laporan sl cacing tanah fix

advertisement
LAPORAN KEGIATAN
BIO301 STUDI LAPANGAN
Judul:
Keragaman Cacing Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat
Disusun oleh:
Dian Nur Hapitasari
(G34120078)
Muhammad Rezki Rasyak
(G34120111)
Dian Anggraini
(G34120124)
Kelompok 29
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
RINGKASAN
DIAN NUR HAPITASARI, MUHAMMAD REZKI RASYAK, DIAN ANGGRAINI,
Keragaman Cacing Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Dibimbing oleh
Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin DEA.
Cacing tanah merupakan anggota filum Annelida, kelas Oligochaeta yang umum
ditemukan di habitat terestrial dengan kelimpahan material organik di dalam tanah dan
sangat mungkin ditemukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi, Jawa
Barat. Tujuan studi lapang ini adalah untuk mengidentifikasi keragaman cacing tanah di
Hutan Pendidikan Gunung Walat dan mengkaji hubungan faktor-faktor abiotik seperti suhu
tanah, pH tanah, kelembapan tanah, ketinggian tanah dengan keberadaan cacing tanah.
Pengambilan cacing tanah dilakukan dengan metode penggalian sederhana
menggunakan cangkul di tiga habitat HPGW, yaitu vegetasi pinus, vegetasi damar, dan
dekat sumber air. Metode penggalian sederhana ini dilakukan dengan membuat petak
berukuran 1x1 m, kemudian digali menggunakan cangkul. Cacing tanah yang muncul
diambil, difoto, dibersihkan dengan air, dimasukkan kedalam botol koleksi berisi alkohol
70%, dan diberi label.
Identifikasi jenis cacing dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Secara
makroskopis adalah dengan memperhatikan panjang, warna bagian dorsal dan ventral.
Secara mikroskopis dilakukan dengan memperhatikan banyaknya seta, prostomium, letak
klitellum, struktur kelamin pada klitellum serta banyaknya seta pada tubuh cacing.
Morfologi cacing tanah dapat diamati lebih jelas menggunakan mikroskop stereo. Hasil
identifikasi dari semua habitat dan titik pengambilan sampel menunjukkan cacing tanah
yang diperoleh adalah jenis Pheretima sp. Cacing Pheretima sp. memiliki jumlah segmen
122-153 dan setiap segmen mempunyai seta tipe Perichaetine. Letak klitellum pada
segmen 14-16, pigmentasi dorsal sama dengan pigmentasi ventral merah kecoklatan.
ii
LAPORAN KEGIATAN BIO 301 STUDI LAPANGAN TAHUN 2014
Judul
:
Keragaman Cacing Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat
Penyusun
:
Dian Nur Hapitasari
(G34120078)
Muhammad Rezki Rasyak
(G34120111)
Dian Anggraini
(G34120124)
Bogor, 10 Juli 2014
Menyetujui,
Mengetahui,
Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin DEA
Dr. Ir. Iman Rusmana, M.Si
Pembimbing
Ketua Departemaen
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Studi Lapang yang berjudul
“Keragaman Cacing Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat”.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Bapak Dr. Ir.
Dedy Duryadi Solihin DEA selaku dosen pembimbing Studi Lapang kami yang telah
memberi bimbingan, kritik, dan saran selama rangkaian kegiatan Studi Lapang
berlangsung, serta seluruh staf Departemen Biologi FMIPA IPB yang telah terlibat dalam
penyelesaian rangkaian kegiatan Studi Lapang. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman Biologi angkatan 49 atas bantuan dan dukungannya. Ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua kami atas segala do’a dan dukungan,
semangat juga kasih sayang mereka.
Kami menyadari bahwa laporan kami masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari semua pihak. Akhir
kata kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan
untuk kemajuan ilmu pengetahuan sains dan teknologi.
Bogor, 10 Juli 2014
Dian Nur Hapitasari
Muhammad Rezki Rasyak
Dian Anggraini
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................
iv
DAFTAR ISI................................................................................................................
v
PENDAHULUAN .......................................................................................................
6
Latar Belakang ...................................................................................................
6
Tujuan .................................................................................................................
7
BAHAN DAN METODE ............................................................................................
8
Tempat dan Waktu .............................................................................................
8
Alat dan Bahan ...................................................................................................
8
Metode Pengambilan sampel..............................................................................
8
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................................
9
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................
15
Kesimpulan .........................................................................................................
15
Saran ...................................................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................
16
LAMPIRAN.................................................................................................................
17
Lampiran 1 Gambar area sampling ....................................................................
17
Lampiran 2 Peta keseluruhan Hutan Pendidikan Gunung Walat .......................
18
Lampiran 3 Jalur dan letak pengambilan sampel cacing tanah ..........................
19
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Faktor abiotik dan keberadaan cacing tanah ..................................................
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 pH tanah setiap area sampling ....................................................................
11
Gambar 2 Suhu tanah setiap area sampling .................................................................
11
Gambar 3 Kelembapan tanah setiap area sampling .....................................................
12
Gambar 4 Klitellum Pheretima sp ...............................................................................
14
Gambar 5 Genital pore Pheretima sp ..........................................................................
14
Gambar 6 Bagian posterior (anus) Pheretima sp. ........................................................
14
Gambar 7 Seta dan segmen Pheretima sp ...................................................................
14
v
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cacing tanah termasuk hewan makro tanah yang berperan sebagai dekomposer,
pengolah tanah asli, memperbaiki lingkungan perakaran, meningkatkan infiltrasi tanah,
mencampur tanah dan bahan organik, kasting (leafcast) menjadi agregat tanah. Cacing
tanah termasuk ke dalam kelompok hewan avertebrata yang banyak dijumpai di tempattempat yang lembap di seluruh muka bumi (Yulipriyanto 2010). Cacing tanah termasuk ke
dalam filum Annelida, kelas Oligochaeta. Panjang tubuh cacing tanah umumnya berkisar
antara 5 hingga 15 cm (Handayanto dan Hairiah 2009). Ciri cacing tanah yang paling
menonjol adalah adanya segmen-segmen pada tubuhnya. Segmentasi pada cacing
bertindak sama halnya dengan fungsi-fungsi pembagian pada hewan umumnya yaitu setiap
segmen mempunyai fungsi berbeda (Yulipriyanto 2010).
Bagian pertama cacing tanah adalah ujung anterior yang terdiri dari kepala dan
prostomium, sebuah cuping yang menutup mulut dilengkapi sebuah alat seperti pisau untuk
masuk ke dalam tanah. Struktur seperti sadel yang dekat dengan pangkal anterior tubuh
yang disebut klitellum. Seta merupakan struktur seperti rambut kecil terletak pada setiap
segmen. Bagian kedua cacing tanah adalah ujung posterior yang terdiri dari anus. Cacing
memiliki kelenjar kulit yang mengeluarkan cairan yang membantu pergerakan
(Yulipriyanto 2010). Makanan cacing tanah adalah daun, akar, batang tanaman yang telah
sebagian membusuk dan beberapa partikel tanah yang cukup hara. Cacing tanah adalah
hewan hermaprodit (setiap individu memiliki organ reproduksi jantan dan betina), namun
kopulasi tetap dilakukan oleh dua ekor cacing (Handayanto dan Hairiah 2009).
Keberadaan cacing di dalam tanah dipengaruhi oleh kelembapan tanah, temperatur
tanah, kandungan bahan organik, keasaman tanah, tekstur tanah, dan aerasi tanah
(Handayanto dan Hairiah 2009). Kelembapan tanah berperan penting dalam menjaga
aktivitas cacing tanah. Kelembapan tanah optimal untuk pertumbuhan cacing tanah adalah
sekitar 70-90% (Brata 2009). Cacing tanah dapat tumbuh dengan baik dan optimal pada pH
6 – 7.2. Temperatur tanah yang ideal untuk pertumbuhan cacing tanah antara 15-25°C
(Sugiyarto et al 2007). Bahan organik yang memiliki kandungan N dan P tinggi
meningkatkan populasi cacing tanah. Tanah liat berlempung merupakan tempat yang ideal
bagi cacing tanah (Handayanto dan Hairiah 2009).
6
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak sekitar 2,5 km ke arah selatan
dari jalan Bogor-Sukabumi yang berjarak 55 km dari Bogor dan 15 km dari Sukabumi.
Secara geografis kawasan ini terletak pada 060 53’35”-060 55’10” Lintang Selatan (LS)
dan 106047’50”-106051’30” Bujur Timur (BT) dengan rata-rata ketinggian 557 meter di
atas permukaan laut (m dpl) dengan luasan semula adalah 359 ha dan kini menjadi sekitar
349 ha. HPGW terletak pada ketinggian 500 - 700 m dpl dengan topografi yang bervariasi
dari landai sampai bergelombang terutama di bagian selatan. Di bagian utara memiliki
kondisi topografi yang semakin berat. Kondisi topografi di kawasan HPGW ini adalah
bergunung (98 ha), berbukit (42 ha), bergelombang (23 ha), berombak (9 ha) dan datar (4
ha) (Syaufina et al 2007).
Kondisi tanah di kawasan HPGW umumnya terdiri dari jenis tanah yang kompleks,
diantaranya podsolik merah kuning, latosol dan litosol dari batuan endapan dan beku di
daerah bukit. Berdasarkan data curah hujan Gunung Walat tahun 2000 – 2005 dari
Laboratorium Pengaruh hutan Fakultas Kehutanan IPB diperoleh curah hujan rata-rata
sebesar 2272.79 ml/tahun dengan rata-rata hari hujan 10 hari/bulan. Curah hujan rata-rata
terendah terjadi pada tahun 2001 (1797.67 ml/tahun) (Syaufina et al 2007).
Kondisi penutupan lahan oleh vegetasi di kawasan HPGW sekitar 75 % adalah
hutan tanaman yang ditanam sejak tahun 1958 dengan dominasi jenis damar (Agathis
dammara), tusam-pinus (Pinus merkusii) dan mahoni (Swietenia macrophylla). Tumbuhan
bawah yang dominan antara lain alang-alang (Imperata cylindrica), harendong (Melastoma
malabathricum), pakis areuy (Nekania scanden), pakis rane (Selaginella plana) (Syaufina
et al 2007).
Tujuan
Mengetahui keanekaraaman cacing tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan
mengetahui faktor-faktor fisik yang mempengaruhi keberadaan cacing tanah.
7
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Pengambilan contoh cacing tanah dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat,
Sukabumi, Jawa Barat selama dua hari pada tanggal 25 Juni-26 Juni 2014. Dilanjutkan
dengan identifikasi cacing tanah di Laboraturium 4 Biologi, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70% dan
akuades. Sedangkan peralatan yang digunakan meliputi cangkul, sekop, mistar, wadah
plastik, tisu, botol film, label, in/out thermo-hygrometer, soil pH and moisture tester, GPS,
dan alat tulis.
Metode Pengambilan Sampel
Pendugaan keragaman populasi cacing tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat,
Sukabumi dilakukan dengan metode sampling. Diarahkan pada
tempat-tempat yang
dianggap mewakili habitat di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Satuan contoh yang
digunakan adalah petak berbentuk persegi dengan ukuran 1x1 meter. Pada setiap
pengambilan contoh cacing tanah, diukur pH tanah, kelembapan tanah, dan suhu tanah,
serta ketinggian posisi tempat pengambilan sampel cacing.
Pengambilan cacing dengan metode sampling dilakukan pada tiga tempat yang
berbeda yaitu tegakan hutan pinus, hutan damar, dan lokasi sekitar sumber air. Pada setiap
lokasi diambil sampel dari bagian yang bervegetasi dan non vegetasi, serta bagian yang
terbuka atau tertutup serasah. Tempat sampling terlebih dahulu dibersihkan dari tanaman
yang menutupi, cabang, ranting, serasah serta batuan untuk memudahkan pengambilan
cacing, kemudian digali. Cacing yang diambil sebagai spesimen harus utuh, tidak putus,
kemudian difoto warna dan tekstur badannya. Selanjutnya dituangkan ke dalam larutan
alkohol 70% pada botol film yang sebelumnya telah diberi label.
Identifikasi jenis cacing dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Secara
makroskopis adalah dengan memperhatikan panjang, warna bagian dorsal dan ventral.
Secara mikroskopis dilakukan dengan memperhatikan banyaknya seta, prostomium, letak
klitellum, dan struktur kelamin pada klitellum serta banyaknya seta pada tubuh cacing.
Morfologi cacing tanah dapat diamati lebih jelas menggunakan mikroskop stereo.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dengan tiga lokasi
pengamatan. Lokasi pertama dilakukan di hutan dominasi vegetasi pinus (Pinus merkusii)
dengan pengambilan sampel di area vegetasi dan non vegetasi. Begitu pula lokasi kedua di
hutan dominasi vegetasi damar (Agathis dammara) dilakukan pengambilan sampel di area
vegetasi dan non vegetasi. Lokasi ketiga sampel diambil di dekat sumber air sekitar tempat
penginapan dengan tiga kali ulangan.
Pengukuran suhu udara dan kelembapan Hutan Pendidikan Gunung Walat selama
dua hari pengamatan diperoleh suhu maksimum, suhu minimum, kelembapan maksimum,
dan kelembapan minimum. Suhu udara maksimum dan suhu udara minimum HPGW pada
hari pertama adalah 28.1°C dan 22.1°C. Sedangkan pada hari kedua suhu udara maksimum
dan suhu udara minimumnya adalah 28.1°C dan 21.1°C. Diperoleh pula kelembapan
maksimum dan minimum pada hari pertama adalah 88% dan 58%. Sedangkan pada hari
kedua kelembapan maksimum dan minimumnya adalah 93% dan 76%.
Setiap lokasi sampling ditemukan cacing tanah. Jumlah cacing tanah yang
diperoleh adalah 30 cacing. Jumlah cacing tanah yang ditemukan pada area non vegetasi
lebih banyak daripada area vegetasi. Jumlah cacing tanah sangat sedikit dan sulit
ditemukan pada area dekat sumber air. Perbedaan jumlah cacing tanah di ketiga area
tersebut diduga karena perbedaan faktor abiotik. Faktor abiotik yang diukur adalah
kelembapan tanah, suhu tanah, dan pH tanah. Berikut merupakan jenis cacing tanah yang
berhubungan dengan faktor-faktor abiotik pada lokasi vegetasi, non vegetasi, dan dekat
sumber air (Tabel 1).
9
Tabel 1 Lokasi dan faktor abiotik yang mempengaruhi keberadaan cacing tanah
Lokasi
S 06°54’70.3”
E 106°49’36.1”
S 06° 54’61.7”
E 106° 49’ 34.0”
Elevasi
(m)
RH
tanah
(%)
Kondisi tanah
6.6
22.8
83
Lembap
6.4
23.8
77
6.2
25.7
6.2
Jenis cacing
Vegetasi
Non
vegetasi
Sumber air
-
-
√
-
Agak kering
Pheretima sp.
Pinus
-
-
80
Lembap
-
-
√
-
24.1
82
Lembap
Pheretima sp.
Pinus
-
-
5.9
23.8
77
Agak kering
-
Galian babi
-
-
6
23.8
82
Lembap
Pheretima sp.
-
√
-
6.2
24.6
84.6
Lembap
-
Damar
-
-
6
24.6
76
Agak kering
Pheretima sp.
-
√
-
5.4
24.3
80
Lembap
-
Damar
-
-
6
23.9
78
Agak kering
Pheretima sp.
-
√
-
6
25.5
82
Lembap
Pheretima sp.
Damar
-
-
580
5.6
23.8
81
Lembap
Pheretima sp.
-
-
√
561
5.8
22.7
87
Lembap
-
-
-
√
579
5
24
83
Lembap
Pheretima sp.
-
-
√
664
715
S 06° 54’ 87.9”
E 106° 49’ 34.0”
599
S 06° 54’ 87.5”
E 106° 49’ 34.2”
584
S 06° 54’ 86.0”
E 106° 49’ 34.4”
595
S 06° 54’ 90.7”
E 106° 49’ 49.6”
S 06° 54’ 89.5”
E 106° 49’ 50.3”
S 06° 54’ 54.3”
E 106° 49’ 26.6”
Keterangan
Suhu tanah
(°C)
pH tanah
10
Berikut merupakan data faktor-faktor abiotik pada beberapa lokasi pengamatan (Gambar
1,2 dan 3)
Gambar 1 pH tanah di setiap area sampling
Gambar 2 Suhu tanah setiap area sampling
11
Gambar 3 Kelembapan tanah setiap area sampling
Kelembapan tanah yang paling tinggi yaitu pada area dekat sumber air.
Kelembapannya lebih dari 83%. Area ini memiliki pH antara 5.4-5.5. Suhu tanah pada
area ini mencapai 23.5°C. Jumlah cacing tanah yang ditemukan pada area ini paling sedikit
daripada area lainnya. Kelembapan pada area ini sudah memenuhi syarat kelembapan
lingkungan tempat hidup cacing tanah, yaitu 70-90%. Suhu tanah yang diperlukan untuk
pertumbuhan cacing tanah sekitar 15-25°C. Faktor abiotik yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan cacing tanah adalah keasaman. Sugiyarto et al (2007) menyatakan bahwa
cacing tanah sangat sensitif terhadap kadar keasaman tanah. Pertumbuhan yang baik dan
optimal bagi cacing tanah diperlukan pH antara 6.0-7.2.
Area vegetasi pinus dan damar memiliki kisaran pH tanah sekitar 5.8-6.2,
kelembapan tanah sebesar 79-82%, dan suhu tanah sekitar 23.9-24.8°C. Pada area non
vegetasi memiliki kisaran pH tanah sekitar 6.0-6.4, kelembapan tanah 79-82%, dan suhu
tanah sekitar 24.1-24.3°C. Jumlah cacing yang dapat ditemukan pada area non vegetasi
lebih banyak daripada area vegetasi. Hal tersebut diduga karena faktor-faktor abiotik yang
terdapat pada area non vegetasi lebih memadai untuk tempat hidup cacing tanah.
Kelembapan di kedua area sudah memadai, yaitu berkisar antara 70-90%. Faktor suhu
tanah di kedua area juga sudah memadai berkisar antara 15-25°C. Kondisi pH tanah pada
area non vegetasi lebih memadai untuk pertumbuhan cacing tanah, yaitu sekitar 6.0-7.2,
12
sedangkan pada area vegetasi kurang memadai karena kisaran pH kurang dari 6.0.
Sugiyarto et al (2007) menyatakan bahwa pH 6.50-6.87 merupakan keadaan yang masih
cukup baik untuk ditoleransi oleh cacing tanah. Hal ini menunjukkan bahwa dari ketiga
area yang diamati keasaman merupakan faktor pembatas dalam penyebaran cacing tanah
dan menentukan jumlah cacing tanah di suatu daerah.
Faktor lain yang menyebabkan jumlah cacing tanah pada area non vegetasi lebih
banyak daripada area vegetasi adalah jumlah serasah yang banyak pada area non vegetasi.
Serasah dianggap sebagai sumber makanan yang paling baik bagi cacing tanah karena
bahan makanannya berupa selulosa relatif tinggi dan rendah kandungan lignoselulosanya.
Cacing tanah tidak mampu makan serasah segar yang baru jatuh dari pohon. Serasah
tersebut membutuhkan periode tertentu untuk lapuk atau terurai sampai cacing tanah
mampu memakannya. Materi organik yang sedikit mengalami dekomposisi merupakan
sumber makanan yang paling disukai oleh cacing tanah (Sugiyarto et al 2007).
Cacing tanah ditemukan di beberapa lokasi berbeda dengan tipe tanah yang berbeda
pula. Klasifikasi tanah Gunung Walat termasuk dalam keluarga tropohumult tipik (latosol
merah kekuningan), tropodult tipik (latosol coklat), dystropept tipik (podsolik merah kuning)
dan tropopent lipik (litosol). Tanah latosol merah kekuningan merupakan jenis tanah yang
paling banyak, Sedangkan pada kawasan berbatu hanya terdapat tanah litosol, dan di daerah
lembah terdapat tanah podsolik. Tanah latosol merupakan tanah yang mempunyai distribusi
kadar liat tinggi (>60%), KB < 50%, horison A umbrik dan horison B kambik. Tanah podsolik
merupakan tanah yang mempunyai horison B argilik, kejenuhan basa < 50% dan tidak
mempunyai horison albik. Tanah litosol merupakan tanah yang dangkal yang terdapat pada
batuan yang kokoh sampai kedalaman 20 cm dari permukaan tanah (Mega et al 2010).
Hasil identifikasi dari ketiga lokasi menunjukkan cacing tanah yang diperoleh
adalah jenis Pheretima sp. Identifikasi dilakukan dengan menghitung segmen dari bagian
anterior cacing tanah sampai bagian klitellum. Letak klitellum Pheretima sp. pada segmen
14-16. Cacing tanah yang dapat diidentifikasi adalah cacing yang sudah dewasa,
sedangkan cacing yang masih juvenil tidak dapat diidentifikasi karena cacing tanah juvenil
belum memiliki klitellum.
13
Gambar 1 Klitellum Pheretima sp.
Gambar 2 Genital pore Pheretima sp.
\
Gambar 3 Bagian posterior (anus)
Gambar 4 Seta pada segmen
Pheretima sp.
Pheretima sp.
Famili yang terpenting dari ordo Oligichaeta, yaitu famili Megascolecidae dan
famili Lumbricidae. Famili Megascolecidae terdiri dari setengah jumlah cacing tanah yang
telah diketahui dari dua genus, yaitu Pheretima
dan Dichogaster. Cacing Pheretima
merupakan jenis cacing tanah lokal yang penyebarannya meliputi Indo-Melayu, Asia
Tenggara, dan Australia. Habitat utama dari cacing tanah Pheretima, yakni air, darat (yang
relatif agak kering), dan kotoran ternak. Cacing tanah jarang dijumpai pada habitat yang
langsung terkena cahaya matahari, serta lebih menyukai tempat-tempat yang tenang.
Cacing tanah Pheretima memiliki jumlah segmen 122-153 dan setiap segmen mempunyai
seta tipe Perichaetine. Letak klitellum pada segmen 14-16, pigmentasi dorsal sama dengan
pigmentasi ventral merah kecoklatan (Brata 2009). Klitellum adalah struktur seperti sadel
dekat dengan pangkal anterior tubuh. Sperma yang masak dan sel telur serta cairan
makanan disimpan dalam kokon yang dihasilkan klitellum. Telur-telur dibuahi oleh sperma
dalam kokon, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh cacing dan disimpan di dalam atau di
atas permukaan tanah (Yulipriyanto 2010).
14
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pengamatan keragaman cacing tanah dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung
Walat. Pengamatan di lakukan di tiga lokasi, yaitu di area vegetasi pinus dan damar, area
non vegetasi, dan dekat sumber air. Jumlah cacing tanah yang dapat ditemukan adalah 30
cacing. Cacing tanah yang diperoleh adalah cacing dewasa dan cacing juvenil. Cacing yang
dapat diidentifikasi adalah cacing dewasa yang ditandai dengan adanya klitellum.
Klitellum merupakan bagian epidermis glandular anterior yang berhubungan dengan
produksi kokon. Hasil identifikasi dari ketiga lokasi menunjukkan cacing tanah yang
diperoleh adalah jenis Pheretima sp.
Faktor-faktor abiotik yang optimum merupakan syarat agar cacing tanah dapat
hidup dan tumbuh dengan baik. Suhu tanah yang ideal untuk pertumbuhan cacing tanah
adalah sekitar 15-25°C. Kelembapan tanah optimal antara 70-90% dan pH tanah optimal
untuk pertumbuhan cacing tanah adalah sekitar 6.0-7.2. Berdasarkan ketiga lokasi yang
diamati jumlah cacing tanah yang paling banyak ditemukaan adalah pada area non
vegetasi. Sedangkan jumlah cacing yang paling sedikit ditemukan adalah pada area dekat
sumber air.
Saran
Mahasiswa diharapkan dapat mengekplorasi lebih lanjut mengenai cacing tanah
agar dapat mengetahui manfaat serta teknik membudidayakan cacing tanah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Brata
B.
2009.
Cacing
Tanah
Faktor
Mempengaruhi
Pertumbuhan
dan
Perkembangbiakan. Bogor (ID): IPB Press.
Handayanto, Hairiah. 2009. Biologi Tanah Landasan Pengelolaan Tanah Sehat.
Yogyakarta (ID): Pustaka Adipura.
Mega IM, IN Dibla, IGPR Adi, TB Kusmiyanti. 2010. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian
Lahan. Bali (ID): Universitas Udayana Press.
Sugiyarto, M Efendi, E mahajoeno, Y, Sugito, E Handayanto, L Agustina. 2007. Preferensi
berbagai jenis makrofauna tanah terhadap sisa bahan organic tanaman pada
intensitas cahaya berbeda. Biodiversitas 7(4): 96-100.
Syaufina L, NF Haneda, A Buliyansih. 2007. Keanekaragaman arthropoda tanah di huta
pendidikan gunung walat. Media Konservasi 12(2):57-66.
Yulipriyanto H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta (ID):
Graha Ilmu.
16
LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar area sampling
Gambar 8 Area vegetasi sebelum digali
Gambar 9 Area vegetasi sesudah digali
Gambar 10 Area non vegetasi sebelum digali Gambar 11 Area non vegetasi sesudah
digali
Gambar 12 Area dekat sumber air
Gambar 13 Area dekat sumber air sesudah
sebelum digali
digali
17
Lampiran 2 Peta keseluruhan kawasan Gunung Walat
18
Lampiran 3 Jalur dan letak pengambilan sampel cacing tanah
19
Download