perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : RISCHA NUR FITRIYANA NIM : K4305040 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG TAHUN AJARAN 2009/2010 OLEH: RISCHA NUR FITRIYANA NIM : K4305040 Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Rischa Nur Fitriyana. THE APPLICATION OF MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TGT (Teams Games Tournament) OF USING PUZZLE TO IMPROVE THE STUDENT’S RESPONSE TO BIOLOGY LEARNING IN THE VII GRADERS OF SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, October 2010. The objective of research is to improve the student’s response to Biology learning by applying the TGT (Teams Games Tournament) method of cooperative learning using puzzle in the VII graders of SMP Negeri 1 Mojogedang. This study belongs to a classroom action research with cycles. Each cycle consists of 4 basic stages: planning, acting, observing and reflecting. The data collection was done using observation, questionnaire and interview techniques. Data validity was tested using method triangulation technique. Technique of analyzing data employed was a qualitative descriptive analysis one. The result of research showing that the increase in each indicator of student’s response in biology learning has achieved the predetermined target. The target for indicator of involvement in preparation activity, process and learning sustainability is 75%. Percentage gain of involvement in preparation activity, process and learning sustainability indicator is 77.5%. The target for indicator of willingness to initiate is 75%. Percentage gain of willingness to initiate indicator is 77.5%. The target for indicator of work continuously or not stagnant in learning is 82.5%. Percentage gain of work continuously or not stagnant in learning indicator is 75%. The target for indicator of doing work without wasting time is 75%. Percentage gain of doing work without wasting time indicator is 75%. The conclusion that can be drawn is that the TGT (Teams Games Tournament) method of cooperative learning using puzzle can improve the student’s response in Biology learning. The research is stopped in the second cycle considering that the target has been achieved. Keywords: TGT (Teams Games Tournament) model of cooperative learning, puzzle, student’s response to Biology Learning commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Rischa Nur Fitriyana. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersiklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan dasar yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan observasi, angket, wawancara. Validitas data menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Simpulan penelitian yang diperoleh adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. Hal ini dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa peningkatan setiap indikator respons siswa dalam pembelajaran biologi telah dapat mencapai target yang telah ditentukan. Target untuk indikator keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar adalah 75%. Presentase capaian indikator keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar sebesar 77,5%. Target untuk indikator kemauan untuk berinisiatif adalah 75%. Presentase capaian indikator kemauan untuk berinisiatif sebesar 75%. Target untuk indikator kemauan untuk berkreasi adalah 75%. Presentase capaian indikator kemauan untuk berkreasi 77,5%. Target untuk indikator terus bekerja atau tidak macet dalam pembelajaran adalah 75%. Presentase capaian indikator terus bekerja atau tidak macet dalam pembelajaran sebesar 82,5%. Target untuk indikator melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu adalah 75%. Presentase capaian indikator melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu sebesar 75%. Penelitian dihentikan pada siklus kedua mengingat target telah tercapai. Kata Kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament), Puzzle, Respons siswa dalam Pembelajaran Biologi. commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S Alam Nasyrah: 6-8) Ada tiga perkara, barang siapa tiga perkara tersebut ada padanya, maka ia akan merasakan manisnya iman. Yaitu bahwa Allah dan Rosul-Nya lebih ia cintai dari segalanya, mencintai seseorang hanya karena Allah, takut kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan dari padanya, sebagaimana ia takut dilemparkan ke bara api (HR Bukhari) Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu, kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan. (Yunus:41) Cara termudah untuk menjadi rata-rata adalah melakukan hal-hal yang umum. Karena, cara-cara umum hanya akan menjadikan kita orang rata-rata, yang hidupnya diperlakukan rata-rata. Tegaslah untuk melakukan yang baru, yang menjadikan kita pribadi menonjol yang tidak pantas untuk diperlakukan rata-rata (Penulis) commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Karya ini penulis persembahkan kepada: Ibu, ibu dan ibuku tercinta yang senantiasa menyayangiku dan mendoakanku. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang tak pernah henti, uraian do’a yang terus mengalir, dan peluh keringat yang takkan terbalas dengan apapun. Terimakasih Ibu. Bapakku tercinta, terimakasih atas semua do’a, jerih payah, dan nasihatnasihat yang tak terbalas yang selalu menjadi motivasiku Adikku satu-satunya, Ahmad Faisal yang sangat aku banggakan, terimakasih udah bantu Mbak, I love You Full Bu Yayin dan Bu Retno terimakasih atas bimbingannya, arahan dan nasihatnya Eyang Putri, matur sembah nuwun eyang atas wejangan-wejangan dan perhatian yang diberikan kepada Rischa selama ini Pakde dan Budhe sekalian, yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan dan semangat Sahabat-sahabatku SMA (Wulan, Ayda, Yuri). Zaman kita selalu berjuang bersama, tertawa bersama, menangis bersama, I love U all Sahabat sedari kecil, Novia terimakasih atas persahabatan dan persaudaraan kita selama ini yang takkan luntur oleh waktu dan takkan terhapus oleh perubahan Sahabat seperjuangan Vita, Mbak danik, Mbak Ida makasih banget udah bantuin aku nyelesaiin skripsi dan nemenin di ujian skripsiku Hunnyku terimakasih atas supportnya, doanya dan kasih sayangnya Teman-teman seperjuangan Biologi kebersamaannya selama ini. Almamater commit to user viii ’05, terima kasih atas perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul ”PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournament) MENINGKATKAN RESPONS MENGGUNAKAN PUZZLE SISWA PEMBELAJARAN DALAM UNTUK BIOLOGI SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG TAHUN AJARAN 2009/2010” dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya hambatan yang ada dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dra. Muzayyinah, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 5. Dra. Sri Widoretno, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 6. Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Penguji yang telah memberikan pengarahan commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. Prof. Dr. Rer. Nat Sadjidan, M.Si, selaku Sekretaris Penguji yang telah memberikan arahan 8. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mojogedang yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 9. Abdul Hamid, Spd., selaku guru mata pelajaran biologi kelas VII C yang senantiasa membantu kelancaran penelitian dan kerja samanya. 10. Siswa siswi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang. 11. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan support baik moral maupun spriritual. 12. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Surakarta, Oktober 2010 Penulis commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGAJUAN ii HALAMAN PERSETUJUAN iii HALAMAN PENGESAHAN iv HALAMAN ABSTRAK v HALAMAN MOTTO vi HALAMAN PERSEMBAHAN vii KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah 4 C. Tujuan Penelitian 4 D. Manfaat Penelitian 4 BAB II. LANDASAN TEORI 5 A. Tinjauan Pustaka 5 1. Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) 5 Menggunakan Puzzle B. 2. Respons 11 Kerangka Berpikir 15 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 16 A. Tempat dan Waktu Penelitian 16 1. Tempat Penelitian 16 2. Waktu Penelitian 16 B. Bentuk dan Strategi Penelitian 17 C. Sumber Data 20 commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id D digilib.uns.ac.id Teknik Pengumpulan Data 21 1. Observasi 21 2. Wawancara 21 3. Angket 22 .E Validitas Data 23 F Analis Data 24 G Prosedur Penelitian 25 BAB IV. HASIL PENELITIAN 31 A Deskripsi Lokasi Penelitian 31 B Deskripsi Permasalahan Penelitian 32 C Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori 37 BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 65 A. Simpulan 65 B. Implikasi 65 C. Saran 65 DAFTAR PUSTAKA 66 LAMPIRAN 68 commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 1. Kriteria Penghargaan Tim 10 Tabel 2. Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran kooperatif 34 Tipe TGT Tabel 3. Indikator dalam Observasi Respons Siswa 35 Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan 40 Tabel 5. Presentasi Hasil Obsevasi Prasiklus 46 Tabel 6. Jumlah Jawaban Ya untuk Setiap Indikator pada Observasi Respons Siswa dalam Pembelajaran Siklus I 47 Tabel 7. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons 48 Siswa Siklus I Tabel 8. Persentase setiap indikator pada Angket Kepuasan Penggunaan TGT (Teams Games Tournament) Siklus I 57 Tabel 9. Jumlah Jawaban Ya untuk Setiap Indikator pada Observasi Respons Siswa dalam Pembelajaran Siklus II 58 Tabel 10. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons Siswa Siklus II 59 Tabel 11. 64 Tabel 12. Persentase setiap indikator pada Angket Kepuasan Penggunaan Model TGT (Teams Games Tournament) Siklus II Persentase setiap Indikator pada observasi Respons Siswa Tabel 13. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons Siswa 67 Tabel 14. Persentase setiap Indikator pada Angket kepuasan penggunaan TGT (Teams Games Tournament) setiap siklus. commit to user xiii 65 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema Papan Puzzle 9 Gambar 2. Kerangka Berpikir 9 Gambar 3. Skema Triangulasi 14 Gambar 4. Skema prosedur penelitian 14 Gambar 5. Diagram persentase untuk tiap Indikator pada Observasi Partisipasi Siswa Setiap Siklus 20 Gambar 6. Diagram persentase untuk tiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Setiap Siklus 30 Gambar 7. Diagram Persentase Setiap Indikator Pada Angket Kepuasan Siswa Terhadap penggunaan TGT (Teams Games Tournament). 31 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A. INSTRUMEN DAN HASIL PENELITIAN Lampiran 1. Silabus 79 Lampiran 2. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 81 b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 85 a. Bahan Diskusi Kelompok Siklus 1 89 b. Bahan Diskusi Kelompok Siklus II 98 a. Hasil Observasi Respons Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Pra Siklus b. Hasil Observasi Respons Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Siklus I c. Hasil Observasi Respons Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Siklus II 110 Lampiran 5. Kisi-kisi dan Hasil Angket Respons Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Pada Siklus 1 dan Siklus 2 116 Lampira 6. a. Hasil Test Kognitif Siklus I 126 b. Hasil Test Kognitif Siklus II 135 Lampiran 7. Kisi-kisi dan Angket Kepuasan TGT (Teams Games Tournament) Menggunakan Puzzle pada Siklus I dan Siklus II 143 Lampiran 8. a. Hasil Wawancara dengan Guru Prasiklus 156 b. Pedoman Wawancara Guru 158 c. Hasil Wawancara dengan Guru 159 d. Pedoman Wawancara Siswa 162 e. Hasil Wawancara dengan Siswa 163 Lampiran 3. Lampiran 4. commit to user xv 112 114 perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 9. digilib.uns.ac.id Daftar Nama Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang Lampiran 10. Daftar Presensi Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang 165 166 Lampiran 11. Daftar Nama Kelompok Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 167 Mojogedang Lampiran 12. Ringkasan Materi 168 Lampiran 13 Hasil Nilai Puzzle pada Siklus I 176 Lampiran 14 Hasil Nilai Puzzle pada Siklus II 177 LAMPIRAN B. DOKUMENTASI PENELITIAN Lampiran 15. a. Dokumentasi Penelitian Pra Siklus 184 b. Dokumentasi Penelitian Siklus I 185 c. Dokumentasi Penelitian Siklus II 187 LAMPIRAN C. PERIJINAN a. Surat Permohonan Observasi b. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi c. Surat Keputusan Ijin Penyusunan Skripsi d. Surat Permohonan Research/Try Out e. Surat Keterangan dari Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mojogedang commit to user xvi 189 190 191 192 193 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam maupun diluar kelas. Proses pembelajaran menggunakan berbagai sumber belajar sebagai bahan kajian. Pembelajaran akan efektif jika komunikasi antara guru dan siswa berlangsung dua arah. Pembelajaran yang dilakukan harus lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber informasi bagi siswa namun berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Guru tidak mendominasi kegiatan belajar tetapi menciptakan kondisi yang mendukung pembelajaran. Guru juga memberikan motivasi serta bimbingan kepada siswa agar siswa dapat meningkatkan respons terhadap pembelajaran dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Respons siswa dapat dilihat dari partisipasi siswa dan kemauan siswa mengikuti pembelajaran dengan baik selama proses pembelajaran. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi kelas VII C semester genap di SMP Negeri I Mojogedang menunjukkan bahwa respons siswa masih rendah. Hal tersebut tampak pada perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) siswa yang mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran sebesar 62,5%; 2) siswa yang mau untuk berinisiatif sebanyak 40,83%; 3) kemauan untuk berkreasi sebesar 0%; 4) siswa yang terus bekerja atau tidak macet sebanyak 27,5%; 5) siswa yang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sebesar 37,5%; 6) siswa senang bermain sendiri sebesar 24,17%, antara lain siswa membuat pesawat-pesawatan dari kertas, siswa bermain rubik, menggambar tokoh kartun idolanya dan membuat gulungan dari kertas untuk dilempar-lemparkan kepada temannya. Hasil wawancara guru dan siswa kelas VIIC menunjukkan bahwa dalam setiap pembelajaran biologi siswa kurang merespons pembelajaran. commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 Respons atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran dapat diupayakan dengan menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru harus mempunyai kemampuan dalam mengembangkan model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran kooperatif akan membantu meningkatkan respons siswa terhadap materi pelajaran yang dikarenakan adanya interaksi siswa didalam kelompoknya dan juga interaksi dengan guru. Didalam setiap kelompok, siswa yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu proses pemahaman bagi siswa yang berkemampuan sedang dan siswa yang berkemampuan rendah. Siswa yang berkemampuan sedang dan siswa yang berkemampuan rendah akan dapat segera menyesuaikan dalam proses pemahaman materi. Interaksi dalam setiap kelompok akan dapat berjalan baik jika setiap kelompok memiliki kemampuan yang heterogen. Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi di SMP Negeri 1 Mojogedang yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). TGT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang pelaksanaannya dibagi menjadi empat tahap pembelajaran, yaitu presentasi kelas (penyampaian materi), belajar tim (diskusi kelompok), permainan atau turnamen, dan penghargaan tim. Dalam observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa banyak siswa yang bermain, antara lain menbuat pesawat-pesawatan dari kertas, bermain rubik ataupun membuat gulungan-gulungan dari kertas untuk dilemparkan kepada temannya tetapi tidak menunjang pada materi, untuk itu dipilih model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai solusi karena didalamnya terdapat tahap pembelajaran berupa permainan, sehingga siswa tetap dapat bermain namun mengarah pada materi pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pada penelitian ini menggunakan puzzle yang dirancang untuk proses pembelajaran biologi. Kartu puzzle didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan disusun dalam bentuk kata-kata yang berkaitan dengan materi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan judul penelitian sebagai berikut: “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 TIPE TGT (Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN BIOLOGI RESPONS SISWA DALAM SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG TAHUN AJARAN 2009/2010 B. Perumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan yaitu apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun ajaran 2009/2010? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan respons siswa dalam pembelajaran biologi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun ajaran 2009/2010 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Guru: Menyajikan sebuah pilihan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang dapat diatasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan menggunakan puzzle. Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran biologi, khususnya terkait dengan respons siswa. 2. Siswa Memberikan pengalaman secara nyata kepada siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan menggunakan puzzle sebagai perangsang munculnya keberanian bertanya dan menyampaikan pendapat. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar. 3. Sekolah Menyusun program peningkatan kualitas pembelajaran biologi pada tahap berikutnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Menggunakan Puzzle Penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Model kooperatif tipe TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward (Slavin, 2008: 13). Pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004: 112) berpendapat bahwa ”Pembelajaran kooperatif (Cooperatif learning) adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling kerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Etin Solihatin dan Raharjo (2008:4) mengemukakan bahwa ”Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”. Menurut Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2007: 35) menyatakan bahwa “Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when student are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks”. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu alasan yang dapat dipercaya bahwa pembelajaran tersebut sangat efektif ketika siswa terlibat aktif dalam bertukar pendapat dan bekerjasama untuk menyelesaikan tugas akademiknya secara lengkap. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai commit to user 5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan yaitu: a. Saling Ketergantungan Positif Dalam bekerja kelompok setiap anggota bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil sehingga guru harus menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang disebut saling ketergantungan positif. b. Tanggung Jawab Perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Dalam cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik karena penilaian dilakukan secara sendiri dan kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Ini berarti setiap siswa berprestasi tinggi atau rendah, mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi. Siswa yang berprestasi tinggi tidak merasa dirugikan karena nilai yang disumbangkan adalah sisa dari nilai rata-ratanya. Sedang siswa yang berprestasi kurang akan terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka sehingga dapat menaikkan nilai pribadi mereka sendiri. c. Tatap Muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan keuntungan bagi anggota kelompok karena siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi. d. Komunikasi antar Anggota Pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan positif tanpa menyinggung perasaan anggota yang lain. Komunikasi yang baik antar anggota sangat diharapkan demi tercapainya tujuan bersama. e. Evaluasi Proses Kelompok Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 Menurut Mohamad Nur (2005: 40) model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam setiap tahap pembelajarannya kecuali dalam satu tahap yaitu sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Menurut Fengfeng Ke dan Barbara Grabowski (2007: 257) menyatakan bahwa “TGT cooperation is more effective than interpersonal competition in facilitating positive maths attitudes, but not in promoting maths performance.” Pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat efektif untuk bersaing antar individu dan juga untuk memudahkan siswa berpikir positif dalam matematika tetapi tidak dalam mempromosikan pembelajaran matematika. TGT memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya karena mudah divariasikan dengan berbagai media pembelajaran. Kelebihan dari TGT yang lain dapat meningkatkan rasa percaya diri, kekompakan hubungan antar anggota kelompok, waktu kegiatan belajar mengajar lebih singkat dan keterlibatan siswa lebih optimal. Menurut Slavin (2008: 166) komponen utama dalam pembelajaran TGT adalah: a. Presentasi Kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. b. Kelompok (teams) Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Setelah presentasi kelas, kegiatan kelompok adalah diskusi antar anggota, saling membandingkan jawaban, memeriksa dan mengoreksi kesalahan konsep anggota kelompok. Kelompok merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran TGT. Selama belajar dalam kelompok masing-masing siswa bertugas untuk mempelajari lembar kerja yang diberikan oleh guru dan saling membantu apabila ada teman sekelompoknya yang belum menguasai materi pelajaran. Diskusi ini meningkatkan komunikasi dua arah antar siswa dan guru. c. Permainan (games) puzzle Game yang digunakan dalam penelitian ini adalah puzzle. Puzzle berasal dari bahasa Perancis kuno Apose, yang berarti membingungkan (Anonim, 2010:1). Puzzle merupakan permainan edukatif dengan sistem bongkar pasang tujuannya menggabungkan beberapa potongan-potongan atau bentuk. Permainan ini dirancang untuk mengembangkan kemampuan siswa belajar sejumlah keterampilan. Misalnya melatih motorik halus, melatih ketrampilan kognitif, dengan bermain puzzle siswa akan mencoba memecahkan masalah. Puzzle dapat dimainkan perseorangan atau kelompok dengan mengumpulkan poin berdasarkan kepingan puzzle yang dapat disusun dengan benar dan tepat pada kotak kosong yang telah disediakan. Permainan yang dilakukan oleh siswa secara kelompok akan meningkatkan interaksi sosial anak. Dalam kelompok anak akan saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi satu sama lain. Bermain puzzle seperti sedang mengikuti acara kuis tebak kata berhadiah oleh karena itu saat permainan berlangsung suasana diusahakan kondusif dan semenarik mungkin. Supaya dapat menyusun dengan benar, diperlukan koordinasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 dan kerja sama kelompok sehingga kontribusi individu sangat menentukan keberhasilan tim. Penguasaan materi pelajaran dan partisipasi siswa merupakan modal untuk bertanding. Penguasaan materi yang luas dapat membantu siswa menyusun kepingan puzzle dengan benar. Suasana yang menarik atau menyenangkan menyebabkan siswa bersemangat dan dapat berpartisipasi secara optimal. Manfaat penggunaan media puzzle: 1) Meningkatkan keterampilan kognitif Keterampilan kognitif (cognitive skill) berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. Puzzle adalah permainan yang menarik, dengan bermain puzzle siswa akan mencoba memecahkan masalah. 2) Meningkatkan keterampilan motorik halus Keterampilan motorik halus (fine motor skill) berkaitan dengan kemampuan siswa menggunakan otot-otot kecilnya khususnya tangan dan jari-jari tangan. Dengan bermain puzzle tanpa disadari siswa akan belajar secara aktif menggunakan jari-jari tangannya. Supaya puzzle dapat tersusun membentuk bagian-bagian puzzle harus disusun secara hati-hati. 3) Meningkatkan Keterampilan Sosial Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Puzzle yang dilakukan oleh siswa secara kelompok akan meningkatkan interaksi sosial siswa. Dalam kelompok siswa akan saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi satu sama lain. Sry (2010: 1) Adapun konsep bermain sambil belajar seringkali disalahkan oleh orang tua. Orang tua sering berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan menjadikan anak malas bekerja dan bodoh. Pendapat itu kurang bijaksana,karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa perminan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Penggunaan puzzle diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan respons siswa. Belajar sambil bermain tidak selalu berakibat buruk pada prestasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 belajar siswa karena penyajian materi melibatkan siswa agar aktif dalam belajar dan bermain bersama kelompoknya sehingga memberikan kontribusi pada peningkatan respons siswa dalam belajar biologi. Contoh papan puzzle seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Skema papan puzzle Penguasaan materi pelajaran merupakan modal untuk bertanding dalam permainan ini. Dengan penguasaan materi yang luas siswa dapat menyusun kartukartu puzzle dengan mudah. Adanya suasana yang menarik atau menyenangkan menyebabkan para siswa bersemangat dan memacu mereka untuk melakukan yang terbaik. d. Tournament Tournament adalah saat dimana permainan berlangsung dan dilaksanakan setelah guru memberikan presentasi kelas dan setiap tim telah mencoba permainan. Dalam tournament masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda dan memainkan puzzle. Setelah tournament selesai maka dilakukan penilaian dan penghargaan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 e. Penghargaan Tim Menurut Slavin (2008: 175) berdasarkan skor rata–rata tim maka terdapat tiga kriteria penghargaan tim yaitu tim baik, tim sangat baik, dan tim super. Kriteria penghargaan seperti Tabel 1. Tabel 1. Kriteria penghargaan tim Kriteria (rata – rata tim ) 40 45 50 (Slavin, 2008: 175) Penghargaan Tim baik Tim sangat baik Tim super Tim yang mendapat nilai tertinggi diberikan reinforcement atau penghargaan. Belajar mengajar menggunakan TGT, meskipun dilakukan secara berkelompok namun prestasi belajar yang diukur merupakan prestasi belajar individu. Dengan model pembelajaran ini siswa akan terpacu untuk lebih siap belajar. Selain itu, guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang memantau kegiatan masing-masing kelompok, sehingga setiap siswa dalam kelompok dapat belajar dengan sungguh-sungguh. 2. Respons a. Pengertian Respons Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:709), ”respons adalah reaksi, tanggapan, sambutan, jawaban.”. Jadi respons siswa dapat merupakan reaksi, tanggapan, sambutan, jawaban dari siswa. Sedangkan, ”merespon diartikan menanggapi, memberi jawaban, menyikapi, menyambut”. Suhaenah Suparno (2001:10) menyatakan bahwa ”Memberi respons merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang meliputi proses memaksa diri sendiri untuk berpartisipasi serta kemauan untuk mengikuti aturan-aturan”. Keinginan untuk merespons bukan disebabkan oleh adanya rasa takut akan hukuman, melainkan merupakan kegiatan untuk melakukan sesuatu secara suka rela. Kegiatan yang dilakukan atas dasar sukarela, misalnya mempraktekan cara hidup sehat, ikut dalam kegiatan penelitian, mempraktekan kegiatan hobi dan lain sebagainya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 Dari pengertian tersebut maka dapat diambil dua aspek utama dalam respons, yaitu proses memaksa diri sendiri untuk berpartisipasi dan kemauan untuk mengikuti aturan–aturan yang berlaku. Pada aspek pertama berupa partisipasi dijabarkan menjadi tiga unsur yang terkandung didalamnya berupa keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan, kemauan untuk berinisiatif dan berkreasi. Sedangkan aspek yang kedua kemauan untuk mengikuti aturan – aturan terkandung dua unsur berupa senantiasa bekerja atau tidak macet dan melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. b. Jenis – jenis Respons Menurut James Popham dalam Amirul Hadi (1992:31) merespon sudah lebih dari hanya memperhatikan fenomena. Siswa sudah memiliki motivasi yang cukup sehingga bukan saja mau memperhatikan melainkan sudah memberikan respon. Tingkatan-tingkatan respons yaitu: 1) Respons terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat diamati, terjadi dengan bimbingan orang lain 2) Respons mekanistis. Pada taraf ini siswa sudah yakinakan kemampuannya dan sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan. Sudah terbentuk kebiasaan dalam dirinya untuk berespons sesuai dengan jenis-jenis perancang dan situasi yang dihadapi. 3) Respons kompleks. Pada taraf ini individu dapat melakukan perbuatan motoris yang boleh dianggap kompleks, karena pada gerakan yang dituntut sudah kompleks. c. Unsur – unsur Respons Suryosubroto (2002:280) menyatakan bahwa “Unsur–unsur dalam partisipasi meliputi keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi dan kemauan anggota untuk berinisiatif serta berkreasi dalam kegiatan–kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi”. Keinginan untuk merespons bukan disebabkan oleh adanya rasa takut akan hukuman, melainkan merupakan kegiatan untuk melakukan sesuatu secara sukarela. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan atas dasar suka rela, misalnya mempraktekkan cara hidup sehat, ikut dalam kegiatan penelitian, mempraktekkan kegiatan hobi dan lain sebagainya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 Respons siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru bisa meliputi berbagai bentuk perhatian, proses internal terhadap kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain. Dalam proses belajar mengajar banyak kegiatan belajar siswa yang dapat ditempuh mengenai respons fisik (motorik) disamping respons intelektual. Respons-respons inilah yang harus ditumbuhkan pada diri siswa dalam kegiatan belajarnya. Suharsimi Arikunto (1992:68) menyatakan bahwa ”aspek kemauan untuk mengikuti aturan–aturan meliputi kegiatan untuk senantiasa bekerja atau tidak macet dan melakukan pekerjaan tanpa membuang–buang waktu”. Tanggapan siswa terhadap interaksi pembelajaran dapat berkembang dalam tiga kemungkinan yaitu menerima, acuh tak acuh, dan menolak Sikap menerima akan menimbulkan perilaku seperti diam penuh perhatian, ikut berpartisipasi aktif, dan mungkin akan bertanya karena kurang jelas. Sikap acuh tak acuh tercermin dalam perilaku yang setengah-setengah diantara sikap yang pertama dan ketiga. Sedangkan sikap menolak nampak pada perilaku negatif misalnya bermain sendiri, mengalihkan perhatian kelas, dan mengganggu teman yang lain. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat ditunjukkan dengan keikutsertaan dan partisipasi siswa dalam segala kegiatan yang dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Kemauan siswa untuk berinisiatif dalam pembelajaran ditunjukkan dengan kegiatan memecahkan masalah yang dihadapai para siswa dalam kegiatan diskusi, sedangkan kemauan siswa untuk berkreasi ditunjukkan dengan pertanyaan–pertanyaan yang diajukan oleh para siswa dalam pembelajaran. B. Kerangka Pemikiran Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun ajaran 2009/2010 selama observasi dapat diketahui bahwa respons siswa sangat kurang sehingga pembelajaran biologi masih rendah dengan input siswa kurang tanggap dalam pembelajaran. Hal ini ditandai dengan sering bermain sendiri dan kadang mengganggu teman yang lain, keterlibatan siswa commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 dalam kegiatan belajar mengajar masih kurang, siswa jarang mempunyai inisiatif bertanya pada guru ataupun menjawab pertanyaan guru dengan sukarela dan kurangnya diskusi antar siswa dalam kelompok maupun antar kelompok, sehingga siswa lebih dominan bersikap pasif dalam proses belajar mengajar, siswa cenderung kurang mandiri dalam mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh guru. Selain hal tersebut juga kurangnya stimulus pembelajaran yang diberikan guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk melibatkan keikutsertaan atau partisipasi siswa dalam pembelajaran dan kurang bervariasinya model pembelajaran yang digunakan. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat dan efektif sehingga mampu meningkatkan daya serap siswa. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep materi tertentu. Model pembelajaran yang baik merupakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan pembelajarannya sehingga dapat terlihat apakah model yang diterapkan efektif. Mengingat kelemahan pembelajaran konvensional yang berpusat pada aktivitas guru, tanpa melibatkan siswa maka diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan respons siswa dan menghilangkan kejenuhan dalam belajar. Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle yang mampu meningkatkan respons siswa. Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan yaitu siswa dituntut aktif dalam proses belajar, serta dapat belajar sesuai kemampuan dan kecepatan yang dimiliki. Pada pembelajaran ini, belajar dapat dilakukan sambil bermain. TGT ini dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu presentasi guru, tim (diskusi kelompok), tournament/ permainan serta penghargaan tim. Sehingga dalam penyajian materi melibatkan siswa aktif dalam belajar dan bermain bersama kelompoknya sehingga mampu memberi kontribusi pada peningkatan respons siswa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 Penggunaan puzzle menjadikan kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan puzzle akan lebih meningkatkan respons siswa daripada model pembelajaran konvensional yang cenderung berpusat pada guru tanpa melibatkan partisipasi siswa. Kerangka pemikiran seperti Gambar 2. MASALAH Respons siswa kurang Siswa cenderung bersifat pasif Siswa kebanyakan tidak mau menjawab pertanyaan dari guru Siswa sibuk bermain sendiri siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru PENYEBAB Pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi Media yang digunakan belum optimal SOLUSI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT MENGGUNAKAN PUZZLE PROSEDUR 1. Presentasi 2. Tim(diskusi kelompok) 3. Permainan menggunakan permainan puzzle 4. Turnament antar tim 5. Penghargaan tim TARGET Respons siswa meningkat Gambar 2. Kerangka Berpikir commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Mojogedang Karanganyar tahun ajaran 2009/ 2010. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010 dimulai pada bulan Nopember 2009-Agustus 2010. Pelaksanaan rencana kegiatan penelitian ini dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut : a. Bulan Nopember 2009–April 2010 : tahap persiapan meliputi pengajuan observasi di kelas, pengajuan judul skripsi,, penyusunan proposal, seminar proposal, perijinan penelitian, survei sekolah yang bersangkutan dan konsultasi instrumen penelitian. b. Bulan April–Juni 2010 : tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang dilaksanakan di lapangan yang meliputi uji instrumen penelitian dan pengambilan data. c. Bulan Juni 2010–selesai : tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan. commit to user 16 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 Tahun 2009 No Nop 1. Tahun 2010 Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr xxxx xxx- Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nop xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx Persiapan a. Observasi xxxx b. Identifikasi xxxx Masalah c. Penentuan xxxx Tindakan d. Pengajuan Judul xx-- e. Penyusunan --xx Proposal f. Pengajuan Izin ---x Penelitian 2. Pelaksanaan a.Seminar x- Proposal 3. b.Pengumpulan - Data Penelitian xxx xx- Penyusunan Laporan Penulisan Laporan --xx B. Bentuk dan Strategi Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), karena bertujuan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelas dan atau meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas, sehingga solusinya dibuat berdasarkan kajian teori pembelajaran. Penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan. Yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu tahapan pra PTK. Tahap perencanaan mencakup persiapan segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi ajar, rencana pengajaran termasuk di dalamnya metode mengajar, media dan teknik atau instrumen observasi. Adapun solusi untuk mengatasi permasalahan adalah tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dilengkapi dengan puzzle untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. Pelaksanaan tindakan tersebut dilakukan dengan cara berkolaborasi bersama guru mata pelajaran yang bersangkutan. Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari semua perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan menggunakan puzzle. 1. Alat dan Bahan: a. Papan puzzle yang dibuat dari styrofoam b. Beberapa kotak yang berisi kata-kata yang harus disusun sesuai dengan tempatnya. 2. Cara Bermain: a. Permainan dilakukan oleh 5 orang pemain pada setiap tim, yaitu semua pemain memainkannya secara bekerjasama. b. Setiap kelompok mendapatkan papan puzzle yang berbeda dengan kelompok lainnya. Satu papan puzzle satu judul. c. Masing-masing siswa mulai memasangkan kepingan-kepingan kartu puzzle, siswa harus bekerjasama dengan anggota kelompoknya sehingga selain benar letakkanya, waktu yang mereka butuhkan juga diusahakan seminimal mungkin d. Setiap anak yang dapat menyusun kata dengan benar maka akan mendapat poin sesuai dengan banyak kepingan kartu yang mereka susun e. Pada akhir permainan yang menang sebagai juara atau pemenang adalah pemain yang mempunyai skor tertinggi. f. Pemain dengan poin tertinggi dari tim yang poin rata-ratanya tertinggi berhak maju ke final dan selanjutnya memainkan puzzle yang dibuat oleh guru dan pemenangnya akan membawa kemenangan pula pada timnya. Pelaksana dari tindakan adalah guru dan proses jalannya tindakan diamati oleh peneliti. Fase - fase pelaksanaan pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) untuk waktu 160 menit dan 40 siswa dengan 8 kelompok yang terdiri dari 5 anggota yang bersifat heterogen. Langkah-langkah dalam pembelajaran TGT tiap pertemuan yaitu: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 Pertemuan pertama untuk presentasi kelas, materi pelajaran di sampaikan melalui pengajaran secara langsung. Guru menyampaikan materi ciri-ciri makhluk hidup dan menekankan pada apa yang akan di pelajari oleh siswa. Hal ini di lakukan untuk mendorong siswa supaya lebih siap belajar dalam mempelajari materi yang di pelajari. Presentasi kelas dalam TGT berbeda dengan pengajaran biasa karena dituntut adanya perhatian siswa yang lebih, karena apa yang akan di pelajarinya akan di terapkan dalam kuis dan skor kuis mereka akan membedakan skor kelompoknya. Pada fase ini dibatasi waktu 40 menit. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kelompok yang berupa diskusi. Siswa harus aktif bertanya baik kepada teman sekelompok maupun kepada guru untuk materi yang belum jelas, karena bahan diskusi ini nantinya dijadikan bahan dalam permainan. Fase ini diberi waktu 40 menit. Pertemuan kedua yaitu permainan dan tournament, dimana pada tahap ini menggunakan puzzle yang di buat peneliti. Siswa bertugas menyusun kepingankepingan puzzle tersebut secara benar. Permainan diberi waktu 60 menit. Siswa dikelompokkan dalam 8 kelompok masing–masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Tiap–tiap kelompok telah dipersiapkan papan puzzle yang terbuat dari styrofoam seperti yang sudah dijelaskan. Kepingan puzzle yang akan mereka susun sesuai dengan nama kelompoknya, setiap kelompok satu dengan yang lain tidak sama. Pada tiap kelompok yang terdiri dari 5 orang. Permainan dilakukan selama 60 menit, siswa dengan poin tertinggi berhak mewakili kelompoknya ke babak berikutnya. Demikian seterusnya sampai ada satu tim yang memperoleh poin tertinggi. Tim dengan poin tertinggi berhak mendapat penghargaan baik dari guru maupun tim lainnya. Pada akhir pertemuan, siswa dibantu oleh guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan melalui observasi, angket dan wawancara terhadap guru maupun siswa. Fokus yang mendapat perhatian khusus untuk diamati adalah respons siswa dalam pembelajaran TGT menggunakan puzzle dan keterlaksanaan sintaks pembelajaran TGT menggunakan puzzle tersebut. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 Tahap refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan dan memproses data yang diperoleh dari pengamatan. Refleksi dilakukan guru dan peneliti untuk menganalisis proses, hambatan, kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilaksanakan sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan untuk langkah selanjutnya. Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas ini adalah unsur yang membentuk sebuah siklus. Siklus ini dapat diikuti oleh siklus-siklus lain secara berkesinambungan. Siklus berikutnya dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil pada siklus sebelumnya. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah proses pembelajaran biologi sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan TGT dengan menggunakan puzzle. C. Sumber Data Ada tiga sumber data penting yang disajikan sebagai sasaran penggambilan dan pengumpulan data serta informasi penelitian ini. Sumber data tersebut meliputi: 1. Informan, meliputi: guru biologi dan siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang. 2. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data penelitian, yakni berbagai kegiatan pembelajaran biologi yang berlangsung di dalam kelas yang dialami oleh siswa dengan pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) disertai media puzzle. 3. Dokumentasi atau arsip, yang berupa kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, buku pelajaran biologi kelas VII semester I, buku penilaian dan hasil observasi yang telah dilakukan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 D. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulakan data meliputi pengamatan/ observasi, wawancara, dan angket yang masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengamatan atau Observasi Pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat respons siswa dalam mengikuti pelajaran. Respons siswa dapat dilihat dari 2 aspek yaitu aspek berpartisipasi/ keterlibatan siswa (siswa aktif) dan mengikuti aturanaturan (tertib) yang kemudian dijabarkan dalam 5 indikator yaitu keterlibatan dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, terus bekerja atau tidak macet, melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. Pengamatan dilakukan oleh tiga orang pengamat (observer) yang berada di belakang. Dalam posisi tersebut, observer dapat lebih leluasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar mengajar di kelas. Observasi yang dilakukan adalah observasi sistematik dimana telah dirancang bentuk instrumen pengamatan yang akan dilakukan didalam proses pembelajaran beserta aspek-aspek yang diteliti. Penyusunan aspek-aspek yang diteliti membantu memfokuskan apa yang akan diteliti. Rancangan ini dituangkan dalam bentuk lembar observasi tertulis. Pengisian dilakukan dengan membubuhkan cek (√) pada pilihan yang tepat. 2. Wawancara atau Diskusi Wawancara atau diskusi dilakukan setelah dasar hasil pengamatan dikelas maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada. Dalam kegiatan diskusi itu, dilakukan hal-hal seagai berikut: a. Meminta pendapat guru tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas, yang antara lain adalah mengungkap kelebihan dan kekurangan serta permasalah lain yang bersangkut paut dengan kegiatan itu. b. Mengemukakan catatan terhadap hasil pengamatannya terhadap KBM yang dilakukan guru sesuai dengan fokus penelitian, mengemukakan segisegi kelebihan dan kekurangan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 c. Mendiskusikan hal-hal yang telah dikemukakan bersama untuk menyamakan persepsi tentang hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran biologi. Dengan kata lain pada setiap kegiatan diskusi disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan keefektifan penerapan TGT menggunakan puzzle. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru dan siswa yang dianggap mewakili. Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan secara mendetail tetapi dilakukan pada saat yang dianggap tepat. Wawancara dilakukan berulang kali untuk mendapatkan masukan dalam setiap pembelajaran selanjutnya. 3. Angket Angket yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah angket respons dan angket kepuasan penerapan TGT. Pada angket respons aspek–aspek atau indikator yang ada didalamnya antara lain keterlibatan dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, terus bekerja atau tidak macet, dan melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. Sedangkan indikator pada angket kepuasan penerapan TGT antara lain kecocokan, kesesuaian, keefisienan, dan keefektifan penggunaan TGT. Angket diberikan pada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh dari angket tersebut dapat diketahui peningkatan proses atau kegiatan pembelajaran sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan respons siswa dalam proses pembelajaran biologi. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung yang sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Menurut Nana Sudjana (1991:80-81) skala sikap yang digunakan adalah skala Likert. Responden/ siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket. Penyusunan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Dengan melihat dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan capaian prosentase awal dari angket penelitian yang diberikan pada subyek penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil atau tercapai tujuan yang diharapkan, apabila masing-masing indikator yang diukur sudah mencapai target yang telah ditetapkan. E. Validitas Data Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dijadikan dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk menjaga validitas data dalam penelitian yaitu teknik triangulasi. Menurut Lexy Moleong (2007: 178), ”Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.” Triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah triangulasi metode. Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi, angket dan wawancara dengan sumber datanya adalah siswa dan guru. Skema triangulasi metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Observasi Data Wawancara Angket Gambar 3. Skema Trianggulasi Sumber H.B Sutopo (2002:81) commit to user Sumber Data perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 F. Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis ini dilakukan karena sebagian besar data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa uraian deskriptif tentang perkembangan proses pembelajaran, yakni respons siswa dalam proses pembelajaran biologi, pengalaman dan permasalahan yang dihadapi guru dan siswa, strategi pembelajaran yang diberikan guru, sikap dan motivasi guru setelah penelitian berlangsung dan sebagainya. Teknik analisis ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992:16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen yaitu: 1. Reduksi data yaitu meliputi penyelesaian data melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas 2. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus 3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara sistematis dan bermakna Pada analisis data peneliti memfokuskan pada respons siswa pada saat pembelajaran berlangsung yang diambil dengan menggunakan lembar observasi siswa dan angket respons siswa. Indikator respons siswa meliputi : keterlibatan dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. Penyajian datanya dalam bentuk uraian singkat, tabel, dan grafik untuk memudahkan peneliti dalam menyajikan data. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 G. Prosedur Penelitian Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan penelitian, mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1997) dalam Rochiati Wiriaatmadja (2008: 66) yang berupa model spiral. Langkah-langkah operasional penelitian adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan Berdasarkan hasil identifikasi masalah dari kegiatan observasi yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti mengajukan alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan puzzle untuk meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. Pada tahap ini dilakukan penyusunan skenario pembelajaran yang menerapkan TGT, termasuk penyusunan silabus, rencana pengajaran dan media pembelajaran berupa papan puzzle dan kepingan-kepingan puzzle yang berisi tentang materi pelajaran. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian juga disiapkan seperti angket, lembar observasi, dan pedoman wawancara. 2. Pelaksanaan Tindakan yang telah direncanakan diimplementasikan oleh guru dalam bentuk TGT dengan menggunakan puzzle. Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam langkah-langkah pembelajaran yang sistematis. Secara garis besar, pembelajaran diawali dengan penyajian materi oleh guru. Setelah itu siswa dikelompokkan dalam 8 kelompok masing masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Tiap–tiap kelompok telah mempersiapkan papan permainan puzzle seperti yang sudah dijelaskan. Permainan dilakukan selama 60 menit, siswa dengan poin tertinggi berhak mewakili kelompoknya ke babak berikutnya. Demikian seterusnya sampai ada satu tim yang memperoleh poin tertinggi. Tim dengan poin tertinggi berhak mendapat penghargaan baik dari guru mupun tim lainnya. Fase–fase pelaksanaan TGT (Teams Games Tournaments) untuk waktu 160 menit dan 40 siswa dengan 8 kelompok yang terdiri dari 5 anggota yang bersifat heterogen dapat di lihat pada Tabel 2. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 Tabel 2. Langkah – Langkah TGT. Fase Kegiatan Waktu (menit) 1 Presentasi Kelas (Penyampaian Materi Pelajaran) 40 2 Kegiatan Kelompok (Diskusi Kelompok) 40 3 Permainan dan Turnament 60 4 Penskoran dan Penghargaan Kelompok 10 5 Penutup 10 Fase pertama untuk presentasi kelas, materi pelajaran di sampaikan melalui pengajaran secara langsung. Guru menyampaikan materi secara singkat dan menekankan pada apa yang akan di pelajari oleh siswa. Hal ini di lakukan untuk mendorong siswa supaya lebih siap belajar dalam mempelajari materi yang di pelajari. Presentasi kelas dalam TGT berbeda dengan pengajaran biasa karena dituntut adanya perhatian siswa yang lebih, karena apa yang dipelajarinya akan di terapkan dalam kuis dan skor kuis mereka akan membedakan skor kelompoknya. Pada fase ini dibatasi waktu 40 menit. Fase kedua yaitu kegiatan kelompok yang berupa diskusi. Siswa harus aktif bertanya untuk materi yang belum jelas, karena bahan diskusi ini nantinya dijadikan bahan dalam permainan. Fase ini diberi waktu 40 menit. Fase ketiga yaitu permainan dan tournament, dimana pada penelitian ini menggunakan permainan puzzle yang di buat peneliti. Permainan diberi waktu 60 menit. Siswa dikolompokkan dalam 8 kelompok masing–masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Tiap–tiap kelompok diberi satu papan permainan puzzle seperti yang sudah dijelaskan. Siswa dengan poin tertinggi berhak mewakili kelompoknya ke babak berikutnya. Demikian seterusnya sampai ada satu tim yang memperoleh poin tertinggi. Tim dengan poin tertinggi berhak mendapat penghargaan baik dari guru maupun tim lainnya. Fase keempat pensekoran dari hasil diskusi kelompok dan permainan yang nantinya menentukan kartu penghargaan untuk masing–masing kelompok. Penutup pada fase kelima, dimana guru menyimpulkan dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 3. Observasi Observasi dilakukan peneliti selama berlangsungnya proses pembelajaran. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran. Fokus observasi yaitu respons siswa dalam pembelajaran TGT dilengkapi puzzle diamati dengan bantuan lembar observasi. Selain itu observasi juga dilakukan pada keterlaksanaan sintaks pembelajaran yang dilakukan. Sebagai data pendukung observasi adalah angket dan hasil wawancara terhadap guru dan murid. Data yang diperoleh diinterpretasi guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan. Indikator yang diobservasi dapat dilihat pada table 2 Table 3. Indikator dalam Observasi Respons Siswa No. Indikator 1. Keterlibatan dalam Jumlah siswa Cara Mengukur a. Keterlibatan dalam presentasi segala kegiatan kelas b. Keterlibatan dalam diskusi kelompok c. Keterlibatan dalam tournament d. Keterlibatan dalam pemberian penghargaan e. Keterlibatan dalam menyimpulkan materi 2. 3. Kemauan a. Menjawab pertanyaan berinisiatif b. Mengeluarkan pendapat Kemauan berkreasi a. Meletakkan kepingan puzzle pada tempatnya b. Konsisten antara kepingan yang satu dengan yang lain sehingga membentuk suatu konsep yang benar commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 4. 5 Terus bekerja atau Menyelesaikan tugas sampai selesai tidak macet meskipun sulit Melakukan Menjalankan tahap-tahap TGT pekerjaan tanpa sesuai aturan waktu yang ditentukan membuang waktu 4. Refleksi Pada tahap ini, menganalisis proses dan dampak dari pelaksanaan tindakan. Hasil analisis berupa kelebihan, kelemahan, ataupun hambatan dalam pelaksanaan tindakan dijadikan penentu keberhasilan tindakan dan langkah yang akan diambil selanjutnya. Menurut Mulyasa (2006: 131) dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif. Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti merumuskan indikator-indikator ketercapaiannya respons siswa dalam pembelajaran meliputi keterlibatan dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, terus bekerja atau tidak macet, melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap pembelajaran biologi pada kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang diperoleh beberapa data awal diantaranya yang terlibat dalam segala kegiatan 62,5%, siswa yang berinisiatif 40,83%, siswa yang berkreasi 0%, terus bekerja atau tidak macet 27,5%melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu 37,5%. Oleh karena itu indikator keberhasilan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan KONSEP Respons ASPEK INDIKATOR Berpartisipasi Keterlibatan dalam segala kegiatan AWAL TARGET 62,5 % 75% *) 40,83 % 75% *) Kemauan untuk berinisiatif Kemauan untuk berkreasi *nd 75% *) Mengikuti Terus bekerja atau aturan-aturan tidak macet 27,5 % 75% *) Melakukan 37,5% 75 % *) (tertib) pekerjaan tanpa membuang waktu *) Menurut Mulyasa (2006: 131) dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif. *) nd : not detected / belum terdeteksi. Apabila dalam pelaksanaan tindakan pada siklus pertama indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilakukan siklus kedua. Siklus ketiga dilaksanakan apabila terdapat hal-hal yang kurang berhasil siklus kedua. Tahap antara siklus satu dan siklus berikutnya adalah sama yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi Apabila dalam pelaksanaan tindakan pada siklus pertama indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilakukan siklus kedua. Siklus ketiga dilaksanakan apabila terdapat hal-hal yang kurang berhasil siklus kedua. Tahap antara siklus satu dan siklus berikutnya adalah sama yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Urutan masing-masing tahapan jalannya penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 Identifikasi masalah Mengungkap permasalahan siswa pada saat pembelajaran biologi Tindak Lanjut Alternatif pemecahan Penerapan metode TGT Menggunakan puzzle pada tournament Refleksi Penyempurnaan Kekurangan/Kelebihan Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan pembelajaran dengan metode TGT Menggunakan puzzle pada tournament Evaluasi Hasil Belajar melalui Tes Kognitif Observasi Pengamatan proses pembelajaran SIKLUS I Gambar 4. Skema prosedur penelitian commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Mojogedang yang beralamat di Jalan Munggur, Mojogedang, Karanganyar. SMP Negeri 1 Mojogedang merupakan sekolah unggulan di Karanganyar yang telah terakreditasi dengan peringkat akreditasi A. SMP Negeri 1 Mojogedang memiliki 18 ruang kelas yang terbagi menjadi 6 ruang kelas VII, 6 ruang kelas VIII dan 6 ruang kelas IX. Peserta didik tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 720 siswa. yang terdiri dari 240 siswa kelas VII, 240 siswa kelas VIII dan 240 siswa kelas IX. Jumlah seluruh pengajar di SMP 1 Mojogedang adalah 54 guru yang terdiri dari 51 guru tetap/PNS dan 3 guru bantu/GTT. Sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 1 Mojogedang cukup menunjang pembelajaran di sekolah tersebut. Seperti adanya perpustakaan dan laboratorium. Meskipun cukup menunjang tapi belum dapat dikatakan lengkap. Terlihat dari laboratorium IPA (Fisika, Kimia, Biologi) yang belum terpisah, jumlah komputer OHP maupun LCD yang masih terbatas. Penelitian dilakukan di kelas VII C yang memiliki jumlah siswa sebanyak 40 siswa dengan perincian 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Adapun daftar nama siswa kelas VII C dapat di lihat dalam Lampiran. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII C. Kelas VII C terletak di lantai 1 dan menghadap ke arah barat. Suasana kelas cukup nyaman dengan adanya ventilasi dan kipas angin di dalam kelas. Di ruang kelas VII C terdapat sarana yang mendukung proses pembelajaran seperti whiteboard, boardmaker, penghapus, penggaris dan lainnya. Di dalam kelas pada deretan paling depan terdapat satu meja dan satu kursi untuk guru sedangkan untuk siswa tersedia 20 meja dan 40 kursi. Satu meja digunakan untuk dua siswa sedangkan jumlah kursi disesuaikan dengan jumlah siswa. Posisi tempat duduk monoton, hampir tidak ada pergeseran tempat duduk, sehingga siswa mendapatkan suasana yang membosankan. commit to user 31 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 Keadaan kelas waktu mendapatkan materi pelajaran dari guru siswa cenderung diam saja dan tidak tertarik terhadap materi yang disampaikan oleh guru hal ini dapat terlihat saat guru memberi pertanyaan siswa hanya diam saja dan harus ditunjuk baru siswa mau menjawab jadi partisipasi siswa sangat rendah siswa cenderung diam serta mendengarkan penjelasan dari guru. Ada beberapa siswa yang menghabiskan waktu dengan sibuk bermain sendiri tanpa memperhatikan pembelajaran. Jadi peneliti mengambil masalah yang dominan yaitu kurangnya respons siswa yang ada di kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang. B. Deskripsi Permasalahan Penelitian Pada awal penelitian atau pra siklus dapat diketahui melalui kegiatan observasi pada proses pembelajaran di kelas khususnya kelas VII C. Observasi dilakukan selama 3 kali pertemuan, masing-masing dua jam pelajaran (80 menit) di kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun ajaran 2009/2010. Untuk mengetahui keadaan awal serta mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas tersebut selain dengan observasi, untuk memperkuat data hasil observasi juga dilakukan wawancara terhadap guru siswa, serta penyebaran angket kepada seluruh siswa. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, hal yang diobservasi yaitu sikap siswa selama proses pembelajaran serta tipe pembelajaran yang digunakan, untuk wawancara dilakukan terhadap sejumlah siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang dan guru mata pelajaran biologi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang. Pembelajaran biologi di kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang berlangsung sekali pertemuan per minggu, yaitu pada hari selasa pada jam ke 5 dan 6 (80 menit). Hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi di kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang menunjukkan bahwa Hal tersebut tampak pada perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) siswa yang mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran sebesar 62,5%; 2) siswa yang mau untuk berinisiatif sebanyak 40,83%; 3) kemauan untuk berkreasi sebesar 0%; 4) siswa yang terus bekerja atau tidak macet sebanyak commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 27,5%; 5) siswa yang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sebesar 37,5%; 6) siswa senang bermain sendiri sebesar 24,17%, antara lain siswa membuat pesawat-pesawatan dari kertas, siswa bermain rubik, menggambar tokoh kartun idolanya dan membuat gulungan dari kertas untuk dilempar-lemparkan kepada temannya. Secara garis besar respons siswa masih rendah, hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dan siswa hanya melakukan kegiatan yang dapat mengganggu pelajaran yaitu bermain dan berbicara sendiri dengan teman sehingga tidak menunjukkan kegiatan yang bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran. Siswa cenderung pasif dan tidak antusias dalam pembelajaran. Kepasifan siswa semakin tampak saat guru memberi kesempatan untuk bertanya, dan mengemukakan permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran, respons yang diberikan siswa sangat minim. Respons siswa dapat dirangsang oleh guru dengan cara mengarahkan partisipasi siswa dan mengarahkan siswa agar dapat menggunakan waktu belajar sebaik-baiknya yaitu dengan mengajukan banyak pertanyaan kepada siswa yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Partisipasi siswa pada mulanya sangat baik ditunjukkan dengan kemauan siswa menjawab semua pertanyaan dari guru baik itu secara serempak ataupun secara individu. Di tengah proses pembelajaran, siswa mulai enggan menjawab pertanyaan dari guru maupun mengemukakan masalahnya, siswa hanya mau menjawab bila ditunjuk oleh guru. Di akhir pembelajaran, hanya ada beberapa siswa yang menjawab pertanyaan dari guru, sebagian siswa lainnya tampak bosan dengan pembelajaran yang berlangsung dan tampak bermain-main sendiri atau berbicara dengan temannya. Dengan berkurangnya partisipasi siswa dan siswa cenderung tidak mengikuti pembelajaran dengan baik maka dapat menunjukkan bahwa respons siswa masih rendah. Data persentase respons siswa selama observasi dapat dilihat pada tabel 4. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 Tabel 4. Persentase Hasil Observasi Prasiklus No 1. Indikator Keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar 2. Kemauan untuk berinisiatif 3. Kemauan untuk berekreasi 4. Terus bekerja atau tidak macet 5. Melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu *) nd : not detected / belum terdeteksi Observasi I (%) Observasi II (%) 70 Observasi III (%) 62,5 Observasi IV (%) 62,5 55 32,5 *nd 27,5 30 47,5 *nd 17,5 60 42,5 *nd 37,5 22,5 40,83 *nd 27,5 37,5 Pada hasil observasi yang ditunjukkan oleh tabel 4 bahwa untuk indikator 1 yaitu keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar pada observasi pertama mulai meningkat tetapi pada observasi ketiga mulai menurun hal ini disebabkan kurang tertariknya siswa terhadap materi, siswa mulai bosan sehingga antusiasme siswa tidak ada. Untuk indikator yang kedua yaitu kemauan untuk berinisiatif juga mengalami kenaikan dan penurunan, hal ini disebabkan rasa malu berpendapat dan kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan guru. Untuk indikator ke 3 yaitu kemauan untuk berkreasi dari observasi awal sampai observasi ketiga tidak ada satu murid pun, kreativitas yang dibuat cenderung tidak berhubungan dengan materi, seperti membuat pesawat-pesawatan dari kertas atau menggambar tokoh kartun idolanya sehingga dapat mengganggu pelajaran. Untuk indikator yang keempat yaitu terus bekerja atau tidak macet mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini disebabkan siswa merasa putus asa jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberi guru. Kemudian untuk indikator yang kelima juga mengalami kenaikan dan penurunan, siswa cenderung lebih banyak bermain daripada memanfaatkan waktu untuk belajar Selain observasi, identifikasi masalah juga dilakukan dengan wawancara dengan siswa dan guru mengenai proses pembelajaran di kelas. Hasil wawancara dengan beberapa siswa, diketahui bahwa penyebab rendahnya respons adalah rasa malu bila ingin bertanya kepada guru dan kurang percaya diri jika akan menjawab pertanyaan dari guru. Siswa merasa bosan dengan tipe pembelajaran yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 digunakan oleh guru. Ada juga siswa yang takut mengemukakan pendapat karena dianggap mencari perhatian guru. Siswa juga mengatakan bahwa merasa bosan dengan tipe yang digunakan guru yang kurang melibatkan siswa sehingga respons siswa menjadi rendah. Kurangnya respons siswa selama proses pembelajaran menyebabkan guru kurang mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa sehingga akan berdampak pada kesulitan dalam siswa dalam memahami materi pelajaran. Wawancara lebih lanjut dilakukan terhadap guru yaitu mengenai tipe pembelajaran yang digunakan. Dari hasil wawancara dari guru diketahui bahwa tipe yang digunakan belum bervariasi. Pengajaran oleh guru terfokus untuk menghabiskan materi yang terlalu banyak tanpa memperhatikan kondisi siswa sehingga respons siswa rendah. Sementara menurut penuturan siswa, penyampaian materi pelajaran oleh guru lebih banyak dengan ceramah dan tanya jawab yang berakibat pelajaran menjadi kurang menarik. Hasil wawancara dengan guru dan siswa menunjukkan tipe pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik sehingga respons siswa rendah dan siswa menjadi tidak mengikuti pembelajaran dengan baik. Setelah mengadakan observasi secara langsung terhadap proses pembelajaran di kelas dan wawancara langsung terhadap guru dan siswa maka dapat dikatakan bahwa respons siswa masih rendah pada saat proses pembelajaran di kelas, oleh karena itu langkah selanjutnya adalah melakukan diskusi dengan guru biologi tentang alternatif tindakan untuk pemecahan masalah yang ada di kelas. Hasil dari diskusi tersebut adalah digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle sebagai alternatif tipe pembelajaran untuk meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Sistem permainan yang dipakai pada penelitian ini adalah Puzzle. Pemilihan permainan ini didasarkan atas hasil observasi dimana terlihat siswa melakukan kegiatan yang mengganggu kegiatan pembelajaran seperti sibuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 bermain sendiri atau tidak mengikuti pelajaran karena merasa jenuh dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung, ada yang bermain pesawat dari kertas, ada yang membuat gulungan kertas untuk dilemparkan kepada temannya, ada yang menggambar tokoh-tokoh kartun idolanya. Permainan yang mereka lakukan tidak mendukung materi pelajaran sama sekali, oleh karena itu dalam penelitian ini dipilih permainan puzzle yang menggabungkan antara kotak-kotak kata, permainan yang menarik tentu saja mendukung materi pembelajaran. Dengan adanya permainan diharapkan siswa akan tertarik dan tidak merasa bosan lagi dengan proses pembelajaran biologi yang dilakukan sebelumnya serta dapat berrespons dalam belajar biologi. Selain itu dapat mengarahkan siswa dalam suasana kerja sama sehingga dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Keterlibatan siswa dapat terlihat dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu tugas dan saat kegiatan diskusi kelompok terkait dengan konsep, fakta, atau menilai informasi yang berkaitan dengan pelajaran. Respons siswa dapat terwadahi dalam kegiatan kerjasama dalam kelompok tersebut, baik pada saat diskusi maupun permainan berlangsung. Sehingga siswa lebih memperhatikan dan dapat terlibat langsung, dengan meningkatnya partisipasi dan siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, maka respons dapat meningkat. Penggunaan TGT dilengkapi puzzle ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan pemanfaatan waktu yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan respons dapat meningkat pada saat proses pembelajaran biologi berlangsung. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Siklus I Siklus I dilakukan 2 kali pertemuan dengan menerapkan TGT menggunakan puzzle. Proses pembelajaran yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang dimaksud adalah respons siswa dalam pembelajaran yang meliputi keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar, kemauan siswa untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, terus berusaha meskipun mengalami kesulitan, melakukan kegiatan pembelajaran tanpa membuang waktu Pada tahap perencanaan dilakukan penyusunan segala keperluan untuk pelaksanaan tindakan, yang meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Silabus untuk materi pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup dengan menerapkan TGT menggunakan puzzle. 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan TGT menggunakan puzzle. Mempersiapkan media permainan puzzle untuk materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. 3) Lembar observasi respons siswa dalam pembelajaran biologi. 4) Angket respons siswa dalam pembelajaran. 5) Angket kepuasan TGT menggunakan puzzle 6) Papan dan kepingan puzzle untuk materi pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup b. Pelaksanaan Siklus I Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari semua perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pada siklus I, model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle diterapkan untuk materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup dan dilakukan sebanyak 2 kali tatap muka selama (4 x 40) menit, dengan sub materi bernapas, bergerak, memerlukan makanan, tumbuh, berkembang biak(reproduksi), iritabilita, ekskresi dan adaptasi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 Pada pelaksanaan tindakan I, Pada awal kegiatan yang dilakukan guru di kelas adalah memberikan pengarahan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle. Pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi dan motivasi oleh guru untuk mengantarkan siswa pada materi pembelajaran. Pada saat pembelajaran, peran guru sebagai pemberi informasi dikurangi dan hanya berfungsi sebagai fasilitator, sedangkan siswa sebagai subjek yang belajar secara aktif dalam menemukan suatu konsep. Pembelajaran dilakukan dalam empat tahapan, yaitu presentasi guru, diskusi kelompok, turnament, dan penghargaan. Lembar kerja siswa digunakan untuk membantu siswa memahami tugas yang akan dilaksanakan. Guru melakukan presentasi dengan diawali dengan pemberian apersepsi dan motivasi untuk mengantarkan siswa pada materi pembelajaran. Penyajian materi oleh guru disampaikan dengan presentasi yang dilengkapi dengan contohcontoh gambar yang berkaitan dengan meteri tersebut, siswa dipancing untuk lebih perhatian sehingga siswa selalu diberi pertanyaan agar siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, dengan adanya jawaban dari siswa maka siswa dapat terlibat dan merespons secara langsung, setelah itu siswa dibagi dalam 8 kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 orang. Siswa diberi suatu masalah yang berkaitan dengan materi sehingga dapat digunakan sebagai bahan diskusi. Pada pertemuan kedua, siswa melakukan turnament atau permainan puzzle yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan poin tertinggi dengan cara setiap siswa dapat menyusun kata yang pada tempat-tempat kosong yang telah disediakan dengan benar sehingga siswa mendapat poin dan poin yang terkumpul paling banyak maka siswa tersebut dapat mewakili kelompoknya untuk bermain dalam babak final dan apabila siswa tersebut dapat menang dengan poin yang tertinggi maka dia akan keluar menjadi pemenang dan berhak mendapat penghargaan dari guru. Dengan adanya permainan puzzle tersebut maka respons siswa dapat terlihat dalam pembelajaran biologi. Guru memberikan penghargaan dan mengulang lagi materi yang telah diberikan. Setelah itu siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum dipahami berkenaan dengan materi yang telah dipelajari. Kemudian guru membuat suatu lembar kerja siswa untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan siklus I. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 c. Observasi Siklus I Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan terhadap respons siswa dalam pembelajaran biologi dan keterlaksanaan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle. Observasi dan evaluasi pada siklus I dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi respons siswa, angket respons siswa, serta angket kepuasan siswa terhadap penggunaan TGT. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: 1) Hasil Observasi Respons Siswa Siklus I Data observasi respons siswa pada pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat disajikan pada tabel 6. Skor pada observasi respons siswa mempunyai rentang antara 67,5%-77,5%. Persentase respons siswa yang tertinggi terdapat pada item nomor 4 atau indikator keempat, terus bekerja atau tidak macet. Persentase terendah pada item nomor 2 atau indikator ke 2, yaitu kemauan untuk berinisiatif. Persentase dari item tersebut hanya 67,5%, berarti keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat masih rendah. Siswa enggan berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru secara sukarela karena takut salah dan kurang rasa percaya diri. Keikutsertaan siswa dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar di siklus I ini lebih baik dari sebelumya karena pembelajaran dengan puzzle merupakan hal baru bagi siswa. Kemauan untuk berkreasi, bekerja dan belajar tanpa membuang waktu relatif menjadi meningkat. Dari hasil observasi secara umum respons siswa di siklus I lebih baik dari sebelumnya, walaupun indikator 2 dan 5 persentasenya masih di bawah target, yaitu hanya 67,5% dan 70%. Indikator keempat memperoleh nilai terbaik yaitu 77,5% dan sudah mencapai target. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle membuat siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berbeda mempengaruhi siswa untuk mau mengikuti dan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan baik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 Tabel 6. Jumlah Jawaban Ya untuk Setiap Indikator pada Observasi Respons Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Persentase NO Indikator Target capaian capaian 1 Keterlibatan dalam segala kegiatan 75% 75% 2 3 4 5 (persiapan, proses dan kelanjutan belajar) Kemauan untuk berinisiatif Kemauan untuk berkreasi Terus bekerja atau tidak macet Melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu 67,50% 75% 77,5% 70 % Jumlah Rata-rata 75% 75% 75% 75% 365% 73% 2) Hasil Angket Respons Siswa Angket respons siswa pada siklus I digunakan untuk mengetahui respons siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan puzzle. Hasil angket respons siswa untuk setiap indikator seperti pada tabel 7. Persentase setiap indikator respons yang didapat dari angket mempunyai rentang antara 72,88%-80,25% dengan rata-rata kelas sebesar 76,78% Hasil angket ini lebih tinggi daripada hasil observasi yang hanya mencapai 73%. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 6, indikator yang memperoleh nilai tertinggi adalah indikator keempat yaitu terus bekerja atau tidak macet yang mencapai 80,25%. Model pembelajaran yang dipilih guru membuat siswa berusaha keras untuk menyusun suatu kata yang sesuai dengan materi pembelajaran meskipun menemui kesulitan, sehingga siswa lebih aktif dan ikut serta dalam pembelajaran dan juga menimbulkan pembelajaran yang menyenangkan atau tidak membosankan. Partisipasi siswa meningkat dan siswa cenderung tidak lagi membuang waktu dalam pembelajaran Tabel 7. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons Siswa Siklus I Persentase NO Indikator capaian Target capaian indikator 1 Keterlibatan dalam segala kegiatan 78.38% 75% 2 Kemauan untuk berinisiatif 76.81% 75% Kemauan untuk berkreasi 3 72.88% 75% commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 NO 4 5 Persentase capaian indikator 80.25% 75.58% Indikator Terus bekerja atau tidak macet Melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu Jumlah Rata-rata Target capaian 75% 75% 383.9% 76.78% 3) Hasil Angket Kepuasan Penggunaan TGT (Teams Games Tournament) Angket kepuasan siswa terhadap penggunaan TGT (Teams Games Tournament) diisi siswa bersamaan dengan pengisian angket respons yaitu pada pertemuan kedua. Hasil angket kepuasan penggunaan TGT (Teams Games Tournament) dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 8. Prsentase setiap indikator pada Angket Kepuasan Penggunaan TGT (Teams Games Tournament) Siklus I No Indikator Persentase (%) 1 Senang 85.25 2 Tidak bosan 91.5 3 Cocok/sesuai 90 4 Tugas ringan 79 5 Motivasi belajar bertambah 84 6 Mampu berpikir kritis 80 7 Berani berpendapat 76.25 8 Kerjasama 87.5 9 Terampil berbicara 76.25 10 Saling menghormati 78.75 11 Waktu 76.5 12 Cepat paham 81.25 13 Penguasaan konsep meningkat 80.25 Jumlah 1066.5 Rata-rata 82.04 Kepuasan siswa terhadap penggunaan TGT memiliki kisaran nilai 76,25%91,5% dengan rata-rata sebesar 82,04%. Hasil angket ini menunjukkan bahwa siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle. commit to user penerapan model perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 Persentase tertinggi terdapat pada indikator ke 2, yaitu tidak bosan. Siswa menjadi lebih tertarik. Dengan TGT menggunakan puzzle akan lebih menarik dan tidak membosankan, karena pembelajaran ini merupakan tpembelajaran yang baru dikenal oleh siswa, oleh sebab itu siswa merasa tertarik dan menjadi tidak bosan. Indikator ke 8 yaitu kerjasama dalam penerapan pembelajaran TGT menggunakan puzzle juga tinggi yaitu mencapai 92,5%, siswa saling bekerjasama dengan anggota kelompoknya agar dapat menyelesaikan potongan-potongan puzzle dengan cepat dan benar. Siswa lebih berrespons dalam pembelajaran biologi. Harapan siswa akan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle cukup memuaskan yaitu mencapai 75%. Berdasarkan persentase rata-rata kelas pada siklus I maka dapat diketahui bahwa siswa dapat menerima penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle dalam pembelajaran biologi. Walaupun merupakan hal baru bagi siswa namun siswa tetap berusaha menjalankan tugasnya dengan baik. 4) Refleksi Tindakan Pada Siklus I Tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle difokuskan pada peningkatan respons siswa dalam pembelajaran biologi. Hasil observasi menunjukkan bahwa pada siklus I terjadi peningkatan rata-rata persentase indikator respons siswa yang dapat dilihat pada tabel 6. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan prasiklus. Berdasarkan observasi siswa pada siklus 1 ini setiap indikator mengalami peningkatan yaitu keterlibatan dalam segala kegiatan (persiapan, proses dan kelanjutan belajar) meningkat menjadi 75%, indikator kemauan untuk berinisiatif meningkat menjadi 67,50%, indikator kemauan untuk berkreasi meningkat menjadi 75%, indikator terus bekerja atau tidak macet meningkat menjadi 77,5%, dan indikator melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu meningkat menjadi 70%. Persentase indikator pada siklus I menunjukkan telah mencapai target yaitu untuk indikator keterlibatan dalam segala kegiatan (persiapan, proses dan kelanjutan belajar), indikator commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 kemauan untuk berkreasi dan indikator terus bekerja atau tidak macet. Sementara untuk indikator kemauan untuk berinisiatif dan melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu hasilnya masih belum dapat mencapai target. Frekuensi keterlibatan siswa dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar paling sering adalah saat kegiatan kerja kelompok dan permainan. Hal ini disebabkan siswa dituntut aktif untuk menyusun setiap kata sehingga dapat menjadi tim pemenang. Sementara frekuensi siswa dalam berinisiatif paling tinggi adalah saat kegiatan presentasi guru dan diskusi kelompok. Hal ini dikarenakan siswa merasa senang dapat menanyakan hal-hal yang belum diketahui kepada guru dan bisa bertanya kepada temannya sendiri apabila mengalami kesulitan. Untuk usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran dapat ditunjukkan pada hasil penyusunan puzzle oleh masing- masing kelompok. Demikian juga dengan pemanfaatan waktu belajar siswa dapat dilihat pada waktu permainan puzzle. Hasil frekuensi indikator respons siswa dalam pembelajaran mengindikasikan bahwa aspek kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle pada siklus I yang paling banyak berpengaruh terhadap peningkatan indikator respons siswa dalam pembelajaran adalah kerja kelompok. Berdasarkan hasil observasi dan angket respons siswa bahwa semua indikator meningkat, tetapi indikator yang meningkat berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, hasil indikator yang menunjukkan persentase paling tinggi adalah indikator keempat yaitu terus bekerja atau tidak macet yang dapat dilihat pada saat siswa melakukan diskusi dengan temannya dan saat menempelkan kepingan puzzle. Meskipun ada beberapa pertanyaan dalam lembar diskusi yang mereka belum tahu, tetapi para siswa terus mencari jawabannya dan menyelesaikan semua pertanyaan. Begitu pula saat menempelkan kepingan puzzle, meskipun siswa masih bingung harus meletakkan ditempat yang benar, tetapi semua kepingan dapat ditempel dengan baik. Sedangkan persentase terendah pada indikator kedua yaitu kemauan untuk berinisiatif, hasil ini menunjukkan respons siswa dalam keberanian mengemukakan pendapat ataupun bertanya masih tergolong rendah. Masih sedikitnya siswa yang berani commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44 mengemukakan pendapat dapat dipengaruhi oleh sikap guru selama proses pembelajaran. Guru kurang mampu bersikap hangat dan demokratis, sehingga proses pembelajaran yang berlangsung cenderung kaku dan membosankan. Persentase untuk indikator 1 yaitu keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar sudah meningkat dan mencapai target. Siswa menyusun potongan-potongan puzzle sampai siswa mendapat penghargaan, dengan TGT menggunakan puzzle ini sangat melibatkan siswa karena siswa diharuskan menyusun kepingan puzzle, selain harus benar juga harus cepat, siswa mempunyai tanggung jawab terhadap kemenangan kelompoknya, kelompok yang menang akan diberi penghargaan dari guru. Untuk persentase indikator yang ketiga juga mengalami peningkatan yang yang cukup tinggi, untuk indikator ketiga yaitu kemauan untuk berkreasi, hal ini dapat dilihat dari penyusunan kepingan puzzle yang telah dihasilkan oleh masing-masing kelompok. Dengan siswa menyusun kepinganp puzzle tersebut berarti siswa sudah berrespons langsung walaupun hasilnya bervariasi tetapi dengan adanya variasi dalam pembuatan puzzle tersebut maka usaha dan kreativitas siswa dapat dilihat secara jelas. Dalam indikator ini persentase cukup tinggi karena yang pada awalnya siswa hanya sibuk sendiri dan membuat permainan yang tidak bermanfaat, pada TGT dengan puzzle ini siswa diharuskan menyusun kepingan puzzle yang ada dalam permainan. Persentase untuk indikator yang keempat yaitu usaha yang terus menerus atau tidak macet meningkat dan mencapai target, hal ini dapat dilihat pada saat siswa melakukan diskusi dengan temannya dan saat menempelkan kepingan puzzle. Meskipun ada beberapa pertanyaan dalam lembar diskusi yang mereka belum tahu, tetapi para siswa terus mencari jawabannya dan menyelesaikan semua pertanyaan. Begitu pula saat menempelkan kepingan puzzle, meskipun siswa masih bingung harus meletakkan ditempat yang benar, tetapi semua kepingan dapat ditempel dengan baik. Untuk persentase indikator yang kelima juga mengalami peningkatan yang yang cukup tinggi, untuk indikator kelima yaitu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan waktu mereka yang pada awalnya hanya sibuk sendiri dan membuat permainan yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 tidak bermanfaat, pada pembelajaran TGT dengan puzzle ini siswa diharuskan menyusun kepingan puzzle yang dalam permainan. Terkait dengan item angket yang persentase jawaban masih kurang dari 75%, Item soal yang dimaksud terkait dengan indikator kemauan untuk berinisiatif. Siswa tidak berani mengemukakan pendapat saat guru menyampaikan pelajaran karena takut salah dan tidak berani bertanya karena siswa malu, dan tidak percaya diri. Berdasarkan hasil observasi respons siswa dalam pembelajaran dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. Peningkatan respons siswa dalam pembelajaran terlihat dari meningkatnya, keterlibatan siswa dalam pembelajaran, kemauan berinisiatif, kemauan berkreasi juga meningkat, siswa terus berusaha menyelesaikan tanggungjawabnya meskipun sulit dan pemanfaatan waktu belajar yang sebaikbaiknya juga meningkat. Berdasarkan data pendukung yaitu angket respons dan angket kepuasan TGT. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle diketahui bahwa guru berusaha menerapkan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran yang telah dibuat tetapi masih kesulitan mengefektifkan waktu pembelajaran sehingga terdapat langkah pembelajaran yang tidak terlaksana dengan baik. Beberapa kendala yang dihadapi selama pelaksanaan tindakan pada siklus I yaitu: a) Pada kegiatan presentasi oleh guru khususnya saat menyajikan materi dengan charta kurang menarik sehingga perhatian siswa sangat kurang. b) Pada kesempatan bertanya dan berpendapat yang diberikan guru kepada siswa, tidak ada siswa yang berani berpendapat maka guru harus guru harus menciptakan suasana menjadi lebih akrab dan hangat. c) Peran serta siswa dalam kegiatan diskusi dan permainan masih kurang efektif, karena siswa masih belum memahami permainan tersebut. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46 d) Siswa masih kesulitan memahami tugas yang diberikan oleh guru sehingga dalam penerapan dengan tipe tersebut kurang optimal dan diskusi dalam kelompok kurang berjalan dengan baik. e) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran saat kerja kelompok belum optimal karena dijumpainya siswa yang tidak mau bekerja, acuh, mengantuk, dan bermalas-malasan. f) Waktu pembelajaran kurang bisa dikelola dengan baik oleh guru sehingga terdapat langkah-langkah pembelajaran yang berjalan kurang maksimal Berdasar hasil observasi respons siswa dalam pembelajaran biologi, peningkatan respons siswa dalam pembelajaran biologi telah ditunjukkan pada siklus I, tetapi belum sepenuhnya indikator respons siswa dalam pembelajaran mencapai persentase target yang ditentukan. Dalam rangka mencapai persentase capaian target, maka dilakukan tindakan untuk siklus berikutnya. Dengan melihat berbagai kendala yang dihadapi pada siklus I, maka dilakukan upaya perbaikan pelaksanaan tindakan pada siklus II yang diharapkan dapat meningkatkan indikator respons dalam pembelajaran agar mencapai persentase target. 2. Siklus II a) Perencanaan Tindakan pada Siklus I I Pelaksanaan pembelajaran di siklus II masih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle. Materi yang dipelajari adalah tentang Klasifikasi Makhluk Hidup. Kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak 2 kali tatap muka (4 jam pelajaran). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II menggunakan instrumen penelitian yang sama dengan instrumen penelitian yang digunakan pada siklus I. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa peran serta siswa dalam pembelajaran mulai meningkat, namun beberapa aspek di dalamnya belum mencapai target. Pada perencanaan tindakan siklus II terdapat beberapa perbaikan yang akan dilakukan agar proses pembelajaran lebih optimal, siswa lebih berrespons dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkat sesuai target. Perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II antara lain: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 (1) Pada kegiatan presentasi oleh guru khususnya saat menyajikan materi dengan charta kurang menarik sehingga perhatian siswa sangat kurang, maka tampilan pada presentasi dibuat lebih menarik dengan ditambah bentuk asli yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. (2) Pada kesempatan bertanya dan berpendapat yang diberikan guru kepada siswa, tidak ada siswa yang berani berpendapat maka guru harus guru harus menciptakan suasana menjadi lebih akrab dan hangat, sehingga siswa merasa nyaman dan tidak tegang serta adanya penghargaan atau reward terhadap siswa yang berrespons dalam pembelajaran seperti menjawab pertanyaan dan mengemukakan permasalahan. (3) Peran serta siswa dalam kegiatan diskusi dan permainan masih kurang efektif, karena siswa masih belum memahami permainan tersebut sehingga guru harus menjelaskan kembali cara bermain dengan menggunakan puzzle sehingga siswa dapat paham semua. (4) Siswa masih kesulitan memahami tugas yang diberikan oleh guru sehingga dalam penerapan dengan tipe tersebut kurang optimal dan diskusi dalam kelompok kurang berjalan dengan baik sehingga guru harus menjelaskan kembali cara bermain dengan menggunakan puzzle sehingga siswa dapat paham semua. (5) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran saat kerja kelompok belum optimal karena dijumpainya siswa yang tidak mau bekerja, acuh, mengantuk, dan bermalas-malasan disebabkan ada siswa yang belum paham tentang tipe tersebut sehingga guru harus mengulang kembali cara bermain dengan menggunakan puzzle sehingga siswa dapat paham semua dan siswa tidak acuh lagi dan keterlibatan siswa dapat lebih muncul.dalam berlangsungnya proses pembelajaran. (6) Waktu pembelajaran kurang bisa dikelola dengan baik oleh guru sehingga terdapat langkah-langkah pembelajaran yang berjalan kurang maksimal maka diperlukan adanya pembatasan waktu untuk setiap langkah pembelajaran yaitu kegiatan presentasi, diskusi kelompok, turnament, dan penghargaan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 b) Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II Pembelajaran pada siklus II merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi kegiatan pembelajaran pada siklus I sehingga pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak jauh beda dengan tindakan pada siklus I. Pertemuan pertama dimulai dengan presensi dari guru, disini siswa dijelaskan tentang Klasifikasi Makhluk Hidup dengan sub Monera, Protista, Fungi, Tumbuhan Lumut, Tumbuhan Paku, Tumbuhan Biji, Avertebrata, Vertebrata. Pada tahap presentasi ini dilakukan selama 40 menit. Penyajian materi oleh guru disampaikan dengan presentasi dari guru yang dilengkapi dengan contoh-contoh gambar yang berkaitan dengan meteri tersebut, siswa dipancing untuk lebih perhatian sehingga siswa selalu diberi pertanyaan agar siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru, dengan adanya jawaban dari siswa maka siswa dapat terlibat dan berrespons secara langsung. Setelah itu siswa diberi suatu masalah yang berkaitan dengan materi sehingga dapat digunakan sebagai bahan diskusi. Pertemuan kedua siswa melakukan turnament atau permainan puzzle yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan poin tertinggi dengan cara setiap siswa dapat menyusun kepingan-kepingan puzzle yang sesuai dengan materi sehingga siswa mendapat poin dan poin yang terkumpul paling banyak maka siswa tersebut dapat mewakili kelompoknya untuk bermain dalam babak final dan apabila siswa tersebut dapat menang dengan poin yang tertinggi maka dia akan keluar menjadi pemenang dan berhak mendapat penghargaan dari guru dengan adanya permainan puzzle tersebut maka partisipasi siswa dapat terlihat dalam pembelajaran biologi. Kemudian guru memberikan penghargaan dan guru mengulang lagi materi yang telah diberikan. Setelah itu siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum dipahami berkenaan dengan materi yang telah dipelajari lalu guru membuat suatu lembar kerja siswa untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan siklus dua. Pada akhir pertemuan ini juga akan dilaksanakan evaluasi dan pengisian angket. Untuk siklus dua ini pelaksanaannya hampir sama dengan siklus satu hanya saja disini waktu sangat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 diperhatikan sehingga hasilnya akan lebih maksimal dan respons siswa dapat lebih terlihat. c) Observasi dan Evaluasi Tindakan pada Siklus II (1) Hasil Observasi Respons Siswa Siklus II Pada siklus II respons siswa pada proses pembelajaran lebih baik. Hal ini ditunjukkan bahwa hasilnya naik menjadi 77,5% bahkan melampaui target, Pada proses pembelalajaran ini siswa terlihat lebih berrespons didalamnya yaitu ditunjukkan siswa pada persiapan, proses, dan kelanjuan belajar mencapai 77,5%. Hal ini ditunjukkan dari respons siswa pada presentasi guru yang menampilkan materi lebih menarik sehingga siswa tidak merasa bosan. Siswa tidak hanya merespons pada saat presentasi tetapi juga pada saat diskusi yang dilaksanakan. Setelah presentasi yaitu siswa lebih banyak bertanya kepada temannya sendiri atau kepada guru apabila mengalami kesulitan. Saat guru memberikan pertanyaan pun siswa juga sangat antusias dalam menjawab. Pada saat diskusi hampir semua ikut terlibat, terlihat adanya pembagian kerja yang baik antar anggota kelompok. Setiap siswa juga berusaha memberikan gagasan untuk memecahkan soal yang ada, tidak ada lagi siswa yang sibuk sendiri. Hal ini ditunjukkan siswa dengan siswa banyak yang mengemukakan pendapatnya tentang masalah yang diberikan oleh guru, siswa sangat antusias bertanya tentang masalah yang sedang dihadapi dan berusaha menjawab semua pertanyaan dari guru maupun dari temannya.kemauan siswa untuk berinisiatif ini mencapai 75%. Usaha dan kreativitas siswa meningkat yaitu 77,5%. Setiap kelompok menyusun kepingan puzzle yang digunakan untuk bermain, dan hasilnya akan dapat dilihat hasilnya saat siswa berturnament. Usaha terus menerus yang tidak macet ditunjukkan dengan persentase yang meningkat menjadi 82,5%. Hal ini dapat dilihat dengan siswa sudah berusaha dengan semaksimal mungkin menyusun kepingan puzzle, dan pada tournament ini siswa sangat terlibat yaitu setiap siswa dapat menyusun dengan baik. Dengan adanya permainan ini materi yang telah disampaikan guru waktu presentasi lebih dapat dipahami dan hasil belajar pun lebih meningkat, siswa diberi soal oleh guru dan dapat dilihat usaha commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50 siswa untuk menjawab soal dari guru mampu diselesaikan dengan baik, mereka tidak menyerah atau macet ditengah-tengah mengerjakan sehingga usaha terus bekerja tanpa macet pun meningkat. Siswa melakukan setiap tahap pembelajaran dengan sungguh-sungguh tanpa membuang waktu untuk bermain ataupun melakukan hal-hal yang mengganggu pembelajaran. Melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu meningkat sebesar 75%. Hasil observasi respons siswa tiap indikator disajikan dalam tabel 9. Tabel 9. Jumlah Jawaban Ya untuk Setiap Indikator pada Observasi Respons Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Persentase Target NO Indikator capaian indikator capaian 1 Keterlibatan dalam segala kegiatan 77,5% 75% 2 Kemauan untuk berinisiatif 75% 75% 3 Kemauan untuk berkreasi 77,5% 75% Terus bekerja atau tidak macet 4 82,5% 75% 5 Melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu 75% 75% Jumlah 387,5% Rata-rata 77,5% Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa kelima indikator yang diteliti sudah mencapai target yaitu 75%. Persentase terendah ditempati oleh indikator 2 dan 5, yaitu keberanian mengemukakan pendapat dan melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu sebesar 75%. Keterlibatan siswa dalam persiapan, proses dan kelanjutan belajar mencapai 77,5%. Kemauan untuk berkreasi mencapai 77,5%, untuk usaha untuk tidak macet dalam pembelajaran mencapai 82,5% (2) Hasil Angket Respons Siswa Angket respons siswa pada siklus II digunakan untuk mengetahui informasi mengenai respons siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang setelah menggunakan TGT dengan puzzle. Hasil angket respons siswa untuk setiap indikator seperti pada tabel 10. Tabel 10. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons Siswa Siklus II Persentase Target NO Indikator capaian indikator capaian 1 Keterlibatan dalam segala kegiatan 84,5% 75% 2 Kemauan untuk berinisiatif 76.38% 75% 3 Kemauan untuk berkreasi 77.38% 75% 4 Terus bekerja atau tidak macet 82,5% 75% commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51 NO 5 Persentase Target capaian indikator capaian Melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu 82.17% 75% Jumlah 402,92% Rata-rata 80,59% Berdasarkan pada tabel 10. dapat diketahui bahwa respons siswa dalam Indikator pembelajaran siklus II berkisar antara 82,17% - 84,5%, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 80.59%. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase indikator respons siswa mengalami peningkatan sebesar 3,81% dari siklus I. (3) Hasil Angket Kepuasan Penggunaan TGT (Teams Games Tournament) Angket kepuasan penggunaan TGT (Teams Games Tournament) diisi siswa bersamaan dengan pengisian angket respons yaitu pada pertemuan ketiga pada siklus II. Hasil angket kepuasan penggunaan TGT (Teams Games Tournament) disajikan dalam tabel 11. Hasil angket kepuasan penggunaan TGT (Teams Games Tournament) pada siklus II memiliki rentang nilai antara 81,25%-93,75% dengan rata-rata kelas sebesar 87,79%. Ini berarti bahwa pada siklus II siswa memberikan tanggapan yang lebih baik lagi terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan Puzzle. Siswa memberikan tanggapan dengan melaksanakan pembelajaran sebaik-baiknya. Konsep-konsep didalam materi pelajaran lebih dapat dipahami karena siswa mengetahui banyak arti tentang semua kata yang ada dalam materi tersebut. Tabel 11. Persentase setiap Indikator pada Angket Kepuasan Penggunaan TGT (Teams Games Tournament) Siklus II No Indikator Persentase (%) 1 Senang 91,25 2 Tidak bosan 87,5 3 Cocok/sesuai 93.75 4 Tugas ringan 85 5 Motivasi belajar bertambah 92.5 6 Mampu berpikir iritis 90 7 Berani berpendapat 82.5 8 Kerjasama 93,75 9 Terampil berbicara 85 10 Saling menghormati 86.25 11 Waktu 81.25 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 12 13 Cepat paham Penguasaan konsep meningkat Jumlah Rata-rata d) Refleksi Tindakan pada Siklus II 88.75 83, 75 1141,25 87,79 Hasil observasi menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan rata-rata presentase indikator respons siswa dalam pembelajaran biologi yang dapat dilihat pada tabel 9. Hasil observasi siklus II menunjukkan adanya peningkatan rata-rata sebesar 4,5% dibandingkan dengan siklus I. Secara keseluruhan persentase tiap indikator respons siswa dalam pembelajaran biologi telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan masing-masing indikator respons siswa dalam pembelajaran dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II, indikator keterlibatan siswa dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar meningkat sebesar 2,5%, indikator kemauan untuk berinisiatif meningkat sebesar 7,5%, indikator kemauan untuk berkreasi meningkat sebesar 2,5%, indikator terus bekerja atau tidak macet meningkat sebesar 5%, dan indikator melakukan tanpa membuang waktu meningkat sebesar 5%. Persentase capaian untuk semua indikator pada siklus II telah mencapai target yang ditentukan. Tabel 9 menunjukkan respons siswa pada kegiatan pembelajaran paling sering adalah saat kegiatan presentasi. Bila dibandingkan dengan siklus I, frekuensi indikator siswa memperhatikan kegiatan pembelajaran meningkat sebesar 77,5%. Hal ini dikarenakan siswa merasa senang dapat menanyakan halhal yang belum diketahui kepada guru. Sementara frekuensi siswa dalam mengemukakan permasalahannya juga meningkat menjadi 75% adalah saat kegiatan diskusi kelompok karena bisa bertanya kepada temannya sendiri apabila mengalami kesulitan. Frekuensi berrespons (ikut serta) dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar paling sering adalah saat kegiatan kerja kelompok dan permainan yaitu meningkat tajam menjadi 77,5% adalah saat kegiatan tatap muka dengan guru, diskusi, dan permainan. Hal ini disebabkan siswa dituntut aktif untuk menyusun setiap kata yang disertai pernyataan sehingga dapat menjadi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 tim pemenang. Frekuensi indikator usaha dan kreativitas siswa juga meningkat menjadi 75% pada siklus II dalam pembelajaran ini dapat ditunjukkan pada hasil pembuatan puzzle yang dibuat oleh masing-masing kelompok. Hal ini di tunjukkan semakin bervariasinya puzzle tersebut, Demikian juga dengan kemandirian belajar siswa dapat dilihat pada waktu permainan puzzle maka pada siklus II ini presentasenya juga meningkat menjadi 77,5%. Hasil frekuensi indikator respons siswa dalam pembelajaran mengindikasikan bahwa aspek kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle pada siklus II yang paling banyak berpengaruh terhadap peningkatan indikator respons siswa dalam pembelajaran adalah kerja kelompok. Berdasarkan hasil observasi dan angket respons siswa pada siklus II ini bahwa setiap indikator persentasenya lebih meningkat dan sudah mencapai target capaian bahkan ada yang melampaui target. Untuk indikator 1 yaitu keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar pada observasi mencapai 77,5% dan angket 84,5% jadi persentase untuk indikator 1 sudah melampaui target, hal ini disebabkan TGT menggunakan puzzle merupakan pembelajaran baru bagi mereka, sehingga mereka tertarik dan mau melibatkan diri dalam segala kegiatan pembelajaran, yang meliputi persiapan, proses dan kelanjutan belajar. Dengan TGT menggunakan puzzle ini sangat melibatkan siswa karena siswa diharuskan menyusun kepingan puzzle, permainan yang mengharuskan siswa dapat menyusun kata-kata dengan benar dan cepat. Siswa mempunyai tanggung jawab terhadap kemenangan kelompoknya, kelompok yang menang akan diberi penghargaan dari guru. Pada indikator kedua hasil observasi 75% dan angket 76,38%. Hal ini menunjukkan bahwa indikator kedua ini sudah mencapai target walaupun persentasenya paling rendah dibandingkan dengan indikator yang lainnya, pada siklus II indikator ini sudah meningkat tajam karena pada siklus I disebabkan oleh guru yang kurang demokratis dan hangat terhadap siswa maka pada siklus II ini guru mulai bersikap hangat dan demokratis, sehingga proses pembelajaran yang berlangsung cenderung tidak kaku dan santai sehingga semua siswa merasa tidak takut dan lebih percaya diri dalam mengemukakan permasalahannya sehingga commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 keberanian mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan menjadi meningkat. Persentase indikator yang ketiga juga mengalami peningkatan yang yang cukup tinggi, untuk indikator ketiga yaitu kemauan untuk berkreasi dapat dilihat dari siswa menyusun kepingan puzzle sampai siswa mendapat penghargaan, Dengan siswa menyusun kepingan puzzle tersebut berarti siswa sudah berrespons langsung walaupun hasilnya bervariasi tetapi dengan adanya variasi dalam penyusunan puzzle tersebut maka usaha dan kreativitas siswa dapat dilihat secara jelas. Persentase untuk indikator yang kelima yaitu bekerja tanpa membuang waktu juga mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari keseriusan siswa menyusun kepingan puzzle. Dalam indikator ini persentase cukup tinggi karena yang pada awalnya siswa hanya sibuk sendiri dan membuang waktunya untuk membuat permainan yang tidak bermanfaat, pada TGT dengan puzzle ini siswa diharuskan menyusun kepingan puzzle, permainan yang mengharuskan siswa dapat menyusun kata-kata dengan benar dan cepat. Siswa mempunyai tanggung jawab terhadap kemenangan kelompoknya, kelompok yang menang akan diberi penghargaan dari guru. Hasil indikator yang menunjukkan persentase paling tinggi adalah indikator keempat bekerja terus atau tidak macet yang dapat dilihat pada saat mengerjakan soal pada akhir siklus, hal ini dapat dilihat dari usaha siswa untuk menyelesaikan soal dengan baik, meskipun menemui kesulitan dalam mengerjakan soal mereka tetap berusaha dan tidak putus asa. Berdasarkan evaluasi dan analisis pada siklus II diketahui bahwa besarnya persentase respons siswa sudah mencapai target yaitu sebesar 75%. Hasil observasi menunjukkan bahwa 77,5% ikut berrespons dalam pembelajaran, data ini tidak sebanding dengan hasil angket respons yang mencapai 80,59% . Hasil angket kepuasan penggunaan TGT pada siklus II menunjukkan persentase meningkat menjadi 87,79%, ini berarti pula telah mencapai target yang ditentukan yaitu 75%. Proses pembelajaran secara keseluruhan telah mencapai target minimal yang telah ditentukan, sehingga siklus dapat dihentikan. Tindak lanjut berupa commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55 perbaikan pembelajaran dapat dilakukan oleh guru biologi setelah penelitian sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukan guru menjadi lebih baik lagi. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus II menunjukkan gambaran kondisi pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran. Kegiatan pengamatan dan diskusi presentasi, diskusi, permainan dan penghargaan dalam pembelajaran perlu dilaksanakan terus menerus agar respons siswa lebih meningkat dan disertai dengan hasil belajar atau prestasi siswa pun lebih meningkat. Dalam siklus II diperoleh hal-hal sebagai berikut: (1) Kegiatan presentasi yang dilakukan guru baik di awal maupun di akhir pembelajaran sudah mampu membuat siswa berrespons dalam pembelajaran secara menyeluruh. Sebagai tindak lanjut maka guru menciptakan suasana menjadi lebih akrab dan hangat, sehingga siswa merasa nyaman dan tidak tegang. (2) Siswa lebih berani mengemukakan permasalahannya saat diberi kesempatan oleh gurunya untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahaminya. (3) Media yang digunakan sudah tepat karena siswa lebih dapat memahami materi yang telah dijelaskan. (4) Kemampuan guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran dan mengelola waktu pembelajaran sudah lebih meningkat dibandingkan siklus I. (5) Persiapan puzzle yang digunakan dalam tournament dan persiapan cara bermainnya untuk siswa sudah tersedia dengan lengkap sehingga proses dapat berjalan lancar dan semua siswa dapat terlibat semua. (6) Siswa lebih berani mengemukakan permasalahannya saat diberi kesempatan oleh gurunya untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahaminya. 3) Deskripsi Antar Siklus a) Hasil Observasi Respons Siswa Observasi secara khusus dilakukan terhadap respons siswa dalam kegiatan pembelajaran yang hasilnya dituliskan pada lembar observasi. Data hasil observasi secara keseluruhan ditunjukkan dalam tabel 11. Hasil observasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56 menunjukkan bahwa respons siswa dalam pembelajaran biologi senantiasa mengalami peningkatan. Sebelum menggunakan TGT dilengkapi puzzle respons siswa rendah, kemudian setelah diterapkannya TGT menggunakan puzzle pada siklus I respons siswa naik menjadi sebesar 73%. Pada siklus II respons siswa naik lagi sebesar 4,5% menjadi 77,5%. Pada siklus I siswa mulai merubah sistem pembelajaran mereka yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran aktif yang seluruh kegiatannnya berpusat pada siswa. Rata-rata respons siswa masih relatif rendah karena siswa berada pada kondisi transisi dan penyesuaian dengan cara belajar yang baru. Tabel 12. Persentase setiap Indikator pada Observasi Respons Siswa Aspek Berpartisipasi Indikator Capaian (%) Pra Siklus Siklus Siklus I II Keterlibatan dalam segala kegiatan Kemauan untuk berinisiatif 62,5 75 77,5 40,83 67,5 75 Kemauan untuk berkreasi *nd 75 77,5 Terus bekerja atau tidak 27,5 macet Melakukan pekerjaan tanpa 37,5 membuang waktu 77,5 82,5 70 75 Jumlah 168.33 365 387,5 Rata-Rata 23.6 73 77,5 (Suryosubroto.1997:280) Mengikuti aturanaturan (tertib) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. *nd : not detected / belum terdeteksi. Peningkatan persentase tiap indikator dalam lembar observasi respons siswa dapat divisualisasikan dalam gambar 9. Dari 5 indikator yang diteliti yaitu Keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, terus bekerja atau tidak macet, melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. Nilai terendah diperoleh untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57 indikator 2 yaitu kemauan untuk berinisiatif. Dari siklus 1 nilai tertinggi siswa terletak pada terus bekerja atau tidak macet. Nilai indikator 4 terus menempati Persentase Capaian urutan pertama pada siklus II. 90 75 77,5 75 80 67,5 70 62,5 60 50 40,83 40 30 20 10 0 Indikator 1 Indikator 2 75 77,5 77,5 82,5 75 70 Pra Siklus 37,5 Siklus 1 27,5 Siklus 2 0 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Gambar 5. Diagram persentase untuk tiap Indikator pada Observasi Respons Siswa Setiap Siklus b) Hasil Angket Respons Siswa Hasil angket respons siswa untuk setiap indikator pada siklus I dan II terlihat pada tabel 13. Hasil angket respons siswa menunjukkan bahwa respons siswa dalam pembelajaran senantiasa meningkat walaupun peningkatannya tidak setinggi hasil observasi respons siswa. Dari siklus 1 ke siklus II tejadi peningkatan sebesar 3,37%. Peningkatan persentase tiap indikator pada angket respons siswa dapat divisualisasikan dalam gambar 10. Tabel 13. Persentase setiap Indikator pada Angket respons Siswa Aspek Indikator Capaian (%) Siklus I Siklus II Partisipasi Keterlibatan dalam segala 78,38% 80,5% kegiatan Kemauan untuk berinisiatif 76,63% 78,94% Mengikuti aturan Kemauan untuk berkreasi Terus bekerja atau tidak macet Melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu Jumlah Rata-Rata commit to user 72.% 80,25% 77,38% 84,31% 75,58% 82,17% 383,9% 76,78% 400,73% 80,15% perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Persentase Capaian (%) 58 86 84 80,5 82 80 78,38 78 76 74 72 70 68 66 Indikator 1 84,31 82,17 80,25 78,64 76,63 75,58 73,38 72,88 Indikator 2 Indikator 3 Siklus II Indikator 4 Indikator 5 Gambar 6. Diagram persentase untuk tiap Indikator pada Angket Respons Siswa Setiap Siklus c) Hasil Angket Kepuasan Penggunaan TGT (Teams Games Tournament) Data hasil angket pada kepuasan penggunaan TGT (Teams Games Tournament) setiap siklus dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14 menunjukkan bahwa persentase setiap indikator pada angket kepuasan siswa terhadap penggunaan TGT (Teams Games Tournament). antara siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan meskipun tidak sebesar hasil observasi respons siswa dan hasil angket respons siswa. Besarnya persentase rata-rata indikator pada siklus I adalah 85,19% mengalami kenaikan sebesar 3,08% menjadi 88,27% pada siklus II. Data persentase setiap aspek pada angket kepuasan siswa terhadap penggunaan TGT (Teams Games Tournament) dapat divisualisasikan dalam gambar 7 Tabel 14. Persentase setiap Indikator pada Angket kepuasan penggunaan TGT (Teams Games Tournament) setiap siklus. No Indikator Persentase (%) Siklus I Siklus II 1 Senang 88,75 91,25 2 Tidak bosan 93,75 95 3 Cocok/sesuai 91,25 93,75 4 Tugas ringan 81,25 85 5 Motivasi belajar bertambah 87,5 92,5 6 Mampu berpikir kritis 82,5 90 commit to user Siklus I perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 59 No 7 8 9 10 11 12 13 Indikator Persentase (%) Siklus I Siklus II Berani berpendapat Kerjasama Terampil berbicara Saling menghormati Waktu Cepat paham Penguasaan konsep meningkat Jumlah Rata-rata 80 92,5 81,25 83,75 78,75 88,75 80,25 81,25 93,75 85 86,25 81,25 88,75 83,75 1100,00 85,19 1148,75 88,27 Persentase 100 80 60 Siklus 1 40 Siklus 2 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Indikator Gambar 7. Diagram Persentase Setiap Indikator Pada Angket Kepuasan Siswa Terhadap penggunaan TGT (Teams Games Tournament). D. Pembahasan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle ini peserta didik yang semula cenderung pasif diajak untuk bekerjasama dalam kelompok yaitu dengan cara bermain untuk mencari pengetahuan yang lebih banyak supaya tim atau kelompoknya menang dan mendapat penghargaan dari guru. Guru dan siswa berinteraksi satu sama lain melalui presentasi oleh guru, diskusi, bermain (tournament), pemberian penghargaan terhadap kelompok yang menang, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan pada akhir pelajaran. Pembuatan papan puzzle dilakukan oleh guru, tugas siswa adalah menyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut dengan benar pada tempat yang telah disediakan sehingga siswa berpartisipasi secara langsung, dengan partisipasi siswa tersebut maka respons siswa akan meningkat. Hasil observasi terhadap respons siswa dalam kegiatan pembelajaran biologi pokok bahasan Ciri-Ciri Makhluk Hidup hasilnya dituliskan pada lembar commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 60 observasi. Puzzle yang digunakan pada siklus I berisi tentang Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Hasil observasi menunjukkan penerapan TGT menggunakan puzzle yang sebelumnya telah diterapkan oleh guru menghasilkan respons siswa yang belum optimal. Presentase rata-rata indikator respons hanya mencapai 73%, dengan kata lain belum memenuhi target capaian yaitu sebesar 75%. Hal ini ditandai dengan kemauan siswa untuk berinisiatif masih rendah, siswa kurang berani dalam mengemukakan pendapat ataupun keberanian bertanya masih tergolong rendah. Siswa enggan berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru secara sukarela karena takut salah dan kurang rasa percaya diri. Masih sedikitnya siswa yang berani mengemukakan pendapat dapat dipengaruhi oleh sikap guru selama proses pembelajaran. Guru kurang mampu bersikap hangat dan demokratis, sehingga proses pembelajaran yang berlangsung cenderung kaku dan membosankan.. Persentase untuk indikator 1 yaitu keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar sudah meningkat dan mencapai target. Siswa menyusun potongan-potongan puzzle sampai siswa mendapat penghargaan, dengan TGT menggunakan puzzle ini sangat melibatkan siswa karena siswa diharuskan menyusun kepingan puzzle, selain harus benar juga harus cepat, siswa mempunyai tanggung jawab terhadap kemenangan kelompoknya, kelompok yang menang akan diberi penghargaan dari guru. Untuk persentase indikator yang ketiga juga mengalami peningkatan yang yang cukup tinggi, untuk indikator ketiga yaitu kemauan untuk berkreasi, hal ini dapat dilihat dari penyusunan kepingan puzzle yang telah dihasilkan oleh masing-masing kelompok. Dengan siswa menyusun kepinganp puzzle tersebut berarti siswa sudah berrespons langsung walaupun hasilnya bervariasi tetapi dengan adanya variasi dalam pembuatan puzzle tersebut maka usaha dan kreativitas siswa dapat dilihat secara jelas. Dalam indikator ini persentase cukup tinggi karena yang pada awalnya siswa hanya sibuk sendiri dan membuat permainan yang tidak bermanfaat, pada TGT dengan puzzle ini siswa diharuskan menyusun kepingan puzzle yang ada dalam permainan. Persentase untuk indikator yang keempat yaitu usaha yang terus menerus atau tidak macet meningkat dan mencapai target, hal ini dapat dilihat pada saat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 61 siswa melakukan diskusi dengan temannya dan saat menempelkan kepingan puzzle. Meskipun ada beberapa pertanyaan dalam lembar diskusi yang mereka belum tahu, tetapi para siswa terus mencari jawabannya dan menyelesaikan semua pertanyaan. Begitu pula saat menempelkan kepingan puzzle, meskipun siswa masih bingung harus meletakkan ditempat yang benar, tetapi semua kepingan dapat ditempel dengan baik. Untuk persentase indikator yang kelima juga mengalami peningkatan yang yang cukup tinggi, untuk indikator kelima yaitu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan waktu mereka yang pada awalnya hanya sibuk sendiri dan membuat permainan yang tidak bermanfaat, dengan TGT menggunakan puzzle ini siswa diharuskan menyusun kepingan puzzle yang ada dalam permainan tersebut. Pada siklus I siswa mulai merubah sistem pembelajaran mereka yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran aktif yang seluruh kegiatannnya berpusat pada siswa. Rata-rata respons siswa masih relatif rendah karena siswa berada pada kondisi transisi dan penyesuaian dengan cara belajar yang baru. Pada siklus II dengan pokok bahasan Klasifikasi Makhluk Hidup respons siswa naik lagi sebesar 4,5% menjadi 77,5%. Hasil ini diperkuat dengan hasil angket respons siswa pada siklus II yang memiliki rata-rata indikator sebesar 80,15%.. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle memberikan dampak yang baik bagi siswa. Siswa terlibat langsung yaitu dalam permainan puzzle dengan begitu maka usaha dan kreatifitas siawa dapat terlihat kemudian masing-masing siswa harus mengikuti permainan puzzle tersebut dan setiap siswa dituntut dapat menyusun kata dengan benar dan cepat supaya menang dan mendapat penghargaan dari guru. Siswa sudah berrespons dari awal sampai akhir pelajaran yaitu ditunjukkan dari mulai memperhatiakn guru saat presentasi, diskusi kelompok, penyusunan kepingan-kepingan puzzle sampai siswa menang dan mendapat penghargaan dari guru. Siswa berrespons aktif dengan kemandiriannya karena siswa diharapkan dapat menyusun kata-kata yang sesuai dengan materi dan menyusun kata sebanyak-banyaknya yang berbeda dengan temannya, dengan siswa dapat menyusun kata yang banyak maka siswa tersebut commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 62 sudah mengumpulkan pengetahuan yang banyak pula. Sehingga dari kegiatankegiatan tersebut maka respons siswa dapat meningkat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa data yang diperoleh dari hasil angket, observasi menunjukkan ada kesesuaian hasil. Hal ini berarti bahwa data hasil penelitian tentang peningkatan respons siswa dalam pembelajaran dapat dikatakan valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Menurut hasil wawancara dengan guru mengenai metode pembelajaran TGT menggunakan puzzle sangat menarik perhatian siswa. Proses pembelajaran yang terdiri dari berbagai tahap ini menarik dan dapat meminimalisir sikap siswa yang pasif dan mengurangi kebosanan siswa dalam belajar. Upaya untuk membuat siswa lebih berrespons dalam pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengikut sertakan siswa dalam persiapan, proses, dan kelajuan belajar supaya lebih terfokus dan terlibat langsung dalam pembelajaran. Lebih lanjut guru menuturkan dengan pembelajaran TGT menggunakan puzzle, siswa dituntut aktif bekerja sama dan lebih berpartisipaasi dalam kerja kelompoknya pada saat diskusi dan permainan. Penerapan pembelajaran TGT menggunakan puzzle dapat mengaktifkan belajar siswa baik aktif fisik saat permainan maupun berrespons yang meliputi kegiatan peningkatan perhatian siswa untuk mengemukakan pendapat, keikutsertaan dalam proses pembelajaran, usaha dan kreativitas siswa serta menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Keterangan mengenai hasil wawancara dengan guru dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan mengemukakan pendapat, siswa cenderung lebih berani bahwa dalam baik saat kegiatan diskusi maupun saat kegiatan yang lain. Menurut informasi siswa, dengan pembelajaran TGT menggunakan puzzle perhatian siswa lebih meningkat dan berrespons/terlibat aktif dalam persiapan, proses, dan kelajuan dalam pembelajaran. Sementara keaktifan siswa dalam mengemukakan masalah, usaha, dan kreativitas paling banyak adalah saat kegiatan kerja kelompok untuk berdiskusi dan permaian antar kelompok. Keterangan mengenai hasil wawancara dengan siswa dapat dilihat pada Lampiran 8 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 63 Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian adalah teknik trianggulasi metode. Trianggulasi metode merupakan cara mengumpulkan data sejenis yang menggunakan teknik/metode yang berbeda yaitu observasi, angket dan wawancara. Teknik trianggulasi digunakan untuk menguji kemantapan dan kebenaran informasi yang diperoleh, sehingga dengan menggunakan teknik tersebut maka dapat diketahui ketercapaian masing-masing target untuk setiap indikator respons siswa dalam pembelajaran biologi yaitu dengan membandingkan persentase yang diperoleh masing-masing teknik pengumpulan data. Data yang diperoleh dari tiap-tiap teknik pengumpulan data baik dari hasil angket maupun observasi masing-masing menunjukkan adanya peningkatan setiap indikator respons siswa dalam pembelajaran. Kesesuaian peningkatan persentase indikator baik dari hasil angket maupun hasil observasi menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran melalui penerapan TGT menggunakan puzzle sudah berhasil dan mendapat respon yang baik dari siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara baik terhadap siswa maupun guru yang menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan berupa penerapan TGT menggunakan puzzle mampu menumbuhkan keikutsertaan siswa (berrespons) dalam persiapan, proses dan kelanjutan belajar, keberanian mengemukakan masalah, kemauan untuk berkreasi, bekerja terus/ tidak macet serta menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya dapat meningkatkan respons siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam metode pembelajaran TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dan dapat menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan siswa dalam belajar. Penelitian lain yang dilakukan oleh Agung Susilo (2008) memperlihatkan bahwa dengan penerapan TGT mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan rendahnya respons siswa dalam pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2007) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu alasan yang dapat dipercaya bahwa pembelajaran commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 64 tersebut sangat efektif ketika siswa terlibat aktif dalam bertukar pendapat dan bekerjasama untuk menyelesaikan tugas akademiknya secara lengkap. Di sisi lain, Fengfeng Ke dan Barbara Grabowski (2007) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat efektif untuk bersaing antar individu dan juga untuk memudahkan siswa berpikir positif dalam matematika tetapi tidak dalam mempromosikan pembelajaran matematika. Berdasarkan faktafakta tersebut, dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan berbagai media permainan yang digunakan dalam pertandingan/turnamen dapat meningkatkan prestasi dan respons siswa. Dalam pengambilan suatu data masih terdapat kekurangan yaitu tidak semua indikator dapat diamati dalam setiap tahap pelaksanaan TGT karena setiap pelaksanaan TGT hanya terdapat beberapa indikator saja yang dapat diamati. Jadi semua indikator harus diamati dalam semua tahap pelaksanaan TGT yang sedang berlangsung sehingga dapat diperoleh data secara lengkap. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, angket, maupun wawancara walaupun ada sedikit kekurangan tetapi data yang diperoleh menunjukkan adanya kesesuaian hasil. Hal ini mengindikasikan bahwa data hasil penelitian tentang peningkatan respons siswa dalam pembelajaran dapat dikatakan valid. Jadi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun pelajaran 2009/2010. B. Implikasi 1. Implikasi Teoretis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan respons siswa khususnya di SMP Negeri 1 Mojogedang. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran biologi di SMP Negeri 1 Mojogedang, yaitu respons siswa dalam pembelajaran dapat ditingkatkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle. C. Saran 1. Bagi Guru a. Pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle membutuhkan instruksi yang jelas agar dapat dimengerti oleh siswa dengan baik, oleh sebab itu guru hendaknya memberikan instruksi dan arahan yang jelas kepada siswa tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle, agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan efektif. commit to user 65 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 66 b. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle membutuhkan pengelolaan waktu yang baik, sehingga guru sebaiknya mempersiapkan rencana pengajaran, alat, dan media pembelajaran dengan matang agar ketika proses pembelajaran berlangsung dapat berjalan seefektif mungkin. c. Hendaknya guru dapat menerapkan TGT menggunakan puzzle dengan baik sehingga dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. d. Agar dapat merangsang respons siswa dalam pembelajaran, guru hendaknya lebih interaktif, demokratis, humoris, serta menciptakan suasana lebih akrab dan tidak kaku dengan memberi kesempatan seluasluasnya kepada siswa untuk mengungkapkan semua permasalahan yang dihadapi sehingga keterlibatan siswa dapat terlihat. 2. Bagi Siswa a. Hendaknya siswa tidak malu dan tidak ragu untuk mengemukakan masalah bila terdapat hal-hal yang kurang dipahami terutama saat kegiatan tatap muka dengan guru. b. Hendaknya siswa berani mengemukakan masalahnya sehingga peran serta siswa dapat terlihat baik saat presentasi oleh guru, diskusi, maupun saat tournament atau permainan. c. Hendaknya siswa memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru agar dapat melaksanakan model pembelajaran menggunakan puzzle dengan baik. commit to user kooperatif tipe TGT perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 67 DAFTAR PUSTAKA Anonoim. 2010. Puzzle (online). (http://www.omochatoys.com/index.php?option=com_content&view=artic le&id=496:puzzle&catid=78:mainan-edukatif&Itemid=163, diakses tanggal 23 Maret 2010) Arikunto, Suharsimi. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah Pendekatan Evaluasi. Jakarta: PT. Rajawali Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Dr. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Grasindo Lie, A.2005. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdyakarya Miles dan Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Mulyasa. 2006. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nur, Mohamad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika UNESA Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosda Karya Saktiyono. 2007. IPA Biologi SMP dan MTS Untuk Kelas VII. Jakarta: Esis Slavin, E. Robert. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Nusa Media. Solihatin, E dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS). Jakarta: Bumi Aksara. Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta Sutopo,HB. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 68 Sry. 2010. Puzzle (online). (http://paudgrobogan.wordpress.com/2010/03/14/manfaat-puzzle-untukpendidikan, diakses tanggal 23 Maret 2010) Suparno, Suhaenah. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Dirjen DIKTI DEPDIKNAS Tim Penyusun Kamus. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka W. James Popham & Eva L. Baker. 1992. Teknik Mengajar Secara Sistematis Terjemahan Amirul Hadi. Jakarta : PT. Rineka Cipta commit to user