BAB I. PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Produktifitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik biotik maupun abiotik. Kedua kondisi ini merupakan faktor penentu utama yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu permasalahan yang menjadi penghambat produktifitas tanaman yaitu adanya cekaman biotik dan abiotik. Cekaman biotik berupa organisme pengganggu tanaman, sedangkan cekaman abiotik berupa kondisi lingkungan yang ekstrim diantaranya kekeringan, logam berat dan salinitas. Konsentrasi garam yang tinggi menyebabkan ketidakseimbangan ion dan tekanan hyperosmotic, yang menyebabkan kondisi stres oksidatif pada tanaman (Cheng et al., 2012). Kedua cekaman ini akan mempengaruhi respon tanaman untuk melakukan mekanisme pertahanan (defense) berupa produksi hormon etilen dalam jumlah berlebih. Hormon etilen berfungsi sebagai sinyal untuk mengaktifkan transkripsi gen-gen yang menyandi protein untuk melindungi tanaman dari cekaman tersebut (Glick, 2004; VanLoon dan Glick, 2004). Hormon etilen merupakan hormon yang berperan penting pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta mempengaruhi respon tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik. Prekursor biosintesis hormon etilen yaitu 1aminosiklopropana-1-karboksilat (ACC). Biosintesis etilen dalam jaringan akar yang terjadi secara berlebihan akibat adanya cekaman biotik maupun abiotik, akan menghambat perkembangan akar dan melemahkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit. Hal tersebut ditunjukkan dengan terjadinya klorosis dan penghambatan pertumbuhan serta perkembangan tanaman. Pada tanaman dengan cekaman biotik berupa organisme pengganggu tanaman (OPT), kerusakan banyak disebabkan oleh autokatalitik sintesis etilen, bukan oleh aksi OPT secara langsung. Etilen yang disintesis dalam jumlah sangat tinggi akan memicu serangan patogen, sehingga penghambatan sintesis etilen dapat menurunkan sejumlah infeksi pada tanaman oleh jamur dan bakteri (Glick, 2007). Beberapa penelitian sebelumnya, telah ditemukan bahwa beberapa spesies bakteri di perakaran tanaman mampu menghasilkan enzim ACCdeaminase. Enzim ini berperan untuk mendegradasi ACC (prekursor hormon etilen) menjadi amonia dan α-ketobutirat untuk mengurangi pembentukan hormon etilen dalam jaringan akar yang dipicu oleh berbagai faktor biotik dan abiotik yang ekstrim. Salah satu spesies bakteri yang berpotensi menghasilkan enzim ACC-deaminase yaitu rizobakteri Acinetobacter sp. 20B. Berdasarkan sekuen genom hasil sekuensing dari isolat bakteri Acinetobacter sp. 20B, diketahui bahwa bakteri Acinetobacter sp. 20B merupakan salah satu rizobakteri yang membawa gen ACC-deaminase (acdS) (Widada, personal communication). Bakteri tersebut mampu mendegradasi substrat ACC sebagai satu-satunya sumber nitrogen. Sehingga bakteri ini dapat dikelompokkan kedalam bakteri PGPR. PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) merupakan bakteri yang hidup bebas di perakaran tanaman atau rizosfer dan menguntungkan bagi tanaman, karena keberadaannya menjadi pemicu pertumbuhan tanaman (Lucy et al., 2004). Namun, rizobakteri ini tidak mampu tumbuh dengan baik ketika diaplikasikan di lapang. Sehingga dibutuhkan agen lain yang bersifat endofitik dan mampu tumbuh dengan baik, diantaranya yaitu bakteri endofit. Salah satu spesies bakteri endofit yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bakteri Burkholderia sp. strain G8. Burkholderia sp. G8 adalah salah satu bakteri endofit pada tanaman padi yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman namun tidak memiliki aktivitas ACC-deaminase. Hal ini didasarkan pada uji kemampuan tumbuh bakteri pada media minimum bebas nitrogen (NFMM) dengan penambahan ACC, tidak menunjukkan adanya aktivitas pertumbuhan bakteri endofit G8 (Widada, personal communication). Kloning gen ACC-deaminase kedalam genom bakteri endofit Burkholderia sp. G8 diduga akan meningkatkan aktivitas bakteri tersebut dalam mendegradasi ACC, sehingga mengurangi sintesis etilen yang berlebih pada tanaman. Pada penelitian ini dilakukan kloning gen ACC-deaminase dari bakteri Acinetobacter sp. 20B dan menginsersikan gen tersebut kedalam genom bakteri endofit Burkholderia sp. G8 dengan bantuan vektor plasmid mini-transposon pBSL202 pembawa gen resisten gentamisin (Gm). Metode ini bertujuan untuk mengembangkan produk rekayasa genetika berupa PGPR (Plant GrowthPromoting Rhizobacteria) menghasilkan ACC-deaminase. yang bersifat endofit dengan kemampuan 1.2 Permasalahan Penelitian Permasalahan pada penelitian ini antara lain: a. Apakah gen ACC-deaminase dapat diisolasi dari bakteri Acinetobacter sp. 20B dan diklon kedalam plasmid pBSL202? b. Apakah gen ACC-deaminase yang diisolasi dari bakteri Acinetobacter sp. 20B dapat diinsersikan kedalam genom bakteri endofit Burkholderia sp. G8? c. Apakah gen ACC-deaminase (20B) yang diinsersikan kedalam genom bakteri endofit Burkholderia sp. G8 dapat berfungsi secara fungsional? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengisolasi gen ACC-deaminase dari bakteri Acinetobacter sp. 20B dan mengklon kedalam plasmid pBSL202. b. Menginsersikan gen ACC-deaminase yang diisolasi dari bakteri Acinetobacter sp. 20B kedalam genom bakteri endofit Burkholderia sp. G8. c. Menguji aktivitas fungsional gen ACC-deaminase (20B) yang diinsersikan kedalam genom bakteri endofit Burkholderia sp. G8. 1.4 Manfaat Penelitian Insersi gen ACC-deaminase kedalam genom bakteri endofit Burkholderia sp. G8 akan memperkaya kemampuan bakteri tersebut sebagai bakteri endofit yang dapat memicu ketahanan tanaman dari cekaman biotik dan abiotik, sehingga produktivitas tanaman menjadi meningkat.