Pengaruh Pelatihan Pengenalan Diri Terhadap

advertisement
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
Pengaruh Pelatihan Pengenalan Diri Terhadap Peningkatan Harga Diri Remaja
Panti Asuhan Pamardi Yoga Surakarta
The Influence of Self Knowing Training to Increase The Self
Esteem Of Orphan Adolescent in Pamardi Yoga
Surakarta Orphanage
Novialita Restuti, Machmuroch, Moh. Abdul Hakim
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Salah satu permasalahan yang dihadapi anak panti asuhan adalah kecenderungan untuk rendah
diri, terlebih anak panti asuhan yang menginjak usia remaja dimana sedang terjadi masa transisi
dan anak mulai mencari jati diri. Hal ini dapat diatasi di antaranya dengan memberikan pelatihan
pengenalan diri untuk meningkatkan harga diri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan pengenalan diri positif terhadap
peningkatan harga diri remaja penghuni Panti Asuhan Pamardi Yoga. Pelatihan pengenalan diri
positif merupakan suatu rangkaian pelatihan yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan
keterampilan untuk mengenali diri berikut kelebihan serta kelemahannya sehingga peserta dapat
memaksimalkan potensi yang dimiliki. Pelatihan pengenalan diri positif menggunakan metode
ceramah, diskusi kasus, dan simulasi.
Penelitian ini merupakan quasi eksperiment dengan desain penelitian adalah non-randomized
pretest-postest control group design. Jumlah subjek penelitian sebanyak 20 orang
remaja.Pelatihan pengenalan diri dan restrukturisasi kognitif diberikan oleh dua orang fasilitator
sebanyak dua kali pertemuan dengan durasi setiap pertemuan selama 100 menit. Pengambilan
data dilakukan dengan menggunakan skala State Self Esteem Scale dengan indeks korelasi
bergerak dari 0,320 sampai 0,757 dan koefisian reliabilitas (α) 0,900.
Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan Independent Sample T Test didapatkan nilai t
hitung sebesar 3,899 dan probabilitas (p) signifikansi 0,0005 (uji satu sisi) dengan t tabel 1,743.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel. Oleh karena probabilitas (p)
0,0005 lebih kecil dari = 0,05 dan t hitung sebesar 3,899 > t tabel 1,743 maka dapat disimpulkan
bahwa pelatihan pengenalan diri positif berpengaruh terhadap peningkatan harga diri remaja
penghuni panti asuhan Pamardi Yoga.
Kata kunci : harga diri, remaja penghuni panti asuhan, pelatihan pengenalan diri.
PENDAHULUAN
Rendahnya harga diri adalah masalah psikologis
yang umum dialami oleh anak-anak yang
tinggal di panti asuhan. Pengalaman yang
diperoleh anak-anak panti asuhan berbeda
dengan anak yang tinggal bersama orang
tuanya. Bagi anak yang tinggal di panti asuhan,
peran orang tua digantikan oleh pengasuh yang
bertugas memberikan kasih sayang, perhatian,
dan pendidikan yang dibutuhkan anak-anak di
panti asuhan tersebut. Meskipun begitu, jumlah
anak panti asuhan yang banyak tidak sebanding
dengan
jumlah
pengurus
yang
terbatas
sementara mereka memiliki kebutuhan kasih
sayang dan perhatian yang sama dengan anak
lain pada umumnya yang tinggal bersama orang
1
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
tua. Hal ini dapat mengakibatkan kebutuhan-
dan rekreasi sesuai dengan usianya tidak
kebutuhan anak tersebut kurang terpenuhi
terpenuhi.
secara maksimal.
menghambat
Pembentukan harga diri dimulai ketika individu
ketrampilan motorik dan sosial anak.
mulai
Penelitian
mampu melakukan persepsi
dalam
Ketiadaan
stimulasi
ini
perkembangan
dapat
intelektual,
yang dilakukan oleh Setiawan
interaksinya dengan orang lain atau dalam
(2001) mengungkapkan hal senada, yaitu bahwa
bersosialisasi. Tanggapan yang diperoleh dari
para
orang lain selama interaksi tersebut akan
perkembangan
dijadikan cerminan bagi individu untuk menilai
kognitif yang lambat karena kurangnya fasilitas
dan memandang dirinya sendiri (Pudjijogyanti,
yang mendukung seperti kurangnya perhatian
1985). Memasuki masa remaja, teman sebaya
serta
menggantikan peran keluarga sebagai hal utama
sehingga
dalam
melakukan
mengembangkan minat bakat, selain itu mereka
identifikasi dengan teman sebayanya. Bagi
menunjukkan sikap menghindar, menarik diri,
remaja yang tinggal di panti asuhan sering
tidak bersahabat terhadap orang lain dan
muncul
cenderung
menunjukkan adanya ketergantungan terhadap
menjadi pemalu dan menutup diri terkait
pengasuh, bila anak tinggal sejak lahir di panti
dengan status mereka sebagai anak panti
asuhan.
asuhan.
Panti asuhan merupakan salah satu lembaga
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pusat
perlindungan anak yang
Penelitian
UNS
memberikan perlindungan terhadap hak-hak
bekerjasama dengan UNICEF (2009) berusaha
anak (pedoman perlindungan anak, 1999).
memberikan
pola
Perlindungan yang diberikan berupa penyediaan
pengasuhan anak di panti asuhan di Kota Solo.
tempat tinggal serta pengasuh sebagai pengganti
Kurangnya perhatian, perawatan dan afeksi
orang tua. Anak yang tinggal di panti asuhan
secara individual yang dialami anak panti
biasanya merupakan anak yang sudah tidak
asuhan
cenderung
memiliki orang tua atau anak yang masih
seragam
memiliki orang tua namun karena alasan
bersosialisasi.
perasaan
Remaja
rendah
diri,
Kependudukan,
gambaran
karena
memperlakukan
LPPM
mengenai
lembaga
anak
secara
remaja
panti
persepsi,
kurangnya
asuhan
memiliki
intelektual,
pendidikan
tidak
ada
terpaksa
dan
non-formal
kesempatan
untuk
berfungsi untuk
menyebabkan anak kehilangan kesempatan
ekonomi
untuk berelasi dan terikat dengan figur orang
keluarga. Untuk anak panti asuhan yang sengaja
tua, khususnya pada masa perkembangan awal
dititipkan
anak. Banyak lembaga, dalam hal ini panti
memunculkan berbagai penilaian negatif dalam
asuhan, yang tidak memberikan stimulasi dan
diri anak sendiri maupun dari orang lain,
kegiatan yang berguna bagi anak sehingga hak
misalnya seperti anggapan bahwa mereka telah
anak untuk memperoleh kesenangan, bermain
ditolak atau dibuang oleh keluarganya sendiri.
oleh
dititipkan
pihak
oleh
keluarga
pihak
terkadang
2
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
Kondisi semacam itu cenderung menyebabkan
anak. Sedangkan menurut pernyataan pengurus
anak merasa kehilangan identitas personal,
panti asuhan Pamardi Yoga, anak-anak di sana
hubungan kekeluargaan dan
tidak memiliki masalah yang berarti dalam
rasa sebagai
bagian dari masyarakat.
bersosialisasi, baik di sekolah maupun di
Salah satu panti asuhan yang berada di Kota
rumah. Hanya saja mereka lebih pendiam
Surakarta adalah Panti Asuhan Pamardi Yoga.
dibanding anak-anak remaja yang lain, terlebih
Tercatat ada 50 anak yang tinggal di panti
kepada orang yang baru dikenal. Menurutnya
asuhan ini dengan retang usia 6-19 tahun.
anak-anak di Panti Asuhan memang memiliki
Masing-masing anak memiliki latar belakang
kecenderungan memiliki kepercayaan diri yang
yang berbeda-beda. Ada yang sejak kecil berada
kurang.
di panti asuhan, ada yang dititipkan pada saat
Menurut Coopersmith (1967) seseorang yang
usia remaja. Anak panti asuhan yang masih
memiliki harga diri rendah memiliki ciri-ciri
memiliki keluarga namun dititipkan di sini
antara lain menganggap dirinya sebagai orang
biasanya dilatarbelakangi oleh alasan ekonomi.
yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga
Ada juga yang dititipkan oleh pihak kepolisian,
takut gagal untuk melakukan hubungan sosial.
yaitu anak-anak yang terlantar di terminal,
Hal ini sering kali menyebabkan individu yang
stasiun atau di jalanan.
memiliki harga diri yang rendah, menolak
Berdasarkan wawancara dan observasi dengan
dirinya sendiri dan tidak puas akan dirinya.
penghuni panti asuhan dan pengasuh, peneliti
Selain itu juga selalu merasa khawatir dan ragu-
mengindentifikasi bahwa anak-anak penghuni
ragu
Panti
memiliki
lingkungan. Ini berarti orang yang memiliki
kecenderungan harga diri yang rendah. Hal ini
harga diri rendah kurang memiliki rasa percaya
terlihat dari sikap anak-anak tersebut yang
diri seperti yang terlihat pada perilaku anak
menunjukkan sikap kurang percaya diri, yaitu
asuh yang cenderung lebih banyak diam ketika
cenderung pendiam dan malu-malu ketika
diajak bicara. Mereka hanya bicara ketika
diajak bicara, tidak berani menatap lawan
menjawab pertanyaan yang diajukan.
bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara
Menurut
lambat dengan nada suara lemah. Di sekolah
seseorang
mereka mengaku sering diejek teman-temannya
dianggap penting dalam kehidupan individu
terkait status mereka sebagai anak panti asuhan.
yang bersangkutan. Selain pengurus panti dan
Dengan adanya label anak panti asuhan yang
teman teman di panti asuhan, teman-teman di
disematkan teman-teman sekolahnya, anak-
sekolah merupakan signifficant other bagi anak
anak tersebut merasa dinilai negatif oleh teman-
asuh karena merupakan lingkungan yang paling
temannya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
dekat setelah panti asuhan.
Asuhan
Pamardi
Yoga
dalam
menghadapi
Coopersmith
dipengaruhi
tuntutan
(1967),
oleh
harga
orang
dari
diri
yang
pertumbuhan identitas dan kepercayaan diri
3
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
Masih menurut Coopersmith, faktor kedudukan
menunjukkan bahwa 56,67% remaja yang
kelas sosial turut mempengaruhi tingkat harga
tinggal dalam panti asuhan memiliki self esteem
diri seseorang. Dalam hal ini, status anak panti
sedang dan sebanyak 53,33 % remaja yang
asuhan menjadikan mereka memiliki kelas
tinggal bersama keluarga memiliki self esteem
sosial sendiri yang membedakan kedudukan
tinggi.
mereka dengan teman-teman sekolahnya yang
Secara teoritis, salah satu cara atau teknik
hidupnya berkecukupan. Di sekolah, anak-anak
untuk meningkatkan harga diri adalah dengan
panti asuhan harus berbaur dengan anak yang
lebih mengenali dan menerima diri. Melalui
berasal dari keluarga normal lainnya. Tidak
pengenalan
jarang mereka mendapat ejekan dari teman-
peningkatan dalam proses penyesuaian diri.
temannya tentang status mereka sebagai anak
Mengenal diri sendiri juga merupakan salah
panti asuhan. Status ini seolah memberi label
satu kriteria kesehatan mental (Handayani,
bagi diri mereka yang membedakan mereka
Ratnawati, Helmi, 1998). Maslow (dalam
dengan anak lain. Status sebagai anak panti juga
Partowisastro, 1983) mengatakan bahwa orang
berkaitan dengan kondisi ekonomi dan sosial
yang mengenali dirinya sendiri adalah orang
mereka dimana anak panti asuhan dinilai
yang hampir memenuhi potensi yang ada sejak
memiliki ekonomi menengah ke bawah. Hal ini
lahir. Pemenuhan potensi ini berarti anak tidak
tentu bisa memberikan tekanan pada anak asuh
lagi
dan mempengaruhi harga diri mereka.
kurangnya kasih sayang, pengakuan, dan
Berdasarkan pendapat para ahli di atas
penulis menarik kesimpulan
penghuni
panti
asuhan
Yoga
individu
oleh
mengalami
kelaparan,
ketakutan,
penerimaan, ataupun tidak percaya diri.
bahwa remaja
Pamardi
dihambat
diri
Dalam penelitian ini peneliti menyusun
suatu
pelatihan
pengenalan
diri
dan
cenderung memiliki harga diri yang rendah. Hal
restrukturisasi kognitif yang didasarkan pada
ini diperkuat dengan adanya beberapa penelitian
teknik pelatihan pengenalan diri yang sudah ada
pendahulu,
sebelumnya dan dilanjutkan dengan pemberian
di
antaranya
penelitian
yang
menyatakan adanya perbedaan tingkat harga
restrukturisasi
diri antara remaja yang tinggal di panti asuhan
meliputi identifikasi kelemahan dan kelebihan
dengan
bersama
diri sehingga diharapkan peserta memperoleh
keluarganya. Riyanti (2005) menyatakan bahwa
gambaran diri secara objektif. Sedangkan
tingkat self esteem remaja yang diasuh di
restrukturisasi
keluarga lebih tinggi dibanding dengan remaja
mengurangi distorsi kognitif yang dimiliki
yang diasuh di panti asuhan. Widyawati (2009)
individu
melakukan studi deskriptif komparatif antara
kelemahan yang dimiliki dan memperoleh
siswa yang tinggal di panti asuhan dan siswa
pandangan yang positif mengenai dirinya.
yang
Restrukturisasi kognitif adalah suatu metode
remaja
tinggal
yang
bersama
tinggal
keluarga.
Hasilnya
kognitif.
kognitif
sehingga
ia
Pengenalan
bertujuan
bisa
diri
untuk
meminimalisir
4
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
terapi
kognitif
untuk
membantu
subjek
keberhargaan diri yang tercermin pada sikap-
mengidentifikasikan pemikiran-pemikiran atau
sikap (negatif dan positif) terhadap dirinya.
keyakinan yang negatif dan menggantikannya
Frey dan Carlock (1987) mengartikan harga diri
dengan
yang
sebagai sebuah penilaian tinggi atau rendah
menggunakan
terhadap diri sendiri yang menunjukkan sejauh
pemikiran-pemikiran
positif/rasional
dengan
pernyataan-pernyataan
yang
lebih
realistis
mana individu itu meyakini dirinya sebagai
(Oemarjoedi, 2003).
individu yang mampu, penting dan berharga
Bentuk dari pelatihan berupa pemberian materi
yang berpengaruh dalam perilaku seseorang.
yang disampaikan secara interaktif, pemutaran
Sementara, Branden (2001) mendefinisikan
video, simulasi dan pemberian tugas. Pelatihan
harga diri sebagai penilaian diri terhadap
ini dilakukan dalam dua kali pertemuan
perasaan mampu menghadapi tantangan hidup
sehingga diharapkan materi dan pemberian
dan kebahagiaan dalam keberhargaan diri.
keterampilan yang diberikan selama pelatihan
Menurut Heatherton dan Polivy (1991) harga
bisa
diri dapat dikonstruk menjadi 3 komponen
diserap
benar
oleh
peserta
untuk
selanjutnya bisa diterapkan di kehidupan sehari-
utama yakni :
hari. Fokus dari penelitian ini adalah untuk
a. Performance self-esteem, mengacu pada
mengevaluasi pengaruh pelatihan pegenalan diri
kompetensi
umum
seseorang
meliputi
positif terhadap peningkatan harga diri remaja
kemampuan
intelektual,
panti asuhan
sekolah, kapasitas diri, percaya diri, self-
performa
hasil
efficacy dam self agency.
DASAR TEORI
b. Social self-esteem, mengacu pada bagaimana
A. Harga Diri
seseorang mempercayai pandangan orang
Coopersmith (1967) menyatakan bahwa harga
lain menurut mereka..
diri (self esteem) merupakan evaluasi yang
c. Physical (Appearance) self-esteem, mengacu
dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang
pada bagaimana seseorang melihat fisik
berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan
mereka meliputi skills, penampilan menarik,
melalui suatu bentuk penilaian setuju dan
body image dan juga stigma mengenai ras
menunjukkan tingkat dimana individu meyakini
dan etnis.
drinya sebagai individu yang mampu, penting
Menurut Coopersmith (1967), aspek-aspek
dan berharga. Rosenberg (dalam Mruk 2006)
harga diri meliputi self values, leadership
menekankan aspek keberhargaan dalam konsep
popularity, family, dan achievement. Sedangkan
harga
Rosenberg
aspek-aspek harga diri menurut Gecas (dalam
mendefinisikan harga diri sebagai penilaian diri
Cast dan Burke, 2002) yaitu dimensi worth dan
terhadap
dimensi competence.
diri.
Secara
perasaan
sederhana
dan
keyakinan
akan
5
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
Harga diri seorang individu dipengaruhi oleh
yaitu tahap pengenalan diri dan restrukturisasi
orang yang dianggap penting dalam kehidupan
kognitif.
individu yang bersangkutan. Hubungan dengan
Tahap pertama, yaitu pengenalan diri disusun
orang tua dan teman menjadi kontributor
berdasarkan konsep Johari Window yang
penting terhadap tingkat harga diri remaja
meliputi tahap self disclosure (pengungkapan
(Santrock, 2001). Selain itu, menurut Kentjoro
diri) dan umpan balik. Model Johari Window
perbedaan jenis kelamin, faktor psikologis,
yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi
umpan
dari model Johari Window yang disusun oleh
balik
terhadap
perfomance,
dan
perbandingan sosial turut mempengaruhi harga
T.M.
diri
turut
berdasarkan konsep Johari Window yang
mempengaruhi di antaranya status sosial dan
ditemukan oleh Luft dan Ingham. Teknik
ekonomi (Rice, 1999) serta ras dan kebangsaan
pengenalan diri serupa sebelumnya pernah
(Du bois dalam Rhodes, 2004).
digunakan di penelitian Handayani, Ratnawati,
Ali & Asroni (2004) mengatakan bahwa
dan Helmi (1998) dengan judul “Efektivitas
individu dengan harga diri yang tinggi akan
Pengenalan
menunjukkan sikap percaya diri, menerima dan
Penerimaan Diri dan Harga Diri”.
menghargai diri sendiri, memiliki perasaan
Tahap
mampu
Sebaliknya,
restrukturisasi kognitif. Teknik restrukturisasi
seseorang dengan harga diri yang rendah
kognitif adalah suatu metode terapi kognitif
cenderung akan merasa rendah diri, tidak
untuk membantu subjek mengidentifikasikan
percaya diri, tidak berdaya, dan bahkan
pemikiran-pemikiran
kehilangan inisiatif dan kebutuhan berfikir.
negatif
Harga diri yang dimiliki seorang remaja akan
pemikiran-pemikiran
menentukan keberhasilan atau kegagalan di
dengan menggunakan pernyataan-pernyataan
masa depannya.
yang lebih realistis (Oemarjoedi, 2003). Teknik
seseoang.
dan
Faktor
lebih
lain
yang
produktif.
Griffin
(dalam
Diri
kedua
dan
Harverson,
terhadap
dari
Peningkatan
pelatihan
atau
2008)
ini
adalah
keyakinan
menggantikannya
yang
yang
dengan
positif/rasional
restrukturisasi kognitif dapat mengubah polaB. Pelatihan Pengenalan Diri
pola
Pelatihan pengenalan diri merupakan suatu
keyakinan
proses
pendidikan
bertujuan
jangka
memberikan
kognitif,
asumsi-asumsi,
dan
keyakinan-
penilaian-penilaian
yang
pendek
yang
irasional merusak dan mengalahkan diri sendiri.
pemahaman
dan
Metode pelatihan yang digunakan pada tahap
keterampilan untuk mengenali diri berikut
ini
mengadopsi
kelebihan serta kelemahannya sehingga peserta
Pendekatan
dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki.
tingkah laku lahir dari proses mental, dimana
Program pelatihan ini terdiri dari dua tahap,
individu (organisme) aktif dalam menangkap,
kognitif
pendekatan
menekankan
kognitif.
bahwa
menilai, membandingkan, dan menanggapi
6
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu
Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam hal ini menerima stimulus kemudian
dalam penelitian ini menggunakan alat ukur
melakukan proses mental sebelum memberikan
psikologi berupa State Self Esteem Scale
reaksi yang datang (Boeree, 2008).
(SSES) yang disusun oleh Heatherton & Polivy
Meskipun terdiri dari dua tahapan yang
menggunakan
pendekatan
berbeda,
komponen harga diri, yaitu harga diri prestasi
Pelatihan Pengenalan Diri ini merupakan suatu
(perfomance self esteem), harga diri sosial
rangkaian pelatihan yang berhubungan satu
(social self esteem), dan harga diri penampilan
sama lain. Setelah mengikuti tahap awal,
(appearance self esteem). SSES konsitensi
peserta diharapkan dapat mengenal dirinya
internal yang baik dengan alpha=0.92 dan
dengan
responsif terhadap perubahan sementara pada
lebih
baik
yang
(1991). Terdiri dari 20 item yang mewakili tiga
sehingga
dapat
mengidentifikasi kelemahan, kelebihan serta
evaluasi diri (Heatherton dan Wyland, 2003).
keyakinan tentang dirinya. Kelemahan serta
Panduan Pelatihan Pengenalan Diri digunakan
keyakinan tentang diri sendiri inilah yang
sebagai acuan untuk memberikan perlakuan
kemudian akan menjadi sumber distorsi kognitif
terhadap subjek. Pelatihan Pengenalan Diri
yang mungkin dimiliki oleh peserta. Tanpa
dalam penelitian ini menggunakan konsep
didahului dengan teknik pengenalan diri di
Johari Window, umpan balik, serta pendekatan
awal, peserta pelatihan dikhawatirkan akan
kognitif
mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
disfungsional.
untuk
menghilangkan
keyakinan
distorsi kognitifnya.
HASIL- HASIL
METODE PENELITIAN
Perhitungan
dalam
analisis
ini
dilakukan
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi
dengan bantuan program Statistical Product
eksperimen yang melibatkan penghuni panti
and Service Solutions (SPSS) versi 17.
asuhan Pamardi Yoga sebagai subjek penelitian
a. Uji asumsi dasar
dengan kriteria sebagai berikut : 1) Remaja
Hasil uji normalitas distribusi data dalam
yang terdaftar sebagai penghuni panti asuhan
Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Pamardi Yoga; 2) Remaja usia 12-18 tahun; 3)
Kontrol
Memiliki
sedang
homogenitas menunjukkan distribusi semua
berdasarkan pengukuran tingkat harga diri
data yang akan dianalisis bersifat homogen.
harga
diri
rendah
dan
menggunakan State Self Esteem Scale (SSES);
4)
Bersedia
Pelatihan
mengikuti
Pengenalan
seluruh
Diri
serta
rangkaian
bersedia
dinyatakan
normal.
Uji
b. Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis dengan Independent
Sample
t-test
menunjukkan
adanya
mengisi skala harga diri sebelum dan setelah
perbedaan gain score pada Kelompok
pelatihan pengenalan diri.
Eksperimen dan Kelompok Kontrol antara
7
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa
gain (selisih) skor pretest dan posttest kelompok
Pelatihan Pengenalan Diri berpengaruh
eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan
terhadap peningkatan harga diri.
sesudah mengikuti Pelatihan Pengenalan Diri
c. Hasil Analisis Kualitatif
dengan menggunakan Independent Sample t
Hasil analisis kualitatif pada seluruh subjek
test. Berdasarkan hasil uji hipotesis, pernyataan
Kelompok
menunjukkan
bahwa ada pengaruh dari Pelatihan Pengenalan
perubahan akan pandangan dan penilaian
Diri terhadap peningkatan harga diri pada
tentang dirinya. Peserta menyatakan telah
remaja penghuni panti asuhan Pamardi Yoga
berusaha untuk mendemonstrasikan poin-
Surakarta dapat diterima. Hal ini dapat dilihat
poin
selama
pada hasil analisis dengan menggunakan teknik
pelatihan. Peserta mampu memberikan
analisis uji Independent Sample T-test yang
gambaran baru mengenai penilaian tentang
menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 3,899
diri mereka sendiri. Beberapa subyek yang
dan probabilitas (p) 0,0005 < 0,05. Hasil
sebelumnya kebingungan mengindentifi-
tersebut berarti terdapat perbedaan gain skor
kasikan diri mereka sendiri pada saat
harga diri pada saat pretest (sebelum) dan
evaluasi
Eksperimen
yang
sudah
hasil
menyampaikan
diberikan
sudah
kebih
lancar
posttest (sesudah) antara kelompok kontrol dan
gambaran
diri
mereka
kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan
dengan penilaian yang positif. Peserta juga
berupa Pelatihan Pengenalan Diri.
menyatakan
mengikuti
Berdasarkan data pada tabel group statistic
Pelatihan Pengenalan Diri mereka merasa
terlihat perbedaan mean gain skor harga diri
lebih baik dan merasa lebih nyaman
pada kelompok eksperimen setelah diadakannya
menjadi diri mereka sendiri.
pelatihan pengenalan diri lebih tinggi daripada
bahwa
setelah
mean gain skor pada kelompok kontrol. Pada
PEMBAHASAN
Data yang didapat saat pretest menunjukkan
bahwa tingkat harga diri subyek di awal
penelitian berada pada kategori rendah, sedang,
dan tinggi. Subjek penelitian dipilih dari
responden yang berada pada kategori rendah
dan sedang karena perlakuan dalam penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan harga diri.
Subjek yang telah dipilih dikelompokkan dalam
kelompok eksperimen (KE) dan kelompok
kontrol (KK).
KE yang diberi perlakuan Pelatihan Pengenalan
Diri, terjadi peningkatan skor harga diri yang
cukup signifikan antara sebelum dan setelah
pelatihan yang diberikan dibandingkan dengan
kenaikan pada kelompok kontrol
Dalam analisis kualitatif, keberhasilan Pelatihan
Pengenalan Diri dapat dilihat dari adanya
beberapa perubahan akan pandangan dan
penilaian tentang dirinya. Hal ini terlihat dari
data hasil evaluasi hasil yang diisi oleh peserta,
semua
menyatakan
telah
berusaha
untuk
8
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
mendemonstrasikan apa yang sudah diberikan
gambaran baru tentang dirinya yang lebih
selama
positif.
pelatihan.
Mereka
memberikan
Pemahaman
diri
sendiri
di
sini
gambaran baru mengenai penilaian tentang diri
dimaksudkan bahwa ia mampu mengenali
mereka
kelemahan dan kelebihan diri sendiri.
sendiri.
Beberapa
subyek
yang
sebelumnya kebingungan mengindentifikasikan
Peran kelompok sangat diperlukan di sini untuk
diri mereka sendiri pada saat evaluasi hasil
membantu
sudah kebih lancar menyampaikan gambaran
obyektif mengenai dirinya sendiri sehingga
diri mereka dengan penilaian yang positif.
diharapkan dapat mencapai pemahaman diri.
Peserta
setelah
Hal ini sesuai dengan teori perbandingan sosial
mengikuti Pelatihan Pengenalan Diri mereka
yang diungkapkan oleh Festinger yaitu bahwa
merasa lebih baik dan merasa lebih nyaman
setiap orang mempunyai dorongan (drive) untuk
menjadi diri mereka sendiri.
menilai pendapat dan kemampuannya sendiri
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Ali &
dengan
Asroni (2004) mengenai karakteristik individu
pendapat dan kemampuan orang lain. Dengan
dengan
yaitu
cara itulah orang bisa mengetahui bahwa
menunjukkan sikap percaya diri, menerima dan
pendapatnya benar atau tidak dan seberapa jauh
menghargai diri sendiri, memiliki perasaan
kemampuan yang dimilikinya (Sarwono, 2004).
mampu dan lebih produktif. Setelah mengikuti
Perubahan pendapat relatif lebih mudah terjadi
pelatihan peserta menilai diri mereka lebih
daripada
positif sehingga mengaku kepercayaan diri
penelitian ini kelompok yang dipilih adalah
mereka meningkat. Meskipun begitu mereka
kelompok
tidak begitu saja melupakan kelemahan yang
Festinger, setiap orang cenderung memilih
dimiliki namun justru berkomitmen untuk
orang sebaya atau rekan sendiri untuk dijadikan
merubah hal-hal dalam diri mereka yang dapat
perbandingan.
menghambat perkembangan diri mereka.
Menurut Daradjat (1976) pada dasarnya setiap
Pelatihan Pengenalan Diri dalam pelatihan ini
individu
mampu memberi keterampilan bagi peserta
penerimaan, dan pengakuan dari orang lain.
untuk mengenal diri sendiri lebih baik dan lebih
Penghargaan dan penerimaan serta pengakuan
objektif serta memberikan dorongan kepada
membawa dampak bagi diri seseorang yaitu
peserta untuk memberikan penilaian yang lebih
perasaan bahwa dirinya berharga dan diakui
positif tentang dirinya sehingga memungkinkan
kehadirannya
untuk adanya kenaikan harga diri peserta.
menambah rasa percaya diri dan harga dirinya.
Pelatihan dilakukan melalui upaya pemahaman
Oleh karena itu peran kelompok (peer group)
akan
dengan
dalam pelatihan ini sangat penting. Selain itu
restrukturisasi kognitif peserta sehingga didapat
menurut Santrock (2001), hubungan dengan
juga
menyatakan
harga
diri
diri
sendiri
yang
bahwa
tinggi
dilanjutkan
individu
cara
mendapat
membandingkannya
perubahan
teman
kemampuan.
sebaya
membutuhkan
oleh
karena
gambaran
dengan
Dalam
menurut
penghargaan,
lingkungan
sehingga
9
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
orang tua dan teman menjadi kontributor
mengikuti
penting terhadap tingkat harga diri remaja.
peningkatan harga diri.
Setelah pemahaman diri berhasil dicapai,
Hasil penelitian ini senada dengan pendapat
peserta akan mendapatkan gambaran yang
Branden (1993) dalam bukunya The Art of Self
obyektif tentang dirinya, yaitu kelebihan dan
Discovery. Branden menjelaskan pentingnya
kelemahan yang dimiliki. Dengan mengetahui
pemahaman diri untuk mencapai sage self
kelebihan,
esteem atau harga diri yang baik. Menurut
peserta
akan
kemampuan-kemampuan
dapat
yang
menyadari
pelatihan
sehingga
tercapainya
sebelumnya
Branden
mungkin tidak disadari yang kemudian dapat
seorang
mengoptimalkan
kebijaksanaan diri yang dapat merubah dirinya
kemampuannya
tersebut
melalui kesadaran diri yang baik
individu
akan
melahirkan
sehingga menjadi suatu kelebihan.
menjadi orang yang lebih baik sehingga dicapai
Tahap berikutnya dari pelatihan ini yaitu
sage self esteem. Perubahan sikap yang dialami
peserta diminta untuk merestrukturisasi cara
tersebut
berpikirnya. Dalam hal ini yang menjadi
menjadi orang lain namun justru dengan
sasaran
menyadari betul siapa dirinya yang sebenarnya
restrukturisasi
kelemahan
Peserta
yang
adalah
kelemahan-
berhasil
didentifikasikan.
untuk
meminimalisir
diminta
bukan
kemudian
dengan
memaksakan
diri
menentukan perubahan perilaku
yang diinginkan dan secara bertahap berubah
kelemahan mereka tersebut. Dalam penelitian
menjadi diri yang diinginkan tersebut.
ini misalnya sifat egois, keras kepala atau susah
Meskipun
mengendalikan emosi serta kebiasaan-kebiasaan
kenaikan skor harga diri namun kenaikan skor
buruk yang ternyata mengganggu orang lain
tersebut
yang sebelumnya tidak disadari.
subyek,
Selanjutnya
peneliti
Counterattitudinal
menggunakan
tidak
mengalami
sama
pelatihan
pada
mengalami
masing-masing
tercermin dari subyek RW yang
kenaikan
sangat
tinggi
yaitu
dalam
mengalami kenaikan sebanyak 20 poin dan
baru
subyek NTB yang hanya mengalami kenaikan
tersebut terhadap peserta. Yang dimaksud
sebanyak 3 poin. Hal ini bisa disebabkan oleh
dengan
yaitu
banyak hal, seperti keterlibatan dan keterbukaan
proses seseorang menyatakan pendapat pada
subyek dalam proses pelatihan. Sebagaimana
publik dan selanjutnya meng-counter sikap
telah dijabarkan pada analisis deskriptif tiap
pribadinya sendiri atau mengubah dirinya sesuai
subyek, subyek NTB memang cenderung pasif
dengan apa yang dinyatakannya (Festinger
dari awal pelatihan sampai akhir pelatihan.
dalam Aronson, 2007). Penerapan dua prinsip
Subyek NTB baru mau sedikit terbuka ketika
ini,
memasuki
sesi
Counterattitudinal advocacy menjadi dasar
bantuan
fasilitator
perubahan sikap peserta sebelum dan sesudah
kelompoknya. Subyek NTB lebih mampu
menanamkan
advocacy
prinsip
peserta
keyakinan-keyakinan
Counterattitudinal
yaitu
restrukturisasi
advocacy
kognitif
serta
kelompok,
dan
itupun
dengan
teman-teman
10
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
mengutarakan pikiran-pikirannya secara tertulis
kesibukan sendiri juga memberi kesulitan dalam
melalui workhseet yang diberikan. Hal ini
menyesuaiakan jadwal.
berbeda dengan subyek RW yang walaupun
Keterbatasan penelitian ini tidak hanya dari segi
pada awal pelatihan terlihat pasif namun pelan-
teknis seperti yang dijelaskan di atas, namun
pelan
juga
bersemangat
mengikuti
jalannya
ketidakmampuan
peneliti
dalam
pelatihan. Subyek RW juga lebih aktif dan
mengendalikan proactive history,yaitu faktor-
terbuka
faktor bawaan yang mempengaruhi harga diri
dalam
menyampaikan
pikiran-
pikirannya pada saat sesi kelompok.
subyek
Kecakapan fasilitator serta partisipasi peserta
keluarga. Selain itu peneliti juga tidak mampu
memiliki
mengendalikan faktor-faktor tak terduga yang
peran
penting
dalam
lancarnya
seperti
perbedaan
belakang
pelatihan. Kualitas interpersonal yang baik
mempengaruhi
menentukan
yang
faktor yang mempengaruhi penerimaan materi
selanjutnya berpengaruh pada tumbuhnya minta
pada saat pelatihan seperti faktor intelegensi,
peserta
fisik (dalam kondisi sakit atau tidak) dan
penerimaan
untuk
ikut
peserta
berpartisipasi
selama
jalannya
latar
psikologis
mampu menumbuhkan suasana keterbukaan
mengikuti pelatihan dan lain sebagainya.
dan keakraban antara fasilitator dengan subyek
Selain itu peneliti juga tidak melakukan
dan antar subyek sehingga mencapai atmosfir
pengukuran berulang (time series). Pengukuran
suasana yang diinginkan.
berulang
Secara garis besar Pelatihan Pengenalan Diri
bahwa perubahan yang dialami subjek benar-
bisa dikatakan berhasil walau ada beberapa
benar
kendala yang ditemui peneliti. Kendala yang
mengetahui perubahan yang dialami subjek
dialami dalam penelitian ini adalah ketersediaan
bersifat menetap atau temporer.
waktu.
kegiatan
Kendala terakhir yang dihadapi peneliti yaitu
pelatihan oleh peneliti dilakukan pada waktu
ketidakhadiran fasilitator pada hari terakhir
jam belajar. Sementara peserta pelatihan sendiri
dikarenakan sakit. Dengan mempertimbangkan
menggunakan jam belajar untuk belajar dan
efisiensi pelaksanaan pelatihan dan kompetensi
mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah.
fasilitator, peneliti mengambil solusi untuk
Oleh karena itu perserta meminta pelatihan
menjadi fasilitator pengganti dan memandu
dilaksanakan lebih singkat. Selain itu ada
pelatihan hingga akhir. Hal ini terbantu dengan
beberapa kegiatan panti asuhan lain yang
hubungan yang akrab antara peneliti dengan
dikerjakan pada saat jam belajar sehingga
peserta sehingga peneliti tidak kesulitan dalam
sempat mengacaukan jadwal pelatihan yang
melakukan pendekatan kepada peserta. Selain
sudah dibuat sebelumnya. Banyaknya jumlah
itu pada hari kedua bentuk pelatihan hanya
peserta
berupa pendampingan kelompok.
dimana
instansi
meminta
masing-masing
memiliki
kecemasan,
maupun
pelatihan. Dari awal pelatihan fasilitator harus
Pihak
seperti
pelatihan
dimaksudkan
karena
pelatihan
untuk
dan
motivasi
mengetahui
juga
untuk
11
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
Kelebihan
dari
dihasilkannya
penelitian
sebuah
ini
panduan
adalah
1.
Pelatihan
Bagi Remaja Penghuni Panti Asuhan
Pamardi Yoga
Pengenalan Diri. Dalam panduan tersebut sudah
Remaja penghuni Panti Asuhan Pamardi
terdapat materi, lembar kerja, serta simulasi
Yoga mampu menerapkan langkah-langkah
yang tingkat kerumitannya telah disesuaikan
untuk meningkatkan pengenalan diri secara
dengan usia dan pendidikan subyek. Selain itu,
positif diantaranya mengenali kelebihan,
pelaksanaan pelatihan pada penelitian ini juga
kelemahan diri, meminimalisir kelemahan
tergolong lancar, hal ini disebabkan oleh
yang dimiliki sehingga tidak menjadi
prosedur pelatihan yang tidak terlalu rumit
penghambat dalam hidup.
dan materi
dalam
serta
aplikasi
pelatihan
mudah
diterapkan oleh
yang
diberikan
dipahami
subjek selama
2.
dan
Bagi pihak Panti Asuhan Pamardi Yoga.
a. Pihak Panti Asuhan Pamardi Yoga dapat
pelatihan
memberikan
berlangsung.
pentingnya
pembekalan
pengenalan
mengenai
diri
dan
restrukturisasi kognitif dalam kaitannya
dengan peningkatan harga diri.
PENUTUP
b. Pihak Panti Asuhan Pamardi Yoga dapat
A. Kesimpulan
uji
meningkatkan pendampingan psikologis
Independent Sample t-test didapatkan nilai t
kepada remaja penghuni Panti Asuhan
hitung sebesar 3,899 dimana lebih besar dari t-
sehingga remaja dapat memperoleh
tabel (3,899 > 1,743) dengan dan probabilitas
arahan
(p) 0,0005 uji satu sisi (p < 0,05). Hal tersebut
psikologis,
berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada
dilakukan dengan konseling.
Berdasarkan
uji
hipotesis
dengan
gain skor harga diri pada saat pretest (sebelum)
3.
yang
sesuai.
salah
Pendampingan
satunya
dapat
Bagi Psikolog
dan posttest (sesudah) antara kelompok kontrol
Psikolog dapat menggunakan panduan
dan
Pelatihan Pengenalan Diri sebagai salah
kelompok
eksperimen
setelah
diberi
perlakuan berupa Pelatihan Pengenalan Diri.
satu alternatif untuk menangani klien
Maka didapatkan kesimpulan bahwa Pelatihan
dengan permasalahan inferioritas.
Pengenalan
Diri
berpengaruh
terhadap
peningkatan harga diri remaja Panti Asuhan
4.
Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti
selanjutnya
terlebih
dahulu
Pamardi Yoga.
melakukan survey secara mendalam
B. Saran
agar didapatkan fenomena yang sesuai
Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh,
dengan kondisi di lapangan, misalnya
maka dapat dikemukakan beberapa saran
dengan
menyebarkan
sebagai berikut:
wawancara mendalam.
angket
atau
12
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
b. Peneliti
selanjutnya
diharapkan
melakukan pemantauan terhadap subjek
penelitian dengan memberikan buku
catatan harian untuk melihat kemajuan
yang dialami oleh subjek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Harverson, B., Tirmizi, S. Aqeel . 2008.
Effective Multicultural Teams: Theory
and Practice. Springer Science and
Bussiness.
Heatherton, T. F. & Polivy, J. 1991.
Development and Validation of a Scale
for Measuring State Self-Esteem. Journal
or Personality and Social Psychology
Ali, M dan Asrori, M. 2004. Psikologi
Remaja,Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Heatherton, T. F. & Wyland, C.L. 2003.
Assessing self-esteem. In S. J. Lopez &
C. R. Synder (Eds.) Positive Psychology
Assessment. Washington DC: American
Psychological Association.
Aronson, E, Wilson, TD & Akert,RM. 2007.
Social Psychology. Singapore : Pearson
Prentice Hall.
Mruk, Christopher J . 2006. Self Esteem
Research, Theory, and Practice. New
York : Springer Publishing Company, Inc.
Branden, N. 2001. The Psychology of Self
Esteem. New York : Bantam Books.
Oemarjoedi, A.Kasandra. 2003. Pendekatan
Cognitive Behavior dalam Psikoterapi.
Jakarta : Creativ Media.
_________. 1993. The Art of Self Discovery : A
Powerful Technique for Building SelfEsteem. New York : Bantam Books.
Partowisastro, Kustur. 1983. Dinamika dalam
Psikologi Pendidikan. Jakarta : Erlangga.
Boeree, G. 2008. Psikologi Kepribadian,
Persepsi, Kognisi, Emosi & Perilaku.
Jogjakarta: Prismasophie.
Pudjijogyanti, C.R. 1985. Konsep Diri dalam
Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat
Penelitian UNIKA Atmajaya.
Cast, D. A & Burke, P. J. 2002. A Theory of Self
Esteem. Social Forces. Vol.80, No. 3
p.1041-1068.
Pusat Penelitian Kependudukan, LPPM UNS
dengan UNICEF. 2009. Pola Pengasuhan
Anak di Panti Asuhan dan Pondok
Pesantren Kota Solo dan Kabupaten
Klaten.
Coopersmith, S. 1967. The Antecedent Of Self
Esteem. San Fransisco : W. H. Freeman &
Company.
Daradjat. 1976. Kesehatan Mental. Gunung
Agung.
Departemen Sosial Republik Indonesia. 1989.
Petunjuk
teknis
pelaksanaan,
penyantunan dan pengentasan anak
terlantar melalui panti asuhan anak.
Jakarta.
Frey, D & Carlock, C. J. 1987. Enhancing Self
Esteem. Ohio : Accelerated Development.
Handayani, M. M., Ratnawati, S., Helmi, A. F.
1998. Efektivitas Pelatihan Pengenalan
Diri terhadap Peningkatan Penerimaan
Diri dan Harga Diri. Junal Psikologi No.
2.
Rhodes, J., Roffman, J., Reddy, R., Fredriksen,
K. 2004. Changes in Self-Esteem during
The Middle School Years : a latent
growth curve study of individual and
contextual influences. Journal of School
Psychology 42 (2004) 243-261.
Rice, F.P. 1999. The Adolescent: Development,
Relationship, and Culture (9th edition).
Boston : Allyn & Bacon.
Riyanti, Ruth Ratih. 2005. Perbedaan Tingkat
Self Esteem antara Remaja Yang Diasuh
di Panti Asuhan dengan Yang Diasuh di
Keluarga.
(Tugas
Akhir
Tidak
Dipubilkasikan).
Program
Sarjana
Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya.
13
Restuti et,al / PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN DIRI
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi
Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi
Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
____________.
2001.
Adolescence:
Perkembangan Remaja (Edisi Ke-6).
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Setiawan, L., Supelli, A. 2001. Rasa Aman pada
Remaja. Phronesis. Vol. III. No. 6 (9398).
Widyawati, Dita. 2009. Perbedaan Self Esteem
antara Remaja yang Tinggal di Panti
Asuhan dan Remaja yang Tinggal
Bersama
Keluarga
di
Kecamatan
Mojoroto Kediri (Skripsi). Universitas
Negeri Malang.
14
Download