Analisa Tanggapan Frekuensi Akibat Masuknya Distributed..........................................Teuku Hasannuddin ANALISA TANGGAPAN FREKUENSI AKIBAT MASUKNYA DISTRIBUTED GENERATION PADA SISTEM INTERKONEKSI JAMALI Teuku Hasannuddin1 1 Dosen Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Analisa stabilitas dinamik menyangkut tanggapan frekuensi akibat adanya distributed generation pada sistem interkoneksi Jamali dilakukan untuk mengetahui tanggapan frekuensi dari masing-masing pembangkit sebelum dan setelah pemasangan distributed generation bila terjadi pelepasan beban dalam rentang waktu satu detik dari detik kedua sampai dengan detik ketiga sebesar 20% pada setiap bus. Dampak pemasangan distributed generation pada sistem interkoneksi Jamali dengan tingkat penetrasi sebesar 20% dari jenis generator sinkron bila terjadi pelepasan beban dalam rentang waktu satu detik dari detik kedua sampai dengan detik ketiga sebesar 20% pada setiap bus menunjukan perbaikan tanggapan frekuensi dari seluruh pembangkit berupa penurunan frekuensi maksimum antara 0,16 - 0,37 Hz dan kenaikan lamanya osilasi dan settling time untuk seluruh pembangkit berkisar antara 20,3 - 22,17 detik dan 12,65 - 14,51 detik. Kata kunci: distributed generation, frekuensi, settling time I. Yongning dkk (2006) meneliti mengenai kestabilan tegangan pada generator dengan penggerak mulanya turbin angin yang dihubungkan pada jaringan transmisi 220 kV. Dari penelitian tersebut menunjukan bahwa karakteristik dari stabilitas tegangan turbin angin jenis Doubly Fed Induction Generator (DFIG) lebih baik dari jenis Induction Generator (IG) dimana turbin angin jenis Doubly Fed Induction Generator (DFIG) memiliki tegangan pemulihan yang lebih baik dari jenis Induction Generator (IG) pada rating yang sama. Syukriyadin dan Gunadin (2005) menyimpulkan bahwa untuk kasus sistem Jawa-Bali 500 kV bus 15 (Pedan) adalah merupakan bus yang terlemah. Sehingga untuk meningkatkan kestabilan sistem dan perencanaan pengembangan sistem kedepan maka pada bus ini sebaiknya dipasang peralatan kompensasi daya reaktif (Compensator, SVC, Statcom dan lain-lain). Syahrizal dkk (2005) juga menyatakan bahwa kestabilan dinamik sistem tenaga dapat ditingkatkan dengan melakukan metode kontrol umpan balik yang optimal. Dimana bila tejadi gangguan sistem lebih cepat mencapai konvergen dengan overshoot yang rendah. Zulfikar (2004) dengan adanya penerapan Power System Stabilizer (PSS) sebagai konpensasi untuk memperbaiki watak stabilitas sistem tenaga terhadap pelepasan beban dengan mengamati perubahan sudut rotor, tegangan dan daya elektrik. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemasangan Power System Stabilizer (PSS) memberikan pengaruh terhadap redaman waktu osilasi sebesar 50% - 64% dan overshoot sebesar 0 0.13%. Mithulananthan dkk (2004) meneliti tentang peletakan distributed generation akan dapat mengurangi rugi-rugi daya pada jaringan bila peletakan dan ukuran dari dari generator tersebut PENDAHULUAN Distributed generation bukanlah konsep baru, namun telah lama dikenal dalam dunia sistem ketenagalistrikan yang ditandai dengan Total Energy percobaan sekitar tahun 1960. Yang mana Distributed generation adalah suatu konsep sistem tenaga listrik yang tidak terpusat. Di beberapa wilayah atau negara distributed generation dikenal dengan istilah yang berbeda-beda, seperti negaranegara Anglo-Saxon dikenal dengan embedded generation, di Amerika bagian utara dikenal dengan dispersed generation, dan di Eropa serta sebagian Asia dikenal dengan decentralised generation (Knazkins, 2004). Penelitian ini merupakan sebuah simulasi mengenai tanggapan frekuensi pada sub sistem 500 kV interkoneksi Jamali dengan adanya penambahan distributed generation. Pengamatan dilakukan terhadap semua pembangkit yang terhubung pada sub sistem 500 kV interkoneksi Jamali yaitu pembangkit Suralaya, Paiton, Cirata, Gresik, Sanguling, Grati, Tanjung Jati, dan Muara Tawar akibat adanya penambahan distributed generation dari jenis generator sinkron dengan tingkat penetrasi sebesar 20% pada saat terjadi gangguan berupa pelepasan beban sebesar 20%. II. TINJAUAN PUSTAKA Hasannuddin (2010) dampak pemasangan distributed generation pada sisten interkoneksi Jamali dengan tingkat penetrasi sebesar 20% dari jenis generator sinkron bila terjadi pelepasan beban dalam rentang waktu satu detik dari detik kedua sampai dengan detik ketiga sebesar 20% pada setiap bus menunjukan perbaikan tanggapan tegangan dari seluruh pembangkit berupa penurunan tegangan maksimum antara 0,00 - 0,020 pu. 9 Jurnal Litek Volume 8 Nomor 1, Maret 2011: hal. 9-13 sesuai dengan kondisi sistem tersebut. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan pengurangan rugi-rugi daya sebesar 80,72% dari total rugi-rugi sebesar 386,5 kW. Knazkins (2004) distributed generation memungkinkan memberi pengaruh terhadap sistem tenaga listrik pada pengoperasian, kendali dan stabilitas bila perbandingan penetrasinya besar. Dampak tersebut dapat berupa rugi-rugi pada jaringan, kualitas daya, hubung singkat yang berpengaruh terhadap proteksi dan stabilitas sistem. Pengaruh dari distributed generation pada sistem tenaga listrik selain sangat ditentukan oleh tingkat penetrasinya juga sangat ditentukan oleh teknologi dan model pengoperasian dari distributed generation tersebut. Jika ukuran dan penempatan dari distributed generation tersebut sesuai, maka akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kontrol, operasi dan stabilitas sistem tenaga listrik tersebut. tersebut bervariasi tidak hanya dari generator sinkron tetapi lebih meluas kepada generator asinkron dan pembngkit listrik tanpa mesin berputar seperti solar cell. Desentralisasi sistem tenaga listrik disebut juga dengan sistem distribusi aktif, karena pada sistem distribusinya dihubungkan pembangkit energi listrik. Gambar 2 menunjukan desentralisasi sistem tenaga listrik. Sentralisasi dan desentralisasi Gambar 2. Desentralisasi sistem tenaga listrik (distribusi aktif) Sentralisasi pada awalnya merupakan pemusatan pembangkit energi listrik dan pegoperasiannya pada satu titik atau satu wilayah. Sejalan dengan perkembangan sistem tenaga listrik pengertian sentralisasi menjadi meluas, yaitu sistem tenaga listrik dengan pembangkit energi listriknya berkapasitas besar yang dihubungkan pada sistem tegangan tinggi atau sistem transmisi. Sistem seperti ini disebut juga dengan sistem distribusi pasif. Penyebutan sistem distribusi pasif karena tidak ada pembangkit energi listrik yang dihubungkan pada sub sistem tegangan menengah atau sistem distribusi. Gambar 1 menunjukan sentralisasi sistem tenaga listrik. Teknologi distributed generation Teknologi distributed generation dapat berupa dari jenis turbin angin, fuel cell, sel surya, dan mikro turbin. Tabel.1 berikut ini menunjukan teknologi dan daya dari distributed generation. Tabel.1 Teknologi distributed generation No Teknologi Daya Combined Cycle Gas 1 35−400 MW T. Internal Combustion 2 5 kW −10 MW Engines 3 Combustion Turbine 1−250 MW 4 Micro-Turbines 35 kW −1 MW 5 Small Hydro 1−100 MW 6 Micro Hydro 25 kW −1 MW 7 Wind Turbine 200 W −3 MW 8 Photovoltaic Arrays 20 W −100 kW Solar Thermal, Central 1−10 MW 9 Receiver Solar Thermal, Lutz 10−80 MW 10 System 11 Biomass Gasification 100 kW −20 MW 12 Fuel Cells, PhosAcid 200 kW −2 MW Fuel Cells, Molten 250 kW −2 MW 13 Carbonate Fuel Cells, Proton 1−250 kW 14 Exchange Fuel Cells, Solid 250 kW −5 MW 15 Oxide 16 Geothermal 5−100 MW 17 Ocean Energy 0.1−1 MW 18 Stirling Engine 2−10 kW 19 Battery Storage 0.5−5 MW Gambar 1. Sentralisasi sistem tenaga listrik (distribusi pasif) Desentralisasi sistem tenaga listrik pada awalnya merupakan penempatan pembangkit energi listrik secara terdistribusi, artinya setiap wilayah atau kota memiliki pembangkit energi listrik tersendiri dan pembangkit energi listrik tersebut satu sama lainnya tidak terhubung (tidak terkoneksi). Sejalan dengan perkembangan teknologi dibidang pembangkitan pengertian desentralisasi sistem tenaga listrik lebih meluas yaitu pembangkit energi listrik yang satu samalainnya saling terhubung (interkoneksi) dan jenis dari teknologi pembangkit energi listrik 10 Analisa Tanggapan Frekuensi Akibat Masuknya Distributed..........................................Teuku Hasannuddin sinkron. Bila terjadi perubahan beban, atau gangguan hubung singkat maka kecepatan sinkron generator akan berubah, untuk mengembalikan kecepatan sinkron generator maka governor akan mengatur masukan daya mekanik (uap, air atau gas) sehingga kecepatan sinkron generator kembali kepada kecepatan semula. Komponen dasar sistem tenaga listrik Komponen sistem tenaga listrik, diperlihatkan pada Gambar 3. Pada gambar tersebut ditunjukkan unit pembangkit yang terdiri dari penggerak mula dan generator, trafo, jaringan yang terdiri dari transmisi dan distribusi, dan beban. Generator Umumnya generator yang terhubung pada sistem yang besar adalah generator sinkron tiga phasa. Fungsi dari generator sinkron adalah mengubah energi mekanik yang datang dari turbin menjadi energi listrik yang disalurkan ke beban. Komponen utama dari generator sinkrion ini adalah: belitan jangkar belitan medan Pada generator yang berkapasitas besar belitan jangkarnya terletak pada stator dan belitan medannya terletak pada rotor. Gambar 3. Komponen sistem tenaga listrik Unit pembangkit Machowski (1997) pada sistem tenaga listirk moderen sumber energi primer untuk menggerakan penggerak mula (prime over) tidak hanya berupa bahan bakar fosil seperti minyak, batu bara, dan gas, akan tetapi sudah menggunakan energi yang dapat diperbaharui yang bersumber dari biogas, hidro, angin, solar, geothermal, gelombang laut. Dimana energi tersebut memiliki tingkat pencemaran lingkungan yang rendah. Komponen dasar pada unit pembangkit berupa penggerak mula (prime over) yang terdiri dari turbin, governor beserta peralatan kontrol kecepatannya, dan generator sinkron, eksitasi, dan regulator tegangan dengan tegangan umpan baliknya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan untuk mengamati perubahan frekuensi sistem interkoneksi sub sistem 500 kV Jamali akibat masukya distributed generation pada sistem tersebut. Tahaptahap penelitian yang dilakukan sebagai berikut: 1. Membuat one line diagram sebelum dan setelah pemasangan distributed generation. 2. Menentukan nilai ekivalen daya dan konstanta inersia (H) generator. Pada sub sistem 500 kV Jamali generator yang terpasang pada setiap busnya terdiri dari beberapa generator, untuk membatasi banyaknya persamaan ayunan maka dalam simulasi penelitian ini generator tersebut digabungkan menjadi satu generator ekivalen sehingga perlu dihitung kapasitas daya dan konstanta inersia dari generator ekivalen tersebut. Nilai tersebut dihitung dengan persamaan berikut: n Gambar 4. Komponen dasar pembangkit adalah kecepatan (1) H ekivalen H i ,i = 1, ....n (2) i 1 n Turbin Telah dikenal bermacam-macam turbin seperti turbin air, turbin uap, gas, angin dan lain sebagainya, dimana setiap turbin mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Pada turbin uap konversi energi mekanik merupakan proses termodinamik, dimana uap diekspresikan melalui turbin tekanan rendah, menengah dan tinggi, secara normal semuanya pada satu poros. Energi uap yang dihasilkan pada boiler oleh turbin dikonversikan menjadi energi mekanik melalui sudu-sudu turbin yang terhubung dengan poros generator. Governor Governor mempertahankan Pekivalen Pi ,i= 1, ....n 3. 4. i 1 Menentukan model governor dan eksitasi setiap generator. Menentukan jumlah distributed generation berdasarkan besarnya tingkat penetrasi dengan menggunakan persamaan berikut; PL PDG PBebanPuncak 100% (3) dengan PL adalah tingkat penetrasi (Knazkins, 2004). Pada simulasi ini dipilih tingkat penetrasi sebesar 20%, sehingga total daya yang dipikul oleh distributed generation dengan peralatan untuk konstan generator 11 Jurnal Litek Volume 8 Nomor 1, Maret 2011: hal. 9-13 mengunakan persamaan (3) adalah sebesar 1993,6 MW. Menentukan lokasi penempatan distributed generation, yaitu distributed generation dipasang pada tegangan menengah 20 kV (sistem distribusi). Pada simulasi ini untuk membedakan antara generator besar pada sistem 500 kV dengan distributed generation pada tegangn 20 kV yaitu dengan pemisah antara distributed generation dengan bus berupa panjang jaringan sejauh 10 km. Simulasi aliran daya sistem tenaga listrik sub sistem 500 kV Jamali untuk mengetahui tegangan dan daya yang dibangkitkan oleh generator-generator pada beban puncak sistem. Membuat gangguan kecil (small signal) pada sub sistem 500 kV Jamali. Gangguan kecil tersebut berupa pelepasan beban secara bertingkat dimulai dari detik pertama sampai detik ketiga sebesar 20% pada setiap bus. Simulasi stabilitas dinamik sistem tenaga tanpa distributed generation, dengan mengamati frekuensi dari generator besar yang terhubung pada sub sistem 500 kV Jamali Simulasi stabilitas dinamik sistem tenaga dengan adanya distributed generation, dengan mengamati frekuensi dari generator besar yang terhubung pada tegangan 500 kV. 5. 6. 7. 8. 9. IV. Analisa hasil simulasi dilakukan dengan membandingkan tanggapan frekuensi dari setiap pembangkit yang terhubung pada sub sistem 500 kV interkoneksi Jamali. Tanggapan setiap pembangkit yang akan dibandingkan yaitu tanggapan frekuensi sebelum dan setelah pemasangan distributed generation (Gambar 7). TANGGAPAN FREKUENSI 50.60 50.55 50.50 50.45 50.40 50.35 50.30 Suralaya V. Frequency (Hertz ) G_SAGULING G_PAITON G_GRATI G_GRESIK G_MTWA R G_SURA LA Y A G_TJATI 50.000 5.00 10.00 15.00 20.00 Time in Seconds 25.00 30.00 Gambar 5.Tanggapan Frekuensi Sebelum DG = = Frequency(Hertz) Frequency (Hertz ) 50.400 G_CIRA TA G_SA GULING G_PA ITON G_GRA TI G_GRESIK 50.200 G_M TWA R G_SURA LA Y A G_TJA TI 50.000 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 Time in Seconds 25.00 Paiton Mtaw ar Gresik Sanguling Dengan DG KESIMPULAN Setelah dilakukan simulasi stabilitas dinamik akibat masuknya distributed generation pada sistem interkoneksi Jamali dapat disimpulkan: 1. Tanggapan frekuensi dari setiap pembangkit dengan adanya distributed generation dan adanya pelepasan beban sebesar 20% pada setiap bus dalam rentang waktu 1 detik dari detik ke 2 sampai detik ke 3 menunjukkan adanya perbaikan frekuensi maksimum dari setiap pembangkit. Akan tetapi disisi lain memberi dampak yang kurang baik yaitu bertambahnya overshoot. 2. Perbaikan frekuensi maksimum dari seluruh pembangkit berkisar antara 0,16 - 0,37 Hz. 3. Kenaikan lamanya osilasi untuk seluruh pembangkit berkisar antara 20,3 - 22,17 detik. 4. Kenaikan settling time untuk seluruh pembangkit berkisar antara 12,65 - 14,51 detik. G_CIRA TA 0.00 Tjati Dari gambar 7 terlihat bahwa perbaikan frekuensi maksimum terbesar terjadi pada pembangkit Tanjung Jati dengan nilai 0,37 Hz, dan perbaikan frekuensi maksimum terkecil terjdi pda pembangkit Grati dengan nilai 0,16 Hz. Analisa juga dilakukan terhadap nilai frekuensi setiap generator pada keadaan steady state yaitu sebelum adanya distributed generator frekuensi stabil pada nilai 50,35Hz seperti terlihat pada gambar 5. Nilai ini adalah nilai diatas nilai nominalnya yaitu 50 Hz. Dan setelah pemasangan distributed generator frekuensi setiap generator pada keadaan steady state adalah 50 Hz seperti pada gambar 6. Nilai ini sesuai dengan nilai nominal dari frekuensi sistem yaitu 50Hz. Frequency(Hertz) 50.200 Grati Gambar 7. Perbandingan tanggapan frekuensi sebelum dan setelah pemasangan DG. Hasil dari simulasi pada penelitian ini dapat dirinci menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Tanggapan frekuensi pada keadaan gangguan kecil (small signal) sebelum pemasangan distributed generation.(Gambar 5) 2. Tanggapan frekuensi pada keadaan gangguan kecil (small signal) setelah pemasangan distributed generation. (Gambar 6) 50.400 Cirata Tanpa DG HASIL DAN PEMBAHASAN = = Fmax (Hz) Fmax (Hz) Fmax (Hz) Fmax (Hz) Fmax (Hz) Fmax (Hz) Fmax (Hz) Fmax (Hz) 30.00 Gambar 6.Tanggapan Frekuensi Setelah DG 12 Analisa Tanggapan Frekuensi Akibat Masuknya Distributed..........................................Teuku Hasannuddin 5. Frekuensi kembali stabil setelah pemasangan distributed generator pada nilai 50 Hz. Pascasarjana Program Studi Teknik Elektro UGM Yogyakarta. DFTAR PUSTAKA Abdel-Galil, T.K., Abu-Elanien, A.E.B., ElSaadany, E.F., Girgis, A., Mohamed, Y.A.R.I., Salama, M.M.A., and Zeineldin, H.H.M., 2007, “Protection Coordination Planning With Distributed Generation”, Final Report – CETC-Varennes-149 (TR), Canada. Chi,Y.,Liu,Y., dan Wang,W..,2006, “Voltage Stability Analysis of Wind Farm Integration into Transmission Network”, International Conference on Power System Technology Hasannuddin, 2010, Studi Stabilitas Dinamik Menyangkut Tanggapan Tegangan Akibat Masuknya Distributed Generation Pada Sistem Interkoneksi Jamali, Jurnal Litek,Volume 7 Nomor 1, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Lhokseumawe Kundur, P. ,1994, “Power System Stability and Control”, McGraw-Hill, Inc. New York. Knazkins,V.,2004, “Stability of Power Systems with Large Amounts of Distributed Generation”, KTH Institution, Stockholm, Sweden. Mithulananthan,N.,Oo,T.,dan Phu,L.V., 2004, “Distributed Generator Placement in Power Distribution System Using Genetic Alogaritm to Reduce Losses”, Thammasat Int.J.Sc.Tech Vol.9,No3. Machowski, J.,Bialek. J.W., dan Bumby, J.R. ,1997, “Power System Dynamics and Stability”, John Willey and Sons New York Syukriyadin dan Gunadin,I.C,2005, “Prediksi Voltage Collapse Pada Sistem Interkoneksi Jawa-Bali Menggunakan Metode Modal Analysis”, Jurnal Rekayasa Elektrika, Vol.4 No.2. Syahrijal dan Ramon., 2005, “Penggunaan Metode Kontro Umpan Balik Optimal Untuk Menambah Kestabilan Dinamik Sistem Tenaga Listrik” , Jurnal rekayasa elektrikal, Voleme 4 No1. William D. Stevenson, Jr.,1982, “Elements Of Power System Analysis” , McGraw-Hill Inc. Zulfikar. ,2004., “Studi Stabilitas Sistem Tenaga Listrik di Sumatera Utara”, tesis Program 13