Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat pada Pemilihan Umum Legislatif 2009 di Keamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi Oleh: Andriyus, S.Sos., M.Si Dosen Ilmu Pemerintahan FISIPOL Universitas Islam Riau Email: [email protected] ABSTRAK Pemilihan umum merupakan salah satu syarat mutlak bagi sebuah Negara yang memakai prinsip demokrasi, pemilihan umum yang dilaksanakan bertujuan sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternative kebijakan umum, mekanisme memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil yang terpilih atau partai politik yang memenangkan kursi sehingga kesatuan masyarakat tetap terjamin serta sebagai sarana mobilisasi dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik. Adapun yang menjadi masalah pokok pada penelitian ini adalah rendahnya tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan Singingi Hilir pada pemilihan umum legislative 2009. Sedangkan fenomena pada penelitian ini adalah masih banyaknya masyarakat yang tidak ikut dalam pemilihan umum legislative 2009 di Kecamatan Singingi Hilir, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi partsipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislative 2009 di Kecamatan Singingi Hilir, serta faktor apakah yang paling dominan dalam mempengaruhi partisipasi politik masyarakat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif artinya dengan mengadakan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat yang kemudian diuraikan berdasarkan informasi yang diperoleh melalui kuisioner yang disebarkan kepada responden dan hasil wawancara yang mendalam serta data-data yang sudah dalam bentuk dokumen. Jadi dapat disimpulkan bahwa di Kecamatan Singingi Hilir ada dua faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 yang lalu yaitu faktor internal dan faktor eksternal, kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu, tetapi faktor jika dilihat dari hasil penelitian maka faktor internal yang lebih dominan yaitu kesadaran politik masyarakat . Sedangkan untuk faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat adalah perilaku kandidat (calon Legislatif). Kata Kunci : Pemilihan Umum, Partisipasi Politik 18 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 dengan jumlah suara yang diperoleh dari masyarakat. Pada sistem ini negara dibagi dalam beberapa daerah pemilihan yang besar, dan setiap daerah pemilihan memilih sejumlah wakil sesuai dengan banyaknya penduduk dalam daerah pemilihan itu. Dengan demikian kekuatan suatu partai dalam masyarakat tercermin dalam jumlah kursi yang diperolehnya dalam parlemen, artinya dukungan masyarakat bagi partai itu sesuai atau proporsional dengan jumlah kursi dalam parlemen. Kedua, Sistem Distrik. Sistem distrik merupakan sistem pemilihan yang paling tua didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis mempunyai satu wakil dalam parlemen. Untuk keperluan pemilihan, negara dibagi dalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam parlemen ditentukan oleh jumlah distrik. Calon dalam satu distrik memperoleh suara terbanyak menag sedang suara-suara yang diberikan kepada calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimana kecil pun selisih kekalahannya. Ketiga, sistem Campuran yaitu sistem pemilihan umum yang memadukan antara sistem perwakilan berimbang dengan sistem distrik, yaitu sistem yang memakai daerah pemilihan dan juga perolehan suara terbanyak. Untuk pemilihan umum legislatif tahun 2009 yang lalu memakai sistem campuran yaitu dengan menerapkan sistem perwakilan berimbang yaitu berupaka adanya daerah pemilihan serta sistem distrik yaitu pemenang dalam pemilihan umum ditentukan oleh suara terbanyak dari tiap-tiap daerah pemilihan. Pemilihan umum merupakan pelembagaan dari kehidupan berdemokrasi sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, diadakan untuk memilih wakilwakil rakyat yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, memilih Presiden dan Wakil Presiden serta membentuk pemerintahan secara demokratis Pendahuluan Pada Negara demokrasi Pemilihan Umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, untuk itu pemilihan umum perlu diselenggarakan lebih berkualitas dengan partisipasi masyarakat (rakyat) seluasluasnya dan dilaksanakan berdasarkan azaz langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Dalam pemilihan umum untuk memilih anggota lembaga perwakilan harus mampu menjamin prinsip keterwakilan, akuntabilitas dan legitimasi. Indonesia sebagai salah satu Negara yang menganut paham demokrasi sudah melaksanakan pemilihan umum sebanyak sembilan kali pemilihan umum. Pemilu untuk pertama kalinya diselenggarakan tahun 1955. Setelah itu ada masa vakum yang cukup lama (kurang lebih enam belas tahun) sampai diselenggarakan pemilu kedua pada tahun 1971. Pemilu kedua ini digelar dalam konteks politik yang berbeda, karena ada proses transfer kekuasaan dari rezim Soekarno ke rezim Orde Baru pada tahun 1966. Rezim Orde Baru cukup konsisten menjalankan pemilu secara regular- lima tahunan- mulai dari dari 1971, 1977, 1982, 1987, 1992 dan terakhir 1997. Setelah era kekuasaan Orde Baru berakhir tahun 1998, maka penyelenggaraan pemilu dipercepat dari jadwal yang seharusnya, tahun 2002. Namun, perubahan konstelasi politik, memaksa Presiden Habibie untuk menyelenggarakan Pemilu pada tahun 1999. Pemilu 1999 diikuti oleh pergelaran pemilu untuk ke sepuluh kalinya pada tahun 2009. Adapun sistem pemilihan umum secara garis besar ada tiga yaitu, Pertama, Sistem Perwakilan Berimbang. Gagasan pokok sistem Perwakilan Berimbang (Proportional Representation) terletak pada sesuainya jumlah kursi parlemen yang diperoleh suatu golongan atau partai 19 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 konstitusional. Partisipasi politik partai politik dalam semua langkah pemilihan umum serta kepercayaan masyarakat dalam proses pemilihan umum merupakan syarat penting bagi penyelenggaraan pemilihan umum yang berhasil dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara menuju cita-cita kemardekaan. Pemilihan umum tidak sekedar pemilihan wakil-wakil rakyat untuk duduk di Dewan Perwakilan Rakyat, juga bukan berarti membentuk suatu Negara baru dengan dasar Negara yang baru tetapi nurani rakyat dalam perjuangan mempertahankan dan mengisi kemardekaan. Pemilihan umum menjadi sarana yang penggunaannya tidak boleh mengakibatkan rusaknya sendi-sendi demokrasi, tetapi harus tetap menjamin pelaksanaan Pancasila secara murni dan konsekwen. Menyadari betapa pentingnya pemilihan umum sebagai sarana demokrasi, berarti pula menentukan masa depan bangsa dalam hal ini dibutuhkan tingkat kesadaran masyarakat itu sendiri, guna mewujudkan pemerintahan yang berdaulat, dimana pemerintahan yang berdaulat itu diperoleh melalui pemilihan umum karena inilah salah satu syarat dari sebuah Negara yang menganut faham demokrasi, Menyadari betapa pentingnya pemilihan umum sebagai sarana demikrasi yang berarti dapat menentukan masa depan bangsa maka sangat diperlukan partisipasi aktif masyarakat dalam pemilihan umum terutama sekali dalam pemberian suara. Masalah partisipasi politik masyarakat sangat menarik untuk ditelaah dalam artian partisipasi politik yang dimaksudkan bukanlah dilihat dari hasil jumlah suara semata yang telah dimenangkan oleh partai politik- partai politik peserta pemilihan umum, akan tetapi dilihat dari kemampuan masyarakat dan tingkat kesadaran masyarakat dalam menentukan pilihannya yang terbaik sesuai dengan hati nurani tanpa ada tekanan dari pihak lain. Seperti diketahui bahwa angka hasil pemilihan umum hanya memberi gambaran kasar mengenai partisipasi politik. Pemilihan umum bukan satusatunya alat untuk mengukur tingkat partisipasi politik masyarakat, namun erat kaitannya dengan partisipasi politik yaitu pemilihan umum adalah keharusan dan suatu lembaga yang vital untuk demokrasi. (S. Pamudji, 1982 : 47) Salah satu bentuk partisipasi politik masyarakat dalam pemerintahan yang demokratis adalah keikutsertaan anggota masyarakat dalam pemilihan umum. Dalam sistem politik semacam ini pemilihan umum mempunyai beberapa fungsi yaitu : Pertama, ia merupakan institusi dan sekaligus instrumen untuk mengendalikan konflik-konflik kepentingan yang terjadi dalam masyarakat. Kedua, pemilihan umum dapat pula berfungsi sebagai sarana untuk melakukan pergantian pemerintahan secara wajar dan damai. Ketiga, pemilihan umum dalam artian yang lebih luas lagi merupakan sarana untuk membangun basis legitimasi politik yang konstitusional bagi kekuasaan yang akan dibangun. Keempat, melalui pemilihan umum juga dapat dilihat tingkat kedewasaan dan kemantapan budaya politik nasional yang disosialisasikan kepada masyarakat selama kurun waktu pemerintahan yang lalu. Kelima, terutama melalui kempanye pemilihan umum masyarakat berpeluang memperoleh banyak informasi tentang berbagai kebijakan dan permasalahan yang dihadapi bangsa dan Negara dalam mewujudkan kesejahteraan warganya ( J.Kriatiadi, 1997 : 1). Suatu bentuk partisipasi yang agak mudah untuk dilihat adalah pada proses pemilihan umum, karena proses pemilihan umum merupakan salah satu bentuk partisipasi politik langsung dari rakyat dan merupakan indikasi dari tingkat partisipasi politik rakyat itu sendiri. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemilihan umum sangat dibutuhkan oleh sistem politik dan biasanya untuk Negaranegara yang sedang berkembang, dimana sebagian besar rakyatnya belum memiliki kematangan yang cukup dalam politik. Setiap masyarakat dari suatu Negara 20 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 memiliki budaya politik sendiri, demikian pula halnya dengan individu-individu yang hidup ditengah-tengah masyarakat itu senantiasa memiliki orientasi maupun persepsi terhadap sistem politiknya. Keanekaragaman orientasi politik dalam perspektif demokrasipun merupakan suatu yang dipersyaratkan, demokrasi merupakan suatu sistem dimana manajemen politik dilaksanakan dengan berlandaskan partisipasi dan pluralisme adalah suatu indikator mengenai ada atau tidaknya demokrasi dalam suatu masyarakat atau Negara. Biasanya masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik seperti terlihat dalam kegiatan pemberian suara atau ikut kampanye didorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan tersebut kebutuhan atau kepentingan mereka akan tersalur atau setidak-tidaknya akan diperhatikan, bahwa melalui kegiatan tersebut akan mempengaruhi tindakan pemimpin dalam membuat keputusan. Sudah diketahui bahwa dalam pemberian hak suara pada pemilihan umum merupakan masalah pokok, karena ini berkaitan dengan hak pribadi seseorang dalam mengambil keputusan apakah ikut atau tidak, hal ini tidak terlepas dari peran dan keberadaan para calon Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang akan ikut dalam pemilihan umum. Pemilihan umum legislatif 2009 merupakan pemilihan umum yang ketiga diera reformasi, dimana peran pemerintah sangat dituntut dalam mensukseskan proses penyelenggaraan pemilihan umum yang luber dan jurdil tanpa adanya usaha pemerintah untuk memobilisasi masyarakat agar memilih partai dan calon tertentu. Namun pada kenyataannya pada pemilihan umum legislatif 2009 ini sangat banyak dijumpai kesalahan-kesalahan yang sangat mendasar seperti banyaknya masyarakat yang tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara (DPS) dan Daftar Pemilih Tetap (DPT) serta sulitnya sistem pemilihan yang diterapkan yang berakibat pada menurunnya partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum. Untuk aktivitas Pemilihan Umum di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD. Khusus mengenai partsipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilihan umum diatur dalam BAB XIX Pasal 244 ayat (1) yang berbunyi bahwa, Pemilu diselenggarakan dengan partisipasi masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 244 ayat (2) disebutkan bahwa, Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk sosialisasi pemilu, pendidikan politik bagi pemilih, survey atau jajak pendapat tentang Pemilu dan penghitungan cepat hasil Pemilu, dengan ketentuan : a. Tidak melakukan keberpihakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu peserta Pemilu b. Tidak mengganggu proses penyelenggaraan tahapan Pemilu c. Bertujuan meningkatkan partisipasi politik masyarakat secara luas d. Mendorong terwujudnya suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan Pemilu yang aman, damai, tertib dan lancar. Pemilihan umum legislatif 2009 ini sangat diharapkan oleh semua kalangan baik pemerintah maupun masyarakat akan lebih baik dari pemilihan umum yang sebelumnya, namun yang terjadi sebaliknya pemilihan umum legislatif 2009 ini lebih berantakan dibandingkan dengan pemilihan umum sebelumnya khususnya pemilihan umum 2004 yang lalu. Pada hal pemilihan umum 2004 yang lalu sudah mulai bagus dengan sistem yang diterapkan dan tata cara pemilihan tetapi karena kepentingankepentingan politik peserta pemilihan umum maka undang-undang tentang pemilihan umum dirubah lagi yang berakibat tidak tercapainya pemilihan umum yang diharapkan. Kecamatan Singingi Hilir merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi yang merupakan pecahan dari Kecamatan Singingi, Kecamatan Singingi Hilir 21 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 tergolong Kecamatan yang jumlah penduduknya cukup banyak namun dilihat partisipasi masyarakatnya dalam pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu khususnya dalam proses pemberian suara sangat rendah dibanding dengan Kecamatankecamatan yang lain. Berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2009, Kecamatan Singingi Hilir memiliki jumlah penduduk sebanyak 32.942 jiwa dengan jumlah pemilih terdaftar sebanyak 21.023 pemilih, sedangkan jumlah pemilih yang menyalurkan hak suaranya hanya 14.782 pemilih. Dari 12 desa yang ada di Kecamatan Singingi Hilir, ada beberapa desa yang tingkat partisipasi politik masyarakatnya tergolong cukup rendah yaitu Desa Petai dari 1.175 pemilih yang terdaftar hanya 651 pemilih yang menyalurkan hak suaranya atau sekitar 55,4 %, Desa Kotobaru dari 1.620 pemilih yang terdaftar hanya 1.061 pemilih yang menyalurkan hak suaranya atau sekitar 65,5 %, Desa Sungai Paku dari 920 pemilih yang terdaftar hanya 625 pemilih yang menyalurkan hak suaranya atau sekitar 67,9 % dan Desa Tanjung Pauh dari 1.461 pemilih yang terdaftar hanya 834 pemilih yang menyalurkan hak suaranya atau sekitar 57,1 %, yang mana keempat desa tersebut merupakan desa asli tempatan sedangkan selebihnya merupakan desa eks transpir dan rata-rata tingkat partisipasi masyarakatnya diatas 70%. Dan bahkan jika dibandingkan dengan hasil pemilu tahun 2004 yang lalu terdapat penurunan tingkat partisipasi politik masyarakat yang cukup signifikan. Adapun pada pemilihan umum tahun 2004, Desa Petai tingkat partisipasinya 95,3%, Desa Kotobaru 84,9%, Desa Sungai Paku 78% dan Desa Tanjung Pauh 81%. Berdasarkan penjelasanpenjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pokok masalah adalah rendahnya tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan Singingi Hilir dalam proses pemberian suara pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Kuantan Singingi jika dibandingkan dengan hasil pemilihan umum tahun 2004 yang lalu, khususnya masyarakat yang berdomisili di empat desa asli tempatan tersebut. Rumusan Masalah Permasalahan penelitian yang ingin dijawab dengan penelitian ini adalah Faktor-Faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat di Kecamatan Singingi Hilir pada pemilu legislatif 2009?. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 di Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi khususnya di empat Desa tempatan tersebut (Desa Petai, Desa Kotobaru, Desa Sungai Paku dan Desa Tanjung Pauh). Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 di Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi serta untuk mengetahui faktor dominan yang lebih berpengaruh pada partisipasi politik masyarakat antara faktor internal dan faktor eksternal pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 di Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai partisipasi politik masyarakat, serta sebagai bahan informasi bagi pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi dan masyarakat luas tentang tingkat partisipasi politik masyarakat khususnya di Kecamatan Singingi Hilir pada Pemilihan Umum Legislatif 2009. Serta dapat dijadikan bahan 22 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics informasi bagi peneliti mengenai masalah yang sama. ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 berikutnya Demokrasi merupakan sebuah idiom yang oleh sebagian orang dipersepsikan sebagai pilihan sistem politik, menuntut prasyarat bagi terwujudnya masyarakat madani (civil society). Kuatnya tuntutan demokratisasi dan maraknya diskusi demokrasi tidak lain karena adanya anggapan bahwa demokrasi merupakan suatu yang bisa menjamin keteraturan publik sekaligus mendorong tranformasi masyarakat menuju suatu struktur sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan yang lebih ideal. Demokrasi adalah suatu konsep modern, ia hanya dapat berjalan dalam masyarakat modern dan memikul nilai-nilai tertentu ( Maulani, 2000 : 53). Menurut Sidney Hook (dalam Abdul Ghofur, 2002 : 15-16), demokrasi adalah dalam bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan yang penting atau arah kebijakan dibalik keputusan ini secara langsung maupun tidak langsung didasarkan kepada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa. Kemudian Alfian (dalam Abdul Ghofur, 2002 : 19) mendefenisikan sebagai sebuah sistem politik yang memelihara keseimbangan antara konflik dan konsensus. Dalam studinya Robert Dahl (1985 : 10-11), mengajukan lima kriteria bagi demokrasi sebagai sebuah ide politik, yaitu : 1. Persamaan hak pilih dan dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat. 2. Partisipasi efektif, yakni kesempatan yang sama bagi semua warga negara dalam proses pembuatan keputusan secara kolektif 3. Pembeberan kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama bagi setiap orang untuk memberikan penilaian terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan secara logis 4. Kontrol terakhir terhadap agenda 5. Pencakupan, yaitu terlibatnya masyarakat mencakup semua orang Kerangka Teori Konsep Politik Ilmu politik merupakan salah satu ilmu tertua dari berbagai cabang ilmu yang ada. Meskipun beberapa cabang ilmu pengetahuan yang telah ada mencoba untuk melacak asal usul keberadaannya hingga zaman Yunani Kuno. Tetapi hasil yang dicapai tidak segemilang apa yang telah dicapai oleh ilmu politik (SP. Varma, 2003 : 3). Ilmu politik masih merupakan suatu disiplin ilmu yang hanya dapat dipelajari diperpustakaan dan ruang belajar dari pada dilapangan, dimana interaksi-interaksi politik yang sebenarnya terjadi. (SP. Varma, 2003 : 6). Menurut Graham Wallas (dalam SP. Varma, 2003 : 15) bahwa semua orang yang mempelajari politik hanya menganalisa berbagai macam lembaga tapi mengabaikan analisa terhadap faktor manusianya sendiri. Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara, membicarakan politik pada dasarnya sama dengan membicarakan negara, karena teori politik menyelidiki negara sebagai lembaga yang mempengaruhi masyarakat. Jadi negara dalam keadaan bergerak, selain itu juga politik menyelidiki ide-ide, azaz-azaz, sejarah pembentukan negara serta bentuk dan tujuan negara. Roger F. Soltau (dalam Budiardjo, 2004 : 8) menegaskan bahwa ilmu politik mempelajari negara, tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan hubungan antara negara dengan warga negara serta dengan negara lain. Sedangkan menurut J. Barent (dalam Budiardjo, 2004 : 9) ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara yang merupakan bahagian dari kehidupan masyarakat, ilmu politik juga mempelajari negara-negara lain. Konsep Demokrasi 23 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 dewasa dalam kaitannya dengan hukum. Demokrasi sangat penting karena merupakan perwujudan nyata keikutsertaan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka dapat dimaklumi jika pemilu seringkali dijadikan tolak ukur sejauh mana kadar demokrasi dari suatu negara mengakui negaranya sebagai negara demokrasi. Jadi jelas dalam suatu negara demokrasi, pemilu benar-benar mempunyai fungsi penting dan sama sekali bukan sekedar formalitas atau seremonial belaka dan dengan berdemokrasi yang baik bisa memberikan partisipasi dalam hal berpolitik menjadi lebih baik. Hakekat demokrasi adalah ikutsertanya rakyat dalam proses mengambil keputusan yang bersifat mengatur kepentingan umum, keikutsertaan masyarakat atau rakyat dalam proses pengambilan keputusan dalam pemilihan umum atau pemberian suara dapat dianggap sebagai bentuk partisipasi politik. Partisipasi menjadi kunci terjawabnya demokrasi, dapat dibuktikan hampir semua kegiatan dalam proses demokrasi membutuhkan partisipasi, demokrasi tanpa partisipasi adalah manipulasi terhadap demokrasi, karena dengan partisipasi akan terbentuk demokrasi. Antara demokrasi dan partisipasi merupakan dua dasar dengan nilai entitas yang sama, konsep demokrasi tumbuh melalui partisipasi dan demokrasi berasal dari partisipasi ( Elvi Juliansyah, 2007 : 82-83). Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances. Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan. Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting, misalnya pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pemilihan umum tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh sebagian warga yang berhak dan secara sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan, tidak semua warga negara berhak untuk memilih (mempunyai hak pilih). Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Walapun perannya dalam sistem demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir lama dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin 24 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 negara, masa hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji mampu membangun negara. Banyak negara demokrasi hanya memberikan hak pilih kepada warga yang telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang tak memliki catatan kriminal (misal, narapidana atau bekas narapidana). segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. (Surbakti Ramlan, 1992 :47). Pemilihan umum sebagai satu mekanisme penting dalam Negara demokrasi, pemilihan umum merupakan perwujudan keikutsertaan rakyat dalam kehidupan Negara, kenyataan tersebut disebabkan oleh karena rakyat atau warga Negara mempunyai hak untuk memilih dengan bebas wakil-wakilnya yang akan ikut secara bebas, maka berarti bahwa rakyat sudah ikut terlibat dalam kehidupan kenegaraan walaupun tidak langsung (Jiwandono dalam Heriyanto, 1984 : 87). Sedangkan menurut J. Kristiadi (1997 : 18), pemilihan umum merupakan sarana penghubung antara kepentingan masyarakat dan kebijakan umum dan juga merupakan instrumen politik agar konflik, distribusi dan penggantian kekuasaan dapat dilakukan secara tertib dan damai. Pemilihan umum merupakan suatu cara atau sarana untuk menentukan orang-orang yang akan memimpin rakyat dalam menjalankan roda pemerintahan (Heriyanto, 1984 : 81). Pemilihan umum tidak hanya sekedar memberikan hak warga Negara untuk memilih pemerintahan, tetapi berfungsi pula membatasi para pemimpin politik agar berperilaku sebaik mungkin supaya dapat dipilih kembali dalam pemilihan umum berikutnya (Niemi dan Wersbeg dalam Kristiadi, 1997 : 81). Paul Budi Kleden (www.indomedia.com, 9 juli 2005), menyatakan bahwa pemilihan umum adalah momentum untuk menentukan kepemimpinan melalui mekanisme demokratis sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, sebuah pemilihan umum direncanakan secara publik dan berlangsung dalam tahapantahapan yang diketahui bersama. Didalam tahapan penyelenggaraan itu, setiap kontestan dapat bertarung mempengaruhi warga untuk memperebutkan kekuasaan. Sebagai satu mekanisme demokratis, pemilihan umum merupakan ajang penentuan pimpinan tanpa paksaan atau desakan. Konsep Partisipasi Politik Berbicara tentang partisipasi politik, tidak terlepas dari konteks negara dimana warga negara itu hidup dan bertempat tinggal yang menjadi objek pelaksana dari partisipasi tersebut. Dinegara-negara demokrasi pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik ialah bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat yang melaksanakannya melalui kegiatan bersama untuk menentukan tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Dengan demikian salah satu untuk menunjukkan upaya kehidupan yang demokratis ialah dengan melaksanakan pemilihan umum, karena pemilu merupakan salah satu perwujudan yang demokratis. Oleh sebab itu, untuk suksesnya pemilu perlu adanya partisipasi politik masyarakat yang aktif. Keikutsertaan dalam pemilihan umum atau pemberian suara dapat dianggap sebagai bentuk partisipasi politik aktif yang paling kecil atau karena hal itu menuntut keterlibatan yang minimal yang akan berhenti bila pemberian suara terlaksana (Michael Rush dan Philip Althoff, 1990 : 129). Biasanya masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik seperti terlihat dalam kegiatan pemberian suara atau ikut kampanye didorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan tersebut kebutuhan atau kepentingan mereka akan tersalur atau setidak-tidaknya akan diperhatikan, bahwa melalui kegiatan tersebut akan mempengaruhi tindakan pemimpin dalam membuat keputusan. Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga Negara bias dalam menentukan 25 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 Yang dimaksud dengan partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan Negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah, anggota parlemen dan sebagainya (Budiardjo, 1981 : 1). Partisipasi politik mempunyai empat macam fungsi yaitu : Pertama, sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan ekonomis. Kedua, sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian sosial. Ketiga, sebagai sarana untuk membbuat dan mengejar nilai-nilai khusus dan Keempat, sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan bawah sadar dan kebutuhan psikologis tertentu (Michael Rush dan Philip Althoff, 2001 : 181-182). Kartini Kartono (1993 : 22), mengemukakan bahwa partisipasi politik adalah keterlibatan individu sampai bermacam-macam tingkahlaku dalam sistem politik. Aktifitas politik itu bergerak dari ketidak terlibatan sampai dengan aktifitas berkantor. Oleh karena itu, partsipasi politik itu bisa berbeda-beda pada masyarakat. Selanjutnya Gabriel Almond (Mohtar Mas’oed, 2006 : 47), mengatakan bahwa partisipasi politik dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu partisipasi politik konvensional dan partisipasi non konvensional. Partisipasi politik konvensional merupakan bentuk partisipasi normal, adapun partisipasi politik konvensional menurutnya adalah pemberian suara, diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, kominikasi individu dengan pejabat politik dan administrasi. Sedangkan partisipasi politik non konvensional yaitu pengajuan petisi, berdemonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak kekerasan politik terhadap harta benda (kerusakan, pengeboman, pembakaran), tindakan kekerasan politik terhadap manusia (penculikan, pembunuhan) dan perang gerilya dan revolusi. Menurut Miriam Budiarjo (1992 : 3), dalam Negara demokrasi partisipasi masyarakat merupakan tolak ukur dari keberhasilan sistem politiknya, semakin banyak warga berpartisipasi maka semakin berhasil sistem politik tersebut, tetapi kalau partisipasi warga Negara rendah bias dikatakan sistem politiknya kurang baik, ini berarti banyak warga Negara kurang mempunyai sifat dan perhatian terhadap masalah kenegaraan. Kearifan seseorang dalam partisipasi politik dipengaruhi atau ditentukan oleh beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan, perbedaan jenis kelamin dan status sosial ekonomi. Selanjutnya Miriam Budiarjo mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam berpolitik dipengaruhi oleh faktor pendidikan, status dan pendapatan atau dengan kata lain orang yang berpendidikan baik, berstatus sosial yang tinggi cenderung lebih banyak berpartisipasi dari pada orang yang berpendidikan rendah dan pendapatannya rendah. Ada perbedaan yang mendasar antara Negara-negara demokrasi barat, Negara-negara sosialis timur serta Negaranegara berkembang, dalam pola dan aspek yang mempengaruhi partisipasi politik individu lebih banyak dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern yang non ideologis. Pada Negara sosialis timur faktor ideologis yang mempengaruhi partisipasi poltik individu, pengaruh ekstern dan intern dari individu (status sosial, jenis kelamin dan lain-lain) yang justru berpengaruh. Sedangkan pada Negara-negara yang berkembang faktor pengaruhnya lebih bervariasi, terkadang pada tingkatan partisipasi tertentu faktor ideologis lebih dominant dan pada tingkatan partisipasi yang lain. Namun demikian secara umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik individu atau kelompok dalam sistem politik ditentukan oleh : 26 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 1. 2. 3. 4. Tingkat pendidikan Jenis kelamin Status sosial Status dan situasi politik (pengaruh ideologi dan peranan partai politik serta kelompok kepentingan dalam sosialisasi politik dan komunikasi politik (Agus Yusoff dan Andi Yusran, 2007 : 94-95). Menurut Nelson (1990 : 46), partisipasi masyarakat bervariasi, suatu masyarakat mungkin tinggi tingkat partisipasinya disbanding dengan masyarakat yang lain, atau tinggi pada tingkat satu disbanding dengan tingkat yang lain. Partisipasi masyarakat mencakup tindakan sukarela dan juga digerakkan oleh orang lain berupa paksaan, rangsangan materi dan sebagainya. Ada dua bentuk partisipasi yaitu partisipasi otonom yaitu partisipasi sukarela dan partisipasi dimobilisasikan yaitu partisipasi yang digerakkan oleh orang lain. Schumpeter (Sorensen, 2003), menilai peran pemilih adalah bukan untuk memutuskan masalah-masalah politik, tetapi peran mereka lebih pada untuk memilih orang-orang yang akan membuat keputusan-keputusan (bagi mereka). Mohtar Mas’oed menyatakan bahwa sumber daya politik adalah sarana yang dipakai untuk mempengaruhi orang lain dan kelompok lain. Sumber daya politik tersebut bisa berwujud kekuatan fisik atau daya paksa, harta kekayaan, kepandaian, status sosial dalam masyarakat dan faktor keturunan.Sedangkan Herbert Mc Closky dalam Miriam Budiarjo menyatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan kebijakan umum. Menurut Myron Weiner (Mas’oed, 2006 : 45-46), paling tidak terdapa 5 (lima) hal yang menyebabkan timbulnya gerakan kearah partisipasi yang lebih luas dalam proses politik yaitu : 1. Modernisasi 2. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial 3. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern 4. Komplik diantara kelompokkelompok pemimpin politik 5. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan. Ada beberapa pendekatan untuk melihat perilaku pemilih yaitu : 1. Pendekatan sosiologis, menjelaskan karakteristik dan pengelompokan sosial merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih dan pemberian suara pada hakekatnya pengalaman kelompok. 2. Pendekatan psikologis, menggaris bawahi adanya sikap politik para pemberi suara yang menetap. 3. Pendekatan rasional, pendekatan rasional berkaitan dengan orientasi pemilih yakni orientasi isu dan orientasi kandidat. 4. Pendekatan domain kognitif, berasal dari berbagai sumber seperti pemilih, komunikasi dari mulut kemulut dan media masa.( Nursal, 2004 : 55-67). Kuatnya pengaruh identifkasi terhadap perilaku pemilih merupakan pengambilan keputusan itu tergantung situasi sosial politik tertentu yang tidak berbeda dengan pengambilan keputusan lainnya. Kualitas kandidat (calon) memiliki dua variabel : 1. Kualitas instrumental, yaitu tindakan yang diyakini pemilih akan direalisasikan oleh kandidat bila kelak menang pemilu. 2. Kualitas simbolis, yaitu kualitas kepribadian seseorang yang berkaitan dengan integritas diri, ketegasan, ketaatan pada norma dan aturan, kebaikan sikap masyarakat dan sebagainya. Dinegara demokratis pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik 27 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 adalah bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Jadi partisipasi politik merupakan suatu pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang abash oleh rakyat. Pada dasarnya ada tiga tujuan dalam pemilihan umum menurut Ramlan (1992) yaitu : 1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan umum. 2. Pemilihan umum juga merupakan mekanisme memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil yang terpilih atau partai yang memenangkan kursi sehingga kesatuan masyarakat tetap terjamin. 3. Pemilihan umum merupakan sarana memobilisasi, menggerakkan atau menggalang dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD dan DPRD Pasal 244 ayat (1) pemilihan umum diselenggarakan dengan partisipasi masyarakat. Dan ayat (2) menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan dalam bentuk sosialisasi pemilu, pendidikan politik bagi pemilih, survey atau jajak pendapat tentang pemilu dan penghitungan cepat hasil pemilu. tahun 2009 di Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. Lokasi penelitian dipilih di Kecamatan Singingi Hilir dengan pertimbangan bahwa dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi, Kecamatan Singingi Hilir termasuk salah satu kecamatan yang jumlah penduduk cukup banyak akan tetapi tingkat partisipasi politik masyarakatnya pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 cukup rendah. sementara kecamatan tersebut merupakan salah satu kecamatan yang berpenduduk heterogen seperti status sosial, ekonomi, kelompok ras/etnik, suku, usia, seks, agama yang semua itu akan mempengaruhi partisipasi politik masyarakat. Data dan informasi penelitian diperoleh dari keterangan informan, pengamatan serta dokumen yang relevan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner dan diperkuat dengan wawancara yang mendalam dengan informan, studi dokumentasi serta pengamatan langsung dilapangan. Analisis data dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut setelah data dilapangan terkumpul maka data tesebut kemudian dikelompokkan dan ditabulasikan dengan keteranganketerangan yang sifatnya mendukung dalam menjelaskan hasil penelitian,untuk kemudian dianalisa secara diskriptif, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Pembahasan Partisipasi politik secara umum bisa dikatakan merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pemimpin negara atau pemimpin daerah. Di sisi lain, partisipasi politik pun diarahkan untuk memperkuat sistem politik yang ada. Dalam tataran ini partisipasi politik dipandang sebagai bentuk legitimasi dari sistem politik yang bersangkutan. Atau dengan kata lain partisipasi politik menjadi Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif guna memperoleh gambaran yang mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 28 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 salah satu indikator signifikan atas dukungan rakyat baik terhadap pemimpinnya, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemimpinnya maupun bagi sistem politik yang diterapkannya. Di Negara yang menganut paham demokrasi, bentuk partisipasi politik masyarakat yang paling mudah diukur adalah ketika pemilihan umum berlangsung. Perilaku warga Negara yang dapat dihitung itensitasnya adalah melalui perhitungan persentase orang yang menggunakan hak pilihnya (voter turnout) dibanding dengan warga Negara yang berhak memilih seluruhnya. Salah satu cara melihat tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum adalah proses pemberian suara karena hal tersebut merupakan bentuk partisipasi politik masyarakat yang paling rendah. Tetapi biasanya tinggi rendahnya partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum bukan hanya diukur dari tersebut, ada hal lain yang dapat menentukan apakah masyarakat ikut aktif dalam politik atau pasif bahkan bias sama sekali tidak ikut dalam proses penyelenggaraan pemilihan umum. Keikutsertaan masyarakat dalam proses pemilihan umum tidak terlepas dari adanya beberapa faktor yang mempengaruhi, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir adalah sebagai berikut : seseorang maka orang tersebut semakin bagus kualitasnya. Tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir, karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat partisipasinya dan begitu juga sebaliknya. Karena yang berpendidikan akan memiliki kemampuan yang lebih dalam menganalisa informasi yang diterima, serta memiliki kemampuan untuk mengetahui bentuk partisipasi yang dilakukan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi. Adapun tingkat pendidikan tersebut dibagi kepada beberapa tingkat yaitu : a. Tingkat pendidikan tinggi Tingkat pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarja, magister, doctor dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. b. Tingkat pendidikan menengah Tingkat pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang meliputi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). c. Tingkat pendidikan rendah Tingkat pendidikan rendah merupakan jenjang pendidikan dasar atau awal yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Tingkat pendidikan rendah tersebut meliputi masyarakat yang hanya tamat Sekolah Dasar (SD) dan bahkan tidak tamat atau tidak sekolah sama sekali. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara keseluruhan tingkat pendidikan masyarakat atau seseorang tidak atau kurang berpengaruh terhadap partisipasi politiknya pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan 1. Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri masyarkat itu sendiri yang dapat mempengaruhi keikutsertaannya dalam proses penyelenggaran pemilihan umum terutama sekali dalam proses pemberian suara. Adapun faktor internal tersebut meliputi : a. Tingkat Pendidikan Pendidikan sangat erat kaitan dengan kualitas sumber daya manusia, karena semakin tinggi tingkat pendidikan 29 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 Singingi Hilir. Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban kuisioner responden yaitu persentase rata-rata jawaban tertinggi 40,4 % mengatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat atau seseorang tidak berpengaruh terhadap partisipasi politiknya pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu, sedangkan persentase rata-rata jawaban yang sedang 40,1 % mengatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat atau seseorang cukup berpengaruh terhadap partisipasi politiknya pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu, Dan rata-rata jawaban yang paling sedikit adalah 19,4 % mengatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat atau seseorang sangat berpengaruh terhadap partisipasi politiknya pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu. % mengatakan bahwa tingkat kehidupan ekonomi masyarakat atau seseorang cukup berpengaruh terhadap partisipasi politiknya pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu, sedangkan persentase rata-rata jawaban yang sedang 36,2 % mengatakan bahwa tingkat kehidupan ekonomi masyarakat atau seseorang sangat berpengaruh terhadap partisipasi politiknya pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu, Dan rata-rata jawaban yang paling sedikit adalah 16,8 % mengatakan bahwa tingkat kehidupan ekonomi masyarakat atau seseorang tidak berpengaruh terhadap partisipasi politiknya pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kehidupan ekonomi masyarakat atau seseorang cukup berpengaruh terhadap partisipasi politiknya pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan Singingi Hilir. b. Tingkat Kehidupan Ekonomi Tingkat kehidupan ekonomi seseorang juga sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik orang tersebut. Adapun tingkat kehidupan ekonomi masyarakat itu meliputi : a. Tingkat kehidupan ekonomi rendah Tingkat kehidupan ekonomi yang rendah merupakan tingkatan yang paling bawah yang sering disebut dengan masyarakat miskin yaitu yang berpenghasilan di bawah Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) per bulan. b. Tingkat Kehidupan Ekonomi Menengah Tingkat kehidupan ekonomi menengah merupakan tingkat kehidupan ekonomi yang sudah agak memadai yaitu yang berpenghasilan antara Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,- per bulan. c. Tingkat Kehidupan Ekonomi Tinggi Tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi merupakan tingkat kehidupan yang ada diatas penghasilan rata-rata yaitu yang berpenghasilan diatas Rp. 2.000.000,- per bulannya. Dari hasil penelitian menunjukkan persentase rata-rata jawaban tertinggi 46,9 c. Kesadaran Politik Kesadaran politik menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik, tingkat kesadaran politik diartikan sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan dan atau pembangunan. Adapun kesadaran politik itu mecakup dua hal yaitu : a. Hak dan Kewajiban Sebagai Warga Negara Dalam Pemilihan Umum Sesuai dengan bunyi Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyebutkan bahwa warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih. b. Minat dan Perhatian Untuk Berpartisipasi 30 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 Minat dan perhatian untuk berpartisipasi merupakan keinginan dari hati setiap individu untuk ikut terlibat dalam proses politik yang sedang berlangsung. kesadaran politik sangat mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat yang berasal dari luar diri masyarakat itu sendiri. Adapun yang termasuk kedalam faktorfaktor eksternal yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 adalah sebagai berikut : Dari penelitian diketahui bahwa persentase rata-rata jawaban tertinggi 72,9 % mengatakan bahwa kesadaran politik masyarakat sangat berpengaruh terhadap partisipasi politiknya pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu, sedangkan persentase rata-rata jawaban yang sedang 25,7 % mengatakan bahwa kesadaran politik masyarakat cukup berpengaruh terhadap partisipasi politiknya pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu, Dan rata-rata jawaban yang paling sedikit adalah 1,5 % mengatakan bahwa kesadaran politik masyarakat tidak berpengaruh terhadap partisipasi politiknya pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu. Maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran politik masyarakat atau seseorang sangat berpengaruh terhadap partisipasi politiknya pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan Singingi Hilir. Jadi dengan demikian berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor internal (tingkat pendidikan, tingkat kehidupan ekonomi dan kesadaran politik) sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir. Hal ini dapat dilihat dari jawaban 103 orang responden sebanyak 42,8 % mengatakan bahwa faktor internal sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir. Dari 3 (tiga) faktor internal tersebut yaitu faktor tingkat pendidikan, faktor tingkat kehidupan ekonomi dan faktor kesadaran politik, maka faktor kesadaran politiklah yang paling dominan atau yang sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 di Kecamatan Singingi Hilir, yaitu 72,9% responden mengatakan a. Peranan Pemerintah Peranan pemerintah sangat penting dalam proses pelaksanaan pemilihan umum, karena pemerintah sebagai penyelenggara pemilihan umum dalam hal ini dilimpahkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) sangat sentral sekali. Sukses atau tidaknya penyelenggaraan pemilihan umum sangat bergantung kepada pemerintah. Adapun peranan pemerintah dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat meliputi : 1. Sosialisasi Pemilihan Umum Sosialisasi merupakan salah satu program yang dirancang untuk keperluan suksesnya pelaksana dan pelaksanaan pemilu. Sehingga adalah menjadi kepentingan bersama bagaimana caranya agar program sosialisasi yang dilaksanakan pada pemilihan umum berlangsung efisien dan efektif. Pengertian sosialisasi yang digunakan resmi oleh Komisi Pemilihan Umum dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum No.23 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD adalah proses penyampaian informasi tentang tahapan dan program penyelenggaraan pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD. Konsepsi proses penyampaian informasi atau sosialiasi pemilu tidak dapat lepas dari prinsipprinsip dasar komunikasi. 31 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 2. Membuat Aturan-Aturan Mengenai Pemilihan Umum Aturan-aturan mengenai pemilihan umum merupakan aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan pemilihan umum, mulai dari pendaftaran pemilih sampai pada penghitungan suara. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa persentase rata-rata jawaban tertinggi 59,2 % mengatakan bahwa peranan pemerintah tidak berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan Singingi Hilir, sedangkan persentase rata-rata jawaban yang sedang 27,2 % mengatakan bahwa peranan pemerintah cukup berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu, Dan rata-rata jawaban yang paling sedikit adalah 13,6 % mengatakan bahwa peranan pemerintah sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu. Maka berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan pemerintah tidak atau kurang berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan Singingi Hilir. seleksi kepemimpinan nasional dan kepemimpinan daerah. Pengalaman dalam rangkaian penyelenggaraan seleksi kepemimpinan nasional dan kepemimpinan daerah melalui Pemilu membuktikan keberhasilan partai politik sebagai pilar demokrasi. Adapun peranan partai politik tersebut dalam pemilihan umum meliputi : 1. Rekruitmen Kader Politik Rekruitmen politik merupakan seleksi kepemimpinan (seletion or leadership), mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik. Dalam hal lembaga kegiatan politik, rekruitmen politik merupakan fungsi dari partai, yakni rangkaian perluasan lingkup partisipasi politik. Di antara caranya adalah melalui koontak pribadi, persuasi, dan lain-lain. Rekruitmen politik disini adalah bagaimana partai politik yang ikut dalam pemilihan umum merekruit individu-individu yang akan bertarung dalam pemilihan umum legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir. 2. Komunikasi Politik Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Komunikasi politik merupakan penyebaran aksi, makna, atau pesan yang bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik, melibatkan unsur-unsur komunikasi seperti komunikator, pesan, dan lainnya. Kebanyakan komunikasi politik merupakan lapangan wewenang lembaga-lembaga khusus, seperti media massa, badan informasi pemerintah, atau parpol. Namun demikian, komunikasi politik dapat ditemukan dalam setiap lingkungan sosial, mulai dari lingkup dua orang hingga ruang kantor parlemen. 3. Sosialisasi Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok b. Peranan Partai Politik Partai politik adalah salah satu komponen yang penting di dalam dinamika perpolitikan sebuah bangsa. Partai politik dipandang sebagai salah satu cara seseorang atau sekelompok individu untuk meraih kekuasaan,argumen seperti ini sudah biasa kita dengar di berbagai media massa ataupun seminar-seminar yang kita ikuti khususnya yang membahas tentang partai politik. Partai politik merupakan jembatan untuk memperoleh kekuasaan politik bagi setiap individu yang akan ikut dalam pemilihan umum. Dalam kedudukannya sebagai pilar demokrasi, peran partai politik dalam sistem perpolitikan nasional merupakan wadah 32 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peranperan yang harus dijalankan oleh individu. Sosialisasi politik adalah cara-cara belajar seseorang terhadap pola-pola sosial yang berkaitan dengan posisi-posisi kemasyarakatan seperti yang diketengahkan melalui bermacam-macam badan masyarakat. sosialisasi politik merupakan semua usaha mempelajari politik baik formal maupun informal, disengaja ataupun terencana pada setiap tahap siklus kehidupan dan termasuk didalamnya tidak hanya secara eksplisit masalah belajar politik tetapi juga secara nominal belajar bersikap non politik mengenai karakteristik-karakteristik kepribadian yang bersangkutan. Sosialisasi disini adalah sejauhmana partai politik berperan memberikan informasi-informasi yang jelas dan akurat kepada masyarakat mengenai pemilihan umum. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase rata-rata jawaban tertinggi 44 % mengatakan bahwa peranan partai politik sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan Singingi Hilir, sedangkan persentase rata-rata jawaban yang sedang 35,9 % mengatakan bahwa peranan partai politik cukup berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu, Dan rata-rata jawaban yang paling sedikit adalah 20,1 % mengatakan bahwa peranan partai politik kurang atau tidak berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu. Maka berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan partai politik sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan Singingi Hilir. Media massa merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak atau penerima dengan menggunakan alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, radio dan televisi. Media massa merupakan fasilisator pengenalan secara luas kepada masyarakat mengenai tata cara pemilihan umum serta kontestan-kontestan yang akan ikut dalam pemilihan umum. Adapun peranan media massa dalam pemilihan umum itu meliputi : 1. Sosialisasi Pemilihan Umum Sosialisasi yang dilakukan oleh media massa merupakan pengenalan secara luas kepada masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap pemilihan umum. 2. Publikasi Yang Adil Publikasi yang adil merupakan proses publikasi dengan cara menerbitkan informasi mengenai pemilihan umum dan partai politik peserta serta calon-calon legislatif yang akan ikut pada pemilihan umum. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa, persentase rata-rata jawaban tertinggi 37,9 % mengatakan bahwa peranan media massa cukup berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan Singingi Hilir, sedangkan persentase rata-rata jawaban yang sedang 35,5 % mengatakan bahwa peranan media massa tidak atau kurang berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu, Dan rata-rata jawaban yang paling sedikit adalah 26,7 % mengatakan bahwa peranan media massa sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu. Maka berdasarkan uraian hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan media massa cukup berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan Singingi Hilir. c. Peranan Media Massa 33 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 2. Tanggung Jawab Dalam Menepati Janji-Janji Politik Tanggung jawab dalam menepati janji-janji politik merupakan salah satu faktor yang juga dapat mempengaruhi partisipasi politik masyarakat. Sejauh mana seorang kandidat (calon legislative) yang akan ikut dalam pemilihan umum dapat meyakinkan masyarakat jika terpilih dia akan menepati janji-janji politiknya di masa kampanye. Dengan demikian, persentase ratarata jawaban tertinggi 61,2 % mengatakan bahwa perilaku kandidat (calon legislatif) sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan Singingi Hilir, sedangkan persentase ratarata jawaban yang sedang 32,5 % mengatakan bahwa perilaku kandidat (calon legislatif) cukup berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu, Dan rata-rata jawaban yang paling sedikit adalah 6,1 % mengatakan bahwa perilaku kandidat (calon legislatif) kurang atau tidak berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu. Maka berdasarkan uraian hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kandidat (calon legislatif) sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu di Kecamatan Singingi Hilir. Jadi dengan demikian berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 di Kecamatan Singingi Hilir. Dari 4 (empat) faktor eksternal tersebut yaitu peranan pemerintah, peranan partai politik, peranan media massa dan perilaku kandidat (calon legislatif), dapat diketahui bahwa faktor perilau kandidatlah yang paling berpengaruh terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat di Kecamatan Singingi Hilir pada pemilihan umum legislatif tahun 2009. d. Perilaku Calon Legislatif Perilaku merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita sebenarnya. perilaku seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa lalu, keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana orang lain telah menilainya secara obyektif. Banyak penelitian menyebutkan bahwa kepribadian seseorang merupakan manifestasi sisi luar dari perilaku orang tersebut. Jadi perilaku calon legislative disini merupakan bagaimana kepribadian dari calon tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun yang termasuk kedalam perilaku tersebut adalah : 1. Visi dan Misi Visi adalah sebuah kata yang berasal dari kata Inggris yang berarti pandangan dan hal ini sangat berkaitan dengan suatu rencana yang akan disusun untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang sifatnya umum. Visi merupakan suatu pandangan kedepan yang akan menjadi sasaran ataupun tujuan akhir dari suatu kegiatan. Sedangkan misi merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka untuk mencapai visi tersebut. Keberadaan visi-misi sangat diperlukan bagi organisasi ataupun orang pribadi untuk menentukan arah dan tujuan dari sebuah organisasi. Jika dikaitkan dengan calon legislatif yang akan ikut dalam pemilihan umum sangat diperlukan visi dan misi yang jelas dan masuk akal. 1. Kualitas Komunikasi dalam Kampanye Kualitas komunikasi dalam kampanye merupakan salah satu faktor yang tak kalah pentingnya dalam menentukan partisipasi politik masyarakat. Kualitas komunikasi yang dimaksud adalah bagaimana seorang kandidat (calon legislative) yang akan ikut dalam pemilihan umum dalam berkampanye dapat meyakinkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam proses pemilihan umum tersebut. 34 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir sangat ditentukan oleh kesadaran politik yang dimilikinya, jika kesadaran politik masyarakat rendah maka hal tersebut sangat berpengaruh terhadap tingkat partisipasinya. Selain itu pada faktor eksternal ternyata yang sangat berpengaruh terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat adalah perilaku kandidat atau calon legislatif. Jika perilaku kandidat atau calon legislative yang ikut dalam pemilihan umum dimata masyarakat kurang baik atau banyak kandidat yang sudah terpilih tetapi tidak menepati janjinya maka hal ini sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat. Faktor Yang Paling Dominan Dalam Mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum Legislatif 2009 Di Kecamatan Singingi Hilir Berdasarkan uraian diatas mengenai faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir, baik dilihat dari faktor internal yaitu tingkat pendidikan, tingkat kehidupan ekonomi dan kesadaran politik masyarakat maupun dilihat dari faktor eksternal yaitu peranan pemerintah, peranan partai politik, peranan media massa dan perilaku kandidat (calon legislatif) ada beberapa faktor begitu dominan dalam mempengaruhi partisipasi politk masyarakat. Kedua faktor tersebut baik internal maupun eksternal sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir, namun jika dilihat persentasi rata-rata jawaban responden maka faktor internal lebih dominan dari pada faktor eksternal. Dari kedua faktor diatas ada subfaktor yang lebih dominan dari yang lainnya, untuk faktor internal yang lebih dominan mempengaruhi partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir adalah kesadaran politik yaitu dengan persentase 72,9 %. Sedangkan untuk faktor eksternal yang paling dominan mempengaruhi partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum legislatif 2009 di Kecamatan Singingi Hilir adalah peranan perilaku kandidat (calon Legislatif) yang ikut dalam pemilihan umum. Berdasarkan hasil kuisioner yang penulis sebarkan kepada responden dan wawancara yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa ternyata pada faktor internal yang sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat adalah tingkat kesadaran politik masyarakat itu sendiri. Artinya masyarakat ikut berpartisipasi pada pemilihan umum Kesimpulan dan Saran Pemilihan umum merupakan salah satu syarat mutlak bagi sebuah Negara yang memakai prinsip demokrasi, pemilihan umum yang dilaksanakan bertujuan sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternative kebijakan umum, mekanisme memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil yang terpilih atau partai politik yang memenangkan kursi sehingga kesatuan masyarakat tetap terjamin serta sebagai sarana mobilisasi dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik. Dalam menyelenggarakan pemilihan umum sangat dibutuhkan partisipasi aktif masyarakat terutama sekali dalam proses pemberian suara, keikutsertaan masyarakat dalam pemilihan umum sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor internal yang merupakan faktor yang berasal dari dalam diri masyarakat itu sendiri, adapun faktor internal ini dapat berupa tingkat pendidikan, tingkat kehidupan ekonomi dan kesadaran politik masyarakat itu sendiri. Kedua, faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri masyarakat yang dapat berupa peranan pemerintah, peranan partai 35 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 Pertama, hendaknya untuk kedepannya pemerintah sebagai penyelenggara pemilihan umum lebih berupaya untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Kedua, hendaknya untuk pemilihan umum selanjutnya pemerintah lebih giat melakukan sosialisasi demi meningkatkan kesadaran politik masyarakat sebagai warga Negara yang baik. Ketiga, Hendaknya partai politik yang juga memegang peranan penting dalam meningkatkan pertisipasi politik masyarakat dapat lebih meningkat kinerjanya, karena dari kinerja partai politik yang baik akan diperoleh calon-calon legislative yang lebih berkualitas. Keempat, untuk media massa, hendaknya dapat lebih fair dalam meyampaikan informasi kepada masyarakat, sehingga untuk kedepannya partisipasi politik masyarakat menjadi meningkat. Kelima, untuk masyarakat, hendaknya dapat belajar banyak dari pemilihan umum legislative 2009 yang mengenai hak dan kewajiban setiap warga Negara dalam pemilihan umum. politik, peranan media massa dan peranan citra kandidat yang akan ikut dalam pemilihan umum. Untuk Kecamatan Singingi Hilir kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyaakat pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu, tetapi jika dilihat hasil rekapitulasi jawaban rata-rata responden dari kuisioner yang penulis sebarkan kepada 103 orang responden, dapat diketahui bahwa di Kecamatan Singingi Hilir faktor internal yang paling dominan, namun dari faktor internal tersebut faktor kesadaran masyarakatlah yang paling dominan. Sedangkan untuk faktor eksternal yaitu yang beasal dari luar diri masyarakat maka di Kecamatan Singingi Hilir pada pemilihan umum legislative 2009 yang lalu faktor perilaku kandidat atau calon legislatiflah yang paling dominan dibanding faktor-faktor yang lainnya. Kesadaran politik masyarakat tidak bisa dipisahkan begitu saja dari peranan perilaku kandidat, dengan perilaku calon legislatif yang baik akan menimbulkan kesadaran politik masyarakat untuk berpertisipasi dalam pemilihan umum dan begitu juga sebaliknya, dengan adanya kesadaran politik masyarakat untuk berpartisipasi maka hal tersebut sangat berpengaruh terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat. Partisipasi politik masyarakat terbangun karena adanya kesadaran politik masyarakat dan kesadaran politik masyarakat terbangun karena perilaku calon legislatif dimata masyarakat baik, namun kenyataannya tingkat partisipasi politik masyarakat di Kecamatan Singingi Hilir pada pemilihan umum legislatif 2009 yang lalu begitu rendah. Hal ini sangat ditentukan oleh kesadaran politik masyarakat dalam melihat perilaku calon legislatif yang akan menjadi wakil mereka di lembaga legislatif. Daftar Pustaka A. Rahman, 2007, Sistem Politik Indonesia, Graha Ilmu, Jakarta Abdul Ghofur, 2002, Demokratisasi dan Prospek Hukum Islam di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Adman Nursal, 2004, Political Marketing (Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden), Gramedi Pustaka Utama, Jakarta Agus Yusoff dan Andi Yusran, 2007, Ilmu Politik : Paradigma, Makna dan Konsep Sistem, Suska Press dan ReDPoSt Press, Pekanbaru Bayu Suryaningrat, 1992, Mengenal Ilmu Pemerintahan, Rineka Cipta, Jakarta Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut : 36 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 Dan Nimmo, 2004, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan dan Media, Remaja Rosdakarya, Bandung ----------------------, 1998, Partisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampai, Gramedia, Jakarta Juliansyah, 2007, PILKADA Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, CV.Mandar Maju, Bandung Musanef, 1982, Sistem Pemerintahan di Indonesia, Gunung Agung, Jakarta Elvi Mohtar Mas’oed dan Nasikun, 1989, Sosiologi Politik, PAU-UGM, Yogyakarta Georg Sorensen, 2003, Demokrasi dan Demokratisasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Mohtar Mas’oed dan Collin Mc Andrew, 2006, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada University Press, Cet.Ke-17, Yogyakarta Heriyanto, 1984, Partai Politik Suatu Tinjauan Umum, Liberty, Jogjakarta Hoogerwerf, 1983, Ilmu Pemerintahan, Erlangga, Jakarta Inu Nazaruddin Sjamsuddin, 1993, Dinamika Sistem Politik Indonesia, Gramedia, Jakarta Kencana Syafi’ie, 2002, Sistem Pemerintahan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta Nurcholis Hanef, 2005, Teori dan Praktis Pemerintah dan Otonomi Daerah, Gramedia Wirdasarna, Jakarta -----------------------, 2005, Pengantar Ilmu Pemerintahan, Refika Aditama, Bandung Paul Irfan Muhammad, 1991, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan, Rajawali Press, Jakarta. J. Ramlan Surbakti, 1992, Memahami Ilmu Politik, PT.Gramedia, Jakarta Kristiadi, 1997, Menyelenggarakan Pemilu Yang bersifat Luber dan Jurdil, Centre of Strategic and International Studies, Jakarta Rafael Raga Maran, 2007, Pengantar Sosialogi Politik, Rineka Cipta, Jakarta Kartini Kartono, 1993, Pemimpin dan Kepemimpinan, CV.Rajawali Press, Jakarta Kusnaka Adimihadja, 2000, Penelitian Sosial, Rodaskarya, Bandung Budi Kleden, Yang Berkuasa Diturunkan Dari Tahta (Catatan Pasca Pilkada), www.indomedia.com, 9 juli 2005 Robert Dahl, 1985, Dilema Demokrasi Pluralis : Antara Otonomi dan Kontrol Terj. Sahat Simamora, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Metode Remaja Rosalaini, Analisis Perencanaan dan Kebijakan Pulik, Rineka Cipta, Jakarta. Maulani, 2000, Demokrasi dan Pembangunan Daerah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Riant Nugroho D, 2005, Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang : Model-Model Perumusan, Implementasi dan Evaluasi, PT. Elek Media Komputindo, Jakarta Michael Rush dan Philip Althoff, 1990, Pengantar Sosiologi Politik, Rajawali Press, Jakarta Saydam Gauzali, 1993, Dari Bilik Suara Kemasa Depan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 37 Jurnal Kajian Ilmu Pemerintahan Journal of Government, Social and Politics ,jkp Volume 2, Nomor 2 September 2013 S. Pamudji, 1982, Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional, Bina Aksara, Jakarta Penyampaian Informasi Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Samuel Huntington dan Joan Nelson, 1990, Partisipasi Politik Dinegara Berkembang (terjemahan Sahat Simamora), Rineka Cipta, Jakarta Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial (JIS) Vol. 1 Nomor 1 April 2008 Soehartono Irawan, 2000. Metode Penelitian Sosial, Remaja Rosda Karya, Bandung Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial (JIS) Vol. 2 Nomor 1 April 2009 Sudibiyo. M. (ed), 1992, Perilaku Pemilih 1992 suatu Evaluasi, CSIS, Jakarta Sutrisno Hadi, 1984, Metodologi Research, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta SP. Varma, 2003, Teori Politik Modern, Rajawali Press, Jakarta Talidziduhu Ndraha, 2003, Kybernologi, Rineka Cipta, Jakarta -----------------------, 2006, Kybernologi : Sebuah Scientific Enterprise, Sirao Credentia Center, Jakarta -----------------------, 2007, Kybernologi : Sebuah Profesi, Sirao Credentia Center, Jakarta ----------------------, 2008, Kybernologi : Sebuah Metamorphosis, Sirao Credentia Center, Jakarta -----------------------, 2009, Kybernologi Politik dan Kybernologi Administrasi, Sirao Credentia Center, Jakarta Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya, Tangga Pustaka, 2008 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi dan 38