BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulu Penelitian tentang analisis gaya bahasa perbandingan sudah pernah diteliti di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. a. Abdul Rahman (060704023) mahasiswa Sastra Arab FIB USU mengenai gaya bahasa perbandingan dengan melihat jenis gaya bahasa perbandingan pada kisah Syamsuddin Al- Mashri dan Nuruddin Al- Bashri pada buku ٗ ٔ ىأ ؼ ػ ى ي/ 'alfu laylatin wa laylatin. Penelitian ini membahas tentang gaya bahasa perbandingan yang terdapat pada kisah Syamsuddin Al-Masri dan Nuruddin Al-Basri pada buku ٗ ىأؼ ػ ى ي/ `alfu laylatin wa laylatin karya Taha `Abdul Rauf Sa‟ad. Perbedaan dengan penelitian ini adalah objek penelitiannya yaitu Al-Quran juz 30 dan pada penelitian sebelumnya pada buku ٗ ى ي اىؼ ػ/`alfu laylatin wa laylatin karya Taha `Abdul Rauf Sa‟ad terdapat penempatan contoh tidak sesuai dengan teori gaya bahasa yang digunakan. b. Dwi Atmawati (2014) dengan judul Majas Dalam Al-Qur’an (Kajian Terhadap Al-Qur’an Terjemahan Juz 30)dalam jurnalLiNGUA. Hasil penelitian Atmawati, Al-Qur‟anmenggunakan majas paralelisme, perumpamaan, metafora, eufemisme, repetisi, personifikasi, tautologi, antitese, antonomasia, retoris, enumerasi. Dari 37 surat yang terdapat pada juz 30 itu, 9 Universitas Sumatera Utara 36 surat mengandung majas. Surat yang tidak mengandung majas hanya ada 1 yakni surat Al-Qadr (QS: 97).Persamaan dengan penelitian ini adalah objek penelitiannya yaitu Al Quran juz 30. Adapun perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam penggunaan teori, pada penelitian sebelumnya menggunakan teori Kridalaksana (1984) sedangkan penelitian ini menggunakan teori Tarigan (1985). Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Atmawati hanya membahas beberapa contoh majas dan tidak menjelaskan secara mendalam mengenai keseluruhan dari majas yang ditemukan. Sedangkan penelitian ini hanya berfokus pada gaya bahasa perbandingan, sehingga lebih memungkinkan menganalisis secara mendalam dari keseluruhan gaya bahasa perbandingan yang ditemukan. c. Hanik Mahliatussikah(2004) dalam jurnal Bahasa dan Seni, Tahun 32, Nomor 2dengan judul Penggunaan Gaya Bahasa Perbandingan dalam Ayat-Ayat AlQuran Tentang Hari Kiamat, Hasil penelitian Mahliatussikah bahwasanya penggunaan gaya bahasa perbandingan mengenaiayat-ayat tentang hari kiamatdi dalam Al- Qur‟anmeliputi; Simile terbuka (tasybi:h mursal mujmal), Simile tertutup (tasybi:h mursalmufashshal), Simile epos (tasybi:h tamtsil), tasybi:h dhimniy, metafora dalam arti sempit (tasybi:h bali:gh), metafora implicit (isti a:rah tashri:hiyyah), Personifikasi (tasykhish),isti a:rahmakniyyah, dan isti a:rah tamtsi:liyyah. Adapun hasil penelitian tersebut memiliki persamaan yaitu mengkaji gaya bahasa perbandingan dalam Al-Qur‟an. Perbedaan penelitian ini adalah terletak pada teori yang digunakan yaitu antara teori Gorys Keraf 10 Universitas Sumatera Utara yang digunakan oleh Mahliatussikah dengan Guntur Tarigan yang peneliti gunakan, serta objek kajiannya Al-Qur‟an juz 30 yang bukan hanya mengenai tentang hari kiamat tetapi banyak hal lainnya seperti, keimanan dan kisahkisah terdahulu. 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Gaya Bahasa Telah banyak para ahli bahasa mengemukakan tentang pengertian dan jenisjenis gaya bahasa. Adapun gaya bahasa menurut beberapa para ahli bahasa adalah sebagai berikut, Pradopo (1987: 264) menyatakan bahwa gaya bahasa adalah merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu. Zainuddin (1992: 51) : menyatakan bahwa gaya bahasa adalah pemakaian ragam bahasa dalam mewakili atau melukiskan sesuatu dengan pemilihan dan penyusunan kata dalam kalimat untuk memperoleh efek tertentu. Keraf (1984: 113) menyatakan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Tarigan (1985: 4) menyatakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Dengan merujuk beberapa defenisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa gaya bahasa adalah suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan keindahan bahasa dan bisa mempengaruhi pembaca/ pendengar. Dalam penelitian ini, 11 Universitas Sumatera Utara peneliti mencoba untuk membahas tentang gaya bahasa perbandingan dengan menggunakan teori Tarigan (1985). 2.2.2. Jenis- jenis Gaya bahasa Dari beberapa gaya bahasa yang dikemukakan oleh beberapa pakar bahasa, ada empat bagian besar gaya bahasa yang diperincikan oleh Henry Guntur Tarigan. Berikut ini Tarigan(1985: 6) merincikan jenis-jenisgaya bahasa : 1. Gaya Bahasa Perbandingan 2. Gaya Bahasa Pertentangan 3. Gaya Bahasa Pertautan 4. Gaya Bahasa Perulangan Selanjutnya untuk memfokuskan penelitian ini, peneliti hanya membahas tentang gaya bahasa perbandingan saja, dikarenakan diantara keempat macam gaya bahasayang dikemukakan oleh Tarigan, gaya bahasa perbandinganlah yang lebih dominan terdapat didalam objek penelitian ini, yaitu pada al-quran juz 30. Adapun Gaya bahasa perbandingan menurut Tarigan adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang sama atau dua hal yang berbeda. Kemudian Tarigan membagi gaya bahasa perbandingan ke dalam sepuluh jenis (1) perumpamaan, (2) metafora, (3) personifikasi, (4) depersonifikasi, (5) alegori, (6)antithesis, (7) pleonasme dan tautology, (8) periphrasis, (9) antisipasi (prolepsis), dan (10) koreksio (Tarigan, 1985:15-34). 12 Universitas Sumatera Utara Gambar lingkaran Gaya Bahasa Perbandingan Berikut ini penjelasaan mengenai sepuluh gaya bahasa perbandingan tersebut; 1. Perumpamaan /التثبيه/at-tasybīhu Perumpamaan dalam bahasa inggris disebut simile yang diambil dari bahasa latin yaitu simile yang bermakna ‟seperti‟ dan dalam bahasa arab disebut dengan tasybīh. Menurut Tarigan (1985 : 9) perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja dianggap sama dengan menggunakan kata pembanding. Menurut Keraf (2009) gaya bahasa perumpamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Untuk itu memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu yaitu dengan kata-kata pembanding. Menurut Al-Khuli (1982) gaya bahasa perbandingan jenis perumpamaan yaitu; ٔ ظرج ٔ ضص ٔا ٗ ش ئ ٔأ ثز ط بثزخذا ً ٔا دحأ ظرج: ٔ ظ زى أج 13 Universitas Sumatera Utara /At-tasybīhu : tasybīhu syakhṣin 'aw syā'in biākharin biistikhdāmi 'adātun tasybīhin/`Perumpamaan : mengumpamakan seseorang atau sesuatu dengan yang lain dan menggunakan bantuan adat (alat) tasybih. Menurut Hifni (1995 :473), mengatakan bahwa : ٔ ٗ ٔ صؼ ا ثداح زغ ض ظ زى أج ٔ ق بحى إ ٍ از ؼ /at-tasybīhu ‘ilḥāqu ‘amrin bi’amrin fī wasfin bi’adātin ligarḍin/`tasybih adalah menghubungkan sesuatu hal dengan sesuatu hal yang lain dalam suatu sifat dengan menggunakan adat (kata-kata khusus) karena suatu tujuan. Jadi perumpamaan adalah perbandingan antara dua kata atau dua hal yang berbeda dan dianggap sama dalam suatu kalimat yang harus menggunakan kata pembanding. Di dalam kajian linguistik kata pembanding ini disebut juga dengan konjungsi atau kata penghubung yang menunjukkan perbandingan dan mempunyai maksud penyerupaan. Kata pembanding dalam hal ini yaitu seperti, sebagai, ibarat, laksana, bagaikan umpama, serupa, bak. Sedangkan dalam bahasa arab kata pembandingnya disebut ٔ ظ زى أج ادا ٗ ا ح/adāwātu at-tasybīh/ yaitu: ٔ ؾ/kaf/, وث ٍ /miślu/, ِ ب مئ/ka’anna/, شج/syibhi/ (Husyim Ahmad, 1990:267). Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak menjelaskan lebih dalam mengenai ٔ ظ زى أج داا ٗ حأ /adāwātu at-tasybīh/ melainkan hanya untuk memberikan pengetahuan mengenai pengistilahan kata untuk membandingkan dalam bahasa Arab. Contoh gaya bahasa perumpamaan dalam bahasa Indonesia; - Orang-orang yang tinggal di desa Sonomartani seperti katak dibawah tempurung. 14 Universitas Sumatera Utara Penjelasan : pada contoh ini mengandung gaya bahasa perbandingan yang berupa perumpamaan, yang terdapat pada kata seperti yang merupakan kata pembanding dari orang-orang yang tinggal di desa Sonomartani dengan katak di bawah tempurung. Kalimat orang-orang yang tinggal di desa Sonomartani dalam contoh di atas disamakan dan diserupakan dengan katak di bawah tempurung.. Dari ciri-ciri diatas yaitu terdapatnya kata seperti yang berfungsi menyerupakan dan membandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan, dapat disimpulkan bahwasanya ayat diatas mengandung gaya bahasa perbandingan yaitu perumpamaan. Contoh gaya bahasa perumpaman dalam bahasa arab; ٔ طء م ُ ا ى أ جذر ٗ ٔ ٖ ٗج /wawajhuhu yaḍī’u ka’anna al-badru/`dan wajahnya bersinar ibarat bulan purnama. Pada contoh ditas terdapat gaya bahasa perbandingan jenis perumpamaan ٔ yang terletak pada kata ُ ما/ka’anna/ `ibarat` adalah bentuk dari alat / kata yang digunakan untuk membandingkan dua hal yaitu ٔ ٖ ٗج /wajuhuhu/`wajahnya dengan ى أجذر/al-badru/ `bulan purnama`. Dalam contoh ini kata ٔ ٖ ٗج /wajuhuhu/`wajahnya` disamakan dan diserupakan dengan ى أجذر/al-badru/ `bulan purnama`. Contoh gaya bahasa perumpamaan juga terdapat dalam al-Qur‟an surah arRaḥmān ayat 14 yaitu; 15 Universitas Sumatera Utara /khalaqal ‘insāna min ṣalṣālin kalfakhkhār/`Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar. Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perumpamaan yang terletak pada kata ؾ /kaf/`seperti` sebagai alat / kata yang digunakan untuk membandingkan dua hal yaitu اإن س نل ن م صلل ض/al-‘insāna min ṣalṣālin/’manusia dari tanah kering` dengan رب خ فى أ/alfakhkhār/`tembikar`. Dalam ayat ini kalimat ا إن س نل ن م صلل ض/al-‘insāna min ṣalṣālin/’manusia dari tanah kering` disamakan dan diserupakan dengan رب خ فى أ/alfakhkhār/`tembikar`. 2. Metafora /اة را عت سإل/al-istiʻāratu Metafora berasal dari bahasa inggris yaitu metaphor yang berarti “kiasan”. Dalam bahasa Indonesia kata metaphor disebut dengan metafora dan dalam bahasa arab disebut isti‟arah. Menurut Tarigan (1985 : 14) Metafora adalah perbandingan yang implisit jadi tanpa kata seperti atau sebagai diantara dua hal yang berbeda. Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, dan tersusun rapi. Dan didalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan atau sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek dan yang satu lagi merupakan pembanding tehadap kenyataan tadi. Atau dengan kata lain bukan pada makna sebenarnya/ tersurat melainkan makna yang tersirat. Keraf (2009: 139) mengatakan, metafora adalah membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat tanpa menggunakan kata 16 Universitas Sumatera Utara pembanding, seperti, bagaikan, laksana dll sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Menurut Muhammad Ali (1982) gaya bahasa perbandingan metafora yaitu: ٔ ٔ َ ميخ ل داء ٍع ْ زغ ٍع ْ ب ٕ ب ػ ا طإ زخذ ً ا: ط إلازب عرح /al-'isti’ārah : 'istikhdāmu kalimatin li'adāi ma’nā gayri maʻnāhā al'aṣlī/`Metafora : susunan kalimat yang digunakan untuk suatu makna yang pada dasarnya bukan makna yang asli. Contoh gaya bahasa metafora dalam bahasa indonesia : - Juminten adalah kembang desa dikampung kami. Contoh diatas mengandung gaya bahasa perbandingan metafora yang terdapat pada kata kembang desa. Maksud dari contoh diatas bukanlah yang sebenarnya, yaitu Juminten adalah kembang desa, melainkan merupakan bahasa kias dari gadis tercantik. Karna Juminten seorang gadis yang tercantik di desanya maka disamakan dengan bunga desa. Contoh dalam bahasa arab ; ٔ ٔ ا ر ذ طأ ذ غب ت ى أ ْ غب /ra`aitu `asadu yukhaṭabu an-nāsu/ `aku melihat singa berkhutbah di depan orang-orang`. Pada contoh diatas tampak gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang terdapat pada kata غب ت/yukhaṭabu/ `singa berkhutbah`. Maksud dari contoh diatas bukanlah yang sebenarnya, yaitu غب ت/yukhaṭabu/ `singa berkhutbah`, melainkan bahasa kias dari orang yang pandai berpidato. Karna semangat, 17 Universitas Sumatera Utara menggelora dan berapi-api sesorang tersebut berpidato maka disamakan dengan singa berkhutbah. Contoh gaya bahasa perbandingan metafora juga terdapat dalam al-Qur‟an surah Yusuf ayat 31. /falammā ra`anahū wa qata’na `aidiyahunna wa qulna hāsya lillahi mā hāżā basyarān `in hāzā `illā malakun karīm/ `maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya (yusuf), mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini benar-benar Malaikat yang mulia." Pada ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu metafora yang terletak pada kata ٌ ٍ يؿزم/malakun karīm/ `malaikat yang mulia`. Maksud dari contoh diatas bukanlah yang sebenarnya, yaitu ٌ ٍ يؿ ز م/malakun karīm/ `malaikat yang mulia`, melainkan bahasa kias dari ketampanan dan keindahan Nabi yusuf. Karna ketampanan dan kesempurnaa rupa nabi yusuf maka disamakan dengan malaikat yang mulia. 3. Personifikasi /ا ي خ ش تلص/at-tasykhīṣu Menurut Tarigan (1985 : 17) personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat insani kepada benda yang tak bernyawa dan ide yang abstrak. Dengan kata lain gaya bahasa personifikasi ini memberikan ciri- ciri kualitas, yaitu kualitas pribadi orang kepada benda- benda yang tidak bernyawa. 18 Universitas Sumatera Utara Menurut Muhammad Ali, (1982 : 207) gaya bahasa perbandingan jenis personikasi yaitu: ط زى أ ص: إظؼبء صؼبد ثشز خ عي شىئ غ ز ثشز /at-tasykhīṣ : 'iḍafā'u ṣifātin basyariyyatin ‘ala syai'in gayri basyarī/`Personifikasi : melekatkan sifat kemanusiaan (insani) atas sesuatu yang selain manusia. Contoh : - Matahari mencubit wajahku. Pada contoh diatas jelas terlihat gaya bahasa perbandingan personifikasi yang terdapat pada kata mencubit. Pada contoh ini matahari yang tidak mempunyai tangan maupun badan seolah mempunyai tangan dan dapat bergerak mencubit seperti manusia. Dari ciri diatas terdapatnya kata mencubit maka contoh diatas termasuk gaya bahasa perbandingan jenis personifikasi. Contoh dalam bahasa arab; ْػ ؽ ً ٗاىز ح ن ر زت ٗاى َ غب /warrihu taktubu walgamamu yanqatu/`Dan angin menulis dan awan memerciki. Pada contoh ini terdapatdua gaya bahasa personifikasi, terdapat pada kata ىز ح ن رزت ا/arrihu taktubu/`angin menulis dan ْػ ؽ ً اى َ غب /algamamu yanqatu/`awan memerciki. Pada kalimat diatas angin dan awan yang tidak mempunyai tangan dan merupakan benda yang abstrak seolah dapat berbuat seperti manusia. Dari ciri diatas yaitu terdapatnya kata /arrihu taktubu/`angin menulis` dan ْػ ؽ ا ىز ح ن رزت ً ا ى َ غب/algamamu yanqatu/`awan memerciki` maka contoh diatas merupakan gaya bahasa perbandingan jenis personifikasi. 19 Universitas Sumatera Utara Contoh gaya bahasa perbandingan personifikasi juga terdapat dalam AlQur‟an surah Yusuf ayat 4, yaitu /`iżqāla yūsufu li`abīhi yā`abati `innī ra`aitu `ahada ‘asyara kaukabān wa asy-syamsa wa al-qamara ra`aituhum lī sājidīn/ `(ingatlah), ketika yusuf berkata kepada ayahnya “wahai ayahku! Sungguh, aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan kulihat semuanya sujud kepadaku”`. Pada ayat ini terdapat gaya bahasa personifikasi yang terdapat pada kata ٔ ِ ا ر ز ٌ ٖ ى جط ذ/ra`aituhum lī sājidīn/ `kulihat semuanya sujud kepadaku`. Pada ayat ini bintang, matahari dan bulan merupakan benda mati seolah dapat berbuat seperti manusia yaitu, bersujud kepada nabi Yusuf. Dari ciri diatas yaitu terdapatnya kata ِ ى جط ذ ٖ ٌز ٔ ار/ra`aituhum lī sājidīn/ `kulihat semuanya sujud kepadaku` merupakan jenis gaya bahasa perbandingan personifikasi. 4. Depersonifikasi Menurut Tarigan (1985 : 21) depersonifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat benda pada manusia atau kebalikan dari personifikasi. Dan gaya bahasa ini terdapat dalam kalimat pengandaian yang secara eksplisit terkadang memanfaatkan kata kalau dan sejenisnya sebagai penjelas gagasan. Contoh : - Kalau dikau menjadi samudera, maka daku menjadi bahtera. Contoh dalam bahasa Arab: ُ ٍ يؿ اىش ٍ ب ّ ى ٘ اؿ دصجح ظ ٘ اء طبئاؿ ٗ ٔا شعز ٔا 20 Universitas Sumatera Utara /laulā tasbaḥu ḍau`ān sā`ilān wa `asy’uru `annī maliku az-zamān/`Jikalau kamu menjadi cahaya yang cair dan aku merasa menjadi penguasa waktu. Pada contoh ini terdapat gaya bahasa dipersonifikasi yang terdapat pada kata دصجح ظ ٘ اء طبئاؿ/tasbaḥu ḍau`ān sā`ilān/ `kamu menjadi cahaya yang cair` dan ُ ٍ يؿ اىش ٍ ب ّ ٔا شعز ٔا/`asy’uru `annī maliku az-zamān/ `aku merasa menjadi penguasa waktu`. Pada ayat ini manusia yang mempunyai anggota tubuh dan merupakan mahluk yang hidup seolah seperti benda yang abstrak dan mati. Dari ciri tersebut maka contoh diatas merupakan jenis gaya bahasa dipersonifikasi. Dalam Al-Qur‟an surah Ali-Imran ayat 10 juga terdapat gaya bahasa perbandingan jenis dipersonifikasi yaitu : /`innallażīna kafarū lan tughniya ‘anhum `amwāluhum walā `aulāduhum minallahi syai`an wa `ūlā`ika hum waqūdunnār/`sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka. Pada contoh ini terdapat gaya bahasa dipersonifikasi yang terdapat pada kata ٔ ٗىأئؿ ٌٕ ٗ ؽ ٘ د ى أ ْ بر/`ūlā`ika hum waqūdunnār/ `mereka itu adalah bahan bakar api neraka`. Pada ayat ini manusia yang mempunyai anggota tubuh dan merupakan mahluk yang hidup seolah seperti kayu bakar yang merupakan benda mati yang tidak bisa berbuat apapun. Dari ciri tersebut maka contoh diatas merupakan jenis gaya bahasa dipersonifikasi. 21 Universitas Sumatera Utara 5. Alegori /حي ا كتر مزيت/hikāyatu ramzīyyatin Menurut Tarigan (1985 : 24) alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang; merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah objek-objek atau gagasan-gagasan yang diperlambangkan. Alegori biasanya mengandung sifat-sifat moral atau spiritual manusia. Fabel dan Parabel juga merupakan alegori-alegori singkat, Fabel merupakan alegori yang didalamnya binatang- binatang berbicara dan bertingkah laku seperti manusia. Parabel merupakan alegori yang didalamnya mengandung pengajaran mengenai moral dan kebenaran (cerita yang berkaitan dengan kitab suci). Contoh gaya bahasa alegori dalam bahasa Indonesia; Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadangkadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela merima segala sampah dan pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut. Pada contoh diatas terdapat gaya bahasa alegori yang melambangkan perjalanan hidup manusia dengan sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, dengan maksud menyamakan ciri-ciri sungai yang mengalir dengan perjalanan hidup manusia yang berliku-liku. Dalam bahasa Arab terdapat contoh gaya bahasa perbandingan Alegori yaitu; ٗٔ ازح ادر ءب قث ٔ ٔ , اع ٌ ي ُ ا ى أذ ّ ب ادر ْءب, ب ٗىذ: ب ٗ ه, ٓ زغ حأؼ ٗىذ /fa 'ahḍara waliduhu, wa qāla : /yā waladī, iʻlam 'anna a-ddunyā dāru fānā'in, wa al-'akhirata dāru baqā'in/ Maka datanglah ayahnya dan berkata : wahai 22 Universitas Sumatera Utara anakku ketahuilah bahwa dunia adalah tempat yang fana dan akhirat tempat yang kekal. Pada contoh diatas terdapat gaya bahasa alegori yang melambangkan dunia dengan tempat yang fana dan akhirat dengan tempat yang kekal, dengan maksud menyamakan ciri-ciri dunia yang pasti akan berakhir dengan datangnya kiamat dengan tempat yang fana dan akhirat yang merupakan tempat yang kekal. Dari ciri-ciri diatas maka contoh ini termasuk alegori jenis parabel. Contoh gaya bahasa alegori juga terdapat dalam Al-Qur‟an surah alBaqarah ayat 261 yaitu; /masalullażīna yunfiqūna `amwālahum fī sabīlillahi kamasali ḥabbatin `ambatat sab‟a sanābila fī kulli sumbulatin mi`atu ḥabbatin wa allahu yuḍā‟ifu liman yasyā`u wa allahu wāsi‟un „alīm/ `Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. Pada ayat diatas terdapat gaya bahasa alegori yang melambangkan orangorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir dengan maksud menyamakan ciri-ciri menafkahkan hartanya di jalan Allah dan Allah akan melipatkan harta yang dinafkahkan dengan berkali lipat sama seperti sebutir benih yang akan menumbuhkan benih-benih lain lagi. Dari ciri-ciri diatas maka contoh ini termasuk alegori jenis parabel. 23 Universitas Sumatera Utara ا/aṭ-ṭibāqu 6. Antitesis /الط ب ق Menurut Tarigan (1985 : 26) antitesis adalah gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau pebandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. Keraf (2009: 126) mengatakan Antitesis adalah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunukan katakata atau kelompok kata yang berlawanan. Gaya bahasa ini timbul dari kata yang berimbang. Menurut Muhammad Ali, (1982 : 18) gaya bahasa perbandingan antitesis yaitu: ٔ ٔ ب جطىأ ؽ: ط َإزبعه َ م ز ِ ا ٗ مأثز ؼ ج َ ي ٌ ث اإؿث ْ ِ ظأ ثاذ د ٕ ب /aṭ-ṭibāq : 'istiʻmālu kalimatayni 'au akṡarin fī jumlatin ṡumma al-'iṡnayni bi'aḍadā dihā/ Antitesis : menggunakan dua kata atau lebih dalam suatu kalimat, kemudian yang kedua-duanya berlawanan. Menurut Jarim, Ali dan Musthafa Amin (2007 : 229), mengatakan : ٗ َغجىأ ث ظىأء: ق بجطى أ ً ظذ ٓ ؼ ى أن ل ِ /at-ṭibāq : al-jam’u baina al-syai’i wa ḍiddihi fī al-kalāmi/ tibaq adalah berkumpulnya dua kata yang berlawanan dalam suatu kalimat. Contoh : - Air susu dibalas dengan air tuba. Contoh dalam bahasa Arab: لثذ ٍِ ؽدر ٔ ؼ ٍِٗ بع /labudda min qidiri fīhi wamin ṣāfiyi/ `harus berasal dari kotor maka dia berasal dari yang bersih. 24 Universitas Sumatera Utara Dalam ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis; gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau pebandingan antara dua antonim, terlihat pada kata ؽذر/qidiri/ `kotor yang berlawanan dengan kata بع/ṣāfiyi/ `bersih`. Pada Al-Qur‟an surat Al-Kahfi ayat 18 terdapat gaya bahasa perbandingan jenis antitesis, yaitu ; /wa tahsabuhum ayqazan wa hum ruqudu./`Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur (QS.Al-Kahfi:18). Dalam ayat ini terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu antitesis; gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau pebandingan antara dua antonim, terlihat pada kata ا ؽب ظب /ayqazan/ `bangun` yang berlawanan dengan kata رؽ ٘ د /ruqudun/ `tidur`. 7. Pleonasme /ا إل هساب/al-ishābu Menurut Tarigan (1985 : 28) pleonasme adalah gaya bahasa perbandingan dengan memakaian kata yang berlebihan dan bila kata yang berlebihan itu dihilangkan artinya tetap utuh, gaya bahasa ini biasa disebut pleonasme atau tautologi. Keraf (2009: 133) mengatakan pleonasme adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. Contoh : - Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri. 25 Universitas Sumatera Utara - Mereka mendengar berita itu dengan telinga mereka - Andi menaiki tangga itu keatas Pada contoh-contoh diatas terdapat gaya bahasa perbandingan jenis pleonasme yang terdapat pada kata-kata dengan tangan saya sendiri. dengan telinga mereka dan keatas. Walaupun dihilangkan kata-kata dengan tangan saya sendiri. dengan telinga mereka dan keatas artinya tetap utuh. Contoh dalam bahasa Arab; ٖ شذ ٗ ُ غث ْ ٌ ٖ ثدب حىأ ٗر ٍز /Yusyahidūna bi’ainihim al-ḥādiśatu marūr/ `mereka melihat kecelakaan lalu lintas dengan mata mereka sendiri. Pada contoh ini terlihat gaya bahasa perbandingan pleonasme yang terletak pada kalimat dengan mata mereka sendiri. Walaupun dihilangkan kalimat dengan mata mereka sendiri artinya tetap utuh. Dari ciri tersebut maka ayat diatas termasuk gaya bahasa perbandingan jenis pleonasme. Pada al-Qur‟an surah al-Baqarah ayat 79 terdapat gaya bahasa perbandingan yaitu pleonasme, berikut cuplikannya : /fawaylun lillażīna yaktubūna al-kitāba bi'aydīhim/`Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang- orang yang menulis al-kitab dengan tangan mereka sendiri....`(QS.Al-Baqarah: 79). 26 Universitas Sumatera Utara Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu pleonasme yang terletak pada kalimat dengan tangan mereka sendiri. Walaupun dihilangkan kalimat dengan tangan mereka sendiri artinya tetap utuh. 8. Perifrasis /ان طإلاب/al-'iṭnābu Menurut Tarigan (1985 : 31) perifrasis adalah gaya bahasa perbandingan yang mirip dengan pleonasme, kedua-duanya menggunakan kata-kata yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Dan pada prinsipnya kata-kata yang berlebihan itu dapat diganti dengan sebuah kata saja. Keraf (2009: 134) mengatakan perifrasis adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata menjadi frase yang mengandung arti yang sama dengan yang lain. Menurut Muhammad Ali (1982 : 206), mengatakan : َ َبػزطإ َب مد سا ئذح ل ً ٗ ظ ٖب ؼ: غ إلا ْ بة /al-'iṭnāb : 'istiʻmālu kalimātin zā'idatin lā luzūmin lahā fī jumlah/`Perifrasis : menggunakan beberapa kata tambahan yang tidak lazim pada suatu kalimat. Contoh : - Saya menerima segala saran, petuah, petunjuk yang sangat beharga dari Bapak Dosen (nasihat). Contoh dalam bahasa arab; ٗ ٓ ب طىأة غزؼ ٔ ج زغ ىأ ى أز حب /as-sabbu yafra’u qalbahu waṭṭarahu ilā al-fatātu/`Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan segala harapan kepada seorang gadis. Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu perifrasis, kata yang berlebihan dapat diganti dengan satu kata saja, kalimat itu terlihat pada kata-kata 27 Universitas Sumatera Utara ٗ ٓ غزؼ ٔ ج/yafra’u qalbahu waṭṭarahu/ `menumpahkan segala isi hati dan زغ segala harapan` dapat diganti dengan cinta. Pada al-Qur‟an surat al-Ahzab ayat 55 terdapat gaya bahasa perbandingan Perifrasis yaitu; /lā junāḥa ‘alaihinna fī `ābā`ihinna walā `abnā`ihinna walā `ikhwānihinna walā `abnā`i `ikhwānihinna walā `abnā`i `akhwātihinna walā nisā`ihinna walā mā malakat `aimānuhunna wattaqīnallah `innallaha kāna ‘alā kulli syai`in syahīd/ `Tidak ada dosa atas isteri-isteri Nabi (untuk berjumpa tanpa tabir) dengan bapakbapak mereka, anak-anak laki-laki mereka, saudara laki-laki mereka, anak lakilaki dari saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara mereka yang perempuan yang beriman dan hamba sahaya yang mereka miliki, dan bertakwalah kamu (hai isteri-isteri Nabi) kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha menyaksikan segala sesuatu. Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu perifrasis, kata yang berlebihan dapat diganti dengan satu kata saja, kalimat itu terlihat pada kata-kata ٔ ْ ٔ ٖ ٘ ّ ْ ٔ ٖ ّ ٘ ِ ا ءب ثأء ٕ ِ ا إ ِ ا ثءب إ/`ābā`ihinna `abnā`ihinna ِ ّ ثءب أ ٘ر ِ ٖ ٕ ءب `ikhwānihinna `abnā`i `ikhwānihinna `abnā`i `akhwātihinna nisā`ihinna / bapakbapak mereka, anak-anak laki-laki mereka, saudara laki-laki mereka, anak lakilaki dari saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara mereka yang perempuan dapat diganti dengan mahram. 28 Universitas Sumatera Utara 9. Antisipasi / اىز ٘ ؽع/at-tawaqqaʻu Menurut Tarigan (1985 : 33) antisipasi adalah gaya yang berwujud mempergunakan lebih dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan atau peristiwa sebenarnya terjadi, gaya bahasa ini biasa disebut antisipasi atau prolepsis. Contoh : - Mobil yang malang itu ditabrak oleh truk pasir dan jatuh kejurang. Contoh dalam bahasa arab ٔ مأ ْ ب َ ق ب م ّ ذ ٍشؤ ٗ ٍخ,م ْ ذ ب ئب ٍ ِ ٕ ذا /kunta khā'ifan min hażā, 'akalnā liqimmati kānat masyu'umati/ Sial kali ini, kita hanya makan sesuap sudah mendatangkan kesialan. Pada contoh diatas terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi: melihatkan gagasan atau peristiwa yang belum terjadi sudah disebutkan terlebih dahulu, yaitu terletak pada kalimat Sial kali ini. Dari ciri tersebut maka ayat ini mengandung gaya bahasa bahasa perbandingan yaitu antisipasi. Pada Al-Qur‟an surat Al-mursalāt ayat 47 juga terdapat gaya bahasa koreksio, berikut cuplikannya : /wailulun yauma’iżin lilmukażżibīn/`kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Pada ayat ini terlihat gaya bahasa perbandingan yaitu antisipasi: melihatkan gagasan atau peristiwa yang belum terjadi sudah disebutkan terlebih dahulu, yaitu terletak pada kalimat kecelakaan yang besarlah pada hari itu. Dari ciri tersebut maka ayat ini mengandung gaya bahasa bahasa perbandingan yaitu antisipasi. 29 Universitas Sumatera Utara 10. Koreksio /اإظ لزاة/al-'iḍrābu Menurut Tarigan (1985 : 34) koreksio adalah gaya bahasa yang berupa penegasan sesuatu tetapi kemudian diperbaiki atau dikoreksi, gaya bahasa ini biasa disebut koreksio atau epanortosis. Menurut Muhammad Ali (1982 : 197) gaya bahasa perbandingan jenis koreksio yaitu: ٔ ٔ إرجبع رعج ز ثبخز يغ ٔ ل ّ ٔ ؼص ْ ي ٔ دؽخ ا ٗ صحخ: اإظ لزاة /al-'iḍrābu : 'ittibāʻa taʻbīru biakhirin yul’gihi li'annahu yufiṣṣanalahu diqqata 'au ṣiḥḥata/ `Koreksio : ungkapan yang diikuti dengan gaya bahasa yang lain disebabkan adanya pengelompokan perbaikan dan pengoreksian Contoh : - Pak Lubis memang orang Jawa, eh tidak, orang Batak. Contoh dalam bahasa arab ُ ؽ ٔ ؼ ع ت وث ٔ ّ ٔا ثذء اىب طي /laisa fiihi ‘aibun bal `annahu badii`u al-lissaan/`dia itu tidak ada cacatnya tetapi bahasanya sangat kotor. Pada ayat ini jelas terlihat gaya bahasa koreksio, yang merupakan penegasan sesuatu kemudian diperbaiki atau dikoreksi kembali, kalimat itu terlihat pada kata tetapi. Dari ciri tersebut maka contoh diatas termasuk gaya bahasa perbandingan jenis koreksio. Pada Al-Qur‟an surat Al-Qiyāmah ayat 4 juga terdapat gaya bahasa koreksio, berikut cuplikannya : 30 Universitas Sumatera Utara /'ayaḥsabul 'insānu 'allan najmaʻa ʻiẓamahu(3)/ balā qādirīna ʻalā 'an nusawwiya banānahu(4)/ Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang belulangnya?(3)/ Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun kembali jari jemarinya dengan sempurna(4). Pada ayat ini jelas terlihat gaya bahasa koreksio, yang merupakan penegasan sesuatu kemudian diperbaiki dan dikoreksi kembali, kalimat itu terlihat pada kata-kata bukan demikian. Dari ciri tersebut maka contoh diatas termasuk gaya bahasa perbandingan jenis koreksio. 2.3.Objek Kajian 2.3.1. Al-Qur‟an Juz 30 Ditinjau dari bahasa, Al-Qur‟an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak ٔ ٔ ٔ dari kata benda (masdar) dari kata kerja ؽ از/qara‟a/ - ؽزا/yaqra‟u/ - ُ ؽزا /qur‟ānan/ yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai pada salah satu surah di dalam al-qur‟an cetakan DEPAG tahun 2006 yaitu, pada surah Al-Qiyamah ayat 17-18. /’inna ‘alainā jam’ahū wa qur’ānahū (17) fa’iżā qara’nāhu fattabi’ qur’ānahū/`Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya (17).Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu (18). Ayat diatas menjelaskan secara istilah, Al-Qur‟an diartikan sebagai kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah sendiri dengan perantara malaikat jibril dan membaca dinilai ibadah kepada Allah SWT. As-Suyuthi (1995 : 49), mengatakan bahwa Al-Qur‟an tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara bertahap ayat demi ayat dan surat demi surat 31 Universitas Sumatera Utara selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Jumlah surat Al-Qur‟an 114 surat dengan jumlah ayat 6666 yang terdiri atas 30 juz. Ayat-ayat Al-Qur‟an yang turun sebelum hijrah di kota Makkah disebut ayat al-Makkiyah dan ada pula yang turun sesudah hijrah di kota Madinah disebut ayat al-Madaniyyah. Sebagian surat atau beberapa ayat diturunkan di medan perang, tidak di Makkah juga tidak di Madinah, seperti surat Al-Fath diturunkan diantara Makkah dan Madinah menyangkut persoalan Hudaybiyah. Ada yang diturunkan pada waktu malam, dan ada pula yang diturunkan diwaktu siang (Shiddieqy, 1989: 56). Perbedaan antara al-Makkiy dan al-Madaniy mengikuti perbedaan antara dua masa tersebut. Yang pertama merupakan fase dakwah yang memerlukan pengukuhan akidah dan penjelasan rukun-rukun iman. Sementara itu, yang kedua adalah merupakan fase pembinaan masyarakat dan Negara Islam, yaitu fase yang memerlukan penetapan undang-undang dan pengorganisasian. Ayat-ayat Makiyyah berciri khas pendek dan singkat guna memudahkan penghafalannya secara sembunyi dalam keadaan serba lemah dan takut dari gangguan kaum musyrikin. Sementara itu ayat-ayat Madaniyyah lebih panjang darinya mengingat di Madinah kekuasaan berada di tangan kaum Muslimin sehingga mereka mendapatkan kebebasan bergerak. Al-Qur‟an juz 30 merupakan kumpulan dari ayat-ayat dan surah-surah yang diturunkan di awal dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah yang terdiri atas 37 surah, yaitu; 1. An-Naba, Surah ke-78 berjumlah40 ayat 32 Universitas Sumatera Utara 2. An-Naziat, Surah ke-79 berjumlah 46 ayat 3. „Abasa, Surah ke-80 berjumlah 42 ayat 4. At-Takwir,Surah ke-81 berjumlah 29 ayat 5. Al-Infiṭār, Surah ke-82 berjumlah 19 ayat 6. Al-Muṭafifin, Surah ke-83 berjumlah 36 ayat 7. Al-Insyqaq, Surah ke-84 berjumlah 25 ayat 8. Al-Buruj, Surah ke-85 berjumlah 22 ayat 9. Aṭ-ṭariq, Surah ke-86 berjumlah 17 ayat 10. Al-A‟laa,Surah ke-87berjumlah 19 ayat 11. Al-Ghasyiyah, Surah ke-88 berjumlah 26 ayat 12. Al-Fajr, Surah ke-89 berjumlah 30 ayat 13. Al-Balad, Surah ke-90 berjumlah 20 ayat 14. Asy-Syam, Surah ke-91 berjumlah 15 ayat 15. Al-Lail, Surah ke-92 berjumlah 21 ayat 16. Aḍ-ḍuha, Surah ke-93 berjumlah 11 ayat 17. Al-Insyirah, Surah ke-94 berjumlah 8 ayat 18. At-Tīn, Surah ke-95 berjumlah 8 ayat 19. Al-„Alaq, Surah ke-96 berjumlah 19 ayat 20. Al-Qadr, Surah ke-97 berjumlah 5 ayat 21. Al-Bayyinah,Surah ke-98berjumlah 8 ayat 22. Az-Zazalah, Surah ke-99 berjumlah 8 ayat 23. Al-„Adiyat, Surah ke-100 berjumlah 11 ayat 24. Al-Qāri‟ah, Surah ke-101 berjumlah 11 ayat 33 Universitas Sumatera Utara 25. At-Takaṣur, Surah ke-102 berjumlah 8 ayat 26. Al-Ashr, Surah ke-103 berjumlah 3 ayat 27. Al-Humazah, Surah ke-104 berjumlah 9 ayat 28. Al-Fīl, Surah ke-105 berjumlah 5 ayat 29. Al-Quraisy, Surah ke-106 berjumlah 4 ayat 30. Al-Ma‟ūn, Surah ke-107 berjumlah 7 ayat 31. Al-Kauṣar, Surah ke-108 berjumlah 3 ayat 32. Al-Kāfirun, Surah ke-109 berjumlah 6 ayat 33. An-Nashr, Surah ke-110 berjumlah 3 ayat 34. Al-Lahab, Surah ke-111 berjumlah 5 ayat 35. Al-Ikhlas, Surah ke-112 berjumlah 4 ayat 36. Al-Falaq, Surah ke-113 berjumlah 5 ayat 37. An-Naas Surah ke-114 berjumlah 6 ayat Hanya 6 dari 37 surah yang tergolong madaniyyah, yaitu Al-Bayyinah (98), Al-Zalzalah (99), Al-Fīl (105), An-Nasr (110), Al-Falaq (113) dan An-Nās (114). Pokok kandungan dari Juz 30 sebagian besar tentang Keimanan;Kepastian adanya hari kiamat, Keesaan Allah, kekuasaan-Nya dan kesempurnaan ilmu-Nya, kisahkisah umat terdahulu serta dalil-dalil tentang pertanggungan jawab manusia pada hari kiamat (Depag RI, 2006). Surah-surah dalam juz 30 ini merupakan kumpulan dari ayat-ayat yang pertama turun pada masa awal islam, isinya lebih mengenai pengukuhan tauhid dan penjelasan rukun-rukun iman. Supaya mudah diterima dan mempermudah dakwah Rasulullah saw terhadap masyarakat mekkah yang sangat menghargai dan memuliakan syair-syair, banyak ayat-ayat Al-Qur‟an yang 34 Universitas Sumatera Utara menggunakan gaya bahasa yang indah sebagai pengimbang syair-syair arab pada masa itu. Sehingga membahas gaya bahasa dalam Al-Quran juz 30 sangatlah menarik untuk dilakukan, dan peneliti memilih gaya bahasa perbandingan dengan teori Tarigan (1985) sebagai alat analasisnya. 35 Universitas Sumatera Utara