pengolahan data seismik pada daerah batuan - Repository

advertisement
TUGAS AKHIR – RF141501
PENGOLAHAN DATA SEISMIK PADA DAERAH BATUAN
BEKU VULKANIK
RADEN BAGUS FAUZAN IRSHADIBIMA
NRP – 3712 100 010
Dosen Pembimbing
Dr. Dwa Desa Warnana
NIP. 19760123 200003 1001
Firman Syaifuddin, S.Si, MT
NIP. 19840911 201404 1001
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Surabaya 2017RUSAN TEKNIK GEOFISIKA
TUGAS AKHIR – RF141501
PENGOLAHAN DATA SEISMIK PADA DAERAH BATUAN
VULKANIK
RADEN BAGUS FAUZAN IRSHADIBIMA
NRP – 3712 100 010
Dosen Pembimbing
Dr. Dwa Desa Warnana
NIP – 19760123 200003 1001
Firman Syaifuddin, S.Si, M.T
NIP – 19840911 201404 1001
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Surabaya 2017
i
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
ii
UNDERGRADUATE THESIS – RF141501
SEISMIC DATA PROCESSING IN VOLCANIC ROCK AREA
RADEN BAGUS FAUZAN IRSHADIBIMA
NRP – 3712 100 010
Advisors
Dr. Dwa Desa Warnana
NIP – 19760123 200003 1001
Firman Syaifuddin, S.Si, M.T
NIP – 19840911 201404 1001
GEOPHYSICAL ENGINEERING
FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Surabaya 2017
iii
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
iv
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
v
PERNYATAAN KEASLIAN
TUGAS AKHIR
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun
keseluruhan Tugas Akhir saya dengan judul “PENGOLAHAN DATA
SEISMIK PADA DAERAH BATUAN VULKANIK” adalah benarbenar hasil karya intelektual mandiri, diselesaikan tanpa menggunakan
bahan-bahan yang tidak diijinkan dan bukan merupakan karya pihak lain
yang saya akui sebagai karya sendiri.
Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah ditulis
secara lengkap pada daftar pustaka.
Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Surabaya, 23 Januari 2017
Raden Bagus Fauzan Irshadibima
Nrp 3712100010
vi
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
vii
PENGOLAHAN DATA SEISMIK PADA DAERAH
BATUAN VULKANIK
Nama Mahasiswa
NRP
Jurusan
Dosen Pembimbing
: Raden Bagus Fauzan Irshadibima
: 3712 100 010
: Teknik Geofisika ITS
: Dr. Dwa Desa Warnana
Firman Syaifuddin, S.Si, M.T
ABSTRAK
Eksplorasi sumber daya energi minyak dan gas sudah banyak dilakukan
di berbagai macam lingkungan. Salah satunya reservoir minyak dan gas
yang dapat terbentuk di lingkungan batuan beku (vulkanik). Pada
lingkungan batuan beku, gelombang yang menjalar melewati permukaan
batuan beku akan terpantul atau mengurangi amplitudo seismik, sehingga
data seismik yang terbaca akan mengalami banyak gangguan. Oleh sebab
itu, dilakukan penelitian tentang “Pengolahan Data Seismik Pada Daerah
Batuan Vulkanik” yang bertujuan untuk mengetahui tahapan pengolahan
data seismik dan pengaruh dari hadirnya reflektor batuan beku terhadap
hasil dari pengolahan data seismik. Tahapan yang digunakan dalam
pengolahan dibagi menjadi empat tahap utama yaitu Pre-Processing,
Processing, dan Pre-Conditioning kemudian terakhir dilakukan migrasi
menggunakan metode Post-Stack F-K Migration. Setelah dilakukan
pengolahan data seismik, didapatkan penampang stacking seismik yang
memperlihatkan event seismik pada rentang waktu 1000 – 3500 ms dan
hilang pada CDP 100-500 yang merupakan lapisan vulkanik, dan dapat
disimpulkan bahwa pengaruh reflektor vulkanik terhadap data seismik
adalah memiliki kecepatan yang sangat besar daripada lingkungannya,
gelombang frekuensi tinggi yang tidak dapat menembus lapisan tersebut,
dan elevasi pada daerah lapisan vulkanik yang tinggi.
Kata Kunci : Vulkanik, Seismik, Pengolahan data, Batuan beku
viii
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
ix
SEISMIC DATA PROCESSING IN VOLCANIC
ROCK AREA
Name of Student
Student ID Number
Department
Advisor Lecture
: Raden Bagus Fauzan Irshadibima
: 3712 100 010
: Teknik Geofisika ITS
: Dr. Dwa Desa Warnana
Firman Syaifuddin, S.Si, M.T
ABSTRACT
Exploration of petroleum resources have been done in many type of
environment. Petroleum system can be formed in igneous rock
environment (volcanic), because of this rock properties, seismic wave
that spread across this type of rock will be reflected or the amplitude will
decrease, therefore obtained seismic data will encounter so many
disturbance. Hence, it is necessary to research according to this topic with
title “Seismic Data Processing in Volcanic Area” with objective to find
out step for seismic processing and the impact for seismic processing with
volcanic reflector present in the area. Step that used in this research is
divide to three main phase, Pre-Processing, Processing, and PreConditioning, last will be applied migration with Post Stack F-K
Migration method. After processing have been done, the final result is
seismic stack which show seismic event in 1000 – 3500 ms time and this
event disappear in 100-500 CDP which appear to be volcanic reflector,
and thus the impact of this reflector to seismic data is high velocity
compared to surrounding area, high frequency wave that cannot penetrate
this reflector, and high elevation at the top of volcanic reflector which
affect the result of static correction.
Keyword : Volcanic, Seismic, Processing, Igneous rock
x
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya laporan Tugas
Akhir yang berjudul “PENGOLAHAN DATA SEISMIK PADA
DAERAH BATUAN VULKANIK” ini dapat terselesaikan.
Pelaksanaan dan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dapat
terlaksanakan dengan baik, tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan
dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ayah, Ibu, dan semua keluarga berkat dukungan moril maupun
materi selama penulis menjalani tugas akhir ini.
2. Bapak Dr. Widya Utama, DEA selaku ketua jurusan Teknik
Geofisika ITS.
3. Bapak Dr. Dwa Desa Warnana, Firman Syaifuddin, S.Si, M.T, selaku
pembimbing di perguruan tinggi yang telah meluangkan banyak
waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Seluruh dosen dan staf Departemen Teknik Geofisika ITS yang telah
banyak memberikan ilmu dan membantu secara administrasi selama
penulis melakukan studi di Departemen Teknik Geofisika ITS.
5. Seluruh teman-teman Teknik Geofisika ITS angkatan 2012 atas
semangat dan dukungannya.
6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat dituliskan satu
per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan dan hasil tugas akhir ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan. Semoga tugas akhir ini membawa manfaat bagi
penulis pribadi maupun bagi pembaca.
Surabaya, 23 Januari 2017
Raden Bagus Fauzan Irshadibima
xii
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ...... Error! Bookmark not
defined.
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR .................................... vi
ABSTRAK ...........................................................................................viii
ABSTRACT ............................................................................................ x
KATA PENGANTAR ........................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1.
Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2.
Tujuan .................................................................................... 1
1.3.
Perumusan Masalah ............................................................... 2
1.4.
Batasan Masalah .................................................................... 2
1.5.
Manfaat Penelitian ................................................................. 2
BAB II DASAR TEORI .......................................................................... 3
2.1.
Pengolahan Data Seismik ....................................................... 3
2.1.1.
Pendefinisian Geometri ................................................. 3
2.1.2.
Koreksi Statik ................................................................ 4
2.1.3.
Filter Frekuensi ............................................................. 6
2.1.4.
Spherical Divergence .................................................... 7
2.1.5.
Dekonvolusi .................................................................. 8
2.1.6.
Analisa Kecepatan ....................................................... 10
xiv
2.1.7.
2.2.
Filter F-K .................................................................... 11
Migrasi ................................................................................. 13
2.2.1.
Migrasi Kirchhoff ....................................................... 13
2.2.2.
Migrasi Finite-Difference ........................................... 14
2.2.3.
Migrasi F-K ................................................................. 15
2.3.
Batuan Beku Vulkanik ......................................................... 16
BAB III METODOLOGI ...................................................................... 19
3.1.
Metode Penelitian ................................................................ 19
3.1.1.
Tahap Persiapan .......................................................... 20
3.1.1.1.
Perumusan Masalah............................................ 20
3.1.1.2.
Studi Literatur .................................................... 20
3.1.1.3.
Persiapan Data .................................................... 20
3.1.1.4.
Tahap Pengolahan .............................................. 20
3.1.2.
Tahap Analisa ............................................................. 22
3.1.3.
Tahap Akhir ................................................................ 23
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ......................................... 25
4.1. Pre-Processing........................................................................... 25
4.1.1.
Input Data ................................................................... 25
4.1.2.
Static Correction ......................................................... 26
4.1.3.
Muting ......................................................................... 29
4.2. Processing.................................................................................. 30
4.2.1.
Filter Frekuensi ........................................................... 30
4.2.2.
Analisa Kecepatan Pertama ........................................ 33
4.2.3.
Spherical Divergence .................................................. 35
4.2.4.
Dekonvolusi ................................................................ 36
xv
4.2.5.
Filter F-K ..................................................................... 39
4.2.6.
Tampilan Stack Pengolahan data................................. 41
4.3.
Pre-Conditioning ................................................................. 46
4.3.1.
Analisa Kecepatan Kedua............................................ 46
4.3.2.
Frequency Balancing ................................................... 50
4.3.3.
Residual Statik............................................................. 53
4.4.
Migrasi ................................................................................. 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 57
5.1. Kesimpulan ................................................................................ 57
5.2. Saran........................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 59
LAMPIRAN .......................................................................................... 61
PROFIL PENULIS ................................................................................ 69
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Perhitungan Koreksi Statik ................................................. 4
Gambar 2. 2 Data seismik sebelum (a) dan sesudah (b) dilakukan
koreksi statik (Yilmaz, 2001) .................................................................. 5
Gambar 2. 3 Macam - macam Low Cut Filter......................................... 7
Gambar 2. 4 Komsep Spherical Divergence (Onajite, E. 2014) ............. 8
Gambar 2. 5 Ilustrasi Operator Length dan Gap ..................................... 9
Gambar 2. 6 Analisa Kecepatan ............................................................ 11
Gambar 2. 7 Filtering data seismik dengan menggunakan F-K (Yilmaz,
2001) ..................................................................................................... 12
Gambar 2. 8 Ilustrasi konsep dalam migrasi Kirchhoff (Yilmaz, 1987) 13
Gambar 2. 9 Perbandingan hasil migrasi Kirchhoff (A) dan FiniteDifference (B) (Andri S, 2014) ............................................................. 14
Gambar 2. 10 Ilustrasi migrasi F-K, a) input dengan domain waktu, b)
input yang sudah ditransformasikan, c) output transformasi yang sudah
dimigrasi, d) output yang dikembalikan menggunakan inverse Fourier
Transform dalam domain kedalaman .................................................... 15
Gambar 2. 11 Petroleum System daerah batuan vulkanik (Holford et al.,
2012) ..................................................................................................... 17
Gambar 3. 1 Diagram Alur Keseluruhan ............................................... 19
Gambar 3. 2 Diagram Alur Pengolahan Data ........................................ 21
Gambar 4. 1 Gather data RAW .............................................................. 25
Gambar 4. 2 Spread Sheet 2 Geometri .................................................. 26
Gambar 4. 3 Picking First break ........................................................... 27
Gambar 4. 4 Picking perlapisan kecepatan............................................ 27
Gambar 4. 5 Model Statik ..................................................................... 28
Gambar 4. 6 Gather RAW setelah static ............................................... 29
Gambar 4. 7 Desain mute (a) gather sebelum mute (b) gather setelah
mute ....................................................................................................... 30
xvii
Gambar 4. 8 Gather parameter ke – 2 pengolahan filter frekuensi ........ 31
Gambar 4. 9 Analisa spectral filter frekuensi untuk parameter ke - 2 ... 32
Gambar 4. 10 semblance dan gather sebelum dilakukan picking velocity
pada CDP 100 ........................................................................................ 33
Gambar 4. 11 semblance dan gather sesudah dilakukan picking velocity
pada CDP 100 ........................................................................................ 34
Gambar 4. 12 Model kecepatan analisa kecepatan pertama .................. 35
Gambar 4. 13 Gather spherical divergence menggunakan parameter 3 36
Gambar 4. 14 Gather Dekonvolusi menggunakan parameter 2............. 37
Gambar 4. 15 (a) autokorelasi data input (sebelum dekon) (b)
autokorelasi menggunakan parameter 2 .............................................. 38
Gambar 4. 16 Desain filter F-K ............................................................. 40
Gambar 4. 17 Gather sesudah dilakukan filter F-K .............................. 41
Gambar 4. 18 (a) Stack sebelum dilakukan filter frekuensi (b) Stack
dengan parameter filter frekuensi 2, 10hz-15hz-55hz-60hz .................. 42
Gambar 4. 19 (a) Stack setelah dilakukan spherical divergence
parameter 3, 2:1 Time : Velocity ............................................................ 43
Gambar 4. 20 (a) Stack setelah dilakukan dekonvolusi parameter 2, OPL
150 Lag 60 ............................................................................................. 44
Gambar 4. 21 (a) Stack setelah dilakukan filter F-K menggunakan grey
scale color (b) Stack setelah dilakukan filter F-K menggunakan
landmark scale color ............................................................................. 45
Gambar 4. 22 (a) Semblance + gather analisa kecepatan pertama (b)
Semblance + gather analisa kecepatan kedua ........................................ 47
Gambar 4. 23 Model kecepatan analisa kecepatan kedua ...................... 48
Gambar 4. 24 (a) Stack menggunakan velocity file pertama (b) Stack
menggunakan velocity file kedua ........................................................... 49
Gambar 4. 25 (a) Gather sesudah dilakukan Frequency Balancing ..... 51
Gambar 4. 26 (a) Spektrum frekuensi sesudah dilakukan Frequency
Balancing............................................................................................... 51
Gambar 4. 27 (a) Stack sesudah dilakukan Frequency Balancing (b)
Stack sebelum dilakukan Frequency Balancing ................................... 52
Gambar 4. 28 (a) Stack sesudah dilakukan Residual Static (b) Stack
sebelum dilakukan Residual Static ....................................................... 53
xviii
Gambar 4. 29 Stack sesudah dilakukan Post stack F-K migration ........ 55
Gambar 1 (a) Gather filter frekuensi untuk parameter 1 (b) Gather filter
frekuensi untuk parameter 3 .................................................................. 61
Gambar 2 (a) analisa spectral filter untuk parameter 1 (b) analisa
spectral filter untuk parameter 3 ........................................................... 62
Gambar 3 (a) gather spherical divergence parameter 1 (b) gather
spherical divergence parameter 2.......................................................... 63
Gambar 4(a) gather Dekonvolusi parameter 1 (b) gather Dekonvolusi
parameter 3 ............................................................................................ 64
Gambar 5 (a) autokorelasi parameter 1 (b) autokorelasi parameter 3 ... 65
Gambar 6 (a) Stack dengan parameter filter frekuensi 1, 1hz-5hz-75hz80hz (b) parameter 3, 10hz-15hz-55hz-60hz....................................... 66
Gambar 7 (a) Stack setelah dilakukan spherical divergence parameter 1,
2:1 Time : Velocity (b) parameter 2, 1:1 Time : Velocity ...................... 67
Gambar 8 (a) Stack setelah dilakukan dekonvolusi parameter 1, OPL
150 Lag 90 (b) parameter 3, OPL 150 Lag 25 ...................................... 68
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Contoh tabel geometri data seismik ........................................ 4
xx
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Eksplorasi sumber daya energi yang bersumber dari minyak dan gas
bumi di Pulau Jawa sudah banyak dilakukan dengan tantangan dan
metoda yang beragam. Sumber energi ini (minyak dan gas bumi), dapat
terbentuk di daerah dengan jenis batuan induk yang bermacam-macam,
seperti di Pulau Jawa yang pada kenyataannya beberapa batuan induknya
tertutup lapisan batuan beku, contohnya seperti penelitian yang sudah
dilakukan terdapat pada formasi Jatibarang, formasi yang tersusun oleh
lapisan batuan beku (Boedi, 2010).
Batuan beku yang menutupi batuan induk akan menyebabkan
penjalaran gelombang seismik terganggu, efek ini terjadi karena sifat
alami dari batuan beku yaitu memiliki sifat refraksi yang kuat (Huijun dan
Pal, 2009). Efek ini akan mempengaruhi data seismik karena pada saat
melewati lapisan batuan beku, energi dari gelombang seismik sebagian
besar berkurang (amplitudo berkurang), dan dari hasil penelitianpenelitian yang sebelumnya mengakibatkan hasil pengolahan data dari
penampang seismik buram/tidak jelas (Hill et al., 2016).
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi seorang Geophysicists
khususnya bagian Seismic Processing. Pengolahan data seismik akan
sangat krusial karena ketepatan seorang interpreter dalam
mengidentifikasikan batuan induk (reservoir) akan sangat dipengaruhi
oleh penampang seismik yang dihasilkan melalui tahapan pengolahan
data seismik.
Dari masalah yang timbul ini penulis melakukan penelitian dengan
lebih memfokuskan pengolahan data seismik di bagian lapisan batuan
vulkanik, dengan menerapkan metode-metode quality control (QC), yaitu
membandingkan hasil pengolahan dengan nilai parameter yang berbedabeda dan koreksi statik yang diaplikasikan pada data seismik daerah
batuan beku vulkanik.
1.2. Tujuan
Tujuan dari tugas akhir (TA) ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh lapisan batuan vulkanik terhadap hasil
dari pengolahan data seismik.
1
2. Melakukkan tahapan pengolahan data sampai migrasi pada
daerah vulkanik.
1.3. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang dihadapi dari TA ini adalah :
1. Bagaimana cara mengetahui pengaruh lapisan batuan vulkanik
terhadap hasil dari pengolahan data seismik?
2. Bagaimana cara melakukan tahapan pengolahan data sampai
seismik migrasi pada daerah vulkanik?
1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang timbul dari TA ini antara lain:
1. Penelitian ini hanya berbatas pada pengolahan data seismik
sampai tahapan migrasi.
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil
pengukuran seismik di daerah reflektor vulkanik.
3. Penelitian ini menggunakan metode-metode pengolahan data
seismik yang konvensional dan tidak menggunakan metode
advanced seismic processing.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dari TA ini adalah:
1. Bekal kemampuan untuk mengolah data seismik terutama pada
daerah vulkanik.
2. Kontribusi terhadap IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
untuk menjadi dasar penelitian lebih lanjut mengenai pengolahan
data seismik di daerah reflektor vulkanik dari hasil yang didapat
oleh penelitian TA ini.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pengolahan Data Seismik
Pengolahan data seismik bertujuan untuk mengubah data seismik dari
hasil recording di lapangan menjadi suatu penampang seismik (stack)
yang kemudian dilakukan interpretasi dari penampang tersebut.
Sedangkan tujuan pengolahan data seismik adalah untuk menghasilkan
penampang seismik dengan kualitas signal to noise ratio (S/N) yang baik
tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan refleksi/pelapisan
batuan bawah permukaan, sehingga dapat dilakukan interpretasi keadaan
dan bentuk dari struktur pelapisan bawah permukaan bumi seperti
kenyataannya (Yilmaz, 2001). Atau dapat dikatakan bahwa pengolahan
data seismik didefinisikan sebagai suatu tahapan untuk meredam noise
dan memperkuat sinyal.
2.1.1.
Pendefinisian Geometri
Data seismik dalam format demultiplex (format data pada field
tape yang disusun berdasarkan urutan trace) dalam urutan (order) shot.
Untuk mengolah data seismik maka urutan data harus dalam bentuk CMP.
Sehingga untuk mengurutkan data seismik dalam bentuk CMP, hal yang
harus dilakukan adalah mendefinisikan layout geometri di lapangan,
termasuk kedalamnya adalah lokasi source dan geophone, group interval,
nomor station, dan lainnya (tabel 2.1).
3
Tabel 2. 1 Contoh tabel geometri data seismik
Didalam langkah ini elevasi dan waktu uphole atau kedalaman
uphole juga di simpan kedalam data seismik.
2.1.2.
Koreksi Statik
Koreksi statik dilakukan untuk mengembalikan waktu
penjalaran gelombang seismik yang bergeser karena adanya perbedaan
ketinggian antara sumber seismik dan geofon. Selain itu juga karena
adanya lapisan lapuk dengan ketebalan yang bervariasi, sekaligus cepat
rambat gelombang yang variatif dalam lapisan lapuk tersebut.
Dengan mengetahui adanya lapisan lapuk dan lapisan kompak
diatas permukaan datum, maka koreksi refraksi dapat ditunjukkan sebagai
berikut,
Gambar 2. 1 Perhitungan Koreksi Statik
4
πΎπ‘œπ‘Ÿπ‘’π‘˜π‘ π‘– π‘†β„Žπ‘œπ‘‘π‘π‘œπ‘–π‘›π‘‘ = −
(𝐸𝑠−𝐸𝑑−𝐷𝑠)
π‘‰π‘Ÿ
πΎπ‘œπ‘Ÿπ‘’π‘˜π‘ π‘– π‘”π‘’π‘œπ‘β„Žπ‘œπ‘›π‘’ = −(𝑇𝑒 +
Dimana
Es : elevasi shotpoint
Ed : elevasi datum plane
Er : elevasi receiver (geophone)
ds : shot depth
dw : kedalaman lapisan lapuk
Tu : uphole time
Vr : replacement velocity
Vc : compact layer velocity
Vw : weathering layer velocity
...(2.1)
(πΈπ‘Ÿ−𝐸𝑑−𝐷𝑠)
π‘‰π‘Ÿ
)
...(2.2)
Gambar 2. 2 Data seismik sebelum (a) dan sesudah (b) dilakukan
koreksi statik (Yilmaz, 2001)
Koreksi statik ini dilakukan sedemikian hingga sumber seismik
dan penerima/geofon berada pada satu garis horisontal (datum), sehingga
5
dapat diperoleh bentuk refleksi yang kurang lebih sesuai dengan
kenyataannya dan diperoleh sinyal yang sefase yang saling memperkuat
pada saat proses stacking dilakukan.
2.1.3.
Filter Frekuensi
Low Cut Filter adalah upaya untuk 'menyelamatkan' frekuensi
yang dikehendaki dari gelombang seismik dan 'membuang' yang tidak
dikehendaki. Terdapat beberapa macam filtering: band pass, low pass
(high cut) dan high pass (low cut).
Di dalam pengolahan data seismik band pass filter lebih umum
digunakan karena biasanya gelombang seismik terkontaminasi noise
frekuensi rendah (seperti ground roll) dan noise frekuensi tinggi (ambient
noise). Gambar di bawah ini menunjukkan ketiga jenis filtering, baik
dalam kawasan waktu (time domain) maupun domain frekuensi
(frequency domain).
6
Gambar 2. 3 Macam - macam Low Cut Filter
2.1.4.
Spherical Divergence
Sewaktu gelombang akustik dipancarkan oleh sumber seismik
yang menjalar ke bawah permukaan, energinya akan tersebar dengan arah
seperti bola. Semua energi yang tersimpan dalam sumber seimik akan
terpencar ke area yang semakin luas dengan bertambahnya waktu. Efek
ini akan menyebabkan energi yang hilang dari sinyal seismik dan
mengakibatkan pengurangan amplitudo dari wavelet sumber, inilah yang
disebut dengan efek spherical divergence.
Dibawah adalah persamaan spherical divergence formula P.
Newman
𝐷=𝑇
2
𝑉𝑅𝑀𝑆
(𝑇)
....(2.3)
𝑉0
Dimana
D = Power, T = time
Vrms (T) = Velocity Root Mean Square
V0 = Velocity Constant
7
Gambar 2. 4 Komsep Spherical Divergence (Onajite, E. 2014)
Pengolahan True Amplitude adalah salah satu langkah yang
digunakan untuk mengkompensasi atenuasi, spherical divergence dan
efek lainnya dengan menyesuaikan amplitudo pada data. Tujuannya
adalah untuk menghasilkan data pada keadaan dimana amplitudo refleksi
berhubungan langsung dengan perubahan properti batuan seperti yang
sesungguhnya (Onajite, 2014).
2.1.5.
Dekonvolusi
Dekonvolusi adalah suatu proses untuk menghilangkan
pengaruh dari wavelet sumber dari suatu trace seismik. Dengan proses
tersebut diperoleh deret pseudo refleksi yang berupa spike yang
menggambarkan amplitudonya.
8
Gambar 2. 5 Ilustrasi Operator Length dan Gap
Dekonvolusi adalah proses pembalikkan konvolusi untuk
mendapatkan koefisien refleksi, dimana persamaan konvolusi adalah
S(t)=W(t) * R(t)
…(2.4)
Sehingga dekonvolusi adalah :
R(t)= W(t)-1 * S(t)
…(2.5)
Dimana
S(t) = sinyal
W(t) = wavelet
R(t) = koefisien refleksi
Tipe dekonvolusi :
ο‚·
ο‚·
Spiking deconvolution οƒ  menghasilkan ideal spike.
Predictive deconvolution οƒ  menghilangkan multiple dengan
jarak prediktif tertentu.
ο‚· Wavelet shaping deconvolution οƒ  untuk data dengan fasa nonminimum.
Dekonvolusi merupakan tahapan untuk melakukan koreksi
terhadap efek filter bumi tersebut sehingga diperoleh hasil dimana
wavelet yang terekam dapat dikembalikan menjadi tajam dan dengan
amplitudo yang tinggi.
9
2.1.6.
Analisa Kecepatan
Analisis kecepatan data seismik ditujukan untuk melakukan
konversi kedalaman dan migrasi dari data seismik dalam domain waktu.
Velocity analysis sendiri menggunakan kurva moveout yang berupa
hubungan hiperbolik antara time pada zero-offset dan velocity.
Berikut adalah jenis kecepatan yang berkaitan dengan velocity
analysis
a. Vint= kecepatan konstan pada setiap lapisan
b. Vnmo = kecepatan yang dibutuhkan untuk koreksi NMO terbaik
menggunakan asumsi hiperbolik.
c. Vrms = untuk lapisan-lapisan datar dan diasumsikan offset kecil
dibandingkan kedalaman, maka persamaan moveout hiperbolik
dapat diturunkan dari deret pangkat dengan Vrms sebagai
kecepatan. Kecepatan root-mean-square (RMS) dihitung dari
kecepatan interval.
d. Vstack = kecepatan yang dibutuhkan untuk stack terbaik
menggunakan hiperbola paling sesuai pada seluruh rentang
offset.
e. Velocity spectrum/ Semblance Velocity
Prinsip dasar metode ini adalah amplitudo stack maksimum yang
dapat berdasarkan harga fungsi kecepatan yang diterapkan pada
koreksi NMO dengan harga kontur amplitudo yang disertai
dengan harga- harga amplitudo dan kecepatan untuk tiap- tiap
event yang ada.
Untuk menghitung koreksi NMO, digunakan persamaan seperti
dibawah
𝑑 2 (π‘₯) = 𝑑 2 (0) +
π‘₯2
...(2.6)
2
π‘£π‘Ÿπ‘šπ‘ 
Dimana pergeseran t adalah,
Δπ‘‘π‘›π‘šπ‘œ = 𝑑(π‘₯) − 𝑑(0)
Dimana
t(x) = waktu sebelum dilakukan NMO
t(0) = waktu saat zero offset
x = Offset dalam jarak (m)
Δtnmo = Perpindahan waktu (koreksi NMO)
Vrms = Kecepatan RMS dihitung dari kecepatan interval
10
...(2.7)
Gambar 2. 6 Analisa Kecepatan
Semblance ditampilkan dalam kontur pada suatu sistem
koordinat dengan sumbu x (kecepatan) dan sumbu y (two way time). Pada
prakteknya analisa kecepatan dengan semblance adalah picking nilai
semblance tinggi pada posisi event (reflektor) seismik. (Pryono dan Tim
Asisten, 2004).
2.1.7.
Filter F-K
Noise multiple perioda panjang bisa dihilangkan dengan
berbagai metode seperti filter F-K, Karhunen-Loeve (KL) transform dan
Transformasi Radon (Saputra dan Deni, 2006). Metode atenuasi noise
dapat digunakan dengan filter F-K, yang merupakan domain frekuensi
dan domain bilangan gelombang. Karena noise yang terekam juga
memiliki frekuensi tertentu, maka dengan mengaplikasikan filter F-K
dapat dipilih (picking) frekuensi yang diharapkan sesuai dengan sinyal
reflektor.
Nilai frekuensi dan bilangan gelombang dari filter F-K berasal
dari konversi waktu dan offset menggunakan transformasi fourier,
11
persamaan matematis persamaan fourier untuk mengubah time menjadi
frekuensi adalah sebagai berikut,
∞
𝐺(𝑓) = ∫−∞ 𝑔(𝑑)𝑒 −π‘–πœ”π‘‘ 𝑑𝑑
...(2.8)
Dimana
f = frekuensi
t = waktu
Gambar 2. 7 Filtering data seismik dengan menggunakan F-K (Yilmaz,
2001)
Filter F-K juga dapat meresolusi struktur dengan kemiringan
yang curam, dan dapat diperlakukan juga pada data dengan rasio signal to
noise yang rendah atau dengan kata lain data yang buruk. (Yilmaz, 2001).
12
2.2. Migrasi
Migrasi data seismik adalah suatu proses untuk memetakan suatu
penampang menjadi penampang yang lain dimana event-event seismik
dikembalikan posisinya pada tempat/lokasi dan waktu yang tepat (pada
domain time ataupun domain depth).
2.2.1.
Migrasi Kirchhoff
Proses migrasi difraksi sering juga dianalogikan sebagai
pendekatan statistik. Dalam metoda ini datum yang akan diperoleh, akan
mempunyai banyak kemungkinan. Keuntungan utama dari migrasi
difraksi ini adalah penampilan kemiringan curam yang baik, sedangkan
salah satu kerugiannya adalah kenampakan yang buruk jika data seismik
mempunyai rasio S/N yang rendah.
Gambar 2. 8 Ilustrasi konsep dalam migrasi Kirchhoff (Yilmaz, 1987)
13
Dengan kata lain, Migrasi Kirchhoff merupakan metoda
penjumlahan satuan faktor skala dan perubahan fase sebelum
dijumlahkan. Faktor skala dan fase merupakan faktor yang penting untuk
tahap rekonstruksi amplitudo yang benar dari hasil migrasi. Migrasi
Kirchhoff dapat dilakukan pada domain time migrasi dengan
menggunakan kecepatan RMS dan sinar lurus, atau dalam domain depth
migrasi yang menggunakan interval velocity model.
2.2.2.
Migrasi Finite-Difference
Migrasi Finite-Difference dikenal sebagai migrasi kawaasan
waktu atau migrasi persamaan gelombang. Claerbout (1976) mengatakan
bahwa pada migrasi jenis ini digunakan pendekatan deterministik.
Prosedur migrasinya dimodelkan oleh persamaan gelombang. Persamaan
tersebut kemudian didekati oleh persamaan yang lebih sederhana, dan
setelah itu penyelesaiannya didekati oleh algoritma Finite-Difference.
A
B
Gambar 2. 9 Perbandingan hasil migrasi Kirchhoff (A) dan FiniteDifference (B) (Andri S, 2014)
Keuntungan dari metode ini adalah kenampakan yang baik bila
data seismik mempunyai rasio S/N yang rendah. Sedangkan kelemahan
dari metode ini adalah waktu yang diperlukan untuk perhitungan cukup
lama dan adanya kesulitan dalam mengatasi data yang memiliki
kemiringan yang curam.
14
2.2.3.
Migrasi F-K
Migrasi dengan domain F-K (Frekuensi) adalah metode yang
cukup penting untuk diperhatikan karena metode ini cukup cepat
mengasumsikan konstanta kecepatan dan akurat sampai 90 derajat. Nama
lain metode ini adalah migrasi Stolt yang dinamakan oleh penemunya.
Ilustrasi dari migrasi F-K dijelaskan oleh gambar dibawah,
Gambar 2. 10 Ilustrasi migrasi F-K, a) input dengan domain waktu, b)
input yang sudah ditransformasikan, c) output transformasi yang sudah
dimigrasi, d) output yang dikembalikan menggunakan inverse Fourier
Transform dalam domain kedalaman
Untuk mencari Kz yaitu domain frekuensi yang akan dimigrasi,
digunakan poersamaan dibawah,
𝐾𝑧2 =
πœ”2
𝑣2
− 𝐾π‘₯2
...(2.9)
Dimana
Kz = bilangan gelombang hasil migrasi
Kx = bilangan gelombang
ω = frekuensi
v = konstanta kecepatan
Metode ini bekerja dengan cara mentransformasikan data
kedalam domain F-K dan mengaplikasikan persamaan migrasi, yang
menggeser data secara vertikal dengan sumbu frekuensi untuk
mentrasformasi data ke posisi (dip) migrasi.
15
2.3. Batuan Beku Vulkanik
Batuan beku terbentuk karena proses pengerasan dari magma yang
merupakan campuran dari air, gas yang terlebur (dissolved gas) dan
lelehan yang sebagian besar merupakan lelehan batuan. Batuan beku
memiliki berbagai macam ragam kandungan mineral nya tergantung dari
kandungan magma tempat dia terbentuk, yang bervariasi diantara silicon,
besi, magnesium, sodium, kalsium dan potasium. Batuan beku juga
mempunyai struktur yang beraneka macam yang mempengaruhi properti
fisiknya seperti porositas dan permeabilitas tergantung bagaimana dia
ditempatkan saat pembentukkannya (Huijun dan Pal, 2009).
Vulkanisme bisa mempengaruhi semua aspek dari sistem petroleum,
memproduksi batuan induk yang unik, mempercepat kematangan fluida,
membentuk fasilitas bagi fluida untuk bermigrasi, dan membuat trap,
reservoir dan seal. Walaupun sebagian besar hidrokarbon yang ditemukan
di batuan vulkanik datang dari batuan induk sedimen, beberapa kasus
menunjukkan batuan vulkanik juga dapat menjadi batuan induk (Huijun
dan Pal, 2009).
Evolusi dan kapasitas basin hidrokarbon sangat berhubungan erat
dengan aktifitas vulkanik, dan tidak hanya pematangan batuan induk saja,
perangkap dari hidrokarbon juga dipengaruhi oleh aktifitas vulkanik di
dalam basin (Liu et al., 2009). Akumulasi vulkanik dengan minyak dan
gas adalah baru dalam lapangan eksplorasi hidrokarbon dan sudah
dibuktikan dan ditemukan lebih dari 300 basin dalam 20 negara.
(Schutter, 2003).
16
Gambar 2. 11 Petroleum System daerah batuan vulkanik (Holford et al.,
2012)
Model geologi daripada sistem petroleum yang berada di lingkungan
batuan vulkanik memiliki unsur-unsur yang mirip dengan sistem
petroleum pada umumnya. Pada keadaan ini, batuan vulkanik mengintrusi
daerah reservoir. Intrusi ini membentuk barrier di sekitar zona reservoir
yang mengarah baik vertikal maupun horizontal.
17
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
18
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode yang secara umum
digunakan untuk melakukan penelitian, yaitu dengan melakukan studi
literatur mengenai topik penelitian yang kemudian dilanjutkan dengan
pengumpulan dan pengolahan data, data yang sudah diolah akan
diperhatikan sesuai dengan topik penelitian. Secara garis besar metode
penelitian ini dapat dijelaskan pada diagram alur di bawah,
Tahap Akhir
Gambar 3. 1 Diagram Alur Keseluruhan
19
3.1.1. Tahap Persiapan
3.1.1.1. Perumusan Masalah
Masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah bagaimana
mengatasi keterbatasan pengolahan data seismik pada daerah vulkanik
atau batuan beku oleh sebab efek yang ditimbulkan oleh kehadiran lapisan
vulkanik, yaitu dengan menggunakan metoda pengolahan konvensional.
3.1.1.2. Studi Literatur
Untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dan akan
diselesaikan oleh penelitian ini, maka dibutuhkan dasar yang kuat untuk
menjalankan penelitian lebih lanjut. Sehingga semua argumen dan hasil
yang dihasilkan oleh penelitian ini merupakan sesuatu yang berdasar,
dengan mencari, dan mempelajari semua dasar-dasar literatur yang
berhubungan dengan topik penelitian.
3.1.1.3. Persiapan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil
pengukuran seismik pada linkungan vulkanik. Data termasuk kedalam
data seismik itu sendiri, lalu terdapat informasi geometri data seismik,
yaitu informasi akuisisi yang telah dilakukan di lapangan
3.1.1.4. Tahap Pengolahan
Setelah data yang dibutuhkan sudah dipersiapkan, maka langkah
selanjutnya adalah mengolah data yang dilakukan dengan tiga tahapan
besar, yaitu pre-processing, processing, dan pre-conditioning dimana
tahapan tersebut digambarkan menggunakan diagram alur dibawah,
20
Gambar 3. 2 Diagram Alur Pengolahan Data
21
Pada tahap pengolahan data, terdapat empat langkah utama yang
akan ditempuh, yaitu Pre-Processing bertujuan untuk menyiapkan data
sebelum dilakukan pengolahan dengan cara menerapkan geometri yang
didapat di lapangan ke dalam data dan static data correction, kemudian
dilakukan muting gather yang bertujuan untuk mematikan gather yang
dilakukan untuk mengurangi efek stretching saat melakukan NMO.
Lalu masuk ke tahap Processing pada tahap ini ditentukan nilai
parameter dari tiap langkah yaitu,
ο‚· Frequency Filter bertujuan untuk mengurangi kehadiran noise
baik low maupun high frequency, digunakkan Ormsby Filter ,
ο‚· Spherical Divergence bertujuan untuk memulihkan amplitudo
data karena efek penjalaran gelombang yang dipengaruhi oleh
jarak,
ο‚· Deconvolution yang digunakan untuk memperkuat resolusi
vertikal data dan mengurangi noise multiple dengan
menggunakan metode predictive deconvolution, dan terakhir
adalah
ο‚· F-K Filter yang bertujuan untuk mengurangi noise linear
seperti ground roll dengan cara mentransformasi trace seismik
dari time-offset ke frekuensi-bilangan gelombang. Setiap
melalui tahapan pada Processing dilakukan stacking untuk QC
(Quality Control) hasil tiap parameter.
Kemudian Pre-Conditioning yang bertujuan untuk melakukan
QC terakhir dengan analisa kecepatan dan jika dihasilkan penampang
seismik yang belum memperlihatkan reflektor vulkanik maka dilakukan
Static Data Correction yang kedua. Yang terakhir adalah tahap migrasi,
migrasi dilakukan untuk mengembalikkan posisi reflektor dari event
seismik ke posisi yang sesungguhnya, migrasi dilakukan dengan
menggunakan metode F-K Post-Stack Time Migration.
3.1.2.
Tahap Analisa
Pada tahap ini dilakukan analisa dari hasil yang dikeluarkan
setelah dilakukan pengolahan data seismik. Tahap ini bertujuan untuk
memperlihatkan hasil-hasil dari semua pengolahan data yaitu sebelum
dan setelah dilakukan pengolahan. Selain memperlihatkan hasil, tahap ini
juga bertujuan untuk membahas perubahan dari kualitas data seismik pada
22
daerah vulkanik sesuai dengan topik penelitian. Segala asumsi atau hasil
yang didapatkan merupakan pernyataan yang berdasar sesuai dengan
literatur-literatur yang didapatkan oleh penulis.
3.1.3.
Tahap Akhir
Tahap ini merupakan tahap terakhir yang dilakukan dalam
penelitian ini, yang dilakukan dengan membentuk atau menyusun laporan
dengan hasil akhir yang merupakan kesimpulan, sesuai dari data dan hasil
yang didapat
23
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
24
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci tahapan-tahapan dari
pengolahan sesuai dengan capaian yang sudah dilakukan. Adapun
tahapan yang sudah dilakukan ditampilkan oleh diagram alur seperti yang
ditampilkan pada gambar 3.2. pada subbab sebelumnya.
4.1. Pre-Processing
4.1.1.
Input Data
Input data pada tahap ini masih dalam bentuk RAW Gather yang
masih memiliki banyak noise yang harus dikurangi untuk mendapatkan
hasil seismik yang baik dan belum dilakukan penerapan geometri pada
data ini.
Gambar 4. 1 Gather data RAW
Setelah dilakukan input data yang selanjutnya dilakukan adalah
memasukkan geometri, yang berupa informasi yang didapatkan dari
pengukuran di lapangan. Geometri terkait dengan lokasi data shot dan
receiver (dalam koordinat), kedalaman uphole dan downhole dan lainlain.
25
Gambar 4. 2 Spread Sheet 2 Geometri
4.1.2.
Static Correction
Setelah dilakukan input geometri langkah selanjutnya adalah
static correction dimana tahapan ini bertujuan untuk mengembalikan
offset saat survei dilapangan, sehingga membentuk topografi yang sesuai
dengan keadaan lapangan, langkah yang dilakukan pertama adalah
melakukkan picking first break.
26
Gambar 4. 3 Picking First break
Picking first break dilakukan untuk mendefinisikan gelombang
awal, dimana gelombang awal ini nantinya akan digunakan untuk
membuat perlapisan sesuai dengan kecepatan yang didapat dari hasil
picking first break. Perlapisan ini nantinya digunakan untuk mendekati
ketinggian dengan topografi yang sebenarnya.
Gambar 4. 4 Picking perlapisan kecepatan
27
Pada gambar di atas adalah tahapan pengambilan perlapisan
kecepatan dengan first break yang dilakukan untuk tiap-tiap control
pointnya (CP), adapun CP pada penelitian ini diambil tiap 15 shots.
Kemudian dihitung static model nya dengan menggunakan fixed datum
pada ketinggian 600 m.
Gambar 4. 5 Model Statik
Seperti yang ditampilkan pada gambar diatas, pengambilan first
break untuk kecepatan lapisan pertama dan kedua sudah dilakukan dan
sudah menyerupai elevasinya, pada model statik diatas terdapat daerah
dengan kecepatan yang tinggi (berwarna merah).
Setelah dilakukan koreksi static, hasil koreksi di masukkan
kedalam data RAW seismic, sehingga hasilnya seperti yang ditampilkan
pada gambar dibawah ini,
28
Gambar 4. 6 Gather RAW setelah static
Koreksi statik yang dihasilkan membuat data seismik memiliki
ketinggian tertentu, sesuai dengan topografi yang sudah didefinisikan
seperti pada gambar 4.6. Sehingga pada gambar 4.7 terlihat bahwa gather
terlihat turun, ini dikarenakan posisi dari tiap data seismik yang
digunakan sudah sesuai dengan topografi yang didefinisikan.
4.1.3.
Muting
Sebelum dilakukan tahapan pengolahan data lebih lanjut, harus
dilakukan muting. Muting adalah teknik pemotongan shot gather yang
bertujuan untuk menampilkan data yang baik. Proses pemotongan ini
hanya digunakan sebagai display saja, sehingga data tidak terpotong
informasi aslinya.
Langkah pertama muting adalah mendesain bentuk muting yang
diinginkan, seperti yang ditampilkan oleh gambar berikut,
29
(a)
(b)
Gambar 4. 7 Desain mute (a) gather sebelum mute (b) gather setelah
mute
4.2. Processing
4.2.1.
Filter Frekuensi
Proses Filter Frekuensi adalah proses pengurangan noise yang
ada pada data seismik yang memiliki frekuensi rendah dan tinggi dengan
menggunakan Bandpass Filter tipe Butterworth. Untuk meyakinkan
bahwa data yang kita buang adalah noise maka disini kita membuat
beberapa parameter filter untuk QC.
Parameter Bandpass Filter ini memiliki beberapa desain yang
bisa digunakan untuk mengurangi low dan frequency noise sebagai
berikut :
a. 1 Hz – 5 Hz – 75 Hz – 80 Hz
30
b.
c.
10 Hz – 15 Hz – 55 Hz – 60 Hz
5 Hz – 10 Hz – 55 Hz – 60 Hz
Berikut adalah tampilan trace display pada desain filter :
Gambar 4. 8 Gather parameter ke – 2 pengolahan filter frekuensi
Dapat terlihat bahwa dengan menggunakan parameter yang
pertama noise dengan frekuensi rendah dan tinggi dapat dihilangkan
begitu juga dengan parameter yang kedua dan ketiga. Yang membedakan
dari hasil kedua parameter ini adalah parameter 2 dan parameter 3
menghilangkan banyak noise yang termasuk kedalam high frekuensi dan
low frekuensi, sedangkan ketika menggunakan parameter 1, tidak terlalu
menghilangkan noise. Untuk quality control tahap ini tidak cukup
menggunakan gather saja, maka dilakukan analisa spectral frekuensi,
31
Gambar 4. 9 Analisa spectral filter frekuensi untuk parameter
ke - 2
Pada hasil yang didapatkan disimpulkan bahwa dengan
menggunakan parameter pertama noise-noise yang hadir pada rentan high
dan low belum dapat dihilangkan, sedangkan parameter ketiga belum
menghilangkan noise low frekuensi jika dibandingkan dengan parameter
kedua yang dapat menghilangkan informasi dari data seismik yang
memiliki frekuensi di atas 60 Hz, serta noise low frekuensi yang hadir
pada jarak 10 Hz dan juga dengan menggunakan parameter kedua ini tetap
menjaga kehadiran data seismik. Sehingga pada tahap ini digunakan
parameter yang kedua karena parameter ini dapat mewakili semua data
dengan tidak menghapus atau menghilangkan data pada frekuensi terlalu
rendah atau terlalu tinggi yang bisa jadi merupakan noise.
32
4.2.2.
Analisa Kecepatan Pertama
Setelah proses filter frekuensi untuk dapat melanjutkan proses
pengolahan data seismik dilakukan analisa kecepatan, dimana pada tahap
ini kecepatan untuk tiap-tiap time (dalam ms) di definisikan. Pada saat
menganalisa kecepatan, muting data pada gather CDP (Common Dip
Point) akan sangat membantu karena dapat menghilangkan first break
yang tidak diambil informasinya dalam pengolahan data seismik.
Semblance untuk analisa kecepatan ditampilkan pada gambar dibawah
ini,
Gambar 4. 10 semblance dan gather sebelum
dilakukan picking velocity pada CDP 100
Gambar diatas memperlihatkan semblance beserta gather yang
belum dilakukan picking velocity, terlihat gather yang masih belum
didefinisikan kecepatannnya sehingga gather terlihat menurun. Pada
gambar dibawah ditampilkan semblance dan gather yang sudah di pick
velocity,
33
Gambar 4. 11 semblance dan gather sesudah
dilakukan picking velocity pada CDP 100
Gambar diatas memperlihatkan semblance dan gather yang
sudah dilakukan picking velocity terlihat bahwa gather yang sudah
didefinisikan kecepatannya dan di NMO gather nya menjadi lurus, hal ini
dikarenakan kecepatan yang didefinisikan pada waktu tersebut sudah
tepat. Apabila gather NMO terlihat menurun maka kecepatan yang
didefinisikan pada waktu tersebut lebih cepat, sedangkan apabila gather
NMO terlihat naik maka kecepatannya pada waktu tersebut lebih lambat.
Pada gambar dibawah adalah hasil picking velocity dalam bentuk
model kecepatan,
34
Gambar 4. 12 Model kecepatan analisa kecepatan pertama
Setelah dilakukan analisa kecepatan sehingga output dari tahap
ini adalah velocity file, dimana data ini dapat digunakkan untuk
melakukkan stacking dengan cara NMO data seismik dan digabungkan
sehingga dapat dilakukkan QC lebih lanjut.
4.2.3.
Spherical Divergence
Pada tahap ini dilakukan koreksi spherical divergence yang
berfungsi untuk mengembalikkan energi/amplitudo yang hilang karena
pengaruh jarak (geometri), difraksi pada lapisan dan absorpsi yang terjadi
pada batuan.
Adapun pada tahapan ini dilakukan QC dengan koreksi gain
yang berbeda-beda, yakni:
(a) 1/2 Time : Velocity
(b) 1/1 Time : Velocity
(c) 2/1 Time : Velocity
Hasil dari pengolahan data menggunakan parameter-parameter
diatas ditampilkan oleh gambar berikut,
35
Gambar 4. 13 Gather spherical divergence menggunakan parameter 3
Seperti yang terlihat pada gambar di atas, angka atau parameter
yang dimasukkan sangat mempengaruhi hasil yang dikeluarkan. Untuk
parameter kedua dimana perbandingan antara waktu dan kecepatan
adalah setara dengan 1:1 sehingga untuk kedalaman 1 y maka kecepatan
adalah 1 y juga, sedangkan dengan bertambahnya kedalaman karena efek
dari jarak/geometri sehingga energi atau amplitudo perlahan menghilang
dengan kedalaman, menyebabkan kecepatan pada kedalaman yang lebih
dalam berkurang pada recording seismik. Sehingga dengan menggunakan
parameter yang ketiga yaitu perbandingan waktu dengan kecepatan
adalah 1:2 maka kecepatan yang hilang ini dapat dipulihkan kembali dua
kali lipat sesuai dengan bertambahnya satu waktu (dalam ms). Karena
alasan itulah digunakan parameter yang kedua untuk tahap spherical
divergence ini.
4.2.4.
Dekonvolusi
Tahap selanjutnya adalah deconvolution, tahap ini menggunakan
prinsip inversi dimana pengaruh dari pengurangan kualitas data karena
adanya multiple dan efek dari lapisan yang cukup kompleks sehingga
36
pada data ini diperlukan perbaikan resolusi vertikal. Untuk mengatasi
masalah tersebut perlu dilakukan dekonvolusi. Metode pemilihan
parameter dekonvolusi yang digunakan adalah metode predictive
deconvolution, dimana ditentukkan parameter saat melakukan
dekonvolusi adalah gap length dan operator length (OPL), dan parameter
yang digunakkan untuk QC adalah,
(a) Parameter 1 Operator Length 150 Lag 90
(b) Parameter 2 Operator Length 150 Lag 60
(c) Parameter 3 Operator Length 150 Lag 25
Hasil pengolahan menggunakan ketiga parameter akan
ditampilkan oleh gambar berikut ini,
Gambar 4. 14 Gather Dekonvolusi menggunakan parameter 2
Dekonvolusi dilakukan pada data seismik sehingga
menghasilkan gather yang ditampilkan pada gambar di atas, namun
dengan gather QC belum dapat dilakukan dan diambil kesimpulan karena
tidak terlalu terlihat perbedaannya dalam bentuk gather, oleh karena itu
dilakukan QC menggunakan auto korelasi, seperti yang ditampilkan pada
gambar di bawah ini,
37
(a)
(b)
Gambar 4. 15 (a) autokorelasi data input (sebelum dekon) (b)
autokorelasi menggunakan parameter 2
Dekonvolusi dilakukan untuk menghilangkan noise yang berupa
multiple dan memperkuat resolusi vertikal dari data seismik yang sedang
diolah. Multiple pada data seismik yang digunakan terihat pada data
sebelum dilakukan dekonvolusi gambar 4.16 (a) dimana terdapat
pengulangan-pengulangan informasi data pada range time tertentu.
Kegunaan dari parameter operator length adalah untuk menentukkan
jarak data yang akan dilakukan dekonvolusi dari garis tengah seperti yang
ditampilkan pada gambar autokorelasi di atas (gambar 4.16), untuk
default setiap parameter yaitu 150 ms.
Sedangkan parameter lag digunakan untuk menentukkan
seberapa akurat data akan dilakukan dekonvolusi. Dengan menggunakan
parameter ketiga jarak operator 150 ms dan lag 25 terlihat bahwa
38
ketersediaan data seismik menghilang diindikasikan dengan garis biru
yang terlihat mulai memburam, terakhir dengan menggunakan parameter
yang kedua yaitu operator 150 dan lag 90 data tidak hilang dan multiple
yang ingin dihilangkan belum terlihat menghilang, sedangkan
menggunakan parameter yang kedua data seismik tidak hilang dan sudah
dapat menghilangkan multiple yang hadir dalam data. Kegunaan dari
garis tegas biru pada autokorelasi adalah semakin tegas garis biru maka
resolusi vertikal dari data seismik akan semakin baik. Sehingga pada
tahapan ini dipilih parameter yang kedua yaitu operator length 150 dan
lag 60.
4.2.5.
Filter F-K
Setelah dilakukan proses Dekonvolusi sehingga data
mempunyai resolusi yang baik, langkah selanjutnya adalah melakukan
filter untuk menghilangkan noise yang masih tersisa, yaitu noise ground
roll, linear noise, dan noise-noise frekuensi lainnya. Pada tahap filter FK, langkah pertama adalah menentukkan zona muting, pada F-K spectrum
analysis. Muting ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas data dengan
menyeleksi frekuensi data, agar noise ground roll yang mempunyai
kecepatan frekuensi yang berbeda dengan data dapat terseleksi dan
kemudian dipotong dengan menggunakan mute.
Desain mute yang digunakan seperti yang diperlihatkan oleh
gambar di bawah,
39
Gambar 4. 16 Desain filter F-K
Seperti yang terlihat pada gambar di atas, penggunaan mute
dilakukan oleh daerah yang menyimpang pada batas frekuensinya, yang
kemudian diolah dengan menggunakan filter F-K dan menghasilkan data
dengan noise ground roll, noise linear yang lebih sedikit.
Hasil gather dari pengolahan menggunakan filter F-K
ditampilkan oleh gambar berikut,
40
Gambar 4. 17 Gather sesudah dilakukan filter F-K
4.2.6.
Tampilan Stack Pengolahan data
Gambar dibawah memperlihatkan setiap hasil stacking dengan
menggunakan kecepatan dari analisa kecepatan pertama untuk NMO dari
tahapan yang sudah di lakukan,
41
ο‚·
Filter Frekuensi
(a)
(b)
Gambar 4. 18 (a) Stack sebelum dilakukan filter frekuensi (b) Stack
dengan parameter filter frekuensi 2, 10hz-15hz-55hz-60hz
42
Pada tahapan filter frekuensi digunakan parameter kedua, karena
parameter kedua dapat menghilangkan noise low dan high lebih baik
daripada kedua parameter yang lainnya terlihat pada lingkaran berwarna
kuning perubahannya.
ο‚·
Spherical Divergence
Gambar 4. 19 (a) Stack setelah dilakukan spherical divergence
parameter 3, 2:1 Time : Velocity
Pada tahap spherical divergence parameter yang digunakan
adalah parameter ketiga, karena parameter ketiga dapat memulihkan
amplitudo yang hilang dengan time yang semakin tinggi, seperti yang
terlihat pada gambar diatas.
43
ο‚·
Dekonvolusi
Gambar 4. 20 (a) Stack setelah dilakukan dekonvolusi parameter 2, OPL
150 Lag 60
Tahap dekonvolusi parameter yang digunakan adalah parameter
kedua, Sesuai dengan hasil autokorelasi pada subbab 4.2.4. dengan
menggunakan parameter kedua dapat menjaga data dan menghilangkan
noise multiple yang hadir dalam data seismik, yang mengakibatkan data
seismik dipertajam resolusi vertikalnya, seperti yang terlihat pada
lingkaran kuning gambar diatas.
44
ο‚·
Filter F-K
(a)
(b)
Gambar 4. 21 (a) Stack setelah dilakukan filter F-K menggunakan grey
scale color (b) Stack setelah dilakukan filter F-K menggunakan
landmark scale color
45
Filter F-K bertujuan untuk mengilangkan noise linear yang
masih tersisa pada data, pada subbab 4.3.5. telah dijelaskan desain filter
untuk F-K.
4.3. Pre-Conditioning
Setelah dilakukan tahapan processing maka selanjutnya adalah
tahapan pre-conditioning yaitu tahapan yang bertujuan untuk menyiapkan
data seismik sehingga siap untuk dilakukan migration. Tahap ini terdiri
dari velocity analysis yang kedua, lalu dilakukan frequency balancing,
dan untuk memastikan semua event seismik terlihat dilakukan residual
statik.
4.3.1.
Analisa Kecepatan Kedua
Tahapan processing atau pengolahan data sudah dilakukan, hal
selanjutnya adalah menyiapkan data seismik agar siap dilakukan migrasi
dan diharapkan memperlihatkan event-event seismik pada reflektor
vulkanik. Tahapan pertama adalah melakukan analisa kecepatan kedua,
dimana tahapan ini dilakukan agar model kecepatan lebih akurat, karena
analisa kecepatan pertama yang dilakukan lebih awal dikerjakan pada
data seismik yang terbilang memiliki noise yang cukup tinggi, sehingga
picking pada semblance dan fungsi kecepatan bisa jadi belum akurat dan
dapat menyediakan informasi yang salah pada saat akan dimigraisi.
Pada gambar dibawah ditampilkan semblance dan gather pada
saat analisa kecepatan yang pertama dan kedua,
46
(a)
(b)
Gambar 4. 22 (a) Semblance + gather analisa
kecepatan pertama (b) Semblance + gather analisa
kecepatan kedua
Terlihat semblance pada saat analisa kecepatan kedua yaitu
setelah melalui tahap processing, semblance lebih memperlihatkan fokus
yang digunakkan untuk analisa kecepatan. Gambar dibawah
memperlihatkan model kecepatan dari analisa kecepatan yang kedua,
47
Gambar 4. 23 Model kecepatan analisa kecepatan kedua
Pada gambar dua adalah model kecepatan analisa kecepatan
kedua, terlihat terdapatnya perubahan kecepatan yang dibandingkan
dengan model kecepatan yang ditampilkan oleh gambar 4. 24. Hasil dari
model kecepatan diatas terdapat lapisan yang memiliki kecepatan yang
besar dibandingkan dengan sekitarnya yaitu antara CDP 100 – 350, yang
dapat mengindikasikan terdapatnya lapisan vulkanik. Fokus analisa
kecepatan yang dilakukan pada tahap ini adalah memunculkan lapisan
tersebut. Gambar dibawah memperlihatkan hasil stack yang dilakukan
pada data setelah filter F-K dengan menggunakan velocity file antara
analisa kecepatan pertama dengan analisa kecepatan kedua,
48
(a)
(b)
Gambar 4. 24 (a) Stack menggunakan velocity file pertama (b) Stack
menggunakan velocity file kedua
49
Terlihat pada gambar diatas bahwa hasil penampang stack
seismik yang dihasilkan dari velocity file analisa kecepatan kedua dapat
menegaskan event seismik daripada saat analisa kecepatan yang pertama.
4.3.2.
Frequency Balancing
Data seismik terbagi menjadi dua macam data menurut
frekuensinya, yaitu high frequency dan low frequency. Data-data tersebut
bisa saja merupakan noise, namun noise tersebut sudah hilang melalui
tahapan-tahapan sebelumnya. Frequency balancing merupakan proses
dimana rentan frekuensi tertentu dinaikkan atau diturunkan. Pada kasus
batuan vulkanik, karena gelombang high frequency dipantulkan oleh
reflektor sehingga yang lolos adalah gelombang low frequency, dan pada
tahap ini data low frequency akan dinaikkan dengan tujuan untuk
memperlihatkan event seismik pada daerah reflektor tersebut.
Rentang frekuensi dan skala output nya adalah sebagai dibagi
menjadi empat,
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
0hz-5hz-15hz-20hz, skala : 2
15hz-20hz-30hz-35hz, skala : 2
30hz-35hz-45hz-50hz, skala : 1
45hz-50hz-60hz-65hz, skala : 1
Setelah dilakukan pengolahan dihasilkan data seismic yang
memperlihatkan data low frequency nya, adapun gather nya ditampilkan
pada gambar dibawah,
50
Gambar 4. 25 (a) Gather sesudah dilakukan Frequency Balancing
Kemudian ditampilkan juga spektrum frekuensi setelah
pengolahan frequency balancing,
Gambar 4. 26 (a) Spektrum frekuensi sesudah dilakukan Frequency
Balancing
51
Terlihat dari gambar diatas bahwa dengan menggunakan
frequency balancing data low frequency dapat diperjelas/dipertebal
dikarenakan data yang berada pada rentang pada rentang frekuensi 5hz30hz dinaikkan adapun data yang termasuk pada high frequency di
stabilkan nilainya sehingga tidak merubah tampilan data seismik, hasil
stacking dari pengolahan ini dan stacking sebelum dilakukan pengolahan
ditampilkan oleh gambar dibawah ini,
Gambar 4. 27 (a) Stack sesudah dilakukan Frequency Balancing (b) Stack sebelum
dilakukan Frequency Balancing
Dari hasil stacking diatas terlihat bahwa beberapa data yang berlow frequency dapat dinaikkan yaitu pada time 1000 ms, dan terlihat
perubahan pada rentang time 2000 – 4000 ms. Namun walaupun sudah
digunakan frequency balancing beberapa event seismik pada reflektor
vulkanik belum terlihat, yaitu pada time 1000 – 2000 ms pada rentang
52
CMP (Common Mid Point) 200 – 400. Sehingga dilakukan preconditioning lebih lanjut yaitu residual statik.
4.3.3.
Residual Statik
Residual statik bertujuan untuk mengembalikkan posisi shot dan
receiver ke posisi yang sesungguhnya dengan memanfaatkan data yang
sudah di NMO (Normal Move Out) sehingga terlihat “persimpangan”
residu diantara tiap-tiap trace yang disebabkan oleh eror statik yang masih
belum terkoreksi, dikarenakan koreksi NMO dapat membuat semua
refleksi menjadi horizontal.
Proses pada tahapan ini adalah me-NMO data lalu melakukan
koreksi statik pada data yang menyimpang lalu hasil pengolahan
digunakan untuk menampilkan data stack seperti yang terlihat oleh
gambar dibawah ini,
Gambar 4. 28 (a) Stack sesudah dilakukan Residual Static (b) Stack
sebelum dilakukan Residual Static
53
Dari gambar diatas terlihat bahwa beberapa event seismic sudah
lebih terlihat jelas dibandingkan dengan hasil sebelum dilakukan residual
static. Hal ini dikarenakan static data diperkecil error nya dengan
menggunakan residual static sehingga mempertebal/memperjelas event
seismic yang sebelumnya belum dapat ditampilkan.
Tahap pre-conditioning sudah selesai, yang diakhiri dengan
proses residual static, namun dari gambar stacking gambar 4.29 (a)
terlihat bahwa reflektor vulkanik yang kemungkinannya berada pada time
1000 – 2000 ms pada rentang CMP (Common Mid Point) 200 – 400 yang
belum terlihat pada penampang stack seismik. Adapun reflektor vulkanik
dapat diketahui dengan terdapatnya kecepatan yang besar daripada
lingkungannya, serta elevasi statik yang tinggi.
4.4. Migrasi
Setelah tiga tahap utama sudah dilakukan selanjutnya adalah
melakukan migrasi, yaitu mengembalikkan reflektor seismik keposisi
semula. Metode yang digunakan adalah metode Post stack F-K migration,
karena termasuk salah satu migrasi yang cukup cepat dan akurat
prosesnya.
Pada gambar dibawah adalah adalah hasil stack menggunakan
metode Post stack F-K migration,
54
Gambar 4. 29 Stack sesudah dilakukan Post stack F-K migration
Setelah dilakukan migrasi terlihat reflektor seismic yang
dikembalikkan ke posisi sesungguhnya, pengaruhnya dapat mempertebal
reflector tersebut. Dengan dilakukannya migrasi maka data seismik yang
ditampilkan memperlihatkan bentukkan event yang sebenarnya seperti
dilapangan.
Dimana sebelumnya telah dilakukan pengolahan untuk
menghilangkan noise pada data, baik noise multpel, linear, frekuensi
rendah dan tinggi pada tahap processing. Juga dilakukan enchantment
data menggunakan metode frequency balancing dan residual statik yang
dapat meningkatkan resolusi lapisan reflektor.
Reflektor vulkanik yang menjadi fokus penelitian belum dapat
dimunculkan, hal ini dikarenakan frekuensi gelombang yang melewati
55
reflektor langsung dipantulkan kembali, walaupun terdapat frekuensi
rendah yang dapat melewati reflektor ini namun metode pengolahan
konvensional yang digunakan belum dapat memunculkan gelombang
yang termasuk kedalam frekuensi rendah.
Faktor kedua adalah metode pengolahan data seismik konvensional
yang menganggap bahwa sifat setiap lapisan adalah isotropis, sedangkan
pada kenyataannya setiap lapisan khususnya lapisan vulkanik berbeda
sifat nya (kecepatannya) dengan sekitarnya, sehingga menyebabkan
analisa kecepatan memiliki eror yang cukup tinggi.
Faktor ketiga adalah statik, statik pada data seismik akan menjadi
sangat penting, karena elevasi pada data sekitar zona vulkanik (CDP 100
– 500) tinggi, sehingga dibutuhkan metode statik yang lebih advance
dibandingkan dengan mengandalkan statik first break dan residual statik,
yaitu salah satu metodanya adalah statik menggunakan tomografi, dimana
metode ini memanfaatkan model ray-trace yang sesuai dengan informasi
elevasi dan posisi shot maupun receiver sehingga hasil dari statik menjadi
lebih akurat dan akan memperlihatkan event seismik.
Faktor keempat adalah metode akuisisi yang konvensional, dimana
apabila menggunakan metode konvensional maka reflektor vulkanik yang
hadir dalam lingkungan akuisisi akan selalu memantulkan gelombang
seismik yang ditembakkan.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah,
1.
2.
3.
Tahapan pengolahan data adalah pre-processing, processing,
pre-conditioning dan terakhir migrasi.
Hasil pengolahan data memperlihatkan event seismik yang
terletak pada rentang waktu 1000 – 3500 ms dan hilang pada
CDP 100-500 yang merupakan reflektor vulkanik
Pengaruh lapisan reflektor vulkanik terhadap data seismik
adalah memiliki kecepatan yang sangat besar daripada
lingkungannya, gelombang frekuensi tinggi yang tidak dapat
menembus lapisan tersebut, dan elevasi pada daerah lapisan
vulkanik yang tinggi sehingga sangat mengurangi kualitas dari
hasil yang didapat setelah pengolahan data dilakukan.
Pengolahan data seismik konvensional yang digunakan untuk
lingkungan vulkanik belum dapat memperlihatkan event seismic.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil dan kesimpulan untuk
membangun hipotesa-hipotesa selanjutnya adalah,
1.
2.
3.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan akurat, perlu
dilakukan analisa kecepatan dengan perlapisan kecepatan
anisotropis di lingkungan vulkanik.
Perlu dilakukan metode koreksi statik yang lebih akurat,
contohnya menggunakan metode koreksi statik tomografi.
Akuisisi pada lingkungan vulkanik harus dilakukan berbeda
dengan lingkungan yang konvensional, karena reflektor yang
selalu memantulkan gelombang tepat dibawah posisi
penembakkan gelombang, sehinga perlu dilakukan akuisisi
seperti far-offset sehingga penembakkan gelombang tidak
langsung dari atas reflektor vulkanik dan dapat mencapai target
yaitu dibawah reflektor tersebut.
57
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
58
DAFTAR PUSTAKA
Andri S., dan Kamullulah, 2014, Migrasi Finite Difference dan Kirchhoff
pada Data Seismik refleksi 2D, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas
Pendidikan Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam UPI.
Boedi, W., 2010, Optimisasi produksi lapangan Minyak “Mature”
Struktur “X” Lapangan “Y” PT. PERTAMINA EP Region Jawa,
Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta.
Hill, D., L. Combee, and J. Bacon, 2006, Over/Under Acquisition and
Data Processing: The Next Quantum Leap in Seismic Technology?,
First Break 24, no 6.
Holford, S.P., N. Schofield, J.D. Macdonald, I.R. Duddy, and P.F. Green,
2012, Seismic Analysis of Igneous Systems in Sedimentary Basins
and Their Impacts on Hydrocarbon Prospectivity: examples from
the southern Australian margin: The APPEA Journal, v. 52, p. 52.
Huijun, H., dan A. Pal, 2009, Evaluating Volcanic Reservoirs. Oilfield
Review Spring, Schlumberger.
Liu, Jiaqi, Pujun, and Wang, 2009, Volcanic Rock-Hosted Natural
Hydrocarbon Resources: A Review, Major State Basic Research
Development Programme of China.
Onajite, E. 2014, Seismic Data Analysis Techniques in Hydrocarbon
Exploration. Elsevier’s Science & Technology Rights Department,
Oxford, UK.
Pryono, A., dan Tim Asisten, 2004, Metode Seismik I- Modul Praktikum.
Bandung: ITB.
Saputra dan Deni. 2006, Atenuasi Multipel pada Data Seismik Laut
dengan Menggunakan Metoda Predictive Deconvolution dan Radon
Velocity Filter.
59
Schutter, S. R., 2003, Occurrences of Hydrocarbons in and around
Igneous Rocks. Geological Society, London, Special Publications.
doi:GSL.SP.2003.214.01.03, 214, 35-68.
Yilmaz, Ö., 1987, Seismic DataProcessing, Society of Exploration
Geophysics.
Yilmaz, Ö., 2001, Seismic Data Analysis, Processing, Inversion, and
Interpretation of Seismic Dat, Volume I, Society of Exploration
Geophysicists: Tulsa USA.
60
LAMPIRAN
(a)
(b)
Gambar 1 (a) Gather filter frekuensi untuk parameter 1 (b) Gather filter
frekuensi untuk parameter 3
61
(a)
(b)
Gambar 2 (a) analisa spectral filter untuk parameter 1 (b) analisa
spectral filter untuk parameter 3
62
(a)
(b)
Gambar 3 (a) gather spherical divergence parameter 1 (b) gather
spherical divergence parameter 2
63
(a)
(b)
Gambar 4(a) gather Dekonvolusi parameter 1 (b) gather Dekonvolusi
parameter 3
64
(a)
(b)
Gambar 5 (a) autokorelasi parameter 1 (b) autokorelasi parameter 3
65
(a)
(b)
Gambar 6 (a) Stack dengan parameter filter frekuensi 1, 1hz-5hz-75hz80hz (b) parameter 3, 10hz-15hz-55hz-60hz
66
(a)
(b)
Gambar 7 (a) Stack setelah dilakukan spherical divergence parameter 1,
2:1 Time : Velocity (b) parameter 2, 1:1 Time : Velocity
67
(a)
(b)
Gambar 8 (a) Stack setelah dilakukan dekonvolusi parameter 1, OPL
150 Lag 90 (b) parameter 3, OPL 150 Lag 25
68
PROFIL PENULIS
Raden
Bagus
Fauzan
Irshadibima
dilahirkan di Bandung 7 Juli 1994 dari
pasangan Bapak Heriyansyah dan Ibu Laras
Tursilowati. Penulis merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara. Pendidikan formal
penulis dimulai di TK Darussalam (19992000), kemudian dilanjutkan di SD
Istiqamah Bandung hingga tahun 2006.
Pada tahun 2006 sampai 2009 melanjutkan
pendidikan di SMP Istiqamah Bandung.
Pendidikan menengah atas ditempuh di
SMA Negeri 12 Bandung. Setelah menempuh pendidikan menengah atas,
penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Teknik Geofisika, Institut
Teknologi Sepuluh (ITS) Surabaya pada tahun 2012. Selama menjadi
mahasiswa ITS penulis, aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi,
diantaranya adlah menjadi staf Media Informasi Himpunan Mahasiswa
Teknik Geofisika ITS (HMTG ITS) periode 2014/2015, menjadi staf
organisasi Student Chapter (SC) Society of Exploration Geophysics
(SEG) periode 2014/2015. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti
kegiatan karya tulis. diantaranya mengikuti kegiatan Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) 2012 sampai dibiayai dengan judul Penentuan lokasi
sumber daya panas menggunakan citra LANDSAT, penulis juga
mengikuti publikasi dan presenter paper pada acara the 43rd Ikatan Ahli
Geologi Indonesia (IAGI) Convention and Exhibition pada tahun 2014
dengan judul Asesmen patahan aktif di pulau jawa. Penulis juga aktif
dalam menjadi panitia dalam berbagai acara, diantaranya sie.
perlengkapan PETROLIDA SPE SC ITS 2013, menjadi ketua acara pada
acara Guest Lecture Geothermal Overview: Exploration and Production
for Clean and Sustainable Energy. Penulis memiliki pengalaman kerja
prakter di Pertamina Hulu Energi Offshore North East Java (PHE ONWJ)
dalam pengolahan data seismik menggunakan metode migrasi Kirchhoff.
Jika ingin berdiskusi lebih jauh mengenai tugas akhir penulis, dapat
menghubungi : [email protected]
69
Download