam dan luar negeri Meningkatnya penerimaan penghargaan di dalam dan luar negeri 4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Industri Musik Arah pengembangan industri musik dijabarkan berdasarkan tujuan pengembangan industri musik, meliputi 7 tujuan utama, yaitu: (1) Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing dan dinamis, (2) Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya bagi industri musik secara berkelanjutan, (3) Perwujudan industri musik yang berdaya saing, tumbuh dan beragam, (4) Pengembangan pembiayaan yang sesuai, kompetitif, dan mudah diakses, (5) Perluasan pasar di dalam dan luar negeri secara berkualitas dan berkelanjutan, (6) Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna dan mudah diakses, (7) Penciptaan kelembagaan dan iklim usaha yang mendukung pengembangan industri musik 90 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 4.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Daya Manusia Kreatif di Industri Musik yang Berdaya Saing dan Dinamis 1. Mendorong munculnya pendidikan musik formal dan nonformal dengan spesialisasi khusus dan kerjasama dengan berbagai institusi internasional dalam rangka peningkatan keragaman keahlian dan dan kualitas lulusan. 2. Meningkatkan kualitas pendidikan musik dengan mengarusutamakan kreativitas yang berbasis budaya dan kekinian dan pemahaman tentang hak cipta dan kedinamisan industri musik. 3. Menyelaraskan sistem pembelajaran dan kurikulum antar tahapan pendidikan dengan dunia usaha. 4. Menciptakan pelaku industri musik yang dinamis, profesional dan memahami penggunaan undang-undang serta mampu mengembangkan dan memanfaatkan iptek. 4.4.2 Arah Kebijakan Pengembangan Dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan Dan Tenologi Serta Budaya Bagi Industri Musik Secara Berkelanjutan 1. Mengembangkan sistem pelestarian pengetahuan budaya Indonesia yang akurat dan terpercaya yang dapat diakses dengan mudah dan cepat serta memiliki program distribusi pengetahuan budaya. 2. Memfasilitasi eksperimentasi dan eksplorasi budaya lokal sebagai inspirasi dalam menciptakan karya musik. 4.4.3 Arah Kebijakan Perwujudan Industri Musik Yang Berdaya Saing, Tumbuh Dan Beragam 1. Memfasilitasi penciptaan dan peningkatan profesionalisme (skill-knowledge-attitude) wirausaha industri musik lokal di seluruh wilayah Indonesia. 2. Memfasilitasi kolaborasi dan penciptaan jejaring antar wirausaha di industri musik dan industri lainnya di tingkat lokal, nasional, dan global. 3. Memfasilitasi penciptaan usaha di bidang musik yang kreatif dan solutif bagi perkembangan industri musik di seluruh wilayah Indonesia. 4. Memfasilitasi kolaborasi dan linkage antar usaha di bidang musik dengan industri lainnya di tingkat lokal, nasional, dan global. 5. Mengembangkan standar usaha industri musik nasional yang sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku di tingkat nasional dan global. 6. Memfasilitasi pengembangan karya musik lokal dengan arusutama keragaman genre, budaya lokal dan kekinian. 4.4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Pembiayaan Yang Sesuai, Kompetitif Dan Mudah Diakses 1. Menciptakan dan mengembangkan lembaga pembiayaan khusus yang mempercepat perkembangan industri musik. 2. Mengembangkan alternatif pembiayaan yang sesuai, dapat diakses dengan mudah, dan kompetitif bagi pelaku industri musik Indonesia. 3. Memperkuat hubungan dan akses informasi antara pelaku industri musik, pemerintah dengan lembaga keuangan. BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia 91 4.4.5 Arah Kebijakan Perluasan Pasar Di Dalam Dan Luar Negeri Secara Berkualitas Dan Berkelanjutan 1. Mengembangkan sistem informasi pasar karya kreatif yang dapat diakses dengan mudah dan informasinya didistribusikan dengan baik. 2. Memperluas jangkauan distribusi karya musik di dalam dan luar negeri melalui diplomasi budaya sebagai softpower dan kemitraan, peningkatan kualitas branding; promosi; misi dagang, B to B networking usaha/wirausaha kreatif di dalam dan luar negeri. 4.4.6 Arah Kebijakan Penyediaan Dan Pengembangan Infrastruktur Dan Teknologi Yang Tepat Guna Dan Mudah Diakses 1. Menjamin ketersediaan,kesesuaian,jangkauan harga/biaya, sebaran/penetrasi, dan performansi, infrastruktur telematika-jaringan internet. 2. Memfasilitasi akses terhadap teknologi secara mudah dan kompetitif. 3. Meningkatkan pengembangan basis-basis pengembangan teknologi lokal yang bisa mendukung pengembangan industri musik Indonesia. 4. Meningkatkan kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam melakukan pengembangan teknologi yang bisa mendukung pengembangan industri musik Indonesia. 4.4.7 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan Dan Iklim Usaha Yang Mendukung Pengembangan Industri Musik 1. Memastikan terlaksananya regulasi Hak Cipta dengan sebaik-baiknya. 2. Harmonisasi-regulasi (menciptakan, de-regulasi) perluasan pasar karya musik. 3. Harmonisasi-regulasi (menciptakan, de-regulasi) pendidikan dan apresiasi yang mengarusutamakan kreatifitas dan pemahaman hak cipta. 4. Memfasilitasi diciptakannya lembaga-lembaga pemerintah atau swasta yang mendorong terjadinya industri musik yang lebih baik. 5. Mengembangkan sistem pengelolaan yang efisien, terintegrasi dan mudah diakses untuk setiap lembaga agar kehadirannya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pelaku industri musik. 6. Memfasilitasi kolaborasi antar pihak-pihak yang terkait untuk dapat berkontribusi dan bersama-sama mengawasi kinerja di setiap lembaga. 7. Meningkatkan sinergi, koordinasi, dan kolaborasi antar aktor (intelektual, bisnis, komunitas, dan pemerintah) dan orang kreatif dalam pengembangan industri musik Indonesia. 8. Mengembangkan, memfasilitasi pembentukan dan peningkatan kualitas organisasi atau wadah yang dapat mempercepat pengembangan industri musik. 9. Memfasilitasi dan memberikan penghargaan bagi orang/karya/ wirausaha/usaha musik lokal di tingkat nasional dan internasional. 10. Meningkatkan komunikasi keberadaan orang/karya/wirausaha/usaha musik lokal dan konsumsi karya musik lokal. 11. Meningkatnya apresiasi terhadap Hak Cipta. 92 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Musik Pada bagian ini, strategi dan rencana aksi industri musik diturunkan berdasarkan sasaran dari rencana pengembangan. Seperti diketahui bahwa terdapat 14 sasaran pengembangan, maka keterkaitan antara sasaran, strategi serta rencana aksi akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini: 4.5.1 Meningkatnya Kuantitas, Keragaman Dan Kualitas Lembaga Pendidikan Yang Mendukung Penciptaan Pelaku Industri Musik Secara Berkelanjutan Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi: 1. Mengembangkan dan memfasilitasi penguatan dan pengembangan lembaga pendidikan (formal dan nonformal) musik yang mendukung penciptaan orang kreatif secara berkualitas di daerah yang memiliki potensi ekonomi kreatif baik oleh pemerintah dan swasta. 2. Mengembangkan dan memfasilitasi kerjasama pendidikan dengan lembaga pendidikan (formal dan nonformal) musik di luar negeri yang kredibel dan berkualitas. 3. Mengembangkan dan memperkuat standar mutu lembaga pendidikan (formal dan nonformal) dan pendidik dan tenaga kependidikan dalam bidang musik. 4. Mengembangkan kurikulum, metode pengajaran, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan di bidang musik yang mendukung pengarusutamaan kreativitas dan kewirausahaan yang beretika, melek hak cipta dan berkembang seiring kedinamisan industri musik. 5. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas pertukaran informasi dan pengetahuan antara dunia pendidikan dengan dunia usaha dengan melibatkan wirausaha, orang kreatif,dan komunitas kreatif dalam pengajaran dan penyusunan kurikulum pendidikan terkait dengan industri musik. 6. Meningkatkan keterhubungan dan keterpaduan antara lulusan pendidikan formal dan nonformal dengan pengembangan industri musik. Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Fasilitasi pemutakhiran kurikulum pendidikan musik formal yang mengarusutamakan kreativitas yang berbasis budaya dan kekinian dengan memasukan pengetahuan mengenai hak cipta dan perkembangan industri musik yang dinamis serta terintegrasi dengan dunia bisnis. 2. Fasilitasi beasiswa atau dana hibah untuk pengajar di Indonesia untuk melakukan pengembangan kapasitas dan kualitas diri melalui program: penerusan pendidikan ke jenjang S2 atau S3/sertifikasi/seminar/festival/konferensi/residensi di tingkal lokal maupun internasional. 3. Fasilitasi pengembangan bidang studi dengan spesialisasi khusus dan kerjasama dengan berbagai institusi internasional. 4.5.2 Meningkatnya Kuantitas Dan Kualitas Tenaga Kerja Di Industri Musik Indonesia Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi: 1. Mengidentifikasi profil profesi, mengembangkan standar kompetensi dan memfasilitasi sertifikasi tenaga kerja bidang industri musik yang diakui secara global. 2. Memfasilitasi pemberdayaan orang kreatif untuk meningkatkan keterampilan (kompetensi), pengetahuan (kapasitas), dan sikap serta perilaku pelaku industri musik sehingga kompetitif. BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia 93 Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Fasilitasi identifikasi dan sosialisasi bidang profesi yang ada di industri musik agar membuka wawasan para pelaku industri musik. 2. Fasilitasi beasiswa atau dana hibah untuk pelaku musik di Indonesia untuk melakukan pengembangan kapasitas dan kualitas diri melalui program: sertifikasi/seminar/festival/ konferensi/residensi di tingkal lokal maupun internasional. 4.5.3 Tersedianya Informasi Sumber Daya Budaya Lokal Yang Akurat Dan Terpercaya Dan Dapat Diakses Secara Mudah Dan Cepat Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi : 1. Memfasilitasi penelitian untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sumber daya budaya lokal mengenai musik yang merupakan inspirasi dalam pengembangan karya musik yang berwawasan budaya Indonesia. 2. Mengembangkan sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang akurat dan terpercaya, dikelola secara profesional. 3. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan sumber daya budaya lokal menjadi karya kreatif yang dikemas dengan semangat kekinian sehingga dapat diterima oleh pasar dalam dan luar negeri. Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Fasilitasi pengarsipan budaya dan artefak musik Indonesia. 2. Fasilitasi pengembangan dan pembuatan sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang akurat dan terpercaya, dikelola secara profesional. 3. Fasilitasi penelitian dan pengembangan sumber daya budaya lokal menjadi karya kreatif yang dikemas dengan semangat kekinian sehingga dapat diterima oleh pasar dalam dan luar negeri. 4.5.4 Meningkatnya Wirausaha Musik Lokal Yang Berdaya Saing Dan Dinamis Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi: 1. Memfasilitasi peningkatan keterampilan-pengetahuan-sikap wirausaha musik kreatif dengan menghadirkan mentor bisnis berpengalaman di tingkat nasional dan global sehingga dapat menjadi wirausaha kreatif lokal yang berdaya saing dan dinamis. 2. Memfasilitasi dan mengembangkan inkubator bisnis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan dikelola secara profesional. Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Fasilitasi kolaborasi dan linkage antar wirausaha di bidang musik dengan industri lainnya di tingkat lokal, nasional, dan global. 2. Fasilitasi pembuatan website interaktif khusus yang berisi segala informasi mengenai perkembangan industri musik di Indonesia dan dunia. 3. Fasilitasi lokakarya dan seminar berkala yang berkaitan dengan industri musik bagi pelaku industri musik di Indonesia. 4. Fasilitasi program training dan mentoring untuk para pelaku bisnis di Indonesia yang berpotensi. 94 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 4.5.5 Meningkatnya Usaha Kreatif Lokal Di Bidang Musik Yang Berdaya Saing, Bertumbuh, Dan Berkualitas Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi : 1. Memfasilitasi wirausaha musik pemula untuk memulai usahanya. 2. Memfasilitasi co-creation dan co-production antar usaha kreatif di tingkat lokal, nasional, dan global. 3. Memfasilitasi program magang (internship) tenaga kerja musik. 4. Mengembangkan industri musik dan industri penunjang/pendukung usaha kreatif di dalam negeri, serta keterkaitan industri musik dengan industri lainnya dalam penciptaan nilai tambah. 5. Mengembangkan standar usaha di bidang musik nasional yang memenuhi standar global. Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Fasilitasi dana hibah untuk mengikuti dan/atau membuat program pameran dagang skala nasional dan internasional yang bisa memperluas wawasan, jejaring dan cakupan usaha para pelaku usaha industri musik lokal. 2. Fasilitasi dana insentif dan matchmaking untuk proposal bisnis baru yang inovatif dan proposal bisnis untuk peningkatan kualitas dan standar usaha yang sudah berjalan. 3. Fasilitasi kolaborasi dan linkage antar usaha di bidang musik dengan industri lainnya di tingkat lokal, nasional, dan global. 4.5.6 Meningkatnya Keragaman Dan Kualitas Karya Musik Lokal Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi: Memfasilitasi lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, komunitas kreatif dan usaha kreatif untuk penciptaan karya musik kekinian yang menggunakan sumber budaya lokal Strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Fasilitasi dana hibah untuk pelaku musik di Indonesia untuk melakukan pengembangan kapasitas dan kualitas diri melalui program residensi dan festival musik di tingkal lokal maupun internasional. 2. Fasilitasi penyelenggaraan perlombaan karya cipta lagu nasional lintas genre 3. Fasilitasi penghargaan karya musik nasional. 4. Fasilitasi penyelenggaraan festival musik populer di kota-kota di Indonesia dengan membawa musisi-musisi ternama di dalam dan luar negeri. 4.5.7 Meningkatnya Ketersediaan Pembiayaan Bagi Industri Musik Lokal Yang Sesuai, Mudah Diakses Dan Kompetitif Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi : 1. Mengembangkan dan memfasilitasi penciptaan lembaga pembiayaan non konvensional (venture capital) di daerah-daerah yang memiliki potensi pengembangan industri kreatif. 2. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu layanan lembaga pembiayaan bagi industri kreatif. 3. Mengembangkan dan memfasilitasi penciptaan skema/model pembiayaan yang sesuai untuk industri musik yang dapat diakses dengan mudah dan kompetitif. BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia 95 4. Memfasilitasi akses pendanaan bagi wirausaha musik berpotensi. 5. Memfasilitasi interaksi wirausaha musik dengan lembaga pembiayaan untuk meningkatkan tingkat kepercayaan lembaga pembiayaan terhadap wirausaha kreatif. 6. Mengembangkan sistem informasi yang akurat, terpercaya, dan mudah diakses untuk meningkatkan pemahaman wirausaha musik tentang pembiayaan bagi industri kreatif dan juga pemahaman lembaga pembiayaan terhadap industri musik. Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Fasilitasi peningkatan kapasitas lembaga pemerintah (Kementerian dan BUMN) dan nonpemerintah (contoh: LSM, filantropi, korporasi) dalam mengembangkan mekanisme skema hibah khusus bagi pelaku industri musik. 2. Pengembangan portal tunggal terintegrasi yang memuat informasi mengenai peluang pembiayaan untuk pelaku industri musik. 4.5.8 Meningkatnya Penetrasi Dan Diversifikasi Pasar Karya Musik Di Dalam Dan Luar Negeri Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi: 1. Mengembangkan sistem informasi pasar karya kreatif yang dapat diakses dengan mudah dan informasinya didistribusikan dengan baik. 2. Memperluas jangkauan distribusi karya musik di dalam dan luar negeri melalui diplomasi budaya sebagai softpower dan kemitraan, peningkatan kualitas branding; promosi; misi dagang, B to B networking usaha/wirausaha kreatif di dalam dan luar negeri. Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Fasilitasi pendataan dan sosialisasi berbagai distributor dan toko musik baik untuk produk fisik maupun digital di dalam negeri dengan cakupan nasional maupun internasional secara berkala. 2. Fasilitasi dana hibah untuk mengikuti dan/atau membuat program pameran dagang skala nasional dan internasional yang bisa memperluas wawasan, jejaring dan cakupan usaha para pelaku usaha industri musik lokal. 3. Fasilitasi komunikasi dengan KBRI di setiap negara di dunia untuk membuka peluang musisi Indonesia bisa memasarkan karyanya di negara-negara yang mereka ampu. 4. Fasilitasi pembuatan national music chart setiap bulannya berdasarkan data penjualan produk musik nasional dengan bekerjasama dengan berbagai asosiasi yang ada di industri musik. 5. Fasilitasi tur musik bagi musisi Indonesia yang berprestasi di beberapa negara di dunia. 4.5.9 Meningkatnya Ketersediaan Infrastruktur Yang Memadai Dan Kompetitif Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi: 1. Meningkatkan pengembangan, penetrasi, serta performansi jaringan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi ke seluruh wilayah Indonesia yang dapat diakses dengan mudah dan kompetitif. 96 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Fasilitasi kerjasama dan kolaborasi antara para produsen alat musik dan piranti lunak lokal dengan para pelaku industri musik untuk melakukan diversifikasi dan inovasi produk berdasarkan kebutuhan yang ada. 2. Fasilitasi pemerataan penggunaan internet di seluruh pelosok Indonesia. 3. Fasilitasi pembenahan ruang publik untuk berbagai kegiatan musik di setiap kota di Indonesia. 4.5.10 Meningkatnya Ketersediaan Teknologi Tepat Guna, Mudah Diakses, Dan Kompetitif Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi: 1. Memfasilitasi penyediaan software legal dan kompetitif. 2. Memfasilitasi dan meningkatkan pengembangan piranti lunak dan teknologi pendukung industri musik lokal yang tepat guna, handal, dan kompetitif dengan mengoptimal lembaga penelitian dan inkubator-inkubator teknologi yang ada. 3. Meningkatkan dan memfasilitasi kerja sama riset teknologi secara multidisiplin antar institusi pendidikan, antar industri, antar lembaga riset pemerintah, serta antar institusi pendidikan, industri dan lembaga riset pemerintah. Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Fasilitasi pembiayaan untuk penelitian mengenai pengembangan teknologi untuk industri musik. 2. Fasilitasi subsidi untuk pembelian piranti musik (lunak maupun keras) bagi pelaku industri musik yang berprestasi, studio-studio rekaman, ruang publik dan komunitas-komunitas musik di daerah. 3. Fasilitasi pembiayaan untuk penciptaan piranti lunak musik yang bisa mempermudah para musisi Indonesia menciptakan karya musik. 4.5.11 Terciptanya Regulasi Yang Mendukung Penciptaan Iklim Yang Kondusif Bagi Pengembangan Industri Musik Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi: 1. Menjamin perlindungan (pendaftaran yang mudah, penegakan hukum atas pembajakan dan tindakan pelanggaran) bagi kekayaan intelektual di dalam negeri. 2. Harmonisasi-regulasi tataniaga karya musik (barang dan jasa) untuk dapat memperluas pasar karya kreatif di dalam maupun di luar negeri. 3. Harmonisasi-regulasi untuk menjamin kebebasan berekpresi bagi masyarakat dan memberikan insentif pada upaya-upaya yang dapat menumbuhkan kreativitas yang bertangungjawab dan bermanfaat di masyarakat. 4. Harmonisasi-regulasi pendokumentasian dan archiving seni, budaya dan karya musik untuk mengarusutamakan kreatifitas di masyarakat. 5. Harmonisasi-regulasi pendidikan untuk mengarusutamakan kreativitas dalam pendidikan. 6. Harmonisasi-regulasi untuk dapat meningkatkan literasi masyarakat tentang industri musik dan apresiasi terhadap kreativitas. BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia 97 7. Harmonisasi-regulasi pengembangan dan aktivasi ruang publik untuk memberikan ruang kreatif seluas-luasnya bagi masyarakat. Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Mengawasi pelaksanaan regulasi mengenai hak cipta di lapangan bekerjasama dengan Kemenkumham . 2. Fasilitasi harmonisasi-regulasi pajak pertambahan nilai atas penyerahan produk rekaman suara. 3. Fasilitasi harmonisasi-regulasi Penyelenggaraan Jasa Penyediaan Konten Pada Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel Dengan Mobilitas Terbatas. 4. Fasilitasi harmonisasi-regulasi penyelenggaraan program kesenian/festival oleh pemerintah. 4.5.12 Terciptanya Lembaga Yang Mendukung Penciptaan Iklim Yang Kondusif Bagi Pengembangan Industri Musik Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi: 1. Mengembangkan Lembaga Manajemen Kolektif 1 pintu di Indonesia. 2. Mengembangkan Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Pengarsipan Musik Indonesia. 3. Mengembangkan Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Advokasi Industri Musik Indonesia. 4. Meningkatkan dan memfasilitasi kerja sama dan kolaborasi antar pihak-pihak yang terkait multidisiplin antar institusi pendidikan, antar industri, antar lembaga riset pemerintah, serta antar institusi pendidikan, industri dan lembaga riset pemerintah untuk meningkatkan kualitas pengelolaan lembaga-lembaga yang dibuat. Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Fasilitasi kerjasama antara Kemenparekraf dengan Kemenkumham dalam mengintegrasikan kegiatan pendaftaran karya musik secara satu pintu melalui lembaga yang ditunjuk. 2. Fasilitasi pembuatan pusat pengarsipan musik Indonesia. 3. Fasilitasi pembuatan suatu badan untuk ruang advokasi industri musik. 4.5.13 Meningkatnya Partisipasi Aktif Pemangku Kepentingan Dalam Pengembangan Industri Musik Secara Berkualitas Dan Berkelanjutan Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi: 1. Membentuk kelompok kerja pengembangan ekonomi kreatif Nasional yang dapat mensinergikan seluruh program dan kegiatan lintas sektor dan lintas regional yang dikelola secara profesional. 2. Mengembangkan dan memfasilitasi terciptanya forum komunikasi dan kemitraan antar aktor (intelektual, bisnis, komunitas, dan pemerintah) maupun antar pelaku industri musik. 3. Memfasilitasi pembentukan organisasi non pemerintah (asosiasi usaha, asosiasi profesi) yang berkualitas sebagai rekan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan daya saing usaha dan musisi di tingkat nasional dan global. 4. Memfasilitasi pengembangan dan penguatan komunitas musik di dalam dan di luar negeri 5. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas pusat/lembaga/badan/balai musik yang didukung oleh Pemerintah. 98 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Fasilitasi pendataan dan sosialisasi berbagai penghargaan-penghargaan yang ada di dunia Internasional. 2. Fasilitasi pembiayaan untuk proyek kolaborasi musisi Indonesia dan internasional. 3. Fasilitasi sosialisasi kepada para musisi Indonesia untuk mendistribusikan karyanya ke dunia Internasional melalui berbagai jalur distribusi digital. 4.4.14 Meningkatnya Apresiasi Kepada Orang/Karya/ Wirausaha/Usaha Musik Lokal Di Dalam Dan Luar Negeri Sasaran ini kemudian dicapai melalui strategi: 1. Memfasilitasi keikutsertaan orang/karya/wirausaha/usaha musik yang mendapatkan peran (mengikuti kompetisi, sebagai pembicara, dsb) atau penghargaan di dunia internasional. 2. Memfasilitasi pengembangan dan penguatan komunitas musik di dalam dan di luar negeri. 3. Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan pemberian penghargaan bagi orang/karya/ wirausaha/usaha di bidang musik di dalam negeri. 4. Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan kompetisi/festival/diskusi/ kegiatan lainnya yang dapat menggali, mengangkat, mempromosikan orang/karya/wirausaha/usaha di bidang musik lokal, serta meningkatkan interaksi antara orang dan wirausaha musik lokal dan dunia. 5. Mengembangkan sistem informasi dan mengintensifkan komunikasi mengenai orang/ karya/wirausaha/usaha di bidang musik yang dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia. 6. Memfasilitasi gerakan dan komunikasi aktif penggunaan produk dalam negeri untuk meningkatkan konsumsi/penggunaan karya musik dalam negeri. 7. Memperkuat landasan interaksi bisnis antara perusahaan dengan pelaku industri musik berupa kontrak bisnis standar yang menghargai Hak Cipta. 8. Meningkatkan layanan pendidikan dan layanan informasi Hak Cipta kepada masyarakat 9. Memfasilitasi pendaftaran Hak Cipta yang mudah dan terjangkau. 10. Menjamin terlaksananya perlindungan Hak Cipta dan penegakan hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta. Berbagai strategi diatas memiliki rencana aksi sebagai berikut: 1. Fasilitasi sosialisasi mengenai pentingnya pendaftaran lisensi musik kepada pelaku industri musik di seluruh kota di Indonesia. 2. Meningkatkan layanan pendidikan dan layanan informasi Hak Cipta kepada masyarakat. 3. Fasilitasi harmonisasi-penertiban para pelanggar Hak Cipta khususnya untuk produk musik dengan bantuan institusi yang terkait. 4. Fasilitasi untuk membuat standar kontrak bisnis standar yang menghargai Hak Cipta orang kreatif dan pemberian penghargaan terhadap pelaku bisnis yang taat hukum atas penggunaan karya musik. BAB 1: Rencana Pengembangan Industri Musik Indonesia 99 BAB 5 Penutup 5.1 KESIMPULAN Dalam penyusunan Rencana Aksi Jangka Menengah Industri Musik 2015-2019, industri musik didefinisikan sebagai: “Segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik”. Definisi tersebut merupakan hasil elaborasi dari proses analisis yang meliputi: kajian pustaka, wawancara mendalam, dan focus group discussion, yang melibatkan para narasumber yang mewakili pemangku kepentingan dari unsur pemerintah, pelaku industri, komunitas/asosiasi, dan kalangan intelektual. Secara umum ruang lingkup pengembangan industri musik meliputi industri yang dikenal di dunia sebagai industri rekaman, yang terdiri dari dua aktivitas besar, yaitu fragmen artistik dan fragmen industrial. Cakupan di dalam fragmen artistik adalah pelaku yang melakukan segala jenis kegiatan yang berhubungan dengan kreativitas dan seni untuk menghasilkan suatu karya musik. Sedangkan pada fragmen industri, para pelaku melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu keluaran yang berupa layanan atau produk. Fragmen artistik merupakan penyuplai utama fragmen industrial sehingga dua fragmen ini tidak bisa dipisahkan dari industri musik. Perkembangan industri musik di Indonesia dimulai tahun 1940 dengan berdirinya “Tio Tek Hong”, perusahaan rekaman Batavia yang menjadi pelopor subsektor industri musik rekaman di Indonesia. Pada era 1950-an, mulai bermunculan beberapa perusahaan rekaman di Indonesia. Di era 1990-an, untuk menghindari kasus pelanggaran hak cipta yang lebih besar, maka muncullah perwakilan langsung perusahaan rekaman internasional di Indonesia. Pada era tahun 1990-an, terdapat beberapa album yang mencapai penjualan lebih dari 1 juta kopi. Pada awal tahun 2000, terdapat fenomena baru di industri musik Indonesia. Dengan terbukanya kesempatan usaha berkat teknologi modern dan iklim bisnis yang kondusif, banyak bermunculan pelaku industri musik independent. Tahun 2006 merupakan titik perkembangan musik digital, yang memberikan dampak signifikan untuk industri musik di Indonesia. Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar, dikembangkan peta ekosistem industri musik yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu: rantai nilai kreatif, lingkungan pengembangan, pasar, dan pengarsipan. Rantai nilai kreatif industri musik adalah proses kreasi, reproduksi, distribusi, dan konsumsi. Lingkungan pengembangan industri musik adalah pendidikan dan apresiasi. Karakteristik pasar industri musik terdiri dari dua jenis, yaitu: B2B dan B2C. Pengarsipan yang dimaksud dalam industri musik merupakan pusat data dan sejarah untuk penelitian dan pengembangan ragam budaya. Dampak ekonomi dari pengembangan industri musik dapat dilihat dari peta industri yang menggambarkan keterkaitan dari suatu proses rantai nilai kreatif ke arah hulu (backward linkage) dan ke arah hilir (forward linkage). Backward linkage di dalam industri musik diantaranya adalah penyedia studio rekaman, penyedia alat musik, industri komputer dan piranti lunak, penyedia jasa desain, penyedia jasa fotografi, dan lainnya . Forward linkage di dalam industri desain diantaranya adalah industri periklanan, industri perfilman, industri permainan interaktif, industri tv dan radio, dan lainnya. Selain digunakan dalam melihat dampak ekonomi dari industri kuliner, rantai nilai kreatif juga digunakan dalam mengidentifikasi model bisnis yang umumnya terjadi di industri musik, yaitu pada proses kreasi terdapat crowd sourcing, advertising, dan open; pada proses reproduksi terdapat 360 degrees, partnership, dan vertical integration; pada proses distribusi 102 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 terdapat super distribution, longtail, cross platform, dan direct distribution; pada proses konsumsi terdapat free, tipping, subscription, pay per download, ad funded, bundle, merchandise, sponsorhip, dan do it yourself. Kontribusi ekonomi industri musik dapat dilihat dari nilai tambah bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan nilai ekspor. Sebagai contoh dapat dilihat di tahun 2013, industri musik memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar 1% terhadap total nilai tambah bruto industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 3,32%. Dari sisi ketenagakerjaan, industri musik memberikan kontribusi sebesar 0,47% terhadap total jumlah tenaga kerja industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 3,41%. Berdasarkan kondisi industri musik di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi, serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis pembangunan nasional serta pengembangan ekonomi kreatif periode 2015—2019, maka visi pengembangan industri kuliner selama periode 2015—2019 adalah ”Terciptanya industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.” 5.2 SARAN Pengembangan industri musik dalam satu tahun kedepan akan difokuskan pada: • Fasilitasi penyesuaian kurikulum pendidikan musik formal. • Mulai memfasilitasi pembuatan website interaktif khusus yang berisi segala informasi mengenai perkembangan industri musik di Indonesia dan dunia. • Mulai memfasilitasi lokakarya dan seminar berkala yang berkaitan dengan industri musik bagi pelaku industri musik di Indonesia. • Mulai memfasilitasi pembenahan ruang publik untuk berbagai kegiatan musik di setiap kota di Indonesia. • Mulai melakukan harmonisasi-regulasi penyelenggaraan jasa penyediaan konten pada jaringan bergerak seluler dan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas. • Mulai melakukan harmonisasi-regulasi penyelenggaraan program kesenian/festival oleh pemerintah. • Mulai memfasilitasi pendataan dan sosialisasi berbagai penghargaan-penghargaan yang ada di dunia Internasional. • Mulai memfasilitasi sosialisasi kepada para musisi Indonesia untuk mendistribusikan karyanya ke dunia Internasional melalui berbagai jalur distribusi digital. Untuk penyempurnaan studi dan penulisan buku rencana aksi periode selanjutnya, perlu dilakukan beberapa hal seperti: meningkatkan intensitas kolaborasi antar pemangku kepentingan di industri musik, meningkatkan intensitas komunikasi lintas kementerian, dan memutakhirkan data kontribusi ekonomi dengan perbaikan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif. BAB 5: Penutup 103 104 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 LAMPIRAN Lampiran 105 106 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 Arah Kebijakan Strategi 1.1 Meningkatnya kuantitas, keragaman dan kualitas lembaga pendidikan yang mendukung penciptaan pelaku industri musik secara berkelanjutanekonomi kreatif Meningkatkan kualitas pendidikan musik dengan mengarusutamakan kreativitas yang berbasis budaya dan kekinian dan pemahaman tentang hak cipta dan kedinamisan industri musik Meningkatkan kualitas pendidikan musik dengan mengarusutamakan kreativitas yang berbasis budaya dan kekinian dan pemahaman tentang hak cipta dan kedinamisan industri musik c Mendorong munculnya pendidikan musik formal dan nonformal dengan spesialisasi khusus dan kerjasama dengan berbagai institusi internasional dalam rangka peningkatan keragaman keahlian dan dan kualitas lulusan b a 1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing dan dinamis 4 Mengembangkan kurikulum, metode pengajaran, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan di bidang musik yang mendukung pengarusutamaan kreativitas dan kewirausahaan yang beretika, melek hak cipta dan berkembang seiring kedinamisan industri musik Mengembangkan dan memperkuat standar mutu lembaga pendidikan (formal dan nonformal) dan pendidik dan tenaga kependidikan dalam bidang musik Mengembangkan dan memfasilitasi kerjasama pendidikan dengan lembaga pendidikan (formal dan nonformal) musik di luar negeri yang kredibel dan berkualitas 2 3 Mengembangkan dan memfasilitasi penguatan dan pengembangan lembaga pendidikan (formal dan nonformal) musik yang mendukung penciptaan orang kreatif secara berkualitas di daerah yang memiliki potensi ekonomi kreatif baik oleh pemerintah dan swasta 1 MISI 1: Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis Misi/Tujuan/Sasaran MATRIKS TUJUAN, SASARAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI MUSIK Lampiran 107 1.2 Meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja di industri musik Indonesia Misi/Tujuan/Sasaran a d Arah Kebijakan Menciptakan pelaku industri musik yang dinamis, profesional dan memahami penggunaan undang-undang serta mampu mengembangkan dan memanfaatkan iptek Menyelaraskan sistem pembelajaran dan kurikulum antar tahapan pendidikan dengan dunia usaha Mengidentifikasi profil profesi, mengembangkan standar kompetensi dan memfasilitasi sertifikasi tenaga kerja bidang industri musik yang diakui secara global Memfasilitasi pemberdayaan orang kreatif untuk meningkatkan keterampilan (kompetensi), pengetahuan (kapasitas), dan sikap serta perilaku pelaku industri musik sehingga kompetitif 1 2 Meningkatkan keterhubungan dan keterpaduan antara lulusan pendidikan formal dan nonformal dengan pengembangan industri musik 6 Strategi Mengembangkan dan meningkatkan kualitas pertukaran informasi dan pengetahuan antara dunia pendidikan dengan dunia usaha dengan melibatkan wirausaha, orang kreatif,dan komunitas kreatif dalam pengajaran dan penyusunan kurikulum pendidikan terkait dengan industri musik 5 108 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 Arah Kebijakan Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya dan dapat diakses secara mudah dan cepat b a Memfasilitasi eksperimentasi dan eksplorasi budaya lokal sebagai inspirasi dalam menciptakan karya musik Mengembangkan sistem pelestarian pengetahuan budaya Indonesia yang akurat dan terpercaya yang dapat diakses dengan mudah dan cepat serta memiliki program distribusi pengetahuan budaya Memfasilitasi penelitian dan pengembangan sumber daya budaya lokal menjadi karya kreatif yang dikemas dengan semangat kekinian sehingga dapat diterima oleh pasar dalam dan luar negeri Mengembangkan sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang akurat dan terpercaya, dikelola secara profesional 2 3 Memfasilitasi penelitian untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sumber daya budaya lokal mengenai musik yang merupakan inspirasi dalam pengembangan karya musik yang berwawasan budaya Indonesia 1 Strategi 3.1 Meningkatnya wirausaha musik lokal yang berdaya saing dan dinamis Memfasilitasi penciptaan dan peningkatan profesionalisme (skill-knowledge-attitude) wirausaha industri musik lokal di seluruh wilayah Indonesia Memfasilitasi kolaborasi dan penciptaan jejaring antar wirausaha di industri musik dan industri lainnya di tingkat lokal, nasional, dan global a b 3. Perwujudan industri musik yang berdaya saing, tumbuh dan beragam 2 1 Memfasilitasi dan mengembangkan inkubator bisnis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan dikelola secara profesional Memfasilitasi peningkatan keterampilanpengetahuan-sikap wirausaha musik kreatif dengan menghadirkan mentor bisnis berpengalaman di tingkat nasional dan global sehingga dapat menjadi wirausaha kreatif lokal yang berdaya saing dan dinamis MISI 2: Menumbuhkembangkan usaha-usaha kreatif untuk menunjang industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis 2.3 2. Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya bagi industri musik secara berkelanjutan Misi/Tujuan/Sasaran Lampiran 109 Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang musik yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkualitas Meningkatnya keragaman dan kualitas karya musik lokal 3.2 3.3 Misi/Tujuan/Sasaran Memfasilitasi pengembangan karya musik lokal dengan arusutama keragaman genre, budaya lokal dan kekinian Mengembangkan standar usaha industri musik nasional yang sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku di tingkat nasional dan global b a Memfasilitasi kolaborasi dan linkage antar usaha di bidang musik dengan industri lainnya di tingkat lokal, nasional, dan global Memfasilitasi penciptaan usaha di bidang musik yang kreatif dan solutif bagi perkembangan industri musik di seluruh wilayah Indonesia a c Arah Kebijakan Mengembangkan industri musik dan industri penunjang/pendukung usaha kreatif di dalam negeri, serta keterkaitan industri musik dengan industri lainnya dalam penciptaan nilai tambah 3 1 Memfasilitasi lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, komunitas kreatif dan usaha kreatif untuk penciptaan karya musik kekinian yang menggunakan sumber budaya lokal Mengembangkan standar usaha di bidang musik nasional yang memenuhi standar global Memfasilitasi program magang (internship) tenaga kerja musik 2 4 Memfasilitasi co-creation dan co-production antar usaha kreatif di tingkat lokal, nasional, dan global Memfasilitasi wirausaha musik pemula untuk memulai usahanya 1 3 Strategi 110 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 Arah Kebijakan Strategi 4.1 Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri musik lokal yang sesuai,mudah diakses dan kompetitif Mengembangkan alternatif pembiayaan yang sesuai, dapat diakses dengan mudah, dan kompetitif bagi pelaku industri musik Indonesia Memperkuat hubungan dan akses informasi antara pelaku industri musik, pemerintah dengan lembaga keuangan c Menciptakan dan mengembangkan lembaga pembiayaan khusus yang mempercepat perkembangan industri musik b a 4. Pengembangan pembiayaan yang sesuai, kompetitif, dan mudah diakses Memfasilitasi interaksi wirausaha musik dengan lembaga pembiayaan untuk meningkatkan tingkat kepercayaan lembaga pembiayaan terhadap wirausaha kreatif Mengembangkan sistem informasi yang akurat, terpercaya, dan mudah diakses untuk meningkatkan pemahaman wirausaha musik tentang pembiayaan bagi industri kreatif dan juga pemahaman lembaga pembiayaan terhadap industri musik 6 Memfasilitasi akses pendanaan bagi wirausaha musik berpotensi 4 5 Mengembangkan dan memfasilitasi penciptaan skema/model pembiayaan yang sesuai untuk industri musik yang dapat diakses dengan mudah dan kompetitif Memfasilitasi dan meningkatkan mutu layanan lembaga pembiayaan bagi industri kreatif 2 3 Mengembangkan dan memfasilitasi penciptaan lembaga pembiayaan non konvensional (venture capital) di daerah-daerah yang memiliki potensi pengembangan industri kreatif 1 MISI 3: Pengembangkan lingkungan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan nasional dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan Misi/Tujuan/Sasaran Lampiran 111 Arah Kebijakan 5.1 Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya musik di dalam dan luar negeri Mengembangkan sistem informasi pasar karya kreatif yang dapat diakses dengan mudah dan informasinya didistribusikan dengan baik Memperluas jangkauan distribusi karya musik di dalam dan luar negeri melalui diplomasi budaya sebagai softpower dan kemitraan, peningkatan kualitas branding; promosi; misi dagang, B to B networking usaha/wirausaha kreatif di dalam dan luar negeri a b 5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri secara berkualitas dan berkelanjutan Misi/Tujuan/Sasaran Mengembangkan konsep dan rencana aksi branding yang dapat mensinergikan pelaksanaan branding dan promosi yang dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah Melaksanakan dan memfasilitasi branding, promosi, pameran, festival, misi dagang, B to B networking orang/karya/usaha musik di dalam dan luar negeri secara terintegrasi dan komprehensif Melakukan diplomasi budaya (pertukaran budaya, fasilitasi kegiatan budaya di ruang publik terbuka) sebagai soft power untuk mempromosikan karya musik dalam negeri di pasar global Memfasilitasi kemitraan dan kerjasama distribusi karya musik lokal dengan pengusaha ritel moderen di dalam negeri 4 5 6 Mengembangkan dan memfasilitasi pengembangan sistem dan pendistribusian informasi pasar karya musik di dalam dan luar negeri 2 3 Meningkatkan riset pasar karya musik di dalam dan luar negeri 1 Strategi 112 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 Arah Kebijakan Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif 6.1 6.2 Memfasilitasi akses terhadap teknologi secara mudah dan kompetitif Meningkatkan pengembangan basis-basis pengembangan teknologi lokal yang bisa mendukung pengembangan industri musik Indonesia Meningkatkan kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam melakukan pengembangan teknologi yang bisa mendukung pengembangan industri musik Indonesia b c Menjamin ketersediaan,kesesuaian,jangk auan harga/biaya, sebaran/penetrasi, dan performansi, infrastruktur telematika-jaringan internet a a 6. Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna dan mudah diakses Misi/Tujuan/Sasaran 3 2 1 1 Meningkatkan dan memfasilitasi kerja sama riset teknologi secara multidisiplin antar institusi pendidikan, antar industri, antar lembaga riset pemerintah, serta antar institusi pendidikan, industri dan lembaga riset pemerintah Memfasilitasi dan meningkatkan pengembangan piranti lunak dan teknologi pendukung industri musik lokal yang tepat guna, handal, dan kompetitif dengan mengoptimal lembaga penelitian dan inkubator-inkubator teknologi yang ada Memfasilitasi penyediaan software legal dan kompetitif Meningkatkan pengembangan, penetrasi, serta performansi jaringan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi ke seluruh wilayah Indonesia yang dapat diakses dengan mudah dan kompetitif Strategi Lampiran 113 Arah Kebijakan 7.1 Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik Memastikan terlaksananya regulasi Hak Cipta dengan sebaik-baiknya Harmonisasi-regulasi (menciptakan, deregulasi) perluasan pasar karya musik Harmonisasi-regulasi (menciptakan, deregulasi) pendidikan dan apresiasi yang mengarusutamakan kreatifitas dan pemahaman hak cipta a b c 7. Penciptaan kelembagaan dan iklim usaha yang mendukung pengembangan industri musik Misi/Tujuan/Sasaran Harmonisasi-regulasi untuk menjamin kebebasan berekpresi bagi masyarakat dan memberikan insentif pada upaya-upaya yang dapat menumbuhkan kreativitas yang bertangungjawab dan bermanfaat di masyarakat Harmonisasi-regulasi pendokumentasian dan archiving seni, budaya dan karya musik untuk mengarusutamakan kreatifitas di masyarakat Harmonisasi-regulasi pendidikan untuk mengarusutamakan kreatifitas dalam pendidikan Harmonisasi-regulasi untuk dapat meningkatkan literasi masyarakat tentang industri musik dan apresiasi terhadap kreativitas Harmonisasi-regulasi pengembangan dan aktivasi ruang publik untuk memberikan ruang kreatif seluas-luasnya bagi masyarakat 4 5 6 7 Harmonisasi-regulasi tataniaga karya musik (barang dan jasa) untuk dapat memperluas pasar karya kreatif di dalam maupun di luar negeri Menjamin perlindungan (pendaftaran yang mudah, penegakan hukum atas pembajakan dan tindakan pelanggaran) bagi kekayaan intelektual di dalam negeri 3 2 1 Strategi 114 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 7.3 7.2 Misi/Tujuan/Sasaran Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri musik secara berkualitas dan berkelanjutan Terciptanya lembaga yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik Memfasilitasi kolaborasi antar pihak-pihak yang terkait untuk dapat berkontribusi dan bersamasama mengawasi kinerja di setiap lembaga d Meningkatkan sinergi,koordinasi, dan kolaborasi antar aktor (intelektual, bisnis, komunitas, dan pemerintah) dan orang kreatif dalam pengembangan industri musik Indonesia Mengembangkan sistem pengelolaan yang efisien, terintegrasi dan mudah diakses untuk setiap lembaga agar kehadirannya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pelaku industri musik c a Memfasilitasi diciptakannya lembaga-lembaga pemerintah atau swasta yang mendorong terjadinya industri musik yang lebih baik b Arah Kebijakan Memfasilitasi diciptakannya lembaga-lembaga pemerintah atau swasta yang mendorong terjadinya industri musik yang lebih baik a Strategi Membentuk kelompok kerja pengembangan ekonomi kreatif Nasional yang dapat mensinergikan seluruh program dan kegiatan lintas sektor dan lintas regional yang dikelola secara profesional Mengembangkan dan memfasilitasi terciptanya forum komunikasi dan kemitraan antar aktor (intelektual, bisnis, komunitas, dan pemerintah) maupun antar pelaku industri musik 1 2 Meningkatkan dan memfasilitasi kerja sama dan kolaborasi antar pihak-pihak yang terkait multidisiplin antar institusi pendidikan, antar industri, antar lembaga riset pemerintah, serta antar institusi pendidikan, industri dan lembaga riset pemerintah untuk meningkatkan kualitas pengelolaan lembaga-lembaga yang dibuat Mengembangkan Lembaga/pusat/lembaga/ badan/balai Advokasi Industri Musik Indonesia 3 4 Mengembangkan Lembaga/pusat/lembaga/ badan/balai Pengarsipan Musik Indonesia Mengembangkan Lembaga Manajemen Kolektif 1 pintu di Indonesia 2 1 Lampiran 115 7.4 Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/ wirausaha/usaha musik lokal di dalam dan luar negeri Misi/Tujuan/Sasaran Memfasilitasi dan memberikan penghargaan bagi orang/karya/ wirausaha/usaha musik lokal di tingkat nasional dan internasional Mengembangkan, memfasilitasi pembentukan dan peningkatan kualitas organisasi atau wadah yang dapat mempercepat pengembangan industri musik c a Mengembangkan, memfasilitasi pembentukan dan peningkatan kualitas organisasi atau wadah yang dapat mempercepat pengembangan industri musik b Arah Kebijakan Memfasilitasi keikutsertaan orang/karya/ wirausaha/usaha musik yang mendapatkan peran (mengikuti kompetisi, sebagai pembicara, dsb) atau penghargaan di dunia internasional Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan pemberian penghargaan bagi orang/karya/ wirausaha/usaha di bidang musik di dalam negeri Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan kompetisi/festival/diskusi/ kegiatan lainnya yang dapat menggali, mengangkat, mempromosikan orang/karya/wirausaha/ usaha di bidang musik lokal, serta meningkatkan interaksi antara orang dan wirausaha musik lokal dan dunia 1 2 3 Mengembangkan dan meningkatkan kualitas pusat/lembaga/badan/balai musik yang didukung oleh Pemerintah Memfasilitasi pengembangan dan penguatan komunitas musik di dalam dan di luar negeri 4 5 Memfasilitasi pembentukan organisasi non pemerintah (asosiasi usaha, asosiasi profesi) yang berkualitas sebagai rekan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan daya saing usaha dan musisi di tingkat nasional dan global 3 Strategi 116 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 Misi/Tujuan/Sasaran Meningkatnya apresiasi terhadap Hak Cipta Meningkatnya apresiasi terhadap Hak Cipta c d Arah Kebijakan Meningkatkan komunikasi keberadaan orang/ karya/wirausaha/usaha musik lokal dan konsumsi karya musik lokal b Menjamin terlaksananya perlindungan Hak Cipta dan penegakan hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta 10 Meningkatkan layanan pendidikan dan layanan informasi Hak Cipta kepada masyarakat 8 Memfasilitasi pendaftaran Hak Cipta yang mudah dan terjangkau Meningkatkan layanan pendidikan dan layanan informasi Hak Cipta kepada masyarakat 7 9 Memperkuat landasan interaksi bisnis antara perusahaan dengan pelaku industri musik berupa kontrak bisnis standar yang menghargai Hak Cipta 6 Memfasilitasi gerakan dan komunikasi aktif penggunaan produk dalam negeri untuk meningkatkan konsumsi/penggunaan karya musik dalam negeri 5 Strategi Mengembangkan sistem informasi dan mengintensifkan komunikasi mengenai orang/ karya/wirausaha/usaha di bidang musik yang dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia 4 Lampiran 117 Indikasi Strategis Meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja di industri musik Indonesia 1.2 Meningkatnya tenaga kerja di bidang musik yang berkualitas c Terselenggaranya program seminar bersama antara wirausaha, orang kreatif,komunitas kreatif dengan para lembaga pendidikan di bidang musik e Terselenggaranya program pelatihan dengan tema dan kebutuhan spesifik bagi para pelaku industri musik Indonesia Tebentuknya program studi musik yang spesifik dan beragam setiap PT musik di Indonesia. d b Terselenggaranya program pelatihan/upgrading yang diselenggarakan bagi para tenaga pengajar terkait bidang musik di berbagai lembaga pendidikan musik di Indonesia c Terselenggaranya program pengembangan kapasitas diri melalui program hibah sertifikasi yang bertingkat nasional dan internasional Terselenggaranya kerjasama antar lembaga pendidikan dalam negeri dengan luar negeri dalam peningkatan kualitas dan kapasitas lembaga b a Tersebarnya lembaga pendidikan khusus musik di seluruh daerah Indonesia, terutama di daerah dengan potensi ekonomi kreatif yang besar a 2.1 Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya dan dapat diakses secara mudah dan cepat Terselenggaranya program hibah penelitian pengembangan sumber budaya lokal Tersedianya Informasi sumber daya budaya lokal yang lengkap, akurat dan mudah diakses Terciptanya suatu sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang akurat dan terpercaya, dikelola secara profesional a b c 2. Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya bagi industri musik secara berkelanjutan Meningkatnya kuantitas, keragaman dan kualitas lembaga pendidikan yang mendukung penciptaan pelaku industri musik secara berkelanjutan 1.1 1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri musik yang berdaya saing dan dinamis MISI 1: Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis Misi/Tujuan/Sasaran MATRIKS INDIKASI STRATEGIS PENGEMBANGAN INDUSTRI MUSIK 118 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 Indikasi Strategis Meningkatnya wirausaha musik lokal yang berdaya saing dan dinamis Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang musik yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkualitas Meningkatnya keragaman dan kualitas karya musik lokal 3.1 3.2 3.3 Meningkatnya jumlah usaha kreatif yang berdaya saing dan berkualitas f Meningkatnya karya musik yang berkualitas dan beragam Terselenggaranya program advokasi untuk pengembangan standar usaha di bidang musik nasional yang memenuhi standar global e b Terselenggaranya program percepatan pertumbuhan industri penunjang/pendukung usaha kreatif di dalam negeri, terutama di bidang musik d Terselenggaranya program hibah penciptaan karya atas dasar pengembangan sumber budaya lokal Terselenggaranya program magang (internship) tenaga kerja musik c a Terciptanya suatu program meeting/seminar/konferensi reguler antara antar usaha kreatif di tingkat lokal, nasional, dan global b Meningkatnya wirausaha musik yang berdaya saing dan dinamis c Terciptanya suatu skema fasilitasi pembiayaan untuk wirausaha musik pemula dalam memulai usahanya Terciptanya suatu inkubator bisnis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan dikelola secara profesional b a Terciptanya suatu program mentoring dengan menghadirkan mentor bisnis berpengalaman di tingkat nasional dan global a 3. Perwujudan industri musik yang berdaya saing, tumbuh dan beragam MISI 2: Menumbuhkembangkan usaha-usaha kreatif untuk menunjang industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis Misi/Tujuan/Sasaran Lampiran 119 Indikasi Strategis Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri musik lokal yang sesuai,mudah diakses dan kompetitif Terciptanya lembaga pembiayaan non konvensional (venture capital) di daerah-daerah yang memiliki potensi pengembangan industri kreatif Meningkatnya jumlah pengguna fasilitas pembiayaan bagi industri kreatif, khususnya di bidang musik Adanya skema pemberian insentif bagi wirausaha musik berpotensi Adanya sistem informasi khusus untuk pembiayaan industri kreatif a b c d 5.1 Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya musik di dalam dan luar negeri Adanya suatu portal musik nasional yang berisi informasi pasar karya musik di dalam dan luar negeri Adanya suatu kegiatan aktivasi brand kekayaan musik daerah masing-masing melalui festival daerah dan berbagai media cetak dan elektronik Meningkatnya para pelaku industri musik yang mendapatkan hibah untuk mengikuti festival, misi dagang, B to B networking orang/karya/usaha musik di dalam dan luar negeri Terciptanya suatu hubungan kerjasama antar negara-negara kreatif sebagai soft power untuk mempromosikan karya musik dalam negeri di pasar global Meningkatnya kemitraan dan kerjasama distribusi karya musik lokal dengan pengusaha ritel moderen di dalam negeri Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar dalam dan luar negeri b c d e f g Adanya hibah untuk melakukan riset pasar yang dilakukan untuk mengetahui pasar musik di dalam dan luar negeri a 5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri secara berkualitas dan berkelanjutan 4.1 4. Pengembangan pembiayaan yang sesuai, kompetitif, dan mudah diakses MISI 3: Pengembangkan lingkungan industri musik yang berdaya saing, kondusif dan dinamis yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan nasional dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan Misi/Tujuan/Sasaran 120 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 Misi/Tujuan/Sasaran Indikasi Strategis Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses, dan kompetitif 6.2 Tersedianya software legal dan kompetitif yang terjangkau Tersedianya dana hibah untuk pengembangan piranti lunak dan teknologi pendukung industri musik lokal yang tepat guna, handal, dan kompetitif b Meningkatnya jumlah ruang publik yang mudah diakses b a Meningkatnya penetrasi serta performansi jaringan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi ke seluruh wilayah Indonesia yang dapat diakses dengan mudah dan kompetitif a 7.1 Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik Adanya regulasi yang mengatur mengenai penggunaan Hak Cipta Adanya regulasi yang memudahkan proses tataniaga karya musik (barang dan jasa) untuk dapat memperluas pasar karya kreatif di dalam maupun di luar negeri Adanya regulasi yang menjamin kebebasan berekpresi bagi masyarakat Adanya regulasi yang mengatur pendokumentasian dan archiving seni, budaya dan karya musik untuk mengarusutamakan kreatifitas di masyarakat Adanya regulasi yang memastikan pendidikan dapat mengarusutamakan kreatifitas Adanya regulasi yang mendorong apresiasi masyarakat terhadap karya seni musik Meningkatnya jumlah ruang publik yang layak digunakan untuk para pelaku seni berekspresi Meningkatnya aktifitas masyarakat dalam hal mengekspresikan seni musik Menurunnya tingkat pembajakan karya seni musik a b c d e f g h i 7. Penciptaan kelembagaan dan iklim usaha yang mendukung pengembangan industri musik Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif 6.1 6. Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna dan mudah diakses Lampiran 121 Terciptanya lembaga yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/ wirausaha/usaha musik lokal di dalam dan luar negeri 7.2 7.3 Misi/Tujuan/Sasaran Adanya program sosialisasi dan kampanye mengenai penghargaan terhadap hak cipta Meningkatnya penjualan lagu/album fisik dan digital dalam dan luar negeri Meningkatnya penerimaan penghargaan di dalam dan luar negeri d e Meningkatnya kualitas dan kuantitas karya dan pelaku industri musik Indonesia f c Lengkapnya jumlah karya musik yang diarsipkan dari tahun ke tahun e Meningkatnya kegiatan kompetisi/festival/diskusi/ kegiatan lainnya Meningkatnya jumlah pendaftar dan pengguna karya seni musik melalui LMK 1 pintu d b Terciptanya Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Advokasi Industri Musik Indonesia c Meningkatnya kegiatan seleksi dan pemberian penghargaan bagi orang/karya/wirausaha/usaha di bidang musik di dalam negeri Terciptanya Lembaga/pusat/lembaga/badan/balai Pengarsipan Musik Indonesia b a Terciptanya Lembaga Manajemen Kolektif 1 pintu di Indonesia a Indikasi Strategis 122 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 2017 TAHUN 2018 2 1 Fasilitasi pengembangan bidang studi dengan spesialisasi khusus dan kerjasama dengan berbagai institusi internasional Fasilitasi penyesuaian kurikulum pendidikan musik formal b a Mendorong setiap sekolah formal dalam hal ini adalah universitas dan sekolah tinggi untuk membuka bidang studi khusus, seperti contohnya manajemen dan administrasi industri musik, yang mencakup setiap kegiatan di industri musik (kreasi, reproduksi, distribusi dan konsumsi musik), yang ditunjang oleh kerjasama dengan berbagai institusi internasional dalam rangka peningkatan keragaman keahlian dan dan kualitas lulusan manajemen dan administrasi di industri musik Mendorong perubahan kurikulum dimana pendidikan formal menambahkan pengetahuan mengenai hak cipta termasuk pendaftaran dan pengelolaanya serta mewajibkan adanya link and match dengan industri musik di Indonesia dalam bentuk yang beragam (program magang, lokakarya, festival, forum diskusi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Perindustrian Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Perindustrian Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten X X X X SASARAN 1: Meningkatnya kuantitas, keragaman dan kualitas lembaga pendidikan yang mendukung penciptaan pelaku industri musik secara berkelanjutan SASARAN/RENCANA AKSI MATRIKS RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI MUSIK 2015-2019 X X 2019 Lampiran 123 3 Fasilitasi beasiswa atau dana hibah untuk pengajar musik di Indonesia untuk peningkatan kapasitas dan kualitasnya melalui pendidikan ke jenjang S2 atau S3, sertifikasi, seminar, festival, konferensi, atau residensi di dalam dan luar negeri SASARAN/RENCANA AKSI c Menyediakan skema untuk pemberian beasiswa atau dana hibah (termasuk sosialisasi melalui berbagai media, pendaftaran, seleksi oleh forum, pengumuman, pelaksanaan dan evaluasi program) dan menyediakan alokasi dana khusus bagi program pengembangan kapasitas dan kualitas diri para pengajar musik melalui program: penerusan pendidikan ke jenjang S2 atau S3/sertifikasi/seminar/ festival/konferensi/residensi di tingkal lokal maupun internasional DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Perindustrian Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementrian Keuangan Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB 2015 X 2016 X 2017 TAHUN X 2018 X 2019 124 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 2017 TAHUN 1 Fasilitasi identifikasi dan sosialisasi bidang profesi yang ada di industri musik agar membuka wawasan para pelaku industri musik a Menyediakan alokasi dana dan tim khusus untuk melakukan sosialisasi dan membuka kesempatan untuk riset identifikasi perkembangan bidang profesi yang ada di industri musik sehingga bisa didapatkan klasifikasi baku lapang usaha industri musik yang detail serta untuk sosialisasi mengenai profesi-profesi yang di industri musik agar bisa membuka wawasan para pelaku industri musik melalui berbagai media seperti website dan forum diskusi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian Negara Riset dan Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten X X X 2018 SASARAN 2: Meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja di industri musik Indonesia SASARAN/RENCANA AKSI X 2019 Lampiran 125 2 Fasilitasi beasiswa atau dana hibah untuk pelaku musik di Indonesia untuk melakukan pengembangan kapasitas dan kualitas diri melalui program: sertifikasi/seminar/festival/ konferensi/residensi di tingkal lokal maupun internasional SASARAN/RENCANA AKSI b Menyediakan skema untuk pemberian beasiswa atau dana hibah (termasuk sosialisasi melalui berbagai media, pendaftaran, seleksi oleh forum, pengumuman, pelaksanaan dan evaluasi program) dan menyediakan alokasi dana khusus bagi program pengembangan kapasitas dan kualitas diri para pelaku musik melalui program: sertifikasi/seminar/festival/ konferensi/residensi di tingkal lokal maupun internasional. Contoh beberapa konferensi/seminar/traning musik Internasional adalah MIDEM, SXSW, CMJ Music Conference, New Music Seminar, Kansai Music Conference, Berlin Music Week, San Fransisco Music Tech, Music Matters dan lain sebagainya DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Pemuda dan Olahraga Kementerian Perindustrian Kementrian Luar Negeri Kementerian Perdagangan Kementerian Pekerjaan Umum Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB 2015 X 2016 X 2017 TAHUN X 2018 X 2019 126 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 2 1 Fasilitasi pengembangan dan pembuatan sistem data pokok kebudayaan Indonesia yang akurat dan terpercaya, dikelola secara profesional Fasilitasi pengarsipan budaya dan artefak musik Indonesia b a Menyediakan alokasi dana dan tim khusus untuk melakukan pengembangan dan pengelolaan dari suatu sistem database online untuk berbagai artefak dan dokumentasi kegiatan yang berhubungan dengan musik budaya khas Indonesia Menyediakan alokasi dana dan tim khusus untuk melakukan pengumpulan, pengarsipan, pengelolaan suatu artefak dan dokumentasi kegiatan yang berhubungan dengan musik budaya khas Indonesia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Pekerjaan Umum Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Pekerjaan Umum Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten X X SASARAN 3: Tersedianya informasi sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya dan dapat diakses secara mudah dan cepat SASARAN/RENCANA AKSI X 2017 TAHUN 2018 2019 Lampiran 127 Fasilitasi penelitian dan pengembangan sumber daya budaya lokal menjadi karya kreatif yang dikemas dengan semangat kekinian sehingga dapat diterima oleh pasar dalam dan luar negeri c Menyediakan alokasi dana dan tim khusus untuk melakukan penelitian dan pengembangan terkait sumber daya budaya lokal agar bisa menjadi menjadi karya kreatif yang dikemas dengan semangat kekinian sehingga dapat diterima oleh pasar dalam dan luar negeri DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Pekerjaan Umum Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 2017 TAHUN 1 Fasilitasi kolaborasi dan linkage antar wirausaha di bidang musik dengan industri lainnya di tingkat lokal, nasional, dan global a Menyediakan alokasi dana khusus untuk membiayai kegiatan forum komunikasi dan kolaborasi lintas sektor dibawah direktorat kementrian atau swasta yang diasuh oleh praktisi, akademisi, komunitas dan pemerintahan untuk wirausaha musik dan wirausaha di sektor lainnya melakukan kegiatan bersama seperti seminar dan diskusi bersama, dalam skala nasional dan internasional Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian Luar Negeri Kementrian Keuangan Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten X X X 2018 SASARAN 4: Meningkatnya wirausaha musik lokal yang berdaya saing dan dinamis 3 SASARAN/RENCANA AKSI X 2019 128 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 3 2 Fasilitasi lokakarya dan seminar berkala yang berkaitan dengan industri musik bagi pelaku industri musik di Indonesia Fasilitasi pembuatan website interaktif khusus yang berisi segala informasi mengenai perkembangan industri musik di Indonesia dan dunia SASARAN/RENCANA AKSI c b Menyediakan alokasi dana untuk kegiatan lokakarya dan seminar seperti “Dialog Industri Musik” dengan tema terkini yang rutin, dan terdokumentasi serta dapat diakses untuk umum dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia Menyediakan alokasi dana untuk pembuatan website interaktif khusus dibawah direktorat industri musik (contoh: http://www.mca.org.au/) yang berisi segala informasi mengenai peluang-peluang pendanaan, kegiatankegiatan, perkembangan terkini dunia musik, peluang penghargaan musik nasional dan internasional dan informasi mengenai perkembangan industri musik di Indonesia dan dunia DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian Luar Negeri Kementrian Keuangan Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Pekerjaan Umum Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB X X 2015 X X 2016 2017 TAHUN 2018 2019 Lampiran 129 4 Fasilitasi program training dan mentoring untuk para pelaku bisnis di Indonesia yang berpotensi SASARAN/RENCANA AKSI d Menyediakan skema untuk pemberian fasilitas training dan mentoring (termasuk penjajakan kerjasama dengan berbagai negara di dunia yang terdepan dalam industri musik seperti Inggris, Korea dan Swedia dan institusi nasional dan internasional, sosialisasi melalui berbagai media, pendaftaran, seleksi oleh forum, pengumuman, pelaksanaan dan evaluasi program) dan menyediakan alokasi dana khusus bagi program pengembangan kapasitas dan kualitas diri para pengajar musik melalui program: penerusan pendidikan ke jenjang S2 atau S3/sertifikasi/ seminar/festival/konferensi/residensi di tingkal lokal maupun internasional DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Pemuda dan Olahraga Kementerian Perindustrian Kementrian Luar Negeri Kementerian Perdagangan Kementerian Pekerjaan Umum Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 X 2017 TAHUN X 2018 X 2019 130 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 2017 TAHUN 1 Fasilitasi dana hibah untuk mengikuti dan/atau membuat program pameran dagang skala nasional dan internasional yang bisa memperluas wawasan, jejaring dan cakupan usaha para pelaku usaha industri musik lokal a Menyediakan alokasi dana khusus untuk mengikuti pameran dagang yang ada (contoh: Canadian Music week, SXSW) dan/atau membuat program pameran dagang bersama dengan penyelenggara swasta yang sudah berpengalaman sebelumnya dimana pameran dagang tersebut bisa memperluas wawasan, jejaring dan cakupan usaha para pelaku usaha industri musik secara internasional dan nasional Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian Luar Negeri Kementrian Keuangan Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten X X X 2018 SASARAN 5: Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang musik yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkualitas SASARAN/RENCANA AKSI X 2019 Lampiran 131 2 Fasilitasi dana insentif dan matchmaking untuk proposal bisnis baru yang inovatif dan proposal bisnis untuk peningkatan kualitas dan standar usaha yang sudah berjalan SASARAN/RENCANA AKSI b Menyediakan alokasi dana khusus dan skema untuk pemberian dana insentif (termasuk sosialisasi melalui berbagai media, pendaftaran, seleksi oleh forum, pengumuman, pelaksanaan dan evaluasi program) serta membuka peluang matchmaking dengan investorinvestor dan calon pemberi dana dari pihak lain (yang sudah didata terlebih dahulu oleh tim dari badan advokasi) bagi para calon pelaku usaha musik yang memiliki proposal bisnis yang inovatif dan solutif bagi industri musik Indonesia dan usaha-usaha di bidang musik yang berencana untuk meningkatkan kualitas dan standar usahanya melalui program: sertifikasi usaha, pendaftaran asosiasi, training, ataupun pembelian perangkat lunak maupun keras DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Luar Negeri Kementrian Keuangan Bank Indonesia Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Badan Penanaman Modal PENANGGUNGJAWAB 2015 X 2016 X 2017 TAHUN X 2018 X 2019 132 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 3 Fasilitasi kolaborasi dan linkage antar usaha di bidang musik dengan industri lainnya di tingkat lokal, nasional, dan global SASARAN/RENCANA AKSI c Menyediakan alokasi dana khusus untuk membiayai kegiatan forum komunikasi lintas sektor (atau community hub) dibawah direktorat kementrian atau swasta yang diasuh oleh praktisi, akademisi, komunitas dan pemerintahan untuk pelaku bisnis musik dan pelaku bisnis di sektor lainnya melakukan kegiatan bersama seperti seminar, diskusi bersama, pameran bersama, dan lain sebagainya, dalam skala nasional dan internasional DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Luar Negeri Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB 2015 X 2016 X 2017 TAHUN X 2018 X 2019 Lampiran 133 DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 Fasilitasi dana hibah untuk pelaku musik di Indonesia untuk melakukan pengembangan kapasitas dan kualitas diri melalui program residensi dan festival musik di tingkal lokal maupun internasional Fasilitasi penyelenggaraan perlombaan karya cipta lagu nasional lintas genre 1 2 b a Menyediakan alokasi dana dan tim khusus untuk menyelenggarakan lomba karya cipta lagu nasional dengan melakukan seleksi di seluruh kota di Indonesia dengan cara pengumpulan karya melalui suatu portal tunggal dan seleksi terpusat oleh dewan musisi (lintas genre dan generasi) dimana lagu yang terseleksi akan ditampilkan di depan calon produser dan label rekaman ternama di Indonesia Menyediakan skema untuk pemberian beasiswa atau dana hibah (termasuk sosialisasi melalui berbagai media, pendaftaran, seleksi oleh forum, pengumuman, pelaksanaan dan evaluasi program) dan menyediakan alokasi dana khusus bagi program pengembangan kapasitas dan kualitas diri para pelaku musik melalui program residensi dan festival musik di tingkal lokal maupun internasional seperti The Great Escape, Coachella, Summerfest, Lollapalooza, Fuji Rock, Big Day Out, St. Jerome Lanewat Festival dan lain sebagainya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Pemuda dan Olahraga Kementerian Perindustrian Kementrian Luar Negeri Kementerian Perdagangan Kementerian Pekerjaan Umum Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten X X X X 2017 TAHUN SASARAN 6: Meningkatnya keragaman dan kualitas karya musik lokal SASARAN/RENCANA AKSI X X 2018 X X 2019 134 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 4 3 Fasilitasi penyelenggaraan festival musik populer di kota-kota di Indonesia dengan membawa musisi-musisi ternama di dalam dan luar negeri Fasilitasi penghargaan karya musik nasional SASARAN/RENCANA AKSI d c Menyediakan alokasi dana dan tim khusus untuk penyelenggaraan festival musik populer di beberapa kota di Indonesia dengan membawa musisimusisi ternama di dalam dan luar negeri dengan harapan generasi muda di kota-kota tersebut mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendapatkan literasi musik secara umum Menyediakan alokasi dana dan tim khusus untuk menyelenggarakan kegiatan penghargaan karya musik nasional dengan melakukan seleksi di atas rilisan album setiap 6 bulannya di Indonesia dengan seleksi terpusat oleh dewan musisi (lintas genre dan generasi) serta dengan bekerjasama dengan berbagai media cetak dan elektronik untuk membantu proses sosialisasi dan pengumuman pemenang DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Pemuda dan Olahraga Kementerian Perindustrian Kementrian Luar Negeri Kementerian Perdagangan Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan InformatikaSeluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB 2015 X X 2016 X X 2017 TAHUN X X 2018 X X 2019 Lampiran 135 DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 2017 TAHUN 2018 Fasilitasi pendataan dan sosialisasi berbagai distributor dan toko musik baik untuk produk fisik maupun digital di dalam negeri dengan cakupan nasional maupun internasional secara berkala Fasilitasi dana hibah untuk mengikuti dan/atau membuat program pameran dagang skala nasional dan internasional yang bisa memperluas wawasan, jejaring dan cakupan usaha para pelaku usaha industri musik lokal 1 2 b a Menyediakan alokasi dana khusus untuk mengikuti pameran dagang yang ada (contoh: Canadian Music week, SXSW) dan/atau membuat program pameran dagang bersama dengan penyelenggara swasta yang sudah berpengalaman sebelumnya dimana pameran dagang tersebut bisa memperluas wawasan, jejaring dan cakupan usaha para pelaku usaha industri musik secara internasional dan nasional Menyediakan tim khusus untuk melakukan pendataan, sosialisasi dan pemutakhiran data dan kontak berbagai distributor dan toko musik baik untuk produk fisik maupun digital di dalam negeri dengan cakupan nasional maupun internasional secara berkala Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Luar Negeri Kementrian Keuangan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten X X X X X X X SASARAN 8: Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya musik di dalam dan luar negeri SASARAN/RENCANA AKSI X X 2019 136 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 Fasilitasi pembuatan national music chart setiap bulannya berdasarkan data penjualan produk musik nasional dengan bekerjasama dengan berbagai asosiasi yang ada di industri musik Fasilitasi tur musik bagi musisi Indonesia yang berprestasi di beberapa negara di dunia 5 Fasilitasi komunikasi dengan KBRI di setiap negara di dunia untuk membuka peluang musisi Indonesia bisa memasarkan karyanya di negara-negara yang mereka ampu 4 3 SASARAN/RENCANA AKSI e d c Menyediakan alokasi dana dan seleksi khusus untuk memfasilitasi tur di beberapa negara bagi musisi Indonesia yang berprestasi atas dasar seleksi akan prestasi dan kontribusi terhadap dunia musik Indonesia Mendorong badan advokasi musik bekerjasama dengan berbagai label rekaman dan media cetak serta elektronik untuk membuat national music chart setiap bulannya Mendorong KBRI di setiap negara untuk membuka peluang bagi pelaku musik Indonesia untuk bisa memasarkan karya dan usahanya di negara-negara yang mereka ampu dengan cara ikut aktif menginformasikan, mengundang dan mempromosikan keberadaan karya, musisi dan usaha musik yang ada di Indonesia dengan mengikuti program seperti festival dan pameran dagang di negara yang mereka ampu DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Luar Negeri Kementrian Keuangan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Luar Negeri Kementrian Pemuda dan Olahraga PENANGGUNGJAWAB 2015 X X 2016 X X 2017 TAHUN X X X 2018 X X X 2019 Lampiran 137 DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 2017 TAHUN 2018 Fasilitasi kerjasama dan kolaborasi antara para produsen alat musik dan piranti lunak lokal dengan para pelaku industri musik untuk melakukan diversifikasi dan inovasi produk berdasarkan kebutuhan yang ada Fasilitasi pemerataan penggunaan internet di seluruh pelosok Indonesia 1 2 b a Mendorong pemerataan internet di seluruh pelosok indonesia dengan penyediaan DNA-P (Device, Network, Application dan Platform) dan penyediaan internet WIFI di tempattempat strategis Menyediakan alokasi dana khusus dan skema untuk pemberian dana insentif (termasuk sosialisasi melalui berbagai media, pendaftaran, seleksi oleh forum, pengumuman, pelaksanaan dan evaluasi program) serta membuka peluang matchmaking dengan investorinvestor dan calon pemberi dana dari pihak lain (yang sudah didata terlebih dahulu oleh tim dari badan advokasi) bagi inovasi pembuatan alat musik maupun piranti lunak yang solutif bagi industri musik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Luar Negeri Kementrian Keuangan Bank Indonesia Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Badan Penanaman Modal X X X X X SASARAN 9: Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif SASARAN/RENCANA AKSI X X 2019 138 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 3 Fasilitasi pembenahan ruang publik untuk berbagai kegiatan musik di setiap kota di Indonesia SASARAN/RENCANA AKSI c Mendorong pemerintah daerah untuk mengalokasikan dana dan melakukan pembenahan ruang publik dengan internet berkecepatan tinggi dengan fasilitas yang lengkap untuk diskusi publik, produksi musik, latihan live performance dan pentas musik di beberapa kota di Indonesia DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kementerian Pemuda dan Olahraga Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB X 2015 X 2016 X 2017 TAHUN X 2018 X 2019 Lampiran 139 DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 2017 TAHUN 2018 1 Fasilitasi pembiayaan untuk penelitian mengenai pengembangan teknologi untuk industri musik a Menyediakan alokasi dana khusus dan skema untuk pemberian dana insentif (termasuk sosialisasi melalui berbagai media, pendaftaran, seleksi oleh forum, pengumuman, pelaksanaan dan evaluasi program) untuk program penelitian pengembangan teknologi untuk distribusi digital, pengarsipan dan pendataan produk musik digital dan model bisnis baru untuk industri musik Indonesia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten Badan Penanaman Modal X X X SASARAN 10: Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif SASARAN/RENCANA AKSI X 2019 140 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 3 2 Fasilitasi pembiayaan untuk penciptaan piranti lunak musik yang bisa mempermudah para musisi Indonesia menciptakan karya musik Fasilitasi subsidi untuk pembelian piranti musik (lunak maupun keras) bagi pelaku industri musik yang berprestasi, studio-studio rekaman, ruang publik dan komunitas-komunitas musik di daerah SASARAN/RENCANA AKSI c b Menyediakan alokasi dana khusus dan skema untuk pemberian dana insentif (termasuk sosialisasi melalui berbagai media, pendaftaran, seleksi oleh forum, pengumuman, pelaksanaan dan evaluasi program) untuk program penciptaan piranti lunak musik yang bisa mempermudah para musisi Indonesia menciptakan karya musik Menyediakan alokasi dana khusus dan skema untuk pemberian subsidi pembelian piranti musik untuk produksi musik (termasuk pendataan kebutuhan dan prioritas, seleksi, mekanisme pemberian subsidi dan evaluasi pelaksanaan program) bagi pelaku industri musik yang berprestasi, studio-studio rekaman, ruang publik dan komunitas-komunitas musik di daerah DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementrian Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kementerian Pemuda dan Olahraga Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB 2015 X X 2016 X X 2017 TAHUN X X 2018 X X 2019 Lampiran 141 DESKRIPSI RENCANA AKSI PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 2017 TAHUN 2018 Mengawasi pelaksanaan regulasi mengenai hak cipta di lapangan bekerjasama dengan Kemenkumham Harmonisasi-regulasi pajak pertambahan nilai atas penyerahan produk rekaman suara 1 2 b a Mendorong dibentuknya suatu sistem penatausahaan PPN yang lebih sederhana dan dilakukannya peningkatan pembinaan dan pengawasan untuk meminimalisir penyimpangan dengan cara memaksimalkan penyuluhan, dan penegakan hukum Berperan aktif dalam memastikan terlaksananya regulasi mengenai hak cipta bekerjasama dengan Kemenkumham, selain itu secara gencar melakukan sosialisasi mengenai isi dari pembaharuan regulasi terutama yang memberikan pengaruh besar terhadap industri musik Kementerian Keuangan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kementerian Keuangan Kementerian Perdagangan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Perindustrian Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kepolisian RI Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten X X X X X X SASARAN 11: Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik SASARAN/RENCANA AKSI X X 2019 142 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 Harmonisasi-regulasi penyelenggaraan program kesenian/festival oleh pemerintah Harmonisasi-regulasi penyelenggaraan jasa penyediaan konten pada jaringan bergerak seluler dan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas d c Mendorong diciptakannya suatu skema yang memudahkan perijinan untuk pelaku industri musik melakukan penyelenggaraan program kesenian/ festival Berperan aktif memantau berjalannya Penyelenggaraan Jasa Penyediaan Konten Pada Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel Dengan Mobilitas Terbatas dengan sebaik-baiknya DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Perdagangan Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Perdagangan Kementerian Perindustrian Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB X X 2015 X X 2016 X X 2017 TAHUN X X 2018 1 Fasilitasi kerjasama antara Kemenparekraf dengan Kemenkumham dalam mengintegrasikan kegiatan pendaftaran karya musik secara satu pintu melalui lembaga yang ditunjuk a Melakukan sosialisasi mengenai sistem pendaftaran karya musik secara satu pintu melalui lembaga yang ditunjuk kepada para pelaku industri musik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Luar Negeri Kementrian Keuangan X X SASARAN 12: Terciptanya lembaga yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri musik 4 3 SASARAN/RENCANA AKSI X X X 2019 Lampiran 143 Fasilitasi pembuatan pusat pengarsipan musik Indonesia b Menyediakan tim khusus, alokasi dana khusus dan skema untuk pengarsipan musik, sosialisasi sistem pengarsipan, pengembangan kapasitas pengelola pengarsipan, pusat penyimpanan data, dan perpustakaan industri musik (Join Katalog Online) yang terhubung dan terintegrasi DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Luar Negeri Kementrian Keuangan PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 X 2017 TAHUN X 2018 Fasilitasi pendataan dan sosialisasi berbagai penghargaan-penghargaan yang ada di dunia Internasional Fasilitasi pembiayaan untuk proyek kolaborasi musisi Indonesia dan internasional 1 2 b a Menyediakan alokasi dana khusus dan skema untuk pemberian dana insentif (termasuk sosialisasi melalui berbagai media, pendaftaran, seleksi oleh forum, pengumuman, pelaksanaan dan evaluasi program) bagi para pelaku industri musik yang memiliki proposal proyek kolaborasi antara musisi Indonesia dan internasional Melakukan pendataan berbagai penghargaan-penghargaan yang ada di dunia Internasional dan mensosialisasikannya kepada pelaku musik di Indonesia melalui berbagai media, seperti website (badan advokasi), media sosial dan jejaring media cetak dan elektronik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Luar Negeri Kementrian Keuangan Seluruh Kementerian dan Lembaga Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten X X X X X X X SASARAN 13: Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/ wirausaha/usaha lokal di dalam dan luar negeri 2 SASARAN/RENCANA AKSI X X X 2019 144 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 Fasilitasi sosialisasi kepada para musisi Indonesia untuk mendistribusikan karyanya ke dunia Internasional melalui berbagai jalur distribusi digital c Menyediakan alokasi dana khusus untuk program sosialisasi seperti diskusi dan seminar mengenai beragam alternatif distribusi digital, bekerjasama dengan para distributor digital nasional dan internasional DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kementrian Perdagangan Kementrian Perindustrian Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB X 2015 X 2016 X 2017 TAHUN X 2018 1 Fasilitasi sosialisasi mengenai pentingnya pendaftaran lisensi musik kepada pelaku industri musik di seluruh kota di Indonesia a Menyediakan alokasi dana khusus untuk program sosialisasi seperti diskusi dan seminar dan sosialisasi melalui berbagai media cetak dan elektronik spesifik musik mengenai pentingnya pendaftaran lisensi musik kepada pelaku industri musik di seluruh kota di Indonesia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten X X X SASARAN 14: Meningkatnya apresiasi terhadap Hak Cipta 3 SASARAN/RENCANA AKSI X X 2019 Lampiran 145 Meningkatkan layanan pendidikan dan layanan informasi Hak Cipta kepada masyarakat Fasilitasi harmonisasipenertiban para pelanggar Hak Cipta khususnya untuk produk musik dengan bantuan institusi yang terkait 2 3 SASARAN/RENCANA AKSI c b Berperan aktif dalam memantau pelaksanaan UU Hak Cipta termasuk terhadap kinerja pemangku kepentingan yang berkewajiban melakukan penertiban terhadap pelanggaran Hak Cipta Menyediakan alokasi dana khusus untuk program sosialisasi mengenai pentingnya penghargaan atas Hak Cipta melalui berbagai program (festival musik, bazzar, seminar) dan media cetak dan elektronik DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Seluruh Kementerian dan Lembaga Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 X X 2017 TAHUN X X 2018 X X 2019 146 Ekonomi Kreatif: Renana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015–2019 4 Fasilitasi untuk membuat standar kontrak bisnis standar yang menghargai Hak Cipta orang kreatif dan pemberian penghargaan terhadap pelaku bisnis yang taat hukum atas penggunaan karya musik SASARAN/RENCANA AKSI d Bekerjasama dengan Lembaga Manajemen Kolektif untuk memperkuat landasan interaksi bisnis antara perusahaan dengan insan kreatif berupa kontrak bisnis standar yang menghargai Hak Cipta dan pemberikan penghargaan terhadap pelaku bisnis yang taat hukum atas penggunaan karya musik dengan melakukan pemantauan kegiatan transaksi lisensi musik yang dilakukan antara para pengguna (pelaku bisnis) dengan Lembaga Manajemen Kolektif secara berkala DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kepolisian Negara Republik Indonesia Kementerian Perdagangan Kementerian Perindustrian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 X 2017 TAHUN X 2018 X 2019 Lampiran 147 5 Fasilitasi pendaftaran Hak Cipta yang mudah dan terjangkau SASARAN/RENCANA AKSI e Menyediakan suatu skema pendaftaran Hak Cipta yang mudah dan terjangkau melalui sistem yang terintegrasi (misalkan melalui portal khusus) DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Badan Pengkajian Penerapan Teknologi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Perindustrian Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Negara Lingkungan Hidup Kementerian Kehutanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten PENANGGUNGJAWAB 2015 2016 2017 TAHUN X 2018 X 2019