Metafisika Idealisme Plato Oleh: Fahrul Rozi Plato seorang filsuf Yunani Kuno, yang hidup pada tahun 427347 SM, dikenal sebagai salah satu manusia yang paling berpengaruh di dunia filsafat, terutama filsafat barat. Selain melahirkan buah pemikiran, Plato juga mendirikan salah satu sekolah tertua di dunia barat. Dengan sumbangsih yang signifikan, melalui tangannyalah, pendidikan, politik, dan religi dunia barat terbentuk. Plato merupakan pengaruh kuat dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Ia juga dianggap sebagai pelopor filsafat idealisme yang mengagungkan nilai pengetahuan dan keadilan. Nampaknya pengaruh Plato ini begitu kuat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga aliran teologi dan filsafat Kristen pada umumnya sampai kurun waktu abad XIII bercorak Platonis. Selain menciptakan dominasi yang kuat pada aliran teologi, Plato juga terkenal menjadi gurunya Aristoteles yang dianggap sebagai ”Bapak Penalaran Deduktif” Bukan hanya dunia barat, buah pemikirannya sering dikaji mahasiswa, dosen, aktifis kampus Indonesia. Ilmu yang tidak pernah mati berarti abadi. Maksudnya, tidak pernah lepas dibicarakan, termasuk Filsafat Idealisme Plato. Akar kata idealisme, berasal dari bahasa Yunani idea yang berarti pandangan atau kontemplasi. Istilah ini pertama kali digunakan oleh filosof ahli matematika Jerman G. W. Leibniz pada awal abad ke-18 yang merujuk pada pemikiran Plato dan membedakannya dengan empirisisme. Idealisme merupakan sebuah pandangan atau pemahaman manusia yang bersifat subjektif dan dimiliki secara pribadi. Manusia bisa memahami arti kertas sebagai media surat menyurat, atau sebagai material propaganda peperangan. Idealisme makin populer ketika digunakan Immanuel Kant yang menyebut teori pengetahuannya sebagai idealisme kritis. Dalam pengertian filsafati, idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran, roh atau jiwa dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material. Pandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme, yaitu: Jiwa manusia adalah unsur yang paling penting dalam kehidupan manusia dan hakikat akhir alam semesta yang pada dasarnya adalah nonmaterial. Lalu apa itu jiwa? Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa, yaitu akal pikiran yang merupakan daya rasional, semangat atau keberanian, dan keinginan, kebutuhan atau nafsu. Dari ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah satunya yang dominan. Jadi, sebenarnya hakikat manusia bukanlah badannya, melainkan jiwanya. Istilah idealisme itu cukup luas dan mencakup bermacam-macam teori yang berlainan meskipun berkaitan. Saya akan lebih menjelaskan Metafisika Idealisme. Manusia tidak akan pernah lari dari hasrat atau nafsu. Manusia ingin menulis, memancing, mengupas mangga, maka tumbuhkanlah hasrat. Manusia tidak akan mencapai keinginannya bila tak memiliki hasrat. Perang dunia tidak akan terjadi bila tak ada hasrat. Karena hasrat abadi dalam jiwa manusia begitu dua jiwa lain yang telah dibagi Plato. Tidak bisa dipungkiri kecamuk dalam jiwa manusia selalu berkobar dan tak berhenti pada satu-dua. Manusia pun memiliki ‘akal’ untuk terus dipakai sampai ia benar-benar pusing, tapi ‘semangat’ akan meneriakinya sampai ia ‘berhasrat’ untuk ‘berpikir’ kembali dan merampungkan pekerjaan abadinya: menulis.