neuroanatomi korteks serebri - Universitas Udayana Repository

advertisement
NEUROANATOMI
KORTEKS SEREBRI
Oleh:
Penulis 1 : Bagus Ngurah Mahasena Putera Awatara
Penulis 2 : dr. IA Sri Wijayanti, M.Biomed, Sp.S
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF
FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNyalah
tinjauan pustaka yang berjudul “Neuroanatomi Korteks Serebri” ini dapat saya
selesaikan.Tinjauan pustaka ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pendidikan PPDS1 di bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/RSUP Sanglah Denpasar.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Dr. dr A.A Bagus Ngurah Nuartha, Sp S (K) selaku Kepala Bagian Ilmu Penyakit Saraf
FK UNUD/ RS Sanglah
2. Dr. dr A.A.A. Putri Laksmidewi, Sp S (K) selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyakit
Saraf FK UNUD/RS Sanglah
3. dr. IA Sri Wijayanti, M.Biomed, Sp.S selaku pembimbing penulis dalam penyusunan
tinjauan pustaka ini.
4. Teman-teman PPDS-1 yang telah banyak membantu penulisan tinjauan pustaka ini
Penulis juga menyadari bahwa tinjauan pustaka ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .........................................................................................
i
DAFTAR ISI .......................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
1
BAB II NEUROANATOMI KORTEKS SEREBRI ...........................................
3
2.1
Embriologi Korteks Serebri .....................................................................
3
2.2
Klasifikasi Korteks Serebri ......................................................................
9
2.3
Struktur Histologi Korteks Serebri ..........................................................
10
2.4
Hubungan Dasar Antar Neuron di Dalam Korteks (Neokorteks) ............
14
2.5
Variasi Struktur Korteks ..........................................................................
16
2.6
Area Kortikal ...........................................................................................
17
2.7
Vaskularisasi Korteks Motorik Serebri………………………………
30
BAB III RINGKASAN..........................................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
36
DAFTAR GAMBAR
Halaman
c
1. Gambar 1. proses pembentukan susunan saraf pusat manusia …………………..
4
2. Gambar 2. Pembentukkan neuroembriologi ……………………………………..
4
3. Gambar 3. Porensefalon ………………………………………………………….
5
4. Gambar 4. Telencephalon dan diensefalon ………………………………………
5
5. Gambar 5. Diensefalon berkembang dari kantong ratkhe….……………..
……... 6
6. Gambar 6. Telencephalon dan diensefalon pada usia embrio 10 minggu ………
6
7. Gambar 7. Perkembangan girus dan sulkus ……………………………………...
7
8. Gambar 8. Mesensefalon …………………………………………………………
7
9. Gambar 9. Rombensefalon ……………………………………………………….
8
10. Gambar 10. Bagian kaudal dari mesensefalon ……………………………………
8
11. Gambar 11. Mesensefalon dan rhombensefalon ………………………………….
8
12. Gambar 12 Lapisan – lapisan korteks serebri ……………………………………
12
13. Gambar 13.Tipe – Tipe Utama Neuron Yang Terdapat di Korteks Serebri …….... 14
14. Gambar 14. Lobus Korteks Serebri ......................…………………………….
17
15. Gambar 15. Lobus Korteks Motorik Serebri …………………….…………..
19
16. Gambar 16Homunkulus MotorikKorteks Serebri ....................................... ......
20
17. Gambar 17Area Broadman dengan pusat sensoris dan motoris korteks serebri .
23
18. Gambar 18 Lobus parietal penampang lateral dan area broadman ……………..
24
19. Gambar 19 Homunkulus somatosensorik ………………………………………...
25
20. Gambar 20 Lobus oksipitalis penampang lateral dan area broadman ……………
27
21. Gambar 21 Lobus temporalis tampak lateral dan medial ………………………...
28
22. Gambar 22 Gambaran fungsi motorik dan sensorik area korteks serebri ………..
29
23. Gambar 23Suplai Arteri Bagian Dalam Otak …………………………………..
30
24. Gambar 24 Vaskularisasi otak tampak luar dan dalam………………………......
31
25. Gambar 25 Arteri pada Basis Kranii……………………………………………...
32
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang
bertugas menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh, serta
memberikan respons terhadap rangsangan tersebut.Pengaturan penerima rangsangan dilakukan
oleh alat indera, pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian meneruskan
untuk menanggapi rangsangan yang datang dilakukan oleh sistem saraf dan alat indera. Sistem
saraf pusat meliputi otak dan medulla spinalis (Guyton, 1996)
Otak dibagi menjadi serebrum, serebellum, dan batang otak. Secara makroskopis,
serebrum terdiri dari korteks serebri, substansia alba sub kortikalis dan ganglia basalis (Baehr,
2005). Korteks serebrum merupakan bagian terluar dan terbesar otak yang terletak di fossa kranii
anterior dan medial, serta menempati seluruh cekungan tempurung tengkorak.(Duus, 2007).
Korteks serebri merupakan lapisan jaringan saraf terluar dan mempunyai peranan dalam
memori, perhatian, persepsi, pikiran, bahasa dan kesadaran.Bagian serebri ini memiliki enam
lapisan horizontal, masing-masing lapisan mempunyai komposisi sel saraf dan koneksinya yang
berbeda. Ketebalan korteks mencapai 2-4 mm (0,08-0,16 inci). Pada otak yang diawetkan, bagian
korteks berwarna abu-abu karena dibentuk oleh banyak neuron dan serat tidak berselubung
mielin.Permukaan korteks serebri berlipat-lipat pada mamalia yang lebih tinggi, lebih dari dua
pertiga otak manusia berada dalam cekungan atau sulkus (Duus, 2007).
Secara histologi, korteks serebri memiliki enam lapisan.Pola histologi dasar ini
mengalami variasi khas dari satu lokasi korteks dengan lokasi lainnya, membentuk berbagai area
kortikal yang secara arsitektural berbeda.Ahli neuroanatomi terdahulu menduga bahwa struktur
seluler spesifik masing - masing area bersesuaian dengan tugas khusus yang dijalankan.
Selain itu, sebagian besar bagian korteks serebri terdiri dari area asosiasi, yang fungsinya
tampaknya terdiri dari pengolahan informasi tingkat tinggi yang berasal dari atau berjalan ke area
kortikal primer.Fungsi luhur seperti bahasa, khususnya tidak dapat dilokalisasi pada sebuah area
kortikal tetapi bergantung pada interaksi kompleks berbagai area (Duus, 2007).
BAB 2
NEUROANATOMI KORTEKS SEREBRI
2.1
Embriologi Korteks Serebri
Secara garis besar perkembangan sistem saraf pusat dibagi atas tiga periode yaitu :
1. Periode embrionik ( mulai konsepsi sampai 8,5 minggu)
2. Periode fetal (mulai 8,5 minggu sampai 40 minggu)
3. Periode pascanatal
Periode embrionik sendiri terdiri dari 23 stadium perkembangan, yang waktu
kelangsungannya masing-masing stadium berkisar 2 – 3 hari dengan total waktu kurang lebih
enam puluh hari pertama setelah ovulasi. Pada akhir periode ini, panjang embrio sudah mencapai
30 mm dan kemudian dilanjutkan dengan periode fetal. Pada periode fetal tidak dibagi atas
stadium-stadium, namun yang menjadi tolak ukur dalam pemantauan perkembangan didasarkan
atas ukuran dan usia janin(Sadler,2012).
Konsep penentuan saat penghentian (terminasi) perkembangan janin berperan penting
dalam menganalisa berbagai malformasi kongenital yang terjadi.Saat terminasi adalah titik tolak
waktu dimana pada periode waktu sebelumnya belum terjadi malformasi spesifik.Tidak semua
malformasi susunan saraf dapat ditentukan secara tepat kapan hal itu terjadi, dan juga beberapa
malformasi terbentuk dalam rangkaian waktu yang cukup panjang.
Secara ringkas dalam garis besarnya dapat dijabarkan mengenai proses neuroembriologi
sebagai berikut. Adapun proses pembentukan susunan saraf pusat manusia dimulai pada awal
minggu ketiga sebagai lempeng penebalan lapisan ektoderm (neural plate) yang memanjang dari
arah kranial ke kaudal.
Gambar 1. Proses pembentukan susunan saraf pusat manusia dimulai pada awal minggu ketiga
sebagai lempeng penebalan lapisan ektoderm (neural plate) yang memanjang dari arah kranial ke
kaudal.(Sadler,2012)
Selanjutnya kedua bagian sisi kiri dan kanan akan bertambah tebal dan meninggi,
membentuk lipatan-lipatan saraf yang dikenal sebagai krista neuralis / neural crest (bagian
tengah) yang cekung disebut alur saraf (neural groove).
Gambar 2. Pembentukkan neuroembriologi pada usia embrio pertengahan minggu ketiga
(Sadler,2012)
Perkembangannya kemudian, krista neuralis akan semakin meninggi dan mendekat satu
sama lain serta menyatu di garis tengah dan selanjutnya terbentuk tabung saraf (neural tube).
Penutupan tabung saraf tersebut umumnya dimulai pada bagian tengah (setinggi somit ke empat)
dan baru disusul oleh penutupan bagian kranial dan kaudal. Kedua ujung tabung saraf menutup
paling akhir (sehingga dalam hal ini tabung saraf masih mempunyai hubungan dengan rongga
amnion), yakni bagian (neuropore) anterior menutup pada usia embrio pertengahan minggu ketiga
(somit 18-20) sedangkan neuroporus posterior pada akhir minggu ketiga (somit 25). Ujung cranial
menutup kurang lebih pada hari ke-25, dan ujung kaudalnya pada hari ke-27.Selanjutnya
membentuk sebuah struktur tubuler dengan bagian sefalik yang lebar, otak, dan bagian kaudal
yang panjang, medulla spinalis. Kegagalan tabung saraf untuk menutup menyebabkan cacat
seperti spina bifida dan anensefalus (Sadler,2012)
Setelah tabung neural tertutup, pada bagian anteriornya akan mulai terbentuk tiga buah
gelembung, masing-masing adalah :
1.
Porensefalon (otak depan) yang kelak menjadi telensefalon dan diensefalon.
Diensefalon, bagian posterior otak depan, terdiri atas sebuah lempeng atap tipis dan lamina
alaris yang tebal tempat berkembangnya talamus dan hipotalamus.
Gambar 3. Porensefalon(Sadler,2012)
Gambar 4. Telencephalon dan diensefalon(Sadler,2012)
Diensefalon ikut berperan dalam pembentukan kelenjar hipofisis, yang juga berkembang dari
kantong ratkhe membentuk adenohipofisis, lobus intermedius, dan pars tuberalis. Diensefalon
membentuk lobus posterior yang mengandung neuroglia dan menerima serabut-serabut saraf
dari hipotalamus.
Gambar 5. Diensefalon berkembang dari kantong ratkhe membentuk adenohipofisis, lobus
intermedius, dan pars tuberalis.(Sadler,2012)
Telensefalon, gelembung otak yang paling rostral, terdiri dari dua kantong lateral, hemisfer
serebri, dan bagian tengah lamina terminalis.
Gambar 6. Telencephalon dan diensefalon pada usia embrio 10 minggu
Lamina terminalis ini digunakan oleh sebagai suatu jalur penghubung untuk berkas-berkas
serabut antara hemisfer kanan dan kiri.Hemisfer serebri secara berangsur-angsur
mengembang
dan
menutupi
permukaan
lateral
diensefalon,
mesensefalon
dan
metensefalon.Akhirnya, daerah-daerah inti telensefalon sangat berdekatan dengan daerahdaerah inti diensefalon.
Gambar 7. Perkembangan girus dan sulkus dilihat dari permukaan lateral hemisfer
serebri
2.
Mesensefalon (otak tengah)
Mesensefalon (otak tengah) adalah gelembung otak yang paling primitif dan sangat mirip
medulla spinalis dengan lamina basalis eferennya serta lamina alaris aferennya.Lamina
alarisnya membentuk colliculus inferior dan posterior sebagai stasiun relai untuk pusat reflex
pendengaran dan penglihatan.
Gambar 8. Mesensefalon(Sadler,2012)
3.
Rombensefalon (otak belakang) yang kelak menjadi metensefalon dan mielensefalon.
Myelensefalon yang membentuk medulla oblongata (daerah ini mempunyai lamina basalis
untuk neuron eferen somatic dan visceral, dan lamina alarisnya mempunyai neuron aferen
somatik dan viseral).
Gambar 9.Rombensefalon(Sadler,2012)
Metensefalon dengan lamina basalis (eferen) dan lamina alaris (aferen) yang khas.Selain itu,
gelembung otak ini ditandai dengan pembentukan serebelum, pusat koordinasi sikap tubuh
dan pergerakan, dan fons, jalur untuk serabut-serabut saraf antara medulla spinalis dan
korteks serebri serta koterks serebeli.
Gambar 10. Bagian kaudal dari mesensefalon dalam potongan tranverse(Sadler,2012)
Gambar 11. Mesensefalon dan rhombensefalon (Sadler,2012)
Pada akhir minggu ketiga atau awal minggu keempat, ketiga gelembung tadi telah berubah
menjadi lima buah gelembung yakni :
1. Telensefalon yang kelak menjadi hemisfer serebri.
2. Disensefalon dengan dua buah tonjolan cikal bakal mata.
3. Mesensefalon yang kemudian tidak terlalu banyak berubah.
4. Metensefalon yang kelak membentuk pons dan serebelum.
5. Mielensefalon yang kelak menjadi medula oblongata
Rongga di dalam gelembung-gelembung akan berkembang dan membentuk sistem ventrikel
cairan otak sebagai berikut :
1. Rongga dalam telensefalon (hemisfer serebri) akan membentuk ventrikel lateralis kiri dan
kanan.
2. Rongga dalam diensefalon akan membentuk ventrikel III.
3. Rongga dalam mesensefalon akan membentuk akuaduktus sylvius (menghubungkan II dan
IV).
4. Rongga dalam mielensefalon akan membentuk ventrikel IV
Rongga diatas akan berhubungan dengan rongga ditengah medula spinalis (Sadler,2012).
2.2
Klasifikasi Korteks Serebri
Berdasarkan filogeni dan ontogeni, korteks serebri dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Neokorteks (Neopalium) atau isokorteks, yang mempunyai susunan khas 6 lapis
danmerupakan bagian terbesar korteks serebri pada manusia.
2. Paleokorteks (Paleopalium), meliputi daerah korteks yang bersifat olfaktori dan
diwakili oleh korteks area prepiriformis (uncus dan bagian anterior girus para
hippocampus).
3. Archikorteks (Archipalium), yang diwakili oleh formatio hippocampi, girus dentatus
dan beberapa daerah korteks terbatas lainnya, misalnya, girus fasciolaris dan indusium
griseum (girus supra callosus).
Paleokorteks dan Archikorteks bersama-sama membentuk Alokorteks. Pada dasarnya
alokorteks terdiri atas tiga lapis sel neuron. Istilah koniokorteks yang agak luas dipakai
untuk menunjukkan daerah-daerah sensorik korteks seperti korteks area penglihatan, area
pendengaran dan area somatosensorik (somestesi), karena adanya sel-sel neuron kecil
yang tersusun relatif padat pada daerah-daerah tersebut.
Tebal rata-rata korteks serebri pada manusia adalah 2,5 mm. Korteks area motorik adalah
yang paling tebal yaitu sekitar 4,5 mm dan korteks area penglihatan paling tipis yaitu
sekitar 1,45 mm sampai 2,2 mm.
Korteks juga diklasifikasikan berdasarkan topografi menjadi empat lobus, yaitu lobus
frontalis, parietalis, temporalis, dan oksipitalis(Snell, 2009 ; Mendoza, 2008).
2.3
Struktur Histologi Korteks Serebri
2.3.1 Lapisan Korteks Serebri
Struktur laminar korteks serebri yang dapat dilihat dengan mata telanjang hanya terdapat
pada beberapa area kortikal, paling jelas di korteks visualis, tempat potongan anatomis yang
tegak lurus dengan permukaan otak menunjukkan stria oksipitalis Gennari di dalam
substansia grisea kortikalis. Pemeriksaan mikroskopis sebagian area kortikal menunjukkan
struktur dasar berlapis enam yang merupakan karakteristik korteks serebri (neokorteks),
seperti yang dipaparkan oleh Brodmann. Isokorteks (neokorteks), sebagai lawan alokorteks
yang secara filogenetik lebih tua, yang kemudian terbagi menjadi paleokorteks (meliputi area
olfaktoria) dan arkhikorteks (meliputi girusfasiolaris, hipokampus, girusdentatus, dan
girusparahipokampalis). Struktur internal isokorteks berlapis enam dari luar ke dalam adalah
sebagai berikut (Mendoza, 2008; Baehr, 2005; Snell, 2009) :
1. Lapisan molekularis (lapisan zonalis). Lapisan ini memiliki sel yang relatif sedikit. Selain
cabang dendrit distal (apical tuft) sel piramidalis letak rendah dan akson yang membuat
kontak sinaptik dengannya, lapisan ini sebagian besar terdiri dari neuron kecil (sel CajalRetzius) yang dendritnya berjalan secara tangensial didalam lapisan ini. Selain itu juga
terdapat sel Golgi tipe II. Sel Cajal-Retzius berperan penting pada perkembangan pola
laminar kortikal. Beberapa diantaranya berdegenerasi segera setelah perkembangan
selesai.
2. Lapisan granularis eksterna. Lapisan ini banyak mengandung sel-sel granular (sel non
peramidalis) dan sedikit sel piramidalis yang dendritnya membentuk cabang didalam
lapisan granularis eksterna dan berjalan naik ke lapisan molekularis. Sel nonpiramidalis
sebagian besar merupakan neuron inhibitorik GABAergik, sedangkan sel piramidalis
bersifat eksitatoris dan menggunakan glutamat sebagai neurotransmiternya.
3. Lapisan piramidalis eksterna. Lapisan ini banyak mengandung sel piramidalis yang
berukuran lebih kecil dibanding lapisan kortikal yang lebih dalam. Sel-sel tersebut
berorientasi dengan dasarnya ke arah substansia alba subkortikalis. Pada lapisan ini akson
sudah mendapat selubung mielin, dimana struktur ini dapat berfungsi sebagai serabut
proyeksi atau serabut commissura atau disebut juga serabut asosiasi. Diantara sel-sel
piramidal terdapat pula sel-sel granular dan sel Martinotti dengan akson berjalan naik ke
lapisan superfisial.
4. Lapisan granularis interna. Lapisan ini banyak mengandung sel nonpiramidalis, yaitu sel
neuron berbentuk bintang. Sel granular terutama menerima input aferen dari neuron
talamik melalui proyeksi talamokortikal. Serabut yang terletak di lapisan ini sebagian
besar berorientasi radial, tetapi yang terletak di lapisan granularis interna secara
keseluruhan berjalan secara tangensial, membentuk external band of baillarger.
5. Lapisan piramidalis interna (lamina Ganglionaris). Lapisan ini mengandung sel
piramidalis berukuran sedang dan besar, bercampur dengan sel granular dan sel
Martinotti. Sel terbersar (sel Betz) hanya ditemukan pada giruspresentralisis. Neurit yang
bermielin sangat tebal pada sel ini membentuk traktus kortikonuklearis dan traktus
kortikospinalis. Lapisan ini juga mengandung serabut yang berorientasi tangensial
internal band of baillarger.
6. Lapisan multiformis. Lapisan ini terdiri atas sel berbentuk kumparan (spindel) dengan
sumbu panjang tegak lurus dengan permukaan korteks. Lapisan ini juga mengandung sel
granular, sel Martinotti, dan sel bintang. Sel neuron berbentuk kumparan ini mempunyai
dendrit sel piramidal di dalam lamina ganglionaris. Akson-aksonya mencapai substansia
alba sebagai serat proyeksi eferen dan asosiasi.
Gambar 12.Lapisan – lapisan korteks serebri (Snell, 2009)
2.3.2 Sel Saraf Korteks Serebri
Korteks serebri menutup total hemisfer serebri. Struktur ini terdiri dari substansia grisea
dan diperkirakan mengandung sekitar 10 milyar neuron.Daerah permukaan korteks luas
akibat adanya penonjolan-penonjolan atau girusyang dipisahkan oleh fissura atau sulkus.
Ketebalan korteks bervariasi dari 1,5- 4,5 mm. Korteks paling tebal di puncak girusda paling
tipis dibagian terdalam sebuah sulkus. Korteks serebri seperti substansia grisea pada susunan
saraf pusat lainnya terdiri dari campuran sel saraf, serabut saraf, neuralgia, dan pembuluh
darah. Tipe sel saraf yang terdapat di korteks serebri yaitu :
1. Sel Piramidal, sel ini dinamakan sesuai bentuk badan selny. Sebagian besar badan sel
berukuran sepanjang 10-50 µm. Namun, ada sel piramid yang berukuran sangat besar
disebut juga sel Betz yang badan selnya berukuran hingga
120 µm; sel-sel tersebut
ditemukan pada giruspresentralis motorik lobus frontalis. Aspek sel-sel piramid
berorientasi ke arah permukaan pia korteks. Masing-masing sel sebuah dendrit apikal
yang tebal bejalan dari apeks ke atas ke arah pia dan membentuk cabang-cabang kolateral.
Dari angulus basalis, beberapa dendrit basal berjalan ke lateral masuk ke dalam neuropil
di sekitarnya. Masing-masing dendrit memiliki beberapa spina dendritik untuk bersinaps
dengan akson-akson neuron lain. Akson muncul dari dasar badan sel dan dapat berakhir di
lapisan kortikal yang dalam atau yang lebih sering masuk ke dalam substansia alba
hemisfer serebelum sebagai serabut proyeksi, asosiasi, atau serabut commisura (Snell,
2009).
2. Sel Stellatum, sel ini kadang-kadang disebut sel-sel granular karena berukuran kecil,
berbentuk poligonal dan badan selnya berdiameter sekitar 8 µm. Sel-sel ini memiliki
cabang-cabang dendrit multipel dan akson yang relatif pendek, yang berakhir pada neuron
di dekatnya (Snell, 2009).
3. Sel Fusiformis, sel ini memiliki aksis vertikal panjang menuju permukaan dan terutama
terpusat dilapisan kortikal yang paling dalam. Dendrit muncul dari masing-masing kutub
badan sel. Dendrit inferior bercabang didalam lapisan selular yang sama, sedangkan
dendrit superfisial naik ke arah permukaan korteks dan bercabang di lapisan superfisial.
Akson muncul dari bagian interior badan sel dan masuk ke substantia alba sebagai serabut
proyeksi, serabut asosiasi, atau serabut commisura (Snell, 2009).
4. Sel Horisontal Cajal, sel ini merupakan sel yang kecil, fusiformis, dan cenderung
horisontal ditemukan dilapisan kortikal yang paling superfisial. Dendrit muncul dari
masing-masing ujung sel dan aksonnya berjalan sejajar ke permukaan korteks, kontak
dengan dendrit sel-sel piramidal (Snell, 2009).
5. Sel Martinotti, sel ini berbentuk multipolar kecil yang ditemukan diseluruh tingkat
korteks. Sel ini memiliki dendrit yang pendek, tetapi aksonnya langsung mengarah ke
permukaan pial korteks, dan berakhir dipermukaan yang lebih superfisial, umumnya
lapisan yang paling superfisial. Akson ini membentuk beberapa cabang kolateral yang
pendek selama perjalannya (Snell, 2009).
Gambar 13 Tipe – Tipe Utama Neuron Yang Terdapat di Korteks Serebri (Snell, 2009)
2.4
Hubungan Dasar Antar Neuron di Dalam Isokorteks (Neokorteks)
Hubungan dasar antar neuron di dalam isokorteks :
1. Serat-serat aferen yang berakhir di dalam korteks serebri meliputi serat-serat yang berasal
dari talamus (fibrae talamokortikalis, serat-serat proyeksi aferen), daerah-daerah korteks
sekitarnya (serat-serat asosiasi), dan daerah-daerah korteks serebri yang sama pada
hemisfer pada sisi lain (serat komisura).
2. Fibrae talamokortikalis terutama serat-serat aferen spesifik yang berasal dari nukleus
ventralis posterior dan korpora genikulata berakhir di dalam lapisan granularis interna,
oleh karena itu lapisan ini dapat dianggap sebagai lapisan korteks reseptif. Di dalam
lapisan ini akson-akson tersebut membentuk anyaman yang lebat, hanya beberapa dari
akson-akson
tersebut
meluas
sampai
mencapai
lapisan
piramidalis.
Fibrae
talamokortikalis yang non spesifik yang berhubungan dengan susunan jalur retikular
asenden berakhir di semua lapisan korteks, dalam bentuk hubungan aksodendritik, akan
tetapi pengaruh-pengaruh fisiologik utama tampaknya terbatas pada lapisan-lapisan
superfisial.
3. Sebaliknya serat-serat asosiasi dan komisura mengeluarkan cabang-cabang kolateral ke
lapisan V dan VI serta bercabang-cabang terutama di dalamlapisan II.
4. Neuron-neuron di dalam korteks serebri, berdasarkan arah dan perluasan akson-aksonnya,
dapat dibagi menjadi neuron dengan akson desenden, asenden, horizontal, dan pendek.
Neuron-neuron dengan akson asenden, horizontal dan pendek hanya berfungsi bagi
hubungan-hubungan intrakortikal. Sel-sel neuron dengan akson desenden meliputi sel
neuron piramidalis, fusiformis, dan berbentuk bintang yang besar. Neuron-neuron ini
membentuk semua serat-serat proyeksi eferen dan serat-serat asosiasi dan komisura.
Cabang-cabang kolateral dari akson-akson neuron ini membentuk suatu sistem hubungan
intrakortikal yang luas.
5. Sel-sel piramidalis di dalam lapisan II, III dan IV menunjukkan hubungan percabangan
dendrit dan akson yang mirip, yaitu:
a.
memiliki sejumlah dendrit basal yang bercabang-cabang di dalam lapisan yang sama.
b.
memiliki satu dendrit apikal yang dapat mencapai lapisan I dan IV, dan bahkan
lapisan V dan VI.
c.
akson-akson dari sel piramidalis, fusiformis dan berbentuk bintang (stelata)
melanjutkan diri sebagai serat-serat proyeksi eferen, asosiasi dan komisura. Aksonakson ini memberikan cabang-cabang kolateral intrakortikal yaitu cabang-cabang
kolateral horizontal ke lapisan V dan VI dan cabang-cabang kolateral rekurens yang
naik kembali ke lapisan-lapisan superfisial dan berakhir di dalam lapisan II dan III.
6. Neuron-neuron kecil (dengan akson-akson yang pendek, asenden atau horizontal) yang
jumlahnya amat banyak pada otak manusia, dan terdiri atas:
a.
sel-sel berbentuk bintang dengan banyak dendrit dan sebuah akson yang pendek,
terdapat dalam jumlah yang besar pada semua lapisan korteks. Akson dari sel-sel ini
mengadakan hubungan sinaptik dengan tubuh sel-sel piramidal yang mempunyai
akson desendens.
b.
sel-sel dengan akson horizontal terutama terdapat di dalam lapisan II (dikenal sebagai
sel-sel horizontal Cajal). Akson-akson ini berjalan secara horizontal dan mengadakan
hubungan sinaptik dengan dendrit-dendrit dari sel-sel piramidal dan fusiformis.
c.
sel-sel Martinotti dengan akson-akson asendens dapat dijumpai di dalam semua
lapisan korteks kecuali lapisan I. Dendritnya biasanya terbatas penyebarannya pada
satu lapisan dan akson-akson yang naik dapat mencapai lapisan-lapisan yang lebih
superfisial.
2.5
Variasi Struktur Korteks Serebri
Pola lapisan yang terdiri dari 6 lamina disebut sebagai pola homotipikal.Terdapat
perbedaan yang nyata dari keenam lapisan tersebut pada beberapa area kortikal, daerah ini
disebut heterotipikal.Daerah penerimaan kortikal, seperti korteks visual, auditorik, dan
somatosensoris, kepadatan sel-sel granularis meningkat dan sel-sel piramidalis berkurang, disebut
granulisasi atau korteks granularis.Sedangkan pada korteks motorik, terdapat lebih banyak sel
piramidalis, disebut piramidalisasi atau korteks agranularis (Baehr, 2005).
Pada tipe granularis, lapisan granularis berkembang dengan sangat baik dan dipadati oleh
sel stelata. Lapisan II dan IV berkembang baik, lapisan III dan V kurang berkembang sehingga
lapisan II sampai V bergabung menjadi satu lapisan yang dominan terdiri dari sel granularis. Selsel ini menerima serat-serat talamokortikalis. Tipe granular korteks ditemukan pada
giruspostsentralis (area 3, 1, 2), girustemporalis superior (area 41), area striata (area 17), dan
girushipokampus (Baehr, 2005).
Pada korteks tipe agranularis, lapisan granularis kurang berkembang, sehingga lapisan II
dan IV praktis tidak ada. Sel piramidalis memadati lapisan III dan V dengan ukuran sel yang
sangat besar. Korteks tipe agranularis ditemukan pada giruspresentralisis (area 4 dan 6) dan area
lain pada lobus frontalis. Area ini memberikan sebagian besar serat eferen yang berkaitan dengan
fungsi motorik (Baehr, 2005).
2.6
Area Kortikal
Area kortikal dapat dibagi menjadi empat lobus yaitu lobus frontal, lobus parietal, lobus
temporal, dan lobus oksipital.Keempat lobus memiliki batas-batas tertentu yang akan dijelaskan
sebagai berikut.Insula kadang-kadang dianggap sebagai lobus kelima.Pembagian korteks serebri
sudah sering dicoba oleh banyak peneliti, dan sistem klasifikasi yg paling banyak dipakai adalah
sistem Broadmann yang mendasarkan dari sitoarsitektonik dan penggunaan angka untuk
menamai area korteks secara individual yang dipercayai berbeda dari yang lainnya. Area yang
didefinisikan secara anatomis sudah sering digunakan untuk lokalisasi proses fisiologi dan
patologi. Terbaru adalah pencitraan fungsional otak yang digunakan untuk melokalisasi berbagai
fungsi ke area korteks yang khusus (Waxman, 2010).
Gambar 14. Lobus Korteks Serebri (Baehr, 2005)
2.6.1 Lobus Frontalis
Area Presentralis terletak di giruspresentralis, termasuk dinding anterior sulkus sentralis
serta bagian posterior dari girusfrontalis superior, medial dan inferior,melewati tepi
superomedial hemispherium mencapai lobulus parasentralis. Ciri khas area ini secara
histologi adalah tidak adanya lapisan granuler dan penonjolan sel - sel piramidal. Sel
piramidal raksasa Betz yang mencapai ukuran panjang 120μm dan lebar 60μm, paling
banyak terdapat di bagian superior giruspresentralis dan lobulus parasentralis, jumlah sel
ini semakin berkurang ketika melintas di bagian anterior giruspresentralis atau ke inferior
ke arah fisura lateralis.Mayoritas serat kortikospinalis dan kortikobulbaris berasal dari sel
piramidal kecil pada area korteks ini.
Area presentralis dibagi menjadi regio posterior dan anterior. Regio posterior dikenal
sebagai area motorik, area motorik primer atau Brodmann 4 menempati giruspresentralis
meluas ke tepi superior sampai ke lobulus parasentral. Regio anterior dikenal dengan area
premotorik atau area motorik sekunder atau area Brodmann 6 serta sebagian area 8,44 dan
45. Regio ini terdapat pada bagian anterior giruspresentralis dan bagian posterior dari
girusfrontalis superior, medial, dan inferior. Area premotorik ini tidak memiliki sel
piramidal raksasa Betz.Lobus frontalis mencakup semua daerah kortikal di depan fisura
sentralis, dengan kata lain korteks somatomotorik primer dari giruspresentralis (area 4),
area premotorik (area 6aα, 6a, dan 8), area prefrontalis yang merupakan daerah korteks
yang luas, terdiri dari area asosiasi multimodal (area 9, 10, 11, 12, 45, 46, dan 47), serta
area motorik bicara (area 44) (Baehr, 2005; Snell 2009)
Gambar 15.Lobus Korteks Motorik Serebri
A. Aspek Lateral, B. Aspek Medial ) (Baehr, 2005)
1. Korteks Somatomotorik Primer (area 4)
Area 4 ini meliputi sebagian besar giruspresentralis dan bagian anterior lobus
parasentralis. Dalam lapisan V (lapisan ganglionaris) terdapat sel-sel piramidalis yang sangat
besar ukurannya, yaitu sel piramidal Betz sebagai penyusun serabut bermielin tebal traktus
piramidalis, yang mengkonduksi dengan cepat. Selain itu, lapisan granularis interna amat tipis
sehingga area 4 ini juga dikenal sebagai korteks agranularis. Area 4 juga dipertimbangkan
sebagai tempat asal gerakan volunter, mengirimkan impuls motorik ke otot melalui jalur
traktus piramidalis dan sel-sel cornu anterior medula spinalis. Area ini menerima input dari
area lain di otak yang ikut serta dalam merencanakan dan memulai gerakan volunter,
khususnya nukleus ventro-oral posterior talamus, area premotorik 6 dan 8, serta area
somatosensorik.Korteks motorik diorganisasi secara somatotopis : bibir, lidah, wajah, dan
tangan direpresentasikan di bagian peta seperti homunkulus di bagian bawah konveksitas
hemisfer. Bagian tubuh ini memiliki ukuran yang besar seperti yang diproyeksikan ke korteks,
merefleksikan sejumlah besar korteks yang ditujukan untuk mengatur jari dan gerakan
buccolingual. Lengan, badan, dan pinggul direpresentasikan pada bagian yang lebih tinggi
pada konveksitashemisfer. Kaki, tungkai inferior bagian bawah, dan genitalia pada fisura
interhemisfer (Baehr, 2005; Snell, 2009)
Tata pola cara proyeksi bagian-bagian tubuh pada area 4 dapat digambarkan menurut
homunkulus motorik korteks serebri.Dengan rangsangan-rangsangan yang relatif ringan pada
suatu individu hidup pada area 4, dapat ditimbulkan gerakan-gerakan yang jelas yang
melibatkan otot-otot serat lintang.
Dari peta semacam ini dapat diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Daerah representasi untuk gerakan-gerakan kaki dan tungkai bawah terletak pada bagian
anterior lobulus parasentralis pada permukaan medial hemisfer serebri.
2. Tangan dan jari-jari tangan, terutama ibu jari tangan mempunyai daerah representasi yang
relatif luas, apabila dibandingkan dengan bagian-bagian tubuh lainnya.
3. Daerah representasi untuk gerakan fasial letaknya tegak pada bagian ventral area 4, dan
dekat ( di sebelah posterior) dengan pusat bicara motorik Broca (area Brodmann 44 dan
45).
Area motorik suplementer berada pada girusfrontal bagian medial pada permukaan medial
hemisfer dan anterior terhadap lobulus parasentralis. Stimulasi pada area ini menimbulkan
gerakan tungkai kontralateral.
Gambar 16Homunkulus MotorikKorteks Serebri (Baehr, 2005)
2. Korteks Premotorik
Korteks premotorik merupakan pusat perintah untuk merencanakan dan memilih program
motorik yang kemudian dieksekusi oleh korteks motorik primer.Seperti area asosiasi
unimodal yang berdekatan ke korteks somatosensorik primer, visual, dan auditorik yang
diketahui menyimpan kesan sensorik, begitu juga korteks premotorik diketahui
menyimpan proses motorik yang sudah dipelajari, bekerja sama dengan serebelum dan
ganglia basalis. Fungsi penting lainnya dari korteks premotorik adalah merencanakan dan
memulai gerakan bola mata oleh optokinetik frontal atau frontal eye fields (area 8).
Stimulasi unilateral area 8 menyebabkan gerakan konjugat kedua mata ke sisi
berlawanan(Baehr, 2005; Snell 2009).
3. Area Optokinetik Frontal (Frontal eye field)
Area ini meluas ke depan dari area facialis giruspresentralis hingga girus frontalis medius
(Bagian area Brodman 6,8,dan 9). Pusat ini terletak disebelah frontal (anterior) korteks
area premotorik dan berhubungan dengan gerakan bulbus occuli dibawah pengendalian
kemauan (pergerakan kunjugasi dan asosiasi).Jadi gangguan-gangguan dalam gerakan
konjugasi bola mata tidak berhubungan dengan suatu lesi pada girus presentralis (area
4).Daerah optokinetik frontal ini terletak pada bagian occipital atau posterior girus
frontalis medius, yang pada manusia terutama diwakili oleh area Brodmann 8. Dari daerah
optokinetik frontal ini keluar serat-serat decendens yang menuju ke batang otak untuk
berakhir pada nucleus nervus III,IV dan VI; serat-serat ini mungkin berupa fibrae kortiko
retikulare (Snell,2009; Baehr, 2005).
4. Korteks Prefrontalis (area 9, 10, 11, 12, 45, 46, dan 47)
Korteks prefrontalis adalah area yang luas yang terletak di anterior area presentralis atau
di sebelah frontal anterior area 6 dan 8 (meliputi area Brodmann 9, 10, 11 dan 12). Area
ini meliputi bagian terbesar girus frontalis superior, medius, dan inferior; girus orbitalis;
hampir seluruh girus frontalis medialis; dan setengah bagian anterior girus cinguli. Area
ini merupakan suatu bagian korteks yang luas dan muda dalam arti filogenetik dan hanya
berkembang dengan baik pada primata dan terutama pada manusia.Daerah korteks ini
dapat dibedakan dari korteks area motorik dan premotorik karena korteks prefrontalis
mempunyai lamina granularis interna yang berkembang amat baik. Sejumlah besar jalur
aferen dan eferen menghubungkan area prefrontalis dengan area lain korteks serebri,
talamus, hipotalamus, dan korpus striatum. Serat frontopontin juga menghubungkan area
ini dengan serebelum melalui inti pons (nukleus pontis). Serat komisura forseps minor dan
genu korpus kalosum menggabungkan area ini pada kedua hemisfer serebri(Snell, 2009).
Korteks prefrontalis merupakan area asosiasi multimodal yang memiliki fungsi utama
dalam kognitif dan kontrol perilaku. Stimulasi elektrik eksperimental dari korteks
prefrontal tidak menyebabkan respon motorik. Bagian lobus frontalis ini berukuran besar
pada manusia yang mana dihubungkan dengan fungsi mental yang lebih tinggi. Tugas
korteks prefrontalis adalah menyimpan dan menganalisis objek dan informasi temporal
dengan cepat. Korteks prefrontalis dorsolateral berperan penting di dalam merencanakan
dan mengatur perilaku, serta korteks prefrontalis orbital melakukan yang sama dalam
merencanakan dan mengatur perilaku seksual(Baehr, 2005).
Hubungan-hubungan korteks area prefrontalis dapat dibagi menjadi :
1. Hubungan-hubungan asosiasi : korteks area prefrontalis dihubungkan dengan daerah
korteks sekitarnya melalui serat-serat asosiasi pendek dan dengan daerah-daerah yang
jauh melalui serat-serat asosiasi panjang, yaitu : fasikulus longitudinalis superior (dengan
korteks lobus parietal, lobus ocipital, dan lobus temporal) dan fasikulus frontooccipital
superior dan inferior. Jadi antara korteks area prefrontalis dan daerah-daerah korteks
lainnya terdapat hubungan timbal-balik.
2. Hubungan komisura : korteks area prefrontalis pada satu hemisfer serebri dihubungkan
dengan korteks area prefrontalis pada hemisfer yang lain melalui serat-serat komisura
yang membentuk genu korpus kalosum. Serat-serat komisura ini dikenal sebagai forceps
frontalis.
3. Hubungan – hubungan aferen : serat-serat aferen korteks area prefrontalis terutama
berasal dari talamus, nucleus medialis dorsalis. Serabut thalamocortical ini menuju ke area
Brodmann 9 dan 10 dan berjalan melalui crus anteriorkapsula interna. Nukleus thalamus
medial menerima impuls-impuls dari neokorteks lobus temporlis, corpus amygdaloideum
dan hipotalamus (melalui nuclei intralaminares dan nuclei thalamus reticularis). Korteks
area prefrontalis juga menerima impuls-impuls melalui jalur sistema reticulares
ascendens.
4. Hubungan-hubungan eferen, hubungan eferen terjalin melalui serabutkortikopontin
dengan nukleus pontin dan selanjutnya melalui serabut pontocerebelum dengan korteks
cerebellum pada sisi kontralateral. serabutkorticotalamus dengan nukleus thalamus
medialis, dan serabut corticohypothlamicae dengan nukleus thalamus lateralis.
5. Pusat Bicara Motorik Brocca (area 44)
Pusat ini meliputi bagian dari parsopercularis dan pars triangularis girusfrontalis inferior
pada hemisfer serebri yang dominan. Area pusat bicara motorik Broca terletak pada
girusfrontalis inferior diantara ramus ascendens anterior dengan ramus asendens posterior
fisura lateralis ( area Brodmann 44 dan 45). Pada sebagian besar individu, area ini penting
pada hemisfer dominan atau hemisfer kiri, dan gangguan pada area ini menyebabkan
afasia motorik.Sejumlah besar jalur aferen dan eferen menghubungkan area prefrontalis
dengan area lain korteks serebri, talamus, hipotalamus, dan korpus striatum. Serat
frontopontin juga menghubungkan area ini denganserebelum melalui inti pons. Serat
komisura forseps minor dan genu korpus kalosum menggabungkan area ini pada kedua
hemisfer serebri(Baehr, 2005 ;Snell, 2009).
Gambar 17 Pembagian area Broadman dengan pusat sensoris dan motoris korteks
serebri(Netter’s, 2012)
2.6.2
Lobus Parietal
Daerah anterior lobus parietalis ditandai oleh sulkus sentralis, yang juga menunjukkan
batas posterior lobus frontalis.Pada bagian medialnya, lobus parietalis dipisahkan dari lobus
oksipitalis oleh sulkus parietooksipitalis.Pemisahan lobus parietalis dan oksipitalis pada
konveksitas lateralis dapat diperkirakan dengan menarik garis dari sulkus parietooksipitalis pada
bagian medial ke preoccipital notch (suatu indentasi sulkus yang kecil pada permukaan
ventrolateral otak yang juga perluasan lobus temporalis ke arah posterior).Kecuali daerah
sepanjang ramus posterior horizontal (RHP) fisura lateralis, sulit menentukan batas antara lobus
parietalis dan temporalis. Batas posteroinferior lobus parietalis pada permukaan lateral serebri
dapat diperkirakan dengan membuat garis khayal dari RHP fisura lateralis ke garis perpendikular
yang digambar ke arah atas dari preoccipital notch (Baehr, 2005).
Ada lima bagian penting pada lobus parietalis yaitu girus postsentralis, lobus parietalis
superior, lobus parietalis inferior, prekuneus, dan bagian posterior dari lobus parasentralis. Girus
postsentralis terletak antara sulkus sentralis dan sulkus postsentralis. Lobus parietalis inferior
terdiri dari dua bagian yaitu girus supramarginal dan girus angularis.Prekuneus adalah bagian
korteks yang terletak di anterior lobus oksipitalis pada medial permukaan hemisfer.
Gambar 18.Lobus parietal penampang lateral dan area broadman (Baehr, 2005)
a.
Korteks area sensorik primer (Area 3, 1, dan 2)
Korteks area sensorik primer meliputi girus postsentralis dan meluas ke arah anterior
sampai mencapai dasar sulkus sentralis. Korteks area ini juga meluas sampai meliputi
sebagian dari permukaan medial hemisfer serebri. Area ini bertanggung jawab untuk
persepsi nyeri dan suhu, sensasi somatik dan proprioseptif secara sadar, terutama dari
separuh tubuh dan wajah bagian kontralateral. Aferennya menerima input somatosensoris
dari nukleus ventral posterolateralis (VPL) dan ventral posteromedialis (VPM) di talamus.
Proyeksi alat genital, daerah anal, kaki serta jari kaki terdapat pada permukaan medial
hemisfer (bagian posterior lobulus parasentralis). Pada permukaan lateral hemisfer
terdapat daerah proyeksi untuk leher, bahu, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan
dan akhirnya ibu jari tangan.Daerahproyeksi untuk tangan, jari-jari tangan dan terutama
ibu jari tangan relatif lebih luas daripada untuk bagian tubuh lain.Proyeksi daerah wajah
tegak dan juga relatif luas terutama daerah mulut dan bibir.Di sebelah inferior wajah
terdapat daerah proyeksi untuk gigi, lidah, dan faring. Daerah proyeksi untuk impuls
daerah intraabdominal terdapat di dalam pars operkularis korteks area somatosensorik
(Sukardi, 1985).
Gambar 19. Homunkulus somatosensorik (Baehr, 2005)
b.
Korteks area asosiasi somatosensorik (area 5 dan 7)
Korteks area asosiasi somatosensorik menempati lobulus parietalis superior meluas sampai
permukaan medial hemisfer. Area ini mempunyai hubungan dengan area sensorik lainnya.
Fungsi utama korteks ini adalah menerima dan mengintegrasikan modalitas sensorik yang
berlainan. Daerah ini menerima serabut talamokortikalis yang berasal dari nukleus ventral
posterolateralis talamus, dan memiliki hubungan dengan area 3, 1, dan 2 melalui
seratasosiasi pendek. Datangnya impuls somatosensorik pada area somatosensorik hanya
memberi kesan adanya rangsangan raba atau gerakan, akan tetapi perabaan suatu benda
dengan mata tertutup belum dapat mengungkapkan bentuk dan susunannya. Impuls ini
perlu dihantarkan selanjutnya ke area asosiasi somatosensorik untuk mengalami
pengolahan, analisis dan korelasi lebih lanjut sehingga individu bersangkutan dapat
mengenal benda yang diletakkan di atas tangannya tanpa melihatnya (Baehr, 2005;
Sukardi, 1985).
b.
Girus angularis dan supramarginalis (area 39 dan 40)
Impulssensorik yang mencapai korteks serebri pada akhirnya akan mengalami integrasi
terakhir di dalam girus angularis (area 39) yang juga dikenal sebagai daerah integrasi
umum. Girus angularis terletak di daerah pertemuan antara lobus parietalis, temporalis,
dan oksipitalis. Girus ini menerima dan mengirimkan seratasosiasi dari dan ke berbagai
daerah korteks, termasuk girus supramarginalis.
Girus supramarginalis (area 40) disebut area ideomotor yang bertugas untuk menentukan
serangkaian tindakan yang diperlukan sebagai reaksi dari informasi yang telah
dikoordinasi oleh girus angularis.Daerah ideomotor dan integrasi umum hampir selalu
terletak pada hemisfer serebri kiri sesuai dengan dominansi bagian otak tersebut.Girus
supramarginalis juga mempunyai hubungan dengan korteks sekitarnya melalui serat
asosiasi yang banyak jumlahnya (Sukardi, 1985).
2.6.3
Lobus Oksipital
Bagian utama lobus oksipitalis terdapat pada permukaan hemisfer medial, dimana permukaan
utamanya adalah sulkus kalkarina yang memisahkan kuneus (atas) dari girus lingualis
(bawah).Area di sekeliling sulkus kalkarina merepresentasikan area proyeksi primer untuk
radiasio optika.Pada lobus oksipitalis dikenal daerah fungsional seperti korteks area
penglihatan primer (area 17) dan korteks area asosiasi penglihatan (area 18 dan 19).
Gambar 20 Lobus oksipitalis penampang lateral dan area broadman(Netter’s, 2012)
a.
Korteks area penglihatan primer (area 17)
Terletak di dalam sulkus kalkarina dan di dalam girus yang secara langsung berada di
bagian atas dan bawah sulkus ini pada permukaan medial hemisfer, meluas sedikit
melewati kutub oksipitalis.Disebut juga korteks striata karena garis putih Gennari yang
secara makroskopis terlihat di dalamnya pada potongan anatomi perpendikularis.Secara
myelo arsitektural, stria Gennari ini disebabkan oleh adanya serat tambahan yang
melebarkan lapisan Baillarger sebelah superfisial (stria Baillarger eksterna), dan
merupakan korteks tipe granularis dengan keberadaan sedikit sel piramidalis. Area ini
menerima input dari jalur radiasio optika dari korpus genikulatum lateralis (Baehr, 2005;
Sukardi, 1985).
b.
Korteks area asosiasi penglihatan (area 18 dan 19)
Korteks asosiasi penglihatan terletak sejajar dengan area 17, mengelilinginya pada
permukaan medial hemisfer serebri, juga meluas sampai meliputi permukaan lateral lobus
oksipitalis. Menerima serat aferen dari area 17 dan area kortikal lain serta dari talamus.
Area ini menerima informasi visual dasar dari area 17 dan menggunakannya untuk analisis
tingkat tinggi dari dunia visual. Selain itu, area 18 dan 19 juga dianggap penting sebagai
pusat-pusat reaksi optikokinetik, yaitu gerakan mata yang ditimbulkan oleh cahaya dan
untuk fiksasi penglihatan yang melalui serabut kortikotektalis dan kortikotegmentalis
(Baehr, 2005; Sukardi, 1985).
2.6.4 Lobus Temporalis
Batas dorsal lobus temporalis anterior mudah diidentifikasi oleh ramus posterior horizontal
dari fisura lateralis.Tulang kranium membatasi daerah anterior dan inferior lobus
temporalis. Daerah posterior lobus ini tidak dibatasi dengan sulkus yang jelas, tetapi lebih
kepada garis khayal yang memisahkan lobus parietalis dan temporalis pada permukaan
lateral serebri. Daerah penting di lobus temporalis meliputi girus Heschl (korteks auditorik
primer) dan korteks asosiasi auditorik, yang meliputi planum temporal pada operkulum
temporalis; girus temporalis superior, media, dan inferior, serta girus oksipitotemporalis
(fusiformis).
Pada
permukaan
inferiomedial
lobus
temporalis
terdapat
girus
parahippokampus yang mengandung formasio hippokampus.Pada aspek medial bagian
anterior girus parahipokampus terdapat unkus (sebuah tonjolan pada permukaan otak yang
menandai lokasi umum amigdala yang terletak di bawahnya).Pada dasar dari lobus
temporal, girus temporalis inferior lanjut secara medial dengan girus oksipitotemporalis
lateralis.Sulkus oksipitotemporalis memisahkan girus oksipitotemporalis lateralis dengan
girus oksipitotemporalis medialis (girus fusiformis) (Mendoza, 2008).
Gambar 21 Lobus temporalis tampak lateral medial(Netter’s, 2012)
Lobus temporalis dihubungkan dengan proses input auditorik dan dengan penyandian
memori, begitu pula dengan peran informasi afektif dan bahasa. Pada lobus temporalis
terdapat daerah-daerah fungsional seperti korteks area pendengaran primer (area 41 dan
42), korteks area asosiasi pendengaran (area 22), dan korteks area olfaktorik primer (area
28) (Baehr, 2005; Sukardi, 1985).
a.
Korteks area pendengaran primer (area 41 dan 42)
Terletak di dinding inferior sulkus lateral pada girus transversalis Heschl, yang
membentuk bagian permukaan atas dari girus temporal superior. Menerima input aferen
dari korpus genikulatum medialis melalui radiasio akustika yang berjalan melalui pars
sublentikularis krus posterior kapsula interna, yang menerima impuls auditorik dari organ
Corti dan lemniskus lateralis. Korteks auditorik primer masing-masing sisi memproses
impuls yang timbul dari kedua telinga (proyeksi bilateral) (Baehr, 2005; Sukardi, 1985).
b. Korteks area asosiasi pendengaran (area 22)
Area asosiasi pendengaran berada lebih posterior terhadap area pendengaran primer pada
sulkus lateralis dan girus temporalis superior, mengelilingi area 42, dan diketahui
menerima impuls dari area 41 dan 42 serta memiliki hubungan melalui serat-serat asosiasi
pendek dan panjang dengan korteks lobus parietalis, lobus insularis, dan lobus oksipitalis,
serta dengan berbagai bagian korteks lobus temporalis (Baehr, 2005; Sukardi, 1985).
c. Korteks area olfaktorik primer
Bagian anterior unkus merupakan bagian korteks area olfaktorik primer yang
terpenting.Daerah-daerah lain meliputi korteks prepiriformis (bagian anterior area 28) dan
substansia perforata anterior (Sukardi, 1985).
Gambar 22Gambaran fungsi motorik dan sensorik area korteks serebri (Netter’s, 2012)
2.7 Vaskularisasi Korteks Motorik Serebri
Vaskularisasi korteks motorik serebri berasal cabang terminal arteri karotis interna
membentuk bifurkasio diatas prosesus klinoideus, bercabang menjadi arteri serebri anterior
dibagian medial dan arteri serebri media dibagian lateral (Baehr, 2005).
2.7.1 Arteri Serebri Anterior
Arteri serebri anterior (ACA) berasal dari bifurkasio arteri karotis interna dan kemudian
berjalan ke arah medial dan rostral. Arteri serebri anterior kedua sisi terletak berdekatan satu
dengan lainnya pada garis tengah didepan lamina terminalis;dari lokasi ini, kedua arteri berjalan
secara paralel ke atas dan ke posterior. Segmen proksimal (basal) arteri serebri anterior
membentuk banyak cabang perforantes kecil yang mempendarahi regio paraseptalis, bagian
rostral ganglia basaliadan diencefalon, serta krus anterius kapsula interna.
Gambar 23Suplai Arteri Bagian Dalam Otak(Netter’s, 2012).
Arteri rekurens Heubner merupakan cabang besar segmen proksimal arteri serebri anterior
yang mendarahi ganglia basalia.Pada perjalanan lebih lanjut, arteri serebri anterior berkelokkelok disekitar genu korpus kalosum dan kemudian berjalan ke arah posterior hingga mencapai
regio
sentral,
tempatnya
membuat
hubungan
anastomosis
dengan
arteri
serebri
posterior.Sepanjang perjalanannya, pembuluh darah ini membentuk cabang ke korpus kalosum,
permukaan medial hemisfer serebri, dan regio parasagitalis. Area otak yang menerima suplai
darah dari arteri serebri anterior antara lain area motorik dan area sensorik primer yang luas dan
girus cinguli. Arteri serebri anterior membuat hubungan anastomosis dengan arteri media serta
arteri serebri posterior.(Baehr, 2005).
Gambar 24 Vaskularisasi otak tampak luar dan dalam (Netter’s, 2012)
2.7.2 Arteri Serebri Media
Arteri serebri media (MCA) adalah cabang terbesar arteri karotis interna (Gambar 24).
Gambar 25 Arteri pada Basis Kranii (Netter’s, 2012)
Setelah keluar dari arteri karotis interna (ICA) diatas prosesus klinoideus anterior,
pembuluh darah ini berjalan dilateral di fisura Sylvii (sulkus lateralis).Trunkus utama arteri
serebri media membentuk banyak cabang perforantes ke ganglia basalia dan ke krus anterior dan
genu kapsula interna, serta ke kapsula eksterna dan klaustrum.Arteri serebri media terbagi
menjadi cabang-cabang kortikal utama di dalam sisterna insularis.Cabang-cabang ini
memperdarahi area lobus frontalis, parietalis, dan temporalis yang luas (Baehr, 2005).
Area kortikal yang disuplai oleh arteri serebri media meliputi, korteks motorik dan
sensorik primer (kecuali bagian parasagital dan medial), area Broca dan Wernicke, korteks
auditorik primer, dan korteks gustatorik primer.Arteri serebri media memiliki hubungan
anastomosis kortikal dengan arteri serebri anterior dan arteri serebri posterior. (Baehr, 2005)
BAB 3
RINGKASAN
Korteks serebri merupakan bagian terluar dari serebrum, dimana memiliki enam lapisan
horizontal dan masing-masing lapisan mempunyai komposisi sel saraf dan koneksinya yang
berbeda. Lapisan horizontal tersebut dapat dibedakan menjadi enam lapisan, dari superfisial ke
arah profundus,yaitu:
1. Lapisan Molekularis (lapisan zonalis)
2. Lapisan Granularis Eksterna
3. Lapisan Piramidalis Eksterna
4. Lapisan Granularis Interna
5. Lapisan Piramidalis Interna (Lamina Ganglionaris)
6. Lapisan Multiformis
Lapisan kortikal yang berbeda memiliki distribusi tipe sel saraf dan hubungan dengan korteks
lain dan daerah subkortikal dengan karakteristik spesifiknya. Hubungan korteks dengan korteks
bagian lainnya dan daerah subkortikal diantarkan oleh serat-serat saraf. Untuk itu dikenal serat
eferen korteks, serat aferen korteks serta serat asosiasi. Hubungan ini mengintegrasikan impuls
yang diterima oleh suatu area spesifik korteks dengan area lainnya dan mengirimkan persepsi ke
bagian subkortikal sehingga tercipta persepsi yang diinginkan. Dalam hal ini korteks serebri
sebagai pusat dari susunan saraf.
Pada korteks serebri terdapat pusat-pusat yang mengatur semua kegiatan manusia. Pusat ini
sangat spesifik terdapat pada lobus serebri tertentu. Pada masing-masing lobus serebri terdapat
berbagai macam pusat pengatur motorik.
Area kortikal dapat dibagi menjadi empat lobus yaitu lobus frontal, lobus parietal, lobus
temporal, dan lobus oksipital.Insula kadang-kadang dianggap sebagai lobus kelima.Lobus
frontalis mencakup semua daerah kortikal di depan fisura sentralis, dengan kata lain korteks
somatomotorik primer dari gvyrus presentralis (area 4), area premotorik (area 6aα, 6a, dan 8),
area prefrontalis yang merupakan daerah korteks yang luas, terdiri dari area asosiasi multimodal
(area 9,10,11,12,45,46, dan 47), serta area motorik bicara (area 44). Tata pola cara proyeksi
bagian-bagian tubuh pada area 4 dapat digambarkan menurut homunkulus motorik korteks
serebri.
DAFTAR PUSTAKA
Sadler W.T. Langman’s medical embryology 12th ed. USA 2012 P 287-320
Guyton, A.C., Hall, J.E., 1996. Textbook of Medical Physiology (9thed.). Setiawan, Irawati et al.
1997 (alih bahasa), EGC: Jakarta
Baehr, M., Frotscher, M. 2005. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology. 4th ed. Thieme: New
York. pp 350-53
Duus, P. 2007. Diagnosis Topik Neurologi edisi iv. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal
310-343
Snell
Richard S.2009.Neuroanatomi Klinik.Penerbit
Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Hal 292-303
Sukardi, E; 1985. Neuroanatomia Medica. Penerbit UI. Jakarta. Hal 232-53
Mendoza JE, Foundas AL.2008.Clinical Neuroanatomy: A Neurobehavioral Approach. Springer
science business media.p 271-500
Waxman, SG. 2010. Clinical Neuroanatomy, 26th ed. USA :McGraw-Hill. P 79-90.
Netter Frank H. Netter’s Neurology 2nd ed.USA 2012 P 10-15
Download