Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI Pengaruh Pelatihan Pengenalan Diri Terhadap Peningkatan Harga Diri Remaja Panti Asuhan Pamardi Yoga Surakarta The Influence of Self Knowing Training to Increase The Self Esteem Of Orphan Adolescent in Pamardi Yoga Surakarta Orphanage Novialita Restuti, Machmuroch, Moh. Abdul Hakim Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret ABSTRAK Salah satu permasalahan yang dihadapi anak panti asuhan adalah kecenderungan untuk rendah diri, terlebih anak panti asuhan yang menginjak usia remaja dimana sedang terjadi masa transisi dan anak mulai mencari jati diri. Hal ini dapat diatasi di antaranya dengan memberikan pelatihan pengenalan diri untuk meningkatkan harga diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan pengenalan diri positif terhadap peningkatan harga diri remaja penghuni Panti Asuhan Pamardi Yoga. Pelatihan pengenalan diri positif merupakan suatu rangkaian pelatihan yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan keterampilan untuk mengenali diri berikut kelebihan serta kelemahannya sehingga peserta dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki. Pelatihan pengenalan diri positif menggunakan metode ceramah, diskusi kasus, dan simulasi. Penelitian ini merupakan quasi eksperiment dengan desain penelitian adalah non-randomized pretest-postest control group design. Jumlah subjek penelitian sebanyak 20 orang remaja.Pelatihan pengenalan diri dan restrukturisasi kognitif diberikan oleh dua orang fasilitator sebanyak dua kali pertemuan dengan durasi setiap pertemuan selama 100 menit. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan skala State Self Esteem Scale dengan indeks korelasi bergerak dari 0,320 sampai 0,757 dan koefisian reliabilitas (α) 0,900. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan Independent Sample T Test didapatkan nilai t hitung sebesar 3,899 dan probabilitas (p) signifikansi 0,0005 (uji satu sisi) dengan t tabel 1,743. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel. Oleh karena probabilitas (p) 0,0005 lebih kecil dari = 0,05 dan t hitung sebesar 3,899 > t tabel 1,743 maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan pengenalan diri positif berpengaruh terhadap peningkatan harga diri remaja penghuni panti asuhan Pamardi Yoga. Kata kunci : harga diri, remaja penghuni panti asuhan, pelatihan pengenalan diri. PENDAHULUAN Rendahnya harga diri adalah masalah psikologis yang umum dialami oleh anak-anak yang tinggal di panti asuhan. Pengalaman yang diperoleh anak-anak panti asuhan berbeda dengan anak yang tinggal bersama orang tuanya. Bagi anak yang tinggal di panti asuhan, peran orang tua digantikan oleh pengasuh yang bertugas memberikan kasih sayang, perhatian, dan pendidikan yang dibutuhkan anak-anak di panti asuhan tersebut. Meskipun begitu, jumlah anak panti asuhan yang banyak tidak sebanding dengan jumlah pengurus yang terbatas sementara mereka memiliki kebutuhan kasih sayang dan perhatian yang sama dengan anak lain pada umumnya yang tinggal bersama orang 1 Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI tua. Hal ini dapat mengakibatkan kebutuhan- dan rekreasi sesuai dengan usianya tidak kebutuhan anak tersebut kurang terpenuhi terpenuhi. secara maksimal. menghambat Pembentukan harga diri dimulai ketika individu ketrampilan motorik dan sosial anak. mulai Penelitian mampu melakukan persepsi dalam Ketiadaan stimulasi ini perkembangan dapat intelektual, yang dilakukan oleh Setiawan interaksinya dengan orang lain atau dalam (2001) mengungkapkan hal senada, yaitu bahwa bersosialisasi. Tanggapan yang diperoleh dari para orang lain selama interaksi tersebut akan perkembangan dijadikan cerminan bagi individu untuk menilai kognitif yang lambat karena kurangnya fasilitas dan memandang dirinya sendiri (Pudjijogyanti, yang mendukung seperti kurangnya perhatian 1985). Memasuki masa remaja, teman sebaya serta menggantikan peran keluarga sebagai hal utama sehingga dalam melakukan mengembangkan minat bakat, selain itu mereka identifikasi dengan teman sebayanya. Bagi menunjukkan sikap menghindar, menarik diri, remaja yang tinggal di panti asuhan sering tidak bersahabat terhadap orang lain dan muncul cenderung menunjukkan adanya ketergantungan terhadap menjadi pemalu dan menutup diri terkait pengasuh, bila anak tinggal sejak lahir di panti dengan status mereka sebagai anak panti asuhan. asuhan. Panti asuhan merupakan salah satu lembaga Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pusat perlindungan anak yang Penelitian UNS memberikan perlindungan terhadap hak-hak bekerjasama dengan UNICEF (2009) berusaha anak (pedoman perlindungan anak, 1999). memberikan pola Perlindungan yang diberikan berupa penyediaan pengasuhan anak di panti asuhan di Kota Solo. tempat tinggal serta pengasuh sebagai pengganti Kurangnya perhatian, perawatan dan afeksi orang tua. Anak yang tinggal di panti asuhan secara individual yang dialami anak panti biasanya merupakan anak yang sudah tidak asuhan cenderung memiliki orang tua atau anak yang masih seragam memiliki orang tua namun karena alasan bersosialisasi. perasaan Remaja rendah diri, Kependudukan, gambaran karena memperlakukan LPPM mengenai lembaga anak secara remaja panti persepsi, kurangnya asuhan memiliki intelektual, pendidikan tidak ada terpaksa dan non-formal kesempatan untuk berfungsi untuk menyebabkan anak kehilangan kesempatan ekonomi untuk berelasi dan terikat dengan figur orang keluarga. Untuk anak panti asuhan yang sengaja tua, khususnya pada masa perkembangan awal dititipkan anak. Banyak lembaga, dalam hal ini panti memunculkan berbagai penilaian negatif dalam asuhan, yang tidak memberikan stimulasi dan diri anak sendiri maupun dari orang lain, kegiatan yang berguna bagi anak sehingga hak misalnya seperti anggapan bahwa mereka telah anak untuk memperoleh kesenangan, bermain ditolak atau dibuang oleh keluarganya sendiri. oleh dititipkan pihak oleh keluarga pihak terkadang 2 Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI Kondisi semacam itu cenderung menyebabkan anak. Sedangkan menurut pernyataan pengurus anak merasa kehilangan identitas personal, panti asuhan Pamardi Yoga, anak-anak di sana hubungan kekeluargaan dan tidak memiliki masalah yang berarti dalam rasa sebagai bagian dari masyarakat. bersosialisasi, baik di sekolah maupun di Salah satu panti asuhan yang berada di Kota rumah. Hanya saja mereka lebih pendiam Surakarta adalah Panti Asuhan Pamardi Yoga. dibanding anak-anak remaja yang lain, terlebih Tercatat ada 50 anak yang tinggal di panti kepada orang yang baru dikenal. Menurutnya asuhan ini dengan retang usia 6-19 tahun. anak-anak di Panti Asuhan memang memiliki Masing-masing anak memiliki latar belakang kecenderungan memiliki kepercayaan diri yang yang berbeda-beda. Ada yang sejak kecil berada kurang. di panti asuhan, ada yang dititipkan pada saat Menurut Coopersmith (1967) seseorang yang usia remaja. Anak panti asuhan yang masih memiliki harga diri rendah memiliki ciri-ciri memiliki keluarga namun dititipkan di sini antara lain menganggap dirinya sebagai orang biasanya dilatarbelakangi oleh alasan ekonomi. yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga Ada juga yang dititipkan oleh pihak kepolisian, takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. yaitu anak-anak yang terlantar di terminal, Hal ini sering kali menyebabkan individu yang stasiun atau di jalanan. memiliki harga diri yang rendah, menolak Berdasarkan wawancara dan observasi dengan dirinya sendiri dan tidak puas akan dirinya. penghuni panti asuhan dan pengasuh, peneliti Selain itu juga selalu merasa khawatir dan ragu- mengindentifikasi bahwa anak-anak penghuni ragu Panti memiliki lingkungan. Ini berarti orang yang memiliki kecenderungan harga diri yang rendah. Hal ini harga diri rendah kurang memiliki rasa percaya terlihat dari sikap anak-anak tersebut yang diri seperti yang terlihat pada perilaku anak menunjukkan sikap kurang percaya diri, yaitu asuh yang cenderung lebih banyak diam ketika cenderung pendiam dan malu-malu ketika diajak bicara. Mereka hanya bicara ketika diajak bicara, tidak berani menatap lawan menjawab pertanyaan yang diajukan. bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara Menurut lambat dengan nada suara lemah. Di sekolah seseorang mereka mengaku sering diejek teman-temannya dianggap penting dalam kehidupan individu terkait status mereka sebagai anak panti asuhan. yang bersangkutan. Selain pengurus panti dan Dengan adanya label anak panti asuhan yang teman teman di panti asuhan, teman-teman di disematkan teman-teman sekolahnya, anak- sekolah merupakan signifficant other bagi anak anak tersebut merasa dinilai negatif oleh teman- asuh karena merupakan lingkungan yang paling temannya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap dekat setelah panti asuhan. Asuhan Pamardi Yoga dalam menghadapi Coopersmith dipengaruhi tuntutan (1967), oleh harga orang dari diri yang pertumbuhan identitas dan kepercayaan diri 3 Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI Masih menurut Coopersmith, faktor kedudukan menunjukkan bahwa 56,67% remaja yang kelas sosial turut mempengaruhi tingkat harga tinggal dalam panti asuhan memiliki self esteem diri seseorang. Dalam hal ini, status anak panti sedang dan sebanyak 53,33 % remaja yang asuhan menjadikan mereka memiliki kelas tinggal bersama keluarga memiliki self esteem sosial sendiri yang membedakan kedudukan tinggi. mereka dengan teman-teman sekolahnya yang Secara teoritis, salah satu cara atau teknik hidupnya berkecukupan. Di sekolah, anak-anak untuk meningkatkan harga diri adalah dengan panti asuhan harus berbaur dengan anak yang lebih mengenali dan menerima diri. Melalui berasal dari keluarga normal lainnya. Tidak pengenalan jarang mereka mendapat ejekan dari teman- peningkatan dalam proses penyesuaian diri. temannya tentang status mereka sebagai anak Mengenal diri sendiri juga merupakan salah panti asuhan. Status ini seolah memberi label satu kriteria kesehatan mental (Handayani, bagi diri mereka yang membedakan mereka Ratnawati, Helmi, 1998). Maslow (dalam dengan anak lain. Status sebagai anak panti juga Partowisastro, 1983) mengatakan bahwa orang berkaitan dengan kondisi ekonomi dan sosial yang mengenali dirinya sendiri adalah orang mereka dimana anak panti asuhan dinilai yang hampir memenuhi potensi yang ada sejak memiliki ekonomi menengah ke bawah. Hal ini lahir. Pemenuhan potensi ini berarti anak tidak tentu bisa memberikan tekanan pada anak asuh lagi dan mempengaruhi harga diri mereka. kurangnya kasih sayang, pengakuan, dan Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis menarik kesimpulan penghuni panti asuhan Yoga individu oleh mengalami kelaparan, ketakutan, penerimaan, ataupun tidak percaya diri. bahwa remaja Pamardi dihambat diri Dalam penelitian ini peneliti menyusun suatu pelatihan pengenalan diri dan cenderung memiliki harga diri yang rendah. Hal restrukturisasi kognitif yang didasarkan pada ini diperkuat dengan adanya beberapa penelitian teknik pelatihan pengenalan diri yang sudah ada pendahulu, sebelumnya dan dilanjutkan dengan pemberian di antaranya penelitian yang menyatakan adanya perbedaan tingkat harga restrukturisasi diri antara remaja yang tinggal di panti asuhan meliputi identifikasi kelemahan dan kelebihan dengan bersama diri sehingga diharapkan peserta memperoleh keluarganya. Riyanti (2005) menyatakan bahwa gambaran diri secara objektif. Sedangkan tingkat self esteem remaja yang diasuh di restrukturisasi keluarga lebih tinggi dibanding dengan remaja mengurangi distorsi kognitif yang dimiliki yang diasuh di panti asuhan. Widyawati (2009) individu melakukan studi deskriptif komparatif antara kelemahan yang dimiliki dan memperoleh siswa yang tinggal di panti asuhan dan siswa pandangan yang positif mengenai dirinya. yang Restrukturisasi kognitif adalah suatu metode remaja tinggal yang bersama tinggal keluarga. Hasilnya kognitif. kognitif sehingga ia Pengenalan bertujuan bisa diri untuk meminimalisir 4 Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI terapi kognitif untuk membantu subjek keberhargaan diri yang tercermin pada sikap- mengidentifikasikan pemikiran-pemikiran atau sikap (negatif dan positif) terhadap dirinya. keyakinan yang negatif dan menggantikannya Frey dan Carlock (1987) mengartikan harga diri dengan yang sebagai sebuah penilaian tinggi atau rendah menggunakan terhadap diri sendiri yang menunjukkan sejauh pemikiran-pemikiran positif/rasional dengan pernyataan-pernyataan yang lebih realistis mana individu itu meyakini dirinya sebagai (Oemarjoedi, 2003). individu yang mampu, penting dan berharga Bentuk dari pelatihan berupa pemberian materi yang berpengaruh dalam perilaku seseorang. yang disampaikan secara interaktif, pemutaran Sementara, Branden (2001) mendefinisikan video, simulasi dan pemberian tugas. Pelatihan harga diri sebagai penilaian diri terhadap ini dilakukan dalam dua kali pertemuan perasaan mampu menghadapi tantangan hidup sehingga diharapkan materi dan pemberian dan kebahagiaan dalam keberhargaan diri. keterampilan yang diberikan selama pelatihan Menurut Heatherton dan Polivy (1991) harga bisa diri dapat dikonstruk menjadi 3 komponen diserap benar oleh peserta untuk selanjutnya bisa diterapkan di kehidupan sehari- utama yakni : hari. Fokus dari penelitian ini adalah untuk a. Performance self-esteem, mengacu pada mengevaluasi pengaruh pelatihan pegenalan diri kompetensi umum seseorang meliputi positif terhadap peningkatan harga diri remaja kemampuan intelektual, panti asuhan sekolah, kapasitas diri, percaya diri, self- performa hasil efficacy dam self agency. DASAR TEORI b. Social self-esteem, mengacu pada bagaimana A. Harga Diri seseorang mempercayai pandangan orang Coopersmith (1967) menyatakan bahwa harga lain menurut mereka.. diri (self esteem) merupakan evaluasi yang c. Physical (Appearance) self-esteem, mengacu dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang pada bagaimana seseorang melihat fisik berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan mereka meliputi skills, penampilan menarik, melalui suatu bentuk penilaian setuju dan body image dan juga stigma mengenai ras menunjukkan tingkat dimana individu meyakini dan etnis. drinya sebagai individu yang mampu, penting Menurut Coopersmith (1967), aspek-aspek dan berharga. Rosenberg (dalam Mruk 2006) harga diri meliputi self values, leadership menekankan aspek keberhargaan dalam konsep popularity, family, dan achievement. Sedangkan harga Rosenberg aspek-aspek harga diri menurut Gecas (dalam mendefinisikan harga diri sebagai penilaian diri Cast dan Burke, 2002) yaitu dimensi worth dan terhadap dimensi competence. diri. Secara perasaan sederhana dan keyakinan akan 5 Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI Harga diri seorang individu dipengaruhi oleh yaitu tahap pengenalan diri dan restrukturisasi orang yang dianggap penting dalam kehidupan kognitif. individu yang bersangkutan. Hubungan dengan Tahap pertama, yaitu pengenalan diri disusun orang tua dan teman menjadi kontributor berdasarkan konsep Johari Window yang penting terhadap tingkat harga diri remaja meliputi tahap self disclosure (pengungkapan (Santrock, 2001). Selain itu, menurut Kentjoro diri) dan umpan balik. Model Johari Window perbedaan jenis kelamin, faktor psikologis, yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi umpan dari model Johari Window yang disusun oleh balik terhadap perfomance, dan perbandingan sosial turut mempengaruhi harga T.M. diri turut berdasarkan konsep Johari Window yang mempengaruhi di antaranya status sosial dan ditemukan oleh Luft dan Ingham. Teknik ekonomi (Rice, 1999) serta ras dan kebangsaan pengenalan diri serupa sebelumnya pernah (Du bois dalam Rhodes, 2004). digunakan di penelitian Handayani, Ratnawati, Ali & Asroni (2004) mengatakan bahwa dan Helmi (1998) dengan judul “Efektivitas individu dengan harga diri yang tinggi akan Pengenalan menunjukkan sikap percaya diri, menerima dan Penerimaan Diri dan Harga Diri”. menghargai diri sendiri, memiliki perasaan Tahap mampu Sebaliknya, restrukturisasi kognitif. Teknik restrukturisasi seseorang dengan harga diri yang rendah kognitif adalah suatu metode terapi kognitif cenderung akan merasa rendah diri, tidak untuk membantu subjek mengidentifikasikan percaya diri, tidak berdaya, dan bahkan pemikiran-pemikiran kehilangan inisiatif dan kebutuhan berfikir. negatif Harga diri yang dimiliki seorang remaja akan pemikiran-pemikiran menentukan keberhasilan atau kegagalan di dengan menggunakan pernyataan-pernyataan masa depannya. yang lebih realistis (Oemarjoedi, 2003). Teknik seseoang. dan Faktor lebih lain yang produktif. Griffin (dalam Diri kedua dan Harverson, terhadap dari Peningkatan pelatihan atau 2008) ini adalah keyakinan menggantikannya yang yang dengan positif/rasional restrukturisasi kognitif dapat mengubah polaB. Pelatihan Pengenalan Diri pola Pelatihan pengenalan diri merupakan suatu keyakinan proses pendidikan bertujuan jangka memberikan kognitif, asumsi-asumsi, dan keyakinan- penilaian-penilaian yang pendek yang irasional merusak dan mengalahkan diri sendiri. pemahaman dan Metode pelatihan yang digunakan pada tahap keterampilan untuk mengenali diri berikut ini mengadopsi kelebihan serta kelemahannya sehingga peserta Pendekatan dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki. tingkah laku lahir dari proses mental, dimana Program pelatihan ini terdiri dari dua tahap, individu (organisme) aktif dalam menangkap, kognitif pendekatan menekankan kognitif. bahwa menilai, membandingkan, dan menanggapi 6 Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu Metode pengumpulan data yang digunakan dalam hal ini menerima stimulus kemudian dalam penelitian ini menggunakan alat ukur melakukan proses mental sebelum memberikan psikologi berupa State Self Esteem Scale reaksi yang datang (Boeree, 2008). (SSES) yang disusun oleh Heatherton & Polivy Meskipun terdiri dari dua tahapan yang menggunakan pendekatan berbeda, komponen harga diri, yaitu harga diri prestasi Pelatihan Pengenalan Diri ini merupakan suatu (perfomance self esteem), harga diri sosial rangkaian pelatihan yang berhubungan satu (social self esteem), dan harga diri penampilan sama lain. Setelah mengikuti tahap awal, (appearance self esteem). SSES konsitensi peserta diharapkan dapat mengenal dirinya internal yang baik dengan alpha=0.92 dan dengan responsif terhadap perubahan sementara pada lebih baik yang (1991). Terdiri dari 20 item yang mewakili tiga sehingga dapat mengidentifikasi kelemahan, kelebihan serta evaluasi diri (Heatherton dan Wyland, 2003). keyakinan tentang dirinya. Kelemahan serta Panduan Pelatihan Pengenalan Diri digunakan keyakinan tentang diri sendiri inilah yang sebagai acuan untuk memberikan perlakuan kemudian akan menjadi sumber distorsi kognitif terhadap subjek. Pelatihan Pengenalan Diri yang mungkin dimiliki oleh peserta. Tanpa dalam penelitian ini menggunakan konsep didahului dengan teknik pengenalan diri di Johari Window, umpan balik, serta pendekatan awal, peserta pelatihan dikhawatirkan akan kognitif mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi disfungsional. untuk menghilangkan keyakinan distorsi kognitifnya. HASIL- HASIL METODE PENELITIAN Perhitungan dalam analisis ini dilakukan Penelitian ini merupakan penelitian kuasi dengan bantuan program Statistical Product eksperimen yang melibatkan penghuni panti and Service Solutions (SPSS) versi 17. asuhan Pamardi Yoga sebagai subjek penelitian a. Uji asumsi dasar dengan kriteria sebagai berikut : 1) Remaja Hasil uji normalitas distribusi data dalam yang terdaftar sebagai penghuni panti asuhan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Pamardi Yoga; 2) Remaja usia 12-18 tahun; 3) Kontrol Memiliki sedang homogenitas menunjukkan distribusi semua berdasarkan pengukuran tingkat harga diri data yang akan dianalisis bersifat homogen. harga diri rendah dan menggunakan State Self Esteem Scale (SSES); 4) Bersedia Pelatihan mengikuti Pengenalan seluruh Diri serta rangkaian bersedia dinyatakan normal. Uji b. Uji Hipotesis Hasil uji hipotesis dengan Independent Sample t-test menunjukkan adanya mengisi skala harga diri sebelum dan setelah perbedaan gain score pada Kelompok pelatihan pengenalan diri. Eksperimen dan Kelompok Kontrol antara 7 Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa gain (selisih) skor pretest dan posttest kelompok Pelatihan Pengenalan Diri berpengaruh eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan terhadap peningkatan harga diri. sesudah mengikuti Pelatihan Pengenalan Diri c. Hasil Analisis Kualitatif dengan menggunakan Independent Sample t Hasil analisis kualitatif pada seluruh subjek test. Berdasarkan hasil uji hipotesis, pernyataan Kelompok menunjukkan bahwa ada pengaruh dari Pelatihan Pengenalan perubahan akan pandangan dan penilaian Diri terhadap peningkatan harga diri pada tentang dirinya. Peserta menyatakan telah remaja penghuni panti asuhan Pamardi Yoga berusaha untuk mendemonstrasikan poin- Surakarta dapat diterima. Hal ini dapat dilihat poin selama pada hasil analisis dengan menggunakan teknik pelatihan. Peserta mampu memberikan analisis uji Independent Sample T-test yang gambaran baru mengenai penilaian tentang menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 3,899 diri mereka sendiri. Beberapa subyek yang dan probabilitas (p) 0,0005 < 0,05. Hasil sebelumnya kebingungan mengindentifi- tersebut berarti terdapat perbedaan gain skor kasikan diri mereka sendiri pada saat harga diri pada saat pretest (sebelum) dan evaluasi Eksperimen yang sudah hasil menyampaikan diberikan sudah kebih lancar posttest (sesudah) antara kelompok kontrol dan gambaran diri mereka kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan dengan penilaian yang positif. Peserta juga berupa Pelatihan Pengenalan Diri. menyatakan mengikuti Berdasarkan data pada tabel group statistic Pelatihan Pengenalan Diri mereka merasa terlihat perbedaan mean gain skor harga diri lebih baik dan merasa lebih nyaman pada kelompok eksperimen setelah diadakannya menjadi diri mereka sendiri. pelatihan pengenalan diri lebih tinggi daripada bahwa setelah mean gain skor pada kelompok kontrol. Pada PEMBAHASAN Data yang didapat saat pretest menunjukkan bahwa tingkat harga diri subyek di awal penelitian berada pada kategori rendah, sedang, dan tinggi. Subjek penelitian dipilih dari responden yang berada pada kategori rendah dan sedang karena perlakuan dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan harga diri. Subjek yang telah dipilih dikelompokkan dalam kelompok eksperimen (KE) dan kelompok kontrol (KK). KE yang diberi perlakuan Pelatihan Pengenalan Diri, terjadi peningkatan skor harga diri yang cukup signifikan antara sebelum dan setelah pelatihan yang diberikan dibandingkan dengan kenaikan pada kelompok kontrol Dalam analisis kualitatif, keberhasilan Pelatihan Pengenalan Diri dapat dilihat dari adanya beberapa perubahan akan pandangan dan penilaian tentang dirinya. Hal ini terlihat dari data hasil evaluasi hasil yang diisi oleh peserta, semua menyatakan telah berusaha untuk 8 Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI mendemonstrasikan apa yang sudah diberikan gambaran baru tentang dirinya yang lebih selama positif. pelatihan. Mereka memberikan Pemahaman diri sendiri di sini gambaran baru mengenai penilaian tentang diri dimaksudkan bahwa ia mampu mengenali mereka kelemahan dan kelebihan diri sendiri. sendiri. Beberapa subyek yang sebelumnya kebingungan mengindentifikasikan Peran kelompok sangat diperlukan di sini untuk diri mereka sendiri pada saat evaluasi hasil membantu sudah kebih lancar menyampaikan gambaran obyektif mengenai dirinya sendiri sehingga diri mereka dengan penilaian yang positif. diharapkan dapat mencapai pemahaman diri. Peserta setelah Hal ini sesuai dengan teori perbandingan sosial mengikuti Pelatihan Pengenalan Diri mereka yang diungkapkan oleh Festinger yaitu bahwa merasa lebih baik dan merasa lebih nyaman setiap orang mempunyai dorongan (drive) untuk menjadi diri mereka sendiri. menilai pendapat dan kemampuannya sendiri Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Ali & dengan Asroni (2004) mengenai karakteristik individu pendapat dan kemampuan orang lain. Dengan dengan yaitu cara itulah orang bisa mengetahui bahwa menunjukkan sikap percaya diri, menerima dan pendapatnya benar atau tidak dan seberapa jauh menghargai diri sendiri, memiliki perasaan kemampuan yang dimilikinya (Sarwono, 2004). mampu dan lebih produktif. Setelah mengikuti Perubahan pendapat relatif lebih mudah terjadi pelatihan peserta menilai diri mereka lebih daripada positif sehingga mengaku kepercayaan diri penelitian ini kelompok yang dipilih adalah mereka meningkat. Meskipun begitu mereka kelompok tidak begitu saja melupakan kelemahan yang Festinger, setiap orang cenderung memilih dimiliki namun justru berkomitmen untuk orang sebaya atau rekan sendiri untuk dijadikan merubah hal-hal dalam diri mereka yang dapat perbandingan. menghambat perkembangan diri mereka. Menurut Daradjat (1976) pada dasarnya setiap Pelatihan Pengenalan Diri dalam pelatihan ini individu mampu memberi keterampilan bagi peserta penerimaan, dan pengakuan dari orang lain. untuk mengenal diri sendiri lebih baik dan lebih Penghargaan dan penerimaan serta pengakuan objektif serta memberikan dorongan kepada membawa dampak bagi diri seseorang yaitu peserta untuk memberikan penilaian yang lebih perasaan bahwa dirinya berharga dan diakui positif tentang dirinya sehingga memungkinkan kehadirannya untuk adanya kenaikan harga diri peserta. menambah rasa percaya diri dan harga dirinya. Pelatihan dilakukan melalui upaya pemahaman Oleh karena itu peran kelompok (peer group) akan dengan dalam pelatihan ini sangat penting. Selain itu restrukturisasi kognitif peserta sehingga didapat menurut Santrock (2001), hubungan dengan juga menyatakan harga diri diri sendiri yang bahwa tinggi dilanjutkan individu cara mendapat membandingkannya perubahan teman kemampuan. sebaya membutuhkan oleh karena gambaran dengan Dalam menurut penghargaan, lingkungan sehingga 9 Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI orang tua dan teman menjadi kontributor mengikuti penting terhadap tingkat harga diri remaja. peningkatan harga diri. Setelah pemahaman diri berhasil dicapai, Hasil penelitian ini senada dengan pendapat peserta akan mendapatkan gambaran yang Branden (1993) dalam bukunya The Art of Self obyektif tentang dirinya, yaitu kelebihan dan Discovery. Branden menjelaskan pentingnya kelemahan yang dimiliki. Dengan mengetahui pemahaman diri untuk mencapai sage self kelebihan, esteem atau harga diri yang baik. Menurut peserta akan kemampuan-kemampuan dapat yang menyadari pelatihan sehingga tercapainya sebelumnya Branden mungkin tidak disadari yang kemudian dapat seorang mengoptimalkan kebijaksanaan diri yang dapat merubah dirinya kemampuannya tersebut melalui kesadaran diri yang baik individu akan melahirkan sehingga menjadi suatu kelebihan. menjadi orang yang lebih baik sehingga dicapai Tahap berikutnya dari pelatihan ini yaitu sage self esteem. Perubahan sikap yang dialami peserta diminta untuk merestrukturisasi cara tersebut berpikirnya. Dalam hal ini yang menjadi menjadi orang lain namun justru dengan sasaran menyadari betul siapa dirinya yang sebenarnya restrukturisasi kelemahan Peserta yang adalah kelemahan- berhasil didentifikasikan. untuk meminimalisir diminta bukan kemudian dengan memaksakan diri menentukan perubahan perilaku yang diinginkan dan secara bertahap berubah kelemahan mereka tersebut. Dalam penelitian menjadi diri yang diinginkan tersebut. ini misalnya sifat egois, keras kepala atau susah Meskipun mengendalikan emosi serta kebiasaan-kebiasaan kenaikan skor harga diri namun kenaikan skor buruk yang ternyata mengganggu orang lain tersebut yang sebelumnya tidak disadari. subyek, Selanjutnya peneliti Counterattitudinal menggunakan tidak mengalami sama pelatihan pada mengalami masing-masing tercermin dari subyek RW yang kenaikan sangat tinggi yaitu dalam mengalami kenaikan sebanyak 20 poin dan baru subyek NTB yang hanya mengalami kenaikan tersebut terhadap peserta. Yang dimaksud sebanyak 3 poin. Hal ini bisa disebabkan oleh dengan yaitu banyak hal, seperti keterlibatan dan keterbukaan proses seseorang menyatakan pendapat pada subyek dalam proses pelatihan. Sebagaimana publik dan selanjutnya meng-counter sikap telah dijabarkan pada analisis deskriptif tiap pribadinya sendiri atau mengubah dirinya sesuai subyek, subyek NTB memang cenderung pasif dengan apa yang dinyatakannya (Festinger dari awal pelatihan sampai akhir pelatihan. dalam Aronson, 2007). Penerapan dua prinsip Subyek NTB baru mau sedikit terbuka ketika ini, memasuki sesi Counterattitudinal advocacy menjadi dasar bantuan fasilitator perubahan sikap peserta sebelum dan sesudah kelompoknya. Subyek NTB lebih mampu menanamkan advocacy prinsip peserta keyakinan-keyakinan Counterattitudinal yaitu restrukturisasi advocacy kognitif serta kelompok, dan itupun dengan teman-teman 10 Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI mengutarakan pikiran-pikirannya secara tertulis kesibukan sendiri juga memberi kesulitan dalam melalui workhseet yang diberikan. Hal ini menyesuaiakan jadwal. berbeda dengan subyek RW yang walaupun Keterbatasan penelitian ini tidak hanya dari segi pada awal pelatihan terlihat pasif namun pelan- teknis seperti yang dijelaskan di atas, namun pelan juga bersemangat mengikuti jalannya ketidakmampuan peneliti dalam pelatihan. Subyek RW juga lebih aktif dan mengendalikan proactive history,yaitu faktor- terbuka faktor bawaan yang mempengaruhi harga diri dalam menyampaikan pikiran- pikirannya pada saat sesi kelompok. subyek Kecakapan fasilitator serta partisipasi peserta keluarga. Selain itu peneliti juga tidak mampu memiliki mengendalikan faktor-faktor tak terduga yang peran penting dalam lancarnya seperti perbedaan belakang pelatihan. Kualitas interpersonal yang baik mempengaruhi menentukan yang faktor yang mempengaruhi penerimaan materi selanjutnya berpengaruh pada tumbuhnya minta pada saat pelatihan seperti faktor intelegensi, peserta fisik (dalam kondisi sakit atau tidak) dan penerimaan untuk ikut peserta berpartisipasi selama jalannya latar psikologis mampu menumbuhkan suasana keterbukaan mengikuti pelatihan dan lain sebagainya. dan keakraban antara fasilitator dengan subyek Selain itu peneliti juga tidak melakukan dan antar subyek sehingga mencapai atmosfir pengukuran berulang (time series). Pengukuran suasana yang diinginkan. berulang Secara garis besar Pelatihan Pengenalan Diri bahwa perubahan yang dialami subjek benar- bisa dikatakan berhasil walau ada beberapa benar kendala yang ditemui peneliti. Kendala yang mengetahui perubahan yang dialami subjek dialami dalam penelitian ini adalah ketersediaan bersifat menetap atau temporer. waktu. kegiatan Kendala terakhir yang dihadapi peneliti yaitu pelatihan oleh peneliti dilakukan pada waktu ketidakhadiran fasilitator pada hari terakhir jam belajar. Sementara peserta pelatihan sendiri dikarenakan sakit. Dengan mempertimbangkan menggunakan jam belajar untuk belajar dan efisiensi pelaksanaan pelatihan dan kompetensi mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah. fasilitator, peneliti mengambil solusi untuk Oleh karena itu perserta meminta pelatihan menjadi fasilitator pengganti dan memandu dilaksanakan lebih singkat. Selain itu ada pelatihan hingga akhir. Hal ini terbantu dengan beberapa kegiatan panti asuhan lain yang hubungan yang akrab antara peneliti dengan dikerjakan pada saat jam belajar sehingga peserta sehingga peneliti tidak kesulitan dalam sempat mengacaukan jadwal pelatihan yang melakukan pendekatan kepada peserta. Selain sudah dibuat sebelumnya. Banyaknya jumlah itu pada hari kedua bentuk pelatihan hanya peserta berupa pendampingan kelompok. dimana instansi meminta masing-masing memiliki kecemasan, maupun pelatihan. Dari awal pelatihan fasilitator harus Pihak seperti pelatihan dimaksudkan karena pelatihan untuk dan motivasi mengetahui juga untuk 11 Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI Kelebihan dari dihasilkannya penelitian sebuah ini panduan adalah 1. Pelatihan Bagi Remaja Penghuni Panti Asuhan Pamardi Yoga Pengenalan Diri. Dalam panduan tersebut sudah Remaja penghuni Panti Asuhan Pamardi terdapat materi, lembar kerja, serta simulasi Yoga mampu menerapkan langkah-langkah yang tingkat kerumitannya telah disesuaikan untuk meningkatkan pengenalan diri secara dengan usia dan pendidikan subyek. Selain itu, positif diantaranya mengenali kelebihan, pelaksanaan pelatihan pada penelitian ini juga kelemahan diri, meminimalisir kelemahan tergolong lancar, hal ini disebabkan oleh yang dimiliki sehingga tidak menjadi prosedur pelatihan yang tidak terlalu rumit penghambat dalam hidup. dan materi dalam serta aplikasi pelatihan mudah diterapkan oleh yang diberikan dipahami subjek selama 2. dan Bagi pihak Panti Asuhan Pamardi Yoga. a. Pihak Panti Asuhan Pamardi Yoga dapat pelatihan memberikan berlangsung. pentingnya pembekalan pengenalan mengenai diri dan restrukturisasi kognitif dalam kaitannya dengan peningkatan harga diri. PENUTUP b. Pihak Panti Asuhan Pamardi Yoga dapat A. Kesimpulan uji meningkatkan pendampingan psikologis Independent Sample t-test didapatkan nilai t kepada remaja penghuni Panti Asuhan hitung sebesar 3,899 dimana lebih besar dari t- sehingga remaja dapat memperoleh tabel (3,899 > 1,743) dengan dan probabilitas arahan (p) 0,0005 uji satu sisi (p < 0,05). Hal tersebut psikologis, berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada dilakukan dengan konseling. Berdasarkan uji hipotesis dengan gain skor harga diri pada saat pretest (sebelum) 3. yang sesuai. salah Pendampingan satunya dapat Bagi Psikolog dan posttest (sesudah) antara kelompok kontrol Psikolog dapat menggunakan panduan dan Pelatihan Pengenalan Diri sebagai salah kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan berupa Pelatihan Pengenalan Diri. satu alternatif untuk menangani klien Maka didapatkan kesimpulan bahwa Pelatihan dengan permasalahan inferioritas. Pengenalan Diri berpengaruh terhadap peningkatan harga diri remaja Panti Asuhan 4. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Peneliti selanjutnya terlebih dahulu Pamardi Yoga. melakukan survey secara mendalam B. Saran agar didapatkan fenomena yang sesuai Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dengan kondisi di lapangan, misalnya maka dapat dikemukakan beberapa saran dengan menyebarkan sebagai berikut: wawancara mendalam. angket atau 12 Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI b. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan pemantauan terhadap subjek penelitian dengan memberikan buku catatan harian untuk melihat kemajuan yang dialami oleh subjek penelitian. DAFTAR PUSTAKA Harverson, B., Tirmizi, S. Aqeel . 2008. Effective Multicultural Teams: Theory and Practice. Springer Science and Bussiness. Heatherton, T. F. & Polivy, J. 1991. Development and Validation of a Scale for Measuring State Self-Esteem. Journal or Personality and Social Psychology Ali, M dan Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja,Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Heatherton, T. F. & Wyland, C.L. 2003. Assessing self-esteem. In S. J. Lopez & C. R. Synder (Eds.) Positive Psychology Assessment. Washington DC: American Psychological Association. Aronson, E, Wilson, TD & Akert,RM. 2007. Social Psychology. Singapore : Pearson Prentice Hall. Mruk, Christopher J . 2006. Self Esteem Research, Theory, and Practice. New York : Springer Publishing Company, Inc. Branden, N. 2001. The Psychology of Self Esteem. New York : Bantam Books. Oemarjoedi, A.Kasandra. 2003. Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi. Jakarta : Creativ Media. _________. 1993. The Art of Self Discovery : A Powerful Technique for Building SelfEsteem. New York : Bantam Books. Partowisastro, Kustur. 1983. Dinamika dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta : Erlangga. Boeree, G. 2008. Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi, Emosi & Perilaku. Jogjakarta: Prismasophie. Pudjijogyanti, C.R. 1985. Konsep Diri dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penelitian UNIKA Atmajaya. Cast, D. A & Burke, P. J. 2002. A Theory of Self Esteem. Social Forces. Vol.80, No. 3 p.1041-1068. Pusat Penelitian Kependudukan, LPPM UNS dengan UNICEF. 2009. Pola Pengasuhan Anak di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Kota Solo dan Kabupaten Klaten. Coopersmith, S. 1967. The Antecedent Of Self Esteem. San Fransisco : W. H. Freeman & Company. Daradjat. 1976. Kesehatan Mental. Gunung Agung. Departemen Sosial Republik Indonesia. 1989. Petunjuk teknis pelaksanaan, penyantunan dan pengentasan anak terlantar melalui panti asuhan anak. Jakarta. Frey, D & Carlock, C. J. 1987. Enhancing Self Esteem. Ohio : Accelerated Development. Handayani, M. M., Ratnawati, S., Helmi, A. F. 1998. Efektivitas Pelatihan Pengenalan Diri terhadap Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri. Junal Psikologi No. 2. Rhodes, J., Roffman, J., Reddy, R., Fredriksen, K. 2004. Changes in Self-Esteem during The Middle School Years : a latent growth curve study of individual and contextual influences. Journal of School Psychology 42 (2004) 243-261. Rice, F.P. 1999. The Adolescent: Development, Relationship, and Culture (9th edition). Boston : Allyn & Bacon. Riyanti, Ruth Ratih. 2005. Perbedaan Tingkat Self Esteem antara Remaja Yang Diasuh di Panti Asuhan dengan Yang Diasuh di Keluarga. (Tugas Akhir Tidak Dipubilkasikan). Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. 13 Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. ____________. 2001. Adolescence: Perkembangan Remaja (Edisi Ke-6). Jakarta : Penerbit Erlangga. Setiawan, L., Supelli, A. 2001. Rasa Aman pada Remaja. Phronesis. Vol. III. No. 6 (9398). Widyawati, Dita. 2009. Perbedaan Self Esteem antara Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan dan Remaja yang Tinggal Bersama Keluarga di Kecamatan Mojoroto Kediri (Skripsi). Universitas Negeri Malang. 14