MAKALAH PENGOLAHAN DATA SEISMIK “Aplikasi Fungsi Matematika Untuk Pengolahan Data Seismik” Dosen Pengampu: Sukir Maryanto, Ph. D. Disusun Oleh: Rendi Pradila Hab Sari (115090700111016) JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrokatuh. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga Makalah tentang “Aplikasi Fungsi Matematika Untuk Pengolahan Data Seismik” ini dapat Penulis selesaikan sesuai dengan deadline yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, sebaik-baik hamba Allah, pemimpin orang yang bertakwa, dan pemilik kasih sayang di antara manusia. Shalawat dan salam semoga tercurah pula pada segenap keluarganya, para sahabatnya, dan pengikut setianya sampai akhir jaman. Makalah ini adalah makalah yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengolahan Data Seismik oleh mahasiswa prodi Geofisika jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya dengan dosen pengampu bapak Sukir Maryanto, Ph. D. Didalamnya membahas tentang keterkaitan suatu fungsi matematika dalam pemrosesan data seismik berikut aplikasinya dalam studi kasus eksplorasi minyak/gas, eksplorasi geothermal maupun volcano-tektonik. Semoga dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan manfaat serta syafa’at bagi siapapun yang membacanya. Aamiin. Malang, 29 Maret 2014 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya kemajuan teknologi pada saat ini, mempengaruhi kemajuan pengolahan data khususnya di bidang geofisika. Sebagai contoh adalah dalam pengolahan data seismik. Tujuan dari pengolahan data seismik adalah untuk menghasilkan penampang seismik yang mencerminkan geologi bawah permukaan, sehingga memungkinkan interpreter untuk lebih mudah mendefinisikan prospek. Seluruh proses geofisika dapat dideskripsikan secara matematika termasuk proses pengolahan data seismik. Proses pengolahan data seismik merupakan aplikasi dari teori dasar matematika seperti transformasi fourier, matriks, wavelet, integral, diferensial, dll. Teoriteori ini menjadi dasar dari pengolahan data seismik digital. Kebanyakan dari seismic data processing berdasar pada cabang matematika yang disebut Statistical Communication Theory. Karena itu sebelum menggunakan software kita perlu memahami bagaimana prinsip-prinsip dasar matematis dari langkah-langkah pengolahan data digital tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimana keterkaitan fungsi matematika dalam pemrosesan data seismik? 1.2.2 Apa aplikasi dari fungsi matematika dalam pemrosesan data seismik dan bagaimana interpretasinya untuk bidang seismologi? 1.2.3 Apa contoh dari studi kasus aplikasi fungsi matematika tersebut dalam eksplorasi minyak/gas bumi, geothermal dan vulkano-tektonik? 1.3 Tujuan Makalah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui tentang: 1.3.1 Keterkaitan fungsi matematika dalam pemrosesan data seismik, 1.3.2 Aplikasi dari fungsi matematika dan interpretasinya untuk bidang seismologi, 1.3.3 Studi kasus dari salah satu aplikasi yang telah dijelaskan di bidang eksplorasi minyak/gas bumi, geothermal dan vulkano-tektonik. 1.3 Manfaat Dari makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui tentang penerapan fungsi matematika dalam pemrosesan data seismik dan aplikasinya dibidang eksplorasi minyak/gas bumi, geothermal dan vulkano-tektonik. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Peran Fungsi Matematika Dalam Seismologi 2.1.1 Diferensial dan Integral Teori penjalaran gelombang seismik banyak menggunakan prinsip matematika. Salah satunya diferensial dan integral. Teori ini didasarkan pada prinsip persamaan gelombang. Misalkan persamaan dalam kasus perjalaran gelombang 1-D dapat dinyatakan dalam persamaan diferensial parsial orde 2 bersama kondisi syarat batas dan awal berikut (Powers, 1999) : Solusi persamaan elastodinamik di atas dapat dinyatakan dalam persamaan potensial displacement (dapat juga dinyatakan dalam vektor potensial displacement) secara berturut-turut untuk gelombang P dan S (Lay dan Wallace, 1995) : Dimana F(t) adalah gaya sumber, α = kecepatan gelombang P = kecepatan gelombang S = dan β = , μ = modulus rigiditas, λ = konstanta Lame, ρ = densitas medium perambatan gelombang, misal potensial displacement kompresi Ap = Ap k (untuk kasus gaya sumber gempa berarah sumbu z), As = As k dimana hubungan antara potensial displacement dengan displacement itu sendiri adalah sebagai berikut: Persamaan diferensial orde 2 potensial displacement di atas mempunyai solusi dalam bentuk integral konvolusi berikut (Lay dan Wallace, 1995) : 2.1.2 Bilangan Kompleks Bentuk umum dari bilangan kompleks ditunjukkan pada persamaan berikut: Hasil representatif dari persamaan di atas ditunjukkan pada gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat a + ib, dengan a dan b adalah bilangan real, kemudian ditambahkan dengan variabel real lainnya, maka jika: (a+ib) + (c+id) = (a+c) + i(b+d) (a+ib) (c+id) = ac + iad + ibc + ibd = ac + i(ad+bc) + i2bd = ac – bd + i(ad-bc) Maka untuk semua bilangan dengan penambahan tersebut disebut bilangan kompleks, berikut bilangan dengan fungsi a+ib. Pengertian dari bilangan kompleks itu sendiri merupakan semua bilangan pada z = a + ib dimana a dan b adalah bilangan real sementara i adalah bilangan imajiner. Gambar 1. Hasil representative pada bilangan kompleks (Mathematical Foundation, tanpa tahun) Pada ilmu seismologi, bilangan kompleks banyak digunakan untuk gelombang bidang sebagai superposisi dari sinyal seismik menggunakan notasi kompleks: 2.1.3 Matriks Sebuah matrik m x n adalah sebuah susunan persegi panjang dari angka dengan m baris dan n kolom. Peran matriks dalam seismologi adalah untuk: - Penentuan tensor stress dan strain - Permasalahan inverse dan tomographic forward - Menghitung interpolasi atau operator diferensial untuk metode diferensial terhingga. Contoh dari peranan matriks dalam seismologi ini adalah untuk menentukan principal stress dan principal axis (nilai eigen). Prinsip dasar matriks yang digunakan pada penentuan nilai eigen adalah matriks identitas I: Dengan persamaan untuk mencari principal stress-nya adalah AI=x. Lalu teori mengenai transpose matrik (gambar 2a) dan determinan matriks 2x2 (gambar 2b) juga berperan untuk menentukan nilai eigen value maupun vektor. (a) (b) Gambar 2. Transpose matriks (a) dan determinan matriks 2x2 (b) Apabila determinan ini merupakan matrik 3x3, maka kita bisa menuliskannya sebagai Atau 2.2 Peran Fungsi Matematika Dalam Pengolahan Data Seismik Meskipun hasil dari data seismik telah dikurangi dan ditampilkan, hal yang ingin ditonjolkan dari data tersebut belumlah nyata. dengan demikian, ada langkah selanjutnya yaitu pengolahan data yang akan memperkuat tampilan yang ingin ditonjolkan tersebut. Metode yang telah dideskripsikan untuk digunakan dalam kebanyakan hasil data seismik tersebut dibuat dalam bentuk yang matematis. Kebanyakan dari pengolahan data seismik didasarkan pada cabang matematika yang disebut Statistical Communication Theory (Gadallah & Fisher, 2009). Fungsi matematika sangat berperan penting pada pengolahan data seismik. Hal ini karena fungsi dari pengolahan data itu sendiri agar kita bisa mendapatkan gambar sinyal seismik yang merepresentasikan kondisi bawah permukaan dengan akurat. Beberapa fungsi matematika yang sering digunakan pada pengolahan data seismik dijabarkan sebagai berikut: 2.2.1 Hubungan Domain Waktu dan Domain Frekuensi Pada awalnya data seismik direkam secara analog antara 1960 hingga akhir 1970. Setelah 50 tahun berlalu hingga sekarang data mulai direkam secara digital. Konsep yang paling penting dari pengolahan data seismik yaitu bahwa sinyal ini bisa dideskripsikan sama dengan time series (Amplitudo vs waktu), atau kombinasi dari spektrum amplitudo (Amplitudo vs frekuensi) dan spektrum fasa (fasa vs frekuensi). Pada kasus ini, awalnya sinyal didefinisikan dalam bentuk domain waktu. pada kasus kedua baru sinyal didefinisikan sebagai frekuensi domain. Dari sini, tentu saja memberikan kita pertanyaan mengenai arti dari fasa. Arti yang paling mudah dari fasa adalah fasa nol. Time series atau fungsi yang simetris dengan waktu-nol adalah fasa-nol. Fungsi kosinus adalah contohnya. Gambar 3 memperlihatkan gelombang cosinus berada di tengah pada saat waktu-nol dan gelombang cosinus two time-shifted. Gelombang cosinus yang bergeser ke arah kiri dikatakan sebagai phase lead. Contoh pentingnya adalah pergeseran ini terjadi sebesar 1/6 atau 60º. Gelombang cosinus yang bergeser ke kanan disebut sebagai phase lag, yang bergeser 1/8 atau 45º (Gadallah & Fisher, 2009). Gambar 3. Definisi dari fasa: Atas: Fasa-Nol, tengah: Phase Lead 60º, bawah: Phase Lag 45º (Gadallah & Fisher, 2009). Selain itu beberapa bentuk perbedaan domain waktu dan domain frekuensi yang harus kita pahami adalah: - Wavelet domain waktu dapat dikumpulkan dengan menjumlahkan satu set frekuensi tunggal sinyal sinusoidal, - Wavelet domain waktu dapat didekomposisikan ke dalam frekuensi tunggal sinyal sinusoidal, - Amplitude dan spektra fasa menetapkan komponen sinusoidal sehingga tidak terlalu penting untuk memperlihatkan sinusoidal tunggal untuk memperlihatkan ekuivalen dari domain waktu dan domain frekuensi. - Untuk mengubah domain waktu ke domain frekuensi ini digunakan transformasi fourier dan untuk mengembalikannya dari domain frekuensi menjadi domain waktu digunakan inversi transformasi fourier (Gadallah & Fisher, 2009). 2.2.2 Transformasi Fourier Transformasi fourier, seperti telah dijelaskan pada sub-subbab 2.2.1 digunakan untuk mengubah domain waktu ke domain frekuensi, sedangkan untuk mengubah dari domain frekuensi ke domain waktu disebut transformasi fourier inverse. Mengapa kita mengubah dari domain waktu ke domain frekuensi? Biasanya kita berpikir bahwa data seismik merupakan variasi dari waktu pada amplitudo yang memiliki variasi geophone. Ketika kita mengambil sudut pandang ini, kita berpikir bahwa domain waktu adalah variabel yang independen. Kita juga terkadang menemukan bahwa ketepatan domain waktu ini mengenai gelombang seismik sebagai superposisi dari banyak gelombang sinusoidal yang berbeda pada amplitudo, frekuensi dan fasanya. Kemudian amplitudo dan fasa relatif merupakan fungsi dari frekuensi sehingga kita berpikir tentang domain frekuensi (Tellford dkk, 1976). Bentuk transformasi fourier yang paling sering digunakan dirumuskan pada gambar 4 berikut: Gambar 4. Transformasi fourier (atas) dan Transformasi Fourier Inverse (Bawah) (Camina dkk, 1984) 2.2.3 Filtering and Convolution Kebanyakan model time series merupakan sebuah bentuk yang linear dan kita bisa mengandaikan sebuah filter sebagai sebuah input. Salah satu kemungkinan yang bisa dianggap sebuah model dengan input X(t) dan output Y(t) dapat kita lihat pada gambar 4 di mana filtering input X(t) ke Y(t)= L{X(t)}. Nilai Y(t) ini merupakan sebuah hasil konvolusi. Inti dari sebuah konvolusi adalah perkalian dari 2 buah fungsi L dan X(t) yang menghasilkan output Y(t). dalam hal ini, L merupakan sebuah kernel konvolusi atau filter. Konvolusi menggabungkan 3 sinyal yaitu sinyal masukan, keluaran dan respon impuls dimana 2 buah sinyal dikombinasikan secara matematik menjadi sinyal dalam bentuk lain. Gambar 4. Model linear time series dimana Y(t)= L{X(t)} (Camina dkk, 1984) Jika X(t) merupakan sebuah bentuk yang diketahui, kita bisa memiliki beberapa persamaan mengenai properti dari Y(t). Faktanya, kita akan mengambil kesimpulan mengenai bentuk L dari pengetahuan tentang X(t) dan Y(t). Dalam teori konvolusi kita mengenal konvolusi kontinyu dan konvolusi diskrit. Pada konvolusi kontinyu respon impuls ditentukan dengan menghitung integral konvolusi, sehingga dapat kita nyatakan dalam persamaan integral berikut ini: Sedangkan untuk konvolusi diskrit dapat ditentukan dengan konvolusi sinyal diskrit yang dituliskan sebagai: Konvolusi ini banyak digunakan dalam pemfilteran. Filtering merupakan sebuah proses dimana diambil sebagian sinyal dari frekuensi tertentu, dan membuang sinyal pada frekuensi yang lain. Ada 3 bentuk spesial yang biasanya digunakan dalam filtering menggunakan konvolusi, yaitu band pass filter, Low Pass filter dan High Pass Filter. Pada sinyal seismik, Band Pass membuat gambaran sinyal menjadi lebih jelas. Low pass filter membuat sinyal yang difilter menjadi lebih blur. Sinyalnya bekerja dengan mengambil citra dengan gradiasi intensitas yang halus dan perbedaan intensitas yang tinggi akan dikurangi atau dibuang. Sedangkan untuk high pass filter proses filter yang mengambil citra dengan gradiasi intensitas yang tinggi dan perbedaan intensitas yang rendah akan dikurangi atau dibuang. Ketiga filter ini memiliki bentuk spesial seperti pada persamaan berikut: 1. Band Pass Filter 2. Low Pass Filter 3. High Pass Filter (Camina dkk, 1984) 2.2.4 Correlation Fungsi correlation merupakan pengukuran antara 2 data set. 1 set digantikan secara relatif dengan yang lain. Nilai yang sama pada 2 set dikalikan bersama dan sinyalnya dijumlahkan untuk memperoleh nilai cross-correlation. Kita mengekspresikan nilai dari cross-correlation antara 2 data set xt dan yt sebagai: Dimana τ adalah displacement pada yt relatif ke xt. Kalau diperhatikan pada sub-subbab sebelumnya persamaan ini hampir mirip dengan persamaan konvolusi diskrit. Jika 2 data set ini adalah cross-correlated pada domain waktu. Efeknya pada domain frekuensi adalah sama, yaitu sebagai pengalian spectrum kompleks pada data set pertama oleh konjugasi dari spektrum kompleks pada data kedua (Tellford dkk, 1976). Ada kasus yang khusus dimana data set telah terkorelasi sendiri disebut autocorrelation. Fungsi autocorrelation ini simetris karena pergeseran waktu ke kanan adalah sama dengan pergeseran ke kiri. Persamaan sebelumnya menjadi: Autocorrelation memiliki nilai puncak pada pergeseran waktu nol. Untuk autocorrelation yang nilainya berada pada zero-shift ini disebut normalized correlation atau energi pada trace: Karena nilai zero-shift pada autocorrelation adalah energy dari trace, maka energy per unit waktu atau kekuatan dari trace dan adalah adalah energy setiap penambahan frekuensi, biasanya disebut energy densitas (Tellford dkk, 1976). Pada pengolahan data seismik, crosscorrelation merupakan alat yang bagus dan paling sering digunakan ketika kita memiliki kualitas data yang tidak bagus. Ini biasanya digunakan di banyak proses untuk menghitung koreksi static dan menghitung jumlah dari moveout normal untuk memperkenalkan lintasan trace dari offset berbeda sebelum stacking (Tellford dkk, 1976). 2.2.5 Analisis Kecepatan Penampilan analisis kecepatan dapat diperlihatkan pada gambar 5. Ini merupakan analisis yang baik karena data yang diinvolved baik. Ketinggian pada kontur adalah plot persamaan dari event. Lokasi dari hasil ketinggian kecepatan (atau normal moveout) adalah optimasi dari stack. Perkalian gelombang primer akan memberikan kenaikan pada puncak dan karena itu hasilnya dapat diinterpretasikan untuk menghitung nilai terbaik yang akan digunakan untuk stacking data. Gambar 5. Analisis kecepatan (a) section seismik, (b) analisis kecepatan dari data (a), (c) semblance/ kemiripan bentuk dari rekaman waktu yang lain, (d) puncak amplitudo di tiap rekaman waktu (Tellford dkk, 1976). Analisa kecepatan penting untuk diketahui karena dengan analisa kecepatan akan diperoleh nilai kecepatan yang cukup akurat untuk menentukan kedalaman, ketebalan, kemiringan (dip) dari suatu reflektor atau refraktor (Tristiyoherni dkk, tanpa tahun). 2.2.6 Migrasi Migrasi dilakukan pada pengolahan data seismik dengan tujuan untuk dapat memindahkan posisi pemantul semu (hasil rekaman) ke posisi pemantul yang sebenarnya (pemantul geologi) dan mengumpulkan titik difraksi ke puncak kurva difraksi yang diakibatkan oleh sesar, kubah garam, pembajian, dll (Yilmaz, 1987). Prinsip migrasi secara geometri matematika menggunakan persamaan untuk model bidang miring dengan kecepatan tunggal dapat didekati dengan menggunakan persamaan hubungan kemiringan yaitu : 2.3 Contoh Aplikasi dan Studi Kasus 2.3.1 Dibidang Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi Contoh aplikasi fungsi matematika di bidang Eksplorasi Oil&Gas salah satunya seperti pada artikel ilmiah yang berjudul “Aplikasi Migrasi Metode Beda Hingga pada Pengolahan Data Seismik untuk Menggambarkan Penampang Bawah Permukaan yang Sebenarnya” oleh Eka Nusantara, Hernowo Danusaputro dan Nasio Asmoro Hadi dari UNDIP yang dipublikasikan pada jurnal Berkala Fisika. Pengolahan data seismik bertujuan memperbaiki S/N rasio. Hal ini berarti semua noise yang mengganggu atau menyelubungi informasi refleksi sedapat mungkin diredam dan sebaliknya semua informasi refleksi dipertahankan dan bahkan diperkaya (spektrum/amplitudo-nya) dan dikoreksi (spektrum fasenya), sehingga akan diperoleh penampang seismik yang benar. Dalam proses migrasi beda hingga data yang digunakan sebagai masukan adalah penampang waktu 2D zero offset yang belum dimigrasi (unmigrated), yang disimbolkan dengan y(x,t,t = Tmulai). Dengan x adalah sumbu horisontal, t adalah sumbu waktu perekaman dan t adalah waktu yang telah di hitung, sumbu ini menghubungkan konversi waktu terhadap kedalaman bawah permukaan menggunakan kecepatan yang diberikan oleh pengolah data. Sebagai hasil akhir pengolahan data seismik didapatkan penampang seismik yang sudah termigrasi. 2.3.2 Dibidang eksplorasi Geothermal Studi kasus ini diambil dari paper milik Kurniawati (2013) yang meneliti tentang pusat hydrothermal di daerah Cangar dengan menggunakan particle motion. Besarnya nilai frekuensi yang didapatkan akan menentukan aktivitas hydrothermal di daerah tersebut. Spektrum frekuensi nya menerapkan prinsip FFT, dimana data yang terekam didomain waktu akan ditransformasikan ke domain frekuensi. Data gempa mikro di daerah Cangar memiliki frekuensi dominan diatas 15 Hz (lihat gambar 6). Gambar 6. Spektrum frekuensi gempa mikro (Kurniawati, 2013) Batas frekuensi yang telah ditentukan berdasarkan analisis spektrum frekuensi dan spektrogram akan diterapkan pada proses pemfilteran. Sinyal yang telah difilter selanjutnya dicuplik setiap 1 sekon. Hal ini bertujuan untuk mengetahui arah pergerakan partikel. Hasil plot pergerakan partikel pada komponen horisontal akan diketahui posisi dari titik episenter masing-masing event. Analisis pergerakan partikel yang terdiri atas komponen horisontal dan vertikal dapat digunakan untuk memperkirakan jarak episenter dan hiposenter suatu kejadian gempa. Berdasarkan hasil penelitian, sumber gempa berada pada kedalaman 17 hingga 60 meter dibawah permukaan bumi. 2.3.3 Dibidang Volkano-tektonik Dalam kasus data seismik, yaitu sumber gempa berasal dari gempa gunungapi, fungsi F(t) dapat dihubungkan dengan bentuk sinyal sumber gunungapi. Dinamika erupsi gunungapi diharapkan diperoleh dengan cara mengetahui variasi besar dan arah gaya maupun stress (momen tensor) dari sumber gempa gunungapi yang mengakibatkan erupsi (Gunawan, 2010). Persamaan yang digunakan pada kasus ini adalah persamaan diferensial: Untuk mengetahui pemodelan displacement-nya, maka diilustrasikan hubungan antara geometri sesar suatu gempabumi dengan gaya ekivalen suatu double couples (gambar 7; Stein dan Wysession, 2003). Displacement ini dirumuskan pada persamaan: Dimana: Cp = ρ = densitas medium (batuan) r = jarak antara sumber gempa dan stasiun perekam gempa α = kecepatan gelombang seismik kompresi t = waktu = seismic moment rate function atau source time function Untuk gelombang S (shear wave) displacement dinyatakan dalam uθ dan uφ Dimana β : kecepatan gelombang seismik kompresi. Displacement akibat mekanisme patahan double couples dicerminkan oleh variasi bentuk sinyal sumber gempa ∂M(t)/∂t dalam arah θ dan φ, dimana momen seismik M(t) = rigiditas (atau μ)*slip history (atau u(t))*luas bidang patahan (atau A(t)). Untuk penyederhanaan momen seismik dapat dinyatakan sebagai ∂M/∂t= μ*A*∂u(t)/∂t, dimana u(t) adalah source time function. Dari hasil penelitian Gunawan (2010) ini berdasarkan beda waktu antara first motion sinyal pada lokasi sumber gempa double couples dan first motion sinyal di lokasi receiver pada simulasi propagasi gelombang P maka untuk displacement radial diperoleh waktu tempuh gelombang sebesar 2 detik. Displacement pada komponen φ mendekati nol o dikarenakan lokasi receiver, dalam hal ini φ mandekati 0 (atau sin(φ) ∼ 0) artinya uφ ∼ 0. Gambar 7. Kombinasi gaya sebagai sumber gempa (sumber gempa paling sederhana adalah single force dan single couple). Bidang untuk simulasi sumber gempa double couples adalah bidang Y-Z (Gunawan, 2010) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Prinsip matematika banyak digunakan dalam seismologi maupun dalam pengolahan data seismik. Fungsi-fungsi matematika yang berperan dalam seismologi yaitu integral, diferensial, bilangan kompleks, matriks, dll. Sedangkan untuk pengolahan data seismic fungsi matematika banyak digunakan dalam proses filtering, konvolusi, transformasi fourier, dll. Fungsi matematika ini dapat diaplikasikan dalam eksplorasi geothermal, minyak gas dan volcano-tektonik. DAFTAR PUSTAKA Camina, R., G.J. Janecek, Graham, Trotman. 1984. Mathematics for Seismic Data Processing and Interpretation. John Wiley and Sons, Ltd. Nusantara, Eka, dkk. 2005. Aplikasi Migrasi Metode Beda Hingga pada Pengolahan Data Seismik untuk Menggambarkan Penampang Bawah Permukaan yang Sebenarnya. Berkala Fisika. 8(2):61-68 Gadallah, M. R., R. Fisher. 2009. Exploration Geophysics. Berlin: Springer Gunawan, Hendra. 2010. Analisis Data Geofisika Monitoring Gunungapi Berdasarkan Pengembangan Pemodelan Analitik Dan Diskrit (Bagian III) : Suatu Studi Konsep Mekanisme Sumber Gempa. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 1: hal. 7-11 Lay, T dan Wallace, T.C., 1995. Modern Global Seismology, Academic Press, hal. 521 Powers, D.L. 1999, Boundary Value Problems, Harcourt-Academic Press, hal. 528 Telford, W. M., Geldart L.P, Sheriff, R.E. 1976. Applied Geophysics. New york: Cambridge University Press Tristiyohermi, Wahyu, Wahyuni, Widya Utama. Tanpa Tahun. Analisa Pre-Stack Time Migration (PSTM) Data Seismik 2D Pada Lintasan “ITS” Cekungan Jawa Barat Utara. Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA ITS Surabaya Yilmaz, Ozdogan. 1987. Seismic Data Processing. Society Exploration Geophysics