PERCOBAAN 3 SPIROMETER TUJUAN Memperoleh volume paru dan kapasitas pernapasan maksimal serta membandingkan hasil pengukuran spirometer terhadap perangkat sejenis lainnya. ALAT DAN BAHAN 1. Satu set spirometer 2. Manometer tabung U 3. Respivol 4. Corong 5. Zat Cair 6. Mistar DASAR TEORI Pernapasan Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer (West, 1974). Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang, tapi pernapasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut (Guyton & Hall, 1996). Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernapasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasar, yaitu: 1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan atmosfir 2. Diffusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah 3. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel 4. Pengaturan ventilasi (Guyton & Hall, 1996) Ventilasi Paru Ventilasi merupakan suatu proses pemindahan udara inspirasi ke dalam alveolar (Astrand, 1970). Ventilasi paru tersebut dipengaruhi oleh: Volume paru Resistensi terhadap aliran yang terjadi di dalam saluran nafas Sifat elasitik atau daya kembang paru dan dinding dada (Sodeman, 1995) Pada saat beraktivitas, ventilasi meningkat pula sesuai dengan beratnya aktivitas tersebut (Astrand, 1970). Volume paru normal sangat dipengaruhi oleh ukuran sistem pernapasan dan usia. Volume paru pria juga lebih besar daripada wanita. Pada saat gerak badan, ambilan oksigen dapat mencapai 4 – 6 liter per menit dan volume udara inspirasi per menit dapat meningkat sampai dua puluh kali lipat. Keadaan ini dicapai dengan peningkatan volume tidal dan frekwensi pernapasan (Horisson, 1997). Daya Kembang paru-paru (Compliance) Compliance atau daya kembang paru adalah perubahan volume per liter yang disebabkan oleh tiap perubahan satu unit cmHg (Astrand, 1970). Daya kembang paru juga tergantung pada ukuran paru. Jadi daya kembang bayi lebih kecil daripada orang dewasa, dan daya kembang orang yang berbadan kecil juga berbeda dengan daya kembang orang yang berbadan besar (Guyton & Hall, 1996). Mekanisme Dasar Pengembangan dan Pengempisan Paru Paru-paru, baik pada saat ekspirasi maupun inspirasi, dapat dikembangkan dan dikonstraksikan dengan dua cara, yaitu dengan gerakan turun dan naik dari diafragma untuk memperbesar atau memperkecil diafragma dan depresi dan elevasi costa untuk meningkatkan dan menurunkan diameter anteroposterior dari rongga dada (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970). Pada pernapasan normal dan tenang biasanya hanya memakai gerakan dari diafragma. Selama inspirasi, kontraksi dari diafragma akan menarik permukaan bawah paru ke bawah. Kemudian selama ekspirasi, diafragma akan berelaksasi dan sifat elastis daya lenting paru, dinding dada dan perut akan menekan paru-paru. Selama bernapas hebat, bagaimanapun tenaga elastik tidak cukup untuk menyebabkan ekspirasi cepat yang diperlukan, sehingga perlu kontraksi otot perut, yang mendorong isi perut ke atas mendorong dasar dari diafragma (Guyton & Hall, 1996; Patton, 1989). Mekanisme kedua untuk mengembangkan paru adalah dengan mengangkat rangka iga. Pengembangan paru ini karena pada posisi istirahat, iga miring ke bawah ke arah kolumna spinalis. Tetapi bila rangka iga dielevasikan, tulang iga dan sternum secara langsung maju menjauhi spinal, membentuk jarak anteroposterior dada ± 20% lebih besar selama inspirasi maksimal daripada ekspirasi. Oleh karena itu otot-otot yang meninggikan iga dapat diklasifikasikan sebagai otot inspirasi dan otot yang menurunkan iga sebagai otot ekspirasi. Otot yang paling penting untuk mengangkat iga adalah M. Intercostalis eksterna (Guyton & Hall, 1996). Mekanisme Dasar Pengembangan dan Pengempisan Paru Uji fungsi paru terbagi atas dua kategori, yaitu uji yang berhubungan dengan ventilasi paru dan dinding dada, serta uji yang berhubungan dengan pertukaran gas. Uji fungsi ventilasi termasuk pengukuran volume paru-paru dalam keadaan statis atau dinamis. Uji fungsi paru ini dapat memberikan informasi yang berharga mengenai keadaan paru, walaupun tidak ada uji fungsi paru yang dapat mengukur semua kemungkinan yang ada. Metode sederhana untuk meneliti ventilasi paru adalah merekam volume pergerakan udara yang masuk dan keluar dari paru, dengan proses yang dinamakan spirometri, dengan menggunakan spirometer. Dari spirometri didapatkan dua istilah yaitu volume dan kapasitas paru (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970). Volume Paru Berdasarkan gambar di atas, volume paru terbagi menjadi : Volume paru stattik Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali pernapasan normal. Besarnya ± 500 ml pada rata-rata orang dewasa. Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah volume tidal, dan biasanya mencapai ± 3000 ml. Volume Cadangan Eskpirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal besarnya ± 1100 ml. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paruparu setelah ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 ml (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970). Volume Paru Dinamis Merupakan volume paru yang diukur pada orang coba yang bernapas aktif dan dengan kekuatan penuh. Volume Paru dinamis terdiri dari : FEV1 ( Forced Expiratory Volume one second ) Merupakan volume udara yang dikeluarkan maksimal selama detik pertama ekspirasi setelah inspirasi maksimal. FEV2 ( Forced Expiratory Volume two second ) Merupakan volume udara yang dikeluarkan maksimal selama dua detik ekspirasi setelah inspirasi maksimal. (jarang dipakai) FEV3 ( Forced Expiratory Volume three second ) Merupakan volume udara yang dikeluarkan maksimal selama detik pertama ekspirasi setelah inspirasi maksimal. KPM ( Kapasitas Pernapasan Maksimal ) atau Maximal Breathing Capacity (MBC) atau Maximal Voluntary Volume (MVV) Merupakan jumlah udara yang keluar masuk paru maksimal selama satu menit. KPM berbeda dengan Minute Volume yang merupakan jumlah udara yang keluar masuk paru selama satu menit dengan pernapasan biasa ( tidal ). Kapasitas Paru Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi menjadi empat bagian, yaitu: Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi. Besarnya ± 3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume residu. Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru pada akhir eskpirasi normal. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyakbanyaknya. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya ± 5800 ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970). Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita ± 20 – 25% lebih kecil daripada pria, dan lebih besar pada atlet dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis (Guyton & Hall, 1996). Makna dari Volume dan Kapasitas Paru Pada orang normal volume udara dalam paru bergantung pada bentuk dan ukuran tubuh. Posisi tubuh juga mempengaruhi volume dan kapasitas paru, biasanya menurun bila berbaring, dan meningkat bila berdiri. Perubahan pada posisi ini disebabkan oleh dua factor, yaitu kecenderungan isi abdomen menekan ke atas melawan diafragma pada posisi berbaring dan peningkatan volume darah paru pada posisi berbaring, yang berhubungan dengan pengecilan ruang yang tersedia untuk udara dalam paru (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970). Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital adalah bentuk anatomi tubuh, posisi selama pengukuran kapasitas vital, kekuatan otot pernapasan dan pengembangan paru dan rangka dada (Compliance paru). Penurunan kapasitas paru dapat disebabkan oleh kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada penyakit poliomyelitis atau cedera saraf spinal, berkurangnya compliance paru, misalnya pada penderita asma kronik, tuberkulosa, bronchitis kronik, kanker paru dan pleuritis fibrosa dan pada penderita penyakit bendungan paru, misalnya pada payah jantung kiri (Guyton, 1994). Spirometri Spirometer merupakan perangkat pengukur volume udara pernapasan yang berfungsi untuk mengetahui kondisi paru manusia saat bernapas dalam jangka waktu tertentu dengan melakukan perekaman jumlah udara keluar (ekspirasi) dan masuk (inspirasi) ke dalam paru-paru manusia. Piranti spirometer digital Pemeriksaan faal paru dengan spirometer dapat menggambarkan beberapa segi keadaan paru (21). FEV1 merupakan pemeriksaan yang dapat menunjukkan kelainan obstruktif pada saluran nafas. Sedangkan VC akan menunjukkan kelainan yang bersifat restriktif, yang bisa terjadi karena pengurangan jaringan paru yang berfungsi, terbatasnya pengembangan dinding toraks dan atau gerakan diafragma (22). Faal paru dinyatakan masih dalam batas normal bila hasil pemeriksaan didapatkan deviasi sampai 20% dari harga yang diperkirakan (predicted value) (21,22). Harga yang diperkirakan (predicted value) disesuaikan dengan tinggi dan berat badan, dapat dilihat dari tabel. Kelainan bersifat ringan bila hasil pemeriksaan kurang dari 70% dari yang diperkirakan, dan bersifat sedang bila hasilnya kurang dari 60% serta berat bila kurang dari 50% (22,23). Dengan demikian pemeriksaan faal paru selain menunjukkan kelainan fisiologik yang ada, juga menunjukkan kelainan fungsional secara kuantitatif disamping juga dapat memberikan data-data studi pengamatan (follow-up study) secara obyektif dari sifat penyakitnya serta manfaat pengobatan yang diberikan (1). Dari hasil pemeriksaan faal paru dengan spirometer yang dapat menunjukkan berat ringannya kelainan yang ada, serta mengerti dan mengetahui perubahan patofisiologi pasca bedah, maka dapat diidentifikasi kemungkinan bakal terjadinya risiko paru akibat pembedahan torak dan bukan-toraks (24). Dengan demikian maka penilaian hasil-hasil pemeriksaan dengan spirometer ini merupakan dasar evaluasi faal paru secara kuantitatif sebelum pembedahan (1). Walaupun FEV1 dan FVC (Force Vital Capacity) diketahui dapat mencerminkan faal paru pada umumnya (25), banyak ahli menunjukkan pula peranan pemeriksaan lainnya yang harus diperhatikan. Gaenler dkk (26) melaporkan penilaian dari 460 penderita tbc paru yang mengalami berbagai prosedur pembedahan. Ternyata 12 dari 13 penderita yang meninggal akibat kegagalan respirasi mempunyai Maximal Voluntary Ventilation (MW) kurang dari 50% dari yang diperkirakan. Demikian juga Mittman (4) mengatakan bahwa risiko kematian akibat pembedahan dari 196 penderita yang mengalami pembedahan toraks maupun bukan toraks terjadi pada mereka yang mempunyai MW sebelum pembedahan yang kurang dari 50% dari yang diperkirakan. MW mempunyai nilai tinggi untuk menduga bakal terjadinya penyulit pembedahan. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan tersebut sensitif terhadap banyak faktor yang nonspesifik. Faktor-faktor tersebut adalah kerja sama dari penderita, kekuatan otot, keadaan umum yang lemah dan adanya rasa sakit sewaktu bernafas dari penderita yang mengalami pembedahan. Semuanya itu penting dalam penentuan penyembuhan selama pengobatan pasca bedah. Sedangkan Nealon dan Mc Neil (28) serta Karliner (28) menekankan pentingnya pemeriksaan gas darah arteri. PaCO2 yang naik sebelum pembedahan merupakan tanda buruk yang sering dijumpai pada mereka yang mengalami problema respirasi pasca bedah. Para sarjana menekankan bahwa potensial kegunaan pemeriksaan faal paru akan jauh lebih besar bila yang dipakai untuk mengidentifikasi penyulit yang bakal terjadi pasca bedah lebih dari satu pemeriksaan. Satu pemeriksaan saja tidak bisa dipakai untuk memperkirakan adanya risiko dari prosedur pembedahan tertentu pada penderita dengan penyakit paru kronik atau mereka dengan faal paru yang telah berkurang (4, 17, 22, 23). Dalam bernapas keluar (ekspirasi) tekanan udara dalam paru berada di bawah tekanan atmosfer, sehingga udara pada tekanan atmosfer dipaksa masuk ke dalamnya. Sedangkan selama penyedotan tenang (inspirasi), tekanan relatif paru berkisar -7 cmHg, sehingga tekanan mutlak paru 1023 cmH2O bila tekanan atmosfernya 1030 cmH2O. Penentuan tekanan relatif dapat diukur dengan mudah dengan piranti manometer tabung terbuka. Piranti ini, berbentuk U yang terisi sebagian dengan cairan, biasanya air raksa (Hg). Tabung ini dipasang dalam posisi tegak dengan suatu batang pengukur di belakang. Salah satu ujung tabung dihubungkan pada bejana yang tekanan relatifnya akan diukur, sedang ujung lain di buka ke atmosfer. Manometer tabung U Untuk menentukan tekanan dalam paru selama hembusan napas (P), pasien menghembuskan napasnya ke dalam sisi sebelah kiri manometer, sehingga tekanan pada permukaan cairan ini adalah P’. Tekanan relatif ini dapat ditentukan dari selisih ketinggian permukaan cairan. Dengan diketahuinya tekanan relatif ini maka tekanan mutlak dalam paru dapat ditentukan dengan menambahkan tekanan atmosfer. Volume dinamik digunakan untuk menentukan adanya obstruksi jalan napas karena meningkatnya tahanan jalan napas yang mengakibatkan kecepaan aliran udara keluar paru akan berkurang. Hal tersebut akan terlihat pada berkurangnya parameter volume dinamik. Spirogram paksa Ada 2 macam kelainan yang mungkin terjadi pada saluran napas, yakni terjadinya obstruksi atau restriksi, Obstruksi dan restriksi pada saluran napas a. Obstruksi Obstruktif merupakan gangguan akibat adanya penurunan aliran udara mulai dari saluran nafas bagian atas sampai bronkiolus berdiameter kurang dari 2 mmditandai dengan penurunan VEP1, VEP1/KVP, kecepatan aliranudara pada ekspirasi. Pemeriksaan VEP1 dan rasio VEP1/KVPmerupakan pemeriksaan yang standar, sederhana, dapat diulangdan akurat untuk menilai obstruksi saluran nafas. Pada obstruksi erdapat tonjolan dinding saluran napas kearah lumen, yang terganggu yaitu kecepatan aliran udara pernapasan. Dapat dideteksi dengan pengukuran FEV1 dan KPM. b. Restriksi keadaan ini menunjukkan adanya penyakit paru atau dari luar yang menyebabkan kapasitas vital berkurang, khususnya kapasitas total paru. Dengan berkurangnya kapasitas vital maka propors i VEP1 juga menurun, sebagai hasilnya VEP1/KVP (%) jadi menurun. Kapasitas paru kurang dari 80 % nilai dugaanmerupakan baku emas untuk menentukan penyakit paru restriksi Jaringan elastic peribronchial diganti denagn jaringan ikat, yang terganggu yaitu pengembangan saluran napas. Dapat dideteksi dengan pengukuran VC dan FVC.Nilai volume paru dan kapasitas maksimal pernapasan pada manusia dengan perangkat spirometer, akan ditunjukkan sebagai hasil akhir yang berbentuk grafik sehingga selanjutnya dilakukan pembacaan. Sedangkan perhitungan manual dapat dilakukan dengan standard yang telah ditentukan. Standard volume paru: Laki-Laki Perempuan Standard Kapasitas Pernapasan Maksimal: Laki-Laki Perempuan Dengan Luas Badan diperoleh melalui persamaan du Bois berikut: c. Kombinasi obstruktif dan restriktif atau bentuk campuran Hal ini terjadi juga karena proses patologi yang mengurangi volumeparu, kapasitas vital dan aliran, yang juga melibatkan salurannafas. Rendahnya VEP1/KVP (%) merupakan suatu indikasi obstruktif saluran nafas dan kecilnya volume paru merupakan suatu restriktif. Beberapa kerusakan dapat menghasilkan bentuk campuran obstruktif dan restriktif, seperti penyakit parenkim paru yang melibatkan fibrosis pada saluran nafas, sehingga terjadi obstruktif, misalnya adalah penyakit tuberkulosis paru. DATA HASIL PRAKTIKUM Nama Praktikan Fauziyah Fatkhunnisa Ibnu Andika d = 1 cm h0 = 74 g = 9,8 m/s2 BB 158 160 160 178 TB 67 45 68 60 keterangan: TB = Tinggi Badan Praktikan (cm) BB = Berat Badan Praktikan (kg) LB 1,684 1,4354 1,711 1,7524 Umur 21 21 20 20 LB = Luas Badan { } d = Diameter tabung U (cm) h0 = Ketinggian awal air (cm) g = percepatan gravitasi (m/s2) A. Ekspirasi Tabung U / Ekspirasi Nama Tekanan Praktikan Tinggi Normal Maksimal Normal Maksimal Fauziyah 71 71 40,5 24,5 Fatkhunnisa 71 71 59 41 Ibnu 71 71 58 41 Andika 71 71 63 48 B. Inspirasi Respivol / Inspirasi Nama Volume (mL) Praktikan normal maksimal Fauziyah 1500 2750 Fatkhunnisa 1250 2000 Ibnu 1250 3000 Andika 1250 2500 C. Spirometer Spirometer Nama Praktikan MV MVV FVC SVC Fauziyah 20,3 65,1 2,61 1,29 Andika 25,6 62,2 2,45 2,68 ANALISIS DATA Volume Ekspirasi Normal Tabel Data ketinggian air saat ekspirasi normal Nama Praktikan h Fauziyah 40,5 Fatkhunnisa 59 Ibnu 58 Andika 63 Fauziyah Ibnu V = Δh . A V = Δh . A V = Δh . π r2 V = Δh . π r2 V = Δh . ¼ π d2 V = Δh . ¼ π d2 V = (74 – 40,5). ¼ . 3,14 . 12 V = (74 – 58) . ¼ . 3,14 . 12 V = 26,2975 cm3 V = 12,56 cm3 Fatkhunnisa Andika V = Δh . A V = Δh . A V = Δh . π r2 V = Δh . π r2 V = Δh . ¼ π d2 V = Δh . ¼ π d2 V = (74 – 59) . ¼ . 3,14 . 12 V = (74 – 63) . ¼ . 3,14 . 12 V = 11,775 cm3 V = 8,635 cm3 Volume Ekspirasi Maksimal Tabel Data ketinggian air saat ekspirasi maksimal Nama Praktikan h Fauziyah 24,5 Fatkhunnisa 41 Ibnu 41 Andika 48 Fauziyah Ibnu V = Δh . A V = Δh . A V = Δh . π r2 V = Δh . π r2 V = Δh . ¼ π d2 V = Δh . ¼ π d2 V = (74 - 24,5) . ¼ . 3,14 . 12 V = (74 – 41) . ¼ . 3,14 . 12 V = 38,8575 cm3 V = 25,905 cm3 Fatkhunnisa Andika V = Δh . A V = Δh . A V = Δh . π r2 V = Δh . π r2 V = Δh . ¼ π d2 V = Δh . ¼ π d2 V = (74 – 41) . ¼ . 3,14 . 12 V = (74 – 48) . ¼ . 3,14 . 12 V = 25,905 cm3 V = 20,41 cm3 Volume Inspirasi Normal Data volume saat inspirasi normal Nama Praktikan V normal Fauziyah 1500 Fatkhunnisa 1250 Ibnu 1250 Andika 1250 Volume Inspirasi Maksimal Data volume saat inspirasi maksimal Nama Praktikan V maksimal Fauziyah 2750 Fatkhunnisa 2000 Ibnu 3000 Andika 2500 Vital Capacity Manual (Gold Standard) Fauziyah Ibnu = 2750 + (38,857 - 26,2975) = 3000 + (25,905 – 12,56) = 2,76 L = 3,013 L Fatkhunnisa Andika = 2000 + (25,905 – 11,775) = 2500 + (20,41 – 8,635) = 2,014 L = 2,511 L Vital Capacity Standard Nama Praktikan Fauziyah Fatkhunnisa Ibnu Andika BB 158 160 160 178 TB 67 45 68 60 Fauziyah = {-3,37 + (0,028 x 21) + (0,048 x 158)} = 4,802 Fatkhunnisa = {-3,37 + (0,028 x 21) + (0,048 x 160)} = 4,898 LB 1,684 1,4354 1,711 1,7524 Umur 21 21 20 20 Ibnu = {-5,44 + (0,061 x 20) + (0,048 x 160)} = 3,46 Andika = {-5,44 + (0,061 x 20) + (0,048 x 178)} = 4,324 Kapasitas Pernapasan Maksimal (KPM, Gold Standard) Perhitungan Luas Badan Fauziyah = {(71,3 – (0,474 x 21)) x 1,684) = {(71,3 – 9,954) x 1,684) = 103,307 Fatkhunnisa = {(71,3 – (0,474 x 21)) x 1,4354) = {(71,3 – 9,954) x 1,4354) = 88,056 Ibnu = {(86,5 – (0,522 x 20)) x1,711) = 130,139 Andika = {(86,5 – (0,522 x 20)) x 1,7524) = 133,288 PEMBAHASAN dan TUGAS AKHIR Pada percobaan ini, kami melakukan beberapa percobaan menggunakan 3 alat. Yakni percobaan ekspirasi dengan menggunakan Tabung U manometer untuk mengetahui volume ekspirasi normal dan maksimal, percobaan inspirasi dengan menggunakan respivol untuk mengetahui volume inspirasi normal dan maksimal serta percobaan inspirasi ekspirasi dengan menggunakan spirometer digital untuk mengetahui nilai volme keduanya secara otomatis. Spirometer adalah alat yang digunakan oleh tim medis untuk menilai fungsi paru-paru. Spirometri, evaluasi fungsi paru-paru dengan spirometer. Spirometri adalah ukuran serbaguna fungsi paru-paru dan dasar diagnostik uji. Tes fungsi paru yang paling umum dan mungkin diperlukan untuk tujuan sebagai berikut: Untuk menentukan seberapa baik paru – paru menerima, memegang ,dan memanfaatkan udara. Untuk memantau penyakit paru-paru untuk memantau efektivitas pengobatan. Untuk menentukan keparahan penyakit paru-paru. Untuk menentukan apakah penyakit paru-paru restriktif (penurunan aliran udara) atau obstruktif (gangguan aliran udara). Langkah dalam menggunakan spirometer ,setelah mengambil napas dalamdalam. Praktikan bernafas ke spirometer benar-benar dan tegas. Spirometer mengukur baik jumlah udara yang dikeluarkan dan seberapa cepat udara dikeluarkan dari paru-paru. Nilai-nilai sehat diukur dengan spirometer untuk jumlah udara yang dihembuskan bervariasi dari orang ke orang. Hasilnya dibandingkan dengan rata-rata yang diharapkan pada seseorang pada usia yang sama, tinggi, jenis kelamin, dan ras. Namun, jika nilai jatuh di bawah 80 persen dari rata-rata, mungkin menunjukkan penyakit paru-paru atau obstruksi aliran udara lainnya. Pada penyakitparu obstruktif, seperti COPD, volume paru-paru mungkin normal,tetapi aliran gas berkurang dibandingkan dengan paru-paru restriktif .Penyakit seperti fibrosis paru,dimana volume berkurang, tetapi aliran mungkin normal. Jika seseorang telah pengukuran spirometer normal, ia mungkin dirujuk untuk tes paru-paru lainnya untuk menetapkan diagnosis. Dari semua percobaan yang dilakukan, kami mendapatkan hasil seperti yang dilampirkan di bawah ini : Nama Praktikan Fauziyah Fatkhunnisa Ibnu Andika VC manual SVC Spirometer VC strandart % Jenis Restriksi 2,76 L 1,29 L 4,802 L 57,48 % Sedang 2,014 L - 4,898 L 41.12% Berat 3,013 L - 3,46 L 87,08 % - 2,51 L 2,68 L 3,324 L 75,51 % Ringan Dari percobaan dengan Respivol dan tabung U monometer kami dapat menghitung nilai VC dari masing – masing praktikan dan membandingkan nilainya dengan nilai SVC (VC) yang di hasilkan ketika menggukan spirometer kemudian di bandingkan dengan nilai VC standar untuk masing – masing praktikan. Dari seluruh perhitungan yang dilakukan, kami mendapatkan hasil bahwa hanya Ibnu Hajar yang dapat melakukan Respirasi secara normal tanpa adanya gangguan yang signifikan. Adapun Fauziyah, Fatkhunnisa maupun Andika sama – sama mengalami Restriksi meskipun dalam tipe yang berbeda. Pada kasus Saya (Fauziyah.red) hal tersebut dapat dimaklumi karena adanya penyakit asma dan Brochitis yang diderita sehingga memang membutuhkan energy yang berlebih untuk melakukan respirasi dibandingkan orang normal lainnya. Sedangkan untuk Andika dan Fatkhunnisa dikarenakan ketika melakukan percobaan sedang dalam kondisi yang kurang sehat (batuk dan pilek). Adapun untuk Percobaan penentuan KPM (MVV) kami hanya melakukan melalui Spirometer dan membandingkannya dengan hasil perhitungan untuk mencari nilai KPM standar. Pada table di bawah ini diketahui bahwa ketika melakukan percobaan Andika sedang dalam kondisi tidak sehat karena batuk dan flu sehingga menyebabkan hasil analisa memprediksi Andika mengalami Obstruksi berat. Adapun Fauziyah (Saya.red) memang mempunyai masalah dengan pola respirasi sehingga diprediksi memiliki obstruksi ringan. Nama Praktikan Fauziyah Fatkhunnisa Ibnu Andika KPM MVV % Jenis Obstruksi 103,307 65,1 63% Ringan 88,056 - - - 130.39 - - - 133.288 62,2 46,67% Berat Dalam melakukan percobaan ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya eror yaitu Peralatan praktikum yang kurang ( adanya kebocoran pada manometer tabung U ) , human error ( praktikan atau pemeriksa kurang teliti dalam melakukan pengukuran ). SIMPULAN Adapun kesimpulan yang bisa saya simpulkan dari praktikum ini adalah : Nama Praktikan Fauziyah Fatkhunnisa Ibnu Andika VC manual SVC Spirometer VC strandart % Jenis Restriksi 2,76 L 1,29 L 4,802 L 57,48 % Sedang 2,014 L - 4,898 L 41.12% Berat 3,013 L - 3,46 L 87,08 % - 2,51 L 2,68 L 3,324 L 75,51 % Ringan Nama Praktikan Fauziyah Fatkhunnisa Ibnu Andika KPM MVV % Jenis Obstruksi 103,307 65,1 63% Ringan 88,056 - - - 130.39 - - - 133.288 62,2 46,67% Berat SARAN Peralatan praktikum seperti manometer tabung U agar dilakukan perbaikan. Agar dalam melaksanakan praktikum dapat memperoleh hasil yang lebih akurat DAFTAR PUSTAKA Ganong,WF. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20 alih bahasa dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Guyton, Arthur C. 2006. Textbook of Medical Physiology, 11th ed. Elsevier, Inc: Pennsylvania Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, 3rd ed. McGraw-Hill Companies: Georgia Http://medicalcenter.osu.edu/patientcare/healthcare_services/lung_diseases/ab out/spirometers/Pages/index.aspx LAMPIRAN