SINDROM PASCA ABORSI Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “BIMBINGAN DAN KONSELING BERKEBUTUHAN KHUSUS” Dosen Pengampu : Kartika Nur Fathiyah, M. Si. Disusun oleh : Dian Anggraeni (09104141005) Asmidayati (09104241011) Rian Adi Pratama (09104241031) PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 A. PENDAHULUAN Masalah aborsi bukanlah masalah yang baru tapi sudah ada sejak jaman dahulu,yang membedakan adalah kadarnya yang semakin lama semakin sering,bahkan sampai saat ini masih banyak pertentangan tentang aborsi. Salah satunya masih banyak negara yang melegalkan aborsi dengan alasan untuk menurunkan angka kematian ibu akibat aborsi illegal. Di lain pihak banyak juga yang berpendapat bahwa tindakan aborsi sama dengan tindakan pembunuhan terhadap manusia dan perampasan hak asasi yaitu hak untuk hidup. Tidak dapat disangkal,meskipun di negara kita segala macam bentuk aborsi dilarang kecuali ada indikasi medis ,tetapi aborsi masih dilakukan secara luas baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Kematian ibu akibat aborsi dapat terjadi antara lain sebagai akibat dari pendarahan dan infeksi,hal ini terjadi karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak aborsi pada kesehatan, apalagi jika aborsi itu adalah ilegal dan tidak steril. Menurut Erica Royston (1994;107) wanita yang memilih pelayanan aborsi ilegal beresiko kematian 100-500 kali lebih besar dibanding wanita yang dilayani oleh petugas terlatih dengan prosedur yang higienis. B. PENGERTIAN ABORSI Aborsi adalah penghentian dan pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum janin bisa hidup di luar kandungan ( viability ) (Kusmaryanto,2002 ) EASTMAN : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus yaitu dengan berat 400 – 1000 gram atau usia kehamilan < 28 minggu JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu yaitu fetus belum viable by law HOLMER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minngu ke – 16 dimana proses plasentasi belum selesai . ( Rustam Mochtar,1998) 2 C. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN FETUS 1. Kelainan ovum Menurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan. Dari 1000 abortus spontan, maka 48,9 % disebabkan karena ovum yang patologis : 3,2 % disebabkan oleh kelainan letak embrio, dan 9,6 % disebabkan karena plasenta yang abnormal. 2. Kelainan genetalia Ibu kurangnya progesteran atau estrogen 3. Gangguan sirkulasi Plasenta pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi. 4. Penyakit-penyakit Ibu Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam molta, dsb. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus. 5. Antagonis Rhesus darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus. D. SINDROM PASCA ABORTUS Sindroma Pasca-Abortus berada di bawah kategori “kekacauan akibat stress pascatrauma”. The American Psychiatric Association (APA) menjelaskan bahwa kekacauan akibat 3 stress pasca-trauma terjadi apabila “orang mengalami suatu peristiwa yang melampaui batas pengalaman biasa manusia yang pasti akan menggoncangkan jiwa nyaris siapa saja.” Jelas, aborsi, pembunuhan langsung atas seorang manusia yang tak berdosa, memenuhi definisi ini. Sebab itu, APA's Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders - Revised (1987) secara spesifik memasukkan aborsi sebagai suatu tekanan psiko-sosial. E. ALASAN ORANG STRESS PASCA ABORTUS 1. aborsi dan pembunuhan kanak-kanak merupakan “tindak kejahatan yang durhaka”. 2. aborsi membangkitkan perasaan rendah diri, bersalah, malu dan terasing pada lingkungan keluarga, teman, dan masyarakat. 3. aborsi menghambat komunikasi, seorang perempuan tak hendak membicarakan aborsi yang dialaminya; melainkan aborsi itu tetap tinggal sebagai suatu rahasia kelabu yang harus ditanggungnya seorang diri. F. TANDA – TANDA KOMPLIKASI PASCA ABORSI 1. Nyeri pada perut yang hebat. 2. Menggigil dengan suhu badan 38 C atau lebih 3. Perdarahan yang lebih banyak dari pada haid normal yang terbanyak atau membasahi lebih dari satu pembalut dalam satu jam. 4. Cairan yang berbau. 5. Gejala-gejala kehamilan yang berlangsung terus menerus (Anshor,2002) G. RESIKO ABORSI 4 1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik Dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Ph.D yaitu: a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation) e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita) g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer) h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer) i. Kanker hati (Liver Cancer) j. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) 2. Resiko gangguan psikologis Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat 5 terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post Abortion Review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini: a. Kehilangan harga diri (82%) b. Berteriak-teriak histeris (51%) c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%) d. Ingin melakukan bunuh diri (28%) e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%) f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%) H. PENANGGANAN Penilaian Awal Untuk penangganan yang memadai, segara lakukan penilaian dari : 1. Keadaan umum pasien Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistalik < 90 mmHg, nadi > 112 x/menit). Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dari kavum pelpis, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu 2. Tanda-tanda infeksi atau sepsis (deman tinggi, secret berbau pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang porsiodehidrasi, gelisah, atau pingsan). 3. Tentukan melalui evakuasi medik apakah pasien dapat ditotalaksana pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi). 4. Penangganan Spesifik 6 a. Tentukan besar uterus (taksin usia gestasi). Kenali dan atasi setiap komplikasi (pendarahan hebat, syok, infeksi/sepsis). b. Hasil konsepsi yang terperangkap pada servis yang disertai pendarahan hingga ukuran sedang, dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi pendarahan : i. Bila pendarahan berhenti, beri ergometri 0,2 mg im atai misoprastal 400 mg peroral. ii. Bila pendarahan terus berlangsung evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D&K (pilih tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin). iii. Bila tak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika protelaksis (Ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg). iv. Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam. v. Bila terjadi pendarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu segera lakukan evakuasi dengan AVM. vi. Bila pasien nampak anemic, berikan sulfas ferosus 600 mg perhari selama 2 minggu (anemi sedang) atau tranfusi darah (anemi berat). Pada beberapa kasus, abortus inkomput erat kaitannya dengan abortus tidak aman, oleh sebab itu perhatikan hal-hal berikut ini : Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus atau cadera intra-abnomen (mual/muntah, nyeri punggung, demam, perut kembung, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri ulang lepas). Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kaustik, kayu atau benda-benda alinnya dari regio genetalia. Berikan boster tetanus taksoid 0,5 ml bila tampak luka kohor pada dinding vagina atau kanolis servisis. Konseling untuk kontrasepsi paskokeguguran dan pemantauan lanjut. 7 I. PENCEGAHAN 1. Dengan mengadakan penyuluhan tentang sexs bebas di sekolah dan masyarakat. 2. Mengadakan bimbingan klasikal di sekolah. 3. Kampanye mennggunakan alat pengaman dan alat kontrasepsi. 4. Memberikan pengawasan dan perhatian kepada anak – anak dalam berinteraksi dengan lingkungan. 5. Mendukung setiap kegiatan putra – putrinya di sekolah maupun di luar sekolah. 6. Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan diri sendiri. Dengan melakukan pencegahan, maka resiko dari aborsi akan berkurang, dan nilai angka kematian ibu dan rahimpun berkurang. 8 DAFTAR PUSTAKA http://ajangberkarya.wordpress.com/2008/07/12/abortus/ “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”( http://yesaya.indocell.net/id1224.htm) http://agnes.ismailfahmi.org/wp/archives/406 9 http://www.aborsi.org/resiko.html 10