RUMAH SAKIT Dr.CIPTO MANGUNKUSUMOFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA (FKUI) Terapi sel punca mesenkimal untuk rekonstruksi fraktur No.dokumen : no.revisi : halaman : PROSEDUR TETAP Tanggal terbit : Pengertian Penanganan yang berupa pengambilan sum-sum tulang dari krista iliaka pasien, kultur bone marrow utk isolasi dan proliferasi Bone marrow stromal stem cells (bMSCs) ataupun diferensiasi kearah osteogenesis, dan implantasi bMSCs pada kasus rekonstruksi fraktur, yaitu fraktur dengan defek tulang dan delayed/nonunion Untuk memberikan pelayanan yang efektif dan mengurangi morbiditas 1. Aspirasi sum-sum tulang dari krista iliaka dan pengirimannya ke laboratorium kultur dilakukan sesuai dengan standar prosedur medis 2. Isolasi, proliferasi ataupun diferensiasi bMSCs dilakukan dilakukan pada laboratorium yang memenuhi syarat BSL-2 dan clean room 3. Tindakan implantasi bMSCs pada daerah fraktur dilakukan sesuai dengan indikasi medis dan standar prosedur medis 4. Biaya administrasi keuangan harus diselesaikan sesuai dengan tindakan yang dilakukan 5. Penanganan rekonstruksi fraktur dilakukan oleh dokter spesialis orthopaedi dan traumatologi yang menjadi DPJP pasien 1. Pasien mendaftar dibagian pendaftaran dan akan diberikan untuk pasien sesuai dengan pasien yang dibutuhkan 2. Pemeriksaan oleh dokter adalah sesuai dengan nomer urut mulai dari : a. Anamnesa b. Pemeriksaan Fisik 3. Pasien akan diberikan surat pengantar untuk pemeriksaan : a. Laboratorium b. Radiologi c. Pemeriksaan penunjang lain sesuai dengan kebutuhan 4. Pasien fraktur yang dinilai memerlukan terapi sel punca karena adanya defek ataupun mengalami delayed/nonunion harus diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan Tujuan Kebijakan Prosedur 1 Ditetapkan oleh direktur, dilakukan dan risiko yang akan dihadapi. Tindakan akan dilakukan setelah pasien memahami dan menyetujui inform consent yang kita berikan. Prosedur dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap 1 pengambilan sum-sum tulang dari krista iliaka, dilanjutkan dengan isolasi, proliferasi atau differensiasi bMSCs di laboratorium kultur sel, sedangkan tahap kedua berupa implantasi bMSCs ke daerah fraktur. 5. Aspirasi sum-sum tulang dilakukan pada daerah krista iliaka yang telah didisinfkesi dengan alkohol 70% dan dianestesi lokal atau umum. Jarum aspirasi dimasukkan ke krista iliaka dengan sudut 45°. Hub (logam di pusat jarum) dilepaskan dari jarum dan diganti dengan spuit 20 mL yang telah diisi heparin 1 000 IU/mL sebanyak 1-2mL. Sumsum tulang diaspirasi dengan menarik karet plunger spuit ke belakang secara cepat. Jarum diputar beberapa kali untuk aspirasi sumsum tulang di posisi yang baru. Sumsum tulang hasil aspirasi kemudian dipindahkan ke tabung polipropilen 50 mL steril. Jarum aspirasi dilepaskan dan tekanan diberikan pada kulit. Tempat kerja dibersihkan. 6. Kultur bMSCs. Cairan Phosphate Buffer Saline (PBS) dalam jumlah yang sama ditambahkan untuk mengencerkan aspirat sumsum tulang. Selanjutnya PBS dan sumsum tulang dicampur merata dengan menghisap ke atas dan ke bawah menggunakan pipet. Campuran kemudian disentrifus dengan kecepatan 2500 rpm selama 15 menit pada suhu 200 C. Pellet lalu diresuspensi dengan media low glucose Dulbecco’s modified eagles medium atau DMEM (Gibco, Grand Island, New York) dan kemudian dibagi dalam botol kultur berukuran 75 cm2 (TC flasks). Sel tersebut dikultur dalam media kultur DMEM yang mengandung 1000 mg/L D-glucose, L-glutamin, dan 110 mg/L sodium piruvat, dan 10% fetal bovine serum (FBS) dan diinkubasi selama satu minggu pada suhu 370, dengan aliran oksigen 20%, CO2 5%. Pada akhir minggu pertama, media dikeluarkan dengan hatihati. Kultur dicuci beberapa kali dengan PBS, dan diisi kembali 2 dengan medium kultur yang segar setiap 3 hari. Botol-botol kultur tersebut diobservasi untuk evaluasi adanya penempelan sel-sel yang bernukleus. Saat sel kultur telah penuh (confluent), sel tersebut dilepaskan dari penempelan di plastik botol kultur dengan tripsin 0.25%-EDTA 1 mMol (Gibco, Grand Island, New York) dan dilakukan sub-kultur ke beberapa botol kultur. 7. Subkultur MSC Sel monolayer yang menempel dicuci satu atau dua kali dengan PBS secukupnya untuk membuang FBS yang dapat menghambat kerja tripsin. Dua mililiter cairan tripsin/EDTA ditambahkan ke kultur untuk menutupi lapisan sel. Kultur diinkubasi selama 5 – 7 menit pada suhu 37°C. Dasar botol ditepuk-tepuk agar sel bisa lepas. Kultur diperiksa di bawah mikroskop inversi untuk memastikan sel mengumpul dan lepas dari permukaan botol. Empat mL medium komplit (medium yang mengandung serum) ditambahkan untuk menghentikan aktivitas tripsin yang dapat merusak sel. Sel suspensi dihisap dua tiga kali dengan pipet agar sel yang melekat benar-benar lepas . Suspensi sel dibagikan secara merata (~ 3 mL) pada botol-botol kultur baru yang telah ditandai tanggal subkultur dan nomor passagekulturnya. Sel hasil suspensi ditambahkan 8-12 mL medium baru pada tiap kultur baru dan diinkubasi pada suhu 37° C, inkubator 5% CO2. Karena menggunakan botol kultur 75 cm2, jumlah total volume adalah 10-13 mL medium per botol. Sel dihitung dengan hemositometer dan diencerkan sampai kepadatan sel yang diinginkan sehingga jumlah sel yang spesifik dapat ditambahkan pada tiap tempat kultur. Konsentrasi sel akhir sebesar 5 x 104 sel/mL sudah memadai untuk suatu subkultur. Jika diperlukan, subkultur yang agak padat setelah 3 atau 4 hari diganti medium 3 kulturnya sebagai asupan makan yang adekuat untuk sel. 7. Implantasi bMSCs Sel punca mesenkimal pada media kultur yang telah penuh (confluent)dengan kepadatan 10 juta sel/ml , sel tersebut dilepaskan dari penempelan di plastik botol kultur dengan tripsin 0.25%-EDTA 1 mMol (Gibco, Grand Island, New York) dan ditanam pada hidroksiapatit dan selanjutnya diimplantasikan pada daerah fraktur. Pada saat prosedur kultur sel,aspirat sum-sum tulang, supernatan sel kultur dan supernatan sel kultur pada saat pemanenan sel harus ditapis adanya HbsAg, HIV, dan HCV, dan hasilnya harus tetap negatif (skrining sebelumnya pada pasien juga negatif). 8. Pasien yang akan dilakukan reposisi tertutup dalam narkose atau reposisi terbuka sebelumnya harus diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan dan resiko yang akan dihadapi. Tindakan akan dilakukan setelah pasien memahami dan menyetujui inform consent yang kita berikan. Dokter harus membuatkan surat konsul ke dokter penyakit dalam, dokter anak, dokter anaestesi, atau dokter spesialis lainnya sesuai kebutuhan untuk toleransi tindakan. Dokter juga harus membuatkan surat perintah rawat. 9. Tindakan akan dilakukan setelah pasien menyelesaikan administrasi keuangan 10. Tindakan anaestesi umum dilakukan oleh dokter anaestesi dan setelah pasien dalam narkose, dokter bedah orthopaedi melakukan reposisi terbuka dan fiksasi interna atau eksterna pada fraktur, kemudian diikuti dengan tindakan implantasi sel punca mesenkimal 11. Setelah pasien menyetujui tindakan terapi sel punca setelah dilakukan inform consent. Dalam keadaan non akut (kasus delayed union/nonunion), aspirasi sum-sumtulang dapat dilakukan secara rawat jalan dan dengan anestesi local. Kemudian pasien akan dibuatkan surat konsul ke dokter penyakit dalam, dokter anaestesi, atau dokter spesialis lainnya sesuai kebutuhan untuk toleransi tindakan tahap kedua, berupa reposisi terbuka dan fiksasi interna serta implantasi sel punca. Pasien diminta kontrol sesuai jadwal. 12. Pasien kembali kontrol setelah toleransi tindakan dianggap cukup untuk menentukan jadwal tindakan sesuai kesepakatan dengan dokter. Dan dokter akan membuatkan surat perintah rawat sesuai dengan ruangan yang diinginkan oleh pasien. 13. Pasien sudah harus dirawat paling lambat 1 hari sebelum tindakan dilakukan untuk pemeriksaan pre-anaestesi oleh dokter anaestesi atau dirawat lebih awal sesuai kebutuhan toleransi operasi. Persiapan operasi dilakukan diruangan oleh perawat 4 14. 15. 16. 17. Dokumen terkait Unit terkait 5 atas instruksi dokter orthopaedi. Pasien sudah harus datang 30 menit sebelum tindakan dan menyelesaikan administrasi keuangan sebelum dilakukan tindakan Tindakan anaestesi akan dilakukan oleh dokter anaestesi sesuai jadwal dan persiapan tindakan dilakukan oleh perawat atas instruksi dokter dan tindakan reposisi serta stabilisasi dilakukan oleh dokter bedah orthopaedi Pasca tindakan pasien kembali ke ruangan. Perawatan selama di ruangan menjadi tanggungjawab dokter bedah orthopaedi dan akan dipulangkan apabila keadaan pasien memungkinkan Pasien diharuskan kontrol sesuai dengan instruksi dokter. 1. Surat rujukan 2. Rekam medis 3. Hasil pemeriksaan 1. Departemen radiologi 2. Departemen Patologi Klinik 3. Departemen Penyakit Dalam 4. Ruang rawat terkait PELAYANAN PASIEN DENGAN TERAPI SEL PUNCA MESENKIMAL PADA REKONSTRUKSI FRAKTUR Dokter Pasien → Pendaftaran → -anamnesa -pemeriksaan fisik -radiologi ↓ Fraktur yang memerlukan rekonstruksi fraktur ↓ ↓ Kasus akut : Defek tulang Tahap 1: reposisi terbuka dan fiksasi interna/eksterna , dan aspirasi sum-sum tulang dalam anestesi umum/regional Tahap 2 : implantasi sel punca mesenkimal 10juta/ml dalam hidroksiapatit 6 kasus elektif :delayed/nonunion Tahap 1: aspirasi sum-sum tulang dengan local anestesi, isolasi, proliferasi dan atau differensiasi sel punca mesenkimal Tahap 2 : reposisi terbuka dan fiksasi interna atau eksterna, serta implantasi sel punca mesenkimal 10 juta/ml dalam hidroksiapatit