BAB II - Elib Unikom

advertisement
BAB II
PENYAKIT ASMA
2.1.
Asma
Penyakit adalah suatu keadaan tidak normal dari tubuh atau pikiran
yang menyebabkan ketidaknyamanan, tidak berfungsinya atau
kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. (wikipedia.org)
Asma merupakan penyakit yang menyebabkan otot saluran udara
mengkerut, mengalami peradangan dan juga bengkak. Dan
akibatnya, penyakit asma mudah merespon pemicunya seperti
masuk angin, olahraga yang berlebih dan bau yang kuat.
Pada halaman dechacare, tertulis bahwa konsep terkini mekanisme
terjadinya asma, yaitu asma merupakan suatu proses inflamasi
(peradangan) kronik/menahun yang khas, melibatkan dinding
saluran napas menyempit, menyebabkan terbatasnya aliran udara,
dan peningkatan reaktifitas (hiperraktif/hipersensitif) saluran napas.
Hiperraktivitas ini merupakan awal terjadinya penyempitan saluran
napas, sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang.
Pedoman Nasional Asma Anak Indonesia mendefinisikan asma
sebagai kumpulan tanda dan gejala batuk dengan karakteristik
sebagai berikut :
1.
timbul secara episodik,
2.
cenderung pada malam/dini hari,
3.
musiman,
4.
adanya faktor pencetus di antaranya aktivitas fisik yang
berlebih, dan faktor lingkungan.
5.
bersifat reversibel (bisa sembuh seperti sedia kala)namun ada
juga yang tidak, serta
6.
adanya riwayat asma atau atopi (kecenderungan mengidap
5
alergi) lain pada pasien/keluarganya.
Para penderita asma biasanya cenderung mengalami gangguan
pernapasan ketika berhubungan dengan zat-zat asing. Gejala yang
paling umum adalah saat bernapas terdengar bunyi mencuit-cuit,
yakni jenis pernapasan bernada tinggi seperti bunyi peluit. Bunyi
semacam ini cenderung lebih terdengar jelas saat menghembuskan
napas. Semua gejala asma dapat dipicu oleh aktivitas fisik, cuaca
yang terlalu panas, lembab, dingin atau kering sekalipun.
Dalam Espeland (2008), sesungguhnya banyak penderita asma
yang tidak mengeluarkan bunyi mencuit pada saat bernafas, tapi
justru memiliki gejala lain,
diantaranya:
1.
Batuk yang tidak sembuh-sembuh. Juga pada umumnya
penderita mudah terkena masuk angin, batuk menjadi lebih
buruk ketika ada faktor lain, misalnya dari terkena udara dingin
sekalipun tersedak.
2.
Para penderita mengeluhkan sesak napas ketika menjalani
aktivitas sekecil apapun, seperti naik tangga ataupun keluar
rumah pada cuaca dingin.
Tahapan asma menurut Espeland (2008) diantaranya;
1.
Asma Pada masa bayi
Bayi biasanya akan mengalami dada yang gemertakan,
khususnya setelah terjadi infeksi virus seperti masuk angin.
Bayi juga akan mengalami batuk yang membandel, bunyi
napas yang mencuit, hal tersebut dapat kita lihat apabila
bayi memiliki riwayat terkena asma, alergi atau eksim.
2.
Asma Pada masa anak-anak
Selama awal masa anak-anak pemicu utama terjadinya
asma adalah infeksi virus seperti masuk angin yang
cenderung memicu batuk yang membandel. Anak kecil
6
jarang terlihat mengeluhkan sesak napas, hanya saja
selama melakukan aktivitas fisik, mereka cenderung lebih
lambat dari rekan yang lain.
3.
Asma pada remaja dan orang dewasa
Disamping batuk yang membandel, banyak yang dikeluhkan
oleh penderita asma usia dewasa, diantaranya bunyi napas
yang mencuit dan sesak napas. Pada usia dewasa
kebanyakan penderita mengeluhkan nyeri dada, meskipun
gejala-gejala asma dapat muncul selama bertahun-tahun,
gejala asma mungkin dapat tidak terdiagnosa sampai usia
dewasa.
2.2.
Faktor Pencetus
2.2.1.
Faktor Lingkungan
Menurut Espeland, lingkungan hidup dapat didefinisikan
sebagai daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada.
Keadaan atau kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup,
keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau
sekumpulan mahluk hidup, terutama kombinasi dari berbagai
kondisi fisik di luar mahluk hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk hidup
untuk bertahan hidup. Gabungan dari kondisi sosial dan
budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu individu
mahluk hidup atau suatu komunitas mahluk hidup.
Faktor lingkungan, polusi lingkungan dihasilkan oleh industri
dan kendaraan bermotor. Makanan produk industri dengan
pewarna buatan (misalnya tartazine), pengawet (metabisulfit),
dan vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu
asma.
Menurut Espeland (2008), serangan asma muncul karena
7
adanya faktor pencetus yang mengganggu saluran napas.
Secara umum pencetusnya adalah:
1.
Penyakit infeksi, seperti influenza,
2.
Debu di rumah dan di jalan.
3.
Asap (rokok, polusi kendaraan, pabrik, kompor, obat
nyamuk.
4.
Cuaca (panas/dingin).
5.
Zat kimia (obat nyamuk, pewangi ruangan).
6.
Bau-bauan yang merangsang (cat, sampah, keringat).
7.
Buah-buahan tertentu (nanas, rambutan, anggur dan
lainnya). Getah atau manisnya buah sering membuat
batuk sehingga bisa terjadi asma.
8.
Makanan
gurih,
mengandung
zat
pengawet,
zat
penyedap dan zat pewarna.
9.
Emosi (terlalu sedih/gembira).
Hal yang dapat memicu timbulnya penyakit asma salah
satunya adalah makanan yang tidak sehat, makanan yang
tidak
sehat
kandungan
itu
biasanya
monosodium
terdapat
glutamat
MSG
alias
didalamnya,
vetsin
dalam
makanan ringan yang biasa dikonsumsi anak-anak. Menurut
lembaga swadaya masyarakat, banyak makanan ringan
dalam kemasan tak mencantumkan kandungan MSG yang
bisa mengancam kesehatan anak.
Pada halaman peduli kasih Indosiar tertulis bahwa, bahan
penyedap makanan yang kerap dikonsumsi masyarakat
adalah Monosodium Glutamate (MSG) atau yang biasa
disebut vetsin atau michin yang
disinyalir berbahaya bagi
kesehatan tubuh terutama kesehatan anak-anak.
Hal lain yang patut dicermati adalah polusi udara akibat asap
8
rokok. Ibu hamil yang menghisap rokok bisa berakibat fatal
terhadap janin yang dikandungnya. Pembuluh darah sang ibu
akan mengecil sehingga suplai darah ke calon bayi terhalang.
Akan banyak dampak yang diderita bayi di samping sekadar
pertumbuhan badan yang terlambat, namun juga kemampuan
mentalnya.
Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak
cukup
besar
terhadap
kesehatan.
Merokok
memiliki
hubungan yang erat dengan berbagai macam penyakit
seperti kanker paru dan penyakit saluran pernapasan lainnya.
Kebiasaan merokok juga dapat berakibat berbagai macam
perubahan yang berbahaya dalam rongga mulut seperti
kanker mulut. Asap rokok tembakau mengandung gas dan
bahan-bahan kimia yang bersifat racun , merokok sangat
membahayakan bagi mereka yang menghisap kepulan asap
rokok tersebut, dapat disimpulkan bahwa rokok lebih
membahayakan perokok pasif daripada perokok aktif itu
sendiri.
Pada kesempatan hari asma sedunia yang jatuh pada tanggal
7 mei Rahajoe, konsultan Asma Anak Yayasan Penyantun
Anak Asma Sudhaprana mengatakan, banyak kasus asma
tidak terdiagnosis kerena berbagai hal seperti pengetahuan
dan pendidikan masyarakat yang masih rendah sehingga
tidak menyadari bahwa gejala yang diderita adalah layak
untuk diperiksa, Pengetahuan dan keterampilan dokter yang
kurang atau belum memadai, serta fasilitas pelayanan
kesehatan
yang
belum
memadai
telah
menyebabkan
penderita asma di Indonesia meningkat tajam. Hal ini
diperberat karena sejauh ini asma belum menjadi salah satu
9
penyakit
yang
mendapat
prioritas
pemerintah
untuk
ditanggulangi.
2.2.2.
Faktor Genetik
Asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor
penyebab. Yang pertama antara lain paling sering karena
faktor atopi atau alergi. Penyakit ini sangat berkaitan dengan
penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,
kakek atau nenek menderita asma bisa diturunkan ke anak.
Alergi ternyata berkaitan dengan gangguan sistem susunan
saraf pusat. Sistem susunan saraf pusat adalah bagian yang
paling lemah dan sensitif dibandingkan organ tubuh lainnya.
Otak adalah merupakan pusat kerja sistem tubuh. Sedangkan
alergi dengan berbagai akibat yang bisa mengganggu organ
sistem susunan saraf pusat dan disfungsi sistem imun itu
sendiri tampaknya menimbulkan banyak faktor penyebab
yang
dapat
mengganggu
perkembangan
dan
perilaku
seorang anak.
Pada halaman CBN dituliskan bahwa, dampak penyakit alergi
pada fungsi otak, diamati oleh Kay, Associate Professor
Neurology dan Psychology Georgetown University School of
Medicine Washington. Yaitu dampak penyakit alergi pada
fungsi otak bermanifestasi sebagai menurunnya kualitas
hidup, menurunnya suasana kerja yang baik, dan lain-lain.
Pasien
dengan
rinitis
alergik
dilaporkan
mengalami
penurunan kualitas hidup yang sama dengan yang dialami
pasien-pasien dengan asma atau penyakit kronik serius
lainnya. Penyakit alergi tidak saja mengganggu fungsi sosial
dan pekerjaan tetapi juga mengganggu aktivitas di waktu
luang.
10
Pada anak yang mengalami gejala alergi yang terus menerus
tidak terkendali maka sangat mengganggu prestasi sekolah.
Prestasi di sekolah terganggu karena seringnya absen di
pelajaran sekolah dan yang lebih utama juga disebabkan
adanya
gangguan belajar, gangguan konsentrasi atau
pemusatan perhatian dan gangguan perilaku lainnya.
Penderita asma beresiko mengalami terjadi reaksi yang biasa
disebut anafilaksis atau reaksi alergi serius yang terjadi
berpotensi menyebabkan kematian. Sering dijumpai bahwa
penderita asma pada anak mendapatkan overdiagnosis
(diagnosis
berlebihan)
atau
overtreatment
(pengobatan
berlebihan).
Pada anak penderita alergi, tampak mudah mengalami sakit
infeksi saluran napas baik berupa infeksi tenggorok, amandel
dan infeksi saluran napas akut lainnya. Sehingga sering
didapatkan seorang anak setiap bulan harus berobat ke
dokter karena sering sakit panas, batuk, pilek atau infeksi
saluran napas.
Bila terdapat riwayat keluarga, baik saudara kandung,
orangtua, kakek, nenek atau saudara dekat lainnya yang
alergi atau asma, atau bila anak sudah terdapat ciri-ciri alergi
sejak lahir atau bahkan bila mungkin deteksi sejak kehamilan
maka harus dilakukan pencegahan sejak dini. Faktor risiko
yang bisa dikenali sejak lahir adalah gangguan sesak nafas
saat lahir, hal tersebut dapat mengurangi resiko alergi atau
asma pada anak dikemudian hari dapat dihindarkan bila kita
dapat mendeteksi dan mencegah sejak dini.
11
2.3.
Pencegahan Penyakit Asma
Diambil dari Espeland (2008) dituliskan bahwa, pencegahan penyakit
asma sangat penting untuk dilakukan oleh masyarakat, pencegahan
penyakit asma tidak hanya dapat dilakukan oleh para penderita asma
tetapi juga dapat dilakukan oleh orang-orang yang berada disekitar
penderita, diharapkan masyarakat sekitar dapat menyadari betapa
pentingnya menjaga lingkungan, tidak hanya untuk pengidap penyakit
yang paling penting adalah mulai untuk kita sendiri.
Pencegahan dan tindakan dini harus menjadi tujuan utama dalam
menangani anak asma. Pengendalian lingkungan, pemberian ASI
ekslusif minimal 6 bulan, penghindaran makanan berpotensi alergenik
(mampu mencetuskan alergi), pengurangan terhadap debu rumah dan
rontokan bulu binatang, terbukti mengurangi manifestasi alergi
makanan, dan khususnya pada bayi, juga asma.
Tahapan pencegahan dapat dilakukan sesuai urutan berikut :
1.
Pencegahan Primer : bertujuan menghambat sesitisasi imunologi
oleh makanan terutama mencegah terbentuknya Imunoglobulin E
(IgE). Pencegahan ini dilakukan sebelum terjadi sensitisasi atau
terkena dengan penyebab alergi. Hal ini dapat dilakukan sejak
saat kehamilan.
2.
Pencegahan sekunder : bertujuan untuk menekan timbulnya
penyakit setelah sensitisasi. Pencegahan ini dilakukan setelah
terjadi sensitisasi tetapi manifestasi penyakit alergi belum
muncul. Keadaan sensitisasi diketahui dengan cara pemeriksaan
IgE spesifik dalam serum darah, darah tali pusat atau uji kulit.
Saat tindakan yang optimal adalah usia 0 hingga 3 tahun.
3.
Pencegahan tersier : bertujuan untuk mencegah dampak lanjutan
setelah timbulnya alergi. Dilakukan pada anak yang sudah
12
mengalami sensitisasi dan menunjukkan manifestasi penyakit
yang masih dini tetapi belum menunjukkan gejala penyakit alergi
yang lebih berat. Saat tindakan yang optimal adalah usia 6 bulan
hingga 4 tahun. (Dewi, 2008)
Pencegahan untuk mencegah terjadi dan meningkatnya penyakit
asma di masyarakat terutama pada anak - anak tidak hanya dapat
dilakukan seperti tahapan pencegahan diatas, pencegahan yang
sangat penting adalah mulai mencegah dari kita sendiri, mulai dari
tidak merokok, memakan makanan yang baik, dan memperhatikan
lingkungan sekitar untuk menjaga kebersihan.
Pengidap asma juga harus menjaga kebugaran tubuhnya, dianjurkan
para pengidap penyakit asma melakukan olahraga yang teratur
terutama olahraga renang, karena dapat memperkuat otot – otot
pernafasan. Pada anak penderita asma juga sangat tidak dianjurkan
untuk melakukan kegiatan yang cenderung berlebih, pengidap
penyakit asma juga tidak boleh terlalu emosi, tidak boleh menghirup
aroma yang menyengat, tidak dianjurkan untuk memelihara binatang
yang berbulu halus. Hal tersebut harus menjadi bahan pemikiran
untuk kita yang berada disekitar para pengidap penyakit asma.
Penatalaksanaan asma menurut GINA (Global Initiative For Asthma)
dalam situs CBN website ada 6 langkah yaitu :
1.
Pendidikan yang diberikan pada penderita dan keluarganya.
2.
Menentukan klasifikasi asma.
3.
Menghindari faktor pencetus.
4.
Memberikan pengobatan yang optimal.
5.
Menatalaksana eksaserbasi akut (Mengalami sesak secara
tiba-tiba).
6.
Melakukan kontrol secara berkala.
13
2.4.
Penanggulangan asma
Pada Espeland (2008), penanggulangan asma sebenarnya dapat
dilakukan pada saat sebelum ataupun sesudah mengidap penyakit
asma. Langkah awal yang dapat dilakukan saat sebelum terkenanya
penyakit asma diantaranya melakukan diagnosis pada anak yaitu:
1.
Langkah yang paling penting adalah memperhatikan riwayat
medis secara rinci yakni faktor keturunan atau biasa disebut
faktor genetik. Untuk memperhatikan gejala yang dialami, alergi
yang berkaitan dan kemungkinan adanya iritan di rumah.
2.
Pemeriksaan fisik secara detail oleh dokter anak untuk
memeriksakan apakah pada anak terdapat bunyi napas yang
mencuit atau pernapasan cepat.
3.
Pengetesan dan evaluasi alergi, jika ada faktor keturunan.
4.
Pengetesan tambahan, biasa disebut sinar x pada dada dapat
membantu menjelaskan berbagai macam penyakit yang bisa
menyerupai gejala asma.
5.
Tes pernapasan, atau tes fungsi paru-paru.
Namun setelah anak terlanjur menderita penyakit asma, banyak hal
yang harus dilakukan oleh orang yang berada disekitarnya. Orang tua
tentunya mempunyai pengaruh besar pada penanggulangan anak
asma. Tidak hanya itu, masyarakat disekitarpun harus memperhatikan
anak penderita asma, salah satunya karena mereka sangat
membutuhkan udara yang sehat untuk dihirup. Hal itu agar anak
penderita asma dapat tumbuh kembang secara normal dan optimal.
Konsep penanganan asma masih berorientasi pada pengobatan
serangan akut, bukan pada pencegahan dan kontrol asma, padahal
penanganan penyakit asma perlu jangka panjang agar penderita
asma dapat menjalani hidup normal. (Yunus, 2008)
14
Tujuan dalam merawat asma adalah untuk mengendalikan proses
peradangan, dan mengurangi frekuensi kambuhnya asma, banyak hal
yang dapat kita lakukan untuk mengendalikan proses peradangan
tersebut. Diantaranya adalah anak asma harus menjaga kebugaran
tubuhnya, dianjurkan untuk berolah raga teratur, terutama olahraga
renang karena dapat memperkuat otot-otot pernapasan, penderita
asma tidak dianjurkan melakukan kegiatan yang berlebih, tidak boleh
terlalu emosi, menghindari aroma menyengat dan binatang berbulu
halus.
Para penderita asma, selain harus menghindari faktor pencetus,
mereka juga harus melakukan pemeriksaan secara detail. Namun,
penyakit asma yang umumnya menyerang warga kota besar ini belum
mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah ataupun warga
sekitar.
Pemeriksaan asma pada dokter pun membutuhkan biaya
yang cukup besar, selain obat asma yang cukup mahal. Maka tidak
semua anak beruntung untuk dapat menjaga penyakit yang mereka
derita, kebanyakan penderita asma tidak memeriksakan kondisi
mereka dikarenakan faktor ekonomi.
2.5.
Analisa Permasalahan
Permasalahan
yang
terjadi
adalah
kurangnya
pemahaman
masyarakat mengenai penyakit asma yang terjadi di lingkungan
sekitar, khususnya di kota besar dimana banyak anak yang terkena
penyakit asma. Dukungan yang diberikan sangatlah penting bagi para
penderita asma.
Asma merupakan penyakit saluran nafas yang lebih sering terdapat
pada anak dibawah 5 tahun pada saat masa pertumbuhan. Gejala
asma muncul pada saat anak mengalami batuk yang tidak sembuhsembuh, mengalami sesak nafas pada aktivitas sekecil apapun, dan
bunyi yang mnecuit-cuit pada saat bernafas. Dimana penyakit asma
15
adalah penyakit yang sering ditemukan di kota besar, yang
dikarenakan oleh lingkungan. Dan penyebab penyakit asma antara
lain adanya faktor pencetus yang berhubungan dengan lingkungan
sekitar dan banyaknya hal yang dapat dilakukan oleh orang yang
berada disekitar para penderita asma. Dan dampak penyakit asma
pada penderitanya adalah menurunkan kemampuan fisik seseorang.
Oleh karena itu, kampanye sosial mengenai pemahaman penyakit
asma dirasa sangat penting untuk dapat memberikan informasi
mengenai penyakit asma pada anak dan upaya menanggulangi dan
mengurangi peningkatan jumlah penderita asma. Menurut Rogers dan
Storey pada tahun 1987 kampanye sosial sendiri artinya adalah
serangkaian tindakan komunikasi yang terencana untuk menciptakan
efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara
berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. (Venus,2004:7)
Sedangkan menurut Drs. Ramlan dalam Bayu Maulana adalah suatu
kegiatan berkampanye yang mengkomunikasikan pesan-pesan yang
berisi tentang masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan juga
bersifat non komersil. Tujuan dari kampanye sosial itu sendiri adalah
untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala-gejala sosial
yang terjadi. (Maulana yusuf,2008:19)
2.6.
Target Khalayak
Penyakit asma dapat dialami oleh semua umur meski lebih banyak
diderita oleh anak-anak dibanding dewasa. Asma lebih banyak
diderita anak laki-laki. Pada usia dewasa lebih banyak pada
perempuan. Resiko dan tanda alergi atau asma dapat diketahui sejak
anak dilahirkan bahkan sejak dalam kandungan pun mungkin sudah
dapat terdeteksi. Alergi dan asma dapat dicegah sejak dini dan
16
diharapkan dapat mengoptimalkan tumbuh dan kembang anak secara
optimal.
Kebanyakan orang yang menderita asma tidak tahu bagaimana cara
merawat dan mengontrol penyakit asma. Setidaknya penyakit asma
harus dikontrol dalam jangka waktu 3 bulan sekali untuk mengurangi
timbulnya gejala asma.
Penanganan dan pengobatan penyakit asma haruslah tuntas. Usaha
penyembuhan dan meminimalkan faktor risiko serta penyebarluasan
penyakit saluran napas ini harus ditangani secara menyeluruh dan
tepat sasaran agar kualitas hidup penderita bisa maksimal dan baik.
Untuk memilih masyarakat yang menjadi sasaran kampanye asma ini,
maka penulis menetapkan target sasaran yang telah dianalisa
sebelumnya. Target sasaran utama atau primer adalah masyarakat
khususnya ibu rumah tangga dan yang menjadi target sasaran kedua
atau sekunder adalah anak, berikut merupakan rincian target
sasarannya:
1. Primer

Demografis
1. Perempuan berumur 25-35 tahun
2. Pekerjaan
: Ibu
rumah
tangga,
pengusaha, pegawai negeri,
wiraswasta,
pegawai
swasta
3. S.E.S

: Menengah, menengah keatas
Psikografis
1. Ibu yang memperhatikan tumbuh kembangnya anak dan
menginginkan anaknya tumbuh optimal
2. Ibu yang peduli terhadap penderita asma
17
3. Ibu yang ingin mengetahui tentang asma
4. Ibu yang sering mengantar anak ke sekolah
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Setiap penyakit yang
diduga menjadi penyebab terjadinya perkembangan fisik yang tidak
normal pada penderita asma, harus diobati. Kegagalan pertumbuhan
akibat penyakit asma dapat diatasi dengan menerapkan pola hidup
sehat dan memberikan informasi kepada orang tua. Jika melibatkan
faktor
psikososial,
pengobatan
sebaiknya
meliputi
perbaikan
hubungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Sikap dan perilaku
orang tua bisa berpengaruh terhadap masalah anak dan aktivitas
anak perlu dikontrol.
2. Sekunder

Demografis
1. Laki-laki dan perempuan umur 4-6 tahun
2. S.E.S

: Menengah, menengah keatas
Psikografis
1. Anak yang gemar jajan
2. Anak yang mempunyai aktivitas yang padat
3. Anak yang aktif
18
Download