Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik

advertisement
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat pada
Pemilihan Umum Legislatif 2009 di Keamatan Singingi Hilir Kabupaten
Kuantan Singingi
Oleh:
Andriyus, S.Sos., M.Si
Dosen Ilmu Pemerintahan FISIPOL Universitas Islam Riau
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pemilihan umum merupakan salah satu syarat mutlak bagi sebuah Negara yang memakai prinsip
demokrasi, pemilihan umum yang dilaksanakan bertujuan sebagai mekanisme untuk menyeleksi
para pemimpin pemerintahan dan alternative kebijakan umum, mekanisme memindahkan konflik
kepentingan dari masyarakat kepada badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil yang
terpilih atau partai politik yang memenangkan kursi sehingga kesatuan masyarakat tetap terjamin
serta sebagai sarana mobilisasi dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan
ikut serta dalam proses politik. Adapun yang menjadi masalah pokok pada penelitian ini adalah
rendahnya tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan Singingi Hilir pada pemilihan umum
legislative 2009. Sedangkan fenomena pada penelitian ini adalah masih banyaknya masyarakat
yang tidak ikut dalam pemilihan umum legislative 2009 di Kecamatan Singingi Hilir,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi partsipasi
politik masyarakat pada pemilihan umum legislative 2009 di Kecamatan Singingi Hilir, serta
faktor apakah yang paling dominan dalam mempengaruhi partisipasi politik masyarakat.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif artinya dengan mengadakan
analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat yang kemudian
diuraikan berdasarkan informasi yang diperoleh melalui kuisioner yang disebarkan kepada
responden dan hasil wawancara yang mendalam serta data-data yang sudah dalam bentuk
dokumen.
Jadi dapat disimpulkan bahwa di Kecamatan Singingi Hilir ada dua faktor yang
mempengaruhi partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 yang
lalu yaitu faktor internal dan faktor eksternal, kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap
partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu, tetapi faktor jika
dilihat dari hasil penelitian maka faktor internal yang lebih dominan yaitu kesadaran politik
masyarakat . Sedangkan untuk faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap partisipasi
politik masyarakat adalah perilaku kandidat (calon Legislatif).
Kata Kunci : Pemilihan Umum, Partisipasi Politik
18
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
dengan jumlah suara yang diperoleh dari
masyarakat. Pada sistem ini negara dibagi
dalam beberapa daerah pemilihan yang
besar, dan setiap daerah pemilihan memilih
sejumlah wakil sesuai dengan banyaknya
penduduk dalam daerah pemilihan itu.
Dengan demikian kekuatan suatu partai
dalam masyarakat tercermin dalam jumlah
kursi yang diperolehnya dalam parlemen,
artinya dukungan masyarakat bagi partai itu
sesuai atau proporsional dengan jumlah
kursi dalam parlemen. Kedua, Sistem
Distrik. Sistem distrik merupakan sistem
pemilihan yang paling tua didasarkan atas
kesatuan geografis. Setiap kesatuan
geografis mempunyai satu wakil dalam
parlemen. Untuk keperluan pemilihan,
negara dibagi dalam sejumlah besar distrik
dan jumlah wakil rakyat dalam parlemen
ditentukan oleh jumlah distrik. Calon dalam
satu distrik memperoleh suara terbanyak
menag sedang suara-suara yang diberikan
kepada calon lain dalam distrik itu
dianggap hilang dan tidak diperhitungkan
lagi, bagaimana kecil pun selisih
kekalahannya. Ketiga, sistem Campuran
yaitu sistem pemilihan umum yang
memadukan antara sistem perwakilan
berimbang dengan sistem distrik, yaitu
sistem yang memakai daerah pemilihan dan
juga perolehan suara terbanyak.
Untuk pemilihan umum legislatif
tahun 2009 yang lalu memakai sistem
campuran yaitu dengan menerapkan sistem
perwakilan berimbang yaitu berupaka
adanya daerah pemilihan serta sistem
distrik yaitu pemenang dalam pemilihan
umum ditentukan oleh suara terbanyak dari
tiap-tiap daerah pemilihan.
Pemilihan umum merupakan
pelembagaan dari kehidupan berdemokrasi
sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat, diadakan untuk memilih wakilwakil rakyat yang duduk di Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Propinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, memilih Presiden dan
Wakil
Presiden
serta
membentuk
pemerintahan
secara
demokratis
Pendahuluan
Pada Negara demokrasi Pemilihan
Umum
merupakan
sarana
untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat dalam
pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila,
untuk itu pemilihan umum perlu
diselenggarakan lebih berkualitas dengan
partisipasi masyarakat (rakyat) seluasluasnya dan dilaksanakan berdasarkan azaz
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil. Dalam pemilihan umum untuk
memilih anggota lembaga perwakilan
harus
mampu
menjamin
prinsip
keterwakilan, akuntabilitas dan legitimasi.
Indonesia sebagai salah satu
Negara yang menganut paham demokrasi
sudah melaksanakan pemilihan umum
sebanyak sembilan kali pemilihan umum.
Pemilu
untuk
pertama
kalinya
diselenggarakan tahun 1955. Setelah itu ada
masa vakum yang cukup lama (kurang
lebih
enam
belas
tahun)
sampai
diselenggarakan pemilu kedua pada tahun
1971. Pemilu kedua ini digelar dalam
konteks politik yang berbeda, karena ada
proses transfer kekuasaan dari rezim
Soekarno ke rezim Orde Baru pada tahun
1966. Rezim Orde Baru cukup konsisten
menjalankan pemilu secara regular- lima
tahunan- mulai dari dari 1971, 1977, 1982,
1987, 1992 dan terakhir 1997.
Setelah era kekuasaan Orde Baru
berakhir
tahun
1998,
maka
penyelenggaraan pemilu dipercepat dari
jadwal yang seharusnya, tahun 2002.
Namun, perubahan konstelasi politik,
memaksa
Presiden
Habibie
untuk
menyelenggarakan Pemilu pada tahun
1999. Pemilu 1999 diikuti oleh pergelaran
pemilu untuk ke sepuluh kalinya pada tahun
2009. Adapun sistem pemilihan umum
secara garis besar ada tiga yaitu, Pertama,
Sistem Perwakilan Berimbang. Gagasan
pokok sistem Perwakilan Berimbang
(Proportional Representation) terletak pada
sesuainya jumlah kursi parlemen yang
diperoleh suatu golongan atau partai
19
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
konstitusional. Partisipasi politik partai
politik dalam semua langkah pemilihan
umum serta kepercayaan masyarakat dalam
proses pemilihan umum merupakan syarat
penting bagi penyelenggaraan pemilihan
umum yang berhasil dalam menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara menuju cita-cita kemardekaan.
Pemilihan umum tidak sekedar pemilihan
wakil-wakil rakyat untuk duduk di Dewan
Perwakilan Rakyat, juga bukan berarti
membentuk suatu Negara baru dengan
dasar Negara yang baru tetapi nurani rakyat
dalam perjuangan mempertahankan dan
mengisi kemardekaan. Pemilihan umum
menjadi sarana yang penggunaannya tidak
boleh mengakibatkan rusaknya sendi-sendi
demokrasi, tetapi harus tetap menjamin
pelaksanaan Pancasila secara murni dan
konsekwen.
Menyadari betapa pentingnya
pemilihan umum sebagai sarana demokrasi,
berarti pula menentukan masa depan
bangsa dalam hal ini dibutuhkan tingkat
kesadaran masyarakat itu sendiri, guna
mewujudkan pemerintahan yang berdaulat,
dimana pemerintahan yang berdaulat itu
diperoleh melalui pemilihan umum karena
inilah salah satu syarat dari sebuah Negara
yang
menganut
faham
demokrasi,
Menyadari betapa pentingnya pemilihan
umum sebagai sarana demikrasi yang
berarti dapat menentukan masa depan
bangsa maka sangat diperlukan partisipasi
aktif masyarakat dalam pemilihan umum
terutama sekali dalam pemberian suara.
Masalah
partisipasi
politik
masyarakat sangat menarik untuk ditelaah
dalam artian partisipasi politik yang
dimaksudkan bukanlah dilihat dari hasil
jumlah
suara
semata
yang
telah
dimenangkan oleh partai politik- partai
politik peserta pemilihan umum, akan tetapi
dilihat dari kemampuan masyarakat dan
tingkat kesadaran masyarakat dalam
menentukan pilihannya yang terbaik sesuai
dengan hati nurani tanpa ada tekanan dari
pihak lain. Seperti diketahui bahwa angka
hasil pemilihan umum hanya memberi
gambaran kasar mengenai partisipasi
politik. Pemilihan umum bukan satusatunya alat untuk mengukur tingkat
partisipasi politik masyarakat, namun erat
kaitannya dengan partisipasi politik yaitu
pemilihan umum adalah keharusan dan
suatu lembaga yang vital untuk demokrasi.
(S. Pamudji, 1982 : 47)
Salah satu bentuk partisipasi
politik masyarakat dalam pemerintahan
yang demokratis adalah keikutsertaan
anggota masyarakat dalam pemilihan
umum. Dalam sistem politik semacam ini
pemilihan umum mempunyai beberapa
fungsi yaitu : Pertama, ia merupakan
institusi dan sekaligus instrumen untuk
mengendalikan konflik-konflik kepentingan
yang terjadi dalam masyarakat. Kedua,
pemilihan umum dapat pula berfungsi
sebagai sarana untuk melakukan pergantian
pemerintahan secara wajar dan damai.
Ketiga, pemilihan umum dalam artian yang
lebih luas lagi merupakan sarana untuk
membangun basis legitimasi politik yang
konstitusional bagi kekuasaan yang akan
dibangun. Keempat, melalui pemilihan
umum juga dapat dilihat tingkat
kedewasaan dan kemantapan budaya politik
nasional yang disosialisasikan kepada
masyarakat
selama
kurun
waktu
pemerintahan yang lalu. Kelima, terutama
melalui kempanye pemilihan umum
masyarakat berpeluang memperoleh banyak
informasi tentang berbagai kebijakan dan
permasalahan yang dihadapi bangsa dan
Negara dalam mewujudkan kesejahteraan
warganya ( J.Kriatiadi, 1997 : 1).
Suatu bentuk partisipasi yang
agak mudah untuk dilihat adalah pada
proses pemilihan umum, karena proses
pemilihan umum merupakan salah satu
bentuk partisipasi politik langsung dari
rakyat dan merupakan indikasi dari tingkat
partisipasi politik rakyat itu sendiri.
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pemilihan umum sangat dibutuhkan oleh
sistem politik dan biasanya untuk Negaranegara yang sedang berkembang, dimana
sebagian besar rakyatnya belum memiliki
kematangan yang cukup dalam politik.
Setiap masyarakat dari suatu Negara
20
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
memiliki budaya politik sendiri, demikian
pula halnya dengan individu-individu yang
hidup ditengah-tengah masyarakat itu
senantiasa memiliki orientasi maupun
persepsi terhadap sistem politiknya.
Keanekaragaman orientasi politik dalam
perspektif demokrasipun merupakan suatu
yang dipersyaratkan, demokrasi merupakan
suatu sistem dimana manajemen politik
dilaksanakan
dengan
berlandaskan
partisipasi dan pluralisme adalah suatu
indikator mengenai ada atau tidaknya
demokrasi dalam suatu masyarakat atau
Negara.
Biasanya masyarakat yang ikut
berpartisipasi dalam kegiatan politik seperti
terlihat dalam kegiatan pemberian suara
atau ikut kampanye didorong oleh
keyakinan bahwa melalui kegiatan tersebut
kebutuhan atau kepentingan mereka akan
tersalur
atau setidak-tidaknya
akan
diperhatikan, bahwa melalui kegiatan
tersebut akan mempengaruhi tindakan
pemimpin dalam membuat keputusan.
Sudah diketahui bahwa dalam pemberian
hak suara pada pemilihan umum
merupakan masalah pokok, karena ini
berkaitan dengan hak pribadi seseorang
dalam mengambil keputusan apakah ikut
atau tidak, hal ini tidak terlepas dari peran
dan keberadaan para calon Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang akan ikut
dalam pemilihan umum.
Pemilihan umum legislatif 2009
merupakan pemilihan umum yang ketiga
diera reformasi, dimana peran pemerintah
sangat dituntut dalam mensukseskan proses
penyelenggaraan pemilihan umum yang
luber dan jurdil tanpa adanya usaha
pemerintah untuk memobilisasi masyarakat
agar memilih partai dan calon tertentu.
Namun pada kenyataannya pada pemilihan
umum legislatif 2009 ini sangat banyak
dijumpai kesalahan-kesalahan yang sangat
mendasar seperti banyaknya masyarakat
yang tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih
Sementara (DPS) dan Daftar Pemilih Tetap
(DPT) serta sulitnya sistem pemilihan yang
diterapkan
yang
berakibat
pada
menurunnya partisipasi masyarakat dalam
pemilihan umum.
Untuk aktivitas Pemilihan Umum
di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan
Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD.
Khusus mengenai partsipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pemilihan umum
diatur dalam BAB XIX Pasal 244 ayat (1)
yang
berbunyi
bahwa,
Pemilu
diselenggarakan
dengan
partisipasi
masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 244
ayat (2) disebutkan bahwa, Partisipasi
masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk
sosialisasi pemilu, pendidikan politik bagi
pemilih, survey atau jajak pendapat tentang
Pemilu dan penghitungan cepat hasil
Pemilu, dengan ketentuan :
a. Tidak melakukan keberpihakan yang
menguntungkan atau merugikan salah
satu peserta Pemilu
b. Tidak
mengganggu
proses
penyelenggaraan tahapan Pemilu
c. Bertujuan meningkatkan partisipasi
politik masyarakat secara luas
d. Mendorong terwujudnya suasana yang
kondusif bagi penyelenggaraan Pemilu
yang aman, damai, tertib dan lancar.
Pemilihan umum legislatif 2009
ini sangat diharapkan oleh semua kalangan
baik pemerintah maupun masyarakat akan
lebih baik dari pemilihan umum yang
sebelumnya, namun yang terjadi sebaliknya
pemilihan umum legislatif 2009 ini lebih
berantakan dibandingkan dengan pemilihan
umum sebelumnya khususnya pemilihan
umum 2004 yang lalu. Pada hal pemilihan
umum 2004 yang lalu sudah mulai bagus
dengan sistem yang diterapkan dan tata cara
pemilihan tetapi karena kepentingankepentingan politik peserta pemilihan
umum maka undang-undang tentang
pemilihan umum dirubah lagi yang
berakibat tidak tercapainya pemilihan
umum yang diharapkan.
Kecamatan
Singingi
Hilir
merupakan salah satu Kecamatan yang ada
di Kabupaten Kuantan Singingi yang
merupakan pecahan dari Kecamatan
Singingi, Kecamatan Singingi Hilir
21
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
tergolong
Kecamatan
yang
jumlah
penduduknya cukup banyak namun dilihat
partisipasi masyarakatnya dalam pemilihan
umum legislatif 2009 yang lalu khususnya
dalam proses pemberian suara sangat
rendah dibanding dengan Kecamatankecamatan yang lain. Berdasarkan data dari
Komisi
Pemilihan
Umum
Daerah
Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2009,
Kecamatan Singingi Hilir memiliki jumlah
penduduk sebanyak 32.942 jiwa dengan
jumlah pemilih terdaftar sebanyak 21.023
pemilih, sedangkan jumlah pemilih yang
menyalurkan hak suaranya hanya 14.782
pemilih.
Dari 12 desa yang ada di
Kecamatan Singingi Hilir, ada beberapa
desa yang tingkat partisipasi politik
masyarakatnya tergolong cukup rendah
yaitu Desa Petai dari 1.175 pemilih yang
terdaftar hanya 651 pemilih yang
menyalurkan hak suaranya atau sekitar 55,4
%, Desa Kotobaru dari 1.620 pemilih yang
terdaftar hanya 1.061 pemilih yang
menyalurkan hak suaranya atau sekitar 65,5
%, Desa Sungai Paku dari 920 pemilih yang
terdaftar hanya 625 pemilih yang
menyalurkan hak suaranya atau sekitar 67,9
% dan Desa Tanjung Pauh dari 1.461
pemilih yang terdaftar hanya 834 pemilih
yang menyalurkan hak suaranya atau
sekitar 57,1 %, yang mana keempat desa
tersebut merupakan desa asli tempatan
sedangkan selebihnya merupakan desa eks
transpir dan rata-rata tingkat partisipasi
masyarakatnya diatas 70%. Dan bahkan
jika dibandingkan dengan hasil pemilu
tahun 2004 yang lalu terdapat penurunan
tingkat partisipasi politik masyarakat yang
cukup signifikan. Adapun pada pemilihan
umum tahun 2004, Desa Petai tingkat
partisipasinya 95,3%, Desa Kotobaru
84,9%, Desa Sungai Paku 78% dan Desa
Tanjung Pauh 81%.
Berdasarkan
penjelasanpenjelasan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi pokok masalah adalah
rendahnya tingkat partisipasi politik
masyarakat Kecamatan Singingi Hilir
dalam proses pemberian suara pada
Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di
Kabupaten
Kuantan
Singingi
jika
dibandingkan dengan hasil pemilihan
umum tahun 2004 yang lalu, khususnya
masyarakat yang berdomisili di empat desa
asli tempatan tersebut.
Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian yang ingin
dijawab dengan penelitian ini adalah
Faktor-Faktor
apa
sajakah
yang
mempengaruhi tingkat partisipasi politik
masyarakat di Kecamatan Singingi Hilir
pada pemilu legislatif 2009?.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian adalah untuk
mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi tingkat partisipasi politik
masyarakat pada pemilihan umum legislatif
tahun 2009 di Kecamatan Singingi Hilir
Kabupaten Kuantan Singingi khususnya di
empat Desa tempatan tersebut (Desa Petai,
Desa Kotobaru, Desa Sungai Paku dan
Desa Tanjung Pauh).
Penelitian
bertujuan
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
partisipasi
politik
masyarakat pada pemilihan umum legislatif
tahun 2009 di Kecamatan Singingi Hilir
Kabupaten Kuantan Singingi serta untuk
mengetahui faktor dominan yang lebih
berpengaruh pada partisipasi politik
masyarakat antara faktor internal dan faktor
eksternal pada pemilihan umum legislatif
tahun 2009 di Kecamatan Singingi Hilir
Kabupaten Kuantan Singingi.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya mengenai
partisipasi politik masyarakat, serta sebagai
bahan
informasi
bagi
pemerintah
Kabupaten
Kuantan
Singingi
dan
masyarakat luas tentang tingkat partisipasi
politik masyarakat khususnya di Kecamatan
Singingi Hilir pada Pemilihan Umum
Legislatif 2009. Serta dapat dijadikan bahan
22
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
informasi
bagi
peneliti
mengenai masalah yang sama.
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
berikutnya
Demokrasi
merupakan
sebuah
idiom yang oleh sebagian orang
dipersepsikan sebagai pilihan sistem
politik,
menuntut
prasyarat
bagi
terwujudnya masyarakat madani (civil
society). Kuatnya tuntutan demokratisasi
dan maraknya diskusi demokrasi tidak lain
karena adanya anggapan bahwa demokrasi
merupakan suatu yang bisa menjamin
keteraturan publik sekaligus mendorong
tranformasi masyarakat menuju suatu
struktur sosial, politik, ekonomi dan
kebudayaan yang lebih ideal. Demokrasi
adalah suatu konsep modern, ia hanya dapat
berjalan dalam masyarakat modern dan
memikul nilai-nilai tertentu ( Maulani, 2000
: 53).
Menurut Sidney Hook (dalam
Abdul Ghofur, 2002 : 15-16), demokrasi
adalah dalam bentuk pemerintahan dimana
keputusan-keputusan yang penting atau
arah kebijakan dibalik keputusan ini secara
langsung
maupun
tidak
langsung
didasarkan kepada kesepakatan mayoritas
yang diberikan secara bebas dari rakyat
dewasa. Kemudian Alfian (dalam Abdul
Ghofur, 2002 : 19) mendefenisikan sebagai
sebuah sistem politik yang memelihara
keseimbangan
antara
konflik
dan
konsensus. Dalam studinya Robert Dahl
(1985 : 10-11), mengajukan lima kriteria
bagi demokrasi sebagai sebuah ide politik,
yaitu :
1. Persamaan hak pilih dan dalam
menentukan keputusan kolektif
yang mengikat.
2. Partisipasi
efektif,
yakni
kesempatan yang sama bagi semua
warga
negara
dalam
proses
pembuatan
keputusan
secara
kolektif
3. Pembeberan
kebenaran,
yaitu
adanya peluang yang sama bagi
setiap orang untuk memberikan
penilaian terhadap jalannya proses
politik dan pemerintahan secara
logis
4. Kontrol terakhir terhadap agenda
5. Pencakupan,
yaitu
terlibatnya
masyarakat mencakup semua orang
Kerangka Teori
Konsep Politik
Ilmu politik merupakan salah satu
ilmu tertua dari berbagai cabang ilmu yang
ada. Meskipun beberapa cabang ilmu
pengetahuan yang telah ada mencoba untuk
melacak asal usul keberadaannya hingga
zaman Yunani Kuno. Tetapi hasil yang
dicapai tidak segemilang apa yang telah
dicapai oleh ilmu politik (SP. Varma, 2003
: 3). Ilmu politik masih merupakan suatu
disiplin ilmu yang hanya dapat dipelajari
diperpustakaan dan ruang belajar dari pada
dilapangan, dimana interaksi-interaksi
politik yang sebenarnya terjadi. (SP.
Varma, 2003 : 6).
Menurut Graham Wallas (dalam SP.
Varma, 2003 : 15) bahwa semua orang
yang
mempelajari
politik
hanya
menganalisa berbagai macam lembaga tapi
mengabaikan analisa terhadap faktor
manusianya sendiri. Pada dasarnya politik
mempunyai
ruang
lingkup
negara,
membicarakan politik pada dasarnya sama
dengan membicarakan negara, karena teori
politik menyelidiki negara sebagai lembaga
yang mempengaruhi masyarakat. Jadi
negara dalam keadaan bergerak, selain itu
juga politik menyelidiki ide-ide, azaz-azaz,
sejarah pembentukan negara serta bentuk
dan tujuan negara.
Roger F. Soltau (dalam Budiardjo,
2004 : 8) menegaskan bahwa ilmu politik
mempelajari negara, tujuan negara dan
lembaga-lembaga yang akan melaksanakan
tujuan hubungan antara negara dengan
warga negara serta dengan negara lain.
Sedangkan menurut J. Barent
(dalam
Budiardjo, 2004 : 9) ilmu politik adalah
ilmu yang mempelajari kehidupan negara
yang merupakan bahagian dari kehidupan
masyarakat, ilmu politik juga mempelajari
negara-negara lain.
Konsep Demokrasi
23
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
dewasa dalam kaitannya dengan
hukum.
Demokrasi sangat penting karena
merupakan perwujudan nyata keikutsertaan
rakyat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, maka dapat dimaklumi jika
pemilu seringkali dijadikan tolak ukur
sejauh mana kadar demokrasi dari suatu
negara mengakui negaranya sebagai negara
demokrasi. Jadi jelas dalam suatu negara
demokrasi, pemilu benar-benar mempunyai
fungsi penting dan sama sekali bukan
sekedar formalitas atau seremonial belaka
dan dengan berdemokrasi yang baik bisa
memberikan partisipasi dalam hal berpolitik
menjadi lebih baik.
Hakekat
demokrasi
adalah
ikutsertanya
rakyat
dalam
proses
mengambil keputusan yang bersifat
mengatur kepentingan umum, keikutsertaan
masyarakat atau rakyat dalam proses
pengambilan keputusan dalam pemilihan
umum atau pemberian suara dapat dianggap
sebagai
bentuk
partisipasi
politik.
Partisipasi menjadi kunci terjawabnya
demokrasi, dapat dibuktikan hampir semua
kegiatan
dalam
proses
demokrasi
membutuhkan partisipasi, demokrasi tanpa
partisipasi adalah manipulasi terhadap
demokrasi, karena dengan partisipasi akan
terbentuk demokrasi. Antara demokrasi dan
partisipasi merupakan dua dasar dengan
nilai entitas yang sama, konsep demokrasi
tumbuh melalui partisipasi dan demokrasi
berasal dari partisipasi ( Elvi Juliansyah,
2007 : 82-83).
Demokrasi adalah bentuk atau
mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan
kedaulatan rakyat (kekuasaan warga
negara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar
demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara
(eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk
diwujudkan dalam tiga jenis lembaga
negara yang saling lepas (independen) dan
berada dalam peringkat yg sejajar satu sama
lain. Kesejajaran dan independensi ketiga
jenis lembaga negara ini diperlukan agar
ketiga lembaga negara ini bisa saling
mengawasi
dan
saling
mengontrol
berdasarkan prinsip checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara
tersebut
adalah
lembaga-lembaga
pemerintah yang memiliki kewenangan
untuk mewujudkan dan melaksanakan
kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga
pengadilan
yang
berwenang
menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan
lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR,
untuk
Indonesia)
yang
memiliki
kewenangan
menjalankan
kekuasaan
legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan
legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh
wakil yang wajib bekerja dan bertindak
sesuai
aspirasi
masyarakat
yang
diwakilinya
(konstituen)
dan
yang
memilihnya melalui proses pemilihan
umum legislatif, selain sesuai hukum dan
peraturan.
Selain pemilihan umum legislatif,
banyak keputusan atau hasil-hasil penting,
misalnya pemilihan presiden suatu negara,
diperoleh melalui pemilihan umum.
Pemilihan umum tidak wajib atau tidak
mesti diikuti oleh seluruh warganegara,
namun oleh sebagian warga yang berhak
dan secara sukarela mengikuti pemilihan
umum. Sebagai tambahan, tidak semua
warga negara berhak untuk memilih
(mempunyai hak pilih). Kedaulatan rakyat
yang dimaksud di sini bukan dalam arti
hanya kedaulatan memilih presiden atau
anggota-anggota parlemen secara langsung,
tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu
pemilihan presiden atau anggota-anggota
parlemen secara langsung tidak menjamin
negara tersebut sebagai negara demokrasi
sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri
secara langsung presiden hanyalah sedikit
dari sekian banyak kedaulatan rakyat.
Walapun perannya dalam sistem demokrasi
tidak besar, suatu pemilihan umum sering
dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat
cara berpikir lama dari sebagian masyarakat
yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh
idola, bukan sistem pemerintahan yang
bagus, sebagai tokoh impian ratu adil.
Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin
24
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
negara, masa hidupnya akan jauh lebih
pendek daripada masa hidup suatu sistem
yang sudah teruji mampu membangun
negara. Banyak negara demokrasi hanya
memberikan hak pilih kepada warga yang
telah melewati umur tertentu, misalnya
umur 18 tahun, dan yang tak memliki
catatan kriminal (misal, narapidana atau
bekas narapidana).
segala keputusan yang menyangkut atau
mempengaruhi
hidupnya.
(Surbakti
Ramlan, 1992 :47).
Pemilihan umum sebagai satu
mekanisme
penting
dalam
Negara
demokrasi, pemilihan umum merupakan
perwujudan keikutsertaan rakyat dalam
kehidupan Negara, kenyataan tersebut
disebabkan oleh karena rakyat atau warga
Negara mempunyai hak untuk memilih
dengan bebas wakil-wakilnya yang akan
ikut secara bebas, maka berarti bahwa
rakyat sudah ikut terlibat dalam kehidupan
kenegaraan walaupun tidak langsung
(Jiwandono dalam Heriyanto, 1984 : 87).
Sedangkan menurut J. Kristiadi (1997 : 18),
pemilihan umum merupakan sarana
penghubung antara kepentingan masyarakat
dan kebijakan umum dan juga merupakan
instrumen politik agar konflik, distribusi
dan penggantian kekuasaan dapat dilakukan
secara tertib dan damai. Pemilihan umum
merupakan suatu cara atau sarana untuk
menentukan orang-orang yang akan
memimpin rakyat dalam menjalankan roda
pemerintahan (Heriyanto, 1984 : 81).
Pemilihan umum tidak hanya sekedar
memberikan hak warga Negara untuk
memilih pemerintahan, tetapi berfungsi
pula membatasi para pemimpin politik agar
berperilaku sebaik mungkin supaya dapat
dipilih kembali dalam pemilihan umum
berikutnya (Niemi dan Wersbeg dalam
Kristiadi, 1997 : 81). Paul Budi Kleden
(www.indomedia.com, 9 juli 2005),
menyatakan bahwa pemilihan umum adalah
momentum
untuk
menentukan
kepemimpinan
melalui
mekanisme
demokratis sesuai peraturan perundangan
yang berlaku. Oleh karena itu, sebuah
pemilihan umum direncanakan secara
publik dan berlangsung dalam tahapantahapan yang diketahui bersama. Didalam
tahapan penyelenggaraan itu, setiap
kontestan dapat bertarung mempengaruhi
warga untuk memperebutkan kekuasaan.
Sebagai satu mekanisme demokratis,
pemilihan umum
merupakan
ajang
penentuan pimpinan tanpa paksaan atau
desakan.
Konsep Partisipasi Politik
Berbicara tentang partisipasi politik,
tidak terlepas dari konteks negara dimana
warga negara itu hidup dan bertempat
tinggal yang menjadi objek pelaksana dari
partisipasi
tersebut.
Dinegara-negara
demokrasi pemikiran yang mendasari
konsep partisipasi politik ialah bahwa
kedaulatan ada ditangan rakyat yang
melaksanakannya melalui kegiatan bersama
untuk menentukan tujuan serta masa depan
masyarakat itu dan untuk menentukan
orang-orang yang akan memegang tampuk
pimpinan. Dengan demikian salah satu
untuk menunjukkan upaya kehidupan yang
demokratis ialah dengan melaksanakan
pemilihan
umum,
karena
pemilu
merupakan salah satu perwujudan yang
demokratis. Oleh sebab itu, untuk
suksesnya pemilu perlu adanya partisipasi
politik masyarakat yang aktif.
Keikutsertaan dalam pemilihan
umum atau pemberian suara dapat dianggap
sebagai bentuk partisipasi politik aktif yang
paling kecil atau karena hal itu menuntut
keterlibatan yang minimal yang akan
berhenti bila pemberian suara terlaksana
(Michael Rush dan Philip Althoff, 1990 :
129). Biasanya masyarakat yang ikut
berpartisipasi dalam kegiatan politik seperti
terlihat dalam kegiatan pemberian suara
atau ikut kampanye didorong oleh
keyakinan bahwa melalui kegiatan tersebut
kebutuhan atau kepentingan mereka akan
tersalur
atau setidak-tidaknya
akan
diperhatikan, bahwa melalui kegiatan
tersebut akan mempengaruhi tindakan
pemimpin dalam membuat keputusan.
Partisipasi politik adalah keikutsertaan
warga Negara bias dalam menentukan
25
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
Yang dimaksud dengan partisipasi
politik adalah kegiatan seseorang atau
kelompok orang untuk ikut serta secara
aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan
jalan memilih pimpinan Negara dan secara
langsung
atau
tidak
langsung
mempengaruhi
kebijakan
pemerintah.
Kegiatan
ini
mencakup
tindakan
memberikan suara dalam pemilihan umum,
menghadiri rapat umum, menjadi anggota
suatu partai atau kelompok kepentingan,
mengadakan hubungan dengan pejabat
pemerintah,
anggota
parlemen
dan
sebagainya (Budiardjo, 1981 : 1).
Partisipasi
politik
mempunyai
empat macam fungsi yaitu : Pertama,
sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan
ekonomis. Kedua, sebagai sarana untuk
memuaskan
suatu
kebutuhan
bagi
penyesuaian sosial. Ketiga, sebagai sarana
untuk membbuat dan mengejar nilai-nilai
khusus dan Keempat, sebagai sarana untuk
memenuhi kebutuhan bawah sadar dan
kebutuhan psikologis tertentu (Michael
Rush dan Philip Althoff, 2001 : 181-182).
Kartini
Kartono
(1993
:
22),
mengemukakan bahwa partisipasi politik
adalah keterlibatan individu sampai
bermacam-macam
tingkahlaku
dalam
sistem politik. Aktifitas politik itu bergerak
dari ketidak terlibatan sampai dengan
aktifitas berkantor. Oleh karena itu,
partsipasi politik itu bisa berbeda-beda pada
masyarakat.
Selanjutnya
Gabriel
Almond
(Mohtar Mas’oed, 2006 : 47), mengatakan
bahwa partisipasi politik dapat dibedakan
menjadi dua bentuk yaitu partisipasi politik
konvensional
dan partisipasi non
konvensional.
Partisipasi
politik
konvensional merupakan bentuk partisipasi
normal,
adapun
partisipasi
politik
konvensional
menurutnya
adalah
pemberian suara, diskusi politik, kegiatan
kampanye, membentuk dan bergabung
dalam kelompok kepentingan, kominikasi
individu dengan pejabat politik dan
administrasi. Sedangkan partisipasi politik
non konvensional yaitu pengajuan petisi,
berdemonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak
kekerasan politik terhadap harta benda
(kerusakan, pengeboman, pembakaran),
tindakan kekerasan politik terhadap
manusia (penculikan, pembunuhan) dan
perang gerilya dan revolusi.
Menurut Miriam Budiarjo (1992 :
3), dalam Negara demokrasi partisipasi
masyarakat merupakan tolak ukur dari
keberhasilan sistem politiknya, semakin
banyak warga berpartisipasi maka semakin
berhasil sistem politik tersebut, tetapi kalau
partisipasi warga Negara rendah bias
dikatakan sistem politiknya kurang baik, ini
berarti banyak warga Negara kurang
mempunyai sifat dan perhatian terhadap
masalah kenegaraan. Kearifan seseorang
dalam partisipasi politik dipengaruhi atau
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu
tingkat pendidikan, perbedaan jenis
kelamin dan status sosial ekonomi.
Selanjutnya Miriam Budiarjo mengatakan
bahwa partisipasi masyarakat dalam
berpolitik
dipengaruhi
oleh
faktor
pendidikan, status dan pendapatan atau
dengan kata lain orang yang berpendidikan
baik, berstatus sosial yang tinggi cenderung
lebih banyak berpartisipasi dari pada orang
yang
berpendidikan
rendah
dan
pendapatannya rendah.
Ada perbedaan yang mendasar
antara Negara-negara demokrasi barat,
Negara-negara sosialis timur serta Negaranegara berkembang, dalam pola dan aspek
yang mempengaruhi partisipasi politik
individu lebih banyak dipengaruhi oleh
faktor intern dan ekstern yang non
ideologis. Pada Negara sosialis timur faktor
ideologis yang mempengaruhi partisipasi
poltik individu, pengaruh ekstern dan intern
dari individu (status sosial, jenis kelamin
dan lain-lain) yang justru berpengaruh.
Sedangkan pada Negara-negara yang
berkembang faktor pengaruhnya
lebih
bervariasi, terkadang pada tingkatan
partisipasi tertentu faktor ideologis lebih
dominant dan pada tingkatan partisipasi
yang lain. Namun demikian secara umum
dapat dikatakan bahwa partisipasi politik
individu atau kelompok dalam sistem
politik ditentukan oleh :
26
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
1.
2.
3.
4.
Tingkat pendidikan
Jenis kelamin
Status sosial
Status dan situasi politik
(pengaruh
ideologi
dan
peranan partai politik serta
kelompok kepentingan dalam
sosialisasi
politik
dan
komunikasi politik (Agus
Yusoff dan Andi Yusran, 2007
: 94-95).
Menurut Nelson (1990 : 46),
partisipasi masyarakat bervariasi, suatu
masyarakat mungkin tinggi tingkat
partisipasinya
disbanding
dengan
masyarakat yang lain, atau tinggi pada
tingkat satu disbanding dengan tingkat yang
lain. Partisipasi masyarakat mencakup
tindakan sukarela dan juga digerakkan oleh
orang lain berupa paksaan, rangsangan
materi dan sebagainya. Ada dua bentuk
partisipasi yaitu partisipasi otonom yaitu
partisipasi
sukarela
dan
partisipasi
dimobilisasikan yaitu partisipasi yang
digerakkan oleh orang lain.
Schumpeter
(Sorensen,
2003),
menilai peran pemilih adalah bukan untuk
memutuskan masalah-masalah politik,
tetapi peran mereka lebih pada untuk
memilih orang-orang yang akan membuat
keputusan-keputusan
(bagi
mereka).
Mohtar Mas’oed menyatakan bahwa
sumber daya politik adalah sarana yang
dipakai untuk mempengaruhi orang lain
dan kelompok lain. Sumber daya politik
tersebut bisa berwujud kekuatan fisik atau
daya paksa, harta kekayaan, kepandaian,
status sosial dalam masyarakat dan faktor
keturunan.Sedangkan Herbert Mc Closky
dalam Miriam Budiarjo menyatakan bahwa
partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan
sukarela dari warga masyarakat melalui
mana mereka mengambil bagian dalam
proses pemilihan penguasa dan secara
langsung maupun tidak langsung dalam
pembentukan kebijakan umum.
Menurut Myron Weiner (Mas’oed,
2006 : 45-46), paling tidak terdapa 5 (lima)
hal yang menyebabkan timbulnya gerakan
kearah partisipasi yang lebih luas dalam
proses politik yaitu :
1. Modernisasi
2. Perubahan-perubahan struktur
kelas sosial
3. Pengaruh kaum intelektual dan
komunikasi massa modern
4. Komplik diantara kelompokkelompok pemimpin politik
5. Keterlibatan pemerintah yang
meluas dalam urusan sosial,
ekonomi dan kebudayaan.
Ada beberapa pendekatan untuk
melihat perilaku pemilih yaitu :
1. Pendekatan sosiologis, menjelaskan
karakteristik dan pengelompokan sosial
merupakan faktor yang mempengaruhi
perilaku pemilih dan pemberian suara
pada
hakekatnya
pengalaman
kelompok.
2. Pendekatan
psikologis,
menggaris
bawahi adanya sikap politik para
pemberi suara yang menetap.
3. Pendekatan
rasional,
pendekatan
rasional berkaitan dengan orientasi
pemilih yakni orientasi isu dan orientasi
kandidat.
4. Pendekatan domain kognitif, berasal
dari berbagai sumber seperti pemilih,
komunikasi dari mulut kemulut dan
media masa.( Nursal, 2004 : 55-67).
Kuatnya
pengaruh
identifkasi
terhadap perilaku pemilih merupakan
pengambilan keputusan itu tergantung
situasi sosial politik tertentu yang tidak
berbeda dengan pengambilan keputusan
lainnya. Kualitas kandidat (calon) memiliki
dua variabel :
1. Kualitas
instrumental,
yaitu
tindakan yang diyakini pemilih akan
direalisasikan oleh kandidat bila
kelak menang pemilu.
2. Kualitas simbolis, yaitu kualitas
kepribadian
seseorang
yang
berkaitan dengan integritas diri,
ketegasan, ketaatan pada norma dan
aturan, kebaikan sikap masyarakat
dan sebagainya.
Dinegara demokratis pemikiran
yang mendasari konsep partisipasi politik
27
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
adalah bahwa kedaulatan ada ditangan
rakyat yang dilaksanakan melalui kegiatan
bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan
serta masa depan masyarakat itu dan untuk
menentukan orang-orang yang akan
memegang
tampuk
pimpinan.
Jadi
partisipasi politik merupakan suatu
pengejawantahan dari penyelenggaraan
kekuasaan politik yang abash oleh rakyat.
Pada dasarnya ada tiga tujuan dalam
pemilihan umum menurut Ramlan (1992)
yaitu :
1. Sebagai
mekanisme
untuk
menyeleksi
para
pemimpin
pemerintahan
dan
alternatif
kebijakan umum.
2. Pemilihan umum juga merupakan
mekanisme memindahkan konflik
kepentingan dari masyarakat kepada
badan-badan perwakilan rakyat
melalui wakil-wakil yang terpilih
atau partai yang memenangkan
kursi sehingga kesatuan masyarakat
tetap terjamin.
3. Pemilihan umum merupakan sarana
memobilisasi, menggerakkan atau
menggalang
dukungan
rakyat
terhadap Negara dan pemerintahan
dengan jalan ikut serta dalam proses
politik.
Menurut Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
DPR, DPD dan DPRD Pasal 244 ayat (1)
pemilihan umum diselenggarakan dengan
partisipasi masyarakat. Dan ayat (2)
menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat
sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat
dilakukan dalam bentuk sosialisasi pemilu,
pendidikan politik bagi pemilih, survey atau
jajak pendapat tentang pemilu dan
penghitungan cepat hasil pemilu.
tahun 2009 di Kecamatan Singingi Hilir
Kabupaten Kuantan Singingi.
Lokasi
penelitian
dipilih
di
Kecamatan
Singingi
Hilir
dengan
pertimbangan bahwa dari 12 kecamatan
yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi,
Kecamatan Singingi Hilir termasuk salah
satu kecamatan yang jumlah penduduk
cukup banyak akan tetapi tingkat partisipasi
politik masyarakatnya pada pemilihan
umum legislatif tahun 2009 cukup rendah.
sementara kecamatan tersebut merupakan
salah satu kecamatan yang berpenduduk
heterogen seperti status sosial, ekonomi,
kelompok ras/etnik, suku, usia, seks, agama
yang semua itu akan mempengaruhi
partisipasi politik masyarakat.
Data dan informasi penelitian
diperoleh dari keterangan informan,
pengamatan serta dokumen yang relevan.
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan menyebarkan kuisioner dan
diperkuat
dengan
wawancara
yang
mendalam
dengan
informan,
studi
dokumentasi serta pengamatan langsung
dilapangan.
Analisis data dilakukan dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut setelah
data dilapangan terkumpul maka data
tesebut kemudian dikelompokkan dan
ditabulasikan
dengan
keteranganketerangan yang sifatnya mendukung dalam
menjelaskan
hasil
penelitian,untuk
kemudian dianalisa secara diskriptif,
sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.
Pembahasan
Partisipasi politik secara umum bisa
dikatakan merupakan kegiatan seseorang
atau sekelompok orang untuk ikut serta
secara aktif dalam kehidupan politik,
dengan jalan memilih pemimpin negara
atau pemimpin daerah.
Di sisi lain, partisipasi politik pun
diarahkan untuk memperkuat sistem politik
yang ada. Dalam tataran ini partisipasi
politik dipandang sebagai bentuk legitimasi
dari sistem politik yang bersangkutan. Atau
dengan kata lain partisipasi politik menjadi
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan
kualitatif guna memperoleh gambaran yang
mendalam tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat partisipasi politik
masyarakat pada pemilihan umum legislatif
28
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
salah satu indikator signifikan atas
dukungan
rakyat
baik
terhadap
pemimpinnya, kebijakan-kebijakan yang
diambil oleh pemimpinnya maupun bagi
sistem politik yang diterapkannya.
Di Negara yang menganut paham
demokrasi, bentuk partisipasi politik
masyarakat yang paling mudah diukur
adalah
ketika
pemilihan
umum
berlangsung. Perilaku warga Negara yang
dapat dihitung itensitasnya adalah melalui
perhitungan persentase orang
yang
menggunakan hak pilihnya (voter turnout)
dibanding dengan warga Negara yang
berhak memilih seluruhnya.
Salah satu cara melihat tingkat
partisipasi politik masyarakat dalam
pemilihan umum adalah proses pemberian
suara karena hal tersebut merupakan
bentuk partisipasi politik masyarakat yang
paling rendah. Tetapi biasanya tinggi
rendahnya partisipasi politik masyarakat
pada pemilihan umum bukan hanya diukur
dari tersebut, ada hal lain yang dapat
menentukan apakah masyarakat ikut aktif
dalam politik atau pasif bahkan bias sama
sekali
tidak
ikut
dalam
proses
penyelenggaraan pemilihan umum.
Keikutsertaan masyarakat dalam
proses pemilihan umum tidak terlepas dari
adanya
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi
partisipasi
politik
masyarakat dalam pemilihan umum
legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir
adalah sebagai berikut :
seseorang maka orang tersebut semakin
bagus kualitasnya.
Tingkat pendidikan sangat besar
pengaruhnya terhadap partisipasi politik
masyarakat pada pemilihan umum legislatif
2009 di Kecamatan Singingi Hilir, karena
semakin
tinggi
tingkat
pendidikan
seseorang maka semakin tinggi pula tingkat
partisipasinya dan begitu juga sebaliknya.
Karena yang berpendidikan akan memiliki
kemampuan yang lebih dalam menganalisa
informasi yang diterima, serta memiliki
kemampuan untuk mengetahui bentuk
partisipasi yang dilakukan sesuai dengan
perkembangan situasi dan kondisi.
Adapun tingkat pendidikan tersebut
dibagi kepada beberapa tingkat yaitu :
a. Tingkat pendidikan tinggi
Tingkat pendidikan tinggi
merupakan jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah
yang mencakup program sarja,
magister, doctor dan spesialis
yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.
b. Tingkat pendidikan menengah
Tingkat pendidikan menengah
merupakan jenjang pendidikan
lanjutan pendidikan dasar
yang
meliputi
Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) dan Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA).
c. Tingkat pendidikan rendah
Tingkat pendidikan rendah
merupakan jenjang pendidikan
dasar
atau
awal
yang
melandasi jenjang pendidikan
menengah. Tingkat pendidikan
rendah
tersebut
meliputi
masyarakat yang hanya tamat
Sekolah Dasar (SD) dan
bahkan tidak tamat atau tidak
sekolah sama sekali.
Dari hasil penelitian dapat diketahui
bahwa
secara
keseluruhan
tingkat
pendidikan masyarakat atau seseorang tidak
atau
kurang
berpengaruh
terhadap
partisipasi politiknya pada pemilihan umum
legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor
yang berasal dari dalam diri masyarkat itu
sendiri
yang
dapat
mempengaruhi
keikutsertaannya
dalam
proses
penyelenggaran pemilihan umum terutama
sekali dalam proses pemberian suara.
Adapun faktor internal tersebut
meliputi :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan sangat erat kaitan
dengan kualitas sumber daya manusia,
karena semakin tinggi tingkat pendidikan
29
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
Singingi Hilir. Hal ini dapat dilihat dari
hasil jawaban kuisioner responden yaitu
persentase rata-rata jawaban tertinggi 40,4
% mengatakan bahwa tingkat pendidikan
masyarakat
atau
seseorang
tidak
berpengaruh terhadap partisipasi politiknya
pada pemilihan umum legislatif 2009 yang
lalu, sedangkan persentase rata-rata
jawaban yang sedang 40,1 % mengatakan
bahwa tingkat pendidikan masyarakat atau
seseorang cukup berpengaruh terhadap
partisipasi politiknya pada pemilihan umum
legislatif 2009 yang lalu, Dan rata-rata
jawaban yang paling sedikit adalah 19,4 %
mengatakan bahwa tingkat pendidikan
masyarakat
atau
seseorang
sangat
berpengaruh terhadap partisipasi politiknya
pada pemilihan umum legislatif 2009 yang
lalu.
% mengatakan bahwa tingkat kehidupan
ekonomi masyarakat atau seseorang cukup
berpengaruh terhadap partisipasi politiknya
pada pemilihan umum legislatif 2009 yang
lalu, sedangkan persentase rata-rata
jawaban yang sedang 36,2 % mengatakan
bahwa
tingkat
kehidupan
ekonomi
masyarakat
atau
seseorang
sangat
berpengaruh terhadap partisipasi politiknya
pada pemilihan umum legislatif 2009 yang
lalu, Dan rata-rata jawaban yang paling
sedikit adalah 16,8 % mengatakan bahwa
tingkat kehidupan ekonomi masyarakat atau
seseorang tidak berpengaruh terhadap
partisipasi politiknya pada pemilihan umum
legislatif 2009 yang lalu.
Maka dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tingkat kehidupan
ekonomi masyarakat atau seseorang cukup
berpengaruh terhadap partisipasi politiknya
pada pemilihan umum legislatif 2009 yang
lalu di Kecamatan Singingi Hilir.
b. Tingkat Kehidupan Ekonomi
Tingkat
kehidupan
ekonomi
seseorang juga sangat berpengaruh terhadap
partisipasi politik orang tersebut. Adapun
tingkat kehidupan ekonomi masyarakat itu
meliputi :
a. Tingkat kehidupan ekonomi rendah
Tingkat kehidupan ekonomi yang
rendah merupakan tingkatan yang
paling bawah yang sering disebut
dengan masyarakat miskin yaitu
yang berpenghasilan di bawah Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah) per
bulan.
b. Tingkat
Kehidupan
Ekonomi
Menengah
Tingkat
kehidupan
ekonomi
menengah
merupakan
tingkat
kehidupan ekonomi yang sudah agak
memadai yaitu yang berpenghasilan
antara Rp. 1.000.000,- sampai
dengan Rp. 2.000.000,- per bulan.
c. Tingkat Kehidupan Ekonomi Tinggi
Tingkat kehidupan ekonomi yang
tinggi merupakan tingkat kehidupan
yang ada diatas penghasilan rata-rata
yaitu yang berpenghasilan diatas Rp.
2.000.000,- per bulannya.
Dari hasil penelitian menunjukkan
persentase rata-rata jawaban tertinggi 46,9
c. Kesadaran Politik
Kesadaran politik menyangkut
pengetahuan,
minat
dan
perhatian
seseorang terhadap lingkungan masyarakat
dan politik, tingkat kesadaran politik
diartikan sebagai tanda bahwa warga
masyarakat menaruh perhatian terhadap
masalah
kenegaraan
dan
atau
pembangunan.
Adapun kesadaran politik itu
mecakup dua hal yaitu :
a. Hak dan Kewajiban Sebagai Warga
Negara Dalam Pemilihan Umum
Sesuai dengan bunyi Pasal 19 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2008 tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
menyebutkan bahwa warga Negara
Indonesia yang pada hari pemungutan
suara telah genap berumur 17 (tujuh
belas) tahun atau lebih atau
sudah/pernah kawin mempunyai hak
memilih.
b. Minat
dan
Perhatian
Untuk
Berpartisipasi
30
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
Minat
dan
perhatian
untuk
berpartisipasi merupakan keinginan
dari hati setiap individu untuk ikut
terlibat dalam proses politik yang
sedang berlangsung.
kesadaran politik sangat mempengaruhi
tingkat partisipasi politik masyarakat.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi tingkat
partisipasi politik masyarakat yang berasal
dari luar diri masyarakat itu sendiri.
Adapun yang termasuk kedalam faktorfaktor eksternal yang dapat mempengaruhi
tingkat partisipasi politik masyarakat pada
pemilihan umum legislatif 2009 adalah
sebagai berikut :
Dari penelitian diketahui bahwa
persentase rata-rata jawaban tertinggi 72,9
% mengatakan bahwa kesadaran politik
masyarakat sangat berpengaruh terhadap
partisipasi politiknya pada pemilihan umum
legislatif 2009 yang lalu, sedangkan
persentase rata-rata jawaban yang sedang
25,7 % mengatakan bahwa kesadaran
politik masyarakat cukup berpengaruh
terhadap partisipasi politiknya pada
pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu,
Dan rata-rata jawaban yang paling sedikit
adalah 1,5 % mengatakan bahwa kesadaran
politik masyarakat tidak berpengaruh
terhadap partisipasi politiknya pada
pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu.
Maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran
politik masyarakat atau seseorang sangat
berpengaruh terhadap partisipasi politiknya
pada pemilihan umum legislatif 2009 yang
lalu di Kecamatan Singingi Hilir.
Jadi dengan demikian berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
faktor internal (tingkat pendidikan, tingkat
kehidupan ekonomi dan kesadaran politik)
sangat berpengaruh terhadap partisipasi
politik masyarakat pada pemilihan umum
legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir.
Hal ini dapat dilihat dari jawaban 103 orang
responden sebanyak 42,8 % mengatakan
bahwa faktor internal sangat berpengaruh
terhadap partisipasi politik masyarakat pada
pemilihan umum legislatif 2009 di
Kecamatan Singingi Hilir.
Dari 3 (tiga) faktor internal tersebut
yaitu faktor tingkat pendidikan, faktor
tingkat kehidupan ekonomi dan faktor
kesadaran politik, maka faktor kesadaran
politiklah yang paling dominan atau yang
sangat berpengaruh terhadap partisipasi
politik masyarakat pada pemilihan umum
legislatif tahun 2009 di Kecamatan Singingi
Hilir, yaitu 72,9% responden mengatakan
a. Peranan Pemerintah
Peranan pemerintah sangat penting
dalam proses pelaksanaan pemilihan
umum,
karena
pemerintah
sebagai
penyelenggara pemilihan umum dalam hal
ini dilimpahkan kepada Komisi Pemilihan
Umum (KPU) sangat sentral sekali. Sukses
atau tidaknya penyelenggaraan pemilihan
umum
sangat
bergantung
kepada
pemerintah.
Adapun peranan pemerintah dalam
meningkatkan
partisipasi
politik
masyarakat meliputi :
1. Sosialisasi Pemilihan Umum
Sosialisasi merupakan salah satu
program yang dirancang untuk keperluan
suksesnya pelaksana dan pelaksanaan
pemilu.
Sehingga
adalah
menjadi
kepentingan bersama bagaimana caranya
agar program sosialisasi yang dilaksanakan
pada pemilihan umum berlangsung efisien
dan efektif.
Pengertian
sosialisasi
yang
digunakan resmi oleh Komisi Pemilihan
Umum dalam Peraturan Komisi Pemilihan
Umum No.23 tahun 2008 tentang Pedoman
Pelaksanaan Sosialisasi dan Penyampaian
Informasi Pemilu Anggota DPR, DPD dan
DPRD adalah proses penyampaian
informasi tentang tahapan dan program
penyelenggaraan pemilu anggota DPR,
DPD dan DPRD. Konsepsi proses
penyampaian informasi atau sosialiasi
pemilu tidak dapat lepas dari prinsipprinsip dasar komunikasi.
31
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
2. Membuat Aturan-Aturan Mengenai
Pemilihan Umum
Aturan-aturan mengenai pemilihan
umum merupakan aturan yang dibuat oleh
pemerintah dalam hal ini Komisi Pemilihan
Umum yang mengatur tentang tata cara
pelaksanaan pemilihan umum, mulai dari
pendaftaran
pemilih
sampai
pada
penghitungan suara.
Berdasarkan
penelitian
dapat
diketahui bahwa persentase rata-rata
jawaban tertinggi 59,2 % mengatakan
bahwa
peranan
pemerintah
tidak
berpengaruh terhadap partisipasi politik
masyarakat pada pemilihan umum legislatif
2009 yang lalu di Kecamatan Singingi
Hilir, sedangkan persentase rata-rata
jawaban yang sedang 27,2 % mengatakan
bahwa
peranan
pemerintah
cukup
berpengaruh terhadap partisipasi politik
masyarakat pada pemilihan umum legislatif
2009 yang lalu, Dan rata-rata jawaban yang
paling sedikit adalah 13,6 % mengatakan
bahwa
peranan
pemerintah
sangat
berpengaruh terhadap partisipasi politik
masyarakat pada pemilihan umum legislatif
2009 yang lalu. Maka berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa peranan
pemerintah tidak atau kurang berpengaruh
terhadap partisipasi politik masyarakat pada
pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu
di Kecamatan Singingi Hilir.
seleksi kepemimpinan nasional dan
kepemimpinan daerah. Pengalaman dalam
rangkaian
penyelenggaraan
seleksi
kepemimpinan nasional dan kepemimpinan
daerah melalui Pemilu membuktikan
keberhasilan partai politik sebagai pilar
demokrasi.
Adapun peranan partai politik
tersebut dalam pemilihan umum meliputi :
1. Rekruitmen Kader Politik
Rekruitmen politik merupakan
seleksi
kepemimpinan
(seletion
or
leadership), mencari dan mengajak orang
yang berbakat untuk turut aktif dalam
kegiatan politik. Dalam hal lembaga
kegiatan politik, rekruitmen politik
merupakan fungsi dari partai, yakni
rangkaian perluasan lingkup partisipasi
politik. Di antara caranya adalah melalui
koontak pribadi, persuasi, dan lain-lain.
Rekruitmen politik disini adalah bagaimana
partai politik yang ikut dalam pemilihan
umum merekruit individu-individu yang
akan bertarung dalam pemilihan umum
legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir.
2. Komunikasi Politik
Secara
sederhana,
komunikasi
politik (political communication) adalah
komunikasi yang melibatkan pesan-pesan
politik dan aktor-aktor politik, atau
berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan,
dan kebijakan pemerintah. Komunikasi
politik merupakan penyebaran aksi, makna,
atau pesan yang bersangkutan dengan
fungsi suatu sistem politik, melibatkan
unsur-unsur
komunikasi
seperti
komunikator,
pesan,
dan
lainnya.
Kebanyakan komunikasi politik merupakan
lapangan wewenang lembaga-lembaga
khusus, seperti media massa, badan
informasi pemerintah, atau parpol. Namun
demikian, komunikasi politik dapat
ditemukan dalam setiap lingkungan sosial,
mulai dari lingkup dua orang hingga ruang
kantor parlemen.
3. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses
penanaman atau transfer kebiasaan atau
nilai dan aturan dari satu generasi ke
generasi lainnya dalam sebuah kelompok
b. Peranan Partai Politik
Partai politik adalah salah satu
komponen yang penting di dalam dinamika
perpolitikan sebuah bangsa. Partai politik
dipandang sebagai salah satu cara
seseorang atau sekelompok individu untuk
meraih kekuasaan,argumen seperti ini
sudah biasa kita dengar di berbagai media
massa ataupun seminar-seminar yang kita
ikuti khususnya yang membahas tentang
partai politik. Partai politik merupakan
jembatan untuk memperoleh kekuasaan
politik bagi setiap individu yang akan ikut
dalam
pemilihan
umum.
Dalam
kedudukannya sebagai pilar demokrasi,
peran partai politik dalam sistem
perpolitikan nasional merupakan wadah
32
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
atau masyarakat. Sejumlah sosiolog
menyebut
sosialisasi
sebagai
teori
mengenai peranan (role theory). Karena
dalam proses sosialisasi diajarkan peranperan yang harus dijalankan oleh individu.
Sosialisasi politik adalah cara-cara
belajar seseorang terhadap pola-pola sosial
yang berkaitan dengan posisi-posisi
kemasyarakatan seperti yang diketengahkan
melalui
bermacam-macam
badan
masyarakat. sosialisasi politik merupakan
semua usaha mempelajari politik baik
formal maupun informal, disengaja ataupun
terencana pada setiap tahap siklus
kehidupan dan termasuk didalamnya tidak
hanya secara eksplisit masalah belajar
politik tetapi juga secara nominal belajar
bersikap
non
politik
mengenai
karakteristik-karakteristik kepribadian yang
bersangkutan. Sosialisasi disini adalah
sejauhmana
partai
politik
berperan
memberikan informasi-informasi yang jelas
dan akurat kepada masyarakat mengenai
pemilihan umum.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa persentase rata-rata
jawaban tertinggi 44 % mengatakan bahwa
peranan partai politik sangat berpengaruh
terhadap partisipasi politik masyarakat pada
pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu
di Kecamatan Singingi Hilir, sedangkan
persentase rata-rata jawaban yang sedang
35,9 % mengatakan bahwa peranan partai
politik cukup berpengaruh terhadap
partisipasi
politik masyarakat
pada
pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu,
Dan rata-rata jawaban yang paling sedikit
adalah 20,1 % mengatakan bahwa peranan
partai politik kurang atau tidak berpengaruh
terhadap partisipasi politik masyarakat pada
pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu.
Maka berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa peranan partai politik
sangat berpengaruh terhadap partisipasi
politik masyarakat pada pemilihan umum
legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan
Singingi Hilir.
Media massa merupakan alat yang
digunakan dalam penyampaian pesan dari
sumber kepada khalayak atau penerima
dengan menggunakan alat komunikasi
mekanis seperti surat kabar, radio dan
televisi. Media massa merupakan fasilisator
pengenalan secara luas kepada masyarakat
mengenai tata cara pemilihan umum serta
kontestan-kontestan yang akan ikut dalam
pemilihan umum.
Adapun peranan media massa dalam
pemilihan umum itu meliputi :
1. Sosialisasi Pemilihan Umum
Sosialisasi yang dilakukan oleh
media massa merupakan pengenalan secara
luas kepada masyarakat yang bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan
masyarakat
terhadap
pemilihan umum.
2. Publikasi Yang Adil
Publikasi yang adil merupakan
proses publikasi dengan cara menerbitkan
informasi mengenai pemilihan umum dan
partai politik peserta serta calon-calon
legislatif yang akan ikut pada pemilihan
umum.
Berdasarkan
penelitian
dapat
diketahui bahwa, persentase rata-rata
jawaban tertinggi 37,9 % mengatakan
bahwa peranan media massa cukup
berpengaruh terhadap partisipasi politik
masyarakat pada pemilihan umum legislatif
2009 yang lalu di Kecamatan Singingi
Hilir, sedangkan persentase rata-rata
jawaban yang sedang 35,5 % mengatakan
bahwa peranan media massa tidak atau
kurang berpengaruh terhadap partisipasi
politik masyarakat pada pemilihan umum
legislatif 2009 yang lalu, Dan rata-rata
jawaban yang paling sedikit adalah 26,7 %
mengatakan bahwa peranan media massa
sangat berpengaruh terhadap partisipasi
politik masyarakat pada pemilihan umum
legislatif 2009 yang lalu. Maka berdasarkan
uraian hasil penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa peranan media massa
cukup berpengaruh terhadap partisipasi
politik masyarakat pada pemilihan umum
legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan
Singingi Hilir.
c. Peranan Media Massa
33
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
2. Tanggung Jawab Dalam Menepati
Janji-Janji Politik
Tanggung jawab dalam menepati
janji-janji politik merupakan salah satu
faktor yang juga dapat mempengaruhi
partisipasi politik masyarakat. Sejauh mana
seorang kandidat (calon legislative) yang
akan ikut dalam pemilihan umum dapat
meyakinkan masyarakat jika terpilih dia
akan menepati janji-janji politiknya di masa
kampanye.
Dengan demikian, persentase ratarata jawaban tertinggi 61,2 % mengatakan
bahwa perilaku kandidat (calon legislatif)
sangat berpengaruh terhadap partisipasi
politik masyarakat pada pemilihan umum
legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan
Singingi Hilir, sedangkan persentase ratarata jawaban yang sedang 32,5 %
mengatakan bahwa perilaku kandidat (calon
legislatif) cukup berpengaruh terhadap
partisipasi
politik masyarakat
pada
pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu,
Dan rata-rata jawaban yang paling sedikit
adalah 6,1 % mengatakan bahwa perilaku
kandidat (calon legislatif) kurang atau tidak
berpengaruh terhadap partisipasi politik
masyarakat pada pemilihan umum legislatif
2009 yang lalu. Maka berdasarkan uraian
hasil penelitian diatas dapat disimpulkan
bahwa perilaku kandidat (calon legislatif)
sangat berpengaruh terhadap partisipasi
politik masyarakat pada pemilihan umum
legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan
Singingi Hilir.
Jadi dengan demikian berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa faktor
eksternal sangat berpengaruh terhadap
partisipasi
politik masyarakat
pada
pemilihan umum legislatif tahun 2009 di
Kecamatan Singingi Hilir.
Dari 4 (empat) faktor eksternal
tersebut yaitu peranan pemerintah, peranan
partai politik, peranan media massa dan
perilaku kandidat (calon legislatif), dapat
diketahui bahwa faktor perilau kandidatlah
yang paling berpengaruh terhadap tingkat
partisipasi politik masyarakat di Kecamatan
Singingi Hilir pada pemilihan umum
legislatif tahun 2009.
d. Perilaku Calon Legislatif
Perilaku merupakan salah satu unsur
penting untuk menunjukan siapa diri kita
sebenarnya. perilaku seseorang terbentuk
dari perjalanan pengalaman masa lalu,
keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan
yang dimilikinya, dan bagaimana orang lain
telah menilainya secara obyektif. Banyak
penelitian menyebutkan bahwa kepribadian
seseorang merupakan manifestasi sisi luar
dari perilaku orang tersebut. Jadi perilaku
calon
legislative
disini
merupakan
bagaimana kepribadian dari calon tersebut
dalam kehidupan bermasyarakat.
Adapun yang termasuk kedalam
perilaku tersebut adalah :
1. Visi dan Misi
Visi adalah sebuah kata yang
berasal dari kata Inggris yang berarti
pandangan dan hal ini sangat berkaitan
dengan suatu rencana yang akan disusun
untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang
sifatnya umum. Visi merupakan suatu
pandangan kedepan yang akan menjadi
sasaran ataupun tujuan akhir dari suatu
kegiatan. Sedangkan misi merupakan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
rangka untuk mencapai visi tersebut.
Keberadaan visi-misi sangat diperlukan
bagi organisasi ataupun orang pribadi untuk
menentukan arah dan tujuan dari sebuah
organisasi. Jika dikaitkan dengan calon
legislatif yang akan ikut dalam pemilihan
umum sangat diperlukan visi dan misi yang
jelas dan masuk akal.
1. Kualitas
Komunikasi
dalam
Kampanye
Kualitas
komunikasi
dalam
kampanye merupakan salah satu faktor
yang tak kalah pentingnya dalam
menentukan partisipasi politik masyarakat.
Kualitas komunikasi yang dimaksud adalah
bagaimana seorang kandidat (calon
legislative) yang akan ikut dalam pemilihan
umum
dalam
berkampanye
dapat
meyakinkan masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam proses pemilihan
umum tersebut.
34
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir
sangat ditentukan oleh kesadaran politik
yang dimilikinya, jika kesadaran politik
masyarakat rendah maka hal tersebut sangat
berpengaruh
terhadap
tingkat
partisipasinya. Selain itu pada faktor
eksternal ternyata yang sangat berpengaruh
terhadap
tingkat
partisipasi
politik
masyarakat adalah perilaku kandidat atau
calon legislatif. Jika perilaku kandidat atau
calon legislative yang ikut dalam pemilihan
umum dimata masyarakat kurang baik atau
banyak kandidat yang sudah terpilih tetapi
tidak menepati janjinya maka hal ini sangat
berpengaruh terhadap partisipasi politik
masyarakat.
Faktor Yang Paling Dominan Dalam
Mempengaruhi
Partisipasi
Politik
Masyarakat Pada Pemilihan Umum
Legislatif 2009 Di Kecamatan Singingi
Hilir
Berdasarkan uraian diatas mengenai
faktor yang mempengaruhi partisipasi
politik masyarakat pada pemilihan umum
legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir,
baik dilihat dari faktor internal yaitu tingkat
pendidikan, tingkat kehidupan ekonomi dan
kesadaran politik masyarakat maupun
dilihat dari faktor eksternal yaitu peranan
pemerintah, peranan partai politik, peranan
media massa dan perilaku kandidat (calon
legislatif) ada beberapa faktor begitu
dominan dalam mempengaruhi partisipasi
politk masyarakat.
Kedua faktor tersebut baik internal
maupun eksternal sangat berpengaruh
terhadap partisipasi politik masyarakat pada
pemilihan umum legislatif 2009 di
Kecamatan Singingi Hilir, namun jika
dilihat persentasi rata-rata jawaban
responden maka faktor internal lebih
dominan dari pada faktor eksternal.
Dari kedua faktor diatas ada
subfaktor yang lebih dominan dari yang
lainnya, untuk faktor internal yang lebih
dominan mempengaruhi partisipasi politik
masyarakat pada pemilihan umum legislatif
2009 di Kecamatan Singingi Hilir adalah
kesadaran politik yaitu dengan persentase
72,9 %. Sedangkan untuk faktor eksternal
yang paling dominan mempengaruhi
partisipasi
politik masyarakat
pada
pemilihan umum legislatif 2009 di
Kecamatan Singingi Hilir adalah peranan
perilaku kandidat (calon Legislatif) yang
ikut dalam pemilihan umum.
Berdasarkan hasil kuisioner yang
penulis sebarkan kepada responden dan
wawancara yang penulis lakukan dapat
diketahui bahwa ternyata pada faktor
internal yang sangat berpengaruh terhadap
partisipasi politik masyarakat adalah tingkat
kesadaran politik masyarakat itu sendiri.
Artinya
masyarakat
ikut
berpartisipasi pada pemilihan umum
Kesimpulan dan Saran
Pemilihan umum merupakan salah
satu syarat mutlak bagi sebuah Negara yang
memakai prinsip demokrasi, pemilihan
umum yang dilaksanakan bertujuan sebagai
mekanisme
untuk
menyeleksi
para
pemimpin pemerintahan dan alternative
kebijakan umum, mekanisme memindahkan
konflik kepentingan dari masyarakat
kepada badan-badan perwakilan rakyat
melalui wakil-wakil yang terpilih atau
partai politik yang memenangkan kursi
sehingga kesatuan masyarakat tetap
terjamin serta sebagai sarana mobilisasi
dukungan rakyat terhadap Negara dan
pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam
proses politik.
Dalam
menyelenggarakan
pemilihan umum sangat dibutuhkan
partisipasi aktif masyarakat terutama sekali
dalam
proses
pemberian
suara,
keikutsertaan masyarakat dalam pemilihan
umum sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Pertama, faktor internal yang
merupakan faktor yang berasal dari dalam
diri masyarakat itu sendiri, adapun faktor
internal ini dapat berupa tingkat
pendidikan, tingkat kehidupan ekonomi dan
kesadaran politik masyarakat itu sendiri.
Kedua, faktor eksternal yaitu faktor yang
berasal dari luar diri masyarakat yang dapat
berupa peranan pemerintah, peranan partai
35
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
Pertama,
hendaknya
untuk
kedepannya
pemerintah
sebagai
penyelenggara pemilihan umum lebih
berupaya untuk meningkatkan partisipasi
politik masyarakat.
Kedua, hendaknya untuk pemilihan
umum selanjutnya pemerintah lebih giat
melakukan sosialisasi demi meningkatkan
kesadaran politik masyarakat sebagai warga
Negara yang baik.
Ketiga, Hendaknya partai politik
yang juga memegang peranan penting
dalam meningkatkan pertisipasi politik
masyarakat
dapat
lebih
meningkat
kinerjanya, karena dari kinerja partai politik
yang baik akan diperoleh calon-calon
legislative yang lebih berkualitas.
Keempat, untuk media massa,
hendaknya dapat lebih fair dalam
meyampaikan
informasi
kepada
masyarakat, sehingga untuk kedepannya
partisipasi politik masyarakat menjadi
meningkat. Kelima, untuk masyarakat,
hendaknya dapat belajar banyak dari
pemilihan umum legislative 2009 yang
mengenai hak dan kewajiban setiap warga
Negara dalam pemilihan umum.
politik, peranan media massa dan peranan
citra kandidat yang akan ikut dalam
pemilihan umum.
Untuk Kecamatan Singingi Hilir
kedua faktor tersebut sangat berpengaruh
terhadap partisipasi politik masyaakat pada
pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu,
tetapi jika dilihat hasil rekapitulasi jawaban
rata-rata responden dari kuisioner yang
penulis sebarkan kepada 103 orang
responden, dapat diketahui bahwa di
Kecamatan Singingi Hilir faktor internal
yang paling dominan, namun dari faktor
internal
tersebut
faktor
kesadaran
masyarakatlah yang paling dominan.
Sedangkan untuk faktor eksternal yaitu
yang beasal dari luar diri masyarakat maka
di Kecamatan Singingi Hilir pada
pemilihan umum legislative 2009 yang lalu
faktor perilaku kandidat atau calon
legislatiflah yang paling dominan dibanding
faktor-faktor yang lainnya.
Kesadaran politik masyarakat tidak
bisa dipisahkan begitu saja dari peranan
perilaku kandidat, dengan perilaku calon
legislatif yang baik akan menimbulkan
kesadaran politik masyarakat untuk
berpertisipasi dalam pemilihan umum dan
begitu juga sebaliknya, dengan adanya
kesadaran politik masyarakat untuk
berpartisipasi maka hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap tingkat partisipasi
politik masyarakat.
Partisipasi
politik
masyarakat
terbangun karena adanya kesadaran politik
masyarakat
dan
kesadaran
politik
masyarakat terbangun karena perilaku calon
legislatif dimata masyarakat baik, namun
kenyataannya tingkat partisipasi politik
masyarakat di Kecamatan Singingi Hilir
pada pemilihan umum legislatif 2009 yang
lalu begitu rendah. Hal ini sangat
ditentukan
oleh
kesadaran
politik
masyarakat dalam melihat perilaku calon
legislatif yang akan menjadi wakil mereka
di lembaga legislatif.
Daftar Pustaka
A. Rahman, 2007, Sistem Politik Indonesia,
Graha Ilmu, Jakarta
Abdul Ghofur, 2002, Demokratisasi dan
Prospek Hukum Islam di Indonesia,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Adman Nursal, 2004, Political Marketing
(Strategi Memenangkan Pemilu
Sebuah Pendekatan Baru Kampanye
Pemilihan DPR, DPD, Presiden),
Gramedi Pustaka Utama, Jakarta
Agus Yusoff dan Andi Yusran, 2007, Ilmu
Politik : Paradigma, Makna dan
Konsep Sistem, Suska Press dan
ReDPoSt Press, Pekanbaru
Bayu Suryaningrat, 1992, Mengenal Ilmu
Pemerintahan,
Rineka
Cipta,
Jakarta
Berdasarkan kesimpulan diatas,
penulis menyarankan hal-hal sebagai
berikut :
36
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
Dan Nimmo, 2004, Komunikasi Politik :
Komunikator, Pesan dan Media,
Remaja Rosdakarya, Bandung
----------------------, 1998, Partisipasi dan
Partai Politik Sebuah Bunga
Rampai, Gramedia, Jakarta
Juliansyah,
2007,
PILKADA
Penyelenggaraan Pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah,
CV.Mandar Maju, Bandung
Musanef, 1982, Sistem Pemerintahan di
Indonesia, Gunung Agung, Jakarta
Elvi
Mohtar Mas’oed dan Nasikun, 1989,
Sosiologi
Politik,
PAU-UGM,
Yogyakarta
Georg Sorensen, 2003, Demokrasi dan
Demokratisasi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Mohtar Mas’oed dan Collin Mc Andrew,
2006, Perbandingan Sistem Politik,
Gadjah Mada University Press,
Cet.Ke-17, Yogyakarta
Heriyanto, 1984, Partai Politik Suatu
Tinjauan Umum, Liberty, Jogjakarta
Hoogerwerf, 1983, Ilmu Pemerintahan,
Erlangga, Jakarta
Inu
Nazaruddin Sjamsuddin, 1993, Dinamika
Sistem Politik Indonesia, Gramedia,
Jakarta
Kencana Syafi’ie, 2002, Sistem
Pemerintahan Indonesia, Rineka
Cipta, Jakarta
Nurcholis Hanef, 2005, Teori dan Praktis
Pemerintah dan Otonomi Daerah,
Gramedia Wirdasarna, Jakarta
-----------------------, 2005, Pengantar Ilmu
Pemerintahan, Refika Aditama,
Bandung
Paul
Irfan Muhammad, 1991, Prinsip-Prinsip
Perumusan
Kebijaksanaan,
Rajawali Press, Jakarta.
J.
Ramlan Surbakti, 1992, Memahami Ilmu
Politik, PT.Gramedia, Jakarta
Kristiadi, 1997, Menyelenggarakan
Pemilu Yang bersifat Luber dan
Jurdil, Centre of Strategic and
International Studies, Jakarta
Rafael Raga Maran, 2007, Pengantar
Sosialogi Politik, Rineka Cipta,
Jakarta
Kartini Kartono, 1993, Pemimpin dan
Kepemimpinan, CV.Rajawali Press,
Jakarta
Kusnaka Adimihadja, 2000,
Penelitian
Sosial,
Rodaskarya, Bandung
Budi Kleden, Yang Berkuasa
Diturunkan Dari Tahta (Catatan
Pasca
Pilkada),
www.indomedia.com, 9 juli 2005
Robert Dahl, 1985, Dilema Demokrasi
Pluralis : Antara Otonomi dan
Kontrol Terj. Sahat Simamora,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Metode
Remaja
Rosalaini, Analisis Perencanaan dan
Kebijakan Pulik, Rineka Cipta,
Jakarta.
Maulani,
2000,
Demokrasi
dan
Pembangunan Daerah, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Riant Nugroho D, 2005, Kebijakan Publik
Untuk Negara-Negara Berkembang
:
Model-Model
Perumusan,
Implementasi dan Evaluasi, PT.
Elek Media Komputindo, Jakarta
Michael Rush dan Philip Althoff, 1990,
Pengantar
Sosiologi
Politik,
Rajawali Press, Jakarta
Saydam Gauzali, 1993, Dari Bilik Suara
Kemasa Depan Indonesia, Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu
Politik Edisi Revisi, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
37
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan
Journal of Government, Social and Politics
,jkp
Volume 2, Nomor 2
September 2013
S. Pamudji, 1982, Demokrasi Pancasila
dan Ketahanan Nasional, Bina
Aksara, Jakarta
Penyampaian Informasi Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Samuel Huntington dan Joan Nelson, 1990,
Partisipasi
Politik
Dinegara
Berkembang (terjemahan Sahat
Simamora), Rineka Cipta, Jakarta
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial (JIS) Vol. 1 Nomor
1 April 2008
Soehartono
Irawan,
2000.
Metode
Penelitian Sosial, Remaja Rosda
Karya, Bandung
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial (JIS) Vol. 2 Nomor
1 April 2009
Sudibiyo. M. (ed), 1992, Perilaku Pemilih
1992 suatu Evaluasi, CSIS, Jakarta
Sutrisno Hadi, 1984, Metodologi Research,
Fakultas
Psikologi
UGM,
Yogyakarta
SP. Varma, 2003, Teori Politik Modern,
Rajawali Press, Jakarta
Talidziduhu Ndraha, 2003, Kybernologi,
Rineka Cipta, Jakarta
-----------------------, 2006, Kybernologi :
Sebuah Scientific Enterprise, Sirao
Credentia Center, Jakarta
-----------------------, 2007, Kybernologi :
Sebuah Profesi, Sirao Credentia
Center, Jakarta
----------------------, 2008, Kybernologi :
Sebuah
Metamorphosis,
Sirao
Credentia Center, Jakarta
-----------------------, 2009, Kybernologi
Politik
dan
Kybernologi
Administrasi,
Sirao
Credentia
Center, Jakarta
Undang-Undang
Dasar
1945
dan
Perubahannya, Tangga Pustaka,
2008
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 10 Tahun 2008 Tentang
Pemilihan Umum
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang
Partai Politik.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor
23 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Pelaksanaan
Sosialisasi
dan
38
Download