PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA HUBUNGAN IKLAN TV MENGGUNAKAN PENDEKATAN HUMOR DENGAN KESADARAN KONSUMEN TERHADAP MEREK ( BRAND AWARENESS ) Studi korelasional mengenai hubungan antara iklan TV Sampoerna Hijau dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) Mahasiswa D3 Periklanan FIKOM UNPAD Bandung SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung Disusun Oleh : Pritta Nandita 10080099146 Bidang Kajian Ilmu Hubungan Masyarakat FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2004 ABSTRAK Skripsi ini berusaha menjawab pertanyaan pokok masalah: Apakah Terdapat Hubungan antara Iklan Televisi Menggunakan Pendekatan Humor dengan Kesadaran Konsumen Terhadap Merek ( Brand Awareness ) ?. Hal – hal yang ingin diungkapkan, yaitu hubungan antara daya tarik pesan verbal iklan, daya tarik pesan non verbal iklan, dan frekuensi penayangan iklan dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yakni, metode yang bertujuan meneliti sejauhmana variasi pada suatu faktor lain. ( Rahmat, 1991: 27 ). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa D3 – Periklanan FIKOM UNPAD angkatan 2001, 2002, dan 2003 yang berjumlah 354 orang dan dari jumlah tersebut diambil 15 % dari masing – masing angkatan sebagai sampel, yaitu 54 orang yang diperoleh berdasarkan pengambilan sampel dengan menggunakan strata proporsional dimana keseluruhannya menjadi responden dan setelah angket disebar keseluruhannya memenuhi syarat untuk ditabulasikan. Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel bebas dan veriabel terikat, adalah skala pengukuran ordinal. Skala pengukuran tersebut dapat diuji dengan rumus Godman’s and Kruskal Gamma. Berdasarkan uji statistik/ hipotesis, terungkap secara umum bahwa terdapat hubungan antara iklan Televisi menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ). Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa iklan Televisi sangat cocok dalam membangkitkan kesadaran. Khususnya iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar yang menyajikan iklan dengan pendekatan humor dapat membawa pengaruh pada kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ). Sudah merupakan fakta bahwa televisi sebagai media massa mempunyai daya tarik yang cukup kuat bagi khalayaknya. Penyampaian pesan iklan melalui televisi sangat cepat, serentak, dan mampu menyampaikan pesan secara kongkrit. ( Subroto, 1994: 21 ) Dalam pembuatan iklan televisi, agar iklan tersebut dapat membuat sadar ( aware ) akan keberadaan suatu produk, maka dibuat iklan yang dapat menarik perhatian konsumen. Salah satunya adalah dengan pendekatan humor. Daya tarik humor dalam iklan tidak hanya sekedar membuat orang tertawa, namun humor dapat menarik perhatian, meningkatkan daya ingat pada khalayak, kredibilitas dari pengiklan dapat ditingkatkan, serta dapat meningkatkan sikap yang diharapkan terjadi dari sebuah iklan. Jadi, tujuan humor dalam iklan adalah untuk menciptakan kesenangan dan membuat konsumen ingat dengan produk. Kata Pengantar Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang selalu memberikan petunjuk, hidayah dan inayah kepada para hamba – Nya. Berkat izin – Nya lah, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Ilmu Komunikasi. Penulis menyadari sepenuhnya, skripsi yang berjudul “ Hubungan antara iklan Televisi Menggunakan Pendekatan Humor dengan Kesadaran Konsumen Terhadap Merek ( Brand Awareness ) “ masih jauh dari sempurna. Namun penulis berharap tulisan ini memiliki guna dan manfaat bagi siapa saja yang membacanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai masukan yang berharga bagi tulisan sederhana ini. Berkenaan dengan telah diselesaikannya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada : 1. Ibu Dra. Hj. Neni Yulianita, M. S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, yang telah sangat membantu penulis selama penulis kuliah. 2. Ibu Nani Sunarsih, Dra, M. Si, selaku ketua Bidang kajian Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, yang telah membantu dalam memperlancar skripsi ini. 3. Bapak Oji Kurniadi, Drs., M. Si, selaku pembimbing I yang sangat baik dan sabar menghadapi penulis dan telah rela meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, arahan, dan petunjuk hingga terselesainya skripsi ini. i 4. Ibu Nila Nurlimah, Dra., selaku pembimbing II yang sangat baik menghadapi penulis dan telah rela meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, arahan, dan petunjuk hingga terselesainya skripsi ini 5. Bapak H. Azis Taufik Hirzi Drs. M. Si, yang sangat membantu dalam memperlancar skripsi ini. 6. Ibu Nurrahmawati Dra. M. Si, yang juga sangat membantu dalam memberikan pengarahan dan kelancaran skripsi ini. 7. Ibu Prima Mulyasari S. Sos., selaku Dosen Wali yang sangat baik dalam memberikan bantuan dan pengarahan selama penulis kuliah. 8. Bapak Toni Darusman, selaku Brand Manager Sampoerna Hijau yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan data – data penelitian. 9. Ibu Flora Pramasasri, selaku Account Manager Lowe Link yang sangat baik dan telah meluangkan waktunya untuk memberikan data – data penelitian. 10. Seluruh Pemimpin Fakultas Ilmu Komunikasi berserta staf pengajar dan staf admnistrasi, yang telah banyak membantu penulis selama menempuh pendidikan di bidang kajian Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung 11. Mommy dan Babah ku yang selau memberikan semangat dan doa, tulisan ini persembahan buat kalian “ By the love of God I have all your love “ 12. Aa dan ade ku, thank’s buat becanda dan “ gila “ nya yang sangat menghibur. 13. Bi Mira Family’s, terima kasih untuk doa, semangat, dan semua bantuannya. ii 14. Bu Yanti, Teh Ratih, Teh Aida, dan spesial buat Fitrianti ” Alien “ Darusman & Family, banyak terima kasih buat doa dan semangatnya. Anugerah terbesar dalam hidupku aku memiliki kalian. 15. Neng ratu sapi dan GrisGress nuhun pisan buat doa, bantuan, semangat, curhat “ You are the Fabulous Sisters I’ve Ever had “ 16. The Nong, terima kasih buat bimbingan dan bantuannya 17. Keluarga besar Makbul Djajadiredja, terima kasih untuk semua doa dan selalu nanyain skripsi ku. 18. Keluarga besar Suwita Atmadja, terima kasih atas doa dan semangat yang diberikan 19. Teman – teman angkatan ’99 Fikom Humas kelas C, khususnya: Tenot, “ Bu Sekjen “ Erika, Mba Eri, De’Ami, Ocha, makasih banget girls buat doa, semangat, becanda, hang out nya, bantuan, dan curhatnya 20. Serta semua pihak dan rekan – rekan lain yang tidak mungkin di sebutkan satu per satu. Semoga semua amal kebaikan Bapak, Ibu serta rekan- rekan berikan selama ini kepada penulis, semoga mendapat balasan yang lebih besar dari ALLAH SWT dan semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan taufik dan hidayahnya kepada kita nanti. Amin Ya Robbal’alamin iii Daftar Isi Kata Pengantar ............................................................................................ Daftar Isi ..................................................................................................... Daftar Tabel ................................................................................................ Daftar Gambar ............................................................................................ Daftar Lampiran ......................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1. 1 Latar Belakang ............................................................................... 1. 2 Perumusan Masalah ....................................................................... 1. 3 Identifikasi Masalah ....................................................................... 1. 4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 1. 5 Kegunaan Penelitian ...................................................................... 1. 6 Alasan Pemilihan Masalah ............................................................. 1. 7 Pembatasan Masalah ...................................................................... 1. 8 Pengertian Istilah ............................................................................ 1. 9 Anggapan Dasar ............................................................................. 1. 10 Hipotesis ........................................................................................ 1. 11 Opersional Variabel ........................................................................ 1. 12 Metode dan Teknik Penelitian ........................................................ 1. 13 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 1. 14 Populasi dan Sampel ....................................................................... 1. 15 Organisasi Karangan ....................................................................... i iv vii viii ix 1 1 7 7 8 9 9 10 11 12 15 16 17 19 20 22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 24 2. 1 Pengertian Komunikasi ................................................................... 24 2. 2 Komunikasi Massa ......................................................................... 26 2. 2. 1 Pengertian Komunikasi Massa ........................................... 26 2. 2. 2 Televisi Sebagai Salah Satu Bentuk Media Komunikasi Massa .................................................................................. 28 2. 3 Iklan ................................................................................................ 30 2. 3. 1 Pengertian Iklan .................................................................. 30 2. 3. 2 Jenis – Jenis Iklan ............................................................... 31 2. 3. 3 Daya Tarik Pesan dan Fisik Iklan ....................................... 33 2. 3. 4 Efek Iklan ............................................................................ 34 2. 3. 5 Rumus AIDCA Dalam Pembuatan Iklan ............................ 35 2. 4 Iklan di Televisi ............................................................................... 37 2. 4. 1 Teknik – Teknik Visual Dalam Iklan TV ............................ 39 2. 5 Humor .............................................................................................. 40 2. 5. 1 Pengertian dan Fungsi Humor ............................................. 40 2. 5. 2 Humor Dalam Iklan ............................................................. 43 2. 6 Kesadaran Merek ( Brand Awareness ) ........................................... 46 2. 6. 1 Merek ................................................................................... 46 2. 6. 2 Pengertian dan Peranan Kesadaran Merek ( Brand Awareness ) ............................................................. 47 iv BAB III OBJEK PENELITIAN ........................................................................... 3. 1 Sejarah Umum PT H. M Sampoerna ............................................... 3. 1. 1 Struktur Organisasi .............................................................. 3. 1. 2 Kegiatan Produksi ............................................................... 3. 1. 3 Proses Produksi ................................................................... 3. 1. 4 Hasil Produksi ..................................................................... 3. 2 Sejarah Umum Sampoerna Hijau .................................................... 3. 2. 1 Proses Pembuatan Iklan Sampoerna Hijau .......................... 3. 3 Sejarah Umum Lowe ....................................................................... 3. 3. 1 Visi ....................................................................................... 3. 3. 2 Misi ...................................................................................... 3. 3. 3 Konsep Lowe Dalam Mengemas Iklan Sampoerna Hijau ... 50 50 52 55 56 56 57 58 61 62 62 62 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN .......................................................... 65 4. 1 Analisis Deskriptif Data Responden ............................................... 65 4. 1. 1 Jenis Kelamin Responden .................................................... 66 4. 1. 2 Usia Responden ................................................................... 67 4. 1. 3 Tahun Akademik .................................................................. 67 4. 1. 4 Frekuensi Menonton Iklan Sampoerna Hijau Versi Speaker Besar ..................................................................................... 68 4. 2 Analisis Deskriptif Data Penelitian .................................................. 69 4. 2. 1 Daya Tarik Pesan Verbal ..................................................... 69 4. 2. 2 Daya Tarik Pesan Non Verbal ............................................. 74 4. 2. 3 Frekuensi Penayangan ......................................................... 81 4. 2. 4 Kesadaran Konsumen Terhadap Merek (Brand Awareness) 86 4. 2. 5 Saran dan Kritik Responden ................................................ 94 4. 3 Pengujian Sub Hipotesis .................................................................. 95 4. 3. 1 Sub Hipotesis Pertama ......................................................... 95 4. 3. 2 Sub Hipotesis Kedua ........................................................... 97 4. 3. 3 Sub Hipotesis Ketiga ........................................................... 99 4. 4 Interpretasi Hasil Penelitian ............................................................. 101 4. 4. 1 Interpretasi Sub Hipotesis Pertama ...................................... 102 4. 4. 2 Interpretasi Sub Hipotesis Kedua ......................................... 104 4. 4. 3 Interpretasi Sub Hipotesis Ketiga ......................................... 105 BAB V PENUTUP .................................................................................................. 108 5. 1 Rangkuman ....................................................................................... 108 5. 2 Kesimpulan ...................................................................................... 111 5. 3 Saran – Saran ................................................................................... 112 Daftar Pustaka .............................................................................................. 114 Lampiran – Lampiran ................................................................................... 118 Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. 143 v Daftar Gambar 1. Gambar 1 Hierarchy Of Effects Model .............................................................. 35 2. Gambar 2 Tahapan AIDCA ............................................................................... 36 3. Gambar 3 Piramida Brand Awareness ............................................................... 48 vii Daftar Tabel 1. 2. 3. 4. Tabel 4. 1. 1 Tabel 4. 1. 2 Tabel 4. 1. 3 Tabel 4. 1. 4 5. Tabel 4. 2. 1. 1 6. Tabel 4. 2. 1. 2 7. Tabel 4. 2. 1. 3 8. Tabel 4. 2. 1. 4 9. Tabel 4. 2. 2. 1 10. Tabel 4. 2. 2. 2 11. Tabel 4. 2. 2. 3 12. Tabel 4. 2. 2. 4 13. Tabel 4. 2. 2. 5 14. Tabel 4. 2. 2. 6 15. Tabel 4. 2. 2. 7 16. Tabel 4. 2. 3. 1 17. Tabel 4. 2. 3. 2 18. Tabel 4. 2. 3. 3 19. Tabel 4. 2. 3. 4 20. Tabel 4. 2. 4. 1 21. Tabel 4. 2. 4. 2 22. Tabel 4. 2. 4. 3 23. Tabel 4. 2. 4. 4 24. Tabel 4. 2. 4. 5 25. Tabel 4. 2. 4. 6 26. Tabel 4. 2. 4. 7 27. Tabel 4. 2. 4. 8 28. Tabel 4. 2. 5 29. Tabel 4. 3. 1. a 30. Tabel 4. 3. 1. b 31. Tabel 4. 3. 2. a 32. Tabel 4. 3. 2. b 33. Tabel 4. 3. 3. a 34. Tabel 4. 3. 3. b Jenis Kelamin Responden .................................................... 66 Usia Responden ................................................................... 67 Tahun Akademik .................................................................. 67 Frekuensi Menonton Iklan Sampoerna Hijau Versi Speaker Besar ....................................................................... 68 Pengucapan Slogan Sampoerna Hijau .................................. 69 Kejelasan Pengucapan Slogan .............................................. 70 Kesesuaian Slogan Dengan Produk ...................................... 71 Kemudahan Mengingat Slogan ............................................. 73 Mimik Wajah Geng Hijau .....................................................74 Gerakan Mata Geng Hijau .................................................... 75 Gerakan Tangan Geng Hijau ................................................ 76 Gerakan Tubuh Geng Hijau ................................................. 77 Gaya Berjalan Geng Hijau ................................................... 78 Busana Geng Hijau ............................................................... 79 Aksesoris Yang Dipakai Geng Hijau .................................... 80 Seringnya Melihat Iklan Sampoerna Hijau Versi Speaker Besar ..................................................................................... 82 Intensitas Tayangan .............................................................. 83 Durasi Tayangan ................................................................... 84 Lamanya Menonton Tayangan Iklan .................................... 85 Pengenalan Nama Merek ...................................................... 86 Pengenalan Logo ................................................................... 87 Pengenalan Kombinasi Warna .............................................. 88 Pengenalan Produk ................................................................89 Pengenalan Simbol ................................................................90 Pengenalan Karakter ............................................................. 91 Pengenalan Slogan ................................................................ 92 Pengenalan Serial Iklan .........................................................93 Saran dan Kritik Responden ................................................. 94 Nilai Daya Tarik Pesan Verbal Dengan Kesadaran Konsumen Terhadap Merek ( Brand Awareness ) .................................. 96 Pengujian Statistik Sub Hipotesis Pertama Setelah Dilakukan Uji Z ...................................................................................... 97 Nilai Daya Tarik Pesan Non Verbal Dengan Kesadaran Konsumen Terhadap Merek ( Brand Awareness ) ................98 Pengujian Statistik Sub Hipotesis Kedua Setelah Dilakukan Uji Z ...................................................................................... 99 Nilai Frekuensi Penayangan Iklan Dengan Kesadaran Konsumen Terhadap Merek ( Brand Awareness ) ................100 Pengujian Statistik Sub hipotesis Ketiga Setelah Dilakukan Uji Z ...................................................................................... 101 vi Daftar Lampiran 1. Angket .................................................................................................... 118 2. Coding Book .......................................................................................... 124 3. Coding Sheet ......................................................................................... 127 4. Langkah Pengujian Statistik Sub Hipotesis Pertama ............................ 128 5. Langkah Pengujian Statistik Sub Hipotesis Kedua .............................. 130 6. Langkah Pengujian Statistik Sub Hipotesis Ketiga .............................. 132 7. Naskah wawancara ............................................................................... 134 8. Gambar Sampoerna Hijau .................................................................... 137 9. Formulir Pengajuan Masalah ............................................................... 138 10. Formulir Pengajuan Judul .................................................................... 139 11. Surat Keterangan Menyusun Skripsi ................................................... 140 12. Permohonan Izin Pra Riset/ Riset ....................................................... 141 13. Surat Izin Angket ................................................................................ 142 viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi yang semakin canggih dan sarat akan teknologi ini, setiap perusahaan di negara manapun dituntut untuk bertahan dan menghasilkan produk – produk yang berkualitas. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk dari perusahaan – perusahaan di Indonesia dan di sisi lain keadaan tersebut memunculkan persaingan yang semakin ketat baik di dalam negeri sendiri maupun dengan perusahaan asing. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem ke arah perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang memposisikan ke pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar ( market share ). Dan salah satu aspek untuk mencapai keadaan tesebut adalah merek ( brand ), dimana merek memegang peranan penting yang salah satunya adalah menjembatani harapan konsumen pada saat produsen menjanjikan sesuatu kepada konsumen. Dengan demikian dapat diketahui adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan produsen dimana pemberian merek dapat menambah nilai produk. Pemberian merek telah menjadi isu penting dalam strategi produk. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Seperti yang dikatakan oleh Durianto, Sugiarti, & Sitinjah, secara umum, komunikasi suatu merek mempunyai 3 tujuan utama, yaitu : 1. Membangun dan meningkatkan brand awareness ( kesadaran terhadap merek ) 2. Agar komunikasi dapat memperkuat, memperjelas, & mempercepat pesan dari suatu merek 3. Agar strategi komunikasi merek yang efektif dapat menstimulasi dan memotivasi target konsumen untuk melakukan aksi pembelian ( Durianto, Sugiarti, Sitinjah, 2001:185 ) Awareness atas nama suatu merk menjadi sangat logis apabila perusahaan meluncurkan sebuah produk atau merek baru. Suatu produk atau jasa layanan baru sudah pasti diarahkan untuk mendapatkan pengenalan lebih dulu sebelum konsumen dapat bersikap positif terhadap merek yang bersangkutan. Untuk dapat menjadi komunikator merek yang efektif, tergantung dari sampai sejauhmana pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan dalam upaya memperkenalkan produk. Periklanan, Pemasaran Langsung, Promosi Penjualan, Penjualan Personal, dan Public Relations merupakan alat – alat promosi yang terangkum dalam bauran promosi yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Dalam bauran promosi tersebut periklanan lah yang sangat cocok dalam membangkitkan kesadaran ( awareness ), seperti yang dikatakan oleh Aaker bahwa periklanan memungkinkan pesan dan khalayak mengalami kedekatan, dan juga karena iklan pada umumnya merupakan suatu cara efisien untuk memberikan penampakan . ( Aaker, 1997:108 – 109 ) Fungsi periklanan adalah sebagai salah satu unsur persuasi untuk mempengaruhi konsumen menjadi sangat penting demi menjaga keunggulan dipasar. Karenanya wajar bila banyak produsen melalui biro iklan berpikir keras untuk membuat iklan menjadi sangat menarik. Dengan iklan tadi diharapkan tercipta awareness di benak calon konsumen, untuk kemudian mereka terdorong untuk membeli produk yang ditawarkan. Berdasarkan kerangka hierarki efek ( hierarchy of effects ) yang terdiri atas Awareness --- Knowledge --- Liking --- Preference --- Confiction --- Purchase, efek periklanan mempunyai 3 tahap : respon kognitif, respon afektif, respon behavioral . ( Chandra, 2002:185 ) Pada tahap kognitif, pesan iklan yang disampaikan dalam pengulangan dan frekuensi yang memadai akan dipersepsi oleh konsumen sedemikian rupa sehingga konsumen mengingat dan pada gilirannya menyadari keberadaan merk. Oleh sebab itu, penelitian ini mengambil fokus periklanan pada televisi, karena televisi mampu menyajikan pengulangan tersebut. Iklan televisi dapat ditayangkan hingga beberapa kali sehari sampai dipandang cukup bermanfaat bagi masyarakat untuk menyaksikan dan dalam frekuensi yang cukup, sehingga pengaruh iklan itu terhadap khalayak bangkit. Pertumbuhan iklan TV yang mulai bergairah setelah lesu diterpa krisis moneter di Indonesia semakin banyak dan memenuhi program – program acara TV swasta. Hal ini mengakibatkan persaingan antar iklan – bukan hanya antar produk – yang semakin ketat. Para pengiklan berlomba – lomba merebut perhatian pemirsa TV. Hal ini mengingat TV mempunyai beberapa kelebihan, yaitu : 1. Efisiensi biaya Salah satu keunggulannya adalah kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. Jangkauan masal ini menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap kepala. 2. Dampak yang kuat TV juga mampu menciptakan kelenturan bagi pekerjaan – pekerjaan kreatif dengan mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama dan humor. 3. Pengaruh yang kuat TV mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan calon pembeli lebih “ percaya “ pada perusahaan yang mengiklankan produknya di TV daripada tidak sama sekali. ( Kasali, 1995:121 ) Membuat iklan yang menarik memang tidak mudah. Banyak produsen iklan di Indonesia hanya melihat iklan sebagai media pengenalan dan promosi produk saja. Fungsi iklan memang demikian. Namun cara agar pesan yang disampaikan itu bisa mencapai sasaran, tentu membutuhkan kiat – kiat khusus. Melalui iklan sebuah gagasan tentang humor yang segar bisa diaktualisasikan. Kendati bersikap kritis, pada dasarnya masyarakat menyadari manfaat iklan sebagai salah satu sumber informasi produk di pasar, mereka juga menikmati iklan – iklan yang memiliki sentuhan humor. Humor merupakan salah satu aksesoris yang membuat iklan menjadi lebih menarik dinikmati. Daya tarik iklan yang dipoles dengan humor memiliki dampak yang lebih kuat, hanya saja membuat kreatif iklan bergaya humor harus dikerjakan secara cermat, jangan sampai iklan bergaya jenaka itu justru menjatuhkan citra produk yang dipromosikannya. Humor dalam ensiklopedia umum adalah cara melahirkan sesuatu pikiran, baik dengan kata – kata ( verbal ) ataupun dengan jalan lain, yang melukiskan suatu ajakan atau menimbulkan simpati atau hiburan. Humor merupakan bahasa universal yang mengandung unsur hiburan yang tinggi. Dalam konteks komunikasi, keberhasilan komunikator ( penyampai pesan ) dalam berkomunikasi manakala pesan yang disampaikannya dapat diterima oleh komunikan ( penerima pesan ) sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh si komunikator. Maka keberhasilan seorang pelaku humor, dalam penelitian ini adalah model dalam iklan tersebut, manakala stimulus humor yang dilancarkannya diterima oleh penerima humor ( penonton ) sebagaimana yang dimaksud oleh pelaku humor tersebut, yaitu kelucuan yang, tentu saja, mengharapkan senyum atau tawa sebagai efek dari penerima humor. Kekuatan iklan humor terdapat pada detail – detail dari aspek seperti mimik, adegan, suara, gerakan verbal, aksesoris, jingle atau slogan. Setelah beberapa tahun yang lalu, sedikit sekali iklan bermuatan humor. Belakangan, pendekatan ini mulai banyak digunakan. Perkembangan tersebut seiring dengan persaingan antar produk yang saat ini makin kompetitif. Banyaknya produk yang beriklan berkorelasi positif dengan banyaknya jumlah iklan. Untuk memenangkan persaingan iklan tersebut, dibuatlah iklan – iklan dengan gaya lucu. Sehingga selain mengkomunikasikan produk, iklan juga bisa menjadi hiburan tersendiri bagi pemirsanya. Diantara banyak iklan yang menggunakan pendekatan humor, iklan yang diambil untuk diteliti adalah iklan seri rokok Sampoerna Hijau “ Asyiknya Rame – Rame “. Seri iklan ini dipilih karena konsisten menggunakan pendekatan humor dalam setiap iklannya. Iklan Sampoerna Hijau juga pernah menjadi iklan paling efektif pada bulan September 2002 menurut survey yang dilakukan oleh Marketing Research Indonesia (MRI). Dengan setting kebersamaan dan terinspirasi dari kehidupan sehari – hari, Sampoerna Hijau dapat mengangkat kelucuan. Seri iklan rokok Sampoerna Hijau yang pernah ditayangkan di televisi yaitu : Lomba bakiak Kereta Bedug Dorong mobil Bakiak 2 Mengantar ketupat Bintang jatuh Nonton bola Mancing Kondangan Nasi goreng Speaker besar Loncat indah Minum susu Sampoerna Hijau adalah sigaret kretek tangan produksi H. M Sampoerna Tbk. Berdasarkan data riset konsumen, konsumen rokok kretek adalah kelompok laki – laki “ kebanyakan “ yang menghargai kebersamaan bersama kawan – kawannya dan menikmati hal – hal sederhana dalam hidup, maka diciptakan “ Geng Hijau “ sebagai pembentukan karakter merk. “ Geng Hijau “ tersebut adalah Tarjo, Ujo, Joni, Nyoman, dan Tedjo. Iklan yang diteliti adalah iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar yang ditayangkan periode Desember 2003 – Februari 2004. Dimana dalam iklan ini digambarkan “ Geng Hijau “ sedang menarik perhatian dua orang wanita dengan membawa radio yang sangat besar dan menyanyi – nyanyi bersama mengalahkan seorang laki – laki yang juga berusaha menarik perhatian dua orang wanita tersebut dengan membawa radio yang lebih kecil. Seringkali iklan dengan humor membuat khalayak tertawa, namun mereka dapat segera melupakan merk karena terlalu terbawa dengan humor yang ditampilkan. Oleh karena itu perlu diteliti apakah terdapat hubungan iklan TV Sampoerna Hijau dengan pendekatan humor dengan kesadaran khalayak sasaran terhadap merek. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Apakah terdapat hubungan antara iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merk ( brand awareness ) ? “ 1.3 Identifikasi Masalah Berkaitan dengan masalah yang penulis akan teliti, Identifikasi Masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan antara daya tarik pesan verbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) ? 2. Apakah terdapat hubungan antara daya tarik pesan nonverbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran kondumen terhadap merek ( brand awareness ) ? 3. Apakah terdapat hubungan antara frekuensi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) ? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan antara daya tarik pesan verbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) 2. Untuk mengetahui hubungan antara daya tarik pesan nonverbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) 3. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) 1.5 Kegunaan Penelitian 1. Aspek pengembangan ilmu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan secara ilmiah untuk mengembangkan ilmu yang dapat dimanfaatkan oleh pihak lain dalam penelitian lebih lanjut. Penelitian ini juga membuka wawasan baru bagi penelitian terhadap penerapan teori – teori komunikasi dalam memecahkan masalah komunikasi di bidang periklanan 2. Aspek terapan ilmu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para praktisi periklanan khususnya biro iklan dan pengiklan dalam menciptakan iklan – iklan yang mengena pada objek calon konsumen sehingga dapat meningkatkan kesadaran merek pada calon konsumen terhadap produk. 1.6 Alasan Pemilihan Masalah 1. Munculnya situasi kompetitif antara perusahaan – perusahaan rokok yang “perang“ melalui iklan di TV dalam memperebutkan perhatian konsumen untuk memenangkan pangsa pasar yang lebih besar dari perusahaan – perusahaan pesaing 2. Iklan TV merupakan suatu media yang mengkomunikasikan pesan secara audio visual bagi konsumen dimana individu dapat mendengar pesannya dan secara visual dapat melihat bagaimana pesan itu disampaikan dalam suatu cerita atau ilustrasi. 3. Penulis menganggap bahwa untuk mendorong calon konsumen berminat membeli suatu produk diperlukan adanya suatu teknik atau cara agar menarik perhatian calon konsumen. Iklan dengan pendekatan humor dianggap sebagai salah satu cara yang menarik untuk mendorong konsumen agar lebih kenal – sadar ( aware ) terhadap produk, yang nantinya diharapkan konsumen akan menjadi tertarik sehingga berminat membeli produk tersebut. 4. Iklan TV Sampoerna Hijau merupakan iklan yang konsisten menggunakan pendekatan humor dalam setiap seri iklannya. 1.7 Pembatasan Masalah Agar dalam penulisan skripsi ini tidak menjadi salah pengertian dan pembahasan tidak terlalu luas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah sehingga penulisan masalah lebih terarah pada tujuan yang diharapkan. Beberapa hal mengenai pembatasan masalah adalah sebagai berikut : 1. Iklan yang diteliti dalam penelitian ini adalah iklan TV Sampoerna Hijau versi Speaker besar yang ditayangkan pada periode Desember 2003 Februari 2004. Iklan ini diteliti karena versi ini paling terbaru dibuat. 2. Iklan yang diteliti hanya ditinjau dari daya tarik pesan verbal dan nonverbal iklan dengan pendekatan humor, serta frekuensi penayangan iklan. 3. Kesadaran konsumen dibatasi pada kesadaran – tahu terhadap nama merk ( brand name ) yang meliputi sadar – tahu terhadap logo, sadar – tahu terhadap simbol, sadar – tahu terhadap karakter, sadar – tahu terhadap slogan, dan sadar – tahu terhadap serial iklan tersebut. 4. Responden yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah mahasiswa D3 - FIKOM UNPAD Bandung jurusan Periklanan angkatan 2001, 2002, 2003 1.8 1. Pengertian Istilah Iklan adalah suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberi layanan serta gagasan atau ide – ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif. ( Liliweri, 1992:20 ) 2. Televisi adalah salah satu mass media yang memancarkan “ suara ” dan “ gambar ” yang berarti sebagai reproduksi dari pada kenyataan yang disiarkannya, melalui gelombang – gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat – pesawat penerima di rumah. ( Palapah & Syamsudin, 1983:83 ) 3. Daya tarik pesan, dalam arti kata – kata meliputi struktur pesan; adalah cara menampilkan pesan dalam bentuk suatu kesimpulan apakah pesan itu tersirat atau tersirat, gaya pesan dengan memperhatikan pesan dari argumentasi yang disenangi atau tidak, isi pesan dalam komunikasi mengacu pada motif – motif psikologis yang terkandung seperti pesan harus rasional, emosional. ( Liliweri, 1992:75 ) 4. Humor adalah ungkapan secara lisan atau tertulis yang mengandung kelucuan, yang membuat seseorang atau khalayak tertawa gembira. ( Effendy, 1989:365 ) 5. Slapstick is comedy based on simple visual jokes e.g hitting people, falling over. ( Oxford, 1989 : 1196 ) ( Slapstik adalah komedi yang berasal pada lelucon yang sederhana seperti saling memukul, saling berjatuhan, dll ). 6. Merk adalah cap atau tanda yang menyatakan nama ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1976:647 ) 7. Kesadaran ( awareness ) merupakan tahap dimana seseorang menyadari adanya kebutuhan mengenai sesuatu hal tapi kurang pengetahuan tentang hal tersebut, maka kesadaran merupakan sesuatu proses yang terjadi di dalam diri seseorang pada fase berpikir ( kognitif ). ( Roekomy, 1992: 49 ) 8. Konsumen adalah pemakai barang – barang hasil produksi ( bahan pakaian, makanan, dsb ), penerima pesan iklan, pemakai jasa (pelanggan). ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:520 ) 1.9 Anggapan Dasar Anggapan dasar merupakan landasan teori yang dijadikan dasar atau titik tolak dalam melakukan penelitian ini, maka penulis mengemukakan anggapan dasar sebagai berikut : 1. Untuk menghasilkan iklan yang baik, selain harus memperhatikan struktur iklan, penting juga menggunakan elemen – elemen dalam sebuah rumus yang dikenal dengan AIDCA, yaitu : a) Attention ( perhatian ). Iklan harus menarik perhatian khalayak ssarannya, baik pembaca, pendengar, atau pemirsa. b) Interest ( minat ). Perhatian harus dapat segera agar ditingkatkan menjadi minat sehingga timbul rasa ingin tahu secara lebih rinci didalam diri calon pembeli. c) Desire ( kebutuhan atau keinginan ). Tidak ada gunanya menyenangkan calon pembeli dengan rangkaian kata – kata gembira melalui sebuah iklan, kecuali iklan tersebut berhasil menggerakkan keinginan orang untuk memiliki, memakai, atau melakukan sesuatu harus dibangkitkan. d) Conviction ( rasa percaya ). Untuk menimbulkan rasa percaya pada diri calon pembeli, sebuah iklan dapat ditunjang berbagai kegiatan peragaan seperti testimonial atau pembuktian, membagi – bagikan percontohan secara gratis dan menyodorkan pendangan positif dari tokoh – tokoh masyarakat terkemuka serta hasil pengujian oleh pihak ke tiga e) Action ( tindakan ). Tahap ini yaitu upaya terakhir untuk membujuk calon pembeli agar sesegera mungkin melakukan suatu tindakan pembelian atau bagian dari itu. ( Kasali, 1995:87 ) 2. Iklan memberikan dampak bagi peningkatan penampilan perusahaan dalam jangka panjang ( bukan jangka pendek ). Dampak iklan bagi penjualan baru terasa setelah iklan dimuat dalam rangkaian waktu secara terus menerus. ( Kasali, 1995:87 ) 3. Teori mengenai humor dapat dibagi dalam 3 kelompok : - Teori superioritas dan meremehkan - Teori mengenai ketidakseimbangan, putus harapan dan bisosiasi - Teori mengenai pembebasan ketegangan atau pembebasan dari tekanan ( Suhadi, 1989: 25 ) 4. Humor dapat berbentuk komedi, karikatur, olok – olok, lelucon, anekdot, slaptick, yang didalamnya terdapat kelugasan wajah dan gerakan verbalistik yang memancing tawa. ( Suhadi, 1989: 12 ) 5. Kekuatan iklan humor ada pada detail – detail dari aspek seperti mimik, adegan, suara, gerakan verbal, aksesoris, jingle atau slogan. ( Cakram, Juli 2000 ) 6. Bovee ( 1976 ) mengemukakan, paling tidak periklanan yang baik mengacu pada segi daya tarik bagi iklan terdiri atas, daya tarik pesan dalam artian kata – kata, kalimat dan berikut daya tarik fisik yaitu penampilan luar, ilustrasi yang menyertai iklan itu. ( Liliweri, 1992:75 ) 7. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilancarkan seseorang dengan menggunakan lambang bahasa atau komunikasi yang dilakukan secara lisan. ( Effendy, 1989: 381 ) 8. Komunikasi nonverbal adalah serangkaian komunikasi dengan menggunakan rangsangan, apakah itu dalam bentuk gerak – gerik, pandangan mata, atau berbagai corak pakaian, atau sentuhan, dan sebagainya. ( Casagrande & Casagrande, 1986: 48 ) 9. Frekuensi merupakan penayangan pesan iklan yang disampaikan berulang – ulang melalui media. Penampilan berulang – ulang suatu iklan pada suatu media akan mengakibatkan setiap orang mudah mengingatnya. ( Liliweri, 1992:77 ) 10. To bulid brand awareness its important to visually and verbally reinforce the brand name with a full complement of reinforcing brand elements ( logos, symbols, characters, and packaging ), its often desirable to develop a slogan or jingle. ( Keller, 1998: 51 ) ( Untuk membangun kesadaran merek sangat penting untuk secara terlihat dan terdengar memperkuat nama merek dengan penambahan penuh dari penguatan elemen merek ( logo, simbol, karakter, dan pengemasan ), seringkali penting untuk membangun slogan atau jingle. ). 1.10 Hipotesis Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan. Karena itu merupakan instrumen kerja dari teori sebagai hasil dedukasi dari teori atau proposisi, hipotesis lebih spesifik sifatnya, sehingga lebih siap untuk diuji secara empiris. ( Singarimbun & Effendy, 1995:43 ) Untuk memudahkan penelitian, hipotesis ini harus dijabarkan menjadi sub hipotesis – hipotesis dengan menggunakan konsep – konsep yang sudah sangat spesifik. ( Rakhmat, 1995:15 ) Sub Hipotesis : 1) H0 : Tidak terdapat hubungan antara daya tarik pesan verbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) Hi : Terdapat hubungan antara daya tarik pesan verbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) 2) H0 : Tidak terdapat hubungan antara daya tarik pesan nonverbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) HI : Terdapat hubungan antara daya tarik pesan nonverbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) 3) H0 : Tidak terdapat hubungan antara frekuensi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) Hi : Terdapat hubungan antara frekuensi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) 1.11 Operasional Variabel Variabel X : Penayangan Iklan TV Sampoerna Hijau Melalui Pendekatan Humor a. Indikator I Alat Ukur : Daya tarik pesan verbal iklan : - Kata yang diucapkan - Slogan atau jingle b. Indkator II Alat Ukur : Daya tarik pesan nonverbal iklan : - Mimik - Slapstik - Daya tarik fisik model ( wajah, penampilan, busana, aksesoris ) c. Indikator III : Frekuensi penayangan iklan Alat Ukur : - Seringnya tayangan iklan - Durasi tayangan atau lamanya penayangan iklan Variabel Y : Kesadaran konsumen terhadap merk ( brand awareness ) Indikator : Sadar – tahu terhadap nama merk ( brand name ) Alat Ukur : - Sadar – tahu terhadap logo - Sadar – tahu terhadap simbol - Sadar – tahu terhadap karakter - Sadar – tahu terhadap slogan - Sadar – tahu terhadap serial iklan 1.12 Metode & Teknik Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. ( Rakhmat, 1995:27 ). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal yang menunjukkan tingkatan. Skala ordinal seringkali diberi ‘skor’ sesuai dengan tingkatannya, istilah ‘skor’ dalam tanda petik karena skor tersebut bukan skor sebenarnya, tetapi hanya sebagai atribut yang menunjukkan tingkatan. Dalam hal ini kategori : Baik ------------- diberi atribut -------3 Cukup baik ---- diberi atribut ------- 2 Tidak baik ----- diberi atribut ------- 1 Dalam penelitian ini, variabel bebas dan terkat diukur dalam skala ordinal – ordinal, yaitu dengan menggunakan rumus statistik dari Godman’s dan Kruskal Gamma, adapun rumusnya sebagai berikut : J = 6fa – fi 6fa + fi J = koefisien korelasi fa = frekuensi kesepakatan fi = frekuensi inversi ( inversion ) tingkat signifikansi J, dapat dinilai dengan menghitung nilai : Z = (J)fa – fi n(1 - J ) 2 Z = tingkatan signifikansi J Langkah – langkah perhitungan : 1. Hitung dahulu fa dan fi 2. Masukkan hasil perhitungan pada langkah pertama ke dalam rumus : J = 6fa – fi 6fa + fi 3. Langkah signifikansi J dapat dinilai dengan menggunakan nilai Z 4. Sarana operasional dengan melihat lambang – lambang huruf pada tabel Baik Cukup Kurang Rendah a B c Cukup d E f tinggi g H i fa = a(e+f+h+i)+b(f+i)+d(h+i)+(e)(i) fi = c(d+e+g+h)+b(d+g)+f(g+h)+(e)(g) ( Rakhmat, 1993: 143 ) Selanjutnya untuk signifikansi 0,05 dengan uji dua arah ( two tailed test ) yaitu Ho dan Hi, nilai kritisnya adalah -/+ 1,960 Kriteria pengujiannya sebagai berikut : 1. Jika hasil perhitungan Z lebih besar dari +1,960 atau lebih kecil dari –1,960 maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel tak bebas. 2. Jika hasil perhitungan Z lebih kecil dari +1,960 atau lebih besar dari –1,960 maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. 1.13 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Angket, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden guna memperoleh keterangan sehubungan dengan masalah yang diteliti. 2) Kepustakaan, yaitu dengan cara mempelajari buku – buku dan bahan – bahan tertulis yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. 3) Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh keterangan data dari orang – orang tertentu yang mempunyai hubungan erat dengan masalah yang diteliti. 4) Observasi, dalam mengumpulkan data ini penulis melakukan observasi tidak langsung, penulis menonton dan memantau penayangan iklan yang mengandung unsur humor di televisi yang diwakili oleh iklan Sampoerna Hijau 1.14 Populasi & Sampel Populasi adalah kumpulan objek penelitian yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan oleh penulis atau keseluruhan unit sampling yang memiliki ciri – ciri yang sama menurut kriteria penelitian yang sedang dilakukan. ( Rakhmat, 1995:78 ) Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FIKOM UNPAD jurusan Periklanan angkatan 2001, 2002, 2003 dengan jumlah total mahasiswa adalah 354 orang dengan rincian sebagai berikut : Angkatan 2001 : 103 orang Angkatan 2002 : 111 orang Angkatan 2003 : 140 orang Jumlah : 354 orang Mahasiswa FIKOM UNPAD jurusan Periklanan dipilih karena dalam penelitian yang diamati adalah iklan TV dimana jurusan Periklanan dianggap lebih mendalami terhadap iklan TV. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan diamati ( Rakhmat, 1998:81 ). Pengambilan sampel yang digunakan adalah Teknik Pengambilan Strata Proporsional Random dimana dalam sampel strata proporsional, dari setiap strata diambil sampel yang sebanding dengan besar setiap strata. ( Rakhmat, 1998: 79 ) Sampel yang diambil dari angkatan 2001 sampai dengan 2003 yang masing – masing 15 % dari keseluruhan populasi sebanyak 354 orang dengan rincian sebagai berikut : No. Angkatan Dalam Populasi 1 2001 15 % X 103 15.45 = 16 2.. 2002 15 % X 111 16.65 = 17 3. 2002 15 % X 140 21 Jumlah Responden 54 Dari data yang didapat terdapat sebanyak 354 mahasiswa FIKOM UNPAD jurusan Periklanan dari angkatan 2001 – 2003. Merujuk pada pendapat Sutisno Hadi bahwa sebenarnya tidak ada ketetapan yang mutlak berapa persen suatu sampel harus diambil dari populasi. ( Hadi, 1990:73 ). Maka dalam penelitian ini akan diambil sebanyak 15 % dari jumlah popolasi sebagai sampel yang berarti berjumlah 54orang 1.15 Organisasi Karangan BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, alasan penelitian, pembatasan masalah, pengertian istilah, anggapan dasar, hipotesis, operasional variabel, metode dan teknik penelitian, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, serta organisasi karangan. BAB II TINJAUAN TEORITIS Bab ini mengemukakan pembahasan teoritis sebagai dasar penelitian yang dilakukan. Pada bab ini penulis membahas tinjauan mengenai komunikasi, pengertian komunikasi massa, Televisi sebagai salah satu bentuk media massa, tinjauan singkat periklanan, pengertian iklan, daya tarik pesan, efek iklan, iklan TV, tinjauan tentang humor, dan humor dalam iklan serta tentang kesadaran merek ( Brand Awareness ) BAB III GAMBARAN SINGKAT DAN OBJEK PENELITIAN Bab ini menguraikan sejarah dan perkembangan PT HM SAMPOERNA tbk, misi, motto, dan prinsip pengembangan produk PT HM SAMPOERNA tbk, struktur organisasi dan uraian tugas, pembuatan iklan, pelaksanaan iklan melalui TV BAB IV ANALISIS DATA PENGUJIAN STATISTIK Pada bab ini penulis akan membahas semua data yang telah diperoleh dari responden mengenai respon dan tanggapannya terhadap tayangan iklan Sampoerna Hijau dan selanjutnya akan dianalisis melalui analisis pengujian sesuai dengan hipotesis yang telah ada BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari rangkuman, kesimpulan dan saran - saran BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication, menurut asal katanya berasal dari bahasa latin communicaren, dalam perkatan ini bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi , maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham atas suatu pesan tertentu. Esensi dari pengertian komunikasi secara etimologis diatas, adalah bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan. Pengertian komunikasi menurut Onong U. E mengutip pendapat Bernard Berelson & Gary H. Stainer mendefinisikan komunikasi sebagai berikut : Communication is the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc., by the use of symbols – words, pictures, figures, graphs, etc.,it is the act of process of transmission that is usually called communication. ( Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan lambang – lambang, kata – kata, gambar, bilangan, grafis, dan lain – lain. Kegiatan atau proses penyampaianlah yang biasanya dinamakan komunikasi ). ( Effendy, 1986: 62 ) Dalam definisinya itu Berelson & Stainer menjelaskan proses dan yang disampaikan bukan hanya sekedar informasi, tapi juga gagasan, emosi, dan keterampilan. Mengenai tujuan komunikasi R. Wayne Pace, Urent D. Peterson, & M. Dallas Burnett menyatakan :” Bahwa tujuan sentral dari komunikasi meliputi 3 hal utama, yakni; to secure understanding (memastikan pemahaman), to establish acceptance (membina penerimaan), dan to motivate action (memotivasi kegiatan)”.(Effendy, 1986: 62 ). Jadi, pertama – tama haruslah diperhatikan bahwa komunikan itu memahami pesan – pesan komunikasi. Apabila komunikan memahami berarti adanya kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan, karena tidak mungkin komunikan memahami sesuatu tanpa terlebih dahulu adanya kesamaan makna. Jika komunikan memahami dapat diartikan menerima, maka penerimaannya itu perlu dibina, selanjutnya komunikan dimotivasi untuk melakukan suatu kegiatan. Uraian diatas jelas, bahwa pada hakekatnya komunikasi itu adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain, baik secara langsung melalui lisan maupun tidak langsung melalui media. 2.2 Komunikasi Massa 2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa Pada perkembangan masayarakat dewasa ini, peranan media massa baik elektronik maupun cetak sangat penting, terbukti dengan kemajuan teknologi dan daya intelektual manusia yang semakin bertambah maju. Maka kesadaran akan kebutuhan berbagai informasi bagi kehidupan manusia sangat tinggi. “ Dalam abad modern ini, kehidupan masyarakat tidak dapat lagi hidup tanpa informasi atau berita informasi sudah menjadi kebutuhan manusia sejagad “ ( F. Rahmadi, 1990:5 ) Melalui satelit komunikasi sekarang ini secara teoritis kita akan mampu memperlihatkan satu gambar, mendengarkan satu suara, kepada seluruh manusia didunia secara simultan. Komunikator hanya tinggal menyambungkan alat pemancar dan jutaan orang tinggal menyetel alat penerima. Secara teknis hal ini sudah lama dapat dilakukan. Yang masih harus diperdebatkan adalah : komunikator mana yang harus bicara dan gambar apa yang harus diperlihatkan. Joesph. A. Devito mengemukakan 2 ( dua ) pengertian dari komunikasi massa, yaitu : Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disampaikan melalui media, baik audio maupun visual, dalam hal ini media massa seperti TV, radio, surat kabar, majalah film, buku – buku, dan tape recorder. Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang ditujukan kepada massa dengan menggunakan suatu media, yaitu media massa, disebut komunikasi massa. ( Devito, 1978a:442 ) Melihat uraian diatas, komunikasi dapat disampaikan melalui berbagai cara, dengan media cetak atau elektronik untuk sampai kepada massa. Maka yang dimaksud massa pada komunikasi massa adalah pembaca surat kabar atau majalah, pendengar radio, penonton TV, yang memiliki sifat : a. Banyak jumlahnya b. Heterogen c. Tidak diorganisasikan d. Tidak dikenal oleh si pengirim atau komunikator e. Tidak memberikan umpan balik secara langsung Sementara Severin & Tankard menyebut komunikasi massa sebagai : “ Bagian dari keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu “. ( Severin & Tankard, 1979:1 ) Dari definisi diatas, maka dapat diuraikan bahwa komunikasi massa dapat dikatakan sebagai keterampilan ialah dengan memadukan keahlian tertentu, misalnya teknik membuat iklan dengan mengembangkan ide – ide kreatif yang dimilikinya, sedangkan dapat dikatakan seni karena dapat memasukkan unsur – unsur musik dalam sebuah iklan atau memadukan warna dan gambar. Pada iklan, dan dapat dikatakan ilmu karena terdapatnya nilai – nilai etika dari pesan yang disampaikan. Dewasa ini, komunikasi yang disampaikan banyak menggunakan alat – alat modern agar cepat diterima oleh masyarakat, disamping ada juga yang masih menggunakan alat yang lama atau media komunikasi tradisional. Dalam hal ini, setiap informasi, yang terdapat dalam komunikasi massa harus diolah sedemikian rupa agar dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat yang membutuhkan informasi tersebut. Untuk melengkapi uraian diatas, Jalaludin Rahmat mengatakan sebagai berikut : Komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterina secara serentak dan sesaat. ( Jalaludin Rahmat, 1991:189 ) Dengan demikian, maka informasi atau pesan yang disampaikan melalui media massa harus dilaksanakan secara terus menerus agar diterima oleh masyarakat secara menyeluruh dan menjadi kebiasaan sehari – hari. 2. 2. 2 Televisi Sebagai Salah Satu Bentuk Media Komunikasi Massa Media massa dalam komunikasi massa berada dalam pengertian sebagai media yang digunakan untuk proses penyampaian pesan dalam proses komunikasi massa. Diantara berbagai media massa yang diterbitkan atau disiarkan secara periodik, yang paling populer dewasa ini adalah Televisi. Walaupun usia televisi paling muda dibandingkan dengan surat kabar ataupun radio, namun televisi dengan mudah bisa merebut perhatian masyarakat. Dalam bahasa Inggris Televisi disebut dengan Television. Istilah “Television“ berasal dari perkataan Yunani : Tele artinya far, off, jauh. Ditambah dengan Vision yang berasal dari bahasa latin Vision yang artinya : to see, melihat. Jadi artinya secara harfiah, melihat jauh. ( Effendy, 2000: 174 ) Orang – orang pertama menganggap bahwa Televisi hanyalah radio ditambah gambar – gambar, atau bioskoo dalam rumah. Memang tampak sepintas lalu adalah demikian, tapi menurut Eric Barnouw, anggapan itu kurang tepat, karena Televisi memiliki perbedaan – perbedaan yang khusus, dan memiliki karakteristik tersendiri. Sesuai dengan karakteristiknya ini maka dapat diformulasikan pengertian Televisi sebagai berikut : “ Televisi adalah salah satu bentuk mass media yang memancarkan “ suara “ dan “gambar” yang berarti : sebagai reproduksi daripada kenyataan yang disiarkannya, melalui gelombang – gelombang elektronik sehingga dapat diterima oleh pesawat – pesawat penerima dirumah. Setiap formulasi selalu tidak sempurna. Juga mengenai formulasi televisi ini. Tetapi dari formulasi yang sederhana diatas kita sudah memperoleh sekedar pengertian sekedarnya “. ( Palapah & Syamsudin, 1976 ) Sudah merupakan fakta bahwa televisi sebagai media massa mempunyai daya tarik yang cukup kuat bagi khalayaknya. Hal ini dikatakan Skornis, dibandingkan dengan media massa lainnya, televisi nampaknya mempunyai sifat istimewa : Televisi merupakan gabungan dari media dengar yang bersifat politis seperti yang diungkapkan diatas, bisa pula informatif, hiburan, dan pendidikan atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Televisi menciptakan suasana tertentu yaitu : para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian isi pesan seolah – olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti dengan jelas, karena terdengar secara audio dan terlihat secara visual. ( Kuswandi, 1996 :8 ) Daya tarik televisi dan kelebihannya yang diperoleh karena kedua sifat istimewa yang dimilikinya memberikan dampak tersendiri bagi kehidupan manusia. Hal ini menjadikan televisi sebagai media massa elektronik mampu menjadi pembentukan kebudayaan massa. Kecenderungan manusia sebagai konsumen terhadap segala hal yang ditayangkan oleh televisi, menjadikan televisi sebagai media massa elektronik sangat efektif bagi segala kegiatan yang bersifat komersial. Hal tersebut membuat Wilbur Schramm berpendapat bahwa media massa menjadi sarana yang efektif untuk mempropagandakan hasil produksi dalam mencari keuntungan secara materi atau bentuk promosi barang di media massa dalam kemasan iklan. Tidak berlebihan apabila televisi sebgaai media massa elektronik, digunakan oleh produsen berbagai macam produk sebagai alat komersialisasi. 2. 3 Iklan 2. 3. 1 Pengertian Iklan Iklan berasal dari terjemahan kata “ advertientie “ dalam bahasa Belanda, atau advertising dalam bahasa Inggris, dverte dari bahasa Latin. “ Ad “ berarti ke atau kepada dan “ vetere “ berarti beralih atau berpaling kepada. Menurut Klepper “ iklan atau advertising” berasal dari bahasa Latin, advere berarti mengoperkan pikiran atau gagasan iklan kepada pihak lain.( Liliweri, 1992: 17 ) Menurut America Marketing Association ( AMA ) mendefinisikan iklan adalah : any paid form of non personal presentation & promotion of ideas, goods or services by an identified sponsor. ( Kasali, 1992: 10 ) Sedangkan pengertian iklan menurut M. O Palapah & Atang Syamsudin (1983: 50 ) adalah suatu bentuk spesialisasi publisistik yang bertujuan untuk mempertemukan suatu pihak yang menawarkan sesuatu, dengan pihak yang membutuhkannya. Dari penjabaran para ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa iklan adalah penggunaan mengkomunikasikan media informasi yang persuasif dibayar mengenai oleh penjualan produk, jasa, untuk atau organisasinya yang merupakan suatu cara promosi. Dengan demikian, maka iklan mengandung unsur penyewaan ruang dan waktu dalam suatu media massa demi penggunannya, serta penyajiannya yang non pribadi artinya bukan seseorang secara berhadapan. Iklan juga merupakan sebuah komunikasi yang mempengaruhi masyarakat dan membantu kita untuk mencapai tujuan komunikasi kita, serta iklan merupakan sebuah alat yang sangat ampuh untuk membangkitkan kesadaran orang lain. Hubungan antara perusahaan dan konsumen sering dilakukan dengan menggunakan iklan seperti apa yang diungkapkan oleh Rhenald Kasali : “ Secara tradisional iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media “. ( Kasali, 2000: 145 ) Iklan umumnya digunakan oleh produsen untuk merangsang penjualan, padahal selain untuk merangsang penjualan iklan juga dipakai untuk mengangkat citra perusahaan, bahkan iklan dapat dipakai untuk menjelaskan perilaku perusahaan kepada konsumen dan khalayak non konsumen. 2. 3. 2 Jenis – Jenis Iklan Secara garis besar, Frank Jeffkins menggolongkan iklan menjadi 8 kategori pokok, yaitu : 1) Iklan Konsumen ( Consumer Advertising ) Iklan yang mempromosikan barang – barang yang umum dibeli oleh masyarakat dan diiklankan lewat media sesuai lapangan sosial ( social grades ) 2) Iklan Bisnis ke Bisnis atau Iklan Antar Bisnis (Business To Business Advertising) Iklan yang mempromosikan barang – barang dan jasa nonkonsumen. Artinya baik pemasang iklan maupun sasaran sama – sama perusahaan. 3) Iklan Perdagangan ( Trade Advertising ) Iklan perdagangan secara khusus ditujukan kepada kalangan distributor, pedagang – pedagang besar, eksportir, importir, dan para pedagang kecil. Barang – barang itu adalah untuk dijual kembali. 4) Iklan Eceran ( Retail Advertising ) Iklan yang dipromosikan oleh pasar swalayan ataupun toko – toko serba ada yang berukuran besar. 5) Iklan Keuangan ( Financial Advertising ) Iklan yang meliputi iklan – iklan untuk bank, jasa tabungan, asuransi dan investasi 6) Iklan Langsung ( Direct Advertising ) Teknik iklan yang menawarkan langsung melalui pos ( direct mail ). Iklan televisi dan teletext, pemesanan produk lewat pos ( mail order ) yang dewasa ini dikenal dengan pemasaran tanggapan langsung ( direct respons marketing ) 7) Iklan Lowongan Kerja ( Recruitment Advertising ) Iklan jenis ini bertujuan untuk merekrut calon pegawai dan bentuknya antara lain iklan kolom yang merahasiakan identitas pelamar ( classified ) atau iklan selebaran biasa. 8) Iklan Layanan Masyarakat Iklan jenis ini bertujuan untuk memberi informasi kepada masyarakat tentang suatu hal, yang disajikan menurut fakta & data yang akurat. ( Jeffkins, 1997: 39 ) Jenis iklan yang diteliti adalah iklan konsumen ( consumer advertising ), dimana iklan ini mempromosikan produknya melalui berbagai media salah satunya adalah televisi. David Ogilvy dalam bukunya “ Ogilvy On Advertising “, mencoba memberi gambaran beberapa jenis iklan TV yang berhasil mendorong pemasaran, atau setidaknya membuat konsumen mempertimbangkan merek yang diiklankan sebagai salah satu pilihan pembelian, yaitu : 1) Jenis iklan dengan bentuk humor 2) Penggalan kejadian, iklan jenis ini biasanya merupakan perdebatan dua talent iklan mengenai keunggulan sebuah produk 3) Bentuk pernyataan 4) Demonstrasi 5) Pemecahan masalah. ( Sudiana, 2001: 3 ) Jenis iklan dengan bentuk humor ini yang diteliti karena iklan dengan bentuk humor ini dianggap paling efektif dalam menarik perhatian konsumen. 2. 3. 3 Daya Tarik Pesan & Fisik Iklan Selain tentang struktur untuk menghasilkan iklan yang baik, juga harus memperhatikan daya tarik baik dari pesan itu sendiri maupun penampilan fisik suatu iklan. Bouvee mengemukakan paling tidak periklanan yang baik mengacu pada segi daya tarik. Segi daya tarik bagi iklan terdiri dari daya tarik pesan dalam artian kata, kalimat dan daya tarik fisik berupa penampilan luar dan ilustrasi yang menyertai iklan tersebut. Untuk menciptakan daya tarik pesan agar menghasilkan iklan yang baik perlu memperhatikan organisasi pesan, gaya pesan & appeals pesan yang terkadung didalamnya. Pengorganisasian pesan dapat dilihat menurut isi pesan itu sendiri atau mengikuti proses berpikir manusia. Penyajian pesan tersusun lebih efektif daripada penyajian tidak tersusun. Dalam psikologi komunikasi ada satu urutan psikologis yang disebut “ Motivated Sequnce “, menyarankan 5 langkah dalam penyusunan pesan, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Attention ( perhatian ) Need ( kebutuhan ) Satisfaction ( kepuasan ) Visualization ( tampilan ) Action ( tindakan ). ( Rakhmat, 1983 : 336 ) Jadi bila seseorang ingin mempengaruhi orang lain, maka ia harus pertama – tama merebut dulu perhatiannya, selanjutnya bangkitkan kebutuhannya, gambarkan dalam pikirannya keuntungan dan keinginan apa yang akan diperolehnya bila menerapkan atau tidak menerapkan gagasan orang lain yang ingin mempengaruhinya, dan akhirnya doronglah ia untuk bertindak sesuai dengan yang kita inginkan. Selanjutnya adalah gaya pesan, yaitu : Cara pemilihan pesan iklan dengan memperhatikan unsur urutan argumentasi, selain itu perlu diperhatikan juga variasi linguistik. ( Liliweri, 1992: 75 ) Dan yang dimaksud appeals pesan adalah : Pesan – pesan yang memacu pada motif – motif psikologis yang terkandung didalamnya seperti pesan yang harus rasional, emosional, daya tarik akan ganjaran tertentu. ( Liliweri, 1992: 76 ) Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat dikatakan bahwa pesan yang mempunyai daya tarik baik dari segi fisik maupun kalimat ( linguistik ) akan membuat pesan itu lebih dapat diterima dan dicerna oleh komunikan, sehingga lebih mudah pula untuk mempengaruhi komunikan. 2. 3. 4 Efek Iklan Menurut William Wells, John Burnett, Sandra Moriarty, mengatakan bahwa pada dasarnya suatu iklan berusaha untuk membangun, membentuk, & mempertegas sikap, hal ini disebabkan karena konsumen selalu berusaha mencoba produk – produk baru, membeli produk lama, atau bahkan bergant ke produk yang lain. Iklan produk berusaha untuk menciptakan image atau kepribadian bagi produk dan mengukur posisi untuk itu. Wells, Burnett, & Moriarty menciptakan suatu model yang disebut Hierarchy of Effects Model ( gbr 1 ). Model Hirarki ini menggambarkan dampak relatif dari berbagai jenis efek dengan sangat sederhana namun sangat luas, dampak pada jenjang dasar adalah dampak yang paling kompleks, namun dampak yang paling kecil terjadi pada jenjang yang paling atas. 25 % Loyal 30 % Trial 35 % Preference 50 % Interest In Product 75 % Awareness Of Product 100% of Target Audience Gbr 1. Hierarchy – of – Effects – Model ( Sbr : Wells, Burnett, & Moriarty, 1998: 131 ) 2. 3. 5 Rumus AIDCA Dalam Pembuatan Iklan Dalam pembuatan iklan, untuk menghasilkan iklan yang baik selain harus memperhatikan struktur iklan, penting juga menggunakan elemen – elemen dalam sebuah rumus yang dikenal dengan AIDCA, yang terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. Attention ( perhatian ) Interest ( minat ) Desire ( kebutuhan/ keinginan ) Cinviction ( rasa percaya ) Action ( tindakan ). ( Kasali, 1995: 83 ) Tahap – tahap diatas dapat digambarkan sebagai berikut : Attention Interest Desire Cinviction Action Gbr. 2 Tahapan AIDCA Sumber : Kasali ( 1995: 83 ) Tahap – tahap diatas dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Pertama, iklan harus dapat menarik perhatian dari khalayak sasaran terhadap produk maupun jasa yang diiklankan. Agar iklan itu bisa menarik perhatian khalayak, iklan tersebut memerlukan bantuan berupa ukuran, penggunaan warna, tata letak, jenis – jenis huruf yang ditampilkan serta suara – suara khusus. 2) Setelah perhatian calon pembeli berhasil direbut, persoalan yang dihadapi sekarang adalah bagaimana agar mereka berminat dan ingin tahu lebih jauh. Untuk itu mereka harus dirangsang agar mau membaca dan mengikuti pesan – pesan yang disampaikan. 3) Iklan tersebut berhasil menggerakkan orang untuk memiliki atau menikmati produk tersebut. Kebutuhan atau keinginan mereka untuk memiliki, atau melakukan sesuatu harus dibangkitkan. 4) Sampai pada tahap ini, produsen telah berhasil menciptakan kebutuhan calon pembeli. Pada tahap ini juga, dibutuhkan oleh orang untuk melakukan sesuatu, agar konsumen lebih percaya terhadap produk yang ditawarkan. Untuk menimbulkan rasa percaya pada diri calon pembeli, sebuah iklan dapat ditunjang berbagai kegiatan peragaan seperti testimonial atau pembuktian, membagi – bagikan contoh secara gratis 5) Upaya terakhir untuk membujuk calon pembeli agar sesegera mungkin melakukan suatu tindakan pembelian yaitu dengan memilih kata yang tepat agar calon pembeli bergerak melakukan respon sesuai dengan yang diharapkan. Tahap – tahap dalam pembuatan iklan diatas menjadi panduan bagi biro iklan agar iklan yang dihasilkan mempunyai daya tarik tersendiri yang kemudian calon konsumen tersebut percaya bahwa produk yang ditawarkan benar – benar bermutu tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika calon konsumen sudah percaya maka kemungkinan besar ia akan membeli produk yang ditawarkan 2. 4 Iklan Di Televisi Dengan kemampuan jangkauan yang merambah ke berbagai bentuk kehidupan masyarakat, televisi menjadi sarana yang sangat ampuh untuk menjangkau pasar sasaran, mulai dari berbagai kelompok umur, kelas sosial, gaya hidup, dan profesi, semuanya menjadi jangkauan televisi. Menurut Subroto, selain khalayak yang luas, penyampaian pesan iklan melalui televisi sangat cepat, serentak, dan mampu menyampaikan pesan secara kongkret. ( Subroto, 1994: 21 ) Periklanan di televisi mencakup beberapa cita dalam penyajian penglihatan, suara dan gerak yang memberikan banyak sekali keluwesan kreatif pada para pengiklan. Keuntungan tambhannya adalah penetrasi audiens yang dicapai oleh medium ini. dari anak – anak belasan tahun sampai kakek nenek, televisimerupakan bagian integral dari sebagian besar hari – hari mereka Jeffkins menyebutkan beberapa kelebihan iklan di televisi : 1. Iklan di televisi berkesan realistis. Iklan yang disampaikan secara visual akan menancapkan kean yang lebih dalam sehingga khalayak begitu melihat produknya akan segera mengingat iklannya di televisi 2. Iklan di televisi membuat khalayak lebih siap memberi perhatian 3. Iklan di televisi mampu menyajikan repetisi ( pengulangan ). Iklan di televisi dapat ditayangkan berulang – ulang hingga mencapai frekuensi yang cukup untuk membuat pengaruh iklan itu nampak pada diri audiens. ( Jeffkins, 1997: 121 ) Hampir 55 % dari seluruh periklanan nasional dikeluarkan untuk beberapa bentuk televisi. Konsumen mengatakan bahwa mereka sebagian besar mengenal produk baru melalui televisi. Tetapi terdapat beberapa keterbatasan pada iklan di televisi. Sutisna menyebutkan biaya penayangan yang tinggi, tingkat pemaparan yang terlalu cepat, dan kurangnya selektivitas audiens merupakan kelemahan iklan di televisi. ( Sutisna, 2001: 281 ) Keampuhan iklan televisi terancam pula oleh alat ( kendali jarak jauh ) untuk memindahkan saluran selama penayangan iklan. Maka, para pengiklan harus menciptakan ide – ide baru untuk lebih menarik perhatian dan mempertahankan pemirsanya. 2. 4. 1 Teknik – Teknik Visual Dalam Iklan Televisi Tidaklah cukup mengembangkan sebuah naskah yang sangat kreatif hanya dengan penjualan yang kuat. Ide naskah yang hebat itu harus dibuat secara kreatif dalam bentuk teknik – teknik visual. Beberapa teknik visual yang menarik, yaitu : Spokeperson, teknik ini menggambarkan seorang “ presenter ” berdiri di depan kamera dan membacakan naskah iklan secara langsung kepada pemirsa, memamerkan serta mendemonstrasiklan produknya Testimonial, teknik ini biasanya menggunakan tokoh yang terkenal atau seseorang yang sesuai dengan produknya Demonstrasi, teknik langsung memperlihatkan bagaimana cara kerja produk yang akan dipromosikan Close – Up, teknik ini mengambil gambar produk yang akan dipromosikan dari dekat, suara biasanya disampaikan diluar layar Alur cerita, teknik alur cerita ( story line )sama dengan membuat gambar hidup ukuran kecil kecuali jika narasinya dibuat berdasarkan layar Perbandingan produk langsung, teknik ini membandingkan produk yang akan dipromosikan dengan produk merek lain yang serupa Gambar foto & Artwork, dengan menggunakan fot atau gambar diam dan atau artwork, termasuk menggambar dan membuat tulisan kartun Slice of life, pendekatan ini berdasarkan sebuah formula yaitu keadaan sulit + pemecahan = kebahagiaan. Kisah yang benar – benar terjadi dalam kehidupan diuraikan dengan cara yang mengesankan dengan harapan melibatkan pemirsa pada titik berpikir Wawancara pelanggan, melibatkan orang yang bukan profesional. Misalnya seorang pewaancara atau suara dibalik layar bertanya peda ibu rumah tangga untuk membandingkan alat pembersih dapur yang diiklankan dengan merek yang ia miliki Sketsa & Situasi, terdiri atasa rangkaian adegan gerakan cepat yang memperlihatkan orang – orang menikmati produk itu seperti menikmati hidup yang diiringi dengan nyanyian – nyanyian yang didasarkan pada situasi yang dilihat & kepuasan yang ditawarkan produk tersebut Humor, merupaka sebuah teknik yang telah lama populer bagi penulis naskah dan konsumen karena membuat iklan menjadi lebih menarik Animasi, gambar mati, dari artis – artis yang difoto dalam film gambar hidup satu bingkai ( frame ) sekaligus dan menghidupkan ketika film diproyeksikan Serial, teknik iklan yang menggunakan seri – seri ( cerita bersambung ) untuk mempertahankan minat penonton. ( Kasali, 1992: 94 ) Belakangan ini para pengiklan banyak sekali yang menggunakan pendekatan humor dalam teknik visualnya, karena humor dianggap sebagai bahasa universal yang dapat menarik perhatian pemirsanya serta mempertahankan pemirsanya. 2. 5 Humor 2. 5.1 Pengertian & Fungsi Humor Humor secara sederhana dapat dikatakan sebagai segala bentuk rangsangan yang cenderung secara spontan memancing tawa ataupun senyum para pendengar atau pembacanya. Rangsangan – rangsangan itu dapat berupa ide – ide atau masalah – masalah yang memang benar – benar lucu & bentuk – bentuk perkataan yang secara sengaja dikreasikan sedemikian rupa oleh penuturnya sehingga menimbulkan kelucuan. Jika merujuk kepada Ensiklopedia Indonesia ( 1997 ), dapat kita lihat pengertian humor sebagai “ kualitas yang mengimbau rasa geli atau lucu, karena keganjilan atau ketakpantasan yang menggelikan “. Dalam Merriam – Webster Dictionary, seperti dikutip oleh sastrawan – budayawan Umar Kayam, humor adalah suatu kemampuan untuk melihat sesuatu yang lucu atau yang berbeda dengan persepsi mengenali yang lucu, yang tidak “ umum “. ( Kayam, Kompas, 1996 ) Menurut Arwah Setiawan, humor ada yang pop & ada humor yang tinggi. Hal ini bisa dilihat dari materi atau isi humor itu ( pendekatan materiil ). Humor tinggi atau intelek adalah humor yang membicarakan suatu topik yang hanya dikenal oleh kalangan yang terpelajar seperti misalnya satire politik. Satire politik ini disebut humor yang tinggi karena tidak terlalu banyak orang yang tahu tentang politik. Sedangkan humor pop adalah humor yang menyangkut kehidupan sehari – hari, yang dikenal sangat baik oleh setiap orang. Selain itu, humor juga bisa dibedakan berdasarkan “ derajat partisipasi yang diminta dari si penikmat “ ( pendekatan strukturil ). Humor tinggi akan mengajak si penikmat aktif mencari ‘dimana lucunya’, sedangkan humor pop memberitahu atau mendikte dimana kita harus tertawa. Humor pop suka menjelaskan, tidak menyisakan apa – apa untuk daya pikir si konsumen. ( Setiawan, Prisma, 6 Juni 1977: 82 - 83 ) Prof. Dr. James Dananjaja, seorang ahli folklor dari UI, menyebutkan ciri – ciri humor, yaitu : berbentuk lisan ( atau lisan yang sudah ditranskripsikan kedalam bentuk tulisan ), milik kolektif, bersifat anonim, bersifat aktual dengan kejadian dalam masyarakat pendukungnya. ( Anwari, 1999: 8 ) Dalam penelitian yang dilakukan Arthur Ass Berger, membagi lagi bentuk – bentuk serta teknik – teknik penciptaan suatu humor kedalam empat kategori yang meliputi : 1. Language ( the humor is verbal ) 2. Logic ( the humor is ideational ) 3. Identity ( the humor is existential ) 4. Action ( the humor is physical ). ( Berger, 1973: 49 ) Pada dasarnya bentuk – bentuk serta terciptanya suatu humor dapat berupa kata – kata yang dilontarkan secara lucu, humor bisa berupa pelontaran ide – ide, humor bisa berupa pelontaran ide – ide, humor bisa berupa gambaran keberadaan seseorang yang tidak cocok sedangkan penciptaan humor dengan gerak yaitu menciptakan gerak yang aneh – aneh yang menyimpang dari biasanya. Cara penciptaan humor dengan kata – kata atau suara paling mudah diciptakan sebab yang tergerak adalah indera pendengar. Orang akan tertawa jika mendengar suara yang lucu misalnya bersuara seperti burung, menirukan suara binatang, bersuara seperti orang tua, dan lain – lain. Cara penciptaan humor dengan cara penggambaran lukisan situasi dan suasana, misalnya melukiskan sesuatu yang berlawanan dengan keadaan yang sebenarnya atau bisa juga dikatakan sebagai penyimpangan konvensi budaya. Cara penciptaan humor dengan memilih cerita yang dibawakan sehingga perlu logika ataupun pemilihan terlebih dahulu, terkadang juga agar pemberian judul cerita yang dimaksudkan agar penonton menebak – nebak terlebih dahulu untuk menimbulkan penasaran. Fungsi humor menurut Shureliff dapat diperinci menjadi beberapa bagian diantaranya : 1. Sebagai sarana penghibur 2. Sebagai sarana pendidik 3. Sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan yang ada pada masyarakat 4. Sebagai sarana kendali masyarakat. ( Shureliff, 1976: 128 ) 2. 5. 2 Humor Dalam Iklan Iklan dengan pendekatan humor adalah iklan yang dibuat untuk memberikan informasi tentang suatu produk dengan menyisipkan suatu hal yang lucu secara jelas maupun terselubung baik pada kata – kata, jalan cerita ataupun pemilihan model iklan yang lucu sehingga orang tersenyum atau tertawa ketika melihat iklan tersebut. Humor paling sering dipakai dalam iklan produk low involvement ( tingkat keterlibatan yang rendah dalam pemilihan terhadap produk ), baik dalam tipe informatif atau tipe transformasi ( seperti contoh sentuhan pendekatan humor untuk meningkatkan daya tarik sebuah iklan atau untuk meningkatkan perasaan suka atau senang dari penonton ). Tapi kadang – kadang humor juga digunakan untuk produk high involvement ( tingkat keterlibatan yang tinggi dalam pemilihan terhadap produk ).( Rossiter & Percy, 1987: 244 ) Produk low involvement adalah suatu produk dimana saat membeli produk tersebut konsumen tidak perlu mempertimbangkan keyakinannya terhadap produk tersebut. Jadi konsumen tidak perlu mencari informasi yang detail mengenai produk, misalnya sabun mandi. Sedangkan produk high involvement adalah produk yang beresiko tinggi dalam pembelian, misalnya mobil. Dalam produk ini, konsumen harus memiliki informasi yang cukup mengenai produk yang akan dipilihnya. Teori low involvement didasarkan pada teori Passive Learning, dimana konsumen lebih menerima informasi daripada mencari informasi. ( Assael, 1985: 85 ) Tingkatan low involvement dapat terjadi : Pertama, bila tidak kedalaman pemikiran konsumen dalam pembelian rendah. Kedua, bila ada perbedaan yang sedikit antara produk dan produk pesaing. Ketiga, ketika media massa, khususnya media televisi, memainkan peranan penting. ( Belch & Belch, 1990: 144 ). Media televisi ini yang akan mengenalkan konsumen pada suatu produk sehingga masuk kedalam struktur kognitif penonton. Tingkat low involvement ini didasarkan pada teori Herbert Krugmen yang menerangkan efek iklan. Hasil dari iklan komersial ini berhubungan langsung dengan tahap belajar merek, seperti kemampuan untuk mengingat nama produk, tema iklan atau slogan. Menurut Krugman, bila konsumen masuk kedalam situasi pembelian, informasi ini yang akan menjadi pelatuk dalam pembelian. Konsumen kemudian akan membentuk tingkah laku dalam pembelian produk berdasarkan pengalaman mereka terhadap produk tersebut. ( Belch & Belch, 1990: 145 ) Oleh karena itu, sesuai dengan fungsinya sebagai penyegar yang membuat orang mampu memusatkan perhatian untuk waktu yang lama, maka humor banyak dipakai untuk produsen dalam iklan – iklan produk low involvement. Menurut Dwi Koendoro, Kartunis Panji Koming, ada beberapa segi positif penggunaan humor dalam suatu iklan, yaitu : 1) Persuasi yang dilantunkan lewat humor bisa bersifat menyenangkan karena mengundang senyum 2) Meringankan beban pesan yang hendak disampaikan karena pada umumnya orang suka humor, maka iklan yang berbumbu humor bisa menarik perhatian.( Koendoro, Cakrawala Matari Maret, 1992: 18 ) Daya tarik humor dalam iklan tidak hanya sekedar membuat orang tertawa, namun ada beberapa keuntungan lain dengan digunakannya daya tarik humor dalam pesan iklan : 1) 2) 3) 4) Humor menarik perhatian Humor dapat meningkatkan daya ingat dari pesan iklan ( pada khalayak ) Kredibilitas dari sumber ( pengiklan ) dapat ditingkatkan dengan humor Dengan humor, sikap yang diharapkan terjadi dari sebuah iklan dapat ditingkatkan 5) Dengan humor, dapat meminimalisir argumen balik ( yang merugikan ) dari khalayak, karena humor berperan mengalihkan perhatian khalayak dalam memproses respon kognitif. ( Strenhal, 1999: 472 ) Jadi, tujuan humor dalam iklan adalah untuk menciptakan kesenangan dan membuat konsumen ingat dengan produk. ( O’Guinn, Allen, Semenik, 2003: 380 ) Sebuah penerbit di Amerika, The Journal Of Marketing, mempunyai daftar penggunaan humor yang efektif dalam kampanye periklanan : 1. Pesan humor lebih menarik perhatian 2. Pesan humor dapat merugikan karena nilai – nilai produk dapat hilang karena unsur humor tersebut 3. Humor dapat mengalihkan perhatian penonton 4. Pendekatan humor dapat mempengaruhi, tetapi efek pengaruhnya tidak lebih baik daripada pendekatan serius 5. Humor cenderung lebih menekankan kredibilitas sumber pengirim pesan 6. Iklan dengan pendekatan humor harus benar – benar terstruktur untuk khalayak mana yang dituju 7. Pesan humor bisa menambah kesukaan akan produk dan menghasilkan perasaan yang positif yang dapat menambah efek mempengaruhi dalam iklan tersebut 8. Untuk memperluas fungsi humor sebagai penambah kekuatan yang positif. ( The Magazines For Marketing Proffesionals, Maret 2000 ) Bila pada akhirnya humor dipakai dalam proses kreatif suatu iklan, menurut Paul. W. Karnadi, ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu : 1) Dengan cara menggunakan permainan kata Pendekatan ini memerlukan suatu kata kunci ( punchline ) yang tepat agar orang bisa tersenyum atau tertawa. 2) Penggunaan visual Penggunaan humor dengan ilustrasi saja, tanpa adanya keterangan tertulis, hampir tidak mungkin berhasil. Apabila ilustrasi iklan tidak mengandung unsur humor, maka kombinasi antara kepala berita dan visualnya akan memperlihatkan segi humor iklan itu. 3) Teka – teki kata Teka – teki yang lucu seringkali dapat sekalugus memberikan pemecahan suatu masalah. Karena itulah, humor teka – teki silang sering juga disisipkan di dalam sebuah iklan 4) Bentuk kiasan Untuk mengkomunikasikan sesuatu yang abstrak atau hal yang sulit diterangkan, mungkin menggunakan kiasan dapat merupakan suatu jalan keluar. Kiasan yang humoristis dapat merupakan suatu jalan keluar 5) Black Humor Dengan cara ini bisa disampaikan sesuatu keadaan yang menakutkan dengan cara humor, agar dapat dicapai suatu pengertian yang bisa menyentuh emosi. ( Karmadi, Cakrawala Matari, Juli 1990: 22 ) 2. 6 Kesadaran Merek ( Brand Awareness ) 2. 6. 1 Merek Konsumen pada umumnya menganggap bahwa setiap produk mempunyai kualitas yang berbeda tergantung pada perusahaan yang memproduksinya. Oleh karena itu konsumen berusaha untuk memilih suatu merek untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Merek merupakan hal yang penting bagi konsumen seperti halnya produk itu sendiri. Aaker menyebut merek sebagai “ nama dan atau simbol yang bersifat membedakan ( seperti sebuah logo, cap, atau kemasan ) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, dengan demikian embedakannya dari barang – barang dan jasa yang dihasilkan dari kompetitor “. ( Aaker, 1995: 9 ) Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen mengenai sumber produksi tersebut, dengan melindungi konsumen maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk – produk yang tampak identik. Sedangkan Philip Kotler menyatakan beberapa hal yang terkait dengan merek, yaitu : 1. Merek adalah nama, simbol, atau kombinasi dari semua itu yang bertujuan untuk mengidentifikasi produksi ataupun jasa yang dihasilkan produsen dan membedakan mereka dari produk ataupun jasa yang dihasilkan produsen lainnya. 2. Nama merek adalah bagian dari merek yang sering diucapkan. Nama merek ini mungkin adalah bagian yang terpenting dari merek bagi konsumen 3. Trademark adalah bagian dari merek yang telah dilegalkan oleh produsen sebagai milik produsen secara eksklusif, biasanya trademark berisi nama merek dalam bentuk tertentu, biasanya ditambahkan pula dengan simbol yang unik yang juga merupakan pencerminan dari produk yang dijual. Trademark mungkin dapat merupakan penyederhanaan dari merek atau dapat pula merupakan suatu representasi gambaran dari merek. Sebagai contoh, gambar kuda laut merupakan trademark PT Permina. ( Kotler & Armstrong, 1998: 124 ) 2. 6. 2 Pengertian & Peranan Brand Awareness Durianto dkk. Mengemukakan dalam bukunya : Strategi Menaklukan Pasar, Melalui Riset Ekuitas & Perilaku Merek, “ Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu “. ( Durianto dkk, 2000: 54 ) Lebih lanjut lagi, Durianto, dkk mengemukakan bahwa : “ Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan. Brand awareness membutuhkan continum ranging ( jangkauan kontinum ) dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu – satunya merek dalam suatu kelompok produk “. ( Durianto, dkk, 2000: 54 – 55) Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa brand awareness merupakan suatu keadaan yang dialami oleh seseorang dimana orang tersebut dihadapkan dengan suatu kesanggupan atau kemampuan dalam mengenali, mengingat kembali suatu merek produk yang diterimanya sebagai bagian dari kategori tertentu, dan bagian dari kategori produk itu sangatlah penting dan perlu ditekankan oleh pemasar karena memiliki suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan, seperti yang dicontohkan oleh Durianto adalah : publikasi tentang penerbangan Garuda Indonesia tidak akan membantu brand awareness dari kacang Garuda. Kontinum ini dapat terwakili dalam tingkatan brand awareness yang berbeda yang dapat digambarkan dalam suatu piramida berikut ini : Pun Cak Pikiran ( Top of Mind ) Pengingatan Kembali Merek ( Brand Recall ) Pengenalan Merek ( Brand Recognition ) Tidak Menyadari Merek ( Unaware of Brand ) Gbr 3. Piramida “ Brand Awareness ( sumber : Durianto, dkk, 2000: 55 ) Peran brand awareness tergantung pada tingkatan akan pencapaian kesadaran di benak konsumen. Tingkatan brand awareness yang paling rendah adalah Brand Recognition ( pengenalan merek ) atau disebut juga sebagai tingkatan pengingatan kembali dengan bantuan ( aided recall ). Tingkatan berikutnya adalah tingkatan Brand Recall ( pengingatan kembali merek ) atau tingkatan pengingatan kembali merek tanpa bantuan ( unaided recall ) karena konsumen tidak perlu dibantu untuk mengingat merek. Pengukuran pengenalan merek tanpa bantuan lebih sulit dibandingkan pengenalan merek dengan bantuan. Tingkatan berikutnya adalah merek yang pertama kali pada saat pengenalan merek tanpa bantuan, yaitu Top of Mind ( kesadaran puncak pikiran ). Top of mind adalah brand awareness tertinggi yang merupakan pimpinan dari berbagai merek yang ada dalam pikiran konsumen. BAB III OBJEK PENELITIAN 3. 1 Sejarah Umum PT H.M. Sampoerna PT H.M.Sampoerna merupakan satu – satunya perusahaan rokok besar milik keluarga yang sampai saat ini masih bertahan di dunia. Mengenai sejarah perusahaan dan perkembangan dari PT H.M.Sampoerna yang berpusat di Surabaya ini, diuraikan melalui 3 ( tiga ) era kepemimpinan yaitu sebagai berikut : Generasi pertama : yaitu Leim Seeng Tee ( sebagai pendiri ) Dimulai dari usaha menjual barang – barang kebutuhan sehari – hari yaitu : bahan pangan, rokok putih dan tembakau. Lalu mulai melakukan peracikan sendiri dan mendapat tanggapan yang cukup baik dari konsumen dan akhirnya terus berkembang dan berbadan hukum yang diberi nama Handel Mastsch Paji Liem Seeng Tee. Produk rokok pertamanya adalah “ 2 3 4” atau “Dji Sam Soe”. Nama “Sampoerna” diambil dengan pertimbangan bahwa tembakau yang dihasilkan merupakan tembakau terbaik ( perfect ) yang dalam bahasa Indonesia berarti sempurna. Lien Seeng Tee menggunakan sistem keagenan dalam menyalurkan hasil produksinya, dimana hal ini dilakukan untuk memperluas pemasarannya keseluruh pelosok tanah air. Generasi kedua : yaitu Aga Swie Ling ( Aga Sampoerna ) Putera kedua Liem Seeng Tee ini bersama – sama dengan haknya mendirikan PT Hanjaya Mandala Sampoerna ( semula bernama PT Perusahaan Dagang & Industri Panamas ). Dalam kepimpinan Aga Sampoerna ini “Dji Sam Soe” kembali berjaya yang berhasil terjual perhari sebanyak 1,2 juta batang, yang memberi keuntungan sekitar US$ 200.000 per bulan. Pada tahun 1975 PT H.M. Sampoerna mengeluarkan produk barunya yang bernama “ Sampoerna Hijau “. Produk ini merupakan tanda dari era kepeimpinan generasi kedua, sedangkan produk “ Dji Sam Soe “ merupakan tanda dari era kepimpinan pertama. Generasi ketiga : yaitu Putera Sampoerna Pada tahun 1980, putera kedua Aga Sampoerna yaitu Putera Sampoerna mengambil alih manajemen Handel & Panamas dengan maksud untuk modernisasi dan ekspansi sehingga perusahaan yang dipimpin menjadi salah satu penghasil utama rokok kretek di Indonesia. Putera Sampoerna memulai langkahnya untuk membesarkan PT H.M Sampoerna dengan membeli pabrik pembuatan sigaret kretek mesin miliki Philips Moris Internasional yang berada di Malang, Jawa Timur. Selang waktu empat tahun silam diadakan penghapusan keagenan yang kemudian dilanjutkan dengan pengembangan pra sarana dan jaringan distribusi yang insentif. Keberhaslan Sigaret Kretek Mesin ( SKM ) juga merupakan wujud dari modernisasi dan ekspansi tersebut. Langkah besar yang dilakukan oleh Putera Sampoerna juga dilakukan pada bidang – bidang usaha lainnya. Seperti pada tahun 1989, PT Sampoerna Transport Nusantara (STN) yang merupakan salah satu anak perusahaan PT H.M. Sampoerna akhirnya mendapat izin untuk mengelola pengangkutan secara komersial. 3. 1. 1 Struktur Organisasi Strukutur organisasi merupakan mekanisme formal pengelolaan organisasi yang menunjukkan kerangka atau pola hubungan diantara fungsi – fungsi, bagian – bagian, maupun orang – orang yang memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda dalam organisasi. Berikut ini adalah Job Description dari masing – masing bagian yang terdapat pada struktur organisasi pada PT H.M. Sampoerna sebagai berikut : R. U. P. S ( Rapat Umum Pemegang Saham ) Rapat Umum Pemegang Saham berada paling atas pada struktur organisasi perusahaan, yang biasanya diadakan setiap setahun sekali, biasanya dilaksanakan pada bulan Juni. Didalam rapat tersebut Direksi berkewajiban memberikan laporan perihal jalannya perusahaan dari tata usaha keuangan dari tahun baku yang baru selesai dan penggunaan keuntungan yang belum dibagi dari tahun buku yang lalu yang harus ditentukan dan disetujui. Dalam R.U.P.S ini dilakukan penunjukkan Akuntan Publik yang terdaftar. Dewan Komisaris Dewan Komisaris terdiri dari tiga orang anggota dan salah satu diantaranya diangkat sebagai Presiden Komisaris, tugas dari Dewan Komisaris mempunyai wewenang untuk memberhentikan Direksi apabila terdapat suatu tindakan dari Direksi yang bertentangan dengan anggaran dasar dan tujuan dari perusahaan. Dewan Direksi Terdiri dari Presiden Direktur dan dua direktur lainnya yang secara bersama – sama mempunyai hak dan wewenang mewaili dan bertindak atas nama direksi. Tugas utama direksi adalah memimpin dan mengurus perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan, menguasai, memelihara dan mengurus karyawan perusahaan. Direktur Pelaksana ( CEO ) Direktur Pelaksana mengkoordinir seluruh kegiatan perusahaan termasuk Sumber Daya Manusia, administrasi, pemasaran, manufacturing, litbang, dan keuangan. Tugas dan tanggung jawabnya antara lain memberkan pengarahan dan petunjuk kepada para pelaksana dan mengawasi keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab serta memastikan bahwa prosedur kerja didalam perusahaan berjalan lancar. Sumber Daya Manusia ( SDM ) Bertugas dan bertanggung jawab dalam mendukung kelancaran proses produksi dengan cara menyediakan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang berkualitas. Divisi ini membawahi bagian personalia, rencana pengembangan, dan kesejahteraan. Administrasi Bertugas dan bertanggung jawab dalam penyusunan dokumen – dokumen penting, penyusunan daftar hadir, operasional kantor, dan memberikan keterangan mengenai perusahaan pada masyarakat. Divisi ini membawahi bagian umum, hukum, Humas ( Hubungan Masyarakat ) Pemasaran Bagian pemasaran bertugas menganalisis pemasaran perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian hasil produksi sampai ketangan konsumen. Divisi ini membawahi bagian – bagian : Peneliti Pasar Bertugas untuk mengawasi serta meneliti kondisi pasar perusahaan, yaitu meneliti perubahan segmen pasar yang dikuasai, perubahan selera konsumen, tingkat persaingan dan juga meneliti apakah terdapat peluang baru di pasar yang dimanfaatkan oleh perusahaan. Pengendali Merek Bagian ini bertugas mengembangkan merek – merek dari produksi yang dihasilkan oleh perusahaan dengan memberikan citra atau image pada produk yang membedakan produk perusahaan dengan produk sejenis yang beredar di pasaran, juga bertugas dalam hal positioning produk di pasar. Pemasar Lapangan Bertanggung jawab dalam mendistribusikan produk yang dihasilkn oleh perusahaan ke seluruh Indonesia, mulai dari pemasaran regional, para agen ( reseler ), retailer, pedagang kaki lima sampai ke konsumen akhir. Koordinasi Penjualan Transportasi Koordinasi penjualan dibagi menjadi 5 ( lima ) jaringan regional menyuluruh di seluruh Indonesia. Melalui jaringan ini perusahaan memiliki kemampuan untuk menyalurkan produknya kemana pun di Indonesia. Pengangkutan dilakukan oleh armada – armada yang dikelola oleh perusahaan. Manufacturing Bertanggung jawab mengawasi jalannya seluruh kegiatan operasional pabrik dari mulai pengadaan bahan baku sampai pada proses produksi sehingga menghasilkan produk yang dinginkan. Divisi ini membawahi bagian bahan baku, pencampuran produk dan engineering. Litbang Bertujuan melakukan penelitian mulai dari pengawasan mutu bahan baku yang digunakan dalam proses produk sampai mutu produk akhir yang dihasilkan. Divisi ini membawahi bagian Laboratorium, pengembangan produk, pengontrol mutu, dan penelitian dasar. Keuangan Bertugas mengelola perusahaan dan juga sebagai alat kontrol dalam menjaga agar perusahaan memperoleh keuangan yang diinginkan. Divisi ini membawahi bagian bendahara, akuntansi, EDP. 3. 1. 2 Kegiatan Produksi Perusahaan melakukan sendiri proses pembelian, pengeringan, dan pemeliharaan tembakau dan cengkeh. Pencampuran tembakau dilakukan pada masing – masing pabrik di masing – masin lokasi. Perusahaan juga mempunyai laboratorium yang mengawasi proses pencampuran ini untuk menjamin mutu produk. Rokok kretek tangan digulung dan dibungkus oleh tenaga – tenaga terampil, sedang untuk kretek mesin, penggulungan dan pembungkusan dilakukan oleh mesin – mesin secara otomatis. 3. 1. 3 Proses Produksi Proses produksi rokok pada prinsipnya sederhana, namun diperlukan suatu ketelitian yang cukup tinggi, baik dalam hal pemilihan tembakau dan cengkeh, juga pada saat pencampuran. Pada umumnya campuran pada rokok kretek terdiri dari 30 % cengkeh dan 70 % campuran tembakau. Namun demikian, rasa yang pasti dari komposisi ini bervariasi dan sangat bergantung pada formula yang di kehendaki. 3. 1. 4 Hasil Produksi Produk – produk yang dihasilkan oleh PT H.M. Sampoerna dapat digolongkan kedalam tiga lini, yaitu sebagai berikut : 1) Sigaret Kretek Tangan ( SKT ) Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi Sigaret Kretek Tangan ( SKT ) yaitu tembakau Jawa, cengkeh, dan saus, tetapi tidak menggunakan filter. Yang termasuk kedalam kategori SKT adalah sebagai berikut : Dji Sam Soe Sampoerna A Hijau Panamas Panamas Spesial 2) Sigaret Kretek Mesin ( SKM ) Bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi Sigaret Kretek Mesin (SKM) yaitu, tembakau Jawa, cengkeh, dan filter. Yang termasuk kedalam SKM adalah sebagai berikut : Sampoerna A Mild ( 16 batang ) Sampoerna A Mild ( 12 batang ) Sampoerna A Mild Menthol Sampoerna King Size Reguler Sampoerna A International Dji Sam Soe Filter 3) Sigaret Putih Mesin ( SPM ) Bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi SPM yaitu tembakau virgima, filter tadi menggunakan cengkeh. Merek rokok yang termasuk kedalam sigaret putih adalah sebagai berikut : Saleem 3. 2 Sejarah Umum Sampoerna Hijau Sampoerna Hijau dikategorikan produk superior karena Sampoerna Hijau sebagai salah satu produk unggulan Sampoerna di segmen kelas menengah, yang dari hasil riset telah menunjukkan bahwa brand equity Sampoerna Hijau adalah yang paling kuat dibandingkan dengan pesaing di kelasnya. Sampoerna Hijau telah berada di pasar cukup lama, yakni sejak 16 Juni 1968. Ketika itu mayoritas produk adalah produk rokok sigaret kretek tangan. Sampoerna Hijau ketika itu lebih familiar disebut sebagai Sampoerna Kretek atau Sampoerna Aga. Sampoerna kretek baru melakukan aktifitas marketing yang lebih agresif pada tahun 1993 dimana kompetisi waktu itu di dominasi oleh Gudang Garam Merah dan Djarum Coklat. Potensial market dihitung dari besarnya ceruk pasar di segmen rokok dengan kategori harga yang sama, ditambah dengan kemungkinan kita mendapat pangsa pasar dari rokok kretek filter mesin. Pada awal tahun 2000, Sampoerna melakukan gebrakan dengan mengganti penamaan produk Sampoerna Kretek menjadi Sampoerna Hijau Banyaknya sebutan untuk Sampoerna Kretek /Aga/ Ijo/ Hijau ini maka muncul ide untuk mengedukasi pasar dengan memasyarakatkan penamaan Sampoerna Hijau. Ini telah dilakukan melalui pengamatan yang mendalam dan kata “ Hijau “ adalah kata yang paling dapat diterima oleh semua kalangan dan daerah, maka muncullah tagline Sampoerna Kretek adalah Sampoerna Hijau. Tidak ada inovasi berarti untuk produk Sampoerna Hijau, sejak pertama kali diluncurkan sampai beberapa kali berevolusi tetap memakai racikan tembakau dan formula yang konsisten. Karena selalu mengutamakan kualitas tembakau sebagai produk keluaran PT Sampoerna Tbk, yang memiliki cita rasa kualitas tinggi seperti yang dimiliki oleh Dji Sam Soe. 3. 2. 1 Proses Pembuatan Iklan Sampoerna Hijau Inovasi yang muncul justru di aspek promosi dan komunikasi. Dimana pada bulan Agustus 2000 mengeluarkan iklan Sampoerna Hijau Asyiknya Rame – Rame dengan Geng Ijo nya. Pada waktu itu, rokok kretek mengiklankan produknya dengan warna maskulin dan machoism yang pekat sekali dan elemen ini seolah – olah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari rokok kretek. Maka dicoba dilakukan dengan cara yang unik namun dapat diterima di masyarakat. Syarat dalam menciptakan inovasi produk adalah harus mengerti kebutuhan konsumen. Pertama kali melihat kondisi dan situasi masyarakat pada waktu itu, tahun 2000 yang masih belum hilang dampak krismon dan demonstrasi kekerasan. Masyarakat ketakutan dan stress, butuh hiburan. Masyarakat kita sangat dekat dengan unsur humor, jiwa humor yang tinggi dan keramah tamahan dan gotong royong. Maka nilai tambah yang kami berikan adalah nilai aspirasional dan pesan yang tidak menggurui. Seperti Asyiknya Rame – Rame, dengan dibungkus humor ingin menyampaikan nilai – nilai : SESUATU YANG DIKERJAKAN BERSAMA AKAN TERASA LEBIH ASYIK DAN MENYENANGKAN. Kebersamaan adalah kata kuncinya. Promosi dijadikan sebagai salah satu kunci kekuatan produk selain produk itu sendiri. Produk Sampoerna Hijau sudah diterima sebagai produk berkualitas karena diaanggap sebagai adik dari Dji Sam Soe keluaran Sampoerna. Promosi, sebagai USP ( Unique Selling Proposition ) adalah ke pionir – an dalam menyampaikan pesan dengan cara yang berbeda, humor untuk kebersamaan. Adanya Geng Hijau adalah keunikannya, untuk strategi harga, Sampoerna Hijau menjaga harga lebih premium dibandingkan dengan kompetitor terdekat karena diproduksi menggunakan bahan – bahan pilihan. Untuk menjadi produk superior, inovasi harus terus dilakukan sampai mati. Bukan hanya pada produk, tetapi di semua aspek ( produk, harga, promosi, dan distribusinya ). Seperti yang dijelaskan sebelumnya, aspek promosi dan harga. Promosi, dengan menciptakan iklan yang gampang diingat dan diterima oleh masyarakat. Unik dan menghibur. Iklan Sampoerna Hijau telah memproduksi lebih dari 9 sekuel dan menjadi salah satu iklan sekuel terbanyak dalam kurun waktu tiga tahun ini. Tidak banyak consumer goods yang melakukan cara ini dan masih tetap diminati iklannya. Kunci sukses dalam merebut hati pelanggan adalah integrasi dari Marketing Mix, terutama dari promosi dan produk itu sendiri. Iklan Geng Hijau telah meningkatkan top of mind Sampoerna Hijau. Untuk produk rokok, diperlukan kampanye besar – besaran pada saat launching. Dalam merebut kesadararan ( awareness ) target market diperlukan juga berkampanye di above the line ( iklan lini atas ) karena media above the line memiliki jangkauan yang lebih luas yang pada akhirnya biaya yang besar tentu akan mendapat hasil yang besar pula. Sukses peluncuran produk berkat perencanaan yang matang dan komprehensif. Perencanaan yang matang dan terintegrasi adalah kunci produk superior. Perencanaan yang berkaitan antar divisi, mulai dari divisi produk, field marketing, dan juga team penjualan yang kuat. Selain itu, kerjasama dengan advertising agency ( LOWE ) dan suplier sangat vital. Proses peluncuran kampanye Sampoerna Hijau dimulai dari tahap edukasi nama produk, penyeragaman nama menjadi single brand name. Lalu meningkat ke perencanaan media Above The Line ( Iklan Lini Atas ) dan Below The Line ( Iklan Lini Bawah ) serta ide kampanye itu sendiri. Dalam kurun waktu 3 tahun ini, pangsa pasar Sampoena Hijau telah meningkat 2 kali lipat, dengan penjualan diatas 1 triliun pertahun. Dalam meningkatkan kinerja penjualan produk dan memperbaiki profitabilitas yaitu dengan cara berevolusi dan mengikuti dinamika pasar. Sesekali dilakukan terobosan baru dan hal – hal baru, seperti memecahkan rekor, event parade bedug sampai metode eksekusi media luar ruang yang unik, seperti salah satu billboard Sampoerna Hijau di Padalarang, Bandung. ( Wawancara dengan Toni Darusman, 17 Maret 2004 ) 3. 3 Sejarah Umum Lowe Lowe adalah salah satu perusahaan iklan ke 5 (lima) terbesar di Indonesia. Didirikan oleh Frank Lowe pada tahun 1981 di London, dan sampai sekarang mempunyai lebih dari 160 kantor cabang di 80 negara yang mempunyai karyawan kurang lebih 14.700 orang. Pada tahun 1983 Lowe membuka cabangnya di Indonesia dengan nama Lintas dan berganti nama pada tahun 2002 menjadi Lowe. Untuk menjadi agen periklanan nomor satu di Indonesia, dalam perjalananya Lowe membangun beberapa dari merek nomor satu di tanah air. Lowe berkeyakinan bahwa kreatifitas adalah fokus dari perusahaan yang melibatkan kedalam tiga divisi yang berbeda, yaitu : – Lowe – Lowe link – Lowe IMC 3. 3. 1 Misi Untuk menciptakan dan menjuarai ide – ide yang menambah keajaiban pada merek – merek. Pada intinya, percaya pada keajaiban dari kreatifitas yang menghasilkan. 3. 3. 2 Visi Agar dikenal sebagai agen periklanan yang terus menerus membuat sesuatu yang menajubkan. 3. 3. 3 Konsep Lowe Dalam Mengemas Iklan Sampoerna Hijau Salah satu kampanye paling sukses yang dilakukan Lowe di tahun 2001 adalah Sampoerna Hijau, yang menyentuh hati banyak orang dan memenangkan beberapa penghargaan kreatifitas. Pada pertengahan tahun 2000, Sampoerna Hijau, sebuah nama merek rokok kretek, yang merupakan kategori yang berkembang secara cepat dan merupakan alternatif yang lebih murah dari Dji Sam Soe. Setelah mempelajari pasar dan beberapa penelitian, tim agensi Lowe menyadari bahwa konsumen Sampoerna Hijau adalah laki – laki “ biasa ” yang menyukai hal – hal yang sederhana. Kebudayaan mereka adalah mereka sangat menikmati kebersamaan. Sedangkan kompetitor lain mempromosikan produk mereka dengan memakai laki – laki yang gagah dan jantan. Tim agensi Lowe menemukan ide dengan menempatkan Sampoerna Hijau sebagai sebuah merek untuk mereka yang menghargai persahabatan dan kebersamaan. “ Hal – hal yang sederhana dapat menjadi ramai bila dilakukan bersama – sama dengan teman – teman”. Ide ini tertuang dalam kata – kata “ Asyiknya Rame – Rame ” Lalu lahirlah “ Geng Hijau ”, yang diambil dengan lima kepribadian dari laki – laki biasa hingga ke pemain sandiwara dan menjadi simbol dari Sampoerna Hijau.Geng Hijau ini terdiri dari Tarjo, Ujo, Joni, Nyoman, dan Tejo. Geng hijau ditampilkan dalam situasi khas ditanah air seperti Hari Kemerdekaan, Lomba Bedug Lebaran dan kegiatan – kegiatan lainnya. Iklannya sangat menyentuh kalangan bawah, realistis, dan menyajikan hiburan Setelah hampir satu setengah tahun, Sampoerna Hijau mencapai sukses yang sangat besar dengan hasil yang sangat memuaskan. Dari tahun 2000 hingga 2001, penjualan Sampoerna Hijau meningkat 200%. Di semester II/ 2001 dibandingkan dengan semester II/ 2000, peningkatan penjualan mencapai 61%. Iklan Sampoerna Hijau memenangkan penghargaan tiga emas dan satu perak dalam ajang kompetisi periklanan Citra Pariwara pada tahun 2001. Yang paling penting, iklan Sampoerna Hijau banyak disukai oleh para konsumen. Berdasarkan poling telephone Metro TV, iklan TV Sampoerna Hijau terpilih 80% dari lebih dari 600 pemirsa sebagai iklan TV paling bagus. Dalam survey yang lain menunjukkan pada bulan Agustus 2001, 150.000 pemirsa SCTV menominaskan Sampoerna Hijau versi “ Dorong Mobil ” sebagai lima terbesar iklan TV favorit. Dalam pembuatan iklan Sampoerna Hijau, tim Lowe membuat strategi. Pertama, membuat iklan tematik yang berjangka panjang dengan tujuan membangun image ( citra ) dari produk Sampoerna Hijau dengan slogan “ Asyiknya Rame – Rame “, dan dibuatlah iklan Sampoerna Hijau dengan 11 versi yang berbeda. Kedua, membuat iklan taktikal yang berjangka pendek dengan tujuan untuk product campaign, dan dibuatlah iklan Sampoerna Hijau dengan 3 versi yang berbeda yaitu versi speaker besar, loncat indah, dan minum susu. Dalam pembuatan iklan taktikal ini, karena bertujuan product campaign, maka dibuatlah iklan yang menonjolkan kelebihan produk Sampoerna Hijau yaitu “ Lebih Mantap, Lebih Ringan, Lebih Gurih…Lebih Asyik “. Dalam iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar digambarkan bahwa Geng Hijau sedang menarik perhatian dua wanita yang sedang menunggu dalam halte bus dengan membawa radio yang lebih besar dari pria raper yang juga sedang menarik perhatian. Radio yang lebih besar ini digambarkan lebih mantap daripada radio biasa yang lebih kecil. Mantap disini dimaksudkan pada rasa Sampoerna Hijau yang Lebih Mantap dari rokok- rokok lainnya yang digambarkan dengan radio besar. ( Wawancara dengan Flora Pramasari, 17 Maret 2004 ) 65 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN Pada bab ini, penulis berupaya untuk memberikan gambaran dari apa yang telah di paparkan pada bab – bab sebelumnya. Selanjutnya menghubungkan bab – bab tersebut dengan hasil pengumpulan data dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada responden. Kemudian pada bab ini pula diungkapkan apakah terdapat hubungan antara iklan TV menggunakan pendekatan humor dengan kesdaran konsumen terhadap merek (Brand Awareness). Agar sistematis dan terarah, pembahasan dikelompokkan menjadi beberapa sub bab, yaitu : 1. Analisis Deskriptif Data Responden 2. Analisis Deskriptif Data Penelitian 3. Analisis statistik pengujian Sub Hipotesis 4. Interpretasi Hasil Penelitian 4. 1 Analisis Deskriptif Data Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa D3 - Periklanan Fikom Unpad angkatan 2001, 2002, 2003. Dari data yang ada, jumlah tersebut adalah 354 orang, selanjutnya 354 orang mahasiswa ini merupakan populasi penelitian. Dari populasi yang diambil sebanyak 15% untuk penelitian. Maka jumlah sampelnya sebanyak 54 orang. Sampel dipilih dengan menggunakan sampling strata proporsional dimana dalam sampel strata proporsional ini diambil dari setiap strata yang sebanding dengan setiap strata. Angka yang menunjukkan 66 berapa persen dari setiap strata yang diambil disebut pecahan sampling ( sampling fraction ). Dalam penelitian ini menggunakan angket untuk mendapatkan data. Angket yang disebar sebanyak 54 buah dan dari angket yang disebarkan tersebut semuanya kembali untuk kemudian ditabulasikan. 4. 1. 1 Jenis Kelamin Responden TABEL 4. 1. 1 Jenis Kelamin Responden No 1 2 Jenis Kelamin F % Jumlah 32 22 54 59,3 40,7 100 Pria Wanita n = 54 sumber: angket penelitian Berdasarkan tabel 4. 1. 1 di atas, dapat dilihat bahwa dari keseluruhan angket yang disebarkan, responden pria sebanyak 32 orang (59,3 %), dan responden wanita sebanyak 22 orang (40,7 %). Dari data diatas dapat dijelaskan mayoritas responden adalah pria, hal ini dikarenakan pria merupakan mayoritas sasaran yang dituju pemasar sebagai konsumen rokok dan lebih memperhatikan iklan rokok untuk menentukan alternatif – alternatif produk rokok Adanya responden wanita dalam penelitian ini adalah karena dalam menyebarkan angket penelitian, responden tidak dipilih berdasarkan kebiasaan merokok atau tidak melainkan yang pernah melihat iklan Sampoerna Hijau khususnya versi speaker besar. 67 4. 1. 2 Usia Responden Tabel 4. 1. 2 Usia Responden No 1 2 3 Usia 17 – 19 tahun 20 – 22 tahun 23 – 25 tahun Jumlah F 18 19 17 54 % 33,3 35,2 31,5 100 n = 54 sumber: angket penelitian Berdasarkan tabel 4. 1. 2 menunjukkan julah responden yang berusia antara 17 hingga 19 tahun sebanyak 18 orang (33,3 %), responden berusia antara 20 hingga 22 tahun sebanyak 19 orang (35,2 %) dan responden yang berusia antara 23 hingga 25 tahun sebanyak 17 orang (31,5 %). Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah berusia antara 20 hingga 22 tahun, hal ini menunjukkan bahwa pada usia 20 hingga 22 tahun merupakan usia meninggalkan masa remaja dan memasuki proses kedewasaan . disamping itu usia mahasiswa tersebut paling dominan terutama dalam hal mengikuti kegiatan perkuliahan dan responden yang berusia 17 hingga 19 tahun merupakan mahasiswa yang baru memasuki perkuliahan. 4. 1. 3 Tahun Akademik No 1 2 3 TABEL 4. 1. 3 Tahun Akademik Tahun Akademik 2001 2002 2003 Jumlah n = 54 sumber: angket penelitian F 16 17 21 54 % 29,6 31,5 38,9 100 68 Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa responden angkatan 2001 berjumlah 16 orang (29,6 %), responden angkatan 2002 berjumlah 17 orang (31,5 %) dan responden angkatan 2003 berjumlah 21 orang (38,9 %). Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang paling banyak adalah angkatan 2003 sedangkan yang paling sedikit adalah angkatan 2001, hal ini dikarenakan mahasiswa angkatan 2001 merupakan mahasiswa tingkat akhir sedangkan angkatan 2002 dan 2003 masih mengikuti kegiatan perkuliahan. 4. 1. 4 Frekuensi Menonton Iklan Sampoerna Hijau Versi Speaker Besar TABEL 4. 1. 4 Frekuensi Menonton Iklan Sampoerna Hijau Versi Speaker Besar No 1 2 3 Frekuensi Menonton Iklan Sampoerna Hijau versi Speaker Besar Sering Kadang – kadang Tidak pernah Jumlah F % 19 35 54 35,2 64,8 100 n = 54 sumber: angket penelitian Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa responden yang menjawab sering sebanyak 19 orang (35,2 %), responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 35 orang (64,8 %), dan responden yang menjawab tidak pernah adalah tidak ada (0). Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa mayoritas responden menjawab kadang – kadang menonton iklan Sampoerna Hijau versi Speaker Besar, hal tersebut dikarenakan tayangan iklan Sampoerna Hijau lebih sering ditayangkan pada malam hari diatas jam 9 malam sedangkan jam – jam dimana hampir 90 % 69 khalayak menonton TV adalah jam 7 hingga jam 9 malam. Iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar pun paling sering ditayangkan pada waktu penayangan sinetron “ Asyiknya Rame – Rame “ yang dibintangi oleh Geng Hijau di Indosiar. 4. 2 Analisis Data Penelitian Analisis data penelitian adalah analisis yang berkaitan langsung dengan data – data penelitian, yang bersumber dari angket yang penulis sebarkan, untuk memudahkan dalam memberikan gambaran, maka penulis menjelaskannya dalam bentuk tabel dan analisis sebagai berikut : 4. 2. 1 Daya Tarik Pesan Verbal Untuk menghasilkan iklan yang baik, selain memperhatikan struktur juga harus memperhatikan daya tarik baik dari pesan itu sendiri maupun penampilan fisik suatu iklan. Bouvee mengemukakan paling tidak periklanan yang baik mengacu pada segi daya tarik yang terdiri dari daya tarik pesan dalam artian kata, kalimat, dan daya tarik fisik berupa penampilan luar dan ilustrasi yang menyertai iklan tersebut. ( Liliweri, 1992: 75 ) 4. 2. 1. 1 Pengucapan Slogan Sampoerna Hijau TABEL 4. 2. 1. 1 Pengucapan Slogan Sampoerna Hijau No Pengucapan Slogan Sampoerna Hijau 1 Menarik 2 Biasa saja 3 Tidak menarik Jumlah n = 54 sumber: angket penelitian F 26 25 3 54 % 48,1 46,3 5,6 100 70 Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa responden yang menyatakan bahwa kata – kata “Lebih Mantap Lebih Asyik” yang diucapkan oleh Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar adalah menarik sebanyak 26 orang (48,2 %), responden yang menyatakan biasa saja sebanyak 24 orang (44,4 %) dan responden yang menyatakan tidak menarik sebanyak 4 orang (7,4 %). Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa responden terbanyak menjawab menarik, hal ini berarti kata – kata dalam slogan Sampoerna Hijau yaitu “ Lebih Mantap Lebih Asyik “ lebih menujukkan keunggulan dari produk Sampoerna Hijau dan membuat konsumen lebih tertarik. Sedangkan responden yang menyatakan bahwa slogan Sampoerna Hijau “ Lebih Mantap Lebih Asyik “ tidak menarik beranggapan bahwa slogan Sampoerna Hijau yang dulu yaitu “ Asyiknya Rame – Rame “ masih lebih menarik. Orang – orang kreatif dalam dunia periklanan harus menemukan kata – kata yang mudah diingat dan menarik perhatian untuk dijadikan slogan produknya “ Slogan adalah ungkapan kata ataupun kalimat yang dirumuskan dalam bentuk ringkas tetapi padat tentang sesuatu produk agar mudah diingat dan mengikat emosi khalayak “.(Liliweri, 1992: 82) 4. 2. 1. 2. Kejelasan Pengucapan Slogan Tabel 4. 2. 1. 2 Kejelasan Pengucapan Slogan Sampoerna Hijau No Kejelasan Pengucapan Slogan Sampoerna Hijau F 1 Jelas 34 2 Biasa saja 14 3 Tidak jelas 6 Jumlah 54 n = 54 sumber: angket penelitian % 63 25,9 11,1 100 71 Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa responden yang menjawab jelas sebanyak 34 orang (63 %), responden yang menjawab biasa saja sebanyak 14 orang (25,9 %), dan responden yang menjawab tidak jelas sebanyak 6 orang (11,1 %). Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa responden terbanyak menjawab jelas, hal ini berarti responden merasa jelas dengan pengucapan slogan “ Lebih Mantap Lebih Asyik ” yang diucapkan oleh Geng Hijau secara bersamaan pada akhir tayangan. Responden yang menyatakan tidak jelas dengan pengucapan slogan “ Lebih Mantap Lebih Asyik “ dikarenakan tidak melihat iklan secara keseluruhan sehingga tidak mendengar Geng Hijau mengucapkan slogan tersebut di akhir tayangan iklan. Kejelasan suatu pesan iklan sangatlah mutlak diperlukan karena apabila suatu pesan tidak jelas maka pesan tersebut akan gagal diterima oleh audience, seperti yang diungkapkan S. M. Siahaan, bahwa “ pesan itu harus cukup jelas ( clear ), bahasa yang mudah dipahami, tidak berbelit – belit, tanpa denotasi yang menyimpang dan tuntas “. ( Siahaan, 1991: 63 ) 4. 2. 1. 3 Kesesuaian Slogan Dengan Produk Tabel 4. 2. 1. 3 Kesesuaian Slogan Dengan Produk No 1 2 3 Kesesuaian Slogan Dengan Produk Sesuai Biasa saja Tidak sesuai Jumlah n = 54 Sumber: angket penelitian F % 37 11 6 54 68,5 20,4 11,1 100 72 Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa responden yang menjawab sesuai berjumlah 37 orang (68,5 %), responden yang menjawab biasa saja sebanyak 11 orang (20,4 %), dan responden yang menjawab tidak sesuai sebanyak 6 orang (11,1 %). Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa responden terbanyak menjawab sesuai, hal ini berarti responden merasa slogan “Lebih Mantap Lebih Asyik” lebih sesuai dengan produk dibandingkan dengan slogan terdahulu “Asyiknya Rame – Rame” yang lebih menekankan pada pola kehidupan Geng Hijau yang selalu mengerjakan sesuatu secara bersama – sama. Responden yang menyatakan tidak sesuai slogan “ Lebih Mantap Lebih Asyik “ dengan produknya merasa slogan Sampoerna Hijau yang dulu yaitu “ Asyiknya Rame – Rame “ lebih sesuai dengan produk karena image slogan tersebut sudah sangat identik dengan Sampoerna Hijau. Pihak Lowe sebagai agency yang membuat iklan Sampoerna Hijau, membagi dua strategi dalam pembuatan iklan. Pertama, membuat iklan tematik yang berjangka panjang dengan tujuan untuk membangun image dari produk tersebut dengan slogan “ Asyiknya Rame – Rame “, dan dibuatlah iklan Sampoerna Hijau dengan 11 versi yang berbeda. Kedua, membuat iklan taktikal yang berjangka pendek dengan tujuan untuk product campaign, dan dibuatlah iklan Sampoerna Hijau dengan 3 versi yang berbeda dengan tiga slogan baru yang berbeda yaitu “ Lebih Mantap, Lebih Gurih, Lebih Ringan…Lebih Asyik “. 73 4. 2. 1. 4 Kemudahan Mengingat Slogan Tabel 4. 2.1. 4 Kemudahan Mengingat Slogan No Slogan Baru Lebih Mudah Diingat 1 Setuju 2 Biasa saja 3 Tidak setuju Jumlah n= 54 F 22 9 23 54 % 40,7 16,7 42,6 100 Sumber: angket penelitian Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah responden yang menjawab setuju sebanyak 22 orang (40,7 %), responden yang menjawab biasa saja sebanyak 9 orang (16,7 %), dan responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 23 orang (42,6 %). Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa jumlah responden terbanyak menjawab tidak setuju dengan kemudahan dalam mengingat slogan yang baru dibandingkan dengan slogan yang lama. Hal ini dikarenakan pada versi iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan slogan lama yaitu “ Asyiknya Rame – Rame “ memang dibuat dengan tujuan untuk membangun atau menciptakan image dari Sampoerna Hijau yang berjangka panjang sedangkan iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar dibuat untuk kampanye produk ( product campaign ) yang berjangka pendek. Maka dari itu iklan dengan slogan lama yaitu “ Asyiknya Rame – Rame “ lebih mudah diingat oleh khalayak dibandingkan dengan slogan yang baru “ Lebih Mantap Lebih Asyik “ karena iklan tersebut sudah sangat melekat dibenak khalayak 74 4. 2. 2 Daya Tarik Pesan NonVerbal Dalam iklan, selain pesan verbal, pesan non verbal menjadi salah satu daya tarik dalam menyampaikan isi pesan kepada khalayak. Bentuk pesan nonverbal ini kadang – kadang justru lebih berpengaruh. Dalam menyampaikan pesan nonverbal menggunakan rangsangan seperti gerak – gerik, pandangan mata, atau berbagai corak pakaian, sentuhan, dan sebagainya. Kesemuanya itu merupakan bahasa simbolik atau lambang – lambang yang disampaikan secara spontan. Hal tersebut telah memperlihatkan wujud asli seseorang saat menyampaikan pesan, sehingga komunikasi nonverbal dianggap sebagai rangsangan yang punya kekuatan. 4.2. 2. 1 Mimik Wajah Tabel 4. 2. 2. 1 Mimik Wajah Geng Hijau No 1 2 3 Mimik Wajah Geng Hijau Lucu Biasa saja Tidak lucu Jumlah F % 29 24 1 54 53,7 44,4 1,9 100 n = 54 Sumber: angket penelitian Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang menjawab lucu berjumlah 29 orang (53,7 %), responden yang menjawab biasa saja berjumlah 24 orang (44,4 %), dan responden yang menjawab tidak lucu berjumlah 1 orang (1,9 %). Berdasarkan data tabel dapat dianalisa jawaban responden yang memilih kategori lucu mencapai 53,7 %, melebihi 50 % dari jawaban keseluruhan, maka 75 dapat dikatakan bahwa ekspresi Geng Hijau dalam iklan tersebut memang menunjukkan kelucuan yang ingin ditampilkan oleh pihak agency, dan sesuai sebagai mana yang dilihat atau dipersepsikan oleh responden. Jadi, pesan yang ingin dikomunikasikan oleh pengiklan dapat dikatakan sampai kepada komunikan dan dipersepsikan sama oleh responden. Ada beberapa segi positif penggunaan humor dalam suatu iklan, yaitu : 1) Persuasi yang dilantunkan lewat humor bias bersifat menyenangkan karena mengundang senyum. 2) Meringankan beban pesan yang hendak disampaikan karena pada umumnya orang suka humor, maka iklan yang berbumbu humor bisa menarik perhatian. ( Koendoro, Cakrawala Matari Maret, 1992: 18 ) Responden yang menyatakan ekspresi Geng Hijau dalam iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar tidak lucu dikarenakan responden tidak mendapatkan kesan lucu atau tidak membuat ia tertawa dan lebih merasa lucu pada gaya berjalan dan speaker besar yang dibawa oleh Geng Hijau yang memang berukuran sangat besar dibandingkan dengan speaker radio biasa. 4. 2. 2. 2 Gerakan Mata Tabel 4. 2. 2. 2 Gerakan Mata Geng Hijau No 1 2 3 Gerakan Mata Geng Hijau Lucu Biasa saja Tidak lucu Jumlah F % 22 30 2 54 40,7 55,6 3,7 100 n = 54 Sumber: angket penelitian Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang menjawab lucu sebanyak 22 orang (40,74 %), responden yang menjawab biasa saja sebanyak 30 76 orang (55,56 %), dan responden yang menjawab tidak lucu sebanyak 2 orang (3,70 %). Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa mayoritas responden menjawab gerakan mata Geng Hijau dalam iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar biasa saja, karena penonton tidak terlalu memperhatikan gerakan mata Geng Hijau, lebih terfokus pada mimik muka Geng Hijau dan lebih memperhatikan keseluruhan gerakan yang dilakukan oleh Geng Hijau. Gerakan mata yang dilakukan Geng Hijau dalam iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar ini hanya memperlihatkan lirikan mata Joni yang genit menggoda wanita yang sedang duduk – duduk. Responden yang menyatakan gerakan mata Geng Hijau dalam iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar tidak lucu merasa gerakan yang hanya memperlihatkan lirikan mata dari Geng Hijau ini tidak membuat tertawa atau merasa lucu. 4. 2. 2. 3 Gerakan Tangan Tabel 4. 2. 2. 3 Gerakan Tangan Geng Hijau No 1 2 3 Gerakan Tangan Geng Hijau Lucu Biasa saja Tidak lucu Jumlah n = 54 Sumber: angket penelitian F % 8 42 4 54 14,8 77,8 7,4 100 77 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang menjawab lucu berjumlah 8 orang (14,8 %), responden yang menjawab biasa saja berjumlah 42 orang (77,8 %), dan responden yang menjawab tidak lucu berjumlah 4 orang (7,4 %). Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa mayoritas responden menjawab gerakan tangan Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar biasa saja. Dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar gerakan tangan Geng Hijau tidak terlalu banyak, mereka hanya memegang radio besar, gerakan tangan Geng Hijau dalam iklan ini tidak terlalu dieksploitasi. Responden yang menyatakan bahwa gerakan tangan Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar tidak lucu karena gerakan tangan Geng Hijau tidak terlalu dibuat lucu. Gerakan yang dieksploitasi untuk terlihat lucu dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar adalah mimik wajah atau ekspresi wajah, gaya berjalan dan gerakan tubuh Geng Hijau. 4. 2. 2. 4 Gerakan Tubuh Tabel 4. 2. 2. 4 Gerakan Tubuh Geng Hijau No Gerakan Tubuh Geng Hijau 1 Lucu 2 Biasa saja 3 Tidak lucu Jumlah n = 54 F 29 21 4 54 % 53.7 38.9 7.4 100 Sumber: angket penelitian Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang menjawab lucu sebanyak 29 orang (53,7 %), responden yang menjawab biasa saja sebanyak 21 78 orang (38,9 %), dan responden yang menjawab tidak lucu sebanyak 4 orang (7,4 %). Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa mayoritas responden menjawab gerakan tubuh Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau lucu, hal ini dapat terlihat Geng Hijau melakukan gerakan – gerakan tubuh dengan berjalan sambil menari – nari, memegang radio besar dan mengayunkan langkah lebar – lebar. Responden yang menyatakan gerakan tubuh Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar tidak lucu dikarenakan merasa Geng Hijau hanya melakukan gerakan tubuh yang tidak mengundang tawa atau kelucuan. Penciptaan humor dengan gerak yaitu menciptakan gerak yang aneh – aneh yang menyimpang dari biasanya. Iklan TV Sampoerna Hijau yang memang menggunakan pendekatan humor berusaha menggunakan humor di setiap gerakan dalam iklannya. 4. 2. 2. 5 Gaya Berjalan Tabel 4. 2. 2. 5 Gaya Berjalan Geng Hijau No 1 2 3 Gaya Berjalan Geng Hijau Lucu Biasa saja Tidak lucu Jumlah n = 54 Sumber: angket penelitian F % 37 17 54 68,5 31,5 100 79 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang menjawab lucu berjumlah 37 (68,5 %), responden yang menjawab biasa saja berjumlah 17 orang (31,5 %) dan responden yang menjawab tidak lucu adalah tidak ada (0). Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa mayoritas responden menjawab gaya berjalan Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau lucu. Dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar ini Geng Hijau melakukan gaya berjalan dengan mengangkat salah satu kaki bergantian secara bersama – sama sehingga menimbulkan kesan cara berjalan yang kompak dan lucu. Tidak ada responden yang menyatakan tidak lucu terhadap gaya berjalan Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar yang berarti Geng Hijau telah berhasil menciptakan gaya berjalan yang memancing tawa atau lucu. Untuk menciptakan humor dapat menggunakan slapstick yaitu salah satu bentuk humor yang bergantung pada umpan balik dalam sebuah lelucon, seperti misalnya melakukan gerakan – gerakan yang memancing tawa. 4. 2. 2. 6 Busana Tabel 4. 2. 2. 6 Busana Geng Hijau No 1 2 3 Busana Geng Hijau Menarik Biasa saja Tidak menarik Jumlah n = 54 Sumber: angket penelitian F % 20 32 2 54 37 59,3 3,7 100 80 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang menjawab menarik sebanyak 20 orang (37 %), responden yang menjawab biasa saja sebanyak 32 orang (59,3 %), dan responden yang menjawab tidak menarik sebanyak 2 orang (3,7 %). Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa mayoritas responden menjawab busana yang dipakai Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar biasa saja, hal ini dikarenakan dalam setiap iklan Sampoerna Hijau, Geng Hijau tidak pernah menonjolkan pakaian yang dipakainya tapi lebih menonjolkan pada perilaku mereka. Dalam setiap seri iklannya, Geng Hijau selalu berpenampilan atau berbusana sederhana seperti jins dan kaos. Responden yang menyatakan busana yang dipakai Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau tidak menarik merasa pakaian Geng Hijau kurang mencolok dan terlalu biasa. Pakaian dapat menyampaikan pesan tertentu, pakaian terlihat sebelum suara terdengar. Pakaian tertentu berhubungan dengan perilaku tertentu. Umumnya pakaian digunakan untuk menyampaikan identitas sehingga selera dalam berpakaian pun setiap orang berbeda. ( Kefgen & Touchie, 1971: 10 – 11 ) 4. 2. 2. 7 Aksesoris No 1 2 3 Tabel 4. 2. 2. 7 Aksesoris Yang Dipakai Geng Hijau Aksesoris Yang Dipakai Geng Hijau F Menarik Biasa saja Tidak menarik Jumlah n = 54 Sumber: angket penelitian 17 36 1 54 % 31,5 66,7 1,8 100 81 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang menjawab menarik sebayak 17 orang (31,5 %), responden yang menjawab biasa saja sebanyak 36 orang (66,7 %), dan responden yang menjawab tidak menarik sebanyak 1 orang (1,8 %). Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa mayoritas responden yang menjawab aksesoris yang dipakai oleh Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar biasa saja, hal ini dikarenakan dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar tersebut, Geng Hijau tidak menggunakan aksesoris yang mencolok, aksesoris yang dipakai hanya ikat pinggang dan cincin. 4. 2. 3. Frekuensi Penayangan Pesan iklan yang disampaikan dalam pengulangan dan frekuensi yang memadai akan dipersepsi oleh konsumen sedemikian rupa sehingga konsumen mengingat dan pada gilirannya menyadari keberadaan merek. “ Frekuensi merupakan penayangan pesan iklan yang disampaikan berulang – ulang melalui media. Penampilan berulang – ulang suatu iklan pada suatu media akan mengakibatkan setiap orang mudah mengingatnya “.(Liliweri, 1992: 77) 82 4. 2. 3. 1 Seringnya Melihat Iklan Sampoerna Hijau Versi Speaker Besar Tabel 4. 2. 3. 1 Seringnya Melihat Iklan Sampoerna Hijau Versi Speaker Besar No 1 2 3 Seringnya Melihat Iklan Sampoerna Hijau Versi Speaker Besar Sering Jarang Tidak pernah Jumlah F % 30 24 - 55,6 44,4 54 100 n = 54 Sumber: angket penelitian Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang menjawab sering sebanyak 30 orang (55,6 %), responden yang menjawab jarang sebanyak 24 orang (44,4 %), dan responden yang menjawab tidak pernah tidak ada (0). Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang terbanyak adalah yang menjawab sering melihat iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar. Hal ini dikarenakan penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar ditayangkan 5 – 7 kali dalam sehari dan ditayangkan diatas jam 9 malam. Khalayak sasaran Sampoerna Hijau adalah laki – laki dari kalangan menengah dan berumur diatas 21 tahun. Penayangan televisi diatas jam 9 malam dikhususkan bagi dewasa sehingga diharapkan penayangan mengenai khalayak sasaran. Responden yang menyatakan jarang melihat iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar dikarenakan mereka sering melihat atau menonton televisi hanya hingga jam 9 malam sehingga mereka jarang melihat iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar yang ditayangkan diatas jam 9 malam. 83 4. 2. 3. 2 Intensitas Tayangan Tabel 4. 2. 3. 2 Intensitas Penayangan Iklan Sampoerna Hijau No 1 2 3 Intensitas Penayangan Iklan Sampoerna Hijau Versi Speaker Besar Lebih dari cukup Cukup Tidak cukup Jumlah F % 30 21 3 54 55,6 38,9 5,5 100 n = 54 Sumber: angket penelitian Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang menjawab lebih dari cukup berjumlah 30 orang (55,6 %), responden yang menjawab cukup berjumlah 21 orang (38,9 %), dan responden yang menjawab tidak cukup berjumlah 3 orang (5,5 %). Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang terbanyak adalah yang menjawab intensitas penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar sudah lebih dari cukup, karena versi speaker besar ini merupakan versi yang terbaru dari seri iklan Sampoerna Hijau sehingga versi ini lebih banyak ditayangkan. Responden yang menyatakan intensitas penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar tidak cukup dikarenakan mereka jarang melihat iklan tersebut ditelevisi. 84 4. 2. 3. 3 Durasi Tayangan Tabel 4. 2. 3. 3 Durasi Tayangan Iklan Sampoerna Hijau No 1 2 3 Durasi Tayangan Iklan Sampoerna Hijau Lebih dari cukup Cukup Tidak cukup Jumlah F % 22 32 54 40,7 59,3 100 n = 54 Sumber: angket penelitian Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang menjawab lebih dari cukup sebanyak 22 orang (40,7 %), responden yang menjawab cukup sebanyak 32 orang (59,3 %), dan responden yang menjawab tidak cukup tidak ada (0). Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang terbanyak adalah yang menjawab durasi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar sudah cukup, karena rata – rata penayangan iklan di televisi adalah 10 hingga 60 detik. Penayangan iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar selama 30 detik termasuk kedalam kategori cukup. Dalam suatu periklanan memang tidak dicantumkan adanya aturan atau ketentuan mengenai berapa lama suatu pesan harus ditampilkan dalam suatu penayangan agar pesan tersebut dapat dilihat secara lengkap dan leluasa oleh komunikan. 85 4. 2 .3. 4 Lamanya Menonton Tayangan Iklan Tabel 4. 2. 3. 4 Lamanya Menonton Tayangan Iklan Sampoerna Hijau No 1 2 3 Lamanya Menonton Tayangan Iklan Sampoerna Hijau Versi Speaker Besar Lama ( seluruh tayangan ) Cukup lama ( separuh tayangan ) Tidak lama ( sepintas lalu ) Jumlah F % 30 22 2 55,6 40,7 3,7 54 100 n = 54 Sumber : angket penelitian Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab lama ( seluruh tayangan ) sebanyak 30 orang (55,6 %), responden yang menjawab cukup lama (separuh tayangan ) sebanyak 22 orang (40,7 %), dan responden yang menjawab tidak lama ( sepintas lalu ) sebanyak 2 orang (3,7 %). Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang terbanyak menjawab melihat lama ( seluruh tayangan ) iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar, hal ini dikarenakan durasi penayangan iklan selama 30 detik yang dirasa cukup untuk melihat seluruh dari tayangan iklan Sampoerna Hijau. Responden yang menjawab melihat sepntas lalu iklan TV Sampoerna Hijau dikarenakan tidak terlalu perhatian pada penayangan iklan, hanya melihatnya sepintas saja. Menyampaikan pesan dalam iklan harus memperhitungkan berapa lama kira – kira waktu yang dibutuhkan oleh komunikan agar pesan tersebut dapat dilihat secara tuntas oleh komunikan 86 4. 2. 4 Kesadaran Terhadap Merek ( Brand Awareness ) Kesadaran terhadap merek ( brand awareness ) merupakan suatu keadaan yang dialami oleh seseorang dimana orang tersebut dihadapkan dengan suatu kesanggupan atau kemampuan dalam mengenali, mengingat kembali suatu merek produk yang diterimanya sebagai bagian dari kategori tertentu, dan bagian dari kategori produk itu sangatlah penting dan perlu ditekankan oleh pemasar karena memiliki suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan. 4. 2. 4. 1 Pengenalan Nama Merek Tabel 4. 2. 4. 1 Pengenalan Nama Merek Sampoerna Hijau No 1 2 3 Pengenalan Nama Merek Sampoerna Hijau Langsung mengenal Kurang mengenal Tidak mengenal Jumlah F % 30 24 54 55,6 44,4 100 n = 54 Sumber: angket penelitian Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab langsung mengenal berjumlah 30 orang (55,6 %), responden yang menjawab kurang mengenal berjumlah 24 orang (44,4 %), dan responden yang menjawab tidak mengenal tidak ada (0) Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa responden yang terbanyak adalah menjawab langsung mengenal nama merek Sampoerna Hijau setelah melihat penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar, karena pada 87 penayangan iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar nama Sampoerna Hijau diucapkan oleh Geng Hijau serta tulisan Sampoerna Hijau pun ditayangkan pada akhir penayangan iklan. Nama merek adalah bagian dari merek yang sering diucapkan. Nama merek ini adalah bagian yang terpenting dari merek bagi konsumen. Nama merek memperkenalkan produk suatu perusahaan. Nama merek adalah simbol yang bisa bersifat verbal atau visual atau keduanya. .(Kotler & Armstrong, 1998: 124) Penggunaan model peraga yang mendemonstrasikan suatu produk di televisi mampu merangsang atau menjadi stimulus bagi pemirsa. ( Sumartono, 2002: 57 ). Maka, pemirsa pun memperhatikan atau mengamati apa yang dikatakan atau yang dilakukan oleh model termasuk pengucapan merek produk yang diiklankan sehingga pemirsa menjadi sadar atau mengetahui nama merek dari produk yang diiklankan. 4. 2. 4. 2 Pengenalan Logo Tabel 4. 2. 4. 2 Pengenalan Logo Sampoerna Hijau No 1 2 3 Pengenalan Logo Sampoerna Hijau Langsung mengenal Kurang mengenal Tidak mengenal Jumlah F % 27 25 2 54 50 46,3 3,7 100 n = 54 Sumber: angket penelitian Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang menjawab langsung mengenal berjumlah 27 orang (50 %), responden yang menjawab kurang 88 mengenal berjumlah 25 orang (46,3 %), dan responden yang menjawab tidak mengenal berjumlah 2 orang (3,7 %). Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa responden yang terbanyak adalah yang menjawab langsung mengenal logo Sampoerna Hijau setelah melihat iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar, hal ini dikarenakan huruf ‘A’ pada kemasan sama dengan yang ada dalam iklan Sampoerna Hijau sehingga mengingatkan khalayak pada Sampoerna Hijau. Respoden yang menyatakan tidak mengetahui logo dari Sampoerna Hijau setelah melihat iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar dikarenakan tidak melihat iklan secara keseluruhan sehingga tidak mengetahui logo Sampoerna Hijau yang ditayangkan pada akhir tayangan iklan. “ Logo perusahaan atau organisasi merupakan suatu desain yang spesifik, baik berupa symbol dan pola gambar atau huruf tertulis yang menggambarkan citra perusahaan “. ( Lip, 1996: 31 ) Untuk menghasilkan suatu logo yang menarik, maka logo tersebut harus mempunyai desain yang menarik dengan kesesuaian antara elemen – elemen didalamnya seperti warna, bentuk, jenis huruf dan tata letak ( lay out ) itu sendiri. 4. 2. 4. 3 Pengenalan Kombinasi Warna Tabel 4. 2. 4. 3 Pengenalan Kombinasi Warna Hijau dan Merah Pada Kemasan Sampoerna Hijau No Pengenalan Kombinasi Warna Hijau Dan Merah F % Pada Kemasan Sampoerna Hijau 1 Mengenal 25 46,3 2 Kurang mengenal 22 40,7 3 Tidak mengenal 7 13 Jumlah 54 100 n = 54 Sumber: angket penelitian 89 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang menjawab mengenal berjumlah 25 orang (46,3 %), responden yang menjawab kurang mengenal berjumlah 22 orang (40,7 %), dan responden yang menjawab tidak mengenal berjumlah 7 orang (13 %). Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa responden yang terbanyak adalah yang menjawab mengenal kombinasi warna hijau dan merah pada kemasan Sampoerna Hijau setelah melihat iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar. Hal ini dikarenakan warna hijau pada kemasan sangat identik dengan Sampoerna Hijau dan warna merah pada kemasan identik dengan logo Sampoerna. Responden yang menyatakan tidak mengenal kombinasi warna pada kemasan Sampoerna Hijau dikarenakan belum pernah melihat langsung kemasan dari Sampoerna Hijau tersebut. Kemasan sangat penting untuk menciptakan identitas suatu produk. “ Untuk itu iklan memerlukan bantuan berupa ukuran, penggunaan warna, tata letak, jenis huruf yang ditampilkan, serta berbagai suara khusus untuk iklan pada radio dan televisi ”.(Kasali, 1995: 83) 4. 2. 4. 4 Pengenalan Produk Tabel 4. 2. 4. 4 Pengenalan Produk Sampoerna Hijau Tanpa Disertai Kemasan No Produk Sampoerna Hijau Masih Dapat Dikenali F % Meskipun Tanpa Kemasan 1 Setuju 14 25,9 2 Kurang setuju 34 63 3 Tidak setuju 6 11,1 Jumlah 54 100 n = 54 Sumber: angket penelitian 90 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang menjawab setuju sebanyak 14 orang, responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 33 orang (61,1 %), dan responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 orang (13 %). Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang terbanyak adalah yang menjawab kurang setuju produk Sampoerna Hijau masih dapat dikenali meskipun tanpa disertai kemasan, hal ini dikarenakan pada batang rokok Sampoerna Hijau tidak ada warna hijau yang menjadi karakter Sampoerna Hijau melainkan warna kuning, serta hanya ada tulisan Sampoerna pada batang rokok bukan tulisan Sampoerna Hijau 4. 2. 4. 5 Pengenalan Simbol Tabel 4. 2. 4. 5 Pengenalan Simbol Sampoerna Hijau ( Geng Hijau ) No 1 2 3 Geng Hijau Dapat Mengingatkan Pada Sampoerna Hijau Setuju Kurang setuju Tidak setuju Jumlah F % 28 26 54 51,8 48,2 100 n = 54 Sumber: angket penelitian Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang menjawab setuju sebanyak 52 orang (96,3 %), responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 2 orang (3,7 %), dan responden yang menjawab tidak setuju tidak ada (0). Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang terbanyak adalah yang menjawab setuju Geng Hijau mengingatkan pada Sampoerna Hijau. Hal ini dikarenakan pada setiap seri iklan Sampoerna Hijau model yang 91 digunakan adalah Geng Hijau sehingga Geng Hijau sudah menjadi image atau simbol Sampoerna Hijau. Dalam pembuatan iklan tematik yang berjangka panjang bertujuan untuk membangun image Sampoerna Hijau yaitu rokok bagi laki – laki dewasa yang mencintai kesederhanaan dan kebersamaan dengan simbol Geng Hijau. ( Wawancara dengan Flora Pramasari, 17 Maret 2004 ) Dengan banyaknya responden yang menyatakan setuju dengan Geng Hijau mengingatkan pada Sampoerna Hijau maka apa yang hendak dikomunikasikan oleh pengiklan yaitu memakai Geng Hijau sebagai model dan symbol Sampoerna Hijau sampai kepada khalayak dan dipersepsikan sesuai dengan keinginan pengiklan. 4. 2. 4. 6 Pengenalan Karakter Tabel 4.2.4.6 Pengenalan Karakter Sampoerna Hijau No 1 2 3 Pengenalan Karakter Sampoerna Hijau Mengetahui Kurang mengetahui Tidak mengetahui Jumlah F % 15 34 5 54 27,7 63 9,3 100 n = 54 Sumber: angket penelitian Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang menjawab mengetahui sebanyak 15 orang (27,7 %), responden yang menjawab kurang mengetahui sebanyak 34 orang (63 %), dan responden yang menjawab tidak mengetahui sebanyak 5 orang (9,3 %). 92 Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang terbanyak adalah yang menjawab kurang mengetahui karakter Sampoerna Hijau, hal tersebut dikarenakan ketika responden ditanya tentang karakter dari Sampoerna Hijau, mayoritas mereka mengetahui bahwa yang menjadi karakter Sampoerna Hijau adalah Hijau, tetapi ragu – ragu dalam menjawab, sedangkan responden yang menyatakan tidak mengetahui, mereka memang benar – benar tidak tahu karakter dari Sampoerna Hijau. Karakter adalah yang menjadi ciri khas produk tersebut dan menjadi salah satu komponen dasar dari identitas perusahaan. ( Jeffkins, 1994: 20 – 22 ) 4. 2. 4. 7 Pengenalan Slogan Tabel 4. 2. 4. 7 Pengenalan Slogan Sampoerna Hijau No Kata “Lebih Mantap Lebih Asyik” Membuat Mengenal Sampoerna Hijau 1 Setuju 2 Kurang setuju 3 Tidak setuju Jumlah n = 54 F % 25 23 6 54 46,3 42,6 11,1 100 Sumber: angket penelitian Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang menjawab setuju sebanyak 25 orang (46,3 %), responden yang enjawab kurang setuju sebanyak 23 orang (42,6 %), dan responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 6 orang (11,1 %). Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang terbanyak adalah yang menjawab setuju kata “Lebih Mantap Lebih Asyik” membuat 93 langsung mengenal Sampoerna Hijau, hal tersebut dikarenakan pada iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar slogan “Lebih Mantap Lebih Asyik” diucapkan oleh Geng Hijau dan ditampilkan pada akhir tayangan iklan. Jumlah responden yang menjawab kurang setuju tidak terlalu jauh dengan jumlah responden yang menjawab setuju. Responden yang menjawab tidak setuju dalam slogan “ Lebih Mantap Lebih Asyik “ membuat mengenal Sampoerna Hijau dikarenakan mereka lebih mengenal dan mengingat slogan terdahulu yaitu “ Asyiknya Rame – Rame “ dimana slogan tersebut membuat mereka langsung mengenal Sampoerna Hijau. 4. 2. 4. 8 Pengenalan Serial Iklan Tabel 4. 2. 4. 8 Pengenalan Serial Iklan Sampoerna Hijau No Pengenalan Serial – Serial Iklan Sampoerna Hijau 1 2 3 Mengetahui Kurang mengetahui Tidak mengetahui Jumlah F % 31 23 54 57,4 42,6 100 n = 54 Sumber: angket penelitian Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang menjawab mengetahui berjumlah 31 orang (57,4 %), responden yang menjawab kurang mengetahui berjumlah 23 orang (42,6 %), dan responden yang menjawab tidak mengetahui tidak ada (0). Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang terbanyak adalah yang menjawab mengetahui serial – serial iklan Sampoerna Hijau. Hal ini dikarenakan pada konsep iklan Sampoena Hijau berbeda dengan konsep iklan 94 rokok pada umumnya yang menonjolkan laki – laki macho yang individualis , pada iklan Sampoerna Hijau lebih menonjolkan pada kesederhanaan dan kebersamaan. Seri – seri iklan Sampoerna Hijau selalu menggunakan pendekatan humor, maka kahalayak pun selalu tertarik untuk melihat dan mengikuti serial – serial iklan Sampoerna Hijau. Daya tarik humor dalam pesan iklan adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Humor menarik perhatian Humor dapat meningkatkan daya ingat dari pesan iklan Kredibilitas pengiklan dapat ditingkatkan dengan humor Sikap yang diharapkan terjadi dapat ditingkatkan Dapat meminimalisir argument balik karena humor mengalihkan perhatian khalayak dalam memproses respon kognitif. ( Strenhal, 1999: 472 ) 4. 2. 5 Saran & Kritik Responden Tabel 4. 5. 2 Saran & Kritik Responden Saran & Kritik Responden Slogan Sampoerna Hijau yang dulu yaitu “ Asyiknya Rame – Rame “ lebih bagus / lebih mudah diingat Tambah frekuensi penayangan iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar Model dalam iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar kurang lucu Busana yang dipakai model dalam iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar kurang menarik Buat iklan yang lebih lucu /kreatif Iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar sudah bagus n = 54 Sumber: angket penelitian Jumlah Responden 21 orang 11 orang 1 orang 1 orang 18 orang 2 orang 95 Saran dan kritik yang diberikan responden setelah responden melihat iklan TV Sampoerna Hijau khususnya versi speaker besar sangat beragam, dari mulai tentang slogan, frekuensi, hingga busana yang dipakai oleh model. Dilihat dari tabel, mayoritas responden mengkritik tentang slogan Sampoerna Hijau dalam iklan versi speaker besar ini yaitu “ Lebih Mantap Lebih Asyik “. Sebagian besar menyatakan bahwa slogan tersebut lebih susah untuk diingat dibandingkan dengan slogan yang terdahulu yaitu “ Asyiknya Rame – Rame “. Selain slogan, responden juga mengkritik tentang frekuensi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar. Mereka merasa penayangan iklan dalam sehari kurang, sehingga iklan versi tersebut kurang mudah diingat. Responden juga menyarankan agar iklan Sampoerna Hijau dibuat lebih kreatif atau lebih lucu lagi sehingga dapat menarik minat konsumen. 4. 3 Pengujian Sub Hipotesis Pengujian sub hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Goodman’s dan Kruskal’s Gamma, nilai kritis yang digunakan untuk 54 orang responden adalah 1,960 ( Champion, 1981 ) 4. 3.1 Sub hipotesis pertama Ho: Tidak terdapat hubungan antara daya tarik pesan verbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) 96 Hi: Terdapat hubungan antara daya tarik pesan verbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) Untuk pengujian hipotesis pertama, akan disajikan dalam hasil perhitungan dari tabel jumlah nilai daya tarik pesan verbal dengan tabel jumlah nilai kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) sebagai berikut : Tabel 4.3.1.a Nilai Daya Tarik Pesan Verbal dengan Kesadaran Konsumen Terhadap Merek ( Brand Awareness ) Daya Tarik Pesan Verbal 9 12 9 11 6 Kesadaran Konsumen Terhadap Merek (brand awareness) 22 19 22 17 20 9 12 9 12 8 20 17 18 18 20 7 9 11 12 10 18 16 16 17 17 7 7 11 10 7 16 21 18 17 24 5 12 12 9 10 20 17 17 20 20 10 12 12 7 11 20 16 17 21 15 9 11 5 11 12 21 17 22 16 17 9 11 6 10 9 17 17 20 21 19 8 9 10 10 11 16 21 19 23 24 5 7 9 7 10 22 21 19 16 20 11 12 7 12 23 22 20 23 Selanjutnya pada tabel 4.3.1.a dapat dilihat hasil pengujian statistik dari sub hipotesis pertama. Dimana akan terdapat angka hasil perhitungan yang 97 menyatakan apakah terdapat hubungan antara sub variabel X1 dan Y dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya, lihat hasil perhitungan berikut : Tabel 4.3.1.b Pengujian statistik sub hipotesis pertama setelah dilakukan uji Z Z hitung 2,376 Kriteria pengujian Hasil pengujian sub hipotesis D = 0,05 pertama 2,376 > 1,960 Hi diterima, artinya terdapat hubungan antara daya tarik pesan verbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang pendekatan kesadaran menggunakan humor dengan konsumen terhadap merek (brand awareness) Ket: Langkah – langkah pengujian statistik dari sub hipotesis pertama dapat dilihat pada lampiran pengujian statistik 4. 3. 2 Sub hipotesis kedua Ho: Tidak terdapat hubungan antara daya tarik pesan nonverbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) Hi: Terdapat hubungan antara daya tarik pesan nonverbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) Untuk pengujian hipotesis kedua, akan disajikan data hasil perhitungan dari tabel jumlah nilai daya tarik pesan nonverbal dengan 98 tabel jumlah nilai kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) sebagai berikut : Tabel 4.3.2.a Nilai Daya Tarik Pesan Non Verbal Dengan Kesadaran Konsumen Terhadap Merek ( Brand Awareness ) Daya Tarik Pesan NonVerbal 19 13 18 18 18 Kesadaran Konsumen Terhadap Merek (brand awareness) 22 19 22 17 20 21 14 14 15 15 20 17 18 18 20 17 18 20 18 15 18 16 16 17 17 14 18 14 14 21 16 21 18 17 24 15 14 21 15 15 20 17 17 20 20 19 21 19 15 17 20 16 17 21 15 17 19 18 21 19 21 17 22 16 17 20 20 18 18 18 17 17 20 21 19 13 16 17 16 12 16 21 19 23 24 13 14 15 12 17 22 21 19 16 20 15 17 14 14 23 22 20 23 Selanjutnya pada tabel 4.3.2.a dapat dilihat hasil pengujian statistik dari sub hipotesis kedua. Dimana akan terdapat angka hasil perhitungan yang menyatakan apakah terdapat hubungan antara sub variabel X2 dan Y dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya, lihat hasil perhitungan berikut: 99 Tabel 4.3.2.b Pengujian statistik sub hipotesis kedua setelah dilakukan uji Z Z hitung 2,923 Kriteria pengujian D = Hasil pengujian sub hipotesis 0,05 pertama 2,923 > 1,960 Hi diterima, artinya terdapat hubungan antara daya tarik pesan nonverbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan humor pendekatan dengan konsumen kesadaran terhadap merek (brand awareness) Ket: Langkah – langkah pengujian statistik dari sub hipotesis pertama dapat dilihat pada lampiran pengujian statistik 4. 3. 3 Sub hipotesis ketiga Ho: Tidak terdapat hubungan antara frekuensi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) Hi: Terdapat hubungan antara frekuensi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) Untuk pengujian hipotesis ketiga, akan disajikan data hasil perhitungan dari tabel jumlah nilai frekuensi penayangan iklan dengan 100 tabel jumlah nilai kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) sebagai berikut : Tabel 4.3.3.a Nilai Frekuensi Penayangan Iklan Dengan Kesadaran Konsumen Terhadap Merek ( Brand Awareness ) Frekuensi penayangan iklan 10 7 12 9 12 Kesadaran Konsumen Terhadap Merek (brand awareness) 22 19 22 17 20 12 7 12 9 8 20 17 18 18 20 9 9 10 12 9 18 16 16 17 17 12 9 9 12 9 16 21 18 17 24 6 12 10 8 9 20 17 17 20 20 12 12 10 12 10 20 16 17 21 15 12 10 7 10 12 21 17 22 16 17 12 11 12 8 12 17 17 20 21 19 10 12 8 10 8 16 21 19 23 24 12 8 10 12 9 22 21 19 16 20 9 9 8 9 23 22 20 23 Selanjutnya pada tabel 4.3.3.a dapat dilihat hasil pengujian statistik dari sub hipotesis ketiga. Dimana akan terdapat angka hasil perhitungan yang menyatakan apakah terdapat hubungan antara sub varabel X3 dan Y dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya, lihat hasil perhitungan berikut : 101 Tabel 4.3.3.b Pengujian statistik sub hipotesis kedua setelah dilakukan uji Z Z hitung Kriteria pengujian D = 0,05 Hasil pengujian sub hipotesis pertama 2,309 2,209 > 1,960 Hi diterima, artinya terdapat hubungan antara frekuensi penayangan Sampoerna menggunakan iklan Hijau TV yang pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek (brand awareness) Ket: Langkah – langkah pengujian statistik dari sub hipotesis pertama dapat dilihat pada lampiran pengujian statistik 4. 4 Interpretasi Hasil Penelitian Penelitian ini mempunyai maksud untuk mencari jawaban apakah terdapat hubungan antara iklan TV menggunakan pendekatan humor yaitu iklan Sampoerna Hijau dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ). Adapun responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa D3 Periklanan Fikom Unpad, yang keseluruhannya berjumlah 54 orang. Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh keterangan bahwa terdapat hubungan antara iklan TV menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ). Pengujian tersebut dilakukan pada setiap variabel, X dan Y. Adapun sub variabel X adalah 102 daya tarik pesan verbal (X1), daya tarik pesan nonverbal (X2), dan frekuensi (X3). Sedangkan untuk variabel Y kesadaran konsumen terhadap merek (brand awareness), sub variabelnya adalah sadar – tahu terhadap nama merek. Iklan yang diteliti dalam penelitian ini adalah iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar, dimana iklan ini dipilih karena Sampoerna Hijau konsisten menggunakan pendekatan humor dalam setiap seri iklannya. Ada tiga mekanisme utama di mana iklan humor dapat bekerja lebih efektif : 1) Iklan humor lebih diperhatikan – yakni sebagai penarik perhatian yang sangat baik 2) Iklan humor jarang mendapatkan kritik karena penonton memprosesnya sebagai hiburan buka sebagai evaluasi benar atau salah 3) Iklan humor lebih disukai dan terbukti memiliki probabilitas tinggi untuk menjadi efektif. ( Sutherland & Sylverster, 2004: 137 ) Periklanan sangat cocok dalam membangkitkan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ). Untuk dapat membangkitkan kesadaran tersebut diperlukan iklan yang dapat menarik perhatian konsumen. Tujuan humor dalam iklan adalah untuk menciptakan kesenangan dan membuat konsumen ingat dengan produk ( O’Guinn, Allen, Semenik, 2003: 380 ) Iklan dengan pendekatan humor merupakan salah satu cara yang dapat menarik perhatian konsumen sehingga konsumen pun akhirnya akan sadar terhadap merek produk tersebut. 4. 4. 1 Interpretasi Sub Hipotesis Pertama Hasil uji statistik sub hipotesis pertama yaitu : Daya tarik pesan verbal iklan TV Sampoerna Hijau dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand 103 awareness ) menghasilkan Z= 2,376. Dimana nilai ini berada di luar nilai krtis yaitu –1,960 dan +1,960 sehingga berdasarkan hal tersebut sub variabel X1 ( daya tarik pesan verbal ) dan Y ( kesadaran konsumen terhadap merek ) terdapat hubungan. Hubungan yang terjadi di antara dua variabel tersebut terjadi karena hal – hal yang terdapat pada alat ukur pesan variabel dapat menyadarkan konsumen terhadap merek. Salah satu alat ukur dari pesan variabel dalam penelitian ini adalah slogan, yang menjadi daya tarik responden dalam hal ini adalah kejelasan pengucapan slogan, kesesuaian slogan dengan produk, dan kemudahan dalam mengingat slogan. Dalam menyampaikan pesan verbal dalam iklan, pesan verbal harus dimengerti oleh audience karena bila audience tidak mengerti pesan dari iklan tersebut, maka iklan tersebut gagal dalam menginformasikan pesannya. Dengan isi pesan yang menarik dan jelas akan menambah kesadararan akan produk tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi pesan verbal dalam iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar adalah slogan yang diucapkan oleh Geng Hijau sebagai model yaitu “ Lebih Mantap Lebih Asyik “ Menurut Ndang Sutisna, Direktur Kreatif Adwork, “ Kekuatan iklan dengan pendekatan humor ada pada detail – detail dari aspek seperti mimik, adegan, suara, gerakan verbal, aksesoris, jingle atau slogan “. ( Cakram, Juli 2000 ) Dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar, daya tarik pesan verbal seperti pengucapan slogan oleh model dan kemudahan konsumen dalam 104 mengingat slogan menunjukkan adanya hubungan dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ), karena dengan konsumen mengetahui slogan dari Sampoerna Hijau menunjukkan bahwa konsumen pun sadar – tahu (aware) akan produk tersebut. Pesan yang mempunyai daya tarik baik dari segi fisik maupun kalimat ( linguistik ) akan membuat pesan itu lebih dapat diterima dan dicerna oleh komunikan, sehingga lebih mudah pula untuk mempengaruhi komunikan. 4. 4. 2 Interpretasi Sub Hipotesis Kedua Hasil uji statistik sub hipotesis kedua yaitu : Daya tarik pesan nonverbal iklan TV Sampoerna Hijau dengan kesadaran konsumen tehadap merek ( brand awareness ) menghasilkan Z = 2,923. Dimana nilai ini berada diluar nilai kritis yaitu – 1,960 dan + 1,960 sehingga berdasarkan hal tersebut sub variabel X2 ( daya tarik pesan nonverbal ) dan Y ( kesadaran konsumen terhadap merek ) terdapat hubungan. Untuk menampilkan kekuatan iklan tidak hanya sekedar menampilkan pesan verbal tetapi juga harus menampilkan pesan nonverbal yang mendukung kekuatan ( daya tarik ) iklan. ( Sumartono, 2002: 12 ) Agar konsumen tidak bosan melihat iklan yang ditayangkan atau dilihat maka diperlukan suatu strategi pembuatan iklan yang baik. Seperti halnya iklan Sampoerna Hijau dalam membuat iklan melakukan penelitian secara berkala selama tiga tahun untuk menganalisa konsumennya, lalu mengembangkan ide untuk menciptakan sebuah iklan dengan menggunakan pendekatan humor. 105 Pesan non verbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau ini disampaikan lewat mimik wajah, gerakan tangan, gerakan mata, gerakan tubuh, gaya berjalan, busana, serta aksesoris pada Geng Hijau yang menjadi model dan image dari Sampoerna Hijau. Model yang sering tampil dan memiliki karakteristik yang menarik dan beda di mata khalayak, atau memiliki pengaruh atas khalayak, lebih mudah mengundang perhatian khalayak dibandingkan dengan model yang jarang tampil, tidak menari, atau tidak memiliki pengaruh. ( Sumartono, 2002: 57 ) Pesan non verbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau ini disampaikan dalam pendekatan humor yaitu melakukan gerakan – gerakan atau menciptakan jalan cerita yang lucu atau yang mengundang tawa sehingga iklan tersebut dapat menarik perhatian konsumen dan menambah kesadaran konsumen terhadap terhadap merek. Dengan konsumen mengetahui segala gerakan non verbal yang dilakukan oleh model dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar menunjukkan bahwa konsumen sadar – tahu ( aware ) akan produk Sampoerna Hijau karena konsumen memperhatikan iklan tersebut 4. 4. 3 Interpretasi Sub Hipotesis Ketiga Hasil uji statistik sub hipotesis ketiga yaitu : frekuensi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) menghasilkan Z = 2,309. Dimana nilai ini berada di luar nilai kritis 106 yaitu – 1,960 dan + 1,960 sehingga berdasarkan hal tersebut sub variabel X3 ( frekuensi ) dan Y ( kesadaran konsumen terhadap merek ) terdapat hubungan. Frekuensi iklan yang baik hendaknya disampaikan berulang – ulang melalui medianya. Penampilan berulang – ulang suatu iklan pada suatu media akan mengakibatkan setiap orang mudah mengingatnya. ( Liliweri, 1992: 77 ) Pesan iklan yang disampaikan dalam pengulangan dan frekuensi yang memadai akan dipersepsi oleh konsumen sedemikian rupa sehingga konsumen mengingat dan pada gilirannya menyadari keberadaan merek. Dengan seringnya suatu iklan ditayangkan dalam media membuat konsumen akan menambah daya ingat akan produk yang diiklankan tersebut, dan yang kemudian akan melalui tahapan – tahapan kesadaran, keingintahuan, kesukaan, perbadingan ( kecenderungan ) sampai pada tingkat keyakinan yang disebut hirarki efek. ( Chandra, 2002: 183 ) Iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar yang ditayangkan 5 hingga 7 kali dalam sehari dengan durasi 30 detik dimana responden rata – rata menjawab cukup atas frekuensi penayangan iklan tersebut. Iklan berdurasi 60 detik saat ini sudah umum digunakan. Namun, iklan yang efektif biasanya memiliki durasi lebih pendek karena membuat penonton memiliki banyak waktu untuk mengidentifikasi iklan itu Jumlah penayangan, durasi iklan merupakan daya tarik kuantitas dan kualitas serta aktualitas pesan. ( Liliweri, 1992: 75 ) Iklan Sampoerna Hijau ditayangkan diatas pukul 9 malam dikarenakan peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa iklan rokok tidak boleh kurang dari pukul 21.00 – 24.00 WIB. Ketentuan ini atas dasar pertimbangan bahwa pada waktu tersebut anak – anak tengah istirahat ( tidur ), sehingga penayangan iklan 107 rokok diyakini tidak akan disaksikan oleh anak – anak yang memang bukan merupakan target konsumen sedangkan target konsumen dari produk rokok adalah orang dewasa yang berusia diatas 17 tahun, Kemungkinan bahwa khalayak akan mengingat sebagian iklan bertambah sebagaimana terpaan iklan akan mencapai konsumen dengan suatu pesan yang menciptakan pengenalan produk, membedakan produk dengan para pesaingnya, menghubungkan produk dengan pengalaman yang menyenangkan dan berulang – ulang melibatkan khalayak dalam penciptaan makna iklan. 108 BAB V PENUTUP Setelah memaparkan semua permasalahan yang berkaitan dengan hubungan antara penayangan iklan menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ), selanjutnya penulis akan memasuki bab terakhir yang berisi mengenai : 1. Rangkuman 2. Kesimpulan 3. Saran – saran 5. 1 Rangkuman Formulasi permasalahan pada penelitian ini adalah :” Apakah terdapat hubungan antara iklan TV menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ). Iklan TV dalam penelitian ini adalah iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar. Dengan tujuan penelitian antara lain sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hubungan antara daya tarik pesan verbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) 2. Untuk mengetahui hubungan antara daya tarik pesan nonverbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) 109 3. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode koresional, untuk mengetahui apakah terdapat hubungan diantara kedua variabel tersebut. Penulis mengambil mahasiswa D3 Periklanan Fikom Unpad angkatan 2001, 2002, dan 2003 sebagai populasinya yang seluruhnya berjumlah 354 orang dan dari populasi tersebut kemudian diambil sebanyak 15 % dari masing – masing angkatan, yaitu sebanyak 54 orang responden yang diperoleh berdasarkan pengambilan sampel dengan menggunakan strata proporsional. Langkah selanjutnya adalah penyebaran angket kepada responden yang berisikan sejumlah pertanyaan yang menyangkut tentang daya tarik pesan verbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar, daya tarik pesan nonverbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar, serta frekuensi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar. Untuk melengkapi data penelitian penulis mengadakan wawancara dengan pihak biro advertising iklan Sampoerna Hijau yang dalam hal ini adalah LOWE Lintas, dengan pihak PT Sampoerna Tbk yang merupakan produsen dari Sampoerna Hijau, maupun kepada responden itu sendiri. Selanjutnya, data yang dihasilkan dari angket diuji dengan menggunakan rumus Goodman’s & Kruskal Gamma sebab dengan menggunakan skala ordinal pada semua variabelnya. 110 Dari hasil uji statistik sub hipotesis pertama dapat diketahui hasil Z = 2,376 > tabel hitung 1,960 dimana terdapat hubungan antara daya tarik pesan verbal iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) Dari hasil uji statistik sub hipotesis kedua dapat diketahui hasil Z = 2,293 > tabel hitung 1,960 dimana terdapat hubungan antara daya tarik pesan nonverbal iklan TV Sampoerna Hijau yang menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) Dari hasil uji statistik sub hipotesis ketiga dapat diketahui hasil Z = 2,209 > tabel hitung 1,960 dimana terdapat hubungan antara frekuensi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) Hasil pengujian sub hipotesis dengan uji statistik dan interpretasi terhadap data tersebut, diperoleh hasil yang menunjukkan secara statistik bahwa ada hubungan antara penayangan iklan TV menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ). Iklan merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh perusahaan dalam mempromosikan produknya. Salah satu medianya adalah melalui televisi dimana televisi mempunyai daya tarik yang cukup kuat bagi khalayaknya. Agar iklan tersebut dapat membuat konsumen sadar ( aware ) terhadap suatu produk, maka dalam pembuatan iklan televisi harus yang dapat menarik perhatian konsumen, salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan humor. Tujuan humor dalam iklan adalah untuk menciptakan kesenangan dan membuat konsumen ingat 111 dengan produk. Selain dapat juga membuat orang tertawa, humor dapat menarik perhatian, meningkatkan daya ingat khalayak, kredibilitas dari pengiklan dapat ditingkatkan, serta dapat meningkatkan sikap yang diharapkan terjadi dari sebuah iklan. Iklan televisi menggunakan pendekatan humor membawa pengaruh pada kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) 5. 2 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian sub hipotesis yang telah dilakukan dari data yang diperoleh dari responden melalui angket penelitian, maka kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan antara daya tarik pesan verbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) 2. Terdapat hubungan antara daya tarik pesan nonverbal dalam iklan TV Sampoerna Hijau menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) 3. Terdapat hubungan antara frekuensi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) Berdasarkan dari kesimpulan diatas maka dapat diambil kesimpulan utama yaitu terdapat hubungan antara penayangan iklan TV menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ). 112 Dalam penayangan iklan TV, terdapat pesan verbal dan non verbal yang menjadikan daya tarik dari iklan tersebut. Daya tarik ini juga mempengaruhi kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ). Selain daya tarik pesan, frekuensi penayangan iklan pun mempengaruhi kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ). Penayangan iklan yang berulang – ulang dengan durasi yang cukup akan membuat konsumen mengetahui dan menyadari akan merek dari produk yang diiklankan. 5. 3 Saran – Saran Sebagaimana seharusnya sebuah penelitian memberikan kontribusi bagi pihak – pihak yang terkait dengan penelitian ini, serta bagi perkembangan sebuah disiplin ilmu, dan Sampoerna Hijau melihat fakta – fakta yang terlihat dari meneliti masalah ini maka dirasa perlu untuk membuat beberapa catatan yang dapat digunakan sebagai masukan untuk dijadikan pertimbangan di masa depan, beberapa catatan tersebut antara lain : 1. Frekuensi dalam penayangan iklan harus diperhatikan betul – betul, karena sering tidaknya suatu iklan ditayangkan di televisi akan mempengaruhi kesadaran konsumen terhadap merek suatu produk. 2. Jika ingin menampilkan konsep iklan dengan pendekatan humor, harus benar – benar kreatif dan selucu mungkin karena masyarakat sekarang sudah sangat kritis dalam menanggapi segala hal termasuk dalam hal periklanan. Iklan yang lucu, spontanitas, dan berdasarkan kehidupan sehari - hari ( slice of life ) akan lebih menarik perhatian khalayak. 113 3. Dalam pembuatan iklan dengan pendekatan humor, segala aspeknya harus mendukung. Seperti model, busana, jingle atau slogannya, serta jalan cerita iklan tersebut. Semuanya harus mengandung unsur humor atau mengundang tawa dari yang melihat iklan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Aaker, David. A, 1997, Manajemen Ekuitas Merek, Mitra Utama, Jakarta Amwari, 1999, Indonesia Tertawa, Srimulat sebagai SubKultur, LP3ES, Jakarta Assael, Henry, 1985, Consumer Behavior & Marketing Action, 3rd action, Plus – Kent Publishing Co., Boston Belch, George E, & Michael Belch, 1990, Introduction To Advertising & Promotion Management, Irwin Inc., Illinois Casagrande, & Casagrande, 1986, Oral Communication, Wardsworth Publishing Company, Bellmont California Chandra, Gregorius, 2002, Strategi & Program Pemasaran, Andi, Yogyakarta Devito, Joseph. A, 1978, Communicology: An Introduction To The Study Of Communication, Herper & Row Publisher, New York _________________, 1978, Komunikasi Antar Manusia, Proffesional Books, Jakarta Durianto, Sugiarti & Sitinjah, 2001, Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas & Perilaku Merek, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Effendy, Onong Uchjana, 1983, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung ____________________, 1993, Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, Bandung ____________________, 1986, Dimensi – Dimensi Komunikasi, Alumni, Bandung Jefkins, Frank, 1997, Periklanan, Erlangga, Jakarta Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995, Balai Pustaka, Depdikbud Kartini, Kartono, 1983, Gangguan – Gangguan Psikis, Eresco, Jakarta Kasali, Rhenald, 1995, Manajemen Periklanan, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta Keller, Kevin Lane, 1998, Strategic Brand Management, Prentice – Hall Upper Saddle River, New Jersey Kotler, Philip & Gary Armstrong, 1998, Dasar – Dasar Pemasaran, Prentice – Hall Inc., New Jersey Kuswandi, Wawan, 1996, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media, Remaja Rosdakarya, Bandung Liliweri, Alo, 1992, Dasar – Dasar Komunikasi Periklanan, Citra Aditya Bakti, Bandung Nitisemito, Alex. S, 1990, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta O’Guinn, T. C, C. T Allen, & R. J Semenik, 2003, Advertising & Integrated Brand Promotion, South Western Oxford Advenced Learners Dictionary, 1995, Oxford University Press, AS Hornty Palapah. M. O & Atang Syamsudin, 1983, Studi Ilmu Komunikasi, Fikom UNPAD, Bandung Rahmadi, F., 1990, Perbandingan Sistem Pers, PT Gramedia, Jakarta Rakhmat, Jalaludin, 1998, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung ________________, 1991, Psikologi Komunikasi, CV Remaja Rosdakarya, Bandung Rositer, John. R & Larry Percy, 1987, Advertising & Promotion Management, McGraww Hill Book Co., Singapore Severin, Werner. J & James W. Tankard, 1979, Communication Theories Origins Methode Uses, Communication Art Books Hasting House Publisher, New York Shimp, Terence. A., 2000, Advertising And Promotion, Marcomm, The Dryden Press 5th edition Singarimbun, Masri, Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta Strenhal, Brian, 1999, Consumer Behavior: Concept & Applications, Mc Graw – Hill Int. Edition, 4th edition, Singapore Suhadi, M. Agus, 1989, Humor Itu Serius, PT Pustaka Karya Grafikatama, Jakarta Sumartono, 2002, Terperangkap Dalam Iklan, Alfabeta, Bandung Sutherland, Max, & Alice K. Sylvester, 2004, Advertising And The Mind Of The Customer, ppm, Jakarta Sutisna, 2001, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung W.J.S, Poerwadarminta, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Zikmund, William & Michael D’Amico, 1989, Marketing, John Wiley & Sons, Inc, USA Sumber Lain : Kayam, Umar, 1996, Makalah Dalam Simposium Humor Nasional, Kompas 25 Mei, Jakarta Koendoro, Dwi, 1992, Humor Dalam Iklan, Cakrawala Matari, Maret, Jakarta Parla, Boy, 2002, Iklan Lucu, Pilihan Jitu, Majalah Cakram, Edisi Agustus, Jakarta _________, 2002, Sodokan Dari Sampoerna Hijau, Majalah Cakram, Edisi Oktober, Jakarta Ridwan, Mohammad, 2000, Iklan Humor Jangan Cuma Bikin Senyum, Majalah Cakram, Edisi Juli, Jakarta Sadar, Cahya, 2001, Iklan Rokok Nan Menggoda, Majalah Cakram, Edisi Desember, Jakarta Setiawan, Arwah, 1977, Yang Pop & Tinggi Dalam Humor, Prisma 6 Juni, Jakarta Sumber lain : Ridwan, Mohammad. 2000. Iklan Humor Jangan Cuma Bikin Senyum Majalah Cakram, Edisi Juli, Jakarta Parla, Boy. 2002. Iklan Lucu, Pilihan Jitu Majalah Cakram, Edisi Agustus, Jakarta _________. 2002. Sodokan dari Sampoerna Hijau Majalah Cakram, Edisi Oktober, Jakarta Sadar, Cahya. 2001. Iklan Rokok Nan Menggoda Majalah Cakram, Edisi Desember, Jakarta 118 ANGKET Petunjuk pengisian angket : Pertanyaan dijawab dengan benar dan jujur sesuai dengan keingnan Anda sendiri Pilihlah jawaban yang Anda anggap paling tepat dan beri tanda silang ( X ) pada jawaban yang dipilih Semua pertanyaan hendaknya dijawab, karena disini tidak terdapat penilaian benar atau salah Anda tidak perlu mengisi nomer responden DATA RESPONDEN NO.RESPONDEN 1 2 1. Jenis kelamin anda : (a) Pria (b) Wanita 3 2. Usia anda : (a) 17 – 19 tahun (b) 20 – 22 tahun (c) 23 – 25 tahun 4 3. Tahun akademik masuk UNPAD : (a) 2000 (b) 2001 (c) 2002 5 4. Apakah anda pernah melihat iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar ditelevisi ? (a) Sering (b) Kadang – kadang (c) Tidak pernah 6 119 DATA PENELITIAN A. PESAN VERBAL 1. Menurut anda apakah kata – kata “ Lebih Mantap, Lebih Asyik “ yang diucapkan Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar menarik ? (a) Menarik (b) Biasa saja (c) Tidak menarik 7 2. Menurut anda apakah pengucapan kata – kata “ Lebih Mantap, Lebih Asyik “ yang diucapkan Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar jelas ? (a) Jelas (b) Biasa saja (c) Tidak jelas 8 3. Menurut anda apakah slogan dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi Speaker besar “ Lebih Mantap, Lebih Asyik “ sesuai dengan produk yang ditawarkan ? (a) Sesuai (b) Biasa saja (c) Tidak sesuai 9 4. Menurut anda apakah slogan Sampoerna Hijau yang baru“ Lebih Mantap, Lebih Asyik “ lebih mudah diingat dari slogan Sampoerna Hijau sebelumnya “ Asyiknya Rame – Rame “ ? (a) Setuju (b) Biasa saja (c) Tidak setuju 10 120 B. PESAN NONVERBAL 5. Menurut anda apakah mimik wajah model dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar lucu ? (a) Lucu (b) Biasa saja (c) Tidak lucu 11 6. Menurut anda apakah gerakan mata model dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar lucu ? (a) Lucu (b) Biasa saja (c) Tidak lucu 12 7. Menurut anda apakah gerakan tangan model dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar lucu ? (a) Lucu (b) Biasa saja (c) Tidak lucu 13 8. Menurut anda apakah gerakan tubuh model dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar lucu ? (a) Lucu (b) Biasa saja (c) Tidak lucu 14 9. Menurut anda apakah gaya berjalan Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar lucu ? (a) Lucu (b) Biasa saja (c) Tidak lucu 15 121 10. Menurut anda apakah busana yang dipakai model dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar menarik ? (a) Menarik (b) Biasa saja (c) Tidak menarik 16 11. Menurut anda apakah aksesoris yang dipakai model dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar menarik ? (a) Menarik (b) Biasa saja (c) Tidak menarik 17 C. FREKUENSI PENAYANGAN 12. Apakah anda sering melihat iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar ? (a) Sering (b) Jarang (c) Tidak pernah 18 13. Menurut anda apakah intensitas penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar dalam sehari sudah cukup ? (a) Lebih dari cukup (b) Cukup (c) Tidak Cukup 19 14. Menurut anda apakah durasi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar selama 30 detik sudah cukup ? (a) Lebih dari cukup (b) Cukup (c) Tidak cukup 20 122 15. Berapa lama anda menonton penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar ? (a) Lama ( seluruh tayangan ) (b) Cukup Lama ( separuh tayangan ) (c) Tidak lama ( sepintas lalu ) 21 D. KESADARAN MEREK ( BRAND AWARENESS ) 16. Apakah anda langsung mengenal nama merek “ Sampoerna Hijau “ setelah melihat iklan TV Sampoerna Hijau ? (a) Langsung mengenal (b) Kurang mengenal (c) Tidak mengenal 22 17. Apakah logo Sampoerna Hijau secara langsung membuat anda mengenal produk Sampoerna Hijau setelah anda melihat iklan TV Sampoerna Hijau ? (a) Langsung mengetahui (b) Kurang mengenal (c) Tidak mengenal 23 18. Apakah anda mengenal kombinasi warna hijau dan merah pada kemasan Sampoerna Hijau setelah anda melihat iklan TV Sampoerna Hijau ? (a) Mengenal (b) Kurang mengenal (c) Tidak mengenal 24 19. Setelah anda melihat iklan TV Sampoerna Hijau, menurut anda apakah produk rokok Sampoerna Hijau masih dapat dikenali meskipun tanpa disertai dengan kemasan ? (a) Setuju (b) Kurang setuju (c) Tidak setuju 25 123 20. Apakah Geng Hijau dapat mengingatkan anda pada rokok Sampoerna Hijau setelah anda melihat iklan TV Sampoerna Hijau ? (a) Setuju (b) Kurang setuju (c) Tidak setuju 26 21. Apakah anda mengetahui karakter dari Sampoerna Hijau setelah anda melihat iklan TV Sampoerna Hijau ? (a) Mengetahui (b) Kurang mengetahui (c) Tidak mengetahui 27 22. Apakah kata – kata “Lebih Mantap, Lebih Asyik” membuat anda mengenal produk Sampoerna Hijau setelah anda melihat iklan TV Sampoerna Hijau ? (a) Setuju (b) Kurang setuju (c) Tidak setuju 28 23. Apakah anda mengetahui serial – serial iklan TV Sampoerna Hijau ? (a) Mengetahui (b) Kurang mengetahui (c) Tidak mengetahui 29 24. Bagaimana saran dan kritik anda terhadap penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar ? …………………………………………………………….…. ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 124 CODING BOOK NO PERTANYAAN KETERANGAN No. Responden NO KOLOM 1–2 KODE 3 1 2 1 2 3 1 2 3 1 2 3 DATA RESPONDEN 1. 2. 3. 4. Jenis Kelamin 1. 2. Usia 1. 2. 3. Tahun Akademik 1. 2. 3. Apakah anda pernah melihat iklan 1. Sampoerna Hijau versi speaker 2. besar di televisi ? 3. Pria Wanita 17 – 19 tahun 20 – 22 tahun 23 – 25 tahun 2001 2002 2003 Sering Kadang-kadang Tidak pernah 4 5 6 DATA PENELITIAN A. PESAN VERBAL 1. 2. 3. 4. Menurut anda apakah kata – kata “Lebih Mantap Lebih Asyik” yang diucapkan Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi besar menarik ? Menurut anda apakah pengucapan kata – kata “Lebih Mantap Lebih Asyik” yang diucapkan Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar jelas ? Menurut anda apakah slogan dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar “Lebih mantap Lebih Asyik” sesuai dengan produk yang ditawarkan ? Menurut anda apakah slogan Sampoerna Hijau yang baru “Lebih Mantap Lebih Asyik” lebih mudah diingat dari slogan Sampoerna Hijau sebelumnya “Asyiknya Rame – Rame” ? 1. Menarik 2. Biasa saja 3. Tidak menarik 7 3 2 1 1. Jelas 2. Biasa saja 3. Tidak jelas 8 3 2 1 1. Sesuai 2. Biasa saja 3. Tidak sesuai 9 3 2 1 1. Setuju 2. Biasa saja 3. Tidak setuju 10 3 2 1 125 B. PESAN NONVERBAL 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Menurut anda apakah mimik wajah Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar lucu ? Menurut anda apakah gerakan mata Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar lucu ? Menurut anda apakah gerakan tangan Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar lucu ? Menurut anda apakah gerakan tubuh Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar lucu ? Menurut anda apakah gaya berjalan Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar lucu ? Menurut anda apakah busana yang dipakai Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar menarik ? Menurut anda apakah aksesoris yang dipakai Geng Hijau dalam iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar menarik ? C. FREKUENSI PENAYANGAN 1. Lucu 2. Biasa saja 3. Tidak lucu 11 3 2 1 1. Lucu 2. Biasa saja 3. Tidak lucu 12 3 2 1 1. Lucu 2. Biasa saja 3. Tidak lucu 13 3 2 1 1. Lucu 2. Biasa saja 3. Tidak lucu 14 3 2 1 1. Lucu 2. Biasa saja 3. Tidak lucu 15 3 2 1 1. Menarik 2. Biasa saja 3. Tidak menarik 16 3 2 1 1. Menarik 2. Biasa saja 3. Tidak menarik 17 3 2 1 Apakah anda sering melihat iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar ? Menurut anda apakah intensitas penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar dalam seharu sudah cukup ? Menurut anda apakah durasi penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar selama 30 detik sudah cukup ? 1. 2. 3. 1. 18 3 2 1 3 2. 3. 1. 2. 3. Sering Jarang Tidak pernah Lebih dari cukup Cukup Tidak cukup Lebih dari cukup Cukup Tidak cukup 19 20 2 1 3 2 1 126 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. Berapa lama anda menonton 1. Lama (seluruh penayangan iklan TV Sampoerna tayangan Hijau versi speaker besar ? 2. Cukup lama (separuh tayangan) 3. Tidak lama (sepintas lalu) D. KESADARAN MEREK (BRAND AWARENESS) 21 Apakah anda langsung mengenal nama merek “Sampoerna Hijau” setelah melihat iklan TV Sampoerna Hijau ? Apakah logo Sampoerna Hijau secara langsung membuat anda mengenal produk Sampoerna Hijau setelah anda melihat iklan TV Sampoerna Hijau ? Apakah anda mengenal kombinasi warna hijau dan merah pada kemasan Sampoerna Hijau setelah anda melihat iklan TV Samperna Hijau ? Setelah anda melihat iklan TV Sampoerna Hijau, menurut anda apakah produk rokok Sampoerna Hijau masih dapat dikenali meskipun tanpa disertai dengan kemasan ? Apakah Geng Hijau dapat mengingatkan anda pada rokok Sampoerna Hijau setelah anda melihat iklan TV Sampoerna Hijau? Apakah anda mengetahui karakter dari Sampoerna Hijau setelah anda melihat iklan TV Sampoerna Hijau? Apakah kata – kata “Lebih Mantap Lebih Asyik” membuat anda mengenal produk Sampoerna Hijau setelah anda melihat iklan TV Sampoerna Hijau Apakah anda mengetahui serialserial iklan TV Sampoerna Hijau ? 1. Langsung mengenal 2. Kurang mengenal 3. Tidak mengenal 22 3 2 1 1. Langsung mengenal 2. Kurang mengenal 3. Tidak mengenal 23 3 2 1 1. Mengenal 2. Kurang mengenal 3. Tidak mengenal 24 3 2 1 1. Setuju 2. Kurang setuju 3. Tidak setuju 25 1 2 3 1. Setuju 2. Kurang setuju 3. Tidak setuju 26 3 2 1 1. Mengetahui 2. Kurang mengetahui 3. Tidak mengetahui 27 3 2 1 1. Setuju 2. Kurang setuju 3. Tidak setuju 28 3 2 1 1. Mengetahui 2. Kurang mengetahui 3. Tidak mengetahui 29 3 2 1 3 2 1 127 CODING SHEET NO DATA RESPONDEN 00 01 02 03 04 Jml 01 01 1 3 1 1 6 2 02 2 3 1 1 7 3 03 1 3 1 2 7 3 04 2 3 1 1 7 3 05 1 3 1 2 7 2 06 2 2 1 2 7 2 07 1 2 3 2 8 3 08 1 1 3 2 7 2 09 2 1 3 2 8 3 10 2 1 3 2 8 2 11 1 1 3 2 7 2 12 1 1 3 1 6 2 13 2 1 3 1 7 2 14 2 1 3 2 8 3 15 1 1 3 1 6 3 16 2 1 3 2 8 2 17 1 1 3 1 6 2 18 1 1 3 2 7 2 19 2 1 3 2 8 3 20 1 3 3 1 8 2 21 2 1 3 2 8 1 22 1 3 3 2 9 3 23 1 1 3 1 6 3 24 2 1 3 2 8 3 25 1 1 3 2 7 3 26 2 1 3 2 8 3 27 1 1 3 1 6 3 28 2 2 2 1 7 3 29 1 2 2 2 7 2 30 1 2 2 1 7 3 31 2 2 2 2 8 2 32 1 2 2 1 6 2 33 1 2 2 2 7 2 34 2 2 2 1 7 1 35 1 2 2 2 7 3 36 1 2 2 2 7 2 37 1 2 2 1 6 3 38 2 2 2 2 8 2 39 1 2 2 1 6 3 40 2 2 2 2 8 2 41 1 2 2 1 6 2 42 1 2 2 2 7 3 43 2 2 2 1 7 3 44 1 2 2 2 7 3 45 1 3 1 2 7 3 46 2 3 1 2 8 1 47 1 3 1 1 6 3 48 1 3 1 2 7 2 49 2 3 1 2 8 2 50 2 3 1 2 8 2 51 1 3 1 2 7 2 52 1 3 1 2 7 3 53 2 3 1 2 8 1 54 1 3 1 2 7 3 PESAN VERBAL 02 03 04 3 3 1 3 3 3 3 3 1 3 3 2 2 1 1 3 3 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 1 2 2 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 1 2 2 1 1 2 2 3 3 3 3 3 1 2 2 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 1 3 3 1 3 3 1 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 1 2 1 3 1 3 3 3 1 3 2 1 2 1 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 1 1 2 3 3 3 3 3 1 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 Jml 05 06 9 3 3 12 1 1 9 3 3 11 2 2 6 3 3 9 3 3 12 2 2 9 2 1 12 2 2 8 3 2 7 3 2 9 3 3 11 3 3 12 2 2 9 3 2 7 2 2 7 3 3 11 2 2 10 2 2 7 3 3 5 3 2 12 2 2 12 3 3 9 2 2 11 3 2 10 3 2 12 3 3 10 3 3 7 2 3 10 3 2 9 2 3 11 2 3 5 3 3 10 3 3 12 2 3 9 3 3 11 3 3 6 3 3 10 3 2 9 3 2 8 2 2 9 3 2 12 3 2 10 2 3 11 2 2 5 2 3 12 2 2 9 2 2 7 2 2 11 3 2 11 3 2 12 2 2 7 2 2 12 2 2 PESAN FREKUENSI KESADARAN MEREK NON-VERBAL PENAYANGAN (BRAND AWARENESS) 07 08 09 10 11 Jml 12 13 14 15 Jml 16 17 18 19 20 21 22 23 Jml 1 3 3 3 3 19 3 2 2 2 9 3 3 2 2 3 3 3 3 22 2 2 3 2 2 13 2 1 2 2 7 3 3 3 1 3 2 1 3 19 2 3 3 2 2 18 3 3 3 3 12 3 3 3 2 3 2 3 3 22 2 3 3 3 3 18 2 3 2 2 9 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2 3 3 2 3 19 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 2 3 3 23 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2 1 3 2 2 14 2 2 2 1 7 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2 2 3 2 2 14 3 3 3 3 12 3 3 1 2 2 3 2 2 18 2 2 3 2 2 15 3 2 2 2 9 3 3 1 2 3 2 2 2 18 2 2 2 2 2 15 2 2 2 2 8 3 3 3 3 3 2 1 2 20 2 3 3 2 2 17 2 2 2 2 8 3 3 1 1 3 2 2 3 18 2 3 3 2 2 18 2 3 2 2 9 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2 3 3 3 3 20 3 2 2 3 10 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2 3 3 3 3 18 3 3 3 3 12 3 3 2 3 3 3 3 3 23 2 2 2 3 2 16 2 3 2 2 9 3 3 3 2 3 2 3 3 22 2 2 2 2 2 14 3 3 3 3 12 2 2 2 2 2 2 2 2 16 2 3 3 2 2 18 3 2 2 2 9 3 3 3 2 3 3 2 2 21 2 2 2 2 2 14 2 2 2 2 8 2 2 2 2 3 2 3 2 18 2 2 2 2 2 14 3 3 3 3 12 2 2 2 2 3 2 2 2 17 3 3 3 3 3 21 2 3 2 2 9 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2 2 3 1 2 15 2 1 2 1 6 2 3 3 2 3 3 2 2 20 2 2 2 2 2 14 3 3 3 3 12 2 2 2 2 3 2 2 2 17 3 3 3 3 3 21 3 2 2 3 10 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2 2 2 3 2 15 2 2 2 2 8 3 2 2 2 3 2 3 3 20 2 2 2 3 2 16 2 3 2 2 9 3 2 2 2 3 2 3 3 20 2 3 3 3 3 19 3 3 3 3 12 3 3 3 2 3 2 2 2 20 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 2 2 19 3 2 2 3 10 3 3 3 2 3 3 2 3 22 2 2 2 2 2 15 3 3 3 3 12 3 3 3 2 3 2 2 3 21 2 3 3 2 2 17 3 3 2 2 10 3 3 2 2 3 2 3 3 21 2 3 3 2 2 17 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2 3 3 3 3 19 2 3 2 2 9 3 3 3 2 3 3 3 3 23 2 3 3 2 2 18 2 1 2 2 7 3 3 3 2 3 2 3 3 22 3 3 3 3 3 21 3 2 3 2 10 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2 3 3 3 3 19 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2 3 3 3 3 20 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2 3 3 3 3 20 3 2 3 2 10 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2 3 3 3 2 19 3 3 3 3 12 3 3 3 2 3 1 2 3 20 3 3 3 2 3 19 2 2 2 2 8 3 3 2 2 3 3 2 3 21 2 3 3 3 2 18 3 3 3 3 12 3 3 3 2 3 3 2 3 22 2 2 3 1 1 13 2 3 2 2 9 1 1 2 1 3 2 1 3 14 2 2 3 2 2 16 3 3 3 3 12 2 3 3 3 3 3 2 2 21 2 3 3 2 2 17 2 2 2 2 8 3 2 1 2 3 2 3 3 19 2 2 3 2 2 16 3 2 2 2 9 3 3 3 3 3 2 3 3 23 1 1 2 2 2 12 2 2 2 2 8 3 3 3 3 3 3 3 3 24 1 1 2 2 2 13 3 3 3 3 12 3 3 3 2 3 2 3 3 22 2 2 2 2 2 14 2 2 2 2 8 3 3 3 3 3 2 1 3 21 2 2 2 3 2 15 2 2 3 2 9 2 3 3 2 3 2 2 2 19 1 1 2 2 2 12 3 3 3 3 12 2 2 3 2 3 1 1 2 16 2 3 3 2 2 17 2 3 2 2 9 3 2 2 2 3 2 3 3 20 2 2 2 2 2 15 2 3 2 2 9 3 3 3 2 3 3 3 3 23 3 3 3 2 2 17 3 2 2 2 9 3 3 2 3 3 2 3 3 22 2 2 2 2 2 14 2 2 2 2 8 3 2 2 3 3 2 2 3 20 2 2 2 2 2 14 2 3 2 2 9 3 3 3 3 3 2 3 3 23 134 Naskah Wawancara Topik : Hubungan Iklan TV Menggunakan Pendekatan Humor Dengan Kesadaran Konsumen Terhadap Merek ( Brand Awareness ) Ditujukan Kapada : Account Manager Lowe Link Tanggal Wawancara : 17 Maret 2004 1) Bagaimanakah proses awal pembuatan iklan Sampoerna Hijau versi speaker besar ? 2) Apa yang melatar belakangi iklan tersebut ? 3) Bagaimana konsep Lowe dalam membuat iklan Sampoerna Hijau khususnya versi speaker besar ? 4) Mengapa iklan Sampoerna Hijau menggunakan pendekatan humor dalam setiap iklannya ? 5) Apakah tujuan awal dalam pembuatan iklan Sampoerna Hijau adalah untuk menciptakan Brand Awareness ? 6) Apakah menurut anda humor dalam iklan itu mempengaruhi kesadaran konsumen terhadap merek ? 7) Pada saat pembuatan iklan Sampoerna Hijau, dimana sisi humor yang ingin ditonjolkan ? 8) Berapa kali kah penayangan iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar dalam sehari ( frekuensi penayangan ) serta durasi penayangannya dalam setiap kali penayangan ? 135 9) Mengapa slogan dalam versi speaker besar berbeda dengan slogan terdahulu ( “ Asyiknya Rame – Rame ) ? 10) Apa yang mejadi kriteria dalam pemilihan model untuk iklan TV Sampoerna Hijau versi speaker besar ini ? 11) Bagaimana latar belakang lahirnya Geng Hijau ? 12) Bagaimana profil masing – masing dari Geng Hijau ? 136 Naskah Wawancara Topik : Hubungan Iklan TV Menggunakan Pendekatan Humor Dengan Kesadaran Konsumen Terhadap Merek ( Brand Awareness ) Ditujukan Kepada : Brand Manager Sampoerna Hijau Tanggal Wawancara : 17 Maret 2004 1. Bagaimanakah gambaran umum yang melatar belakangi berdirinya PT Sampoerna, Tbk ? 2. Bagaimana juga latar belakang kemunculan dari Sampoerna Hijau ? 3. Siapakah yang menjadi target market dari Sampoerna Hijau ? 4. Bagaimana prinsip pengembangan produk Sampoerna Hijau ? 5. Strategi apa saja yang dilakukan PT Sampoerna dalam mempromosikan Sampoerna Hijau ? 6. Tahap – tahap apakah yang harus dilakukan PT Sampoerna dalam mengenalkan merek Sampoerna Hijau pada khalayak ? 7. Apa yang menjadi latar belakang dan alasan PT Sampoerna memilih Lowe sebagai agency dalam pembuatan iklan Sampoerna Hijau ? 8. Apa yang menjadi konsep iklan PT Sampoerna dalam mengiklankan Sampoerna Hijau di televisi ? 9. Mengapa dalam setiap pembuatan iklan Sampoerna Hijau menggunakan pendekatan humor ? dan apakah pendekatan itu sudah efektif dalam membuat khalayak mengenal atau sadar terhadap merek Sampoerna Hijau ? FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG Jl. Taman Sari No.1 Bandung Bandung, Mei 2004 Kepada YTH Mahasiswa/ i D3 – Periklanan UNPAD Ditempat Assalamualaikum Wr. Wb Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir program sarjana, dalam hal ini saya mohon bantuan Saudara untuk membantu mengisi angket penelitian yang saya lampirkan sebagai pelengkap data dalam penelitian masalah dengan judul : “ Hubungan iklan TV menggunakan pendekatan humor dengan kesadaran konsumen terhadap merek ( brand awareness ) “ Jawaban jujur dan benar merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi penyusunan skripsi ini. Atas bantuan dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalam, Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung Mahasiswi Dr. Hj. Neni Yulianita, Dra, M. Si Pritta Nandita Terdaftar di Fakultas Ilmu Komunikasi Tanggal : 01 – 05 – 2004 No. : 738/ IKH/ AH/ 05/ 04