A. Pendahuluan Sebagian orang pasti pernah melakukan perjalanan ke pulau-pulau yang terdapat di Nusantara. Perjalanan tersebut tentu memberi pengalaman menarik yang mungkin belum pernah didapatkan sebelumnya. Dengan kunjungan tersebut, Anda akan mengetahui perbedaan yang jelas terlihat baik secara kewilayahan ataupun sosial budaya yang ada di Indonesia. Indonesia merupakan wilayah yang memiliki beribu kepulauan yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Setiap pulau terpisah oleh adanya laut yang terbentang di sekitarnya, jarak yang cukup besar membuat wilayah-wilayah tersebut semakin berada jauh satu sama lain. Namun hal ini tentu bukanlah menjadi satu alasan yang bisa menyebabkan terjadinya perpecahan di Indonesia, karena keseluruhan wilayah itu adalah satu kesatuan yang telah menjadi ciri khas Nusantara sejak dulu. Jika ditinjau dari aspek sosial budaya, cukup jelas bahwa masyarakat Indonesia sangat kaya akan keberagaman. Perbedaan suku, agama, budaya dan lain sebagainya merupakan suatu keragaman yang membuat Indonesia menjadi bangsa yang kaya. Namun faktanya, inilah yang dapat menjadi satu penyebab timbulnya konflik dalam masyarakat. Tidak sedikit konflik antar kelompok yang terjadi akibat adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Beruntung, konflik yang terjadi belum sampai pada tahap terjadinya perpecahan. Ini menjadi satu catatan penting yang harus diberi perhatian lebih oleh semua pihak terkait agar persatuan dan kesatuan bangsa dapat tetap terjaga. Maka dari itu ada baiknya bagi seluruh kalangan masyarakat untuk mengenal bahkan memahami keberagaman yang terdapat di dalam masyarakat Indonesia. Ini dilakukan dengan tujuan guna mempertahankan semangat kesatuan bangsa Indonesia. Jika tidak ada kesadaran pada tiap-tiap individu, maka Indonesia dapat menjadi suatu negara yang terpecah. Setiap hal pasti memiliki dampak positif serta dampak negatif, begitu pula halnya dengan keberagaman masyarakat. Ada pengaruh baik dan buruk yang bisa ditumbulkan bagi diri sendiri, masyarakat, serta bangsa dan negara. Dampak positif yang bisa didapatkan dari keberagaman ini adalah adanya manfaat terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa, di sisi lain, keberagaman akan memberi dampak negatif berupa ketidakrukunan yang kemudian dapat menghancurkan bangsa dan negara. Perbedaan yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat dapat memberi beberapa manfaat bagi para pelajar, dan guru. Jika semua hal yang dilakukan di dalam satu sekolah selalu sama, maka kehidupan akan terasa hambar dan monoton. Disinilah pentingnya kreatifitas serta inovasi yang akan membuat perkembangan besar khususnya bisa terdapat perbedaan cara berpikir dan berpendapat. Indonesia memiliki keberagaman yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, satu diantaranya adalah letak geogarfis di jalur perdagangan internasional. Negara kita memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah, satu hal yang begitu diinginkan oleh bangsa asing, yang menjadi salah satu faktor datangnya para pedagang asing ke Indonesia. Selain berdagang, bangsa asing tersebut memiliki tujuan lain yang berupa menyebarkan ajaran agama mereka. Itulah mengapa timbul keberagaman agama di Indonesia. Agama Hindu dan Budha merupakan kepercayaan yang dibawa oleh bangsa India saat melakukan perdagangan ke Indonesia. Setelah itu muncul pula para pedagang yang kemudia menyebarkan ajaran Islam. Ajaran Kristen dan Katolik disebarkan oleh bangsa Eropa. Dalam hal keberagaman ras, setiap pakar memiliki opini masing-masing tentang hal ini, namun umumnya ras memiliki pengertian yaitu sekelompok besar manusia dengan ciri-ciri fisik yang sama atau tidak jauh berbeda. Perbedaan ras timbul karena terdapat perbedaan ciri antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Misalnya saja perbedaan akan warna rambut, warna kulit, dan lain sebagainya. Salah satu hal yang menyebabkan timbulnya perbedaan ras dalam masyarakat Indonesia adalah masuknya bangsa asing ke wilayah Nusantara. Di Indonesia, terdapat beberapa ras yang antara lain yaitu ras Malayan-Mongoloid yang terdapat di provinsi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, dan Sulawesi. Ada pula ras Melanesoid yang banyak terdapat pada daerah Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu, terdapat ras Asiatic Mongoloid, misalnya saja orang Tionghoa, Jepang, dan Korea. Ini merupakan ras yang telah banyak menyebar di seluruh pelosok ibu pertiwi, namun terkadang mereka berkumpul dan menetap pada satu wilayah tertentu. Yang terakhir adalah ras Kaukasoid, tidak lain merupakan orang India, Timur Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika. Berdasarkan data tersebut, kita dapat melihat bahwa Indonesia dengan keistimewaan yang dimilikinya itu berusaha menciptakan suatu keadaan yang diidamkan oleh semua pihak, yaitu integrasi. Kata “integrasi” berasal dari kata “integration” yang berarti keseluruhan atau kesempurnaan. Maurice Duverger mendefinisikan integrasi sebagai dibangunnya interdependensi (kesalingketergantungan) yang lebih rapat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara anggota-anggota di dalam masyarakat. Jadi, di dalam integrasi terjadi penyatuan atau mempersatukan hubungan anggota masyarakat yang dianggap harmonis. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti dua macam, yaitu: 1. Secara politis, integrasi nasional adalah proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional. 2. Secara antropologis, integrasi nasional adalah proses penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda, sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Integrasi sangat penting, tetapi keanekaragaman juga membanggakan kita. Masyarakat beraneka ragam (multikultural) memiliki beragam keinginan yang berbeda sehingga sukar mempersatukan semua potensi yang dimiliki untuk mencapai hasil pembangunan yang maksimal. Oleh sebab itu, diperlukan upaya yang sungguhsungguh untuk menyatukan perbedaan-perbedaan itu. Mengintegrasikan kelompokkelompok masyarakat bukan berarti menghilangkan keanekaragaman itu, bahkan idealnya integrasi adalah penyatuan bangsa Indonesia yang tetap menjaga keanekaragaman fisik dan sosial budaya sebagai bagian dari kekayaan bangsa Indonesia. Beranjak dari kenyataan di atas maka dasar suatu integrasi sosial adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Setiap anggota kelompok atau individu yang berbeda disatu padukan untuk mencapai tingkat yang harmonis, stabil, dan terjamin ketenangan hidupnya. Proses integrasi sosial di dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik apabila masyarakat betul-betul memperhatikan faktor-faktor sosial yang mempersatukan kehidupan sosial mereka dan menetukan arah kehidupan masyarakat menuju integrasi sosial. Faktor-faktor sosial tersebut antara lain tujuan yang ingin dicapai bersama, sistem sosial yang mengatur tindakan mereka, dan sistem sanksi sebagai pengentrol atas tindakan –tindakan mereka. Proses integrasi sosial akan berjalan dengan baik apabila anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan satu sama lain dan mencapai konsensus mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang konsisten dan tidak berubah-ubah dalam waktu singkat. Dengan demikian anggota-anggota masyarakat selalu berada dalam keadaan yang stabil dan terikat dalam integrasi kelompok. Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang memiliki keanekaragaman baik dilihat dari segi ras, agama, bahasa, suku bangsa dan adat istiadat, serta kondisi faktual ini disatu sisi merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain yang tetap harus dipelihara. Keanekaragaman tersebut juga mengandung potensi konflik yang jika tidak dikelola dengan baik dapat mengancam keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa, seperti gerakan separatisme yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan yang dapat mengakibatkan terjadinya disintegrasibangsa. Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal ini dapat dilihat dari banyaknya permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila tidak dicari solusi pemecahannya akan berdampak pada meningkatnya konflik. B. Pembahasan Struktur masyarakat Indonesia yang plural dan bersifat multi-dimensional menimbulkan persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi pada tingkat nasional baik secara horizontal maupun vertikal. Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk memiliki karakteristik dimana terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki kebudayaan atau subkebudayaan yang berbeda-beda. Dilihat dari hal tersebut maka muncullah pertanyaan bagaimana masyarakat yang majemuk dapat bertahan dalam waktu yang panjang? Jika ditelaah melalui pendekatan konflik, suatu masyarakat yang majemuk terintegrasi diatas paksaan (coercion) dari suatu kelompok atau kesatuan sosial yang dominan atas kelompok-kelompok sosial yang lain. Sedangkan menurut pandangan dari pendekatan fungsional, faktor yang mengintegrasi masyarakat Indonesia adalah berupa kesepakatan para warga masyarakat Indonesia akan nilai-nilai umum tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya integrasi dalam masyarakat Indonesia antara lain pengakuan sumpah pemuda sebagai hasil dari gerakan nasionalisme dan juga pancasila telah menjadi factor yang mengintegrasikan masyarakat Indonesia. Sifat majemuk masyarakat Indonesia memang telah menjadi sebab dan kondisi bagi timbulnya konflik-konflik sosial yang sedikit banyak bersifat visious circle dan yang oleh karena itu mendorong tumbuhnya proses integrasi sosial atas landasan kekerasan (coercion). Namun di sisi lain proses integrasi tersebut juga terjadi diatas landasan consensus bangsa Indonesia mengenai nilai-nilai fundamental tertentu. Namun, keutuhan Indonesia sebagai suatu negara tentu dapat terancam. Ancaman tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu ancaman dari luar dan ancaman dari dalam. Ancaman yang datang dari luar, seperti penguasaan wilayah Indonesia, pencurian kekayaan alam, penyelundupan barang, atau masuknya pesawat asing ke wilayah Indonesia tanpa izin. Sebagai contoh misalnya negara lain yang tidak sepaham dengan keutuhan wilayah Republik Indonesia. Salah satu contohnya, kasus Sipadan dan Ligitan. Malaysia, negara tetangga kita mengklaim bahwa kedua pulau di dekat Kalimantan tersebut adalah milik mereka. Setelah melalui jalur diplomatik akhirnya Sipadan dan Ligitan terlepas dari Indonesia. Begitu juga dengan kelakuan negara tetangga yang lain seperti Singapura. Mereka mengeruk dan membeli banyak pasir dari Sumatera untuk menambah luas wilayah negara kecil tersebut. Kasus ini menjadi bukti ancaman dari pihak luar. Ancaman dari dalam pun tak kalah banyak. Gangguan dari dalam negeri dapat berupa gerakan separatis, kerusuhan, atau pertikaian antar kelompok. Rakyat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa dan agama menghadapi perbedaanperbedaan yang terjadi di antara mereka sendiri. Jika tidak dikelola dengan baik perbedaan itu akan memicu rasa ketidakpuasan dan menimbulkan konflik perpecahan sesama rakyat. Kasus ketidakadilan yang dirasakan masyarakat Papua misalnya bisa menjadi contoh ancaman dari dalam negeri sendiri. Separatisme atau keinginan memisahkan diri dari negara kesatuan Republik Indonesia jika tidak diketahui akar permasalahannya dan ditangani secepatnya akan membuat keutuhan negara Republik Indonesia terancam. Ancaman tersebut memberikan dampak yang ditakutkan oleh suatu negara, yaitu disintegrasi. Disintegrasi bangsa dapat terjadi karena adanya konflik vertikal dan horizontal sebagai akibat tuntutan demokrasi yang melampaui batas, konflik antara elite politik, lambatnya pemulihan ekonomi, lemahnya penegakan hukum dan HAM serta kesiapan pelaksanaan otonomi daerah. Problematika dalam integrasi nasional dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut : a. Geografi. Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang berlimpah. b. Demografi. Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran penduduk yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain masih rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan SDM. c. Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal ini meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan apabila terjadi kerusakan akibat dari pengelolaan. d. Ideologi. Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik di negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang dianut dan agama lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya penanganan khusus dari para tokoh agama mengenai pendalaman masalah agama dan komunikasi antar pimpinan umat beragama secara berkesinambungan. e. Politik. Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan sering mengakibatkan konflik antar masyarakat y ang berbeda faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain seperti perasaan pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang melemahkan ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak adil akibat ketidak pastian hukum. f. Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar penduduk hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan dengan tidak wajar yaitu melalui KKN. g. Sosial Budaya. Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik apabila tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu sama dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara kelompok yang keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif terbelakang. h. Pertahanan Keamanan. Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, hal ini seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi dan komunikasi. Serta sarana dan prasarana pendukung di dalam pengamanan bentuk ancaman yang bersifat multi dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya. Contoh Kasus Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki kekayaan berlimpah. Hal ini dapat kita lihat pada begitu beragamnya etnis yang dimiliki, jumlah bahasa lokal yang diperkirakan lebih dari 300 bahasa. Bahkan kehidupan masyarakatnya pun beragam, dari yang hidup di pedesaan dengan cara berburu hingga kehidupan para elit di perkotaan. 1 Keistimewaan yang dimiliki oleh Indonesia, tentunya memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi rakyatnya. Keberagaman yang dimilikinya pun dieluelukan dalam sebuah pernyataan, Bhineka Tunggal Ika atau berbeda-beda tetapi tetap satu. Pernyataan ini merefleksikan adanya pandangan positif terhadap pluralisme yang dimiliki Indonesia dalam penegakan integrasi. Namun mirisnya, masyarakat yang berlindung di bawah payung bernamakan Bhineka Tunggal Ika tersebut dihantui oleh bayang-bayang disintegrasi. Persatuan yang diidamkan bangsa ini, yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 seolah-olah hanya angan-angan saja. Disintegrasi ini umumnya disebabkan adanya konflik sosial yang terjadi di masyarakat. Konflik ini biasanya dilatarbelakangi permasalahan toleransi umat beragama, ketidakadilan dan melemahnya pengaruh pemimpin negara dalam penegakan hukum. Selain itu, terdapat pula ketidakselarasan antara kepentingan masyarakat dan juga pemerintah sebagai pemegang kendali kuasa. Dimana ketika memutuskan suatu kebijakan, para kaum elit tersebut cenderung melenceng dari falsafah hidup Indonesia, yaitu Pancasila. Mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD pun menyatakan bahwa konflik sosial timbul akibat terdapatnya ketidakadilan yang diterima sekelompok masyarakat dari masyarakat lainnya. Konstitusi yang menjadi dasar negara sejatinya sudah sangat baik. Konstitusi itu memberikan ruang bagi toleransi yang sangat besar. Termasuk dalam perbedaan-perbedaan pemahaman kepercayaan. Hanya saja, pada 1 Anonym, Indonesia Country Profile, Februari http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-14921238. 2016, dimuat pada laman tingkatan penerapan konstitusi sering menimbulkan persoalan. Hal tersebut yang mendorong berbagai konflik sosial pun terjadi. 2 Jika kita melihat kondisi hukum dan konstitusi negara kita saat ini, tentu kita akan merasa prihatin dan pedih. Mengapa tidak? Hukum yang seharusnya ditegakkan sebagai penopang kehidupan berbangsa, nyatanya dikalahkan oleh kekuatan para kaum elit. Pasal 27 UUD 1945 yang berbunyi : “Setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya” tampak sebagai bualan belaka, mengingat hukum mampu dikendalikan oleh materi. Hukum dapat dibeli oleh kaum elit yang memiliki banyak uang. Aparat penegak hukum sepertinya sudah benar-benar tak peduli lagi dengan keadilan warga negara. Mereka hanya bisa marah saat berhadapan dengan orang kecil, tetapi seketika nyali menciut saat berurusan dengan para petinggi. Contohnya dapat kita lihat pada salah satu kasus, yaitu kasus pencurian sandal jepit dengan ganjaran 5 tahun penjara. AAL yang saat itu berusia 15 tahun, disidang karena telah mencuri sendal jepit. Tidak ada niat membenarkan tindakannya. Akan tetapi karena yang dicuri adalah sendal jepit milik Brigadir (Pol) Satu, Ahmad Rusdi Harahap, AAL harus menghadapi jerat pasal 362 KUHP dengan ancaman maksimal tuntutan 5 tahun penjara. Disaksikan kedua orang tuanya, AAL dipersidangan bukan saja hanya membantah telah mencuri, tapi juga mengaku mendapatkan tekanan dan penganiayaan saat pemeriksaan oleh seorang anggota polisi agar mengaku sebagai pelaku pencurian Kasus pencurian sandal jepit warna putih kusam merek “Ando” seharga Rp 30 ribu itu terjadi November 2010. Kasus pencurian sandal jepit yang dilakukan bocah 15 tahun ini rasanya tak sebanding dengan ancaman hukuman lima tahun penjara, sementara banyak koruptor yang dihukum hanya 1,5 tahun. Bahkan banyak pula yang masih berkeliaran dan malah tampil jadi pemimpin yang tidak malu-malunya memberikan nasehat kepada negeri ini. 2 Anonym, Mahfud : Ketidakadilan Pemicu Utama Konflik Sosial, April 2014, dimuat pada laman http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=188134. Kasus tersebut merupakan salah satu dari banyaknya ketidakadilan penerapan hukum di Indonesia. Sungguh memprihatikan memang, hanya karena permasalahan sepele maka anak tersebut mendapat ancaman hukuman 5 tahun penjara. Hal ini membuktikan kekuasaan di mata hukum Indonesia jauh lebih penting dibandingkan keadilan masyarakat. Hukum hanya berlaku bagi masyarakat lemah yang tak berkekuatan besar, sedangkan para oknum elit dengan leluasanya akan mudah untuk memanipulasi pelanggarannya. Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang adalah mereka yang memiliki kekuasaan, yang memiliki uang banyak, dan yang memiliki kekuatan. Dengan hal tersebut. mereka pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar. Orang biasa seperti AAL, yang hanya melakukan tindakan pencurian kecil atau kejahatan perdata ringan langsung ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang negara milyaran rupiah dapat berkeliaran dengan bebasnya. Ketidakadilan penerapan hukum atau konstitusi di Indonesia ini menyebabkan beberapa hal. Pertama, pudarnya kepercayaan masyarakat terhadap hukum. 3 Pudarnya kepercayaan tersebut dilandasi oleh pengamatan masyarakat tentang bagaimana penerapan hukum lebih berpihak atau berorientasi pada kaum elit saja. Kepentingan akan keadilan masyarakat tidak lagi dihiraukan, bahkan dijadikan sebagai permainan saja. Upaya penegakan hukum pun dinilai kurang maksimal, hal ini disebabkan masih banyak terdapat pelaku kejahatan, seperti para koruptor yang berkeliaran bebas di bumi ini. Mereka yang semestinya mendekam di penjara, malah dengan seenaknya berkeliaran, dan parahnya lagi mereka dapat berjalan-jalan ke luar negeri dengan bebas. Namun, penjara yang semestinya memberikan efek jera bagi para penjahat tidak digunakan dengan baik. Karena masih banyak para kaum elit yang mendapat perhatian istimewa di penjara. Seperti kasus yang terjadi dahulu, dimana sang penjahat tersebut difasilitasi dengan TV, kasur, kulkas, dan beberapa sarana lain yang membuatnya nyaman berada di penjara. Penjara tampak sebagai hotel, dimana para 3 Tri Mulyani, Keadilan Sama dengan Persatuan, Februari 2014, dimuat pada laman http://www.kompasiana.com/tri_mulyani/keadilan-sama-denganpersatuan_54f84c04a33311f67d8b45b1. penjahat tersebut bisa beristirahat dengan tenang, makan gratis dan tidak bekerja. Selain itu, beberapa saat yang lalu pun timbul pemberitaan bahwa beberapa narapidana yang mendekam di penjara tetap mampu melakukan pesta narkotika. Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah fungsi dari penjara itu sendiri? Mengingat penjara dapat dipergunakan dengan seenaknya oleh para penjahat tersebut. Oleh karena itu, penegakan hukum di Indonesia dinilai tidak memihak kepada rakyat, tapi pada kaum elit saja. Hukum tidak memiliki ketegasan dalam menangani permasalahan serius, hingga masalah itu pun menjadi berlarut-larut penyelesaiannya. Akibatnya, kewibawaan hukum di mata masyarakat pun semakin menurun. Ketidakadilan penegakan hukum ini pun menyulut amarah masyarakat. Orang atau masyarakat yang marah sering kali gagal mendengarkan apa yang semestinya dikatakan pihak lain. Mereka cenderung menempatkan segala kemungkinan penafsiran terburuk, baik pada setiap kata dan juga tindakan dari seseorang yang dilihat sebagai musuh. 4 Oleh sebab itu, meredakan amarah masyarakat terhadap pelanggaran penegakan sanksi hukum dinilai sulit dilakukan. Alhasil, timbullah berbagai konflik yang mengecam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Konflik merupakan suatu hal yang tak dapat terelakkan. Ia tidak dapat menghilang, dan tidak dapat pula dihindari. Untuk hasil yang lebih baik atau buruk, kita tetap harus mengatasi segala pertentangan kepentingan tersebut sepanjang kita hidup di dunia ini. 5 Berkaitan dengan hal ini, Arief Hidayat selaku ketua Mahkamah Konstitusi menerangkan bahwa Indonesia kini telah kehilangan arah. Anak bangsa pun mulai saling tidak percaya terhadap satu sama lain sehingga mengancam kelangsungan bangsa. Tidak hanya itu, anak bangsa pun mulai kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Hal ini tentu berbeda dengan bangsa Indonesia pada tahun 1945, dimana 4 5 Roger Fisher, Elizabeth Kopelmam & Andrea Kupfer Schneider, Beyond Machiavelli : Tools for Coping With Conflict, hlm 24. Ibid, hlm 142. rasa saling percaya sangat tinggi, hingga Soekarno dan Natsir pun mampu mempertemukan dasar negara kita, yaitu Pancasila. 6 Yudi Latif, seorang pengamat politik berargumen bahwa demokrasi Indonesia seolah berada di tepi jurang. Meruncingnya konflik internal partai, benturan antar institusi, dan meningkatnya kekerasan di tengah masyarakat memperlihatkan bangsa ini sedang menghadapi persoalan serius. 7 Proses hukum yang berlangsung sejauh ini seringkali memarjinalkan kaum minoritas, sehingga menggambarkan demokrasi Indonesia yang seakan sebagai bahan eksperiman bagi petualang konstitusi dengan secara mudah mengingkari konsep demokrasi itu sendiri. Di tingkat elit yang dipertontonkan saat ini merebut kekuasaan. Demokrasi juga menjadi lahan garapan kapitalis dengan sedemikian rupa. 8 Pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi, menilai, Indonesia telah memasuki fase ‘jebakan demokrasi’. Kita akan sulit bergerak karena politisi didominasi oleh pemilik modal. Masyarakat menengah kita pun terperangkap karena ada ketergantungan terhadap pemilik modal. 9 Kedua, berdirinya kelompok separatis. 10 Separatisme merupakan suatu gerakan yang menginginkan pemisahan diri dari suatu wilayah dengan tujuan mencapai kedaulatan. Beberapa orang beranggapan bahwa hanya dengan separatisme maka kemerdekaan pun dapat terwujud. Gerakan ini umumnya berbasis nasionalisme atau religius. Namun, dapat juga terjadi karena ketidakadilan rezim yang sedang berkuasa. Pemberontakkan tersebut dilakukan karena mereka merasa tidak ada keadilan dalam penegakan hukum di Indonesia. Dampaknya, suatu negara pun terancam kelangsungan hidupnya dengan adanya disintegrasi sebagai dampak ketidakadilan yang ketiga. 6 7 8 9 10 Laksono Hari Wiwoho, Bangsa Indonesia Kehilangan Arah, Maret 2015, dimuat pada laman http://nasional.kompas.com/read/2015/03/03/15050031/Bangsa.Indonesia.Kehilangan.Arah. Ibid. Catur Prasetya, Muhtar : Konstitusi Indonesia Masih Lemah, Mei 2015, dimuat pada laman http://www.lensaindonesia.com/2012/05/30/muhtar-konstitusi-indonesia-masih-lemah.html. Laksono Hari Wiwoho, op.cit. Tri Mulyani, op.cit. C. Penutup Indonesia merupakan sebuah negara yang sangat istimewa. Ia memiliki beribu kepulauan yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Perbedaan suku, agama, budaya dan lain sebagainya merupakan suatu keragaman yang membuat Indonesia menjadi bangsa yang kaya. Sungguh, keberagaman inilah yang mendorong seluruh masyarakat untuk berpartisipasi mewujudkan integrasi. Namun sayangnya, keberagaman yang dibanggakan ini ternyata memiliki bayang-bayang gelap berupa disintegrasi yang berdampak buruk dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Disintegrasi ini dipicu oleh beberapa konflik. Konflik yang terjadi dapat berlatarbelakang agama, ekonomi, etnosentris dan lain sebagainya. Hanya saja sebagian besar konflik ini disebabkan oleh ketidakadilan yang dirasakan masyarakat terhadap penegakan hukum di Indonesia. Contoh ketidakadilan penegakan hukum di Indonesia ini dapat kita lihat pada kasus pencurian sendal jepit yang dilakukan oleh AAL. Pelaku yang masih berusia 15 tahun itu pun mendapat ancaman hukuman penjara maksimal 5 tahun. Mirisnya, para kaum elit seperi pejabat yang melakukan korupsi hanya dihukum 1,5 tahun saja. Bahkan para koruptor itu masih bisa ‘berjalan-jalan’ ke luar negeri dengan bebas. Sungguh menyedihkan kondisi negara kita saat ini. Ketidakadilan ini tentu saja akan menimbulkan amarah bagi masyarakat. Keamarahan ini pun menimbulkan konflik yang mendorong terbentuknya kelompokkelompok separatisme. Kelahiran kelompok separatisme inilah yang mengancam integrasi Indonesia. Contohnya, terdapat GAM di Indonesia dahulu kala. Daftar Pustaka Anonym. 2014. Mahfud : Ketidakadilan Pemicu Utama Konflik Sosial. http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=188134. (Diakses : 10 April 2016). Anonym. 2016. Indonesia Country Profile. http://www.bbc.com/news/world-asiapacific-14921238. (Diakses : 6 April 2016). Fisher, Roger, dkk. 1996. Beyond Machiavelli : Tools for Coping With Conflict. Cambridge : Harvard University Press. Mulyani, Tri. 2014. Keadilan Sama dengan Persatuan. http://www.kompasiana.com/tri_mulyani/keadilan-sama-denganpersatuan_54f84c04a33311f67d8b45b1. (Diakses : 10 April 2016). N, Indra. 2011. Proses Integrasi Masyarakat Majemuk http://ambriomimpiku.blogspot.co.id/2011/12/proses-integrasi-masyarakatmajemuk.html. (Diakses : 22 April 2016). . Prasetya, Catur. 2015. Muhtar : Konstitusi Indonesia Masih Lemah. http://www.lensaindonesia.com/2012/05/30/muhtar-konstitusi-indonesiamasih-lemah.html. (Diakses : 13 April 2016). Rani, Ulfah. ____. Pentingnya Pemahaman tentang Keberagaman Masyarakat Indonesia. http://www.astalog.com/1102/pentingnya-pemahaman-tentangkeberagaman-masyarakat-indonesia.htm. (Diakses : 21 April 2016). Strada, Eddy. 2014. Faktor Pendorong dan Penghambat Integrasi Nasional. http://rangkumanmateriips.blogspot.co.id/2014/10/faktor-pendorong-danpenghambat.html. (Diakses : 21 April 2016). Ulwiah, Riska. 2013. Disintegrasi Bangsa. http://aprildelapan.blogspot.co.id/2013/02/disintegrasi-bangsa.html . (Daikses : 22 April 2016). Wiwoho, Laksono Hari. 2015. Bangsa Indonesia Kehilangan Arah. http://nasional.kompas.com/read/2015/03/03/15050031/Bangsa.Indonesia.Keh ilangan.Arah. (Diakses : 13 April 2016). PERBEDAAN SANKSI KONSTITUSI : ANCAMAN DISINTEGRASI OLEH (KELOMPOK 10): DYAH AYU UTAMININGRUM (E13115313) MEKAR SRIWIJAYANTI (E13115503) FAUZIYAH RISYANI (E13115504) UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTASI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL 2016