Panduan Teknis Jernang (Daemonorops.Sp) TANAMAN KONSERVASI Bernilai Ekonomi Tinggi Provil Deskriptif Teknik Budidaya Analisis Usaha Rotan Jernang Gambaran Umum ‘’Indonesia dengan letak geografis berada di garis khatulistiwa tergolong sebagai Negara berhutan hujan tropika basah dan dukungan iklim, curah hujan serta intensitas cahaya matahari yang panjang, secara biologis sangat menguntungkan dan menghasilkan peluang untuk terbentuknya ragam biodiversity tumbuhan. Dunia mengakui bahwa Indonesia sangat kaya akan ragam jenis tumbuhan, sehingga dikatagorikan sebagi Negara mega biodiversitas flora ke dua (2) setelah Brazil. Selain tumbuhan penghasil kayu, dalam kawasan hutan terdapat ragam jenis tumbuhan yang dikelompokan sebagai tumbuhan penghasil non kayu, salah satu kelompok jenis diantarany adalah “ROTAN”. Rotan, tergolong hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan hingga saat ini dunia mengakui bahwa Indonesia merupakan Negara penghasil rotan terbesar. Sementara ini diketahui bahwa Indonesia memiliki sebanyak 316 jenis rotan berasal dari genus : Calamus, Daemonorops, Ceratolobus, Comera, Plectocomia, Plectocomiopsis, Khorthalsia, Miralepis, Onecocalamus dan Bejaudin. Harga saat ini rotan dikenal hanya bentuk produk berupa batang dengan ragam jenis dan sebagai besar memiliki peruntukan sebagai bahan baku industri tikar, lampit, barang anyaman, beberapa jenis barang kerajinan serta ornament perlengkapan rumah tangga dan berbagai jenis dalam beberapa desain produk membeler (furniture). Produk komoditas rotan yang telah dilupakan dan akhir-akhir ini menjadi perhatian dunia adalah produk turunan dari buah rotan yang dapat menghasilkan produk berupa getah. Produk getah yang sejak masa penjajahan Belanda telah diketahui adalah getah jernang yang lebih dikenal dengan nama “darah naga” dan dalam perdagangan internasional dikenal sebagai “ dragond blood “. Getah jernang dahulu dikenal sebagai bahan baku pewarna dalam industri proselin, marmer dan bahan penyamak kulit. Saat ini getah jernang memiliki nilai prosfektif pula juga sebagai bahan baku industri obat herbal dalam penanganan penyakit pendarahan (blooding) dan penyembuhan luka dalam dan luka luar. Diakui bahwa potensi produksi getah jernang tergolong semakin langka dan nilai kelangkahan bias disebabkan oleh pola produksi yang tidak lestari. Masyarakat suku kubu di Sumatera dan suku Dayak di Kalimantan telah lama memanfaatkan getah jernang sebagai bahan pewarna pakaian dan perlengkapan perang. Namun karena pemolahan produksi tidak disertai upaya penanaman kembali, serta penananman yang dilakukan dengan cara memotong batang, mengakibatkan kelestarian produksi tidak terjamin. Diskripsi Jenis : Pada dasarnya hamper semua jenis rotan pada fase sekitar 2-3 bulan sebelum buah masak, pada kulit buah rotan memiliki kandungan getah jernang yang dapat diperoleh dengan cara menggoyang buah dalam tapisan. Berdasarkan kajian lapang, produksi getah jernang optimal berasal dari kelompok jenis rotan genus Daemonorops dengan jenis rotan penghasil dari Daemonorops draco, D. micracantha, D. didymophylla, D.draconcellus dan D. mattanensis. Dari ke 5 jenis pohaon penghasil getah jernang tersebut, jenis Daemonorops draco (jernang pulut) merupakan jenis rotan penghasil getah jernag yang potensial serta bernilai komersial tinggi Profil Tanaman Tentang Tanaman Jernang Jernang adalah jenis tanaman rotan. Menurut Puslitbang PHKA Dephut RI, Jernang hanya terdapat di 3 (tiga) negara di dunia yaitu Indonesia, Malaysia dan Indonesia, Malaysia dan India. Indonesia memiliki potensi jernag terbesar yaitu di sumatera (Aceh dan Jambi) dan Kalimantan. Studi LSM Gita Buana tahun 2008, mengindentifikasikan pada saat ini populasi jernag di Jambi terpusat pada Kawasan Konservasi yaitu TN Bukit Duabelas, TN Bukit Tigahpuluh, TN Kerinci seblat, dan Kawasan Resortasi Ekosistem (Bukit Bahar-Tajau Pecah). Daerah Penyuplai Jernang tersebar pada 6 Kabupaten (Batanghari, Sarolangun, Merangin, Tebo, Bungo, dan Tanjabbar), serta 10 Kecamatan. Rata-Rata volume perdagangan mencapai 1,5 ton/bulan. Jika pemanfaatan rotan umumnya adalah dari batang maka pemanfaatan jernang adalah dari resain yang terdapat pada buahnya. Komponen utama dari resain jernang adalah draco resinolanol 56%), dracoresen (11%), draco-alban (2,5%), asam benzoate dan asam bensolaktat. Kegunaan utama dan jernang adalah : 1. Sebagai pewarna venis untuk bahan yang terbuat dari kramik, mamer, batu, kayu, rotan, bamboo, kertas, tinta, batik, dll. 2. sebagai bahan baku farmasi (obat diare, disentri, pembeku darah karena luka,dll) Jernang adalah komuniti ekspor yang dalam istilah perdagangan internasional dikenal dengan nama Dragon Bloods (Darah Naga), banyak dikonsumsi untuk bahan baku industri di China, Singapura dan Hongkong. Data dari Atase Perdagangan RI di Cina menyebutkan bahwa China membutuhkan 400 ton jernang tiap tahunnya, sejauh ini Indonesia baru mampu mengeksport kurang dari 27 ton per tahun. Mengapa Jernang Dikembangkan ? Tanaman Unggulan Lokal (TUL) Jambi yang bernilai Tinggi Nilai Ekonomi. Ditingkat local (di desa) harga jual berkisar Rp 350.000 – Rp 500.000 per KG (Tahun 2003 – 2005 perna mencapai Rp 1,2 Juta per KG). Permintaan di pasar internasional juga relative stabil dengan konsumen terbesarnya adalah china, hongkong dan singapure. Nilai Ekologi. Jernang butuh pohon sebagai tegakan (menjalar tapi tidak parasit). Sehingga membudidayakan jernang secara langsung juga melestarikan hutan. Nilai Sosial. Jernal dikenal sebagai peninggalan Nenek Moyang (Puyang) terutama Marga Bathin IX yang harus dilestarikan. Jernang kini telah langka …… A. Faktor Internal 1. Pengambilan dengan cara yang tidak berkelanjutan (ditebang). 2. Terbatasnya pengetahuan tentang teknik budidaya. 3. Meningkatnya kebutuhan kebutuhan lading untuk berlahan (humo) sehingga luas hutan yang didalamnya terdapat tanaman jernang makin berkurang. 4. Buah jernang yang diambil getahnya adalah yang masih setengah matang, sehingga tidak ada lagi buah jernang yang masak yang bisa dikembang menjadi bibit. B. Faktor Eksternal 1. Ekspansi lahan untuk pengambilan kayu ataupun perkebunan skala besar. 2. Ilegal login yang ikut memusnakan tanaman jernang di pohon. 3. Kebakaran hutan tahun 1997 yang tak saja memusnahkan tanaman jernang Profil Tanaman A. BUAH BIJI BAGIAN DALAM KULIT/DAGING BUAH KULIT BUAH JERNANG RESIN JERNANG YANG ADA DI LUAR KULIT B. AKAR System perakaran serabut dengan akar yang bergerak vertical sangt sedikit dibanding dengan akar yang bergerak sejajar dengan permukaan tanah, sehingga tumbuhan tidak dapat tegak seperto pohon. Agar tegaknya tumbuhan rotan dalam memperoleh cahaya sebagai sumber energi hidup (asimilasi) meka diperlukan pohon panjatan. Secara biologis rotan akan membentuk duri kait serta adanya sulur panjat (flagellum) sebagai alat untuk memanjat dan mengait pada percabangan pohon. Bagian akar khusus untuk kelompok jenis rotan berumpun, bagian akar akan membentuk calon batang (stalon). C. BATANG Dengan bentuk silindris beruas-ruas merata dan atau menonjol, tumbuhan tunggal (soliter) atau berumpun. Ukuran diameter batang rotan jernag lebih kecil dari rotan manau. D. DAUN Dengan sifat majemuk dan berpelepah menutupi permukaan rius batang membentuk tabung, pada masa pertumbuhan vegetatatif dan tumbuhan rotan dapat berdiri tegak, pada satuan daun bagian ke ujung akn termodifikasi menjadi duri kait umtu bantu pohan dan tegaknya batang. Teknik Budidaya Pola Tanaman Jernang Cara persiapan Penanaman & Pemeliharaan di lapangan A. Memilih Lahan. Sesuai sifat fisiologis dan karakter fisik jernang, dibutuhkan lahan yang memiliki satuan jumlah pohon yang akan berperan sebagai tegakan. Idealnya tipe lahan yang dibutuhkan seperti : 1. Hutan primer 2. Hutan sekunder atau hutan bekas tebangan tapi masih memiliki pohan sebagai tegakan 3. Hutan Tanaman Kayu Pertukaran, setelah pohon berumur sekitar 7 – 10 tahun dengan tinggi pohon sekitar 10 m 4. Hutan Tanaman/Kebun Rakyat, berumur 5-7 tahun memiliki tinggi pohon sekitar 10 m B. Penyiapan Lahan Lahan tidk perlu diolah secara intensif, cukup disekitar lobang tanam. Pertama, tentukan letak tanam dengan memperhatikan letak pohon calon rambatan, tempatkan ajir sebagai tanda titik tanam. Kedua, di sekitar titik ajir letak tanam, tanah diolah dan buat lobang tanam berukuran sekitar 30 X 30 X 30 cm, bila kesuburan lahan kurang baik, berikan pupuk kompos organik minimal 0,5 – 1 kg per satuan lubang tanam. C. Penanaman Penanaman dilakukan pada musim hujan, angkut bibit dari pesemaian ke lokasi areal tanam dan tempat kan bibit pada setiap lubang tanam. Lepas polybag dan usahakan tanah media tidak hancur. Tanaman bibit dengan pangkal calon batang sejajar dengan permukaan tanah. Bekas polybag tempatkan pada ujung ajir sebagai tanda bahwa lubang-lubang sudah ditanam. Hasil uji coba, dengan menanam kecambah benih berumur 50 hari lebih efektif dan efisien. Karena tidak dibutuhkan pemolahan bibit dan efien dana dalam penanamannya. D. Pemeliharaan Pemeliharaan intensif hingga mencapai umur 2 tahun, yaitu : Penyiangan. Gulma dibersihkan sekitar radius 0,5 m dan lakukan penggemburan tanah sekitar tanaman rotan, agar diperoleh rangsang laju tumbuh yang optimal. Pruning Pohon Perambat. Pemangkasan cabang pohon perambat dapat dilakukakan bila intensitas cahaya yang masuk kurang dari sekitar 80%. Setelah tanaman berumur 2-4 tahun tidak perlu memberikan perlakuan terhadap pohon perambat, biarkan rotan untuk mencari cahaya, karena laju tumbuh akan optimal bila penutupan tajuk pohon perambat tinggi dan rotan secara biologis akan mencari cahaya (= bertambahnya panjang batang) Proteksi Gangguan. Gangguan yang perlu diperhatikan adalah penyakit busuk leher batang pada semai dan bercak kecoklatan yang cukup serius, untuk itu lakukan proteksi dengan menghindari terladinya genangan sekitar titik tanam, atau lakukan penyemprotan fungisida interval 1 minggu. Hama yang perlu di waspadai adalah hama penggerak batang ( Rhychophorus dan Macrocyrus ) dan penggerak pucuk (Artono catoxantha) dan hama kumbang daun. Bila tanaman rotan jernang mendapat gangguan penggerak pucuk, dipastikan tanaman akn mati dan atau terhambat tumbuh. Jernang (Daemonorop, SP) Tanaman Hutan Non Kayu yang Memiliki Nilai Ekonomi dan Konservasi Tinggi Teknik Budidaya I. Teknik Budidaya Jernang Melalui Pencangkotan Persiapan : 1. Rumpun jernang yang akan dicangkok sebaiknya adalah pohon yang belum punya daun dan kelihatan calon akarnya (mirip bisul), tentu saja serbelumnya sudah diletahui bahwa rumpun jernang adalah betina. Misalnya, rumput tersebut sudah pernah diambil buahnya. 2. Polybag diisi sebuah pohon yang usianya kira-kira 1 tahun. (masyarakat Sepintum menyebutnya “batang buruk”). Jika diisi dengan tanah hasilnya kurang baik karena didalam plastik, tanah akan semakin padat dan mengeras sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan akar jernang. Jika serbuk kayu sulit ditemukan, tanah pasir bias juga digunakan. Sebaiknya dipilih tanah yang tidak mengeras didalam polybag yang ditinggalkan dalam waktu beberapa bulan Tahapan pencangkokan : 1. Setelah menemukan pohon jernang yang akan dicangkok, polybag yang telah diisi serbuk kayu diletakan dibawah bakal calon jernang berbentuk bisul, kirakira 15 hari, akar akan masuk kedalam polybag. 2. Setelah akar masuk kedalam polybag, akar dipotong tidak sampai putus kerena makanan dari calon bibit masih menumpang pada indukan. Satu minggu kemudian baru bisa diputus total. Setelah bulan sudah dapat dipindahkan ke lokasi pembibitan (tinggi akar sekitar 10 cm). Penanaman bibit juga harus menghindari tempat terbuka/terang. 3. Ketika memindahkan dari tanaman induk, sebaiknya bagian atas polybag diikat agar serbuk kayu tidak buyar. Kemungkinan 70 % cangkokan dapat hidup jika ditanam pada musim hujan (kira-kira bulan Oktober) dan di alam kawasan hutan yang lebat atau teduh. Keuntungan dari sistem cangkok adalah dari awal pembibitan sudah diketahui bahwa yang dicangkok adalah jernang betina. II. Melalui Biji Jernang Diperkirakan 80% akan berhasil jika dilakukan dengan baik. Kendala dari proses ini adalah dari jenis biji jernang jantan atau betina belum bisa diketahui. 1. Ketika memanjat pohon untuk mengambil buah jernang sebaiknya menggunakan pengait, dan tidak menebang pohon jernangnya. Alat pengait bisa dibuat sendiri dengan bahan kayu dan lilitan rotan. 2. Setelah buah jernang didapat, untuk mendapatkan biji yang akan dijadikan bibit harus melalui proses pengambilan getah dulu. Bahan-Bahan yang diperlukan adalah : Ambung (Sejenis kerangjang yang terbuat dari rotan) Alat pengguncang yang terbuat dari kayu dan bagian penguncangnya berbentuk bintang laut. Katu untuk pengganjal ambung pada saat proses pemisahan getah/lulun dari biji jernang Tahapan proses pemisahan getah jernang sebagai berikut : Jernang dimasukan kedalam ambung. Etika mengguncang, posisi ambung diatas kayu guncangan, lakukan pada waktu subuh, dimana hembusan angin agak berkurang dan berada ditempat tertutup. Angin bisa membuat serbuk getah (luluh) jernang berterbangan. Untuk mendapatkan getah yang maksimal, sebelum diguncang buah jernang yang diambil dari pohon dijemur terlebih dahulu kemudian didinginkan semalam supaya getah tidak lengket di buah. Warga lamban sigatal dan sepintum menyebut proses ini lesu. Proses akhir dari pengambilan getah, buah jernang yang sudah di guncang dan diambil getahnya bisa juga bijinya direndam dengan cairan methanol akar menyatu dengan tanah agar tidak mati. Jauhkan dari sinar matahari. Teknik Budidaya 3. Tahapan proses pembibitan dengan biji. Kulit (luluh) yang masih melekat di buah jernang harus dibuang terlebih dahulu sampai bersih. Biji yang bewarnah hitam adalah biji yang paling bagus untuk dijadikan bibit. Jika biji yang dijadikan bibit banyak, untuk membuang lulun dapat menggunakan pasir. Pasir dan biji jernang diremas-remas lalu dimasukan kedalam ambung, kemudian disiram dengan air hingga biji benar-benar bersih dari luluh. Setelah lulun jernang bersih, kemudian airnya dibuang kemudian biji dijemur sampai agak kering kira-kira 5 menit. Biji direndam dengan cairan atonik selama 48 jam (1 liter air ± 10 cc cairan atonok untuk 1.000 biji). Biji jernang diambil lalu disiram dengan air dan ditiriskan serta dijemur 5 menit. Selain atonik, bisa juga digunakan air kelapa tua, direndam selama 2 x 24 jam pertama air kelapa diganti dengan yang baru. Setelah kering bibit disimpan dalam plastik tertutup ukuran 2 kg (maka 200 biji), jangan sampai ada udara yang masuk karena akan mengganggu pertumbuhan bibit. Letakkan dengan posisi tergantung dan tidak terkena sinar matahari. Bibit akan berkecambah kira-kira 27-40 hari. Jika biji disirip atau dicungkili matanya sebelum direndam atonik, waktu 15 hari sudah bisa berkecambah Kecambah jernang bisa dipindahkan kedalam polybag setelah mencapai usia 8 bulan Untuk hasil yang lebih baik, ukuran bibit kira-kira sepanjang ibu jari baru dipindahkan kedalam polybag dengan posisi kecambah yang bewarna putih diatas. Pemindahan bibit dari plastic ke polybag biasanya menunggu bibit tumbuh daun seperti jarum, dengan ukuran kira-kira 5 cm dan berusia ± 2 bulan. Jika sudah dimasukan ke dalam polybag, bibit harus benar-benar dikontrol terus sampai akar menyatu dengan tanah agar tidak mati. Jauhkan dri sinar matahari III. Melalui Anakan Tanaman Jernang Persentase keberhasilan pembibitan jernang dengan anakan diperkirakan hanya 50 %, inipun sulit jika tidak dirawat dengan pemberian pupuk dan penyiraman. Proses pengambilan anakan Persentase tumbuh dipengaruhi oleh jarak tempuh antara sumber bibit dan lokasi Anakan lebih baik diambil dengan tanahnya. Gunakan karung goni yang agak basah untuk membawa anakan. Daun harus dipotong. Ketika dicabut dari tanah, biasanya daun akan layu dan merambat ke pelepah sehingga anakan jernang tidak bisa hidup. Jika posisi anakan jernang jauh dari desa, anakan bisa diambil dengan cara dicabut, namun akarnya jangan sampai putus. Kemungkinan tumbuh hanya sekitar 50 %. Tanah untuk media tanam sebaiknya dicampur dengan sekam agar lebih gembur dan akar bisa lebih cepat berkembang. Hindari penggunaan tanah liat. Akan lebih baik jika dicampur dengan pupuk kandang atau NPK. Bisa juga dibe perangsang daun. Dalam musim hujan bibit jernang cukup disiram dengan 3 hari sekali. Pada musim panas, jauhkan bibit dari sinar matahari langsung. Tiap 15 hari media tanam harus digemburkan. Biasanya tunas akan tumbuh seminggu setelah dipindahkan ke polybag. Pengambilan bibit yang kurang cermat akan menyebabkan anakan mati. Dibutuhkan waktu 5-6 bulan agar bibit bisa ditanam. Hal ini ditunjukan dengan tumbuhnya daun dan duri di pelepah. Analisi Usaha Tani Jernang Pasca Panen Tabel Analisis Usahatani Jernang PREDIKSI BIAYA PRODUKSI JERNANG PER HEKTAR Item Biaya Biaya Pembibitan Unit Durasi Satuan Jlh Harga Polybag Bibiy (biji) Atonik Pengisian ke Polybag Plasti kaca Total 6 3 1 500 1 1 1 1 1 1 Kg Kg Botol Buah Kg 6 3 1 500 1 15.000 100.000 50.000 100 8.000 90.000 300.000 50.000 50.000 8.000 1 1 1 1 1 1 Ha Ha Ha 1 1 1 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 Biaya Persiapan Lahan Upah Pembersihan Lahan Upah Ajir dan lobang tanam Upah penanaman Biaya Perawatan Lahan Penyiangan Selama 6 Tahun Pupuk Kandung/Kompos Kawat duri 1 500 500 6 2 0,5 Ha Kg Meter 6 2 500 250.000 1.500.000 2.000.000 4.000.000 1.500 750.000 10 15 1 1 1 1 Unit Uniy Unit 10 15 1 190.000 1.900.000 10.000 150.000 300.000 300.000 1 1 Paket 1 500.000 Peralatan Gerobak Dorong Tembilang Sprayer Mesin Pompa Air (komplit pipa, selang, stick) Total Biaya Produksi 500.000 9.598.000 Catatan : Analisis ini dibuat oleh Kelompok Budidaya Jernang Bangkok Koneng Jaya (BKJ) Desa Lamban Sigatal Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun. Biaya bisa berubah sesuai dengan perubahan harga bahan. Komponen biaya pemupukan belum dihitung karena belum diketahui dosis yang efektif. Pasca Panen Teknik Pasca Panen & Analisis Usaha Jernang A. Mengenal Resin/Getah Jernang Berwarna merah batah Berbentuk serbuk (seperti tepung) ketika di ekstraksi dan akan mengeras (membantu) sekitar 30-60 menit jika dimasukkan kedalam plastik (dipadatkan) Komponen utamanya draco resinolanol (56%), draco-alban (2,5%), asam benzoate dan asam bensolakat. Ekstraksi Kering Alat-alat yang digunakan : Penyuluk, sejenis galah dari kayu. Tapan, sejenis keranjang rotan. Ambung, sejenis keranjang rotan. Sumpit, tikar pengganti plastik. Proses Ekstraksi : Tangkai rumpun dijuluk pakai penyuluk, Tandan (tingkil) yang didapat dimasukan kedalam tapn, Tandan (tingkil) buah jernang dipetik/dipetil, Buah yang dipetik itu dimasukan kedalam ambung lalu diguncang/ditumbuk dengan tekanan yang yidak terlalu keras, Hasil pengguncangan berupa getah/serbuk ditampung dalam sumpit. Ekstraksi Basah Ekstraksi ini menggunakan media air. Buah rotan jernang dimasukan dalam wadah berisi air, selanjutnya diaduk dan ditumbuk. Jernang akan rontok dan mengendap. Endapan jernang dipisah dan dikeringkan PREDIKSI HASIL PRODUKSI PERKEBUNAN JERNANG PER HEKTAR Umur (Th) Jumlah rumpun Batang Cabang ke 7 - 11 ke 12 - 16 diatas 17 thn 300 Jumlah Tandan Total Lulun/Resin(Kg) Hasil per tahun Panen Raya Panen Selang Total Rp. 300.000/Kg 300 1.500 30 15 45 13.500.000 3 900 4.500 90 45 135 40.500.000 9 2700 13.500 270 135 405 121.500.000 Asumsi Satu hektar lahan ditanami jernang 500 rumpun, terdapat 60% (300 rumpun) jernang betina (yang menghasilkan buah) Satu rumpun jernang betina akan mengalami pertambahan batang pada umur 7–11 tahun sebanyak 3 batang, dan pada umur diatas 12 tahun masing-masing batang akan bercabang 3, sehingga satu rumpun jernang bisa memiliki 9 batang Setiap batang jernang rata-rata menghasilkan 5 tandan buah Satu kilogram resin/getah (lulun/meson) didapatkan dari ekstraksi ratarata 5 tandan Dalam satu tahun, jernang dipanen 2 kali yaitu panen raya dan panen selang. Pada panen selang memperoleh hasil