gambaran harga diri remaja yang tinggal di panti

advertisement
GAMBARAN HARGA DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN
PUTRA IMMANUEL
SURABAYA
Lina Mahayati
AKPER William Booth Surabaya ,Jl.Cimanuk No : 20 , Telp.031-5633365
ABSTRAK
Ciri-ciri seseorang yang mempunyai harga diri rendah yaitu mengkritik diri sendiri atau orang lain,
perasaan tidak mampu, rasa bersalah, sikap negatife pada diri sendiri, sikap pesimis pada
kehidupan, perasaan cemas dan takut, mengungkapkan kegagalan pribadi, ketidak mamapuan
menentukan tujuan.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran harga diri pada
remaja yang tinggal di panti asuhan Putra Immanuel Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian deskriptif, populasi remaja yang tinggal di panti asuhan sebanyak 20 responden dan
menggunakan total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, data yang diperoleh
kemudian dihitung dengan tabel distibusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan dari 20
responden diperoleh remaja yang mengalami harga diri positif 15 responden (75%) dan 5
responden (25%) yang mengalami harga diri negatif. Remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki
harga diri positif. Dengan demikian remaja yang tinggal di panti asuhan tetap mempunyai harga
diri yang positif.
Kata kunci : harga diri dan remaja yang tinggal di panti asuhan
ABSTRACT
The characteristics of a person who has low self esteem that criticize yourself or others, feelings of
inadequacy, guilt, self-negatife attitude, pessimistic attitude in life, feelings of anxiety and fear,
revealing personal failure, lack mamapuan set goals .. the purpose of this study is to describe the
self-esteem in adolescents living in orphanages Son Immanuel Surabaya. This study used a
descriptive research design, the population of teenagers who live in the orphanage of 20
respondents and using total sampling. Collecting data using questionnaires, the data obtained were
then calculated by the frequency distribution table. The results show respondents obtained from 20
adolescents who have positive self-esteem of 15 respondents (75%) and 5 respondents (25%)
patients with negative self-esteem. Teens who live in orphanages have a positive self-esteem. Thus
adolescents who live in orphanages still have a positive self-esteem.
Keywords: self-esteem and adolescents who live in an orphanage
Pendahuluan
Konsep diri merupakan pandangan
seseorang tentang seperti apa dirinya. Konsep
diri merefleksikan karakteristik/ciri yang
diyakini seseorang dan karakteristik tersebut
merupakan bagian dari dirinya. Konsep
dalam memandang bahwa diri seseorang
merasa berharga bagi dirinya sendiri dan
orang lain atau tidak. Konsep diri adalah
semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang
diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan
secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan
membedakan dirinya dengan orang lain.
Pembentukan konsep diri ini sangat
dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan
lingkungannya. (Tarwoto dan Wartonah,
2010). Seorang anak sangat membutuhkan
orang tua untuk dapat mengembangkan
dirinya dan memenuhi kebutuhannya.
Terpenuhinya segala kebutuhan dan adanya
penerimaan dalam keluarga maka anak dapat
merasakan dirinya diingikan, dicintai,
diterima, dihargai. Pada akhirnya membantu
dirinya untuk menghargai dirinya sendiri.
Anak memerlukan perhatian orang tuanya,
agar dapat berkembang secara optimal.
Orang tua memegang peranan yang penting
dalam membentuk pribadi anak. Namun,
tidak semua anak beruntung dapat di asuh
keluarganya. Seperti anak – anak yang ada
dipanti asuhan. Mereka tidak dididik oleh
orang tua melainkan pengasuh. Di dalam diri
anak – anak panti terdapat rasa tidak
berharga. Mereka beranggapan bahwa tidak
berharga bagi keluarga sehingga mereka
berada dipanti asuhan. Hal ini juga penulis
temukan pada anak remaja yang tinggal di
Panti Asuhan Immanuel Surabaya. Tanda
dari harga diri rendah yaitu tidak percaya
diri, gangguan hubungan sosial, merasa tidak
mampu, kegagalan pribadi.
Monks dkk (1999) menjelaskan
bahwa memasuki usia remaja, masalah
konsep diri menjadi masalah yang cukup
serius. Pada umumnya remaja mengalami
krisis psikososial yaitu antara menemukan
dan kebingungan atas identitas dirinya.
Lingkungan dimana anak dibesarkan, dididik,
diberikan bimbingan serta pengalamanpengalaman yang di alami oleh seorang anak,
semua itu akan turut berperan dalam
perkembangan
diri
anak,
termasuk
perkembangan konsep dirinya. Lingkungan
yang baik dan pendidik dapat membuat
segala kemampuan yang ada dalam diri anak
untuk berkembang karena anak diberikan
kesempatan untuk mengaktualisasikan segala
kemampuan yang dimilikinya. Lingkungan
dimana anak dibesarkan, dibimbing, dan
dididik tidak lain berawal dari lingkungan
dimana remaja tersebut tinggal. Menurut
Gunarsa (1983) masa remaja merupakan
masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Anak remaja berjuang untuk
mendapatkan otonomi atas dirinya dan
berusaha untuk mendapatkan identitas
dirinya. Siapa saya dan bagaimana sifat saya
merupakan pertanyaan yang sering menjadi
masalah
pada
remaja.
Berdasarkan
wawancara awal dengan mantan anak-anak
panti asuhan dengan menanyakan tentang
perasaan mereka pada waktu dipanti asuhan,
mereka mengatakan tidak percaya diri, malu
jika teman-teman mereka mengetahui mereka
tinggal di Panti Asuhan. Hal ini pula yang
peneliti temukan di panti asuhan Putra
Immanuel Surabaya didapatkan data dari 15
remaja 10 diantaranya mengatakan malu
tinggal di panti asuhan.
Remaja yang tinggal di panti asuhan
mempunyai rasa rendah diri atau minder
terhadap keadaan dirinya, tidak seperti teman
– teman dalam kondisi keluarga normal.
Sementara itu masyarakat atau teman –
teman lingkungan sosial sering memberikan
label negatif pada anak – anak panti asuhan.
Para pengasuh juga sering memperlakukan
hal – hal negatif kepada anak – anak panti
asuhan, seperti membentak, memukul dan
berbicara kasar. Hal ini berpengaruh terhadap
pergaulan dengan lingkungan. Menurut
Hurlock (2000) mengatakan terdapat dampak
negatif panti asuhan terhadap pola
perkembangan kepribadian anak panti
asuhan, di mana mereka tidak dapat
menemukan lingkungan pengganti keluarga
yang benar-benar dapat menggantikan fungsi
keluarga yaitu : terbentuknya kepribadian
anak yang inferior, pasif, apatis, menarik diri,
mudah putus asa, penuh dengan ketakutan
dan kecemasan, sehingga anak akan sulit
menjalin hubungan sosial dengan orang lain,
di samping itu mereka menunjukkan perilaku
yang negatif, takut melakukan kontak dengan
orang
lain,
lebih
suka
sendirian,
menunjukkan rasa bermusuhan dan lebih
egosentrisme.
Para pengasuh adalah pengganti
orang tua bagi anak – anak yang tinggal di
Panti Asuhan. Para pengasuh di panti asuhan
hendaknya secara tulus dan konsisten
menunjukkanaan cinta dan sayang kepada
para anak – anak, memberi kehangatan,
penerimaan dan cinta, dan mampu menjadi
orang tua bagi anak – anak sehingga anak –
anak merasa bahwa mereka tetap memiliki
orang tua. Membentuk kelompok-kelompok
untuk kegiatan-kegiatan keagamaan akan
membuat remaja berpikir positif sehingga
merasa mempunyai harga diri yang positif.
Metode
Desain penelitian menggunakan
penelitian deskriptif yaitu mendeskripsikan
(memaparkan) peristiwa yang terjadi pada
saat ini yang bertujuan mengetahui
Gambaran harga diri remaja yang tinggal di
panti asuhan putra Immanuel Surabaya.
dalam penelitian ini jumlah populasi adalah
seluruh remaja yang tinggal di Panti Asuhan
Immanuel Surabaya yang berjumlah 20
orang. sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian remaja yang tinggal di panti asuhan
putra Imnanuel Surabaya, dalam penelitian
jumlah sampel adalah 20 orang (n = 20).
Pada penelitian ini menggunakan total
sampling yaitu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih semua populasi untuk
dilakukan penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Data Umum
Data
penelitian
ini
peneliti
mengambil 20 sampel, responden yang
mengalami harga diri rendah di bawah ini
akan disajikan tabel tentang karakteristik
responden berdasarkan usia pada remaja yang
tinggal di panti asuhan Putra Immanuel
Surabaya pada tanggal 15 Juni 2014.
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan
usia pada remaja yang tinggal di panti asuhan
Putra Immanuel Surabaya 15 Juni 2014.
Usia
Responden
Frekuensi
Persentase
12-14 tahun
2
10%
15-17 tahun
14
70%
18-20 tahun
4
20%
Jumlah
20
100%
Berdasarkan
tabel
di
atas
menunjukkan sebagian besar responden
berusia 15-17 tahun yaitu (70%).
Data Khusus
Karakteristik Harga Diri Remaja Yang
Tinggal Di Panti Asuhan Putra Immanuel
Surabaya
Tabel 2 Karakteristik Harga Diri Remaja
Yang Tinggal Di Panti Asuhan Putra
Immanuel Surabaya Juni 2014.
No.
Harga
Frekuensi Persentase
Diri
Remaja
1.
Positif
15
75%
2.
Negatif
5
25%
Jumlah
20
100%
Berdasarkan
tabel
diatas
menunjukkan bahwa gambaran harga diri
remaja yang tinggal di panti asuhan Putra
Immanuel Surabaya sebagian besar 15
responden (75%) mempunyai harga diri
positif.
Pembahasan
Menurut Perry & Potter, 2005 Harga
diri yaitu Harga diri adalah pendirian
individu tentang nilai interpersonal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik
perilaku sesuai dengan ideal diri. Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berakar
dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan
dan kegagalan tetap merasa sebagai
seseorang yang penting dan berharga.
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat harga diri remaja yang tinggal di panti
asuhan yaitu positif sebanyak 15 remaja
(75%). Menurut Marsh, 1990 Faktor – faktor
yang mempengaruhi harga diri adalah
penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan kepada orang lain, idiologik
yang tidak realistic. Harga diri yang positif
dari remaja yang tinggal di panti asuhan
dapat terbentuk dari berbagai faktor yang
mendukung. Walaupun remaja yang tinggal
di Panti Asuhan tidak memiliki orang tua
tetapi peranan orang tua dimana remaja
merasa dekat dan nyaman dengan orang tua
pengganti dalam hal ini ibu panti asuhan.
Jumlah pengasuh yang ada di Panti Asuhan
Putra Immanuel ada 6 orang. Jumlah anak
yang tinggal di Panti Asuhan Putra Immanuel
ada 39 anak yang terdiri dari 1 anak belum
sekolah, sekolah dasar ada 16 anak, sekolah
menengah pertama ada 6 orang, sekolah
menengah atas ada 14 anak, dan perguruan
tinggi ada 2 anak.
Bila dilihat dari perbandingan jumlah
pengasuh dan anak yang diasuh memang
kurang memadai, namun meskipun pengasuh
hanya sedikit tetapi dapat berperan sebagai
orang tua pengganti mereka. Pengasuh tetap
memberikan perhatian dan kasih sayang
secara tulus kepada mereka dengan tidak
membeda- bedakan. Dari hal kecil itulah
anak – anak yang tinggal di panti asuhan
merasa diperhatikan dan mereka tetap seperti
memiliki orang tua. Selain itu di Panti
Asuhan Putra ImmanueI Surabaya anak –
anaknya dididik secara rohani. Mulai dari
bangun tidur sampai akan tidur di malam hari
anak - anak dilatih untuk selalu ingat pada
Tuhan dan selalu bersyukur dengan apa yang
mereka dapat dalam sepanjang hari itu.
Dengan pendidikan rohani yang lebih banyak
diharapkan anak -anak di panti asuhan Putra
Immanuel Surabaya mempunyai pandangan
yang positif terhadap dirinya.
Faktor – faktor yang mempengaruhi konsep
diri antara lain, tingkat perkembangan dan
kematangan, budaya, sumber eksternal dan
internal, pengalaman sukses dan gagal,
stressor, usia, keadaan sakit, dan trauma.
Pudjijogyanti (1991) mengemukakan bahwa
konsep diri bukan merupakan faktor yang
dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang
dipelajari dan dibentuk dari pengalaman
individu dalam berhubungan dengan orang
lain. Berdasarkan tabel diatas
tentang
karakteristik responden berdasarkan usia
yang terbanyak adalah usia 15-17 tahun
sebanyak 14 remaja (70%), karena pada usia
ini remaja cenderung menuruti emosionalnya
dan mencari jati dirinya. Pengalaman yang
positif pada masa kanak – kanak
memberdayakan remaja untuk merasa baik
tentang diri mereka. Pengalaman negatif
sebagai anak dapat mengakibatkan konsep
diri yang buruk. Pengalaman masa kanakkanak yang positif seperti penerapan disiplin
yang di mulai sejak dini, keterlibatan anakanak dalam kegiatan kerohanian seperti
memimpin doa, diberikan tangung jawab
mulai dari hal yang kecil seperti kebersihan
satu ruangan, menyebabkan anak-anak
remaja memiliki gambaran positif tentang
dirinya. Konsep diri yang positif akan
mampu menghargai dirinya dan mampu
melihat hal-hal yang positif yang dapat
dilakukan demi keberhasilan dimasa yang
akan datang. Remaja dapat menerima dan
memahami berbagai kenyataan tentang
dirinya,
dapat
menampung
seluruh
pengalaman tentang dirinya, sehingga
gambaran diri remaja mengarah kearah yang
lebih positif.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
gambaran harga diri remaja yang tinggal di
panti asuhan mayoritas yaitu 15 responden
(75%) memiliki harga diri positif
Saran
Saran yang diberikan oleh
berdasarkan kesimpulan adalah
berikut:
peneliti
sebagai
Bagi Panti Asuhan
Diharapkan Panti Asuhan dapat
mengadakan retreat atau bimbingan rohani
sebagai bekal remaja yang tinggal di panti
asuhan, sehingga mempunyai gambaran yang
positif tentang dirinya.
Bagi Institusi pendidikan
Dapat
dijadikan
sebagai
pertimbangan bagi pihak institusi agar
melakukan
pengabdian
masyarakat
khususnya di Panti Asuhan Putra Immanuel.
Daftar Pustaka
Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi
Perkembangan. Bandung: Refika
Aditama
Alimul A. Aziz. 2007. Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika
Alimul A. Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : Salemba Medika
Astuti, Eny. Dasar – Dasar Riset
Keperawatan. Surabaya: Akper
William Booth
Azwar, Saifuddin. 2013. Penyusunan Skala
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Setiadi. 2007. Konsep dan Penelitian Riset
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan
Dasar
Manusia
&
Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan
Dasar
Manusia
&
Proses
Keperawatan Edisi 4. Jakarta:
Salemba Medika
Download