Tugas Kelompok PKN (10)

advertisement
A. Pendahuluan
Sebagian orang pasti pernah melakukan perjalanan ke pulau-pulau yang terdapat
di Nusantara. Perjalanan tersebut tentu memberi pengalaman menarik yang mungkin
belum pernah didapatkan sebelumnya. Dengan kunjungan tersebut, Anda akan
mengetahui perbedaan yang jelas terlihat baik secara kewilayahan ataupun sosial
budaya yang ada di Indonesia.
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki beribu kepulauan yang tersebar di
seluruh pelosok Nusantara. Setiap pulau terpisah oleh adanya laut yang terbentang di
sekitarnya, jarak yang cukup besar membuat wilayah-wilayah tersebut semakin berada
jauh satu sama lain. Namun hal ini tentu bukanlah menjadi satu alasan yang bisa
menyebabkan terjadinya perpecahan di Indonesia, karena keseluruhan wilayah itu
adalah satu kesatuan yang telah menjadi ciri khas Nusantara sejak dulu.
Jika ditinjau dari aspek sosial budaya, cukup jelas bahwa masyarakat Indonesia
sangat kaya akan keberagaman. Perbedaan suku, agama, budaya dan lain sebagainya
merupakan suatu keragaman yang membuat Indonesia menjadi bangsa yang kaya.
Namun faktanya, inilah yang dapat menjadi satu penyebab timbulnya konflik dalam
masyarakat. Tidak sedikit konflik antar kelompok yang terjadi akibat adanya
perbedaan-perbedaan tersebut. Beruntung, konflik yang terjadi belum sampai pada
tahap terjadinya perpecahan. Ini menjadi satu catatan penting yang harus diberi
perhatian lebih oleh semua pihak terkait agar persatuan dan kesatuan bangsa dapat
tetap terjaga.
Maka dari itu ada baiknya bagi seluruh kalangan masyarakat untuk mengenal
bahkan memahami keberagaman yang terdapat di dalam masyarakat Indonesia. Ini
dilakukan dengan tujuan guna mempertahankan semangat kesatuan bangsa Indonesia.
Jika tidak ada kesadaran pada tiap-tiap individu, maka Indonesia dapat menjadi suatu
negara yang terpecah.
Setiap hal pasti memiliki dampak positif serta dampak negatif, begitu pula halnya
dengan keberagaman masyarakat. Ada pengaruh baik dan buruk yang bisa
ditumbulkan bagi diri sendiri, masyarakat, serta bangsa dan negara. Dampak positif
yang bisa didapatkan dari keberagaman ini adalah adanya manfaat terhadap
perkembangan dan kemajuan bangsa, di sisi lain, keberagaman akan memberi dampak
negatif berupa ketidakrukunan yang kemudian dapat menghancurkan bangsa dan
negara.
Perbedaan yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat dapat memberi beberapa
manfaat bagi para pelajar, dan guru. Jika semua hal yang dilakukan di dalam satu
sekolah selalu sama, maka kehidupan akan terasa hambar dan monoton. Disinilah
pentingnya kreatifitas serta inovasi yang akan membuat perkembangan besar
khususnya bisa terdapat perbedaan cara berpikir dan berpendapat.
Indonesia memiliki keberagaman yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, satu
diantaranya adalah letak geogarfis di jalur perdagangan internasional. Negara kita
memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah, satu hal yang begitu diinginkan oleh
bangsa asing, yang menjadi salah satu faktor datangnya para pedagang asing ke
Indonesia. Selain berdagang, bangsa asing tersebut memiliki tujuan lain yang berupa
menyebarkan ajaran agama mereka. Itulah mengapa timbul keberagaman agama di
Indonesia. Agama Hindu dan Budha merupakan kepercayaan yang dibawa oleh
bangsa India saat melakukan perdagangan ke Indonesia. Setelah itu muncul pula para
pedagang yang kemudia menyebarkan ajaran Islam. Ajaran Kristen dan Katolik
disebarkan oleh bangsa Eropa.
Dalam hal keberagaman ras, setiap pakar memiliki opini masing-masing tentang
hal ini, namun umumnya ras memiliki pengertian yaitu sekelompok besar manusia
dengan ciri-ciri fisik yang sama atau tidak jauh berbeda. Perbedaan ras timbul karena
terdapat perbedaan ciri antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
Misalnya saja perbedaan akan warna rambut, warna kulit, dan lain sebagainya.
Salah satu hal yang menyebabkan timbulnya perbedaan ras dalam masyarakat
Indonesia adalah masuknya bangsa asing ke wilayah Nusantara. Di Indonesia,
terdapat beberapa ras yang antara lain yaitu ras Malayan-Mongoloid yang terdapat di
provinsi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, dan Sulawesi. Ada
pula ras Melanesoid yang banyak terdapat pada daerah Papua, Maluku, dan Nusa
Tenggara Timur. Selain itu, terdapat ras Asiatic Mongoloid, misalnya saja orang
Tionghoa, Jepang, dan Korea. Ini merupakan ras yang telah banyak menyebar di
seluruh pelosok ibu pertiwi, namun terkadang mereka berkumpul dan menetap pada
satu wilayah tertentu. Yang terakhir adalah ras Kaukasoid, tidak lain merupakan orang
India, Timur Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika.
Berdasarkan data tersebut, kita dapat melihat bahwa Indonesia dengan
keistimewaan yang dimilikinya itu berusaha menciptakan suatu keadaan yang
diidamkan oleh semua pihak, yaitu integrasi.
Kata “integrasi” berasal dari kata
“integration” yang berarti keseluruhan atau kesempurnaan. Maurice Duverger
mendefinisikan
integrasi
sebagai
dibangunnya
interdependensi
(kesalingketergantungan) yang lebih rapat antara bagian-bagian dari organisme hidup
atau antara anggota-anggota di dalam masyarakat. Jadi, di dalam integrasi terjadi
penyatuan atau mempersatukan hubungan anggota masyarakat yang dianggap
harmonis.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai
arti dua macam, yaitu:
1. Secara politis, integrasi nasional adalah proses penyatuan berbagai
kelompok budaya dan sosial ke dalam kesatuan wilayah nasional yang
membentuk suatu identitas nasional.
2. Secara antropologis, integrasi nasional adalah proses penyesuaian di
antara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda, sehingga mencapai suatu
keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Integrasi sangat penting, tetapi keanekaragaman juga membanggakan kita.
Masyarakat beraneka ragam (multikultural) memiliki beragam keinginan yang
berbeda sehingga sukar mempersatukan semua potensi yang dimiliki untuk mencapai
hasil pembangunan yang maksimal. Oleh sebab itu, diperlukan upaya yang sungguhsungguh untuk menyatukan perbedaan-perbedaan itu. Mengintegrasikan kelompokkelompok masyarakat bukan berarti menghilangkan keanekaragaman itu, bahkan
idealnya integrasi adalah penyatuan bangsa Indonesia yang tetap menjaga
keanekaragaman fisik dan sosial budaya sebagai bagian dari kekayaan bangsa
Indonesia.
Beranjak dari kenyataan di atas maka dasar suatu integrasi sosial adanya
perbedaan-perbedaan tersebut. Setiap anggota kelompok atau individu yang berbeda
disatu padukan untuk mencapai tingkat yang harmonis, stabil, dan terjamin
ketenangan hidupnya.
Proses integrasi sosial di dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik apabila
masyarakat betul-betul memperhatikan faktor-faktor sosial yang mempersatukan
kehidupan sosial mereka dan menetukan arah kehidupan masyarakat menuju integrasi
sosial. Faktor-faktor sosial tersebut antara lain tujuan yang ingin dicapai bersama,
sistem sosial yang mengatur tindakan mereka, dan sistem sanksi sebagai pengentrol
atas tindakan –tindakan mereka.
Proses integrasi sosial akan berjalan dengan baik apabila anggota masyarakat
merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan satu sama lain dan mencapai
konsensus mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang konsisten dan tidak
berubah-ubah dalam waktu singkat. Dengan demikian anggota-anggota masyarakat
selalu berada dalam keadaan yang stabil dan terikat dalam integrasi kelompok.
Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang memiliki
keanekaragaman baik dilihat dari segi ras, agama, bahasa, suku bangsa dan adat
istiadat, serta kondisi faktual ini disatu sisi merupakan kekayaan bangsa Indonesia
yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain yang tetap harus dipelihara.
Keanekaragaman tersebut juga mengandung potensi konflik yang jika tidak dikelola
dengan baik dapat mengancam keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa, seperti
gerakan separatisme yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan yang dapat
mengakibatkan terjadinya disintegrasibangsa. Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia
sangatlah besar hal ini dapat dilihat dari banyaknya permasalahan yang kompleks
yang terjadi dan apabila tidak dicari solusi pemecahannya akan berdampak pada
meningkatnya konflik.
B. Pembahasan
Struktur masyarakat Indonesia yang plural dan bersifat multi-dimensional
menimbulkan persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi pada
tingkat nasional baik secara horizontal maupun vertikal. Struktur masyarakat
Indonesia yang majemuk memiliki karakteristik dimana terjadinya segmentasi ke
dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki kebudayaan atau subkebudayaan yang berbeda-beda. Dilihat dari hal tersebut maka muncullah pertanyaan
bagaimana masyarakat yang majemuk dapat bertahan dalam waktu yang panjang?
Jika ditelaah melalui pendekatan konflik, suatu masyarakat yang majemuk terintegrasi
diatas paksaan (coercion) dari suatu kelompok atau kesatuan sosial yang dominan atas
kelompok-kelompok sosial yang lain. Sedangkan menurut pandangan dari pendekatan
fungsional, faktor yang mengintegrasi masyarakat Indonesia adalah berupa
kesepakatan para warga masyarakat Indonesia akan nilai-nilai umum tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya integrasi dalam masyarakat
Indonesia antara lain pengakuan sumpah pemuda sebagai hasil dari gerakan
nasionalisme dan juga pancasila telah menjadi factor yang mengintegrasikan
masyarakat Indonesia. Sifat majemuk masyarakat Indonesia memang telah menjadi
sebab dan kondisi bagi timbulnya konflik-konflik sosial yang sedikit banyak bersifat
visious circle dan yang oleh karena itu mendorong tumbuhnya proses integrasi sosial
atas landasan kekerasan (coercion). Namun di sisi lain proses integrasi tersebut juga
terjadi diatas landasan consensus bangsa Indonesia mengenai nilai-nilai fundamental
tertentu.
Namun, keutuhan Indonesia sebagai suatu negara tentu dapat terancam. Ancaman
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu ancaman dari luar dan ancaman dari
dalam. Ancaman yang datang dari luar, seperti penguasaan wilayah Indonesia,
pencurian kekayaan alam, penyelundupan barang, atau masuknya pesawat asing ke
wilayah Indonesia tanpa izin. Sebagai contoh misalnya negara lain yang tidak
sepaham dengan keutuhan wilayah Republik Indonesia. Salah satu contohnya, kasus
Sipadan dan Ligitan. Malaysia, negara tetangga kita mengklaim bahwa kedua pulau di
dekat Kalimantan tersebut adalah milik mereka. Setelah melalui jalur diplomatik
akhirnya Sipadan dan Ligitan terlepas dari Indonesia. Begitu juga dengan kelakuan
negara tetangga yang lain seperti Singapura. Mereka mengeruk dan membeli banyak
pasir dari Sumatera untuk menambah luas wilayah negara kecil tersebut. Kasus ini
menjadi bukti ancaman dari pihak luar.
Ancaman dari dalam pun tak kalah banyak. Gangguan dari dalam negeri dapat
berupa gerakan separatis, kerusuhan, atau pertikaian antar kelompok. Rakyat
Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa dan agama menghadapi perbedaanperbedaan yang terjadi di antara mereka sendiri. Jika tidak dikelola dengan baik
perbedaan itu akan memicu rasa ketidakpuasan dan menimbulkan konflik perpecahan
sesama rakyat. Kasus ketidakadilan yang dirasakan masyarakat Papua misalnya bisa
menjadi contoh ancaman dari dalam negeri sendiri. Separatisme atau keinginan
memisahkan diri dari negara kesatuan Republik Indonesia jika tidak diketahui akar
permasalahannya dan ditangani secepatnya akan membuat keutuhan negara Republik
Indonesia terancam.
Ancaman tersebut memberikan dampak yang ditakutkan oleh suatu negara, yaitu
disintegrasi. Disintegrasi bangsa dapat terjadi karena adanya konflik vertikal
dan horizontal sebagai akibat tuntutan demokrasi yang melampaui batas, konflik
antara elite politik, lambatnya pemulihan ekonomi, lemahnya penegakan hukum dan
HAM serta kesiapan pelaksanaan otonomi daerah. Problematika dalam integrasi
nasional dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut :
a. Geografi.
Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki
karakteristik
yang berbeda-beda.
Daerah
yang berpotensi
untuk
memisahkan diri adalah daerah yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah
yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah perbatasan,
daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah
wisata, atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang berlimpah.
b. Demografi.
Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran
penduduk yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi
bangsa, selain masih rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.
c. Kekayaan Alam.
Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan
penyebarannya yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan
terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal ini meliputi hal-hal seperti
pengelolaan,
pembagian
hasil,
pembinaan
apabila
terjadi
kerusakan akibat dari pengelolaan.
d. Ideologi.
Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya
konflik di negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman
terhadap agama yang dianut dan agama lain. Apabila kondisi ini tidak
ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya
kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya penanganan
khusus dari para tokoh agama mengenai pendalaman masalah agama dan
komunikasi antar pimpinan umat beragama secara berkesinambungan.
e. Politik.
Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut
berbagai
ketidak
nyamanan
atau
ketidak
tenangan
dalam
bermasyarakat dan sering mengakibatkan konflik antar masyarakat y
ang berbeda faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan
menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat. Selain itu ketidak
sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada
pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang
akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan didalam
pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain seperti perasaan
pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi
membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet
koalisi yang melemahkan ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti
dan tidak adil akibat ketidak pastian hukum.
f. Ekonomi.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian
besar penduduk hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial
masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara masyarakat kaya dengan
masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan
dengan tidak wajar yaitu melalui KKN.
g. Sosial Budaya.
Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber
konflik apabila tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku
di daerah yang satu tidak selalu sama dengan daerah yang lain. Konflik
tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara kelompok yang
keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif terbelakang.
h. Pertahanan Keamanan.
Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi
bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari
luar negeri, hal ini seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, informasi dan komunikasi. Serta sarana dan
prasarana pendukung di dalam pengamanan bentuk ancaman yang bersifat
multi dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi, politik,
ekonomi, dan sosial budaya.
Contoh Kasus
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, kita dapat
menarik
kesimpulan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki kekayaan
berlimpah. Hal ini dapat kita lihat pada begitu beragamnya etnis yang dimiliki, jumlah
bahasa lokal yang diperkirakan lebih dari 300 bahasa. Bahkan kehidupan
masyarakatnya pun beragam, dari yang hidup di pedesaan dengan cara berburu hingga
kehidupan para elit di perkotaan. 1
Keistimewaan yang dimiliki oleh Indonesia, tentunya memberikan suatu
kebanggaan tersendiri bagi rakyatnya. Keberagaman yang dimilikinya pun dieluelukan dalam sebuah pernyataan, Bhineka Tunggal Ika atau berbeda-beda tetapi tetap
satu. Pernyataan ini merefleksikan adanya pandangan positif terhadap pluralisme
yang dimiliki Indonesia dalam penegakan integrasi.
Namun mirisnya, masyarakat yang berlindung di bawah payung bernamakan
Bhineka Tunggal Ika tersebut dihantui oleh bayang-bayang disintegrasi. Persatuan
yang diidamkan bangsa ini, yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 seolah-olah
hanya angan-angan saja.
Disintegrasi ini umumnya disebabkan adanya konflik sosial yang terjadi di
masyarakat. Konflik ini biasanya dilatarbelakangi permasalahan toleransi umat
beragama, ketidakadilan dan melemahnya pengaruh pemimpin negara dalam
penegakan hukum. Selain itu, terdapat pula ketidakselarasan antara kepentingan
masyarakat dan juga pemerintah sebagai pemegang kendali kuasa. Dimana ketika
memutuskan suatu kebijakan, para kaum elit tersebut cenderung melenceng dari
falsafah hidup Indonesia, yaitu Pancasila.
Mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD pun menyatakan bahwa
konflik sosial timbul akibat terdapatnya ketidakadilan yang diterima sekelompok
masyarakat dari masyarakat lainnya. Konstitusi yang menjadi dasar negara sejatinya
sudah sangat baik. Konstitusi itu memberikan ruang bagi toleransi yang sangat besar.
Termasuk dalam perbedaan-perbedaan pemahaman kepercayaan. Hanya saja, pada
1
Anonym,
Indonesia
Country
Profile,
Februari
http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-14921238.
2016,
dimuat
pada
laman
tingkatan penerapan konstitusi sering menimbulkan persoalan. Hal tersebut yang
mendorong berbagai konflik sosial pun terjadi. 2
Jika kita melihat kondisi hukum dan konstitusi negara kita saat ini, tentu kita akan
merasa prihatin dan pedih. Mengapa tidak? Hukum yang seharusnya ditegakkan
sebagai penopang kehidupan berbangsa, nyatanya dikalahkan oleh kekuatan para
kaum elit.
Pasal 27 UUD 1945 yang berbunyi : “Setiap warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan dengan tidak ada kecualinya” tampak sebagai bualan belaka, mengingat
hukum mampu dikendalikan oleh materi. Hukum dapat dibeli oleh kaum elit yang
memiliki banyak uang. Aparat penegak hukum sepertinya sudah benar-benar tak
peduli lagi dengan keadilan warga negara. Mereka hanya bisa marah saat berhadapan
dengan orang kecil, tetapi seketika nyali menciut saat berurusan dengan para petinggi.
Contohnya dapat kita lihat pada salah satu kasus, yaitu kasus pencurian sandal
jepit dengan ganjaran 5 tahun penjara. AAL yang saat itu berusia 15 tahun, disidang
karena telah mencuri sendal jepit. Tidak ada niat membenarkan tindakannya. Akan
tetapi karena yang dicuri adalah sendal jepit milik Brigadir (Pol) Satu, Ahmad Rusdi
Harahap, AAL harus menghadapi jerat pasal 362 KUHP dengan ancaman maksimal
tuntutan 5 tahun penjara.
Disaksikan kedua orang tuanya, AAL dipersidangan bukan saja hanya
membantah telah mencuri, tapi juga mengaku mendapatkan tekanan dan penganiayaan
saat pemeriksaan oleh seorang anggota polisi agar mengaku sebagai pelaku pencurian
Kasus pencurian sandal jepit warna putih kusam merek “Ando” seharga Rp 30 ribu itu
terjadi November 2010.
Kasus pencurian sandal jepit yang dilakukan bocah 15 tahun ini rasanya tak
sebanding dengan ancaman hukuman lima tahun penjara, sementara banyak koruptor
yang dihukum hanya 1,5 tahun. Bahkan banyak pula yang masih berkeliaran dan
malah tampil jadi pemimpin yang tidak malu-malunya memberikan nasehat kepada
negeri ini.
2
Anonym, Mahfud : Ketidakadilan Pemicu Utama Konflik Sosial, April 2014, dimuat pada laman
http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=188134.
Kasus tersebut merupakan salah satu dari banyaknya ketidakadilan penerapan
hukum di Indonesia. Sungguh memprihatikan memang, hanya karena permasalahan
sepele maka anak tersebut mendapat ancaman hukuman 5 tahun penjara. Hal ini
membuktikan kekuasaan di mata hukum Indonesia jauh lebih penting dibandingkan
keadilan masyarakat. Hukum hanya berlaku bagi masyarakat lemah yang tak
berkekuatan besar, sedangkan para oknum elit dengan leluasanya akan mudah untuk
memanipulasi pelanggarannya.
Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang adalah mereka yang memiliki
kekuasaan, yang memiliki uang banyak, dan yang memiliki kekuatan. Dengan hal
tersebut. mereka pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar.
Orang biasa seperti AAL, yang hanya melakukan tindakan pencurian kecil atau
kejahatan perdata ringan langsung ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Sedangkan
seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang negara milyaran rupiah dapat
berkeliaran dengan bebasnya.
Ketidakadilan penerapan hukum atau konstitusi di Indonesia ini menyebabkan
beberapa hal. Pertama, pudarnya kepercayaan masyarakat terhadap hukum.
3
Pudarnya kepercayaan tersebut dilandasi oleh pengamatan masyarakat tentang
bagaimana penerapan hukum lebih berpihak atau berorientasi pada kaum elit saja.
Kepentingan akan keadilan masyarakat tidak lagi dihiraukan, bahkan dijadikan
sebagai permainan saja. Upaya penegakan hukum pun dinilai kurang maksimal, hal
ini disebabkan masih banyak terdapat pelaku kejahatan, seperti para koruptor yang
berkeliaran bebas di bumi ini. Mereka yang semestinya mendekam di penjara, malah
dengan seenaknya berkeliaran, dan parahnya lagi mereka dapat berjalan-jalan ke luar
negeri dengan bebas.
Namun, penjara yang semestinya memberikan efek jera bagi para penjahat tidak
digunakan dengan baik. Karena masih banyak para kaum elit yang mendapat
perhatian istimewa di penjara. Seperti kasus yang terjadi dahulu, dimana sang
penjahat tersebut difasilitasi dengan TV, kasur, kulkas, dan beberapa sarana lain yang
membuatnya nyaman berada di penjara. Penjara tampak sebagai hotel, dimana para
3
Tri Mulyani, Keadilan Sama dengan Persatuan, Februari 2014, dimuat pada laman
http://www.kompasiana.com/tri_mulyani/keadilan-sama-denganpersatuan_54f84c04a33311f67d8b45b1.
penjahat tersebut bisa beristirahat dengan tenang, makan gratis dan tidak bekerja.
Selain itu, beberapa saat yang lalu pun timbul pemberitaan bahwa beberapa
narapidana yang mendekam di penjara tetap mampu melakukan pesta narkotika. Lalu
yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah fungsi dari penjara itu sendiri?
Mengingat penjara dapat dipergunakan dengan seenaknya oleh para penjahat tersebut.
Oleh karena itu, penegakan hukum di Indonesia dinilai tidak memihak kepada
rakyat, tapi pada kaum elit saja. Hukum tidak memiliki ketegasan dalam menangani
permasalahan serius, hingga masalah itu pun menjadi berlarut-larut penyelesaiannya.
Akibatnya, kewibawaan hukum di mata masyarakat pun semakin menurun.
Ketidakadilan penegakan hukum ini pun menyulut amarah masyarakat. Orang
atau masyarakat yang marah sering kali gagal mendengarkan apa yang semestinya
dikatakan pihak lain. Mereka cenderung menempatkan segala kemungkinan
penafsiran terburuk, baik pada setiap kata dan juga tindakan dari seseorang yang
dilihat sebagai musuh.
4
Oleh sebab itu, meredakan amarah masyarakat terhadap
pelanggaran penegakan sanksi hukum dinilai sulit dilakukan. Alhasil, timbullah
berbagai konflik yang mengecam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Konflik merupakan suatu hal yang tak dapat terelakkan. Ia tidak dapat
menghilang, dan tidak dapat pula dihindari. Untuk hasil yang lebih baik atau buruk,
kita tetap harus mengatasi segala pertentangan kepentingan tersebut sepanjang kita
hidup di dunia ini. 5
Berkaitan dengan hal ini, Arief Hidayat selaku ketua Mahkamah Konstitusi
menerangkan bahwa Indonesia kini telah kehilangan arah. Anak bangsa pun mulai
saling tidak percaya terhadap satu sama lain sehingga mengancam kelangsungan
bangsa. Tidak hanya itu, anak bangsa pun mulai kehilangan kepercayaan terhadap
pemerintah. Hal ini tentu berbeda dengan bangsa Indonesia pada tahun 1945, dimana
4
5
Roger Fisher, Elizabeth Kopelmam & Andrea Kupfer Schneider, Beyond Machiavelli : Tools for
Coping With Conflict, hlm 24.
Ibid, hlm 142.
rasa saling percaya sangat tinggi, hingga Soekarno dan Natsir pun mampu
mempertemukan dasar negara kita, yaitu Pancasila. 6
Yudi Latif, seorang pengamat politik berargumen bahwa demokrasi Indonesia
seolah berada di tepi jurang. Meruncingnya konflik internal partai, benturan antar
institusi, dan meningkatnya kekerasan di tengah masyarakat memperlihatkan bangsa
ini sedang menghadapi persoalan serius. 7 Proses hukum yang berlangsung sejauh ini
seringkali memarjinalkan kaum minoritas, sehingga menggambarkan demokrasi
Indonesia yang seakan sebagai bahan eksperiman bagi petualang konstitusi dengan
secara mudah mengingkari konsep demokrasi itu sendiri. Di tingkat elit yang
dipertontonkan saat ini merebut kekuasaan. Demokrasi juga menjadi lahan garapan
kapitalis dengan sedemikian rupa. 8
Pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), J
Kristiadi, menilai, Indonesia telah memasuki fase ‘jebakan demokrasi’. Kita akan sulit
bergerak karena politisi didominasi oleh pemilik modal. Masyarakat menengah kita
pun terperangkap karena ada ketergantungan terhadap pemilik modal. 9
Kedua, berdirinya kelompok separatis. 10 Separatisme merupakan suatu gerakan
yang menginginkan pemisahan diri dari suatu wilayah dengan tujuan mencapai
kedaulatan. Beberapa orang beranggapan bahwa hanya dengan separatisme maka
kemerdekaan pun dapat terwujud. Gerakan ini umumnya berbasis nasionalisme atau
religius. Namun, dapat juga terjadi karena ketidakadilan rezim yang sedang berkuasa.
Pemberontakkan tersebut dilakukan karena mereka merasa tidak ada keadilan dalam
penegakan hukum di Indonesia. Dampaknya, suatu negara pun terancam
kelangsungan hidupnya dengan adanya disintegrasi sebagai dampak ketidakadilan
yang ketiga.
6
7
8
9
10
Laksono Hari Wiwoho, Bangsa Indonesia Kehilangan Arah, Maret 2015, dimuat pada laman
http://nasional.kompas.com/read/2015/03/03/15050031/Bangsa.Indonesia.Kehilangan.Arah.
Ibid.
Catur Prasetya, Muhtar : Konstitusi Indonesia Masih Lemah, Mei 2015, dimuat pada laman
http://www.lensaindonesia.com/2012/05/30/muhtar-konstitusi-indonesia-masih-lemah.html.
Laksono Hari Wiwoho, op.cit.
Tri Mulyani, op.cit.
C. Penutup
Indonesia merupakan sebuah negara yang sangat istimewa. Ia memiliki beribu
kepulauan yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Perbedaan suku, agama,
budaya dan lain sebagainya merupakan suatu keragaman yang membuat Indonesia
menjadi bangsa yang kaya. Sungguh, keberagaman inilah yang mendorong seluruh
masyarakat untuk berpartisipasi mewujudkan integrasi.
Namun sayangnya, keberagaman yang dibanggakan ini ternyata memiliki
bayang-bayang gelap berupa disintegrasi yang berdampak buruk dalam kelangsungan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Disintegrasi ini dipicu oleh beberapa konflik.
Konflik yang terjadi dapat berlatarbelakang agama, ekonomi, etnosentris dan lain
sebagainya. Hanya saja sebagian besar konflik ini disebabkan oleh ketidakadilan yang
dirasakan masyarakat terhadap penegakan hukum di Indonesia.
Contoh ketidakadilan penegakan hukum di Indonesia ini dapat kita lihat pada
kasus pencurian sendal jepit yang dilakukan oleh AAL. Pelaku yang masih berusia 15
tahun itu pun mendapat ancaman hukuman penjara maksimal 5 tahun. Mirisnya, para
kaum elit seperi pejabat yang melakukan korupsi hanya dihukum 1,5 tahun saja.
Bahkan para koruptor itu masih bisa ‘berjalan-jalan’ ke luar negeri dengan bebas.
Sungguh menyedihkan kondisi negara kita saat ini.
Ketidakadilan ini tentu saja akan menimbulkan amarah bagi masyarakat.
Keamarahan ini pun menimbulkan konflik yang mendorong terbentuknya kelompokkelompok separatisme. Kelahiran kelompok separatisme inilah yang mengancam
integrasi Indonesia. Contohnya, terdapat GAM di Indonesia dahulu kala.
Daftar Pustaka
Anonym. 2014. Mahfud : Ketidakadilan Pemicu Utama Konflik Sosial.
http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=188134. (Diakses : 10
April 2016).
Anonym. 2016. Indonesia Country Profile. http://www.bbc.com/news/world-asiapacific-14921238. (Diakses : 6 April 2016).
Fisher, Roger, dkk. 1996. Beyond Machiavelli : Tools for Coping With Conflict.
Cambridge : Harvard University Press.
Mulyani,
Tri.
2014.
Keadilan
Sama
dengan
Persatuan.
http://www.kompasiana.com/tri_mulyani/keadilan-sama-denganpersatuan_54f84c04a33311f67d8b45b1. (Diakses : 10 April 2016).
N,
Indra.
2011.
Proses
Integrasi
Masyarakat
Majemuk
http://ambriomimpiku.blogspot.co.id/2011/12/proses-integrasi-masyarakatmajemuk.html. (Diakses : 22 April 2016).
.
Prasetya, Catur. 2015. Muhtar : Konstitusi Indonesia Masih Lemah.
http://www.lensaindonesia.com/2012/05/30/muhtar-konstitusi-indonesiamasih-lemah.html. (Diakses : 13 April 2016).
Rani, Ulfah. ____. Pentingnya Pemahaman tentang Keberagaman Masyarakat
Indonesia.
http://www.astalog.com/1102/pentingnya-pemahaman-tentangkeberagaman-masyarakat-indonesia.htm. (Diakses : 21 April 2016).
Strada, Eddy. 2014. Faktor Pendorong dan Penghambat Integrasi Nasional.
http://rangkumanmateriips.blogspot.co.id/2014/10/faktor-pendorong-danpenghambat.html. (Diakses : 21 April 2016).
Ulwiah,
Riska.
2013.
Disintegrasi
Bangsa.
http://aprildelapan.blogspot.co.id/2013/02/disintegrasi-bangsa.html . (Daikses : 22 April
2016).
Wiwoho, Laksono Hari. 2015. Bangsa Indonesia Kehilangan Arah.
http://nasional.kompas.com/read/2015/03/03/15050031/Bangsa.Indonesia.Keh
ilangan.Arah. (Diakses : 13 April 2016).
PERBEDAAN SANKSI KONSTITUSI : ANCAMAN
DISINTEGRASI
OLEH (KELOMPOK 10):
DYAH AYU UTAMININGRUM
(E13115313)
MEKAR SRIWIJAYANTI
(E13115503)
FAUZIYAH RISYANI
(E13115504)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTASI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
2016
Download