ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CABAI MERAH (Studi Kasus di Kel. Mataran, Kec. Anggeraja, Kab. Enrekang) LAPORAN KELOMPOK 2 A.Moh. Basit Maulana : 23690210002 Arlin : 23690210009 Dadel Puspita Ayuni : 23690210011 Fitriani : 23690210016 Nur Azmiza : 23690210027 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE 2025 HALAMAN PERSETUJUAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CABAI MERAH (Studi Kasus di Kel. Mataran, Kec. Anggeraja, Kab. Enrekang) Disusun dan Diajukan Oleh Kelompok 2 No. Nama NIM 1 A.Moh. Basit Maulana 23690210002 2 Arlin 23690210009 3 Dadel Puspita Ayuni 23690210011 4 Fitriani 23690210016 5 Nur Azmiza 23690210027 Telah diterima dan Disahkan Pada tanggal Juni 2024 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Mengetahui, Koord. Asisten Dosen Agustang, S.P. Menyetujui, Dosen Pengampu Marlia Rianti, S.Pt., M.M., M.Si, NIDN. 0915037701 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul Laporan Analisis Pendapatan Usahatani Cabai merah sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Penyusunan tugas ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ibu Marlia Rianti, S.Pt., M.M., M.Si, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi Penelitian yang telah memberikan ilmu, arahan, dan motivasi selama proses perkuliahan berlangsung dan juga kepada Kakak Agustang,S.P selaku asisten dosen yang turut membimbing dan memberikan masukan dalam proses penyusunan tugas ini. Serta seluruh pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan di masa mendatang. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca sekalian. Watampone, 22 juni 2025 Kelompok 2 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura merupakan komoditi pertanian yang memiliki harga cukup tinggi di pasaran. Salah satu komoditi sayur yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat, adalah cabai merah. Dimana volume distribusi cabai merah di pasaran pada saat ini dipasarkan dalam skala besar. Meningkatnya hasil produksi pertanian, terutama cabai merah sangat berpengaruh pada pendapatan petani cabai merah (Pirngadi et al., 2023). Pendapatan usahatani memiliki dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lainlain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut. Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Sumampow et al., 2023). Salah satu subsektor penting dalam hortikultura adalah budidaya cabai merah, Cabai merah (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas holtikultural yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, karena buahnya yang selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri, cabai memiliki peluang ekspor, membuka kesempatan bekerja, serta mengandung beberapa vitamin. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Cabai merah yang merupakan komoditas strategis bernilai ekonomi tinggi dan memiliki permintaan pasar yang stabil, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri. Pendapatan usahatani cabai merah menjadi indikator utama untuk menilai kesejahteraan petani serta efisiensi sistem budidaya yang dijalankan. Usahatani cabai merah juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan rumah tangga petani di berbagai daerah di Indonesia (Sumampow et al., 2023). Kabupaten Enrekang, dikenal sebagai salah satu sentra produksi cabai merah dengan kondisi agroklimat yang mendukung serta pengalaman budidaya yang telah diwariskan secara turun-temurun. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata produksi cabai merah di daerah tersebut mencapai 2.308 kg per musim tanam, dengan harga jual sekitar Rp.13.000,- per kilogram, sehingga petani dapat memperoleh pendapatan kotor sekitar Rp.30.000.000,- per musim. Potensi keuntungan ini menunjukkan bahwa usahatani cabai merah di Enrekang cukup menjanjikan, terlebih dengan perawatan yang tergolong mudah dan masa panen yang relatif cepat (Hairiah Natsir, 2023) Adapun penelitian di beberapa daerah menunjukkan hasil kelayakan usahatani cabai merah, Afrizal et al. (2024) menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan bersih usahatani cabai merah di Kuantan Singingi mencapai Rp.3.608.803 per musim tanam, dengan nilai R/C ratio sebesar 1,48, yang berarti layak untuk diusahakan secara ekonomis. Hasil serupa juga ditemukan oleh Saragi dan Lase (2023), yang menyatakan bahwa pendapatan usahatani cabai merah di Desa Binaka, Sumatera Utara, mampu mencapai Rp.202.000.000- per hektar per musim dengan R/C ratio sebesar 3,90. Hal ini menegaskan bahwa secara umum, usahatani cabai merah di berbagai wilayah di Indonesia memiliki tingkat kelayakan ekonomi yang cukup tinggi dan layak dikembangkan. Lebih lanjut, kebaruan dari penelitian ini menyoroti ketidaktersediaan data empiris mengenai pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan Anggeraja, padahal wilayah ini merupakan salah satu sentra produksi hortikultura di Kabupaten Enrekang. Belum adanya kajian mendalam terkait besarnya pendapatan, struktur biaya, dan efisiensi usaha menjadi celah penting yang perlu segera diteliti. Penelitian ini tidak hanya menghitung pendapatan bruto dan bersih, tetapi juga menganalisis efisiensi ekonomi melalui indikator R/C ratio, serta mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang berpengaruh langsung terhadap pendapatan. Dengan pendekatan tersebut, penelitian ini diharapkan mampu menyajikan informasi konkret yang dibutuhkan oleh petani, penyuluh, dan pengambil kebijakan untuk meningkatkan profitabilitas usahatani cabai merah secara spesifik di Anggeraja. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan petani cabai merah di Kecamatan Anggeraja? 2. Berapa besar biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan Anggeraja? 3. Seberapa layak usaha tani cabai merah di wilayah tersebut dilihat dari perhitungan R/C ratio? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani cabai merah. 2. Mengukur biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan Anggeraja. 3. 1.4 Menilai kelayakan usaha tani cabai merah melalui analisis R/C ratio. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini menjadi sarana untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh selama masa studi, serta melatih kemampuan analisis dan pemecahan masalah nyata di bidang agribisnis, khususnya pada komoditas cabai merah. 2. Bagi Pembaca atau Masyarakat Umum Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi masyarakat, khususnya petani, pelaku agribisnis, maupun pembaca yang tertarik terhadap pengelolaan usahatani cabai merah. Informasi tentang biaya, pendapatan, dan kelayakan usaha ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mengambil keputusan agribisnis. 3. Bagi Instansi (Perguruan Tinggi) Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan literatur ilmiah bagi civitas akademika, serta dapat digunakan sebagai bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang relevan, terutama di lingkup Fakultas Pertanian dan Ekonomi Pertanian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komoditi Cabai Merah Komoditi adalah barang yang bisa diperdagangkan untuk mendapatkan keuntungan atau dapat dipertukarkan dengan barang lain yang memiliki nilai yang sama . komoditi tidak dapat dipisahkan dari pengaruhnya terhadap masyarakat luas. Pasalnya, komoditi yang tergolong sebagai suatu benda yang nyata ini relatif mudah diperjualbelikan, karena hampir selalu dibutuhkan oleh konsumen dari berbagai kalangan. Singkatnya, komoditi adalah produk atau barang yang dapat ditukar dengan keuntungan atau barang lain yang sama nilainya. (Idris et al., 2023). Komoditi hortikutura meliputi, buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman hias dan obat-obatan. Salah satu komoditi hortikultura yang mempunyai peluang pasar cukup besar adalah komoditi sayur-sayuran. Cabai merah (Capsiccum annum. L) merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai harga sangat berfluktuasi. Harga apabila melonjak akan berdampak pada daya beli masyarakat dan juga menimbulkan keresahan. Harga cabai yang tinggi memberikan keuntungan yang tinggi pula bagi petani (Hidayat et al., 2022) Kabupaten Enrekang menjadi sentra penghasil tanaman hortikultura terbesar di Sulawesi Selatan. Hampir semua tanaman hortikultura yang memadati pelataran pasar di Sulawesi selatan untuk bahkan beberapa pasar di Jawa dan Kalimantan, disuplai dari Enrekang. Komoditi hortikoltura yang di impor yaitu sayuran berupa kubis, sawi, tomat, bawang merah, daun bawang, cabai besar, hingga kacang merah, terong, buncis, wortel, kacang panjang, serta labu siam (Nurhapisah et al., 2023). 2.1.2 Modal Modal usaha dapat berasal dari berbagai sumber, seperti modal sendiri dari pemilik, pinjaman dari lembaga keuangan, atau investasi dari pihak lain. Dalam konteks agribisnis atau sektor pertanian, kepemilikan modal usaha sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap berbagai aspek operasional dan pengembangan usaha. Koperasi petani adalah bentuk organisasi ekonomi yang didirikan dan dikelola oleh para petani untuk memperjuangkan kepentingan bersama dalam aspek pertanian dan agribisnis.(Valentina et al., 2024) Dalam kegiatan usahatani, modal erat kaitannya dengan beberapa hal seperti: 1. Faktor produksi Bibit atau benih: Merupakan input awal dalam kegiatan budidaya yang sangat menentukan hasil produksi. Pemilihan benih unggul dan berkualitas akan berdampak pada produktivitas yang lebih tinggi (Suryana & Sutrisno, 2022). Pupuk: Berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi tanaman. Penggunaan pupuk organik maupun anorganik harus disesuaikan dengan jenis tanaman dan kondisi tanah (Harahap et al., 2021). Pestisida: Digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman agar tidak menurunkan hasil panen. Pemakaian pestisida harus sesuai dosis agar aman bagi lingkungan dan hasil pertanian (Lestari & Nugroho, 2023). 2. Alat dan Mesin Pertanian Alsintan merupakan bagian penting dari efisiensi produksi pertanian. Penggunaan alsintan seperti traktor, pompa air, mesin tanam, dan alat panen dapat mempercepat proses kerja dan mengurangi ketergantungan pada tenaga manusia. Namun demikian, alsintan juga mengalami penurunan nilai guna seiring waktu. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan biaya penyusutan alat berdasarkan umur ekonomisnya Adapun penyusutan merupakan suatu proses alokasi sebagian harga perolehan aktiva menjadi biaya (cost allocattion), sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha, dan penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang di estimasi (Harefa & Hulu, 2022). 3. Kegiatan Produksi Dalam kegiatan usahatani, alokasi modal sangat erat kaitannya dengan seluruh tahapan produksi, mulai dari pembibitan hingga pascapanen. Setiap tahap memerlukan biaya yang harus direncanakan secara matang agar usaha berjalan optimal. Pada tahap pembibitan, modal dibutuhkan untuk pembelian benih, media tanam, serta perawatan awal tanaman. Selanjutnya, pengolahan lahan membutuhkan biaya yang mencakup upah tenaga kerja dan/atau sewa alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti traktor atau bajak. Pada tahap penanaman, diperlukan biaya untuk aktivitas tanam serta kebutuhan air atau sistem irigasi. Pemeliharaan tanaman merupakan fase yang cukup menyerap modal, karena melibatkan pemberian pupuk, penyemprotan pestisida, serta penyiangan gulma secara berkala. Ketika memasuki masa panen, modal digunakan untuk membayar tenaga kerja pemanen dan menyewa alat panen bila diperlukan. Terakhir, tahap pascapanen juga penting dan membutuhkan biaya untuk proses sortasi, pengemasan, penyimpanan hasil panen, hingga distribusi ke pasar atau konsumen akhir. Keseluruhan biaya tersebut merupakan bagian penting dalam struktur modal usahatani yang harus diperhitungkan sejak awal perencanaan (Saragih et al., 2021). Salah satu komponen utama dalam perhitungan modal adalah biaya tenaga kerja, yang diukur menggunakan satuan Hari Orang Kerja (HOK). HOK merupakan ukuran jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menyelesaikan suatu kegiatan dalam satu hari kerja standar. Rumus dasar perhitungannya adalah: HOK = Jumlah Jam Kerja Total Jam Kerja Per Orang Per Hari 2.1.3. Kelayakan Usahatani Kelayakan usaha merupakan suatu kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat (benefit) yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek, disebut dengan studi kelayakan bisnis. Dalam penyusunan studi kelayakan bisnis lebih banyak digunakan perhitungan yang bersifat kuantitatif, yaitu berhubungan dengan perkiraan, penafsiran, dan peramalan tentang berbagai peluang dan tantangan dalam dunia usaha yang mungkin terjadi di masa yang akan datang (Putri et al., 2020). Tambahkan pembahasan phi kemudian dilanjutkan dengan rumus Analisis kelayakan yang digunakan untuk mengetahui yaitu dengan menggunakan Ratio Antara Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) mengungkapkan analisa imbangan antara total penerimaan dengan total biaya merupakan suatu pengujian kelayakan pada suatu jenis usaha. Kriteria yang digunakan dalam analisis ini adalah apabila nilai R/C > 1 maka usaha tersebut dikatakan untung dan layak untuk dijalankan, karena besarnya penerimaan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, begitu juga sebaliknya (Ramli, 2022). R/C Ratio = Total Revenue (TR) Total Cost (TC Keterangan : Jika R/C > 1, maka usaha layak. Jika R/C = 1, impas (break-even). Jika R/C < 1, maka usaha tidak layak. 2.1.4 Penyusutan Alat Penyusutan merupakan suatu proses alokasi sebagian harga perolehan aktiva menjadi biaya (cost allocattion), sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha, dan penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang di estimasi, dan jika di lihat dari sudut pandang pajak, penyusutan adalah salah satu jenis biaya yang dapat dikurangkan terhadap penghasilan Wajib Pajak. Penyusutan juga di hitung secara sistematis dan rasional selama masa manfaat aktiva tersebut. Penerapan penyusutan akan mempengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan. Ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan yaitu nilai aktiva tetap yang digunakan dalam penghitungan penyusutan (dasar penyusutan) dan taksiran manfaat. Penyusutan alat merupakan biaya yang perlu dimasukan kedalam perhitungan biaya tetap. Biaya penyusutan alat yaitu pengurangan nilai yang disebabkan oleh pemakaian alat selama proses berlangsung. Penyusutan yang dihitung adalah umur teknis alat berdasarkan pemakaian alat-alat produksi milik sendiri (Harefa & Hulu, 2022). Penyusutan/ = Tahun 2.2 Harga Perolehan – Nilai sisa Umur Ekonomis Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam penelitian ini menggambarkan alur pemikiran yang sistematis dari identifikasi masalah hingga analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Kerangka pikir ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang memengaruhi pendapatan usahatani cabai merah serta pendekatan analisis yang digunakan. Usahatani cabai merah merupakan bagian dari subsektor hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan peran strategis dalam meningkatkan pendapatan petani. Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang dihasilkan dari usahatani cabai merah, diperlukan analisis terhadap komponen biaya, penerimaan, serta perhitungan kelayakan usaha melalui R/C Ratio. Selain itu, untuk memahami secara lebih mendalam, diperlukan pula identifikasi terhadap faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap pendapatan petani, seperti luas lahan, jumlah tenaga kerja, biaya pupuk, dan penggunaan sarana produksi lainnya. Modal (X1) Tenaga Kerja (X2) Penjualan (X3) Pendapatan (Y) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Design Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif, yang bertujuan untuk menganalisis besar kecilnya pendapatan usahatani cabai merah serta kelayakan usaha berdasarkan indikator ekonomi, khususnya perhitungan R/C ratio. Penelitian ini juga berusaha menggambarkan kondisi aktual petani cabai di lapangan, mencakup produksi, biaya, dan pendapatan. Design penelitian ini menggunakan pendekatan survey lapangan (field survey), di mana data primer diperoleh langsung dari responden melalui wawancara menggunakan kuisioner terstruktur. Penelitian juga menggabungkan data sekunder dari hasil publikasi terdahulu yang relevan. Flowchart : Identifikasi Masalah Pengumpulan data Analisis biaya & Penerimaan Analisis R/C Ratio (Kelayakan) Analisis Faktor Produksi Kesimpulan & Rekomendasi 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan, yang merupakan salah satu sentra hortikultura di daerah tersebut, khususnya komoditas cabai merah. Lokasi ini dipilih secara purposive (sengaja) karena memiliki potensi pengembangan cabai yang tinggi serta belum banyak diteliti secara ilmiah. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 13-15 Juni 2025, yang mencakup tahap observasi lapangan, wawancara, dan pengumpulan data primer. 3.3 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.. Kuesioner dirancang untuk mengumpulkan data numerik yang dapat dianalisis secara statistik untuk mendapatkan pemahaman tentang karakteristik populasi yang lebih luas. Kuesioner adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui serangkaian pertanyaan yang telah dirancang dengan tujuan mengukur variabel penelitian (Ardiansyah et al., 2023). 3.4 Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tiga teknik utama: 1. Wawancara langsung: Dilakukan terhadap petani cabai merah menggunakan kuisioner sebagai pedoman utama. 2. Observasi: Peneliti mencatat langsung kondisi pertanian, kegiatan budidaya, serta praktik panen dan pascapanen di lapangan. 3. Studi dokumentasi: Pengumpulan data sekunder dari hasil penelitian terdahulu yang berkaitan. 3.5 Teknik Analisis Data Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis secara kuantitatif menggunakan metode analisis pendapatan dan kelayakan usaha tani, dengan rumus sebagai berikut: R/C Ratio = Total Revenue (TR) Total Cost (TC Selain analisis di atas, Microsoft Excel akan digunakan untuk pengolahan data numerik, perhitungan biaya, dan pendapatan. Jika diperlukan uji statistik lanjutan atau hubungan antarvariabel (misalnya regresi), maka analisis juga dapat dilanjutkan dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 16, untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel seperti luas lahan, tenaga kerja, dan harga jual terhadap pendapatan petani. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel, dan narasi deskriptif, guna memberikan gambaran menyeluruh terhadap pendapatan dan kelayakan usaha petani cabai merah di Kecamatan Anggeraja. 3.6 Jenis Dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden di lapangan, yaitu para petani cabai merah di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner, yang dirancang berdasarkan komponen penting dalam usahatani, seperti identitas petani, jenis dan jumlah faktor produksi (bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan alsintan), rincian biaya usaha tani (penanaman, pemeliharaan, panen, hingga pascapanen), volume dan harga produksi, serta informasi tambahan mengenai sistem penjualan hasil, pembagian hasil, dan dukungan pemerintah. Data primer ini menjadi sumber utama dalam melakukan analisis pendapatan dan kelayakan usaha tani cabai merah melalui pendekatan finansial. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari instansi dan sumber yang relevan untuk mendukung kelengkapan analisis. Data ini mencakup informasi mengenai luas lahan pertanian, produktivitas, harga komoditas hortikultura, serta kondisi umum pertanian di Kabupaten Enrekang. Sumber data sekunder meliputi, jurnal ilmiah, hasil penelitian terdahulu, serta publikasi resmi dari lembaga akademik dan pemerintahan. Data sekunder digunakan untuk memberikan konteks dan pembanding terhadap temuan di lapangan, sehingga hasil penelitian lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden pada penelitian ini adalah suatu gambaran tentang kondisi serta pengalaman dalam berusahatani cabai merah yang terdiri dari umur, Pendidikan, luas lahan dan tanggungan keluarga. 4.1.1 Umur Umur merupakan faktor penentu segala aktivitas yang di lakukan dalam berusaha tani. Semakin muda umur seseorang semakin maksimal pekerjaannya. Petani yang berusia muda lebih kuat fisiknya sehingga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup usaha tani di bandingkan dengan petani yang berusia tua. Secara terperinci umur responden dapat di lihat pada tabel berikut: Tabel 1. Identitas Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan Mataran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, 2025. No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 32-47 2 40% 2 48-62 2 40% 3 63-76 1 20% 5 100% Total Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2025. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan usia responden di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang yang dimana, petani dengan usia paling muda yaitu berada pada kelompok usia 32-47 sebanyak 2 orang dengan persentase 40%, diikuti dengan kelompok usia 48-62 sebanyak 2 orang juga dengan persentase sebanyak 40%, lalu yang terakhir yaitu petani dengan usia tertua dengan kelompok umur 63-76 sebanyak 1 orang dengan persentase 20 %. 4.1.2 Tingkat Pendidikan Kemajuan yang dicapai dalam segala bidang adalah hasil dari pendidikan bahkan dapat dikatakan bahwa taraf hidup rendah adalah pencerminan dari taraf pendidikan yang rendah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam pengembangan usaha tani untuk memperoleh hasil yang optimal dan pendapatan yang lebih menguntungkan. Jenis pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang diikuti petani, namu tidak menutup kemungkinan pendidikan non formal seperti pelatihan, penyuluhan, magang, dan sebagainya turut berpengaruh terhadap kemampuan petani responden. Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir petani dalam mengembangkan usahataninya, terutama dalam menyerap dan mengadopsi teknologi usaha tani baru dalam rangka pencapaian produksi yang optimal. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh petani, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan petani terhadap teknologi. Berikut ini adalah tingkat pendidikan responden usaha tani bawang merah di Desa/Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Tabel 2. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kelurahan Mataran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, 2025. No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 SD 3 60% 2 SMA 2 40% 5 100% Total Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2025. Pada tabel di atas menunjukkan tingkat pendidikan responden di Desa/Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu SD sebanyak 3 orang dengan persentase 60%, dan tingkat pendidikan paling sedikit yaitu SMA dengan jumlah 2 orang atau sebesar 40%. Berdasarkan tingkat pendidikan di Desa/Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat dikatakan bahwa meskipun sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan dasar (SD), hal tersebut tidak menjadi hambatan dalam memperoleh pengetahuan. Petani dapat terus meningkatkan pemahamannya melalui pengalaman pribadi di lapangan serta berbagai kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh pihak terkait. Pengalaman praktik secara langsung sering kali menjadi sumber pembelajaran yang sangat berharga bagi para petani dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka di bidang pertanian. 4.1.3 Luas Lahan Lahan merupakan salah satu faktor utama dalam berusahatani karena tanah dan lahan merupakan media tumbuh bagi tanaman yang dikelola. Luas lahan yang dimiliki petani sangat berpengaruh pada produksi yang dihasilkan. Berikut adalah tabel luas lahan yang dimiliki oleh responden di Desa/Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Tabel 3. Identitas Responden Berdasarkan Luas Lahan Kelurahan Mataran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, 2025. No Luas Lahan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 0,2-0,4 4 80% 2 0,5-0,7 1 20% 5 100% Total Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2025. Pada tabel di atas menunjukkan bahwa luas lahan responden yang paling banyak berada pada kisaran 0,2–0,4 hektar sebanyak 4 orang dengan persentase 80%, sedangkan responden dengan luas lahan 0,5–0,7 hektar berjumlah 1 orang dengan persentase 20%. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas petani di Desa/Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang memiliki lahan pertanian yang relatif sempit. Meskipun demikian, keterbatasan luas lahan tidak selalu menjadi penghambat dalam meningkatkan hasil produksi pertanian. Dengan pemanfaatan teknologi tepat guna, bimbingan penyuluh, dan penerapan sistem pertanian yang efisien, petani tetap dapat mengelola lahan secara optimal dan produktif meskipun dengan skala yang terbatas. 4.1.4 Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga adalah semua kerabat yang memiliki beban hidup untuk usaha tani yang bersangkutan. Orang-orang tersebut dapat melakukan pekerjaan sebagai buru dalam keluarga. Jumlah anggota keluarga petani akan berpengaruh bagi petani dapalam perancanaan dan pengambilan keptusan dalam kegiatan usaha tani, karena anggota keluarga petani merupakan sumber tenaga kerja dalam usaha taninya terutama anggota keluarga yang produktif. Tabel 4. Identitas Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga Kelurahan Mataran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, 2025. No Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 0-3 2 40% 2 4-7 3 60% 5 100% Total Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2025. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga responden terbanyak berada pada kisaran 4–7 orang sebanyak 3 responden dengan persentase 60%, sedangkan jumlah tanggungan keluarga yang paling sedikit berada pada kisaran 0–3 orang sebanyak 2 responden dengan persentase 40%. Data ini menunjukkan bahwa mayoritas responden di Desa/Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang memiliki tanggungan keluarga yang cukup banyak. Hal ini tentu menjadi pertimbangan penting dalam pengelolaan hasil pertanian maupun kebutuhan ekonomi keluarga. Semakin banyak jumlah tanggungan, maka semakin besar pula beban ekonomi yang ditanggung oleh kepala keluarga. Oleh karena itu, upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam pertanian sangat dibutuhkan agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga yang besar. DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah, Risnita, & Jailani, M. S. (2023). Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian Ilmiah Pendidikan Pada Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jurnal IHSAN : Jurnal Pendidikan Islam, 1(2), 1–9. https://doi.org/10.61104/ihsan.v1i2.57 Hairiah Natsir, M. dkk. (2023). DETERMINAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI BESAR DI KELURAHAN MATARAN KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG. Detikproperti, 3(2), 119–121. Harefa, I., & Hulu, T. H. S. (2022). Analisis Penyusutan Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi, Manajemen Dan Ekonomi, 1(1), 146–151. https://doi.org/10.56248/jamane.v1i1.25 Hidayat, H., Sukmaya, S. G., & Heryadi, D. Y. (2022). ANALISIS INTEGRASI PASAR CABAI MERAH BESAR DI KOTA TASIKMALAYA. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis (JEPA), 6, 1051–1061. Idris, U., Frank, S. A. K., Kadir, A., Kendi, I. K., & ... (2023). Sosialisasi Kebijakan Perlindungan dan Afirmasi Berbasis Komoditas Lokal Di Kota Jayapura. ADM: Jurnal Abdi …, 1(3), 315–322. https://ejournal.lapad.id/index.php/adm/article/view/410 Nurhapisah, N., Suhardi, S., & Bachrul, N. A. (2023). Pemetaan Komoditi Sayur Unggulan di Kabupaten Enrekang Menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis). Gorontalo Agriculture Technology Journal, 6(1), 46. https://doi.org/10.32662/gatj.v0i0.2685 Pirngadi, R. S., Utami, J. P., Siregar, A. F., Salsabila, Habib, A., & Manik, J. R. (2023). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Cabai Merah Di Kecamatan Beringin. Jurnal Pertanian Agros, 25(1), 486–492. https://e-journal.janabadra.ac.id/index.php/JA/article/view/2422 Putri Wahyuni Arnold, Pinondang Nainggolan, & Darwin Damanik. (2020). Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Industri Kecil Tempe di Kelurahan Setia Negara Kecamatan Siantar Sitalasari. Jurnal Ekuilnomi, 2(1), 29–39. https://doi.org/10.36985/ekuilnomi.v2i1.349 Ramli, F. (2022). Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usahatani Cengkeh Di Desa Salebba Kecamatan Ponre Kabupaten Bone. Jurnal Sains Agribisnis, 2(1), 12–20. https://doi.org/10.55678/jsa.v2i1.668 Sumampow, M. C., Manginsela, E. P., & Talumingan, C. (2023). Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Merah Di Desa Kamanga Dua Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa. Agri-Sosioekonomi, 19(3), 1601–1608. https://doi.org/10.35791/agrsosek.v19i3.52046 Valentina, F. V., Alfiyan, V., & Anshori, M. I. (2024). Jurnal Ilmu Manajemen, Bisnis dan Ekonomi | JIMBE https://malaqbipublisher.com/index.php/JIMBE. Jurnal Ilmu Manajemen, Bisnis Dan Ekonomi JIMBE, 1(5), 285–292.