Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 267-279 Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908 RESTRUKTURISASI PENDIDIKAN AWAL PERDAMAIAN DI SEKOLAH Mardi Lestari STIKIP Andi Matappa Pangkep E-mail: [email protected] ABSTRAK Tindak kekerasan dan konflik merupakan sesuatu yang alami yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Indonesia adalah negara yang memiliki kecendrungan terjadinya konflik yg tinggi dikarenakan keadaan masyarakat yang plural dan memiliki berbagai karakteristik. Agar konflik tidak mengakibatkan kekerasan yang berujung pada perpecahan sosial dan rusaknya tataran sosial, maka konflik perlu dikelola dengan tepat dan terkontrol. Mengelola konflik tidak semata-mata ditujukan untuk menghentikan konflik dan tingkat kekerasan yang terjadi atau terjadinya kata sepakat antara kelompokkelompok yang bertikai. Dibutuhkan keterampilan mengatur keberagaman dan struktur tatanan sosial agar semua komponen masyarakat dapat hidup dengan aman, nyaman, tenteram, dan damai bagi kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Masyarakat secara umum dan individu secara khusus saat ini perlu dibekali berbagai pengetahuan yang mendukung untuk terwujudnya perdamaian dan kondisi damai. Pendidikan di sekolah, merupakan perantara yang tepat untuk menumbuhkan bermacam sikap dan karakter yang mendukung tercapainya perdamaian yang selalu dirindukan oleh berbagai pihak. Upaya penanganan kekerasan dapat dilakukan melalui peran konselor sekolah sebagai tenaga ahli dan professional dalam penanganan dan pencegahan kekerasan awal di sekolah. Kata Kunci: pendidikan, perdamaian, konflik, bimbingan dan konseling pertanyaan PENDAHULUAN yang seringkali menghantui Sejarah bangsa Indonesia menunjukan pikiran-pikiran mereka yang sedih melihat bahwa konflik merupakan kenyataan yang kenyataan yang terjadi di negara Indonesia sulit dihindari. Banyak saat ini sosiolog dalam semua aspek kehidupan. Di berbagai menyatakan media massa berita tentang pembunuhan, bahwa konflik merupakan realitas yang ada dan bisa dijumpai dalam pencurian, korupsi sistemik kehidupan sehari-hari. Konflik ini bisa terjadi birokrasi, konflik antar dalam relasi interpersonal maupun dalam perkelahian pelajar, penggusuran, konflik kehidupan komunal, dan muncul sebagai agama, dan sebagainya, sepertinya sudah dampak dari interaksi sosial. menjadi konsumsi setiap orang. Bukan Sudah sedemikian parahkah situasi menjadi disemua masyarakat, pembahasan yang keterpurukkan bangsa tercinta ini? Atau menggembirakan tentunya dan yang pasti sudah demikian tipisnya nilai-nilai moral dan harus dicari solusinya. karakter dari sebagian anak Indonesia Di Indonesia yang penduduknya sangat generasi penerus bangsa? Masih banyak plural, 267 baik ras, agama, bahasa, adat- 268 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 267-279 istiadatnya, dsb, memang rentan sekali untuk Sekolah adalah suatu lembaga yang terjadi konflik. Konflik-konflik yang terjadi di mempunyai peran strategis terutama mendidik Indonesia, baik yang berbasis etnis, agama dan menyiapkan sumber daya manusia yang maupun diupayakan berkualitas dalam memegang estafet generasi penyelesaiannya oleh pemerintah maupun sebelumnya. Keberadaan sekolah sebagai sub masyarakat melalui perangkat hukum yang sistem menyangkut menempatkan politik telah ranah hukum dan melalui tatanan kehidupan lembaga sekolah sosial, sebagai kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia. bagian dari sistem sosial. Sebagai bagian dari Ketika situasi masyarakat yang penuh sistem dan lembaga sosial, sekolah harus peka dengan kekacauan, konflik, dan tidak ada dan tanggap dengan harapan dan tuntutan perdamaian, pendidikan dipandang sebagai masyarakat sekitarnya. Sekolah diharapkan pihak yang ikut berdosa karena gagal menjalankan fungsinya dengan mencerdaskan mewujudkan kehidupan warga negara yang baik. bangsa dengan optimal dan Sekolah idealnya menjadi sarana yang tepat mengamankan diri dari pengaruh negatif dalam menanamkan nilai-nilai moral yang lingkungan sekitar. Maka dari itu, makalah ini mendukung terciptanya perdamaian dalam berusaha untuk menyajikan peran sekolah masyarakat. Alasan ini sejalan dengan peran dalam menciptakan iklim pembelajaran awal lembaga pendidikan sebagai institusi yang pendidikan perdamaian kepada siswa di bertugas menumbuhkan dan memperdalam sekolah. cinta pada tanah air, mempertebal semangat PEMBAHASAN kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan sosial. Untuk lebih memperjelas dan memperinci Untuk mengantisipasi berulangnya kasus tentang pendidikan perdamaian di sekolah dan peristiwa kekerasan dalam skala yang maka berikut penjelasan mengenai rincian lebih besar, diperlukan upaya prevensi, yaitu komponen pendidikan perdamaian di sekolah, melalui pendidikan di sekolah. Pendidikan mulai dari konflik, pendidikan, perdamaian, adalah upaya untuk membantu peserta didik/ dan konseptualisasi pendidikan perdamaian di siswa untuk pada sekolah. dimensi intelektual, moral dan psikologis Konflik mengembangkan diri mereka. Perkembangan masyarakat modern menuntut bahwa tugas sebagian Konflik merupakan antitesisnya tugas Perdamaian. Konflik bisa terjadi di mana saja, pendidikan dijalankan oleh institusi yang kapan saja, oleh siapa saja, dan dalam situasi disebut sekolah. apa saja. Di dalam buku Peace Education, Lestari, Restrukturisasi Pendidikan Awal... 269 Amy Ohlendorf (Zamroni, 2008), orang-orang sadar akan adanya memberikan definisi tentang konflik yaitu ketidaksesuaian posisi potensial di masa hasil dari adanya perbedaan pandangan, depan dan masing-masing orang berniat untuk penerimaan, dan nilai-nilai seseorang ataupun menguasai posisi yang dirasa tidak sesuai sekelompok orang. Dalam kondisi masyarakat untuk yang lainnya. Konflik diibaratkan yang homogen pun konflik dapat saja terjadi. sebagai siklus: ”Sama dengan proses sosial, Apalagi dalam sebuah entitas politik yang ada heterogen baik suku bangsa, agama, adat- mempunyai istiadat, dan sebagainya, sudah tidak lazim (Wulandari, 2010). jika konfik sering muncul. Pendidikan Setiap orang pun tidak luput mengalami sebabnya, Banyak ada akibat sekali prosesnya, atau yang dampaknya” pengertian tentang konflik. Gary T. Furlong, dalam bukunya The pendidikan. Salah satunya adalah bahwa Conflict Resolution Toolbox, mengatakan: pendidikan adalah usaha sadar yang bertujuan kita semua dihadapkan pada situasi konflik di dan mendewasakan anak yang mecakup dalam banyak aspek kehidupan kita, apakah kedewasaan intelektual, sosial, dan moral. di kehidupan pribadi setiap orang, di dalam (Saidiharjo, 2004). Pendidikan disini memang lingkungan kerja, atau dengan seseorang yang memegang kunci baru kita kenal sekalipun. Konflik yang ada gerbang bisa saja mengarah ke konflik yang sifatnya bahkan sebuah bangsa ke arah jalan panjang massal dengan menggunakan kekerasan fisik. terjadinya kemajuan (Wulandari, 2010). Logis Perlu langkah yang tepat bagi seseorang yang saja dihadapkan pada situasi konflik, agar konflik pendidikan akan dihasilkan generasi yang tidak berwawasan melebar dan menjurus ke arah yang membuka seseorang, karena sebuah diharapkan luas, cerdas, pintu masyarakat melalui dan proses dengan pertumpahan darah. Orang sekarang apalagi kecerdasannya itu mereka akan membangun yang masih muda-muda sangat gampang bangsanya. Sangat disayangkan, generasi kita sekali tersulut api kemarahan oleh masalah saat ini (sebut saja para pelajar) masih ada kecil/ sepele yang seharusnya tidak sampai ke gejala yang menunjukkan kelemahan dalam arah terjadinya konflik secara terbuka. kecerdasan emosinya, empatinya, respect, Amy Ohlendorf dalam buku Peace multikulturalisme. Akibatnya kehidupan yang Education, Volume II, (Zamroni, 2008), rukun dan damai sepertinya masih separuh dijelaskan tentang pengertian konflik yaitu jalan. Apalagi jika kita menoleh ke daerah- suatu situasi persaingan yang didalamnya daerah penuh konflik, pelakunya dari anak- 270 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 267-279 anak sampai orangtua. Kondisi seperti ini, Untuk mewujudkan kondisi masyarakat kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang paham akan pendidikan damai dari pendidikan belum berhasil dijalankan secara tingkat paling kecil sampai ke tingkat yang sebagaimana mestinya. besar, negara misalnya, dalam diri setiap Pendidikan seharusnya, terjadi melalui orang perlu dikembangkan interaksi insani dimulai dari lingkungan tenggangrasa keluarga, kemudian dilanjutkan dan ditempa pengertian, empati, kerjasama, dan respect dalam lingkungan sekolah, dan diperkaya terhadap orang lain (Chanroeun Pa, 2010; dalam lingkungan masyarakat (Simon Fisher Sukendar, 2011). Perlu sekali disadari bahwa et.al. 2001). Hasil pendidikan inilah yang masyarakat kita adalah masyarakat yang digunakan dalam membangun kehidupan plural dan multikultural. kondisi masyarakat pribadi, agama, keluarga, masyarakat, bangsa, seperti ini yang vital adalah pemahaman dan negaranya. bahwa satu orang dengan yang lainnya Perdamaian berbeda dalam berbagai hal. Oleh karena itu Perdamaian bisa diartikan bermacam- dengan sikap orang lain, saling memaksakan budaya seseorang kepada orang macam. Perdamaian adalah sebuah istilah/ lain tidak dibenarkan. kata untuk menyebut suatu kondisi adanya Konseptualisasi pendidikan perdamaian di sekolah harmoni, kemanan (tidak terjadi perang), serasi, dan adanya saling pengertian, tenggang Pendidikan adalah suatu proses untuk sesama mendewasakan intelektual, sosial, dan moral, (Wulandari, 2010; Sue McGregor, 2014; maka sudah seharusnya lembaga pendidikan Barbara S. Tint & G. Koteswara Prasad, dapat berfungsi dengan baik guna memberi 2007). Perdamaian juga bisa diartikan suasana peran serta mewujudkan kehidupan yang yang tenang dan tidak adanya kekerasan. rukun (Zamroni, 2008; Sue McGregor, 2014) Dalam Singkatnya situasi penuh perdamaian maka akan tercipta menghasilkan generasi yang sadar akan kerukungan masyarakat. kondisi masyarakat yang beranekaragam. Perdamaian sebetulnya bisa dikembangkan Oleh karena itu, hal yang terpenting adalah dengan mengendalikan emosi setiap orang. menjadikan sekolah sebagai wahana untuk Karena kekurangmampuan mengatur emosi mengasah ketajaman dan kepekaan akan itulah yang gampang terbakar jika tersulut lingkungan sosial yang berbeda-beda. Melihat api/ pancingan sedikit saja. kenyataan rasa, saling menghargai antar anggota antar damai (Wulandari, pendidikan bahwa konflik 2010: harus adalah 71). mampu suatu Lestari, Restrukturisasi Pendidikan Awal... 271 kenyataan hidup, tidak bisa dihindarkan, memberi peran serta mewujudkan kehidupan maka bagaimana pendidikan di sekolah- yang sekolah mengajarkan kepada siswanya jika pendidikan dihadapkan pada suatu konflik. generasi yang sadar akan kondisi masyarakat Aspek-aspek pendidikan perlu yang terkait dikembangkan rukun serta harus damai. mampu Singkatnya menghasilkan dalam yang beranekaragam. Mampu menghindari untuk terjadinya konflik sehingga impian akan mendukung tujuan bahwa sekolah harus terciptanya suasana penuh damai. mencetak generasi yang pro-aktif terhadap Oleh karena itu, hal yang terpenting usaha-usaha menciptakan perdamaian. Aspek- adalah menjadikan sekolah sebagai wahana aspek tersebut antara lain: (1) Saling Percaya. untuk mengasah ketajaman dan kepekaan (2) Kerja Sama (3) Tenggang Rasa (4) akan lingkungan sosial yang berbeda-beda. Penerimaan (5) Melihat kenyataan bahwa konflik adalah Kelestarian suatu kenyataan hidup, tidak bisa dihindarkan, Lingkungan (Hadjam. 2003; Sue McGregor, maka bagaimana pendidikan di sekolah- 2014). Karena pendidikan adalah suatu proses sekolah mengajarkan kepada siswanya jika yang terus menerus, pendidikan perdamaian dihadapkan pada suatu konflik. terhadap Penghargaan Perbedaan terhadap ini tentunya juga harus diberikan pada setiap Aspek-aspek yang pendidikan level yang tertinggi. Pembelajaran tentang mendukung tujuan bahwa sekolah harus perdamaian tentu saja harus disesuaikan mencetak generasi yang pro-aktif terhadap dengan perkembangan usia peserta didik/ usaha-usaha menciptakan perdamaian. Karena siswa. melihat pendidikan adalah suatu proses yang terus perkembangan usia siswa tersebut. Setiap menerus, pendidikan perdamaian ini tentunya aspek pendidikan yang meliputi siswa, guru, juga harus diberikan pada setiap level sekolah kurikulum, pemerintah, dan masyarakat harus dari yang paling dasar sampai level yang mendukung terwujudnya perdamaian. tertinggi. Pembelajaran tentang perdamaian juga harus Restrukturisasi pendidikan perdamaian di sekolah awal tentu saja dikembangkan dalam level sekolah dari yang paling dasar sampai Materinya perlu terkait harus perkembangan disesuaikan usia peserta untuk dengan didik/siswa. Jika pendidikan adalah suatu proses Materinya juga harus melihat perkembangan untuk mendewasakan intelektual, sosial, dan usia siswa. Sasaran siswa setiap level itulah moral, maka sudah seharusnya lembaga yag pendidikan dapat berfungsi dengan baik guna pendidikan menjadi sasarannya. yang meliputi Setiap aspek siswa, guru, 272 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 267-279 pemerintah, dan masyarakat harus mendukung terwujudnya perdamaian. individu-individu Untuk mewujudkan perdamaian melalui pendidikan maka perlu diberikan pendidikan perdamaian disetiap level adalah sebuah lembaga yang mempersiapkan pendidikan. bagi kehidupan dan memungkinkan untuk mengembangkan diri dan memperluas wawasannya. Anak-anak yang menjadi generasi Manusia secara alamiah berkembang melalui penerus bangsa merupakan modal bangsa proses belajar. Tahap pertama seorang anak yang harus betul-betul digarap kecerdasan belajar adalah dari apa yang ada di sekitarnya. intelektual, spiritual, Dalam hal ini, keluarga adalah media belajar Mengingat dipundak pertama. bangsanya ditentukan. Kemudian tahap berikutnya dan emosionalnya. merekalah Sekolah nasib di sini diperoleh dari sekolah/pendidikan formal. diharapkan sebagai wadah setiap anak untuk Sehingga mendukung memperoleh pengetahuan dan ketrampilan- perdamaian dapat diberikan kepada anak-anak ketrampilan lain sehingga dapat memberikan maupun orang dewasa baik secara formal dan kontribusinya. pendidikan untuk pendidikan informal. Banyak sikap-sikap yang baik untuk Mengapa sekolah sangat mendukung dikembangkan dan untuk membangun sebuah untuk terciptanya perdamaian? Hal ini melihat masyarakat dan dunia yang baik. Sikap peranan pendidikan formal/ sekolah yang tersebut antara lain: menghormati diri sendiri, berperan pengetahuan, toleransi, empati, keadilan, kejujuran, tidak ketrampilan, dan sikap-sikap yang telah saling mencurigai, persahabatan, kerjasama, diperoleh di saling pengertian, dan keadilan/ pemerataan. gambaran sebuah melanjutkan keluarga. Sekolah masyarakat adalah kecil. Di Pada akhirnya setiap orang harus memberikan dalamnya terdapat individu-ndividu dengan sumbangannya berbagai macam karakter dan kulturnya. Di Masalah yang kelihatannya dominan di tempat inilah sangat relevan dan pas untuk masyarakat kita adalah terjadinya konflik mengenalkan serta melatih berbagai nilai yang berpangkal pada tidak adanya saling yang mendukung perdamaian. Selan itu pengertian dan sifat mudah tersinggung. sistem pendidikan adalah sarana untuk Selain untuk sikap-sikap perdamaian di atas, dunia. dalam menciptakan kemajuan dalam masyarakat. pendidikan perdamaian juga harus mampu Setiap masyarakat membutuhkan lembaga mengembangkan kependidikan untuk mendidik ”generasi- generasi baru”. Dalam konteks ini sekolah seperti: mendengarkan, ketrampilan-ketrampilan, mampu memahami berkomunikasi, pandangan- Lestari, Restrukturisasi Pendidikan Awal... 273 pandangan yang berbeda, mampu bekerjasama, pemecahan masalah, berpikir kritis, pengambilan keputusan, pemecahan konflik, mediasi, manajemen konflik, kesadaran budaya, dan pendidikan inklusif. Program menciptakan perdamaian ini di konflik, dan tanggungjawab sosial. Sepertinya sekolah ketrampilan tersebut sudah jauh dari anak- mengurangi pengalaman-pengalaman verbal, anak generasi penerus bangsa. penyiksaan fisik, kekacauan, penyerangan, Selain untuk penanaman sikap atas nilainilai yang wajib dalam diharapkan dapat membantu pengrusakan, perkelahian, penghinaan, dan menciptakan luka-luka. Lebih lanjut, dapat memberikan perdamaian, pendidikan perdamaian adalah perasaan saling memiliki antar sesame di suatu usaha pembelajaran yang memberikan kalangan kontribusi dan membentuk warganegara yang kepedulian baik di dunia. Alternatif-alternatif yang harus kemampuan kerjasama antar siswa. disajikan adalah dengan mengajarkan sebabsebab kekerasan dan para murid, sosial, meningkatkan dan membangun Untuk keperluan menjaga, menciptakan, menginformasikan dan membangun perdamaian yang harus kepada siswa pengetahuan tentang masalah-- disiapkan adalah hal-hal yang berkaitan masalah pokok dalam pendidikan perdamaian, dengan sumber daya manusia yang memiliki antara lain: menjaga, menciptakan, dan pengetahuan membangun perdamaian itu sendiri. memajukan pendidikan perdamaian di kelas. dan ketrampilan tentang Pada tataran sekolah dasar dan lanjutan Masalah di lapangan untuk aspek guru salah dapat mendukung ketiga issue tadi. Pada satunya memang berkenaan dengan kesulitan tahap guru mencari format yang tepat untuk menjaga perdamaian disemua jenjang sekolah harus mempunyai aturan mempromosikan dan keras yang berani mengeluarkan muridnya pendidikan perdamaian. menanamkan jika terlibat dalam suatu tindak kekerasan. Pemerintah selama ini belum menjadikan Langkah ini bisa dengan memperkerjakan pendidikan perdamaian sebagai materi yang penjaga keamanan. Usaha menciptakan wajib diajarkan disekolah-sekolah. Peran perdamaian pemerintah memasukkan bisa dilakukan penting dalam menciptakan perdamaian melalui lembaga mengambil pendidikan atau sekolah. Di dalam kurikulum program-program untuk mempromosikan sekolah dari tingkat dasar sampai lanjutan, strategi pembelajaran dalam pemecahan selama ini belum memuat materi tentang sekolah dengan ke sebetulnya dalam kurikulum programnya dengan pendidikan perdamaian. 274 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 267-279 Alternatif-Alternatif Implementasi antar kelompok warga misalnya. Maka di pendidikan perdamaian di sekolah antara lain lembaga pendidikan yang ada di wilayah dapat di gambarkan secara ringkas dan di tersebut paling mendesak adalah pendidikan gambarkan dalam bagang sebagai berikut. untuk menghapus budaya perang dan kekerasan. Tentunya, materi tidak hanya apa yang paling dominan di tingkat lokal. Bisa saja materi lain juga ditanamkan agar pengetahuan murid luas dan dapat mengantisipasi konflik di luar alasan yang utama. Materi lain dapat berkaitan misalnya Gambar 1. Alternatif Pertama pendidikan untuk hidup adil dan penuh kasih Fokus pendidikan untuk mendukung perdamaian melalui lembaga pendidikan (sekolah dan universitas) terutama untuk sayang antar sesama, pendidikan untuk memelihara lingkungan, dan pendidikan untuk kedamaian pribadi. mengatasi masalahmasalah yang penting dan Secara umum materi dalam pendidikan berkecenderungan ada di masyarakat. Jika perdamaian adalah bagaimana menanamkan berbicara tentang pendidikan perdamaian di sikap-sikap untuk menjadi warga negara yang sekolah, maka terdapat dua aspek yang baik. menyusunnya, yaitu: apa materinya? dan ketidakseimbangan bagaimana proses pembelajarannya? harapannya dan kenyataan (dengan melihat Sikap yang dapat yang mengatasi terjadi antara Sebetulnya masih banyak pendidik yang dan menganalisis gejala yang terjadi di masih belum mengerti apa itu pendidikan masyarakat baik lokal maupun global). Di sini perdamaian.pertanyaan sering perlunya guru untuk selalu meningkatkan pendidikan pengetahuan tentang isu-isu sosial. Materi perdamaian? Terus materi yang mau diajarkan pendidikan perdamaian diberikan dengan itu seperti apa? Yang mengajar terus lulusan tujuan akhir yaitu untuk membangun budaya jurusan apa? Serta beberapa pertanyaan lain perdamaian dalam masyarakat. muncul yakni; Apa yg akan itu yang perlu jawaban. Dalam pendidikan perdamaian, sama Materi pendidikan perdamaian harus berhubungan dengan tujuan pendidikan dengan proses belajar untuk memahami pengetauan lain, perlu diciptakan suatu proses perdamaian yang ingin dicapai dalam suatu yang wilayah yang terus menerus terjadi konflik dimungkinkan bisa belajar sesuai dengan apa menyenangkan. Pembelajar Lestari, Restrukturisasi Pendidikan Awal... 275 yang diperlukan oleh dirinya dan diarahkan juga untuk membentuk pribadi yang damai. Proses merupakan konsensus bersama. Di dalam belajar secara hubungan ini, yang perlu diperhatikan adalah diartikan kedudukan guru dan murid adalah sama dan menyeluruh adalah proses pembelajaran itu setara. Keduanya berfungsi sebagai sumber melibatkan pikiran, hati, dan semangat. jadi ilmu dan ketrampilan, tetapi keduanya juga pembelajar dan berfungsi sebagai orang yang belajar. Guru mengerti apa yang dia pelajari, bukan hanya lebih berfungsi sebagai fasilitator dalam untuk memperkaya pikiran maupun keilmuan proses pembelajaran ini. dapat menyeluruh. dengan Disini belajar yang benar-benar meresapi merupakan baru Siapa Menyeluruh disini juga berarti melibatkan pendidikan semua aspek dalam kehidupan dari tingkat tergantung dari strategi individu sampai tingkat bangsa atau negara seperti apa. Sebetulnya siapa saja dapat atau dunia. Melibatkan semua sektor dalam menyampaikan materi ini. Dengan syarat masyarakat. Dilaksanakan di semua tingkat memang harus mempunyai perhatian terhadap pendidikan; dari tingkat dasar sampai tingkat isu-isu sosial dan isu-isu global. dan dalam bentuk mengajarkan yang dia akan tetapi juga memperkaya hatinya. tertinggi yang bentukan perdamaian? materi Menurut saya, pembelajarannya pendidikan formal, non-formal, maupun informal. Selain itu juga menyeluruh dalam artian keterkaitan semua bidang ilmu. Pendidikan perdamaian juga dirancang untuk mendorong pemikiran kritis dari murid, Gambar 2. Alternatif Kedua yang nantinya diharapkan akan memunculkan komitmen dari murid untuk berperan serta Dari gambar, Pendidikan perdamaian, dalam proses transformasi kehidupan ke arah dapat diberikan melalui kelompok-kelompok yang lebih baik dan juga berperan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Biasanya di sekolah- membangun budaya damai. Komitmen itu sekolah bisa saja pada tingkat personal tetapi juga bisa ekstrakuriluer mencakup pada lingkungan yang lebih luas. kesenian, kelompok ilmiah, dsb. Dengan memiliki seperti beberapa olahraga, kegiatan drama, Pada akhirnya, pendidikan perdamaian format dan materi disesuaikan menurut ini akan menghasilkan budaya damai yang macam kegiatan ekskul tersebut, dalam mungkin digali dari budaya lokal, dan bisa kelompok ekskul olah raga dapat digunakan 276 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 267-279 untuk mengembangkan sikap-sikap seperti mengkaitkan dengan mata pelajaran yang lain. kejujuran, pengendalian emosi, persahabatan, Yang paling penting adalah guru datang ke menghormati orang lain, dsb. Untuk drama, kelas dengan hati yang yang tulus untuk misalnya dengan menciptakan drama yang berbagi kasih sayang. Mengajar tanpa hati, mengangkat cerita untuk mengangkat sikap- maka sikap peperangan, Penanaman sikap-sikap dan ketrampilan di menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, dll. atas kepada para peserta didik/ siswa juga Drama lebih fleksibel dan mudah untuk harus dibekali dengan nilai-nilai spiritual. anti menanamkan kekerasan, anti sikap-sikap murid pun belajar tanpa hati. pro-perdamaian. Pendidikan tidak hanya sekedar menuntaskan Untuk kelompok-kelompok ketrampilan ini kurikulum yang telah di susun, namun, lebih tentunya bisa diberikan tidak hanya kelompok dari itu yang utama adalah membangun ekskul pada lembaga pendidikan formal, sipiritualnya. Itulah yang harus menempel dan tetapi dapat juga diberikan pada lembaga dikembangkan dalam peserta didik/ siswa. pendidikan non-formal. Pendidikan spiritualitas berkaitan dengan penghayatan pengalaman seperti seseorang hidup, hidup, terhadap pemahaman bagaimana suatu tentang menjalani kehidupan, dan arti Tuhan dalam hidupnya. Gambar 3. Alternatif Ketiga Penghayatan ini berkembang dari mulai anak, remaja, sampai orang dewasa. Sesuai dengan Alternatif ke-Tiga (Paling Visible). tingkat perkembangannya. Jika spiritual Semua bentuk cara penyampaian pendidikan seseorang bagus, maka orang tersebut akan perdamaian di sekolah, memiliki kelebihan selalu berbuat baik dan melakukan yang dan kekurangan masing-masing. Lebih tepat terbaik untuk keluarga, sekolah/ masyarakat, jika pendidikan tentang perdamaian diberikan negara, dan agama. Berbuat baik ini salah sebagai mata pelajaran tersendiri di sekolah satunya tidak berbuat yang merugikan orang atau diberikan berupa layanan tersendiri yang lain dan diri sendiri. dibawakan oleh guru pembimbing/ guru PENUTUP Bimbingan dan Konseling (BK). Kesimpulan Konsekuensinya jika diberikan sebagai Menciptakan masyarakat yang rukun dan matapelajaran tersendiri maka guru yang damai tidak bisa hanya dalam sekejap mata, bersangkutan betapa pun perlu waktu yang relatif cukup harus bisa, paling tidak, Lestari, Restrukturisasi Pendidikan Awal... 277 lama perdamaian harus tetap diciptakan. pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar Usaha untuk turut menciptakan perdamaian mampu membina hubungan baik dalam setiap dapat dilakukan melalui jalur pendidikan baik level interaksi manusia, dari anak-anak formal kita sampai orangtua, dari tingkat sekolah dasar bertanya, mengapa konflik dan berbagai sampai jenjang pendidikan tinggi. Selain itu, macam tindakan kekerasan bersumber pada pendidikan manusia? Artinya manusia adalah pelaku menciptakan dunia segala macam konflik dan tindakan kekerasan keadilan, tanpa kekerasan, saling menjunjung tadi. menciptakan tinggi hak asasi manusia, tanpa konflik, tanpa perdamaian juga harus datang dan dilakukan eksploitasi satu sama lain, dan membina oleh manusia. Karena perang bersumber dari kehidupan yang penuh damai. maupun informal. Karenanya pikiran usaha manusia, Ketika maka perdamaian bertujuan untuk yang penuh dengan usaha Semua pihak harus optimis bahwa menghentikannya harus berawal dari manusia melalui sekolah bisa ditanamkan sikap-sikap itu sendiri. yang perlu dikembangkan menuju kehidupan Sekolah berperan menciptakan, menjaga, dan membangun perdamaian. Langkah yang yang penuh damai. Saran bisa dilaksanakan adalah dengan memberikan Sekolah materi tentang perdamaian di sekolah atau memperluas dalam kurikulum (standart pelaksanaan) yang pengetahuan, diterapkan pendidikan menciptakan kehidupan yang rukun dan perdamaian dapat diberikan melalui beberapa damai. Peran ini bisa diwujudkan dengan cara, Tetapi menurut penulis, akan lebih memberikan pendidikan perdamaian, atau efektif layanan apapun namanya, tetapi substansinya sama informasi pada siswa yang di lakukan oleh yaitu menanamkan kepada peserta didik guru Guru sikap-sikap yang penting untuk mencegah Bimbingan dan konseling). Sudah saatnya terjadinya kekerasan yang saat ini marak di anak-anak dari tingkat dasar ditanamkan kalangan sikap-sikap yang diperlukan untuk mencegah ketrampilan dan kecerdasan spiritual. Untuk konflik dan kekerasan. itu dibutuhkan kerjasama berbagai pihak. sekolah. jika Materi diberikan pembimbing sebagai (Konselor/ sebagai sikap, dapat pelajar. wadah murid ketrampilan, berperan Selain dan dalam sikap juga Pendidikan Perdamaian ataupun dengan Guru sebagai pendidik di sekolah harus menggunakan nama-nama lain pada dasarnya mampu memberikan kontribusi kepada para dalam siswa untuk menjadi orang yang penuh cinta rangka memberikan bekal 278 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 267-279 damai. Untuk tujuan tersebut, guru atau pendidik lainnya harus cermat mengikuti isuisu utama dalam mayarakat. Pandai mengajak siswa untuk menganalisis dan mendiskusikan cara mencegahnya dan mencari solusinya jika sudah terjadi. Sekolah beserta masyarakat sekolah diharapkan berperan aktif untuk turut mendukung tercapainya kehidupan yang rukun dan damai. Misalnya menciptakan budaya dialog antarwarga sekolah secara periodik. Tujuannya aspirasi ataupun untuk guna menampung memecahkan permasalahan yang ada. Budaya demokratis bisa dijadikan diharapkan kultur setelah sekolah. memperoleh Siswa layanan informasi mengenai pendidikan perdamaian, dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupan bermasyarakatnya, baik di keluarga dan lingkungan sekitarnya (di sekolah, tempat kerja, tempat bermain, hidup bernegara dsb.) serta di semua aspek kehidupan. DAFTAR RUJUKAN Ariyani, Farida, dkk. (2010). Pengembangan Model Pendidikan Damai dan Hak Asasi Manusia (Pd-Ham) Untuk Mencegah Kekerasan di Sekolah. universitas negeri makassar. dibiayai oleh DP2M (kompetitif penelitian sesuai prioritas nasional). Bajaj, Monisha & Chiu, Belinda. (2009). “Education for Sustainable Development as Peace Education”, Peace and Change, October 2009: V 34: no 4, (441-455). Barbara S. Tint & G. Koteswara Prasad (2007). Peace Education in India: Academics Politics and Peace. Jurnal The Canadian Journal of peace and conflict Studies Volume 39 Number 12 Baron, Stephen, Field, John, & Sculler, Tom. (2000). Social Capital: Critical Perspectives. New York: Oxford University Press Inc. Chanroeun Pa (2010). The Roles of Philosophy in War and Peace. Jurnal: Asian-Arab Philosophical Dialogues on War and Peace (UNESCO Bangkok Regional Unit for Social and Human Sciences in Asia and the Pacific) Furlong, Gary, T. (2005). The Conflict Resolution Toolbox: Models & Maps for Analyzing, Diagnosing, and Resolving Conflict. Ontario: John Wiley & Sons Canada, Ltd. Galtung, J. (2010). Peace Studies and Conflict Resolution: The Need for Transdisciplinarity. transcultural Psychiatry Vol 47(1): 20–32. tps.sagepub.com © The Author(s), 2010. Reprints and permissions: http://www.sagepub.co.uk/journalsPer missions.nav DOI: 10.1177/1363461510362041. Diakses pada tanggal 1 maret 2017. Hadjam, M. Noor Rochman & Widhiarso, Wahyu. (2003). Budaya Damai Anti Kekerasan (Peace and Anti Violence). Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Umum. Jamil, M. Mukhsin. (2007). Mengelola Konflik Membangun Damai: Teori, Strategi dan Implementasi Resolusi Konflik, Semarang: Walisongo Mediation Centre Nuffic. Knox Cubbon, S. (2010), Peace Education Program Teachers Without Borders [email protected] Knox Cubbon, S. (2010, September 23). Living, learning, and teaching peace [Web log message]. Retrieved from http://www.peacexpeace.org/2010/09/l iving--‐learning--‐and--‐teaching-- Lestari, Restrukturisasi Pendidikan Awal... 279 ‐peace. Diakses pada tanggal 20 Januari 2017. Liliweri, A, (2005). Prasangka & Konflik Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultikultur. Yogyakarta: LKIS. Saidiharjo. (2004). Pengembangan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta. Salomon, G & Cairns, E (edit.), (2010). Handboook on Peace Education. Psychology Press, Taylor & Francis, New York. Simon Fisher et.al. (2001). Mengelola Konflik Keterampilan dan Strategi Untuk Bertindak, Terjemahan Karikasari dkk. Jakarta: Gramedia. South, H. E. (1995). Education for Peace, Human Rights, Democracy, International Understanding and Tolerance. The Council of Ministers of Education, Canadain collaboration with the Canadian Commission for UNESCO. Toronto, 1 maret 2017. Sue McGregor (2014). Prospective Philosophical Foundations of Peace Education Journal of peace education and social justice Volume 8 Number 2 Sukendar. (2011). Pendidikan Damai (Peace Education) Bagi Anak-Anak Korban Konflik. Jurnal Walisongo , Volume 19, Nomor 26 Terbitan November 2011. TOH, S.H. & Virginia, F. C. (2010). Peace Education, ESD and the Earth Charter: Interconnections and Synergies. Journal of Education for Sustainable Development 2010 4: 167 DOI: 10.1177/097340821000400203 The online version of this article can be found at: http://jsd.sagepub.com/content/4/2/167 . Diakses pada tanggal 20 Januari 2017. Turay, T.M., & English, L.M. (2008). Towards a global culture of peace: A transformative model of peace education. Journal of Transformative Education, 6(4), p. 286--‐301. Available at: http://jtd.sagepub.com/content/6/4/286 .full.pdf+html. Diakses pada tanggal 1 maret 2017. Wulandari, Taat. (2010). Menciptakan Perdamaian Melalui Pendidikan Perdamaian di Sekolah. Artikel dari MOZAIK Volume V No. 1 Januari 2010. Zamroni. (2008). Peace Education, Volume I, II, dan III. Yogyakarta, Pascasarjana UNY.