File

advertisement
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I IRIAN JAYA
NOMOR : 11 TAHUN 1979
TENTANG
PEMBINAAN DAN PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN
DIPROPINSI DAERAH TINGKAT I IRIAN JAYA
DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I IRIAN JAYA,
Lampiran
:
Menimbang :
2(dua).
a.
b.
c.
d.
Mengingat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
bahwa
untuk
terselenggaranya
kegiatan
pengujian mutu hasil perikanan secara berdaya
guna
perlu
didukung
oleh
kegiatan
penyelenggara
administrasi
sebagaimana
mestinya;
bahwa untuk dapat terselenggaranya kegiatan
pengujian
mutu
hasil
perikanan,
maka
laboratorium memerlukan media mikrobiologis
dan reagenasia Kimia yang habis terpakai pada
setiap kali pengujian, disamping beberapa
peralatan laboratorium merupakan peralatan
yang memerlukan ketelitian tinggi (precision
instruments) yang secara rutin perlu dirawat
(diservise)
agar
supaya
tetap
berfungsi
secara baik dan teliti;
bahwa
fungsi
dan
kegiatan
laboraturium
Pembinaan dan Pengujian mutu hasil perikanan
bukanlah statis melainkan terus berkembang
secara dinamis mengikuti perkembangan dan
kemajuan tehnologi, oleh karena itu perlu
dipertimbangkan
biaya
untuk
pemeliharaan
(maintenance) dan perbaikan (repairing) serta
pengembangannya;
bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut
diatas
maka
dipandang
perlu
untuk
melaksanakan pungutan biaya administrasi dan
biaya pengujian mutu hasil perikanan yang
diatur dengan Peraturan Daerah.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 (L.N. Tahun
1974 No. 38);
Undang-undang Nomor 12 tahun 1969 (L.N. Tahun
1969 No. 47) jo Peraturan Pemerintah R.I.
Nomor 5 Tahun 1973;
Undang-undang Nomor 12 Drt. Tahun 1957 (L.N.
Tahun 1957 Nomor 57);
Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957;
Peraturan bersama Menteri Pertanian R.I.
31/Kpts/Um/1/75 dan Menteri Kesehatan R.I.No.
32/1/Kab/B.U./75 tentang Pembinaan Mutu hasil
Perikanan;
Keputusan
Direktur
Jenderal
Perikanan
7.
8.
Mengingat pula: 1.
2.
3.
4.
No.H.II/2/1/77 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengelolaan
Laboratorium
Pembinaan
dan
Pengujian Mutu Hasil Perikanan;
Instruksi
Direktur
Jenderal
Perikanan
No.H.I/4/1/11/77;
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I
Irian Jaya Nomor 2 Tahun 1975 tentang
Retribusi Uang Leges.
Surat
Menteri
Pertanian
Nomor
047/Mentan/I/1977
tentang
Wewenang
pengelolaan
Laboratorium
Pengujian
Hasil
Perikanan;
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
Pem.2/1/10 tanggal 19 Januari 1978 tentang
wewenang Pengelolaan Laboratorium Pengujian
Mutu Hasil Periksanan;
Surat Menteri Dalam Negeri Noomor Ekon.I/10/7
tanggal 5 Juni 1978 tentang Pungutan Biaya
Administrasi dan Biaya Pengujian Mutu Hasil
Perikanan;
Surat
Direktur
Jenderal
Perikanan
Nomor
E.III/3/15/10/77
tentang
Penanda
tanganan
Sertifikat Mutu Ekspor;
Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Irian
Jaya tentang Pungutan Biaya Administrasi dan Biaya
Pengujian Mutu Hasil Perikanan di Propinsi Daerah
Tingkat I Irian Jaya.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
(a) Daerah adalah Propinsi Tingkat I Irian Jaya.
(b) Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I
Irian Jaya.
(c) Gubernur Kepala Daerah ialah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Irian Jaya.
(d) Dinas Perikanan Daerah ialah Dinas Perikanan Daerah Propinsi
Daerah Tingkat I Irian Jaya.
(e) Kas Daerah ialah Kas Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Irian
Jaya.
(f) Hasil Perikanan ialah segala jenis ikan, binatang serta
tumbuh-tumbuhan perairan yang diolah menjadi produk yang
dapat dipakai sebagai makanan manusia, makanan ternak dan
keperluan industri.
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
(l)
Pembinaan Mutu ialah pengawasan dan peningkatan mutu dengan
cara mengawasi unit-unit pengolahan, penyimpanan, ditribusi
dan sebagainya dari hasil perikanan.
Standar Mutu ialah nilai suatu Produk yang memenuhi
persyaratan
identitas,
hygienis,
kimiawi,
keseragaman
mengenai ukuran, berat atau isi, jumlah, rupa, label dan
sebagainya.
Laboratorium Perikanan ialah Laboratorium Pembinaan dan
Pengujian mutu hasil Perikanan yang fungsi utamanya adalah
membimbing, membina dan mengadakan pengawasan sewaktu-waktu
terhadap fasilitas, metode, tehnik, bahan baku dan produk
akhir dari unit pengolahan hasil perikanan.
Sertifikat
mutu
ialah
Surat
tanda
bukti
Pengujian
Laboratorium yang menerangkan bahwa suatu produk telah
memenuhi standar mutu untuk diekpor.
Unit Pengolahan ialah suatu perusahaan yang menangani dan
mengolah hasil perikanan.
Produk akhir ialah hasil akhir penanganan dan pengolahan ikan
yang siap untuk dikonsumsi.
BAB II
OBJEK DAN SUBJEK
Pasal 2
(1)
(2)
(3)
Setiap orang atau Badan yang membawa hasil perikanan baik
untuk keluar Daerah maupun untuk ekspor diwajibkan memiliki
Sertifikat Mutu.
Untuk mendapatkan Sertifikat Mutu seperti dimaksud pada ayat
(1) pasal ini, Produk akhir hasil perikanan yang akan dikirim
dilakukan
pemeriksaan
dan
pengujian
oleh
Laboratorium
Perikanan dengan pengembalian contoh (sampling) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Peraturan Daerah ini.
Atas pemeriksaan dan pengujian hasil perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) pasal ini dikenakan biaya administrasi
dan biaya pengujian mutu.
BAB III
PENGECUALIAN
Pasal 3
Dikecualikan dari kewajian pemeriksaan dan pengujian hasil
perikanan dimaksud pada pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah ini
adalah yang dibawa untuk keperluan sendiri, tidak melebihi dari 12
(dua belas) Kg dan tidak untuk diperdagangkan.
BAB IV
BESARNYA PUNGUTAN
Pasal 4
(1)
Besarnya pungutan biaya pemeriksaan dan pengujian adalah satu
permil dari harga patokan tertinggi udang, kali jumlah Kg
komoditi yang akan diekspor. Ketentuan rumus tersebut
merupakan Standar Perhitungan dengan ketentuan bahwa untuk
setiap jenis komoditi diperhitungkan dengan prosentase biaya
pengujian sebagai berikut:
──────┬─────────────────────────────────────┬─────────────────
No.
│
Jenis Produk
│ Prosentase
│
│
Biaya
│
│ Pengujian
──────┼─────────────────────────────────────┼─────────────────
1.
│ Lobster, Udang segar/beku
│
100%
2.
│ Ikan segar/beku
│
25%
3.
│ Paha Kodok segar/beku
│
50%
4.
│ Krupuk Ikan/Udang
│
15%
5.
│ Ikan Kaleng
│
20%
6.
│ Kepiting kerang hidup/segar/beku
│
20%
7.
│ Ubur-ubur Asin
│
20%
8.
│ Rumput laut/agar-agar
│
5%
9.
│ Ikan kering/asin
│
5%
10.
│ Tepung ikan
│
50%
│
│
──────┴─────────────────────────────────────┴───────────────────
(2)
Pengelompokan
Komoditi
menurut
jenis
Produk
adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Daerah ini.
BAB V
CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN
BIAYA ADMINISTRASI DAN BIAYA PENGUJIAN MUTU
HASIL PERIKANAN
Pasal 5
(1)
(2)
Pemungutan biaya administrasi dan biaya pengujian mutu hasil
perikanan
ini
dilaksanakan
oleh
Dinas
Perikanan
cq
Laboratorium Perikanan.
Biaya administrasi dan biaya pengujian mutu tersebut pada
ayat (1) pasal ini disetorkan langsung kepada Kas Daerah.
BAB VI
LARANGAN DAN KETENTUAN PIDANA
Pasal 6
(1)
(2)
(3)
Apabila dalam pemeriksaan terhadap hasil perikanan yang akan
dikeluarkan dari Daerah ternyata tidak memenuhi standar mutu,
maka produk tersebut harus ditarik kembali oleh unit
pengolahan
yang
menghasilkannya
dan
dilarang
untuk
didistribusikan.
Apabila produk yang dimaksud ayat (1) pasal ini dapat
membahayakan kesehatan manusia, maka produk tersebut harus
dihancurkan.
Apabila produk yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini hanya
mutunya saja yang kurang baik, maka produk tersebut dapat
diolah kembali untuk diperbaiki dan setelah itu diijinkan
untuk didistribusikan.
Pasal 7
Barang siapa melanggar ketentuan seperti dimaksud pasal 2 ayat (1)
dan pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Daerah ini dihukum
dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau dengan
sebanyak-banyaknya Rp. 30.000,- (tigapuluh ribu rupiah) dan barang
bukti disita.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 8
(1)
(2)
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini
sepanjang peraturan pelaksanaannya akan diatur kemudian oleh
Gubernur Kepala Daerah.
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak hari pertama tanggal
pengundangannya.
Jayapura, 28 Nopember 1979
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I
IRIAN JAYA,
cap/ttd.
H.SOETRAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROPINSI DAERAH TINGKAT I
IRIAN JAYA
KETUA
Cap/ttd.
Ds. WILLEM MALOALI
LAMPIRAN I:
Perturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya
Nomor : 11 Tahun 1979
Tanggal
: 28 Nopember 1979
------------------
PUNGUTAN BIAYA ADMINISTRASI DAN BIAYA PENGUJIAN MUTU
HASIL PERIKANAN DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I
IRIAN JAYA
------------------------------------------------METODE PENGAMBILAN CONTOH PENGUJIAN HASIL PERIKANAN
Cara pengambilan contoh (sampling) dan besarnya jumlah contoh
(sampling
size)
untuk
Produk
perikanan
yang
akan
diuji
kwalitasnya, haruslah dilakukan secara acak (at rendem) dengan
pedoman kepada tabel dibawah ini :
1.
Untuk setiap jenis produk perikanan yang telah dikemas
suatu wadah (prepacked) termasuk didalamnya komoditi
perikanan seperti Lobster beku, Udang beku, paha kodok
Krupuk ikan, krupuk udang, ikan kaleng, kerang beku dan
cumi beku besarnya jumlah contoh pengujian (sampling
adalah sebagai berikut :
dalam
hasil
beku,
cumisize)
Daftar tingkat periksaan pertama:
Berat bersih kemasan terkecil kurang dari 1 Kg.
─────────────────────────────────┬─────────────────┬─────────────
Besarnya Lot
│Besarnya Jumlah │Jumlah
│
Contoh
│Penyimpangan
(N)
│
(N)
│Yang Di
│
│perbolehkan
│
│
(C)
─────────────────────────────────┼─────────────────┼─────────────
4.800 kemasan │
6 kemasan
│
1 kemasan
atau kurang
│
│
4.801 - 24.000 kemasan │ 13 kemasan
│
2 kemasan
24.001 - 48.000 kemasan │ 21 kemasan
│
3 kemasan
48.001 - 84.000 kemasan │ 29 kemasan
│
4 kemasan
84.000 - 144.000 kemasan │ 48 kemasan
│
6 kemasan
144.000 - 240.000 kemasan │ 84 kemasan
│
9 kemasan
lebih dari 240.000 kemasan │ 126 kemasan
│ 13 kemasan
─────────────────────────────────┴─────────────────┴─────────────
Berat bersih kemasan terkecil lebih dari 1 Kg tetapi kurang Dari
4,5 Kg
─────────────────────────────────┬──────────────────┬────────────
│
│
4.800 kemasan │
6 kemasan
│ 1 kemasan
atau kurang
│
│
2.401 - 15.000 kemasan │ 13 kemasan
│ 2 kemasan
15.001 - 48.000 kemasan │ 21 kemasan
│ 3 kemasan
24.001 - 42.000 kemasan │ 29 kemasan
│ 4 kemasan
42.001 - 72.000 kemasan │ 48 kemasan
│ 6 kemasan
72.001 - 120.000 kemasan │ 84 kemasan
│ 9 kemasan
lebih dari 120.000 kemasan │ 126 kemasan
│ 13 kemasan
─────────────────────────────────┴──────────────────┴────────────
Berat bersih kemasan terkecil lebih dari 4,5 Kg
─────────────────────────────────┬──────────────────┬────────────
600 kemasan │
6 kemasan
│ 1 kemasan
atau kurang
│
│
601 2.000 kemasan │ 13 kemasan
│ 2 kemasan
2.001 7.200 kemasan │ 21 kemasan
│ 3 kemasan
7.201 - 15.000 kemasan │ 29 kemasan
│ 4 kemasan
15.001 - 24.000 kemasan │ 48 kemasan
│ 6 kemasan
24.001 - 42.000 kemasan │ 84 kemasan
│ 9 kemasan
lebih dari 42.000 kemasan │ 126 kemasan
│ 13 kemasan
─────────────────────────────────┴──────────────────┴────────────
Apabila terhadap perbedaan pendapat (sanggahan) mengenai hasil
pengujian diantara pihak pemilik barang dengan pihak penguji, maka
kedua belah pihak dapat bersepakat mengadakan pengujian ulangan
dengan besar jumlah contoh menurut tingkat pemeriksaan ulangan.
Daftar tingkat pemeriksaan ulangan.
Berat bersih kemasan terkecil kurang dari 1 Kg.
─────────────────────────────────┬──────────────────┬────────────
│
│
4.800 kemasan │ 13 kemasan
│ 2 kemasan
atau kurang
│
│
4.801 - 24.000 kemasan │ 21 kemasan
│ 3 kemasan
24.001 - 48.000 kemasan │ 29 kemasan
│ 4 kemasan
48.001 - 84.000 kemasan │ 48 kemasan
│ 6 kemasan
84.001 - 144.000 kemasan │ 84 kemasan
│ 9 kemasan
144.001 - 240.000 kemasan │ 126 kemasan
│ 13 kemasan
lebih dari 240.000 kemasan │ 200 kemasan
│ 19 kemasan
─────────────────────────────────┴──────────────────┴────────────
Berat bersih kemasan terkecil lebih dari 1 Kg tetapi kurang dari
4,5 Kg.
─────────────────────────────────┬──────────────────┬────────────
│
│
2.400 kemasan │ 13 kemasan
│ 2 kemasan
atau kurang
│
│
4.801 - 15.000 kemasan │ 21 kemasan
│ 3 kemasan
15.001 - 24.000 kemasan │ 29 kemasan
│ 4 kemasan
24.001 - 42.000 kemasan │ 48 kemasan
│ 6 kemasan
42.001 - 72.000 kemasan │ 84 kemasan
│ 9 kemasan
72.001 - 120.000 kemasan │ 126 kemasan
│ 13 kemasan
lebih dari 120.000 kemasan │ 200 kemasan
│ 19 kemasan
─────────────────────────────────┴──────────────────┴────────────
Berat bersih kemasan terkecil lebih dari 4,5 Kg.
─────────────────────────────────┬──────────────────┬────────────
600 kemasan │ 13 kemasan
│ 2 kemasan
601 2.000 kemasan │ 21 kemasan
│ 3 kemasan
2.001 7.200 kemasan │ 29 kemasan
│ 4 kemasan
7.201 - 15.000 kemasan │ 48 kemasan
│ 6 kemasan
15.001 - 24.000 kemasan │ 84 kemasan
│ 9 kemasan
24.001 - 42.000 kemasan │ 126 kemasan
│ 13 kemasan
lebih dari 42.000 kemasan │ 200 kemasan
│ 19 kemasan
─────────────────────────────────┴──────────────────┴────────────
2.
Untuk setiap jenis produk perikanan yang tidak dikemas suatu
wadah (unprepackaged) termasuk didalamnya komodity hasil
perikanan seperti ikan segar/beku, sidat atau kepiting hidup
besarnya jumlah contoh (samping size) adalah sebagai berikut:
Daftar tingkat pemeriksaan pertama:
Berat bersih tiap ikan kurang dari 10 Kg.
───────────────────────────────┬──────────────────┬──────────────
Besarnya Lot
│ Besarnya Jumlah │ Jumlah
│
Contoh
│ Penyimpangan
(N)
│
(N)
│ yang di
│
│ perbolehkan
│
│
(C)
───────────────────────────────┼──────────────────┼──────────────
8.000 ekor atau kurang │
3 ekor
│
1 ekor
8.001 - 14.000 ekor │
5 ekor
│
2 ekor
14.001 - 24.000 ekor │
8 ekor
│
3 ekor
24.001 - 40.000 ekor │
14 ekor
│
4 ekor
lebih dari 40.000 ekor │
21 ekor
│
5 ekor
───────────────────────────────┴──────────────────┴─────────────
Berat bersih tiap ekor ikan lebih dari 10 kg tetapi kurang dari 30
Kg
───────────────────────────────┬──────────────────┬─────────────
1.200 ekor atau kurang │
3 ekor
│
1 ekor
1.201 2.100 ekor │
5 ekor
│
2 ekor
lebih dari 2.100 ekor │
8 ekor
│
3 ekor
───────────────────────────────┴──────────────────┴──────────────
Berat bersih tiap ekor ikan lebih dari 30 Kg.
───────────────────────────────┬──────────────────┬──────────────
420 ekor atau kurang │
1 ekor
│
lebih dari 420 ekor
│
2 ekor
│
1 ekor
───────────────────────────────┴──────────────────┴──────────────
Apabila terdapat perbedaan pendapat (sanggahan) mengenai hasil
pengujian diantara pihak pemilik barang dengan pihak penguji, maka
kedua belah pihak dapat bersepakat mengadakan pengujian ulangan
dengan besar jumlah contoh menurut tingkat pemeriksaan ulangan.
Daftar tingkat pemeriksaan ulangan.
Berat bersih tiap ekor ikan kurang dari 10 Kg.
─────────────────────────────────┬─────────────────┬─────────────
8.000 ekor atau kurang │
6 ekor
│
2 ekor
8.001 - 14.000 ekor
│ 10 ekor
│
4 ekor
14.001 - 24.000 ekor
│ 16 ekor
│
6 ekor
24.001 - 40.000 ekor
│ 28 ekor
│
8 ekor
lebih dari 40.000 ekor
│ 42 ekor
│ 10 ekor
─────────────────────────────────┴─────────────────┴─────────────
Berat bersih tiap ekor ikan lebih dari 10 kg tetapi kurang
dari 30 Kg
──────────────────────────────────┬─────────────────┬────────────
1.200 ekor atau kurang
│ 6 ekor
│ 2 ekor
1.201 2.100 ekor
│ 10 ekor
│ 4 ekor
lebir dari 2.100 ekor
│ 16 ekor
│ 6 ekor
──────────────────────────────────┴─────────────────┴────────────
Berat bersih tiap ekor ikan lebih dari 30 Kg.
──────────────────────────────────┬─────────────────┬────────────
420 ekor atau kurang
│ 2 ekor
│
lebih dari 420 ekor
│ 4 ekor
│ 2 ekor
──────────────────────────────────┴─────────────────┴────────────
3.Untuk produk perikanan yang tidak dikemas dalam suatu wadah
(unprepackaged) yang digolongkan kedalam jenis produk
perikanan ikan asin/kering, rumput laut dan ubur-ubur asing
seperti komodity hasil perikanan ikan kering, ikan asin, ikan
diawetkan lainnya, troca/lola, cumi-cumi asin, sisa ikan
(fish waste), teripang asin, telur ikan, sirip hiu, kerang
kering/asin, rumput laut, agar-agar, ubur-ubur asin dan
tepung ikan, cara pengambilan contoh dan besarnya contoh
(sampling and sample size) adalah berasal secara acak (at
rendem) dari sebanyak akar pangkat dua dari besarnya lot
(jumlah peti, karung, keranjang) dengan maximum 30 unit
(peti, karung, keranjang) untuk setiap partai kemudian dari
setiap unit hanya diambil contoh sebesar maximum 0,5 Kg dari
bagian tengah, pojok, samping atas, atau bawah yang
selanjutnya dipindahkan kedalam kantong plastik dan diberi
label sehingga setiap kantong plastik berlabel yang berisi
0,5 Kg contoh tersebut adalah merupakan satu satuan contoh.
Apabila terdapat perbedaan pendapat (sanggahan) mengenai hasil
pengujian di antara pihak pemilik barang dengan pihak penguji,
maka kedua belah pihak bersepakat mengadakan pengujian ulangan
dengan besar jumlah contoh diambil seperti tersebut diatas dengan
ketentuan bahwa dari setiap unit diambil contoh seberat maksimum 1
Kg.
Jayapura, 28 Nopember 1979
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I
IRIAN JAYA,
Cap/ttd.
H.SOETRAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROPINSI DAERAH TINGKAT I
IRIAN JAYA
KETUA
Cap/ttd.
Ds. WILLEM MALOALI
LAMPIRAN IIPeraturan Daerah Propinsi Daerah
Tingkat I Irian Jaya
Nomor
: 11 Tahun 1979
Tanggal : 28 Nopember 1979.
PUNGUTAN BIAYA ADMINISTRASI DAN BIAYA PENGUJIAN MUTU
HASIL PERIKANAN DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I
IRIAN JAYA
____________________________________________________
DAFTAR PENGELOMPOKAN KOMODITI MENURUT JENIS PRODUK
__________________________________________________
1.
Lobster, udang segar/beku : a. Lobster
b. Udang beku dengan kepala
c. Udang beku tanpa kepala
d. Udang segar dikuliti,
dibekukan.
e. Udang sekar dikuliti,
direbus dan dibekukan.
2.
Ikan segar/beku
: a. Cakalang,tongkol,tuna
lainnya.
b. Ikan hasil perikanan
darat lainnya.
c. Ikan laut lainnya.
d. Cumi-cumi
e. Sidat.
3.
Paha kodok segar/beku
: Paha kodok
4.
Kerupuk ikan/udang
: a. Kerupuk ikan
b. Kerupuk udang
5.
Ikan Kaleng
: Ikan kaleng
6.
Ubur-ubur
: Ubur-ubur asin
7.
Kepiting, kerang-kerangan : a. Kepiting hidup
hidup/segar/beku
b. Kerang segar/beku
8.
Rumput laut/troka/lola
: a. Rumput laut
b. Agar-agar
c. Troca/lola
9.
Ikan kering/asin
: a. Ikan kering
b. Ikan asin
c. Ikan diawetkan
d. Cumi-cumi asin
e. Sisa ikan (fisk waste)
f. Teripang asin
g. Telur ikan
h. Sirip hiu
i. Kerang asin
j. Ikan asap
k. Ikan kayu
l. Udang kering
10. Tepung ikan
________________________________________________________________
Jayapura, 28 Nopember 1979
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I
IRIAN JAYA,
CAP/TTD.
H.SOETRAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROPINSI DAERAH TINGKAT I
IRIAN JAYA
KETUA
Cap/TTD.
Ds. WILLEM MALOALI.
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I IRIAN JAYA
NOMOR : 11 TAHUN 1979
_____________________________________________________
TENTANG
PUNGUTAN BIAYA ADMINISTRASI DAN BIAYA PENGUJIAN MUTU
HASIL PERIKANAN DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I
IRIAN JAYA
____________________________________________________
UMUM
Ikan dan hasil perairan lainnya adalah jenis produk yang
sangat mudah busuk dan mengalami kemunduran mutu. Peningkatan
produksi ikan heruslah diikuti dengan usaha mempertahankan dan
memperbaiki mutu agar pemasaran dan distribusinya dapat terlaksana
dengan baik.
Dengan keluarnya keputusan Bersama Menteri Pertanian dan
Menteri Kesehatan tanggal 28 Januari 1975 No. 31/Kpts/Um/1/1975
dimana dalam pasal 14 menetapkan b
32/I/Kab/BU/1975
bahwa "Ekspor produk perikanan harus disertai sertifikat mutu",
berarti bahwa produk akhir hasil perikanan Indonesia yang akan
diekspor harus memenuhi standar mutu yang dilindungi oleh
Sertifikat mutu, dan pengelolaannya dilakukan oleh laboratorium
Pembinaan dan pengujian Mutu Hasil Perikanan.
Saat ini di Daerah Tingkat I Irian jaya telah berdiri dan
siap untuk beroperasi sebuah Laboratorium Perikanan di sorong.
Proses penerbitan Sertifikat Mutu adalah proses pelaksanaan
pemeriksaan laboratoris terhadap komodity perikanan yang akan
diekspor. Pelaksanaan pemeriksaan labolatoris dimaksud memerlukan
biaya tertentu disamping untuk administrasi dan tenaga pemeriksa
(tenaga ahli) juga untuk bahan-bahan kimia media mikrobiologis,
organoleptik dan sebagainya. Biaya-biaya tersebut tidak dapat
dikategorikan sebagai pelayanan cuma-cuma sehingga perlu adanya
pungutan biaya administrasi dan biaya pengujian mutu hasil
perikanan.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Pasal 2 ayat (1)
:
:
Cukup jelas
Peraturan Daerah ini disusun sedemikian
rupa sehingga jangkauannya jauh ke depan
yaitu pemberian sertifikat mutu untuk
ekspor dan konsumsi dalam Negeri (antar
daerah). Tetapi didalam pelaksanaannya
sekarang ini diseluruh Indonesia, sesuai
dengan situasi dan kondisi baru produk
ekspor saja yang diwajibkan memiliki
sertifikat mutu, namun pada masa-masa
Pasal 2 ayat (2)
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
2 ayat (3)
3
4
5 ayat (1)
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
5 ayat(2) :
6
7
8
Pasal 9
mendatang sesuai dengan perkembangan
kebutuhan, pemberian sertifikat mutu
terhadap konsumsi dalam Negeripun akan
ditentukan.
:
Metode pengambilan
contoh (sampling)
terlampir
adalah
Metode
pengambilan
contoh pengujian Produk Hasil Perikanan
yang berlaku diseluruh Indonesia yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Perikanan Departemen Pertanian Tahun
1976.
:
Cukup jelas.
:
Cukup jelas
:
Cukup jelas.
:
Biaya pemeriksaan udang segar/beku =
100% x 1/1000 x Harga Patokan Tertinggi
udang x Berat komodity udang.
Biaya pemeriksaan ikan segar / beku
= 25% x 1/1000 x Harga Patokan
tertinggi udang x Berat komodity
ikan segar/beku.
Biaya
pemeriksaan
paha
kodok
segar/beku = 50% x 1/1000 x Harga
patokan tertinggi
udang x Berat komodity paha kodok
segar/beku.
dan seterusnya.
Cukup jelas.
:
Cukup jelas.
:
Cukup jelas
:
Jika pelanggaran dilakukan oleh
Badan baik yang sudah berbadan
hukum
maupun
belum,
maka
yang
dituntut adalah pengurus/penanggung
jawab
atau
wakil
dari
badan
tersebut.
Yang dimaksud dengan disita ialah
disita
untuk
Negara
yang
selanjutnya dilelang.
Hasil
lelang
adalah
merupakan
pendapatan Daerah Tingkat I.
:
Cukup jelas.
CATATAN :
- Peraturan Daerah ini telah dirubah oleh Peraturan Daerah
Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya Nomor 6 Tahun 1985.
-
Download