Uploaded by riobelitung33

Makalah Sistem Pertahanan Tubuh (Sistem Imun)

advertisement
MAKALAH
SISTEM PERTAHANAN TUBUH
(SISTEM IMUN)
Dosen Pengampu: Appersita Febriyumita Djuria, M.Pd.
Disusun untuk melengkapi tugas
Mata Kuliah Anatomi Olahraga.
Disusun oleh Kelompok 11:
Ahmad Fityan Amali
240241052
Irsyadul Haromain
240241058
Reyhan Patra Davi
240241045
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2025/2026
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan
kepada baginda Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang
lurus berupa ajaran agama yang sempurna dengan bahasa yang sangat indah.
Penulis bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang kami beri
judul “Sistem Kulit” sebagai tugas dari mata kuliah Anatomi Olahraga. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika makalah ini tentu
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk
memperbaiki karya-karya kami di lain waktu.
Pangkalpinang, 24 November 2025
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Sistem Imun Tubuh ......................................................................................... 3
1. Organ Utama Sistem Imun ............................................................................ 3
2. Sel-Sel Sistem Imun ...................................................................................... 4
3. Mekanisme Sistem Imun ............................................................................... 4
B. Pertahanan Fisik .............................................................................................. 5
1. Kulit sebagai Penghalang Anatomi Utama .................................................... 5
2. Regenerasi Sel Kulit dan Pencegahan Kolonisasi Mikroorganisme ............. 5
3. Selaput Lendir sebagai Pertahanan Fisik Internal ......................................... 6
4. Hubungan Pertahanan Fisik dengan Aktivitas Olahraga ............................... 6
C. Pertahanan Mekanik ....................................................................................... 7
1. Pertahanan Mekanik pada Sistem Pernapasan............................................... 7
2. Pertahanan Mekanik pada Sistem Pencernaan .............................................. 8
3. Pertahanan Mekanik pada Sistem Ekskresi ................................................... 9
4. Relevansi Pertahanan Mekanik dalam Aktivitas Olahraga ........................... 9
D. Pertahanan Kimiawi........................................................................................ 9
1. Zat Kimia pada Permukaan Tubuh .............................................................. 10
2. Pertahanan Kimiawi pada Sistem Pencernaan............................................. 11
3. Pertahanan Kimiawi Internal ....................................................................... 11
4. Hubungan Pertahanan Kimiawi dengan Aktivitas Olahraga ....................... 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 13
Kesimpulan........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xiv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tubuh manusia setiap hari terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan luar
yang mengandung berbagai potensi ancaman, seperti bakteri, virus, jamur, dan
parasit. Ancaman tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai jalur,
antara lain kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan, serta sistem urogenital.
Apabila tubuh tidak memiliki sistem perlindungan yang memadai, maka berbagai
mikroorganisme patogen tersebut dapat dengan mudah menyebabkan gangguan
kesehatan hingga penyakit yang serius. Oleh karena itu, keberadaan sistem
pertahanan tubuh atau sistem imun menjadi sangat penting sebagai mekanisme
alami untuk menjaga keseimbangan dan kelangsungan hidup manusia.
Sistem imun merupakan suatu sistem biologis yang kompleks dan terorganisasi,
yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan benda asing serta menjaga
kestabilan lingkungan internal tubuh (homeostasis). Sistem ini bekerja melalui
berbagai mekanisme yang saling berkaitan, mulai dari pertahanan paling awal yang
bersifat nonspesifik hingga respons imun yang lebih spesifik dan adaptif. Dalam
kajian anatomi dan fisiologi, sistem imun tidak bekerja secara terpisah, melainkan
berinteraksi dengan berbagai sistem tubuh lainnya, seperti sistem peredaran darah,
sistem limfatik, sistem pernapasan, dan sistem integumen. Interaksi tersebut
memungkinkan tubuh memberikan respons yang cepat dan efektif terhadap
berbagai ancaman yang masuk.
Salah satu aspek penting dalam sistem imun adalah mekanisme pertahanan
nonspesifik yang meliputi pertahanan fisik, pertahanan mekanik, dan pertahanan
kimiawi. Pertahanan fisik berfungsi sebagai penghalang awal yang mencegah
patogen masuk ke dalam tubuh, pertahanan mekanik berperan dalam mengeluarkan
patogen melalui gerakan alami tubuh, sedangkan pertahanan kimiawi bekerja
dengan memanfaatkan zat-zat kimia yang mampu menghambat atau membunuh
mikroorganisme. Ketiga bentuk pertahanan ini bekerja secara simultan dan
1
berkesinambungan sebagai garis pertahanan pertama sebelum sistem imun adaptif
diaktifkan.
Oleh karena itu, makalah ini bertujuan membantu mahasiswa memahami
mekanisme pertahanan fisik, mekanik, dan kimiawi agar dapat diterapkan dalam
menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah.
1. Apa yang dimaksud dengan sistem imun atau sistem pertahanan tubuh
manusia?
2. Bagaimana mekanisme kerja sistem imun dalam melindungi tubuh dari
patogen?
3. Bagaimana peran pertahanan fisik, mekanik, dan kimiawi dalam sistem
pertahanan tubuh?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan penulisan di atas, maka tujuan penulisan adalah.
1. Untuk mengetahui pengertian dan mekanisme kerja sistem imun tubuh
manusia.
2. Untuk memahami peran pertahanan fisik, mekanik, dan kimiawi dalam
melindungi tubuh dari patogen.
3. Untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya sistem pertahanan
tubuh dalam menjaga kesehatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Imun Tubuh
Sistem imun adalah kumpulan mekanisme yang terdapat di dalam makhluk
hidup yang memiliki fungsi melindungi tubuh dari infeksi dengan melakukan
identifikasi dan membunuh substansi patogen atau berbagai ancaman yang
menyerang tubuh (Prodyanatasari, 2023). Ancaman tersebut dapat berupa
mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit, maupun zat asing
lainnya yang berpotensi merusak keseimbangan fisiologis tubuh. Sementara
Respons Imun adalah respons yang terkoordinasi dari sel dan molekul tersebut
terhadap patogen seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit (Prodyanatasari, 2023).
Dalam kajian anatomi dan fisiologi, sistem imun tidak berdiri sendiri,
melainkan bekerja secara terpadu dengan sistem tubuh lainnya, seperti sistem
peredaran darah, sistem limfatik, sistem integumen (kulit), dan sistem pernapasan.
Integrasi antar sistem ini memungkinkan tubuh memberikan respons yang cepat,
tepat, dan efektif terhadap berbagai bentuk ancaman.
1. Organ Utama Sistem Imun
a. Tonsil ialah jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulan-kumpulan
limposit dan fungsinya ialah memproduksi limposit dan antibodi yang
kemudian akan masuk ke dalam cairan lymph (limpa).
b. Limpa ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah
belakang lambung. Limpa berfungsi sebagai:
1) Tempat pembentukan sel darah putih;
2) Tempat cadangan sel darah;
3) Tempat pembongkaran sel darah merah yang sudah mati;
4) Tempat membunuh kuman-kuman penyakit.
c. Thymus suatu jaringan lymphatic yang terletak sepanjang trakea di
rongga dada bagian atas. Thymus membesar sewaktu pubertas dan
atrophy (mengecil) setelah dewasa. Fungsi thymus ialah memproses
3
limposit muda menjadi Limposit T. Limposit T yang terbentuk tersebut
kemudian berimigrasi menuju jaringan-jaringan limfatik lainnya.
d. Sumsum Tulang termasuk jaringan limfatik yang memproduksi limposit
muda yang akan diproses pada thymus atau tempat-tempat lainnya untuk
menjadi Limposit T dan Limposit B (Pertiwi et al., 2015).
2. Sel-Sel Sistem Imun
a. Sel B (limfosit B)
Berfungsi membentuk antibodi untuk melawan antigen. Sel B
berdiferensiasi menjadi sel plasma (produksi antibodi) dan sel memori
(berfungsi dalam respon imunitas sekunder).
b. Sel T (limfosit T)
Yaitu sel darah putih yang mempu mengenali dan membedakan jenis
antigen/petogen spesifik. Saat pengenalan antigen, sel T berdiferensiasi
menjadi sel T memori dan sel T efektor (sel T sitotoksik, sel T penolong dan
sel T supresor).
c. Makrofag
Adalah sel fagosit besar dalam jaringan, berasal dari perkembangan sel
darah putih, berfungsi menelan antigen/bakteri untuk dihancurkan secara
enzimatik.
d. Sel pembunuh alami (NK=Natural Killer)
Adalah sekumpulan limfosit non-T dan non-B yang bersifat sitotoksik.
3. Mekanisme Sistem Imun
Secara mekanisme kerja, sistem imun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
imunitas bawaan (innate immunity) dan imunitas adaptif (adaptive immunity).
Imunitas bawaan diperkaya oleh struktur dan sel pada permukaan barier tubuh
manusia, dengan cepat merespons rangsangan yang berasal dari inang atau
mikroba. Imunitas bawaan juga memiliki peran kompleks dalam mempengaruhi
secara langsung respon imun adaptif dalam konteks homeostasis, infeksi atau
peradangan. Imunitas adaptif juga secara timbal balik mempengaruhi sel pada
system imun bawaan, menunjukkan bahwa interaksi ini merupakan penentu
4
penting dari respons imun dalam jaringan tubuh (Rahadianti & Herlinawati,
2022).
B. Pertahanan Fisik
Pertahanan fisik merupakan lapisan pertahanan paling awal dalam sistem imun
tubuh manusia. Pertahanan ini bekerja dengan cara mencegah masuknya
mikroorganisme patogen ke dalam tubuh melalui penghalang struktural yang
dimiliki tubuh. Keberadaan pertahanan fisik menjadi sangat penting karena
berfungsi sebagai benteng pertama sebelum tubuh mengaktifkan mekanisme
pertahanan lainnya, seperti pertahanan mekanik, kimiawi, maupun respons imun
seluler. Dengan adanya pertahanan fisik yang baik, risiko infeksi dapat ditekan
sejak tahap awal paparan patogen.
1. Kulit sebagai Penghalang Anatomi Utama
Kulit merupakan organ terluas pada tubuh manusia dan berperan sebagai
penghalang anatomi utama terhadap lingkungan luar. Secara struktural, kulit
tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis
(Nukhrowati, 2017). Lapisan epidermis, khususnya stratum korneum, tersusun
atas sel-sel epitel yang mengalami proses keratinisasi. Proses keratinisasi ini
menghasilkan lapisan sel mati yang kaya akan keratin, sehingga permukaan
kulit menjadi keras, kering, dan relatif sulit ditembus oleh mikroorganisme
patogen.
Keberadaan stratum korneum menjadikan kulit sebagai penghalang fisik
yang efektif terhadap masuknya bakteri, virus, dan jamur. Selain itu, struktur
berlapis pada epidermis juga memberikan perlindungan tambahan terhadap
cedera mekanis ringan.
2. Regenerasi Sel Kulit dan Pencegahan Kolonisasi Mikroorganisme
Kulit memiliki kemampuan regenerasi yang sangat tinggi. Sel-sel epidermis
terus mengalami pembelahan dan diferensiasi, kemudian bergerak menuju
permukaan kulit sebelum akhirnya terkelupas sebagai sel kulit mati. Proses ini
tidak hanya berperan dalam peremajaan kulit, tetapi juga menjadi mekanisme
pertahanan fisik yang penting.
5
Mikroorganisme yang menempel pada permukaan kulit akan ikut terlepas
bersama sel kulit mati yang mengalami deskuamasi. Dengan demikian, proses
regenerasi kulit membantu mencegah terjadinya kolonisasi mikroorganisme
dalam jangka waktu lama. Menurut Rengganis, I., & Baratawidjaja, (2018),
mekanisme ini merupakan bagian dari pertahanan nonspesifik tubuh yang
bekerja secara terus-menerus tanpa disadari.
3. Selaput Lendir sebagai Pertahanan Fisik Internal
Selain kulit, selaput lendir atau membran mukosa juga berperan penting
sebagai pertahanan fisik. Selaput lendir melapisi berbagai saluran tubuh yang
berhubungan langsung dengan lingkungan luar, seperti saluran pernapasan,
saluran pencernaan, dan saluran urogenital. Permukaan selaput lendir dilapisi
oleh mukus yang bersifat lengket, sehingga mampu menjebak partikel asing dan
mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh.
Mukus berfungsi sebagai penghalang fisik yang mencegah patogen
berinteraksi langsung dengan sel-sel epitel. Dengan adanya mukus,
mikroorganisme akan terperangkap dan lebih mudah dikeluarkan melalui
mekanisme pertahanan mekanik. Hall, (2019), menyatakan bahwa selaput
lendir memiliki peranan yang sangat vital dalam menjaga kestabilan lingkungan
internal tubuh.
4. Hubungan Pertahanan Fisik dengan Aktivitas Olahraga
Dalam konteks aktivitas olahraga, pertahanan fisik memiliki peranan yang
sangat strategis. Aktivitas fisik yang intens sering kali meningkatkan risiko
terjadinya gesekan, lecet, atau luka kecil pada kulit. Apabila integritas kulit
terganggu, patogen akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan
infeksi.
Oleh karena itu, pemahaman mengenai pertahanan fisik menjadi sangat
penting bagi individu yang aktif secara fisik, termasuk atlet dan mahasiswa
pendidikan jasmani. Menjaga kebersihan kulit, menggunakan perlindungan
yang sesuai, serta melakukan perawatan luka dengan benar merupakan bagian
dari upaya mempertahankan fungsi pertahanan fisik tubuh. Dengan pertahanan
fisik yang optimal, tubuh akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan
6
lingkungan tanpa harus terlalu bergantung pada mekanisme pertahanan internal
yang lebih kompleks.
C. Pertahanan Mekanik
Pertahanan mekanik merupakan bagian dari sistem imun bawaan yang bekerja
melalui proses fisik dan gerakan alami tubuh untuk mencegah mikroorganisme
patogen menetap, berkembang, atau menembus jaringan tubuh. Mekanisme ini
bersifat nonspesifik dan berlangsung secara terus-menerus tanpa disadari.
Keunggulan
utama
pertahanan
mekanik
terletak
pada
kemampuannya
mengeluarkan patogen secara langsung sebelum memicu respons imun yang lebih
kompleks (Rengganis, I., & Baratawidjaja, 2018).
Dalam kehidupan sehari-hari, pertahanan mekanik memainkan peran yang
sangat penting karena tubuh manusia secara konstan berinteraksi dengan
lingkungan luar. Debu, mikroorganisme, dan partikel asing lainnya dapat masuk
melalui saluran pernapasan, pencernaan, maupun urogenital. Oleh karena itu, tubuh
dilengkapi dengan berbagai mekanisme mekanik yang dirancang khusus untuk
menjaga kebersihan internal dan mempertahankan homeostasis.
1. Pertahanan Mekanik pada Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan merupakan salah satu jalur utama masuknya patogen ke
dalam tubuh. Untuk mengantisipasi hal tersebut, saluran pernapasan dilengkapi
dengan mekanisme pertahanan mekanik berupa sistem mukosiliar. Sistem ini
terdiri atas mukus dan silia yang terdapat pada epitel saluran napas, mulai dari
rongga hidung hingga bronkus. Mukus berfungsi menangkap debu, bakteri, dan
virus, sedangkan silia berfungsi menggerakkan mukus tersebut ke arah faring
untuk kemudian dikeluarkan atau ditelan (Luthfianto et al., 2023).
Gerakan silia berlangsung secara ritmis dan terkoordinasi, sehingga efektif
dalam membersihkan saluran pernapasan. Apabila fungsi silia terganggu,
misalnya akibat paparan asap rokok atau polusi udara, maka risiko infeksi
saluran pernapasan akan meningkat. Hall, (2019), menjelaskan bahwa sistem
mukosiliar merupakan salah satu mekanisme pertahanan mekanik terpenting
dalam menjaga kebersihan paru-paru.
7
Selain sistem mukosiliar, refleks batuk dan bersin juga berperan sebagai
pertahanan mekanik. Batuk terjadi ketika terdapat rangsangan pada saluran
napas bagian bawah, sedangkan bersin merupakan respons terhadap rangsangan
pada mukosa hidung. Kedua refleks ini bekerja dengan cara mengeluarkan
udara secara kuat dan cepat, sehingga partikel asing dan mikroorganisme
terdorong keluar dari saluran pernapasan. Menurut Sherwood, (2018), refleks
batuk dan bersin merupakan respons protektif yang sangat efektif dalam
mencegah patogen mencapai jaringan paru-paru.
Dalam aktivitas olahraga, frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat
secara signifikan. Kondisi ini menyebabkan saluran pernapasan lebih sering
terpapar udara luar. Oleh karena itu, fungsi pertahanan mekanik pada sistem
pernapasan menjadi semakin penting untuk mencegah masuknya patogen
selama aktivitas fisik intensif.
2. Pertahanan Mekanik pada Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan juga memiliki mekanisme pertahanan mekanik yang
berperan penting dalam mencegah infeksi. Proses mengunyah makanan
merupakan bentuk pertahanan mekanik awal yang membantu menghancurkan
partikel makanan sekaligus mengurangi jumlah mikroorganisme yang masuk ke
dalam saluran cerna. Setelah makanan ditelan, gerakan peristaltik esofagus dan
usus berfungsi mendorong makanan sepanjang saluran pencernaan (Luthfianto
et al., 2023).
Gerakan peristaltik ini tidak hanya berfungsi dalam proses pencernaan dan
penyerapan nutrisi, tetapi juga membantu mencegah mikroorganisme menetap
terlalu lama pada dinding saluran cerna. Mikroorganisme yang masuk bersama
makanan akan ikut terdorong dan akhirnya dikeluarkan bersama sisa
pencernaan. Menurut Rehena & Wael, (2023), peristaltik usus merupakan
mekanisme penting dalam menjaga kebersihan saluran cerna.
Selain itu, refleks muntah juga dapat berperan sebagai pertahanan mekanik
apabila tubuh mendeteksi adanya zat berbahaya atau iritasi berat pada lambung.
Mekanisme ini menunjukkan bahwa sistem pencernaan memiliki kemampuan
8
adaptif untuk melindungi tubuh dari ancaman yang masuk melalui makanan dan
minuman.
3. Pertahanan Mekanik pada Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi, khususnya sistem urinaria, memiliki mekanisme
pertahanan mekanik berupa aliran urin yang kontinu. Aliran urin membantu
membersihkan
saluran
kemih
dari
mikroorganisme
yang berpotensi
menyebabkan infeksi (Suryati et al., 2025). Proses buang air kecil berfungsi
sebagai mekanisme pembilasan alami yang mencegah patogen menempel dan
berkembang pada dinding uretra dan kandung kemih.
Apabila aliran urin terhambat atau frekuensi berkemih berkurang, risiko
terjadinya infeksi saluran kemih dapat meningkat. Oleh karena itu, kecukupan
asupan cairan sangat penting dalam mendukung efektivitas pertahanan mekanik
pada sistem ekskresi. Rengganis, I., & Baratawidjaja, (2018), menegaskan
bahwa mekanisme pembilasan ini merupakan bagian integral dari pertahanan
nonspesifik tubuh.
4. Relevansi Pertahanan Mekanik dalam Aktivitas Olahraga
Dalam konteks aktivitas olahraga, pertahanan mekanik memiliki peran yang
sangat signifikan. Aktivitas fisik meningkatkan laju pernapasan, sirkulasi darah,
serta produksi keringat dan urin. Kondisi ini secara tidak langsung memperkuat
mekanisme pembilasan alami tubuh terhadap patogen.
Namun demikian, olahraga yang dilakukan secara berlebihan tanpa
diimbangi dengan istirahat yang cukup dapat menurunkan efektivitas sistem
imun, termasuk pertahanan mekanik. Oleh karena itu, pengaturan intensitas
latihan, hidrasi yang adekuat, dan pemulihan yang optimal menjadi faktor
penting dalam menjaga fungsi pertahanan mekanik tubuh. Dengan pertahanan
mekanik
yang
bekerja
secara
optimal,
tubuh
akan
lebih
mampu
mempertahankan diri dari infeksi selama dan setelah melakukan aktivitas fisik.
D. Pertahanan Kimiawi
Pertahanan kimiawi merupakan salah satu komponen penting dalam sistem
imun bawaan yang bekerja melalui berbagai zat kimia untuk menghambat
9
pertumbuhan,
menonaktifkan,
atau
membunuh
mikroorganisme
patogen.
Mekanisme ini bekerja baik pada permukaan tubuh maupun di dalam organ-organ
internal dan berfungsi sebagai pelengkap pertahanan fisik dan mekanik.
Keberadaan pertahanan kimiawi memungkinkan tubuh menciptakan lingkungan
yang tidak menguntungkan bagi patogen sehingga mencegah terjadinya infeksi
sejak tahap awal (Rengganis, I., & Baratawidjaja, 2018).
Secara fisiologis, pertahanan kimiawi bersifat nonspesifik dan sudah ada sejak
lahir. Mekanisme ini bekerja secara terus-menerus tanpa disadari dan menjadi
bagian integral dari upaya tubuh dalam mempertahankan keseimbangan internal
(homeostasis). Dalam konteks kesehatan dan olahraga, pertahanan kimiawi sangat
berperan dalam menjaga daya tahan tubuh, terutama ketika individu mengalami
stres fisik akibat aktivitas yang intens.
1. Zat Kimia pada Permukaan Tubuh
Permukaan tubuh manusia, khususnya kulit dan selaput lendir,
menghasilkan berbagai zat kimia yang memiliki sifat antimikroba. Kulit
menghasilkan keringat dan sebum yang bersifat asam, dengan nilai pH berkisar
antara 4,5–6,5. Kondisi asam ini tidak mendukung pertumbuhan sebagian besar
bakteri patogen, sehingga membantu menghambat kolonisasi mikroorganisme
pada permukaan kulit.
Keringat juga mengandung senyawa antimikroba alami yang berfungsi
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Sebum yang dihasilkan oleh
kelenjar minyak turut berperan dalam menjaga kelembapan kulit sekaligus
menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi patogen. Hall, (2019),
menjelaskan bahwa keseimbangan kimia pada permukaan kulit merupakan
faktor penting dalam mempertahankan fungsi protektif kulit sebagai bagian dari
sistem imun bawaan.
Selain kulit, air mata dan air liur juga mengandung enzim lisozim. Enzim
ini berfungsi merusak dinding sel bakteri dengan cara memutus ikatan
peptidoglikan, sehingga bakteri menjadi lisis dan mati. Keberadaan lisozim
pada sekresi tubuh menunjukkan bahwa bahkan cairan tubuh sehari-hari
memiliki peran protektif terhadap masuknya mikroorganisme.
10
2. Pertahanan Kimiawi pada Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan merupakan salah satu jalur utama masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh. Untuk mengantisipasi hal tersebut, tubuh
dilengkapi dengan pertahanan kimiawi yang sangat kuat, terutama pada
lambung. Asam klorida (HCl) yang dihasilkan oleh sel parietal lambung
menciptakan lingkungan dengan tingkat keasaman yang sangat rendah,
sehingga mampu membunuh sebagian besar mikroorganisme yang masuk
bersama makanan dan minuman.
Lingkungan asam lambung tidak hanya berperan dalam proses pencernaan
protein, tetapi juga berfungsi sebagai penghalang kimiawi terhadap patogen.
Apabila produksi asam lambung terganggu, risiko infeksi saluran pencernaan
dapat meningkat. Rehena & Wael, (2023), menyatakan bahwa keseimbangan
asam lambung sangat penting dalam menjaga fungsi protektif sistem
pencernaan.
Selain asam lambung, enzim-enzim pencernaan seperti pepsin dan enzim
proteolitik lainnya juga berkontribusi dalam merusak struktur mikroorganisme.
Kombinasi antara pertahanan mekanik dan kimiawi menjadikan sistem
pencernaan sebagai salah satu garis pertahanan yang efektif dalam sistem imun
tubuh.
3. Pertahanan Kimiawi Internal
Di dalam tubuh, pertahanan kimiawi melibatkan berbagai molekul yang
diproduksi oleh sel-sel imun, seperti interferon, sitokin, dan sistem komplemen.
Interferon merupakan protein yang dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus dan
berfungsi menghambat replikasi virus pada sel-sel di sekitarnya. Dengan
demikian, interferon membantu membatasi penyebaran infeksi virus di dalam
tubuh.
Sistem komplemen terdiri atas serangkaian protein plasma yang bekerja
secara berantai untuk menghancurkan mikroorganisme. Aktivasi sistem
komplemen dapat menyebabkan lisis sel patogen, meningkatkan proses
fagositosis, serta memicu respons inflamasi. Rengganis, I., & Baratawidjaja,
11
(2018), menjelaskan bahwa sistem komplemen merupakan bagian penting dari
pertahanan nonspesifik yang memperkuat kerja sel fagosit.
Sitokin berperan sebagai molekul sinyal yang mengatur komunikasi antar
sel imun. Melalui pelepasan sitokin, tubuh dapat mengoordinasikan respons
imun secara lebih efektif, baik pada fase awal infeksi maupun pada tahap
eliminasi patogen.
4. Hubungan Pertahanan Kimiawi dengan Aktivitas Olahraga
Aktivitas olahraga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sistem
imun, termasuk mekanisme pertahanan kimiawi. Olahraga dengan intensitas
sedang diketahui dapat meningkatkan fungsi sistem imun dan memperbaiki
regulasi sitokin. Sebaliknya, olahraga dengan intensitas sangat tinggi yang
dilakukan secara berlebihan tanpa pemulihan yang cukup dapat menekan fungsi
imun sementara, termasuk produksi zat-zat kimia protektif.
Dalam konteks pendidikan jasmani dan kesehatan, pemahaman mengenai
pertahanan kimiawi menjadi penting untuk mengoptimalkan manfaat olahraga
bagi kesehatan tubuh. Dengan pengaturan intensitas latihan yang tepat, asupan
nutrisi yang seimbang, dan waktu istirahat yang cukup, mekanisme pertahanan
kimiawi tubuh dapat bekerja secara optimal dalam menjaga daya tahan tubuh
terhadap infeksi.
Secara keseluruhan, pertahanan kimiawi menunjukkan bahwa tubuh
manusia memiliki sistem perlindungan yang tidak hanya bergantung pada
struktur dan gerakan, tetapi juga pada mekanisme biokimia yang kompleks dan
terkoordinasi. Mekanisme ini bekerja bersama pertahanan fisik dan mekanik
untuk menciptakan sistem imun yang efektif dalam menjaga kesehatan dan
kelangsungan hidup manusia.
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem imun atau sistem pertahanan tubuh merupakan mekanisme biologis yang
sangat penting dalam menjaga tubuh dari berbagai ancaman patogen, baik yang
berasal dari lingkungan luar maupun dari dalam tubuh. Sistem ini bekerja secara
terorganisasi melalui keterlibatan organ, sel, dan mekanisme pertahanan yang
saling berkaitan untuk mempertahankan keseimbangan dan kesehatan tubuh.
Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas pertahanan fisik, mekanik, dan
kimiawi yang termasuk dalam sistem imun bawaan. Pertahanan fisik berfungsi
sebagai penghalang awal masuknya mikroorganisme, pertahanan mekanik berperan
mengeluarkan patogen melalui gerakan alami tubuh, sedangkan pertahanan
kimiawi bekerja dengan memanfaatkan zat-zat kimia yang mampu menghambat
atau membunuh mikroorganisme. Ketiga mekanisme ini bekerja secara sinergis
sebagai garis pertahanan pertama sebelum respons imun adaptif diaktifkan.
Pemahaman mengenai sistem pertahanan tubuh menjadi sangat relevan dalam
konteks pendidikan jasmani, kesehatan, dan olahraga. Aktivitas fisik yang
dilakukan secara teratur dan seimbang dapat mendukung kinerja sistem imun,
sementara aktivitas fisik yang berlebihan tanpa pemulihan yang cukup dapat
berdampak negatif terhadap daya tahan tubuh. Oleh karena itu, pemahaman yang
baik mengenai sistem pertahanan tubuh diharapkan dapat membantu individu
dalam menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebugaran tubuh secara optimal.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hall, J. E. (2019). Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Elsevier.
Luthfianto, D., Indriputri, C., Purwoto, A., Padoli, P., Ambawarwati, R., Faizal, I.
A., Taufiqurrahman, M., Husen, F., Witriyani, W., Supriatin, T., & Rahmi, A.
(2023). Buku Ajar Imunologi. Science Techno Direct.
Nukhrowati, Y. U. (2017). Efektivitas Antihipertensi Film Transdermal Diltiazem
Hcl dengan Variasi Konsentrasi Peningkat Penetrasi Dimethyl Sulfoxide pada
Tikus Jantan Galur Wistar. Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Pertiwi, A. S., Ardianty, N., & Azwarini, R. (2015). Makalah Immunoserologi
Konsep Dasar Pertahanan Tubuh.
Prodyanatasari, A. (2023). Pemberdayaan Masyarakat Desa Blimbing dalam
Pembuatan Jasimun (Jamu Sistem Imun) sebagai Upaya Peningkatan Imunitas
di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pengabdian Masyarakat (Jupemas), 4(2),
16–22.
Rahadianti, D., & Herlinawati, H. (2022). Sistem Imunitas Alamiah dan Sistem
Imunitas Adaptif. Nusantara Hasana Journal, 2(3), 98–106.
Rehena, J. F., & Wael, S. (2023). Buku Ajar Anatomi Fisiologi Manusia untuk S1
Biologi. Sarnu Untung.
Rengganis, I., & Baratawidjaja, K. G. (2018). Imunologi Dasar. . Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sherwood, L. (2018). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Suryati, S., Yulianto, A., Ifadah, E., Rinestaelsa, U. A., Anwar, T., Sudrajat, A.,
Agil, N. M., Sujati, N. K., Mubarak, Z., Larasati, A. D., & Nafisah, S. (2025).
Buku Ajar Keperawatan Dewasa Sistem Pencernaan dan Perkemihan.
Sonpedia Publishing Indonesia.
xiv
xv
Download