MANAJEMEN KAMPANYE PENCEGAHAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK (ESKA) OLEH “KOMPAK” DI DKI JAKARTA Aries Buana, Hanny Hafiar, Anwar Sani Program Studi Ilmu Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Corresponding Author: [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kampanye pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) oleh KOMPAK di DKI Jakarta. Metodologi yang digunakan adalah kualitatif dengan studi deskriptif. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara observasi, wawancara terstruktur, dan studi literatur. Hasil penelitian menjelaskan bahwa : proses perencanaan umumnya sudah sesuai, namun ada beberapa elemen yang perlu ditingkatkan seperti penentuan tujuan masih belum berdasarkan skala prioritas, identifikasi sasaran hanya berdasarkan asumsi dan mengandalkan link, penentuan strategi & taktik belum komprehensif dan matang, alokasi waktu belum memiliki pertimbangan yang jelas, dan evaluasi perencanaan luput dalam tahapan ini. Proses pelaksanaan dimulai dengan realisasi unsur kampanye, kenyatannya masih banyak pelaku yang belum menjadikan kegiatan ini prioritasnya, pelatihan kampanye belum mengacu pada setiap tugas divisi yang ada, pesan pada setiap khalayak sama dan tidak dibedakan, komunikator dan saluran dipertimbangkan sesuai kebutuhan namun kurang efektif karena tidak diperhitungkan dengan baik, implementasi masih mundur dari timeline seharusnya. Proses evaluasi menggunakan metode evaluasi yang belum tepat dan sesuai dengan rencana. Hal tersebut berdampak pada efek yang ditimbulkan kurang optimal. Kata Kunci : Manajemen, Kampanye, Komunitas, Deskriptif, Kualitatif. Abstract The research aims to determine the planning, actuating, and evaluating process of this campaign by KOMPAK in DKI Jakarta. The methodology used in this research is qualitative with descriptive study. Data of the research was collected with some observations, structural interviews, and study of literature. The results of the study explained that: the planning process generally appropriate, but there are some elements that need to be improved as the goal-setting is still not based on priorities, target identification based only on assumptions and relying on the link, the determination of strategies and tactics have not been comprehensive and detail, time allocation yet have clear consideration and planning evaluation spared in this stage. The implementation process begins with the realization of the elements of the campaign, the facts are there are many campaigners who have not make this event their priority, a training campaign has not been based on each task divisions, a message on each audience are alike and not differentiated, communicators and channel considered as necessary but less effective because it it is not taken into account properly, the implementation timeline is still delayed. The evaluation process does not use proper evaluation method and not according to plan. So that, It has less impact. Keywords: Management, Campaign, Community, Descriptive, Qualitative PENDAHULUAN Isu Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Indonesia setiap tahunnya meningkat dan terus mewabah. Menurut UNICEF, diperkirakan 100 ribu anak dan perempuan diperdagangkan untuk tujuan seksual, 30 persen dair perempuan yang bekerja di pelacuran berusia di bawah 18 tahun dan 40-70 ribu anak menjadi korban ESKA setiap tahunnya. KPAI (2014), juga mencatat bahwa pada tahun 2010 terdapat 410 kasus sedangkan pada tahun 2012 meningkat menjadi 673. ECPAT Indonesia melakukan penelitian mulai dari tahun 2009-2013 bahwa ada peningkatan jumlah kasus ESKA baik di offline dan juga online.1 Walaupun pemerintah sudah melakukan sedemikian rupa penanggulanangan dan pemberantasan atas isu ini, hingga saat ini belum juga menimbulkan efek yang optimal. Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) berdasarkan definisi dari ECPAT International (2001) merupakan sebuah pelanggaran mendasar terhadap anak di mana kekerasan seksual orang dewasa dengan memberikan imbalan kepada anak, atau orang ketiga, atau orang-orang lainnya. ESKA memiliki beberapa bentuk yaitu prostitusi anak, pornografi anak, perdagangan anak untuk tujuan seksual anak, wisata seks anak, perkawinan atau pernikahan dini. KOMPAK (Komunitas Orang Muda Anti Perdagangan Orang dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak) yang berpusat di Jakarta sejak tahun 2011 melakukan kampanye pencegahan ESKA. Kampanye bertujuan untuk memberikan wawasan hingga ke perubahan 1 Wawancara dengan Ahmad Sofyan, Koordinator Nasional ECPAT Indonesia sikap dan perilaku anak dan pemuda untuk menjadi agen promotor isu ESKA atau berpatisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan untuk mereduksi ESKA ini. Target dari kampanye adalah anak dan pemuda sebagai target primer dan orang tua serta guru menjadi target sekunder. Kampanye dilaksanakan secara offline dan online sejak tahun 2013. Kampanye offline yaitu seperti school outreach, workshop¸seminar, creative campaign, capacity building, konser, dan sebagainya. Sedangkan kampanye online, dilaksanakan menggunakan twitter (@KompakJakarta), instagram (@kompakjakarta) (https://www.facebook.com/kompakjkt/info?tab=page_info), facebook dan juga fan page website (http://kompakjakarta.org/). Sejak diadakannya kampanye hingga sekarang, kampanye ini belum memenuhi tujuan yang efektif, di mana hanya tiga orang yang menjadi vocal point, 25 orang yang tergabung dalam grup anak muda bisa dari 1000 partisipan pada salah satu kegiatan yaitu school outreach, seminar, dan capacity building. Hal tersebut dikarenakan beberapa permasalahan yang ditemukan di tahapan perencanaan, seperti pesan yang kurang persuasif dan tepat sasaran, identifikasi dan segmentasi sasaran yang kurang maksimal. Lalu, terdapat pula permasalahan di tahapan pelaksanaan, yaitu komunikator yang kurang menarik dan persuasif dari segi penyampaiannya, personil kampanye yang tidak hadir di hari eksekusi yang mengakibatkan pelaksanaan digantikan oleh orang-orang yang tidak berkecimpung mulai dari perencanaan dan kapabilitas pelaku kampanye yang tidak merata. Selain itu, ada pula permasalahan di tahapan evaluasi di mana mereka tidak melakukan evaluasi untuk melihat efek dari pesanyang disampaikan baik itu dari media sosial ataupun kegiatan offline. Komunitas ini pun secara keseluruhan tidak melakukan evaluasi mengenai efek dari kampanye yang sudah mereka laksankaan. Buktinya KOMPAK tidak memiliki data sejauh mana pesan yang disampaikan kepada publik sasaran diketahui dan dipahami, apalagi memiliki niat untuk diaplikasikan dan turut serta aktif untuk menjadi promotor.2 Hal ini diindikasikan adanya manajemen atau pengelolaan kegiatan yang kurang baik oleh KOMPAK sehingga kampanye yang dilaksanakan belum mencapai tujuan yang telah ditetapkan di awal. Manajemen atau biasa disebut sebagai proses pengelolaan kegiatan kampanye menurut Venus (2012 : 26) terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, yang menjadi fokus kajian penelitian ini adalah “bagaimana manajemen kampanye pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) oleh Komunitas Orang Muda Anti Perdagangan Orang dan Eksploitasi Seksual Anak (KOMPAK) di DKI Jakarta?” dan yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana perencanaan kampanye pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) oleh KOMPAK di DKI Jakarta? ; bagaimana pelaksanaan kampanye pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) oleh KOMPAK di DKI Jakarta? ; bagaimana evaluasi kampanye pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) ? Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perencanaan kampanye pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) oleh KOMPAK di DKI Jakarta, untuk mengetahui pelaksanaan kampanye pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) oleh KOMPAK di DKI Jakarta, untuk mengetahui evaluasi kampanye pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) oleh KOMPAK di DKI Jakarta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan yang berarti bagi perkembangan Ilmu Komunikasi khususnya pada bidang kajian komunikasi dan Public Relations, terutama mengenai manajemen kampanye. Peneliti juga mendapatkan ilmu yang 2 Wawancara dengan Diah Ayu, Ketua KOMPAK Batch III, 31 Maret 2016 via telpon berarti tentang bagaimana membuat sebuah kampanye humas atau komunikasi sebuah organiasasi atau komunitas yang mengangkat mengenai isu-isu sosial. Kemudian, dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada publik secara umum mengenai kampanye komunikasi, terkhusus bagi KOMPAK dan ECPAT Indonesia serta memberikan sumbangsih kepada KOMPAK dan ECPAT dalam pelaksanaan kampanye yang akan dilaksanakan dan meningkatkan kegiatan-kegitan yang sudah ada dan menjalankan kampanye dengan baik dan efektif melalui hasil penelitian ini. TINJAUAN PUSTAKA Kampanye dan Jenis Kampanye Merujuk pada pengertian Rogers dan Storey, Venus (2012:7) menyatakan aktivitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung empat hal yakni (1) tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu (2) jumlah khalayak sasaran yang besar (3) biasanya dipusatkan dalam waktu tertentu dan (4) melalui serangkaian tindakan komunikasi yang teororganisasi. Rogers dan Storey dalam Venus (2012:7) mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Charles U.Larson dalam Ruslan (2008 : 25-26) membagi jenis menjadi tiga kategori : 1) product-oriented campaigns – berorientasi pada produk umumnya terjadi pada lingkungan bisnis; 2) candidate-oriented campaigns- berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasan politik; 3) ideologically or cause oriented campaignsberorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Manajemen Kampanye Pada hakikatnya, kampanye adalah tindakan komunikasi yang bersifat goal oriented. Setiap kegiatan kampanye selalu ada tujuan yang hendak dicapai. Pencapaain tujuan tersebut tidak dapat dilakukan sekenanya, namun harus didasari dengan pengorganisasian tindakan secara sistematis dan strategis. (Venus, 2012 : 26). Kegiatan kampanye selalu meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Perbedaannya istilah tahapan tesebut dibakukan menjadi istilah manajemen kampanye yakni proses pengelolaan kegiatan kampanye secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Model Kampanye Oostegard Model ini dikembangkan oleh Leon Oostegard. Model ini dianggap yang paling dekat dengan sentuhan ilmiahnya. Hal ini dilihat dari kata-kata kunci yang digunakan di dalamnya seperti kuantifikasi, cause and effect analysis, data, dan theoritical evidence. (Venus, 2012 : 14). Pada model ini, pengelolaan kegiatan kampanye terletak pada ‘campaign’ di mana kampanye tersebut akan memengaruhi pada perilaku dengan terus memberikan pengetahuan, memengaruhi sikap, dan membekali kemampuan pada sasaran yang ingin diterpa. Tahap kedua dari model ini adalah pengelolaan kampanye yang dimulai dengan perencanan, pelaksanaan, hingga evaluasi (Venus, 2012:16). Tahapan perencanaan Tahapan pelaksanaan Tahapan evaluasi Model 1. Tahapan campaign dalam model kampanye Oostegard Komunitas dan Ciri Komunitas Komunitas dalam hal pengembangan masyarakat diartikan sebagai kumpulan individu yang mendiami lokasi tertentu dan biasanya terkait dengan kepentingan yang sama. Makna dari komunitas itu sendiri tidak bersifat tunggal dalam konteks PR. (Iriantara, 2010: 22). Menurut Jim Ife, dkk (2008:191) komunitas dimengerti sebagai suatu bentuk organisasi sosial dengan lima, yaitu skala manusia, identitas dan kepemilikan, kewajiban, gemeinschaft, dan kebudayaan. ESKA ESKA adalah singkatan dari Eksploitasi Seksual Komersial Anak. ECPAT International (2001) mendefinisikan ESKA sebagai sebuah pelanggaran mendasar terhadap anak-anak. Pelanggaran tersebut berupa kekerasan seksual orang dewasa dengan pemberian imbalan kepada anak, atau orang ketiga, atau orang-orang lainnya. Bentuk-bentuk ESKA yaitu prostitusi anak, pornografi anak, perdagangan anak untuk tujuan seksual, wisata seks anak, perkawinan anak atau pernikahan dini. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan paradigma postivisme. Paradigma positivisme adalah pendekatan yang diadopsi dari ilmu alam yang menekankan pada kombinasi antara angka dan logika deduktif dalam menginterpretasikan suatu fenomena secara ‘objektif’ (Gunawan, 2015:46). Paradigma ini berorientasi pada upaya untuk mempertahankan status quo dari isu penelitian yang ada dengan maksud penelitian dilakukan dengan asumsi bahwa isu sosial sudah ada di luar sana (given). Selanjutnya, tinggal meneliti atau mengonfirmasi sehingga tidak ada usaha untuk mengubah isu yang ada (Gunawan, 2015: 47). Peneliti menggunakan paradigma ini karena peneliti ingin mengetahui manajemen kampanye pencegahan ESKA, bukan hasil dari produknya. Peneliti ingin mengamati kampanye pencegahan ESKA yang sedang terjadi di DKI Jakarta secara objektif dan berdasarkan konsep manajemen kampanye. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif positivistik. Pada metodologi penelilitian kualitatif yang menggunakan positivistik pada umumnya lebih longgar pada instrumentasi pengumpulan data. (Muhadjir, 2000 : 44). Menurut Muhadjir (2000 : 43), dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan positivistik umumnya lebih melihat proses daripada produk dari objek penelitiannya, sedangkan kuantitatif lebih melihat kepada produknya. Jenis studi penelitian ini menggunakan studi deskriptif. Whitney dalam Nazir (2005:24-55) penelitian ini mempelajari masalah-masalah masyarakat, tata cara yang berlaku di dalamnya serta situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap, pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Teknik penentuan key informan dalam penelitian yaitu menggunakan nonprobability, purposive sampling, dimana mengambil sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang yang dianggap paling tahu akan apa yang kita butuhkan (Sugiyono, 2012 : 219). Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini yaitu melalui observasi, wawancara, dan juga studi dokumentasi. Observasi dilakukan secara pasif pada salah satu kegiatan terkait yaitu movie screening day dalam kampanye offline dan observasi atau monitoring pada mediamedia yang dijadikan sebagai strategi kampanye online pada kampanye pencegahan ESKA oleh KOMPAK. Observasi partisipasi pasif ini berarti peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut agar dapat membuat hasil penelitian tetap objektif. Wawancara dilakukan pada beberapa key informan dalam penelitian ini di beberapa tempat yaitu Sekretariat ECPAT Indonesia, Graha XL Axiata, dan Chuby Hole Café . Ada dua tipe wawancara dalam tataran yang luas yaitu terstruktur dan tidak terstruktur (Gunawan, 2015: 162). Peneliti menggunakan tipe wawancara terstruktur yang digunakan karena informasi yang diperlukan penelitian sudah pasti. Teknik analisis data sesuai dengan (Seidel, 1998) dalam Moloeng (2012 : 248) proses berjalan yaitu mencatat hasil di lapangan ; mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan ; berpikir, dan menemukan pola dan hubungan-hubungan serta temuan umum. Teknik validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan data kualitatif Sugiyoni, yaitu menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton 1987:331) dalam Moleong (2012:330-331). Triangulator dalam penelitian ini yaitu Tuhu Nugraha selaku Chief Operating Officer Upnormal Pingfans agency selaku social campaign expert dan Ryan Febrianto selaku konsultan kekerasan terhadap anak, program kerjasama RI-UNICEF. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN KOMPAK merupakan modal bagi ECPAT untuk menguatkan jaringan dan menyuarakan isu ESKA ke anak-anak dan pemuda. Sesuai dengan hak anak, ECPAT memberikan ruang bagi mereka untuk berpartisipasi dalam komunitas ini untuk melakukan perubahan dan berkontribusi dalam mencegah isu ini bagi mereka dan lingkungannya melalui pesan-pesan yang dikemas secara kreatif dan komunikatif. Kampanye Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) oleh KOMPAK di DKI Jakarta dilaksanakan karena sebuah urgensi. Isu ini sangat penting untuk dibahas secara luas karena sudah banyak kasus yang terjadi di sekeliling kita namun banyak yang belum menyadarinya. Kasus Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) ini dapat menimpa rekan, kerabat, saudara, teman, dan sebagainya. Adanya kampanye ini juga dapat membantu masyarakat untuk bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di sekitar mereka dan mulai menyadari untuk melihat pentingnya isu ini untuk dikampanyekan.3 Perencanaan Kampanye Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) oleh KOMPAK di DKI Jakarta Tahapan awal dalam pengelolaan yaitu perencanaan. Menurut Venus, perencanaan kampanye akan dimulai dari pernyataan apa yang ingin dicapai, siapa yang menjadi sasaran, pesan apa yang disampaikan dan bagaimana, dan bagaimana evaluasinya. Proses perencanaan kampanye pencegahan ESKA dilakukan melalui 9 tahapan yang digambarkan pada model berikut : Proses Perencanaan Melakukan analisis masalah Menentukan tujuan Menentukan Pesan Identifikasi dan segmentasi sasaran Mengidentifikasi sasaran terutama Menentukan strategi mengenai wilayah hanya berdasarkan asumsi dan adanya link. Menentukan taktik Menentukan waktu/timeline Menentukan sumber daya Menentukan alat instrumen Model 2. Perencanaan Kampanye Pencegahan ESKA 3 Wawancara dengan Derry Fahrizal Ulum, 14 Mei 2016 di PT XL Axiata TBK Kuningan pada pukul 13 : 29 WIB. Melihat model temuan di atas, proses perencanaan kampanye pencegahan ESKA oleh KOMPAK diawali dengan melakukan analisis masalah. Analisis masalah dilakukan dengan menggunakan informal method yaitu berdiskusi dengan metode FGD dan menganalisa dari data yang didapatkan setelah itu, hasil analisis diberikan kepada ECPAT untuk didiskusikan. Selain itu, KOMPAK melakukan pengecekan dengan jurnal-jurnal yang berkaitan. Selanjutnya, dalam tahap perencanaan KOMPAK menentukan tujuan kampanye yaitu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan ESKA dan tujuan akhirnya adalah meningkatkan partisipasi untuk menyuarakan isu ESKA mulai dari lingkungan sekitar. Tujuan disusun berdasarkan skala prioritas agar kerja pelaku kampanye lebih terarah (Venus: 2012 : 148). Penentuan tujuan yang dilakukan oleh KOMPAK belum berdasarkan skala prioritas melainkan berhubungan dengan tujuan organisasi sehingga kurang fokus pada tujuan kampanye. Pesan yang dikonstruksi yaitu #KitaUntukAnakIndonesia dan himbauan kepada seluruh audiens akan kesadaran lebih mengenai kasus ESKA karena hal ini dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. Dalam menentukan sasaran kampanye, KOMPAK mengandalkan link dari anggota KOMPAK untuk dijadikan sasaran atau target school outreach contohnya atau berdasarkan asumsi anggota bahwa di suatu daerah tertentu memiliki isu buruk atau berpotensi besar terjadi ESKA. Begitu pula dengan penentuan sasaran dari kampanye online di mana KOMPAK hanya menggunakan suatu media tanpa ada pertimbangan sasaran mana saja yang mereka capai. Atkin & Rice (2012 : 5) menyatakan bahwa bila penentuan sasaran didasarkan psikografis, demografis, geografis, ciri-ciri kepribadian, dan konteks sosial justru akan lebih efisien pesan dapat diimprovisasi dan lebih mudah mencapai objektif kampanye. Strategi merupakan the big idea atau guiding principle yang digunakan sebagai pendekatan yang diambil untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan awal yang ditentukan, selanjutnya hal tersebut dituangkan pada taktik yang lebih konkret dan sesuai dengan tujuan dan sasaran program yang dibidik (Venus, 2012 : 152-153). Penentuan strategi menggunakan desktop review dan strategi nya adalah offline dan online. Sedangkan, taktik dintentukan dengan mengacu pada tiga program besar yaitu school outreach, youth journalism, dan kakak curhat yaitu school outreach, youth journalism, dan berjejaring dengan komunitas, dan kegiatan tidak direncanakan sebelumnya (additional event/monthly discussion). Sedangkan, untuk online mengggunakan media sosial (instagram, facebook, twitter, youtube), website, dan LINE (@kakakcurhat). Selama berlangsungnya kampanye, taktik yang direncanakan tidak pernah dilakukan uji coba, padahal hal ini merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam penetapan strategi dan taktik (Venus, 2012: 153-154). Dalam aplikasinya pun, taktik yang dibuat belum mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan di awal. Hal ini membuat kampanye akan menyita waktu para pelaku kampanye dan juga membuat tujuan yang ingin dicapai akan sulit didapatkan bila target pun belum dipikirkan matang.4 Begitu pula strategi yang dibuat berdasarkan review kasar, sehingga hasilnya pun terlihat kasar dan belum siap. Salah satu yang penting diperlukan pada saat perencanaan adalah alokasi waktu atau penentuan timeline. Luttrell (2015 : 222) menyatakan bahwa objektivitas, kompleksivitas, dan timing akan memengaruhi penyusunan timeline. Sedangkan, KOMPAK belum mengacu pada hal tersebut, pelaku kampanye cenderung mengikuti waktu kepengurusan selama satu tahun dan alokasi waktu disesuaikan dengan waktu program kerja ECPAT Indonesia. Penentuan sumber daya manusia disesuaikan dengan hasil peminatan pada saat rekrutmen, untuk masing kegaitan akan dibuat tim tersendiri. SDM terdiri atas anggota KOMPAK, volunteer, dan juga ECPAT Indonesia. Kemudian, untuk sumber daya dana berasal dari ECPAT, donatur, dan juga pihak yang diajak kerjasama. Selanjutnya, yang 4 Tuhu Nugraha selaku social campaign expert di Upnormal Agency, DKI Jakarta. dilakukan KOMPAK di tahap perencanaan yaitu menentukan instrument evaluasi, yaitu salah satu contoh berupa post test dan pre test form untuk kegiatan offline, form evaluasi internal dan eksternal, serta media monitoring untuk online. Atkin and Freimuth dalam (Atkin & Rice, 2012 : 13) menyatakan bahwa desain efektif memerlukan evaluasi formatif input yang luas, dan hal ini masih luput dari kacamata KOMPAK sehingga perencanaan berhenti di penentuan instrument tools. Pelaksanaan Kampanye Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) oleh KOMPAK di DKI Jakarta Dalam pelaksanaan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu (1) realisasi unsur-unsur kampanye (2) uji coba rencana kampanye (3) pemantauan pelaksanaan dan (4) pembuatan laporan kemajuan. Kampanye pencegahan ESKA oleh KOMPAK selama implementasinya berjalan 75% dari rencana yang telah ditentukan.5. Berikut adalah model pelaksanaan kampanye pencegahan ESKA oleh KOMPAK. Realisasi Unsur-Unsur Kampanye 1. 2. 3. Merekrut dan melatih pelaku kampanye Menyeleksi Penyampai Pesan (Pembicara) Menyeksi Saluran Kampanye Controlling Implementasi Kampanye Secara umum masih mundur dari timeline 1. 2. Mengimplementasikan strategi online Mengimplementasikan strategi offline Laporan Kemajuan (progress report) Model 3. Pelaksanaan Kampanye Pencegahan ESKA 5 Wawancara dengan Fadhlurrahman, 18 Mei 2016 di Cubby Hole Senopati KOMPAK melakukan realisasi unsur kampanye dimulai dengan merekrut pelaku kampanye dengan proses yaitu screening CV, wawancara, dan gathering. Anggota baru dilatih dan diberi pengetahuan berupa capacity building mengenai ESKA secara umum. seiring berjalan waktu, mereka dibekali dengan kapasitas public speaking, menulis, dan sebagainya. Akan tetapi, belum ada pembekalan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan seperti pengelolaan media sosial yang sebenarnya harus memiliki keterampilan dan skill dalam management handling social media. Selain itu, dikarenakan status anggota adalah sukarelawan sulit sekali menjaga komitmen mereka untuk tetap bertahan. Venus (2012 : 201) menyatakan bahwa untuk memelihara motivasi dan kekompakan personel, perlu perhatian dan dorongan kepad mereka sehingga kohesivitas tim tetap terjaga. Penyeleksian komunikator dilakukan dengan baik oleh KOMPAK yaitu melakukan pemilihan berdasarkan hasil diskusi, konsultasi dengan ekspert dan skimming. Kenyataannya di lapangan, masih ada komunikator yang kurang komunikatif dan persuasif sehingga pesan masih belum sepenuhnya dipahami oleh audiens, seperti di salah satu kegiatan offline yaitu school outreach6 dan movie screening day di mana peneliti melakukan observasi dan audiens sebagian sudah pulang dikarenakan speaker yang tidak interaktif. Pesan kampanye yang direncanakan pun langsung diimplementasikan tanpa adanya uji coba terlebih dahulu. Ryan Febrianto menambahkan bahwa pesan yang disampaikan dalam kampanye sebaiknya dapat menyentuh norma spesifik di sekitar anak muda terkait ESKA dengan melihat praktik sekitar anak muda.7 Saluran kampanye yang dipilih sudah berdasarkan reach, specialibility, instrutiveness, participation, personalization, accessibility, dan efficiency dalam Atkin & Rice (2013 : 536). KOMPAK dalam hal ini memilih saluran kampanye yang dirasa sekarang digunakan oleh 6 7 Wawancara dengan Derry Fahrizal Ulum, 14 Mei 2016 di PT XL Axiata Tbk Wawancara dengan Ryan Febrianto, selaku konsultan anak kerjasama RI-UNICEF. banyak orang dan tidak membagi saluran kampanye untuk sasaran yang spesifik padahal belum tentu semua sasaran harus diberikan pesan pada saluran yang sama. Implementasi sasaran kampanye secara umum mundur dari timeline yang sudah dibuat. Pada strategi online dan offline keduanya diaplikasikan secara langsung oleh KOMPAK dan meniadakan uji coba rencana kampanye. Alhasil, masih ada beberapa hal yang belum sesuai seperti pada strategi online yaitu informasi belum terupdate, follower masih stagnan jumlahnya, pesan yang belum tersusun rapih dan kurang komunikatif, begitu pula pada implementasi strategi offline yaitu youth journalism masih membutuhkan mekanisme yang pasti dan perlu ada pembenahan di beberapa hal seperti materi yang sebelumnya dilakukan recheck terlebih dahulu. Pada implementasi, perlu sekali adanya tindakan adaptif, antisipatif, integratif, dan berorientasi pada pemecahan masalah (Venus, 2012 : 205-206). Tindakan seperti ini sedikit banyak sudah dilaksanakan oleh KOMPAK dengan baik seperti bila ada permasalahan selama kegiatan, akan cepat ditangani oleh tim, walaupun memang masih butuh perhatian lebih pada antisipasi tim yang belum tergolong maksimal. Pemantauan dilaksanakan oleh ECPAT mulai dari kegiatan direncanakan, apalagi pada saat pelaksanaan karena salah satu pembuat keputusan penting ada pada ECPAT Indonesia. Laporan kemajuan sangat penting seperti Steckler & Linnan dalam Atkin & Rice (2012 : 13) menyatakan bahwa adanya proses evaluasi ini dapat mengetahui program kampanye yang dapat diperbaiki untuk desainer dan orang yang selanjutnya. Laporan kemajuan oleh KOMPAK dilaporkan secara tertulis dan segera dilaporkan ke pihak internal KOMPAK dan selanjutnya diteruskan kepada pihak eksternal yang diajak kerjasama dan ECPAT Indonesia. Evaluasi Kampanye Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) oleh KOMPAK di DKI Jakarta Langkah terakhir yaitu evaluasi kampanye. Langkah ini disebut dengan summative research yaitu untuk mengetahui obtained effect yang timbul dari kampanye yaitu menyangkut hal yang dapat didapat/ditangkap oleh audience dan komitmen audiens terhadap pesan yang diterimanya dalam kampanye (Atkin and Rice, 2001 : 109). Berikut adalah model evaluasi kampanye pencegahan ESKA. Proses Evaluasi Kampanye Pencegahan ESKA oleh KOMPAK Tolok Ukur Kesuksesan 1. 2. 3. 4. 5. Jumlah kegiatan sesuai dengan tujuan awal yang dibawa dan goal besar KOMPAK. Semakin banyak grup dan orang terlibat dalam menyuarakan isu ESKA Bertambahnya follower sosial media Jumlah partisipan setiap kegiatan sesuai dengan target Output dari kepengurusan sekarang dibandingkan dengan kepengurusan sebelumnya. Metode Evaluasi 1. 2. 3. 4. 5. Post test yang dimaksud menjadi survey pendataan atau penelitian untuk dasar kegiatan selanjutnya. Kuesioner untuk mendata pemahaman materi dan isu yang diinformasikan belum ada Form evaluasi internal dan eksternal terkait kegiatan yang dilaksanakan. Diskusi dan konsultasi internal dan ECPAT Penggunaan Statistik pada media online, namun belum dilaksanakan. Efek 1. 2. 3. 4. 5. Efek partisipasi masih minim dan belum masif Tidak ada data dan presentase mengenai tingkat awareness dan paham atau tidaknya materi Efek media sosial kurang optimal dalam meningkatan awareness dan partisipasi KOMPAK lebih diketahui dan khalayak lebih mengetahui cara melapor, namun tidak ada datanya. Follower bertambah secara lambat dan tidak signifikan. Model 4. Evaluasi Kampanye Pencegahan ESKA Dalam aplikasinya, evaluasi kampanye yang dilakukan oleh KOMPAK menggunakan pihak ketiga dalam melakukan evaluasi, namun hal tersebut hanya untuk mendapatkan evaluasi mengenai kinerja atau pelaku kampanye bagi mereka yang mengajak kerjasama, form evaluasi tersebut diberikan dan terdapat hal yang perlu diisi. Dalam tahap evaluasi, KOMPAK melihat tolak ukur kesuksesan yang sudah ditentukan sebelumnya seperti yang telah tertera pada model di atas. Ada beberapa tingktan kampanye dalam evaluasi menurut Oostegard dalam Venus (2012 : 213) yaitu tingkatan kampanye, sikap, perilaku, dan masalah. Pada tingkatan kampanye, KOMPAK melakukan post test untuk kegiatan offline. Namun, yang mereka lakukan bukan post test melainkan survey penelitian KOMPAK yaitu hanya sebagai pendataan atau dasar bila nanti akan melakukan kegiatan kembali bukan post test yaitu berupa pertanyaan yang sama saat pre test dilakukan. Di lapangan, KOMPAK belum melakukan pre test. Tujuan yang ditentukan di awal adalah perubahan sikap dan juga perilaku untuk menjadi agen promotor isu ESKA. KOMPAK dalam hal ini tidak melakukan evalusi seperti survey, pengamatan secara langsung, ataupun wawancara untuk menghitung dan mengetahui tentang tingkatan evaluasi untuk sikap dan perilaku. Pada evaluasi media online, KOMPAK melakukan laporan atau menganalisa konten secara umum dari masing-masing media sosial seperti banyaknya likes, viewers, shares, konten, dan sebagainya. KOMPAK tidak mengelompokkan analisa media tersebut melalui tingkatan evaluasi untuk sikap dan perilaku atas content and sourcing; reach and impressions; engagement and conversation; opinion and advocacy; dan influence (Lutrell, 2015 : 202-204). Selama kampanye berlangsung hingga sekarang KOMPAK lebih diketahui dan khalayak lebih mengetahui cara melapor tentang kejahatan ESKA namun, efek partisipasi masih minim dan belum masif, efek media sosial kurang optimal dalam meningkatkan awareness dan partisipasi, follower media sosial peningkatannya masih belum signifikan, dan KOMPAK hingga kini masih belum memiliki perhitungan untuk melihat peningkatan awareness dan pemahaman materi. SIMPULAN Perencanan kampanye pencegahan ESKA sudah dilaksanakan sesuai dengan unsurunsur perencanaan pada umumnya mulai dari analisis masalah hingga penentuan alat ukur. Beberpa elemen sudah benar dilaksanakan seperti pada tahap analisis masalah, penentuan sumber daya, penentuan alat ukur, namun, memang ada beberapa elemen yang membuat perencanaan kurang optimal, seperti pada tujuan kampanye yang belum berdasarkan skala prioritas dan cenderung sulit dikuantifikasi, idenfikasi sasaran hanya atas asumsi dan mengandalkan link, belum melakukan uji coba rencana pesan baik untuk online dan offline, strategi dan taktik bukan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan secara spesifik, alokasi waktu masih belum berdasarkan perubahan-perubahan disesuaikan dengan tujuan, dan perencanaan instrumen evaluasi untuk media online kurang matang. Pelaksanaan kampanye diawali dengan realisasi unsur kampanye. Awalnya pelaku direkrut dengan cukup ketat, tetapi komitmen pelaku menjadi kendala. Pelatihan pelaku kampanye sudah dilakukan secara umum, sedangkan pelatihan mengenai tiap divisi atau tugas yang diemban masih butuh perhatian lebih. Pesan yang disampaikan tidak melalui uji coba terlebih dahulu dan pemilihan saluran kampanye memerlukan pertimbangan terlebih dahulu dari segi karakteristik khalayak. Kampanye ini berlangsung dengan percaya diri dengan mengeleminasi kegiatan uji coba rencana kampanye terlebih dahulu. Tindakan antisipatif dan pemecahan masalah sendiri sudah dimiliki namun, belum optimal. Evaluasi pada pelaksanaan per tools dan evaluasi akhir kampanye dilaksanakan namun, tidak untuk evaluasi pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan baik dari internal dan eksternal. Pada tingkatan evaluasi sikap dan perilaku disesuaikan dengan tujuan yang ditetapkan, metode evaluasi yang dilakukan belum mengaplikasikan pre test dan post test. Pengukuran evaluasi di media online juga sebatas melihat jumlah partisipasi seperti testimoni, likes, shares, dan sebagainya tetapi kurang detail dibedah berdasarkan kategorisasinya. Metode evaluasi masih belum efektif menyebabkan efek yang ditimbulkan juga kecil. DAFTAR PUSTAKA Atkin, C.K & Rice, R.E.2001.Public Communication Campaign. Sage. Atkin, C.K. & Rice,R.E.2012. Theory and Principles and Public Communication Campaigns. In R.E. Rice & C. K. Atkin (Eds.), Public Communication Campaigns (4th ed., Chapter 1, pp 3-19). Thousand Oaks, CA : Sage. Atkin, C.K & Rice,R.E. 2013. Advances in Public Communication Campaigns. In E.Scharrer (Ed.), The International Encyclopedia of Media Studies : Vol 5. Media Effects/Media Psychology (pp. 526-551). London, UK : Wiley – Blackwell. Gunawan, Imam.2015.Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.Jakarta : PT Bumi Aksara. Ife, Jim dkk.2008.Community Development.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Iriantara, Yosal.2010.Community Relations.Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ECPAT affiliate group in Indonesia.2008.Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Indonesia. Luttrell, Regina.2015.Social Media (How to Engage, Share, and Connect).London: Rowman & Littlefield. Moleong, Lexy.2012..Metode Penelitian Kualitatif.Bandung : PT Remaha Rosdakarya Offset. Muhadjir, Noeng.2000.Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Rake Sarasin. Nazir, Moh.2005.Metode Penelitian.Bogor : Ghalia Indonesia. Ruslan, Rosady.2008.Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Setyawan, Davit. 2014. www.kpai.go.id. (5 Desember 2015). (http://www.kpai.go.id/artikel/temuan-dan-rekomendasi-kpai-tentang-perlindungananak-di-bidang-perdagangan-anak-trafficking-dan-eksploitasi-terhadap-anak/) Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Alfabeta. dan R& D. Bandung : Venus, Antar.2012.Manajemen Kampanye. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.