LEMBAR PENGESAHAAN

advertisement
ANALISIS IMPLEMENTASI DAN PENERAPAN AKUNTANSI
DALAM SISTEM PEMBIAYAAN
AR-RAHN (GADAI SYARIAH) PADA PEGADAIAN SYARIAH
CABANG DEWI SARTIKA DAN PEGADAIAN
KONVENSIONAL CABANG CIBITUNG PERIODE 2008
Dewi Fitrianti, 20205308
ABSTRAKSI
Pegadaian merupakan Badan Usaha atau Lembaga Keuangan Bukan
Bank yang berfungsi memberikan pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana
kredit kepada masyarakat, selain pegadaian konvensional ada juga pegadaian
syariah yang memberikan pembiayaan atas dasar hukum gadai. Pegadaian syariah
(Ar-Rahn) adalah suatu akad utang piutang dengan menjadikan barang yang
mempunyai nilai sebagai jaminan sehingga orang yang bersangkutan dapat
mengambil utang. Sistem pembayaran Ar-Rahn hanya menggunakan prosedur
yang telah ditentukan oleh pihak pegadaian syariah. Sistem pembayaran Ar-Rahn
ini ternyata mampu menarik masyarakat dalam memperoleh pembiayaan dengan
proses yang cepat, praktis dan menentramkan, baik menggadaikan di pegadain
syariah maupun konvensional banyak manfaat yang dapat diterima oleh nasabah
yang bersangkutan. Namun kenyataannya, masih sedikit sekali pemahaman
masyarakat dan pengusaha mengenai produk pegadaian yang dikeluarkan oleh
pihak lembaga keuangan bukan bank ini. Sehingga minimnya jumlah nasabah
yang mengajukan permohonan pembiayaan tersebut. Dalam hal ini pada
pegadaian syariah hanya memberikan kepercayaan pinjaman dana kepada
nasabahnya sebesar 90% dari taksiran, sedangkan pada pegadaian konvensional
taksirannya bermacam-macam sesuai golongan nasabah. Perbedaan yang paling
menonjol antara pegadaian syariah dan konvensional adalah dari perhitungannya.
Dalam perlakuan akuntansinya pun tidak terlalu sulit untuk kita pelajari dan
memahaminya, dalam akad Ar-Rahn ini belum mempunyai PSAK syariah khusus
tentang akad rahn ini, tetapi menggunakan kerangka penyajian dalam penyusunan
laporan keuangan. Pada cabang pegadaian baik syariah maupun konvensional
hanya membuat laporan bulanan berupa arus kas saja yang setelah itu akan
dikirim ke kanwil, dan di kanwil inilah akan dibuat laporan konsolidasi, lalu akan
dikirim ke pegadaian pusat dan di pusat inilah akan dibuat laporan keuangan
pegadaian pusat.
1. PENDAHULUAN
Dalam bidang mu’amalah, kaidah-kaidahnya berlaku bagi siapapun
(muslim dan non muslim). Misalnya dalam kaidah perdagangan,
diperlukannya sama dan adil pada semua orang atau pihak yang melakukan
kegiatan tersebut. Oleh karena itu, ajaran Islam disebut juga ajaran yang
bersifat komprehensif dan universal dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Pembiayaan Ar-Rahn ini memberikan pinjaman kepada nasabahnya
dengan jaminan yang dipegang oleh pegadaian syariah. Atas pemeliharaan
jaminan tersebut, pegadaian syariah akan mengenakan biaya pemeliharaan
tertentu. Selain itu, pembiayaan Ar-Rahn juga merupakan kombinasi antara
prinsip Ar-Rahn dengan Ijarah (sewa menyewa), dimana calon mitra usaha
(nasabah) tersebut menyerahkan perpindahan hak guna (manfaat) atas barang
jaminannya.
Berdasarkan pernyataan diatas, jelaslah manfaat yang akan diperoleh
bagi nasabah yang melakukan pinjaman dana dengan menggunakan prinsip
Ar-Rahn. Namun pada kenyataannya, masih sedikit sekali pemahaman
masyarakat dan pengusaha mengenai produk pegadaian yang dikeluarkan oleh
pihak lembaga keuangan bukan bank ini. Sehingga masih minimnya jumlah
nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan tersebut.
Berawal dari kenyataan diatas, maka dalam menyusun penulisan
ilmiah ini menggunakan judul “Analisis Implementasi dan Penerapan
Akuntansi Dalam Sistem Pembiayaan Ar-Rahn (Gadai Syariah) Pada
Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dan Gadai Konvensional Pada
Pegadaian Cabang Cibitung Periode 2008”. Dimana akan dijelaskan
pelaksanaan dan perlakuan akuntansi mengenai proses pembiayaan (gadai
syariah) dan gadai konvensional dalam memberikan pembiayaan kepada
calon mitra usahanya (nasabah).
2. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Akuntansi
Kata akuntansi berasal dari kata to account yang berarti
memperhitungkan atau mempertanggung jawaban dan kata accountancy
yang berarti hal-hal yang bersangkutan dengan sesuatu yang dikerjakan oleh
akuntan (accountant). Sebagai pengetahuan, istilah yang umum digunakan
dalam bahasa inggris adalah accounting yang punya pengertian yang lebih
luas dibandingkan dengan istilah accountancy.
2.2 Pengertian Akuntansi Menurut Islam
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk yang ditentukan, hendaklah seorang penulis diantara
kamu menulisnya dengan benar. Dan jangan penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berutang itu menginfakkan apa yang ditulis itu, dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang
yang lemah akal atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, maka hendaklah wakilnya mengimlakkan dengan jujur dan
persaksikanlah dengan dua saksi dari orang laki-laki diantara kamu….. “(Al
Qur’an Surah Al Baqarah ; 282). (Furhiwardhana, 2009 : 7).
Akuntansi menurut islam dapat dilihat melalui pedoman suci umat
islam Al-quran dalam surat Al-Baqarah ayat 282 yang artinya sebagai
berikut, dari ayat ini dapat kita catat bahwa dalam islam sejak munculnya
peradaban islam sejak nabi Muhammad SAW telah ada perintah untuk
melakukan sistem pencatatan yang tekanannya adalah untuk tujuan
kebenaran, kepastian, keterbukaan, keadilan antara dua pihak yang
mempunyai hubungan muamalah tadi.
2.3 Definisi Pembiayaan
Pembiayaan secara umum yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan.
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok lembaga keuangan,
yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan defisit unit (Antonio, 2001 : 128)..
2.4 Definisi Pembiayaan Ar-Rahn
Pembiayaan Ar-Rahn dalam akad transaksinya, menggunakan akad
tabaru’ yaitu suatu akad transaksi yang digunakan untuk tujuan saling
tolong-menolong tanpa mengharapkan balasan kecuali dari Allah SWT
(non-profit orientied).
Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah rahn
adalah apa yang disebut dengan barang jaminan, agunan, cagar, atau
tanggungan. Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminan atas utang, Akad
rahn juga diartikan sebagai sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan atau
dengan melakukan penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang gadai baru dapat diserahkan kembali
pada pihak yang berutang apabila utangnya sudah lunas.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, yaitu, Studi lapangan (field research) dan data diambil
dari Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika tanggal 15 Juni 2009-15
Agustus 2009 selama dua bulan pada jam 09.00-12.00 siang, serta Divisi
Usaha Syariah dan Divisi Usaha Inti (Gadai) pada Pegadaian Pusat Jakarta
tanggal 10 Juli 2009-30 Juli 2099 selama lima belas hari pada jam 09.0012.00 siang, juga dengan metode Wawancara yaitu melalui wawancara
dengan Bpk Zainudin selaku Manajer Operasional Pegadaian Syariah Dewi
Sartika, Bpk Eko selaku Jeneral Manajer Divisi Usaha Inti, dan Ibu Emi
selaku Jeneral Manajer Divisi Usaha Syariah untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penyusunan penulisan Skripsi ini.
3.2 Metode Analisis Data
Untuk membahas penulisan skripsi ini meggunakan beberapa alat analisis,
yaitu, Analisis Deskriptif melalui studi kasus pembiayaan gadai syariah
pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dari delapan golongan
plafon Marhun Bih untuk periode 2008, juga Analisis Kuantitaif
menggunakan dua rumus perhitungan, yang pertama perhitungan Marhun
Bih (MB), dan prhitungan tarif ijaroh.
4. PEMBAHASAN
4.1 Prosedur operasional pembiayaan Ar-Rahn pada pegadaian syariah
dan pegadaian konvensional
Dalam pembahasan ini akan menganalisis bagaimana sistem Pegadaian
Syariah dan pegadaian Konvensional dalam memberikan pembiayaan ArRahn kepada calon mitra nasabahnya, lalu bagaimana pegadaian syariah
menganalisis analisis kelayakan nasabah dalam memperoleh kembali barang
jaminannya .
4.2
Sistem pegadaian syariah dalam memberikan pembiayaan ArRahn kepada calon mitra usahanya
Sistem pegadaian pada pegadaian syariah dikenal beberapa istilahistilah seperti :
1. Tarif Ijaroh yaitu tarif untuk barang jaminan yang dikenakan biaya
hanya sebesar Rp. 80 (delapan puluh lima rupiah) per sepuluh hari masa
penyimpanan untuk setiap kelipatan taksiran barang jaminan sebesar Rp.
10.000 (sepuluh ribu rupiah)
2. Tarif harta gadai pada emas yaitu sebesar 90% dari taksiran, yang akan
diterima oleh rahin (nasabah)
3. Golongan Marhun Bih yaitu penggolongan rahin (pemberi gadai yang
nama dan alamatnya tercantum dalam Surat Bukti Rahn) sesuai dengan
besarnya pinjaman yang digolongkan menjadi 8 golongan.
4. Plafon Marhun Bih yaitu penggolongan besarnya pinjaman rahin
5. Biaya Administrasi per SBR yaitu besarnya biaya administrasi yang
dikenakan kepada rahin pada awal pada saat rahin menggadaikan
barangnya sesuai dengan golongan Marhun Bih.
Akad dalam pegadaian syariah memakai akad syariah dan sumber
pendanaannya 100% berasal dari Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI), Bank
Syariah pertama di Indonesia sehingga terjamin kemurnian syariahnya.
Berikut akan dijelaskan bagaimana syarat nasabah sebelum
menggadaikan barangnya, selain itu juga akan dijelaskan prosedurnya. Antara
lain :
1. Syarat peminjaman / menggadai :
a. Membawa Barang Pinjaman (Marhun)
b. Menunjukan KTP asli dan membawa fotocopy KTP.
2. Cara menggadai :
a. Membawa Barang Jaminan (Marhun)
b. Menyerahkan Marhun
c. Mengisi formulir permintaan gadai syariah dan menyerahkan
fotocopy KTP.
d. Barang tersebut akan ditaksir oleh penaksir.
e. Setelah didapat taksiran, dan dari taksiran itu hanya bisa 90% dari
taksiran tersebut.
f. Setelah nasabah setuju dengan pinjaman yang diberikan, nasabah
menerima Surat Akad yaitu Akad Rahn dan Akad Ijaroh lalu
ditandatangani antara Pegadaian Syariah (Murtahin) dan Nasabah
(Rahin).
g. Menerima Uang Pinjaman (Marhun Bih) yang telah disepakati oleh
petugas kasir.(hal ini dilakukan setelah marhun tersebut telah ditaksir
oleh petugas penaksir)
h. Membayar biaya Administrasi.
Biaya ini merupakan biaya awal yang harus dibayar dimuka oleh
nasabah saat menggadiakan barangnya. Besarnya sesuai golongan
Marhun Bih ini dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Plafon Marhun Bih (MB)
Golongan
Plafon
Biaya Administrasi
Marhun Bih
Marhun Bih
per SBR
1.000
20.000 – 150.000
A
5.000
151.000 – 500.000
B
8.000
501.000 – 1.000.000
C
16.000
1.005.000 – 5.000.000
D
25.000
5.010.000 – 10.000.000
E
40.000
10.050.000 – 20.000.000
F
50.000
20.100.000 – 50.000.000
G
60.000
50.100.000 – 200.000.000
H
Sumber : Pegadaian Syariah Dewi Sartika, tahun 2009
Dari tabel diatas, maka jika rahin ingin meminjam dana sebesar rp.
10.000.000, maka Rahin tersebut termasuk kedalam golongan Marhun Bih
(MB) yang E dan harus membayar biaya administrasi per SBR Rp. 25.000.
4.3.
Perhitungan pelunasan pada pegadaian syariah
Surat bukti pada pegadaian syariah disebut surat bukti rahn,
dimana pada surat bukti rahn tersebut tertera nama rahin, alamat, profesi
rahin, tujuan pinjaman, golongan, tanggal akad, jatuh tempo, tanggal
lelang. Dari tanggal akad ke tanggal jatuh tempo, jangka waktunya
adalah 4 bulan atau selama 4 bulan nasabah tersebut bisa menebus atau
melakukan pelunasan. Dimana pelunasan tersebut sebesar uang pinjaman
(UP) + Ijaroh (jasa simpan). Ijaroh tersebut terhitung per 10 hari dari
akad kredit, jika lama pinjaman selam 25 hari berarti pelunasannya
sebesar uang pinjaman (UP) + (Ijaroh x 3)
1. Cara melakukan pelunasan / mengambil Marhun :
a. Membawa Surat Bukti Rahn (SBR) kepada petugas kasir.
b. Menunjukan KTP asli, jika surat atas nama sendiri.
c. Jika mewakili, menunjukan KTP asli keduanya dan menandatangan
pengalihan hak uang tertera dibelakang surat dan melampirkan fotocopy
KTP kedua belah pihak.
d. Membayar uang pelunasan/penembusan yang telah disebutkan oleh
petugas kasir.
e. Menerima bukti pembayaran dari kasir untuk mengambil
Marhun/Barang Jaminan.
4.4 Tindakan yang dilakukan jika nasabah tidak bisa melunasi sesuai
pada waktunya
Biasanya nasabah tersebut akan dihubungi oleh pihak pegadaian
sebagai pemberitahuan karena waktu sudah hampir mendekati jatuh
tempo, jika nasabah tersebut tidak datang juga, maka sesuai dengan
perjanjian pada Surat Bukti Rahn barang tersebut akan dilelang sesuai
dengan tanggal lelang yang tertera pada Surat Buktu Rahn.
4.5 Sistem perpanjangan dan pelelangan barang jaminan
Sistem perpanjangan dan pelelangan barang jaminan baik
pegadaian syariah maupun pegadaian konvensional pada dasarnya
hampir sama. Berikut akan dijelaskan system perpanjangan dan
pelelangan barang jaminan.
1. Sistem perpanjangan pada pegadaian syariah yaitu jika nasabah
tersebut belum bisa melunasi, maka ia bisa membayar Ijarohnya saja
sebesar 10 hari x 12, karena lamanya jatuh tempo adalah 4 bulan +
dengan biaya administrasi setelah nasabah membayar perpanjangan
maka oleh pegadaian dibuatkan surat baru dengan tanggal akad
terhitung dari saat ia membayar biaya ijaroh tersebut dan jatuh
temponyapun adalah 4 bulan ke depan. Biasanya oleh pegadaian
barang akan ditaksir kembali, jika taksirann naik, nasabah bisa
menambah uang pinjamannya. Biasanya pegadaian akan
menyarankan untuk menambah uang pinjamannya dan tambahan itu
akan dipotong untuk biaya Ijaroh dan administrasi, jika ada selisih
nasabah tersebut akan menerima sisanya.
2. Sistem pelelangan yaitu barang akan dijual kepada umum dengan
harga sesuai dengan harga pasar saat itu. Setelah barang tersebut
terjual, maka hasilnya akan dipotong biaya lelang. Uang kelebihan =
Harga lelang – Uang pinjaman – Jasa simpanan – Biaya lelang
penjualan.
Uang kelebihan = Harga lelang – Uang pinjaman – Jasa
simpanan
Biaya lelang
penjualan
Uang–kelebihan
itu adalah
hak nasabah yang bisa di ambil selama 1
tahun ke depan, nasabah akan di beritahu bahwa ia mempunyai uang
kelebihan di pegadaian tersebut. Setelah lebih dari 1 tahun uang
kelebihan tersebut tidak bisa di ambil lagi oleh nasabah dan uang itu
akan hangus dan akan disetorkan kepada Negara.
4.6 Sistem pegadaian konvensional dalam memberikan pembiayaan
kepada calon mitra usahanya.
Sistem pembiayaan pada pegadaian konvensional tidak terdapat biaya
ijaroh, tetapi hanya biaya administrasi yang dibayar pada saat pelunasan.
Pada pegadaian konvensional terdapat beberapa objek yang dapat
digadaikan oleh nasabah, seperti :
a. Emas dan berlian yang tarifnya tergantung pada penggolongan pinjaman
b. Alat elektronik yang dapat berupa televisi, tape dan lain-lain yang tarif
pinjamannya sebesar 60% dari taksiran barang tersebut. Barang tersebut
harus disertai kardus dan lengkap dengan remotnya, jika tidak disertai
dengan kardus dan remot tidak akan diterima oleh pihak pegadaian.
c. Kendaraan bermotor yang tarif pinjamannya sebesar 75% dari taksiran
barang tersebut. Ada beberapa syarat yang harus dibawa dalam
menggadaikan kendaraan bermotor, yaitu BPKB, STNK yang masih
aktif/belum mati, faktur, dan motor yang diterima 5 tahun terakhir dari
pembuatan, lebih dari 5 tahun tidak akan diterima oleh pihak pegadaian.
Sumber pendanaan pada pegadaian konvensional berasal dari Bank
BRI, BCA, dan lain-lain.
Berikut penggolongan pinjaman dan sewa modal pada pegadaian
konvensional yang akan dijelaskan pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Tarif Sewa Modal Pegadaian Konvensional
Surat Edaran No.07/UI.I.00211/2008
Golongan
Uang Pinjaman
Sewa
modal / 15
hari
Sewa
Modal
maksimal
Peraentase
uang
pinjaman
terhadap
taksiran
A
B
C1
C2
D1
D2
Rp 20.000 – Rp 150.000
Rp 151.000 – Rp 500.000
Rp 505.000 – Rp 1.000.000
Rp 1.010.000 – Rp 20.000.000
Rp 20.500.000 – Rp 50.000.000
Rp 50.100.000 – Rp 200.000.000
1%
1,45%
1,45%
1,45%
1%
1%
8%
11,60%
11,60%
11,60%
8%
8%
95%
92%
91%
91%
93%
93%
Sumber : Pegadaian Pusat
Dari tabel diatas, jika nasabah diberikan pinjaman sebesar Rp. 150.000 maka
nasabah tersebut termasuk ke dalam golongan A dan tarif sewa modal per 15
hari adalah 1 % dan jangka waktu pinjaman selama 120 hari atau 4 bulan.
4.7
Perhitungan pelunasan pada pegadaian konvensional
Sistem pelunasan pada pegadaian konvensional pada dasarnya
hamper sama dengan pegadaian syariah yaitu 4 bulan (120 hari), dan
selama jangka waktu tersebut nasabah dapat melakukan pelunasan atau
pembayaran pinjaman. Dalam pegadaian konvensional terdapat biaya
sewa modal per 15 hari, tarif yang digunakan sesuai dengan masingmasing golongan nasabah tersebut. Adapun cara melakukan pelunasan
atau mengambil marhun :
1. Cara melakukan pelunasan / mengambil marhun :
a. Membawa Surat Bukti kepada petugas kasir.
b. Menunjukkan KTP asli, jika surat atas nama sendiri.
c. Jika mewakili, menunjukkan KTP asli keduanya dan menandatangan
pengalihan hak uang tertera dibelakang surat dan melampirkan fotocopy
KTP kedua belah pihak.
d. Membayar uang pelunasan/penembusan yang telah disebutkan oleh
petugas kasir.
e. Menerima bukti pembayaran dari kasir untuk mengambil barang
jaminan.
4.8
Tindakan yang dilakukan jika nasabah tidak bisa melunasi sesuai
pada waktunya
Biasanya nasabah tersebut akan dihubungi oleh pihak pegadaian
sebagai pemberitahuan karena waktu sudah hampir mendekati jatuh
tempo, jika nasabah tersebut tidak datang juga, maka sesuai dengan
perjanjian pada surat bukti barang tersebut akan dilelang sesuai dengan
tanggal lelang yang tertera pada surat bukti.
4.9 Sistem perpanjangan dan pelelangan barang jaminan
Sistem perpanjangan dan pelelangan barang jaminan baik
pegadaian syariah maupun pegadaian konvensional pada dasarnya
hampir sama. Berikut akan dijelaskan system perpanjangan dan
pelelangan barang jaminan.
1. Sistem perpanjangan pada pegadaian konvensional yaitu jika
nasabah tersebut belum bisa melunasi, maka ia bisa membayar biaya
sewa modalnya saja sebesar tariff sesuai dengan golongan masingmasing, setelah nasabah membayar perpanjangan maka oleh
pegadaian dibuatkan surat baru dengan tanggal akad terhitung dari
saat ia membayar biaya sewa modal tersebut dan jatuh temponyapun
adalah 4 bulan ke depan atau sesuai dengan golongan masingmasing. Biasanya oleh pegadaian barang akan ditaksir kembali, jika
taksirann naik, nasabah bisa menambah uang pinjamannya. Biasanya
pegadaian akan menyarankan untuk menambah uang pinjamannya
dan tambahan itu akan dipotong untuk biaya Ijaroh dan administrasi,
jika ada selisih nasabah tersebut akan menerima sisanya.
2. Sistem pelelangan yaitu barang akan dijual kepada umum dengan
harga sesuai dengan harga pasar saat itu. Setelah barang tersebut
terjual, maka hasilnya akan dipotong biaya lelang. Uang kelebihan =
Harga lelang – Uang pinjaman – Jasa simpanan – Biaya lelang
penjualan.
Uang kelebihan = Harga lelang – Uang pinjaman – Jasa
simpanan
– Biaya
Uang kelebihan
itu lelang
adalah penjualan
hak nasabah yang bisa di ambil selama 1
tahun ke depan, nasabah akan di beritahu bahwa ia mempunyai uang
kelebihan di pegadaian tersebut. Setelah lebih dari 1 tahun uang
kelebihan tersebut tidak bisa di ambil lagi oleh nasabah dan uang itu
akan hangus dan akan disetorkan kepada Negara.
4.10
Alat Taksir jaminan
Jasa taksiran adalah nilai atau harga harta benda milik murtahin untuk
mengetahui secara pasti tentang nilai atau kualitas suatu barang miliknya.
Orang atau karyawan yang melakukan jasa taksiran tersebut disebut
dengan penaksir. Penaksir ini sebelumnnya harus sudah mempunyai
pengalaman karena penaksir ini merupakan ujung tombak maju mundurnya
pegadaian. Jika penaksir salah menaksir barang jaminan murtahin tersebut
seperti terlalu besar menaksir dari nilai yang sebenarnya, maka penaksir
tersebut akan dikenakan TGR (Tuntutan Ganti Rugi) sebesar uang pinjaman
yang diberikan rahin sementara pegadaian akan mengalami kerugian.
Alat-alat taksir yang digunakan antara lain :
1. Barang jaminan berupa emas
a. Jarum uji emas; digunakan untuk menguji keaslian dari emas dan karakter
emasnya.
b. Air uji emas; sama seperti jarum uji emas perbedaanya hanya terletak pada
ukuran dari alat uji ini.
c. Batu uji; digunakan seperti jarum dan uji emas yaitu menguji keaslian dari
emas dan karakter emasnya.
2. Barang jaminan berupa berlian
a. Diamen selector; digunakan untuk keaslian dari berlian.
b. Alat ukur; digunakan untuk menguji besarnya berlian.
3.
Barang jaminan berupa alat elektronik
Adapun alat elektronik ini yang ditaksir adalah dari masing-masing
komponen yang terdapat dalam alat elektronik tersebut yang disertai dengan
Harga Pasar Setempat (HPS).
4.11
Perbedaan antara Pegadaian Syariah dan Konvensional
Perbedaan yang paling menonjol antara pegadaian syariah dan pegadaian
konvensional adalah dari perhitungannya, pada pegadaian konvensional
menggunakan perhitungan keuntungannya dari sewa modal yang artinya disini
adalah terdapatnya riba yang dilarang oleh hukum syara’, sedangkan pada
pegadaian syariah tidak menggunakan sistem bunga seperti pada pegadaian
konvensional, tetapi menggunakan biaya ijaroh yaitu biaya simpan yang
dihitung dari besarnya taksiran barang jaminan. Nasabah yang di ambil dalam
contoh kasus ini adalah nasabah golongan D, dimana golongan D ini adalah
golongan yang banyak melakukan transaksi dalam pembiayaan Ar-Rahn.
Contoh kasus : Pada tanggal 6/10/2007 nasabah D2 memiliki kebutuhan
mendesak dan membutuhkan dana untuk biaya pendidikan. Ia pun membawa
barang jaminannya berupa kalung dan gelang yang dimilikinya untuk
digadaikan. Menurut juru taksir, emas yang dibawanya itu memiliki nilai
sebesar Rp 4.761.376,-. Menurut perkiraannya ia sudah bisa menebus kembali
emasnya tersebut dalam jangka waktu 84 hari yaitu tanggal 27/02/2008.
Perhitungannya:
1. Pegadaian Syariah
- Pinjaman yang diberikan : Taksiran
x 90%
= Rp 4.761.376 x 90%
= Rp 4285.238,4,= Rp 4.290.000,- (pembulatan)
- Biaya Ijaroh 10 hari : Taksiran x Rp 80
Rp 10.000
= Rp 4.761.376 x Rp 80
Rp 10.000
=38.091 x 9
=342.819
=342.900,- (pembulatan)
- Nasabah tersebut termasuk kedalam golongan D
- Biaya Administrasi : Rp 16.000,-
-
-
Jadi, jumlah uang yang diterima oleh nasabah D2 adalah sebesar :
Uang pinjaman – Biaya admibistrasi
=Rp 4.290.000 – Rp16.000
=Rp 4.274.000,Dan uang yang harus dibayar oleh nasabah D2 dalam melakukan
pelunasan adalah sebasar :
Uang pinjaman + Biaya ijaroh
=Rp 4.290.000 + Rp 342.900
=Rp 4.632.900,-
Perlakuan akuntansi dalam transaksi pembiayaan pegadaian syariah
a. Bagi pihak yang menerima gadai (Murtahin)
Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi membuat tanda
terima atas barang
i. Pada saat menyerahkan uang pinjaman
Jurnal:
Dr. Piutang
Rp 4.290.000
Cr. Kas
Rp 4.290.000
ii. Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan
penyimpanan
Jurnal:
Dr. Kas
Rp 320.000
Cr. Pendapatan
Rp 320.000
Pada saat mengeluarkan biaya untuk biaya pemeliharaan dan
penyimpanan
Jurnal:
Dr. Biaya ijaroh
Rp 320.000
Cr. Kas
Rp 320.000
Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan
dengan membuat tanda serah terima barang.
Jurnal:
Dr. Kas
Rp 4.290.000
Cr. Piutang
Rp 4.290.000
Pada saat jatuh tempo, uang tidak dapat dilunasi dan kemudian
barang gadai dijual oleh pihak yang menggadaikan.
Penjualan barang gadai, jika nilainya sama dengan piutang
Jurnal:
Dr. Kas
Rp 4.290.000
Cr. Piutang
Rp 4.290.000
Jika kurang, maka piutangnya masih tersisa sejumlah selisih antara
nilai penjualan dengan saldo piutang.
b. Bagi pihak yang menggadaikan (Rahin)
Pada saat menyerahkan aset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima
atas penyerahan aset serta membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas
barang yang digadaikan.
i. Pada saat menerima uang pinjaman
Jurnal:
Dr. Kas
Rp 4.290.000
Cr. Utang
Rp 4.290.000
ii. Bayar uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan
Jurnal:
Dr. Biaya ijaroh
Rp 320.000
Cr. Kas
Rp 320.000
iii. Ketika dilakukan pelunasan atas utang
Jurnal:
Dr. Utang
Rp 4.290.000
Cr. Kas
Rp 4.290.000
iv. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi sehingga
barang gadai dijual
Pada saat penjualan barang gadai
Jurnal:
Dr. Kas
Rp 4.350.000
Dr. Akumulasi Penyusutan Rp 429.000
Dr. Kerugian (apabila rugi) xxx
Cr. Keuntungan (apabila untung)
Rp 489.000
Cr. Aset
Rp 4.290.000
Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai
Jurnal:
Dr. Utang
Rp 4.290.000
Cr. Kas
Rp 4.290.000
Jika masih ada kekurangan pembayaran utang setelah penjualan barang
gadai tersebut, maka berarti pihak yang menggadaikan masih memiliki
saldo utang kepada pihak yang menerima gadai.
1. Pegadaian Konvensional
Biaya Administrasi Pegadaian Konvensional = 1% x Uang Pinjaman
Perhitungan :
- Pinjaman yang diberikan : Taksiran
x
91%
= Rp 4.761.376 x
91%
= Rp 4.332.852,= Rp 4.333.000,- (pembulatan)
- Sewa Modal (Bunga) per 15 hari :
Uang pinjaman x bunga
=Rp 4.333.000 x 1,3%
=Rp 56.329 / 15 hari,=Rp 56.329 x 6
=Rp 337.974
=Rp 338.000,- (pembulatan)
- Nasabah termasuk golongan C2
- Biaya Administrasi : 1% x Uang Pinjaman
1% x Rp 4.333.000
= Rp 43.330,-
-
Jadi, jumlah uang yang diterima oleh nasabah C2 sebesar :
Uang pinjaman – Biaya administrasi
= Rp 4.333.000 – 43.330
=Rp 4.289.670
=Rp 4.290.000 (pembulatan):
- Dan uang yang dibayar oleh nasabah D2 pada saat pelunasan adalah
sebesar :
Uang pinjaman + Biaya sewa modal
= Rp 4.333.000 + 338.000
= Rp 4.671.000,Perlakuan akuntansi dalam transaksi pembiayaan pegadaian konvensional
a. Bagi pihak yang menerima gadai
Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi membuat tanda
terima atas barang
i. Pada saat menyerahkan uang pinjaman
Jurnal:
Dr. Piutang
Rp 4.333.000
Cr. Kas
Rp 4.333.000
ii. Pada saat menerima uang untuk biaya sewa modal (bunga)
Jurnal:
Dr. Kas
Rp 338.000
Cr. Pendapatan
Rp 338.000
iii. Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan
dengan membuat tanda serah terima barang.
Jurnal:
Dr. Kas
Rp 4.333.000
Cr. Piutang
Rp 4.333.000
iv. Pada saat jatuh tempo, uang tidak dapat dilunasi dan kemudian
barang gadai dijual oleh pihak yang menggadaikan.
Penjualan barang gadai, jika nilainya sama dengan piutang
Jurnal:
Dr. Kas
Rp 4.333.000
Cr. Piutang
Rp 4.333.000
Jika kurang, maka piutangnya masih tersisa sejumlah selisih antara
nilai penjualan dengan saldo piutang.
b. Bagi pihak yang menggadaikan
Pada saat menyerahkan aset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda
terima atas penyerahan aset serta membuat penjelasan atas catatan
akuntansi atas barang yang digadaikan.
i. Pada saat menerima uang pinjaman
Jurnal:
Dr. Kas
Rp 4.333.000
Cr. Utang
Rp 4.333.000
ii. Bayar uang untuk sewa modal (bunga)
Jurnal:
Dr. Biaya ijaroh
Rp 338.000
iii.
iv.
Cr. Kas
Rp 338.000
Ketika dilakukan pelunasan atas utang
Jurnal:
Dr. Utang
Rp 4.333.000
Cr. Kas
Rp 4.333.000
Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi sehingga
barang gadai dijual
Pada saat penjualan barang gadai
Jurnal:
Dr. Kas
Rp 4.350.000
Dr. Akumulasi Penyusutan Rp 433.300
Dr. Kerugian (apabila rugi) xxx
Cr. Keuntungan (apabila untung)
Rp 450.300
Cr. Aset
Rp 4.333.000
Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai
Jurnal:
Dr. Utang
Rp 4.333.000
Cr. Kas
Rp 4.333.000
Jika masih ada kekurangan pembayaran utang setelah penjualan barang
gadai tersebut, maka berarti pihak yang menggadaikan masih memiliki
saldo utang kepada pihak yang menerima gadai.
5. KESIMPULAN
Dari data perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dapat
diambil kesimpulan bahwa Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) cabang Dewi
Sartika ternyata mampu menarik masyarakat dalam memperleh pembayaran
dengan proses yang cepat, praktis dan menentramkan. Hal ini terbukti dengan
banyaknya nasabah yang meminjam dana pada pegadaian syariah :
1. Prosedur operasional pembiayaan Ar-Rahn pada pegadaian syariah
dan pegadaian konvensional
a.
Sistem pembiayaan pegadaian syariah dan konvensinal
• Dalam sistem pembayaran pegadaian syariah dikenal beberapa
istilah seperti biaya ijaroh yang dikenakan per 10 hari, golongan
marhun bih, plafon marhun bih, biaya administrasi per SBR. Jenis
marhun (objek yang digadaikan) oleh nasabah adalah rata-rata
adalah emas atau berlian dengan berat yang berbeda, dan pinjaman
yang ditetapkan sebesar 90% dari taksiran.
• Sedangkan pada pegadaian konvensional terdapat bunga atau sewa
modal yang telah ditentukan oleh pihak pegadaian konvensional
tersebut, dengan sewa modal atau bunga berbeda-beda tiap
golongan. Jenis marhun pada pegadain konvensional lebih banyak
dan berfariasi seperti emas, alat elektronik, dan kendaraan
bermotor, serta besarnya taksiran pada pegadaian konvensional
berbeda-beda.
b.
Tindakan yang dilakukan jika nasabah tidak bisa melunasi
sesuai dengan waktu jatuh tempo pada pegadaian Syariah dan
Konvensional adalah hampir sama, yaitu :
• Akan dihubungi oleh pihak pegadaian dan memberitahukan bahwa
waktu pelunasan hampir jatuh tempo,
• Disarankan untuk memperpanjang waktu pelunasan dengan
melakukan taksiran ulang terhadap marhun atau barang jaminan.
c.
Sistem perpanjangan dan pelelangan barang jaminan pada
pegadaian Syariah dan Konvensional.
• Sistem perpanjangan pada pegadaian syariah dan pegadaian
konvensional, sistem perpanjangan pada pegadaian konvensional
yaitu jika pada pegadain konvensional nasabah tersebut belum bisa
melunasi, maka ia dapat membayar biaya sewa modalnya saja
sebesar tarif sesuai dengan golongan masing-masing, dan pada
pegadain syariah dapat membayar biaya ijarohnya saja. Setelah itu
oleh pegadaian dibuatkan surat baru dengan tanggal akad terhitung
dari saat ia membayar biaya sewa modal tersebut dan jatuh
temponyapun adalah 4 bulan ke depan atau sesuai dengan golongan
masing-masing. Biasanya oleh pegadaian barang akan ditaksir
kembali, jika taksiran naik, nasabah bisa menambah uang
pinjamannya.
• Sistem pelelangan yaitu barang akan dijual kepada umum dengan
harga sesuai dengan harga pasar saat itu.
2. Perhitungan pelunasan barang jaminan
a.
Untuk di pegadaian syariah ada biaya ijaroh per 10 hari. Jika
melebihi 10 hari dihitung kelipatannya. Keuntungan yang
diperoleh dari pegadaian syariah adalah karena pegadaian syariah
tidak ada biaya bunga hanya biaya ijaroh per 10 hari dengan tarif
yang tidak terlalu tinggi
b. Untuk di pegadaian konvensional menggunakan sistem sewa
modal (bunga) yang berbeda-beda dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dengan biaya sewa per 15 hari. Besar keuntungan yang
diperoleh dari pihak pegadaian konvensional adalah berasal dari
biaya administrasi dan sewa modal atas biaya bunga 1%
• Keuntungan pegadaian syariah pada sistem pembiayaan Ar-Rahn
didapat dari biaya ijaroh atau biaya simpan, walaupun jumlahnya
tidak terlalu materil tetapi pegadaian.
3. Perlakuan akuntansi
a.
Perlakuan akuntansi pada pegadaian syariah dan pegadaian
konvensional sebenarnya hampir sama, hanya berbeda pada
istilahnya saja.
Dalam pencatatan laporan keuangannya, pegadaian cabang hanya
membuat arus kas dan jurnal (laporan bulanan arus kas), setelah itu
laporan tersebut dikirim ke kanwil untuk di olah lebih lanjut yang
disebut laporan konsolidasi dari semua cabang pegadaian yang
disebut dengan pencatatan desentralisasi, setelah diolah oleh
kanwil maka laporan tersebut akan dikirim ke pegadaian pusat dan
akan dibuat laporan keuangan pegadaian pusat.
6. DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’I. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta :
Gema Insani.
Basyri, Ahmad. 2006. Karakteristik Sistem Ekonomi Syariah. Jakarta : Kuliah
Informal fakultas Ekonomi.
Furhiwardhana, Firdaus. 2009. Akuntansi Syariah Mudah dan Sederhana Dalam
Penerapan di Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta : Pendidikan
Pelatihan Perbankan Syariah.
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, edisi revisi. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
Muhammad. 2004. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta : Ekonisia
Muhammad dan Dwi Suwiknyo. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah. Yogyakarta
: Trust Media.
Muhammad, Rifqi. 2008. Akuntansi Keuangan Syariah, Konsep dan Implementasi
PSAK Syariah, edisi pertama. Yogyakarta: P3EI Press.
Mulawarman, Aji Dedi. 2009. Akuntansi Syariah, Teori, Konsep dan Laporan
Keuangan. Jakarta : E. Publishing Company.
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2008. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta :
Salemba Empat.
Pegadaian. 2008. Laporan Tahunan Pegadaian. Jakarta : Penerbit Pegadaian.
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. 2008. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta :
Zikrul Hakim.
Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan, edisi keempat. Jakarta :
Fakultas Ekonomi UI.
Sethyon, Ketut. 2002. Menapak ke Masa Depan dengan Kegigihan Masa Lalu,
edisi pertama. Jakarta : Kantor Pusat Perum Pegadaian.
http://www.pegadaian.co.id/web/id/Analisis Keuntungan/29 september 2009.htm
Download