lonely at the youth who lived in the orphanage (case study)

advertisement
LONELY AT THE YOUTH WHO LIVED IN THE ORPHANAGE (CASE
STUDY)
Sudarman A.R
Undergraduate Program, Faculty of Psychology
Gunadarma University
http://www.gunadarma.ac.id
Keywords: Loneliness, Youth, Orphanages.
ABSTRACT
Basically everyone needs love, warmth and the attention of someone in his life as a child in need
of attention parental love. But not all children get it, when a child must be separated from their
parents because their parents died or other family problems that cause a child left at orphanage.
Lack of nursing caregiver role replaces the role of parents because the caregivers had to share
attention with so many children other foster that cause less unequal affection, warmth and
attention given by the orphanage, the thing that arises is lonely. The purpose of this study was to
determine the lonely picture adolescents who lived in the orphanage, the factors that influence
the lonely in adolescents and the effects of loneliness in adolescents living in orphanage. The
approach used is qualitative research in form the subject of case studies and the number one man,
a young woman 17 years old and lived in an orphanage. Based on research results that picture of
loneliness in adolescents who lived in the orphanage is
cognitive loneliness, emotional
loneliness and the loneliness of behavior, while factors influencing loneliness in adolescents
who lived in the orphanage first there are two factors that psychological factors and
psychological factors as well the effects of loneliness in adolescents who lived in an orphanage.
ABSTRAK
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
Oktober 2010
Sudarman A.R : 10504176
Kesepian Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (studi kasus)
Pada dasarnya setiap orang membutuhkan kasih sayang, kehangatan dan
perhatian seseorang dalam hidupnya seperti anak yang membutuhkan perhatian
kasih orang tua. Namun tidak semua anak mendapatkannya, ketika seorang anak
harus berpisah dari orang tua orang tua karena meninggal ataupun
permasalahan keluarga lainnya yang menyebabkan seorang anak dititipkan di
panti asuhan. Kurangnya peran pengasuh panti menggantikan peran orangtua
dikarenakan para pengasuh harus berbagi perhatian dengan begitu banyak anak
asuh lainnya yang menyebabkan kurang meratanya kasih sayang, kehangatan dan
perhatian yang diberikan oleh pihak panti maka hal yang timbul adalah
kesepian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kesepian
remaja yang tinggal di panti asuhan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesepian
pada remaja dan dampak-dampak dari kesepian pada remaja yang tinggal di
panti asuhan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam
bentuk studi kasus dan jumlah subjek satu orang, yaitu seorang remaja putri yang
berusia 17 tahun dan tinggal di panti asuhan. Berdasarkan hasil penelitian
bahwa gambaran kesepian pada remaja yang tinggal di panti asuhan adalah
kesepian kognitif, kesepian emosional dan kesepian perilaku, adapun faktorfaktor yang mempengaruhi kesepian pada remaja yang tinggal di panti asuhan
terdapat dua faktor yang pertama faktor psikologis dan faktor psikologis serta
dampak-dampak dari kesepian pada remaja yang tinggal di panti asuhan
Kata kunci : Kesepian, Remaja, panti asuhan.
1
2
asuhan adalah suatu lembaga usaha
BAB I
kesejahteraan
PENDAHULUAN
sosial
yang
mempunyai tanggung jawab untuk
Perjalanan hidup seorang anak
tidak selamanya berjalan dengan
mulus, seorang anak dihadapkan
pada pilihan yang sulit ketika harus
berpisah dari keluarga karena suatu
alasan, menjadi anak yatim, piatu
atau yatim-piatu bahkan mungkin
menjadi anak terlantar. Hal ini bisa
dapat
disebabkan
oleh
faktor
ekonomi, ditinggal oleh orang tua
karena
meninggal
permasalahan
keluarga
menyebabkan
anak
ataupun
sehingga
mengalami
permasalahan – permasalahan sosial
(Meizarra, Mappiare dan Sumunanti,
1999).
memberikan pelayanan kesejahteraan
sosial kepada anak – anak terlantar
serta melaksanakan penyantunan dan
pengentasan anak terlantar yang
memberikan
atau
karena
itu,
sekarang
pemerintah
mencoba
berusaha
mengatasi
permasalan
tersebut
dengan menampung anak – anak
anak
dalam
memenuhi kebutuhan fisik, mental
dan sosial pada anak asuh, sehingga
memperoleh kesempatan yang luas,
tepat
dan
memadai
bagi
perkembangan kepribadiannya sesuai
dengan yang diharapkan sebagai
bagian dari generasi penerus cita –
cita bangsa dan sebagai insan yang
akan turut serta aktif dalam bidang
ini sasaran utama panti asuhan
adalah, anak yatim, piatu, yatim –
piatu, anak terlantar usia 0 sampai 21
tahun.
yang beranjak dewasa kedalam panti
asuhan untuk dibina dan diberi
kesempatan agar bisa mendapatkan
serta
perwalian
pengganti
pembangunan nasional. Dalam hal
Oleh
hidup
pelayanan
yang lebih baik dan sehat
pendidikan
yang
memadai
(Meizarra, dkk, 1999).
Menurut
Departemen
Gunarsa dan Gunarsa (1993)
mengungkapkan bahwa pada usia ini
terlihat
jasmani berkaitan dengan proses
kematangan jenis kelamin, terlihat
pula
Sosial
Republik Indonesia (2005), panti
perubahan-perubahan
adanya
psikososial
perkembangan
berhubungan
dengan
fungsi seseorang dalam lingkungan
3
sosialnya, Begitupun juga dengan
mampu atau belum mampu berfungsi
pendapat
(dalam
Wills,
sebagai
menyatakan
bahwa
Berdasarkan penelitian Margareth
proses dari tahap anak menuju masa
(dalam Hurlock, 1995) menyatakan
remaja tergantung kepada keadaan
bahwa perawatan anak di yayasan
dan tingkat sosial masyarakat dimana
sangat tidak baik, karena anak
individu dapat hidup. Selama masa
dipandang sebagai makhluk biologis
remaja ini individu mulai merasakan
bukan sebagai makhluk psikologis
suatu perasaan tentang identitasnya
dan makhluk sosial..
1994)
Derajat
yang
keluarga
yang
wajar.
dirinya
Adapun fenomena yang terjadi
adalah manusia unik. Individu mulai
pada remaja yatim piatu yang diasuh
menyadari sifat – sifat yang melekat
di panti asuhan. Pada kenyataannya
pada dirinya sendiri, seperti aneka
peran
kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan
menggantikan
– tujuan yang dikejarnya di masa
seutuhnya,
depan serta kekuatan dan hasrat
pengasuh harus berbagi perhatian
untuk mengontrol nasibnya sendiri.
dengan begitu banyak anak asuh
sendiri,
perasaan
bahwa
Namun pada kenyataannya tidak
lainnya
pengasuh
tidak
peran
dapat
orangtua
dikarenakan
yang
para
menyebabkan
mempunyai
kurangnya kasih sayang, kehangatan
harapan dan tujuan dapat terpenuhi.
dan perhatian dari para pengasuh
Dalam
yang
yang sebenarnya diharapkan dapat
dihadapkan pada pilihan yang sulit
menggantikan peran dari orang tua
dimana individu harus berpisah dari
(Febiana,
keluarga atau menjadi anak yatim -
menunjukkan bahwa kasih sayang
piatu yang pada akhirnya mereka
orang tua merupakan syarat mutlak
dititipkan
asuhan.
yang diperlukan untuk menjamin
Tjiptasastra (1996). Digantikannya
suatu perkembangan psikis yang
fungsi suatu keluarga oleh panti
sehat bagi anak. Tidak adanya figur
asuhan apabila anak memang sudah
kelekatan dalam hubungan intimnya
tidak mempunyai orang tua lagi atau
seperti anak yang tidak ada orang
mempunyai orang tua tapi tidak
tuanya atau kurangnya perhatian, dan
semua
remaja
hal
yang
ini
di
remaja
panti
2005).
Hal
ini
juga
4
pengalaman akan cinta kasih maka
dirinya
atau
bahkan
sangat
hal yang timbul adalah kesepian
menyembunyikan
(dalam Peplau & Perlman 1982).
pribadinya. individu tersebut juga
kehidupan
hanya
memusatkan perhatian pada prilaku
menyangkut tidak adanya orang lain
dirinya sendiri. Malu untuk bergaul
disekitarnya, melainkan merupakan
dan
akibat dari tidak adanya orang lain
penolakan
yang tepat yang dapat membantu
dirinya.
Kesepian
bukan
kurang
berani
orang
menghadapi
lain
terhadap
individu untuk memenuhi kebutuhan
– kebutuhan tertentu dalam interaksi
sosialnya,
didukung
B. Pertanyaan penelitian
dengan
keyakinan bahwa tidak adanya orang
1. Bagaimana gambaran kesepian
tersebut akan berlangsung lama. Jadi
remaja yang tinggal di panti
bilamana
asuhan ?
individu
merasa
tidak
adanya orang yang tepat baginya
2. Faktor
–
faktor
yang
untuk mencurahkan perasaannya dan
mempengaruhi kesepian remaja
ini bisa berlangsung lama, maka
di panti asuhan?
orang tersebut akan merasa kesepian,
3. Dampak kesepian apakah yang
walaupun disekitarnya banyak orang
timbul pada remaja yang tinggal
(Derlega
di panti asuhan?
dan
Margulis
dalam
Nilawati, 2003).
Sedangkan menurut Peplau dan
C. Tujuan penelitian
Perlman (1982), perilaku individu
yang mengalami kesepian tampaknya
kurang memadai dan kurang efektif
untuk membina dan mengembangkan
pergaulan
yang
akrab.
Individu
tersebut cenderung mengurung diri,
canggung
dalam
sangat
mencurahkan
pergaulan
berlebihan
informasi
dan
dalam
tentang
Tujuan dari penelitian adalah
untuk
mengetahui
gambaran
kesepian remaja yang tinggal di panti
asuhan,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kesepian pada remaja
dan dampak kesepian yang timbul
pada remaja yang tinggal di panti
asuhan.
TINJAUAN PUSTAKA
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk
menambah
memperkaya
A. Kesepian
ragam
khasanan
dan
ilmu
Menurut
pengetahuan khususnya dalam ilmu
Psikologi
Perkembangan
pengalaman
berhubungan dengan remaja dan
kesepian.
menginterprestasikan
dalam
suatu
kesepian
sekalipun
(1982),
merangkum
yaitu:
-
panti asuhan, dan departemen sosial
Need
for
intimacy,
menekankan
meningkatkan
pada
faktor
kedekatan atau keakraban.
kualitas dan kuantitas sumberdaya
Kesepian dipandang sebagai
yang ada dan yang dibutuhkan bagi
hidup
berada
kesepian
kesepian menjadi tiga komponen
dan
pengetahuan kepada para pengurus
sebagai
adakalanya
mengalami
Perlman
tinggal di panti asuhan, serta dapat
kualitas
peristiwa,
seorang diri. Menurut Peplau dan
masalah kesepian pada remaja yang
peningkatan
seseorang
mengalami
dan masukan bagi yang mengalami
asuhan
bagaimana
keramaian, sementara yang lain tidak
psikolog dalam memberikan saran
panti
yang
pada
walaupun
dapat menjadi acuan bagi para
dapat
subjektif
seseorang
Peneliti berharap pada studi kasus ini
diharapkan
(1993)
tergantung
suatu
2. Manfaat Praktis
informasi
dkk
kesepian didifinisikan sebagai suatu
dan
Psikologi Sosial. Terutama yang
menambah
Deaux
suatu perasaan sepi yang
bentuk
diakibatkan
para
karena
terpenuhinya
penghuni panti asuhan.
orang
lain.
tidak
kebutuhan
Fromm
–
Reinchamann (dalam Peplau
&
Perlman
mengemukakan
1982),
bahwa
kebutuhan akan keakraban
ada sepanjang hidup manusia.
5
6
-
Pendekatan Cognitif Process,
hubungan dengan orang lain
pendekatan proses Kognitif
dan perasaan – perasaan itu
ini
membuat
berpendapat
kesepian
bahwa
merupakan
tidak
bahagia.
hasil
dari persepsi dan evaluasi
Faktor–faktor Yang Menyebabkan
individu terhadap hubungan
Kesepian
sosial yang dianggap tidak
1.
memuaskan. Menurut Lopata
Faktor–faktor psikologis
a. Keterbatasan
hubungan,
(dalam Peplau & Perlman,
kesepian ini disebabkan oleh
1982) seseorang akan merasa
kenyataan
kesepian bila tidak adanya
keterbatasan
kesesuaian antara hubungan
manusia yang disebabkan oleh
sosial
berpisahnya seseorang dengan
yang
diharapkan
Pendekatan
Sosial
Reinforcement,
penguatan
pendekatan
Sosial
ini
berpendapat bahwa hubungan
Sosial
yang
adanya
keberadaan
orang lain sehingga tidaklah
dengan kenyataan.
-
seseorang
memuaskan
mungkin
baginya
untuk
berbagi
perasaan
dan
dengan
orang
pengalaman
lain.
b. Pengalaman
Traumatis
dapat dianggap sebagai suatu
hilangnya orang lain secara
bentuk
tiba
reinforcement,
dan
–
tiba,
hilangnya
tidak adanya reinforcement
seseorang yang sangat dekat
ini
dengan individu secara tiba–
dapat
kesepian
menimbulkan
(Yaung
dalam
tiba
tanpa
bisa
dihindari
Peplau dan perlman, 1982)
seringkali dianggap sebagai
menurut
penyebab kesepian.
Mc’clasky
dan
Schaan (dalam Schoct, 1970)
c. Kurang
dukungan
dari
kesepian
lingkungan, Apabila seseorang
sebagai perasaan tidak puas
merasa tidak sesuai dengan
karena merasa kurang adanya
lingkungannya.
makna
mendapat
mendefinisikan
dalam
sebuah
sehingga
penolakan
dan
7
kurang mendapat dukungan
2.
Faktor – faktor Sosiologis
a. Sulit memahami nilai – nilai
dari lingkungannya.
d. Adanya masalah krisis dalam
yang berlaku pada lingkungan
diri seseorang dan kegagalan,
masyarakat, timbulnya sistem
bila seseorang merasa harga
nilai baru yang dikembangkan
dirinya tergantung, mengalami
di masyarakat, seperti privacy,
kegagalan, dan tidak dapat
mobilitas
memenuhi harapannya
dapat menyebabkan seseorang
e. Kurangnya rasa percaya diri,
individu
merasa
lingkungan
kurang
bahwa
disekitarnya
melibatkan
dirinya,
dan
kesuksesan
merasa kesepian.
b. Sulit
beriteraksi
lingkungan.
rutinitas
kehidupan
diluar
rumah,
kuliah,
sehingga merasa hanya dapat
seperti
sekolah,
berhubungan
bekerja
dan
sosial
secara
dengan
sebagainya
menyebabkan
formalitas saja.
seseorang
f. Kepribadian yang tidak sesuai
merasa
dengan lingkungan, orang –
kurang
orang
dengan orang tertentu.
yang
tidak
menyenangkan,
seperti
c. Sulit
kesepian
adanya
karena
kehangatan
berinteraksi
dengan
pemarah, terlau patuh dan
keluarga
disebabkan
tidak mempunyai kemampuan
masalah
waktu,
bersosialisasiakan
dihindari
berkaitan dengan kesibukan
dari lingkungannya, sehingga
dari masing – masing anggota
cenderung
keluarga,
mengalami
berkumpul
kesepian.
g. Ketakutan menanggung resiko
sosial individu yang takut
menanggung
sehingga
resiko
seperti
takut ditolak oleh orang lain.
bagi
oleh
hal
ini
waktu
anggota
keluarga dirasakan menjadi
berkurang.
d. Sulit memahami perubahan
pola – pola dalam keluarga,
kehadiran orang lain akan
menyebabkan
terganggunya
8
anggota
b. Kesepian sosial, diakibatkan
keluarga lain. Perceraian yang
oleh hilangnya rasa integrasi
terjadi dalam keluarga juga
secara sosial, dimana terdapat
menyebabkan
segala
hubungan
dengan
terganggunya
pindah
beradaptasi,
rumah
dan
kepentingan bersama.
hubungan dalam keluarga.
e. Sulit
aktifitas
sering
dari
suatu
Ciri – Ciri Umum Orang Kesepian
tempat ketempat lain akan
Nowan (2008) Menyebutkan
menyebabkan
merasa
seseorang
berbeda
dengan
bahwa orang yang kesepian ada
masalah
dalam
memandang
lingkungan
dan
memiliki
eksistensi dirinya (merasa tidak
hubungan
yang
dangkal
berguna, merasa gagal, merasa
dengan orang sekitar sehingga
terpuruk, merasa tidak ada yang
tidak dapat menjalin hubungan
peduli,
yang
lainnya).
akrab
dengan
dan
perasaan
negatif
Menurut Baron & Bryne (2005)
lingkungan.
semakin
orang yang kesepian cenderung
besarnya populasi atau terlalu
untuk menjadi tidak bahagia dan
banyak
tidak puas dengan diri sendiri,
f. Keterasingan,
akan
orang
disekeliling,
menambah
perasaan
tidak
mau
mendengar
terisolasi karena bagi individu
keterbukaan intim dari orang lain
sulit untuk mengenal satu
dan cenderung membuka diri
sama lain.
mereka baik terlalu sedikit atau
terlau banyak, merasa tersiasiakan
Tipe – tipe Kesepian
a. Kesepian
emosional,
yang
disebabkan oleh hilangnya
kasih sayang secara intim
yang
seseorang.
diberikan
oleh
(hopelessness),
merasa putus asa.
dan
9
Sikap Yang Berkaitan Dengan
merasa gugup bila berada
Perasaan Kesepian
dalam perasaan tegang, tidak
Menurut
beberapa
Burns
sikap
ada
percaya
diri
dan
takut
berkaitan
nampak
lemah
di
dalam
(1998),
yang
dengan perasaan kesepian, antara
kelompok atau lingkungan
lain :
sekitarnya.
a. Rendah diri, orang yang malu
dan
kesepian
menderita
e. Rasa
tidak
mempunyai
harapan, orang yang merasa
perasaan rendah diri, yang
kesepian
disebabkan oleh seringnya
mempunyai
membandingkan
untuk mengembangkan suatu
dengan
orang
nanpaknya
dirinya
lain
lebih
yang
menarik,
lebih mempesona, maupun
lingkungan
merasa
tidak
harapan
teman
lagi
atau
menemukan pasangan yang
dapat disayangi.
f. Rasa terasing dan terkucilkan,
lebih cerdas.
b. Perfeksionisme
romantis,
individu
yang
mengalami
harapan – harapan yang tidak
kesepian memiliki keyakinan
realistis
diri
bahwa pada dasarnya dirinya
seseorang dengan pasangan
berbeda dari orang lain dan
dapat menimbulkan kesepian.
tidak
tentang
mempunyai
banyak
emosional,
persamaan dengan dirinya,
bila perasaan romantis mulai
dan mengira orang lain tidak
memudar dan kegundahan
akan berminat pada dirinya
awal
serta tidak mau menerimanya.
c. Perfeksionisme
hubungan
dalam
mulai
menjalin
merosot,
g. Peka
terhadap
maka setiap pasangan akan
orang
menyimpulkan bahwa cinta
merasa takut ditolak sehingga
telah berkurang.
memilih
d. Rasa malu dan Kecemasan
Sosial, orang yang merasa
kesepian merasa canggung,
kesepian
penolakan,
tidak
seringkali
berusaha
berkencan dan bergaul akrab
dengan orang lain.
10
perwalian anak dan memenuhi
Dampak Dari Kesepian
a. Mengalami rendah diri.
kebutuhan
b. Menyalahkan diri sendiri.
sosial pada anak asuh, sehingga
c. Tidak inggin berusaha untuk
memperoleh kesempatan yang
terlibat pada kegiatan sosial.
d. Mempunyai kesulitan untuk
fisik,
mental
dan
luas, tepat dan memadai bagi
perkembangan
kepribadiannya
memperlihatkan diri dalam
sesuai dengan yang diharapkan
berkelakuan dan takut untuk
sebagai bagian dari generasi
berkata ya atau tidak untuk
penerus cita – cita bangsa dan
hal yang tidak sesuai.
sebagai insan yang akan turut
e. Mempunyai persepsi negatif
serta
aktif
dalam
bidang
Pembangunan Nasional.
tentang diri sendiri.
f. Takut bertemu orang lain dan
menghindari situasi baru.
g. Merasakan
keterasingan,
kesendirian
tidak
Tujuan Panti Asuhan
dan
bahagia
Tujuan
panti
asuhan
perasaan
menurut
Departemen
terhadap
Republik Indonesia (2005) ialah
memberikan
lingkungan sekitar.
pelayanan
berdasarkan
sosial
Panti asuhan
Menurut Departemen Sosial
dengan
Sosial
profesi
pekerja
anak
terlantar
kepada
cara
membantu
dan
Republik Indonesia (2005), panti
membimbing mereka ke arah
asuhan adalah suatu lembaga
perkembangan
usaha kesejahteraan sosial yang
wajar
mempunyai
ketrampilan
untuk
tanggung
memberikan
jawab
pelayanan
mereka
pribadi
serta
yang
kemampuan
kerja,
sehingga
menjadi
anggota
kesejahteraan sosial kepada anak
masyarakat yang dapat hidup
terlantar,
melaksanakan
layak dan penuh tanggung jawab
pengentasan
baik terhadap dirinya, keluarga
memberikan
dan masyarakat.
serta
penyantunan
anak
dan
terlantar,
pelayanan
pengganti
atau
11
Sasaran Utama Panti Asuhan
Menurut Departemen Sosial
Republik
Indonesia
(2005)
sasaran garapan panti asuhan
Sistem Asuhan
a. Sistem
asuhan
berbentuk
asrama.
b. Sistem panti asuhan berbentuk
meliputi
a. Anak yatim, piatu, yatim –
”Cattage”.
piatu terutama usia 0 sampai
21 tahun.
Jenis Penyelenggara Panti Asuhan
b. Anak terlantar adalah anak
Menurut Departemen Sosial
yang karena suatu sebab,
Republik
anak
penyelenggara
yang
orang
melalaikan
tuanya
kewajibannya,
Indonesia
dalam
(2005)
panti
asuhan terbagi dalam :
anak
a. Peyelenggaraan panti asuhan
tidak dapat terpenuhi dengan
oleh Negara,penyelenggaraan
wajar baik secara rohani,
panti asuhan ini berdasarkan
jasmani maupun sosial yang
atas
harmonis.
terorganisasi
sehingga
kebutuhan
c. Anak yang tidak mampu
kesenjangan
dan
aktifitas
formal,
seluruh
serta
adalah anak yang karena
penyelenggaraanya
suatu
tanggung secara penuh oleh
sebab
terpenuhinya
tidak
dapat
kebutuhan
–
di
negara.
secara
b. Penyelenggara panti asuhan
maupun
oleh Swasta,penyelenggaraan
sosial dengan wajar antara
panti asuhan oleh swasta
lain salah satu orang tua, dan
dalam
atau keduanya sakit kronis,
berdasarkan atas kesenjangan
terpidana
formal, terorganisasi tetapi
kebutuhannya
rohani,
baik
jasmani
dan
meninggal
hal
dunia, sehingga anak tidak
seluruh
ada yang merawat.
pengelolaannya
ini
aktifitas
juga
dan
ditanggung
secara penuh oleh orang atau
badan pemerintahan tertentu.
12
Remaja
Asuhan Didalam Panti Asuhan
(1991),
Masa remaja merupakan masa
pengasuh
peralihan dari masa kanak – kanak
sebagi pengganti peran orang tua
menuju masa dewasa yakni antara
berusaha memberikan perhatian
usia 12 sampai 21 tahun. Masa
yang
dan
remaja disebut juga masa pubertas
selanjutnya dapat diterima, dan
yang meliputi masa peralihan dari
dilaksanakan
masa
Dalam
Sudharta
dijelaskan
bahwa
dapat
dipahami,
oleh
anak
kanak
–
kanak
menuju
mestinya,
tercapainya kematangan fisik, yakni
memberikan dorongan sebesar –
usia 12 sampai 15 tahun. Pada masa
besarnya
agar
dapat
ini terlihat perubahan – perubahan
mencapai
hal
semaksimal
jasmani berkaitan dengan proses
Memberikan
kematangan jenis kelamin, terlihat
sebagaimana
anak
mungkin.
kesempatan yang sama kepada
pula
setiap anak agar mereka dapat
psikososial
mengamati
menghayati
fungsi seseorang dalam lingkungan
situasi kehidupan sesamanya, dan
sosialnya, yakni dengan melepaskan
masalah
yang
alami
diri dari ketergantungan pada orang
masing
–
Mereka
tua, pembentukan rencana hidup dan
menjadi mandiri dan mampu
pembentukan sitem nilai – nilai
mengembangkan potensi yang
(Gunarsa & Gunarsa, 1993).
dan
mereka
masing.
dimilikinya
sendiri
pengawasan
dari
perkembangan
berhubungan
Monks
dengan
pengasuh.
adanya
mengklasifikasikan
dkk
masa
dengan
(1999)
remaja
Selain itu didalam panti asuhan,
yang berlangsung antara usia 12
diadakan usaha – usaha yang
sampai 21 tahun, dengan pembagian
bersifat memperluas pergaulan
usia 12 sampai 15 tahun, adalah
anak untuk dapat menghayati,
masa remaja awal, 15 sampai 18
menerima dan melaksanakan hal
tahun
– hal yang bersifat normative
pertengahan, 18 sampai 21 tahun
agar
adalah masa dewasa akhir.
dapat
masyarakat.
diterima
dalam
adalah
masa
remaja
13
Tugas Perkembangan Remaja
Menurut
Gunarsa
d. Menemukan
model
untuk
Identifikasi.
dan
Gunarsa (1983), bahwa harapan
Erikson berpendapat bahwa
masyarakat terhadap remaja dapat
remaja
di pengaruhi melalui suatu proses
identitas diri.
berkesinambungan
menjalankantugas
harus
menemukan
dalam
e. Memperkuat penguasaan diri
tugas
atas dasar skala nilai dan
–
perkembangan bagi remaja, yaitu :
norma.
a. Menerima keadaan fisiknya.
Remaja
sangat
mudah
Masa ini remaja mengalami
terpengaruh oleh lingkungan
berbagai macam perubahan
luar dan dalam. Lingkungan
fisik. Berhubungan dengan
luar dan pengaruhnya kadang
pertumbuhannya
– kadang perlu dihambat dan
dan
dicegah, supaya tidak terlalu
kematangan seksualnya.
b. Memperoleh
besar rangsanganya terutama
kebebasan
Emosional.
bila
Agar menjadi orang dewasa
dipengaruhi
yang
sosial.
dapat
keputusan
yang
mengambil
bijaksana,
remaja
harus
memperoleh
latihan
dalam
mengambil
f.
bersikap
oleh
negatif.
interaksi
Meninggalkan reaksi dengan
cara
penyesuain
kekanak-
kanakan
Remaja
keputusan yang bertahap.
diharapkan
bisa
meninggalkan kecendrungan,
c. Mampu bergaul.
Dalam mempersiapkan diri
keinginan
untuk
untuk masa dewasa, remaja
sendiri (egocentris).
menang
harus belajar bergaul dengan
teman
sebaya
dan
tidak
sebaya, sejenis maupun tidak
sejenis.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif,
dengan
tujuan
mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang
14
suatu kasus, atau studi kasus untuk
Selanjutnya merasa kurang percaya
mendapatkan
terhadap orang lain,
sekedar
verstehen
eklaren.
mengungkap
fenomena
Serta
makna
dengan
bukan
mampu
Kesepian yang kedua adalah
dibalik
kesepian perilaku, merasa malu dan
kondisi
apa
minder. Kemudian menarik diri atau
adanya, natural (Heru Basuki, 2006).
enggan mengambil resiko dalam
situasi-situasi social.
Kesepian
Teknik Pengumpulan Data
yang
ketiga
yaitu
Teknik pengumpulan data yang akan
kesepian emosional, dimana subjek
dipergunakan dalam penelitian ini
merasa sedih tidak memiliki orang
adalah dengan, teknik wawancara
tua. Selanjutnya merasa iri karena
dan obsevarsi.
tidak mempunyai orang tua.
Keakuratan Penelitian
2. Faktor-faktor
kesepian
pada
Salah satu proses pengumpulan data
remaja yang tinggal di panti
yang tepat adalah dengan proses
asuhan?
triangulasi
data,
pengamat,
trianggulasi
Berdasarkan penelitian yang
trianggulasi
teori,
dan
trianggulasi metodologis.
dilakukan
penulis
faktor-faktor
yang
menyimpulkan
mempengaruhi
kesepian pada remaja yang tinggal di
Pembahasan
panti asuhan dibagi menjadi dua
yaitu, faktor psikologis dan faktor
1. Bagaimana gambaran kesepian
pada remaja yang tinggal di
panti asuhan?
sosiologis.
Faktor psikologis
-
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan penulis, menyimpulkan
Terbatasnya hubungan subjek
dengan orang lain.
-
gambaran kesepian pada remaja yang
Adanya masalah krisis dalam
diri seseorang dan kegagalan.
tinggal di panti asuhan yaitu, yang
-
Kurangnya rasa percaya diri.
pertama adalah kesepian kognitif.
-
Kepribadian
Tidak ada teman berbagi pikiran,
yang
tidak
sesuai dengan lingkungan.
15
-
Ketakutan
pikiran,.
Sedangkan dari faktor sosial
Sulit memahami nilai-nilai
yang
berlaku
Sulit
kesepian
dengan
kurang
perilaku,
terkadang
subjek merasa malu dan minder
bila
keluarga.
merasa
Kesepian yang kedua adalah
kesepian
berinteraksi
dan
percaya terhadap orang lain.
dalam
lingkungan.
-
yaitu
kognitif, tidak ada teman berbagi
resiko sosial,
-
Pertama
menanggung
sedang
kumpul
dengan
teman-teman di panti.
Dampak-dampak kesepian pada
Kemudian menarik diri atau
remaja yang tinggal di panti
enggan mengambil resiko dalam
asuhan?
situasi-situasi sosial. Kesepian
Pada
pertanyaan
penelitian
yang
ketiga
yaitu
kesepian
dampak-dampak
emosional, dimana subjek merasa
kesepian pada remaja yang tinggal di
sedih tidak memiliki orang tua
panti asuhan.
dan merasa iri karena tidak
ketiga
mengenai
mempunyai orang tua.
a. Rendah diri.
b. Menyalahkan diri sendiri.
c. Takut bertemu orang lain dan
menghindari
situasi
yang
2. Faktor-faktor
mempengaruhi
yang
kesepian
remaja yang tinggal di panti
asuhan.
baru.
d. Merasakan keterasingan dan
Faktor psikologis yang pertama
terbatasnya hubungan subjek dengan
kesendirian.
orang lain, terutama
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai kesepian pada remaja yang
di
panti
asuhan
kurangnya
kedekatan subjek dengan orang lain
Kesimpulan
tinggal
pada
dapat
baik dalam lingkungan panti maupun
disekolah.
Faktor psikologis kedua adalah
disimpulkan bahwa :
adanya masalah krisis dalam diri
1. Gambaran kesepian pada remaja
seseorang dan kegagalan. Adanya
yang tinggal di panti asuhan :
masalah krisis dalam diri seseorang
16
dan kegagalan. Faktor psikologis
baru. Takut bertemu orang lain dan
yang ketiga adalah kurangnya rasa
menghindari
percaya diri subjek terhadap dirinya
bahwa subjek merasa malu dengan
sendiri.
orang yang baru dikenalnya.
Faktor
psikologis
yang
keempat adalah kepribadian yang
Dampak
situasi
dari
yang
kesepian
yang
tidak sesuai dengan lingkungan.
keempat
Faktor psikologis yang kelima adalah
keterasingan dan kesendirian. subjek
ketakutan menanggung resiko sosial.
lebih
Sedangkan dari faktor sosial,
adalah
baru,
merasa
merasakan
nyaman
dengan
kesendirian baik dikamar atau di
yang pertama, yaitu sulit memahami
taman
nilai-nilai
bergaul atau mengumpul dengan
yang
berlaku
dalam
lingkungan. yang kedua yaitu sulit
daripada
sekedar
untuk
teman-teman yang lainnya.
berinteraksi dengan keluarga.
3. Dampak-dampak kesepian pada
remaja yang tinggal di panti
Saran
1. Untuk Subjek diharapkan dapat
asuhan:
membangun kedekatan
Dampak kesepian yang pertama
cara membina hubungan sosial
adalah merasa rendah diri, subjek
yang lebih baik dengan keluarga,
merasakan rendah diri jika berada
teman –teman, orang lain dan
dalam situasi ramai, sehingga sering
lingkungan baik di dalam panti
menghindari dan menjauh.
ataupun di luar panti. Subjek juga
Dampak dari kesepian
kedua
adalah
menyalahkan
yang
diri
disarankan
secara
dengan
agar dapat berfikir
positif
sehingga
tidak
sendiri, subjek sering menyalahkan
menutup diri dalam bergaul dalam
diri sendiri karena subjek merasa
orang lain agar dapat melupakan
dilahirkan tanpa ada orang tua yang
masa
mampu
dengan langkah-langkah positif
membimbing
dan
memberikan perhatian untuk subjek.
Dampak
dari
kesepian
yang
ketiga adalah takut bertemu orang
lain dan menghindari situasi yang
lalunya
dan
bertindak
agar dapat bangkit dari rasa
kesepian.
17
2. Untuk keluarga, hendaknya dapat
lainnya
yang
menyebabkan
memberikan dukungan, perhatian
kesepian. Sehingga dapat dilihat
yang lebih mendalam , kasih
perbedaan kesepian yang dialami
sayang dan
dari sudut pandang yang berbeda.
dapat
membina
hubungan yang akrab diantara
masing-masing anggota keluarga
DAFTAR PUSTAKA
dengan subjek.
3. Untuk
pihak
harapkan
pengasuh
di
lebih memperhatikan
para anak asuhnya agar terjalin
hubungan yang lebih akrab dan
diharapkan
juga
dapat
memberikan
semangat
untuk
Anonim.(2007). Effect loneliness.
Dalam Psychology Today
Magazine.
Http://en.wikipedia.org/wiki
/loneliness. Diakses tanggal
23 November 2009
Badan
berkarya, serta dapat menyalurkan
kegiatan yang bermanfaat bagi
remaja yang tinggal di panti
asuhan , agar kelak saat keluar
dari panti dapat menjadi anak
yang berguna bagi dirinya dan
juga bagi orang lain.
4. Untuk
peneliti
diharapkan
dapat
melakukan
faktor lain, yang mempengaruhi
pada remaja yang tinggal di panti
asuhan dan lebih mendalam lagi.
Selain itu juga dapat meneliti dari
pandang
misalnya
dukungan
yang
dengan
sosial
Baron, R.A & Byrne, D.(2005).
Sosial psychogy. Jilid II.
Edisi kesepuluh. Jakarta :
PT. Erlangga
selanjutnya
penelitian dengan melihat faktor-
sudut
penelitian
dan
pengembangan
kesejahteraan
Sosial.
(1995). Istilah teknis usaha
kesejahteraan
sosial.
Jakarta : Departemen Sosial
Republik Indonesia.
pada
berbeda
melihat
remaja
khususnya serta penyebab yang
P.N
Middlebook.(1980).
Loneliness A Sourcebook Of
Current Theory Research
And Therapy. Amerika: A
Wiley
Interscience
Publication
Bruno,
F.J.(2000)
Conguer
Loneliness. Alih Bahasa :
Sitanggang, A.R.H. Jakarta :
PT
Gramedia
Pustaka
Utama.
18
Basuki, H. A. M. (2006).
Pendekatan kualitatif untuk
ilmu-ilmu kemanusiaan dan
budaya.
diktat
kuliah.
Jakarta
:
Universitas
Gunadarma.
Cage.
NL
dan
Berliner.D.C.(1979).
Educational
Psychology:
Rand
McNally
Collegepub.Co.
Deaux, K, Dane, F.C, dan
Wrighsman,L.S.
(1993).
Social psychology: Social
psychology in the 90’s (6
ed). California: Brooks/Cole
Publishing Company.
Departemen Sosial Republik
Indonesia.(2005). Petunjuk
teknis pelaksanaan
penyantunan
dan
pengentasan anak terlantar
melalui panti asuhan anak
jakarta.
Derlaga, V.J. & Margulis, S.T.
(1993). Self disclosure.
Newburry Park : Sage
Publication Inc.
D.M.D. Burns. (1998). Mengapa
kesepian
(Terjemahan).
Jakarta : Erlangga
Febiana,
Fransiska.
(2005).
Konsep diri remaja panti
asuhan.
Skrpsi
(Tidak
Diterbitkan)
Fakultas
Psikologi Unika Atma Jaya.
Gunarsa
&
Yulia.G.(1993)
Psikologis praktis anak dan
remaja. Jakarta : Bpk
Gunung
Mulia.
Himpunan
peraturan
dan
perundang – undangan
tentang
perlindungan.
(2002)
Jakarta: Direktorat Jendral
Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial, Direktorat Bina
Pelayanan Sosial Anak,
Departemen Sosial RI.
Lativa.(2008). Jenis dan dinamika
loneliness pada masyarakat
modern.
Jurnal
Psikodinamik.
Diakses
tanggal 10 Maret 2009,
Vol.1 No.5.101-113.
Moleong, L. J. (2004). Metode
Penelitian
Kualitatif.
Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Mudjiwti. (1983) Kehidupan
emosi anak –anak 5 – 6
tahun
dilihat
melalui
pemilihan warna dalam
lukisan mereka (Suatu Studi
pada anak panti asuhan dan
non Panti asuhan di
Jakarta). Skripsi (Tidak
Diterbitkan).
Depok
Fakultas
Psikologi
Universitas Indonesia.
Nowan. (2008). Jomblo asik gila.
Jakarta : PT Gramedia
19
Nugroho, W. dan Muchji,
A.(1996). Ilmu Budaya
Dasar (Seri Diktat Kuliah).
Depok:
Universitas
Gunadarma.
Meizarra,P.D.,Mappiare, A.T.,&
Sumunarni, Siti. (1999).
Dinamika Motivasional
dalam belajar anak – anak
panti
asuhan.
Jurnal
Psikodinamik,
Vol.1,No.3.129-134.
Pelayanan
Sosial
bagi
anak.(2009).
Topik
Ketelantaran. [on-line]
Informasi Sosial interaktif
http:www.infosicieta.com/to
day/artikel.html?
item
id=104&topic=ketelantaran.
Diakses
tanggal
19
September 2009.
Peplau, L.A dan Perlman, D.
(1982). Lonelines : A.Saurce
Book Of Current Theory,
Reseach, AND Therapy.
New York : John Willy &
Sans.
Poerwandari, E. K. (2005).
Pendekatan kualitatif dalam
penelitian psikologi. Depok :
Lembaga
Pengembangan
Sarana
Pengukuran
dan
Pendidikan (LPSP3).
Fakultas
Psikologi
Universitas Indonesia.
Rice, P.L. (1996). The Adolescent
: Development, relotionship
and culture (8 ed).
Boston : Mc Graw – Hill.
Sears, D.O.,Freedman,Y.L. dan
Paplau,
L.A.
(1999).
Psikologi Sosial. Jilid 1. Edisi
kelima. Alih Bahasa: Michael
Adryanto. Jakarta : Erlangga.
Sudharta, I.M. (1991). Pola dan
Peranan Panti asuhan dalam
pemerataan
laporan
penelitian.
Denpasar.
Universitas Udayana.
Tjipsastra, T.E.(1996). Hubungan
antara konsep diri, motivasi
belajar, prestasi belajar anak
– anak panti asuhan dan
perbedaan dari anak – anak
yang diasuh dalam keluarga.
Skrpsi (Tidak Diterbitkan).
Jakarta:
Universitas
Indonesia.
Willy, SS. (1994). Problem
remaja
dan
permasalahannya. Bandung :
angkasa
Download